• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2000-2012 Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2000-2012 Oleh"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI LAMPUNG

TAHUN 2000-2012

Oleh

CLAUDYA PHYLOSA WIJAYA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis upah minimum provinsi, produk domestic regional bruto dan investasi swasta secara parsial serta secara bersama-sama. Data yang digunakan adalah data runtun waktu tahun 2000-2012, dengan menggunakan model regresi berganda dengan pendekatan metode Ordinary Least Square (OLS), hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa secara parsial Upah MinimumProvinsi,PDRB dan investai swasta berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan

perhitungan elastisitas penyerapan tenaga kerja, diperoleh hasil variabel Upah MinimumProvinsi sebesar -0,84%, variabel PDRB sebesar 2,04%, dan variabel investasi swasta sebesar 0,16%.

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS PF FACTOR AFFECTING LABOR ABSORPTION IN THE PROVINCE OF LAMPUNG 2000-2012

By

CLAUDYA PHYLOSA WIJAYA

The purpose of this study is to investigate and analyze the provincial minimum wage, gross regional domestic product and private investment as well as the partially together. The data used are time series data years 2000-2012, using a multiple regression model approach Ordinary Least Square method (OLS), the results of this study indicate that partial MinimumProvinsi wages, GDP and private investment effect on employment. Based on the calculation of elasticity of employment, wages MinimumProvinsi variable results obtained by -0.84%, the variable GDP of 2.04%, and variable private investment by 0.16%.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 2 Desember 1992 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Rudi Kuswanto dan Yovi Rosita.

Penulis mulai mengenyam pendidikan formal pada TK Kartika II-25. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SD Kartika II-5 Lulus pada tahun 2004 dan melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 25 Bandar Lampung. Setelah lulus tahun 2007 lalu melanjutkan bersekolah di SMA Negeri 1 Bandar Lampung dan menyelesaikannya tahun 2010. Di tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur PKAB dan menjalani akivitas sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Pada tahun 2013, penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di desa Bandar Sari Kabupaten Way Kanan. Pada tahun 2013, penulis mengikuti KKL (Kuliah Kunjung Lapangan) di Bappenas, Bank Indonesia dan Badan Kebijakan Fiskal.

(8)

MOTO

Allah SWT mencintai orang yang serius dalam doanya.

Seseorang semakin serius dalam doanya, maka Allah SWT

semakin cinta kepadanya. Memberikan apa yang dimintanya,

dan mendekatkan kepadanya”

(Ibnu Qoyyum- Al jauziyyah)

“Dream, Faith, Fight”

(5cm)

Do the best and just be yourself

(Claudya Phylosa Wijaya)

Peliharalah kebaikan hatimu sepanjang perjalanan naik

kehidupanmu

(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur pada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas rahmat dan nikmat yang luar biasa.

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasullah Muhammad SAW. Dengan ketulusan ku persembahan karyaku ini kepada:

Orangtuaku tercinta papa Rudi Kuswanto dan mama Yovi Rosita yang tak pernah henti-hentinya memberikan dukungan, mengajari, menemani, dan mendoakan yang terbaik untuk saya. Serta pengorbanan yang tanpa pamrih, Semoga aku bisa

hebat seperti kalian kalian.

Abang dan adik ku tersayang, Boengky Pramudya Wijaya dan Charlo Wellemtio Wijaya yang selalu memberiku semangat, dukungan serta doa.

Untuk impianku, cita-citaku, serta masa depanku kelak.

(10)

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat meneylesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga di

Provinsi Lampung tahun 2000-2012” skripsi ini disusun sebagai syarat yang harus ditempuh untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Keberhasilan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan motivasi berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan dan Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 3. Bapak Dr.Saimul, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah

banyak memberikan saran, perhatian, bimbingan dan motivasinya hingga skripsi ini selesai. Semoga Allah membalas semua kebaikkan bapak. 4. Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.Sc selaku pembimbing pendamping yang telah

(11)

penyelesaian skripsi ini, dan semoga Allah membalas segala jasa-jasa bapak. 6. Bapak Ambya, S.E., M. Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan doa dan dukungan selama penulisan skripsi ini. 7. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama ini. 8. Seluruh pegawai jurusan Ekonomi Pembangunan (Mas Kuswara, Ibu

Mardiana, Ibu Yati, Pakde, dll) serta para pegawai Fakultas Ekonomi. 9. Staf badan Pusat Statistik Provinsi Lampung yang telah membantu dalam

proses pembuatan skripsi ini.

10. Staf Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Lampung yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.

11. Staf Badan Disnakertrans Provinsi Lampung yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.

12. Kedua orang tuaku yang sangat kukasihi, papa Rudi Kuswanto dan mama Yovi Rosita, yang tak pernah henti-hentinya memberikan dukungan serta doa. Kalian merupakan pendorong bagi penulis untuk dapat mengejar cita-cita, masa depan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

13. Abang dan adikku tersayang Boengky Pramudya Wijaya dan Charlo

Wellemtio Wijaya yang selalu memberikan penulis motivasi, semangat, doa serta selalu memberikan contoh yang terbaik bagi penulis.

(12)

terima kasih untuk dukungan, motivasi, semangat, dan doa selama ini. Semoga segala kebaikkan yang telah diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT. 16. Seluruh teman-teman Ekonomi Pembangunan 2010 Astri, Tika, Desitarani,

Imaniar, Hasti, Lutfida, Dinasty, Dhani, Desta, Chairunnisa, Tetik, Ridwan, Deni Septandi, Brama Novta, Andhyka Rizki. Dan teman-taman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Saya ucapkan terima kasih atas pertemanan dan dukungan kalian selama ini.

17. Teman-teman sebimbingan Tut Wuri, Sonia, Shinta, dan Dina Ariyanti terima kasih untuk dukungan, motivasi, dan kerjasama kalian selama ini.

19. Kakak-kakak tingkat Ekonomi Pembangunan Mba Etry, Mba nella, Mas Yudha terima kasih untuk dukungan dan bantuan kalian selama ini. 20. Teman-teman Mohicans Softball Baseball Club Mba yusi, Mba yaik, Mba

Ivana, Mba tiya, Ira, Riri, Neno, kak Welly, Kak Yuno, Mbol, Mukfilyance, Yuza. Terima kasih untuk dukungan dan persaudaraan selama ini.

21. Terima kasih kepada yang terkasih, Mbuk dan Nenek, seandainya kalian masih ada dan bisa melihat saya memakai baju toga saat ini. Semoga kalian tenang disana.

22. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

(13)

penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca lain pada umumnya. Penulis mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dalam penulisan ini. Mudah-mudahan segala keterbatasan ini merupakan dorongan bagi penulis untuk dapat memberi karya yang lebih baik.

Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis

(14)

DAFTAR TABEL……… i

DAFTAR GAMBAR………... ii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang……… 1

B. Rumusan Masalah……… 12

C. Tujuan Penelitian………. 12

D. Kerangka Pemikiran………. 13

E. Hipotesis……….. 15

F. Ruang Lingkup Penelitian……… 15

G. Sistematika Penulisan………... 17

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tenaga Kerja……… 18

B. Kesempatan Kerja……….. 21

C. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja………. 22

D. Penyerapan Tenaga Kerja………... 25

E. Teori Ketenagakerjaan……… 28

F. Upah Minimum……….………. 30

G. Produk Domestik Regional Bruto………..………. 37

H. Investasi……….. 40

I. Penelitian Terdahulu……… 43

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data……… 48

B. Metode Pengumpulan Data………. 48

(15)

F. Uji Asumsi Klasik……… 52

1. Uji Normalitas………. 52

2. Uji Heteroskedastisitas……… 53

3. Uji Autokorelasi……….. 54

4. Uji Multikolinieritas………. 55

G. Pengujian Hipotesis………... 56

1. Uji t………. 56

2. Uji f……… 57

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Estimasi Ordinary Least Square (OLS)……….. 59

B. Uji Asumsi Klasik……… 60

1. Hasil Uji Asumsi Normalitas………. 60

2. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas………..………. 61

3. Hasil Uji Asumsi Heteroskedaltisitas...………. 62

4. Hasil Uji Asumsi Autokorelasi………... 63

C. Pengujian Hipotesis……….. 64

1. Hasil Uji t……… 64

2. Hasil Uji F……….. 65

D. Pembahasan Hasil Penelitian……… 66

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. 71

B. Saran………... 71 DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Lampung……… 6

2. Upah Minimum Provinsi Lampung……….. 8 3. Penelitian Terdahulu………. 43

4. Nama Variabel, Simbol, Satuan Pengukuran dan Sumber Data……... 49

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Pertumbuhan Nilai Produk Domestik Regional Bruto

Provinsi Lampung Tahun 2001-2012………. 9

2. Perkembangan PMA dan PMDN Provinsi Lampung pada Tahun 2001-2012……… 10

3. Kerangka Pemikiran………. 14

4. Kurva Permintaan Tenaga Kerja………. 23

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Perluasan penyerapan tenaga kerja diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk usia muda yang masuk ke pasar tenaga kerja. Ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan lapangan kerja akan menyebabkan tingginya angka pengangguran (Dimas dan Woyanti, 2009).

Penyerapan tenaga kerja dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan pembangunan suatu daerah, dengan maksud bahwa penyerapan tenaga kerja mendukung

keberhasilan pembangunan nasional secara keseluruhan. Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam usaha memajukan

(19)

sumber daya untuk menjalankan proses produksi serta distribusi barang dan jasa, dan tenaga kerja sebagai sasaran untuk menghidupkan dan mengembangkan pasar. Kedua fungsi tersebut memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus dalam jangka panjang, atau dapat dikatakan bahwa tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan (Suroto, 1992).

Salah satu tema utama bidang ketenagakerjaan adalah penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu indikator untuk menilai

keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. Penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adalah pendapatan nasional, tingkat investasi, dan upah tenaga kerja. Perubahan pada faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja. Adanya penyerapan tenaga kerja ini memberikan peluang bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi yang menjadi sumber pendapatan sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Penyerapan tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai permintaan terhadap tenaga kerja di pasar tenaga kerja (demand for labour force), oleh karena itu penyerapan tenaga kerja sama dengan jumlah lowongan kerja yang tersedia di dunia kerja, maka semakin meningkat kegiatan pembangunan akan semakin banyak penyerapan tenaga kerja yang tersedia (Roni, 2010).

Kaum klasik seperti Adam Smith, David Ricardo dan Thomas Robert Malthus berpendapat bahwa selalu ada perlombaan antara tingkat perkembangan output dengan tingkat perkembangan penduduk yang akhirnya dimenangkan oleh perkembangan penduduk. Karena penduduk juga berfungsi sebagai tenaga kerja, maka akan terdapat kesulitan dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Jika

(20)

kesejahteraan bangsanya. Tetapi jika tidak memperoleh pekerjaan berarti mereka akan menganggur, dan justru akan menekan standar hidup bangsanya menjadi lebih rendah (Irawan dan Suparmoko, 2002).

Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas namun jauh lebih serius dengan penyebab yang berbeda-beda. Pada dasawarsa yang lalu, masalah pokoknya tertumpu pada kegagalan penciptaan lapangan kerja yang baru pada tingkat yang sebanding dengan laju pertumbuhan output industri. Seiring dengan berubahnya lingkungan makro ekonomi mayoritas negara-negara berkembang, angka

pengangguran yang meningkat pesat terutama disebabkan oleh ”terbatasnya

permintaan” tenaga kerja, yang selanjutnya semakin diciutkan oleh faktor-faktor eksternal seperti memburuknya kondisi neraca pembayaran, meningkatnya masalah utang luar negeri dan kebijakan lainnya, yang pada gilirannya telah mengakibatkan kemerosotan pertumbuhan industri, tingkat upah, dan akhirnya, penyedian lapangan kerja (Todaro, 2000).

Semakin besar kesempatan kerja bagi tenaga kerja maka kemajuan kegiatan ekonomi masyarakat akan semakin baik, dan sebaliknya. Di sisi lain,

meningkatnya jumlah angkatan kerja dalam waktu yang cepat dan jumlah yang tinggi, sementara kesempatan kerja yang tersedia sangat terbatas akan

(21)

meningkatkan kesempatan kerja untuk mengurangi jumlah pengangguran yang berimplikasi terhadap lambatnya laju pertumbuhan ekonomi, mengingat semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja baru yang memasuki pasar kerja (Roni, 2010).

Pasar tenaga kerja, seperti pasar lainnya dalam perekonomian dikendalikan oleh kekuatan penawaran dan permintaan, namun pasar tenaga kerja berbeda dari sebagian besar pasar lainnya karena permintaan tenaga kerja merupakan tenaga kerja turunan (derived demand) dimana permintaan akan tenaga kerja sangat tergantung dari permintaan akan output yang dihasilkannya (Mankiw, 2000). Dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa, tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi tersebut. Dengan menelaah hubungan antara produksi barang-barang dan permintaan tenaga kerja, akan dapat diketahui faktor yang menentukan upah keseimbangan.

Kebijakan upah minimum merupakan sistem pengupahan yang telah banyak diterapkan di beberapa negara, yang pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk

(22)

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/1999, upah minimum didefinisikan sebagai

” Upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap”

Pembahasan mengenai upah terutama upah minimum sering terjadi perdebatan, dimana kebanyakan para ekonom menyatakan bahwa kebijakan peningkatan upah minimum sering menyebabkan terjadinya pengangguran untuk sebagian pekerja. Dapat diketahui hubungan upah dengan penyerapan tenaga kerja memiliki dua sisi yaitu kenaikan upah dapat menurunkan penyerapan tenaga kerja dan kenaikan upah juga dapat menaikkan penyerapan tenaga kerja. Apabila melihat upah dari sisi demand maka akan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja dan apabila melihat upah dari sisi supply maka akan berpengaruh positif bagi

penyerapan tenaga kerja.

Masalah kependudukan yang meliputi jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi, tetapi dapat pula beban dalam proses pembangunan jika berkualitas rendah.

(23)

kilometer persegi, bahkan Kabupaten lampung Barat baru mencapai 86 jiwaper kilometer persegi.

Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan ekonomi khususnya dalam upaya pemerintah daerah mengurangi jumlah

penduduk miskin. Dalam penyajian data ketenagakerjaan, Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung menggunakan batasan umur 15 tahun ke atas dari semua penduduk dan dikenal dengan istilah penduduk usia kerja di Provinsi Lampung.

Tabel 1. Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Lampung ( Dalam Juta Jiwa)

Tahun Penduduk Usia

(24)

Tabel 1 menunjukkan penduduk Provinsi Lampung tahun 2001 berjumlah

6.724.052 jiwa terdiri dari 3.731.869 jiwa angkatan kerja, sedangkan penyerapan tenaga kerja berjumlah 3.466.784 jiwa, sehingga tingkat pengangguran yang terjadi berjumlah 265.085 jiwa. Pada tahun 2004 jumlah penduduk meningkat menjadi 6.915.95 jiwa, jumlah penduduk yang meningkat juga diiringi jumlah penyerapan tenaga kerja yang meningkat yaitu sebanyak 3.947.383 jiwa, walaupun jumlah penyerapan tenaga kerja meningkat tetapi jumlah penduduk yang menganggur tidak mengalami pengurangan, jumlah pengangguran pada tahun 2004 sebanyak 355.740 jiwa. Pada tahun 2011 jumlah penduduk di Provinsi Lampung meningkat menjadi 7.691.007 jiwa, pada tahun 2011 penyerapan tenaga kerja juga mengalami peningkatan yaitu menjadi 3.547.030 jiwa, jumlah penduduk yang meningkat dan penyerapan tenaga kerja yang meningkat ternyata mampu mengurangi tingkat pengangguran di Provinsi Lampung, jumlah

pengangguran pada tahun 2011 menjadi 214.591 jiwa. Jumlah penduduk pada tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu menjadi 7.691.097 jiwa. Pada tahun 2012 angkatan kerja yang tersedia berjumlah 3.632.415 jiwa. Jumlah penyerapan tenaga kerja pada tahun 2012 ternyata lebih besar dibandingkan tahun 2011, yaitu sebesar 3.616.574 jiwa. Meskipun jumlah penyerapan tenaga kerja pada tahun 2012 lebih besar dibandingkan tahun 2011, tetapi jumlah pengangguran pada tahun 2012 lebih besar dibandingkan tahun 2011 yaitu berjumlah 215.841 jiwa.

(25)

dalam melakukan permintaan terhadap tenaga kerja. Ketika upah minimum meningkat para pengusaha umumnya akan melakukan substitusi terhadap tenaga kerja. Seperti halnya ketika upah minimum naik maka para pengusaha lebih memilih untuk mempekerjakan pekerja yang ada dari pada menambah pekerja baru.

Tabel 2: Besarnya kebutuhan Hidup Minimum (KHM) Pekerja dan Penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) Lampung 2001-2012 (rupiah)

2001 260.685 240.000 No.G/388/B.VII/HK/2001 Tanggal 22 Desember 2001

2002 325.000 310.000 No.G/346/B.VII/HK/2002 Tangga 22 November 2002

2003 403.000 350.000 No.G/002/B.VII/HK/2003 Tanggal 2 Januari 2003

2004 377.500 377.500 No.G/379/B.VIII/HK/2003 Tanggal 23 Desember 2003

2005 399.456 405.000 No.G/407/B.VII/HK/2004 Tanggal 15 Desember 2004

2006 589.540 505.000 No. G/473/B.VII/HK/2005 tanggal 31 Desember 2005

2007 554.21 555.000 No.G/515/B.VII/HK/2006 Tanggal 29 Desember 2006

2008 650.000 617.000 No.G/617/B.VII/HK/2007/Tanggal 17 Desember 2007

2009 805.308 691.000 No.G/652/B.VII/HK2008/Tanggal 17 Desember 2008

2010 861.340 767.500 No.G/681/III.05/HK/2009/Tanggal 19 November 2009

2011 897.600 855.000 No.G/682/III.05/HK/2010/Tanggal 29 Desember 2010

2012 1.008.109 975.000 No.G

/757/III.05/HK/2011/Tanggal 29 Desember 2011

Sumber: BPS Provinsi lampung, 2013

(26)

masyarakat Provinsi Lampung. Pada tahun 2012 pemerintah provinsi lampung menetapkan UMP sebesar Rp 1.150.000. Dengan jumlah UMP yang ditetapkan maka akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga di Provinsi Lampung.

Pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru ternyata tidak mampu merealisasikan harapan. Tambahan tenaga kerja yang terserap relatif kecil angka penganguran masih saja tinggi. Hal ini terjadi antara lain karena adanya pengaruh serikat kerja dan intervensi pemerintah dalam penentuan upah minimum. Sebab lain adalah banyaknya pencari kerja dengan tingkat pendidikan tertentu tidak sesuai dengan yang dibutuhkan pasar kerja. Kondisi ideal dari pertumbuhan ekonomi terhadap pertumbuhan tenaga kerja adalah ketika pertumbuhan ekonomi mampu mempengaruhi pertumbuhan tenaga kerja secara lebih besar .

Sumber: BPS, Provinsi Lampung, 2013

Gambar 1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung Tahun

Dasar 2000 (Dalam Juta Rupiah).

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 201

1

2012

(27)

Dapat dilihat pada Gambar 1 berdasarkan perhitungan PDRB Provinsi Lampung dengan tahun dasar 2000, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja untuk

memenuhi kebuthan pasar dibidang produksi.

(28)

Sumber: BPMD Provinsi Lampung, 2013

Gambar 2. PMA dan PMDN Provinsi Lampung pada tahun 2001-2012

Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan PMA dan PMDN di Provinsi Lampung berfluktuatif. Pada tahun 2003 sampai tahun 2006 PMDN mengalami peningkatan, namun pada tahun 2007 sampai 2009 mengalami penurunan,di tahun 2010 kembali mengalami kenaikan tetapi mengalami

penurunan kembali pada tahun 2010 dan kembali naik pada tahun 2011 dan 2012. Begitu pula dengan PMA yang berfluktuatif setiap tahunnya. Dinamika

penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, juga mencerminkan naik turunnya pembangunan ekonomi.

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja telah banyak dilakukan, salah satunya yang dilakukan oleh Akmal Roni (2010), hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDRB secara signifikan

berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan PDRB akan mempengaruhi peningkatan penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus. Variabel UMP secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan UMP akan mempengaruhi peningkatan penyerapan tenaga kerja, ceteris

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

PMA (US$)

(29)

paribus. Variabel investasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan investasi akan mempengaruhi peningkatan penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1.Bagaimana UMP berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung?

2.Bagaimana PDRB berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung?

3.Bagaimana investasi swasta berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukan nya penelitian ini adalah;

1.Untuk menganalisis pengaruh upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung.

(30)

terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung.

3.Untuk menganalisis pengaruh investasi swasta terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung.

D. Kerangka Pemikiran

Pengangguran merupakan problema yang sulit dipecahkan hingga kini pada negara yang sedang berkembang, Masalah dalam ketenagakerjaan menjadi salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan. Salah satunya yang terjadi di Provinsi Lampung. masalah ketenagakerjaan ini membuat

ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat disediakan setiap tahunnya.

Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran.

Pemerintah sebagai salah satu instansi yang bertugas sebagai pemecah masalah harus mampu mengatasi hal tersebut.

(31)

Permasalahan ketenagakerjaan merupakan masalah bagi suatu daerah yang jumlah pertumbuhan penduduknya tinggi tetapi tidak diimbangi dengan perluasan penyerapan tenaga kerja. Karena dengan persentase tingkat penyerapan tenaga kerja rendah maka semakin banyak penduduk yang menganggur namun sebaliknya bila tingkat presentase penyerapan tenaga kerja tinggi maka tingkat atau jumlah orang yang menganggur akan berkurang. Bila seperti itu maka perekonomian dalam suatu daerah dapat dikatakan baik.

Hal ini dapat terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang tidak secepat dengan laju pertumbuhan penduduk. Sehingga antara UMP, PDRB, dan investasi swata berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung adapun pemikiran penelitian disajikan pada gambar 3:

Gambar 3: Kerangka Pemikiran

Bidang Ketenagakerjaan

Faktor-Faktor Penyerapan Tenaga

UMP PDRB IS

(32)

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1.Diduga Upah minimum berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

2.Diduga Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

3. Diduga Investasi swasta berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

F.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja

Jumlah penyerapan tenaga kerja dalam hal ini adalah jumlah tenaga kerja yang terserap di Provinsi Lampung pada tahun 2000-2012 yang terserap pada pasar tenaga kerja dengan berbagai tingkat upah. 2. Upah Minimum Provinsi

(33)

3. Produk Domestik Regional Bruto

PDRB merupakan penjumlahan dari semua barang dan jasa atau semua nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam waktu tertentu. PDRB yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB di Provinsi Lampung atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha antara tahun 2000-2012 .

4. Investasi Swasta

Investasi asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk investasi, yaitu investasi portofolio dan investasi langsung. Investasi portofolio dilakukan melalui pasar modal dengan instrument surat berharga seperti saham dan obligasi. Investasi langsung yang dikenal dengan PMA merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisi perusahaan.

keseluruhan nilai realisasi investasi yang memperoleh fasilitas dari pemerintah berupa PMA dan PMDN yang dilakukan Provinsi Lampung dalam kurun waktu 2000-2012. Dalam hal ini PMA yaitu perusahaan asing yang ada di Provinsi Lampung dan juga PMDN yaitu peerusahaan-perusahaan milik pemerintah di Provinsi Lampung. G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari :

(34)

Bab II : Tinjauan pustaka yang berisi tujuan teoritis dan tinjauan empiris yang relevan dalam penulisan skripsi ini.

Bab III : Metode penelitian yang terdiri dari tahapan penelitian, sumber data, batasan peubah variabel, dan metode analisis Bab IV : Hasil perhitungan dan pembahasan

Bab V : Kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA

(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tenaga Kerja

1. Pengertian Tenaga Kerja

Menurut pendapat Simanjuntak (1985), tenaga kerja adalah penduduk yang berumur diatas 10 tahun atau lebih. Memang di setiap negara batasan umur tenaga kerja berbeda-beda. Contohnya di India, tenaga kerja adalah penduduk yang berumur antara 14 sampai 60 tahun. Selain golongan umur tersebut dianggap bukan tenaga kerja. Di Indonesia tidak ada batasan umur maksimal karena di Indonesia tidak ada jaminan sosial nasional. Memang ada sebagian penduduk yang menerima tunjangan di hari tua tapi jumlah hanya sedikit, yaitu pegawai negeri dan sebagian kecil pegawai swasta.

Menurut pendapat Suparmoko (2002), tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara dalam

memproduksi barang atau jasa, tenaga kerja yang dalam usia kerja yaitu antara 15-64 tahun.

Tiga golongan yang disebut pencari kerja, bersekolah, dan mengurus rumah tangga walaupun tidak sedang bekerja mereka dianggap secara fisik maupun sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Secara praktisi pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya dibatasi oleh umur. Dimana tiap-tiap negara

(36)

Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur dan mereka yang sedang mencari pekerjaan.

Kebutuhan tenga kerja sangat penting dalam masyarakat karena merupakan salah satu faktor potensial untuk pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Tenaga kerja menjadi sangat penting peranannya dalam pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan karena dapat meningkatkan output dalam perekonomian berupa produk domestik regional bruto (PDRB). Karena jumlah penduduk semakin besar maka semakin besar juga angkatan kerja yang akan mengisi produksi sebagai input.

2. Pengertian Angkatan kerja

Angkatan kerja adalah mereka yang aktif dalam kegiatan menghasilkan barang atau jasa serta mereka yang siap bekerja dan sedang berusaha untuk mencari pekerjaan.

(37)

Definisi lain tentang angkatan kerja menyebutkan bahwa, angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sebenarnya terlibat dalam kegiatan yang produktif, yaitu yang menghasilkan barang dan jasa, termasuk mereka yang berusaha untuk terlibat dalam kegiatan tersebut. Selain itu masih ada arti lain yang menyebutkan bahwa setiap orang yang masih mampu menghasilkan barang atau jasa merupakan angkatan kerja meskipun telah melewati batas usia yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau instansi baik pemerintah maupun swasta dan termasuk usia pensiun.

Pertumbuhan angkatan kerja dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu struktur umur penduduk dan tingkat partisipasi angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja dalam suatu negara atau suatu daerah sewaktu-waktu tergantung dari jumlah penduduk usia kerja. Perbandingan antara angkatan kerja dan bukan angkatan kerja dalam usia kerja ini disebut tingkat partisipasi kerja (Mulyani,2010)

Lalu kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lainnya yang menerima pendapatan. Sewaktu-waktu ketiga golongan tersebut dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Maka dari itu kelompok ini disebut sebagai angkatan kerja potensial. Selain kelompok di atas masih ada yang disebut dengan pengangguran.

(38)

berbagai macam kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.

B. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada suatu instansi. Kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja yang tersedia apabila lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang tersedia. Kebijaksanaan Negara dalam kesempatan kerja meliputi upaya-upaya untuk mendorong pertumbuhan dan perluasan lapangan kerja di setiap daerah, serta perkembangan jumlah dan kualitas angkatan kerja yang tersedia agar dapat memanfaatkan seluruh potensi pembangunan di daerah masing-masing. Penciptaan kesempatan kerja adalah langkah yang tepat, mengingat penawaran tenaga kerja yang lebih tinggi dari permintaannya. Kelebihan tenaga kerja yang lebih tinggi dari permintaannya. Kelebihan tenaga kerja ini biasanya merupakan tenaga kerja tidak ahli, sehingga perlu kiranya perluasan investasi pada proyek-proyek padat karya, bukan pada perkembangan sektor kapitalis dengan ciri utama padat modal sebagai hasil dari pilihan strategi pembangunan yang mendahulukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

1. Perkiraan Kesempatan Kerja

(39)

kuantitas, maupun dalam kualitas. Daya serap tersebut berbeda secara sektoral dan menurut penggunaan teknologi. Sektor kegiatan yang dibangun dengan cara padat karya pada dasarnya dapat menciptakan kesempatan kerja yang relatif besar dan tidak terlalu terikat kepada persyaratan keterampilan yang tinggi. Sebaliknya sektor atau subsektor yang dibangun dengan cara padat modal menimbulkan kesempatan kerja yang relatif sedikit, akan tetapi dengan tenaga yang berketerampilan cukup tinggi. Perkiraan daya serap tenaga kerja tiap sektor dan subsektor serta persyaratan kualifikasi yang diperlukan sangat penting dalam memperkirakan kesempatan kerja.

C. Permintaan dan PenawaranTenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja berarti hubungan antara tingkat upah dan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki oleh pengusaha untuk dipekerjakan, ini berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang karena barang itu nikmat (utility) kepada si pembeli. Sementara pengusaha mempekerjakan seseorang karena memproduksikan barang untuk dijual kepada masyarat konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksinya. Permintaan tenaga kerja seperti

disebut “derived demand” (Simanjuntak, 2002).

(40)

Upah

W E

D

O L Penawaran, permintaan Gambar 4. Kurva Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Sumber: Simanjuntak, 2002

Permintaan tenaga kerja adalah teori yang menjelaskan seberapa banyak suatu lapangan usaha akan mempekerjakan tenaga kerja dengan berbagai tingkat upah pada suatu periode tertentu. Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Masyarakat membeli barang karena barang tersebut memberikan kegunaan kepada konsumen. Akan tetapi bagi pengusaha mempekerjakan seseorang bertujuan untuk membantu memproduksi barang dan jasa untuk dijual kepada masyarakat. Dengan kata lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari

pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Oleh karena itu, permintaan akan tenaga kerja merupakan permintaan turunan.

(41)

pengusaha hanya dapat mengatur berapa jumlah tenaga kerja yang dapat dipekerjakan. Fungsi permintaan tenaga kerja didasarkan pada : (1) tambahan hasil marjinal, yaitu tambahan hasil (output) yang diperoleh dengan penambahan seorang pekerja atau istilah lainnya disebut Marjinal Physical Product dari tenaga kerja (MPPL), (2) penerimaan marjinal, yaitu jumlah uang yang akan diperoleh pengusaha dengan tambahan hasil marjinal tersebut atau istilah lainnya disebut Marginal Revenue (MR).

Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu. Dalam teori klasik sumber daya manusia (pekerja) merupakan individu yang bebas mengambil keputusan untuk bekerja atau tidak. Bahkan pekerja juga bebas untuk menentukan jumlah jam kerja yang diinginkan. Teori ini didasarkan pada teori tentang konsumen, dimana setiap individu bertujuan untuk memaksimumkan kepuasan dengan kendala yang dihadapinya. Semakin besar elastisitas tersebut semakin besar peran input tenaga kerja untuk menghasilkan output, berarti semakin kecil jumlah tenaga kerja yang diminta. Sedangkan untuk

menggambarkan pola kombinasi faktor produksi yang tidak sebanding (variable proportions) umumnya digunakan kurva isokuan yaitu kurva yang

(42)

D. Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja adalah diterimanya para pelaku tenaga kerja untuk melakukan tugas sebagaimana mestinya atau adanya suatu keadaan yang menggambarkan tersedianya pekerja atau lapangan pekerjaan untuk diisi oleh pencari kerja (Todaro, 2000).

Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya lapangan kerja yang suda terisi

yang tercermin dari banyaknya jumlah penduduk bekerja. Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor perekonomian. Terserapnya penduduk bekerja disebabkan oleh adanya permintaan akan tenaga kerja. Oleh karena itu, penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai permintaan tenaga kerja (Kuncoro, 2002).

Penduduk yang berkerja terserap dan tersebar diberbagai sektor, namun tiap sektor mengalami pertumbuhan yang berbeda demikian juga tiap sektor berbeda dalam menyerap tenaga kerja. Perbedaan laju pertumbuhan tersebut

mengakibatkan dua hal,yaitu :

a. Terdapat perbedaan laju peningkatan produktifitas kerja masing-masing sektor.

b. Secara berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun dalam kontribusinya terhadap pendapatan nasional.

1. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja

(43)

fungsi produksi suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input atau masukan (faktor produksi) ke dalam output atau keluaran.

Hukum permintaan tenaga kerja pada hakekatnya adalah semakin rendah upah tenaga kerja maka semakin banyak permintaan tenaga kerja tersebut. Apabila upah yang diminta besar, maka pengusaha akan mencari tenaga kerja lain yang upahnya lebih rendah dari yang pertama. Hal ini karena dipengaruhi oleh banyak faktor, yang di antaranya adalah besarnya jumlah angkatan kerja yang masuk ke dalam pasar tenaga kerja, upah dan skill yang dimiliki oleh tenaga kerja tersebut.

2. Indikator Penyerapan Tenaga Kerja

Adapun indikator dari penyerapan tenaga kerja adalah sebagai berikut:

1) Perubahan Upah Minimum

Upah minimum yang berubah-ubah setiap tahunnya dapat

mempengaruhi terhadap penyerapan tenaga kerja. Karena apabila tingkat upah naik maka perusahaan akan lebih memilih untuk tidak menambah jumlah tenaga kerja lalu menaikkan upah kepada pekerja yang sudah ada.

2) Laju Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto

(44)

3) Laju Pertumbuhan Investasi

Menurut (Tambunan, 2001) investasi merupakan suatu faktor krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi, atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Karena adanya kegiatan produksi maka terjadi penyerapan tenaga kerja yang cukup meningkat dan pendapatan masyarakat pun dapat meningkat yang selanjutnya dapat menciptakan serta meningkatkan permintaan pasar. Pendapat tersebut menjelaskan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh investasi, dimana munculnya investasi akan mendorong penyerapan tenaga kerja dan peningkaqtan terhadap pendapatan.

E. Teori Ketenagakerjaan

1. Teori Klasik Adam Smith

Adam Smith merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga melihat bahwa alokai sumber daya manusia yang efektif adalah pemula

pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru nmulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.

2. Teori Klasik J.B Say

Jean Baptise Say (1832) dalam Gerchad (2013) mengatakan bahwa setiap penawaran akan menciptakan permintaan sendiri (supply creates its own

(45)

didasarkan pada asumsi bahwa nilai produksi selalu sama dengan pendapatan. Tiap ada produksi aka nada pendapatan, yang besarnya sama dengan nilai produksi tadi. Dengan demikian, dalam keseimbangan, produksi cenderung menciptakan permintaan nya sendiri akan produksi barang yang bersangkutan.

Berdasarkan asumsi seperti ini ia mengaggap bahwa peningkatan produksi akan selalu diiringi oleh peningkatan pendapatan, yang pada akhirnya akan diiringi pula oleh peningkatan permintaan.

4. Hukum Okun

Menurut N. Gregory Mankiw (2000) hukum okun adalah relasi negatif antara pengangguran dan GDP. Hukum okun merupakan pengingat bahwa faktor-faktor yang menentukan siklus bisnis pada jangka pendek sangat berbeda dengan faktor-faktor yang membentuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Hukum Okun (Okun’s law) merupakan hubungan negatif antara

pengangguran dan GDP Riil, yang mengacu pada penurunan dalam pengangguran sebesar 1 persen dikaitkan dengan pertumbuhan tambahan dalam GDP Riil yang mendekati 2 persen.

Okun’s law merupakan kaitan antara gerakan siklikal GNP dengan

(46)

4. Teori Harrod-Domar

Teori Harrod-Domar dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut

teori ini dalam Mulyadi (2002), investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. Peran modal fisik di dalam model pertumbuhan sangat penting, akan tetapi kapasitas produksi hanya dapat meningkat bila sumber daya lain (modal fisik) membesar. Di samping itu dalam model pertumbuhan, jumlah penduduk yang besar tidak mengurangi pendapatan per kapita asalkan modal fisiknya meningkat. Model yang sama juga dikemukakan oleh model Solow di mana dalam model ini dipakai suatu fungsi produksi Cobb-Douglas. Angkatan kerja diasumsikan tumbuh secara geometris dan full employment selalu tercapai. Tetapi, dalam model ini pekerja sudah diperluaskan secara jelas sebagai salah satu faktor produksi, dan bukan sekedar pembagi (untuk memperoleh output pekerja). Dalam model ini juga dilihat substitusi antara modal fisik dan pekerja.

F. Upah Minimum

Pada dasarnya upah merupakan sumber utama pernghasilan seseorang. Sebab itu, upah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup pekerja dan

keluarganya dengan wajar. Kewajaran ini dapat dinilai dan diukur dengan Kebutuhan Hidup Minimum atau sering disebut Kebutuhan Fisik

(47)

Jaminan penghasilan yang lebih baik daripada sekedar memenuhi KFM sangat penting bukan saja dalam rangka kemanusiaan, akan tetapi juga untuk

meningkatkan produktivitas kerja karyawan dan demi kelangsungan hidup perusahaan. Kelangsunagn perusahaan hanya dapat dijamin dengan

produktivitas kerja karyawan yang tinggi. Produktivitas kerja karyawan yang tinggi memungkinkan pengusaha untuk mengembangkan usahanya dan memberikan upah yang tinggi bagi karyawan nya.

Kenyataan nya menunjukkan bahwa masih banyak pekerja Indonesia berpenghasilan sangat kecil, lebih kecil daripada kebutuhan hidup minimumnya. Rendahnya tingkat penghasilan dapat terjadi karena: (a)

karyawan yang bersangkutan memang mempunyai produktivitas yang rendah, (b) ketidaksempurnaan pasar sehingga pengusaha secara sengaja atau tidak sengaja memberikan upah yang lebih kecil daripada nilai hasil kerja karyawan. Pengupahan di perusahaan-perusahaan juga berbeda dalam penentuan skala gaji pokok, tunjangan, komponen upah dalam bentuk natura, dan kondisi lingkungan kerja.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Pemerintah telah mengembangkan penerapan upah minimum. Sasarannya adalah supaya upah minimum itu paling sedikit cukup memenuhi kebutuhan hidup pekerja dan keluarganya.

1.1Mekanisme Pembentukan Upah

Penetapan upah minimum dilakukan di tingkat propinsi atau di tingkat

(48)

propinsi (UMP) atau upah minimum Kabupaten/Kotamadyar (UMK),

berdasarkan usulan dari Komisi Penelitian Pengupahan dan Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah12 (sekarang Dewan Pengupahan Provinsi atau Kab/Kota) dengan mempertimbangkan; kebutuhan hidup pekerja, indeks harga konsumen, pertumbuhan ekonomi, kondisi pasar kerja dan sebagainya. Peninjauan terhadap besarnya Upah Minimum Propinsi dan Upah Minimum Kabupaten/Kota diadakan 1(satu) tahun sekali atau dengan kata lain upah

minimum berlaku selama 1 tahun. Selain upah minimum sebagaimana tersebut tadi, Gubernur juga dapat menetapkan Upah Minimum Sektoral Propinsi (UMS Propinsi) yang didasarkan pada Kesepakatan upah antara organisasi perusahaan dengan serikat pekerja/serikat

buruh. Sehingga Upah Minimum dapat terdiri dari Upah Minimum Propinsi (UMP), Upah Minimum Sektoral Propinsi (UMS Propinsi), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota(UMS Kabupaten/kota). Sekalipun terdapat beberapa ketentuan upah minimum, namun upah minimum yang berlaku bagi setiap buruh/pekerja dalam suatu wilayah pada suatu industri tertentu hanya satu jenis upah minimum. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum.

Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat dilakukan penangguhan. Tata cara penangguhan upah minimum diatur dalam

(49)

melalui Instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Provinsi paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum tanggal berlakunya upah minimum. Permohonan penangguhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan atas kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat. Menurut Saget (2006) praktek ini sudah jelas bertentangan dengan definisi upah minimum sebagai sesuatu yang wajib dan bukanlah pilihan.

1.2Upah Minimum Provinsi

Upah minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Karena pemenuhan kebutuhan yang layak di setiap propinsi berbeda-beda, maka disebut Upah Minimum Propinsi.

Menurut Peraturan Menteri no.1 Th. 1999 Pasal 1 ayat 1, Upah Minimum adalahupah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah ini berlaku bagi mereka yang lajang dan memiliki pengalaman kerja 0-1 tahun, berfungsi sebagai jaring pengaman, ditetapkan melalui Keputusan Gubernur berdasarkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan dan berlaku selama 1 tahun berjalan.

(50)

menjangkau sebagian terbesar masyarakat berpenghasilan rendah dan keluarganya.(d) sebagai satu upaya pemerataan pendapatan dan proses

penumbuhan kelas menengah. (e) kepastian hukum bagi perlindungan atas hak

– hak dasar Buruhdan keluarganya sebagai warga negara Indonesia. (f) merupakan indikator perkembangan ekonomi Pendapatan Perkapita.

Upah Minimum berlaku di 33 propinsi dan kurang lebih 340

kabupaten/kotamadya di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2008, terdapat 176.986 perusahaan sektor formal (punya legalitas seperti PT,CV) tercatat memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), di tahun 2011 diperkirakan meningkat menjadi 197.000 yang tercatat.

Secara prosedural, seluruh pihak terkait sudah terakomodasi keiinginannya dalam penetapan UMP, begitu juga faktor makro dan mikro ekonomi yang menjadi indikator pertimbangan dan perumusan UMP. Namun, mekanisme tersebut harusnya diimbangi dengan identifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat upah, yaitu tingkat pendidikan dan ketrampilan kerja, kondisi pasar kerja (permintaan dan penawaran), biaya hidup (indeks harga konsumen/IHK), kemampuan perusahaan membayar biaya produksi,

kemampuan serikat pekerja (keberadaan dan kekuatan SP), produktiitas kerja dan kebijakan dan investasi pemerintah (upah minimum). Faktor-faktor tersebut harus menjadi telaahan terlebih dahulu sebelum penentuan upah minimum.

(51)

harga konsumen, kemampuan dan kelangsungan perusahaan, upah yang berlaku pada umumnya didaerah lain, kondisi pasar kerja, tingkat

perkembangan ekonomi dan pendapatan perkapita, produktivitas tenaga kerja, dan usaha marginal. Variabel-variabel tersebut harusnya juga menjadi

landasan utama dalam hal pertimbangan upah minimum, dikarenakan selain variabel tersebut merupakan indikator dalam pertumbuhan ekonomi, juga merupakan turunan dari standar yang diberlakukan oleh International Labor Organization.

1.3 Perubahan Tingkat Upah

Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik maka akan terjadi:

1. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi perusahaan, yang selanjutnya akan meningkat pula harga per unit barang yang diprosuksi. Biaya konsumen akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak produksi barang yang tidak terjual, terpaksa produsen

menurunkan jumlah produksinya, mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala produksi . 2. Apabila upah naik maka pengusaha yang ada lebih suka menggunakan

(52)

seperti mesin dan lain-lain. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya pergantian atau penambahan penggunaan mesin-mesin disebut efek subsitusi tenaga kerja.

1.4 Teori Upah Minimum

Upah minimum adalah upah yang ditetapkan secara minimum regional, sektoral regional maupun sub sektoral. Dalam hal ini upah minimum adalah upah pokok dan tunjangan. Upah minimum ditetapkan berdasarkan persetujuan dewan pengupahan yang terdiri dari pemerintah, pengusaha dan serikat pekerja. Tujuan dari ditetapkannya upah minimum adalah untuk memenuhi standar hidup minimum sehingga dapat mengangkat derajat penduduk berpendapatan rendah (Tjiptoherijanto, 1990).

1.5Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Untuk menentukan upah bagi seorang pekerja bukanlah merupakan suatu persoalan yang mudah dan sederhana, karena menyangkut

faktor-faktor yang sangat kompleks dan dinamis, diantaranya menyangkut

kesejahteraan para pekerja, kontinuitas dan perkembangan perusahaan dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut dapat berubah setiap saat, baik

olehalasan-alasan yang berasal dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan, sesuai dengan perkembangan kondisi yang ada.

Menurut Miller & Meinners (1993) bahwa permintaan tenaga kerja

(53)

Nilai marjinal produk (VMP) merupakan perkalian antara Produk Fisik Marginal(Marginal Physical Product) dengan harga produk yang

bersangkutan. Produk Fisik Marginal (Marginal Physical Product, MPP) adalah kenaikan total produk fisik yang bersumber dari penambahan satu unit input variabel (tenaga kerja). Bila harga atau tingkat upah tenaga kerja naik, kuantitas tenaga kerja yang diminta akan menurun. Dengan

berkurangnya pekerja, produk fisik marginal dari input modal akan menurun karena kini setiap unit modal digarap oleh lebih sedikit pekerja. Jika sebuah mesin dioperasikan oleh satu orang , produk fisik marginal mesin itu akan menurun dibandingkan saat sebelumnya ketika mesin itu diuais oleh beberapa orang. Karena kini hanya ada satu pekerja, mereka tidak bisa bergantian menjalankan mesin, sehingga hasilnya lebih sedikit. Dalam kalimat lain, modal bersifat komplementer terhadap tenaga kerja, atau ada komplementaritas (complementary) diantara keduanya.

G. Produk Domestik Regional Bruto

PDRB merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah pada satu periode tertentu. PDRB dihitung dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Dalam menghitung PDRB atas dasar harga berlaku menggunakan harga barang dan jasa tahun berjalan, sedangkan pada PDRB atas dasar harga konstan menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar).

(54)

Peroduk Domestik Bruto sebagai salah saru indikator ekonomi memuat berbagai instrument ekonomi yang di dalmnya terlihat jelas keadaan makro ekonomi suatu daerah dengan pertumbuhan ekonominya, income perkapita dan berbagai instrument ekonomi lainnya. Dimana dengan adanya data-data tersebut akan sangan membantu pengambil kebijaksanaan dalam perencanaan dan evaluasi sehingga pembangunan tidak salah arah. Angka PDRB sangat diperlukan dan perlu disajikan, karena selain dapat dipakai sebagai bahan analisa perencanaan pembangunan juga merupakan barometer untuk mengukur hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan.PDRB dapat didefinisikan berdasarkan tiga pendekatan yaitu :

1. Pendekatan Produksi (Production Approach)

PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (NTB) yang tercipta sebagai hasil proses produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh berbagai unit produksi dalam suatu wilayah/region pada suatu jangka waktu tertentu, biasanya setahun.

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

(55)

3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

PDRB adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah,

pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan inventori, dan ekspor neto di suatu wilayah/region pada suatu periode (biasanya setahun). Yang dimaksud dengan Ekspor netto adalah ekspor dikurangi impor.

4. Pengaruh Produk Domestik Regional BrutoTerhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Nilai produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang dan jasa yang merupakan hasil akhir proses produksi barang dan jasa pada suatu unit usaha yang selanjutnya akan dijual atau sampai ke tangan konsumen. Apabila permintaan hasil produksi perusahaan atau industri meningkat, produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya. Perubahan yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain adalah naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang

bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses

produksi (Sudarsono, 1988 dalam Subekti, 2007). Nilai output suatu daerah diperkirakan akan mengalami peningkatan hasil produksi dengan

(56)

tambahan perusahaan tersebut, demikian juga dengan tenaga kerja. Perusahaan yang jumlahnya lebih besar akan menghasilkan output yang besar pula,

sehingga semakin banyak jumlah perusahaan/unit yang berdiri maka akan semakin banyak kemungkinan untuk terjadi penambahan output produksi (Matz, 1990 dalam Subekti, 2007).

Menurut Sudarsono (1988) dalam Subekti (2007), perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain adalah naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang

bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses

produksi.

Lain halnya dengan Simanjuntak (1990) yang menyatakan bahwa pengusaha memperkerjakan seseorang karena itu membantu memproduksi barang/jasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksi

H. Investasi

Investasi sering dikenal dengan penanaman modal. Kegiatan investasi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga dapat meningkatkan

(57)

modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan

memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno,2004). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah investasi (Deliarnov,1995) yaitu antara lain sebagai berikut:

a) Inovasi dan Tekhnologi

Adanya temuan-temuan baru menyebabkan cara-cara berproduksi lama menjadi tidak efisien. Untuk itu perusahaan-perusahaan perlu

menemukan investasi untuk membeli peralatan mesin-mesin yang canggih.

b) Tingkat Perekonomian

Makin banyak aktivitas perekonomian makin besar pendapatan nasional dan makin banyak bagian pendapatan yang dapat ditabung, yang pada gilirannya akan diinvestasikan pada suatu usaha yang menguntungkan.

c) Tingkat Keuntungan Perusahaan

Makin besar tingkat keuntungan perusahaan, maka makin banyak bagian laba yang dapat ditahan dan dapat digunakan untuk tujuan investasi.

d) Situasi Politik

Jika situasi politik aman dan pemerintah banyak memberikan

(58)

tinggi. Salah satu kegiatan investasi yang dapat diketahui adalah penanaman modal, penanaman modal dapat dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta. Untuk investasi swasta di Indonesia yang dilakukan dangan kemudahan fasilitas berupa PMA dan PMDN.

a. Investasi Swasta

Investasi asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk investasi, yaitu investasi portofolio dan investasi langsung. Investasi portopolio dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat berharga seperti saham dan obligasi. Investasi langsung yang dikenal dengan PMA

merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan. Dibanding dengan investasi portofolio,

penanaman modal asing lebih banyak mempunyai kelebihan. Selain sifatnya yang permanen/ jangka panjang, penanaman modal asing memberi andil dalam alih tekhnologi, alih keterampilan manjemen dan membuka lapangan kerja baru.

b. Penanaman Modal

Pada hakekatnya merupakan kegiatan investasi yang dapat dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta. Untuk investasi swasta di Indonesia yang dilakukan dengan kemudahan fasilitas berupa PMA dan PMDN.

(59)

kegiatan usaha di wilayah Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal dalam negeri.

1. Pengaruh Investasi Swasta Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Investasi yang dilakukan dalam rangka penyediaan barang-barang modal seperti mesin dan perlengkapan produksi untuk meningkat hasil output akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja karena barang-barang modal tersebut membutuhkan tenaga manusia untuk mengoperasikannya.

Semakin besar investasi yang dilakukan akan semakin banyak tenaga kerja yang diminta, terutama investasi yang bersifat padat karya. Dengan

demikian besarnya nilai investasi akan menentukan besarnya penyerapan tenaga kerja.

Menurut (Sukirno, 2004) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan

kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni:

1) Investasi merupakan salah satu kompenen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja.

2) Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah barang produksi.

(60)

I. Penelitian Terdahulu

Tabel 3. Daftar Penelitian Terdahulu

(61)
(62)

Tabel 3. (Lanjutan)

(63)

Tabel 3. (Lanjutan)

No Peneliti Judul

Penelitian

Alat Analisis

Hasil di provinsi

Lampung. Sebagai Upaya untuk meningkatkan PDRB provinsi Lampung pengembangan usaha sebaiknya diarahkan pada kegiatan yang bersifat padat karya agar mampu

(64)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnaker Trans) Provinsi Lampung. Adapun data yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah data Upah Minimum Provinsi (UMP), data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha dan Investasi Swasta (IS). Data tersebut adalah investasi yang berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA).

B. Metode Pengumpulan Data

(65)

Tabel 4. Nama Variabel, Simbol, Satuan Pengukuran dan Sumber Data

PTK Jiwa Dinas Trasmigrasi

dan Ketenagakerjaan 2. Upah Minimum

Provinsi

UMP Rupiah BPS

3. Produk Domestik Regional Bruto

PDRB Rupiah BPS

4. PMA dan PMDN IS Rupiah BPMD

C. Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Variabel terikat, merupakan variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variasi yang dialami oleh variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Lampung. 2) Variabel bebas, merupakan variabel yang akan mempengaruhi nilai

variabel terikat dari variasi atau perubahan yang dialami oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu upah minimum provinsi, produk domestik regional bruto (PDRB), dan Investasi diantaranya PMA dan PMDN di Provinsi Lampung.

D. Definisi Oprasional Variabel

(66)

1. Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan Tenaga Kerja yaitu jumlah orang yang bekerja di Provinsi Lampung yang terserap dalam pasar pasar tenaga kerja pada berbagai tingkat upah. Penyerapan tenaga kerja juga dapat diartikan sebagai banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin dari banyak nya jumlah pendudukl yang bekerja. Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor perekonomian.

2. Upah Minimum Provinsi

Upah minimum provinsi yaitu balas jasa yang diterima para pekerja yang diterima atas pengorbanan yang dilakukan yang telah ditetapkan

jumlahnya. Upah minimum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besaran tingkat upah yang telah ditetapkan oleh pemerintah Provinsi Lampung pada tahun 2001-2012.

3. Produk Domestik Regional Bruto

PDRB yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di Provinsi Lampung atas dasar harga konstan tahun 2000 antara tahun 2001-2012 .

4. Investasi Swasta

(67)

pemerintah di Provinsi Lampung yang telah menyerap tenaga kerja di Provinsi Lampung.

E. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dengan pendekatan OLS (Ordinary Least Square). Oleh karena permintaan tenaga kerja merupakan derived demand atas output, di sisilain tenaga kerja merupakan salah satu input untuk menghasilkan output. Kajian penelitian ini akan menggunakan pendekatan model fungsi Cobb-Douglas. Yang dapat diformulasikan sebagai berikut:

(3.3) Model di atas ditransformasi kedalam bentuk logaritma natural. Pemilihan model persamaan ini didasarkan pada penggunaan model logaritma natural (Ln) yang memiliki keuntungan, yaitu meminimalkan kemungkinan terjadinya heterokedastisitas karena transformasi yang menempatkan skala untuk pengukuran variabel, dan koefisien kemiringan βi langsung dapat menunjukkan elastisitas Y terhadap Xi yaitu persentase perubahan dalam Y akibat adanya persentase perubahan dalam Xi (Gujarati, 2003). Bentuk model logaritma natural pada penelitian ini adalah:

LnPTK=β0+β1LnUMP+β2LnPDRB+β3LnIS+µ...(3.4)

Dimana : β0 = intersep

β1, β2, β3 = koefisien regresi yang ditaksir

LnPTK =logaritma natural penyerapan tenaga Kerja (orang)

LnUMP = logaritma natural PDRB (Rp juta) LnPDRB = logaritma natural upah riil (Rp)

(68)

µ = faktor gangguan stokastik Ln = logaritma natural

F. Uji Asumsi Klasik

Agar model regresi yang diajukan menunjukkan persamaan hubungan yang valid BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), model tersebut harus

memenuhi asumsi-asumsi dasar klasik Ordinary Least Square (OLS). Asumsi-asumsi tersebut antara lain :

a. Tidak terdapat autokorelasi (adanya hubungan antara masing-masing residual observasi).

b. Tidak terjadi multikolinearitas (adanya hubungan antar variabel bebas). c. tidak ada heteroskedastisitas (adanya variance yang tidak konstan dari

variabel pengganggu)

Sebelum melakukan uji regresi, metode ini mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi klasik guna mendapatkan hasil yang baik, yakni:

1. Uji normalitas

Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui kenormalan error term dan variabel-variabel baik variabel bebas maupun terikat, apakah data sudah menyebar secara normal. Uji normalitas dapat dilihat dengan metode Jarque-Berra. Jika residual terdistribusi secara secara normal maka diharapkan nilai statistik JB akan sama dengan nol.

(69)

1. Jika data (titik-titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi sudah memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data (titik-titik) jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel gangguan tidak

mempunyai varian yang sama untuk semua observasi. Akibat adanya heteroskedastisitas, penaksir OLS tidak bias tetapi tidak efisien (Gujarati, 2003). Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan white heteroscedasticity-consistent standart errors and covariance dan dengan uji Park yang tersedia dalam program Eviews 4.1.

Uji ini diterapkan pada hasil regresi dengan menggunakan prosedur equations dan metode OLS untuk masing-masing perilaku dalam

persamaan simultan. Hasil yang perlu diperhatikan dari uji ini adalah nilai F dan Obs*Rsquared, secara khusus adalah nilai probability dari

Obs*Rsquared. Dengan uji White, dibandingkan Obs*R-squared dengan χ (chi-squared) tabel.

Jika nilai chi-squares hitung (n. R²) lebih besar dari nilai χ² kritis dengan

(70)

sebaliknya jika chi-squares hitung lebih kecil dari nilai χ² kritis menunjukan tidak adanya heteroskedastisitas.

3. Uji Autokorelasi

Suatu model regresi dikatakan terkena autokorelasi, jika ditemukan adanya korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (periode sebelumnya).

Autokorelasi hanya ditemukan pada regresi yang datanya time series. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji (D) dari metode Durbin-Watson dan menggunakan metode Variance Inflation Factor (VIF) (Gujarati, 2003). Deteksi autokorelasi dilakukan dengan membandingkan nilai statistik Durbin-Watson hitung dengan Durbin-Watson tabel.

Adapun prosedur dari uji DW sebagai berikut : (Widarjono, 2008). 1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai residualnya.

2. Menghitung nilai d.

3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variabel independen tertentu tidak termasuk konstanta (k), kita cari nilai kritis dL dan dU di statistik Durbin Watson.

Uji Durbin Watson, pengambilan keputusannya :

(71)

Jika nilai DW yaitu = 2, artinya tidak ada autokorelasi

Walaupun uji otokorelasi DW mudah dilakukan, namun uji ini mengadung beberapa kelemahan yaitu uji DW hanya berlaku jika variabel independen bersifat random atau stokastik. Kedua, uji DW hanya berlaku jika

hubungan otokorelasi antar residual dalam order pertama atau autoregresif order pertama disingkat AR (1). Ketiga, model ini tidak dapat digunakan dalam kasus rata-rata bergerak dari residual yang lebih tinggi.

Berdasarkan kelemahan diatas, maka Breusch dan Godfrey

mengembangkan uji autokorelasi yang lebih umum dan dikenal dengan uji LM atau LM-Test. Jika nilai Chi-Squares hitung lebih kecil dari nilai kritisnya, maka kita menerima hipotesis nol. Artinya model tidak

mengandung unsur autokorelasi karena semua nilai ρ sama dengan nol.

Dan Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai α yang dipilih maka kita menerima Ho yang berarti tidak ada autokorelasi.

4. Uji Multikolinieritas

(72)

Cara mendeteksi multikolinieritas adalah melakukan regresi antar variabel penjelas (Gujarati, 1997:166-167), sehingga :

- R² yang dihasilkan sangat tinggi katakanlah diatas 0.85. - F statistik dan t statistik menunjukan tidak adanya

multikolinieritas dan menggunakan korelasi parsial. Cara mengobati multikolinieritas adalah :

- Mengeluarkan satu variabel dan bias spesifikasi - Transfomasi variabel

- Menambah data baru

1. Uji statistik

a. Uji Parsial (Uji t)

Pengujian terhadap masing-masing koefisien regresi parsial dengan menggunakan uji t dengan tingkat keyakinan 95% apabila besarnya varians populasi tidak diketahui, sehingga pengujian hipotesisnya sangat ditentukan oleh nilai-nilai statistiknya. Adapun hipotesis yang digunakan adalah:

Ha : β1 : β2 : β3 = 0, variabel UMP, PDRB, dan Investasi swasta tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel penyerapan tenaga kerja.

Gambar

Tabel 1. Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Lampung ( Dalam Juta Jiwa)
Tabel 2: Besarnya kebutuhan Hidup Minimum (KHM) Pekerja dan          Penetapan Upah  Minimum Provinsi (UMP) Lampung 2001-2012        (rupiah)
Gambar 1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung Tahun
Gambar 2. PMA dan PMDN Provinsi Lampung pada tahun 2001-2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menganalisis pengaruh upah minimum, produk domestic regional bruto dan inflasi terhadap penyerapan tenaga kerja di karesidenan Surakarta tahun

Hasil analisis menunjukkan bahwa Upah Minimum Provinsi berpengaruh negatif dan siginifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, PDRB dan jumlah penduduk berpengaruh

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa variabel penyerapan tenaga kerja, stasioner pada derajat 5%. Dan variabel produk domestik regional bruto, investasi dan upah

Berdasarkan tiga variabel bebas (jumlah unit usaha, nilai produksi, dan investasi) yang digunakan dalam model penelitian ini hanya ada satu variabel yang signifikan dalam

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2000-2012; Lathifa Millatul Islami, 100810101121;

Dalam teori permintaan tenaga kerja, semakin rendah tingkat upah maka permintaan tenaga kerja akan semakin meningkat namun dalam praktiknya sedikit berbeda apabila tingkat

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel tingkat upah, jenis kelamin, produktivitas, pendidikan, dan pelatihan terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja

signifikan sedangkan tingkat upah dan jumlah perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap tenaga kerja 3 Analisis Permintaan Tenaga Kerja Pada Industri Keil dan