• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Beratnya Lesi Arteri Koroner Pasien Pacsa Acute Coronary Syndrome Dengan Faktor Resiko Diabetes Melitus Dan Non-Diabetes Melitus Di RSUP Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Beratnya Lesi Arteri Koroner Pasien Pacsa Acute Coronary Syndrome Dengan Faktor Resiko Diabetes Melitus Dan Non-Diabetes Melitus Di RSUP Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

CURRICULUM VITAE

Nama : PAVIN VIKNESHWARAN A/L RAJAPAL

Tempat / Tanggal Lahir : PERAK / 03 OKTOBER 1992

Pekerjaan : MAHASISWA

Agama : HINDU

Alamat :JLN. DR. MANSYUR, NO 3/3A MEDAN

Nomor Telepon : 083199030503

Nama Orang Tua : RAJAPAL A/L RAJAGOPAL (BAPA)

: THAMILLSELVI A/P TAMOTHARAN (IBU) Riwayat Pendidikan : Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) - 2009

Kasturi International College (FIS) – 2010 Fakultas Kedokteren USU – 2010-sekarang Kegiatan : Melakukan penelitian berjudul

“PERBANDINGAN BERATNYA LESI ARTERI

KORONER PASIEN PACSA ACUTE

CORONARY SYNDROME DENGAN FAKTOR

(2)
(3)
(4)
(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alvin C.Powers, 2004. Diabetes Mellitus In: Harisson’s Priciples of Internal Medicine.17th Edition-Vol.II : 2275-2304

Alwi Shahab,2009. Komplikasi Kronik DM: Penyakit Jantung Koroner In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, Jakarta : 1947-1950

Anwar B.T.,2004, Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. Available from : http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri4.pdf [Accessed 17th April 2013]

Fein F, Scheuer J. Heart disease in Diabetes Mellitus: theory and practice. In: Rifkin H, Potte D, eds. New York: Elsevier 1990 : 812-823

Inzuccchi, 2012. Management of Hyperglykemia in Type-2 Diabetes: A Patient-Centered Approach. Position Statement of American Diabetes Association (ADA) and the European Association for Study of Diabetes (EASD). Diabetes Care, Volume 35,June 2012. Available from: http://care.diabetesjournals.org/content/35/6/1364.full.pdf+html

[Accessed 20th April 2013]

Jozo Boras, Ivana Pavlic-Renar, Nikaca Car, Zeljko Metelko, 2002.. Diabetes And Coronary Heart Disease. Available from: www.idb.hr/diabetologia/02no4-1.pdf [Accessed 19th April 2013]

Kusmana D. dan Hanafi M.,1996.. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner In: Buku Ajar Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1st Edition, Jakarta : 156-165

(6)

Michael E. Farkouh, Elliot J. Rayfield, Valentin Fuster, 2007. Diabetes and Cardiovascular Disease In Hurst’s The Heart, The McGraw-Hill : 2073-2099

Mohammed K.Ali, K.M. Venket Narayan & Nikhil Tandon, 2009. Diabetes & Coronary Heart Disease In Indian J. Med Res 132, November 2010, pp 584-597. Available from :

www.icmr.nic.in/ijmr/2010/november/1116.pdf [Accessed 21th April 2013]

Peter L, 2004. Vascular Disease In: Harrison’s Principles of Internal Medicine.17th Edition-Vol.II :1468-1660

Rachel Hoad-Robson, 2013. Coronary Angiography. Available from: http://www.patient.co.uk/health/coronary-angiography [Accessed 18th May 2013]

Sally M.Marshall, Karthik Balasubramaniam, Girish N.Viswanathan,2011. Increased Atherothrombotic Burden in Patients with Diabetes Mellitus and Acute Coronary Syndrome. Available from : www.hindawi.com/journal/crp/2012/909154/ [Accessed 18th April 2013]

Slamet Suyono, 2009. Diabetes Melitus di Indonesia In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, Jakarta : 1887-1889

World Health Organization. Deaths from Coronary Heart Disease. 2008.

Available from:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/index.html [Accessed 17 April 2013]

World Health Organization, 2008. WHO Report on Global CVD Statistics.

WHO. Avaiable from:

(7)
(8)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

1.1Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional

1. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang heterogenik, baik karena manifestasinya maupun karena jenisnya. Diabetes adalah sindrom yang disebabkan oleh terganggunya insulin di dalam tubuh sehingga menyebabkan hiperglikemia yang disertai abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.

Keparahan stenosis Arteri koroner Diabetes Mellitus

(DM) Melitus (Non-DM) Non-Diabetes

Aterosklerosis

(9)

Kriteria Diabetes Melitus dalam penelitian ini mengikut The American Diabetes Association (ADA) adalah :

a. Pasien dengan Riwayat penderita DM b. Pasien dengan KGD puasa ≥126mg/dL c. Pasien dengan KDG semasa >200mg/dL d. Kadar HbA1c ≥ 6.5%

2. Acute Coronary Syndrome merupakan spektrum manifestasi akut dan berat yang merupakan keadaan kegawatdaruratan dari koroner akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan aliran darah ke jantung.

Jenis Acute Coronary Syndrome yang telah melakukan pemeriksaan Angiografi Koroner akan diambil kira dalam penelitian ini adalah :

a. Unstable Angina

b. Non ST elevation Miokard Infark (NSTEMI) c. ST Elevation Miokard Infark(STEMI)

3.2.1 Kriteria Inklusif dan Ekskusif

1. Kriteria Inklusif

a. Semua penderita Coronary Artery Diseases dan Acute Coronary Syndrome yang telah melakukan Angiography Coroner.

2. Kriteria Ekskusif

(10)

3.2.2 Cara Ukur

Mengambil hasil gambaran Angiografi Koroner pasien Acute Coronary Syndrome daripada Rekam Medis di RSUP Haji Adam Malik, Medan

3.2.3 Alat Ukur

Status stenosis pasien Acute Coronary Syndrome yang diambil dari hasil pemeriksaan Angiografi Koroner dan status Kadar Gula Darah (KGD) pada Rekam Medis.

3.2.4 Skala Ukuran

Skala yang digunakan adalah skala ordinal. Dimana gambaran Angiography Coroner diklasifikasi mengikut skoring. Angiography coroner adalah suatu prosedur invasive untuk memeriksa pembuluh darah arteri koroner dan dapat melihat apakah pembuluh darah koroner mengalami penyempitan atau penyumbatan. Angiografi lakukan oleh Kardiologis yang berpengalaman dalam melakukan angiografi. Derajat keparahan lesi atau stenosis arteri koroner dinilai dari hasil angiografi pasien pasce Acute Coronary Syndrome, dievaluasi dan diklasifikasikan berdasarkan skoring yaitu Vessel Score yang terdiri dari 0-3 poin berdasarkan banyaknya jumlah arteri koroner yang mengalami stenosis ≥50% yaitu :

- 0 poin untuk stenosis <50%

(11)

3.3 Hipotesis

Lesi arteri koroner pada pasien pasca Acute Coronary Syndrome dengan faktor risiko Diabetes Melitus lebih parah dibandingkan dengan non-Diabetes Melitus.

(12)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi potong lintang (cross sectional study) yang bersifat deskriptif analitik untuk membandingkan lesi arteri koroner pasien pasca ACS dengan faktor resiko DM dan Non-DM. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data gambaran angiografi koroner pada pasien Acute Coronary Syndrome (ACS).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan berdasarkan data yang didapati dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan mulai 1 Januari 2012 hingga 31 Desember 2012.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang menderita Acute Coronary Syndrome dan telah dilakukan pemeriksaan angiografi koroner

(13)

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah total sampling dari seluruh pasien yang menderita Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah sebanyak 198 orang dan telah dilakukan pemeriksaan angiografi koroner mengikut kriteria inklusif dan ekskusif di RSUP Haji Adam Malik Medan periode tahun 2012 adalah sebanyak 98 orang.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini akan dikumpulkan dari rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan. Data penelitian ini merupakan data primer yaitu status keparahan gambaran stenosis pada angiografi koroner pasien ACS. Data ini juga akan diambil dalam bentuk kuantitatif yaitu hasil ukuran nilai atau skoring yang menunjukkan gambaran keparahan stenosis pada pasien ACS dengan faktor resiko DM dan non DM.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

(14)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah sebuah rumah sakit pemerintah yang dikelola pemerintah pusat dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit ini terletak di lahan yang luas di pinggiran kota Medan. RSUP. H. Adam Malik mulai berfungsi dengan pelayanan rawat jalan sejak tanggal 17 Juni 1991. Mulai tanggal 2 Mei 1992, rumah sakit inin turut menyediakan pelayanan rawat inap.

RSUP. H. Adam Malik Medan berdiri sebagai rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, RSUP. H. Adam Malik Medan juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Naggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Pada tahun 1993, Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran USU Medan dipindahkan ke rumah sakit ini secara resmi.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

(15)

Tabel 5.1 Frekuensi ACS berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n (%)

Laki-Laki 77 78.6

Perempuan 21 21.4

Total 98 100.0

Dari table 5.2 dapat dilihat bahwa proposi tertinggi penderita ACS dijumpai pada kelompok laki-laki yaitu sebanyak 77 orang (78,6%) sedangkan perempuan dijumpai sebanyak 21 orang (21,4%).

Tabel 5.2 Frekuensi Penderita ACS Berdasarkan Umur

KELOMPOK UMUR

(TAHUN) N (%)

37-41 7 7,1

42-46 12 12,2

47-51 30 30,6

52-56 17 17,3

57-61 15 15,3

62-66 11 11,2

67-71 4 4,1

(16)

TOTAL 98 100,0

Dari table 5.2 dapat dilihat bahwa kelompok umur tertinggi penderita ACS adalah 47-51 tahun yaitu sebanyak 30 orang (30,6 %) diikuti dengan kelompok umur 52-56 tahun yaitu sebanyak 17 orang (17,3 %), 57-61 tahun yaitu 15 orang (15,3 %), 42-46 tahun yaitu 12 orang (12,2%), 62-66 tahun yaitu 11 orang (11,2 %), 37-41 tahun yaitu 7 orang (7,1%), 67-71 tahun yaitu 4 orang (4,1). Kelompok umur yang paling rendah adalah kelompok umur 72-76 tahun yaitu sebanyak 2 orang (2 %).

Tabel 5.3 Krosstabulasi Kolompok Usia dengan Jenis Kelamin

Kelompok Usia (Tahun) Jenis Kelamin

Laki-Laki (n=77) Perempuan (n=21)

37-41 6 7,8 % 1 4,8 %

42-46 12 15,6 % 0 0,0 %

47-51 23 29,9 % 7 33,3 %

52-56 14 18,2 % 3 14,3 %

57-61 11 14,3 % 4 19,0 %

62-66 7 9,1 % 4 19,0 %

67-71 3 3,9 % 1 4,8 %

(17)

Untuk mengetahui perbandingan antara kelompok usia dengan jenis kelamin pada penderita ACS dilakukan krosstabulasi. Kelompok usia pada laki-laki didapati kelompok yang sering terjadi adalah 47-51 tahun yaitu 23 orang (29,9%) diikuti dengan 52-56 tahun yaitu 14 orang (29,9%), 42-46 tahun yaitu 12 orang (15,6%), 57-61 tahun yaitu 11 orang (14,3%), 62-66 tahun yaitu 7 orang (9,1%), 37-41 tahun 6 orang (7,8%), 67-71 tahun yaitu 3 orang (3,9%) dan paling sedikit adalah kelompok usia 72-76 tahun yaitu 1 orang (1,3%). Sedangkan kelompok usia pada perempuan didapati kelompok yang sering terjadi adalah 47-51 tahun yaitu 7 orang (33,3%) diikuti kelompok usia 57-61 tahun dan 62-71 tahun yaitu 4 orang (19,0%) dan kelompok yang sedikit adalah kelompok usia 37-41 tahun, 67-71 tahun dan 72-76 tahun yaitu 1 orang (4,8%).

Tabel 5.4 Frekuensi Penderita ACS Berdasarkan Riwayat Diabetes Melitus

Diabetes Mellitus (DM) n (%)

Positif 75 76,5

Negatif 23 23,5

Total 98 100

Dari table 5.4 dapat dilihat bahwa proposi tertinggi penderita ACS dijumpai pada kelompok DM positif yaitu sebanyak 75 orang (76,5%) sedangkan DM negatif dijumpai sebanyak 23 orang (23,5 %).

Tabel 5.5 Frekuensi Penderita ACS Berdasarkan Riwayat Merokok

Riwayat Merokok n (%)

(18)

Negatif 25 25,5

Total 98 100

Dari table 5.6 dapat dilihat bahwa proposi tertinggi penderita ACS dijumpai pada riwayat merokok positif yaitu sebanyak 73 orang (74,5%) sedangkan riwayat merokok negatif dijumpai sebanyak 25 orang (25,5 %).

Tabel 5.6 Frekuensi Penderita ACS Berdasarkan Riwayat Obesitas

Riwayat Obesitas

(Body Mass Index)

n (%)

Normal 50 51,0

Over Weight 44 44,9

Obese 4 4,1

Total 98 100

(19)

overweight sebanyak 44 orang (44,9%) dan BMI yang obese sebanyak 4 orang (4,1 %).

Tabel 5.7 Krosstabulasi pasien ACS dengan riwayat DM dan Non DM berdasarkan Vessel Score.

DM

Vessel Score Positif ( n=75) Negatif (n=23)

0 0 0% 1 4,4%

1 18 24% 16 69,6%

2 25 33,3% 4 17,3%

3 32 42,7% 2 8,7%

(20)

Untuk mengetahui perbandingan antara Vessel Score dengan riwayat DM dan Non DM pada penderita ACS dilakukan krosstabulasi. Diperolehi hasil adalah pada Vessel Score 0VD didapati 1 orang (1%) pada pasien DM negatif, diikuti 1VD sebanyak 18 orang (24%) DM positif dan 16 orang DM negatif, 2VD sebanyak 25 orang (33,3%) DM positif dan 4 orang (17,3%) DM negatif, 3VD sebanyak 32 orang (42,7%) DM positif dan 2 orang (8,7%) DM negatif. Gambar 5.1 menumjukkan Vessel Score makin meningkat pada penderita ACS dengan riwayat DM positif dan menurun pada penderita ACS dengan riwayat DM negatif.

Dari hasil uji chi square didapati nilai p=0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti terdapat dihubungkan antara Vessel Score dengan riwayat Diabetes Melitus.

5.2 Pembahasan 0

5 10 15 20 25 30 35

0 VD 1 VD 2 VD 3 VD

Krosstabulasi pasien ACS dengan riwayat DM dan Non DM berdasarkan Vessel Score.

(21)

Penelitian ini dilakukan pada 98 penderita ACS yang telah melakukan angiografi koroner di RSUP. H. Adam Malik Medan pada periode Januari 2012 hingga Desember 2012. Dari 98 penderita ACS menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak dijumpai, yaitu sebesar 77 orang (78,6%) dibandingkan perempuan yaitu 21 orang (21,4%) dengan perbandingan antara laki-laki dengan perempuan 11:3. Hasil penelitian ini sesuai dengan berdasarkan penelitian American College of Cardiology-National Cardiovascular Data Registry oleh Nausheen dan kawan-kawan mendapat bahwa laki-laki lebih sering menderita ACS dibandingkan dengan perempuan dengan ratio persentil laki-laki dengan perempuan adalah 0,57% vs 0,43%, P = 0.003 (Nausheen, 2009).

Faktor resiko usia penderita ACS adalah 45 tahun keatas (Dede Kusmana,2009). Dan berdasarkan penelitian yang dilakukan di Sweden,

Annika Rosengren, dan kawan-kawan didapati usia yang paling sering dijumpai antara 53-55tahun (Rosengren A.,2004) dan sesuai mengikut penelitian saya

didapati kelompok usia tertinggi pada penderita ACS adalah diantara usia 47-51 tahun sebanyak 30 orang (30,6%).

(22)

Kelompok tertinggi penderita ACS adalah kolompok DM positif yaitu 75 orang (76,5%) dan diikuti kelompok DM negatif yaitu sebanyak 23 orang (23,5%). Berdasarkan derajat keparahan lesi maka penderita DM paling banyak dijumpai dengan lesi berat (3VD) yaitu 32,6% sedangkan pada penderita non DM adalah pada lesi ringan (1VD) yaitu 16,3%. Menurut teori dikatakan, pasien DM menyebabkan gangguan lipoprotein (dsylipoproteinaemia). Ini diduga sebagai penyebab gangguan vaskular berupakan aterosklerosis (Moechtar Hanafi, 2009).

(23)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Lesi arteri koroner pada pasien pasca Acute Coronary Syndrome didapati bahwa penderita Diabetes Mellitus lebih berat dibandingkan dengan penderita non Diabetes Mellitus.

2. Laki-laki lebih sering menderita ACS dibandingkan perempuan dengan ratio 11:3.

3. Kelompok usia yang tertinggi adalah kelompok usia 47 hingga 51 tahun sebanyak 30 orang (30,6%).

6.2 Saran

1. Pihak Dinas Kesehatan dan Puskesmas perlu meningkatkan penyuluhan mengenai pencegahan ACS, faktor-faktor risiko dan komplikasi yang disebabkan oleh penyakit DM.

2. Masyarakat perlu mempunyai insiatif dan upaya sendiri seperti mengamalkan gaya hidup sehat sebagai langkah pencegahan ACS.

(24)

BAB 2

TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus (DM)

2.1.1 Definisi Diabetes

Diabetes merupakan penyakit yang heterogonik, baik karena manifestasinya maupun karena jenisnya. Diabetes adalah sindrom yang disebabkan oleh terganggunya insulin di dalam tubuh sehingga menyebabkan hiperglikemia yang disertai abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Diabetes dapat diklasifikasikan menjadi diabetes tipe I (insulin–dependen diabetes mellitus atau IDDM), tipe II (non insulin-dependent diabetes mellitus atau NIDDM) (Inzucchi, 2004). Selain itu diabetes juga dapat digolongkan menjadi diabetes gestational dan diabetes sekunder (Tandra, 2007)

Diabetes Tipe I (IDDM) muncul pada saat pankreas tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin sehingga insulin dalam tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Glukosa di dalam darah menumpuk karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Diabetes tipe ini tergantung pada insulin, oleh karena itu penderita memerlukan suntikan insulin (Tandra, 2007). Menurut Brunner & Suddarth Diabetes Melitus Tipe I disebabkan oleh faktor genetik, di mana penderita diabetes mewarisi predisposisi/kecenderungan terhadap terjadinya diabetes melitus Tipe I, biasanya ditemukan pada individu yang memiliki antigen H. Selain itu disebabkan oleh faktor imunologi, adanya respon autoimun yang abnormal, serta adanya kerusakan sel beta pankreas.

(25)

jaringan tubuh tidak peka atau resisten terhadap insulin (Tandra, 2007). Resistensi terhadap insulin pada diabetes mselitus tipe II ini terjadi karena turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan menghambat produksi oleh sel hati.

Diabetes Gestational (GDM) adalah jenis diabetes yang muncul pada saat ibu hamil. Hal ini terjadi karena pengaruh beberapa hormon pada ibu hamil menyebabkan resisten terhadap insulin. Diabetes ini dapat ditemukan sekitar 2-5% dalam kehamilan. Umumnya gula darah kembali normal bila sudah melahirkan, tetapi resiko ibu terkena DM tipe II akan lebih besar (Nabil, 2009).

Diabetes Melitus Sekunder adalah diabetes yang disebabkan oleh penyakit lain yang menyebabkan produksi insulin terganggu atau meningkatkan kadar gula darah meningkat. Penyakit yang dimaksud misalnya infeksi berat, radang pankreas, penggunaan kortikosteroid, obat anti hipertensi (Nabil, 2009).

2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Diabetes

Ada banyak faktor yang memicu terjadinya diabetes. Semakin cepat kondisi diabetes diketahui dan ditangani akan mencegah komplikasi yang terjadi (Nabil, 2009). Faktor-faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab diabetes antara lain kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin. Faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain adanya infeksi, pola diet, umur, obesitas, kegemukan, kehamilan, gangguan sistem imunitas, kelainan insulin.

2.1.3 Komplikasi Diabetes menyebabkan Acute Coronary Syndrome (ACS) Jika gula darah tidak terkontrol dengan baik beberapa tahun kemudian akan timbul komplikasi. Komplikasi akibat diabetes yang menimbullkan :

a) Hiperglikemia

(26)

d) Inflamasi pembuluh darah (atrerosklerosis) e) Trombosis/Fibrinolisis

f) Dislipidemia

g) Hiperhomosisteinemia

2.2 Acute Coronary Syndrome (ACS)

2.2.1 Definisi Acute Coronary Syndrome (ACS)

Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah penyakit jantung yang timbul akibat penyempitan pada arteri koroner. Penyempitan tersebut dapat disebabkan oleh arterosklerosis. Arterosklerosis pada dasarnya adalah suatu kelainan yang terdiri atas pembentukan fibrolipid local di dalam bentuk plak-plak yang menonjol atau penebalan yang disebut atheroma yang terdapat di dalam tunika intima dan pada bagian dalam tunika media. Atheroma kemudian berkembang dan ia dapat mengalami berbagai komplikasi termasuk kalsifikasi, perdarahan, ulserasi dan thrombosis.

2.2.2 Faktor-faktor penyebab terjadinya Acute Coronary Syndrome (ACS) a) Usia

b) Jenis Kelamin c) Faktor Genetik d) Obesitas e) Hipertensi f) Dislipidemia g) Merokok

(27)

2.2.3 Proses terjadinya Arterosklerosis

Aterosklerosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan hilangnya elastisitas akibat penebalan dan pengerasan pembuluh darah, terutama arteri, sehingga terjadi penyempitan lumen pembuluh darah dan terbatasnya aliran darah ke seluruh tubuh. Aterosklerosis adalah penebalan lapisan bagian pembuluh darah karena adanya akumulasi plak yang kaya akan lipid pada bagian dalam pembuluh darah arteri (intima) pada tubuh. Penambahan plak terjadi akibat suatu akumulasi kolesterol, ester kolesterol, fosfolipid, kalsium dan komponen lain yang meliputi kolagen, elastin dan proteoglikan. Adanya plak tersebut dapat membatasi aliran pada jaringan atau dapat membatasi lumen pada arteri, membatasi aliran darah, elastisitas pembuluh darah, meransangan pembentukan pembekuan darah yang dapat menghambat aliran darah, dan dapat mengakibatkan kerusakan pada jantung, otak dan jaringan paru-paru yang sifatnya sangat faal.

Kerusakan arteri pada aterosklerosis dapat dibagi kepada 3 tingkatan, yaitu :

a) Fatty Streak

Lesi ini mulai tumbuh pada masa kanak-kanak, makroskopik berbentuk bercak berwarna kekuningan, yang terdiri dari sel-sel yang disebut foam cells. Sel-sel ini ialah sel-sel otot polos dan makrofag yang mengandung lipid, terutama dalam bentuk ester kolesterol.

b) Fibrous plaque

(28)

c) Complicated lesion

Lesi ini merupakan bentuk lanjut dari atheroma, yang sertai kalsifikasi, nekrosis, trombosis dan ulserasi. Dengan membesarnya atheroma, dinding arteri menjadi lemah, sehingga menyebabkan okulusi arteri.

Proses terjadinya aterosklerosis dapat dilihat pada Gambar 2.1. Proses ini dimulai dengan masuknya LDL ke dalam bagian subendotelia (intima) dan selanjutnya LDL mengalami modifikasi (teroksidasi). Modifikasi LDL akan menstimulasi sel endotel untuk mensekresikan beberapa molekul adesi intracellular adhesion molecule (ICAM), vascular cell adhesion molecule (VCAM), monosit chemotactic protein-I (MCP-I), granulosit dan macrophage colony stimulating factor (MCSF). Molekul-molekul tersebut menyebabkan terjadinya adesi monosit pada endotel yang diikuti dengan kemotaksis kedalam subendotel dan terjadi aktivasi serta diferensiasi makrofag. Produk dari reaksi ini membuat komponen protein LDL lebih bermuatan negative, selanjutnya LDL yang telah teroksidasi sempurna oleh reseptor makrofag membuat sel busa (foam cell).

(29)

Gambar 2.1 : Proses Aterosklerosis

2.2.4 Manifestasi Klinis

Penyakit Jantung Koroner memberikan manifestasi klinis berupakan :

1. Angina pektoris

(30)

2. Angina Pektoris tidak stabil

Dikatakan Angina Pektoris tidak stabil bila nyeri timbul untuk pertama kali atau bila Angina Pektoris sudah ada sebelumnya namun menjadi lebih berat. Dan biasanya dicetuskan oleh faktor yang lebih ringin dibanding sebelumnya. Keadaan ini harus diwaspadai karena kelainan bias lanjut menjadi berat, bahkan menjadi Infark Miokard(MI). (Leonard S. Lilly, 2011)

3. Infark Miokard (MI)

a. Kerusakan otot jantung akibat blockade arteri koroner yang terjadi sevara total dan memdadak. Biasanya terjadi akibat rupture plak aterosklerosis di dalam arteri koroner.

b. Secara klinis MI ditandai dengan nyeri dada seperti pada Angina Pektoris, namun lebih berat dan langsung lebih lama sampai beberapa jam. Tidak seperti pada Angina Pektoris yang dicetuskan oleh latihan dan dapat hilang dengan pemakaian obat nitrat dibawah lidah, pada MI biasannya terjadi tanpa dicetuskan dengan latihan dan tidak hilang memakaian obat nitrat.

c. Kadang-kadang gejala bias berupa sesak napas, atau sinkop (Kehilangan Kesadaran).

d. Biasanya diserta komplikasi seperti : i. Gangguan Irama Jantung

ii. Renjatan Jantung (Shock Cardiogenic)

iii. Gagal Jantung Kiri, bahkan kematian mendadak (Sudden Death)

(31)

2.2.5 Diagnosis

Diagnosis Penyakit Jantung Koroner pada pasien Diabetes Melitus ditegakkan berdasarkan (Leonard S. Lilly, 2011):

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Pada pasien DM tipe-I, yang umumnya datang tanpa disertai factor-faktor risiko tradisional, lamanya menderita DM dapat dijadikan sebagai predictor penting untuk Penyakit Jantung Koroner. Karena DM tipe-I sering terjadi pada usia muda, Penyakit Jantung Koroner dapat terjadi pada usia antara 30-40tahun. Sebaliknya pada pasien DM tipe-II, sering disertai dengan berbagai factor risiko, dan Penyakit Jantung Koroner biasanya terjadi pada usia 50 tahun keatas. Seringkali, DM baru terdiagnosis pada saat pasien datang dengan keluhan angina, infark miokard atau payah jantung. Sedangkan pada pasien DM dengan Silent Myocardial Ishaemia atau Silent Myocardial Infarction (SMI), gejala yang timbul biasanya tidak khas seperti mudah capek, dyspnoe d’effort atau dyspepsia.

Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan Darah Rutin 2. Pemeriksaan KGD puasa 3. Pemeriksaan Profil Lipid

 Kolestrol Total, HDL dan LDL  Trigliserida

(32)

The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut (Mohd K. Ali,2009) :

1. Elektrokardiografi (EKG) dilakukan pemeriksaan awal terhadap setiap pasien Diabetes Melitus.

2. Uji latih (Treadmill test) dilakukan terhapad pasien DM dengan  Gejala-gejala angina pektoris

Dyspnoe d’effort  Gejala Gastrointestinal

 EKG istirahat menunjukan tanda-tanda iskemi atau MI  Disertai penyakit arteri perifer atau oklusi arteri karotis  Disertai adanya dua(2) atau lebih faktor-faktor

kardiovaskular sebagai berikut (David L.Coven,2013) :  Kolestrol Total ≥240 mg/dl

 Kolestrol LDL ≥160 mg/dl  Kolestrol HDL ≤35 mg/dl  Tekanan Darah >140/90 mmHg  Riwayat merokok

(33)

2.6 Angiografi Koroner

[image:33.612.101.539.384.537.2]

Angiografi merupakan suatu prosedur invasif yang paling sering dilakukan untuk melihat gambaran anatomi arteri koroner serta penyempitan lumen yang telah terjadi pada penderita PJK. Sering dilakukan untuk menilai luasnya stenosis dan dapat menggambarkan tingkat keparahan arteri koroner. Angiografi merupakan pemeriksaan gold standar. Angiografi hanya memberikan informasi tentang keadaan lumen arteri dan tidak dapat memberikan secara langsung komposisi plak serta perobahan plak dalam dinding arteri. Inflamasi erat hubungannya dengan kejadian rupture plak dan trombosis dibandingkan dengan adanya atau beratnya aterosklerosis dari hasil angiografi, sehingga derajat stenosis arteri koroner tidak berkaitan dengan resiko rupture. Derajat stenosis pada arteri koroner biasanya diukur dengan evaluasi visual dari persentasi pengurangan diameter relatif terhadap segmen normal yang berdekatan. (Rachel Hoad -Robson, 2013)

Gambar 2.2 : Cara tatalaksaan & gambaran stenosis pada Angiografi Koroner

(34)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-dua. DM terklasifikasi kepada DM tipe-1, DM tipe-2 dan Gestational Diabetic Mellitus (GDM). (Kumar, 2007)

Secara global, diabetes mellitus merupakan ancaman utama bagi kesehatan manusia. Jumlah penderita diabetes telah meningkat drastis sejak tahun 1985 dan tingkat kasus baru meningkat. Pada tahun 1985, diperkirakan 30 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes, pada tahun 2003, diperkirakan bahwa sekitar 194 juta orang menderita diabetes, dan angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi hampir 350 juta pada tahun 2025.

Prevalensi diabetes lebih tinggi di negara-negara berkembang daripada di negara-negara kembang, namun negara-negara berkembang akan menghadapi epidemi diabetes di masa depan. Peningkatan urbanisasi, westernisasi, dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang telah memberikan kontribusi terhadap kenaikan substansial dalam diabetes. Meskipun diabetes yang paling umum di kalangan orang tua di banyak populasi, tingkat prevalensi yang meningkat di kalangan penduduk muda di negara berkembang.

(35)

terbaru yang menemukan sekitar 65% pasien ACS adalah penderita DM tipe 1 dan 2. (Michael E. Farkouh, 2008)

Pada pasien DM, risiko menderita ACS adalah 3 hingga 4 kali. Kerusakan atau lesi pada arteri koroner karena hiperglikemia yang menyebabkan peningkatan fungsi koagulasi yaitu fungsi trombosit ditingkatkan, disfungsi endotel, faktor koagulasi yang abnormal. Apabila fungsi koagulasi meningkat menyebabkan terjadi plak-plak pada dinding pembulah darah. Pecahnya plak dan trombosis, ketika stres fisiologis (misalnya, trauma, kehilangan darah, anemia, infeksi, takiaritmia) meningkatkan tuntutan pada jantung. ACS mengacu pada spektrum presentasi klinis mulai dari yang untuk segmen ST elevasi miokard infark (STEMI) untuk presentasi yang ditemukan di non-ST-segmen elevasi miokard infark (NSTEMI) atau angina tidak stabil. Selain itu, dengan melakukan Angiogram Koroner dapat mengambarkan penyumbatan vaskularisasi koroner dan didapati pasien DM mempunyai penyumbatan vaskular lebih parah dibanding pasien non-DM.

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan menunjukkan, penyakit jantung memberikan kontribusi sebesar 19,8% dari seluruh penyebab kematian pada tahun 1993. Angka tersebut meningkat menjadi 24,4% pada tahun 1998 dan hasil SKRT pada tahun 2001, ACS telah menempati urutan pertama dalam deretan penyebab utama kematian di Indonesia.

(Suyono, 2009)

Laporan World Health Organization (WHO) memperkirakan 17,5 juta populasi meninggal akibat penyakit kardiovaskular pada tahun 2005, dimana angka tersebut mewaliki 30% dari seluruh kematian. Jikalau trends tersebut berlanjut, maka di tahun 2015 diperkirakan sekitar 20juta orang akan meninggal akibat penyakit kardiovaskular (khususnya penyakit jantung koroner). (WHO, 2008)

(36)

dilaporkan oleh Multiple Risk Factor Intervention Trails (MRFIT). Sejumlah observasi lainnya telah mengkonfirmasi risiko peningkatan PJK pada pasien dengan DM. Risiko relatif infark miokard (MI) sebesar 50% pada pria diabetes dan sebesar 150% pada wanita DM dibandingkan dengan pasien non-DM. (Jozo Boras, 2002)

Mengikut penelitian Sally M.Marshall dan kawan-kawan di Institute of Cellular Medicine, Newcastle University -Freeman Hospital, Newcastle didapati bahwa dalam penelitian mereka keparahan aterosklerosis pada pasien DM adalah 45% lebih parah dibandingkan non-DM pada kasus penyakit jantung koroner. (Sally, 2011)

(37)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah perbandingan lesi arteri koroner pada pasien pasca ACS dengan faktor risiko DM dan non-DM di RSUP H.Adam Malik, Medan?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbandingan lesi arteri koroner pasien pasca ACS dengan faktor risiko DM dan non-DM di RUSP H.Adam Malik, Medan.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui perbandingan lesi arteri koroner pasien pasca ACS dengan faktor risiko DM dan non-DM.

2. Mengetahui distribusi frekuensi usia pada penderita ACS di RSUP H.Adam Malik, Medan.

3. Mengetahui distribusi frekuensi jenis kelamin pada penderita ACS di RSUP H.Adam Malik, Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai gambaran keparahan lesi arteri koroner pasien pasca ACS dengan faktor risiko DM dan non-DM.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian lain yang ingin mengembangkan ilmu yang berkenaan.

(38)

PERBANDINGAN BERATNYA LESI ATERI KORONER PADA PASIEN PASCA ACUTE CORONARY SYNDROME DENGAN FAKTOR RISIKO

DIABETES MELITUS DAN NON-DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK PADA TAHUN 2012.

Abstrak

Pendahuluan: Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi ataupun kerja insulin. DM merupakan faktor resiko yang sangat kuat dalam perkembangan proses arterosklerosis terutama pada organ jantung. Pada pasien DM dengan kondisi hiperglikemia yang kronis akan menyebabkan proses inflamasi, gangguan metabolisme lipid, peningkatan fungsi koagulasi dan lain-lain, yang akhirnya menyebabkan pembentukan plak pada dinding pembuluh darah yang lebih berat.

Tujuan: Mengetahui perbandingan beratnya lesi arteri koroner pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan faktor resiko Diabetes Melitus dan non

Diabetes Melitus di RSUP. Haji Adam Malik pada tahun 2012.

Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik, dimana pengumpulan data rekam medik dilakukan dengan mengambil data

gambaran angiografi koroner pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) yang

dilakukan angiografi koroner di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2012.

Hasil: Persentasi penderita ACS dengan faktor risiko DM yang didapatkan score 3VD , 2VD dan 1VD masing masing sebanyak 42,7% , 33,3% dan 24% , Sedangkan pasien yang tidak punya faktor risiko DM adalah 8,7%, 17,3% dan 69,9%. Terlihat penderita dengan 3VD dan 2VD lebih banyak pada pasien dengan faktor risiko DM.

Kesimpulan: Penderita ACS dengan faktor risiko DM didapatkan lesi lebih berat dibandingkan pasien ACS yang tidak DM

(39)

Comparison the severity of coronary artery lesions in post-Acute Coronary Syndrome (ACS) patients with risk factor of Diabetes Mellitus and non-Diabetes

Mellitus at

RSUP. H. Adam Malik in 2012.  

Abstract

Foreword: Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disease with characteristic hyperglycaemia that occurs due to abnormal secretion or insulin action. DM is a strong risk factor in the development of atherosclerosis, especially in the heart. In diabetic patients with chronic hyperglycaemia conditions will lead to inflammatory processes, lipid metabolism disorders, coagulation function improvement etcetera, which eventually led to the formation of plaque on blood vessel walls.

Objective: Knowing the comparison of coronary artery lesions post-Acute Coronary Syndrome (ACS) patients with risk factors of Diabetes Mellitus and non-Diabetes Mellitus in RSUP. H. Adam Malik in 2012.

Method: Method used is a descriptive analytic study, where data collection from Acute Coronary Syndrome patient’s medical records at RSUP. H. Adam Malik Medan in 2012.

Result: The percentage of ACS patients with DM risk factors obtained scores 3VD, 2VD, 1VD respectively as 42.7%, 33.3% and 24% while patients with non-DM risk factors is 8.7%, 17.3% and 69.9%. This shown patient’s vessel scoring with 2VD and 3VD is in patients with risk factors for diabetes.

(40)

PERBANDINGAN BERATNYA LESI ARTERI KORONER PASIEN PACSA ACUTE CORONARY SYNDROME DENGAN FAKTOR RESIKO

DIABETES MELITUS DAN NON-DIABETES MELITUS DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2012

Oleh :

PAVIN VIKNESHWARAN A/L RAJAPAL 100100185

FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS SUMATERA UTARA

(41)

PERBANDINGAN BERATNYA LESI ARTERI KORONER PASIEN PACSA ACUTE CORONARY SYNDROME DENGAN FAKTOR RESIKO

DIABETES MELITUS DAN NON-DIABETES MELITUS DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Dianjukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

PAVIN VIKNESHWARAN A/L RAJAPAL 100100185

FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013

(42)

PERBANDINGAN BERATNYA LESI ARTERI KORONER PASIEN PASCA ACUTE CORONARY SYNDROME DENGAN FAKTOR RESIKO DIABETES MELITUS DAN NON-DIABETES MELITUS DI RSUP. H. ADAM MALIK PADA TAHUN 2012.

Nama : PAVIN VIKNESHWARAN A/L RAJAPAL

NIM : 100 100 185

Pembimbing Penguji I

(dr. Zainal Safri, Sp.PD,Sp.JP) (dr. Tetty Aman Nst, M.Med.Sc)

NIP : 196805041999031001

Penguji II

(dr. Fitriani Lumongga, Sp.PA)

Medan, 11 Januari 2014

Dekan FK USU

(Prof. Dr. Gontar A.Siregar, SpPD-KGEH)

(43)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul Perbandingan Beratnya Lesi Arteri Koroner Pasien Pasca Acute Coronary Syndrome dengan Faktor Resiko Diabetes Melitus dan Non-Diabetes Melitus di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2012. Dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk ini penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK USU.

2. Dr. Zainal Safri Sp.PD, Sp.JP selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesai dengan baik.

3. Seluruh staf pengajar FK USU yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan.

4. Kedua orang tua penulis, yang tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan. 5. Teman sejawat saya atas masukan dan bantuannya dalam pengambilan data

untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Serta semua pihak baik langsung mahupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

(44)

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mangharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis limiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 11 Januari 2014

Penulis

(45)

PERBANDINGAN BERATNYA LESI ATERI KORONER PADA PASIEN PASCA ACUTE CORONARY SYNDROME DENGAN FAKTOR RISIKO

DIABETES MELITUS DAN NON-DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK PADA TAHUN 2012.

Abstrak

Pendahuluan: Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi ataupun kerja insulin. DM merupakan faktor resiko yang sangat kuat dalam perkembangan proses arterosklerosis terutama pada organ jantung. Pada pasien DM dengan kondisi hiperglikemia yang kronis akan menyebabkan proses inflamasi, gangguan metabolisme lipid, peningkatan fungsi koagulasi dan lain-lain, yang akhirnya menyebabkan pembentukan plak pada dinding pembuluh darah yang lebih berat. Tujuan: Mengetahui perbandingan beratnya lesi arteri koroner pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan faktor resiko Diabetes Melitus dan non Diabetes Melitus di RSUP. Haji Adam Malik pada tahun 2012.

Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik, dimana pengumpulan data rekam medik dilakukan dengan mengambil data gambaran angiografi koroner pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) yang dilakukan angiografi koroner di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2012. Hasil: Persentasi penderita ACS dengan faktor risiko DM yang didapatkan score 3VD , 2VD dan 1VD masing masing sebanyak 42,7% , 33,3% dan 24% , Sedangkan pasien yang tidak punya faktor risiko DM adalah 8,7%, 17,3% dan 69,9%. Terlihat penderita dengan 3VD dan 2VD lebih banyak pada pasien dengan faktor risiko DM. Kesimpulan: Penderita ACS dengan faktor risiko DM didapatkan lesi lebih berat dibandingkan pasien ACS yang tidak DM

(46)

Comparison the severity of coronary artery lesions in post-Acute Coronary Syndrome (ACS) patients with risk factor of Diabetes Mellitus and non-Diabetes

Mellitus at

RSUP. H. Adam Malik in 2012.  

Abstract

Foreword: Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disease with characteristic hyperglycaemia that occurs due to abnormal secretion or insulin action. DM is a strong risk factor in the development of atherosclerosis, especially in the heart. In diabetic patients with chronic hyperglycaemia conditions will lead to inflammatory processes, lipid metabolism disorders, coagulation function improvement etcetera, which eventually led to the formation of plaque on blood vessel walls.

Objective: Knowing the comparison of coronary artery lesions post-Acute Coronary Syndrome (ACS) patients with risk factors of Diabetes Mellitus and non-Diabetes Mellitus in RSUP. H. Adam Malik in 2012.

Method: Method used is a descriptive analytic study, where data collection from Acute Coronary Syndrome patient’s medical records at RSUP. H. Adam Malik Medan in 2012.

Result: The percentage of ACS patients with DM risk factors obtained scores 3VD, 2VD, 1VD respectively as 42.7%, 33.3% and 24% while patients with non-DM risk factors is 8.7%, 17.3% and 69.9%. This shown patient’s vessel scoring with 2VD and 3VD is in patients with risk factors for diabetes.

(47)

Halaman

Halaman Persetujuan... i

Kata Pengantar... ii

Abstrak……….. iv

Daftar Isi... vi

Daftar Gambar... viii

Daftar Tabel... viii

Daftar Singkatan... ix

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Diabetes Melitus... 5

2.1.1 Definisi Diabetes... 5

2.1.2 Faktor-faktor penyebab Diabetes... 6

2.1.3 Komplikasi Diabetes menyebabkan Penyakit Jantung Koroner (PJK)... 6 2.2 Acute Coronary Syndrome (ACS)... 7

2.2.1 Definisi Acute Coronary Syndrome (ACS)... 7

2.2.2 Faktor-faktor penyebab terjadinya ACS... 7

(48)

2.2.4 Manifestasi Klinis... 10

2.2.5 Diagnosis... 12

2.3 Angiografi Koroner... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 15 3.1 Kerangka Konsep... 15

3.2 Definisi Operasional... 15

3.2.1 Kriteria Inklusif dan Ekskusif... 16

3.2.2 Cara Ukuran... 17

3.2.3 Alat Ukuran... 17

3.2.4 Skala Ukuran... 17

3.3 Hipotesis... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN... 19

4.1 Rancangan Penelitian... 19

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 19

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 19

4.4 Teknik Pengumpulan Data... 20

4.5 Pengolahan dan Analisa Data... 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 21

5.1 Hasil Penelitian... 21

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 21

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden... 21

(49)

BAB 6 KESIMPULAN DAN

SARAN... 29

6.1 Kesimpulan... 29

6.2 Saran... 29

DAFTAR PUSTAKA... 30

(50)

DAFTAR GAMBAR Nomo

r Judul Halaman

2.1 Proses

Arterosklerosis... 10 2.2 Cara tatalaksanaan & gambaran stenosis pada Angiografi

koroner...

... 14

5.1 Krosstabulasi pasien ACS dengan riwayat DM dan

Non-DM berdasarkan Vessel

Score... 26

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1 Frekuensi Penderita ACS berdasarkan Jenis

Kelamin... 22

5.2 Frekuensi Penderita ACS berdasarkan

Umur………... 22

5.3 Krosstabulasi Kelompok Usia dengan Jenis

Kelamin... 23

5.4 Frekuensi Penderita ACS berdasarkan Riwayat

DM... 24

5.5 Frekuensi Penderita ACS berdasarkan Riwayat

Merokok…... 24

5.6 Frekuensi Penderita ACS berdasarkan Riwayat

Obesitas…… 25

5.7 Krosstabulasi pasien ACS dengan riwayat DM dan

Non-DM berdasarkan Vessel

(51)
(52)

DAFTAR SINGKATAN

DM : Diabetes Melitus

NonDM : Non-Diabetes Melitus

ACS : Acute Coronary Syndrome

DM tipe-I : Diabetes Melitus Tipe-I

DM tipe-II : Diabetes Melitus Tipe-II

GDM : Gestational Diabetes Melitus

CHD : Coronary Heart Disease

AHA : American Heart Association

STEMI : ST Elevasi Miokard Infark

NSTEMI : Non ST Elevasi Miokard Infark

WHO : World Health Organization

PJK : Penyakit Jantung Koroner

DNA : Deoxyribonucleic acid

NO : Nitrat Oksida

PKC : Protien Kinase-C

DAG : Diacylglycerol

PAI-1 : Plasminogen Activator Inhibitor-1

LDL : Low Density Lipoprotein

HDL : High Density Lipoprotein

KGD : Kadar Gula Darah

IGF : Insulin Like Growth Factor

mRNA : messenger Ribonucleic acid

(53)

SOD : Super Oxide Dismutase

AGEs : Advanced Glycosylation Endproducts

PDGF : Platelet Derived Growth Factor

PAF : Platelet Activation Factor

GMCSF : Granulocyte/Monocyte Colony Stimulating Factor

TGF-α : Transforming Growth Fator-α

TNF : Tumor Necrosis Factor

Apo : Apolipoprotien

VLDL : Very Low Density Lipoprotien

GPx : Glutathione Peroxidase

MI : Miokard Infark

mg/dL : milligram per desiliter

Gambar

Tabel 5.1 Frekuensi ACS berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.3 Krosstabulasi Kolompok Usia dengan Jenis Kelamin
Tabel 5.4 Frekuensi Penderita ACS Berdasarkan Riwayat Diabetes Melitus
Tabel 5.6 Frekuensi Penderita ACS Berdasarkan Riwayat  Obesitas
+4

Referensi

Dokumen terkait

Analisis rasio laporan keuangan adalah suatu metode yang digunakan oleh pihak - pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk mengevaluasi kondisi dan kinerja masa

Penulisan ini dibatasi pada prinsip kerja suatu rangkaian baik secara diagram blok atau secara detail, cara pengujian dan cara kerja alat serta landasan teori dari

Pembangkit Frekuensi (Frequency Generator).

Aplikasi ini menggunakan elemen-elemen multimedia yaitu gambar, teks, suara, dan animasi kedalam suatu bentuk aplikasi yang diharapkan mudah digunakan oleh siapa saja dan

Kuadran ini dicirikan oleh ekspektasi growth yang tinggi dan readiness yang baik antara strategi dengan kinerja. Perusahaan-perusahaan yang berada pada kuadran ini pada umumnya

Bagi penyedia yang keberatan dengan penetapan ini, dipersilahkan untuk

In this paper, the investigation of the influence of TQM on manufacturing plant performance is a function of four areas management practices within the TQM system

Demikian disampikan, atas perhatiannya diucapkan