• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN KELAS VII SMPN 8 BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN KELAS VII SMPN 8 BANDAR LAMPUNG"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN

PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN KELAS VII SMPN 8

BANDAR LAMPUNG

Oleh

HADI WIJAYA

Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 8 Bandar Lampung diketahui bahwa rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi pokok Organisasi kehidupan masih rendah yaitu 62. karena itu diperlukan solusi untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa, salah satunya penerapan model pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT).

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIg sebagai kelas Eksperimen dan VIIe sebagai kelas kontrol yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Desain yang digunakan adalah pretest-postest group design.

Analisis data menggunakan uji-t melalui program Software SPSS versi 17 taraf kepercayaan 95%. Data kualitatif berupa aktivitas belajar siswa, dan tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajarankooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) yang dianalisis secara deskriptif.

(3)

juga menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi. Selain itu, semua siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).

Berdasarkan hasil dari penelitian ini di peroleh bahwa: (1) Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok organisasi kehidupan kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung; (2) Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap penguasaan konsep siswa pada materi pokok organisasi kehidupan kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung.

(4)
(5)
(6)
(7)

i

A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) ... 11

B. Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament …….. 15

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Hasil Penelitian ... 40

1. Penguasaan Konsep ... 40

2. Data Lembar Observasi aktifitas Belajar Siswa ... 43

(8)

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 50

1. Perangkat Pembelajaran ... 57

2. Data Hasil Penelitian ………. ... 123

3. Analisa Statistik Data Hasil Penelitian……… .... 131

4. Foto-Foto Penelitian ... 140

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan, dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003 dalam Sagala 2003:3).

Pendidikan sebagai suatu upaya untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi memerlukan suatu pendukung yaitu mutu pendidikan. Banyak pihak mensinyalir bahwa rendahnya mutu pendidikan saat ini adalah berkaitan erat dengan rendahnya motivasi siswa dalam belajar. Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah, kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama yaitu teacher centre (guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang cendrung pasif). Tetapi hal ini nampaknya masih banyak diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah praktis dan tidak menyita waktu.

(10)

pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Sedangkan menurut Muhibbinsyah (2004:63) belajar itu adalah kegiatan yang berproses dan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Proses pembelajaran di sekolah saat ini sangat menekankan pada konsep teoritis yang pada kenyataanya tidak cukup memenuhi kebutuhan siswa dalam kehidupan sehari-hari karena tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan

sebenarnya. Biologi merupakan mata pelajaran yang memiliki karakteristik berbeda daripada mata pelajaran lain yang diajarkan di sekolah. Obyek biologi yang berupa makhluk hidup merupakan daya tarik tersendiri yang dapat menarik perhatian, minat siswa untuk mempelajarinya dan memberikan pengetahuan tentang lingkungan sekitar yang berhubungan langsung dalam kehidupan siswa sehari-hari sehingga perlu pemahaman yang mendalam. Kesalahan klasik yang selalu muncul dalam memahami mata pelajaran ini adalah dianggapnya biologi sebagai materi yang harus dihafalkan, sehingga bagi sebagian siswa menganggap biologi sebagai pelajaran yang

membosankan (Istiqomah, 2011:28).

(11)

2006:170). Materi ini merupakan materi yang tergolong cukup sulit dipahami oleh sebagian siswa karena siswa harus dapat mengetahui tentang keragaman tingkat sel, jaringan, organ, sistem organ serta keragaman pada tingkat

organisme. untuk dapat menguasai konsep ini siswa harus mampu memahami materi bukan hanya mengenal dan menghafalnya.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru Biologi di SMP Sekincau Lampung Barat didapatkan data bahwa tingkat penguasaan konsep siswa kelas VII terhadap materi pelajaran masih sangat rendah khususnya pada materi pokok Organisasi Kehidupan. Pada tahun pelajaran 2011/2012 nilai yang diperoleh siswa rata-rata 55 dan nilai tersebut belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 60. Siswa yang telah mencapai nilai KKM setelah pelaksanaan ulangan harian hanya 38% dari jumlah siswa seluruh kelas VII.

Rendahnya nilai KKM tersebut diduga karena metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran selama ini adalah metode ceramah, tanya jawab, dan latihan soal. sehingga aktivitas belajar siswa lebih dominan mendengarkan penjelasan dari guru selain itu juga di dalam kelas siswa lebih banyak mengobrol, mengganggu teman, keluar masuk kelas, atau mengerjakan tugas lain. Jika mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, siswa pada umumnya malu dan takut untuk bertanya kepada guru apalagi siswa yang berkemampuan rendah mereka cenderung diam dan enggan dalam

(12)

menjadi pasif dan kurang antusias sehingga aktivitas siswa dalam

pembelajaran menjadi rendah dan akan dapat berpengaruh pada penguasaan konsep-konsep materi pelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang dianggap peneliti dapat memotivasi siswa untuk berperan secara aktif dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournamen) para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran (Slavin, 2008 dalam Mahmuddin 2009). Setiap anggota kelompok saling membantu dalam memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar setiap siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi. Dalam model pembelajaran tipe TGT (Teams Games

Tournament) ini guru diberikan kesempatan untuk menggunakan turnament

dalam suasana yang positif/konstruktif. Siswa akan menerima informasi dan materi secara aktif dalam tournament tersebut. Turnament terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan dengan materi pelajaran dan tingkat kesulitan soal.

(13)

TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan aktivitas dan

penguasaan materi pokok Sistem Saraf sebesar 16,5%. Hasil penelitian yang lain dari Tugiarti ( 2009:24) diketahui bahwa penerapan model pembelajaran tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan, maka peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) dari penelitian ini diharapkan dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran

sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi

pembelajaran dan dapat meningkatkan penguasaan konsep biologi siswa.

Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian dengan judul

”Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams

Games Tournament) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Pokok

Organisasi kehidupan Kelas VII SMP SEKINCAU Lampung Barat.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) terhadap aktivitas belajar siswa?

(14)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT (Teams Games Tournament) terhadap aktivitas belajar siswa.

2. Mengetahui pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran tipe TGT (Teams Games Tournament) terhadap penguasaan Konsep pada Materi Pokok Organisasi Kehidupan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Guru

a. Memberikan model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa.

b. Mengembangkan model mengajar yang benar c. Meningkatkan kemampuan dalam mengajar.

2. Siswa

a. Memberikan siswa pengalaman belajar yang berbeda dalam mata pelajaran biologi.

b. Mempermudah siswa untuk memahami konsep biologi.

(15)

3. Sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya mengadakan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan mutu sekolah.

4. Peneliti

a. Memberikan pengalaman meneliti sebagai calon guru dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa.

b. Mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dalam pembelajaran biologi

khususnya pada materi pokok Organisasi Kehidupan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup sebagai berikut :

1. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi pelajaran.

(16)

3. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan point untuk skor tim mereka.

4. Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam menjawab soal tes konsep biologi pada materi pokok Organisasi Kehidupan.

5. Materi pokok dalam penelitian ini adalah Organisasi Kehidupan.

6. LKS eksperimen dan LKS non eksperimen berisi pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara kronologis untuk membantu siswa menemukan konsep.

7. Subjek penelitian adalah siswa SMP Negeri I Sekincau kelas VII2 dan VII1 semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang dipilih secara acak yang ditentukan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

F. Kerangka Pikir

(17)

Kemampuan siswa menguasai suatu konsep akan berbeda-beda, ada yang memiliki konsep yang baik, sedang dan kurang. Penguasaan konsep yang lebih baik adalah yang diharapkan dalam proses pembelajaran, sedangkan pembelajaran akan lebih berkesan jika mudah dipahami dan diingat oleh siswa. Untuk itu siswa perlu dihadapkan pada suatu pembelajaran yang membuat mereka aktif berfikir sehingga konsep yang sudah dipelajari siswa tidak mudah terlupakan. Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT ini diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep biologi siswa karena siswa dituntut melibatkan diri secara aktif baik dengan anggota kelompoknya maupun dengan seluruh kelas. Siswa juga akan lebih memahami konsep materi sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif.

Adapun variabel bebas (X) dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran tipe TGT (Teams Games Tournament), sedangkan variabel terikat (Y) adalah penguasaan konsep siswa. Hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Diagram hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat Keterangan : X = Penerapan model TGT (Teams Games

Tournament); Y = Penguasaan Konsep.

(18)

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran tipe TGT (Teams Games Tournament) terhadap penguasaan Konsep pada Materi Pokok Organisasi Kehidupan. Hi = Ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran

tipe TGT (Teams Games Tournament) terhadap penguasaan Konsep pada Materi Pokok Organisasi Kehidupan.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)

Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain (Isjoni, 2007: 16).

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan paham kontruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar belum dikatakan selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Amri & Achmadi, 2010 : 90).

Cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi

(20)

pembelajaran secara berkelompok, tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok, karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga

memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka. Hubungan kerja

kelompok memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dalam kelompok.

Menurut Roger dan David Johnson (dalam Amri & Achmadi, 2010 : 91-92), mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :

1. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap

anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa dengan saling ketergantungan sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung jawab perseorangan

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa

bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

3. Tatap muka

Dalam pembelajaran cooperative learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah

menghargai perbedaan memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.

4. Komunikasi antar anggota

(21)

dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. 5. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif munurut Slavin (dalam Trianto, 2009:61), sebagai berikut :

1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.

2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan

memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompoknya dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

(22)

dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Arends (dalam Trianto, 2009:65), bahwa pelajaran yang

menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajar.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam, dan

4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (dalam Amri & Ahmadi, 2010:92) adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah laku

Fase 1 :

Menyampaikan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2 :

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase 3 :

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4 :

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Fase 5 :

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6 :

Memberikan penghargaan

(23)

Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial,

kemampuan dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Selain itu juga pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan keterampilan-keterampilan pilihan kerja sama dan

kolaborasi, dan juga keterampilan-keterampilan Tanya jawab. (Ibrahim dalam Trianto, 2009:60)

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT(Teams Games Tournament)

TGT (Teams Games-Tournaments) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Dalam TGT, para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen dan siswa

memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka (Trianto, 2009:83). Guru

(24)

Model TGT merupakan salah satu model pembelajaran koopertaif dengan dibentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri dari tiga sampai lima siswa yang heterogen baik dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Dalam TGT ini digunakan turnamen akademik, dimana siswa berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim yang lain yang mencapai atau prestasi yang serupa pada waktu lalu. Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “meja-turnamen”, di mana ketiga peserta dalam satu meja turnamen ini adalah para siswa yang memiliki rekor nilai IPA terakhir yang sama. Sebuah prosedur “menggeser kedudukan” membuat

permainan ini cukup adil. Peraih rekor tertinggi dalam tiap meja turnamen akan mendapatkan 60 poin untuk timnya, tanpa menghiraukan dari meja mana ia mendapatkannya. Ini berarti bahwa mereka yang berprestasi rendah (bermain dengan yang berprestasi rendah juga) dan yang berprestasi tinggi (bermain dengan yang berprestasi tinggi) kedua-duanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Tim dengan tingkat kinerja tertinggi mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya.

TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan

(25)

Permainan TGT berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah kartu dan

berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka yang tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk menyumbangkan skor-skor maksimal untuk kelompoknya. Turnamen ini juga dapat digunakan sebagai review materi pelajaran.

Dalam Implementasinya secara teknis Slavin (2008:170) mengemukakan empat langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus regular dari aktivitas pembelajaran, sebagai berikut:  Step 1: Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran.

Step 2: Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim

mereka untuk menguasai materi.

Step 3: Turnamen, para siswa memainkan game akademik dalam

kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta (kompetisi dengan tiga peserta).

Step 4: Rekognisi Tim, skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Komponen-komponen dalam TGT adalah penyajian materi, tim, games, tournament, dan penghargaan kelompok (Ani Kurniasari 2006:19-20). 1. Penyajian materi

Dalam TGT, materi mula-mula dalam penyajian materi. Siswa harus memperhatikan selama penyajian materi karena dengan demikian akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik dan skor kuis mereka menentukan skor kelompok.

2. Teams (tim) merupakan suatu kelompok kecil yang saling bekerja sama

(26)

dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya.

3. Games merupakan suatu permainan yang dapat dijadikan sebagai alat

untuk belajar dengan menyenagkan. Games dalam metode ini terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi dikelas dan pelaksanaan kerja tim. Games tersebut dimainkan diatas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.

Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu

bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut Slavin (2008:166).

4. Turnament adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya

berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi dikelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan Slavin (2008:166.)

5. Penghargaan kelompok

(27)

Tabel 2. Kriteria point penghargaan kelompok

No. Perolehan skor Predikat

1. 30 – 39 Good team 2. 40 – 44 Great team

3. ≥ 45 Super team

Sedangkan pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:

1. Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja turnamen (3 orang , kemampuan setara). Setiap meja terdapat 1 lembar permainan, 1 lembar jawaban, 1 kotak kartu nomor, 1 lembar skor permainan.

2. Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca I (nomor tertinggi) dan yang lain menjadi penantang I dan II.

3. Pembaca I menggocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. 4. Pembaca I membaca soal sesuai nomor pada kartu dan mencoba

menjawabnya. Jika jawaban salah, tidak ada sanksi dan kartu dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti skor. 5. Jika penantang I dan II memiliki jawaban berbeda, mereka dapat

mengajukan jawaban secara bergantian.

6. Jika jawaban penantang salah, dia dikenakan denda mengembalikan kartu jawaban yang benar (jika ada).

7. Selanjutnya siswa berganti posisi (sesuai urutan) dengan prosedur yang sama.

(28)

9. Penghargaan sertifikat, Tim Super untuk kriteria atas, Tim Sangat Baik (kriteria tengah), Tim Baik (kriteria bawah)

10.Untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeseran tempat siswa berdasarkan prestasi pada meja turnamen.

Slavin 2008 (dalam Mahmuddin 2009:1), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:

 Para siswa di dalam kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.

 Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.

 TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.

 TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)

 Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.

 TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.

(29)

itu juga sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam

pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara

individual.

C. Penguasaan Konsep

Pembelajaran kooperatif akan membantu mengembangkan ketrampilan sosial melalui interaksi kooperatif diantara siswa, selain itu juga membantu

pembelajaran akademis mereka. Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa.

Materi pembelajaran merupakan bahan ajar utama minimal yang harus dipelajari oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang sudah dirumuskan dalam kurikulum (Muhammad, 2003:17). Dengan materi

pembelajaran memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Materi pembelajaran merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Awaluddin, 2008:1).

(30)

berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2001:115).

Menurut Sagala (2003:71) definisi konsep adalah

Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.

Berdasarkan pengertian kedua kata diatas jadi penguasaan konsep adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang dalam menyerap arti dari materi bahan yang dipelajari yang dinyatakan dalam definisi sehingga dapat menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori yang diperoleh dari fakta peristiwa pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak.

(31)

Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 2001:131).

Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2004:23-28) ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut : (1). Pengetahuan, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan, (2). Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari, (3). Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru, (4). Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik, (5). Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, (6). Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal

berdasarkan kriteria tertentu.

Penguasaan konsep pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut Thoha (1994:1) evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Salah satu instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Menurut Arikunto (2001:53) tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

(32)

atau tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru mengadakan tes awal atau pretest. Kegunaan tes ini ialah terutama untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran. Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran (Daryanto, 1999:195-196).

Melalui hasil tes tersebut maka dapat diketahui sejauh mana tingkat penguasaan materi siswa. Tingkat penguasaan materi oleh siswa dapat diketahui malalui pedoman penilaian. Bila nilai siswa ≥ 66 maka

dikategorikan baik, bila 55 ≤ nilai siswa < 66 maka dikategorikan cukup baik,

(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari yaitu pada semester genap Tahun pelajaran 2012/2013 di SMP Negeri I Sekincau.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Sekincau Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 12 kelas. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII sebagai kelas eksperimen, dan kelas VII2 sebagai kelas kontrol.yang dipilih dengan teknik cluster random sampling (Noor, 2011:153).

C. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen. Desain yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pretest posttest non equivalen. Struktur desainnya sebagai berikut:

Gambar 2. Desain pretest postest tak ekuivalen

(34)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. Membuat surat izin penelitian dari Dekanat FKIP Unila untuk sekolah tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti. c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). e. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes/postes berupa soal

pilihan jamak berjumlah 20 soal.

f. Membuat soal-soal TGT (Teams Games Tournament) untuk digunakan dalam tournament.

g. Membuat lembar observasi yang akan digunakan untuk melihat aktivitas siswa dan guru disetiap proses belajar berlagsung.

(35)

i. Melakukan uji ahli pada tiap butir soal yang akan digunakan pada pretes dan postes.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk kelas eksperimen dan tanpa pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournamen) untuk kelas kontrol yaitu menggunakan metode ceramah dan diskusi tanya jawab. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 pertemuan. Pertemuan I membahas keragaman organisasi kehidupan tingkat sel dan jaringan, pertemuan II membahas keragaman organisasi kehidupan tingkat organ,sistem organ dan organisme. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

Kelas eksperimen

Kelas eksperimen adalah kelas yang dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Tahap-tahap kegiatan sebagai berikut :

1. Pendahuluan :

a. Guru memberikan pretes berupa soal pilihan jaman sebanyak 20 soal tentang keragaman pada sistem Organisasi kehidupan. b. Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa dengan maksud

agar siswa mengetahui arah kegiatannya dalam belajar. c. Memberikan apersepsi pertemuan 1 Tahukah kalian dalam

(36)

kompleks.Apa sajakah penyusun struktur organisasi kehidupan itu?

pertemuan 2 guru meminta siswa menyebutkan 5 macam jaringan pada manusia

d. Memberikan motivasi Dengan mempelajari materi organisasi kehidupan kita akan mengetahui komponen-komponen penyusun organisasi kehidupan. Kemudian kita juga dapat mengetahui keragaman yang ada dalam sistem organisasi kehidupan sehingga memberikan dasar pengetahuan kepada kita tentang pengelompokkan makhluk hidup.

pertemuan 2 apakah kalian pernah melihat macam- macam organ tubuh manusia.

2. Kegiatan inti :

a. Presentasi guru

Guru menjelaskan sajian materi yang akan dipelajari. b. Membagi siswa menjadi 4 kelompok yang masing-masing

kelompok terdiri dari 5 siswa.

c. Memberikan LKS kepada setiap kelompok

d. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil LKSnya. e. Menyiapkan kartu soal untuk digunakan dalam permainan, f. Pelaksanaan permaianan (Tournament).

(37)

1) Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja turnamen (5 orang , kemampuan setara). Setiap meja terdapat 1 lembar permainan, 1 lembar jawaban, 1 kotak kartu nomor, 1 lembar skor permainan. 2) Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca (nomor

tertinggi), pemain dan yang lain menjadi penantang I, II, dan III.

3) Pembaca I akan menggocok kartu mengambil kartu yang teratas.

4) Pembaca I kemudian membaca soal sesuai nomor pada kartu yang telah diambil mencoba menjawabnya. Jika jawaban salah, tidak ada sanksi dan kartu

dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti skor. 5) Jika penantang I, II, dan III memiliki jawaban berbeda,

mereka dapat mengajukan jawaban dengan cara

mengangkat tangan dengan cepat, siapa yang paling cepat mengangkat tangannya maka dialah yang berhak untuk menjawab.

6) Jika jawaban penantang salah, maka penantang yang lain masih mempunyai kesempatan untuk menjawab dan aturannya sama seperti awal siapa yang paling cepat dia yang berhak menjawab.

(38)

sesuai dengan prosedur yang sama. Begitu seterusnya sampai 5 kartu permainan terbuka.

8) Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan diakumulasi dengan semua tim.

3. Kegiatan Penutup :

a. Menghitung skor kelompok untuk memberikan penghargaan kelompok terbaik.

b. Memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang berhasil mendapat predikat kelompok sangat bagus yang dilakukan dalam bentuk pengumuman lisan di depan kelas dan memberikan hadiah yang bertujuan untuk memotivasi siswa dan menumbuhkan rasa percaya diri. Penghargaan sertifikat, Tim Super untuk kriteria atas, Tim Sangat Baik (kriteria tengah), Tim Baik (kriteria bawah).

c. Setelah permainan selesai kemudian Guru memberikan posttest berupa soal pilihan jamak sebanyak 20 soal.

Kelas Kontrol

Kelas kontrol adalah kelas yang tidak dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model TGT (Teams Games Tournament) tetapi

menggunakan metode ceramah diskusi, dan tanya jawab.

1. Pendahuluan

(39)

b. Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa.

c. Guru memberikan apersepsi Tahukah kalian dalam sistem kehidupan kita terdapat suatu organisasi? Dalam tubuh kita misalnya, terdapat suatu organisasi kehidupan yang kompleks. Apa sajakah penyusun struktur organisasi kehidupan itu? d. Guru memberikan motivasi Dengan mempelajari materi

organisasi kehidupan kita akan mengetahui komponen-komponen penyusun organisasi kehidupan. Kemudian kita juga dapat mengetahui keragaman yang ada dalam sistem organisasi kehidupan sehingga memberikan dasar pengetahuan kepada kita tentang pengelompokkan makhluk hidup.

2. Kegiatan Inti

a. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok

b. Guru memberikan LKS dan meminta siswa untuk melakukan diskusi mengerjakan LKS yang diberikan.

c. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan melakukan tanya jawab.

d. Guru meluruskan jika terjadi kesalahan atau perbedaan pendapat antar kelompok.

3. Kegiatan Penutup

a. Guru mebuat kesimpulan mengenai materi yang diajarkan. b. Guru memberikan posttest berupa soal pilihan jamak sebanyak

(40)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Lembar observasi aktivitas siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berupa seluruh kegiatan dan aktualisasi yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung.

2. Lembar kerja siswa (LKS)

Lembar kerja siswa (LKS) digunakan untuk menuntun siswa dalam proses pembelajaran. LKS yang dibuat dirancang sedemikian rupa sehingga membentuk LKS yang produktif untuk pelaksanaan TGT.

LKS dikerjakan oleh siswa dalam berkelompok. 3. Soal TGT (Teams Games Tournament)

Soal TGT (Teams Games Tournament) digunakan untuk pelaksanaan

Tournament.

4. Soal Pretes dan Postes

Soal pretest dan posttest digunakan untuk memperoleh data hasil penguasaan konsep siswa. Bentuk pretes dan postes yang digunakan berupa soal pillihan jamak berjumlah 20 soal.

(41)

F. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

Jenis data dan tehnik pengambilan data pada penelitian ini adalah:

Data dalam penelitian ini meliputi nilai penguasaan konsep biologi siswa, persentase aktivitas siswa, kinerja guru, dan catatan lapangan.

1. Penguasaan Konsep

Nilai penguasaan konsep biologi siswa diperoleh dari pretest dan posttest. Data nilai pretes diambil sebelum pembelajaran, sedangkan nilai postes diambil setelah pembelajaran berlagsung, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal pilihan jamak, dengan jumlah soal sebanyak 20 soal. Soal pretes maupun postes berupa soal yang sama.

2. Aktivitas siswa

Persentase aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati oleh observer pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lmbar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

Tabel 3. Hubungan antara variabel, instrumen, data penelitian dan

analisis data

No Variabel Instrumen Jenis data dan

Alat ukur 2 Aktivitas siswa

(42)

Lembar observasi yang digunakan dalam pengambilan data aktivitas siswa pada saat pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama

a. Kemampuan mengemukakan pendapat/ ide dalam

pelaksanaan Tournament (TGT)

1. Tidak mengemukakan pendapat /ide (diam saja) dan tidak memjawab pertanyaan dalam tournament

2. Mengemukakan pendapat/ ide dan menjawab pertanyaan dalam

tournament tetapi tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Organisasi Kehidupan.

3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dan menjawab pertanyaan dalam tournament dengan benar dan sesuai dengan

pembahasan pada materi pokok Organisasi Kehidupan. b. Kemampuan Bertanya:

1. Tidak mengajukan pertanyaan

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok Organisasi Kehidupan. 3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan

permasalahan pada materi pokok Organisasi Kehidupan.

c. Bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas

kelompok dan dalam Tournament (TGT) :

1. Tidak bekerjasama dengan teman dalam mengerjakan LKS dan pelaksaanaan tournament (diam saja)

2. Bekerjasama dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada LKS materi pokok Organisasi Kehidupan.dan tidak bekerjasama dalam pelaksannan

tournnament

3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok sesuai dengan permasalahan pada LKS materi pokoka tumbuhan dan

(43)

d. Bertukar informasi

1. Tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja)

2. Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada LKS sesuai dengan materi Organisasi Kehidupan.

3. Berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat untuk memecahkan permasalahan pada LKS sesuai dengan materi Organisasi Kehidupan.

e. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan.

2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan secara sistematis,dan menjawab pertanyaan dengan benar.

3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis, dan menjawab pertanyaan dengan benar. Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada tabel 3 dan 4.

Tabel 5. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa

Interval Kategori

0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi

90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Dimodifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008:37)

1. Catatan Lapangan

(44)

Tabel 6. Catatan Lapangan

No Alokasi Waktu

Kegiatan pembelajaran

Tindakan Guru Respon Siswa 1

2 3

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis data

Data penguasaan konsep diperoleh dari nilai pretes dan postes yang diambil pada saat sebelum pembelajaran pertemuan 1 dan nilai postes diambil setelah proses pembelajaran pada pertemuan 2 berlangsung, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol.

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :

S = R x 100 N

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes

(Purwanto, 2008 : 112)

Data kuantitatif nilai pretes dan postes siswa ditinjau berdasarkan perbandingan gain yang dinormalisasi atau N-gain (g) dengan menggunakan rumus Hake (1999:1) yaitu:

N-gain =

Spost – Spre

(45)

Keterangan:

N-gain = rata-rata N-gain Spost = rata-rataskor postes

Spre =rata-rataskor pretes Smax = skor maksimum Tabel 7. Kriteria N-gain.

N-gain Kriteria

g > 70 70 > g > 30

g < 30

Tinggi Sedang Rendah

Setelah diperoleh nilai selisih pretes dan postes ( N-gain), selanjutnya data pretes dan postes kelas eksperimen dan kontrol dianalisis dengan uji t

menggunakan program SPSS versi 15. Sebelum dilakukan uji t

prasyaratnya berupa uji normalitas data dan uji homogenitas data. Adapun uraianya sebagai berikut :

a. Uji Normalitas (Uji Lilliefors)

Uji normalitas data menggunakan uji liliefors yang dilakukan dengan amenggunakan program software SPSS versi 15.

1) Hipotesis

Ho : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal 2) Kriteria Pengujian

(46)

b. Uji Homogenitas (Uji Bartlett)

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas yang menggunakan uji Barlet dan diolah dengan menggunakan program software SPSS versi 15.

1) Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians yang sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians yang berbeda 2) Kriteria Pengujian

Terima Ho jika χ2 hitung< χ2 tabel atau probabilitasnya > 0,05, tolak Ho untuk harga lainnya (Sudjana 1998 : 261)

2. Pengujian Hipotesis (Uji t)

Setelah data dinyatakan normal dan homogen, berikutnya data di uji dengan pengujian hipotesis. Untuk pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata, kemudian data dimasukkan dalam uji t. t1 untuk uji kesamaan dua rata-rata, dan t2 untuk uji perbedaan dua rata-rata.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2) Kriteria Uji

1. Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

(47)

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

1) Hipotesis

H0 = rata-rata skor gainpada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.

H1 = rata-rata skor gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

2) Kriteria Uji :

1. Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

2. Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:10).

I. Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa dengan menggunakan rumus:

% 100

x n

x

X

i

Keterangan :

(48)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournament) terhadap penguasaan konsep pada materi

pokok organisasi kehidupan kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung 2. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:

(49)

2. Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournament) hendaknya dilakukan pada waktu yang lebih

lama dan anggota kelompok harus sudah berada pada meja Tournament

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Amri dan Achmadi. 2010. Kontruksi Pengembangan Pembelajaran Pengaruhnya

Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum. Jakarta. Prestasi

Pustakaraya

Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bina Aksara Aryulina, Diah., dkk. 2007. Biologi 1 SMA dan MA Untuk Kelas X. Jakarta. esis Awaluddin, A. 2008. Materi Ajar.http//andhysastera.blogspot.com.

Belina. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam

Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. Dalam

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0519108-104827/. 13 januari 2011: 08.50

BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA.

http://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/buku-standar-isi-sma.pdf 12 Agustus : 19.45

Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Dimyati dan Mujiono. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi

Aksara. Jakarta.

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855pada Senin, 19 November 2012 : 20.45.

(51)

Isparwati, Rini. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Aktivitas & Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Redoks. Skripsi. Bandar Lampung.

Universitas Lampung

Istiqomah, Nur Euis. 2011. Catatanku.

http://secarikcatatansangpenyairkecil.blogspot.com/2011/05/belajar-dan-pembelajaran.html 12 Agustus 2011 : 19.35

Kurniasari, Ani. 2006. Komparasi Hasil Belajar antara Siswa yang diberi Metode TGT (Teams Games Tournament) dengan STAD (Student Achiement

Division) kelas X Pokok bahasan Hidrokarbon. Skripsi.

http://www.pdf- finder.com/KOMPARASI-HASIL-BELAJAR-ANTARA-SISWA-YANG-DIBERI-METODE-TGT-%28TEAMS-....html. 20 November 2010 : 20.25

Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.

http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/ar chives/discipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708.pdf. 20 November 2010 : 20.45

Mahmuddin. 2009. Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams

Games-Tournament (TGT).

http://mahmuddin.wordpress.com/2009/12/23/strategi-pembelajaran-kooperatif-tipe-teams-games-tournament-tgt/ 20 November 2010 : 20.11

Medianto, Muhammad. 2010. Penggunaan Model Pembelajaran TGT (Teams

Games Tournament) dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman

kognitif siswa pada materi ekosistem. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung

Muhammad, H. 2003. Pengembangan Khusus Pengembangan silabus berbasis

Kompetensi. http://www.Google.com 20 November 2010 : 19.43

Muhibbinsyah. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada. Nurgiantoro, B.,Gunawan dan Marzuki. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian

Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta. Gadjah Mada Universty Press.

Prasetyaningsih, Panca Rahayu. 2009. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dengan Tekhnik TSTS (Two Stay Two Stray) Terhadap Penguasaan Materi Pokok Plantae pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur TP 2007/2008. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

(52)

Purwanto, M. Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta Sardiman, A. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press.

Yogjakarta.

Slameto. 2001. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester. Jakarta. Bumi Aksara.

Slavin, R.E. 2008. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik (Alih Bahasa

Nurulita Yusron). Bandung. Penerbit Nusa Media

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudjadi, Bagod., dkk. 2007. Biologi Sains Dalam Kehidupan. Surabaya. Yudhistira

Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. Bandung. PT. Tarsito Sunyono. 2009. Instrumen Penilaian Kinerja Guru.

http://blog.unila.ac.id/Sunyono/files/2009/07/contoh.lemba.observasi.terfo kus.pdf.

Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Grafindo Persada. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif
Tabel 2. Kriteria point penghargaan kelompok
Tabel 3. Hubungan antara variabel, instrumen, data penelitian dan
Tabel 4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
+4

Referensi

Dokumen terkait

POLITEKNIK UNIVf, RSITAS NNDAIAS

Dengan tinggal selama beberapa waktu di Rumah Betang Buntoi maka kehidupan keseharian masyarakat Dayak Ngaju d i desa Buntoi ini dapat diamati secara lebih

Hal ini disebabkan pada Pulau Pramuka jenis lamun yang ditemukan memiliki morfologi tubuh yang lebih besar dan penutupan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Kelapa

dengan pendekatan jigsaw di SMA Negeri 3 Semarang untuk mengetahui kontribusi pengembangan model pembelajaran berbasis lingkungan dengan. pendekatan jigsaw di

Telah dilakukan penelitian tentang Indeks Bahaya Seismik Regional (regional seismic disaster index) di Pulau Jawa menggunakan data seismik dari tahun 1900 –

Jika dilihat dari data masukan dan struktur algoritma setiap metode, CNN LeNet 5 memiliki arsitektur yang cukup baik karna dapat menangkap setiap piksel masukan

(1) Dalam hal penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggara jasa telekomunikasi belum dapat menyediakan akses di daerah tertentu, maka penyelenggara

berasal dari batalion yang pernah dipimpin Letnan Kolonel Untung di Kodam Diponegoro. Sulit dibayangkan seorang Batak atau Minahasa menjadi