• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENURUNAN TEKANAN SISTOLIK DAN DENYUT NADI ANTARA MENDENGARKAN DAN TIDAK MENDENGARKAN MUSIK INSTRUMENTAL PADA LANSIA DI PANTI JOMPO TRESNA WHERDA LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENURUNAN TEKANAN SISTOLIK DAN DENYUT NADI ANTARA MENDENGARKAN DAN TIDAK MENDENGARKAN MUSIK INSTRUMENTAL PADA LANSIA DI PANTI JOMPO TRESNA WHERDA LAMPUNG SELATAN"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENURUNAN TEKANAN SISTOLIK DAN DENYUT JANTUNG ANTARA MENDENGARKAN DAN TIDAK

MENDENGARKAN MUSIK INSTRUMENTAL PADA LANSIA DI PANTI JOMPO TRESNA WHERDA LAMPUNG SELATAN

(Skripsi)

Oleh

M. APRIMOND SYUHAR

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PERBEDAAN PENURUNAN TEKANAN SISTOLIK DAN DENYUT JANTUNG ANTARA MENDENGARKAN DAN TIDAK MENDENGARKAN

MUSIK INSTRUMENTAL PADA LANSIA DI PANTI JOMPO TRESNA WHERDA LAMPUNG SELATAN

Oleh

M. APRIMOND SYUHAR

(3)

uji analisis menggunakan uji nonparametrik Kruskal-Wallis pada hasil tekanan sitolik bermakna dengan p<0,05 (0,000). Dan pada hasil denyut jantung didapatkan hasil yang bermakna yaitu p<0,05 (0,048). Kesimpulan dari penelitian ini adalah mendengarkan musik instrumental berpengaruh untuk menurunkan tekanan darah sistolik dan denyut jantung di menit ke 30 pada lansia di Panti Jompo Tresna Wherda Lampung Selatan.

(4)

ABSTRACT

DIFFERENCE IN DECREASING OF SYSTOLIC PRESSURE AND HEART RATE BETWEEN LISTENING AND NOT LISTENING TO

INSTRUMENTAL MUSIC IN THE ELDERLY IN TRESNA WHERDA PANTI JOMPO SOUTH LAMPUNG

By

M. APRIMOND SYUHAR

(5)

heart rate results obtained meaningful results are p <0.05 (0.048). It was concluded that listening to instrumental music influential to lower systolic blood pressure and heart rate at 30 minutes on the elderly in a nursing home Tresna Wherda South Lampung.

(6)

PERBEDAAN PENURUNAN TEKANAN SISTOLIK DAN DENYUT JANTUNG ANTARA MENDENGARKAN DAN TIDAK

MENDENGARKAN MUSIK INSTRUMENTAL PADA LANSIA DI PANTI JOMPO TRESNA WHERDA LAMPUNG SELATAN

Oleh

M. APRIMOND SYUHAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Jurusan Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

Judul Skripsi : PERBEDAAN PENURUNAN TEKANAN SISTOLIK DAN DENYUT NADI ANTARA

MENDENGARKAN DAN TIDAK

MENDENGARKAN MUSIK

INSTRUMENTAL PADA LANSIA DI

PANTI JOMPO TRESNA WHERDA

LAMPUNG SELATAN

Nama Mahasiswa : M. Aprimond Syuhar

Nomor Pokok Mahasiswa : 0918011009

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

dr. Khairun Nisa, M.Kes., AIFO dr. Tiwuk Susantiningsih, M.Biomed NIP 197402262001122002 NIP 198010182006042001

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : dr. Khairun Nisa, M.Kes., AIFO

Sekretaris : dr. Tiwuk Susantiningsih, M.Biomed

Penguji Bukan

Pembimbing : dr. Agustyas Tjiptaningrum, Sp. PK

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M.Biomed NIP 195704241987031001

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 29 april 1991, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Harun dan Ibu Hartilawati.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2003, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Al-Kautsar pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Natar Lampung Selatan pada tahun 2009.

(10)

hidup takkan indah tanpa tujuan, harapan serta tantangan.

Meski terasa berat, namun manisnya hidup justru akan

terasa, apabila semuanya terlalui dengan baik, meski harus

memerlukan pengorbanan.

Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup, yang

senantiasa ada saat suka maupun duka, selalu setia

mendampingi, saat kulemah tak berdaya (Ayah dan Ibu

tercinta) yang selalu memanjatkan doa kepada putra

tercinta dalam setiap sujudnya. Terima kasih untuk

semuanya.

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan

impian yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar

hidup jauh lebih bermakna, karena tragedi terbesar dalam

hidup bukanlah kematian tapi hidup tanpa tujuan. Teruslah

bermimpi untuk sebuah tujuan, pastinya juga harus

diimbangi dengan tindakan nyata, agar mimpi dan juga

(11)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan dan nabi akhir zaman Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarganya, para sahabatnya dan kita selaku umatnya sampai akhir zaman.

Skripsi berjudul ” Perbedaan Penurunan Tekanan Sistolik Dan Denyut Jantung Antara Mendengarkan Dan Tidak Mendengarkan Musik Instrumental Pada Lansia Di Panti Jompo Tresna Wherda Lampung Selatan” ini disusun merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada semua pihak yang telah berperan atas dorongan, bantuan, saran, kritik dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan antara lain kepada :

(12)

2. Dr. Sutyarso, M. Biomed selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

3. dr. Khairun Nisa, M.Kes., AIFO selaku Pembimbing Pertama atas semua saran, motivasi, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini; 4. dr. Tiwuk Susantiningsih, M.Biomed selaku Pembimbing Kedua atas

semua bantuan, bimbingan, saran, dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;

5. dr. Agustyas Tjiptaningrum, Sp. PK selaku Pembahas yang telah memberikan banyak masukan dan nasehat selama penyelesaian skripsi ini; 6. dr. Rika Lisiswanti dan dr. Fida selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan arahan dan motivasi selama 3,5 tahun perkuliahan dan dalam penyusunan skripsi ini;

7. Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibunda (Hartilawati), atas kiriman doanya setiap waktu, kesabaran, keikhlasan, kasih sayang, dan atas segala sesuatu yang telah dan akan selalu diberikan kepada penulis. Ayahanda (Harun) yang selalu memberikan masukan, pelajaran hidup dan semangat berjuang kepadaku. Adik-adikku tercinta Novsandri dan Elvon Daily, yang selalu memberikan semangat, dukungan, doa bagi penulis selama menjalani perkuliahan. Serta keluarga besar yang selalu memberi semangat dan doa hingga skripsi ini selesai;

(13)

9. Bapak dan Ibu Staff Pegawai dan Karyawan FK Unila, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini;

10.Terima kasih kepada Vindita mentari, Charla rozak, Utari gita, Cyntia Amanda, Prataganta (tihang), Achmad Fariz (ais), Pasca Yogatama (aum), Iqbal Tafwid (ibang), Hario Tri Hendroko (iok), Hilman Fachri (inam), Sandi Falenra, Salman Alfarisi atas keakraban, canda tawa, dukungan, kebersamaannya selama ini yang telah kalian berikan;

11.Terima kasih juga kepada Widi Astuti, Al husni, Lovensia yang telah memberikan semangat dan masukan serta membantu peneliti sampai skripsi ini selesai;

12.Terima kasih juga kepada temen temen band Rollick, Bonga, Putra, Pebi yang telah memberikan waktu dalam mengerjakan skripsi ini hingga band ini menjadi vakum untuk sementara waktu.

13.Sahabat-sahabat Alumni SMAN 1 Natar, Lampung Selatan, terima kasih atas cinta, persaudaraan, pengalaman dan dukungannya;

14.Teman-teman FK DORLAN yang tak bisa disebutkan satu per satu, yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dan menyemangati selama proses perkuliahan. Terima kasih atas inspirasinya, kebersamaan yang terjalin, keakraban, dukungan dan memberi motivasi belajar;

(14)

Penulis berdoa semoga segala bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.

Demikianlah, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya.

Bandar Lampung, Januari 2013

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I . PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Kerangka Penelitian ... 7

1. Kerangka Teori... 7

2. Kerangka Konsep ... 8

F. Hipotesis ... 9

II . TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia ... 10

1. Pengertian Lansia ... 10

2. Klasifikasi Lansia ... 11

3. Permasalahan Umum Kesehatan Lansia ... 11

B. Peningkatan Tekanan Darah pada Lansia ... 13

1.Pengertian Tekanan Darah ………. 13

2. Peningkatan Tekanan Darah ………. 14

3.Patofisiologi Peningkatan Tekanan Darah pada Lansia….. 15

4. Faktor Resiko Peningkatan Tekanan Darah pada Lansia... 17

(16)

ii

C. Denyut Jantung ... 25

D. Sejarah Perkembangan Musik ... 26

E. Berbagai Penelitian Terkait Hubungan Stres, Peningkatan Tekanan Darah, Denyut Jantung, dan Terapi Musik………. 29

III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 35

B. Tempat dan Waktu Penilitian ... 35

C. Subjek Penelitian ... 36

D. Kritera Inklusi dan Eksklusi ... 37

1. Kriteria Inklusi ... 37

2. Kriteria Eksklusi ... 37

E. Alat Penelitian ... 37

F. Prosedur Penelitian ... 37

1. Prosedur Pemeriksaan Tekanan Darah ... 38

2. Prosedur Pemeriksaan Denyut Jantung ... 39

G. Alur Penelitian ... 40

H. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ………….. . 41

J. Analisis Data ... 43

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 44

1. Tekanan Darah ... 44

2. Denyut Jantung ... 46

B. Pembahasan ... 48

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

(17)
(18)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional ... 41

2. Hasil median tekanan darah sistolik ... 45

3. Nilai maksimum dan minimum tekanan darah sistolik ... 45

4. Analisis Shapiro-Wilk tekanan darah... 45

5. Hasil median denyut jantung... 46

6. Nilai maksimum dan minimum denyut jantung... 46

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di era globalisasi sekarang ini penyakit yang berhubungan dengan penyakit degeneratif telah menjadi suatu masalah besar di dalam dunia kesehatan. Terutama gangguan jantung pada lansia yang ditandai dengan peningkatan sistolik serta denyut jantung. Sampai saat ini angka kejadian morbiditas dan mortilitas yang berhubungan dengan peningkatan sistolik serta denyut jantung semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Akibat dari peningkatan tersebut dapat menimbulkan penyakit hipertensi dan berakhir dengan kelainan yang sangat komplit. Data statistik di Amerika menunjukkan adanya 20% penduduk yang menderita hipertensi, dan ada kecenderungan terus meningkat. Di Indonesia belum ada data yang pasti (Purnomo, 2003).

(21)

terisolasi adalah hipertensi dengan tekanan sistolik sama atau lebih dari 160 mmHg, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan paling sering terjadi pada lansia. Insiden terjadinya hipertensi sistolik terjadi pada umur kisaran 60 sampai 70 tahun. Hipertensi akibat peningkatan sistolik dan denyut jantung masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2007).

Faktor risiko diartikan sebagai karakteristik yang berkaitan dengan kejadian suatu penyakit diatas rata-rata. Faktor risiko memiliki pengaruh yang sangat kuat dan lemah. Faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi faktor risiko yang tidak bisa diubah dan faktor risiko yang bisa diubah. Faktor risiko yang tidak bisa diubah yaitu genetik, kondisi fisiologis tubuh, umur dan jenis kelamin. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah yaitu gaya hidup, aktivitas fisik, obesitas, konsumsi alkohol, serta stres emosional (Krisnatuti dan Yenrina, 2005).

(22)

3

langsung sistem limbik dengan sistem otonom, sehingga bila ada stimulus emosi negatif yang langsung masuk dan diterima oleh sistem Limbik dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan jantung, hipertensi maupun gangguan saluran cerna. Tidak heran saat seseorang marah, maka jantung akan berdetak lebih cepat dan lebih keras dan tekanan darah dapat meninggi (Turana, 2011).

Pencegahan dari peningkatan sistolik serta denyut jantung umumnya dilakukan dengan mengubah gaya hidup seperti pengurangan berat badan, pengaturan diet makanan, olah raga teratur dan mengurangi stres. Rangkaian ini merupakan tatalaksana non farmakologi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chafin (2004) mendengarkan musik klasik dapat mengurangi kecemasan dan stres sehingga tubuh mengalami relaksasi yang mengakibatkan penurunan pada tekanan darah dan denyut jantung. Namun penggunaan musik instrumental sebagai tatalaksana non farmakologik dalam hal menurunkan tekanan darah sistolik serta denyut jantung masih dalam tahap penelitian (Saing, 2007).

(23)

untuk penyembuhan, musik yang dipilih pada umumnya musik lembut dan teratur seperti instrumentalia/klasik mozart. Penggunaan musik sebagai media terapi dirumah sakit, terutama di ruang-ruang praktek masih sangat sedikit untuk diterapkan. Hal ini perlu disosialisasikan secara luas kepada orang kesehatan tentang dampak positif yang sangat besar hanya dengan musik. Bahkan beberapa hasil penelitian telah dipublikasikan tidak memiliki efek samping dan efikasinya cukup baik. (Potter, 2005)

Penggunaan jenis musik intrumental dalam menurunkan tekanan sistolik dan denyut jantung masih dalam tahap penelitian. Jika ditinjau dari segi pengalaman maupun teori bahwa ritme, melodi, struktur harmonik dan tempo pada jenis musik instrumental jauh lebih teratur. Oleh karena itu penelitian tentang jenis musik instrumental penting dilakukan agar tokoh masyarakat terutama yang bergerak dibidang kesehatan dapat mempertimbangkan pemakaian musik guna menurunkan tekanan sistolik dan denyut jantung (Vaajoki et al., 2011).

B. Rumusan masalah

Uraian ringkas dalam latar belakang masalah di atas memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian berikut:

(24)

5

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui ada perbedaan tekanan sistolik dan denyut jantung antara mendengarkan dan tidak mendengarkan musik instrumental pada lansia di panti jompo tresna wherda lampung selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui ada perbedaan tekanan sistolik antara mendengarkan dan tidak mendengarkan musik instrumental pada lansia di panti jompo tresna wherda lampung selatan

b. Untuk mengetahui ada perbedaan denyut jantung antara mendengarkan dan tidak mendengarkan musik instrumental pada lansia di panti jompo tresna wherda lampung selatan.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a. Peneliti

(25)

b. Masyarakat/pasien

Memberikan informasi tentang seberapa besar efek positif yang terjadi dalam menurunkan tekanan sistolik dan denyut jantung pada lansia hanya dengan memakai musik instrumental relaksasi.

c. Rumah sakit

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan guna pencegahan peningkatan sistolik dan denyut jantung secara non farmakologis.

d. Peneliti lain

(26)

7

E. Kerangka penelitian

1. Kerangka teori

Gambar 1. Diagram kerangka teori tentang faktor resiko pada hipertensi (sumber : FK Atma Jaya , dr. Yuda Turana, SpS )

Faktor stres

Stimulus emosi

Diterima otak: sistem limbik

Terapi musik

instrumental

Tekanan sistolik dan denyut

(27)

2. Kerangka Konsep

Ket:

: meningkat : dihambat

Gambar 2. Diagram kerangka konsep tentang efek musik terhadap penurunan tekanan

darah sistolik dan denyut jantung (Elsanti, 2009).

Faktor stres

Stimulus emosi

Diterima otak:

sistem limbik

Terapi musik

instrumental Tekanan sistolik

dan denyut jantung

Diterima organ pendengaran kita

Melalui saraf pendengaran diterima dan

diartikan diotak Musik dapat langsung masuk ke

sistem limbik Terstimulus

emosi negatif

Terstimulus

(28)

9

F. Hipotesis

Ada perbedaan tekanan sistolik dan denyut jantung antara mendengarkan dan tidak mendengarkan musik instrumental pada lansia di panti Tresna Wherda Lampung Selatan.

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia (Lansia)

1. Pengertian Lanjut Usia

Usia lanjut merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia Lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade (Notoatmojo, 2007).

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008).

(30)

11

1. Usia pertengahan (Middle Age) kelompok usia 45-59 2. Usia lanjut (Ederly) antara 60-70 tahun

3. Usia lanjut tua (Old) antara 75-90 tahun 4. Usia sangat tua (Very old) diatas 90 tahun

2. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia menurut (Maryam, 2008):

1. Pralansia

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. 2. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. 3. Lansia Resiko Tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa .

5. Lansia tidak potensial

(31)

3. Permasalahan Umum Kesehatan Lansia a. Mudah jatuh

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderitaatau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Faktor instrinsik yang menyebabkan mudah jatuh antara lain gangguan jantung dan sirkulasi darah, gangguan sisitem anggota gerak, gangguan sistem saraf pusat, gangguan penglihatan dan pendengaran, gangguan psikologis, vertigo, dan penyakit-penyakit sistemik. Sedangkan faktor ekstrinsik penyebab jatuh antara lain cahay ruangan yang kurang terang, licin, tersandung benda-benda, dan turun tangga.

b. Kekacauan mental akut

Kekacauan mental pada lansia dapat disebabkan oleh keracunan, penyakit infeksi dengan demam tinggi, alkohol, penyakit metabolisme, dehidrasi, gangguan fungsi otak, dan gangguan fungsi hati.

c. Mudah lelah

(32)

13

d. Nyeri dada

Dapat disebabkan oleh penyakit jantung koroner, aneurisme aorta, radang selaput jantung dan gangguan pada sistem pernafasan.

e. Sesak nafas

Terutama saat melakukan aktifitas/kerja fisik, dapat disebabkan oleh kelemahan jantung, gangguan sistem saluran nafas, berat badan berlebihan dan anemia.

f. Palpitasi/jantung berdebar-debar

Dapat disebabkan oleh gangguan irama jantung, keadaan umum badan yang lemah karena penyakitkronis, dan faktor psikologis (Nugroho, 2000).

B. Peningkatan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia

1. Pengertian Tekanan Darah

(33)

berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 80 mmHg, tekanan diastole tetap dipertahankan dalam arteri karena adanya efek lontar balik dari dinding elastis aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah 100 mmHg.

Dari kontraksi dan relaksasi yang dilakukan jantung, aliran darah yang masuk ke dalam arteri mengakibatkan tekanan darah naik dan turun pada setiap detak jantung, sehingga tekanan darah dapat diukur dan terbagi atas dua bagian yaitu:

a. Tekanan sistolik adalah tekanan darah dalam puncak kontraksi ventrikular.

b. Tekanan diastolik adalah yaitu tekanan saat ventrikel jantung berelaksasi (Purwati et al., 2002).

(34)

15

2. Peningkatan tekanan darah

Peningkatan tekanan darah menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Peningkatan tekanan darah dicirikan dengan peningkatan pada sistolik maupun diastolik yang intermitten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager and Schaeffer, 2008).

3. Patofisiologi peningkatan tekanan darah pada lansia

(35)

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

(36)

17

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,2002).

4. Faktor resiko peningkatan tekanan darah pada lansia

Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah pada lansia adalah :

a. Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi glomerelo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.

b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.

c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan hipertensi sistolik.

(37)

sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah (Stockslager and Schaeffer, 2008).

5. Penatalaksanaan peningkatan tekanan darah

Pengendalian tekanan darah bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut dan upaya pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90mmHg (Smeltzer et al., 2001).

Menurut Darmojo (2008), pemakaian obat pada lansia perlu dipikirkan kemungkinan adanya :

a. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan b. Interaksi obat

c. Efek samping obat

d. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal.

(38)

19

a. Tekanan darah terkendali atau terkontrol. b. Tidak terjadi komplikasi pada penderita.

c. Kualitas kesehatan hidup menjadi lebih baik dan tetap produktif.

Penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara nonfarmakologis dan farmakologis yang akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Penatalaksanaan nonfarmakologis.

Menurut Gunawan (2001) mengungkapkan bahwa agar terhindar dari komplikasi, harus diambil tindakan pengendalian yang baik, antara lain sebagai berikut:

1) Mengurangi konsumsi garam.

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gr garam dapur perhari. Dan menghindari makanan yang kandungan garamnya tinggi. Misalnya telur asin, ikan asin, terasi, minuman dan makanan yang mengandung ikatan natrium.

2) Menghindari kegemukan (obesitas).

Menghindarkan kegemukan dengan menjaga berat badan tetap normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan menurut WHO (2000) klasifikasi IMT penduduk Asia dewasa pada umur 18 tahun keatas (Supariasa, 2002) yaitu sebagai berikut :

(39)

Cara penentuan berat badan ideal dengan menggunakan rumus IMT ( Indeks Massa Tubuh) yaitu :

IMT (Kg/m2) = BB(Kg) / TB (m) x TB (m)

Keterangan:

IMT = Indeks Massa Tubuh (Kg/m2) BB = Berat Badan (kg)

TB = Tinggi Badan (cm)

3) Membatasi konsumsi lemak

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama-kelamaan jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi. Kadar kolesterol normal dalam darah dibatasi maksimal 200 mg – 250 mg per 100 cc serum darah.

(40)

21

telur ayam, telur bebek, hati sapi, hati babi, otak sapi, otak babi, mentega dan lain-lainnya (Almatsier, 2003).

4) Olahraga teratur.

Olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolestrol pada pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksudkan adalah olah raga yang ringan, seperti: gerak jalan, senam, berenang, naik sepeda. Tidak diajurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.

5) Makan banyak buah dan sayuran segar.

Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah yang ringan. Menurut Kurniawan (2006) menyatakan bahwa peningkatan masukan kalium (4,5 gram atau 120–175 mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan tekanan darah. Contoh buah yang baik untuk dikonsumsi yaitu: apel, jeruk, tomat, pisang, kentang, mentimun.

6) Tidak merokok.

Merokok merangsang meningkatkan tekanan darah. Nikotin yang dihisap seorang perokok mampu mengeluarkan catecholamines dari tubuh, yakni kumpulan zat kimiawi yang

(41)

Keluarnya adrenalin dalam jumlah besar ini mampu mempengaruhi kerja darah diantaranya berdampak pada meningkatnya tekanan darah (hipertensi) sekitar 10–20 jenjang. nikotin juga meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Merokok juga dapat menyebabkan penyempitan dan kekakuan pembuluh darah (Tandra, 2003).

7) Tidak minum alkohol atau bersoda.

Kurangi alkohol dan minuman bersoda karena dapat menaikkan laju tekanan pembuluh darah di jantung (Hartono, 2006). Alkohol dapat mengganggu system kerja saraf pusat maupun saraf tepi. Jika kerja saraf simpatis terganggu, maka akan terjadi gangguan pula pada pengaturan darah. Orang yang gemar mengkonsumsi alkohol dengan kadar tinggi akan memiliki tekanan darah yang cepat berubah dan cenderung meningkat tinggi (Dewi, 2010).

8) Pemeriksaan tekanan darah secara teratur.

(42)

23

tetapi pengontrolan ini dimaksudkan hanya untuk mempertahankan tekanan darahnya agar tidak meningkat.

9) Latihan relaksasi atau meditasi.

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres atau ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh juga dengan latihan nafas dalam. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik atau bernyanyi (Adip, 2009).

b. Penatalaksanaan farmakologis.

Pengobatan ini ditujukan tidak hanya untuk menurunkan tekanan darah saja, tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi. umumnya perlu dilakukan seumur hidup dan diperlukan usaha pasien untuk mengontrolkan tekanan darah, berobat dan minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi. Pengobatan standar yang dianjurkan Joint National Committee on Detection, Evaluation and treatment of High Blood Pressure (1988) yang dikutip oleh Gunawan (2001) menyimpulkan bahwa jenis obat yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

1) Diuretika: Sprironolactone, HCT, Chlortalidone dan Indopanide.

(43)

turunnya kadar garam dalam tubuh maka tekanan darah akan turun dan efek tekanan darah rendahnya kurang kuat. Obat yang biasa digunakan biasanya obat yang daya kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal.

2) Alfa-blocker: Prazosin dan Terazosin.

Obat ini bekerja dengan cara memblokir reseptor alfa dan melebarkan pembuluh darah serta untuk menurunkan tekanan darah.

3) Beta-blocker: Beta-blocker adalah Propanolol, Atenolol, Pindolol.

Obat ini bekerja untuk membatasi kerja jantung sehingga mengurangi daya dan frekuensi kerja atau pompa jantung. Dengan demikian tekanan darah akan menurun dan daya tekanan darah rendahnya baik.

4) Obat yang bekerja sentral: Clonidine, Guanfacine dan Metildopa.

Obat ini dapat mengurangi pelepasan noradrenalin sehingga menurunkan aktivitas pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.

5) Vasodilator: Hidralazine dan Ecarazine.

(44)

25

6) Antagonis kalsium: Nifedipine dan Verapamil.

Obat ini bekerja untuk menghambat masuknya ion kalsium kedalam otot polos pembuluh darah dengan efek pelebaran dan menurunkan tekanan darah.

7) Penghambat ACE: Captopril (Capoten) dan Enalapril.

Obat ini bekerja untuk menurunkan tekanan darah dengan melebarkan pembuluh darah. Obat ini bekerja melalui proses relaksasi pembuluh darah yang juga melebarkan pembuluh darah (Dewi, 2010).

C. Denyut Jantung

Jantung adalah organ vital dan merupakan pertahanan terakhir untuk hidup selain otak. Denyut yang ada di jantung ini tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Denyut jantung biasanya mengacu pada jumlah waktu yang dibutuhkan oleh detak jantung per satuan waktu, secara umum dipresentasikan sebagai bpm (beats per minute).

(45)

merasakan denyut nadi yaitu temporalis, karotid, apikal, brankialis,femoralis, radialis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior. Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat maka denyut jantung yang normal adalah sekitar 60–100 denyut per menit. Jika didapatkan denyut jantung yang lebih rendah saat sedang istirahat, pada umumnya menunjukan fungsi jantung yang lebih efisien dan lebih baik untuk kesehatan kardiovaskulernya (Hakim, 2010). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi jumlah denyut jantung seseorang, yaitu aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang, suhu udara disekitar, posisi tubuh berbaring atau berdiri, tingkat emosi, ukurang tubuh serta obat yang sedang dikonsumsi.

Faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut jantung: 1. Jenis kelamin

2. Jenis aktifitas 3. Usia

4. Berat badan

5. Keadaan emosi atau psikis

D. Sejarah Perkembangan Musik

(46)

27

melalui bunyi-bunyi yang beraturan, contohnya bunyi derap langkah sepatu seseorang yang sedang berjalan ataupun bunyi air hujan yang jatuh ke tanah.

Musik sudah ada sejak zaman purbakala dan dipergunakan sebagai alat untuk mengiringi upacara-upacara kepercayaan. Perubahan sejarah musik terbesar terjadi pada abad pertengahan, disebabkan terjadinya perubahan keadaan dunia yang makin meningkat. Musik tidak hanya dipergunakan untuk keperluan keagamaan, tetapi dipergunakan juga untuk urusan duniawi.

Di dunia ini karya seni musik sudah ada dalam beratus juta tahun yang lalu. Lantunan musik biasanya diciptakan untuk menggambarkan keadaan tertentu, baik itu susah, senang, tentang alam atau kehidupan. Musikalitas pada zaman dahulu kerap dihasilkan dari alat musik sederhana dari alam seperti daun-daunan atau bebatuan, bahkan dari corak vokal mulut yang menghasilkan karakter tersendiri. Musik memiliki sejumlah peranan dalam kesehatan manusia, dengan beberapa pilihan karakteristik atau dalam seni musik sering disebut aliran tertentu.

(47)

terbatas, tidak semua jenis musik bisa diperdengarkan. Salah satunya yakni lantunan-lantunan musik karya Mozart dan Sebastian Bach.

Pada seseorang yang mengalami masa-masa perubahan terutama untuk para pekerja dengan jumlah waktu yang padat, musik bisa dijadikan sebagai media relaksasi sehingga tingkat stress atau kepenatan dapat dikurangi. Kinerja otak yang terlalu berat atau dapat menimbulkan rasa penat bahkan akan berujung pada kondisi pikiran dan emosi yang labil. Fungsi musik dalam situasi ini yakni dapat memberikan stimulus untuk memperingan atau me-refresh kinerja otak tersebut, sehingga dapat mengurangi tingkat stress secara berkelanjutan.

(48)

29

E. Berbagai Penelitian Terkait Hubungan Stres, Peningkatan Tekanan Darah, Denyut Jantung, dan Terapi Musik

Banyak penelitian telah diketahui hubungan antara stress dan peningkatan tekanan darah. Seperti misalnya pasien yang mengalami stress kecemasan sebelum dilakukan operasi dapat mengalami peningkatan tekanan darah secara mendadak. Tidak heran pula bila kita pernah mendengar seseorang mengalami serangan jantung maupun stroke pada saat orang tersebut tidak dapat mengontrol emosi negatif, seperti amarah.

(49)

Stimulus emosi dari luar ini dapat langsung potong jalur masuk ke sistem limbik tanpa dikontrol oleh bagian otak yang mengatur fungsi intelektual yang mampu melihat stimulus tadi secara lebih obyektif dan rasional. Hal ini menjelaskan kenapa seseorang yang sedang mengalami emosi kadang perilakunya tidak rasional. Permasalahan lain adalah pada beberapa keadaan seringkali emosi negatif seperti cemas dan depresi timbul secara perlahan tanpa disadari dan individu tersebut baru menyadari saat setelah timbul gejala fisik, seperti misalnya hipertensi. Jadinya dari uraian di atas, jelaslah bahwa pengobatan hipertensi tidak hanya mengandalkan obat-obat dari dokter maupun mengatur diet semata, namun penting pula untuk membuat tubuh kita selalu dalam keadaan rileks dengan memberikan stimulus emosi positif ke otak kita. Berbagai terapi telah diketahui dapat memberikan stimulus positif pada otak kita, seperti misalnya meditasi, yoga maupun terapi musik. Berbeda dengan yoga dan meditasi, terapi musik lebih mudah diaplikasikan tanpa batasan apapun.

(50)

31

terorganisir yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya.

Semua jenis musik sebenarnya dapat digunakan sebagai terapi musik. Seperti lagu-lagu relaksasi, lagu popular maupun lagu/musik klasik. Namun anjurannya adalah memilih lagu dengan tempo sekitar 60 ketukan/menit yang bersifat rileks, karena apabila terlalu cepat maka secara tidak sadar stimulus yang masuk akan membuat kita mengikuti irama tersebut, sehingga keadaan istirahat yang optimal tidak tercapai. Musik klasik seringkali menjadi acuan untuk terapi musik ini. Di antara musik klasik yang sering menjadi acuan adalah karya Mozart, karena hampir semua karya Mozart memiliki nada-nada dengan frekuensi tinggi, rentang nada begitu luas dan tempo yang dinamis.

(51)

Intervensi dengan terapi musik dapat mengubah secara efektif ambang otak kita yang dalam keadaan stress menjadi secara fisiologis lebih adaptif. Musik tidak membutuhkan otak untuk berpikir maupun menginterpretasi, tidak pula dibatasi oleh fungsi intelektual maupun pikiran mental. Musik tidak pula memiliki batasan-batasan sehingga begitu mudah diterima organ pendengaran kita dan melalui saraf pendengaran diterima dan diartikan di otak dan musik dapat masuk langsung ke otak emosi kita atau sistem limbik. Musik dapat pula beresonansi dan bersifat naluriah, sehingga musik masuk otak kita tanpa jalur kognitif. Lebih jauh lagi yang terpenting adalah terapi musik tidak membutuhkan panduan fungsi intelektual tinggi untuk berjalan efektif.

(52)

33

Berbagai penelitian yang dilakukan di India maupun Italia menunjukkan efektivitas terapi musik untuk mengurangi nyeri, kecemasan maupun hipertensi. Pada penelitian di Italia menunjukkan kelompok penderita hipertensi yang sedang minum obat antihipertensi bila diikuti dengan mendengarkan musik klasik 30 menit/hari disertai dengan latihan nafas perut selama satu bulan menunjukkan penurunan tekanan darah yang bermakna dibandingkan dengan kelompok pasien yang hanya mengandalkan obat antihipertensi.

Selain itu pula penelitian lain pada pasien yang akan menjalani tindakan endoskopi atau peneropongan organ pencernaan, terbukti dengan terapi musik dapat mengurangi kecemasan dan terapi musik dapat membuat pasien lebih rileks dengan hasil akhir memberikan efek positif terhadap detak jantung maupun laju nafas. Jelaslah pada penderita hipertensi tidak hanya cukup mengandalkan obat dokter maupun diet saja, tidak ada salahnya pula memberi kesempatan tubuh anda untuk rileks dengan mendengarkan lagu-lagu klasik maupun lagu-lagu-lagu-lagu favorit anda (Turana, 2011).

(53)

penurunan yang signifikan juga didapatkan dalam tekanan darah sistolik yang ditunjukkan dalam kelompok yang diberi perlakuan musik dibandingkan dengan kelompok kontrol pada dua hari pasca operasi.

(54)

III. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional. Dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh musik instrumental

dalam menurunkan tekanan darah sistolik dan denyut jantung. Data sampel diperoleh dengan pemeriksaan tekanan darah sistolik dan denyut jantung pada lansia yang telah masuk sebagai kriteria dalam penelitian ini.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

(55)

C. Populasi Penelitian dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah para lansia berusia kisaran 60 tahun keatas yang tinggalnya di Panti Jompo Kecamatan Natar. Berdasarkan teknik konsekutif sampling dari populasi penelitian tersebut ditetapkan sampel yaitu lansia dengan tekanan darah sistolik >140 mmHg

2. Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus (Dahlan, 2011) :

2 ) α + ) β S

2

( X1 - X2 )

Keterangan :

- Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar = 5% , sehingga Za = 1,64 - Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar = 10%, sehingga Zb = 1,28 - Selisih minimal yang dianggap bermakna (x1-x2) = 5

- Standar deviasi = 4,79

Maka berdasarkan rumus di atas, didapatkan jumlah sampel minimal :

2 ( 1,64 + 1,28 ) 4,79 2 5

yaitu sebesar 16 sampel untuk kelompok perlakuan.

(56)

37

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Inklusi

- Berbadan sehat fisik dan mental

- Bersedia mengikuti penelitian dengan mengisi informed concent. - Lansia dengan umur diatas 60 tahun

- Lansia tidak mengalami gangguan pendengaran - Lansia yang memiliki tekanan darah >140 mmHg

Eksklusi

- Para lansia tidak mengikuti semua prosedur penelitian dengan baik. - Riwayat pemakaian obat jantung, tekanan darah dan hormon 3 bulan terakhir.

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah stetoskop, alat sphygmomanometer air raksa, timer, alat pendengar musik (headset, musik, radio).

F. Prosedur Penelitian

(57)

KP sebagai kelompok perlakuan diberikan perlakuan dengan mendengarkan musik instrumental selama 30 menit dimana setiap 10 menitnya dilakukan pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan denyut jantung. Kelompok KK sebagai kelompok kontrol tanpa didengarkan musik instrumental. Lalu setiap kelompok pada menit ke 10, 20, dan 30 dilakukan pengukuran tekanan darah dan denyut jantung.

1. Prosedur Pemeriksaan Tekanan Darah

a. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan cara auskultasi menggunakan alat sphygmomanometer merek NOVA yang mampu mengukur tekanan darah 300 mmHg, dengan batas ketelitian 2 mmHg dan stetoskop merek Litmann@ oleh peneliti yang sama terhadap setiap lansia. Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar pengukuran tekanan darah yang direkomendasikan oleh Task Force Standard dimana para lansia sebelum pengukuran harus beristirahat selama 10 menit. Dan sebelum pengukuran tekanan darah dilakukan, terlebih dahulu kepada para lansia diterangkan mengenai alat ukur yang dipakai dan bagaimana rasanya ketika dilakukan pengukuran sehingga diharapkan para lansia terhindar dari rasa kecemasan.

(58)

39

lansia sampai kira-kira 100 mmHg diatas titik dimana denyut arteri radialis menghilang dan tekanan manset dikurangi dengan kecepatan kira-kira 2–3 mmHg/detik, sementara pemeriksaan auskultasi dilakukan diatas arteri brachial. Bel stetoskop diletakkan diatas denyut arteri brachial, proksimal dan media fossa cubiti di bawah pinggir manset (kira-kira 2 cm di atas fossa cubiti). Bel stetoskop bebas dari pinggir manset. Tekanan darah diukur sebanyak 3 kali, dicatat dan diambil reratanya. Rerata dari setiap pengukuran TDS dan TDD akan digunakan sebagai tekanan darah lansia tersebut.

2. Prosedur Pemeriksaan Denyut Jantung

(59)

G. Alur Penelitian

[image:59.595.115.505.122.631.2]

Gambar 3. Alur penelitian pengaruh musik terhadap tekanan darah sistolik dan denyut jantung.

Kelompok perlakuan ( X )

Kelompok pengontrol (Y) Didengarkan musik instrumental Tanpa Didengarkan musik instrumental Total sampel Selama 30 menit Populasi

Pemeriksaan umum :

- pemeriksaan Tekanan darah

- berat badan

Kelompok pengontrol (Y) Didengarkan musik instrumental Tanpa Didengarkan musik instrumental Total sampel Selama 30 menit Populasi

Pemeriksaan umum :

- pemeriksaan Tekanan darah

- berat badan

Menit ke 10

Menit ke 20

Cek tekanan darah dan

denyut jantung

Menit ke 30 Kelompok perlakuan (KP) Kelompok pengontrol (KK) Didengarkan musik instrumental Tanpa Didengarkan musik instrumental Sampel Selama 30 menit Populasi

Data umum dari sampel :

(60)

41

H. Identifikasi Variabel dan Definisi operasional

1. Identifikasi Variabel a. Variabel Dependen

Penurunan tekanan darah sistolik dan denyut jantung pada lansia.

b. Variabel Independen Musik Instrumental.

2. Definisi Operasional

(61)
[image:61.595.124.515.108.664.2]

Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Identifikasi variabel Skala Ukur

Variabel independent:

Musik instrumental

Musik yang melantun tanpa vocal, dan hanya instrument/alat musik atau backing

vocal saja yang melantun yang

menjadikan badan, pikiran, dan mental menjadi lebih sehat.

Dengan keadaan :

Kontrol (-) : dengan keadaan tidak mendengarkan

Perlakuan 1: sampel mendengarkan musik selama 10 menit

Perlakuan 2: sampel mendengarkan musik selama 20 menit

Perlakuan 3: sampel mendengarkan musik selama 30 menit

Kategorik

Variabel dependent:

Tekanan darah sistolik

Tekanan saat jantung berdenyut atau berdetak sering disebut tekanan atas. Tekanan darah sistolik (angka pertama). Dengan kriteria:

-skor 1 = >200 -skor 2 = 180-199 -skor 3 = 160-179 -skor 4 = 140-159 -skor 5 = 120-139

Numerik

Variabel dependent:

Denyut jantung

Kontraksi ruang bagian bawah jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh. Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri.

Dengan kriteria:

-skor 1 = >100 -skor 2 = 90-99 -skor 3 = 80-89 -skor 4 = 70-79 -skor 5 = 60-69

(62)

43

I. Analisis Data

Untuk analisis data digunakan analisis data univariat dan analisis data bivariat. Analisis data univariat adalah dimana variabel-variabel yang ada dianalisis untuk mengetahui pengaruh musik instrumental terhadap terjadinya peningkatan sistolik dan denyut jantung pada Lansia di Panti Jompo Kecamatan Natar. Analisis data bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara mendengarkan musik instrumental terhadap tekanan darah sistolik dan denyut jantung pada lansia. Untuk mengetahui adakah pengaruh antara variabel tersebut dilakukan uji statistik. Hasil penelitian dianalisis apakah memiliki distribusi normal atau tidak secara statistik dengan uji normalitas Shapiro-Wilk karena jumlah sampel <50. Jika varians data berdistribusi normal dan

homogen, dilanjutkan dengan metode uji parametrik one way ANOVA. bila tidak memenuhi syarat uji parametrik, digunakan uji nonparametrik Kruskal-Wallis. Hipotesis dianggap bermakna bila p<0,050. Jika pada uji ANOVA atau Kruskal-wallis menghasilkan nilai p<0,050, maka dilanjutkan

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Berger, K..J. 2004. Fundamental of Nursing: collaborating for optimal health/Karen J. Berger, Marlyn Brinkman Williams. Neurosensory Integration. Connecticut: Appleton & Lange.

Bernardi, C.P. and Sleight P. 2006. Cardiovascular, Cerebrovascular, and

Respiratory Changes Induced by Different Types of Music in Musicians and Non-Musicians: The Importance of Silence. Heart Journal. 92: 445-452.

Bloer, David. 2005. Kedahsyatan Pengaruh Musik. Get Life (edisi 14/2005).

Campbell, D. 2004. Efek Mozart : Memanfaatkan Kekuatan Musik untuk Mempertajam Kekuatan Pikiran, Meningkatkan Kreativitas dan Menyehatkan Tubuh, alih bahasa : Drs. T. Hermaya. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Chafin, S., Roy, M., Gerin, W., and Christenfeld N. 2004. Music Can Facilitate Blood Pressure

Recovery From Stress. Br J Health Psychol. 9: 393-404.

Dahlan, S. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi Lima. Jakarta: Salemba Medika.

(64)

Ganong, W.F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Greer, S. 2003. The Effects of Music on Pain Perception. 5 Oktober 2012.

Grossman E, Grossman A, Schein MH, Zimlichman R, Gavish B. 2001.

Breathing-control lowers blood pressure. J Hum Hypertension. 15: 263-69.

Hartono, A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Ed-2. Jakarta: EGC.

Krisnatuti, D. dan Yenrina R. 2005. Perencanaan Menu Bagi Penderita Jantung Koroner. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Kuswardhani, T. 2007. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lansia. 30 September 2012.

Maryam, R.S. dan Ekasari, M.F. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Modesti, PA., Ferrari, A., Bazzini, C., Costanzo, G., Simonetti, I., Taddei, S., Biggeri, A., Parati, G., Gensini, G.F., and Sirigatti, S. 2010.

Psychological Predictors of The Antihypertensive Effects of Music-Guided Slow Breathing. Journal of Hypertensive. 28(5): 1097-1103.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC.

(65)

Purnomo. 2003. Penanganan Hipertensi Mutakhir. Makalah dalam Seminar Hipertensi di RS.Baktiningsih.

Purwati, S. dan Rahayu, S. 2002. Perencanaan Menu untuk Penderita Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: PT Panebar Swadaya.

Saing, S.K. 2007. Pengaruh musik terhadap penurunan tekanan darah. (Tesis). Fakultas Kedokteran Sumatera Utara. Medan.

Schein MH, Gavish B, Herz M, Rosner-Kahana D,Naveh P, Knishkowy B. 2001. Treating hypertension with a device that slows and regularises breathing: a randomised, double-blind controlled study. J Hum

Hypertension. 15: 271-78.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2.Jakarta:

EGC.

Stocklager, J.L. and Schaeffer, L. 2008. Asuhan keperawatan geriatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Supariasa, I.D.M. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Tandra, H. 2003. Merokok dan kesehatan. 29 September 2012.

Http:/www.Antirokok.or.id/berita/beritarokok kesehatan. htm.

Vaajoki, A., Kankkunen, P., Pietila, A.M., and Vehvilainen. 2011. Music as a Nursing Intervention: Effects of Music Listening on Blood Pressure, Heart Rate, and Respiratory Rate in Abdominal Surgery Patient. Nurs Health Sci. 13(4): 412-418.

Williams, G.H. 2002. Hypertensive vascular disease. Di dalam: Wilson Jean D. Et al.,editor. Harrison’s Principles of Internal Medicine - 12th ed.

Spanish: McGraw-Hill, Inc. hlm 1001-1015.

(66)

Gambar

Gambar 1. Diagram kerangka teori tentang faktor resiko pada hipertensi (sumber : FK Atma Jaya , dr
Gambar 2. Diagram kerangka konsep tentang efek musik terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan denyut jantung (Elsanti, 2009)
Gambar 3. Alur penelitian pengaruh musik terhadap tekanan darah sistolik dan denyut jantung
Tabel 1. Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B3, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague,

In this paper a method for building detection in aerial images based on variational inference of logistic regression is proposed.. It consists of

[r]

BERBEDA // ANAK ANAK USIA SEKOLAH MULAI DIKENALKAN PENDIDIK LUAR KELAS / SEPERTI PENGENALAN PROSES PEMBUATAN TALK.

Penelitian ini menekankan pada penetapan SPM infrastruktur terminal penumpang transportasi jalan, dimana permasalahan yang sangat utama adalah kurangnya peraturan dan standar

Duta Mebel menunjuk seorang Kepala Lapangan (Mandor) untuk membantunya dalam menjalankan sistem pengawasan dalam kegiatan produksi. Pekerja diwajibkan mematuhi perintah

SELECT buku.judul , siswa .nama, siswa.kelas, siswa.jurusan, peminjaman.tgl_pinjam, pengembalian.tgl_kembali FROM siswa JOIN peminjaman USING(nis) JOIN buku

Pada implementasi ini untuk memonitoring aplikasi lime survey dapat di lakukan dengan command line dan GUI di proxmox ve untuk mengetahui berapa banyak resource yang