• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SD NEGERI 7 METRO BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SD NEGERI 7 METRO BARAT"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SD NEGERI 7

METRO BARAT

Oleh

GUSTI AYU RINI APRIANI

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat pada pembelajaran IPA yakni 10 siswa (37,04%) dari 27 siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar berdasarkan KKM yang telah ditentukan yaitu 66. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning tipe STAD.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam II siklus, dengan tahapan setiap siklus yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi dan soal-soal tes. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata kinerja guru pada siklus I pada siklus II sebesar 7,91 menjadi 77,53. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar pada siklus I sebesar 70,37% meningkat 11,11% pada siklus II menjadi 81,48%. Penerapan model cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

(2)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SD NEGERI 7

METRO BARAT

Oleh

GUSTI AYU RINI APRIANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

UNTUKMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SD NEGERI 7

METRO BARAT

(Skripsi)

Oleh

GUSTI AYU RINI APRIANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pikir ... 35 2. Alur siklus PTK ... 37 3. Grafik peningkatan kinerja guru dalam menerapakan model

cooperative learning tipe STAD ... 96 4. Grafik peningkatan aktivitas siswa melalui penerapan model

cooperative learning tipe STAD ... 97 5. Grafik peningkatan hasil belajar kognitif siswa melalui

(5)
(6)

xiv 5. Langkah-langkah model cooperative learning tipe

STAD ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Lokasi Penelitian ... 55

D.Pembahasan Hasil Penelitian dalam Proses Pembelajaran ... 99

(7)

xv 2. Aktivitas Siswa ... 101

3. Hasil belajar ... 103 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 105 B.Saran ... 106

(8)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Keterangan Penelitian dari Fakultas... 112

2. Penelitian Pendahuluan dari Fakultas ... 113

3. Izin Penelitian dari Fakultas ... 114

4. Izin Penelitian dari SD ... 115

5. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 116

6. Keterangan Telah Melaksanakan Penelitiandari SD ... 117

7. Pemetaan Siklus I-II ... 119

8. Silabus Siklus I-II ... 128

9. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I-II ... 146

10.Kinerja Guru Siklus I-II ... 180

11.Aktivitas Siswa Siklus I-II ... 195

12.Hasil Belajar Siswa Siklus I-III ... 214

(9)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Presentase ketuntasan belajar siswa kelas IV pada ujian

tengah semester 2014/2015 ... 4

2. Pedoman pemberian skor perkembangan individu ... 23

3. Tingkat penghargaan kelompok ... 24

4. Pedoman penskoran kinerja guru ... 40

5. Kriteria penilain kinerja guru dalam pembelajaran ... 41

6. Persentase aktivitas belajar siswa secara klasikal dalam pembelajaran ... 42

7. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal ... 43

8. Pedoman pemberian skor perkembangan individu ... 44

9. Tingkat penghargaan kelompok ... 44

10. Jadwal pelaksanaan tindakan kelas ... 58

11. Nilai kinerja guru siklus I ... 67

12. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus I ... 68

13. Hasil belajar kognitif siklus I ... 70

14. Data nilai perkembangan skor kelompok siklus I ... 72

15. Nilai kinerja guru siklus II ... 87

16. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus II ... 88

17. Hasil belajar kognitif siklus II ... 90

18. Data nilai perkembangan skor kelompok siklus II ... 91

19. Rekapitulasi kinerja guru dalam pembelajaran ... 95

20. Rekapitulasi aktivitas siswa tiap siklus ... 97

(10)
(11)
(12)

DzLAKUKAN TUGAS KEWAJIBAN YANG TELAH DITETAPKAN BAGIMU, SEBAB MELAKUKAN TUGAS JAUH LEBIH BAIK DARI TIDAK BEKERJA.

SESEORANG TIDAK MUNGKIN DAPAT MEMELIHARA BADANNYA SEANDAINYA IA TIDAK

MELAKUKAN KERJAdz

(Bhagawadgita III.8)

(13)
(14)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Ida Sang Hyang Widhi Wasa Yang Maha Pengasih, Maha

Penyayang. Astungkare wara nugraha, berhimpun syukur kepada Sang Maha,

dengan segala kerendahan hati, ku persembahkan

karya sederhana ini kepada:

Ajik dan Biyang tercinta yaitu Gusti Made Windu dan Made Pasti, terimakasih atas

segala doa, dukungan, cinta dan kasih sayang tanpa batas

untuk kebahagian dan kesuksesanku.

Kakak dan adikku tersayang yaitu Gusti Ayu Risa Arismawati dan Gusti Ngurah Widhi

Anugrah, yang selalu memberi dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan

skripsi ini, semoga karya ini menjadi motivasi bagi

kalian untuk menjadi lebih baik dari ku.

Keponakan-keponakanku yang lucu yaitu Putu Gea viseca, Putu Bayu Eka Pratama, dan

Kadek Poppy Ratna Amelia, yang telah menghadirkan keceriaan dan

semangat di sela-sela kepenatan. Semoga kelak menjadi anak

(15)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Gusti Ayu Rini Apriani dilahirkan di Seputih Raman, pada tanggal 19 April 1993. Peneliti adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Gusti

Made Windu dan Ibu Made Pasti. Peneliti memulai pendidikan

di Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Kartini Rama Gunawan, pada tahun 1999, Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Rama Gunawan, pada tahun 2005. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 1 Seputih Raman, pada tahun 2008. Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 1 Kotagajah, pada tahun 2011. Tahun 2011 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa S-1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

(16)

SANWACANA

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Penerapan Model

Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung dan membawa nama Universitas Lampung terus menjadi lebih baik di lingkup nasional.

(17)

kemajuan PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung yang telah membawa nama PGSD menjadi yang terbaik dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

5. Bapak Drs. Siswantoro, M. Pd., Kordinator Kampus B FKIP UNILA yang telah memberikan banyak ilmu kepada peneliti selama masa kuliah dan memberikan bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Hj. Sowiyah, M. Pd., Pembimbing Utama atas kesediaan untuk memberikan keleluasaan waktu dalam membimbing, serta memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Drs. Rapani, M. Pd., Pembimbing Akademik dan Pembimbing Kedua atas kesediaan memberikan waktu untuk membimbing, serta memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Drs. Mugiadi, M. Pd., Dosen Penguji yang telah memberikan banyak sekali masukan dan saran-saran yang membangun pada saat seminar.

9. Bapak Drs. Budi Susetia, selaku kepala SD Negeri 7 Metro Barat yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian, terimakasih atas kerja sama selama ini.

(18)

11. Murid-murid kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat, semoga kalian menjadi anak yang taqwa, cerdas, dan berprestasi.

12. Sahabat-sahabatku yang memotivasi dan menemani perjuangan untuk menyelesaikan skripsi ini, terimakasih Azka, Imma, Mba Nuke, Dedi, Etik, Sella E, Risti, Aulia, Ikke, Icha, Via, Maknyak, Umi, Putri P, Acil, Kak Asrul, Dila, Tiwi, Pitrok, Esmi, Oges dan Kelek.

13. Teman-teman kost yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini Gusti Agung, Gede, Made, Widi, Arief A, Arief B, Lucky, Bahrul, Amar, Rian, Ratih, Melsa, Dektut, Mbak Putu dan Mbak Mega.

14. Teman-temanku angkatan 2011, khususnya HIMALASA yang selalu menghadirkan semangat dan kebersamaan yang tak terlupakan.

15. Seseorang yang telah menghadirkan semangat tersendiri untuk peneliti. Terimakasih atas doa, bantuan, dan motivasi yang diberikan.

16. Seluruh pihak yang tak dapat peneliti sebutkan namanya, terimakasih atas doa dan dukungan yang diberikan.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan, akan tetapi peneliti berharap skripsi yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Metro, Mei 2015

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(20)

upaya pembekalan kemampuan dasar siswa berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sesuai tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Tantangan dalam dunia pendidikan dimasa depan sangat dirasakan terutama bagi tenaga pengajar yang dituntut untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi untuk menjawab tantangan dimasa depan. Pendidikan pada jenjang SD menjadi sangat penting guna menentukan kualitas SDM di Indonesia, dengan berkembangnya era globalisasi maka perlu diadakan modifikasi pembelajaran dari waktu ke waktu, karena pendidikan di SD merupakan pendidikan awal siswa yang akan membantu melangkah ke jenjang yang lebih tinggi. Kualitas dan keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh bagaimana pembelajaran itu dilaksanakan, semakin baik pembelajaran dilaksanakan, maka semakin baik pula kualitas pendidikan tersebut. Salah satu pembelajaran yang dapat dijadikan bekal hidup adalah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA sangat bermanfaat untuk menjawab tantangan dimasa depan, IPA merupakan pembelajaran yang menyiapkan siswa untuk siap dan tanggap terhadap terjadinya perubahan dan perkembangan alam.

(21)

proses pembelajaran, siswa dapat bertukar pikiran dan mampu menyerap pelajaran lebih cepat, hal ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

(22)

Tabel 1 Persentase ketuntasan belajar siswa kelas IV pada ujian tengah

Sumber: Dokumen hasil belajar siswa kelas IV

Berdasarkan hasil telaah dokumen dapat diketahui bahwa dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 66, hanya 10 orang siswa yang tuntas dari 27 orang siswa dengan persentase ketuntasan sebesar 37,04% dan sebanyak 62,96% atau 17 orang siswa belum mencapai KKM. Hal tersebut menunjukan bahwa hasil belajar siswa pada proses pembelajaran di kelas dikatakan masih rendah karena sebagian besar siswa masih di bawah KKM.

Melihat fakta-fakta tersebut, perlu diadakan perbaikan pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam pembelajaran, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu, guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

(23)

model pembelajaran yang mampu mengajak siswa untuk aktif, kreatif, berpikir kritis, mau mengungkapkan pendapat dan bekerja sama dalam memecahkan masalah. Salah satu model pembelajaran yang sesuai diterapkan di SD dan mata pelajaran IPA adalah model pembelajaran cooperative learning tipe

Student Teams Achivement Divisions (STAD).

Menurut Rusman (2011: 202) cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dengan kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 5 orang. Salah satu tipe dari medel cooperative learning adalah tipe Student Teams Achievement Division (STAD).

Menurut Slavin dalam Nurasma (2008: 50) STAD adalah Pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya.

Diharapkan dengan penerapan model cooperative learning tipe STAD ini, aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Penerapan model

cooperative learning tipe STAD merupakan model pembelajaran yang sangat menarik untuk diterapkan, pembelajaran dengan model ini akan berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar membantu guru dalam menumbuhkan rasa percaya diri, kemampuan menyampaikan pendapat, bekerja sama, serta penghargaan terhadap kerja siswa.

(24)

(STAD) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut.

1. Pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher centered).

2. Pembelajaran yang masih terpaku pada buku (text book)

3. Guru kurang memperhatikan penggunaan model pembelajaran. 4. Siswa kurang tertarik dan cepat merasa bosan dengan pembelajaran. 5. Siswa ragu bertanya dan mengemukaan pendapat.

6. Guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. 7. Kurangnya kerjasama siswa dalam pembelajaran kelompok.

8. Siswa belum mampu berpikir kritis untuk mengolah informasi dari berbagai sumber yang diperoleh.

9. Rendahnya hasil belajar siswa (persentase siswa yang belum mencapai KKM, yaitu 62,96% dari 27 siswa dengan KKM 66).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

(25)

2. Apakah model cooperative learning tipe Student Teams Achivement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk:

1. Menganalisis dan mengetahui peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model cooperative learning tipe Student Teams Achivement Divisions (STAD) siswa kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat. 2. Menganalisis dan mengetahui peningkatan melalui model cooperative

learning tipe Student Teams Achivement Divisions (STAD) siswa kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat.

E. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian tindakan kelas ini, bermanfaat bagi: 1. Siswa

(26)

2. Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di kelasnya, serta menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penerapan model cooperative learning tipe Student Teams Achivement Divisions (STAD).

3. Sekolah

Memberikan kontribusi dan masukan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui penerapan model cooperative learning tipe Student Teams Achivement Divisions (STAD) sebagai inovasi model pembelajaran IPA di SD Negeri 7 Metro Barat, sehingga memiliki

output yang berkualitas. 4. Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model cooperative learning tipe Student Teams Achivement Divisions (STAD) dalam pembelajaran IPA, sehingga kelak dapat diimplementasikan dan mampu menjadi guru yang professional. 5. Keilmuan Ilmu Pendidikan

Diharapkan dapat menambah khasanah kepustakaan kependidikan tentang pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses yang sangat penting dan dilakukan sepanjang hayat, karena melalui belajar manusia dapat merubah pola pikir, pengetahuan dan tingkah laku. Piaget dalam Rusman (2010: 202) menyatakan belajar merupakan sebuah proses aktif penyusunan pengetahuan di dalam pikiran siswa untuk membangun pengetahuan yang bermakna. Sedangkan Winataputra (2008: 6.6) mengungkapkan belajar bermakna adalah upaya memeroleh pemahaman atau pengetahuan, siswa mengkonstruksi atau membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman dan struktur kognitif yang dimilikinya. Aqib (2002: 43) mengungkapkan belajar adalah proses perubahan di dalam diri manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, tidaklah dapat dikatakan bahwa telah berlangsung proses belajar.

(28)

(3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna belajar, disini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.

Sejalan dengan pendapat di atas, Gagne dalam Susanto (2013: 1) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan dimana terjadi interaksi anatara guru dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

Syah dalam Jihad dan Haris, (2012: 1) berpendapat pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dengan kata lain belajar tergantung pada fase-fase belajar, salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh Witting dalam Jihad dan Haris (2012: 1.2) yaitu:

a. Tahap acquisition, yaitu tahap perolehan informasi. b. Tahap strorage, yaitu tahap penyimpanan informasi. c. Tahap retrieval, yaitu tahap pendekatan kembali informasi.

(29)

a. Terjadi secara sadar.

b. Bersifat kontinu dan fungsional. c. Bersifat positif dan aktif.

d. Bukan bersifat sementara. e. Bertujuan dan terarah.

f. Mencakup aspek tingkah laku.

Melalui pengertian belajar di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses pembentukan pengetahuan dan pemahaman berdasarkan pengalaman yang sudah dimililiki.

2. Teori Belajar

Belajar merupakan proses bagi manusia untuk menguasai berbagai kompetensi, keterampilan dan sikap. Proses belajar dimulai sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya. Menurut Suprijono (2009: 7) teori belajar dibedakan menjadi tiga yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif dan teori belajar kontruktivistik.

a. Teori Belajar Behavioristik

Teori behavioristik merupakan teori belajar yang paling awal dikenal dan masih terus berkembang sampai sekarang. Thobroni dan Mustofa (2011: 64) teori belajar behavioristik menjelaskan belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara kongkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans)

(30)

ikatan, asosiasi, sifat, dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus respons).

b. Teori Belajar Kognitif

Thobroni dan Mustofa (2011: 94) menurut teori kognitif, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Belajar tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk kognitif. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimikiki oleh siswanya.

Suprijono dan Thobroni dan Mustofa (2011: 94) memaparkan, belajar dilihat dari perspektif kognitif merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Perilaku individu bukan semata-mata respons terhadap yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.

c. Teori Belajar Konstruktivistik

(31)

tidak dapat ditransfer dari guru secara utuh kepada orang lain karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya.

Thobroni dan Mustofa (2011: 114) berpendapat pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar kontruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka, bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakuan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa teori belajar ada tiga yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif dan teori belajar kontruktivistik dan yang sesuai dengan model cooperative learning

tipe STAD adalah teori behavioristik.

3. Pengertian Aktivitas Belajar

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan mengolah pengalaman dan praktik dengan cara mendengar, membaca, menulis, mendiskusikan, merefleksikan rangsangan, memecahkan masalah.

(32)

mendukung keberhasilan belajar. Kunandar (2010: 277) menjelaskan bahwa:

Aktivitas belajar siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa, yaitu meningkatkan jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

(33)

(6) menyimpulkan hasil pembelajaran melalui diskusi aktif antara guru dan siswa.

4. Pengertian Hasil Belajar

Poin penting dari tujuan pembelajaran adalah hasil belajar. Kunandar (2010: 276) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan individu yang belajar, tidak hanya pengetahuan, tetapi membentuk diri pribadi individu yang belajar lebih baik. Sementara menurut Sudjana (2011: 22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Suprijono (2011: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Poerwanti (2009: 1.37) mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan suatu kualitas pemahaman siswa terhap materi pembelajaran, untuk mengetahui hasil belajar siswa, guru diharuskan memberi kuantitas yang berupa angka-angka pada kualitas dari suatu gejala yang berdifat abstrak. Pengukuran hasil belajar pada penelitian ini menggunakan teknik tes berupa soal-soal tes hasil belajar yang harus dikerjakan oleh siswa yang akan menghasilkan data kuantitatif tentang angka.

(34)

B. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Salah satu faktor utama tercapainya tujuan pembelajaran adalah ketepatan dalam pemilihan model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan cara atau teknik penyajian materi yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Komalasari (2010: 57) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Suprihatiningrum (2013: 145) menyatakan model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang di dalamnya menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam mentransfer pengetahuan maupun nilai-nilai kepada siswa. Sedangkan Amri (2013: 4) mengemukakan model pembelajaran adalah sebagai salah satu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa.

(35)

2. Jenis–jenis Model Pembelajaran

Tidak semua model pembelajaran dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran maupun semua kelas. Penerapan model pembelajaran harus menyesuaikan dengan materi yang akan disampaikan guru. Sugiyanto (Anonim, 2013: http://www.wawasanpendidikan.com) mengemukakan bahwa ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran tersebut antara lain terdiri dari model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kuantum, dan model pembelajaran berbasis masalah. Arens (Trianto, 2009: 25) menyeleksi enam model pembelajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pembelajaran bermasalah, dan diskusi kelas.

Berdasarkan paparan diatas terdapat banyak sekali jenis-jenis model pembelajaran, namun peneliti menggunakan model pembelajaran

cooperative learning dalam penelitian tindakan kelas.

C. Model Cooperative Learning

1. Pengertian Model Cooperative Learning

(36)

membantu mengkontruksikan konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Model pembelajaran cooperative learning merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dalam pembelajaran. Rusman (2011: 202) mengemukakan bahwa cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dengan kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 5 orang. Sejalan dengan Rusman, Komalasari (2011:62), menjelaskan bahwa

cooperative learning adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Sedangkan Slavin (Isjoni, 2007: 15) berpendapat cooperative lerning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Stahl dalam Isjoni (2007: 23) menyatakan bahwa dengan melaksanakan model cooperative learning siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik terampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan social (social skill), seperti keterampilan untuk mengemukaan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpan dalam kehidupan kelas.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

(37)

kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4 sampai 6 siswa yang bersifat heterogen untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2. Tipe- Tipe Cooperative Learning

Semua tipe Cooperative Learning memiliki ciri khas dan baik digunakan dalam pembelajaran. Guru berhak memilih tipe yang akan digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

Menurut Miftahul Huda (2013: 101) model cooperative learning di bagi menjadi:

a. Cooperative Learning tipe Student Team Learning

1) Student Team–Achievent Divisions (STAD) 2) Team Game Turnamen (TGT)

3) Jigsaw II (JIG II)

b. Cooperative Learning tipe Supproted Cooperatif Learning 1) Learning Together (LT)- Circle Of Learning (CL) 2) Jigsaw (JIG)

3) Jigsaw III (JIG III)

4) Cooperative Learning Sturucture (CLS) 5) Group Investigation (GI)

6) Complex Instruction (CI) c. Cooperative Learning tipe Informal

1) Spontaneous Group Discussion (SGD) 2) Number Head Together (NHT)

3) Team Product (TP) 4) Think Pair Share (TPS)

Suprijono (2013: 89) jeni-jenis model cooperative learning

diantaranya (a) Jigsaw, (b) Think Pair Share, (c) Number Heads Together, (d) Group Investigation, (e) Two Stay Two Stray, (f) Make A Match, dan lain-lain.

(38)

investigasi kelompok, TGT, dan pendekatan structural yang meliputi

Think Pair Share (TPS), Number Head Together (TGT).

Berdasarkan paparan di atas peneliti menyimpulkan menggunakan model cooperative learning tipe Student Teams Achievent Divisions

(STAD) dalam penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan dikarenakan model cooperative learning tipe STAD merupakan model

cooperative learning yang cukup mudah diterapkan bagi guru dan sesuai dengan mata pelajaran IPA.

3. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe STAD

STAD merupakan salah satu tipe cooperative learning yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan model cooperative learning. Huda (2013: 201) berpendapat STAD merupakan salah satu tipe cooperative learning yang di dalamnya beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Sejalan dengan Huda, Abidin (2014: 248) menyatakan bahwa STAD adalah salah satu bentuk cooperative learning tempat siswa belajar secara berkelompok, berdiskusi guna menemukan dan memahami konsep-konsep. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru (Slavin, 2005: 12).

(39)

prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan cooperative learning tipe STAD merupakan model pembelajaran kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda untuk membahas dan memecahkan masalah secara kolaboratif, namun dalam mengerjakan tes dilakukan secara individual dan hasil tes mempengaruhi prestasi kelompok.

4. Komponen Utama STAD

Model pembelajaran STAD memiliki beberapa komponen yang perlu diperhatikan, Menurut Slavin (2005: 143-146) terdapat lima komponen utama dalam STAD, yakni presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

a. Presentasi Kelas

(40)

penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

b. Tim

Tim yang terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, rass dan etnisitas. Dalam kelas dapat disusun menjadi beberapa tim disesuaikan dengan jumlah siswa. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksikan tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.

(41)

c. Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode pembelajaran, setelah guru memberikan presentasi dan praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.

d. Skor Kemajuan Individual

Skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari pada sebelumnya.

Tabel 2. Pedoman pemberian skor perkembangan individu

Skor Kuis Poin

Kemajuan

Lebih dari 10 poin dibawah skor awal

10-1 poin dibawah skor awal

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal

Lebih dari 10 poin di atas skor awal

Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal)

5

(42)

tertentu. Ada tiga macam tingkatan penghargaan yang diberikan berdasarkan rata-rata skor tim, yaitu:

Tabel 3. Tingkat penghargaan kelompok

Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan

15-19

20-24

25-30

Tim Baik

Tim Hebat

Tim Super

Sumber: Slavin (2005: 160)

Berdasarkan pendapat di atas, apabila komponen-komponen tersebut dapat dijalankan dengan baik dalam pembelajaran, maka akan tercipta pembelajaran yang baik, suasana belajar yang aktif dan menyenangkan serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

5. Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe STAD

Huda, (2013: 201-202) mengemukakan bahwa dalam STAD, siswa diminta untuk membentuk kelompok-kelompok heterogen yang masing-masing terdiri dari 4-5 anggota. Heterogen yang dimaksud merupakan kelompok kecil campuran yang disusun oleh guru berdasarkan tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Setelah pengelompokan dilakukan, ada empat tahap sintak yang harus dilakukan, yakni pengajaran, tim, studi tes, dan rekognisi.

Tahap 1: Pengajaran

(43)

tahap ini, siswa seharusnya diajarkan tentang apa yang akan mereka pelajari dan mengapa pelajaran tersebut penting. Tahap 2: Tim Studi

Pada tahapan ini, para anggota kelompok bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan lembar kerja dan lembar jawaban yang telah disediakan oleh guru.

Tahap 3: Tes

Pada tahap ujian, setiap siswa secara individual menyelesaikan kuis. Guru men-score kuis tersebut dan mencatat pemerolehan hasilnya saat itu, serta hasil kuis pada pertemuan sebelumnya. Hasilnya dari tes individual akan diakumulasikan untuk skor tim mereka.

Tahap 4: Rekognisi

Setiap tim menerima penghargaan bergantung pada nilai skor rata-rata tim. Misalnya, tim-tim yang memperoleh poin peningkatan dari 15 hingga 19 poin akan menerima sertifikat sebagai TIM BAIK, tim yang memperoleh rata-rata poin peningkatan dari 20 hingga 24 akan menerima sertifikat TIM HEBAT, sementara tim yang memperoleh poin 25 hingga 30 akan menerima sertifikat sebagai TIM SUPER.

(44)

mengemukakan bahwa kelebihan dan kelemahan model cooperative learning tipe STAD adalah sebagai berikut.

a. Kelebihan model cooperative learning tipe STAD yaitu: (1) dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, (2) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, (3) dapat meningkatkan kreativitas siswa, (4) dapat mendengar, menghormati, serta menerima pendapat siswa lain, (5) dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan, (6) dapat mengidentifikasikan perasaannya juga perasaan siswa lain, (7) dapat menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti.

b. Kelemahan model cooperative learning tipe STAD yaitu: (1) setiap siswa harus berani berpendapat atau menjelaskan kepada teman-temannya, (2) sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran cooperative learning tipe STAD ini harus lengkap, (3) memerlukan banyak waktu.

D. Kinerja Guru

Kinerja guru selalu mendapat perhatian dalam proses pembelajaran karena kinerja guru dalam proses mengajar menentukan hasil belajar siswa. Rusman (2012: 50) mengemukakan kinerja guru merupakan wujud perilaku guru dalam proses pembelajaran, yang dimulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Sejalan dengan Rusman, Susanto (2013: 29) menyatakan bahwa kinerja guru ialah prestasi, hasil, atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikan dalam pembelajaran.

(45)

kerja. Komitmen menjalankan tugas dinyatakan sebagai salah satu kemampuan yang digunakan untuk mengukur kinerja guru.

Kinerja guru memikul tanggung jawab utama dalam transformasi siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dari ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak terampil menjadi terampil. Samsudin (2006: 159) memberikan pengertian kinerja sebagai tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Sanjaya (2005: 13-14), kinerja guru berkaitan dengan tugas perencanaan, pengelolaan pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa. Sebagai perencanaan, maka guru harus mampu merancang pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa, sebagai pengelola maka guru harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga siswa dapat belajar dengan baik, dan sebagai evaluator maka guru harus mampu melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Depdiknas (2006) telah menyiapkan instrumen penilaian terhadap kinerja guru (IPKG) yang meliputi: (1) rencana pembelajaran berupa Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) prosedur pembelajaran, dan (3) hubungan antar pribadi.

(46)

a. Kompetensi Pedagogik

Seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik, Rusman (2012: 54) berpendapat bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengoptimalkan potensi siswa untuk mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan guru juga harus mampu melakukan kegiatan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Sedangkan Menurut Sanjaya (2012: 19) kompetensi pedagogis merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran siswa. Berdasarkan paparan di atas dapat disimupulkan kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dalam mengoptimalkan potensi siswa.

b. Kompetensi Kepribadian

Memiliki kepribadian yang khas merupakan syarat mutlak bagi seorang guru. Sanjaya (2012: 18) mengemukakan bahwa kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru berhubungan dengan pengembangan kepribadian. Menurut Rusman (2012: 55) terdapat kriteria kompetensi kepribadian yang dimiliki guru, yaitu:

1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi siswa dan masyarakat.

3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa arif, dan berwibawa.

4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

(47)

meliputi sosok yang stabil, mantap, dewasa, arief, berwibawa dan memiliki akhlak mulia.

c. Kompetensi Sosial

Hubungan baik dengan masyarakat adalah hal yang harus dimiliki oleh seorang guru, Sanjaya (2012: 19) mengemukakan bahwa kompetensi sosial berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial. Rusman (2012: 56) mengemukakan bahwa terdapat kriteria yang dimiliki guru dalam kompetensi sosial, yaitu:

1) Bertindak objektif serta tidak diskriminatif kerena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi.

2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.

3) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat.

d. Kompetensi Profesional.

(48)

professional adalah kemampuan guru dalam penyelesaian tugas-tugas yang berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan

Berdasarkan pengertian tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa kinerja guru merupakan hasil atau prestasi guru berdasarkan kemampuan melaksanakan pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pembelajaran serta hubungan antar pribadi dengan siswa.

E. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu pelajaran penting yang diajarkan sejak sekolah dasar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi mengemukakan bahwa:

Ilmu pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

(49)

tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar, dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Berdasarkan pendapat para ahli peneliti menyimpulkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berisikan fakta dan konsep yang mempelajari pengetahuan tentang alam. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diharapkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya ilmiah melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

2. Ruang Lingkup IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran IPA di SD memiliki ruang lingkup yang sederhana. Menurut kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006), ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat

dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

(50)

3. Tujuan Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA memiliki tujuan pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa. Standar isi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjelaskan bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampialan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahakan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Sejalan dengan tujuan Standar Isi KTSP tersebut, Sulistiyorini (Rullyanda, 2014:http://dodirullyandapgsd.blogspot.com) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPA di SD adalah agar siswa dapat:

a. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi, dan masyarakat.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari.

d. Mengalihkan pengetahuan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.

(51)

F. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut hasil penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas dalam proposal ini.

1. Alif Rosyidah (2012) membuktikan bahwa penerapan model cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA hal ini diketahui pada akhir pembelajaran terdapat peningkatan sebesar 77,32%.

2. Nurmawati (2008) membuktikan bahwa penerapan model cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA, hal ini diketahui pada akhir pembelajaran terdapat peningkatan sebesar 79,3%. 3. Heni Aprilia Rohmawati (2013) membuktikan bahwa penerapan model

cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA, hal ini diketahui pada akhir pembelajaran terdapat peningkatan sebesar 80,2%.

G. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dari penelitian ini yaitu berupa input, proses, dan output.

(52)

Model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi serta lingkungan belajar menjadi pendukung keberhasilan pembelajaran. Dalam penelitian ini model cooperative learning tipe STAD yang menekankan siswa untuk aktif dalam bekerja sama, berpikir kritis, mengemukakan pendapat, serta mampu menghargai perbedaan pendapat dengan cara menyajikan pengajaran melalui ceramah-diskusi, melaksanakan pembelajran dan praktikum dalam bentuk kelompok, membimbing siswa mempresentasikan serta mengomunikasikan hasilnya, menganalisis serta mengevaluasi hasil kerja siswa yang dibuat secara kelompok dan memberikan penghargaan terhadap kelopok berdasarkan hasil tes yang dilakukan.

(53)

Gambar 1. Kerangka pikir

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran IPA

menggunakan model cooperative learning tipe STAD dengan langkah-langkah yang tepat maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat”. learning tipe STAD meliputi:

1. Tahap 1 Pengajaran 4. Tahap 4 Rekognisi Tim

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research. Wardani, dkk., (2007:1.3) mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sedangkan menurut Arikunto (2006: 58) penelitian tindakan kelas adalah gabungan definisi dari tiga kata, penelitian, tindakan, kelas. Sehingga PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran. Seperti yang dikemukakan Wardani (2007: 2.4) bahwa prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle). Dalam setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),

(55)

Adapun daur siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Alur siklus PTK (Adaptasi Arikunto, 2007: 16)

B. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 7 Metro Barat yang terletak di Jalan Khairbras, Kelurahan Ganjar Asri, Kecamatan Metro Barat Kota Metro.

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan SIKLUS I

SIKLUS II Perencanaan

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

(kesimpulan akhir)

(56)

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2014/2015. Dimulai pada bulan Desember 2014 sampai dengan tahap pelaporan bulan April 2015.

3. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru. Subjek penelitian ini adalah guru kelas IV dan siswa kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat tahun pelajaran 2014/2015. Dengan jumlah siswa sebanyak 27 orang, yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Non Tes

Teknik non tes yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa dan kinerja guru.

2. Teknik Tes

(57)

D. Alat Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2007: 101) instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Pada penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa lembar panduan observasi dan lembar tes formatif.

1. Lembar Panduan Observasi

Lembar panduan observasi ini dirancang oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas siswa selama penelitian tindakan kelas berlangsung dengan cara memberi score pada lembar observasi.

2. Lembar Tes Formatif

Instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai hasil belajar kognitif siswa khususnya mengenai penugasan materi yang diajarkan dan ketercapaian indikator pembelajaran dapat diketahui. Tes formatif yang digunakan adalah pilihan jamak dan isiaan singkat.

E. Teknik Analisis Data 1. Analisis kualitatif

(58)

dikategorikan berdasarkan nilai yang diperoleh melalui penerapan model

cooperative learning tipe STAD. Data kualitatif ini diperoleh dari data non tes yaitu Observasi. Data observasi digunakan untuk mengetahui kinerja guru serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran IPA melalui penerapan model cooperative learning tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.

a. Nilai kinerja guru diperoleh dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

NP : Nilai yang dicari atau diharapkan R : Skor mentah yang diperoleh SM : Skor maksimum

100 : Bilangan tetap

Sumber: Adaptasi dari Purwanto (2012 : 102)

Tabel 4. Pedoman penskoran kinerja guru

No Skor Kategori Indikator

1 5 Sangat baik Aspek yang diamati dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik, guru melakukannya dengan sempurna dan tanpa kesalahan

2 4 Baik Aspek yang diamati dilaksanakan oleh guru

dengan baik, guru melakukan dengan dua kesalahan

3 3 Cukup baik Aspek yang diamati dilaksanakan oleh guru dengan cukup baik, guru melakukan dengan tiga kesalahan

4 2 Kurang Aspek yang diamati dilaksanakan oleh guru dengan kurang baik, guru melakukan lebih dari lima kesalahan

5 1 Sangat

kurang

Aspek yang diamati dilaksanakan tidak dilaksanakan oleh guru

(59)

Nilai tersebut akan dikategorikan dalam kategori keberhasilan guru dalam menerapkan model cooperative learning tipe STAD sebagai berikut.

Tabel 5. Kriteria penilaian kinerja guru dalam pembelajaran

No Skor Nilai Predikat Kategori

1 5 81-100 A Sangat Baik

2 4 61-80 B Baik

3 3 41-60 C Cukup Baik

4 2 21-40 D Kurang

5 1 0-20 E Sangat Kurang

Sumber: Purwanto (2012 : 103)

b. Nilai aktivitas setiap siswa diperoleh dengan rumus:

NA=

x 100 Keterangan:

NA : nilai yang dicari atau diharapkan R : skor mentah yang diperoleh siswa SM : skor maksimum dari tes yang ditentukan 100 : bilangan tetap

Purwanto (2008: 102)

Menghitung persentase keberhasilan aktivitas siswa secara klasikal:

(60)

Tabel 6. Persentase aktivitas belajar siswa secara klasikal dalam model cooperative learning tipe STAD pada siklus I dan siklus II. Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kemajuan kualitas hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. Data kuantitatif penelitian ini digunakan untuk menghitung nilai hasil belajar dan tingkat penghargaan kelompok yang akan diberikan kepada siswa.

a. Nilai hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

NH=

Keterangan:

NH : nilai yang dicari atau diharapkan R : skor mentah yang diperoleh siswa

SM : skor maksimum dari tes yang sditentukan 100 : bilangan tetap

(61)

Sedangkan untuk menghitung rata-rata hasil belajar siswa digunakan rumus:

Keterangan:

X : rata-rata hitung

∑ : banyaknya siswa

∑ : jumlah siswa

Sumber: Aqib, dkk. (2010: 45)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut.

Sumber: Aqib, dkk, (2010: 41)

Tabel 7. Persentase Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal

No Rentang nilai Kategori

1 >80% Sangat tinggi

2 60% - 79% Tinggi

3 40% - 59% Sedang

4 20% - 39% Rendah

5 <20% Sangat Rendah

Sumber: Aqib, dkk (2009: 41)

b. Tingkat penghargaan kelompok

(62)

dahulu, pemberian skor perkembangan individu diperoleh dengan memperhatikan ketentuan berikut.

Tabel 8. Pedoman pemberian skor perkembangan individu

Skor Kuis Poin

Kemajuan Lebih dari 10 poin dibawah skor awal

10-1 poin dibawah skor awal

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal Lebih dari 10 poin di atas skor awal

Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal)

5

Skor perkembangan individu tersebut menjadi pedoman dalam memberikan penghargaan kepada kelompok (merekognisi tim). Tingkat penghargaan kelompok dapat ditentukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut.

Tabel 9. Tingkat penghargaan kelompok

(63)

F. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang terdiri dari beberapa siklus dan dilakukan oleh guru di kelas secara kolaboratif, partisipatif, dan refleksi mandiri bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Siklus ini direncanakan dua kali, namun apabila pada siklus dua belum berhasil akan dilanjutkan hingga tercapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat.

1. Siklus I

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti dan guru berkolaborasi dalam membuat rencana pembelajaran yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan, dalam siklus pertama peneliti mempersiapkan proses pembelajaran IPA melalui penerapan model cooperative learning tipe STAD. Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut.

(64)

2) Merancang kegiatan belajar mengajar melalui penerapan model

cooperative learning tipe STAD dengan materi “Sumber-sumber Energi Panas dan Perpindahannya”.

3) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) untuk setiap kelompok dan media yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

4) Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal beserta penilaiannya. Instrumen nontes berupa lembar observasi.

b. Pelaksanaan

Pada siklus I, materi pembelajarannya adalah “Sumber-sumber

Energi Panas”. Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut. Kegiatan Awal

1) Guru memberi salam dan siswa merespon salam guru.

2) Guru dan siswa berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing untuk mengawali pelajaran.

3) Mengecek kehadiran siswa. 4) Mengondisikan kelas. 5) Guru memberikan apersepsi.

a) Masih ingat mengenai bentuk-bentuk energi? Coba sebutkan? Masih ingat dengan energi panas? Apa itu energi panas?

(65)

Kegiatan Inti Eksplorasi

1) Menggali pengetahuan awal siswa dengan bertanya. “Pernahkah

kalian berjalan di aspal tanpa menggunakan alas kaki, apa yang kalian rasakan? Mengapa bisa begitu? Bagaimana rasanya saat kamu berjemur diterik matahari? Mengapa demikian?

2) Mengarahkan siswa kedalam permasalahan yaitu adakah sumber energi panas selain matahari?

3) Masing-masing kelompok menentukan jawaban sementara. Elaborasi

1) Membagi siswa menjadi 6 kelompok, 3 kelompok terdiri dari 3 orang siswa, dan 3 kelompok lain terdiri dari 5 orang siswa.

2) Memfasilitasi siswa dalam kegiatan kelompok yaitu dengan membagikan LKS dan alat percobaan kepada masing-masing kelompok.

3) Siswa mengambil alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.

4) Guru menjelaskan secara singkat prosedur pembelajaran yang akan dilakukan siswa.

5) Siswa menyelidiki sumber-sumber energi panas melalui kegiatan percobaan yang dibantu dengan materi yang tertera pada LKS. 6) Guru mengawasi jalannya diskusi dengan berkeliling untuk

(66)

7) Setiap kelompok berdiskusi, berpikir, menganalisis dan menyelesaikan LKS yang diberikan sehingga mengetahui jawaban dari permasalahan yang diberikan dan akan digunakan untuk membuktikan hipotesis.

8) Masing-masing kelompok maju mengomunikasikan hasil percobaannya.

9) Memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberi tanggapan dari jawaban kelompok yang maju.

Konfirmasi

1) Guru meluruskan dan memperjelas jawaban dari setiap kelompok. 2) Guru memberikan penguatan dan masukan kepada siswa.

Kegiatan Akhir

1) Guru memberi soal kepada siswa yang dikerjakan secara individual, siswa tidak diperkenalkan berdiskusi dengan teman satu kelompoknya.

2) Guru dan siswa mengoreksi jawaban dari tes formatif yang dilakukan.

3) Lembar jawaban dikembalikan kepada guru untuk kemudian diberikan poin kemajuan. Kelompok yang mendapatkan poin 15-19 termasuk Tim Baik, 20-24 Tim Hebat, 25-30 Tim Super. Setiap kelompok akan mendapatkan reward atau penghargaan berbentuk pin sesuai kategori yang didapatkan.

(67)

5) Bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

6) Memberikan tindak lanjut terhadap proses dan hasil pembelajaran berupa pekerjaan rumah.

7) Guru menutup pelajaran dengan berdoa secara bersama-sama. c. Pengamatan

Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung observer mengamati aktivitas belajar siswa serta kinerja guru dengan cara memberikan skor pada lembar observasi.

d. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus I adalah untuk mengetahui sejauh mana aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model cooperative learning Tipe STAD berlangsung. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus ke II.

2. Siklus II

(68)

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti dan guru berkolaborasi dalam membuat rencana pembelajaran yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus II peneliti mempersiapkan proses pembelajaran IPA melalui penerapan model cooperative learning tipe STAD. Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut.

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk menentukan materi pokok yang diajarkan sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dan sesuai dengan kurikulum.

2) Merancang kegiatan belajar mengajar melalui penerapan model

cooperative learning tipe STAD dengan materi “Energi Bunyi dan Energi Alternatif”.

3) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) untuk setiap kelompok dan dalam proses pembelajaran.

4) Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal beserta penilaiannya. Instrumen nontes berupa lember observasi.

b. Pelaksanaan

(69)

Kegiatan Awal

1) Guru memberi salam dan siswa merespon salam guru.

2) Guru dan siswa berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing untuk mengawali pelajaran.

3) Mengecek kehadiran siswa. 4) Mengondisikan kelas. 5) Guru memberikan apersepsi.

a) Masih ingat mengenai bentuk-bentuk energi? Coba sebutkan? Masih ingat dengan energi panas? Apa itu energi panas?

b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran.

Kegiatan Inti Eksplorasi

1) Menggali pengetahuan awal siswa dengan bertanya. Pernahkah kalian melihat orang bermain biola? Apa yang dihasilkan ketika biola dimainkan? Menurut pendapatmu, apa yang menyebabkan biola dapat mengeluarkan bunyi ketika dimainkan?

2) Mengarahkan siswa kedalam permasalahan yaitu apakah sumber-sumber energi bunyi dan perambatan energi bunyi?

3) Masing-masing kelompok menentukan jawaban sementara. Elaborasi

(70)

2) Memfasilitasi siswa dalam kegiatan kelompok yaitu dengan membagikan lembar kerja siswa dan alat percobaan kepada masing-masing kelompok.

3) Siswa mengambil alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.

4) Guru menjelaskan secara singkat prosedur pembelajaran yang akan dilakukan siswa.

5) Siswa menguji adanya sumber bunyi melalui kegiatan percobaan dalam kelompoknya.

6) Mengawasi jalannya diskusi dengan berkeliling untuk membantu kelompok yang mengalami kesulitan.

7) Setiap kelompok berdiskusi, berpikir, menganalisis dan menyelesaikan LKS yang diberikan sehingga mengetahui jawaban dari permasalahan yang diberikan yang akan digunakan untuk membuktikan hipotesis.

8) Masing-masing perwakilan kelompok maju mengomunikasikan hasil percobaannya.

9) Memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberi tanggapan dari jawaban kelompok yang maju

Konfirmasi

(71)

Kegiatan Akhir

1) Guru memberi soal kepada siswa yang dikerjakan individual, siswa tidak diperkenalkan berdiskusi dengan teman satu kelompoknya. 2) Guru dan siswa mengoreksi jawaban dari tes formatif yang dilakukan. 3) Lembar jawaban dikembalikan kepada guru untuk kemudian diberikan poin kemajuan. Kelompok yang mendapatkan poin 15-19 termasuk Tim Baik, 20-24 Tim Hebat, 25-30 Tim Super. Setiap kelompok akan mendapatkan penghargaan berbentuk sertifikat sesuai kategori yang didapatkan.

4) Guru memberikan motivasi dan penjelasan pentingnya peran setiap siswa dalam kelompok untuk memperoleh poin yang maksimal. 5) Bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi dari pembelajaran

yang telah dilaksanakan.

6) Memberikan tindak lanjut terhadap proses dan hasil pembelajaran berupa pekerjaan rumah.

7) Guru menutup pelajaran dengan berdoa secara bersama-sama.

c. Pengamatan

Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung observer mengamati aktivitas belajar siswa serta kinerja guru dengan cara memberikan skor pada lembar observasi.

d. Refleksi

Gambar

Tabel 1 Persentase ketuntasan belajar siswa kelas IV pada ujian tengah            semester 2014/2015
Tabel 2. Pedoman pemberian skor perkembangan individu
Tabel 3. Tingkat penghargaan kelompok
Tabel 4. Pedoman penskoran kinerja guru
+5

Referensi

Dokumen terkait

Bagi para pengusaha kecil dan menengah yang memiliki keterbatasan dalam modal usaha untuk promosi dan menjual produk dapat memanfaatkan teknologi e-Commece ini, karena tidak

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Data atau Variabel yang digunakan adalah perkiraan ( Estimasi ) pendapatan dari asset asset yang sudah ada pada Warnet MyNet untuk tahun 2008 ke depan yang beralamat di jalan Akses

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode

// Berperahu mengelilingi waduk dan mendatangi rumah makan terapung menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.// Mereka dengan mudah juga bisa mendapatkan ragam ikan segar

Hampir seluruh siswa memberikan tanggapan setuju dan guru sangat setuju bahwa penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dengan metode Saintifik dapat membuat

YOGYAKARTA / MENARGETKAN PADA TAHUN 2010 / PEMKOT TELAH MEMILIKI PARAMETER PENGANGGURAN SEHINGGA ANGKA YANG DITEMUKAN DAPAT SESUAI DENGAN. KENYATAAN

meminda hkan loyang- loyang yang telah kosong ke stasiun pemoton gan meminda hkan loyang- loyang yang telah kosong ke stasiun pemoton gan dari meja kerja 6 Operator mengamb il roti