SKRIPSI
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PEMBERIAN KREDIT
PADA BANK KONVENSIONAL DAN PEMBIAYAAN
PADA BANK SYARIAH
OLEH
CHAIRUDDIN SITOMPUL
080503153
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis perbandingan sistem pemberian kredit
pada bank konvensional dan pembiayaan pada bank syariah” adalah benar hasil
karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan
beban akademik pada Program Studi Strata-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Maret 2015
Penulis,
ii KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah
memberikan rahmat dan Karunia-Nya, serta salawat dan salam penulis panjatkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Analisis perbandingan sistem
pemberian kredit pada bank konvensional dan pembiayaan pada bank syariah”.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih ada kekurangan yang
disebabkan keterbatasan penulis, untuk itu penulis memohon maaf dan menerima
kritik serta saran dari seluruh pihak untuk mendorong dan memotivasi penulis
agar lebih baik di masa yang akan datang.
Penyelesaian skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan dan
bantuan berupa pengarahan, bimbingan, dan kerjasama semua pihak yang telah
turut membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Terutama untuk kedua
orangtua penulis Djailani Sitompul dan Asni yang selalu melimpahkan kasih
sayang, didikan, perhatian, dukungan moril dan materi, serta do’a yang tidak
pernah putus kepada ALLAH SWT. Beserta ketiga saudara penulis yang penulis
cintai dan sayangi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
iii 3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Strata-1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra.
Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Sekretaris Program Studi Strata-1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Rustam, M,Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan dan meluangkan waktu untuk penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M, Ak selaku dosen pembaca dan penilai
yang telah banyak memberikan arahan dan masukan bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman mahasiswa yang selalu memberikan masukan dan dukungan
bagi penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Harapan dan keinginan penulis adalah agar penelitian ini dapat
memberikan manfaat serta kontribusi bagi seluruh pihak yang berkepentingan dan
ilmu pengetahuan bidang akuntansi.
Medan, Maret 2015
Penulis,
iv ABSTRAK
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PEMBERIAN KREDIT PADA BANK KONVENSIONAL DAN PEMBIAYAAN
PADA BANK SYARIAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dampak atas pengaruh perbedaan sistem pemberian kredit pada bank konvensional dengan sistem pembiayaan pada bank syariah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak atas pengaruh perbedaan sistem pemberian kredit secara konvensional dan syariah pada PT BNI (Persero) TbkSentra Kredit Kecil Medan dan Anak Perusahaan PT BNI Syariah Cabang Medan.
Pada penelitian ini, data-data informasi yang diperoleh akan dianalisis dengan deskriptif kualitatif dengan menggambarkan keadaan. Kajian deskriptif merupakan kajian non hipotesis, sehingga dalam langkah kajian tidak perlu merumuskan hipotesis. Dalam metode analisis ini akan membandingkan antara prosedur secara deskriptif dari sistem pemberian kredit pada bank konvensional dan bank syariah pada PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan dan PT BNI Syariah Cabang Medan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa system pemberian kredit secara konvensional dan syariah pada PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan dan PT BNI Syariah Tbk Cabang Medan mempunyai perbedaan dalam hal akad yang dilakukan dalam sistem pemberian kredit/pembiayaan. Akad yang dilakukan pada PT BNI Syariah Tbk cabang Medan menggunakan akad yang halal dimana tidak ada unsur riba/bunga dalam perjanjian tersebut melainkan sistem bagi hasil. Berbeda dengan PT BNI (Persero) Sentra Kredit Kecil Medan menggunakan bunga dalam perjanjian sebagai keuntungan dari jasa yang telah diberikan.
v ABSTRACT
A COMPARATIVE ANALYSIS OF CREDIT SYSTEM AT CONVENTIONAL
BANK AND SYARIAH FINANCE
The problem of this research are about the effect of influent differences comparative credit financing system at conventional bank and financing system at syariah bank. The purpose of this study was todetermine differences in
conventional lending systems and syariah at PT BNI (Persero) Tbk small loan centers and PT BNI Syariah Medan.
In this study, the data information obtained will be analyzed by qualitative descriptive by describing the situation. The study is a descriptive study of
nonhypothesis, so that the review step is not necessary to formulate hypotheses. In this method of analysis will compare the procedure with descriptive of the credit delivery system in conventional banks and Islamic banks inPT BNI (Persero) Tbk small loan centers Medan and PT BNI Syariah Cabang Medan.
The results of this study indicate that the system of conventional
andIslamic loans at PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan and PT BNI Syariah Medan Branch have differences in the agreement made in the system of credit / financing. Akad conducted at PT BNI Syariah Cabang Medan using a contract that permitted where there is no element of riba / interest in the
agreement but sharing system. Unlike the PT BNI (Persero) Sentra Kredit Kecil Medan use the interest in the agreement as gains from services rendered.
vi DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
1.2 Perumusan dan Batasan Masalah ... 5
1.2.1 Perumusan Masalah ... 5
1.2.2 Batasan Masalah ... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Bank ... 7
2.1.1 Pengertian Bank ... 7
2.1.2 Bank Konvensional ... 8
2.1.3 Bank Syariah ... 9
2.1.4 Bank Konvensional versus Bank Syariah ... 10
2.1.5 Sistem dan Produk Penghimpunan Dana Bank Konvensional dan Syariah ... 13
2.1.6 Sistem dan Produk Penyaluran Dana Bank Konvensional dan Syariah ... 23
2.2 Penelitian Terdahulu ... 28
vii
3.4 ` Metode Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
4.1 PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil ... 33
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 33
4.1.2 Kegiatan PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil ... 34
4.1.3 Struktur Organisasi PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil ... 35
4.1.4 Uraian Tugas ... 35
4.1.5 Sistem Pemberian Kredit Pada PT BNI (Persero) TbkSentra Kredit Kecil ... 38
4.2 PT BNI Syariah Cabang Medan ... 47
4.2.1 Sejarah Perusahaan ... 47
4.2.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 49
4.2.3 Uraian Tugas ... 50
4.2.4 Sistem Pemberian Pembiayaan pada PT BNI Syariah TbkCabang Medan ... 53
4.3 Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Secara Konvensional dan Syariah pada PT BNI (Persero) Sentra Kredit Kecil dan PT BNI (Persero) Syariah Cabang Medan ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
4.1 Kesimpulan ... 65
4.2 Saran ... 66
viii DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Peringkat Bank Umum dalam Penyaluran Kredit Tahun
2009 ... 3
2.1 Perbandingan antara Bunga dan Bagi Hasil ... 11
2.2 Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensiona ... 13
4.1 Perbedaan Sistem Pemberian Kredit / Pembiayaan ... 62
ix DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Skema wadiah dhamamah ... 17
2.2 Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadahon Balance Sheet ... 19
2.3 Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadahoff Balance Sheet ... 21
2.4 Skema Mudharabah Mutlaqah ... 23
2.5 Kerangka Konseptual ... 30
4.1 Prosedur Pemberian Kredit... 47
iv ABSTRAK
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PEMBERIAN KREDIT PADA BANK KONVENSIONAL DAN PEMBIAYAAN
PADA BANK SYARIAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dampak atas pengaruh perbedaan sistem pemberian kredit pada bank konvensional dengan sistem pembiayaan pada bank syariah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak atas pengaruh perbedaan sistem pemberian kredit secara konvensional dan syariah pada PT BNI (Persero) TbkSentra Kredit Kecil Medan dan Anak Perusahaan PT BNI Syariah Cabang Medan.
Pada penelitian ini, data-data informasi yang diperoleh akan dianalisis dengan deskriptif kualitatif dengan menggambarkan keadaan. Kajian deskriptif merupakan kajian non hipotesis, sehingga dalam langkah kajian tidak perlu merumuskan hipotesis. Dalam metode analisis ini akan membandingkan antara prosedur secara deskriptif dari sistem pemberian kredit pada bank konvensional dan bank syariah pada PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan dan PT BNI Syariah Cabang Medan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa system pemberian kredit secara konvensional dan syariah pada PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan dan PT BNI Syariah Tbk Cabang Medan mempunyai perbedaan dalam hal akad yang dilakukan dalam sistem pemberian kredit/pembiayaan. Akad yang dilakukan pada PT BNI Syariah Tbk cabang Medan menggunakan akad yang halal dimana tidak ada unsur riba/bunga dalam perjanjian tersebut melainkan sistem bagi hasil. Berbeda dengan PT BNI (Persero) Sentra Kredit Kecil Medan menggunakan bunga dalam perjanjian sebagai keuntungan dari jasa yang telah diberikan.
v ABSTRACT
A COMPARATIVE ANALYSIS OF CREDIT SYSTEM AT CONVENTIONAL
BANK AND SYARIAH FINANCE
The problem of this research are about the effect of influent differences comparative credit financing system at conventional bank and financing system at syariah bank. The purpose of this study was todetermine differences in
conventional lending systems and syariah at PT BNI (Persero) Tbk small loan centers and PT BNI Syariah Medan.
In this study, the data information obtained will be analyzed by qualitative descriptive by describing the situation. The study is a descriptive study of
nonhypothesis, so that the review step is not necessary to formulate hypotheses. In this method of analysis will compare the procedure with descriptive of the credit delivery system in conventional banks and Islamic banks inPT BNI (Persero) Tbk small loan centers Medan and PT BNI Syariah Cabang Medan.
The results of this study indicate that the system of conventional
andIslamic loans at PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan and PT BNI Syariah Medan Branch have differences in the agreement made in the system of credit / financing. Akad conducted at PT BNI Syariah Cabang Medan using a contract that permitted where there is no element of riba / interest in the
agreement but sharing system. Unlike the PT BNI (Persero) Sentra Kredit Kecil Medan use the interest in the agreement as gains from services rendered.
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bank sebagai suatu lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit semakin bertumbuh dan
sangat membantu perekonomian masyarakat belakangan ini. Hal ini sesuai dengan
tujuan dari perbankan Indonesia yang tercantum dalam UU perbankan No. 10
tahun 1998 pasal 4 yaitu perbankan Indonesia bertujuan untuk menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan
rakyat banyak.
Sebagai lembaga yang menghimpun dana dari pihak ketiga dan
menyalurkannya kembali dalam bentuk simpanan, dan kredit, menjadikan bank
sebagai salah satu sumber pembangunan. Semakin besar suatu negara tersebut maka
semakin besar pula peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut.
Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan
masyarakat. Oleh sebab itu pemerintah senantiasa memberi perhatian maksimum
terhadap eksistensi perbankan nasional. Selain itu perbankan juga menghubungkan
anatara pihak yang memerlukan dana dan pihak yang mengalami surplus dana.
Berdasarkan peranan tersebut, bank memiliki dua kegiatan utama, yaitu menghimpun
dana dari unit surplus dan penyaluran dana kepada unit defisit.
Dari defenisi diatas akan dapat ditarik kesimpulan bahwa bank dalam
melakukan usahanya terutama menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang
2 hendaknya dalam dunia perbankan tidak hanya memerhatikan keuntungan semata
melainkan meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Peranan perbankan sangat
mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara.
Jenis bank di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis bank, yang dibedakan
berdasarkan pembayaran bunga atau bagi hasil usaha:
1. Bank yang melakukan usaha secara konvensional (pembayaran dengan
bunga).
2. Bank yang melakukan usaha secara syariah (pembayaran dengan
sistem bagi hasil).
Berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 1998, perbankan di Indonesia
menganut sistem dual banking system yaitu bank konvensional yang ada di
Indonesia dianjurkan membuka unit usaha syariah atau bahkan mengkonversi
sepenuhnya menjadi bank syariah.
Perbedaan mendasar antara bank syariah dan bank konvensional terletak
pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah
kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan
kepada nasabah (Muhammad, 2005: 46). Kegiatan operasional bank syariah
menggunakan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing). Bank syariah tidak
menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun
membedakan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga merupakan
riba yang diharamkan.
Satu hal yang menarik, yang membedakan antara sistem pemberian kredit
3 pemberian balas jasa, baik yang diterima oleh bank maupun investor. Jika dilihat
pada bank konvensional, kredit disebut loan, sementara di Bank Syariah disebut
financing. Sedangkan balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank umum
berupa bunga (interest loan) dalam presentase pasti.
PT BNI (Persero) Tbk merupakan salah satu bank dengan tingkat
penyaluran kredit yang tinggi, yang digambarkan dalam data statistic Perbankan
Indonesia sebagai berikut:
Tabel 1.1
Peringkat Bank Umum dalam Penyaluran Kredit Tahun 2009
(Miliar Rp)
Peringkat Nama Bank Kredit yang
Disalurkan
Pangsa terhadap total kredit bank umum
(%)
1 PT Bank Rakyat Indonesia 206.117,20 14,53
2 PT Bank Mandiri Tbk 178.042,53 12,55
3 PT Bank Central Asia Tbk 122.991,25 8,67
4 PT Bank Negara Indonesia
Tbk
119.991,28 8,46
5 PT Bank Cimb Niaga Tbk 82.157,81 5,79
Sumber:
PT. BNI (persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan memberikan kredit
kepada calon debitur yang dilakukan dengan melewati proses pengajuan kredit
dan melalui proses analisis pemberian kredit terhadap kredit yang diajukan.
Analisis yang digunakan adalah Analisis 5C (The Five C’s of Credit Analysis),
yaitu Character (watak), Capacity (kemampuan), Capital (modal), Collateral
(jaminan), Condition of Economy (kondisi ekonomi). Bank dapat melakukan
analisis permohonan kredit calon debitur apabila persyaratan yang ditetapkan oleh
4 melakukan kesepakatan pinjam meminjam yang mewajibkan selaku peminjam
untuk melunasi pinjaman dalam waktu tertentu beserta pembayaran bunga dan
biaya lainnya.
PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan merupakan bank
konvensional yang memiliki anak perusahaan PT BNI Syariah Tbk Cabang
Medan yang memberikan kredit dengan sistem syariah atau dikenal dengan
pembiayaan.
Menurut UU No.10 tahun 1998, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersaman dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan bagi hasil.
Satu hal yang menarik, yang membedakan antara sistem pemberian kredit
bank syariah dengan bank umum (konvensional) terletak pada pembiayaan dan
pemberian balas jasa, baik yang diterima oleh bank maupun investor. Jika dilihat
pada bank konvensional, kredit disebut loan, sementara di Bank Syariah disebut
financing. Sedangkan balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank umum
berupa bunga (interest loan) dalam presentase pasti. Sementara pada PT BNI
Syariah Cabang Medan dengan sistem syariah, hanya memberi dan menerima
balas jasa berdasarkan perjanjian (akad) bagi hasil. Ayat al-Quran yang melandasi
prinsip ini di antaranya pada Qs.Al-Baqarah ayat 275:
5 Sesuai dengan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Sistem pemberian Kredit
Pada Bank Konvensional dan Pembiayaan Pada Bank Syariah”.
1.2.Perumusan Masalah dan Batasan Masalah 1.2.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut datas, maka dapat
dirumuskan permasalahan penelitian ini yaitu “Apa dampak atas pengaruh sistem
pemberian kredit secara konvensional dan syariah”?
1.2.2 Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas yang masih dalam ruang lingkup
yang luas, peneliti membuat batasan masalah agar pembahasan tidak terlalu luas
kepada aspek-aspek yang jauh dari relevan sehingga penelitian bisa lebih fokus
untuk dilakukan. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah
“Sistem pemberian kredit pada bank konvensional PT BNI (persero) Tbk Sentra
Kredit Kecil dengan sistem pembiayaan pada bank syariah PT BNI Syariah
Cabang Medan”.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui dampak atas pengaruh perbedaan
6 (Persero)Tbk Sentra Kredit Kecil Medan dan Anak Perusahaan PT BNI Syariah
Cabang Medan”.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini, antara lain:
1. Bagi penulis, menambah pengetahuan penulis mengenai sistem
pemberian kredit dan pembiayaan pada bank konvensional dan bank
syariah.
2. Bagi peneliti berikutnya, sebagai sumber referensi sehingga dapat
menyempurkan penelitian ini kedepannya.
3. Bagi pihak bank, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan atau masukan yang berkaitan dengan sistem pemberian
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Bank adalah suatu lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit. Dengan kata lain bank menjadi mediator antara masyarakat pemilik modal
dengan masyaakat yang mmbutuhkan modal.
Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998, Bank Umum adalah
Bank yang melaksanakan kegiatan secara konvensonal dan atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberi jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Perkataan Bank berasal dari bahasa Italia yaitu banco yang berarti
kepingan papan yang digunakan sebagai tempat meletakkan buku yaitu sejenis
meja (Muslehuddin, 2002:27). Fungsi ini kemudian berubah semakin luas yaitu
meja tempat menukarkan uang.
Selain itu, menurut Judisseno (2005) hakikat bank adalah suatu lembaga
yang lahir karena fungsinya sebagai agent of trust dan agent of development.
Definisi dari agent of trust adalah suatu lembaga perantara (intermediacy) yang
dipercaya untuk melayani segala kebutuhan keuangan dari dan untuk masyarakat.
Sedangkan sebagai agent of development, bank adalah suatu lembaga perantara
yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan
kemudahan-kemudahan pembayaran dan penarikan dalam proses transaksi yang
dilakukan oleh para pelaku ekonomi.
Adapun kegiatan bank umum (Kasmir:2010: 89) adalah sebagai berikut:
8 1. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Bank bertindak sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang di bank untuk menjaga keamanan uang mereka. Sedangkan tujuan kedua untuk melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil investasinya.
2. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang mengajukan permohonan.
3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang
(transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garansi, bank notes, travellers cheque, dan jasa lainnya.
Jika eksistensi perbankan ditinjau dari sudut prinsip operasi yang
diaplikasikannya, maka institusi perbankan yang ada sekarang dapat
diklasifikasikan kepada dua kelompok (Lubis , 2010: 101) yaitu:
1. Bank Konvensional
2. Bank Syariah
2.1.2 Bank Konvensional
Bank berdasarkan prinsip konvensional adalah bank-bank yang beroperasi
dengan menggunakan sistem bunga dan fee based untuk mendapatkan keuntungan
yang diharapkan. Dalam hal ini pihak bank akan membebankan sejumlah bunga
atau fee kepada para nasabah sebagai harga terhadap produk atau jasa yang
digunakan. Demikian juga sebaliknya, pihak perbankan akan memberikan
sejumlah imbalan bunga terhadap berbagai jenis simpanan yang dipercayakan
pihak nasabah kepada bank. Jika tingkat suku bunga simpanan maka pihak bank
akan memperoleh keuntungan yang disebut dengan spread. Sebaliknya jika
9 pihak bank akan mengalami kerugian atau negative spread. Sampai saat ini
perbankan dengan prinsip konvensional masih lebih banyak dan dominan karena
perbankan Indonesia merupakan ekspansi perbankan Eropa yang dibawa Belanda
semasa penjajahan.
Pada tahun 2013 bank konvensional yang terdaftar di Bank Indonesia ada
sebanyak 120 bank dengan rincian sebagai berikut:
• Bank Persero (BUMN) sebanyak 4 perusahaan perbankan;
• Bank umum swasta nasional devisa sebanyak 35 perusahaan
perbankan;
• Bank umum swasta nasional non devisa sebanyak 30 perusahaan
perbankan;
• Bank Campuran sebanyak 15 perusahaan perbankan;
• Bank asing sebanyak 10 perusahaan perbankan;
• Bank pembangunan daerah sebanyak 26 perusahaan perbankan.
2.1.3 Bank Syariah
Bank bedasarkan perinsip syariah merupakan satu lembaga intermediasi
yang menyediakan jasa keuangan bagi masyarakat dimana seluruh aktivtasnya
dijalankan berdasarkan etika dan prinsip-prinsip Islam sehingga bebas dari unsur
riba (bunga), bebas dari kegiatan spekulatif non produktif seperti perjudian
(maysir), bebas dari kegiatan yang meragukan (gharar), bebasdari perkara yang
tidak sah (bathil)dan hanya membiayai usaha-usaha yang halal. Berdasarkan
10 perbankan yang anti MAGRIB (maysir, gharar, riba dan bathil). Dalam
operasinya, bank syariah memberikan dan mengenakan imbalan atas prinsip
syariah jual beli dan bagi hasil sehingga bank ini sering juga dipersamakan
dengan bank tanpa bunga.
Pada tahun 2013 Bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia terdapat
sebanyak 66 perusahaan berbankan, dengan rincian sebagai berikut:
• Bank umum syariah sebanyak 11 perusahaan perbankan syariah;
• Unit usaha syariah sebanyak 24 perusahaan perbankan;
• Layanan syariah sebanyak 31 perusahaan perbankan.
2.1.4 Bank Konvensional Versus Bank Syariah
Eksistensi perbankan syariah mempunyai banyak perbedaan jika
dibandingkan dengan perbankan konvensional. Perbedaan ini timbul karena kedua
jenis perbankan ini mempunyai asas landasan yang berbeda sehingga berbagai
konsep dan pendekatan operasionalnya juga berbeda satu sama lain. Dalam
operasinya, perbankan syariah menerapkan sistem bagi hasil sementara perbankan
konvensional menerapkan sistem bunga. Perbedaan utama kedua sistem ini dapat
11 Tabel 2.1
Perbandingan antara Bunga dan Bagi Hasil
Bagi Hasil Bunga
a). Penentuan besarnya rasi/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi
b). Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
c). Bagi hasil tergantung pada
keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha rugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak
d). Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
e). Tidak ada yang meragukan
keabsahan bagi hasil
a). Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung
b). Besarnya persentase berdasarkan
pada jumlah uang/modal yang dipinjamkan
c). Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi
d). Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”
e). Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam
(Sumber : Antonio, 2001; 61)
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa bank konvensional
melaksanakan usaha perbankan dengan cara memberikan jasa dalam jalur lalu
lintas pembayaran dan menerapkan sistem bunga sementara bank syariah yang
mengusung syariat Islam sebagai prinsipnya dan tidak mengandalkan bunga
dalam sistem pengoprasiannya. Dengan demikian kemunculan dan kewujudan
perbankan syariah yang tidak mengamalkan sistem bunga dengan sendirinya
mempunyai asas yang sangat kuat dan perlu mendapat sokongan semua pihak.
Melalui institusi perbankan syariah akan dapat terbentuk satu sistem keuangan
12 masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena konsep bunga yang diamalkan dalam
perbankan konvensional sangat jauh berbeda dengan konsep bagi hasil yang
diamalkan dalam perbankan syariah.
Perbedaan antara perbankan konvensional dengan syariah tidak hanya
terbatas pada unsur bunga saja. Jika dilihat atau dianalisis secara menyeluruh,
terdapat banyak perbedaan utama antara kedua sistem perbankan tersebut yang
sekaligus merupakan satu gambaran tentang keutamaan dan kelemahan
masing-masing sistem. Misalnya, fungsi dan kegiatan bank konvensional terlihat sebagai
intermediasi dan penyedia jasa keuangan sedangkan perbankan syariah disamping
berfungsi sebagai lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan ia juga dapat
berfungsi sebagai investor dan manager investasi. Prinsip dasar operasi perbankan
syariah sangat menekankan anti riba dan anti maysir sedangkan dalam perbankan
konvensional masalah ini dianggap relatif kurang mendapat perhatian. Selain itu,
perbankan konvensional lebih berorientasi pada kepentingan pribadi sedangkan
perbankan syariah lebih berorientasi pada kepentingan publik. Lebih jelas,
perbedaan perbankan konvensional dengan perbankan syariah dapat dilihat dalam
13 Tabel 2.2
Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank Syariah Bank Konvesional
a). Melakukan investasi-investasi yang halal saja
b). Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa
c). Berorientasi pada keuntungan (profit
oriented)dan kemakmuran dan
kebahagian dunia akhirat
d). Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan
e). Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah
a). Investasi yang halal dan haram b). Memakai perangkat bunga c). Profit oriented
d). Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kreditur-debitur e). Tidak terdapat dewan sejenis
(Sumber : Antonio, 2001; 34)
Berbagai perbedaan konsep dan prinsip seperti ditunjukkan dalam Tabel
2.2, mengakibatkan objek dan market share kedua institusi lembaga keuangan ini
saling berbeda. Namun demikian, akhir-akhir ini sering dijumpai dual banking
sistem yakni bank yang menjalankan kedua konsep dan prinsip ini secara serentak
pada satu lembaga yang sama. Pihak perbankan konvensional menyadari tren
perkembangan dan minat masyarakat luas sehingga mereka juga ikut menawarkan
berbagai produk yang sesuai dengan syariat.
2.1.5 Sistem dan Produk Penghimpunan Dana Bank Konvensional dan Syariah
Bank konvensional memiliki sistem penghimpunan dana dari masyarakat
14 menggunakan prinsip bunga. Pengertian produk-produk bank menurut UU
Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah sebagai berikut:
1. Giro adalah simpanan dari pihak ketiga atau nasabah kepada bank yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet
giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan.
2. Tabungan adalah simpanan pihak ketiga atau nasabah kepada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat
lainnya yang dipersamakan dengan itu.
3. Deposito adalah simpanan pihak ketiga atau nasabah kepada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan. Deposito
dibedakan menjadi deposito berjangka, sertifikat deposito, dan deposits on
call.
Pada bank Syariah penghimpunan dananya juga menggunakan giro,
tabungan, dan deposito. Dalam operasinya perbankan syariah menggunakan
prinsip wadi’ah dan mudharabah.
1. Prinsip Wadiah
Al-wadiah dalam segi bahasa dapat diartikan sebagai meninggalkan atau
meletakan, atau meletakan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara dan dijaga.
15 pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip kehendaki.
- Landasan hukum
Al-Qur’an:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan ananat
(titipan) kepada yang berhak menerimanya. (QS. an-Nisaa (4): 58).
Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang
dipercaya itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaknya ia
bertakwa kepada Allah Tubannya. (QS. al-Baqarah (2): 283)
Al-Hadits:
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Sampaikanlah (tunaikan) amanat kepada yang berhak menerimanya
dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah menghianati.”
(HR. Abu Daud. Menurut Tirmidzi hadist ini Hasan, sedangkan Imam
Hakim mengkategorikan sahih).
Ibnu Umar berkata bahwasanya Rasulullah saw telah bersabda,
“Tiada kesempurnaan iman bagi setiap orang yang tidak beramanah,
tiada shalat bagi yang tidak bersuci”(HR. Thabrani).
- Teknis perbankan
1. Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadiah yad dhamamah
16
2. Wadiah dhamamah berbeda dengan wadiah amanah. Dalam
wadiah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh
dimanfaatkan oleh yang dititipi.
3. Sedangkan dalam hal wadiah dhamamah pihak yang dititipi (bank)
bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh
memanfaatkan harta titipan tersebut.
4. Karena wadiah yang diterapkan dalam produk giro perbankan ini
juga disifati dengan yad dhamamah, maka implikasi hukumnya
sama dengan qardh, dimana nasabah bertindak sebagai yang
meminjamkan uang, dan bank bertindak sebagai yang dipinjami.
- Ketentuan umum
1. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik
atau ditanggung bank, sedangkan pemilik dana tidak dijanjikan
imbalan dan tidak menanggung kerugian.
2. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana
sebagai suatu intensif untuk menarik dana masyarakat namun tidak
boleh diperjanjikan di muka.
3. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya
mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain
yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Khususnya bagi pemiliki rekening giro, bank dapat memberikan
17
4. Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan
pengganti biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang
telah terjadi.
Gambar 2.1. Skema wadiah dhamamah Sumber: Heri Sudarsono,2005:45
2. Prinsip mudharabah
Dalam mengaplikasikan mudharabah, penyimpangan atau deposan
bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib
(pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan
mudharabah atau ijarah seperti yang telah dijelaskan terdahulu. Dapat pula dana
tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah. Hasil usaha
ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Bila bank
menggunakannya untuk melakukan pembiayaan mudharabah, maka bank
jenisbertanggung jawab atas kerugian yang terjadi. Prinsip mudharabah dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu: mudharabah muqayyadah on balance sheet dan off
balance sheet serta mudharabah mutlaqah.
a. Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet
Bank
18 Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted investment)
dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi
oleh bank. Misalnya, disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu, atau
disyaratkan digunakan dengan akad tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk
nasabah tertentu.
Teknik perbankan
- Pemilik dana jawib menetapkan syarat tertentu yang harus diikuti oleh
bank, dan bank wajib membuat akad yang mengatur persyaratan
penyaluran dana simpanan khusus.
- Wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata
cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan
secara risiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila
telah tercapai kesepakatan maka hal tersebut harus dicantumkan dalam
akad.
- Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan
khusus, bank wajib menisbahkan dana dari rekening lainnya.
- Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau
19 Gambar 2.2.
Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet
Sumber: Muhammad, 2005:79
b. Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung
kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara (arranger)
yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana
dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam
mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya. Nasabah
Bank Syariah
Perantara
Bagi hasil
Mudharib
Modal Proyek
20 - Teknik perbankan
1) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan
khusus. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya.
Simpanan khusus dapat dicatat pada porsi tersendiri dalam
rekening administrasi.
2) Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada
pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana.
3) Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak.
Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah
21 Gambar 2.3.
Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet
Sumber: Muhammad, 2005:80
c. Mudharabah Mutlaqah
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito
sehingga terdapat dua jenis himpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan
deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank
dalam menggunakan dana yang dihimpun.
Mudharib
Modal Bagi hasil
Proyek Perantar
+ Modal Bank Syariah
Nasabah
22 - Teknik perbankan
1) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah
dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan
secara risiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila
telah tercapai kesepakatan maka hal tersebut harus dicantumkan dalam
akad.
2) Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku
tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM dan atau alat
penarikan lainnya kepada penabung. Untuk deposito mudharabah, bank
wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito
kepada deposan.
3) Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung
sesuai dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan
mengalami saldo negative.
4) Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka
waktu yang telah disepakati, 1,3,6,12 bulan. Deposito yang diperpanjang,
setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi
nilai pada akad sudah tercantum perpanjangan otomatis maka tidak perlu
dibuat akad baru.
5) Ketentuan-ketentuan yang lain yang berkaitan dengan tabungan
dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
23 Gambar 2.4.
Skema Mudharabah Mutlaqah
Sumber: Heri Sudarsona, 2005:121
2.1.6. Sistem dan Produk Penyaluran Dana Bank Konvensional dan Bank Syariah
Penyaluran dana dalam bank konvensional dikenal dengan nama kredit.
Pengertian kredit menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga. Kredit dalam bank konvensional dilihat dari segi jangka waktu
penggunaanya dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Kredit jangka pendek, kredit ini merupakan kredit yang memiliki
jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan
biasanya digunakan untuk modal kerja.
2. Kredit jangka menengah. Merupakan kredit yang berkisar antara satu
tahun sampai dengan tiga tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk
modal kerja.
Bank
24 3. Kredit jangka panjang. Merupakan kredit yang masa pengembaliannya
paling panjang yaitu di atas tiga tahun atau lima tahun, biasanya
digunakan untuk investasi jangka panjang.
Penyaluran dana dalam bank syariah dikenal dengan nama pembiayaan.
Pengertian pembiayaan menurut UU perbankan No. 10 tahun 1998 adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Secara garis besar produk
pembiayaan bank syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya (Karim, 2004:157), yaitu:
1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli (Ba’i)
Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang (transfer of property). Tingkat keuntungan bank
ditentukan di awal dan menjadi bagian harga jual barang kepada
nasabah. Prinsip jual-beli dikembangkan menjadi tiga bentuk prinsip
pembiayaan, yaitu:
a. Pembiayaan Murabahah
Transaksi jual beli dimana bank bertindak sebagai penjual dan
nasabah sebagai pembeli. Barang diserahkan segera dan
pembayaran dilakukan secara tangguh.
25 Pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan
pembayaran dilakukan di muka. Bank sebagai pembeli, nasabah
sebagai penjual. Transaksi ini ada kepastian tentang kuantitas,
kualitas, harga, dan waktu penyerahan.
c. Pembiayaan Istishna
Jual beli seperti akad salam, namun pembayarannya dilakukan oleh
bank dalam beberapa kali pembayaran. Istishna diterapkan pada
pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa (Ijarah)
a. Ijarah
Transaksi jual beli yang dilandasi perpindahan manfaat. Jadi pada
dasarnya prinsip ini sama saja dengan prinsip jual beli, tetapi
perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Apabila pada jual
beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek
transaksinya adalah jasa (Karim, 2004:159).
b. Ijarah Muntahiya Bittamlik
Perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya
prinsip sewa yang diakhiri dengan opsi kepemilikan objek sewa di
akhir masa sewa. Pada umumnya bank lebih banyak menggunakan
prinsip ini karena sifatnya yang lebih sederhana dari sisi
pembukuan dan tidak direpotkan oleh urusan pemeliharaan aset
26 3. Pembiayaan Dengan Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil
(syirkah) terdiri dari:
a. Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih
atas suatu usaha tertentu dimana kedua belah pihak memberikan
kontribusi dengan keuntungan dan risiko ditanggung bersama
sesuai kesepakatan (Antonio, 2001:126).
b. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama atas dua pihak atau lebih
dimana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu akad
perjanjian pembagian keuntungan (Karim, 2004:160). Bentuk
pembiayaan ini menegaskan kerjasama dalam paduan kontribusi
100% modal dari shahib al-maal dan keahlian dari mudharib.
4. Akad Pelengkap
Jenis-jenis produk pembiayaan bank syariah yang menggunakan akad
pelengkap terdiri dari:
a. Hiwalah (Alih Utang-Piutang)
Hiwalah adalah bentuk pengalihan utang dari pihak yang berhutang
27 2001:126). Pada bank konvensional prinsipnya sama dengan anjak
piutang.
b. Rahn (Gadai)
Rahn adalah menahan salah satu harta si peminjam yang memiliki
nilai ekonomis sebagai jaminan atas sejumlah pinjaman yang
diterimanya.
c. Qardh
Qardh adalah pinjaman utang dan akan dikembalikan sesuai
dengan perjanjian. Aplikasinya dalam perbankan antara lain yaitu:
(1) sebagai pinjaman talangan haji; (2) sebagai pinjaman tunai; (3)
sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil; dan (4) sebagai
pinjaman kepada pengurus bank (Karim, 2004:160).
d. Wakalah (Perwakilan)
Wakalah adalah bentuk perwakilan atau pemberian kuasa kepada
pihak tertentu untuk melakukan pekerjaan atau hal tertentu. Prinsip
ini diterapkan pada pengiriman uang atau transfer, penagihan
(collection payment), dan lainnya. Bank syariah menerima imbalan
fee atas jasanya terhadap nasabah (Antonio, 2001).
e. Kafalah (Garansi Bank)
Kafalah adalah jaminan yang diberikan dengan tujuan untuk
menjamin pembayaran atas suatu kewajiban pembayaran. Bank
28 sebagai pihak yang dijamin. Untuk jasa ini, bank memperoleh
pengganti biaya atas jasa yang diberikan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa studi yang berhubungan dengan penelitian ini, antara lain:
1. Sabi (1996), melakukan penelitian perbandingan kinerja bank
antara bank domestik dengan bank asing pada masa transisi menuju
ekonomi yang berorientasi pasar (market-oriented economy)di Hungaria
periode 1992-1993. Ukuran kinerja yang digunakan adalah rasio keuangan
yang dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu profitabilitas, likuiditas dan
komitmen terhadap ekonomi domestik. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa, dibanding dengan bank lokal, profitabilitas bank asing lebih tinggi,
tingkat likuiditas dan penyaluran kredit berisiko lebih kecil.
2. Mahmudah (2008), melakukan penelitian dengan membandingkan
Sistem Pemberian Kredit Secara Konvensional dan Syariah Pada PT BNI
(Persero) Tbk. Pada penelitian ini, data-data informasi yang diperoleh akan
dianalisis dengan deskriptif kualitatif dengan menggambarkan keadaan.
Kajian deskriptif merupakan kajian non hipotesis, sehingga dalam langkah
kajian tidak perlu merumuskan hipotesis. Dalam metode analisis ini akan
membandingkan antara prosedur secara deskriptif dari sistem pemberian
kredit pada bank konvensional dan bank syariah. Hasil dari penelitian ini
29 syariah pada PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil dan PT BNI
Syariah Tbk mempunyai perbedaan dalam hal akad yang dilakukan dalam
sistem pemberian kredit/pembiayaan.
3. Rubitoh (2003), melakukan penelitian dengan membandingkan
kinerja keuangan Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dengan
enam bank konvensional selama 1997-2001. Kriteria yang digunakan
dalam penelitian itu adalah RORA (profitabilitas), CAR (rasio kecukupan
modal), LDR (rasio penyaluran terhadap dana pihak ketiga), FBI, NNRF,
hasil kredit, dan produktifitas karyawan. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa secara umum kinerja keuangan bank syariah lebih
baik, walaupun ada juga kinerja bank syariah dibawah bank konvensional.
Bahkan perkembangan bank syariah mencapai 53 persen, sedang bank
konvensional hanya lima persen.
4. Mustafa Edwin Nasution dan Surya Deni (2006), melakukan
penelitian dengan membandingkan kinerja keuangan bank syariah dan
bank konvensional sebelum dan sesudah deregulasi financial dan krisis
moneter. Indikator yang digunakan dalam penelitian itu adalah rasio
keuangan yang terdiri dari CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, LDR. Hasil
dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dilihat dari kinerja keuangan
bank secara keseluruhan antara bank syariah dan bank konvensional tidak
30 2.3 Kerangka Konseptual
Bank harus memiliki kinerja keuangan yang baik untuk dapat menjalankan
fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Kinerja keuangan bank menunjukkan
kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu yang umumnya diukur dengan
rasio profabilitas, likuiditas, leverage, efisiensi, operasional, kualitas aktiva
produktif, dan aktivitas.
Beberapa penelitian terdahulu menguji apakah terdapat perbedaan kinerja
keuangan antara bank syariah dan bank konvensional, sehubungan dengan adanya
perbedaan ruang lingkup operasional. Perbedaan ruang lingkup opersional
tersebut menghasilkan perbedaan kinerja keuangan sehingga bagi para yang
berkepentingan dapat mengambil keputusan. Berdasarkan uraian tersebut, penulis
membuat kerangka konseptual seperti di bawah ini.
31 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil
Medan Jl. Dr. Sutomo No. 3/14 – 3/15, dan PT BNI Syariah Cabang Medan
berada Jl. Kapten Maulana Lubis No. 12 Medan.
3.2 Jenis Data
3.2.1 Data Primer
Data primer yang dikumpulkan menggunakan metode survey. Menurut
Nur Indriantoro dan bambang supomo (2002:152) “metode survey merupakan
metode pengumpulan data primer berdasarkan komunikasi antara peneliti dengan
responden”. Responden dalam penelitian ini adalah pengawai PT BNI (Persero)
Tbk Sentra Kredit Kecil Medan dan PT BNI Syariah Cabang Medan khususnya
bagian kredit. Data primer yang akan diperoleh dari perusahaan adalah keterangan
mengenai unsur-unsur yang terkait dalam sistem pemberian kredit/pembiayaan.
3.2.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder dari perusahaan
berupa gambaran umum perusahaan dan struktur organisasi, pada PT BNI
(Persero) Tbk Sentra kredit Kecil Medan dan PT BNI Syariah Cabang Medan.
32 3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode wawancara. Menurut Nur indriantoro dan bambang supomo (2002:152),
“Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survey yang
menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek penelian”. Teknik
wawancara ini digunakan untuk melengkapi data tentang unsur-unsur yang terkait
dalam sistem pemberian kredit pada PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil
Medan dan PT BNI Syariah Cabang Medan dengan melakukan serangkaian Tanya
jawab dengan pihak Bank khususnya bagian kredit atau pembiayaan.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, data-data informasi yang diperoleh akan dianalisis dengan
menggambarkan keadaan. Kajian deskriptif merupakan kajian non hipotesis,
sehingga dalam langkah kajian tidak perlu merumuskan hipotesis. Dalam metode
analisis ini akan membandingkan antara prosedur secara deskriptif dari sistem
pemberian kredit pada bank konvensional dan bank syariah pada PT BNI
33 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara
Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah
Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi
pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik
Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa
bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai
Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5
Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 7 tahn 1992, bentuk hukum Bank
Negara Indonesia 1946 diubah menjadi Perusahaan Perseroan dengan nama PT.
Bank Negara Indonesia 1946 diubah menjadi Perusahaan Perseroan dengan nama
PT. Bank Negara Indoneisa (persero) menjual sebagian sahamnya kepada
masyarakat (go public), sehingga nama lengkapnya menjadi PT. Bank Negara
Indonesia (persero) Tbk atau disingkat Bank BNI yang mempunyai Visi dan Misi
sebagai berikut:
Visi : Menjadi bank kebanggaan nasional yang unggul dalam layanan
dan kinerja
Misi : Memaksimalkan stakeholder value dengan menyediakan solusi
keuangan yang fokus pada segmen pasar korporasi, komersial dan konsumer.
34 Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari
identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai
akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal
sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank
BNI' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988.
Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara
Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik
diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996.
Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan
untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan
mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi
'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan dalam logo perusahaan untuk
meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4.1.2 Kegiatan PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil
Kegiatan-Kegiatan Yang Dilakukan Oleh PT BNI (Persero) Tbk Sentra
Kredit Kecil Adalah:
1. Bisnis Kecil
a. Kredit Modal Kerja
b. Kredit Investasi
2. Kredit Standart Dan Program
35 b. Kredit Usaha Rakyat
c. Kredit Kepada Lembaga Keuangan
d. Kredit Kepada Pertanian
4.1.3 Struktur Organisasi PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Struktur organisasi yang diterapkan oleh PT BNI (Persero) Tbk Sentra
Kredit Kecil adalah struktur organisasi garis, karena tugas dan tanggungjawabnya
mempunyai pola vertical melalui satu aluran. Masing-masing bagian berada dalam
pengawasan yang satu tingkat lebih tinggi jenjangnya. Masing-masing bagian
berada dalam pengawasan bagian yang satu tingkat lebih tinggi jenjangnya.
Atasan mempunyai wewenang melakukan perintah secara langsung
diturunkan ke bawah melalui tingkatan organisasi demi terciptanya tujuan
organisasi. Setiap bawahan tidak wajib bertanggung jawab kepada atasan bagian
lain dan setiap atasan suatu bagian tidak berwenang untuk memerintahkan atau
mengambil keputusan kepada bagian lain yang tidak menjadi bawahannya.
Meskipun demikian, seluruh bagian saling bekerjasama demi tercapainya tujuan
perusahaan. Sebagaimana bagan struktur organisasi dapat di lihat pada lampiran 1.
4.1.4 Uraian Tugas
Dalam struktur organisasi tersebut juga merupakan pembagian tugas dalam
kegiatan sehari-hari di PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil yang terbagi
menjadi beberapa bagian, dimana masing-masing bagian mempunyai tugas dan
36 pekerjaan secara merata, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pembagian
tugas. Selain itu juga untuk menciptakan self internal control, yang secara
otomatis lahir dari prosedur kerja itu sendiri. Adapun uraian jabatan pada PT BNI
(Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil adalah sebagai berikut :
1. Tim Independent
Tugasnya adalah mengontrol dan melakukan pemeriksaan/ review
terhadap jalannya kegiatan di perusahaan.
2. Pemimpin RKC
Tugasnya adalah merekomendasi pemberian kredit dari relationship
officer kepada pemimpin SKC atau Wakil Pemimpin untuk
memberikan atau menolak kredit.
3. Pemimpin SKC
Tugasnya adalah sebagai berikut:
a. Memimpin kegiatan perusahaan secara keseluruhan berdasarkan
kebijakan yang telah ditetapkan.
b. Mengambil keputusan kredit menerima atau menolak pengajuan
kredit debitur diatas 1 Miliar.
c. Bertanggung jawab penuh atas seluruh kegiatan yang ada di
perusahaan.
4. Wakil Pemimpin
Tugasnya adalah sebagai berikut:
37 b. Mengkoordinir, mengarahkan dan mengawasi terhadap kegiatan
dan pelaksanaan tugas dan tanggungjawab seksi-seksi dibawah
wewenangnya.
c. Mengambil keputusan pemberian kredit menerima atau menolak
pengajuan kredit debitur yang kurang dari 1 M.
5. Penyelia
Tugasnya adalah sebagai berikut: Mengkoordinir, mengarahkan dan
mengawasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh Relationship
Officer.
6. Senior Relationship Officer dan Relationship Officer
Tugasnya adalah sebagai berikut:
a. Memprospek calon-calon debitur yang layak untuk diberi Kredit.
b. Menganalisa permohonan kredit.
c. Melakukan pemantauan terhadap fasilitas kredit berjalan
d. Mentenance nasabah-nasabah dalam kelolaannya.
e. Melakukan restrukturisasi kredit bagi kredit yang bermasalah.
7. Kredit Khusus
Tugasnya adalah sebagai berikut:
a. Melakukan penagihan-penagihan serta mencari investor untuk
perjanjian jaminan kredit.
b. Restrukturisasi kredit agar lancar.
8. Sales
38 a. Mencari calon-calon debitur
b. Mengumpulkan data-data
c. Melakukan penyaringan awal
9. Administrasi kredit
Tugasnya adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan perjanjian kredit
b. Pengikatan jaminan
c. Penutupan asuransi jaminan
d. Mengadministrasi file debitur
10. Pelayan
Tugasnya adalah sebagai berikut:
a. Membersihkan ruangan
b. Membuat minuman untuk pegawai
Mengantar dan menjemput pegawai dalam melakukan kegiatan perusahaan
4.1.5 Sistem Pemberian Kredit pada PT BNI (Persero) Tbk
SentraKredit Kecil
Sistem pemberian kredit adalah suatu kesatuan yang terdiri dari
tahapanprosedur pemberian kredit yang saling berhubungan satu dan lainnya
untukmemudahkan pemberian kredit.Prosedur Pemberian kredit mencakup
tentang ketentuan, tahapan dansyarat-syarat atau petunjuk tindakan-tindakan yang
harus dilakukan sejak diajukanpermohonan nasabah sampai dengan keputusan
39 a. Pengajuan Proposal
Untuk memperoleh fasilitas kredit dari bank maka tahap yang pertama
pemohon kredit mengajukan permohonan kredit secara tertulis dalam suatu
proposal. Proposal kredit harus dilampiri dengan dokumen-dokumen lainnya yang
dipersyaratkan. Adapun persyaratan umum adalah sebagai berikut:
1. Warga Negara Indonesia
2. Usaha telah berjalan minimal 1 tahun
3. Telah menjadi nasabah bank minimal 6 (enam) bulan terakhir
Dan keterangan lainnya tentang :
1. Untuk Debitur Badan Hukum Proposal memuat :
a. Riwayat perusahaan seperti riwayat hidup perusahaan, jenis bidang
usaha, nama pengurus berikut latar belakang pendidikannya,
perkembangan perusahaan serta wilayah pemasaran produknya.
b. Tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan
pengambilan kredit. Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau
meningkatkan kapasitas produksi atau untuk mendirikan pabrik baru
(perluasan) serta tujuan lainnya.
c. Besarnya kredit dan jangka waktu.
d. Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan
secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah
dari hasil penjualan atau dengan cara lainnya.
e. Jaminan Kredit, yang diberikan dalam bentuk surat atau sertipikat
40 palsu dan sebagainya, biasanya setiap jaminan diikat dengan asuransi
tertentu.
Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah
dipersyaratkan seperti :
a. Akta Pendirian Perusahaan dan Akta-akta perubahannya.
b. Foto copy Kartu Tanda Penduduk pengurus
c. Tanda Daftar Perusahaan
d. Nomor Pokok Wajib Pajak.
e. Neraca dan Laporan rugi laba 3 tahun terakhir.
f. Foto copy sertipikat yang dijadikan jaminan (apabila jaminan berupa
tanah), Foto copy Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (apabila
jaminan berupa kendaraan bermotor), Faktur/kuitansi pembelian mesin
(apabila jaminan berupa mesin atau alat-alat berat).
2. Untuk Debitur perorangan proposal memuat :
a. Riwayat hidup dari calon Debitur.
b. Pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan pengambilan
kredit.
c. Besarnya kredit dan jangka waktu.
d. Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan
secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah
dari penghasilannya atau dengan cara lainnya.
e. Jaminan Kredit, yang diberikan dalam bentuk surat atau sertipikat
41 palsu dan sebagainya, biasanya setiap jaminan diikat dengan asuransi
tertentu. Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang
telah dipersyaratkan seperti :
a. Foto copy Kartu Tanda Penduduk, Surat Nikah dan Kartu Keluarga
Calon Debitur, Kartu Tanda Penduduk Suami/Istri calon debitur,
b. Nomor Pokok Wajib Pajak.
c. Keterangan penghasilan calon debitur.
d. Foto copy sertipikat yang dijadikan jaminan (apabila jaminan berupa
tanah), Foto copy Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (apabila
jaminan berupa kendaraan bermotor), Faktur/kuitansi pembelian mesin
(apabila jaminan berupa mesin atau alat-alat berat).
a. Checking BI & Penyelidikan Berkas Pinjaman
Setelah pengajuan proposal dan berkas-berkas, tahap selanjutnya adalah
Relationship Officer melakukan checking BI untuk mengetahui info tentang
nasabah serta melakukan penyelidikan dokumen-dokumen yang diajukan
pemohon kredit. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang
diajukan lengkap sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Jika menurut pihak
perbankan belum lengkap atau belum cukup maka nasabah diminta untuk segera
melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup
melengkapikekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan
42 Dalam penyelidikan berkas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
membuktikan kebenaran dan keaslian dari berkas-berkas yang ada, seperti
kebenaran dan keaslian Akta Notaris, Tanda Daftar Perusahaan, Kartu Tanda
Penduduk dan surat-surat Jaminan seperti Sertipikat Tanah, Bukti Pemilikan
Kendaraan Bermotor ke instansi yang berwenang mengeluarkannya. Kemudian
jika asli dan benar maka pihak Bank mencoba mengkalkulasi apakah jumlah
kredit yang diminta memang relevan dengan kemampuan nasabah untuk
membayar. Semua ini dengan menggunakan perhitungan terhadap angka-angka
yang dilaporkan keuangan dengan berbagai risiko keuangan yang ada.
b. Penilaian Kelayakan Kredit.
Dalam penilaian layak atau tidak suatu kredit disalurkan maka perlu
dilakukan suatu penilaian kredit. Penilaian kelayakan suatu kredit dapat dilakukan
dengan menggunakan analisis 5 C’s. Tim Independent akan menilai kelayakan
kredit. Dalam studi kelayakan ini setiap aspek dinilai apakah memenuhi syarat
atau tidak.
Adapun aspek-aspek yang dinilai dalam pemberian suatu fasilitas kredit
adalah : (1) Dari segi Character (watak), maka penilaiannya meliputi Riwayat
hidup calon debitur, mencakup reputasi calon debitur di lingkungan
bisnis/usahanya dan riwayat hubungan calon debitur dengan Bank, dimana disini
hubungan dengan PT. Bank BNI (Persero) Sentra Kredit Kecil Medan atau
hubungan dengan Bank lain. (2) Dari segi Capacity (kemampuan), penilaiannya
43 sumber daya manusia yang dimilikinya. (3) Dari segi Capital (modal),
penilaiannya keuangan perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan yaitu
Neraca dan Laporan Rugi dan Laba 3 tahun terakhir. (4) Dari segi Collateral
(jaminan), penilaian meliputi barang jaminan yang diserahkan calon debitur
kepada Bank sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. (5) Condition Of
Economy (keadaan ekonomi), menilai keadaan usaha dari calon debitur, serta
keadaan pasar dan kebijakan pemerintah pada masa kredit berlangsung.
Faktor yang ada dalam Analisis 5 C’s merupakan faktor-faktor penting
dalam menjamin mutu kredit. Setiap permohonan kredit yang telah melewati
tahap penilaian kredit (analisis 5’C), maka kredit yang berjalan akan menjadi
kredit yang faktor risikonya minim. Hal ini dapat berarti bahwa Analisis 5’C yang
baik membantu dalam menghasilkan kredit dengan mutu yang baik dengan faktor
risikonya yang rendah.
c. Wawancara Pertama
Dalam tahap ini dilakukan kepada calon debitur dengan cara berhadapan
langsung dengan calon debitur. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keyakinan
apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti yang Bank inginkan.
Wawancara ini juga dimaksudkan untuk mengetahui keinginan dan
kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Dalam wawancara ini dilakukan dengan
serileks mungkin sehingga mendapatkan hasil wawancara yang sesuai dengan
tujuan yang diharapkan Bank. Pertanyaan yang diajukan dilakukan dengan
44 d. Ke Lokasi (On the Spot)
Setelah memperoleh keyakinan atas keabsahan dokumen dari hasil
penyelidikan dan wawancara maka langkah selanjutnya adalah melakukan
peninjauan ke lokasi yang menjadi obyek kredit. Kemudian hasil peninjauan ke
lapangan dicocokkan dengan hasil wawancara pertama. Pada saat melakukan
peninjauan ke lapangan tidak dilakukan pemberitahuan terlebih dahulu kepada
calon debitur agar apa yang dilihat dilapangan sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya. Tujuan peninjauan ke lapangan adalah untuk memastikan bahwa
obyek yang dibiayai benar-benar ada dan sesuai dengan apa yang tertulis dalam
proposal.
e. Wawancara Kedua
Hasil peninjauan ke lapangan dicocokkan dengan dokumen yang ada serta
hasil wawancara satu dalam wawancara kedua. Wawancara kedua ini merupakan
kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan kekurangan pada saat
dilakukan peninjauan ke lokasi di lapangan. Catatan yang ada pada permohonan
dan pada saatnwawancara pertama dicocokkan dengan pada saat peninjauan ke
lokasi apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran.
f. Keputusan Kredit
Setelah melalui berbagai penilaian mulai dari kelengkapan dokumen
keabsahan dan keaslian dokumen serta penilaian yang meliputi seluruh aspek
45 berkasberkas dan hasil analisa ke penyelia relationship officer, yang selanjutnya
penyelia relationship officer mengirimkan data-data tersebut ke pemimpin bidang
resiko (RKC), hasi analisa dari pemimpin resiko dikirim ke pemimpin sentra
kredit kecil (SKC) bagi permohonan kredit diatas 1 Miliar atau wakil pemimpin
bagi permohonan kredit di bawah 1 Miliar untuk mengambil keputusan kredit.
Keputusan kredit adalah untuk menentukan apakah kredit layak untuk diberikan
atau ditolak, jika layak maka dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan
kredit akan mencakup :
1. Akad kredit yang akan ditandatangani
2. Jumlah uang yang diterima
3. Jangka waktu kredit
4. Jumlah bunga serta biaya-biaya yang harus dibayar. Sistem bunga
dalam kredit modal kerja adalah sistem bunga efektif yang berubah-ubah
tergantung tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI), atau disebut dengan
sistem negosiable atau sekitar 10-11% per tahun dengan provisi 1%.
g. Penandatanganan Perjanjian.
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit. Sebelum
kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon debitur menandatangani akad kredit,
kemudian mengikat jaminan kredit dengan Hak tanggungan tergantung dari jenis
jaminan yang dijaminkan. Atau menandatangani Perjanjian lain yang dianggap
perlu. Penandatanganan akad kredit dilakukan antara Bank dengan debitur secara