• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS M (LC 5E) DA MENYIMP PADA

Sebagai

Jurusan Pen

FAKULTAS

S MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CY DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILA MPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

A MATERI KESETIMBANGAN KIMIA

Oleh MELI ASTUTI

Skripsi

gai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

endidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Ala

AS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013

CYCLE 5E ILAN

(2)

i ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA

Oleh MELI ASTUTI

Penelitian ini bertujuan untuk mendekskripsikan efektivitas model pembelajaran LC 5E dalam meningkatkan keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep pada materi kesetimbangan kimia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar semester ganjil Tahun 2012-2013 dengan kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 sebagai sampel.

(3)

melalui LC 5E memiliki keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep yang lebih tinggi dibandingkan kelas dengan pembelajaran konvensional.

Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran LC 5E lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep siswa pada materi kesetimbangan kimia.

Kata kunci: model pembelajaran LC 5E, keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep.

(4)
(5)
(6)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Efektivitas Pembelajaran ... 8

B. Pembelajaran Kontruktivisme ... 8

C. Learning Cycle 5E (LC 5E) ... 9

D. Keterampilan Proses Sains ... 16

E. Penguasaan Konsep ... 19

F. Kerangka Pikir ... 21

G. Anggapan Dasar ... 22

(7)

vi

A. Populasi dan Sampel ... 23

B. Jenis dan Sumber Data ... 24

C. Desain Penelitian ... 24

D. Variabel Penelitian ... 24

E. Instrumen Penelitian ... 25

F. Validitas Instrumen ……….. 25

G. Pelaksanaan Penelitian ... 26

H. Teknik Analisis Data Penelitian ... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 34

B. Pembahasan ... 42

C. Kendala yang Dihadapi ... 51

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Simpulan ... 52

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA………. 54

LAMPIRAN ……… 56

1. Silabus Eksperimen ... 57

2. RPP Kelas Eksperimen ... 63

3. Lembar Kerja Siswa ... 113

4.. Kisi-kisi Soal Pretest dan Postest ... 164

5. Soal Pretest dan Postest ... 168

6. Pedoman Penskoran Soal Pretest dan Posttest……… 172

7. Lembar Penilaian Aspek Afektif Kelas Eksperimen ... 177

8. Lembar Penilaian Aspek Afektif Kelas Kontrol ………. 187

9. Lembar Penilaian Psikomotor ... 197

10. Lembar Observasi Guru Mengajar Kelas Eksperimen ... 201

11. Lembar Observasi Guru Mengajar kelas Kontrol……… 211

(8)

vii

13. Data Nilai Pretest, Posttest, dan n-Gain ………. 231

14, Perhitungan Keterampilan Menyimpulkan……….. 237

15. Perhitungan Penguasaan Konsep………. 249

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pe-ngetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat men-jadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dikehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman Langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu men-jelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

(10)

2

Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Dalam pembelajaran sains termasuk kimia, kebanyakan siswa mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis atau siswa belajar tetapi tidak mengetahui makna dari apa yang dipelajarinya secara jelas. Cara pembelajaran seperti itu menyebabkan siswa pada

umumnya hanya mengenal banyak peristilahan sains secara hafalan. Selain itu, banyaknya konsep dan prinsip-prinsip sains yang perlu dipelajari siswa, me-nyebabkan munculnya kejenuhan siswa belajar sains secara hafalan. Dengan

demikian belajar sains hanya diartikan sebagai pengenalan sejumlah konsep- konsep dan peristilahan dalam bidang sains saja.

(11)

Kegiatan pembelajaran tersebut kurang sejalan dengan proses pembelajaran yang seharusnya diterapkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu proses pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran (student centered learning). Dalam pembelajaran KTSP guru berperan sebagai fasilitator dan motivator, serta siswa dituntut untuk memiliki kompetensi khusus setelah proses pembelajaran.

(12)

4

Dalam proses pembelajaran perlu adanya suasana yang terbuka, akrab dan saling menghargai. Sebaliknya perlu menghindari suasana belajar yang kaku, penuh dengan ketegangan dan sarat dengan perintah dan instruksi yang membuat peserta didik menjadi pasif, tidak bergairah, cepat bosan dan mengalami kebosanan (Budimansyah, 2002). Dalam melakukan proses pembelajaran guru dapat memilih beberapa model mengajar. Model mengajar banyak sekali jenisnya.

Masing-masing model mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan suatu model perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang disampaikan, tujuan pem-belajaran, waktu yang tersedia, jumlah siswa, mata pelajaran, fasilitas dan kondisi

siswa dalam pembelajaran serta hal-hal yang berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran learning Cycle 5E.

(13)

klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Guru membimbing siswa dalam menerapkan konsep pada fase penerapan konsep, dan yang terakhir yaitu fase evaluasi, guru melakukan evaluasi terhadap efektivitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman kon-sep, atau kompetensi siswa.

Beberapa hasil peneliti yang mengkaji tentang penerapan model pembelajaran LC 5E adalah Widiawati (2012) melakukan penelitian mengenai keefektifan model pembelajaran LC 5E dibandingkan model pembelajaran ekspositori pada materi pokok asam, basa, dan garam untuk meningkatkan hasil belajar dan minat belajar siswa pada VII SMP Negeri 70 Malang dan Kurniawati (2010) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model LC 5E dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep pokok bahasan asam basa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Learning Cycle 5E (LC 5E) dalam

Meningkatkan Keterampilan Menyimpulkan dan Penguasaan Konsep pada Materi Kesetimbangan Kimia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

(14)

6

2. Apakah model pembelajaran LC 5E efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi kesetimbangan kimia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mendekskripsikan efektivitas model pembelajaran LC 5E dalam

meningkat-kan keterampilan menyimpulmeningkat-kan pada materi kesetimbangan kimia.

2. Mendekskripsikan efektivitas model pembelajaran LC 5E dalam meningkat-kan penguasaan konsep pada materi kesetimbangan kimia.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Siswa

Melalui penerapan model LC 5E siswa dapat memahami materi pelajaran dengan mudah, sehingga dapat meningkatkan keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep pada materi kesetimbangan kimia.

2. Guru

Menambah wawasan guru kimia khususnya dalam menggunakan model pembelajaran LC 5E.

3. Sekolah

(15)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda-beda terhadap masalah yang dibahas, maka ruang lingkup penelitian ini yaitu:

1. Efektivitas pembelajaran LC 5E ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (peningkatan n-Gain yang signifikan) (Wicaksono, 2008).

2. Model pembelajaran LC 5E adalah salah satu model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme yang terdiri dari 5 fase yaitu (1) Fase menarik per-hatian (egage); (2) Fase eksplorasi (exploration),; (3) Fase penjelasan konsep (explaination); (4) Fase penerapan konsep (elaboration); (5) Fase evaluasi (evaluate), dilakukan selama pembelajaran dilangsungkan dan guru bertugas untuk mengobservasi pengetahuan dan kecakapan siswa dalam mengaplikasi-kan konsep dan perubahan berfikir siswa.

3. Keterampilan menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi (Fitriani, 2009)

4. Penguasaan konsep kesetimbangan kimia adalah nilai pada materi kesetim-bangan kimia yang diperoleh melalui pretest dan posttest.

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan.

Menurut Wicaksono (2008), model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (n-Gain yang signifikan).

B. Pembelajaran Konstruktivisme

(17)

Pengetahuan dibentuk oleh struktur penerimaan konsep seseorang sewaktu mengadakan interaksi dengan lingkungannya (Von Glaserfeld,1989 dalam Pannen, dkk, 2001).

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: 1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;

2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3) mengajar adalah membantu siswa belajar;

4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5) kurikulum menekankan partisipasi siswa;

6) guru adalah fasilitator.

Secara keseluruhan pengertian atau maksud pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai penghu-bung yang membantu siswa mengolah pengetahuan baru, menyelesaikan suatu masalah dan guru berperan sebagai pembimbing pada proses pembelajaran yang menyediakan peluang kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan baru.

C. Learning Cycle 5E (LC 5E)

Learning Cycle (LC) merupakan salah satu model perencanaan yang telah diakui dalam pendidikan, khususnya pendidikan IPA. Model ini merupakan model yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa.

(18)

10

Piaget dan para kontruktivis pada umumnya dalam Sudirman (2007) berpendapat bahwa:

Di dalam mengajar, seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa. Mengajar bukan sebagai proses memindahkan gagasan guru kepada siswanya, melainkan proses untuk mengubah gagasan-gagasan siswa yang sudah ada yang mungkin “salah”, sehingga proses belajar-mengajar tidak monoton dan membosankan karena paradigma guru yang selalu menganggap bahwa dirinyalah yang paling benar. Siswa dianggap sebagai suatu wadah kosong sehingga guru hanya mengajarkan apa-apa yang ia ketahui tanpa mengukur apa-apa yang telah diketahui oleh sang anak. Guru adalah seorang yang meluruskan paradigma para muridnya yang mungkin “salah”, sehingga dengan kata lain guru adalah orang yang dianggap oleh seorang siswa sebagai tempat untuk bertukar pendapat.

LC merupakan model pembelajaran yang dilandasi oleh filsafat konstruktivisme. Pembelajaran melalui model siklus belajar mengharuskan siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan memecahkan permasalahan yang dibimbing langsung oleh guru. Model pembelajaran ini memiliki lima langkah sederhana, yaitu pertama, fase menarik perhatian, dalam fase ini guru memberikan perma-salahan yang sesuai dengan topik pembelajaran untuk harus dipecahkan oleh siswa. Kedua, fase eksplorasi, dalam fase ini guru menggali pengetahuan awal siswa. Ketiga, fase eksplanasi. Keempat, fase penerapan konsep dimaksudkan mengajak siswa untuk menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama tingkatannya ataupun yang lebih tinggi tingkatannya. Kelima, fase evaluasi dilakukan untuk mengetahui pemahaman konsep yang telah diketahui oleh siswa.

(19)

kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. LC 5E terdiri dari fase-fase, pendahuluan

(egagement), eksplorasi (exploration), penjelasan konsep (concept

introduction/ explaination), penerapan konsep (elaboration), dan evaluasi (evaluate)

LC pada mulanya terdiri dari fase eksplorasi (exploration), fase pengenalan kon-sep (concept introduction), dan fase aplikasi konsep (concept application) yang dikenal dengan istilah LC 3 fase.

LC 3 fase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi LC 5 fase dan LC 6 fase. Pada LC 5 fase, ditambahkan tahap engagement sebelum exploration dan ditambahkan pula tahap evaluation pada bagian akhir siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept application masing-masing diistilahkan menjadi explaination dan elaboration. Oleh karena itu LC 5 fase sering dijuluki LC 5E (engagement, exploration, explaination, elaboration, dan evaluation).

Fase engagement bertujuan mempersiapkan diri pebelajar agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya.

Dalam fase engagement ini minat dan keingintahuan (curiosity) pebelajar tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula pebelajar ajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan di-buktikan dalam tahap eksplorasi.

(20)

12

melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.

Pada fase explanation, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini pebelajar menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari.

Pada fase elaboration (extention), siswa menerapkan konsep dan keterampilan da-lam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving. Pada tahap akhir yaitu fase evaluation, dilakukan evaluasi terhadap efek-tivitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi pebelajar melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong pebelajar melakukan investigasi lebih lanjut.

Hal ini didukung oleh pendapat yang menyatakan bahwa:

Dalam The Learning Cycle as A Tool for Planning Science Instruction dalam LC terdiri dari lima fase yaitu: (1) phaseto engage (fase

pendahuluan); (2) phaseto explore (fase menggali); (3) phaseto explain (fase menjelaskan); (4) phaseto extend (fase penerapan konsep); dan (5) phaseto evaluate (fase evaluasi) (Lorsbach, 2002).

Kelima fase tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Fase pendahuluan

(21)

Keadaan tersebut dapat dicapai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa tentang fakta atau fenomena yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Jawaban siswa digunakan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang telah diketahui oleh mereka. Pada fase ini pula siswa diajak mem-buat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam fase eksplorasi. Fase ini dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.

2. Fase menggali

Kegiatan pada fase eksplorasi bertujuan untuk memberikan kesempatan ke-pada siswa untuk bekerja baik secara mandiri maupun secara berkelompok tanpa instruksi atau pengarahan secara langsung dari guru. Siswa bekerja memanipulasi suatu obyek, melakukan percobaan (secara ilmiah), melakukan pengamatan, mengumpulkan data, sampai pada membuat kesimpulan dari percobaan yang dilakukan. Dalam kegiatan ini guru sebaiknya berperan sebagai fasilitator membantu siswa agar bekerja pada lingkup permasalahan (hipotesis yang dibuat sebelumnya).

(22)

14

Kegiatan pada fase ini sampai pada tahap presentasi atau komunikasi hasil yang diperoleh dari percobaan atau menelaah bacaan. Dari komunikasi tersebut diharapkan dapat diketahui seberapa tingkat pemahaman siswa terhadap masalah yang dipecahkan (Dasna, 2005).

3. Fase penjelasan

Kegiatan pada fase penjelasan bertujuan untuk melengkapi, menyempurna-kan, dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep yang dipahaminya dengan kata-katanya sendiri, menunjukkan contoh-contoh yang berhubungan dengan konsep untuk melengkapi penjelasannya.

Pada kegiatan ini sangat penting adanya diskusi antar anggota kelompok untuk mengkritisi penjelasan konsep dari siswa yang satu dengan yang lain-nya. Pada kegiatan yang berhubungan dengan percobaan, guru dapat mem-perdalam hubungan antar variabel atau kesimpulan yang diperoleh siswa. Hal ini diperlukan agar siswa dapat meningkatkan pemahaman konsep yang baru diperolehnya.

4. Fase penerapan konsep

(23)

percobaan, pengamatan, pengumpulan data, analisis data sampai membuat kesimpulan.

5. Fase evaluasi

Kegiatan pada fase evaluasi bertujuan untuk mengamati perubahan pada sis-wa sebagai akibat dari proses belajar pada fase ini guru dapat mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat dijawab dengan menggunakan lembar observasi, fakta atau data dari penjelasan dari sebelumnya yang dapat diterima. Kegiatan pada fase evaluasi berhubungan dengan penilaian kelas yang dilakukan guru meliputi penilaian proses dan evaluasi penguasaan konsep yang diperoleh siswa.

Hudojo (2001) mengemukakan bahwa LC 5E melalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi siswa untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Selain itu Hudojo mengemukakan bahwa:

Implementasi LC 5E dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan konstruktivis: 1. siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan

bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa 2. informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi

baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu

(24)

16

Ditinjau dari dimensi peserta didik, penerapan strategi ini memberi keunggulan sebagai berikut :

1. Meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.

2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik. 3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Kelemahan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi diperkirakan sebagai berikut :

1. Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.

2. Menurut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.

3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi. 4. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun

rencana dan melaksanakan pembelajaran (Soebagio, 2000)

D. Keterampilan Proses Sains

Menurut Mochtar (Samana, 1992) pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang siswa serta kegiatannya yang diterjemahkan dalam kegiatan belajar-mengajar yang memperhatikan perkembangan pengetahuan, nilai hidup serta sikap, perasaan, dan keterampilan sebagai kesatuan, yang akhirnya semua ke-giatan belajar dan hasilnya tersebut tampak dalam bentuk kreativitas. Hartono dalam Fitriani (2009):

(25)

sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada pe-nekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.

Pendekatan keterampilan proses sains dirancang dengan beberapa tahapan yang diharapkan akan meningkatkan penguasaan konsep. Tahapan-tahapan pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains menurut Dimyati dan Mudjiono (2009):

[image:25.612.138.504.357.666.2]

Pendekatan keterampilan proses lebih cocok diterapkan pada pembelajaran sains. Pendekatan pembelajaran ini dirancang dengan tahapan: (1) Pe-nampilan fenomena; (2) apersepsi; (3) menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa; (4) demonstrasi atau eksperimen; (5) siswa mengisi lembar kerja; (6) guru memberikan penguatan materi dan penanaman konsep dengan tetap mengacu kepada teori permasalahan. Menurut pendapat Tim action Research Buletin Pelangi Pendidikan (Fitriani, 2009) KPS dibagi menjadi dua yaitu:

Tabel 1. Indikator KPS dasar Keterampilan dasar Indikator

Observasi Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan memahami sifat benda serta kejadian secara teliti dari hasil

pengamatan.

Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan/persamaan, meng- kontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membanding-kan dan menentumembanding-kan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.

Pengukuran Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat dan lain-lain.

[image:25.612.137.507.359.665.2]

Berkomunikasi Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah/peristiwa, memberikan data empiris hasil percobaan atau pe- ngamatan dalam bentuk tabel, menyusun, membaca tabel, menjelaskan hasil percobaan dan menyampaikan laporan secara sistematis.

Menyimpulkan Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, meng-interpretasi data dan informasi.

(26)
[image:26.612.131.506.82.520.2]

18

Tabel 2. Indikator KPS terpadu Keterampilan Terpadu Indikator Merumuskan

hipotesis

Mampu menyatakan hubungan antara dua variabel, mengajukan perkiraan penyebab suatu hal terjadi dengan mengungkapkan bagaimana cara melakukan pemecahan masalah.

Menamai variabel Mampu mendefinisikan semua variabel jika digunakan dalam percobaan.

Mengontrol variabel Mampu mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi hasil percobaan, menjaga kekonstanannya selagi me-manipulasi variabel bebas.

Membuat definisi operasional

Mampu menyatakan bagaimana mengukur semua faktor atau variabel dalam suatu eksperimen. Melakukan

Eksperimen

Mampu melakukan kegiatan, mengajukan pertanyaan yang sesuai, menyatakan hipotesis, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, mendefinisikan secara operasional variabel-variabel, mendesain sebuah eksperimen yang jujur, menginterpretasi hasil eksperimen.

Interpretasi Mampu menghubung-hubungkan hasil pengamatan terhadap obyek untuk menarik kesimpulan,

menemukan pola atau keteraturan yang dituliskan (misalkan dalam tabel) suatu fenomena alam. Merancang

penyelidikan

Mampu menentuka alat dan bahan yang diperlukan dalam suatu penyelidikan, menentukan variabel kontrol, variabel bebas, menentukan apa yang akan diamati, diukur dan ditulis, dan menentukan cara dan langkah kerja yang mengarah pada pencapaian kebenaran ilmiah.

Aplikasi konsep Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan

mengguna-kan konsep yang telah dimiliki dan mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru.

(Fitriani, 2009) Untuk mengajarkan keterampilan proses itu kepada siswa, siswa perlu benar-benar melakukan pengamatan, pengukuran, pemanipulasi variabel dan

(27)

Pengem-bangan keterampilan proses sains sangat bermanfaat bagi siswa. Keterampilan proses sains dapat ditransfer ke topik dan bidang studi lain serta tidak mudah di-lupakan. Keterampilan proses sains membuat siswa merasakan hakikat sains dan memungkinkan siswa “berbuat” sains. Dengan “berbuat” sains, siswa belajar fakta-fakta dan konsep-konsep sains. Jadi dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam mengajarkan sains sehingga siswa belajar “proses” dan “produk” sains (Soetardjo, 1998).

E. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil ber-fikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik sehingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung konsep tersebut. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan berhasil. Hanya dengan bantuan konsep, proses belajar mengajar dapat ditingkat-kan lebih maksimal.

(28)

20

dalam kelas, dalam belajar juga dituntut adanya suatu aktivitas yang harus di-lakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi. Penguasaan terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak melakukan belajar karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran. Sebagian besar materi pelajaran yang dipelajari disekolah terdiri dari konsep-konsep. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang, semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Menurut Sagala (2003) definisi konsep adalah:

Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengeta-huan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak. Menurut Dahar (1998) definisi konsep adalah:

suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang lama. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal kunsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret yang timbul dari buah pikiran manusia dan pengalaman manusia serta digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan.

(29)

kemam-puan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, menyintesis, dan ke-mampuan mengevaluasi. Penguasaan konsep yang telah dipelajari siswa dapat diukur dari hasil tes yang dilakukan oleh guru.

F. Kerangka Pikir

Model pembelajaran adalah salah satu faktor yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang menempati peran penting dalam proses pembelajaran. Ke-mampuan guru untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat akan menentukan hasil belajar siswa terhadap konsep yang diberikan dalam proses pembelajaran.

(30)

22

keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep pada materi kesetimbangan kimia yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Semua siswa kelas XI semester ganjil SMA Negeri I Natar tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi objek penelitian mempunyai kemampuan awal yang sama dalam keterampilan menyimpulkan penguasaan konsep kimia.

2. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan ketrampilan menyim-pulkan dan penguasaan konsep pada materi kesetimbangan kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar tahun pelajaran 2012/2013 diabaikan.

I. Hipotesis Umum

Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum dengan perumusan sebagai berikut:

(31)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar Tahun Pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 200 siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA1 sampai XI IPA5.

(32)

24

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif berupa data hasil tes keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep sebelum penerapan pembelajaran (pretest) dan hasil tes keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep setelah penerapan pembelajaran (postest). Data ini ber-sumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh siswa kelas kontrol.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design (Sugiyono, 2011). Desain penelitian inimelihat perbedaan pretest maupun posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Tabel3. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas kontrol O1 X1 O2

Kelas eksperimen O1 X2 O2

Keterangan:

X1: adalah perlakuan berupa penerapan pembelajaran konvensional X2: adalah perlakuan berupa penerapan model pembelajaran LC 5E O1: adalah pretest yang diberikan sebelum diberikan perlakuan O2: adalah posttest yang diberikan setelah diberikan perlakuan

D. Variabel Penelitian

[image:32.612.132.423.403.467.2]
(33)

pembelajar-an LC 5E dpembelajar-an pembelajarpembelajar-an konvensional. Sebagai variabel terikat adalah

ke-terampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep pada materi kesetimbangan kimia dari siswa SMA Negeri I Natar.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997 : 77).

Instrumen pada penelitian ini adalah

1. Kelas kontrol menggunakan silabus dan RPP dari sekolah yang diteliti SMA N I Natar, sedangkan kelas eksperimen menggunakan Silabus dan RPP yang sudah divalidasi dosen pembimbing.

2. Kelas kontrol menggunakan LKS dari sekolah yang diteliti SMA N I Natar, sedangkan kelas eksperimen menggunakan 5 LKS dengan model

pembelajaran LC 5E.

3. Kelas kontrol dan kelas eksperimen diberi Soal pretest dan posttest yang sama yang terdiri dari 10 pilihan ganda dan 2 soal essay untuk mengukur

keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep siswa.

F. Validitas Instrumen

(34)

26

unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini di-lakukan oleh dosen pembimbing untuk memvalidasinya.

G. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini adalah 1. Tahap Prapenelitian

a. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana prasarana di sekolah,

b. Menentukan dua kelas sebagai kelas sampel,

2. Tahap Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu a. Tahap persiapan

1. Menyusun Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi pokok kesetimbangan kimia,

2. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi pokok kesetimbangan kimia,

3. Membuat soal pretest dan posttest. 4. Validasi instrumen

b. Tahap pelaksanaan penelitian.

(35)

1. Melakukan pretest dengan soal yang sama pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

2. Pelaksanaan pembelajaran pada materi pokok kesetimbangan kimia sesuai model pembelajaran yang ditetapkan pada masing-masing kelas.

3. Melakukan postest dengan soal yang sama pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

4. Melakukan analisis data 5. Kesimpulan.

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian seperti

[image:35.612.135.497.317.687.2]

pada gambar 1.

Gambar 1. Alur Penelitian Observasi

Kesimpulan Kelas Kontrol Tes awal

(Pretest) Kelas Eksperimen

Pembelajaran konvensional

Pembelajaran LC 5E Tes akhir

(Postest)

Analisis data Pembuatan perangkat pembelajaran dan instrumen Penentuan populasi dan sampel

(36)

28

H. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Nilai pretest dan postest pada penilaian keterampilan menyimpulkan dan penguasaan konsep siswa

dirumuskan sebagai berikut:

Nilai Akhir ∑ 100 ...(1)

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung n-Gain yang selanjut-nya digunakan untuk menguji kenormalan, homogenitas dua varians dan pengujian

hipotesis.

1. Menghitung n-Gain

Untuk mengetahui efektivitas dari kedua model pembelajaran terhadap peningkatan konsep reaksi kesetimbangan kimia siswa, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi. Perhitungan indeks gain bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretest dan posttest dari kedua kelas. Rumus indeks gain (g) menurut Meltzer

adalah sebagai berikut:

n-Gain

.....(2)

2. Uji normalitas

(37)

Hipotesis untuk uji normalitas :

H0 = data penelitian berdistribusi normal H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal

Untuk uji normalitas data, digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

χ ∑

...(3) Keterangan:

χ2 = uji Chi- kuadrat Oi = frekuensi observasi Ei = frekuensi harapan

Data akan berdistribusi normal jika χ2 hitung ≤ χ2 tabel dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan dk = k – 3 (Sudjana, 2005).

3. Uji homogenitas dua varians

Pengujian homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Rumusan hipotesis

H0 (Sampel mempunyai varian yang homogen)

H1 (Sampel mempunyai varian yang tidak homogen) Keterangan:

varians skor kelompok I

varians skor kelompok II

(38)

30

b. Rumus statistik yang digunakan adalah pengujian-F:

!" #

# ... (4) Keterangan :

F = Kesamaan dua varians varians terbesar

varians terkecil

c. Kriteria pengujian

Terima H0 jika Fhitung≥ Ftabel, dan tolak sebaliknya (Sudjana, 2005).

4. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis disini dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji kesamaan dua rata-rata uji satu pihak, yaitu uji pihak kanan. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

a. Rumusan hipotesis

1) Hipotesis 1 (keterampilan menyimpulkan)

Ho : µ1y≤ µ2y : Rata-rata nilai n-Gain keterampilan menyimpulkan siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia yang diterapkan model pembelajaran LC 5E lebih rendah atau sama dengan rata-rata nilai n-Gain keterampilan menyimpulkan siswa dengan pembelajaran konvensional.

(39)

2) Hipotesis 2 (penguasaan konsep)

Ho : µ1x≤ µ2x : Rata-rata nilai n-Gain penguasaan konsep siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia yang diterapkan model pembelajaran LC 5E lebih rendah atau sama dengan rata-rata nilai n-Gain penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran konvensional.

H1 : µ1x> µ2x : Rata-rata nilai n-Gain penguasaan konsep siswa pada materi

pokok kesetimbangan kimia yang diterapkan model pembelajaran LC 5E lebih tinggi dari pada rata-rata nilai n-Gain penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran konvensional.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata nilai n-Gain (x,y) pada materi pokok kesetimbangan kimia pada kelas yang diterapkan pembelajaran LC 5E

µ2 : Rata-rata nilai n-Gain (x,y) pada materi pokok kesetimbangan pada kelas dengan pembelajaran konvensional

x: keterampilan menyimpulkan y : penguasaan konsep

Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data, karena jika kedua varians kelas sampel homogen (σ12= σ22), maka uji yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut :

Rumus statistik yang digunakan untuk pengujian-t

a) Jika varians kedua kelas sama , maka rumus yang digunakan adalah:

1

1

(40)

32

Keterangan:

= Rata-rata nilai n-Gain penguasaan konsep kesetimbangan kimia/keterampilan

menyimpulkan yang diterapkan LC 5E

= Rata-rata nilai n-Gain penguasaan konsep kesetimbangan kimia/keterampilan

menyimpulkan yang diterapkan pembelajaran konvensional. " = Simpangan baku n-Gain gabungan

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan LC 5E

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku n-Gain siswa yang diterapkan LC 5E

♬ = Simpangan baku n-Gain siswa yang menggunakan pembelajaran

konvensional. s

Kriteria yang digunakan adalah terima hipotesis H0 jika thitung < ttabel. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n1+ n2-2) dengan peluang (1-α) (Sudjana, 2005)

b) Jika varians kedua kelas tidak sama , maka rumus yang digunakan adalah :

t ′

dengan S

n ∑ x ∑ x

n n 1 … … … 6

Keterangan:

= Rata-rata nilai n-Gain penguasaan konsep kesetimbangan kimia/keterampilan

menyimpulkan yang diterapkan LC 5E

= Rata-rata nilai n-Gain penguasaan konsep kesetimbangan kimia/keterampilan

(41)

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku n-Gain siswa yang diterapkan LC 5E

= Simpangan baku n-Gain siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dengan kriteria pengujian

Tolak H0 jikat

$

,.

Dimana w1 =

; w2 =

1 ", 1 dan

(42)

52

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam

penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata nilai n-Gain keterampilan menyimpulkan siswa dengan model LC 5E lebih tinggi dari pada rata-rata nilai n-Gain keterampilan menyimpulkan siswa dengan pembelajaran konvensional pada materi kesetimbangan kimia.

2. Rata-rata nilai n-Gain penguasaan konsep siswa dengan model LC 5E lebih tinggi dari pada rata-rata nilai n-Gain penguasaan konsep siswa dengan pem-belajaran konvensional pada materi kesetimbangan kimia.

3. Model pembelajaran LC 5E lebih efektif dibandingkan pembelajaran

konvensional dalam meningkatkan keterampilan menyimpulkan siswa pada

materi kesetimbangan kimia.

4. Model pembelajaran LC 5E lebih efektif dibandingkan pembelajaran

konvensional dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi

kesetimbangan kimia.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

(43)

pem-belajaran bagi guru dalam membelajarkan materi pokok kesetimbangan kimia ataupun materi lain dengan karakteristik materi yang sama.

2. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar penerapan pembelajaran LC 5E berjalan efektif, hendaknya guru menguasai kelas dengan

baik, pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran menjadi maksimal dan

(44)

54

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.

Budimansyah. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Ganesindo. Bandung.

Dahar, R.W. 1998. Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta.

Dasna, I. W. 2005. Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UM - Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S.B. dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Fajaroh, F. dan I W. Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (learning cycle). Universitas Negeri Malang. Malang.

Fitriani, D. 2009. Penerapan Model Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI)Berbasis Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Laju Reaksi (PTK Pada Siswa Kelas XII IPA 2 SMAN 1 Bandar Lampung TP 2009-2010). (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung. Tidak diterbitkan.

Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses SainsMahasiswa Program Pendidikan Jarak Jauh S1 PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar of Proseeding of The International Seminar of Science Education. UNSRI. Palembang.

Hudojo, H. 2001. Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. Makalah Semlok Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan Piloting JICA. FMIPA UM.

(45)

Lorsbach, A. W. 2002. The Learning Cycle as A tool for Planning Science Instruction. 28 Agustus 2012

http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lorsbach/257lrcy.html.

Pannen, P., D. Mustafa dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta

Purba, M. 2006. KIMIA SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.

Sagala, S. 2003 . Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung Samana, A. 1992. Sistem Pengajaran. Kanisius. Yogyakarta.

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja grafindo Persada. Jakarta.

Soebagio. 2000. Penggunaan Siklus belajar dan Peta Konsep untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Konsep Larutan Asam-Basa. PPGSM.

Sudirman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Sudarmo, U. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Surakarta. Phibeta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Soetardjo. 1998. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan

Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.

Wicaksono, A. 2008. Efektitifitas Pembelajaran. Agung (Ed). 5 April 2008. 20 Juni 2012 http://agung.smkn1pml.sch.id/wordpress/?p=119.

Gambar

tabel, menjelaskan hasil percobaan dan menyampaikan
Tabel 2.  Indikator KPS terpadu
Tabel 3.  Desain penelitian
Gambar 1. Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan penanganan diare pada balita di Rumah Sakit Bhayangkara H. Samsoeri Mertojoso

Hasil penelitian bahwa: 1) Model PBLDS berpengaruh baik terhadap hasil belajar, misalkan aspek kognitif (83,22); 2) Kemampuan memecahkan masalah tinggi atau rendah tidak

S 3 yaitu jarak yang ditempuh bola setelah menumbuk dinding BD dan sebelum memasuki lubang... Terdapat suatu engsel licin yang menghubungkan kedua ujung batang

yang berkaitan dengan Pengaruh Zikir Asmāul Ḥ usnā Dengan Relaksasi Terhadap Prestasi Belajar Santri Kelas Tarjim TPQ-Madin Fathur Rohman Kureksari Waru Sidoarjo

Berdasarkan analisis hasil kinerja siswa selama pembelajaran melalui pendekatan pragmatik menunjukkan bahwa siswa mampu dengan baik menyebutkan komponen yang diketahui dari

Sebelum membuat laporan mingguan proyek maka terlebih dahulu dibuat laporan harian proyek yang merupakan laporan per hari mengenai pekerjaan yang sedang dilaksanakan, dari 7

dan keadilan organisasi dengan OCB, hubungan antara learning organization dengan OCB, dan hubungan antara keadilan organisasi dengan OCB pada karyawan PT GMF

pan buatan hasil tangk es dari 11 f ae, Haemu uraenidae, bubu tali d umpan buat n berat 6,02 centridae 14 (4,62%) de Serranida Nemipte Haemulid Holocent Monacha Siganidae