HUBUNGAN JARAK SUMUR GALI DENGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TERHADAPKANDUNGAN FOSFAT (PO4-3)
DAN NITRAT (NO3-) PADA AIR SUMUR GALI MASYARAKAT DI DESA NAMO BINTANG KECAMATAN PANCUR BATU
KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 081000088
VONNY YOLANDA SINURAYA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN JARAK SUMUR GALI DENGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TERHADAPKANDUNGAN FOSFAT (PO4-3)
DAN NITRAT (NO3-) PADA AIR SUMUR GALI MASYARAKAT DI DESA NAMO BINTANG KECAMATAN PANCUR BATU
KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NIM. 081000088
VONNY YOLANDA SINURAYA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul :
HUBUNGAN JARAK SUMUR GALI DENGAN TEMPAT PEMBUANGAN
AKHIR (TPA) SAMPAH TERHADAP KANDUNGAN FOSFAT (PO4
-3 ) DAN NITRAT (NO3
-) PADA AIR SUMUR GALI MASYARAKAT DI DESA NAMO BINTANG KECAMATAN PANCUR BATU
KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012
Yang telah dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NIM. 081000088
VONNY YOLANDA SINURAYA
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tangal 14 Juni 2012 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
dr. Taufik Ashar, MKM Ir. Indra Chahaya, MSi
NIP.197803312003121001 NIP.196811011993032005
Penguji II Penguji III
dr. Devi Nuraini S, Mkes Prof.Dr.Dra. Irnawati Marsaulina, MS NIP.197002191998022001 NIP.196501091994032002
Medan, Juli 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dekan
ABSTRAK
Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Sarana paling umum yang digunakan masyarakat untuk mengambil air tanah dangkal dan memanfaatkannya sebagai sumber utama air bersih adalah sumur gali. Penurunan kualitas air tanah dangkal ditandai dengan kehadiran beberapa polutan diantaranya nitrat, fosfat, dan logam-logam berat yang berhubungan dengan kegiatan manusia seperti pembuangan limbah domestik, pelindian TPA, penggunaan pupuk yang berlebihan, dan lain-lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jarak sumur gali dengan TPA Sampah terhadap kandungan fosfat dan nitrat pada air sumur gali masyarakat.
Jenis penelitian ini adalah survei analitik, dengan sampel sebanyak 68 sumur gali. Penelitian ini dilakukan di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. Analisa data menggunakan uji statistik korelasi dan kemudian dilanjutkan dengan uji regresi sederhana.
Berdasarkan hasil penelitian, keadaan konstruksi sumur gali di Namo Bintang yang memenuhi syarat konstruksi sebanyak 2,9 % (2 sumur) sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 97,1 % (66 sumur). Rata-rata kandungan fosfat pada air sumur gali adalah 0,51 mg/L dan rata-rata kandungan nitrat adalah 4,02 mg/L. Dari uji statistik diperoleh bahwa ada hubungan antara jarak sumur dengan TPA terhadap kandungan fosfat dan nitrat pada air sumur gali masyarakat dengan nilai p masing-masing0,006dan0,0001. Uji regresi kandungan fosfat menujukkan adanya korelasi negatif antara jarak sumur gali dengan TPA terhadap kandungan fosfat, sedangkan pada nitrat terjadi korelasi positif.
Untuk itu diperlukan partisipasi masyarakat serta peran pemerintah dalam upaya peningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai konstruksi fisik sumur gali yang memenuhi syarat melalui pelatihan, penyuluhan dan perbaikan sarana air bersih agar diperoleh air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.
ABSTRACT
Water was an important component for human life and other living things. Dug wells were the most common means used by the people to take shallow ground water and as a major source of clean water. Quality decline of shallow groundwater was characterized by the presence of some pollutants such as nitrates, phosphates, and heavy metals associated with human activities such as domestic waste disposal, landfill leaching, excessive used of fertilizers, etc.
This study aimed to determine the correlation between the distance of wells to the landfill to phosphate and nitrate content in community dug wells water.
The design of this study was analytic survey, with 68 dug wells samples. The study was conducted in the Desa Namo Bintang Sub District Pancur Batu Deli Serdang Regency year 2012. Data analyze was used statistical test of correlation and then continued by a simple regression test.
The result of the study showed, in Desa Namo Bintang there were 2.9 % (2 wells) that were qualified the dug wells construction while that didn’t qualified there were 97.1 % (66 wells). The average of phosphate content in dug well water was 0.51 mg/L and the average nitrate content was 4.02 mg/L. Statistical tests found that there was a correlation between the distance to the landfill wells to phosphate and nitrate content of dug wells water in the community with respective p values were 0.006 and 0.0001.Regression testshowedanegativecorrelation between the distance of wells to the landfill to phosphate content and regresssion test of nitrate content showed positivecorrelation.
Based on the study result, the participation of community and role of government was needed to improve public knowledge about the requirement of dug wells construction through training, counseling and repairing of clean water fasilities in order to obtain clean water that meets health requirements.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : VONNY YOLANDA SINURAYA
Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 29 April 1991 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan Anak ke : 1 dari 2 Bersaudara
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat Rumah : Jl. Mesjid Syuhada Gg. Pesona No. 9 Padang Bulan, Medan
Riwayat Pendidikan :
1. Tahun 1996-2002 : SD Methodist 1 Medan
2. Tahun 2002-2005 : SLTP Santo Thomas 1 Medan 3. Tahun 2005-2008 : SMA Negeri 4 Medan
4. Tahun 2008-2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat yang tak berkesudahan serta anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Sampah Terhadap Kandungan Fosfat (PO4-3) dan Nitrat (NO3-) pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara (FKM USU).
2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Taufik Ashar, MKM, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan dan
4. Ir. Indra Chahaya, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis dalam penulisan skripsi ini.
5. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan bimbingan, saran serta masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.
6. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina S., MS selaku Dosen Dosen Penguji III yang telah memberikan bimbingan, saran serta masukan kepada penulis dalam
perbaikan skripsi ini.
7. Dra. Lina Tarigan, MS, Apt., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah yang telah memperhatikan penulis selama mengikuti pendidikan di FKM USU.
8. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah banyak membantu dan memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.
9. Kepala Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu, Bpk. Ridwan Sinulingga, beserta para stafnya.
10.Staf Yayasan Leuser International (Pak Tarmizi, Bang Eka, Bu Nining) yang
bersedia membantu penulis dalam melakukan penelitian.
11.Staf Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara (Bu Norma,
Pak Yusuf) yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
12.Teristimewa untuk orang tua tercinta, Bapak (S. Putera Sinuraya, SE) dan Mama (M. Sipayung, S.Pd) juga adik tersayang Vanny, serta saudara-saudariku dimana
13.Sahabat-sahabat yang sangat aku kasihi (Gresmita, Weni, Swandi, Yudhistira, Ferdian Ade, Dedo, Dimo, Vitry, Fiesta, Jeffry, Shinta, Vita, cs). Terima kasih
untuk dukungan serta doa-doa kalian.
14.Teman-teman stambuk 2008 FKM USU (Wito, Rudi, Rizky dan semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu), Kelompok Kecilku (K’Eka,
K’Mika, Sartika, Dian, Happy, Melda, Riama), Ikatan Mahasiswa Kesehatan Lingkungan (IMAKEL FKM USU), POMK FKM USU, para senior dan
adik-adik di FKM USU.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan, baik dari segi isi
maupun bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata
penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2012
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... xi
Daftar Gambar ... xiii
Daftar Lampiran ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.3.1. Tujuan Umum ... 6
1.3.2. Tujuan Khusus ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Definisi Air Bersih ... 8
2.2. Sumber-sumber Air ... 8
2.2.1. Air Laut ... 8
2.2.2. Air Hujan ... 8
2.2.3. Air Permukaan ... 9
2.2.4. Air Tanah ... 9
2.3. Peranan Air Dalam Kehidupan ... 10
2.4. Pencemaran Air ... 12
2.4.1. Polutan Air... 13
2.4.2. Indikator Pencemaran Air ... 14
2.4.2.1. Perubahan Suhu Air ... 14
2.4.2.2. Perubahan pH atau Konsentrasi ion Hidrogen ... 15
2.4.2.3. Perubahan Warna, Bau dan Rasa Air ... 15
2.4.2.4. Timbulnya Endapan, Koloidal dan Bahan Terlarut ... 16
2.4.2.5. Mikroorganisme ... 16
2.4.2.6. Meningkatnya Radioaktivitas Air Lingkungan ... 16
2.4.3. Sumber Pencemaran Air ... 16
2.4.4. Komponen Pencemaran Air ... 16
2.5. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah ... 19
2.5.2.Mekanisme Masuknya Air Lindi keDalam
Air Tanah ... 21
2.5.3.Komponen Air Lindi dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah ... 22
2.5. Standar Kualitas Air Minum ... 23
2.6. Nitrat ... 24
2.6.1. Pengertian Umum ... 24
2.6.2. Sumber Nitrat ... 24
2.6.3. Sifat Nitrat ... 25
2.6.4. Nitrifikasi ... 26
2.6.5. Dosis Letal Nitrat ... 27
2.6.6. Farmakokinetik ... 28
2.6.7. Klasifikasi Paparan Nitrat ... 29
2.6.8. Gejala dan Manifestasi Klinik ... 30
2.7. Fosfat ... 32
2.7.1. Pengertian Umum ... 32
2.7.2. Siklus Fosfor di Alam ... 32
2.7.3. Sumber Fosfat ... 34
2.7.4. Sifat Fosfat... 35
2.7.5. Dampak Fosfat Bagi Lingkungan ... 35
2.7.6. Dampak Fosfat Bagi Kesehatan ... 37
2.8. Sumur Gali... 38
2.8.1.Persyaratan Konstruksi Sumur Gali ... 39
2.9. Kerangka Konsep ... 41
2.10. Hipotesis Penelitian ... 42
BAB III METODE PENELITIAN ... 43
3.1. Jenis Penelitian ... 43
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 43
3.2.2. Waktu Penelitian ... 43
3.3. Objek Penelitian ... 44
3.5. Metode Pengumpulan Data ... 45
3.5.1. Data Primer ... 45
3.5.2. Data Sekunder ... 45
3.6. Pelaksanaan Penelitian ... 45
3.6.1. Pengambilan dan pengiriman Sampel ke Laboratorium ... 45
3.6.2. Pemeriksaan Sampel di Laboratorium ... 46
3.6.2.1. Pemeriksaan Nitrat ... 46
3.6.2.2. Pemeriksaan Fosfat ... 47
3.7. Definisi Operasional... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 53
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 53
4.1.1. Keadaan Geografi ... 53
4.1.2. Keadaan Kependudukan ... 54
4.2. Hasil Survei dan Observasi Terhadap Sumur Gali ... 56
4.2.1. Gambaran Konstruksi Sumur Gali ... 56
4.2.2. Keadaan Sumur Gali Berdasarkan Syarat Konstruksi ... 59
4.3. Hasil Pengukuran Jarak Sumur Gali Dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah ... 60
4.4. Hasil Pemeriksaan Kandungan Fosfat (PO4-3) pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang Tahun 2012 ... 62
4.5. Hubungan Jarak TPA Terhadap Sumur Gali dengan Kandungan Fosfat ... 62
4.6. Hasil Pemeriksaan Kandungan Nitrat (NO3-) pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang Tahun 2012 ... 64
4.7. Hubungan Jarak TPA Terhadap Sumur Gali dengan Kandungan Nitrat ... 65
BAB V PEMBAHASAN ... 66
5.1. Kondisi Konstruksi Sumur Gali ... 66
5.2. Pengukuran Jarak Sumur Gali Terhadap TPA Sampah di Desa Namo Bintang Tahun 2012 ... 71
5.3. Pemeriksaan Kandungan Fosfat (PO4-3) Pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang Tahun 2012 ... 72
5.4. Pemeriksaan Kandungan Nitrat (NO3-) Pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang Tahun 2012 ... 73
5.5. Hubungan Jarak Sumur Sumur Gali Dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terhadap Kandungan Fosfat (PO4-3) Pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang Tahun 2012 ... 74
5.6. Hubungan Jarak Sumur Gali Dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terhadap Kandungan Nitrat (NO3-) Pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang Tahun 2012 ... 76
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 78
6.1. Kesimpulan ... 78
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kadar Methemoglobin ... 26 Tabel 4.1. Data Jumlah Penduduk Desa Namo Bintang dari Tahun
2007-2011 ... 54 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 54 Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 55 Tabel 4.4. Distribusi Penyakit Terbesar di Puskesmas Kecamatan
Pancur Batu Tahun 2011 ... 55 Tabel 4.5. Keadaan Dinding (Cincin) Sumur Gali Penduduk di Desa
Namo Bintang Tahun 2012 ... 56 Tabel 4.6. Keadaan Bibir Sumur Gali Penduduk di Desa Namo Bintang
Tahun 2012 ... 56 Tabel 4.7. Keadaan Lantai Sumur Gali Penduduk di Desa Namo
Bintang Tahun 2012 ... 57 Tabel 4.8. Keadaan Tutup Sumur Gali di Desa Namo Bintang Tahun
2012 ... 57 Tabel 4.9. Keadaan Saluran Pembuangan Air Limbah Sumur Gali
Penduduk di Desa Namo Bintang Tahun 2012 ... 58 Tabel 4.10. Jarak Sumur Gali dengan Sumber-Sumber Pencemaran di
Desa Namo Bintang Tahun 2012 ... 58 Tabel 4.11. Sumur Gali Berdasarkan Syarat Konstruksi di Desa Namo
BintangTahun 2012 ... 59 Tabel 4.12. Pengukuran Jarak Sumur Gali di Dusun 1 Dengan TPA
Sampah ... 60 Tabel 4.13. Pengukuran Jarak Sumur Gali di Dusun 4 Dengan TPA
Sampah ... 61 Tabel 4.14. Distribusi Hasil Pengukuran Jarak Sumur Gali Dengan
TPA Sampah di Desa Namo Bintang Tahun 2012 ... 61 Tabel 4.15. Kandungan Fosfat (PO4-3) pada Air Sumur Gali
Masyarakat di Desa Namo Bintang Tahun 2012 ... 62 Tabel 4.16. Hasil Uji Normalitas Jarak Sumur Terhadap TPA dan
Kandungan Fosfat ... 62 Tabel 4.17. Korelasi Spearman Variabel Jarak Sumur Dengan TPA
Terhadap Kandungan Fosfat pada Air Sumur Gali Di Desa
Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Tahun 2012 ... 63 Tabel 4.18. Hasil Analisis Linear Sederhana Jarak Sumur Dengan TPA
Tabel 4.19. Kandungan Nitrat (NO3-) pada Air Sumur Gali Masyarakat
di Desa Namo Bintang Tahun 2012 ... 65 Tabel 4.20. Hasil Uji Normalitas Jarak Sumur Terhadap TPA dan
Kandungan Nitrat (NO3-) ... 65
Tabel 4.21. Korelasi Pearson Variabel Jarak Sumur Terhadap TPA dan Kandungan Nitrat pada Air Sumur Gali Di Desa Namo
Bintang Kecamatan Pancur Batu Tahun 2012 ... 66 Tabel 4.22. Hasil Analisis Linear Sederhana Jarak Sumur Terhadap
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Siklus Fosfor
Gambar 2 Grafik Scatter PlotHubungan Jarak Sumur Gali dengan TPA Terhadap Kandungan Fosfat
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM
Lampiran2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Balai Laboratorium Kesehatan Tahun 2012
Lampiran 3 Surat Permohonan Peminjaman GPS (Global Positioning System) ke YLI (Yayasan Lauser International)
Lampiran 4 Hasil Pemeriksaan Kandungan Fosfat (PO4-3) dan Nitrat (NO3-)dalam
Air Sumur Gali Masyarakat TPA Namo Bintang Tahun2012
Lampiran 5 Lembar Observasi Konstruksi Sumur Gali di Desa Namo Bintang Tahun 2012
Lampiran 6 Prosedur Penggunaan GPS Garmin Map 76CSx
Lampiran 7 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih
Lampiran 8 Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Lampiran 9 Output hasil analisa data Lampiran 10 Peta Sebaran Sampel
ABSTRAK
Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Sarana paling umum yang digunakan masyarakat untuk mengambil air tanah dangkal dan memanfaatkannya sebagai sumber utama air bersih adalah sumur gali. Penurunan kualitas air tanah dangkal ditandai dengan kehadiran beberapa polutan diantaranya nitrat, fosfat, dan logam-logam berat yang berhubungan dengan kegiatan manusia seperti pembuangan limbah domestik, pelindian TPA, penggunaan pupuk yang berlebihan, dan lain-lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jarak sumur gali dengan TPA Sampah terhadap kandungan fosfat dan nitrat pada air sumur gali masyarakat.
Jenis penelitian ini adalah survei analitik, dengan sampel sebanyak 68 sumur gali. Penelitian ini dilakukan di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. Analisa data menggunakan uji statistik korelasi dan kemudian dilanjutkan dengan uji regresi sederhana.
Berdasarkan hasil penelitian, keadaan konstruksi sumur gali di Namo Bintang yang memenuhi syarat konstruksi sebanyak 2,9 % (2 sumur) sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 97,1 % (66 sumur). Rata-rata kandungan fosfat pada air sumur gali adalah 0,51 mg/L dan rata-rata kandungan nitrat adalah 4,02 mg/L. Dari uji statistik diperoleh bahwa ada hubungan antara jarak sumur dengan TPA terhadap kandungan fosfat dan nitrat pada air sumur gali masyarakat dengan nilai p masing-masing0,006dan0,0001. Uji regresi kandungan fosfat menujukkan adanya korelasi negatif antara jarak sumur gali dengan TPA terhadap kandungan fosfat, sedangkan pada nitrat terjadi korelasi positif.
Untuk itu diperlukan partisipasi masyarakat serta peran pemerintah dalam upaya peningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai konstruksi fisik sumur gali yang memenuhi syarat melalui pelatihan, penyuluhan dan perbaikan sarana air bersih agar diperoleh air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.
ABSTRACT
Water was an important component for human life and other living things. Dug wells were the most common means used by the people to take shallow ground water and as a major source of clean water. Quality decline of shallow groundwater was characterized by the presence of some pollutants such as nitrates, phosphates, and heavy metals associated with human activities such as domestic waste disposal, landfill leaching, excessive used of fertilizers, etc.
This study aimed to determine the correlation between the distance of wells to the landfill to phosphate and nitrate content in community dug wells water.
The design of this study was analytic survey, with 68 dug wells samples. The study was conducted in the Desa Namo Bintang Sub District Pancur Batu Deli Serdang Regency year 2012. Data analyze was used statistical test of correlation and then continued by a simple regression test.
The result of the study showed, in Desa Namo Bintang there were 2.9 % (2 wells) that were qualified the dug wells construction while that didn’t qualified there were 97.1 % (66 wells). The average of phosphate content in dug well water was 0.51 mg/L and the average nitrate content was 4.02 mg/L. Statistical tests found that there was a correlation between the distance to the landfill wells to phosphate and nitrate content of dug wells water in the community with respective p values were 0.006 and 0.0001.Regression testshowedanegativecorrelation between the distance of wells to the landfill to phosphate content and regresssion test of nitrate content showed positivecorrelation.
Based on the study result, the participation of community and role of government was needed to improve public knowledge about the requirement of dug wells construction through training, counseling and repairing of clean water fasilities in order to obtain clean water that meets health requirements.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat
manusia dan mahluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi), membersihkan
ruangan tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitas-aktivitas lainnya (Achmad, 2004).
Air dalam tubuh manusia berkisar 50-70% dari seluruh berat badan. Air juga diperlukan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh. Sebagai contoh, oksigen perlu dilarutkan dahulu, sebelum memasuki pembuluh-pembuluh
darah yang ada disekitar alveoli. Demikian pula halnya segala reaksi biokimia di dalam tubuh manusia/ hewan terlaksana di dalam lingkungan air. Air sebagai bahan
pelarut, membawa segala jenis makanan ke seluruh tubuh dan mengambil kembali segala buangan untuk dikeluarkan dari tubuh. Ringkasnya, dalam segala fungsi kehidupan seperti bereaksi terhadap segala stimulus, tumbuh, bermetabolisme,
bereproduksi, air selalu memegang peranan penting (Soemirat, 2007).
Air yang masuk dalam tubuh manusia selain perlu cukup jumlahnya, juga
harus sesuai dengan proses hayati. Oleh karena itu diperlukan persyaratan pokok yakni persyaratan biologis, fisik, dan kimiawi. Dari persyaratan tersebut yang paling mudah diatasi adalah pencemaran biologi karena umumnya mikroorganisme akan
direbus terlebih dahulu. Air yang secara terus-menerus mengalami proses daur ulang memberi peluang bagi manusia untuk dapat memanfaatkan 3 jenis sumber air di bumi
yaitu air hujan, air tanah, dan air permukaan. Dari tiga jenis sumber air tersebut air tanah dan air permukaan yang paling banyak digunakan sebagai sumber air minum, mandi, dan mencuci sehari-hari, baik di desa maupun di perkotaan. Hal ini dapat
dipahami karena air tanah dan air permukaan keberadaannya mudah didapat (Warlina, 2004).
Salah satu sarana yang paling umum digunakan oleh masyarakat kecil untuk mengambil air tanah dangkal dan dipergunakan sebagai sumber air minum adalah sarana sumur gali. Air tanah dangkal adalah air yang paling mudah terkontaminasi
oleh rembesan yang berasal dari sarana pembuangan air kotor, jamban dan kotoran hewan (Ditjen PPM & PLP, 1997).
Pencemaran air yang menjadi masalah dan perlu mendapat perhatian yang serius adalah pencemaran kimiawi yakni logam berat, nitrat, detergen, pestisida yang tidak dapat diatasi dengan merebus air. Pentingnya peranan air bagi kehidupan dan
kesehatan manusia maka pemerintah menetapkan persyaratan dan Nilai Ambang Batas yang harus dipenuhi khususnya untuk penyediaan air minum dan air bersih.
Persyaratan tersebut diatur dalam Permenkes RI No. 416/MEN/KES/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air (Warlina, 2004). Penurunan kualitas air tanah ditandai dengan terdeteksinya kehadiran beberapa polutan diantaranya polutan
nitrat, fosfat, dan logam-logam berat yang sangat berhubungan dengan kegiatan manusia seperti pembuangan limbah domestik, pelindian TPA, dan penggunaan
Sanropie at.al. (1989) mengemukakan bahwa kandungan nitrat dalam jumlah besar di dalam usus cenderung untuk berubah menjadi nitrit, yang dapat bereaksi
langsung dengan hamoglobin dalam darah sehingga dapat menghalangi perjalanan oksigen di dalam tubuh. Nitrit terutama akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk methemoglobin (MetHb). Dalam jumlah melebihi normal MetHb akan
menimbulkan methemoglobinanemia. Pada bayi methemoglobinanemia sering dijumpai karena pembentukan enzim untuk menguraikan MetHb menjadi Hb masih belum sempurna. Sebagai akibat methemoglobinanemia, bayi akan kekurangan
oksigen, maka mukanya akan tampak membiru dan karenanya penyakit ini juga dikenal sebagai penyakit ‘Blue Baby’ (Soemirat, 2007).
Kadar nitrat yang tinggi di dalam air minum dapat juga menyebabkan terganggunya sistem pencernaan manusia. Apabila kadar nitrat melebihi 1,0 mg/L dalam makanan bayi maka hal ini dapat menyebabkan gejala blue baby yang dapat
menyebabkan kematian. Untuk keperluan konsumsi sehari-hari nitrat dalam air tidak boleh lebih dari 10 mg/L.
Hasil penelitian kadar Nitrat dalam air sumur gali masyarakat di TPA Namo Bintang (Ompusunggu, 2009) ditemukan ternyata dari 26 sumur gali, terdapat 5sumur
gali yang kadar Nitratnya melebihi baku mutu 10 mg/l (Permenkes RI No.416 Tahun 1990) yakni dengan rata-rata 17, 42 mg/l.
Sampah organik yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
mengandung fosfat lebih dari 30%. Kandungan senyawa fosfat yang tinggi dapat mencemari air tanah. Fosfat tersebut akan terlarut dalam air dan kemudian terbawa
tanah dan akan mengalami proses-proses layaknya pencemar lain, seperti disperse, adsorpsi maupun desorpsi. Proses proses tersebut di atas sangat mempengaruhi
penyebaran zat pencemar di dalam tanah (Muharini dkk, 2005).
Temuan hasil penelitian Royadi, 2006 terhadap kualitas air sumur penduduk yang berada di sekitar TPA Bantar Gebang Bekasi, fosfat yang terdapat di sumur
penduduk berfluktuasi cukup tajam, rata-rata kisaran fosfat air sumur di atas wilayah TPA secara keseluruhan selama periode tanggal 2 Oktober 2004 sampai dengan 27
November 2004 minimum adalah 2,66 mg/L. Kandungan fosfat berada diatas ambang batas yang diperbolehkan yakni 0,20 mg/L berdasarkan PP No.82/12/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Kriteria Mutu Air
Kelas 1: Air Baku Air Minum.
Djabu et al. (1991) mengemukakan jika kandungan fosfat rata-rata dalam
waktu 24 jam lebih besar dari 2 mg/L akan menyebabkan gangguan pada tulang. Sumber fosfat akibat dari pencemaran industri, limbah domestik, hanyutan pupuk, dan bahan mineral fosfat. Kadar fosfat berbahaya terhadap kesehatan. Jika kandungan
fosfat melebihi batas kadar maksimum (0,50 mg/L) dapat mengganggu pencernaan. Peradaban masyarakat dunia yang terus berkembang dengan teknologi yang
semakin maju tidak bisa kita pungkiri juga mendatangkan pengaruh positif dan negatif terhadap penumpukan sampah dari hasil produksinya. Manusia sebagai pelaku produksi maupun pemakai produk pada kenyataannya belum mampu mengatasi
lingkungan akibat dampak negatifnya menyebabkan pencemaran baik terhadap air, udara maupun tanah.
Lingkungan Namo Bintang merupakan suatu lokasi yang digunakan untuk tempat pembuangan akhir (TPA) sampah baik bersifat padat, maupun cair yang sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan sekitar TPA. Limbah tersebut dapat
mencemari sarana sumur gali yang masih banyak digunakan oleh masyarakat desa Namo Bintang sebagai sumber air yang mereka konsumsi dalam kehidupan
sehari-hari
Bahaya Fosfat dan Nitrat bagi kesehatan manusia jika dikonsumsi dalam kadar yang tinggi yang terdapat dalam sumber air bersih, maka penulis tertarik
melakukan penelitian “Hubungan Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah terhadap Kandungan Fosfat (PO4-3) dan Nitrat (NO3-) pada Air
Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012”.
1.2. Rumusan Masalah
Terjadinya penumpukan sampah dalam jumlah sangat besar akibat aktivitas dari TPA berpotensi mencemari air sumur gali masyarakat, yang pada umumnya
memanfaatkan air tanah sebagai sumber air bersih. Pencemaran oleh Fosfat dan Nitrat diduga berpengaruh cukup besar terhadap penurunan kualitas air tanah, sehingga perlu diadakan pemeriksaan kandungan Fosfat dan Nitrat pada sumur gali masyarakat
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan jarak sumur gali dengan TPA Sampah terhadap kandungan Fosfat dan Nitrat pada air sumur gali masyarakat di desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kab. Deli Serdang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran konstruksi fisik sumur gali masyarakat Desa Namo
Bintang.
2. Untuk mengetahui jarak sumur gali masyarakat terhadap TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di Desa Namo Bintang.
3. Untuk mengetahui kandungan fosfat dalam air sumur gali masyarakat Desa Namo Bintang.
4. Untuk mengetahui kandungan nitrat dalam air sumur gali masyarakat Desa Namo Bintang.
5. Untuk mengetahui hubungan jarak sumur gali dengan TPA (Tempat Pembuangan
Akhir) terhadap kandungan fosfat, nitrat dalam air sumur gali masyarakat Desa Namo Bintang.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi bagi pemerintah/ instansi yang terkait agar meningkatkanupaya penyediaan sarana air bersih.
3. Memberi informasi kepada peneliti lainnya mengenai kandungan fosfat dan nitrat pada air sumur gali masyarakat di sekitar TPA Desa Namo Bintang, Kec. Pancur
Batu, Kab. Deli Serdang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Air Bersih
Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah
kecuali air laut dan air fosil. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, telaga, waduk dan muara (PP RI. No. 82 Tahun 2001).
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Sedangkan air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Permenkes RI No 416 Tahun 1990).
2.2 Sumber-sumber Air
Sumber air yang digunakan sehari-hari haruslah memenuhi syarat-syarat kesehatan. Air di bumi selalu mengalami siklus hidrologi sehingga dikenal 4 (empat)
sumber air di bumi yaitu (Sutrisno, 2006) : 2.2.1 Air Laut
Mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl
dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air bersih.
2.2.2 Air Hujan
Dalam keadaan murni sangat bersih, karena adanya pengotoran dari udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya, maka untuk
jangan dimulai pada saat hujan mulai turun karena banyak mengandung kotoran. 2.2.3 Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang terdapat di permukaan tanah seperti sungai, danau, rawa dan sebagainya. Dibandingkan dengan sumber-sumber air lainnya air permukaan mudah sekali mengalami pencemaran. Disamping pencemaran
disebabkan oleh kegiatan manusia juga oleh flora dan fauna. 1. Air Sungai
Dalam penggunaanya sebagai air bersih haruslah diolah mengingat air ini pada umumnya derajat pengotorannya tinggi, debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pada umumnya dapat mencukupi.
2. Air Rawa/Danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat
organisme yang telah membusuk misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan air warna kuning coklat. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula. Dan dalam keadaan
kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn akan larut.
2.2.4 Air Tanah
1. Kedudukan Air Tanah
Sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi akan menyerap ke dalam tanah dan akan menjadi air tanah. Air tanah terbagi menjadi tiga yaitu :
a. Air tanah dangkal
Terjadi karena proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan
tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber air bersih melalui sumur-sumur dangkal. Dari segi
kualitas agak baik sedangkan kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada musim. b. Air tanah dalam
Terdapat pada lapisan rapat air pertama dengan kedalaman 100 – 300 meter.
Ditinjau dari segi kualitas pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal. Sedangkan kuantitasnya mencukupi tergantung pada keadaan tanah dan sedikit
dipengaruhi oleh perubahan musim. c. Mata air
Mata air adalah air yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Keluarnya air tersebut secara murni dan biasanya terdapat di lereng-lereng gunung atau sepanjang tepi sungai. Hampir tidak terpengaruh oleh musim.
2.3Peranan Air Dalam Kehidupan
Dari sekian banyak manfaat air, jumlah air yang benar-benar dikonsumsi hanya merupakan sebagian kecil saja, yakni yang tergolong penyediaan air minum/
bersih. Namun demikian dari kelompok ini pun, yang benar dikonsumsi sangat sedikit. Misalnya saja, orang hanya minum 2 liter/orang/ hari, demikian pula jumlah
air yang dikonsumsi hewan atau tumbuhan, hanya sedikitsaja. Sebagian besar hanya digunakan sebagai media. Misalnya, penyediaan air bersih ini sebagian besar akan kembali ke alam sebagai air bekas cucian, bekas membersihkan rumah, bekas
menggelontor kotoran, bekas mandi, dll.
Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, berkisar 50-70% dari seluruh berat
berat badan (pada anak besar dan dewasa) maka keadaan ini dapat menyebabkan dehidrasi berat. Sedangkan kehilangan air untuk 15 % dari berat badan dapat
menyebabkan kematian. Karenanya orang dewasa perlu minum minuman 1, 5-2 liter air sehari atau 2200 gram setiap harinya (Soemirat, 2007).
Air yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat harus memenuhi syarat
kualitas. Disamping itu harus pula dapat memenuhi secara kuantitas (jumlahnya). Diperkirakan untuk kegiatan rumah tangga yang sederhana paling tidak
membutuhkan air sebanyak 100 L/orang/hari. Angka tersebut misalnya untuk (Entjang, 2000) :
a. Berkumur, cuci muka, sikat gigi, wudhu : 20L/orang/hari
b. Mandi/mencuci pakaian dan alat rumah tangga : 45L/orang/hari
c. Masak, minum : 5L/orang/hari
d. Menggolontor kotoran : 20L/orang/hari
e. Mengepel, mencuci kendaraan : 10L/orang/hari
Di dalam tubuh manusia sendiri, air berkisar antara 50-70% dari seluruh
berat badan. Air diperlukan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh. Sebagai contoh, oksigen perlu dilarutkan dahulu, sebelum dapat memasuki
pembuluh darah yang ada disekitar alveoli. Segala reaksi biokimia di dalam tubuh manusia/hewan terlaksana di dalam lingkungan air. Air sebagai bahan pelarut, membawa segala jenis makanan ke seluruh tubuh. Ringkasnya, dalam segala fungsi
penyakit batu ginjal dan kandung kemih, karena terjadi kristalisasi unsur-unsur yang ada di dalam cairan tubuh (Wardhana, 2001).
2.4Pencemaran Air
Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar
tertentu, saat ini menjadi barang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan
rumah tangga, limbah kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya (Wardhana, 2001).
Menurut Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001, pencemaran air
adalahmasuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponenlain ke dalam air olehkegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai
ketingkat tertentu yang menyebabkanair tidak dapat berfungsi sesuai denganperuntukannya. Sebagai contoh, meskipun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara bersih dan bebas dari polusi, air hujan selalu
mengandung bahan-bahan tersuspensi terlarut seperti CO2, O2, N2, serta bahan-bahan
tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa dari atmosfer.
Berdasarkan definisinya, pencemaran air yang diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud dengan tingkat tertentu
tentang tingkat kualitas air yang akan dicapai atau dipertahankan oleh setiap program kerja pengendalian pencemaran air (SLH Daerah Prov.Sumut, 2008)
2.4.1 Polutan Air
Ciri-ciri air yang mengalami polusi ataupun tercemar sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi.
Sebagai contoh, air minum yang terpolusi mungkin rasanya akan berubah meskipun baunya sukar dideteksi. Tanda-tanda polusi air yang berbeda ini disebabkan oleh
sumber dan jenis polutan yang berbeda-beda. Polutan air dapat dikelompokkan dalam 9 kelompok berdasarkan sifat-sifatnya sebagai berikut (Fardiaz S, 1992) :
1. Padatan
2. Bahan buangan yang membutuhkan oksigen (Oxigen Demanding Wastes) 3. Mikroorganisme
4. Komponen Organik Sintetik 5. Nutrien tanaman
6. Minyak
7. Senyawa anorganik dan mineral 8. Panas
9. Bahan radioaktif
Pengelompokkan tersebut di atas bukan merupakan pengelompokkan yang baku karena suatu jenis polutan mungkin dapat dimasukkan ke dalam lebih dari satu
kelompok. Contoh bakteri dapat dimasukkan ke dalam lebih dari satu kelompok yaitu dapat dimasukkan dalam kelompok mikroorganisme maupun kelompok padatan
berat sering dimasukkan ke dalam kelompok senyawa anorganik tapi juga merupakan padatan terlarut.
2.4.2 Indikator Pencemaran Air
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui (Wardhana, 2001) :
2.4.2.1 Perubahan Suhu Air
Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya
panas reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Air yang menjadi panas tersebut dibuang ke sungai maka air sungai akan menjadi panas. Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air dan organisme air lainnya karena kadar
oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Padahal setiap kehidupan memerlukan oksigen untuk bernafas.
2.4.2.2 Perubahan pH atau Konsentrasi ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar
kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion Hidrogen di dalam air.
Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai
akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air.
2.4.2.3Perubahan Warna, Bau dan Rasa Air
Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan
warna air. Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih.
Bau air tergantung dari sumber airnya. Bau dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, ganggang, plankton atau tumbuhan dan hewan air, baik yang hidup maupun yang sudah mati.
Air yang normal sebenarnya tidak mempunyai rasa. Timbulnya rasa yang menyimpang biasanya disebabkan disebabkan oleh adanya polusi, dan rasa yang
menyimpang tersebut biasanya dihubungkan dengan baunya karena pengujian terhadap rasa air jarang dilakukan (Fardiaz, 1992).
2.4.2.4 Timbulnya Endapan, Koloidal dan Bahan Terlarut
Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari adanya bahan buangan industri yang berbentuk padat. Bahan buangan industri yang berbentuk padat kalau
tidak dapat larut sempurna akan mengendap di dasar sungai dan yang dapat larut sebagian akan menjadi koloidal.
2.4.2.5Mikroorganisme
Mikroorganisme sangat berperan dalam proses degradasi bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke air lingkungan, baik sungai, danau maupun laut.
Kalau bahan buangan yang harus didegradasi cukup banyak, berarti mikroorganisme akan ikut berkembang biak. Pada perkembang-biakan mikroorganisme ini tidak tertutup kemungkinan bahwa mikroba patogen ikut berkembang pula. Mikroba
2.4.2.6Meningkatnya Radioakvifitas Air Lingkungan
Mengingat bahwa zat radioaktif dapat menyebabkan berbagai macam
kerusakan biologis apabila tidak ditangani dengan benar, baik melalui efek langsung maupun efek tertunda, maka tidak dibenarkan dan sangat tidak etis bila ada yang membuang bahan sisa radioaktif ke lingkungan(Wardhana, 2001).
2.4.3 Sumber Pencemaran Air
Secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan
langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan
(Warlina, 2004).
2.4.4 Komponen Pencemaran Air
Berbagai macam kegiatan industri dan teknologi yang ada saat ini apabila tidak disertai dengan program pengelolaan limbah yang baik akan memungkinkan terjadinya pencemaran air, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Bahan buangan dan air limbah yang berasal dari kegiatan industri adalah penyebab utama terjadinya pencemaran air (Wardhana, 2001).
Komponen pencemar air dikelompokkan sebagai berikut : 1. Bahan buangan padat
Bahan buangan padat yang dimaksudkan di sini adalah bahan buangan yang
berbentuk padat, baik yang kasar (butiran besar) maupun yang halus (butiran kecil). Kedua macam bahan buangan padat tersebut apabila dibuang ke air
a. Pelarutan bahan buangan padat oleh air
b. Pengendapan bahan buangan padat di dasar air
c. Pembentukan koloidal yang melayang di dalam air 2. Bahan buangan organik
Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat
membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme. Oleh karena bahan buangan organik dapat membusuk atau terdegradasi maka akan sangat bijaksana apabila
bahan buangan yang termasuk kelompok ini tidak dibuang ke air lingkungan karena akan dapat menaikkan populasi mikroorganisme di dalam air.
3. Bahan buangan anorganik
Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan
anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air.
4. Bahan buangan olahan bahan makanan
Sebenarnya bahan buangan olahan bahan makanan dapat juga dimasukkan ke dalam kelompok bahan buangan organik; namun dalam hal ini sengaja
5. Bahan buangan cairan berminyak
Minyak tidak dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung di atas
permukaan air. Lapisan minyak di permukaan air lingkungan akan mengganggu kehidupan organisme di dalam air. Hal ini disebabkan oleh :
a. Lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari
udara ke dalam air sehingga jumlah oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang. Kandungan oksigen yang menurun akan mengganggu kehidupan
hewan air.
b. Adanya lapisan minyak pada permukaan air juga akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga fotosintesis oleh tanaman air tidak dapat
berlangsung. Akibatnya, oksigen yang seharusnya dihasilkan pada proses fotosintesis tersebut tidak terjadi. Kandungan oksigen dalam air jadi semakin
menurun.
c. Tidak hanya hewan air saja yang terganggu akibat adanya lapisan minyak pada permukaan air tersebut, tetapi burung air pun ikut terganggu karena bulunya
jadi lengket, tidak bisa mengembang lagi akibat terkena minyak. 6. Bahan buangan zat kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi yang dimaksudkan dalam kelompok ini adalah bahan pencemar air yang berupa :
a. Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya)
c. Zat warna kimia
d. Larutan penyamak kulit
e. Zat radioaktif
2.5. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Pembuangan akhir sampah adalah upaya untuk memusnahkan sampah di
tempat tertentu yang disebut tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Menurut Suryanto 1988 (Royadi 2006), dalam pembuangan akhir sampah terdapat beberapa
metode yaitu: a. Open Dumping
Metode open dumping adalah cara pembuangan akhir dengan hanya menumpuk
sampah begitu saja tanpa ada perlakuan khusus, sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan.
b. Controlled Landfill
Adalah sistem open dumping yang diperbaiki atau ditingkatkan, merupakan peralihan antara teknik open dumping dan sanitary landfill. Pada cara ini penutupan sampah
dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh dengan timbunan sampah yang dipadatkan setelah mencapai tahap tertentu.
c. Sanitary Landfill
Pada sistem ini sampah ditimbun dalam tanah yang luas kemudian dipadatkan dan ditutup dengan tanah penutup harian pada setiap hari dan akhir operasi.
gas dan lindi dari landfill ke lingkungan sekitarnya menyebabkan dampak yang serius pada lingkungan, selain berdampak buruk terhadap kesehatan juga menyebabkan
kebakaran dan peledakan, kerusakan pada tanaman, bau yang tidak sedap, masalah setelah penutupan landfill, pencemaran air tanah, udara dan pencemaran global (Royadi, 2006).
Sampah yang dibuang ke TPA-TPA di kota Medan berasal dari rumah tangga, kompleks perumahan, perguruan tinggi/sekolah, perkantoran, plaza, hotel,
restoran/rumah makan, rumah sakit, dan lain-lain. Komposisi sampah terdiri dari sampah organik (48,2%) yang terdiri dari daun-daunan 32% dan makanan 16,2%, dan sampah anorganik sebanyak 51,8% terdiri dari kertas 17,5%, plastik 3,5% dan
lain-lain. TPA Namo Bintang, pada prinsipnya merupakan suatu landfill yang mnggunakan metode open dumping dimana seluruh sampah yang dibuang,
dipadatkan dengan alat berat kemudian dibiarkan menumpuk begitu saja tanpa ada perlakuan khusus.
2.5.1. Air Lindi
Sampah di TPA akan mengalami proses penguraian secara kimia dan biokimia. Masalah akan timbul ketika air hujan dan air permukaan meresap ke dalam
timbunan sampah. Ditambah lagi dengan penguraian sampah secara kimia dan biokimia, akan menimbulkan cairan rembesan dengan kandungan padatan dan kebutuhan oksigen yang sangat tinggi yang kemudian bercampur dengan air hujan,
Air lindi membawa materi tersuspensi dan terlarut yang merupakan produk dari degradasi sampah. Komposisi air lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di daerah TPA dan kondisi spesifik tempat pembuangan tersebut. Air lindi pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organik dan anorganik yang tinggi. Selayaknya benda cair, air lindi akan
mengalir ke tempat yang lebih rendah. Air lindi ini dapat merembes masuk ke dalam tanah dan bercampur dengan air tanah sampai pada jarak 200 meter, ataupun mengalir
di permukaan tanah dan bermuara pada aliran air sungai. Secara langsung air tanah atau air sungai tersebut akan tercemar. Air lindi juga dapat mencemari sumber air minum pada jarak 100 dari sumber pencemaran (Mahardika 2010).
2.5.2. Mekanisme Masuknya Air Lindi ke Dalam Air Tanah
Mekanisme masuknya air lindi masuk ke lapisan air tanah, terutama air
tanah dangkal (sumur) melalui proses sebagai berikut :
1. Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai open dumping, yaitu kira-kira berjarak 2 meter di bawah permukaan tanah.
2. Secara khusus, bila air lindi masuk dengan cara infiltrasi di tanah, segera permukaan tanah dijenuhi air.
3. Akibat adanya faktor seperti air hujan, mempercepat air lindi masuk ke lapisan tanah yaitu zona aerasi yang mempunyai kedalaman 10 meter di bawah permukaan tanah.
5. Dan di lapisan tanah jenuh tersebut, air yang terkumpul bercampur dengan air lindi dimana di air tanah dangkal ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui
sumur-sumur dangkal (Mahardika, 2010).
Potensi gravitasi sangat penting dalam tanah-tanah yang jenuh air. Hal ini diperhitungkan terutama untuk gerakan air lindi yang menembus tanah yang pada
umumnya bergerak dari elevasi tinggi ke elevasi rendah. Biasanya air tanah yang diperhatikan mempunyai elevasi yang lebih tinggi daripada sumber air bersih
tertentu.Gerakan air lindi ke dalam tanah mengikuti gerakan air tanah, yang merupakan gerakan air dari tanah melalui evaporasi dan atau drainase (dari tanah basah ke tanah kering) dan dari tanah ke dalam akar-akar tanaman(Mahardika, 2010).
2.5.3. Komponen Air Lindi dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Air lindi pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organik
(hidrokarbon, asam humat, fulfat, tanat dan galat) dan anorganik (natrium, kalium, kalsium, magnesium, klor, sulfat, fosfat, fenol, nitrogen dan senyawa logam berat) yang tinggi. Konsentrasi dari komponen-komponen tersebut dalam air lindi bisa
mencapai 1000 sampai 5000 kali lebih tinggi daripada konsentrasi dalam air tanah. Berdasarkan penelitian Astuti (2008), bahwa komponen air lindi di TPA Putri Cempo
Mojosongo Surakarta adalah NO3 (900 mg/l), Cd (0,36 mg/l), Mn (3,10 mg/l), NO2
(27 mg/l), Cl (873 mg/l), Cl2 (1,41 mg/l), H2S (0,096 mg/l), minyak dan lemak (1016
mg/l), dan padatan tersuspensi (549 mg/l).
2.6. Standar Kualitas Air Minum
Dengan adanya standar kualitas orang dapat mengukur kulitas air dari
memenuhi standar air minum dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Menurut WHO, standar-standar air minum yang harus dipenuhi agar tersedia suatu penyediaan
air dapat dinyatakan layak sebagai air minum : 1. Memenuhi persyaratan fisik
2. Memenuhi persyaratan biologis
3. Mengandung zat-zat kimia 4. Mengandung zat radioaktif
Saat ini dikenal beberapa standar kualitas air minum, baik yang bersifat Nasional maupun Internasional. Standar kualitas air minum bagi negara Indonesia terdapat dalam Permenkes RI No.492/MENKES/SK/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum. Berikut standar-standar untuk kelayakan air minum yang berlaku di Indonesia (Chandra, 2007):
1. Standar fisik : bau, warna, rasa, kekeruhan
2. Standar biologis : kuman parasit, pathogen, bakteri golongan koli (sebagai patokan adanya pencemaran tinja)
3. Standar kimia : pH, jumlah zat padat, logam berat, dan bahan kimia lain 4. Standar radioakif : radioaktif yang mungkin ada dalam air
2.7. Nitrat
2.7.1 Pengertian Umum
Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik alami, yang
merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-pertama menjadi
dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan
(Thomson, 2004). 2.7.2.Sumber Nitrat
Sumber nitrogen organik di perairan berasal dari proses pembusukan
makhluk hidup yang telah mati, karena protein dan polipeptida terdapat pada semua organisme hidup. Sumber antropogenik nitrogen organik adalah limbah industri dan
limpasan dari daerah pertanian, terutama urea. Urea juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan plastik dan obat-obatan, serta sebagai pelarut selulosa pada industri kertas.
Nitrat biasanya ada di air permukaan dalam konsentrasi kecil, dan kemungkinan mencapai konsentrasi tinggi pada air tanah. Nitrat adalah unsur penting
dalam proses fotosintesis tanaman air. Adanya NO
3 dalam air adalah berkaitan erat
dengan siklus Nitrogen dalam alam. Dalam siklus tersebut dapat diketahui bahwa Nitrat dapat terjadi baik dari N
2 atmosfir maupun dari pupuk-pupuk yang digunakan
dan dari oksidasi NO
2 -
oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Asam yang dibentuk
dari nitrat dapat bereaksi membentuk nitrosamines yang kebanyakan diketahui
potensi karsinogen (Sutrisno, 2006).
Pada daerah dimana pupuk nitrogen secara luas digunakan, sumur-sumur perumahan yang ada disana hampir pasti tercemar oleh nitrat. Diperkirakan 14 juta
pertanian, pupuk nitrogen merupakan sumber utama pencemaran terhadap air bawah tanah yang digunakan sebagai air minum. Sumber nitrat lainnya pada air sumur adalah pencemaran dari sampah organik hewan dan rembesan dari septic tank
(Thomson, 2004).
2.7.3 Sifat Nitrat
Nitrat dibentuk dari asam nitrit yang berasal dari ammonia melalui proses oksidasi katalitik. Nitrit juga merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen.
Bentuk pertengahan dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Nitrat dan nitrit adalah komponen yang mengandung nitrogen berikatan dengan atom oksigen, nitrat mengikat tiga atom oksigen sedangkan nitrit mengikat dua atom oksigen. Di alam,
nitrat sudah diubah menjadi bentuk nitrit atau bentuk lainnya (Argonne National Laboratory EVS, 2005).
Struktur kimia dari nitrat
Berat molekul: 62.05
Struktur kimia dari nitrit
O == N -- O-
Berat molekul: 46.006
Pada kondisi yang normal, baik nitrit maupun nitrat adalah komponen yang stabil, tetapi dalam suhu yang tinggi akan tidak stabil dan dapat meledak pada suhu yang sangat tinggi dan tekanan yang sangat besar. Biasanya, adanya ion klorida,
bahan metal tertentu dan bahan organik akan mengakibatkan nitrat dan nitrit menjadi tidak stabil. Jika terjadi kebakaran, maka tempat penyimpanan nitrit maupun nitrat
dapat menimbulkan ledakan. Bentuk garam dari nitrat dan nitrit tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak berasa. Bersifat higroskopis (Parrot, 2002).
2.7.4 Nitrifikasi
Nitrifikasi dapat didefinisikan sebagai konversi biologis dan nitrogen dari komponen organik atau anorganik dari bentuk tereduksi ke bentuk teroksidasi. Pada
penanganan polusi air, nitrifikasi adalah proses biologis yang akan mengoksidasi ion amonium menjadi bentuk nitrit atau nitrat. Bakteri yang menoksidasi amonium menjadi nitrit adalah bakteri dari genus Nitrosospira, Nitrosococcus, Nitrosocystis.
Sedangkan bakteri yang mengoksidasi nitrit menjadi nitrat adalah Nitrobacter juga dari genus Nitrosogloea dan Nitrocystis. Pada limbah yang belum diolah, nitrogen
dijumpai dalam bentuk nitrogen organik dan komponen amonium. Nitrogen oragnik akan diubah oleh aktivitas mikroba menjadi ion amonium. Bila kondisi lingkungan
mendukung maka mikroba nitrifikasi akan mampu mengoksidasi amonia. Mikroba tersebut bersifat autotropik yaitu mendapatkan energinya melalui proses oksidasi dari ion amonium atau nitrit yang tersedia. Dengan reaksi sebagai berikut :
NH4+ + 1,5 O2 bakteri 2H+ + NO2- + H2O
Reaksi ini membutuhkan 3,43 gram molekul oksigen untuk setiap gram
molekul amonia yang akan teroksidasi menjadi nitrit. Sedangkan nitrit dpaat dioksidasi menjadi nitrat dengan reaksi sebagai berikut :
NO2- + 0,5 O2 bakteri NO3-
2.7.5 Dosis Letal Nitrat
Dosis letal dari nitrat pada orang dewasa adalah sekitar 4-30 gr (atau sekitar
40-300 mg NO3-kg). Dosis antara 2-9 gram NO3- dapat mengakibatkan
methemoglobinemia. Nilai ini setara dengan 33-150 mg NO3-/kg.Dosis letal dari nitrit
pada orang dewasa bervariasi antara 0,7 dan 6 gr NO2- (atau sekitar10-100 mg NO2
-/kg).
Dengan dosis yang lebih kecil akan dapat membahayakan neonatus karena
belum lengkapnya pembentukan dan regenerasi hemoglobin didalam tubuh mereka..Kebanyakan kasus membuktikan bahwa neonatus langsung mengalami methemoglobinemia setelah minum air formula yang tinggi nitrat atau nitrit (Ruse M.
1999).
2.7.6 Farmakokinetik
Nitrat dan nitrit yang diberikan secara oral akan diabsorbsi oleh traktus digestivus bagian atas dan dipindahkan ke dalam darah. Di dalam darah, nitrit mengubah hemoglobin menjadi methemoglobin yang kemudian teroksidasi menjadi
nitrat. Normalnya methemoglobin akan langsung diubah menjadi hemoglobin kembali melalui proses enzimatik. Nitrat tidak diakumulasikan didalam tubuh. Nitrat
kemudian didistribusikan ke cairan-cairan tubuh seperti urin, air liur, asam lambung, dan cairan usus. Sekitar 60% dari nitrat oral diekskresikan melalui urin. Sisanya belum diketahui, tetapi metabolisme bakteri endogen mengeliminasi sisanya(Argonne
National Laboratory EVS, 2005).
Apabila nitrat dan nitrit yang masuk bersamaan dengan makanan, maka
diabsorbsi di traktus digestivus bagian bawah. Hal ini akan mengakibatkan mikroba usus mengubah nitrat menjadi nitrit sebagai senyawa yang lebih berbahaya. Karena
itu, pembentukan nitrit pada usus mempunyai arti klinis yang penting terhadap keracunan. Nitrit dapat mengakibatkan vasodilatasi pada pembuluh darah, hal ini mungkin diakibatkan karena adanya perubahan nitrit menjadi nitrit oksida (NO) atau
NO-yang mengandung molekul yang berperan dalam membuat relaksasi otot-otot polos (Thompson, 2004).
Selain itu, nitrit di dalam perut akan berikatan dengan protein membentuk N-nitroso, komponen ini juga dapat terbentuk bila daging yang mengandung nitrat atau nitrit dimasak dengan panas yang tinggi. Sementara itu, komponen ini sendiri
diketahui menjadi salah satu bahan karsinogenik seperti timbulnya kanker perut pada manusia (Parrot, 2002).
2.7.7 Klasifikasi Paparan Nitrat
Klasifikasi yang dibuat adalah berdasarkan besar tidaknya kemungkinan paparan zat nitrat dan nitrit pada manusia (Ruse M. 1999).
a. Paparan yang tidak disengaja: Kontak secara tidak sengaja dengan komponen nitrat maupun nitrit, baik secara inhalasi maupun tertelan.
b. Paparan yang terus-menerus. Pekerja yang sering berhubungan dengan nitrit, misalnya petugas yang selalu berada di dalam laboratorium. Pekerja yang bekerja ditempat pembuatan pupuk dan bahan peledak sangat mungkin
Hal ini juga terjadi pada para petani yang sering menggunakan pupuk yang mengandung nitrat.
c. Paparan medis, diakibatkan penggunaan sodium nitrit intravena secara berlebihan sebagai antidotum keracunan sianida.
2.7.8 Gejala dan Manifestasi Klinik
Nitrat yang masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan atau air minum, tetapi yang terbanyak adalah melalui air minum. Nitrat yang berlebih dari
sisa pemupukan akan mengalir bersama air menuju sungai atau meresap ke dalam air tanah. Nitrat yang berlebih akan terakumulasi di dalam tanah. Selain peroral, nitrat dan nitrit dapat masuk ke dalam tubuh dalam bentuk debu secara inhalasi. Nitrat dan
nitrit sulit untuk diabsorbsi kulit. Belum ada penelitian yang menjelaskan apakah nitrat dan nitrit dapat masuk melalui kulit. Tetapi absorbsi dapat terjadi bila terjadi
kerusakan kulit misalnya adanya luka bakar (Thompson B., 2004).
Belum ada laporan yang jelas mengenai efek racun dari nitrat. Selama ini yang diketahui efek racunnya adalah konversi dari nitrit. Efek racun yang akut dari
nitrit adalah methemoglobinemia, dimana lebih dari 10% hemoglobin diubah menjadi methemoglobin.Bila konversi ini melebihi 70% maka akan sangat fatal (Ruse M.,
Tabel 2.1Kadar Methemoglobin Kadar
Methemoglobin
Gejala yang Timbul
3% 3-10% 10-15% 15-20% 20-45% 45-55% 55-65% > 65% KadarNormal
Tidak ada gejala klinis
Kemampuan darah mengangkut oksigen berkurang sehingga menyebabkan darah berwarna kecoklatan
Terjadi sianosis, tubuh berwarna biru abu-abuan, biasanya asimptomatis.
Sakit kepala, pusing, lemah, menurunnya produktivitas, kesulitan bernapas.
Meningkatnya depresi pada sistem saraf pusat
Koma, kejang, gagal jantung, aritmia jantung, metabolik asidosis
Beresiko tinggi menyebabkan kematian
Nitrit juga dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah karena efek
vasodilatasinya.Gejala klinis yang timbul dapat berupa nausea (mual), muntah, nyeri abdomen, nyeri kepala, pusing, penurunan tekananan darah, selain itu sianosis dapat
muncul dalam jangka waktu beberapa menit sampai 45 menit. Pada kasus yang ringan, sianosis hanya tampak disekitar bibir dan membran mukosa. Adanya sianosis sangat tergantung dari jumlah total hemoglobin dalam darah, saturasi oksigen,
pigmentasi kulit dan pencahayaan saat pemeriksaan. Bila mengalami keracunan yang berat, korban dapat tidak sadar seperti stupor (koma) atau kejang sebagai akibat
hipoksia berat. Prognosis sangat tergantung dari terapi yang diberikan (Morris D., 1996).
Mula-mula timbul gangguan gastrointestinal dan sianosis tanpa sebab akan
sering dijumpai. Pada kasus yang berat, koma dan kematian dapat terjadi dalam satu jam pertama akibat timbulnya hipoksia dan kegagalan sirkulasi. Akibatnya, terjadi
oleh atropin atau obat-obatan lain. Tubuh seharusnya mengkompensasinya dengan takikardi (detak jantung cepat>100 denyut/menit) tetapi karena pada korban dapat
terjadi vasovagal reflex( kerusakan system saraf ) yang mengakibatkan bradikardi (denyut jantung lambat<60 denyut/menit). Pada sistem pernafasan mulai tampak takipnea( napas cepat ) dan hiperventilasi disertai dengan sianosis. Apabila dibiarkan
maka akan timbul koma dan kejang sebagai akibat anoksia serebri(Argonne National Laboratory EVS, 2005).
2.8. Fosfat
2.8.1. Pengertian Umum
Fosfat adalah senyawa fosfor yang anionnya mempunyai atom fosfor yang
dilengkapi oleh empat atom oksigen yang terletak pada sudut tetrahedron. Ada 3 jenis asam fosfat yang dikenal, yaitu : asam ortofosfat, asam pirofosfat dan asam
metafosfat. Ortofosfat adalah paling stabil dan paling penting (zat ini sering disebut fosfat saja), larutan pirofosfat dan metafosfat berubah menjasi ortofosfat perlahan-lahan pada suhu biasa dan lebih cepat dengan didihan.
Setiap senyawa fosfat terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat dalam sel organisme dalam air. Dalam air limbah senyawa fosfat dapat berasal dari
limbah penduduk, industri, dan pertanian. Di daerah pertanian ortofosfat berasal dari pupuk yang masuk ke dalam sungai melalui air buangan penduduk dan industri yang mengunakan bahan deterjen yang mengandung fosfat seperti industri pencucian,
melalui proses biologis kerena baik bekteri maupun tanaman menyerap fosfat bagi pertumbuhan (Saragih R, 2009).
2.8.2. Siklus Fosfor di Alam
Siklus P adalah mirip dengan beberapa siklus nutrisi mineral lainnya, P terdapat pada tanah, mineral, organisme hidup, dan air. Meskipun P terdapat banyak
di alam, namun P tidak ditemukan dengan di alam dalam bentuk unsur. Unsur P sangat reaktif dan akan menggabungkan dengan oksigen bila terkena udara. Dalam
proses alami seperti di tanah dan air, P akan ada sebagai fosfat, suatu bentuk kimia di mana setiap atom P dikelilingi oleh 4 atom oksigen (O). Ortofosfat, fosfat sederhana, memiliki rumus kimia PO4-3. Dalam air, ortofosfat sebagian besar ada sebagai
[image:50.612.139.481.362.543.2]H2PO4dalam kondisi asam, atau sebagai HPO42 - dalam kondisi alkali.
Gambar 1. Siklus fosfor
Fosfat diserap oleh tanaman dari tanah, dimanfaatkan oleh hewan yang mengkonsumsi tanaman, dan kembali ke tanah sebagai pembusukan residu organik dalam tanah (Gambar 1). Sebagian besar fosfat yang digunakan oleh organisme hidup
berubah menjadi senyawa organik. Ketika bahan tanaman dikembalikan ke tanah, ini fosfat organik perlahan-lahan akan dirilis sebagai fosfat anorganik atau dimasukkan
tanah. Pelepasan fosfat anorganik dari fosfat organik yang disebut mineralisasi dan disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak dapat lagi menguraikan senyawa
organik. Aktivitas mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh suhu tanah dan kelembaban tanah. Proses ini paling cepat ketika tanah yang hangat dan lembab. Fosfat berpotensi hilang melalui erosi tanah dan sebagian kecil masuk ke badan air
yang meresap melalui tanah.
Senyawa fosfat banyak yang sukar larut dalam air, karena itu, sebagian besar
fosfat di alam ada dalam bentuk padat. Namun, air tanah dan air permukaan (sungai dan danau) biasanya mengandung konsentrasi yang relatif rendah. Konsentrasi fosfor terlarut (atau larut). Tergantung pada jenis mineral di daerah tersebut, badan air
biasanya mengandung sekitar 10 ppm. (Randall dkk., 2009)
Di Indonesia, jumlah cadangan fosfat yang telah diselidiki adalah 2,5 juta
ton endapan guano (kadar P2O5 = 0,17 - 43 %). Terdapat antara lain di Propinsi Aceh,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, NTT, Sumatera Utara, Kalimantan, dan Irian Jaya. Sementara eksplorasi fosfat dimulai
sejak tahun 1919. Umumnya, kondisi endapan fosfat guano yang ada ber-bentuk lensa-lensa, sehingga untuk penentuan jumlah cadangan, dibuat sumur uji pada
kedalaman 2 - 5 meter (Anonim, 2010). 2.8.3. Sumber Fosfat
Sumber utama fosfat inorganik dari penggunaan deterjen, alat pembersih
untuk keperluan rumah tangga atau industri dan pupuk pertanian. Fosfat organik berasal dari makanan dan buangan rumah tangga. Dalam air limbah senyawa fosfat
ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk kedalam sungai melalui saluran drainase dan air run-off dari air hujan.
Polifosfat dapat memasuki sungai melalui air buangan penduduk dan industri yang menggunakan bahan deterjen yang mengandung fosfat seperti industri pencucian, industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam air buangan
penduduk ( tinja ) dan sisa makanan. Fosfat organis dapat pula terjadi dari ortofosfat yang terlarut melalui proses biologis karena baik bakteri maupun tanaman menyerap
posfat bagi pertumbuhan (Sutrisno, 2006). 2.8.4 Sifat Fosfat
Fosfat banyak terdapat di perairan dalam bentuk inorganik dan organik
sebagai larutan, debu, dan tubuh organisme. Semua fosfat mengalami proses perubahan biologis menjadi fosfat anorganik yang selanjutnya digunakan oleh
tanaman untuk membuat energi. Fosfat berada pada sedimen dan lumpur air bersama kehidupan biologis yang berada di atas air. Fosfat merupakan parameter untuk mendeteksi pencemaran air.
Total fosfat dapat diukur langsung dengan cara kalorimeter atau melalui proses digestasi lebih dulu, sebelum pengukuran sampel air disaring melalui saringan
berukuran 0,45 µm. digestasi dilakukan untuk membebaskan fosfat anorganik sehingga dengan demikian dapat ditetapkan fosfat organik (Sutrisno, 2006).
2.8.5 Dampak Fosfat Bagi Lingkungan
Berdasarkan kadar fosfor total, perairan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : perairan dengan tingkat kesuburan rendah, yang memiliki kadar fosfat total berkisar
kadar fosfat total 0,021-0,05 mg/liter dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi, yang memiliki kadar fosfat total 0,051-0,1 mg/liter. Fosfat merupakan parameter
untuk mendeteksi pencemaran air.
Fosfat berada dalam air limbah dalam bentuk organik. Sebagai ortofosfat anorganik atau sebagai fosfat-fosfat kompleks. Fosfat kompleks mewakili kira-kira
separuh dari fosfat air limbah perkotaan dan berasal dari penggunaan bahan-bahan detergen sintetis. Fosfat kompleks mengalami hidrolisa selama pengolahan biologis
menjadi bentuk ortofosfat (PO43-).
Dari konsentrasi rata-rata fosfor keseluruhan sebanyak 10 mg/l berada dalam air limbah perkotaan , kira-kira 10 % dibunag sebagai bahan tak terpakai selama
pengendapan primer dan 10 % hingga 20 % lainnya digabungkan ke dalm sel-sel bakteri selama pengolahan biologis. Sisa yang 70 % dari fosfor yang masuk pada
umumnya dilepaskan bersama bunagan instalasi sekunder. Bentuk-bentuk penting fosfat dalam air limbah adalah pospor organik, polifosfat dan ortofosfat. Polifosfat banyak digunakan dalam pembuatan detergen sintetis. Komponen fosfat
dipergunakan untuk membuat sabun sebagai pembentuk buih. Dan adanya fosfat dalam air limbah dapat menghambat penguraian pada proses biologis (Budi S., 2006).
Sedangkan menurut Juli Soemirat, detergen dapat mempermudah absorbsi racun pada ikan melalui insang dan bersifat persisten sehingga terjadi akumulasi. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat
di dalam sel organisme dalam air. Dalam air limbah senyawa fosfat dapat berasal dari limbah penduduk, industri dan pertanian. Di daerah pertanian ortofosfat berasal dari
Polifosfat dapat memasuki sungai melalui air buangan penduduk dan industri yang menggunakan detergen yang mengandung fosfat seperti industri pencucian,
industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam air buangan penduduk (tinja) dan sisa makanan. Fosfat organis dapat pula terjadi dari ortofosfat yang terlarut melalui proses biologis karena baik bakteri maupun tanaman menyerap fosfat bagi
pertumbuhannya. Bermacam-macam jenis fosfat juga dipakai untuk penngolahan anti karat dan anti kerak pada pemanas air (boiler).
Keberadaan senyawa fosfat dalam air sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem perairan. Bila kadar fosfat pada air alam sangat rendah (<0,01 mg/l), pertumbuhan tanaman dan ganggang akan terhalang, keadaan ini
dinamakan “oligotrop”. Pembuangan limbah yang banyak mengandung fosfat ke dalam badan air dapat menyebabkan pertumbuhan lumut dan mikroalgae yang
berlebih yang disebut “eutrophication”, sehingga air menjadi keruh dan berbau karena pembusukan lumut-lumut yang mati. Pada keadaan “eutrotop