PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh AHMAD
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG
RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh:
AHMAD
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya perolehan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013.
Tujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika melalui Model CTL siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research. Penelitian ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas dengan menggunakan siklus-siklus tindakan, yang berlangsung sebanyak 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi untuk data aktivitas belajar dan tes untuk hasil belajar. Teknis analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian melalui penerapan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV semester genap SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013. Aktivitas siswa pada siklus I memperoleh nilai sebesar 54,57. Pada siklus II memperoleh nilai 85,23 berarti mengalami peningkatan 31,05%. Hasil belajar siswa pada siklus I memperoleh nilai 27,58 dan pada siklus II memperoleh nilai 79 berarti mengalami peningkatan 51,42%. Pada siklus I ketuntasan belajar memperoleh nilai memperoleh nilai 56 dan pada siklus II memperoleh nilai 79 berarti mengalami peningkatan 13%.
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah. ... 4
C. Rumuasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian. ... 5
E. Manfaat Penelitian. ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) ... 7
1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL). ... 7
2. Karakteristik Model Pembelajaran CTL. ... 8
3. Komponen Pembelajaran CTL. ... 10
4. Prosedur Pembelajaran CTL di Kelas. ... 11
B. Aktivitas Belajar. ... 12
1. Pengertian Aktivitas Belajar... 12
2. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar. ... 14
C. Hasil Belajar Matematika ... 16
1. Pengertian Hasil Belajar. ... 16
2. Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar. ... 17
D. Pembelajaran Matematika di SD. ... 18
1. Pengertian Matematika. ... 18
2. Tujuan Pembelajaran Matematika. ... 20
3. Ruang Lingkup Matematika. ... 20
E. Implementasi Pendekatan CTL dalam Pembelajaran Matematika. ... 21
F. Hipotesis Tindakan. ... 22
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian. ... 23
B. Prosedur Penelitian ... 24
C. Setting Penelitian. ... 29
D. Data dan Sumber Data. ... 29
E. Instrumen Penelitian. ... 30
F. Teknik Analisa Data. ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SD Negeri 1 Gunung Raya. ... 34
D. Pembahasan . ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan. ... 90 B. Saran ... 91
Tabel Halaman
1. Kualifikasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 29
2. Hasil Rata-rata Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya TP. 2012/2013 2. Kualifikasi Hasil Observasi Kinerja Guru ... 30
3. Aktivitas Siswa Siklus I ... 53
4. Aktivitas Guru Siklus I ... 54
5. Hasil Belajar Siswa Siklus I. ... 56
6. Aktivitas Siswa Siklus II... 63
7. Kinerja Guru Siklus II. ... 65
8. Hasil Belajar Siswa Siklus II. ... 66
9. Aktivitas Siswa Siklus III. ... 73
10 Kinerja Guru Siklus III. ... 74
11. Hasil Belajar Siswa Siklus III. ... 76
12. Rekapitulasi Aktivitas Siswa. ... 79
13. Rekapitulasi Data Persentase Kinerja Guru. ... 82
14. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa. ... 84
Gambar Halaman
1. Hubungan Yang Terjadi Antara Kelompok Asal Dan Kelompok Ahli .. 10 2. Siklus Kegiatan PTK ... 41 3. Diagram Kenaikan Rata-rata Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran
Model Kooperatif Tipe Jigsaw ... 80 4. Diagram Kenaikan Rata-rata Kinerja Guru dalam Pembelajaran
Model Kooperatif Tipe Jigsaw. ... 82 5. Diagram Rekapitulasi Nilai hasil belajar dalam Pembelajaran Model
Kooperatif Tipe Jigsaw. ... 85 6. Diagram Rekapitulasi Persentase Ketuntasa Hasil Belajar dalam
Lampiran Halaman
1. Surat Izin Penelitian ... 86
2. Surat keterangan. ... 87
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 94
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 99
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I. ... 104
6. Lembar Ahli 1 Siklus I ... 107
7. Lembar Ahli 2 Siklus II... 109
8. Lembar Ahli 3 Siklus III. ... 111
9. Lembar Ahli 4 Siklus I. ... 103
10.Lembar Ahli I Siklus II. ... 104
11.Lembar Ahli 2 Siklus II... 106
12.Lembar Ahli 3 Siklus II... 108
13.Lembar Ahli 4 Siklus II... 110
14.Lembar Ahli I Siklus III. ... 112
15.Lembar Ahli 2 Siklus II... 114
16.Lembar Ahli 3 Siklus III. ... 116
17.Lembar Kerja Siswa. ... 118
18.Lembar Kerja Siswa. ... 120
19.Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa. ... 124
20.Pembagian Kelompok Ahli. ... 128
21.Format Pengumpulan Data Observasi Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran. ... 132
22.Lembar Instrumen Observasi Terhadap Siswa. ... 134
23.Aktivitas Siswa . ... 135
24.Panduan Wawancara Dengan Guru. ... 141
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan
formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini
nampak dari hasil observasi dan dokumentasi yang dilaksanakan penulis dari
tanggal 1- 5 Oktober 2012, rerata hasil belajar peserta didik di SD Negeri 1
Gunung Raya yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini
tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat
konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri,
yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial,
bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan
kesenjangan guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk
berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.
Untuk menciptakan potensi guru yang baik, harus diadakan upaya
untuk meningkatkan profesionalisme keguruan, karena hal ini sangat
menunjang bagi pelaksanaan proses pembelajaran yang baik. Upaya yang
dapat dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran yaitu mengadakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Proses belajar mengajar merupakan proses yang mengorganisasi
tujuan, bahan, model dan alat serta penilaian sehingga satu sama lain saling
berhubungan dan saling berpengaruh sehingga menumbuhkan kegiatan belajar
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses belajar mengajar merupakan
suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas
dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
[image:12.595.132.495.279.338.2]diantaranya, guru, siswa, dan model yang digunakan.
Tabel 1.1 Hasil Rata-rata Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya TP. 2012/2013
No. Nilai Kategori Jumlah Persentase
1 < 6,1 Belum tuntas 19 66 %
2 ≥ 6,1 Tuntas 10 34%
Jumlah 29 100 %
Sumber: “Data Prasurvei SDN 1 Gunung raya Tahun Pelajaran 2012/2013
Dilihat dari data prasurvei, yang dilakukan pada tanggal 2 Oktober
2012 diketahui bahwa nilai hasil belajar matematika siswa kelas IV SD
Negeri 1 Gunung Raya masih rendah. Hal ini terlihat dari nilai ulangan harian
matematika siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu
6,1.
Berdasarkan data hasil prasurvei bahwa masih banyak siswa yang
nilai matematika di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), 6,1 lebih
banyak dibandingkan dengan siswa yang nilainya di atas 6,1. Yakni hanya
34% atau 19 siswa yang tuntas dalam pembelajaran matematika, dan 66%
atau 10 siswa yang tidak tuntas dari keseluruhan 29 siswa.
Dari hasil wawancara dengan guru kelas IV terkait dengan siswa
yang tidak tuntas KKM salah satunya dipengaruhi oleh aktivitas siswa, antara
lain: 1) siswa menganggap pelajaran matematika sebagai pelajaran yang sulit
siswa malas mencatat pelajaran, 3) siswa kurang memperhatikan ketika guru
menjelaskan materi, 4) siswa kurang dapat memahami pelajaran dan 5) siswa
sering tidak mengerjakan soal-soal latihan.
Hubungan yang tidak sinergi antara komponen belajar menyebabkan
pembelajaran tidak mengarah pada cara belajar siswa aktif. Proses
pembelajaran yang kurang efektif menyebabkan siswa kurang aktif dalam
belajar. Hal ini menyebabkan aktivitas belajar pada pelajaran Matematika
yang diperoleh rendah. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang
dapat meningkatkan kreativitas dan keaktifan siswa di dalam proses
pembelajaran yang ditandai dengan aktivitas siswa yang meningkat, sehingga
ketuntasan belajar dapat tercapai.
Berkenaan dengan berbagai masalah yang muncul di atas, maka
peneliti menerapkan solusi pembelajaran yang diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Model
pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran matematika ini yaitu
model pembelajaran CTL. Dengan model pembelajaran CTL ini akan
mendorong siswa untuk dapat memecahkan masalah matematika serta
mendorong siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran, siswa
akan lebih mudah memahami materi pelajaran matematika. Siswa akan
terlibat langsung dalam proses pembelajaran, siswa lebih mampu memahami
dan dapat saling bekerjasama dengan kelompoknya sehingga ilmu yang
didapat lebih banyak dari hasil bertukar pikiran tersebut.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis akan mengadakan penelitian
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD
Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada,
yaitu:
1. Rendahnya aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1
Gunung Raya Lampung Timur.
2. Rendah Hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung
Raya Lampung Timur.
3. Banyak siswa yang beranggapan belajar matematika pelajaran yang sulit
4. Belum diterapkan model pembelajaran CTL dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis menyusun rumusan
rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah cara meningkatkan aktivitas belajar dengan Model CTL
mata pelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya
Tahun Pelajaran 2012/2013?
2. Bagaimanakah cara meningkatkan hasil belajar matematika melalui Model
CTL siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran
2012/2013?
D. Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan aktivitas belajar matematika melalui Model CTL siswa
kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur.
2. Meningkatkan hasil belajar matematika melalui Model CTL siswa kelas
IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian tindakan kelas melalui model CTL dalam
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur, sebagai
berikut:
1. Manfaat teoritis
Apabila pembelajaran model CTL ini dapat dirasakan manfaat dan
kebenarannya dalam menyelesaikan suatu masalah, maka guru, para
tenaga pendidik, kepala sekolah, dan para peneliti lainnya dapat
menggunakan model ini sebagai alternatif yang baik dalam pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa yaitu :
Siswa merasa lebih senang dalam mengikuti pembelajaran terutama
mata pelajaran matematika, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa, memberikan keterampilan kepada siswa untuk mencari
siswa dengan adanya kerja sama dan membantu siswa
mengembangkan keterampilan.
b. Bagi Guru yaitu :
Guru, dapat memperluas wawasan dan pengetahuan tentang
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar mengenai model-model
pembelajaran sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan atau
mengembangkan kemampuan profesional guru dalam
menyelenggarakan pembelajaran di kelas.
c. Bagi Sekolah yaitu :
Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.
d. Bagi Peneliti
menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan
model-model pembelajaran khususnya model CTL pada mata pelajaran
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)
CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh
dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas
mempelajari materi pelajaran yang akan dipelajarinya. Mulyasa (2009 :
217-218) menyatakan:
CTL merupakan konsep yang menekankan pada keterkaitan antara matari pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari – hari.
Sejalan dengan pengertian tersebut Sanjaya (2009: 255)
menjelaskan bahwa: “CTL adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat di simpulkan bahwa model
pembelajaran CTL yaitu Proses pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam belajar sehingga siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan
serta keterampilan belajar mereka yang diperoleh dengan berpengalaman
secara langsung sehingga proses belajar akan lebih efektif dan bermakna,
2. Karakteristik Model Pembelajaran CTL
Menurut Muslich (2009: 42) berdasarkan pengertian strategi
pembelajaran kontekstual di atas, Pembelajaran dengan strategi
kontekstual ini mempunyai karakteristik yakni sebagai berikut:
1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).
2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning). 3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa (learning by doing).
4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in a group).
5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).
6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as anenjoy activity).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kontekstual merupakan proses pembelajaran dimana siswa
saling bekerja sama, saling memberi dalam menutupi kekurangan serta
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat
aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Kaitannya dengan mata
pelajaran matematika dalam penelitian ini yaitu dimana siswa secara
langsung mengalami serta bekerja sama sehingga proses pembelajaran
akan lebih bermakna dan siswa faham dengan apa yang telah dilakukannya
mengembangkan keterampilnnya dalam memecahkan suatu masalah
matematika.
3. Komponen Pembelajaran CTL
Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari
pembelajaran produktif yaitu : konstruktivisme (Constructivism),
membentuk group belajar yang saling membantu (interdependent learning
groups), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), pemodelan
(Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya
(Authentic Assessment) (Depdiknas, 2003:5).
Pembelajaran dengan strategi kontekstual melibatkan tujuh komponen
utama. Komponen-komponen tersebut yakni sebagai berikut:
1) Constructivism (konstruktivisme, membangun, membentuk) yaitu
kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan
lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan
membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Di sini
siswa dapat mengembangkan pengalaman atau membangun
pengetahuan barunya berdasarkan pengalaman yang diperolehnya.
Pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh tersebut dikonstruksi oleh
siswa itu sendiri sehingga proses pembelajaran siswa akan lebih
bermakna.
2) Quistioning (bertanya) adalah kegiatan belajar yang mendorong sikap
keingintahuan siswa lewat bertanya tentang topik atau permasalahan
3) Inquiry (menyelidiki, menemukan) adalah kegiatan belajar yang bisa
mengkondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis
topic atau permasalahan yang dihadapi sehingga ia berhasil
“menemukan” sesuatu.
4) Learning Community (masyarakat belajar) adalah kegiatan belajar
yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau berkelompok
sehingga ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerja sama, dan saling
membantu antar teman.
5) Modelling (pemodelan) adalah kegiatan belajar yang bisa
menunjukkan model yang bisa di pakai rujukan atau panutan siswa
dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan
hasil karya, cara mengoprasikan sesuatu.
6) Reflection (refleksi atau umpan balik) adalah kegiatan belajar yang
memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk Tanya jawab
dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya,
mengkonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, kesan siswa selama
melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa.
7) Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya) adalah kegiatan
belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan kompetensi
siswa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika pembelajaran
berlangsung.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, proses
pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa memiliki rasa ingin tahu
pemecahan masalah dan siswa akan dapat mengembangkan pengetahuan
barunya dengan sendirinya. Kaitannya dengan materi matematika dalam
penelitian ini siswa secara langsung mengalami atau menemukan sendiri
masalah serta pemecahannya, karena belajar matematika bukan hanya
mendengar, melihat, menulis, tetapi lebih dari itu yakni dengan cara
mengkonstuksi pengetahuan dengan pengalaman yang mereka miliki.
4. Prosedur Pembelajaran CTL di Kelas Tabel 2.1 Prosedur Pembelajaran CTL
No Kegiatan Aktivitas Ket
Guru Siswa
dengan menciptakan suasana belajar berkelompok sehingga siswa dapat berdiskusi dan saling bekerja sama antar teman. Pembagian kelompok ini sesuai dengan jumlah siswa, tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, masing-masing kelompok mencatat hasil observasi Guru melakukan
Tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa. Di sini guru mendorong sikap keingintahuan siswa melalui kegiatan bertanya tentang topic atau permasalahan yang akan dipelajari (questioning)
Siswa menjawab sekitar tugas yang harus dikerjakan.
2 Inti Guru membimbing
Kegiatan belajar di sini mengondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topik yang dihadapi sehingga siswa berhasil menemukan sesuatu dari hasil pengamatan terhadap model Siswa melakukan observasi
yang di jadikan alat dalam proses pembelajaran. melaporkan hasil diskusi. Siswa menjawab pertanyaan seputar jawabannya tersebut yang diajukan oleh kelompok lain Penutup Guru mengadakan
refleksion (refleksi atau umpan balik) dalam bentuk tanya jawab seputar masalah atau kesulitan yang dihadapi siswa serta memberikan
pemecahannya, mengkonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, serta kesan dan harapan siswa selama proses pembelajaran siswa menyimpulkan hasil observasi seputar masalah pecahan Guru memberikan penilaian terhadap kompetensi siswa selama proses pembelajaran berlangsung Siswa mengerjaka n tugas (PR) membuat pecahan dari kertas lipat
B. Aktivitas Belajar
1. Pengertian Aktivitas Belajar
Aktivitas adalah segala kegiatan atau serangkaian kegiatan belajar
yang terjadi dalam suatu proses pembelajaran yakni seperti
mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan dari guru. Aktivitas
merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar
mengajar. Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar
sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat. Sejalan dengan hal
tersebut, Nasution (2004: 89) mengungkapkan bahwa “ anak berfikir
sepanjang ia berbuat. Jadi tanpa adanya perbuatan anak dikatakan tidak
sedang berfikir, oleh sebab itu agar anak dapat berfikir sendiri maka harus
diberi kesempatan untuk dapat berbuat sendiri. Sebab anak akan berfikir
serta menemukan jawaban baru setelah anak melakukan perbuatan.
Selanjutnya Sardiman (2010: 24) menyatakan: “Belajar sebagai
suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang
mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”.
2. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar
Sardiman (2010: 101) Jenis-jenis aktivitas belajar antara lain :
a) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b) Oral activities,seperi: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
d) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan angket, menyalin.
e) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f) Motor activities, yang termasuk di dalmnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
g) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h) Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup
Berdasarkan keterangan di atas, aktivitas belajar merupakan
kegiatan yang sangat kompleks dan bervariasi. Aktivitas-aktivitas tersebut
membosankan. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar
apabila tidak ada aktivitas. Aktivitas belajar yang dimaksud dalam
penelitian ini yaitu:
a. Perhatian siswa dalm proses pembelajaran. Misalnya, membaca,
memperhatikan model yang dijadikan model pembelajaran (visual
activities).
b. Antusias siswa dalam melakukan percobaan serta menggali
pengetahuan melalui pengalamannya sendiri (motor activities).
c. Kecakapan siswa dalam menanggapi, mengingat, serta memecahkan
soal yang diberikan guru (mental activities).
C. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan agar
terjadi suatu perubahan tingkah laku pada seseorang, dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti, sebagai akibat
dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi
pada diri seseorang tersebut merupakan hasil yang diperoleh melalui
proses belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 250):
Hamalik (2004: 30) menjelaskan bahwa, “Hasil belajar
merupakan bukti terjadinya perubahan tingkah laku seseorang, yang
tampak pada aspek-aspek seperti; aspek pengetahuan, pengertian,
kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani,
etis budi pekerti, dan sikap.
Sukardi (2009: 215) menerangkan bahwa hasil belajar adalah
“nilai yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa. Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar
merupakan bentuk kemampuan dan kecerdasan yang diperoleh siswa
sebagai hasil dari proses belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor.
2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil dari
interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun
dari luar diri individu. Ahmadi dan Supriyono (2008: 138) menjelaskan,
adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu sebagai
berikut:
1) Faktor internal terdiri dari:
a) Faktor jasmaniyah baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh.Misalnya; penglihatan, pendengaran, struktur tubuh.
b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh terdiri atas:
(1) Faktor intelektual yang meliputi: faktor potensial yaitu
(2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
(3) Faktor non-intelektif, yaitu unsure-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan
penyesuaian diri.
2) Faktor Eksternal terdiri dari: faktor sosial, faktor budaya, faktor
lingkungan fisik, faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
Berdasarkan keterangan di atas faktor yang mempengaruhi hasil
belajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri
seperti faktor jasmaniyah dan faktor psikologis yang bersifat bawaan
yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Dan faktor yang berasal
dari luar diri siswa atau faktor eksternal seperti: faktor sosial berupa
lingkungan yang ada di sekitar siswa, baik lingkungan keluarga maupun
lingkungan sekolah atau lingkungan keluarga yang ada di sekitar siswa
D. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika
Muhsetyo (2008: 126) pembelajaran matematika adalah proses
pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan
yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan
matemetika yang dipelajari.
Pendidikan matematika merupakan pendidikan yang telah
berkembang dengan cepat yaitu disesuaikan dengan kebutuhan dan
tantangan yang bernuansa kemajuan sains dan tekhnologi yang sesuai
Muhsetyo (2008: 126) sebagai pengetahuan, matematika
mempunyai ciri-ciri khusus. Ciri-ciri tersebut antara lain yaitu: abstrak,
deduktif, konsisten, hierarkis, serta logis keabstrakan matematika karena
objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, dan prinsip. Keabstrakan
matematika dan cirinya yang tidak sederhana inilah yang menjadi
penyebab bahwa matematika ini tidak mudah dalam mempelajarinya. hal
itulah yang menjadi alasan yang pada akhirnya banyak siswa yang kurang
tertarik untuk belajar matematika.
Hayat (2010: 214) kurikulum matematika di sekolah diharapkan
dapat menjabarkan siswa untuk bernalar dan menganalisis suatu keadaan
sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini kemampuan
siswa dalam bernalar yaitu disertai dengan kemampuan
mengkomunikasikan gagasan siswa yang dapat menumbuhkan kompetensi
berkomunikasi yang pada akhirnya akan dapat mengembangkan
kompetensi siswa dalam memecahkan suatu permasalan. Jadi belajar
matematika adalah belajar memahami dan menganalisis suatu masalah
melalui pemahaman serta penalaran yang akhirnya dapat menemukan
suatu cara dalam menemukan jawaban matematika melalui konsep yang
ada yakni konsep matematika. Kemudahan dalam belajar matematika
dapat dipengaruhi dengan keadaan siswa dalam menikmati pelajaran
matematika, menghargai pelajaran matematika, dan menganggap
metematika itu penting agar dapat sukses dan matematika dapat
Abdurrahman (2002: 252) matematika perlu diajarkan kepada
siswa karena perlu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang
studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, merupakan
sarana komunikasi yang kuat, singkat, jelas, dapat digunakan untuk
menyajikan informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan
berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran kekurangan, memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Dalam hal ini matemetika merupakan mata pelajaran yang sangat
penting untuk dipelajari karena matematika merupakan induk dari segala
ilmu pengetahuan, dimana matematika sangat dibutuhkan serta dapat
digunakan dalam berbagai segi kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari
manusia tidak akan terlepas dari matematika, dan selalu berhubungan
dengan matematika dalam segala kegiatannya.
2. Tujuan Pembelajaran Matematika
Menurut Depdiknas (2011: 2) Mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat efisien, dan tepat,dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuatgeneralisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
3. Ruang Lingkup Matematika
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI
meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) bilangan, 2) geometri
pengukuran, dan 3) pengolahan data
Adapun sub pokok bahasan yang akan dibahas dalam penelitian
ini yaitu pecahan. Standar kompetensi: menggunakan pecahan dalam
pemecahan masalah.
Adapun kompetensi dasarnya yaitu:
1. Menjelaskan arti pecahan dan urutannya
2. Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan
3. Menjumlahkan pecahan
4. Mengurangkan pecahan
5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
E. Implementasi Pendekatan CTL dalam Pembelajaran Matematika
Rusman (2011: 190) CTL merupakan pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya proses belajar di mana siswa menggunakan
pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan
luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulative ataupun
nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang
memberikan fasilitas kegiatan belajar untuk mencari, mengolah, dan
menemukan pengalaman belajar yang bersifat konkrit melalui keterlibatan
Berdasarkan keterangan di atas bahwasannya pembelajaran CTL dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sebab dalam proses
pembelajarannya CTL menekankan keterlibatan siswa secara aktif, sehingga
mendorong siswa untuk mencari dan menemukan jawaban berdasarkan
pengalaman yang dialaminya selama proses pembelajaran. Hal inilah yang
mendorong munculnya aktivitas belajar yang mandiri serta meningkatkan
hasil belajar yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Apabila dalam pembelajaran matematika menggunakan model CTL
dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1
Gunung Raya Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Apabila dalam pembelajaran matematika menggunakan model CTL
dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang
lazim dikenal Classroom Action Research (Wardhani, 2007: 13).
Arikunto (2006: 58) yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas
(PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan
tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus
pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada
input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK
harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
Adlan (2011: 4) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari
tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata
tersebut adalah sebagai berikut.
Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan
cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah.
Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu
rangkaian siklus kegiatan.
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak
hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika
siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar
tempat lain di bawah arahan guru
B. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus
permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti
dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila
diperlukan, pada tahap selanjutnya disusun rencana tindak lanjut. Upaya
tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah
pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya
adalah:
(1) Penetapan fokus permasalahan
(2) Perencanaan tindakan
(3) Pelaksanaan tindakan
(4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi)
(5) Refleksi (analisis, dan interpretasi)
(6) Perencanaan tindak lanjut. (Adlan 2011: 18)
Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat
Gambar 1. Siklus Kegiatan PTK (Adlan, 2011: 19)
Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan
siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui
keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus
pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk
menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua, dapat
berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk
mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil.
Pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai
berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan Permasalahan PerencanaanTindakan - I PelaksanaanTindakan - I
Pengamatan/ Pengumpulan
Data - I SIKLUS - I
Permasalahan baru, hasil
Refleksi
Refleksi - I
Perencanaan Tindakan - II
Pelaksanaan Tindakan - II
Pengamatan/ Pengumpulan
Data - II SIKLUS - II
Refleksi - I Permasalahan
baru, hasil Refleksi
SIKLUS - II
Bila Permasalahan Belum Terselesaikan
Refleksi - II
untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus
sebelumnya
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Dalam penelitian
tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang terdiri dari 4 tahap
meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan
perbaikan rencana dalam setiap siklus.
a. Tahap Perencanaan
1) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
2) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar
mengajar.
3) Menetapkan standar kompetensi: 6. Menggunakan pecahan dalam
pemecahan masalah.
4) Memilih bahan pelajaran yang sesuai
5) Menentukan skenario pembelajaran dengan model CTL.
6) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.
7) Menyusun lembar kerja siswa
8) Mengembangkan format evaluasi
9) Mengembangkan format observasi pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan
a) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL, yaitu dengan membagi
siswa kedalam beberapa kelompok (learning community) dengan
menciptakan suasana belajar berkelompok sehingga siswa dapat
sesuai dengan jumlah siswa, tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan
observasi, masing-masing kelompok mencatat hasil observasi.
b) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh
setiap siswa. Di sini guru mendorong sikap keingintahuan siswa melalui
kegiatan bertanya tentang topic atau permasalahan yang akan dipelajari
(questioning)
c) Siswa melakukan observasi (Inquiry) mengenai cara pembagian pecahan.
Kegiatan belajar di sini mengkondisikan siswa untuk mengamati,
menyelidiki, menganalisis topik yang dihadapi sehingga siswa berhasil
menemukan sesuatu dari hasil pengamatan terhadap model yang di jadikan
alat dalam proses pembelajaran.
d) Siswa mencatat hasil temuan dalam pembagian pecahan yang dilakukan.
e) Siswa mendiskusikan hasil dari jawaban mereka.
f) Siswa melaporkan hasil diskusi.
g) Siswa menjawab pertanyaan seputar jawabannya tersebut yang diajukan
oleh kelompok lain
c. Tahap Observasi
1) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan
pengamatan terhadap penelitian tindakan kelas ketika pembelajaran
berlangsung.
2) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format yang telah
disediakan.
Pada kegiatan ini peneliti menentukan, mengidentifikasikan permasalahan
yang ditemukan. Dari hasil refleksi guru merencanakan siklus selanjutnya
untuk memperbaiki kekurangan pada pembelajaran siklus sebelumnya.
C. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun pelajaran
2012/2013 dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan April 2013.
2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Gunung Raya Jalan
Desa Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung
Timur.
3. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IV Semester SD Negeri 1
Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013, kelas IV, dengan jumlah siswa
29 orang, yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 14 orang perempuan.
D. Data dan Sumber Data 1. Data
Data aktivitas dikumpulkan dengan cara observasi, sedangkan hasil belajar
dikumpulkan dengan cara tes.
a. Lembar observasi, lembar ini digunakan untuk mengamati aktivitas
yang dilakukan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran dengan
b. Tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa setelah diberikan pelajaran dengan menggunakan model CTL. Tes
ini diberikan setiap akhir siklus.
2. Dokumentasi untuk mengetahui kondisi tempat penelitian
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah lembar observasi aktivitas belajar siswa, perangkat tes, dan catatan
lapangan.
1. Lembar observasi aktivitas belajar siswa
Dibuat oleh guru yang digunakan untuk menilai aktivitas siswa dalam
[image:38.595.126.509.453.749.2]proses pembelajaran, format lembar observasi aktivitas sebagai berikut.
Tabel 3.1 Format Pengamatan Aktivitas Siswa
No Nama
Siswa
Aktivitas Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
1. Memperhatikan penjelasan guru 2. Mendengarkan penjelasan guru 3. Bertanya
4. Menjawab Pertanyaan 5. Mengerjakan soal latihan 6. Diskusi kelompok
7. Kerja kelompok 8. Menyelidiki
9. Mencatat Hasil diskusi kelompok
10. Bersemangat dalam belajar. Ngalim Purwanto (2009: 210)
2. Hasil Belajar
Perangkat tes dilakukan dengan cara tertulis yang berbentuk uraian yang
diberikan setiap akhir siklus.
3. Catatan lapangan berupa lembar pengayaan yang dibuat oleh guru dengan
mengumpulkan seluruh data berdasarkan observasi dan tes untuk
mengetahui setiap tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini akan dianalisis hasil akhir dengan menggunakan analisis
kualitatif dan kuantitatif.
1. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri
atas data aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dan pendapat siswa
melalui model CTL dengan menggunakan lembar observasi. Sardiman
21 SE 22 SI 23 SK 24 SW 25 SZ 26 TA 27 TC 28 TN 29 ZW
(2010: 24) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri
manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta,
konsep ataupun teori”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan
siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang
dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan
adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak
terciptanya situasi belajar aktif. Data tersebut diperoleh berdasarkan
perilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan pembelajaran dengan
rumus data kualitatif :
PA = x100%
N AS
Keterangan :
PA : Persentase siswa yang aktif
∑AS : Jumlah siswa yang aktif
N : Banyaknya siswa yang hadir
(Modifikasi dari Kunandar 2010: 296)
2. Analisis untuk data kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan
berbagai dinamika kualitas hasil belajar. Penelit menjumlahkan nilai yang
diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut
sehingga diperoleh niali rata-rata. Nilai rata-rata ini didapat dengan
menggunakan rumus :
Keterangan :
X = nilai rata-rata
∑X = jumlah semua nilai hasil ∑N = jumlah siswa
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai
berikut :
P = Banyaknya siswa yang tuntas belajar x 100% Banyaknya siswa
G. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dalam penelitian ini dinyatakan berhasil jika :
a. Aktivitas belajar siswa sekurang-kurangnya 75%
b. Rata-rata hasil belajar siswa sekurang-kurangnya 61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran CTL sebagai berikut:
1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan
aktivitas belajar matematika siswa kelas IV semester genap SD Negeri 1
Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013. Pada siklus I yaitu 54,57 dan pada
siklus II yaitu 85,23
2. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa kelas IV semester genap SD Negeri 1 Gunung
Raya Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil belajar siswa pada siklus I
memperoleh nilai 27,58 dan pada siklus II memperoleh nilai 79 berarti
mengalami peningkatan 51,42%. Pada siklus I ketuntasan belajar memperoleh
nilai memperoleh nilai 56 dan pada siklus II memperoleh nilai 79 berarti
mengalami peningkatan 13%.
3. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV semester genap SD
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan
saran sebagai berikut:
1. Bagi siswa merasa lebih senang dalam mengikuti pembelajaran terutama mata
pelajaran matematika, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa,
memberikan keterampilan kepada siswa untuk mencari informasi sendiri,
dapat mengembangkan disiplin dan tanggung jawab siswa dengan adanya
kerja sama dan membantu siswa mengembangkan keterampilan
2. Bagi Guru dapat memperluas wawasan dan pengetahuan tentang
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar mengenai model-model
pembelajaran sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan atau
mengembangkan kemampuan profesional guru dalam menyelenggarakan
pembelajaran di kelas.
3. Bagi Sekolah dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.
4. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam
menerapkan model-model pembelajaran khususnya model CTL pada mata
DAFTAR PUSTAKA
Aidin Adlan. 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Kudus. Dita Kurnia
Abu Ahmadi dan Widodo Supriono. 2008. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Bahrul Hayat. 2010. MutuPendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2008. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, UNJ, Jakarta
Depdiknas. 2011. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SD/MI. Jakarta. Diknas
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
E. Mulyasa. 2009. Kurikulum yang Disempurnakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Edi Kusnadi. 2005. Metodologi Penelitian Aplikasi Praktis, Jakarta :Ramayana Press.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
H.M Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara.
I. G. A. K Wardani, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar; Rineka Cipta
Masnur Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara.
Muhsetyo. 2008. PembelajaranMatematikaSD, Jakarta: Universitas Terbuka.
Mulyono Abdurahman. 2002. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Ngalim Purwanto. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Jakarta. Bumi Aksara.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,Jakarta: PT. grafindo Persada.
Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Gerfindo Persada.
Suharsimi Arikunto.2006. Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional