• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efektifitas Nematoda Entomopatogen Steinernema sp. Pada Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hamperi Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Laboratorium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Efektifitas Nematoda Entomopatogen Steinernema sp. Pada Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hamperi Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Laboratorium"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

33

LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Penelitian

I II III IV V

N0 N1

N1

N0 N2

N0 N0

N3 N3

N3 N2

N2

N3 N2

N3

N1

N0 N1

(2)

Lampiran 2. Data Pengamatan Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 6 JSI

Perlakuan Ulangan Rataan

I II III IV V

6 Jsi

N0 0 0 0 0 0 0b

N1 0 0 0 0 0 0b

N2 10 5 10 5 10 8a

N3 15 10 15 10 5 11a

Rataan 6,25 3,75 6,25 3,75 3,75 4,75

Lampiran 3. Daftar Sidik Ragam Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 6 JSI

Anova

SK db JK KT Fhit F05 Ket

Perlakuan 3 473,75 157,92 25,27 3,24 *

Galat 16 100,00 6,25

Total 19 573,75

Keterangan :

FK= 451,25

KK= 52,63

tn = tidak nyata

(3)

35

Lampiran 4. Data Transformasi Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 6 JSI X+0.5

Perlakuan Ulangan Rataan

I II III IV V

6 Jsi

N0 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05b N1 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05b N2 18,43 12,92 18,43 12,92 18,43 16,23a N3 22,79 18,43 22,79 18,43 12,92 19,07a Rataan 12,33 9,87 12,33 9,87 9,87 10,85

Lampiran 5. DaftarTransformasi Sidik Ragam Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 6 JSI X+0.5

SK db JK KT Fhit F05 Ket

Perlakuan 3 944,50 314,83 49,04 3,24 *

Galat 16 102,73 6,42

Total 19 1047,23

Keterangan :

FK= 2355,724

KK= 23,35

(4)

Lampiran 6. Data Pengamatan Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 12 JSI

Perlakuan Ulangan Rataan

I II III IV V

12 Jsi

N0 0 0 0 0 0 0c

N1 10 5 5 5 10 7b

N2 25 20 20 20 30 23a

N3 25 25 35 25 25 27a

Rataan 15 12,5 15 12,5 16,25 14,25

Lampiran 7. Daftar Sidik Ragam Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 12 JSI

SK db JK KT Fhit F05 Ket

Perlakuan 3 2473,75 824,58 69,44 3,24 * Galat 16 190,00 11,88

Total 19 2663,75

Keterangan :

FK= 4061,25

KK= 24,18

tn = tidak nyata

(5)

37

Lampiran 8. Data Transformasi Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 12 JSIX+0.5

Perlakuan Ulangan Rataan

I II III IV V

12 Jsi

N0 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05c N1 18,43 12,92 12,92 12,92 18,43 15,13b N2 30,00 26,57 26,57 26,57 33,21 28,58a N3 30,00 30,00 36,27 30,00 30,00 31,25a Rataan 20,62 18,39 19,95 18,39 21,43 19,75

Lampiran 9. Daftar Transformasi Sidik Ragam Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 12 JSI

SK db JK KT Fhit F05 Ket

Perlakuan 3 2390,27 796,76 123,06 3,24 *

Galat 16 103,59 6,47

Total 19 2493,85

Keterangan :

FK= 7804,57

KK= 12,88

tn = tidak nyata

(6)

Lampiran 10. Data Pengamatan Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 24 JSI

Perlakuan Ulangan Rataan

I II III IV V

24 Jsi

N0 0 0 0 0 0 0c

N1 25 20 20 20 25 22b

N2 60 50 70 60 75 63a

N3 55 55 65 60 60 59a

Rataan 35 31,25 38,75 35 40 36

Lampiran 11. Daftar Sidik RagamMortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 24 JSI

SK db JK KT Fhit F05 Ket

Perlakuan 3 13750,00 4583,33 152,78 3,24 * Galat 16 480,00 30,00

Total 19 14230,00

Keterangan :

FK= 25920

KK= 15,21

tn = tidak nyata

(7)

39

Lampiran 12. Data Transformasi Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 24JSIX+0.5

Perlakuan Ulangan Rataan

I II III IV V

24 Jsi

N0 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05c N1 30,00 26,57 26,57 26,57 30,00 27,94b N2 50,77 45,00 56,79 50,77 60,00 52,67a N3 47,87 47,87 53,73 50,77 50,77 50,20a Rataan 33,17 30,87 35,28 33,04 36,21 33,72

Lampiran 13. Daftar Transformasi Sidik Ragam Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 24JSI

SK db JK KT Fhit F05 Ket

Perlakuan 3 7719,94 2573,31 235,44 3,24 * Galat 16 174,88 10,93

Total 19 7894,81

Keterangan :

FK= 22734

KK= 9,81

tn = tidak nyata

(8)

Lampiran 14. Data Pengamatan Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr.pada 48 JSI

Perlakuan Ulangan Rataan

I II III IV V

48 Jsi

N0 0 0 0 0 0 0c

N1 30 30 25 20 40 29b

N1 65 60 100 85 100 82a

N3 65 65 70 80 85 73a

Rataan 40 38,75 48,75 46,25 56,25 46

Lampiran 15.Daftar Sidik RagamMortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 48 JSI

SK db JK KT Fhit F05 Ket

Perlakuan 3 22150,00 7383,33 59,66 3,24 * Galat 16 1980,00 123,75

Total 19 24130,00

Keterangan :

FK= 42320

KK= 24,18

tn = tidak nyata

(9)

41

Lampiran 16.Data Transformasi Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 48JSIX+0.5

Perlakuan Ulangan Rataan

I II III IV V

48 Jsi

N0 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05c N1 33,21 33,21 30,00 26,57 39,23 32,44b N2 53,73 50,77 90,00 67,21 90,00 70,34a N3 53,73 53,73 56,79 63,43 67,21 58,98a Rataan 36,18 35,44 45,21 40,32 50,12 41,45

Lampiran 17. Daftar Transformasi Sidik RagamMortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 48 JSI

SK db JK KT Fhit F05 Ket

Perlakuan 3 13107,69 4369,23 41,68 3,24 * Galat 16 1677,15 104,82

Total 19 14784,84

Keterangan :

FK= 34370,2

KK= 24,70

tn = tidak nyata

(10)

Lampiran 18. Foto Penelitian

(11)

43

Proses Rearing Hypothenemus hampeiFerr.

Memisahkan Hypothenemus hampeiFerr.dari dalam biji kopi

(12)
(13)

45

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, M. C. W., M. Tarigan, R. Saragih, F. Rahmadani., 2011. Panduan Sekolah Lapangan Budidaya Kopi Konservasi Berbagi Pengalaman Dari Kabupaten Dairi Prov. Sumatera Utara. Conservation International Indonesia.

Brown, S. E., Cao A. T, Dobson P, Hines E. R, Akhurst R. J, and East P. D., dalam Safitri, M., E. Ratnasari, R. Ambarwati. 2013. Efektivitas Steinernema sp. dalam Pengendalian Hama Serangga Tanah pada Berbagai Tekstur Tanah. Universitas Negeri Surabaya. Lentera Bio Vol. 2 No. 25 Agustus 2014:25–31.

Dadang dan D. Prijono. 2008. Insektisida Nabati : Prinsip, Pemanfaatan dan Pengembangan. Departemen Proteksi Tanaman. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hlm. 163

Departemen Pertanian. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kopi. Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian.

Ehler, R.U. dalam Khairunnisa, S. 2014. Uji Efektifitas Nematoda Entomopatogen Sebagai Pengendali Penggerek Pucuk Kelapa Sawit (Oryctes rhinoceros L.) (Coleoptera : Scarabaidae) Di Laboratorium. Jurusan agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. E-journal.

Hama Penggerek Buah Kopi. Diakses Dari Website : www. nbair. res. In Pada Tanggal 21 Agustus 2015.

Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampeiFerr.). Diakses Dari Website : pensoft. net Pada Tanggal 21 Agustus 2015.

Imanadi, L. 2012. Kajian Pengendalian Hama Dengan Nematoda Entomopatogen Steinernema spp. dan Heterorhabditis spp. Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya: Surabaya.

Irulandi, S., R. Rajendran, C. Channiah and S. D. Samuel. 2007. Influence of weather factors on the insidence of coffee berry borer, Hypothenemus hampei (Ferrari) (Scolytidae : Coleoptera) in Pulney hills,

Tamil Nadu. Madras Agric, J., 94 (7-12) : 218-231.

(15)

31

Koppenhofer, A.M and H.K. KAA., dalam Khairunnisa, S. 2014. Uji Efektifitas Nematoda Entomopatogen Sebagai Pengendali Penggerek Pucuk Kelapa Sawit (Oryctes rhinoceros L.) (Coleoptera : Scarabaidae) Di Laboratorium. Jurusan agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. E-journal.

Koppenhofer, A.M and H.K. KAA., dalam Wiratno dan Rohimatun, 2012. Patogenisitas Nematoda Heterorhabditissp Terhadap Kumbang Daun Kelapa Brontispa longissimaGestro.. Jurnal Littri 18(4). 5 Desember 2014. Hlm. 137-142.

Kuruseng, N. K. dan Rismayani. 2006. Jurusan Penyuluhan Pertanian STPP. Intensitas Serangan Kumbang Bubuk Buah (Stephanoderes Hampei) pada Pertanaman Kopi Di Desa Bulukamase, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan: Sulawesi Selatan.

Laila, M. S., Nurariaty Agus, dan Annie P. Sarangia. 2011. Aplikasi Konsep Pengendalian Hama Terpadu Untuk Pengendalian Hama Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei). J. Fitomedika 7 (3):162-166.

Manton, J. L., R. G. Hollingsworth and R. Y. M. Cabos. 2012. Potential Of Steinernema Carpocapsae (Rhabditida: Steinernematidae) Against Hypothenemus Hampei (Coleoptera: Curculionidae) In Hawai‘I Florida Entomologist 95(4). Hlm: 1194-1197.

Najiyati, S. dan Danarti. 2002. Kopi Budidaya dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya : Jakarta.

Nugrohorini. 2010. Eksplorasi Nematode Entomopatogen Pada Berapa Wilayahdi Jawa Timur. Faklutas Pertanian, UPN “Veteran” Jawa Timur.J. Agri MAPETA. Vol. XII. No. 2. April 2010 : 72 – 144

Prabowo, H. dan I. Indrayani., 2012. Viabilitas dan Efektivitas Formula Nematoda steinernema sp. Terhadap hama penggerek buah kapas helicoverpa armigera hubner. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat. Malang. Jurnal Littri 18(4), Desember 2012. Hlm. 151-155.

Pracaya. 2007 Hama Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. IKAPI.

Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto, C. Indrawanto, S. J. Munarso. 2010. Budidaya dan Pasca Panen KOPI. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.

(16)

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2006. Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kopi. Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute Jember. Jawa Timur.p.64

Safitri, M., E. Ratnasari dan R. Ambarwati. 2013. Efektivitas Steinernema sp. dalam Pengendalian Hama Serangga Tanah pada Berbagai Tekstur Tanah. Universitas Negeri Surabaya. Lentera Bio Vol. 2 No. 25 Agustus 2014:25– 31.

Shapiro-llan dan Gaugler, 2008. Application technology and environmental considerations for use of entomopathogenic nematodes in biological control. Biological Control 38: 124-133.

Simoes, N., Rosa, J. S. 1996. Pathogenicty and host specifity of entomopathogenic nematodes. J Biocontrol Sci and technol. 6 : 403 – 411.

Sucipto. 2008. Persistensi Nematoda Entomopatogen Heterorhabditis (All Strain) Isolat Lokal Madura terhadap Pengendalian Rayap Tanah Macrotermes sp. (Isoptera : Termitidae) di Lapang. J Embryo. 5(2): 138- 155.

Susillo, F. X., 2007. Pengendalian Hayati dengan Memberdayakan Musuh Alami Hama Tanaman. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Swibawa, I. G. dan H. Sudarsono, 2011. Serangan Hama Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei, Coleoptera: Scolytidae) Pada Sistem Agroforestri Sederhana vs. Sistem agroforestri kompleks di lampoon. Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. E-journal.

Untung, K., 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Wardiana, R. 2012. Teknis Budidaya Kopi Robusta (Coffea canephora) Serta Potensi Pasar Lokal Dan Internasional di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Semarang. Jawa Tengah.

Wiratno dan Rohimatun, 2012. Patogenisitas Nematoda Heterorhabditissp Terhadap Kumbang Daun Kelapa Brontispa longissimaGestro.. Jurnal Littri 18(4). 5 Desember 2014. Hlm. 137-142.

(17)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian tersebut dilakukan pada bulan November 2014 s/d April 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah biakan Steinernemasp. dalam bentuk spons, buah kopi yang terserang PBKo, aquadest, hand gloves, masker dan bahan lain yang bersifat mendukung.

Alat yang digunakan adalahmikroskop stereo, insecting set, scalpel, pinset,sprayer, tabung reaksi, object glass, cawan petri, kain kasa,luv/kaca pembesar,termometer, cooling box, erlenmeyer ukuran 1000 ml, tissue, plastik dan alat lain yang bersifat mendukung.

Prosedur Percobaan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan perlakuan sebagai berikut :

N0 = Penyemprotan dengan aquadest + 20 PBKo

N1 = Taraf1 x Penyemprotan (68 Juvenil Infektif) + 20 PBKo N2 = Taraf 2 x Penyemprotan (138 Juvenil Infektif) + 20 PBKo N3 = Taraf 3 x Penyemprotan (208 Juvenil Infektif) + 20 PBKo Dalam hal ini, dilakukan pengulangan dengan rumus:

(18)

Maka r = 19/4 = 4,7 ≈5x pengulangan

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :

Yij= µ + Ti + ε

i = 1,2,3,4j = 1,2,3,4,5

ij

Dimana: Yij :

entomopatogen ke-i dan ulangan ke-j.

Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan konsentrasi nematoda

µ : Nilai tengah umum Ti

ε

: Pengaruh perlakuan ke-i

ij

Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan DMRT dengan taraf 5 % .

(19)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Penelitian

Persiapan awal dengan melakukan pengadaan peralatan, pengadaan bahan, dan persiapan rencana kerja yang akan mempermudah pekerjaan sehingga diharapkan didapatkan hasil yang maksimal pada saat pengerjaan di lapangan dan di laboratorium.

Pelaksanaan Pengambilan Biji Kopi

Pengambilan sampel buah yang telah terserang dengan melihat gejala serangan yakni bintik coklat kehitaman yang belubang di ujung buah. Sampel diambil di perkebunan kopi di Kabupaten Dairi Kecamatan Sidikalang.

Merearing Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampeiFerr.

Sebelum hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampeiFerr.) di introduksi ke media penelitian, terlebih dahulu Hypothenemus hampeiFerr.di rearing dalam media kotak sporalasi dengan membongkar biji kopi yang terserang dan memisahkan imago jantan dan betina dengan jumlah secukupnya. Kemudian dimasukkan biji buah kopi bagus dan dibiarkan selama 30 - 42 hari.

Isolasi Nematoda Entomopatogen

Mengambil dan memisahkan koloni Steinernema sp.dengan 3 taraf yakni 1 x Penyemprotan (68 JI), 2 x Penyemprotan (138 JI), 3 x Penyemprotan (208 JI)dengan mentode pengenceran di laboratorium.

Aplikasi Nematoda Entomopatogen

(20)

dengan menginokulasikan nematoda entomopatogen fase juvenil infektif pada media tissue dimana imago tersebutditempatkan pada temperatur ruangan yang disesuaikan dengan suhu yang dikehendaki PBKo dan diamati selama 6 JSI, 12 JSI, 24 JSI dan 48 JSI.

Peubah Amatan

Parameter pengamatan yang dilakukan adalah mengambil data antara lain : - Gejala Serangan NEP terhadap Hypothenemus hampei Ferr.

Pengamatan pada serangga inang berfungsi untukmelihat gejala serangan oleh nematoda Steinernema sp. pada bagian kutikula serangga yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna. Uji dilakukan dengan menginokulasikan nematoda entomopatogen fase juvenil infektif pada media dimana serangga Hypothenemus hampei Ferr.diletakkan. Kemudian ditempatkan pada temperatur

ruangan yang disesuaikan dengan suhu yang dikehendaki,lalu diamati setiap 6 JSI, 12 JSI, 24 JSI dan 48 JSI. Setelah itu diamatigejala serangan yang ditimbulkan.

Menurut Khairunisa (2014), dalam percobaan ini menggunakan rumus : - Persentase (%) Mortalitas Jumlah PBKo yang terserang NEP

(21)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Dari hasil analisis data pada setiap perlakuan diperoleh bahwa berbagai taraf nematodaentomopatogenSteinernemasp.berpengaruh nyata terhadap parameter mortalitas Hypothenemus hampeiFerr.

Gejala Serangan Nematoda EntomopatogenTerhadap Hypothenemus hampeiFerr.

Hasil pengamatan parameter gejala serangan menunjukkan bahwa kematian imago Hypothenemus hampei Ferr. dicirikan dengan melemahnya aktivitas motorik, berubahnya warna tubuh dari kecoklatan menjadi agak kehitam-hitaman hingga tidak merespon apabila disentuh. Selama penelitian dilaksanakan tidak terjadi kematian imago Hypothenemus hampei Ferr. pada perlakuan kontrol.

Dari hasil pengamatan terlihat bahwa terjadi perubahan perilaku pada Hypothenemus hampei Ferr.yang terserang nematoda Steinernemasp.menjadi

hiperaktif. Hal tersebut dapat dibandingkan dengan perlakuan kontrol dimana

Hypothenemus hampei Ferr.berperilaku tidak hiperaktif, terlihat juga bahwa

cadangan makanan yang diberikan lebih cepat berkurang dibandingkan dengan

perlakuan kontrol. Hasil pengamatan ini dapat didukung dengan literatur Simoes dan Rose (1996) yang menyatakan bahwa serangan nematoda

entomopatogen menyebabkan perubahan perilaku pada serangga inang, sebelum serangga inang mengalami kematian, serangga akan bergerak secara hiperaktif.

(22)

serangga inang, semula kutikula berwarna coklat muda berubah menjadi coklat karamel atau coklat tua.

Gambar 8. Gambar 9.

Keterarangan :

Gbr 8. Warna kutikula Hypothenemus hampei Ferr.di awal pengaplikasian Gbr 9. Warna kutikula Hypothenemus hampei Ferr.di akhir menghitam

Gejala lain dari serangan nematoda entomopatogen yakni tubuh Hypothenemus hampei Ferr.menjadi lunak namun bentuh tubuh tidak hancur

(23)

Persentase (%) Mortalitas Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei Ferr. Yang Terserang Nematoda Entomopatogen Steinernema sp.

Hasil pengamatan parameter mortalitas pada 6 JSI – 24 JSI sertahasil sidik ragamdapat diketahui bahwa perlakuan pemberian Steinernema sp.tersebut berpengaruh nyata terhadap mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. Rataan mortalitas Hypothenemus hampei Ferr.6 JSI– 48JSI dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan Mortalitas Akibat Pemberian Berbagai Taraf Nematoda Steinernema sp. Terhadap Hypothenemus hampei Ferr. Pada Umur 6-48 JSI.

Perlakuan Ulangan Rataan

I II III IV V

(24)

tertinggi terdapat pada taraf perlakuan N3 (208 JI/ml) yaitu sebesar 11 dan terendah pada taraf perlakuan N0 (kontrol) dan N1 (68JI/ml) yaitu sebesar 0. Taraf perlakuan N2 dan N3 berbeda nyata dengan perlakuan N0 dan N1.

Tabel 2. Rataan Persentase Mortalitas Akibat Pemberian Berbagai Taraf Nematoda Steinernema sp. Terhadap Hypothenemus hampei Ferr. Pada Umur 6JSI.

Perlakuan Ulangan Rataan

I II III IV V

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5%

(25)

Pada Tabel 3. dapat dilihat bahwa pada perlakuan nematoda entomopatogen berpengaruh nyata umur 12 JSI, rataan persentase mortalitas tertinggi terdapat pada taraf perlakuan N3 (208 JI/ml) yaitu sebesar 27 dan terendah pada taraf perlakuan N0 (kontrol) dan N1 (68JI/ml) yaitu sebesar 0 dan 7. Taraf perlakuan N2 dan N3 berbeda nyata dengan perlakuan N0 dan N1.

Tabel 3. Rataan Persentase Mortalitas Akibat Pemberian Berbagai Taraf Nematoda Steinernema sp. Terhadap Hypothenemus hampei Ferr. Pada Umur 12JSI.

Perlakuan Ulangan Rataan

I II III IV V

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5%

Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa nematoda entomopatogen berpengaruh nyata umur 12 JSI. Rataan mortalitas terendah terdapat pada taraf perlakuan N0 (kontrol) dan N1 (68 JI/ml) sebesar 0 dan 7. Rataan persentase mortalitas tertinggi

terdapat pada N3 (208 JI/ml) sebesar 27. Hal ini disebabkan Hypothenemus hampei Ferr. memiliki kemampuan dalam menyingkirkan bahan

(26)

Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa nematoda entomopatogen

Steinernema sp.berpengaruh nyata terhadap persentase mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada taraf perlakuan N2 (138 JI/ml) dan N3

(208 JI/ml) pada umur 24 JSI.

Pada Tabel 4. dapat dilihat bahwa pada perlakuan nematodaentomopatogen berpengaruh nyata umur 24 JSI, rataan mortalitas tertinggi terdapat pada taraf perlakuan N2 (138 JI/ml) yaitu sebesar 63 dan terendah pada taraf perlakuan N0 (kontrol) dan N1 (68JI/ml) yaitu sebesar 0 dan 22. Taraf perlakuan N2 dan N3 berbeda nyata dengan perlakuan N0 dan N1.

Tabel 4. Rataan Persentase Mortalitas Akibat Pemberian Berbagai Taraf Nematoda Steinernema sp. Terhadap Hypothenemus hampei Ferr. Pada Umur 24JSI.

Perlakuan Ulangan Rataan

I II II IV V

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5%

(27)

Hypothenemus hampei Ferr.sebagai inang mengeluarkan tanda-tanda biokimia

yang menyebabkan tingginya rangsangan Steinernema sp.dalam mencari inangnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wiratno dan Rohimatun (2012) yang menjelaskan bahwa dalam mengenali dan menemukan inangnya, NPS menggunakan tanda-tanda biokimia yang dikeluarkan oleh inangnya, seperti CO2, feses, amoniak, asam urik, dan asam organik.

Pada Tabel 5. dapat dilihat bahwa pada perlakuan nematoda entomopatogen berpengaruh nyata umur 48 JSI, rataan mortalitas tertinggi terdapat pada taraf perlakuan N2 (138 JI/ml) yaitu sebesar 82 dan terendah pada taraf perlakuan N0 (kontrol) dan N1 (68JI/ml) yaitu sebesar 0 dan 29. Taraf perlakuan N2 dan N3 berbeda nyata dengan perlakuan N0 dan N1.

Rataan mortalitas Hypothenemus hampei Ferr.terhadap taraf perlakuan nematoda entomopatogen Steinernema sp.pada umur 48 JSI dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan Mortalitas Akibat Pemberian Berbagai Taraf Nematoda Steinernema sp. Terhadap Hypothenemus hampei Ferr. Pada Umur 48 JSI.

Perlakuan Ulangan Rataan

I II III IV V Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5%

(28)

serangga memiliki kutikula yang keras sehingga Steinernema sp. membutuhkan waktu yang lama. Selain itu, Steinernema sp.menyerang secara sistematik dengan mengeluarkan enzim untuk melunakkan kutikula Hypothenemus hampei Ferr. sehingga diperlukan banyak populasi Steinernema sp.untuk mempercepat kematian Hypothenemus hampei Ferr. Lebih lanjut Koppenhofer dan Kaya (2002) menyatakan bahwa NPS menyerang serangga secara enzimatis, yaitu menghasilkan enzim proteolitik yang mampu mendegradasi struktur kutikula inangnya.

Persentase mortalitas Hypothenemus hampei Ferr.pada 48 JSI dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Persentase mortalitas Hypothenemus hampei Ferr.pada umur 48 JSI Dari gambar 10. Dapat dilihat bahwa persentase mortalitas kumbang

(29)
(30)

Steinernema sp. terhadap Hypothenemus hampei Ferr. antara lain

melemahnya aktifitas motorik serangga, aktifitas memakan, perubahan warna kutikula serta tubuh melunak dan tidak menimbulkan bau busuk. 2. Tingkat serangan optimum Steinernema sp. terlihat dengan meningkatnya

mortalitas PBKo terdapat pada taraf N2 (138 JI/ml) pada 24 JSI.

3. Persentase mortalitas tertinggi (100%) terdapat pada tarafN2 (138 JI/ml) dan terendah (0%) terdapat pada taraf N0 (kontrol). Perlakuan paling efektif yaitu pada perlakuan N2 dan N3 (100% dan 85%) pada 48 JSI. Saran

(31)

7

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Kumbang Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.)

Menurut Pracaya (2007), kumbang penggerek buah kopi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :Kingdom : Animalia; Filum: Arthropoda; Kelas: Insekta; Ordo: Coleoptera; Family: Scolytidae; Genus: Hypothenemus ; Spesies: Hypothenemus hampei Ferr.

Telur

Gambar 2. Telur Hypothenemus hampei Ferr. Sumber : www. nbair. res. In

Setelah kawin didalam biji kopi, kumbang betina keluar dan terbang untuk mencari makanan. Mula-mula yang dimasukinya buah yang masih muda. Setelah habis isinya, kumbang terbang mencari buah yang lebih tua dan bertelur. Jumlah telur dapat mencapai 70 butir. Kadang satu buah kopi dapat dimasuki lebih dari satu kumbang sehingga jumlah telur bisa sampai 80 butir. Telur ini akan menetas setelah 5-9 hari (Departemen Pertanian, 2002).

Larva

(32)

Telurnya menetas dalam waktu sekitar 8 hari, lalu berubah menjadi larva berwarna putih dan bermulut coklat (Najiyati dan Danarti, 2002).

Gambar 3. Larva Hypothenemus hampei Ferr. Sumber : www. nbair. res. In

Pupa

Pupa memiliki struktur kulit cukup keras, berwarna putih susu. Stadium larva 10-26 hari dan stadium pupa 4-9 hari.

Gambar 4. Pupa Hypothenemus hampei Ferr. Sumber : www. nbair. res. In

Imago

H. hampei perkembangannya dengan metamorfosa sempurna dengan

(33)

9

Serangga dewasa atau imago, perbandingan antara serangga betina dengan serangga jantan rata-rata 10 : 1. Pada kondisi demikian perbandingan serangga betina dan jantan hanya 103 hari, sedangkan serangga betina dapat mencapai 282 hari dengan rata-rata 156 hari. Serangga betina mengadakan penerbangan pada sore hari, yaitu sekitar pukul 16.00 sampai dengan 18.00 (Wiryadiputra, 2007).

Gambar 5. Penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Sumber : pensoft. net

Gejala Serangan Hypothenemus hampei Ferr.

(34)

Kumbang dan larva ini menyerang buah kopi yang sudah cukup keras dengan cara membuat liang gerekan dan hidup di dalamnya sehingga menimbulkan kerusakan yang cukup parah. Hama ini tidak hanya menyerang

buah di kebun, tetapi juga menyerang buah di penyimpanan (Najiyati dan Danarti, 2002).

Gambar 6. Gejala serangan Hypothenemus hampei Ferr. terhadap buah kopi Sumber : Foto Langsung

Serangan H. hampei Ferr. pada buah muda menyebabkan gugur buah. Serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu rendah (PPKKI, 2006). H. hampei Ferr. diketahui makan dan berkembang biak hanya di dalam buah kopi saja. Kumbang betina masuk ke dalam buah kopi dengan membuat lubang dari ujung buah dan berkembang biak dalam buah (Irulandi et al., 2007).

PBKo mengarahkan serangan pertamanya pada bagian kebun kopi yang bernaungan, lebih lembab atau di perbatasan kebun. Jika tidak dikendalikan, serangan dapat menyebar ke seluruh kebun. Dalam buah tua dan kering yang

(35)

11

Kondisi saat ini menunjukan bahwa hama penggerek buah kopi merupakan hama yang sangat merugikan petani kopi, serangan PBKo dapat menurunkan mutu kopi dan penurunan produksi hingga 20 – 30% bahkan tidak jarang petani yang gagal panen. Hama PBKo merupakan serangga menyerupai kumbang yang berukuran kecil dengan warna hitam. Kumbang tersebut umumnya menyerang buah yang mulai masak dan meninggalkan telur di dalamnya hingga telur tersebut menjadi ulat yang akan menyerang buah kopi (Arief et al., 2011).

Pengendalian

Pencegahan hama ini dilakukan dengan pemangkasan kopi dan naungan untuk memberikan cahaya yang cukup bagi tanaman kopi, kemudian lakukan panen secara teratur untuk memotong siklus dari pertumbuhan kumbang, panen habis tanaman kopi yang terserang PBKo (Arief et al., 2011).

PBKo mengarahkan serangan pertamanya pada bagian kebun kopi yang bernaungan, lebih lembab atau di perbatasan kebun. Jika tidak dikendalikan, serangan dapat menyebar ke seluruh kebun. Dalam buah tua dan kering yang tertinggal setelah panen, dapat ditemukan lebih dari 100 PBKo. Karena itu penting

sekali membersihkan kebun dari semua buah yang tertinggal (Departemen Pertanian, 2002).

(36)

(density depence) dengan populasi hama, artinya daya kendali oleh musuh alami itu semakin tinggi pada populasi hama yang semakin padat.Dengan demikian pengendalian hayati diharapkan dapat memncegah peledakan populasi hama. Sifat-sifat baik pengendalian hayati itu sering ditandingkan dengan sifat buruk yang dimiliki oleh metode pengendalian kimiawi (meracuni lingkungan, boros, menimbulkan resistensi dan resurjensi hama, dan sebagainya) (Susillo, 2007). Nematoda Entomopatogen Steinernema sp.

Gambar 7. Nematoda entomopatogen Steinernema sp. Sumber : Foto Langsung

(37)

13

Spodoptera exigua Hubner., Agrotis ipsilon Hufnayel. yang virulensinya

mencapai 100 persen (Nugrohorini, 2010).

Nematoda Entomopatogen selain digunakan untuk mengendalikan hama yang menyerang kuncup bunga, bunga, buah, biji, daun dan batang, juga dimanfaatkan untuk mengendalikan hama yang hidup dalam tanah. Sucipto (2008) melaporkan potensi penggunaan NEP tersebut untuk mengendalikan rayap tanah (Macrotermes spp.). NEP dengan dosis aplikasi 12.500 juvenil infektif/tanaman berpotensi untuk membasmi uret (larva Lepidiota stigma) instar 3 menunjukkan tingkat kematian larva hingga 80% setelah 3 minggu aplikasi (Safitriet al., 2013).

Dari percobaan yang penah dilakukan Wiratno dan Rohimatun (2012)membuktikan bahwa Kematian larva B. longissima pada pengamatan 72 JSI, tingkat kematian larva pada perlakuan 3.500 JI/ml air meningkat sebesar 70% dari pengamatan 48 JSI. Rata-rata kematian larva pada perlakuan 7.000 JI/ml air berbeda tidak nyata dengan perlakuan 3.500 JI/ml air meskipun mengalami peningkatan kematian sebesar 80% dari pengamatan 48 JSI. Kematian pupaB. longissima pada perlakuan 7.000 JI/ml air pada 72 JSI sangat rendah

dibandingkan stadia larva dan imago, yaitu hanya mencapai 16,7%. Kematian imago B.longissima sudah terjadi pada pengamatan 24 JSI yaitu berkisar antara 3,33 sampai dengan 6,67% dan meningkat pada periode-periode pengamatan berikutnya. Pada 72 JSI tingkat kematian imago pada kepadatan 3.500 JI/ml air lebih tinggi 6,66% dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan tingkat kepadatan 7.000 JI/ml air.

(38)

yang digunakan melebihi batas optimal,maka akan menciptakan suatu kompetisi dalam hal ruang dan makanan antar nematode entomopatogen itu sendiri. Kompetisi ini yang menyebabkan nematoda entomopatogen kurang efektif apabila diaplikasikan melebihi batas konsentrasi optimalnya (Nugrohorini, 2010).

Penggunaan Steinernema sp. sebagai agensia hayati semakin banyak dikembangkan di berbagai belahan dunia karena berbagai keunggulannya, yaitu mudah diperoleh, ramah lingkungan, mudah diproduksi massal, toleran terhadap berbagai macam pestisida, dapat aktif mencari serangga sasaran, tidak menyerang vertebrata, dan dapat diaplikasikan dengan alat semprot standar. Namun, kendalanya adalah Steinernema sp.tidak dapat disimpan lama karena tidak mempunyai struktur istirahat (Shapiro-Ilan et al., 2002). Untuk mendukung kelangsungan hidup di luar habitatalaminya, Steinernema sp.Sangat pada air dan cadangan makanan sebagai sumber energi (Prabowo dan Indrayani, 2012).

Efektivitas dan persistensi NEP juga dipengaruhi oleh faktor abiotik. faktok abiotik yang memengaruhi persistensi nematode entomopatogen di dalam tanah ialah oksigen, derajat keasaman (pH), kelembapan, dan temperatur tanah. Faktor abiotik lain yang diduga berpengaruh dalam efektivitas NEP adalah tekstur tanah (SuciptodalamSafitriet al., 2013).

(39)

15

untuk berkembang biak dan memproduksi toksin yang mematikan serangga. Steinernema sp. sendiri juga mampu menghasilkan toksin yang mematikan. Dua

faktor ini yang menyebabkan Steinernema sp. mempunyai daya bunuh yang sangat cepat. Serangga yang terinfeksi Steinernema sp. dapat mati dalam waktu 24–48 jam setelah infeksi (Brown et aldalam Safitriet al., 2013).

Tingginya tingkat ketergantungan petani terhadap pestisida kimia akan membawa dampak negatif pada upaya ekspansi komoditas pertanian di pasar bebas, yang seringkali menghendaki produk bermutu dengan tingkat penggunaan pestisida yang rendah. Dengan demikian secara berangsur-angsur harus segera diupayakan pengurangan penggunaan pestisida kimiawi dan mulai beralih kepada pengendalian dengan agen hayati Nematoda Entomopatogen yang aman bagi lingkungan (Sucipto, 2009).

Hypothenemus hamperi (Ferr.), hama penggerek buah kopi merupakan

(40)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari Indonesia. Data menunjukkan, Indonesia mengekspor kopi ke berbagai negara senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ 9,740,453.00. Di luar dan di dalam negeri kopi juga sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

Gambar 1. Buah Kopi Utuh Sumber : Foto Langsung

(41)

2

Beberapa abad lamanya kopi menjadi bahan perdagangan. Hal ini dikarenakan kopi dapat diolah menjadi minuman yang mempunyai cita rasa yang khas, dengan kata lain kopi adalah sebagai penyegar badan dan pikiran. Teknik budidaya tanaman kopi cukup mudah apabila tanaman kopi berada pada kondisi yang sesuai dengan syarat tumbuhnya dan yang terpenting hama serta penyakit dapat terdeteksi sedini mungkin, sehingga tanaman kopi tidak mengalami kerusakan. Dalam pengembangan usaha khususnya kopi, baik pasar lokal (domestik) dan internasional sangat potensial. Bertambahnya jumlah penduduk dan kecenderungan produsen tetap dan kemajuan teknologi kopi tidak hanya diolah sebagai minuman saja akan tetapi dapat digunakan untuk produk kosmetik (Wardiana, 2012).

Rendahnya produktivitas kopi adalah adanya serangan hama dan penyakit. Kuruseng dan Rismayani (2006) juga menyatakan bahwa gejala serangandari hama penggerek buah kopi (Hyphotenemus hampei Ferr.) (Coleoptera: Scolytidae) yaitu kopi yang terserang kelihatan ada satu atau dua lubang, yang terdapat dekat dasar buah. Pada biji kopi yang masih hijau terdapat bubuk-bubuk yang berwarna cokelat dan hitam. Sedang pada biji kopi yang telah masak terdapat larva-larva yang berwarna putih yang jumlahnya sampai 20 ekor. Oleh karena itu perlu usaha pencegahan maupun pengendalian hama dan penyakit dengan menerapkan konsep PHT yang berdasarkan atas, konsepsi agroekosistem dan kelestarian lingkungan.

(42)

2010 akibat adanya indikasi kontaminasi insektisida berbahan aktif carbaryl. Oleh karena itu, sudah saatnya teknikpengendalian hama secara konvensional pada tanaman kopi diganti dengan teknikpengendalian yang lebih ramah lingkungan dan lebih terintegrasi dengan system budidaya kopi secara keseluruhan (Swibawa dan Sudarsono, 2011).

Pengendalian hayati pada dasarnya adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikan populasi hama yang merugikan. Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi terutama teori tentang pengetahuan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem. Musuh alami yang terdiri dari parasitoid, predator danpatogen merupakan pengendali alami utama hama yang bekerja secara “density-dependent”sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama (Untung, 1996).

Hama bubuk buah kopi merupakan hama utama yang sangat meresahkan petani kopi. Persentase serangan dapat mencapai 30-60 % yang menyebabkan kehilangan hasil serta menurunnya mutu produksi (Laila et al., 2011).

Tindakan pemangkasan pada tanaman kopi akan menghindari kelembaban kebun yang tinggi, memperlancar aliran udara sehingga proses penyerbukan dapat berlangsung secara intensif, membuka kanopi agar tanaman mendapat penyinaran merata guna merangsang pembungaan dan membuang cabang tua yang kurang produktif atau terserang hama atau penyakit sehingga hara dapat di distribusikan

(43)

4

Musuh alami yang berupa parasitoid, predator dan patogen dikenal sebagai pengatur dan pengatur populasi serangga yang efektif karena sifat pengaturannya yang tergantng kepadatan. Sebagai agen pengendali hayati arasitoid sangat baik digunakan dan selama ini yang paling sering berhasil mengendalikan hama dibandingkan dengan kelompok agen agensia lainnya (Untung, 1996).

Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu teknik penyediaan sarana produksi, proses produksi/budidaya, teknik penanganan pasca panen dan pengolahan (agroindustri), dan system pemasarannya. Keempat empatnya merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang harus diterapkan dengan baik dan benar (Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).

H. hampei Ferr.pada buah muda menyebabkan gugur buah. Serangan pada

buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu rendah. H. hampei Ferr.diketahui makan dan berkembang biak hanya di dalam buah kopi saja. Kumbang betina masuk ke dalam buah kopi dengan membuat lubang dari ujung buah dan berkembang biak dalam buah.Mantonet al. (2012) menyatakan bahwa Nematoda Entomopatogen (NEP) merupakan tipe dari musuh alami, yang memiliki kemampuan sebagai biopestisida komersial untuk mengendalikan Hama Penggerek Buah Kopi (PBKo).

Pengendalian kimiawi merupakan salah satu cara yang sering dilakukan petani, membutuhkan biaya yang besar tetapi hama tersebut sudah resistenserta memberikan dampak negative terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh

(44)

berpotensi mengurangi ketergantungan pada insektisida kimia yaitu dengan memanfaatkan biopestisida.

Nematoda yang dapat mengendalikan hama serangga adalah nematodaentomopatogen yaitu dari genus Steinernema dan Heterorhadditis (Shapiro-llan dan Gaugler, 2008). Nematoda entomopatogen umumnya tidak

memiliki stilet. Imanadi (2012) juga mengatakan bahwa Nematoda Steinernema sp. adalah agensia hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu

alternative pengendalian hama. Nematoda ini memiliki kelebihan-kelebihan tertentu dibandingkan dengan bahan-bahan kimia sebagai agen pengendali. Selain itu mudah dikembangbiakkan dan memiliki kemampuan menginfeksi yang tinggi (daya bunuhnya sangat cepat), kisaran inangnya yang luas, aktif mencari inang sehingga untuk mengendalikan serangga dalam jaringan, tidak menimbulkan resistensi, mudah diperbanyak dan aman terhadap lingkungan.

Pemanfaatan agens hayati dengan nematoda entomopatogen sebagai pengendali hama utama pertanian yang ramah lingkungan sangat diharapkan. Pemanfaatan nematoda entomopatogen sebagai agens hayati hama utama pada tanaman perkebunan masih merupakan hal baru di Indonesia. Oleh karena itu, saya tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Uji efektivitas Nematoda entomopatogen pada Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei Ferr. di Laboratorium.

Tujuan Penelitian

(45)

6

Hipotesis Penelitian

Adanya tingkat mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. yang berbeda terhadap beberapa taraf dan waktu pengaplikasian nematoda entomopatogen Steinernema sp.

Kegunaan Penulisan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

(46)

Steinernema sp. At the Coffee Berry Borer pest (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera: Scolytidae) in the laboratory. Supervised by Syahrial Oemry and Mukhtar Pinem Iskandar.

The aimed of research to determine the effect of application of entomopathogenic nematodes Steinernema sp. to control Hypothenemus hampei Ferr. with varying degrees will give a different effect on

mortality Hypothenemus hampei Ferr. This research was conducted at the Laboratory of Plant Disease, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan at an altitude of ± 25 meters above sea level, from November 2014 to April 2015. The research used Complete Randomized Design (Non Factorial) with various level N0 treatment factors (control), N1 (68 JI / ml), N2 (138 JI / ml),

N3 (208 JI / ml) and the time difference observations. The parameters observed are the symptoms of an attack and the percentage of mortality Hypothenemus hampei Ferr.

The results showed that treatment of entomopathogenic nematodes Steinernema sp. with various level gave significantly differend on mortality rate Hypothenemus hampei Ferr. the level of treatment N3 (208JI / ml) at 24 JSI - 48 JSI. In the study, entomopathogenic nematodes Steinernema sp. also showing signs of significant Hypothenemus hampei Ferr.

(47)

ABSTRAK

TEGUH E. PUTERA : Uji Efektifitas Nematoda Entomopatogen Steinernema sp. Pada Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae) Di Laboratorium. Dibimbing oleh Syahrial Oemry dan Mukhtar Iskandar Pinem.

Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya pengaruh aplikasi nematoda entomopatogen Steinernema sp. untuk pengendalian Hypothenemus hampei Ferr. dengan taraf yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian ± 25 mdpl, dari bulan November 2014 sampai April 2015. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (Non Faktorial) dengan faktor perlakuan berbagai taraf N0 (kontrol), N1 (68 JI/ml), N2 (138 JI/ml), N3 (208 JI/ml) dan perbedaan waktu pengamatan. Parameter yang diamati adalah gejala serangan dan persentase mortalitas Hypothenemus hampei Ferr.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan nematoda entomopatogen Steinernema sp. dengan berbagai taraf berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. dengan taraf perlakuan N3 (208JI/ml) pada 6 JSI - 48 JSI. Pada penelitian tersebut, nematoda entomopatogen Steinernema sp. juga menunjukkan gejala serangan yang signifikan terhadap Hypothenemus hampei Ferr.

(48)

SKRIPSI

OLEH:

TEGUH E PUTERA 100301175

HAMA PENYAKIT TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(49)

UJI EFEKTIFITAS NEMATODA ENTOMOPATOGEN Steinernema sp. PADA HAMA PENGGEREK BUAH KOPI Hypothenemus hampei Ferr.

(Coleoptera: Scolytidae) DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH:

TEGUH E PUTERA 100301175

AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(50)

NAMA : TEGUH E PUTERA NIM : 100301175

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Syahrial Oemry, MS Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr

Ketua Anggota

Diketahui

Prof. Dr. Ir.Tengku Sabrina, MSc. Ketua Prodi Agroekoteknologi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(51)

ABSTRACT

TEGUH E. PUTERA : Effectiveness Test entomopathogenic nematodes Steinernema sp. At the Coffee Berry Borer pest (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera: Scolytidae) in the laboratory. Supervised by Syahrial Oemry and Mukhtar Pinem Iskandar.

The aimed of research to determine the effect of application of entomopathogenic nematodes Steinernema sp. to control Hypothenemus hampei Ferr. with varying degrees will give a different effect on

mortality Hypothenemus hampei Ferr. This research was conducted at the Laboratory of Plant Disease, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan at an altitude of ± 25 meters above sea level, from November 2014 to April 2015. The research used Complete Randomized Design (Non Factorial) with various level N0 treatment factors (control), N1 (68 JI / ml), N2 (138 JI / ml),

N3 (208 JI / ml) and the time difference observations. The parameters observed are the symptoms of an attack and the percentage of mortality Hypothenemus hampei Ferr.

The results showed that treatment of entomopathogenic nematodes Steinernema sp. with various level gave significantly differend on mortality rate Hypothenemus hampei Ferr. the level of treatment N3 (208JI / ml) at 24 JSI - 48 JSI. In the study, entomopathogenic nematodes Steinernema sp. also showing signs of significant Hypothenemus hampei Ferr.

(52)

Steinernema sp. Pada Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae) Di Laboratorium. Dibimbing oleh Syahrial Oemry dan Mukhtar Iskandar Pinem.

Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya pengaruh aplikasi nematoda entomopatogen Steinernema sp. untuk pengendalian Hypothenemus hampei Ferr. dengan taraf yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian ± 25 mdpl, dari bulan November 2014 sampai April 2015. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (Non Faktorial) dengan faktor perlakuan berbagai taraf N0 (kontrol), N1 (68 JI/ml), N2 (138 JI/ml), N3 (208 JI/ml) dan perbedaan waktu pengamatan. Parameter yang diamati adalah gejala serangan dan persentase mortalitas Hypothenemus hampei Ferr.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan nematoda entomopatogen Steinernema sp. dengan berbagai taraf berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. dengan taraf perlakuan N3 (208JI/ml) pada 6 JSI - 48 JSI. Pada penelitian tersebut, nematoda entomopatogen Steinernema sp. juga menunjukkan gejala serangan yang signifikan terhadap Hypothenemus hampei Ferr.

(53)

RIWAYAT HIDUP

Teguh Ekapaksi Putera, lahir di Medan pada tanggal 19 Maret 1992 putra dari Bapak Bambang Supriadi dan Ibu Yusri Fefiani. Penulis merupakan anak tunggal.

Penulis menyelesaikan pendidikan SMA tahun 2010 dari SMA 5 Medan dan pada tahun 2010 terdaftar masuk ke Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih minat Hama Penyakit Tumbuhan (HPT), program studi Agroekoteknologi.

Selama perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan antara lain organisasi Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK), Fakultas Pertanian. Penulis juga aktif menjadi asisten Laboratorium Agroklimatologi dan Ekologi Tanaman (2011-2014).

(54)

berkat kasih dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah ”Uji Efektifitas Nematoda Entomopatogen Steinernema sp. Pada Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Laboratorium” yang

merupakan salah syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing skripsi Ir. Syahrial Oemry, MS dan Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr yang telah membimbing penulis selama menulis skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2015

(55)

DAFTAR ISI Biologi Hypothenemus hampei Ferr. ... 7

Telur ... 7

Larva ... 7

Pupa ... 8

Imago ... 8

Gejala Serangan Hypothenemus hampei Ferr. ... 9

Pengendalian ... 11

Nematoda entomopatogen Steinernema sp. ... 12

BAHAN DAN METODE Tempat danWaktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat ... 16

Prosedur Penelitian ... 16

PELAKSANAANPENELITIAN Persiapan penelitian ... 18

Pelaksanaan Pengambilan Biji Kopi ... 18

Merearing Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei Ferr... 18

(56)

Gejala Serangan NEP ... 19 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gejala Serangan Nematoda Entomopatogen

Terhadap Hypothenemus hampei Ferr... 20 Persentase (%) Mortalitas Penggerek Buah Kopi

Hypothenemus hampei Ferr.Yang Terserang Nematoda

Entomopatogen Steinernema sp. ... 22 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 29 Saran ... 29 DAFTAR PUSTAKA

(57)

DAFTAR TABEL

No. Hlm.

1. Tabel 1. Rataan persentase mortalitas akibat pemberian berbagai taraf nematoda Steinernema sp. terhadap Hypothenemus hampei Ferr. pada umur 6 – 48 Jsi ... 22 2. Tabel 2. Rataan Persentase Mortalitas Akibat Pemberian Berbagai Taraf

Nematoda Steinernemasp. Terhadap Hypothenemus hampei Ferr. Pada Umur 6 Jsi ... 23 3. Tabel 3. Rataan Persentase Mortalitas Akibat Pemberian Berbagai Taraf

Nematoda Steinernema sp. Terhadap Hypothenemus hampei Ferr. Pada Umur 12 Jsi ... 24 4. Tabel 4. Rataan Persentase Mortalitas Akibat Pemberian Berbagai Taraf

Nematoda Steinernema sp. Terhadap Hypothenemus hampei Ferr. Pada Umur 24 Jsi ... 25 5. Tabel 5. Rataan Persentase Mortalitas Akibat Pemberian Berbagai Taraf

(58)

1. Buah kopi utuh ... 1

2. Telur Hypothenemus hampei Ferr. ... 7

3. Larva Hypothenemus hampei Ferr. ... 8

4. Pupa Hypothenemus hampei Ferr. ... 8

5. Penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) ... 9

6. Gejala serangan Hypothenemus hampei Ferr. terhadap buah kopi ... 10

7. Nematoda entomopatogen Steinernema sp ...12

8. Warna kutikula Hypothenemus hampei Ferr. di awal pengaplikasian ... 21

9. Warna kutikula Hypothenemus hampei Ferr. di awal menghitam ...21

(59)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hlm.

1. Bagan Penelitian... 33 2. Data Pengamatan Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 6 Jsi ... 34 3. Daftar Sidik Ragam Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 6 Jsi ... 34 4. Data Transformasi Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 6 Jsi

√X+0.5 ... 35 5. Daftar Transformasi Sidik Ragam Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 6 Jsi ... 35 6. Data Pengamatan Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 12 Jsi ... 36 7. Daftar Sidik Ragam Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 12 Jsi .... 36 8. Data Transformasi Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada 12 Jsi

Gambar

Gambar 8.
Tabel 2. Rataan Persentase Mortalitas Akibat Pemberian Berbagai Taraf Nematoda Steinernema sp
tabel 5.
Gambar 10. Persentase mortalitas Hypothenemus hampei Ferr.pada umur 48 JSI
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu mengenai pengaruh pelayanan fiskus dan

termasuk serangga hama yang bersifat oligofag, yaitu serangga yang hanya menyerang jenis tanaman dari satu famili, baik tanaman budidaya maupun tumbuhan liar (gulma)

Peserta yang mendaftar dalam program ini akan mengikuti Master Class, Repertoir Group Class atau Pilihan mengikuti Gypsy Music Class, Technique Group Class,

Pelayanan, Harga dan Fasilitas terhadap Keputusan Menginap pada Hotel Jati Wisata Pangkalpinang ”.. Oleh karena itu, mohon bantuan

Howard Gardner Linguistic Mathematic- Logic-Cognitive Visual-Spacial Musical Kinesthetic Intrapersonal Interpersonal..

[r]

Sociocultural based learning overcoming the social conflict.. Social life and culture are amazing modal from

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 23 Peraturan Panglima TNI Nomor 24 Tahun 2012 tentang Standar Layanan Informasi TNI di Lingkungan Tentara