• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPETENSI MANAJERIAL DAN KOMPETENSI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMPETENSI MANAJERIAL DAN KOMPETENSI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KOMPETENSI MANAJERIAL DAN

KOMPETENSI SUPERVISI AKADEMIK KEPALASEKOLAH

TERHADAP PROFESIONALISME GURU SMP NEGERI

DI KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN

LAMPUNG TENGAH

Oleh

GANI INDRA PRAJA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara kompetensi manajerial kepala sekolah dan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang guru yang mengajar di 2 SMP.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan ex post facto yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan angket degan Skala Likert. Sedangkan analisis datanya menggunakan persamaan regresi linier sederhana dan regresi ganda. Untuk mengetahui kebermaknaan persamaan regresi digunakan uji T dan uji F.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur sebesar 63,0%, pengaruh kompetensi supervisi akademik kepala sekolah terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur sebesar 63,4%, kemudian pengaruh secara bersama-sama antara kompetensi manajerial kepala sekolah dan kompetensi supervisi akademik terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur sebesar 77,9%. Artinya terdapat pengaruh yang positif dan siknifikan antara manajerial kepala sekolah terhadap profesionalisme guru di SMP Negeri di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, terdapat pengaruh yang positif dan siknifikan antara supervisi akademik kepala sekolah terhadap profesionalisme guru di SMP Negeri di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah dan terdapat pengaruh yang positif dan siknifikan antara manajerial dan supervisi akademik kepala sekolah terhadap profesionalisme guru secara bersamaan di SMP Negeri di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.

(2)

ABSTRACT

THE IMPACT OF PRINCIPAL’S MANAGERIAL AND ACADEMIC SUPERVISION COMPETENCIES ON TEACHER PROFESSIONALISM

OF PUBLIC JUNIOR SECONDARY SCHOOLS IN PUNGGUR REGENCY CENTRAL LAMPUNG

BY: GANI INDRA PRAJA

The objective of the research was to understand the impact of principal’s managerial and academic supervision competencies on teacher professionalism of public junior secondary school in Punggur Regency Central Lampung. The subject of the research were 30 teachers of two public junior secondary schools in Punggur regency.

This research was quantitative with expost facto approach which aimed to study the appeared fenomena and its causal factors. Data collection method was questionnaire with Likert Scale was used to collect the data at the research. The data analysis method used simple linear regression and double regression. To know the equation of regression is using T-test and F-test.

The results of the research showed that the impact of principal managerial competency toward teacher professionalism in public junior secondary schools in Punggur was 63,0%, and the impact principal academic supervision competency toward teacher professionalism in public junior secondary schools in Punggur was 63,4%, at last the impact of both of the principal competency toward teacher professionalism of public junior secondary schools in Punggur was 77,9%.`It were meaned that there were some significant impact between principal managerial competency toward teachers’ professionalism at public junior secondary schools in Punggur Regency Central Lampung, and there were positive significant impact between principal’s academic supervision toward teachers’ professionalism at public junior secondary schools in Punggur Regency Central Lampung, and also at the same time there were positive significant impact of both principal’s managerial and academic supervision competencies toward teacheres’ professionalism at public junior secondary schools in Punggur Regency Central Lampung.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Kota Metro Lampung pada tanggal 24 Mei 1975. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Supardi SB dan Ibu Sugiatun, Am.Pd. Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 01 Metro Utara Kota Metro yang diselesaikan pada tahun 1988, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 01 Metro yang diselesaikan pada tahun 1991, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 01 Kotagajah Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 994.

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan Rasa Syukur yang mendalam kepada ALLAH SWT, kupersembahkan karya kecil ini kepada:

Ibuku tercinta Isteriku tersayang

(9)

MOTO

Seseorang tidak wajib untuk sukses tapi mencoba sukses

(10)

SANWACANA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, akhirnya penulis dengan segala keterbatasannya dapat menyelesaikan penelitian (Tesis) dengan judul ”Pengaruh Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dan Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Profesionalisme Guru SMP Negeri Di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah” dapat diselesaikan.

Tesis ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Ir Sugeng Prayitno Haryanto M.S selaku Rektor Universitas Lampung yang membina seluruh kegiatan civitas akademika.

2 Prof. Dr. Sudjarwo M.S, Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung yang senantiasa mendorong penulis untuk menyelesaikan penelitian (Tesis) ini.

3 Dr. Hi. Bujang Rahman M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang senantiasa mengarahkan penulis untuk segera menyelesaiakan penelitian (Tesis) ini.

4 Dr. Irawan Suntoro, M.S selaku ketua program pascasarjana manajemen pendidikan yang telah membantu penulisan (Tesis) ini.

5 Dr. Supomo Kandar, M.S dan Dr. Nandang Kosasih Ananda, M.A selaku pembimbing yang telah membantu dalam pembuatan penelitian (Tesis) ini.

6 Pengelola, dosen pengajar dan staf sekretariat Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Lampung, yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahan.

(11)

Semoga segala yang telah diberikan kepada penulis dalam penyelesaian tulisan ini mendapat balasan Allah SWT. Amien.

Penulis berharap agar tulisan ini dapat memberikan konstribusi kepada keilmuan manajemen pendidikan.

Bandar Lampung, November 2014

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Batasan Masalah ... 10

1.4 Rumusan Masalah ... 10

1.5 Tujuan Penelitian ... 11

1.6 Kegunaan Penelitian ... 11

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

2.1 Profesionalisme Guru ... 14

2.1.1 Pengertian Profesionalisme Guru ... 14

2.1.2 Dimensi Profesionalisme Guru ... 16

2.2 Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah ... 18

2.2.1 Pengertian Kompetensi Manajerial ... 18

2.2.2 Dimensi Kompetensi Manajerial ... 19

2.2.3 Pengertian Kepala Sekolah... 22

2.2.4 Karakteristik Kepala Sekolah ... 22

2.3 Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 23

2.3.1 Karakteristik Supervisi Akademik ... 25

(13)

2.3.3 Tujuan dan Fungsi Supervisor... 27

2.3.4 Teknik – Teknik Supervisi Akademik ... 28

2.4 Kerangka Pikir ... 31

2.4.1 Pengarauh Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Profesionalisme Guru ... 31

2.4.2 Pengarauh Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Profesionalisme Guru ... 32

2.4.3 Pengarauh Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Profesionalisme Guru ... 32

2.5 Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Populasi dan Sampel ... 34

3.3 Variabel Penelitian ... 36

3.4 Definisi Variabel ... 38

3.4.1 Definisi Konseptual Variabel ... 38

3.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 38

3.5 Kisi-kisi Instrumen Variabel ... 41

3.5.1 Kisi-Kisi Instrumen Kompetensi Manajerial ... 41

3.5.2 Kisi-Kisi Instrumen Kompetensi Supervisi Akademik ... 42

3.5.3 Kisi-Kisi Instrumen Profesionalisme Guru ... 43

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.6.1 Teknik Observasi ... 44

3.6.2 Teknik Dokumentasi ... 45

3.6.3 Teknik Angket (Kuesioner) ... 45

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 46

3.7.1 Uji Validitas ... 46

3.7.2 Uji reliabilitas ... 47

3.8 Teknik Analisis Data ... 49

3.8.1 Persamaan Regresi Linier ... 49

(14)

4.1.1 Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Punggur ... 52

4.1.2 Visi SMP Negeri 1 Punggur ... 52

4.1.3 Misi SMP Negeri 1 Punggur ... 52

4.1.4 Tujuan SMP Negeri 1 Punggur ... 53

4.1.5 Keadaan Fisik SMP Negeri 1 Punggur ... 54

4.1.6 Lokasi SMP Negeri 1 Punggur ... 56

4.1.7 Sejarah Singkat SMP Negeri 2 Punggur ... 56

4.1.8 Visi SMP Negeri 2 Punggur ... 58

4.1.9 Misi SMP Negeri 2 Punggur ... 58

4.1.10 Tujuan SMP Negeri 2 Punggur ... 59

4.1.11 Keadaan Fisik SMP Negeri 2 Punggur ... 60

4.1.12 Lokasi SMP Negeri 2 Punggur ... 61

4.2 Deskripsi Data Penelitian ... 61

4.2.1 Profesionalisme Guru ... 63

4.2.2 Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah ... 65

4.2.3 Kompetensi Supervisi Akademik ... 68

4.3 Pengujian Hipotesis ... 71

4.3.1 Uji Normalitas dan Uji Hipotesis... 71

4.3.2 Pengaruh Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Profesionalisme Guru ... 73

4.3.3 Pengaruh Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Profesionalisme Guru ... 77

4.3.4 Pengaruh Kompetensi Manajerial dan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Profesionalisme Guru ... 81

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 85

4.4.1 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Pertama ... 85

4.4.2 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Kedua ... 88

4.4.3 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Ketiga ... 90

(15)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 94

5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Implikasi ... 95

5.2.1 Meningkatkan Manajerial Kepala Sekolah ... 95

5.2.2 Meningkatkan Kompetensi Supervisi Akademik ... 96

5.2.3 Meningkatan Profesionalisme Guru ... 96

5.3 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Daftar Jumlah Guru SMP Negeri dan Sampel Penelitian ... 35

3.7.1 Kisi-kisi instrumenVariabel Manajerial Kepala Sekolah ... 41

3.7.2 Kisi-kisi istrumen Variabel Kompetensi Supervisi Akademik .. 42

3.7.3 Kisi-kisi instrumen profesionalisme guru ... 43

3.8.1 Interprestasi Nilai r ... 48

4.1 Sebaran Data HasilPenelitian ... 62

4.2 Distribusi Skor Variabel Profesionalisme Guru ... 64

4.3 Sebaran Frekuensi Data Kompetensi Manajerial ... 66

4.4 Sebaran Frekuensi Data Kompetensi Supervisi Akademik ... 69

4.5 Hasil Uji Normalitas ... 71

4.6 Hasil Uji Homogenitas ... 72

4.7 Data Silang Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Profesionalisme guru ... 73

4.8 Hasil Uji Regresi Linier Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah (X1) dan Profesionalisme Guru (Y) ... 73

4.9 Hasil Uji Linieritas Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah (X1) dan Profesionalisme Guru (Y) ... 75

4.10 Hasil Uji Regresi Linier Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah (X1) ... 76

4.11 Pengaruh Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Profesionalisme Guru ... 77

(17)

4.13 Hasil Uji Linieritas Kompetensi Supervi Akademik Kepala Sekolah (X2) dan Profesionalisme Guru (Y) ... 79 4.14 Hasil Uji Regresi Linier Kompetensi Supervisi Akademik

Kepala Sekolah (X2) ... 81 4.15 Hasil Regresi Linier Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

(X1) dan Kompetensi Supervisi Akademik (X2) Terhadap Profesionalisme Guru (Y) ... 82 4.16 Hasil Uji Signifikansi Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

(X1) dan Kompetensi Supervisi Akademik (X2) Terhadap Profesionalisme Guru (Y) ... 83 4.17 Hasil Uji Signifikansi Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

(X1) dan Kompetensi Supervisi Akademik (X2) Terhadap Profesionalisme Guru (Y) ... 83 4.18 Hasil Uji Regresi Linier Kompetensi Manajerial Kepala

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Uji Validitas Profesionalisme (Y) ... 101

2. Uji Validitas Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah (X1) ... 102

3. Uji Validitas Kompetensi Supervisi Akdemik (X2) ... 103

4. Uji Reliabilitas Profesionalisme (Y) ... 104

5. Uji Reliabilitas Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah (X1) ... 105

6. Uji Reliabilitas Kompetensi Supervisi Akdemik (X2) ... 106

7. Instrumen Pertanyaan Penelitian ... 107

8. Perolehan Skor Variabel Y ... 111

9. Perolehan Skor Variabel X1 ... 112

10.Perolehan Skor Variabel X2 ... 113

11.Rekapitulasi Data Penelitian ... 114

12.t tabel ... ... 115

13.Tabel F . ... 116

14.Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMP Negeri 1 Punggur ... 118

15.Keadan Siswa SMP Negeri 1 Punggur ... 120

16.Data Sarana dan Prasarana SMP Negeri 1 Punggur ... 121

17.Daftar Tenaga Pendidik SMP Negeri 2 Punggur ... 122

18.Keadaan Siswa SMP Negeri 2 Punggur ... 124

19.Data Sarana dan Prasarana SMP Negeri 2 Punggur ... 125

20.Lembar Perbaikan Seminar Proposal ... 126

21.Lembar Perbaikan Seminar Hasil ... 128

22.Lembar Perbaikan Ujian Tesis ... 130

23.Surat Izin Penelitian ... 132

24.Surat Keterangan Melaksanakan penelitian ... 134

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.4.1 Kerangka Pikir ... 32

4.1 Histogram Profesionalisme Guru ... 65

4.2 Histogram Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah ... 67

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebagai pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah tersebut mengatur tentang standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.

(21)

2

pengelolaan sekolah dibutuhkan sosok pimpinan sekolah yang mampu menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi sekolah, sehingga sumber daya yang ada di sekolah dapat dikerahkan secara optimal. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Purwanto (1998: 45) yang menyatakan “dengan mengetahui berbagai

gaya kepemimpinan, diharapkan para pemimpin pendidikan khususnya kepala sekolah dapat memilih dan menerapkan perilaku kepemimpinan yang dipandang lebih efektif dan sesuai dengan sifat-sifat, perilaku kelompok, kondisi dan situasi

di sekolah”.

Menurut Djamarah (2002: 73) “Guru adalah salah satu unsur manusia dalam

proses pendidikan”. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Selanjutnya

Djamarah (2002: 73) berpendapat bahwa “baik mengajar maupun mendidik

merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional”. Berda -sarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa tugas yang berat dari seorang guru pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompeten- si profesional yang tinggi.

(22)

yang menyatakan “guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di

sekolah, karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar”.

Lebih lanjut dinyatakan bahwa guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu pendidikan.

Sikap guru terhadap pekerjaan yang menjadi beban tanggung jawabnya juga merupakan faktor yang penting dalam upaya mencapai tujuan sekolah. Seorang guru yamg memiliki sikap yang positif terhadap pekerjaan sudah barang tentu me- nampilkan suatu kepercayaan, kepuasan dan perilaku yang positif terhadap peker- jaannya. Kepercayaan guru terhadap pekerjaan akan tumbuh bilamana seorang guru memiliki kesesuaian antara pekerjaan dengan kemampuan. Profesi guru merupakan profesi yang amat membutuhkan keahlian. Pendidikan yang sesuai dan pengalaman yang memadai merupakan faktor yang cukup menentukan keber- hasilan menjadi seorang guru. Di samping kesesuaian pekerjaan dengan kemam- puan, kesesuaian pekerjaan dengan minat merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan seorang guru terhadap pekerjaan. Kepercayaan yang tinggi terhadap pekerjaan akan tumbuh bilamana seorang guru memiliki minat yang tinggi untuk menjalani profesi sebagai guru.

(23)

4

Keterampilan kepala sekolah tersebut dimaksud sebagai bekal baginya untuk melaksanakan manajerial sekolah secara lebih baik. Dengan keterampilan tersebut diharapkan kepala sekolah dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan efektif dan efesien.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur diperoleh informasi: (1) masih banyak keluhan dari guru terkait dengan proses manajerial yang dijalankan oleh kepala sekolah, (2) tidak semua kepala sekolah menerapkan manajemen terbuka yang melibatkan semua guru dalam membuat kebijakan dan pengambilan keputusan, (3) ada kepala sekolah yang dalam penguasaan keterampilan manajemen masih kurang, (4) ada kepala sekolah yang belum melakukan pembagian tugas dan wewenang kepada guru secara merata sehingga sering menimbulkan hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran di sekolah.

Kepala sekolah yang tidak memiliki kemampuan manajerial memadai akan sulit untuk membangun peran dan fungsinya sebagai pengelola sekolah. Kepala sekolah harus memiliki strategi untuk mendayagunakan peran guru, melalui kerjasama, memberikan dorongan semangat kerja dan profesionalismenya, serta mendorong seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.

(24)

membanggakan. Guru yang profesional akan senantiasa bekerja dengan maksimal menaati peraturan organisasi yang ada dan berusaha menunjukan yang terbaik bagi organisasinya serta memiliki tanggung jawab yang besar atas tugasnya.

Seringkali di lingkungan sekolah ditemui suasana lingkungan kerja di mana guru berinteraksi dengan siswa di jam-jam kosong di kelas pembelajaran. Kekosongan di dalam kelas tersebut bukan karena guru tidak hadir, akan tetapi guru malas masuk ke kelas, guru hanya menghabiskan waktunya hanya sekedar berbincang-bincang dengan sesama teman guru. Situasi seperti ini bisa disebabkan tidak adanya penggerak dari manajerial terhadap kemajuan kerjanya.

Beberapa guru yang mulanya dikenal sebagai guru yang berdedikasi tinggi dan mampu mengantarkan anak didiknya mencapai prestasi akademik dan non akademik yang baik, akan tetapi di kemudian hari mengalamai penurunan semangat dalam membimbing siswanya, dikarenakan tidak adanya respon dari sekolah, dan kepala sekolah cenderung tidak memperdulikan prestasi dari guru tersebut.

(25)

6

belajar. Guru yang profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam implementasi kurikulum di kelas yang perlu mendapat perhatian. Guru yang profesional adalah guru yang mampu menjalankan tugas mengajarnya dengan baik. Dalam mengajar diperlukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk kelancaran proses belajar mengajar secara efektif dan efesien (Saefudin, 2009: 98)

Kondisi guru di lingkungan pendidikan di SMP Negeri yang ada di Kecamatan Punggur Lampung Tengah, diantaranya ada beberapa guru belum menerapkan pembelajaran yang bervariatif, hal ini terlihat beberapa guru di kecamatan ini dalam pembelajarannya masih menggunakan pembelajaran yang konvesional, guru tidak memiliki inovasi-inovasi dalam pembelajarannya, yang dilakukan di dalam kelas dalam menghadapi siswa di kelas kurang variatif, hal ini akan mengakibatkan siswa cepat jenuh sehingga akan mengakibatkan siswa minat belajarnya rendah. Kepala sekolah juga kurang memberikan masukan kepada guru yang masih kurang bervariasi dalam mengajarnya atau semacam teguran agar guru dapat memperbaiki kekurangannya.

(26)

mampu membangun hubungan antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa lainya.

Guru yang profesional adalah guru yang dapat melakukan tugas mengajarnya dengan baik. Dalam mengajar diperlukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk kelancaran proses belajar mengajar secara efektif dan efesien. Sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang, guru tidak semata-mata pengajar yang mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi sebagai pendidik juga melakukan transfer nilai-nilai karakter sekaligus sebagai pembimbing yang mengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar.

Berdasarkan data hasil kepengawasan sekolah tingkat SMP tahun pelajaran 2013/2014, profesionalisme guru di SMP Negeri Kecamatan Punggur diketahui sebagai berikut: (1) 50% guru belum menerapkan pembelajaran yang bervariasi, (2) 30% guru belum menerapkan strategi pembelajaran yang efektif, (3) 60% guru belum memperbaiki kinerja dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), (4) 50% guru dalam mengembangkan silabus dan perangkat pembelajaran belum mengembangkan sendiri, dan (5) 40% guru belum menggunakan media pembelajaran dalam menyampaikan pelajaran.

(27)

8

profesionalisme dalam bidang keguruan yang mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal pelayanan pada peserta didik atau siswa.

Kepala sekolah adalah figur yang paling menentukan bagi maju mundurnya sekolah, hal ini karena seorang kepala sekolah berfungsi sebagai leader sekaligus sebagai manajer. Sebagai leader ia harus mampu menggerakkan, mengarahkan dan mengoptimalkan profesionalisme guru, artinya mereka dapat melaksanakan tugas secara efektif dan efisien. Sedangkan sebagai manajer, kepala sekolah harus mampu membuat perencanaan, melaksanakan, mengatur, mengendalikan, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan program baik yang berkenaan dengan program pembelajaran maupun yang berkaitan dengan administrasi sekolah.

(28)

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian terhadap kompetensi manajerial kepala sekolah yang dilaksanakan di SMP Negeri di Kecamatan Punggur ini menjadi sangat penting, karena melalui penelitian ini akan diketahui bagaimana persepsi guru terhadap supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah, sehingga akan menjadi jawaban atas persoalan baik guru maupun kepala sekolah yang berkaiatan dengan supervisi manajerial dan profesionlisme guru dan harapan akan sebuah sekolah yang bermutu serta menjadi pilihan utama pendidikan untuk masyarakat akan tercapai.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Kepala SMP Negeri di Kecamatan Punggur dalam merencanakan program manajerial di lingkungan sekolah masih kurang.

1.2.2 Sebagian kepala SMP Negeri di Kecamatan Punggur belum melaksanakan kepemimpinan sesuai dengan manajemen sekolah.

1.2.3 Belum semua Kepala SMP Negeri di Kecamatan Punggur melibatkan semua guru dalam penentuan kebijakan sekolah.

1.2.4 Kepala SMP Negeri di Kecamatan Punggur belum maksimal melakukan supervisi akademik untuk membantu guru dalam mengajar.

1.2.5 Supervsi akademik yang dilakukan oleh Kepala SMP Negeri di Kecamatan Punggur belum terprogram.

(29)

10

1.2.7 Sikap kerja guru pada beberapa SMP Negeri di Kecamatan Punggur belum sesuai dengan standar pendidik yang ditetapkan.

1.2.8 Komunikasi di sekolah belum berjalan seimbang

1.2.9 Pada umumnya kepala SMP Negeri di Kecamatan Punggur masih belum terampil dalam menjalin komunikasi dan hubungan kerja sama dengan guru serta belum berhasil membangun semangat kerja dalam menciptakan iklim kompetitif yang sehat diantara guru.

1.2.10 Ada 45% guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur masih mempunyai profesionalisme kurang baik

1.3Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan peneliti, maka penelitian ini dibatasi pada masalah kompetensi manajerial kepala sekolah dan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah serta profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1.4.1 Apakah ada pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur.

(30)

1.4.3 Apakah ada pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah dengan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur.

1.5Tujuan Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1.5.1 Pengaruh kompetensi manajerialkepala sekolah terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur.

1.5.2 Pengaruh kompetensi supervisi akademik kepala sekolah terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur.

1.5.3 Pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah dengan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur.

1.6Kegunaan Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua kegunaan yaitu: 1.6.1 Kegunaan Teoritis

(31)

12

1.6.2 Kegunaan Praktis

1.6.2.1Manfaat bagi kepala sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi SMP Negeri di Kecamatan Punggur dalam melaksanakan manajerial dan supervisi untuk meningkatkan profesionalisme guru dan dapat meningkatkan mutu pendidikan serta menghasilkan lulusan yang berkualitas. Selanjutnya dapat memberikan perbaikan manajerial kepala sekolah dan supervisi dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai manajer.

1.6.2.2Manfaat bagi guru

Bermanfaat bagi guru untuk lebih meningkatkan profesionalisme sebagai guru agar pembelajaran yang dihasilkan lebih baik.

1.6.2.3Manfaat bagi dinas pendidikan

Memberikan masukan kepada dinas pendidikan kabupaten Lampung Tengah dalam memberikan kebijakan dalam pelaksanaan manajerial dan supervisi akademik di Kabupaten Lampung Tengah.

1.6.2.4Manfaat bagi peneliti

(32)

1.7Ruang Lingkup Penelitian

Penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini yang berjudul “Pengaruh kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah

terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur”

1.7.1 Ruang lingkup penelitian adalah ilmu manajemen pendidikan khususnya berkenaan dengan kompetensi manajerial, kompetensi supervisi akademik kepala sekolah, dan profesionalisme guru.

1.7.2 Subjek penelitian adalah guru-guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SMPN yang ada di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. 1.7.3 Kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, seminar proposal,

penyusunan instrumen, uji coba instrumen, pengambilan data, analisis data, seminar hasil penelitian dan penyusunan laporan penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2014.

1.7.4 Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah kompetensi manajerial kepala sekolah, dan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah sebagai variabel bebas serta profesionalisme guru sebagai variabel terikat. 1.7.5 Manajerial kepala sekolah (X1) adalah cara atau kebijakan yang dilakukan

oleh kepala sekolah untuk memimpin sekolah.

1.7.6 Supervisi akademik (X2) adalah bimbingan yang diberikan oleh kepala sekolah kepada guru agar guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik. 1.7.7 Profesionalisme guru (Y) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

(33)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profesionalisme Guru

Untuk dapat menghasilkan mutu lulusan yang baik, seorang guru dituntut memiliki profesionalisme yang tinggi dalam pekerjaan. Profesionalisme ini sangat penting dimiliki seorang guru karena seorang guru memang menuntut adanya kerja yang mempunyai standar kopetensi yang disyaratkan. Untuk menjadi guru yang profesional, seorang guru harus senantiasa memperbaharui dan memperbaiki kualitas kerjanya. Dengan perbaikan yang terus menerus dalam pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru, maka dapat dikatakan dia telah memahami profesionalisme guru. Berikut penulis akan menguraikan mengenai pengertian profesionalisme dan dimensi yang menyertainya.

2.1.1.Pengertian Profesionalisme Guru

(34)

sikap para angota profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam rangka melakukan pekerjaan.

Kusnandar (2007: 46) mengemukakan bahwa profesional adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keadilan dan kewarganegaraan yang berkaiatan dengan mata pencaharian seseorang. Selanjutnya profesionalisme menurut Surya (2007: 214) sambutan yang mengacu pada sambutan mental dalam bentuk komitmen dari para anggota profesional untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesional. Sementara Danim (2010: 23) mengatakan bahwa profesional adalah komitmen para anggota profesi untk meningkatkan profesioanlismenya dan terus-menerus membangun strategi-strategi membangun yang di gunakan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa profesional adalah suatu komitmen para anggota profesi untuk selalu meningkatkan dan menggembangkan kompetensinya yang bertujuan agar profesinya dapat tercapai secara berkesinambungan.

(35)

16

2.1.2 Dimensi Profesionalisme Guru

Syifudin (2009: 55) mengatakan bahwa guru yang profesional adalah guru yang mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Dalam mengajar diperlukan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk kelancaran proses belajar mengajar diantaranya: (1) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (2) keterampilan menjelaskan, (3) keterampilan menegaskan, (4) keterampilan memberikan penguwatan, (5) keterampilan menggunakan media pembelajaran, (6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (7) keterampilan mengelola kelas, (8) keterampilan mengadakan variasi, dan (9) keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil.

(36)
(37)

18

untuk memotivasi para siswa serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Tujuan keterampilan variasi adalah menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa pada aspek-aspek pembelajaran.11) Keterampilan Perorangan dan Kelompok, Tujuan mengajar perorangan dan kelompok kecil yaitu memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar pada siswa mengembangkan daya kreatif dan sifat kepemimpinan dan membentuk hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa.

2.2 Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

Dalam lingkungan pendidikan peranan kepala sekolah berperan sebagai pemimpin lembaga sekolah sangatlah strategis dan memiliki andil yang sangat besar dalam memajukan lembaga sekolah. Sebagai manajer, kepala sekolah harus mampu mengkoordinasikan sekolah dengan baik dan bijaksana. Seorang kepala sekolah harus mampu mengkomunikasikan seluruh program sekolah dan komponen sekolah yang menjadi motor penggerak sekolah. Berikut di bawah ini akan diuraikan mengenai pengertian kepala sekolah, karakteristik kepala sekolah, pengertian kompetensi manajerial, dan dimensi dari kompetensi manajerial kepala sekolah.

2.2.1 Pengertian Kompetensi Manajerial

(38)

Handoko (2000: 35) mengatakan bahwa manajerial adalah orang yang bertanggung jawab atas bawahannya dan sumberdaya organisasi. Sedangkan Pidarta (2006: 57) menjelaskan dalam dunia pendidikan, manajer adalah seorang yang menjalankan tugas memadukan sumber-sumber pendidikan yang berpusat dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Danim (2010: 71) mengatakan bahwa dilingkungan pendidikan, ada seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai pemimpin untuk menjalankan tugas kemampuan kepala sekolah tersebut sebagai bekal baginya untuk dapat menjalankan manajeman kepala sekolah secara lebih baik. Dengan keterampilan tersebut, kepala sekolah diharapkan dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan efektif dan efisien.

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi manajerial kepala sekolah adalah kemampuan seorang kepala sekolah dalam mengelola sumberdaya organisasi sekolah dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang telah ditentukan.

2.2.2 Dimensi Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

(39)

20

Danim (2010: 73) mengatakan kecakapan konseptual adalah kecakapan untuk memformulasikan pikiran, memahami teori-teori, melakukan aplikasi, melihat kecenderuangan berdasarkan kemampuan teoritis, dan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.

Otto dan Sanders dalam Wahyudi (2009: 70) secara lebih kusus mengatakan bahwa, dalam organisasi pendidikan keterampilan konseptual adalah kemampuan kepala sekolah untuk melihat sekolah sebagai suatu keseluruhan, merencanakan perubahan, merancang tujuan sekolah, membuat penilaian secara tepat tentang keefektifan tentang kegiatan sekolah dan mengkoordinasikan program secara harmonis.

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa kemampuan konseptual kepala sekolah adalah kemampuan untuk menentukan strategi, merencanakan, merumuskan kebijakan, serta memutuskan sesuatu yang terjadi pada organisasi. termasuk sekolah sebagai lembaga pendidikan.

Danim (2010: 72) mengartikan kompetensi hubunagn manusia adalah keterampilan untuk menempatkan diri di dalam kelompok kerja dan menjalin komunikasi yang mampu menciptakan kepuasan kedua belah pihak.

Menurut Wahyudi (2009: 73) kompetensi hubungan manusia yang dilakukan oleh kepala sekolah meliputi:

a. Menjalin hubungan kerjasama dengan guru b. Menjalin komunikasi dengan guru

(40)

d. Memberikan penghargaan bagi guru yang berprestasi e. Menyelesaikan segala permasalahan yang ada di sekolah

f. Mengikutsertakan guru dalam merumuskan pengambilan keputusan g. Menyelesaikan konflik yang ada di sekolah

h. Menghormati peraturan sekolah

i. Menciptakan suasana kompetitif yang sehat diantara guru.

Handoko (2000: 37) bahwa kompetensi teknik adalah kemampuan untuk menggunakan peralatan-peralatan, prosedur-prosedur, atau teknik-teknik dari bidang tertentu, seperti akutansi, permesinan dan lain sebagainya.

Menurut Danim (2010: 37) kompetensi teknik dalah kemampuan menerapkan kemampuan teoritis kedalam tindakan-tindakan praktis, memecahkan masalah melalui taktik yang baik, atau menyelesaiakn tugas-tugas dengan sistematis.

(41)

22

belajar sekolah, (j) melaksanakan administrasi sekolah yang menjadi tanggung jawabnya.

2.2.3 Pengertian Kepala Sekolah

Wahjo Sumijo (2002: 83) mengartikan bahwa kepala sekolah adalah seorang fungsional guru yang diberikan tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses pembelajaran, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberikan pelajaran dan murid menerima pelajaran.

Sementara Rahman (2006: 106) mengungkapkan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala sekolah) di sekolah. Sedangkan Mulyasa (2003: 126) yang menyatakan kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan.

Bardasarkan pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa seorang kepala sekolah adalah seorang guru yang mampunyai kemampuan segala sumberdaya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan untuk mencapai tujuan yang sama.

2.2.4 Karakteristik Kepala Sekolah

(42)

staf, (d) memahami perasaan guru, (e) mempunyai misi dan berupaya melakukan perubahan, (f) terampil dan tertib (g) berkemampuan dan efesien (h) memiliki dedikasi dan rajin (i) tulus dan percaya diri.

Sedangkan Mulyasa (2005: 126) mengungkapkan kepala sekolah adalah sosok yang mempunyai harapan tinggi bagi semua warga sekolah. Kepala sekolah adalah orang yang memiliki mengerti akan semua tugas-tugas dan menentukan irama bagi sekolah mereka. Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentuan arah kebijakan sekolah, yang mentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan.

Darai beberapa pendapat yang diungkapkan di atas dapat diketahui bahwa karakteristik kepala sekolah adalah kepala sekolah yang dapat memahami fungsinya keberadaanya sekolah sebagai organisasi yang komplek dan unik, serta mampu melaksanakan peranya secara efektif dalam memimpin sekolah.

2.3 Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Supervisi akademik adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif (Purwanto, 2003: 32).

(43)

24

Menurut Carter, supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran (Sahertian, 2000: 17).

Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi atau syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Dari definisi tersebut maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa dia hendaknya pandai meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah itu semaksimal mungkin dapat tercapai.

Riva’i (1992: 20) merumuskan istilah supervisi akademik merupakan pengawasan

(44)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi kepala sekolah adalah upaya seorang kepala sekolah dalam pembinaan guru, agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui langkah-langkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan cara yang rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.

2.3.1 Karakteristik Supervisi Akademik

Menurut Mulyasa (2004: 112) Salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan.

2. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.

3. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah.

4. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru.

5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada memberi saran dan pengarahan.

6. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik.

(45)

26

8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Berhasil Tidaknya Supervisi Akademik Menurut Purwanto (2004: 118) ada beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat-lambatnya hasil supervisi antara lain:

1. Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada. Apakah sekolah itu di kota besar, di kota kecil, atau pelosok. Dilingkungan masyarakat orang-orang kaya atau dilingkungan orang-orang yang pada umumnya kurang mampu. Dilingkungan masyarakat intelek, pedagang, atau petani dan lain-lain.

2. Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak jumlah guru dan muridnya, memiliki halaman dan tanah yang luas, atau sebaliknya.

3. Tingkatan dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang di pimpin itu SD atau sekolah lanjutan, SLTP, SMU dan sebagainya semuanya memerlukan sikap dan sifat supervisi tertentu.

4. Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia. Apakah guru-guru di sekolah itu pada umumnya sudah berwenang, bagaimana kehidupan sosial ekonomi, hasrat kemampuannya, dan sebagainya.

(46)

kepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya.

2.3.3 Tujuan dan Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pengajaran Kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor antara lain:

1. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.

2. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar-mengajar.

3. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku.

4. Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya.

5. Berusaha mempertinggi mutu, pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk mengikuti penataran-penataran, seminar, sesuai dengan bidangnya masing-masing.

(47)

28

2.3.4 Teknik-Teknik Supervisi Akademik

Menurut Purwanto (2004: 120-122), secara garis besar cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok. 1. Teknik perseorangan

Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :

a. Mengadakan kunjungan kelas (classroom visition)

Yang dimaksud dengan kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.

b. Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)

Guru-guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk melihat/mengamati seorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara menggunakan alat atau media yang baru, seperti audio-visual aids, cara mengajar dengan metode tertentu, seperti misalnya sosiodrama, problem solving, diskusi panel, fish bowl, metode penemuan (discovery), dan sebagainya.

c. Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi probelema yang dialami siswa.

(48)

memusatkan perhatian, siswa yang nakal, siswa yang mengalami perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan teman-temannya. Masalah-masalah yang sering timbul di dalam kelas yang disebabkan oleh siswa itu sendiri lebih baik dipecahkan atau diatasi oleh guru kelas itu sendiri daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau konselor yang mungkin akan memakan waktu yang lebih lama untuk mengatasinya.

d. Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah. Antara lain :

1) Menyusun program catur wulan atau program semester 2) Menyusun atau membuat program satuan pelajaran 3) Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas 4) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran

5) Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar

6) Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler, study tour, dan sebagainya.

2. Teknik kelompok

Yang dimaksud dengan teknik kelompok ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok . Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :

a. Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)

(49)

30

Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk itu diprogramkan untuk mengadakan pertemuan atau diskusi guna membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan proses belajar-mengajar.

c. Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)

Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran, dan penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru.

Menurut Giyan, dalam Bafadal (2004: 48-50), teknik supervisi digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik perorangan dan teknik

(50)

meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui langkah-langkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan cara yang rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.

Adapun indikator supervisi kepala sekolah dalam penelitian ini adalah : (1) kunjungan kelas, (2) semangat kerja guru, (3) pemahaman tentang kurikulum, (4) pengembangan metode dan evaluasi, (5) rapat pembinaan, dan (6) kegiatan rutin diluar mengajar.

2.4. Kerangka Pikir

Untuk mengetahui lebih jelas pengaruh antara masing-masing variabel terkait, maka penulis membuat kerangka pemikiran pengaruh antara variabel seperti tergambar di bawah ini

(51)

32

2.4.2 Pengaruh Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Profesionalisme Guru.

Supervisi kepala sekolah adalah upaya seorang kepala sekolah dalam pembinaan guru, agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui langkah-langkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan cara yang rasional dalam usaha meningkatkan profesionalisme guru.

2.4.3 Pengaruh Kompetensi Manajerial, Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Profesionalisme Guru.

Dengan memiliki kepala sekolah yang mempunyai kompetensi manajerial yang memadai dan baik, serta didukung dengan supervisi yang baik diharapkan terjadi peningkatan profesionalisme pada guru, karena mendapat dorongan dari luar dirinya yaitu kepala sekolah yang baik, sehingga pada akhirnya akan berimbas pada peserta didik yang pada akhirnya menghasilkan lulusan yang baik dan bermutu.

Untuk kerangka pikir di atas dapat digambarkan dengan diagram model teoritis hubungan seperti di bawah ini:

Gambar 2.4.1: Model teoritis Pengaruh Kompetensi Manajerial ( X1), dan Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Sekolah ( X2) Terhadap Profesionalisme Guru ( Y )

Y X1

X2

X1 Y

X2 Y

(52)

2.5. Hipotesis

Hipotesis umum yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah” Ada pengaruh

yang signifikan dari kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur” Bertitik tolak dari hipotesis umum di atas, maka penulis mengajukan hipotesis kerja sebagai berikut:

2.6.1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kompetensi manajerial terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur. 2.6.2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi supervisi

akademik kepala sekolah terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur.

(53)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian non experimen ex post facto, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki peristiwa yang telah

terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut (Sugiyono, 2009: 7). Penelitian ini adalah penelitian kausal komparatif karena dimaksud untuk menyelidiki kausal yang mungkin untuk suatu pola prilaku yang dilakukan dengan cara membandingkan subjek dimana pola tersebut ada dengan subjek yang serupa dimana pola tersebut tidak ada atau berbeda (Glass & Hopkin, 1979). Melalui penelitian ini akan diketahui hubungan dan tingkat hubungan antara masing-masing variabel bebas (kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah) dengan variabel terikatnya (profesionalisme guru). Selain itu melalui penelitian ini juga akan diketahui hubungan dan tingkat hubungan antara kedua variabel bebas di atas secara bersama-sama dengan variabel terikatnya.

3.2 Populasi dan Sampel

(54)

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono: 2009:297). Sedangkan menurut Arikunto (2002: 115), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Jadi populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh guru yang mengajar pada SMP Negeri di Kecamatan Punggur yang berjumlah 115 orang dan tersebar di dua SMP. Berdasarkan pendapat dari Arikunto (2002: 107) pedoman besarnya jumlah sampel yang seharusnya diambil adalah, “bila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya, dan jika subyeknya cukup besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih”, maka dari populasi tersebut yang akan dijadikan sampel sebanyak 30 orang atau 25% dari 115 orang.

Banyaknya sampel dari masing-masing sekolah adalah 25% dari jumlah guru di sekolah tersebut. Jumlah sampel dari masing-masing sekolah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 : Daftar Jumlah Guru SMP Negeri dan Sampel Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Guru Jumlah Sampel

1 SMP Negeri 1 Punggur 61 16

2 SMP Negeri 2 Punggur 54 14

Jumlah 115 30

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Lampung Tengah

(55)

36

dengan kertas tidak bernomor atau kosong yang dimasukan ke dalam kotak. Hal ini dilakukan agar peluang setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel selalu sama.

3.3Variabel Penelitian

Sugiyono (2009: 36) menjelaskan bahwa variabel penelitian adalah sesuatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen).

3.3.1 Variabel Bebas

Menurut Sugiono (2009: 39) variabel independen sering disebut dengan variabel stimulus, prediktor, anteceden atau dalam bahasa Indonesia disebut variabel bebas, adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau penyebab terjadinya variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah kompetensi manajerial (X1) dan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah (X2).

(56)

lingkungan lembaga sekolah yang meliputi : keterampilan konseptual (conceptual skill), keterampilan hubungan manusia (human skill) dan keterampilan teknik (tehnical skill). Ketiga keterampilan manajerial kepala sekolah tersebut diperlukan dalam menjalankan tugas manajerial secara efektif, meskipun penerapan masing-masing keterampilan tergantung pada tingkatan menejer dalam organisasi.

Sedangkan alasan penulis menjadikan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah menjadi variabel bebas adalah pendapat Hasibuan dalam Ridwan (2008: 187) yang mengatakan aktivitas kerja meliputi: (a) motif (motif) adalah suatu perangsang suatu kegiatan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang, (b) harapan (exspectansi) adalah suatu kesempatan yang dibiarkan terjadi karena perilaku untuk tercapai tujuan, (c) insentif (incentive) yaitu motivasi untuk merangsang bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang mendapat prestasi di atas prestasi standar.

3.3.2 Variabel Terikat

(57)

38

3.4 Definisi Variabel

Untuk memberikan kejelasan masing-masing variabel dalam penelitian ini, maka variabel perlu dijelaskan secara konseptual dan secara operasional seperti di bawah ini.

3.4.1 Definisi Konseptual Variabel

Masri (2003: 31) menyatakan, konsep adalah abstraksi dari suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu.

Definisi konseptual masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

3.4.1.1 Kompetensi manajerial adalah kemampuan seseorang yang menjalankan aktivitas untuk memadukan unsur-unsur dalam pendidikan agar berpusat pada usaha pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan.

3.4.1.2 Kompetensi supervisi akademik adalah kemampuan kepala sekolah dalam memberikan supervisi kepada guru baik di dalam kelas atau di luar kelas.

3.4.1.3 Profesionalisme adalah komitmen anggota profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalismenya dan terus menerus menghubungkan strategi-strategi yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan pekerjaannya.

3.4.2 Definisi Operasional Variabel

(58)

manjadi petunjuk bagaimana variabel akan diukur. Dengan membaca definisi operasional variabel dalam penelitian, seorang peneliti akan mengetahui pengukuran suatu variabel sehingga dia dapat mengetahui baik buruknya penelitian tersebut.

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.4.2.1 Kompetensi manajerial kepala sekolah (X1) adalah persepsi guru tentang kemampuan seorang kepala sekolah dalam mengelola sumberdaya organisasi di sekolah dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang telah ditentukan, yang meliputi: keterampilan konseptual (conceptual skill), keterampilan hubungan manusia (human skill) dan keterampilan teknik (tehnical skill). Ketiga keterampilan manajerial kepala sekolah tersebut diperlukan dalam menjalankan tugas manajerial secara efektif.

Masing-masing indikator kompetensi manajerial kepala sekolah diukur dengan angket menggunakan skala Likert dengan lima jawaban yaitu, sangat baik (SB), baik (B), cukup baik (CB), tidak baik (TB), dan sangat tidak baik (STB).

(59)

40

Masing-masing indikator kompetensi supervisi kepala sekolah diukur dengan angket menggunakan skala Likert dengan lima jawaban yaitu, sangat baik (SB), baik (B), cukup baik (CB), tidak baik (TB), dan sangat tidak baik (STB).

Dari Kompetensi supervisi akademik kepala sekolah disediakan 20 butir soal, sehingga secara teoritis skor yang diperoleh untuk variabel kompetensi manajerial kepala sekolah antara skor minimal 20 dan skor maksimal 100.

3.4.2.3 Profesionalisme guru (Y) adalah suatu keterampilan seorang guru terhadap profesionalnya untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan agar kualitas profesionalnya dapat tercapai secara berkesinambungan dengan yang meliputi: (1) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (2) keterampilan menjelaskan, (3) keterampilan memberikan penguatan, (4) keterampilan menggunakan media pembelajaran, (5) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (6) keterampilan mengelola kelas, (8) keterampilan mengadakan variasi, dan keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil. Sedangkan indikator masing-masing tertuang dalam instrumen variabel profesionalisme guru.

(60)

Dari profesionalisme guru disediakan 22 butir soal, sehingga secara teoritis skor yang diperoleh untuk variabel kompetensi manajerial kepala sekolah antara skor minimal 22 dan skor maksimal 110.

3.5 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Penelitian

Sugiyono (2009: 119) mengatakan karena pada dasarnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian biasanya disebut dengan instrumen penelitian.

Instrumen dalam penelitian ini diukur dengan skala likker. Menurut Sugiyono (2009: 107) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tertentu tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah ditentukan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian.

3.5.1 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Kisi-kisi instrumen kompetensi manajerial kepala sekolah dalam penelitian ini dikembangkan dari Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 yang dituangkan dalam aspek dan indikator variabel instrumen penelitian. Aspek dan indikator yang akan di gunakan untuk mandapatkan data persepsi guru terhadap keterampilan manajerial kepala sekolah adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7.1 Kisi-kisi Instrumen Variabel Manajerial Kepala Sekolah

(61)

42

Kewirausahaan Melakukan inovasi 1 12

Sosial Berinteraksi dengan masyarakat 2 13,14

Jumlah 14

Instrumen manajerial kepala sekolah dalam penelitian ini akan diukur dengan skala Likert dengan lima pilihan, dan skor pembobotan sebagai berikut:

No Pilihan Jawaban Bobot Nilai

1 Sangat Baik (SB) 5

2 Baik (B) 4

3 Cukup Baik (CB) 3

4 Tidak Baik (TB) 2

5 Sangat Tidak Baik (STB) 1

3.5.2. Kisi-Kisi Istrumen Variabel Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Kisi-kisi instrumen variabel kompetensi supervisi akademik kepala sekolah dalam penelitian ini dari Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 yang dituangkan dalam aspek beserta indikator penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.7.2 Kisi-kisi Istrumen Variabel Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Aspek Indikator Jumlah No Instrumen

Supervisi

(62)

Instrumen supervisi akademik kepala sekolah dalam penelitian ini akan diukur dengan skala Likert dengan lima pilihan, dan skor pembobotan sebagai berikut:

No Pilihan Jawaban Bobot Nilai

1 Sangat Baik (SB) 5

2 Baik (B) 4

3 Cukup Baik (CB) 3

4 Tidak Baik (TB) 2

5 Sangat Tidak Baik (STB) 1

3.5.3 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Profesionalisme Guru

Kisi-kisi instrumen penelitian ini dikembangkan berdasarkan Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 yang dituangkan dalam aspek beserta indikator penelitiannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7.3 Kisi-kisi Instrumen profesionalisme guru

Aspek Indikator Jumlah No

Instumen Mengelola

pembelajaran

- Menyusun rencana pembelajaran - Melaksanakan interaksi belajar

mengajar

- Penilaian prestasi belajar siswa - Melakukan tindak lanjut belajar

siswa

- Bimbingan belajar siswa

3

- Memahami wawasan pendidikan - Menguasai bahan kajian akademik

2 2

19,20 21,22

Jumlah 22

Instrumen profesianalisme guru dalam penelitian ini akan diukur dengan skala Likert dengan lima pilihan, dan skor pembobotan sebagai berikut:

No Pilihan Jawaban Bobot Nilai

1 Sangat Profesional (SP) 5

(63)

44

3 Cukup Profesional (CP) 3

4 Tidak Profesional (TP) 2

5 Sangat Tidak Profesional (STP) 1

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperjelas teknik apa yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

3.6.1 Teknik Observasi

Observasi adalah mengamati objek penelitian dengan memakai alat indera pengelihatan dan membuat catatan mengenai hasil pengamatan (Latunaka, 2010: 107). Selain pengertian tersebut observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis dari gejala-gejala yang diselidiki (Suprapto, 2003: 88). Obesrvasi dilakukan peneliti untuk melihat yang ada di lapangan sehingga dengan observasi bisa mengumpulkan data secara mekanis. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah bagaimana kepala sekolah melakukan manajerial dan supervisi akademik dalam meningkatkan profesionalisme guru di SMP Negeri di Kecamatan Punggur.

(64)

3.6.2 Teknik Dokumentasi

Menurut Nazir (2003: 328) studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian dimaksudkan dengan mengumpulkan data dan mencatat dan mempelajari bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi yang terdapat baik dilokasi penelitian ataupun di instansi yang ada hubunganya dengan lokasi penelitian.

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data terbaru mengenai guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur pada tahun pelajaran 2013/2014 dari Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Tengah.

3.6.3 Teknik Angket (Kuesioner)

Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto 2006: 151). Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala Likert dalam penelitian digunakan untuk mengukur sikap,

(65)

46

Menurut Sugiyono (2009: 162) angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya. Kuesioner atau angket merupakan alat pengumpulan data yang efesian bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diteliti dan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden.

Teknik pengambilan data dengan angket dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data secara langsung dari guru-guru SMP Negeri di Kecamatan Punggur Lampung Tengah mengenai persepsi mereka tentang kompetensi manajerial kepala sekolah, kompetensi supervisi kepala sekolah, serta profesionalisme guru dalam mengemban amanat pendidikan.

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.7.1 Uji Validitas

(66)

Keterangan: instrumen dikatakan tidak valid, dan tidak layak digunakan untuk pengambilan data. Hasil dari perhitungan uji validitas di atas, bahwa dari 14 pertanyaan semuanya valid sehingga dapat dipakai dalam pengambilan data dalam penelitian ini, hasil dapat dilihat pada lampiran halaman 102.

3.7.2 Reliabilitas

(67)

48

Hasil perhitungan reliabilitas dikonsultasikan dengan rtabel, rata-rata signifikansi 5% atau internal kepercayaan 95%. Bila harga perhitungan lebih besar dari rtabel, maka instrumen dikatakan reliable. Reliabilitas instrumen hasil uji coba kemudian di interprestasikan berdasarkan tabel dibawah ini.

Tabel 3.8.1: Interprestasi Nilai r

No Besarnya nilai r Interprestasi

1 Antara 0,80 sampai dengan 1,00 Tinggi 2 Antara 0,60 sampai dengan 0,80 Cukup 3 Antara 0,40 sampai dengan 0,60 Rendah 4 Antara 0,20 sampai dengan 0,40 Sangat rendah 5 Antara 0,00 sampai dengan 0,20 Tidak berkorelasi (Arikunto, 2002: 260)

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen maka diperoleh kompetensi manajerial, kompetensi supervisi akademik dan profesionalisme guru valid semua sehingga, dapat dipakai dalam pengambilan data penelitian, hasilnya dapat dilihat pada lampiran halaman 105.

Untuk mencari varian butir menggunakan rumus:

2

(68)

3.8 Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, terutama apabila penelitian tersebut bermaksud untuk mengambil kesimpulan dari masalah yang diteliti. Untuk menganalisa data diperlukan suatu cara atau metode analisa data. Metode analisa data digunakan untuk mengubah atau menganalisa data hasil penelitian agar dapat diinterprestasikan sehingga laporan yang dihasilkan mudah untuk dipahami.

Mengacu pada tujuan dan hipotesis penelitian, maka model analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana dan regresi berganda. Penggunaan model analisis ini dengan alasan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel terikat, yaitu antara kompetensi supevisi kepala sekolah (X1), kompetensi manajerial kepala sekolah (X2) terhadap profesionlisme guru (Y). Sedangkan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.8.1 Persamaan Regresi Linier Sederhana

Uji regresi linier digunakan untuk menguji hipotesis pertama dan kedua. Teknik regresi yang digunakan adalah teknik person, hal ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dengan terikatnya. Persamaan garis regresi sederhana dengan satu prediktor adalah:

Yˆ =  1X1

Keterangan:

Yˆ : Profesionalisme guru  : Koefisien regresi

Gambar

Gambar 2.4.1: Model teoritis Pengaruh Kompetensi Manajerial ( X1), dan Kompetensi Supervisi Akademik  Kepala Sekolah ( X2) Terhadap Profesionalisme Guru ( Y )
Tabel 3.1 : Daftar Jumlah Guru SMP Negeri dan Sampel Penelitian
Tabel 3.7.2 Kisi-kisi Istrumen Variabel  Kompetensi Supervisi Akademik  Kepala Sekolah
Tabel 3.7.3 Kisi-kisi Instrumen profesionalisme guru
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan dan menganalisis; 1) Perencanaan supervisi akademik kepala SMP Negeri 1 Bangunrejo; 2) Implementasi supervisi akademik kepala

Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan dan menganalisis; 1) Perencanaan supervisi akademik kepala SMP Negeri 1 Bangunrejo; 2) Implementasi supervisi akademik kepala

Secara khusus Otto & Sanders (1974) dalam Wahyudi (2009: 70) menjelaskan bahwa dalam organisasi pendidikan, keterampilan konseptual merupakan keterampilan yang harus

Menurut Husdarta dalam (Murita, 2014) menjelaskan bahwa kinerja guru dalam pembelajaran menjadi bagian terpenting dalam mendukung terciptanya proses pendidikan secara efektif

sekolah;Mampu memimpin rapatyang aspiratif dan persuasif dengan guru-guru, staf, orang tua peserta didik dan komite sekolah;Mampu melakukan pengambilan keputusandengan

Square. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS diperoleh nilai R Square adalah 0,126.. Determinasi secara bersama- sama supervisi pembelajaran, kompetensi

Berbagai fenomena telah ditemukan dalam penelitian, beberapa saran yang dapat dikemukakaan adalah sebagai berikut: (1) Supervisi kepala sekolah yang sudah baik selama ini

(3) Terdapat hubungan secara bersama- sama yang positif dan signifikan antara supervise akademik dan kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru SDN