• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS V A SDN 5 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS V A SDN 5 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN MODELCOOPERATIVE LEARNINGTIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS V A SDN 5 METRO BARAT

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

SUNNAILI YARTI

Permasalahan penelitian ini adalah masih rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn kelas VA SDN 5 Metro Barat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas sekaligus hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas VA SDN 5 Metro Barat menggunakan model cooperative learning tipe NHT. Penelitian ini menggunakan metode PTK dengan tiga siklus yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data yang diperlukan diperoleh melalui lembar observasi dan instrumen tes pada setiap siklus. Analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learningtipe NHT pada mata pelajaran PKn kelas V A SDN 5 Metro Barat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I (49,72%) meningkat pada siklus II menjadi (62,50%) terjadi peningkatan sebesar (12,78%) dan pada siklus III menjadi (80,56%) terjadi peningkatan sebesar (18,06%). Sedangkan rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I (51,67) meningkat pada siklus II menjadi (60,67) terjadi peningkatan sebesar (9) dan pada siklus III menjadi (73,34) terjadi peningkatan sebesar (12,67).

Berdasarkan hasil temuan pengembangan proses pembelajaran, peneliti menyarankan agar guru kelas V Sekolah Dasar (SD) dapat menggunakan model cooperative learningtipe NHT pada pembelajaran PKn supaya aktivitas dan hasil belajar dapat meningkat serta siswa tidak menganggap pembelajaran PKn membosankan.

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Pendidikan sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang R.I No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan bertujuan untuk memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan.

(3)

Pendapat di atas di dukung oleh (Syarifudin 2006: 1) pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode dan cara-cara pelaksanaannya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Pendidikan dilaksanakan mulai dari pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi.

SD merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun. SD merupakan pendidikan formal pertama yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan sikap dan kemampuan, serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi peserta didik, dimana keberhasilan pendidikan di SD diharapkan akan menjadi pijakan akan keberhasilan pendidikan di jenjang berikutnya.

Pendidikan yang dikembangkan di SD ada beberapa mata pelajaran, salah satunya adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), menurut Ruminiati (2007: 2.21) PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD. Seorang guru yang akan mengajarkan PKn hendaknya mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa. Karena, mata pelajaran PKn mempunyai misi membina nilai, moral, dan norma secara utuh dan berkesinambungan.

(4)

dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (KTSP, 2006: 2).

Tujuan utama PKn adalah menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap, perilaku dan cinta tanah air (Sumarsono., dkk 2006: 4). Berdasarkan tujuan PKn selayaknya pembelajaran PKn dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Selain itu untuk mencapai tujuan PKn yang diharapkan guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara aktif dan efisien. Guru seharusnya menciptakan iklim belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Suasana pembelajaran yang kondusif didukung oleh peran serta guru dalam ketepatannya memilih dan menggunakan model, metode, media pembelajaran dan guru harus menguasai materi pembelajaran.

(5)

pada mata pelajaran PKn di kelas VA SDN 05 Metro Barat belum berhasil karena 46,66% siswa masih berada di bawah KKM dengan nilai terendah 27 dan nilai tertinggi 82.

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa disebabkan antara lain: (1) kondisi pembelajaran masih menggunakan pendekatan yang menekankan pada model pembelajaran yang kurang menarik, (2) guru belum secara optimal menggunakan model cooperative learning tipe Numbered Heads Together (NHT), (3) guru kurang mampu merangsang siswa untuk berpartisipasi lebih aktif dalam proses pembelajaran, (4) Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran dalam proes pembelajaran, (5) rendahnya partisipasi siswa terhadap pertanyaan yang diajukan oleh guru dan (6) proses pembelajaran lebih ke pola pembelajaran guru sentris (teacher centered), sehingga siswa kurang aktif dan kurang berani dalam mengungkapkan pendapatnya dan mengajukan pertanyaan. Kondisi ini menyebabkan pembelajaran menjadi monoton, sehingga siswa merasa jenuh dan tidak berkembangnya potensi dan kreativitasnya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa agar siswa lebih aktif dan kreatif sehingga hasil belajar siswa meningkat. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah modelcooperative learningtipe NHT.

(6)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu diadakan peningkatan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pembelajaran PKn di kelas V A SDN 5 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat disimpulkan identifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas V A SDN 5 Metro Barat pada proses pembelajaran.

2. Hasil belajar siswa masih rendah, hanya 14 orang siswa (46,66%) dari 30 siswa yang belum mencapai nilai KKM yang ditentukan.

3. Guru belum secara optimal menggunakan modelcooperative learningtipe NHT sehingga pola pembelajaran masih bersifat guru sentris (teacher centered).

4. Kurangnya pemanfaatan media dalam proes pembelajaran sehingga kurang mampu merangsang siswa untuk berpartisipasi lebih aktif dalam proses pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

(7)

2. Apakah pembelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V A SDN 5 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian tindakan kelas bertujuan untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn di kelas V A SDN 5 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn di kelas V A SDN 5 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012.

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn di kelas V A SDN 5 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012.

b) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn di kelas V A SDN 5 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Bagi Guru

a) Dapat memperbaiki kemampuan mengelola pembelajaran, karena guru dapat mengetahui kekurangan dan masalah dalam pembelajaran beserta menyelesaikannya.

(8)

3. Bagi Sekolah

a) Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN 5 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012.

b) Untuk menghasilkan output yang optimal dan kompetitif karena siswa telah memiliki pengalaman belajar yang bermakna.

4. Bagi Peneliti

a) Dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam proses pembelajaran di SD dan dapat mencari solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.

(9)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar, Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar dapat dilakukan sepanjang hayat oleh semua orang, di mana dan kapan orang tersebut berada. Belajar merupakan suatu proses seseorang dari tidak tahu menjadi tahu yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Hintzma (dalam Syah, 2009: 65) mengemukakan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam organisme, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Sedangkan menurut pandangan Skinner (dalam Ruminiati, 2007: 1.5) belajar merupakan suatu proses atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Sejalan dengan Skinner, Gagne (dalam Ruminiati, 2007: 1.6) berpendapat bahwa terjadinya belajar seseorang karena dipengaruhi faktor dari luar dan faktor dari dalam diri orang tersebut dimana keduanya saling berinteraksi.

(10)

kemampuan, keterampilan dan sikap, belajar juga merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah perubahan prilaku yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu, perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, yaitu proses yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, dan yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa. Walaupun pada kenyataanya tidak semua perubahan itu termasuk dalam kategori belajar.

2. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas siswa dalam belajar dapat dilihat pada saat pembelajaran berlangsung, aktivitas merupakan kesibukan, keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2005: 23), aktivitas adalah kegiatan. Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas siswa dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Sedangkan menurut Shalahuddin (dalam Herdian, 2011) belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian, yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.

(11)

mudah, dan benar, baik yang berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Hanafiah (2009: 24) mengemukakan bahwa aktivitas dalam belajar dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut:

1. Peserta didik memiliki kesadaran (awarennes) sebagai wujud adanya motivasi internal (driving force) untuk belajar sejati. 2. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami

sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.

3. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya. 4. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang

demokratis dikalangan peserta didik.

5. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh kembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.

6. Menumbuh kembangkan sikap cooperative learning dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Sunyono (2009: 18) mengemukakan bahwa aktivitas siswa yang diinginkan dalam pembelajaran di antaranya: (1) bertanya pada guru, (2) menjawab pertanyaan guru, (3) menjawab pertanyaan dari teman, (4) memberikan pendapat saat diskusi, (5) menyalesaikan tugas yang diberikan guru, dan (6) ketepatan mengumpulkan tugas. Sedangkan aktivitas yang tidak dikehendaki dalam pembelajaran diantaranya: mengobrol, mengganggu teman, keluar masuk kelas, melamun, mengantuk, dan bermain.

Sardiman (2010: 100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

(12)

3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu akibat dari proses belajar, hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar dan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa. Dimyati dan Mudjiono (2009: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesainya bahan pelajaran dengan proses evaluasi hasil belajar.

Menurut Romiszowski (dalam Abdurrahman, 2006: 38) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan suatu masukan (inputs), masukan dari sistem tersebut berupa macam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja(performance).

Keller (dalam Abdurrahman, 2006: 39) hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Hal ini berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak.

(13)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar, di mana belajar merupakan suatu proses dari diri seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan prilaku yang berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh siswa.

B. Model Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

(14)

Nuraini (dalam Ruminiati, 2007: 2.14) konsep pembelajaran merupakan sistem lingkungan yang dapat menciptakan proses belajar pada diri siswa selaku peserta didik dan guru sebagai pendidik, dengan didukung oleh seperangkat kelengkapan, sehingga terjadi pembelajaran. Sedangkan menurut Corey (dalam Ruminiati, 2007: 2.14) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara disengaja untuk memungkinkan siswa turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respon terhadap situasi tertentu juga.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar antara guru dan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat timbal balik secara langsung maupun tidak langsung atau melalui media yang dikelola secara sengaja untuk memungkinkan siswa turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respon terhadap situasi tertentu juga.

2. Pengertian Model Pembelajaran

(15)

pembelajaran akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang digunakan sehingga respon dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dikuasai siswa setelah pembelajaran berlangsung.

Greek (dalam Wahab, 2008: 51) model yang ia kembangkan dalam mengajar yang sekarang dikenal dengan gaya mengajar dengan menekankan model pada bertanya dan menjawab atau dialog yang juga berarti kebenaran yang mengalir. Sedangkan menurut Mills (2011) model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.

Arends (dalam Suwarjo, 2008: 97) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu pendekatan rencana pengajaran yang mengacu pada pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan, tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

(16)

3. Model-model Pembelajaran PKn di SD

Banyak model pembelajaran yang biasanya digunakan di SD, diantaranya:

a. Model Pembelajaran Interaktif

Pembelajaran dapat dikatakan interaktif jika para siswa terlibat secara aktif dan positif baik mental maupun fisik dalam keseluruhan proses kegiatan pembelajaran.

b. Model Kelompok Orientasi

Model kelompok orientasi adalah suatu model pembelajaran melalui pengenalan program dan lingkungan belajar.

c. Model Sidang Umum

Model sidang umum merupakan model pembelajaran yang menunjukkan suatu bentuk procedural pengorganisasian interaksi belajar mengajar yang melibatkan pengajar dan peserta didik.

d. Model Seminar

Model seminar merupakan model pembelajaran dimana terdapat sekelompok orang (siswa, guru, pakar) memiliki pengalaman dan pengetahuan mendalam dan saliang belajar berbagi pengalaman. e. Model Konferensi Kerja

Model konferensi kerja merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam pertemuan besar dalam rangka merencanakan kegiatan, mendapatkan fakta, dan memecahkan masalah-masalah organisasi.

f. Model Diskusi Panel

Model diskusi panel merupakan model pembelajaran yang digunakan dalam mengorganisasikan interaksi belajar mengajardalam konteks pembahasan masalah controversial dilingkungannya.

g. Model Simulasi

Model simulasi merupakan model pembelajaran yang menekankan peniruan pekerjaan yang menuntut kemampuan tertentu dari siswa sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dalam kegaiatan pembelajaran.

h. Model Bermain Peran

Model pembelajaran ini sangat mirip dengan model pembelajaran simulasi. Model bermain peran intinya adalah simulasi atau tiruan dari perilaku yang diperankan (Maesaroh dalam http://imasmaesaroh.blogspot.com).

Model-model pembelajaran PKn di SD (anonim dalam http://my-world-ly2k.blogspot.com).

1. Mencari pasangan 2. Bertukar pasangan

(17)

Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran PKn di SD yang digunakan dalam penelitian ini adalah modelcoopearative learning.

C. Pembelajaran Cooperative Learning 1. PengertianCooperative Learning

Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang melatih siswa untuk saling bekerjasama dalam suatu kelompok, berfikir bersama dan belajar bertanggung jawab. Slavin (dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 4) mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya Stahl (dalam Solihatin, 2007: 5) mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning menetapkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar.

Depdiknas (dalam Komalasari, 2010: 62) pembelajaran cooperative learning merupakan model pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Berhubungan dengan hal tersebut Bern dan Erickson (dalam Komalasari, 2010: 62) mengemukakan bahwa cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(18)

Slavin (dalam Suwarjo, 2008: 102) pertama, bertujuan meningkatkan prestasi siswa serta hasil-hasil lainnya seperti perbaikan hubungan kelompok, penerimaan siswa yang lemah dalam kelas secara akademik, dan peningkatanself-esteem(evaluasi diri). Kedua, membantu siswa untuk belajar berpikir, memecahkan masalah, memadukan, dan menerapkan pengetahuan serta keterampilan. Ketiga, membantu dan mempermudah penyelesaian tugas pada kelas yang bersifat heterogen.

Menurut (Isjoni, 2009: 9) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli dengan orang lain.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model cooperative learning adalah model pembelajaran yang dipandang tepat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, karena pembelajaran cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja sama dan membantu siswa lain, di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

2. TujuanCooperative Learning

(19)

penerapan belajar cooperative learning adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Selanjutnya Eggen & Kauchak (dalam Trianto, 2010: 58) mengemukakan bahwa cooperative learning disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.

Menurut Admin (2011) tujuan pembelajaran cooperative learningadalah:

a. Hasil belajar akademik

Dalam belajarcooperative learningmeskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan cooperative learning telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, Cooperative learning dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Cooperative learning memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

(20)

Berdasarkan pendapat para pakar di atas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran cooperative learning adalah untuk meningkatkan berbagai prestasi belajar siswa, baik dalam akademik, pemahaman baik secara kelompok maupun individu serta mengurangi kesenjangan belajar dan mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa.

3. Macam-macam ModelCooperative Learning

Banyak model yang biasanya digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Trianto (2010: 67) mengelompokkan jenis-jenis pembelajarancooperative learningsebagai berikut:

1. Student Team-Achievment Division(STAD). 2. Teams Games-Tournament(TGT).

3. Jigsaw.

4. Think Pair Share(TPS), dan 5. Numbered Heads Together(NHT).

Admin (2011) mendefinisikan ada beberapa model pembelajarancooperative learningyaitu:

1. Student Teams Achievement Division(STAD) 2. Investigasi Kelompok

3. Numbered Heads Together (NHT) 4. Jigsaw

5. Team Assited Individualization atau Team Accelarated Instruction(TAI).

Selanjutnya menurut wijaya (2011) model pembelajaran terdiri dari:

(1) Cooperative Script

Skrip kooperatif adalah model belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

(2) Picture and Picture

Picture and Picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.

(3) Numbered Heads Together(NHT)

(21)

(4) Model Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Model investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Model ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills).

(5) Model Jigsaw

Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.

(6) Model Team Games Tournament(TGT)

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.

(7) ModelStudent Teams Achievement Divisions(STAD)

Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.

Menurut Alhifni (2011) model-model pembelajaran terdiri dari:

(1)Cooperative Script(Skrip Kooperatif) (2)Numbered Heads Together(NHT) (3)Make a Match(Mencari Pasangan) (4)Think Pair and Share(TPS) (5)Group Investigation(GI) (6)Snowball Throwing (7)Mind Mapping.

(22)

Divisions(STAD), Picture and Picture, dan Numbered Heads Together (NHT). Salah satu model yang cocok digunakan dalam pembelajaran PKn adalah model cooperative learning tipe NHT, karena model cooperative learning tipe NHT dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharingide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, dapat meningkatkan semangat kerja sama siswa, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

4. ModelCooperative LearningTipeNumbered Heads Together (NHT) a. Cooperative learningtipe NHT

Model NHT atau penomoran berfikir bersama merupakan jenis pembelajaran cooperative learning yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. NHT pertama kali dikembangkan oleh Kagan (dalam Trianto, 2010: 82) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

(23)

Selanjutnya Rahayu (Anonim, 2012) mengemukakan NHT adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model ini menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model cooperative learning tipe NHT adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban paling tepat, dan meningkatkan semangat kerja sama siswa.

b. Kelebihan dan KekuranganCooperative LearningTipe NHT Model cooperative learning tipe NHT disamping mempunyai kelebihan terdapat beberapa kekurangan. Kelebihan dan kelemahan model cooperative learning tipe NHT menurut (Huda, 2011: 138) yaitu (1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban paling tepat, (2) meningkatkan semangat kerja sama siswa, (3) dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkat kelas.

Menurut Hamsa (2011) Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah sebagai berikut:

(24)

1. Setiap siswa menjadi siap semua

1. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

2. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahan:

1. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama.

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Isjoni mengungkapkan bahwa kelebihan modelcooperative learning tipe NHT ada empat yaitu: (1) setiap siswa menjadi siap semua, (2) dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, (3) siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai dan (4) tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok. Sedangkan kelemahannnya adalah kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru (Anonim, 2010).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan model cooperative learning tipe NHT adalah siswa menjadi siap semua, siswa melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, dan tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok. Sedangkan kelemahannya adalah tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama, tidak semua siswa dipanggil oleh guru, dan kemungkinan nomor yang telah dipanggil oleh guru dipanggil lagi. c. Langkah-langkah Pembelajaran NHT

(25)

Muchith (2010: 107) mengungkapkan langkah-langkah dalam cooperative learningtipe NHT adalah:

a. Langkah 1: penomoran (numbering), yaitu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda.

b. Langkah 2: pengajuan pertanyaan (questioning), yaitu guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa . Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.

c. Langkah 3: berpikir bersama (heads together) , yaitu siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.

d. Langkah 4: pemberian jawaban (answering), yaitu guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

Huda (2011: 138) mengungkapkan bahwa langkah-langkah cooperative learningtipe NHT yaitu:

a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.

b. Guru memberi tugas/pernyataan dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

d. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.

Langkah-langkah pembelajaran cooperative learningtipe NHT menurut Herdy (2011) adalah:

1) Persiapan

Tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model cooperative learningtipeNumbered Heads Together(NHT).

2) Pembentukan kelompok

Pembentukan kelompok disesuaikan dengan modelcooperative learning tipe Numbered Heads Together (NHT). Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

(26)

Setiap siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda yang terdiri dari nomor 1-5 di tiap-tiap kelompok.

4) Diskusi masalah

Kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

5) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

6) Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan langkah-langkah model cooperative learning tipe NHT yang dirujuk dari beberapa teori di atas yaitu siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor. Guru memberi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. Guru memanggil salah satu nomor dan siswa yang dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi.

D. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian PKn

(27)

PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Pengertian PKn (n) tidak sama dengan PKN (N). PKN (N) adalah Pendidikan Kewargaan Negara, sedangkan PKn (n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah PKN merupakan terjemahan civics menurut Soemantri (dalam Ruminiati, 2007: 1.25) Pendidikan Kewargaan Negara (PKN) merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau dan mampu untuk berbuat baik. Warga negara yang baik adalah warga negara yang mengetahui dan menyadari serta melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Sedangkan menurut Putra (dalam Ruminiati, 2007: 1.9) menyatakan bahwa PKn adalah Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1949. Undang-Undang ini berisi tentang diri kewarganegaraan, dan peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status formal warga negara Indonesia yang kemudian diperbaharui lagi dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2006.

(28)

negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Putra (dalam Solihatin, 2007: 95) PKn dapat di definisikan sebagai suatu bidang kajian yang memusatkan telaah pada seluruh dimensi psikologis dan sosiokultural kewarganegaraan individu, dengan menggunakan ilmu politik, ilmu pendidikan sebagai landasan estimologi intinya yang dipercaya dengan disiplin ilmu lain yang relevan, dan mempunyai implikasi terhadap instrumentasi dan praktis pendidikan setiap warga negara dalam konteks sistem pendidikan nasional.

Azyumardi (2011) PKn merupakan pendidikan yang dikembangkan secara substantif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tetapi juga membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia.

Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) merumuskan bahwa ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional

3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM

4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan kedudukan warga negara 5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan

(29)

digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi

6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi

7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka

8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi,

Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa PKn berfungsi sebagai landasan guru untuk membekali siswa mengembangkan kemampuan dalam mengemban rasa tanggung jawab, berpikir, bertindak, serta berpartisipasi dalam hidup bermayarakat, mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia.

2. Tujuan Pembelajaran PKn di SD

Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) merumuskan bahwa Mata pelajaran PKn bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.

(30)

d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Fajar (2009: 143) tujuan mata pelajaran PKn adalah agar siswa memiliki kemampuan yaitu: 1) berpikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan, 2) berpartisipasi secara bermutu, bertanggung jawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, 3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, 4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa-bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia baik secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi dan informasi.

Tujuan pembelajaran PKn adalah untuk menjadikan siswa: 1. Mampu berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam

menanggapi persoalan hidup maupun isu kewaganegaraan di negaranya.

2. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan.

3. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. (Mulyasa dalam Ruminiati, 2007: 1. 26).

Tujuan PKn di SD adalah untuk menjadikan warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau dan sadar akan hak-hak dan kewajibannya. Dengan demikian, kelak siswa diharapkan dapat menjadi warga negara yang terampil dan cerdas, dan bersikap baik, serta mampu mengikuti kemajuan teknologi modern.

(31)

E. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut.

1. Apabila dalam pembelajaran PKn digunakan model cooperative learning tipe NHT dengan memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka akan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V A SDN 5 Metro Barat. 2. Apabila dalam pembelajaran PKn digunakan model cooperative learning

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Secara garis besar, terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

[image:32.595.187.445.410.649.2]

Adapun siklus penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

Gambar 1: siklus PTK Modifikasi dari Wardhani (2007: 2.4).

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Perencanaa

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Perencanaa Observasi I

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Observasi II Perencanaa

Refleksi SIKLUS III Pelaksanaan

Observasi

(33)

Penelitian tindakan kelas ini, yang dijadikan subjek penelitian adalah seorang guru dan siswa kelas V A SDN 5 Metro Barat Tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 30 orang siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas V A SDN 5 Metro Barat, jalan Soekarno Hatta, Mulyojati 16 C Metro Barat, Kota Metro.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di semester genap pada tahun pelajaran 2011/2012. Waktu pelaksanaan penelitian lebih kurang 6 bulan, yaitu bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Juni tahun 2012. Kegiatan penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal PTK, diskusi, penyusunan RPP, dan lembar kerja siswa, secara kolaboratif dan partisipatif dengan guru mata pelajaran, sampai pada tahap pelaksanaan dan pelaporan.

C. Alat Pengumpulan Data 1. Tes Hasil Belajar

Instrumen ini digunakan untuk menjaring data kuantitatif mengenai kemampuan siswa khususnya materi yang sudah dipelajari dengan menggunakan modelcooperative learningtipe NHT.

2. Lembar Panduan Observasi

(34)

pembelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learningtipe NHT.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Tes

Digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa, guna mengetahui hasil belajar setelah diterapkannya model pembelajaran cooperative learningtipe NHT.

2. Teknik Non Tes

Dalam teknik non tes digunakan lembar observasi untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa selama berlangsungnya Penelitian Tindakan Kelas dalam pembelajaran PKn menggunakan model cooperative learningtipe NHT.

E. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif dapat dihitung dengan rumus:

NP = SM

R

x 100% Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan

R =Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum dari tes yang ditentukan 100% = Bilangan tetap

Diadopsi dari Purwanto (2009: 102)

(35)

Rentang Skor Kualifikasi 80,01 % - 100 % Sangat Tinggi

60,01 % - 80 % Tinggi 40,01 % - 60,00 % Sedang 21,01 % - 40,00 % Rendah

0 20 % Sangat Rendah

(Triyana, Arifah Nur dalam http://www.scribd.com) 2. Analisis kuantitatif

Analisis kuantitatif ini digunakan untuk menganalisis data hasil belajar dengan rumus:

X =

Keterangan:

X = nilai rata-rata kelas

= total nilai yang diperoleh siswa n = jumlah siswa

Diadopsi darirepository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0805472_chapte r3.pdf.

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan rumus:

TB = 100 %

Keterangan:

= Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar atau

(36)

Diadopsi darirepository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0805472_cha pter3.pdf.

[image:36.595.162.407.261.391.2]

Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya, sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran (Aqib,dkk., 2009: 41).

Tabel 2. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam %

Tingkat Keberhasilan (%) Arti > 80% Sangat tinggi

60-79% Tinggi

40-59% Sedang

20-39% Rendah

<20% Sangat rendah (Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

F. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative leraning tipe NHT dikatakan berhasil jika:

1. Terjadi peningkatan aktivitas belajar 75%.

2.

G. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dilakukan dengan tiga siklus. Siklus I

(37)

dengan materi pokok unsur-unsur organisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Perencanaan

Prosedur penelitian ini diawali dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara kolaboratif partisipatif antara guru dan peneliti dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT, kemudian menyiapkan media pembelajaran, membuat panduan observasi, dan membuat soal-soal tes, kemudian membuat lembar penilaian.

2. Pelaksanaan

Pada siklus I pembelajaran PKn, Rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modelcooperative learning tipe NHT yang meliputi beberapa tahap antara lain:

1. Kegiatan pendahuluan/awal (±10 menit)

a. Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.

b. Apersepsi

Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. c. Orientasi

Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.

d. Motivasi

Guru memotivasi siswa dan bertanya jawab mengenai materi kebebasan berorganisasi.

(38)

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

a. Guru menjelaskan pokok bahasan yaitu pengertian organisasi, dan unsur-unsur dalam organisasi.

b. Guru membagi siswa dalam kelompok , yang terdiri dari lima orang siswa dalam satu kelompok dan kepada tiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5.

c. Guru menyiapkan lembar kerja kelompok.

d. Guru memberi tugas kepada kelompok dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

e. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugas yang diberikan, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.

f. Guru memanggil salah satu nomor siswa, nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

g. Guru menyimpulkan jawaban dari semua siswa.

h. Guru memberikan tes formatif setelah menyampaikan materi pelajaran untuk mendapatkan skor akhir.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru :

a. Selama kelompok bekerja, guru mengamati serta membimbing dan membantu jika diperlukan .

b. Setelah selesai, hasil kerja kelompok dikumpulkan kepada guru.

(39)

individual), pada saat menjawab soal siswa tidak boleh saling membantu.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, siswa :

a. Guru bertanya jawab kepada siswa tentang hal-hal yang belum diketahui.

b. Guru bersama siswa bertanya jawab dan meluruskan pemahaman dan memberikan kesimpulan serta penguatan. c. Melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar

yang telah dilakukan.

d. Memberikan motivasi siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan penutup/akhir

a. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. b. Refleksi

Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari untuk mengetahui pencapaian indikator.

c. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa.

d. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 3. Observasi

(40)

siswa melakukan kegiatan diskusi, serta kinerja guru selama proses pembelajaran. Segala aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan memberikan tanda check list dan memberikan nilai pada lembar observasi.

4. Refleksi

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas V A pada pembelajaran PKn di SDN 5 Metro Barat dapat disimpulkan:

1. Penggunaan model cooperative learning tipe NHT pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan terhadap siswa mulai dari siklus I sampai siklus III. Aktivitas belajar siswa dari setiap siklus menngalami peningkatan, yaitu siklus II meningkat dari siklus I yaitu 49,72% menjadi 62,50% dengan peningkatan sebesar 12,78% dan nilai rata-rata siklus III meningkat dari siklus II yaitu 62,50% menjadi 80,56% dengan peningkatan sebesar 18,06%.

(42)

12,67. Ketuntasan belajar meningkat dari 10 siswa (33,33) di siklus I menjadi 20 siswa (66,67%) dengan peningkatan sebesar 10% dan pada siklus III meningkat dari 20 siswa (66,67%) menjadi 27 siswa (90%), sehingga terjadi penigkatan sebesar 23,33%.

B. Saran

1. Kepada siswa, supaya lebih meningkatkan belajar guna memperkaya ilmu pengetahuan dan memperoleh hasil belajar yang baik.

2. Kepada guru, supaya dapat lebih memperhatikan model pembelajaran yang akan digunakan dalam mengajar agar sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.

3. Kepada kepala sekolah, agar dapat selalu memberikan arahan dan sosialisasi yang baik kepada guru untuk selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran, khususnya dalam penggunaan model pembelajaran.

(43)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN MODELCOOPERATIVE LEARNINGTIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS V A SDN 5 METRO BARAT

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh

SUNNAILI YARTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(44)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN MODELCOOPERATIVE LEARNINGTIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS V A SDN 5 METRO BARAT

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

SUNNAILI YARTI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(45)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 32

2. Grafik Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa per-Siklus ... 84

3. Grafik Rekapitulaasi Persentase Kinerja Guru per-Siklus ... 87

4.Grafik Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 90

(46)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

II. KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Belajar, Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar ... 8

1. Pengertian Belajar ... 8

2. Pengertian Aktivitas Belajar ... 9

3. Pengertian Hasil Belajar... 11

B. Model Pembelajaran... 12

1. Pengertian Pembelajaran ... 12

2. Pengertian Model Pembelajaran ... 14

3. Model-model Pembelajaran PKn di SD... 15

C. PembelajaranCooperative Learning... 16

1. PengertianCooperative Learning... 16

2. TujuanCooperative Laerning... 18

3. Macam-macam ModelCooperative Learning... 18

4. ModelCooperative LearningTipe NHT ... 22

a. Cooperative LarningTipe NHT ... 22

b. Kelebihan dan KekuranganCooperative LearningTipe NHT ... 23

c. Langkah-langkah Pembelajaran NHT ... 24

D. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 26

1. Pengertian PKn ... 26

2. Tujuan PKn di SD... 29

E. Hipotesis Tindakan... 31

III. METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Setting Penelitian ... 33

C. Alat Pengumpul Data ... 33

D. Teknik Pengumpul Data ... 34

E. Teknik Analisis Data... 34

F. Indikator Keberhasilan ... 36

(47)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Prosedur Penelitian ... 41

B. Hasil Penelitian ... 43

1. Siklus I ... 43

a. Pertemuan 1 ... 43

1. Perencanaan ... 43

2. Pelaksanaan ... 43

b. Pertemuan 2 ... 45

1. Perencanaan ... 45

2. Pelaksanaan... 45

c. Hasil Observasi Siklus I ... 47

1) Aktivitas Belajar Siswa ... 47

2) Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus I... 51

3) Kinerja Guru ... 52

4) Hasil Belajar Siswa ... 54

d. Refleksi ... 56

e. Saran Perbaikan/ Tindakan Kelas untuk Siklus II ... 56

2. Siklus II ... 56

a. Pertemuan 1 ... 56

1. Perencanaan ... 56

2. Pelaksanaan ... 57

b. Pertemuan 2 ... 58

1. Perencanaan ... 58

2. Pelaksanaan... 59

c. Hasil Observasi Siklus II ... 61

1) Aktivitas Belajar Siswa ... 61

2) Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus II ... 65

3) Kinerja Guru ... 65

4) Hasil Belajar Siswa ... 67

d. Refleksi ... 69

e. Saran Perbaikan/ Tindakan Kelas untuk Siklus III ... 69

3. Siklus III ... 70

a. Pertemuan 1 ... 70

1. Perencanaan ... 70

2. Pelaksanaan ... 70

b. Pertemuan 2 ... 72

1. Perencanaan ... 72

2. Pelaksanaan ... 72

c. Hasil Observasi Siklus III ... 74

1) Aktivitas Belajar Siswa ... 74

2) Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus III... 78

3) Kinerja Guru ... 79

4) Hasil Belajar Siswa ... 80

d. Refleksi ... 81

C. Pembahasan ... 82

1. Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 82

2. Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran ... 85

(48)

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 93 A. Kesimpulan ... 93 B. Saran ... 94 DAFTAR PUSTAKA

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono.2006. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Admin. 2011.Cooperative Learning http://pmat.uad.ac.id/cooperative-learning.html) diakses tanggal 14 Desember 2011 jam 09.00 WIB. Alhifni. 2011.

http://alhifnie.wordpress.com/2011/10/09/tugas-model-pembelajaran/diakses tanggal 13 Desember 2011 jam 12.00 WIB.

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Anonim. 2010.Model pembelajaran cooperative learning tipe NHT.

http://matematika-ipa.com/model-pembelajaran-cooperative-learning-tipe-nht. diakses tanggal 12 Januari 2012 Jam 06.00 WIB.

..2011.Penerapan model cooperative. (http://blogspt. com) diakses tanggal 04 Januari 2012 jam 09.30.

.2011.Metodologi Penelitian.repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_ 0805472_chapter3.pdf. Diakses 29/11/2011. Pukul 15.00 WIB.

Angkowo, Robertus dan A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Grasindo. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Asma, Nur. 2006.Model Pembelajaran Kooperatif. Dirjen Dikti. Jakarta. Azyumardi. 2011. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan.

(http://rachmadrevanz.com/pandangan-pakar-tentang-pengertian-pendidikan-kewarganegaraan.html/pendidikan-kewarganegaraan) diakses tanggal 11 Desember 2011 jam 14.05 WIB.

(50)

Fajar, Arnie. 2009. Portofolio dalam pembelajaran IPS. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Hamsa. 2011.Kelebihan dan kekurangan pembelajaran Cooperative learning tipe NHT. (http://alief hamsa.blogspot.com/2009/05/numbered-heads-together-nht.html) diakses tanggal 14 Desember 2011 jam 15.00 WIB.

Hanafiah, Nanang dan Cucu, Sahana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.

Herdian. 2011.Pengertian Aktivitas Belajar (http://id.shvoong.com/social-

sciences/education/2162643-pengertian-aktivitas-belajar/#ixzz1gCkwmnDK/2011/12/10) diakses tanggal 11 Desember 2011 jam 14.10 WIB.

Herdy. 2011. Langkah pembelajaran NHT

(http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/) diakses tanggal 12 Desember 2011 jam 15.00 WIB.

Hernawan, Asep Herry. 2007. Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI PRESS. Bandung.

Huda, Miftahul. 2011.Cooperative Learning. Pustaka pelajar. Yogyakarta. Isjoni. 2009.Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Komalasari, Kokom.2010.Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama. Bandung. Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai

Pengembangan Profesi.PT Rajawali Pers. Jakarta.

Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. PT Indeks. Jakarta.

Mills. 2011.Pengertian Model Pembelajaran

(http://zonainfosemua.blogspot.com/2010/11/pengertian-model-pembelajaran-dari.html) diakses tanggal 13 Desember 2011 jam 20.05 WIB.

Muchith, Saekan, dkk. 2010.Cooperative learning. Rasail. Semarang. Muslich, Abdul. 2007.Melaksanakan PTK itu mudah.Bumi Aksara. Jakarta. Purwanto, Ngalim. 2009.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran.

Rosda. Bandung.

(51)

Raharjo. 2009.Kurikulum-tujuan-PKn.http://raharjo. Wordpress.com, diakses 05 Januari 2012 jam 20.15.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Sardiman. 2010.Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta Slavin, Robert E. 2009.Cooperative Learning. Nusa Media. Bandung.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007.Cooperative Learning. Bumi Aksara. Jakarta Sukirman, Dadang, dkk. 2006.Perencanaan Pembelajaran. UPI PRESS.

Bandung.

Sumarsono, dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegararaan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sunyono. 2009.Modul Perancangan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Lampung. Bandar Lampung. Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Surya

Pena Gemilang. Malang.

Syah, Muhibin. 2009.Psikologi Belajar. Rajawali Pers. Jakarta.

Landasan Pendidikan. UPI PRESS. Bandung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana. Jakarta.

Triyana, Arifah Nur. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Peluang dan Statistika di SMP

Negeri 4 Depok Yogyakarta Kelas IX C.

http://www.scribd.com/doc/51704402/16/G-Teknik-Analisis-Data. Diakses 20/11/2011. Pukul 17.00 WIB.

Tryana. 2011.http://www. Blogspot.com. diakses tanggal 14 Desember 2011 jam 20.30 WIB.

Wahab, Abdul Azis. 2008.Metode dan Model Mengajar.Alfabeta. Bandung. Wardani, IGAK. 2007.Penelitian Tindakan Kelas.Universitas Terbuka. Jakarta.

(52)
(53)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.Kualifikasi persentase skor hasil observasi keaktifan belajar siswa dan guru 35

2. Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa ... 36

3. Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1... 47

4. Aktivitas Belajar Siswa siklus I pertemuan 2 ... 50

5. Rata-rata aktivitas siswa siklus 1 ... 51

6. Kinerja guru siklus I pertemuan 1 ... 52

7. Kinerja guru siklus 1 pertemuan 2 ... 53

8. Nilai hasil belajar siswa siklus 1 ... 54

9. persentase ketuntasan hasil belajar siswa siklus 1 ... 55

10. Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II Pertemuan 1... 61

11. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan II... 63

12. Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus II ... 65

13. Kinerja guru pada Siklus II Pertemuan 1 ... 66

14. Kinerja guru pada siklus II pertemuan 2 ... 67

15. Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 68

16. Ketuntasan Hasil Belajar siswa Siklus II ... 68

17. Aktivitas Belajar Siswa siklus III pertemuan 1... 74

18. Aktivitas Belajar Siswa Siklus III pertemuan 2 ... 76

19. Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus III... 78

20. Kinerja guru pada Siklus III Pertemuan 1... 79

21. Kinerja guru pada Siklus III Pertemuan 2... 80

22. Nilai Hasil Belajar Siklus III... 80

23. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar ... 81

24. Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 83

25. Rekapitulasi Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran... 86

26. Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa per- Siklus... 89

(54)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Sunnaili Yarti Nomor Pokok Mahasiswa : 0813053010

Program Studi : S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Lokasi Penelitian : SDN 5 Metro Barat

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Mata Pelajaran PKn Kelas V A SDN 5 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012 tersebut adalah asli hasil penelitian saya kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup dituntut berdasarkan Undang-undang dan Peraturan yang berlaku.

Metro, Mei 2012

Yang membuat pernyataan,

(55)

Judul Skripsi : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Mata Pelajaran PKn Kelas V A SDN 5 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama Mahasiswa : Sunnaili Yarti Nomor Pokok Mahasiswa : 0813053010 Program Studi : S-1 PGSD

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Drs , A. Sudirman, M.H. Drs. Siswantoro, M.Pd.

NIP 195405051983031003 NIP 195409291984031001

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(56)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji:

Ketua : Drs , A. Sudirman, M.H. __________________

Sekretaris : Drs. Siswantoro, M.Pd. __________________

Penguji

Bukan Pembimbing, : Dra, Asmaul Khair, M. Pd. __________________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(57)

MOTTO

Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum apabila dia tidak

berusaha untuk mengubahnya (Q.S Ar Ra d ayat: 11).

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Alam Nasyrah

(58)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Ayahku Bahri dan Ibuku Auli Yana tercinta yang selalu memberikan do a, dukungan moral, materiil yang tak pernah henti-hentinya untuk keberhasilan

ananda, semangat dan kasih sayang tiada batas.

Adikku Arido Sunandar, Fil Yadi, Lih Wanto dan Lena Wahyuni yang selalu

berbagi kasih sayang dan semangat.

Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan motivasi.

(59)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Baturaja pada tanggal 04 Juni 1991 sebagai anak pertama dari lima bersaudara dari Bapak Bahri dan Ibu Auli Yana.

Peneliti menempuh Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Baturaja Kecamatan Pesisir Utara, Krui Lampung Barat pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMPN 3 Pesisir Utara, Krui Lampung Barat pada tahun 2005, dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di MAN 1 Krui diselesaikan pada tahun 2008.

(60)

SANWACANA

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan

menggunakan modelcooperative learning tipeNumbered Heads Together(NHT) pada mata pelajaran PKn kelas V A SDN 5 Metro Barat Tahun Pelajaran

sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M. Sc., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(61)

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP Metro S-1 PGSD sekaligus selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan saran-saran dan masukan. 6. Bapak Drs. Kojat Sudiatmaja, M.Pd., selaku pembimbing Akademik atas

nasehat dan bantuannya selama ini.

7. Bapak Drs, A. Sudirman, M.H., selaku Pembimbing I atas semua jasanya baik tenaga dan pikiran yang tercurahkan untuk bimbingan, masukan, dan saran yang diberikan dengan sabar dan ikhlas di sela kesibukannya.

8. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang dalam kesibukannya senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing dalam penyusunan penelitian ini.

9. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan S-1 PGSD UPP Metro, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

10. Kepala Sekolah SDN 5 Metro Barat Ibu Syamsiah, S.Pd dan Ibu Hoirowati, A. Ma. Pd., selaku guru Pendidikan Kewarganegaraan SDN 5 Metro Barat dan para siswa Kelas V A yang telah membantu kelancaran selama penelitian. 11. Kedua Orang tua tercinta dan adik-adik peneliti yang telah banyak

memberikan dukungan moril maupun materil serta kasih sayang demi keberhasilan studi peneliti.

12. Seluruh rekan-rekan S-1 PGSD angkatan 2008 yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang telah berjuang bersama demi masa depan yang cerah.

(62)

14. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

Gambar

Gambar 1: siklus PTK Modifikasi dari Wardhani (2007: 2.4).
Tabel 2. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam %

Referensi

Dokumen terkait

(2) Di KJA Gundil Situbondo prevalensi ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang yaitu Benedenia sebesar 100% dan Dactylogyrus sebesar 0% serta intensitas ektoparasit

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan berdasarkan kondisi fisik alami lokasi penelitian yang dianalisis berdasarkan parameter kajian bahaya kebakara hutan dan

1 Pengendalian pemanfaatan Ruang Kondisi saat ini sebagian besar tanah timbul dikuasai oleh masyarakat di mana penguasaan dilakukan sejak proses pematangan dengan menggunakan

So that students can socialize with peers without having to leave one of the Indonesian cultural identity is “caring”, based on research from various sources of journals and

bahwa untuk lebih meningkatkan kegiatan penanaman modal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk percepatan pembangunan dengan tetap meningkatkan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar optimasi, lembar observasi keterlaksanaan tahapan inkuiri, pedoman penilaian jawaban siswa terhadap

Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository Universitas Jember Digital Repository

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “ PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)