• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing di Kalangan Ibu-ibu di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing di Kalangan Ibu-ibu di Kota Medan"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN

Gambaran Penggunaan Obat Pencahar

Sebagai Obat Pelangsing

di Kalangan Ibu-ibu

di Kota Medan

OLEH :

NURDIYANA BT. ABDULLAH

080100430

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Gambaran Penggunaan Obat Pencahar

Sebagai Obat Pelangsing

di Kalangan Ibu-ibu

di Kota Medan

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

NURDIYANA BT. ABDULLAH

080100430

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Pencahar

Sebagai Obat Pelangsing

di Kalangan Ibu-ibu di Kota Medan Nama : Nurdiyana bt. Abdullah

NIM : 080100430

Pembimbing

Prof. Dr. dr. Rozaimah Zain-Hamid, MS, Sp.FK NIP : 19530417 198003 2 001

Penguji I

dr. Isti Ilmiati F.MSc,CM-FM, M.Pd.Ked NIP: 19670527 19903 2001

Penguji II

dr. Rita Evalina, Sp.A(K) NIP: 140360090

Medan, Januari 2012

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Laksansia atau pencahar bekerja dengan cara menstimulasi gerakan peristaltik dinding usus sehingga mempermudah buang air besar (defikasi) dan meredakan sembelit (konstipasi). Tujuannya adalah untuk menjaga agar tinja (feces) tidak mengeras dan defikasi menjadi normal. Secara umum, mekanisme kerja obat pencahar meliputi pengurangan absorpsi air dan elektrolit, meningkatkan osmolalitas dalam lumen, dan meningkatkan tekanan hidrostatik dalam usus sehingga bisa menyebabkan zat-zat nutrisi dari makanan kurang diserap lalu menyebabkan penurunan berat badan. Namun, penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing dapat memberikan dampak negatif kepada usus dengan tempoh penggunaan yang lama karena bisa mengubah kolon.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing di kalangan ibu-ibu di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah wanita berusia 25-40 tahun yang berkunjung ke klinik-klinik pelangsingan di Medan. Jumlah sampel minimal adalah sebanyak 97 orang. Penarikan sampel menggunakan non probability sampling, dengan teknik consecutive sampling. Pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing diukur melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Pengetahuan, sikap dan tindakan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu baik, cukup dan kurang.

Berdasarkan hasil penelitian dari 97 orang responden, pengetahuan terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing adalah baik (52.6%), sikap reponden adalah baik (69.1%), dan tindakan responden adalah cukup (60.8%). Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu (responden) tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing adalah baik. Bagi penelitian selanjutnya mungkin bisa diperbaiki agar lebih sempurna.

(5)

ABSTRACT

Laxatives work by stimulating peristaltic motion in intestinal wall to promote defecation and to reduce constipation so that feces are not hard and the defecation process becomes normal. Generally mechanism of action in laxatives includes reduction of water and electrolytes absorption, increasing the osmolality in lumen and increasing the hydrostatic pressure in intestine. The process leads to decrease absorption of nutrition in body and eventually will make body weight drops. Therefore the usage of laxatives in long period will give negative impact to the intestine as it will change the structure of colon.

This study is conducted to show the general picture of the usage of laxatives as slimming product in women who live in Medan using the descriptive research method. Study population consists of married women with children aged 25-40 years old who visited slimming clinics. Minimal samples number achieved at least 97 people. Sampling technique used is non-probability technique, with consecutive sampling. Measure of respondents’ knowledge, attitude and action about usage of laxatives as slimming product are by interviews, followed by structured questionnaires. Knowledge, attitude and action are grouped into three

categories; good, moderate and poor.

Based on the research results from 97 respondents, (52.6%) had good knowledge good attitude (69.1%) and moderate action (60.8%). The conclusion from this research is respondents’ knowledge, attitude and action levels are good about the usage of laxatives as slimming product. For further research, it needs to be assessed more thoroughly so it will become more perfect.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., Tuhan pemilik alam semesta dan ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya. Berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

Laporan hasil penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing di Kalangan Ibu-ibu di Kota Medan” ini dIbu-ibuat dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas. 2. Prof. Dr. dr. Rozaimah Zain-Hamid, MS, Sp. FK selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis.

3.dr. Isti Ilmiati F., MSc, CMFM, selaku dosen penguji I dan dr. Rita Evalina, Sp. A, selaku dosen penguji II. Terima kasih atas segala kritik dan saran yang diberikan untuk penulis.

4. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, teristimewa kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf Medical Education Unit (MEU).

(7)

6. Pihak lain seperti responden-responden penelitian yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian.

Penulis menyadari laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menjadi lebih baik untuk ke depannya kelak.

Medan, 12 Desember 2011,

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

2.1. Penggunaan Utama Obat Pencahar... 4

2.1.1 Konstipasi ... 4

2.1.2 Pengertian Obat Pencahar... 5

2.1.3 Dampak Negatif Obat Pencahar ... 8

2.2. Obat-obat Pelangsing Lain... 9

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 11

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 11

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 14

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 14

4.4. Metode Pengumpulan Data... 14

4.4.1 Data Primer………... 16

4.4.1.1. Uji Validitas dan Reliabilitas... 16

4.5. Etika Penelitian ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...20

(9)

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……….. 20

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden……….. 20

5.3. Hasil Analisis Data………. 21

5.4. Pembahasan……… 34

5.4.1 Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan………... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...39

6.1. Kesimpulan...39

6.2. Saran...40

DAFTAR PUSTAKA... 41

(10)
(11)

Tentang Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing Sesuai Pekerjaan

5.5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Responden 31 Tentang Penggunaan Obat Pencahar Sebagai

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nombor Judul Halaman

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Subyek Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Lembar Ethical Clearence

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 Master Data

Lampiran 8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

(14)

ABSTRAK

Laksansia atau pencahar bekerja dengan cara menstimulasi gerakan peristaltik dinding usus sehingga mempermudah buang air besar (defikasi) dan meredakan sembelit (konstipasi). Tujuannya adalah untuk menjaga agar tinja (feces) tidak mengeras dan defikasi menjadi normal. Secara umum, mekanisme kerja obat pencahar meliputi pengurangan absorpsi air dan elektrolit, meningkatkan osmolalitas dalam lumen, dan meningkatkan tekanan hidrostatik dalam usus sehingga bisa menyebabkan zat-zat nutrisi dari makanan kurang diserap lalu menyebabkan penurunan berat badan. Namun, penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing dapat memberikan dampak negatif kepada usus dengan tempoh penggunaan yang lama karena bisa mengubah kolon.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing di kalangan ibu-ibu di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah wanita berusia 25-40 tahun yang berkunjung ke klinik-klinik pelangsingan di Medan. Jumlah sampel minimal adalah sebanyak 97 orang. Penarikan sampel menggunakan non probability sampling, dengan teknik consecutive sampling. Pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing diukur melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Pengetahuan, sikap dan tindakan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu baik, cukup dan kurang.

Berdasarkan hasil penelitian dari 97 orang responden, pengetahuan terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing adalah baik (52.6%), sikap reponden adalah baik (69.1%), dan tindakan responden adalah cukup (60.8%). Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu (responden) tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing adalah baik. Bagi penelitian selanjutnya mungkin bisa diperbaiki agar lebih sempurna.

(15)

ABSTRACT

Laxatives work by stimulating peristaltic motion in intestinal wall to promote defecation and to reduce constipation so that feces are not hard and the defecation process becomes normal. Generally mechanism of action in laxatives includes reduction of water and electrolytes absorption, increasing the osmolality in lumen and increasing the hydrostatic pressure in intestine. The process leads to decrease absorption of nutrition in body and eventually will make body weight drops. Therefore the usage of laxatives in long period will give negative impact to the intestine as it will change the structure of colon.

This study is conducted to show the general picture of the usage of laxatives as slimming product in women who live in Medan using the descriptive research method. Study population consists of married women with children aged 25-40 years old who visited slimming clinics. Minimal samples number achieved at least 97 people. Sampling technique used is non-probability technique, with consecutive sampling. Measure of respondents’ knowledge, attitude and action about usage of laxatives as slimming product are by interviews, followed by structured questionnaires. Knowledge, attitude and action are grouped into three

categories; good, moderate and poor.

Based on the research results from 97 respondents, (52.6%) had good knowledge good attitude (69.1%) and moderate action (60.8%). The conclusion from this research is respondents’ knowledge, attitude and action levels are good about the usage of laxatives as slimming product. For further research, it needs to be assessed more thoroughly so it will become more perfect.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berat badan yang berlebihan adalah salah satu masalah yang dihadapi pada wanita yang sudah memiliki anak. Dengan obesitas tersebut, seseorang lalu berusaha memulihkan berat badannya seperti semula. Ketidaknyamanan juga dialami ketika seseorang berinteraksi dengan linkungan sosial, pekerjaan, dan bahkan keluarga. Beberapa cara dapat ditempuh karena banyak sekali tawaran yang tersedia di masyarakat. Namun, hasilnya amat beragam, dari berhasil total hingga justru menambah masalah baru karena selain gagal juga menimbulkan banyak efek samping (Yoice, 2007).

Akhir-akhir ini banyak kemunculan obat penurun lemak tubuh di berbagai media komunikasi baik televisi maupon koran. Obat-obat tersebut dijual dalam berbagai bentuk mulai dari berbentuk krim sehingga tablet. Kemunculan berbagai obat penurun lemak ini disebabkan banyak konsumen yang tertarik membelinya, terutama individu yang mengalami kegemukan. Kegemukan merupakan suatu momok bagi setiap individu selain berbahaya bagi kesehatan juga dapat membuat seseorang tidak menarik dari segi fisik (Ade, 2006).

Pada saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita kegemukan. Berdasarkan data yang diterima oleh WHO (World Health Organisation), kian hari kian bertambah jumlah penderita yang mengalami masalah kelebihan berat badan. Menurut data penelitian terakhir di Amerika Serikat sekitar 30% orang dewasa menderita obesitas (Ade, 2006).

(17)

China dan Eropah. Obat pencahar dalam bentuk stimulan adalah yang paling banyak digunakan untuk mengawal berat badan karena jenis ini meningkatkan peristalsis usus (Muller-Lissner, 1993).

Di Indonesia sendiri bilangan ibu-ibu yang menggunakan obat pencahar sebagai obat pelangsing semakin meningkat. Namun data rasmi tidak didapatkan untuk populasi penggunaan obat pencahar ini.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang: ‘Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing di Kalangan Ibu-ibu di Kota Medan’.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah ‘Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing di Kalangan Ibu-ibu di Kota Medan’.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah gambaran penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing di kalangan ibu muda berumur 25-40 tahun di beberapa buah klinik pelangsingan di Kota Medan pada tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu mengenai penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing.

(18)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Memperoleh gambaran penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing di di kalangan ibu-ibu di Kota Medan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan responden penelitian mengenai dampak penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing.

3. Memberi kesadaran kepada responden penelitian mengenai penggunaan obat pencahar yang rasional bagi lebih memahami cara swa medikasi yang tepat dan mengelakkan penggunaan obat yang salah ‘drug misuse’ dan penyalahgunaan obat ‘drug abuse’.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGGUNAAN UTAMA OBAT PENCAHAR

2.1.1 KONSTIPASI

Laksansia atau pencahar bekerja dengan cara menstimulasi gerakan peristaltik dinding usus sehingga mempermudah buang air besar (defikasi) dan meredakan sembelit. Tujuannya adalah untuk menjaga agar tinja (feces) tidak mengeras dan defikasi menjadi normal. Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan melalui lambung, usus halus, dan akhirnya menuju usus besar/ kolon. Di dalam kolon inilah terjadi penyerapan cairan dan pembentukan massa feses. Bila massa feses berada terlalu lama dalam kolon, jumlah cairan yang diserap juga banyak, akibatnya konsistensi feses menjadi keras dan kering sehingga dapat menyulitkan pada saat pengeluaran feses. Konstipasi merupakan suatu kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan defekasi akibat tinja yang mengeras, otot polos usus yang lumpuh maupun gangguan refleks defekasi (Arif & Sjamsudin, 1995) yang mengakibatkan frekuensi maupun proses pengeluaran feses terganggu. Frekuensi defekasi/ buang air besar (BAB) yang normal adalah 3 sampai 12 kali dalam seminggu. Namun, seseorang baru dapat dikatakan konstipasi jika ia mengalami frekuensi BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu, disertai konsistensi feses yang keras, kesulitan mengeluarkan feses (akibat ukuran feses besar-besar maupun akibat terjadinya gangguan refleks defekasi), serta mengalami sensasi rasa tidak puas pada saat BAB (McQuaid, 2006). Orang yang frekuensi defekasi/ BAB-nya kurang dari normal belum tentu menderita konstipasi jika ukuran maupun konsistensi fesesnya masih normal. Konstipasi juga dapat disertai rasa tidak nyaman pada bagian perut dan hilangnya nafsu makan.

(20)

2.1.2 PENGERTIAN OBAT PENCAHAR

Sasaran terapi konstipasi yaitu: (1) massa feses, (2) refleks peristaltik dinding kolon. Tujuan terapinya adalah menghilangkan gejala, artinya pasien tidak lagi mengalami konstipasi atau proses defekasi/ BAB (meliputi frekuensi dan konsistensi feses) kembali normal. Strategi terapi dapat menggunakan terapi farmakologis maupun non-farmakologis. Terapi non-farmakologis digunakan untuk meningkatkan frekuensi BAB pada pasien konstipasi, yaitu dengan menambah asupan serat sebanyak 10-12 gram per hari dan meningkatkan volume cairan yang diminum, serta meningkatkan aktivitas fisik/ olahraga. Sumber makanan yang kaya akan serat, antara lain: sayuran, buah, dan gandum. Serat dapat menambah ‘volume’ feses (karena dalam saluran pencernaan manusia ia tidak dicerna), mengurangi penyerapan air dari feses, dan membantu mempercepat feses melewati usus sehingga frekuensi defekasi/ BAB meningkat (Dipiro, et al, 2005).

Sedangkan terapi farmakologis dengan obat laksatif/ pencahar digunakan untuk meningkatkan frekuensi BAB dan untuk mengurangi konsistensi feses yang kering dan keras. Secara umum, mekanisme kerja obat pencahar meliputi pengurangan absorpsi air dan elektrolit, meningkatkan osmolalitas dalam lumen, dan meningkatkan tekanan hidrostatik dalam usus. Obat pencahar ini mengubah kolon, yang normalnya merupakan organ tempat terjadinya penyerapan cairan menjadi organ yang mensekresikan air dan elektrolit (Dipiro, et al, 2005). Obat pencahar sendiri dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu: (1) pencahar yang melunakkan feses dalam waktu 1-3 hari (pencahar bulk-forming, docusates, dan laktulosa); (2) pencahar yang mampu menghasilkan feses yang lunak atau semi-cair dalam waktu 6-12 jam (derivat difenilmetan dan derivat antrakuinon), serta (3) pencahar yang mampu menghasilkan pengluaran feses yang cair dalam waktu 1-6 jam (saline cathartics, minyak castor, larutan elektrolit polietilenglikol).

(21)

membentuk suatu hidrogel sehingga terjadi peregangan dinding saluran cerna dan merangsang gerak peristaltik. Penggunaan obat pencahar ini perlu memperhatikan asupan cairan kedalam tubuh harus mencukupi, jika tidah bahaya terjadi dehidrasi.

Derivat difenilmetan yang biasa digunakan adalah bisakodil dan fenolptalein. Senyawa-senyawa ini merangsang sekresi cairan dan saraf pada mukosa kolon yang mengakibatkan kontraksi kolon sehingga terjadi pergerakan usus (peristaltik) dalam waktu 6-12 jam setelah diminum, atau 15-60 menit setelah diberikan melalui rektal. Namun penggunaan fenilptalein sudah dilarang karena bersifat karsinogen. Senyawa ini tidak direkomendasikan untuk digunakan tiap hari. Jarak antara setiap kali penggunaan harus cukup lama, sekitar beberapa minggu, untuk mengobati konstipasi ataupun untuk mempersiapkan pengosongan kolon jika diperlukan untuk pembedahan.

Saline cathartics merupakan garam anorganik yang mengandung ion-ion seperti Mg, S, P, dan sitrat, yang bekerja dengan mempertahankan air tetap dalam saluran cerna sehingga terjadi peregangan pada dinding usus, yang kemudian merangsang pergerakan usus (peristaltik). Selain itu, Mg juga merangsang sekresi kolesitokinin, suatu hormon yang merangsang pergerakan usus besar dan sekresi cairan. Senyawa ini dapat diminum ataupun diberikan secara rektal. Pencahar saline ini juga dapat digunakan untuk mengosongkan kolon dengan cepat sebagai persiapan sebelum pemeriksaan radiologi, endoskopi, dan pembedahan pada bagian perut (Gangarosa & Seibertin, 2003).

Secara umum, penggunaan pencahar untuk mengatasi konstipasi sebaiknya dihindari. Namun, jika konstipasi yang terjadi dapat menimbulkan keparahan kondisi pasien, misalnya pada pasien wasir atau pasien yang baru menjalani pembedahan perut, penggunaan obat pencahar sangat diperlukan. Berikut adalah obat yang dipilih untuk digunakan mengatasi konstipasi yang tidak cukup jika diatasi hanya dengan fiber:

NAMA GENERIK: Bisacodyl

NAMA DAGANG DI INDONESIA : Dulcolax®, Bicolax®, Codylax®, Laxacod®,

(22)

INDIKASI

Konstipasi; sebelum prosedur radiologi dan bedah. Semua bentuk sembelit, memudahkan buang air besar pada kondisi dengan rasa sakit seperti pada hemorrhoid (wasir), pengosongan lambung-usus sebelum & sesudah operasi. KONTRA INDIKASI

Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami sumbatan pada usus (ileus), kondisi pembedahan perut akut, maupun dalam kondisi dehidrasi berat. PERHATIAN

Penggunaan senyawa ini dalam jangka lama dapat mengakibatkan kram perut yang parah dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, juga tidak boleh digunakan untuk pasien hamil dan menyusui.

EFEK SAMPING

Jarang: rasa tidak enak pada perut, diare. BENTUK SEDIAAN

Tablet 5 mg (Bicolax®, Codylax®, Laxacod®, Laxamex®, Melaxan®, Prolaxan®,

Toilax®) dan 10 mg (Dulcolax®, Stolax®).

DOSIS

Untuk konstipasi, dewasa: 5-10 mg malam hari; kadang-kadang perlu dinaikkan menjadi 15-20 mg. Anak kurang dari 10 tahun : 5 mg.

Pemeriksaan radiografik, sebelum dan sesudah operasi :

(23)

- anak-anak berusia 4 tahun atau lebih : 1 tablet pada sore hari sebelum pemeriksaan dan 1 suppositoria pada pagi harinya (di hari pemeriksaan).

Obat golongan laksatif atau pencahar sering dipakai untuk mengurangi berat badan dengan melancarkan BAB (buang air besar) diharapkan berat badan juga relatif terkontrol. Banyak sediaan suplemen yang mengandung high-fiber yang ”diindikasikan” untuk melangsingkan tubuh dan dapat diperoleh secara bebas. Serat tinggi tadi diharapkan mengembang di saluran cerna dan memicu gerakan peristaltik usus sehingga akan memudahkan BAB. Walaupun mungkin berhasil, tetapi efeknya umumnya tidak terlalu signifikan. Selain sejenis fiber ini, beberapa pencahar lain juga sering dipakai sebagai pelangsing. Penggunaan pencahar sebagai pelangsing dalam waktu lama tidak disarankan karena usus akan menjadi “malas”, akan bekerja jika ada pemicunya, dan hal ini akan menjadikan semacam “ketergantungan”.

2.1.3 DAMPAK NEGATIF OBAT PENCAHAR

Sebagian besar obat pelangsing dapat menimbulkan dampak negatif seperti: gangguan emosi, hiperaktivitas, sulit tidur, perut kembung dan perih, keletihan terus menerus, depresi, ketagihan, mual, muntah, dan tubuh gemetar. Ada juga yang menggangu kesuburan dan sikulasi menstruasi . Penggunaan obat pelangsing yang bersifat pencahan atau laksatif dapat menyebabkan usus bereaksi lebih aktif menyerap makanan, sehingga membuat makanan yang dikonsumsi cepat dibuang sebelum diserap. Akibatnya bila konsumsi obat dihentikan maka tubuh akan semakin gemuk karena usus jadi lebih efisien dalam menyerap makanan.

(24)

2.2 OBAT-OBAT PELANGSING LAIN

1. Orlistat (Xenical)

Obat ini menggurangi penyerapan lemak di usus dengan cara menghambat enzim lipase dari pankreas. Lipase adalah enzim yang bertugas menguraikan lemak. Obat ini bisa menyebabkan feses menjadi berlemak, perut kembung, dan kontrol BAB terganggu. Tetapi efek samping ini bisa dikurangi jika asupan makanan berlemak di kurangi.

2. Sibutramin (Meridia, Reductil)

Obat ini bekerja secara sentral menekan nafsu makan, dengan mengatur ketersediaan neurotransmiter di otak, yaitu menghambat ‘re-uptake’ serotonin dan norepinefrin. Namun obat ini harus digunakan secara hati-hati karena dapat meningkatkan tekanan darah, menyebabkan mulut kering, konstipasi, sakit kepala dan insomnia.

Sibutramin inilah yang sering ditambahkan oleh produsen nakal jamu pelangsing, sehingga beberapa waktu lalu pernah dilakukan penarikan 6 merk jamu pelangsing oleh Badan POM karena dicampur dengan sibutramin. Sungguh, pencampuran jamu pelangsing dengan sibutramin ini merupakan tindakan kriminal yang sama sekali tidak memikirkan keselamatan penggunanya. Jamu ini berisiko bagi yang memiliki gangguan penyakit kardiovaskuler karena dapat meningkatkan tekanan darah dan mungkin risiko terjadinya ‘stroke’.

(25)

3. Diuretik

Obat-obat diuretik (pelancar air seni) juga sering dipakai sebagai obat pelangsing. Tapi sebenarnya efeknya tidaklah signifikan dalam mengurangi berat badan. Justru penggunaannya harus diperhatikan karena dapat mengganggu keseimbangan elektrolit dalam tubuh karena banyak ion-ion tubuh yang mungkin akan terbawa melalui urin. Jika berat badannya disebabkan karena timbunan cairan, maka diuretik memang pilihan yang tepat, tetapi jika karena timbunan lemak, tentu diuretik tidak akan berefek signifikan. Umumnya teh-teh pelangsing mengandung senyawa alam yang bersifat diuretik sehingga memberikan efek kesan melangsingkan.

4. Obat-obat herbal pelangsing

(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002).

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

3.2 DEFINISI OPERASIONAL

3.2.1 Gambaran yaitu mencakup sejauh mana penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing pada responden

Gambaran disini akan mencakup:

1. Pengertian obat pencahar dan obat pelangsing, 2. Tujuan utama pemakaian obat pencahar, 3. Obat pencahar berdasarkan penggunaannya, 4. Reaksi atau dampak negatif obat pencahar, 5. Bahan atau zat kimia pada pencahar.

Dalam konsep penelitian ini, gambaran yang diukur hanya dalam batas pengetahuan, sikap dan tindakan. Untuk mengetahui gambaran tersebut digunakan kuesioner sebagai instrumen.

Pengetahuan

Obat pencahar sebagai obat pelangsing Sikap

(27)

3.2.2 Ibu-ibu diartikan sebagai:

a. Wanita yang berusia 25-40 tahun.

b. Wanita yang sudah bernikah dan mempunyai anak.

3.2.3 Penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing di kalangan ibu-ibu.

3.3 Cara ukur: Cara ukur yang digunakan adalah wawancara.

3.4 Alat ukur: Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri atas 20 pertanyaan, yaitu jawaban ya (a) diberi skor 3, jawaban tidak (b) diberi skor 2 dan jawaban tidak tahu (c), (d) diberi skor 1.

3.5 Hasil Pengukuran

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran dan penggolongan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden diperoleh dari hasil pengukuran jumlah kuesioner yang diberikan. Tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden dikategorikan menjadi tiga, yaitu kategori baik, cukup dan kurang.

3.5.1. Kategori Penelitian Pengukuran

Sedangkan dalam penentuan kategori penelitian dinilai dengan menggunakan metode presentasi skoring sebagai berikut:

Penilaian terhadap tingkat pengetahuan responden terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing berdasarkan sistem skoring yaitu:

Skor ≥24: Pengetahuan Baik Skor 18-23: Pengetahuan Cukup Skor≤17: Pengetahuan Kurang

Penilaian terhadap tingkat sikap responden terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing berdasarkan sistem skoring yaitu:

(28)

Skor ≤3: Sikap Kurang

Penilaian terhadap tingkat tindakan responden terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing berdasarkan sistem skoring yaitu:

Skor ≥18: Tindakan Baik Skor 14-17: Tindakan Cukup Skor ≤13: Tindakan Kurang

3.6. Skala Pengukuran

(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan secara cross sectional. Survey cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi dan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat “Point time approach” (Notoatmodjo, 2002). Dalam satu rentang waktu tertentu, didapatkan gambaran penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing di kalangan responden (ibu-ibu) berumur 25-40 tahun yang berkunjung ke klinik pelangsingan di Kota Medan pada tahun 2011.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di beberapa buah klinik pelangsingan di Kota Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 11 bulan, mulai dari peneliti menentukan judul, menyusun proposal hingga seminar hasil yang berlangsung dari bulan Februari 2011 hingga Desember 2011.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

(30)

4.3.2 Sampel

Menurut Sostroasmoro dan Ismael (2010), besar sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus seperti berikut :

n = (Zα²PQ) / d² di mana :

n = besar sampel minimum

Zα = nilai distribusi normal baku (Tabel Z) pada α tertentu P = proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari

d = tingkat ketetapan absolute yang dikehendaki/kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

Q = (1-P)

Karena P x Q mempunyai nilai paling tinggi bila P = 0,5, bila proporsi sebelumnya tidak diketahui, make dipergunakan P = 0,5

Bila Zα = 1,96, P = 0,5, Q = 0,5, d = 0,1, maka besar sampel : n = ( 1,96² x 0,5 x 0,5 ) / 0,1²

= 97

Dengan menggunakan rumus di atas maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 97 orang.

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Consecutive sampling. Semua subyek yang didatangi dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang dibutuhkan dipenuhi. Consecutive sampling ini merupakan jenis nonprobability sampling yang paling baik dan sering merupakan cara termudah (Sastroasmoro dan Isamel, 2010).

4.3.3 Kriteria Inklusi:

a. Ibu-ibu berusia 25-40 tahun yang bersedia menjadi responden penelitian setelah memperoleh persetujuan setelah penjelasan (informed consent).

(31)

c. Responden berjenis kelamin perempuan. d. Sudah menikah dan mempunyai anak.

e. Responden berada di tempat pada saat mengumpulkan data.

4.3.2 Kriteria Eksklusi:

a. Tidak bersedia menjadi responden.

b. Ibu-ibu yang menggunakan obat-obat pelangsing selain dari obat pencahar. Jadi besar sampel minimum yang diperlukan adalah 97 subyek.

4.4 Metode Pengumpulan Data

4.4.1 Data Primer

Pada penelitian ini, digunakan data primer yang didapat langsung dari responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner ditanyakan langsung oleh surveyer kepada responden.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 20 pertanyaan. Kuesioner ini akan diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan SPSS versi 17.0.

4.4.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

(32)

validitasnya dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan rumus:

R = N (Σxv)-(ΣxΣv)

√{NΣx²-(Σx)²} {NΣy²-(Σy)²}

Keterangan: x: Skor setiap responden untuk pertanyaan nomor n y: Skor total tiap responden untuk semua pertanyaan

xy: Skor pertanyaan nomor n dikali skor total pada tiap responden

Keputusan uji

• Bila r hitung (r pearson) > r tabel; artinya pertanyaan valid. • Bila r hitung (r pearson) < r tabel; artinya pertanyaan tidak valid.

Sementara itu, uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran 2 kali atau lebih terhadap gejala/ kondisi yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Setelah selesai seminar proposal, akan dicari 10 orang responden yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan populasi target dan responden tersebut akan diminta untuk mengisi kuesioner yang akan duiji. Peneliti memilih klinik pelangsingan untuk melakukan tes uji validitas dan reliabilitas. Kuisioner yang telah selesai disusun akan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan rumus:

R = N ( Σ xv)-( Σ x Σ v)____

(33)

Uji reliabilitas dilakukan dengan cara one shot (diukur sekali sahaja). Di sini, pengukuran hanya sekali dan kemudian hasil dibandingkan dengan hasil pertanyaan lain. Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS versi 17.0. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel. Hasil uji validitas dan reliabilitas ditampilkan pada tabel berikut ini.

(34)

Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah melakukan analisis data. Analisis data pada penelitian dilakukan secara bertahap dan dilakukan melalui proses komputerisasi. Penelitian ini hanya menggunakan analisis univariat.

4.5 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dalam bentuk

(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah beberapa klinik-klinik pelangsingan di Kota Medan. Kota ini memiliki keluasan sebanyak 265,10 km2. Medan dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan. Wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah barat, selatan dan timur. Penelitian mencakup 21 kecamatan yang dibahagikan kepada 5 bagian. Jadi penelitian dilakukan dengan setiap 4 kecamatan diambil sebanyak 20 reponden untuk mencukupkan jumlah reponden untuk penelitian ini yaitu 97 responden.

5.2 Deskripsi Karakteristik Responden

(36)

Tabel 5.1 Karakteristik umur responden yang mengikuti penelitian

Umur n % 1 25-30 64 66 2 31-35 18 18.5 3 36-40 15 15.5

TOTAL 97 100

Tabel 5.1.1 Karakteristik pekerjaan responden yang mengikuti penelitian

Pekerjaan n % 1 Ibu RT 28 28.9 2 Lain-lain 24 24.7 3 Pegawai 45 46.4

TOTAL 97 100

Ket : RT (rumah tangga)

5.3 Hasil Analisis Data

(37)

Tabel 5.2 Sebaran gambaran soal kuestioner tingkat pengetahuan responden

Tabel 5.2.1 Sebaran gambaran soal kuestioner tingkat sikap responden

Gambaran n1 % n2 % n3 %

1. Kepuasan hati terhadap efek obat pencahar sebagai

(38)

n1= YA (3) n2=TIDAK (2) n3=TIDAK TAHU (1)

Tabel 5.2.2 Sebaran gambaran soal kuestioner tingkat tindakan responden

Gambaran n1 % n2 % n3 %

Di mana responden membeli obat pencahar?

(39)
(40)

Berdasarkan tabel di atas dilihat bahawa terdapat 20 soal. Setiap soal hanya dijawab dengan jawaban yang mewakili A: ya, B: tidak dan C atau D: tidak tahu. Pada setiap soalan jawaban A diberi nilai 3, jawaban B diberi nilai 2 dan jawaban C atau D diberi nilai 1. Hasil uji tingkat pengetahuan ibu-ibu mengenai penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan

Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing

Tingkat Pengetahuan n %

1 Baik (≥24) 51 52.6 2 Cukup (18-23) 41 42.3 3 Kurang (≤17) 5 5.1

TOTAL 97 100

Tabel 5.3.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Tentang Penggunaan Obat

Pencahar Sebagai Obat Pelangsing

Tingkat Pengetahuan n %

1 Baik (≥7) 67 69.1 2 Cukup (4-6) 26 26.8 3 Kurang (≤3) 4 4.1

(41)

Tabel 5.3.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Tentang Penggunaan Obat

Pencahar Sebagai Obat Pelangsing

Tingkat Pengetahuan n %

1 Baik (≥18) 25 25.8 2 Cukup (14-17) 59 60.8 3 Kurang (≤13) 13 13.4

TOTAL 97 100

Dari tabel 5.3, dapat dilihat bahwa 51 responden (52.6%) berada dalam kategori tingkat pengetahuan yang baik terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing. 41 responden (42.3%) berada dalam kategori tingkat pengetahuan cukup. Sebanyak 5 orang (5.1%) responden berada dalam kategori tingkat pengetahuan kurang tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing.

Dari tabel 5.3.1, dapat dilihat bahwa 67 responden (69.1%) berada dalam kategori tingkat sikap yang baik terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing. 26 responden (26.8%) berada dalam kategori tingkat sikap yang cukup. Sebanyak 4 orang (4.1%) responden berada dalam kategori tingkat sikap yang kurang tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing.

Dari tabel 5.3.2, dapat dilihat bahwa 25 responden (25.8%) berada dalam kategori tingkat tindakan yang baik terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing. 59 responden (60.8%) berada dalam kategori tingkat tindakan yang cukup. Sebanyak 13 orang (13.4%) responden berada dalam kategori tingkat tindakan yang kurang tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing.

(42)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang

Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing Sesuai Umur

Tingkat Pengetahuan

_________________________________________________________

Baik (≥24 ) Cukup (18-23) Kurang (≤17) TOTAL Umur

n % n % n %

25-30 35 54.7 28 43.7 1 1.6 64 31-35 7 38.9 8 44.4 3 16.7 18 36-40 9 60 5 33.3 1 6.7 15

(43)

Tabel 5.4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Responden Tentang Penggunaan Obat

Pencahar Sebagai Obat Pelangsing Sesuai Umur

Tingkat Sikap

_________________________________________________________

Baik (≥7 ) Cukup (4-6) Kurang (≤3) TOTAL Umur

n % n % n %

25-30 43 67.2 18 28.1 3 4.7 64 31-35 13 72.2 4 22.2 1 5.6 18 36-40 11 73.3 4 26.7 0 0 15

(44)

Tabel 5.4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Responden Tentang

Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing Sesuai Umur

Tingkat Tindakan

_________________________________________________________

Baik (≥18 ) Cukup (14-17) Kurang (≤13) TOTAL Umur

n % n % n %

25-30 15 23.4 40 62.5 9 14.1 64 31-35 5 27.8 9 50.0 4 22.2 18 36-40 5 33.3 10 66.7 0 0 15

TOTAL 25 59 13 97

(45)

Dari tabel 5.4.1 diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah ibu-ibu berdasarkan kelompok umur dengan sikap yang baik terbanyak dijumpai pada responden usia 25-30 tahun sebanyak 43 orang (67.2%) dan terendah dijumpai pada responden usia 31-35 tahun sebanyak 7 orang (73.3%). Responden bagi tingkat sikap yang cukup yang terbanyak dijumpai pada usia 25-30 tahun sebanyak 18 orang (28.1 %). Tingkat sikap yang kurang yang terbanyak dijumpai pada responden usia 25-30 tahun sebanyak 3 orang (4.7%).

Dari tabel 5.4.2 diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah ibu-ibu berdasarkan kelompok umur dengan tindakan baik terbanyak dijumpai pada responden usia 25-30 tahun sebanyak 15 orang (23.4%). Responden bagi tingkat tindakan cukup yang terbanyak dijumpai pada usia 25-30 tahun sebanyak 40 orang (62.5 %) dan terendah dijumpai pada responden usia 31-35 tahun sebanyak 9 orang (50.0%). Tingkat tindakan kurang yang terbanyak dijumpai pada responden usia 25-30 tahun sebanyak 9 orang (14.1%).

(46)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang

Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing Sesuai Pekerjaan

Tingkat Pengetahuan

_________________________________________________________

Baik (≥24 ) Cukup (18-23) Kurang (≤17) TOTAL Pekerjaan

n % n % n %

Lain-lain 13 54.2 10 41.7 1 4.1 24 Pegawai 23 51.1 19 42.2 3 6.7 45 Ibu RT 15 53.6 12 42.9 1 3.5 28

(47)

Tabel 5.5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Responden Tentang

Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing Sesuai Pekerjaan

Tingkat Sikap

_________________________________________________________

Baik (≥7 ) Cukup (4-6) Kurang (≤3) TOTAL Pekerjaan

n % n % n %

Lain-lain 16

66.7 8

33.3 0 0 24 Pegawai 28 62.2 13 28.9 4 8.9 45 Ibu RT 23 82.1 5 17.9 0 0 28

(48)

Tabel 5.5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Responden Tentang

Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing Sesuai Pekerjaan

Tingkat Tindakan

_________________________________________________________

Baik (≥18 ) Cukup (14-17) Kurang (≤13) TOTAL Pekerjaan

n % n %n %

Lain-lain 4 16.7 18 75.0 2 8.3 24 Pegawai 11 24.4 23 51.2 11 24.4 45 Ibu RT 10 35.7 18 64.3 0 0 28

TOTAL 25 59 13 97

Dari tabel 5.5 diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah ibu-ibu berdasarkan kelompok pekerjaan dengan pengetahuan baik terbanyak dijumpai pada responden pekerjaan pegawai sebanyak 23 orang (51.1%) dan terendah dijumpai pada responden pekerjaan lain-lain sebanyak 13 orang (54.2%). Responden bagi tingkat pengetahuan cukup yang terbanyak dijumpai pada pekerjaan pegawai sebanyak 19 orang (42.2%) dan terendah dijumpai pada responden pekerjaan lain-lain sebanyak 10 orang (41.7%). Tingkat pengetahuan kurang yang terbanyak dijumpai pada responden pekerjaan lain-lain dan ibu RT sebanyak 1 orang.

(49)

dijumpai pada responden pekerjaan lain-lain sebanyak 16 orang (66.7%). Responden bagi tingkat sikap yang cukup yang terbanyak dijumpai pada pekerjaan pegawai sebanyak 13 orang (28.9%). Tingkat sikap yang kurang yang terbanyak dijumpai pada responden pekerjaan pegawai sebanyak 4 orang (8.9%).

(50)

5.4 Pembahasan

5.4.1 Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

(51)

untuk melakukan justifikasi atau penilain terhadap suatu materi atau obyek. Semua tingkatan di atas itu harus tercapai supaya tingkat pengetahuan adalah baik.

Selain daripada itu, berdasarkan tabel 5.4, 5.4.1 dan 5.4.2 didapati bahawa distribusi tingkat pengetahuan tertinggi tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing berdasarkan kelompok umur 25-30 tahun yaitu sebanyak 35 orang (54.7%). Pada tingkat sikap dan tindakan juga kelompok umur 25-30 tahun merupakan tertinggi yaitu masing-masing 43 orang (67.2%) dan 15 orang (23.4%). Pada asumsi peneliti, ini mungkin karena kelompok umur ini lebih memerhatikan kecantikan tubuh dan mahukan tubuh yang langsing dan menarik lebih dari golongan yg berumur lebih tua. Ini berlainan pula dengan Notoadmotjo 2003 umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahun yang dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain (Notoatmodjo,2003).

Selain daripada itu, berdasarkan tabel 5.5, 5.5.1 dan 5.5.2 didapati bahawa distribusi tingkat pengetahuan tertinggi tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing berdasarkan kelompok pekerjaan pegawai yaitu sebanyak 23 orang (51.1%). Pada tingkat sikap dan tindakan juga kelompok pekerjaan pegawai merupakan tertinggi yaitu masing-masing 28 orang (62.2%) dan 11 orang (24.4%). Pada asumsi peneliti, ini mungkin karena kelompok pekerjaan pegawai ini lebih memerhatikan kecantikan tubuh dan mahukan tubuh yang langsing dan menarik lebih dari golongan pekerjaan lain mahupun ibu RT.

(52)

seperti media cetak (buku, majalah, koran, tabloid), media elektronik (televisi, radio, internet), dan orang-orang terdekat kita (keluarga, teman, tetangga) yang ikut serta merekomendasikan mengenai produk-produk pelangsingan yang mungkin sebenarnya adalah obat pencahar.

Oleh karena itu, keterbatasan media informasi tidak dapat dijadikan alasan mengapa informasi tentang obat pencahar diguna pakai sebagai obat pelangsing kurang menyebar di masyarakat. Menurut pendapat peneliti, kurangnya pengetahuan responden tentang dampak obat pencahar digunakan sebagai obat pelangsing lebih disebabkan oleh kurangnya ketertarikan responden untuk mencari informasi tentang hal tersebut baik dan benar seluk beluknya. Responden dalam penelitian ini aktif menggunakan obat pencahar sebagai obat pelangsing dalam kehidupan sehari-hari dalam jangka waktu yang agak lama yaitu dalam tempoh 6 bulan sebesar 52 orang (53.6%) dengan pengambilan sebanyak 2 kali per minggu sebanyak 35 orang (36.1%) paling tinggi mungkin disebabkan responden mahukan efek yang cepat.

Responden sebahagian besarnya tidak pernah mendengar/ mengetahui pengertian obat pencahar itu sendiri yang sebetulnya yaitu sebanyak 51 orang (51.5%) tetapi sebahagian besar dari responden tahu pengertian obat pelangsing yaitu 72 orang (74.2%) dan sebagian besar responden menggunakan obat pencahar yaitu sebanyak 44 orang (45.4%). Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa apotek sebesar 66 orang (68%), adalah tempat yang sering dijadikan responden untuk membeli obat pencahar dengan berbagai alasan salah satunya yaitu praktis dan mudah untuk dicapai oleh responden.

(53)

mengetahui efek obat pencahar 40 orang (41.2%), reaksi/ dampak negatif akibat penggunaan obat pencahar pada kesehatan, 58 orang (59.8%), dan reaksi positif akibat penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing, yaitu sebanyak 48 orang (49.5%).

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan responden mengenai reaksi/ dampak negatif obat pencahar (59.8%) dan reaksi positif (49.5%) tergolong baik. Pengetahuan responden mengenai hal-hal yang diperhatikan saat membeli obat pencahar yaitu sebanyak 40 orang (41.2%) tergolong baik. Responden memiliki pengetahuan baik 41 orang (42.3%) sama dengan reponden yang “tidak tahu” (42.3%) mengenai jenis bahan/ zat kimia berbahaya dalam obat pencahar. Meskipun responden mengetahui dengan baik jenis bahan/zat kimia berbahaya yang terkandung pada obat pencahar, tetapi sebagian besar responden hanya sebatas tahu namun tidak memahami secara baik dan benar reaksi/ dampak negatif penggunaan obat pencahar sebagai pelangsing sesuai bahan/ zat kimia yang terkandung didalamnya. Selain reaksi/ efek negatifnya obat pencahar juga memiliki efek positif yaitu untuk penatalaksanaan konstipasi, dan dalam hal ini pengetahuan responden 40 orang (41.2%) tergolong sedang.

Kesehatan usus penting dalam kesehatan umum tubuh secara keseluruhan karena menjamin penyerapan zat-zat nutrisi yang optimum untuk keperluan tubuh manusia. Usus yang sehat berarti usus yang tidak menderita suatu penyakit, baik penyakit yang mengenai secara langsung ataupun penyakit dalam tubuh yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan usus (Wasitaatmadja, 2003). Dari hasil penelitian 64 orang (66%) responden mempunyai pengetahuan baik, tentang pengertian kesehatan usus. Sementara itu 66 orang (68%) responden mempunyai pengetahuan baik, tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan usus seperti gaya hidup sihat, diet seimbang dan aktifitas olahraga yang teratur.

(54)
(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil yang diperoleh pada penelitian yang berjudul “Gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing di kalangan ibu-ibu di Kota Medan”, kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

 Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu-ibu (responden) terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing adalah baik (52.6%), sikap reponden adalah baik (69.1%), dan tindakan responden adalah cukup (60.8%).  Pengetahuan ibu-ibu (responden) berdasarkan kelompok umur terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing adalah baik bagi kelompok umur 25-30 tahun, sikap reponden adalah baik bagi kelompok umur 25-30 tahun, dan tindakan responden adalah baik juga bagi kelompok umur 25-30 tahun.

 Sumber informasi tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing paling banyak didapat dari media elektronik (televisi, radio, internet) dengan persentase (44.3%).

 Pengetahuan ibu-ibu (responden) tentang reaksi/ dampak negatif penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing tergolong baik.

 Pengetahuan ibu-ibu (responden) tentang reaksi/ dampak positif obat pencahar pada usus tergolong baik yaitu sebesar (49.5%).

 Dari hasil penelitian pengetahuan responden tergolong baik tentang kesehatan usus yang meliputi pengertian kesehatan usus (66%) dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan usus (68%).

(56)

6.2 Saran

 Disarankan kepada pihak kecamatan dan organisasi sosial di kecamatan supaya meningkatkan sosialisasi tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing serta dampak negatif dan postifnya terhadap kesehatan usus kepada masyarakat melalui berbagai aktivitas atau media sosial lainnya.

 Pihak lain, baik pemerintah maupun swasta, juga dapat berperan aktif dalam menyebarluaskan informasi tentang obat pencahar terutama dampak negatif jika digunakan sebagai pelangsing terhadap kesehatan usus. Informasi dapat disebarkan melalui media cetak (seperti koran, majalah, dan tabloid) atau media elektronik (seperti radio dan televisi) karena kedua media ini mudah diakses oleh masyarakat. Peneliti menyarankan agar menggalakkan penggunaan media elektronik dalam menyebarluaskan informasi tentang penggunaan obat pelangsingan yang benar karena media ini merupakan media yang paling banyak digunakan masyarakat untuk mengakses informasi.

 Masyarakat, khususnya para wanita (ibu-ibu), sangat dianjurkan untuk lebih proaktif dalam mencari informasi seputar produk pelangsingan yang aman dan memiliki dampak negatif yang minimal, sehingga diharapkan ibu-ibu juga turut memberikan edukasi kepada keluarga maupun temannya.

 Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, hal. 32-33, Sagung Seto, Jakarta

Arif, A., Sjamsudin, U., 1995, Obat Lokal dalam Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, hal. 509, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M. (editors), 2005, Pharmacotherapy: A Phatophysiologic Approach, 6th Edition,

p.684-689, McGraw-Hill, United States of America.

Gangarosa, L.M., Seibert, D.G., 2003, E-book: Modern Pharmacology With Clinical Application, 6th Edition, p.474-476

McQuaid, K.R, 2006, E-book: Current Medical Diagnosis & Treatment: Allimentary Tract, 45th Edition, p.541-544, McGraw-Hill, United States of America

(58)

Muller-Lissner, S., Kamm, M., Scapignato, C. & Wald, A. Myths and misconceptions about chronic constipation. American Journal of Gastroenterology2005 100: 232-242.

Siegers C., Hertzberg-Lottin, E. von, Otte, M, & Schneider B. Anthranoid laxative abuse, a risk for colorectal cancer? Gut 1993 34:1099-1101.

Constipation and Laxative Abuse. Western Journal of Medicine. Richard Babb. PubMed

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1130291/?page=1

Alterations in Colonic Anatomy Induced by Chronic Stimulant Laxatives: The Cathartic Colon Revisited. Journal of Clinical Gastroenterology. Joo et al. http://journals.lww.com/jcge/Abstract/1998/06000/Alterations_in_Colonic_Anato my_Induced_by_Chronic.14.aspx

McRorie JW, Daggy BP, Morel JG, Diersing PS, Miner PB, Robinson M. Psyllium is superior to docusate sodium for treatment of chronic constipation. Aliment Pharmacol Ther. 1998;12(5): 491-497.

Gorkom, B., van Vries, E., de Karrenbeld, A. & Kleibeuker, J. Anthranoid laxatives and their potential carcinogenic effects Alimentary Pharmacology & Therapeutics 1999 13:443-452.

Kurtzweil, P. “Dieter's Brews Make Tea Time A Dangerous Affair” FDA Consumer 1997. Stimulant Laxatives Medline Plus.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Dalam : Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 121-128.

(59)

Wahyuni, Arlinda Sari, 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication, 116.

Notoatmodjo, S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Indonesia: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku: Jakarta: PT Rineka Cipta

Setiawan, I., Suciawati, Hasanah, L., dan Edi, 2008. Wawasan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 197-208.

Pemerintah Kota Medan, 2010. Perdagangan dan Jasa. Available from: http://www.pemkomedan.go.id/potensi_perdagangan.php. [Accessed 13 nopember 2011]

(60)

Lampiran 1

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurdiyana Abdullah

Tempat / Tanggal Lahir : Malaysia / 11 Oktober 1985

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kangkung No. 36 Medan

(61)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN SUBYEK PENELITIAN

Pengantar

Saya, Nurdiyana Bt. Abdullah, mahasiswi FK USU semester VI, sedang melakukan penelitian tentang

‘Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing di Kalangan Ibu-ibu di Kota Medan’.

Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi tugas akhir Community Research Program (CRP). Selain itu penelitian ini dilakukan bagi memberikan sedikit sebanyak pengetahuan dan kesadaran kepada masyarakat umum mengenai dampak atau bahaya penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing. Obat pencahar pada saat ini banyak digunakan sebagai tujuan pelangsingan tubuh yang mempunyai dampak positif dan negatif. Ini diharapkan dapat sedikit sebanyak mendidik masyarakat umum tentang penggunaan obat pencahar yang benar. Penelitian ini juga diharap dapat menjadi informasi kepada instansi terkait agar memberikan pemahaman yang benar bagi masyarakat dalam memilih atau menggunakan obat dengan benar.

Untuk itu, akan diberi 20 pertanyaan dan saya akan melakukan wawancara selama 25 menit mengenai penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing oleh Ibu. Semua keterangan yang Ibu sampaikan akan menjadi rahasia penelitian, tidak akan disebarluaskan, dan hanya dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian.

Peneliti,

(62)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN ( Informed Consent )

Saya yang namanya tersebut di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Peneliti, Medan, / / 2011

Peserta penelitian,

(63)

Lampiran 4

Kuisioner Penelitian No. Urut:

I. PETUNJUK UMUM PENGISIAN KUISIONER:

1. Sebelum menjawab pertanyaan isilah terlebih dahulu identitas anda.

2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban yang menurut anda benar dengan memberikan tanda silang

(X) pada huruf yang telah tersedia .

II. IDENTITAS RESPONDEN

Nama : ... Umur : ………... Alamat : ... Status : ... Pendidikan : ... Pekerjaan : ...

III. DAFTAR PERTANYAAN

Pengetahuan:

1. Apakah Ibu pernah mengetahui atau mendengar tentang obat pencahar? a. Ya

b. Tidak

2. Bila ya, dari mana Ibu mendengar atau mengetahuinya? (jawab boleh lebih dari satu)

a. Media elektronik (tv, radio, internet), b. Media cetak (surat kabar, majalah, brosur),

(64)

3. Menurut Ibu yang dimaksud dengan obat pencahar yaitu? a. Suatu bahan yang digunakan untuk menurunkan berat badan. b. Suatu bahan yang sering digunakan untuk konstipasi.

c. Tidak tahu

4. Menurut Ibu, yang dimaksud dengan obat pelangsing yaitu?

a. Setiap bahan atau sediaan dimaksudkan digunakan pada tubuh manusia untuk menurunkan berat badan, atau mengubah penampilan, memperbaiki bentuk badan dan memelihara tubuh agar kekal langsing.

b. Setiap bahan atau sediaan yang digunakan untuk mengobati suatu penyakit. c. Tidak tahu

5. Menurut Ibu dibawah ini termasuk kandungan berbahaya yang terdapat pada obat pencahar yaitu?

a. Susu magnesia, Garam Epsom b. Vitamin c. Tidak tahu

6. Dibawah ini termasuk efek obat pencahar adalah? (jawaban boleh lebih dari satu)

a. Perut kembung dan perih b. Depresi

c. Ketagihan d. Tidak tahu

7. Menurut ibu dibawah ini termasuk reaksi/ dampak negatif akibat penggunaan obat pencahar pada usus?

a. Menyebabkan usus bereaksi lebih aktif menyerap makanan, sehingga membuat makanan yang dikonsumsi cepat dibuang sebelum diserap.

b. Tiada efek negatif c. Tidak tahu

8. Menurut ibu dibawah ini termasuk reaksi positif akibat penggunaan obat pencahar sebagai pelangsing yaitu?

(65)

b. Menurunkan berat badan lalu melangsingkan tubuh c. Tidak tahu (tidak ada reaksi)

9. Apakah yang dimaksud dengan kesehatan usus?

a. Mencerminkan keadaan atau kondisi usus yang sehat atau terbebas dari penyakit

b. Menggambarkan keadaan atau kondisi tubuh yang langsing c. Tidak tahu

10. Menurut Ibu faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi kesehatan usus? (jawaban boleh lebih dari satu)

a. Gaya hidup, diet dan aktifitas olahraga b. Merokok, alkohol, obat-obatan iritan c. Tidak tahu

Sikap:

11. Adakah Ibu berpuas hati dengan efeknya? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

12. Apa yang Ibu perhatikan saat membeli obat pencahar? a. Keterangan pada label/ komposisi kemasan/ nomor registrasi b. Jenis obat pencahar

c. Harga dan merek

d. Tidak tahu (tidak memperhatikan)

13. Tujuan Ibu memakai obat pencahar yaitu?

a. Menurunkan berat badan serta meningkatkan daya tarik dan rasa percaya diri. b. Tampilan warna dan kemasan obat yang menarik.

c. Tidak tahu

(66)

Tindakan:

14. Apakah Ibu menggunakan obat pencahar? a. Ya b. Tidak

15. Bila ya, sudah berapa lama ibu menggunakan obat pencahar tersebut? a. 6 bulan

b. 1 tahun c. > 1 tahun

16. Kenapakah Ibu memakai obat pencahar? a. Menurunkan berat badan

b. Konstipasi/ sembelit dan lain-lain c. Tidak tahu

17. Seberapa sering ibu mengambil obat pencahar? a. 2 x sehari

b. 1 x seminggu c. Tidak pernah/ jarang

18. Adakah Ibu aktif dan sering melalukan aktifitas olahraga? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

19. Adakah Ibu memerhatikan dan mengamalkan diet yang seimbang? a. Ya b. Tidak

20. Dimana Ibu biasanya membeli obat pencahar? a. Klinik

(67)
(68)
(69)

Ct 25 3 2 3 1 3 1 1 1

Cu 40 1 3 2 2 3 2 2 2

nama umur kerja p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7

Cv 26 2 3 3 3 3 3 2 2

Cw 25 1 2 3 2 2 2 1 2

Cx 38 2 2 3 2 3 2 3 3

Cy 26 2 1 2 3 2 3 3 2

Cz 40 2 3 2 3 2 3 2 3

CCa 27 2 3 2 3 1 3 2 2

CCb 28 2 2 3 3 3 3 3 1

CCc 29 1 1 2 1 2 3 3 3

CCd 35 3 2 3 2 1 3 1 2

Da 28 1 2 2 3 2 1 1 3

Db 26 3 3 2 2 3 1 2 3

Dc 25 3 3 3 3 3 1 3 2

Dd 26 2 3 3 2 3 1 3 1

De 25 1 3 2 2 3 1 3 3

Df 40 2 3 3 2 3 1 1 3

(70)
(71)
(72)

2 3 3 1 3 2 3 3 1 1

p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17

3 3 3 3 2 2 3 2 1 3

2 1 1 1 1 1 1 3 2 3

3 2 3 3 3 3 3 2 1 3

3 3 3 2 3 2 3 2 3 1

3 3 2 3 2 3 2 3 1 1

2 1 1 1 3 1 3 2 3 2

1 3 1 3 2 3 2 3 2 3

3 2 3 2 3 1 1 1 3 2

2 3 2 1 1 3 2 2 3 1

3 2 3 3 3 2 1 3 2 3

2 3 3 2 3 2 3 2 2 2

2 3 2 3 2 3 3 2 3 2

3 3 3 2 1 3 2 3 3 3

3 3 3 1 2 3 2 3 3 3

2 3 3 3 2 3 2 3 2 1

3 3 3 1 2 3 2 3 2 3

(73)
(74)
(75)

p18 p19 p20 total total1 total2 total3

1 3 1 40 23 3 14

2 3 2 47 22 9 16

3 2 3 51 27 7 17

2 1 2 44 24 8 12

3 2 3 45 22 5 18

2 2 2 45 21 8 16

2 2 2 45 26 6 13

2 1 3 41 22 5 14

2 3 2 46 22 8 16

2 2 2 44 22 7 15

3 3 2 49 23 8 18

2 3 2 51 27 6 18

2 3 2 49 25 6 18

3 2 2 48 25 8 15

3 2 2 48 25 6 17

(76)
(77)

Correlations

.347 .347 .000 .000 .000 .347 .347 .347 .000 .003

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

.347 .000 .347 .347 .347 .000 .000 .000 .347 .006

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

.347 .000 .347 .347 .347 .000 .000 .000 .347 .006

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

.000 .347 .347 .000 .000 .347 .347 .347 .000 .003

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

.000 .347 .347 .000 .000 .347 .347 .347 .000 .003

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

.000 .347 .347 .000 .000 .347 .347 .347 .000 .003

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

.347 .000 .000 .347 .347 .347 .000 .000 .347 .006

(78)

Reliability Statistics

(79)

Sikap

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(80)

Scale Statistics

(81)

Tindakan

Correlations

p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 Total p14 Pearson

.000 .000 .117 .000 .117 .000 .001

N 10 10 10 10 10 10 10 10

.000 .000 .081 .000 .081 .000 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10

.000 .000 .081 .000 .081 .000 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10

.117 .081 .081 .081 .000 .081 .006

N 10 10 10 10 10 10 10 10

.000 .000 .000 .081 .081 .000 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10

.117 .081 .081 .000 .081 .081 .006

N 10 10 10 10 10 10 10 10

.000 .000 .000 .081 .000 .081 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10

.001 .000 .000 .006 .000 .006 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10

(82)

Reliability Statistics

(83)

Lampiran 9: Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Valid Tidak tahu 6 6.2 6.2 6.2

Tidak 24 24.7 24.7 30.9 Valid Tidak tahu 18 18.6 18.6 18.6

Tidak 36 37.1 37.1 55.7 Valid Tidak tahu 11 11.3 11.3 11.3

Tidak 50 51.5 51.5 62.9 Valid Tidak tahu 9 9.3 9.3 9.3

Tidak 16 16.5 16.5 25.8

Ya 72 74.2 74.2 100.0

(84)

Pengetahuan (p5)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak tahu 41 42.3 42.3 42.3

Tidak 15 15.5 15.5 57.7 Valid Tidak tahu 31 32.0 32.0 32.0

Tidak 26 26.8 26.8 58.8 Valid Tidak tahu 19 19.6 19.6 19.6

Tidak 20 20.6 20.6 40.2 Valid Tidak tahu 10 10.3 10.3 10.3

Tidak 48 49.5 49.5 59.8

Ya 39 40.2 40.2 100.0

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian
Tabel 5.1 Karakteristik umur responden yang mengikuti penelitian
Tabel 5.2 Sebaran gambaran soal kuestioner tingkat pengetahuan responden
Tabel 5.2.2 Sebaran gambaran soal kuestioner tingkat tindakan responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

uji satu lawan satu dan uji lapangan. Untuk uji satu lawan satu dilakukan pada 2 siswa kelas X2 dan untuk uji lapangan dilakukan pada siswa kelas X 1 yang berjumlah

Pada Sub Tema Keberagaman Budaya Bangsaku” dapat meningkatkan kenaikan jumlah siswa yang melebihi batas KKM sebesar 90%. Dalam hal ini, terlihat peningkatan yang

Adapun saran dari hasil pratikum yang telah dilakukan yaitu sebaiknya dalam suatu usaha budidaya perlunya untuk selalu mengontrol kondisi kualitas air setiap

Royalti Noncksklusif (Non- qalasive Royallt-Free Righl) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Analisis Pengaruh Tingkat Likuiditas dan Iaverage Terhadap Profitabilitas PT Krakatau

Pentingnya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah jumlah sampah yang masuk ke TPST Bantar Gebang mempengaruhi pengeluaran masyarakat untuk berobat penyakit

Untuk menunjang perkembangan kegiatan pondok pesantren dan masyarakat luas yang sudah solid dan mapan, pondok pesantren Darul Huda Mayak mendirikan koperasi.

26 Karena dengan proses yang panjang maka data yang diperoleh semakin mendalam, dalam penelitian mengenai analisis scope, sequence dan relevansi materi PAI pada

Mutu keripik buah nanas dianalisa secara fisik yaitu analisa kerenyahan yang diukur dengan textur analyser, secara kimia yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar