• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh AHMAD

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG

RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh:

AHMAD

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya perolehan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013.

Tujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika melalui Model CTL siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research. Penelitian ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas dengan menggunakan siklus-siklus tindakan, yang berlangsung sebanyak 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi untuk data aktivitas belajar dan tes untuk hasil belajar. Teknis analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian melalui penerapan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV semester genap SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013. Aktivitas siswa pada siklus I memperoleh nilai sebesar 54,57. Pada siklus II memperoleh nilai 85,23 berarti mengalami peningkatan 31,05%. Hasil belajar siswa pada siklus I memperoleh nilai 27,58 dan pada siklus II memperoleh nilai 79 berarti mengalami peningkatan 51,42%. Pada siklus I ketuntasan belajar memperoleh nilai memperoleh nilai 56 dan pada siklus II memperoleh nilai 79 berarti mengalami peningkatan 13%.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah. ... 4

C. Rumuasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian. ... 5

E. Manfaat Penelitian. ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) ... 7

1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL). ... 7

2. Karakteristik Model Pembelajaran CTL. ... 8

3. Komponen Pembelajaran CTL. ... 10

4. Prosedur Pembelajaran CTL di Kelas. ... 11

B. Aktivitas Belajar. ... 12

1. Pengertian Aktivitas Belajar... 12

2. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar. ... 14

C. Hasil Belajar Matematika ... 16

1. Pengertian Hasil Belajar. ... 16

2. Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar. ... 17

D. Pembelajaran Matematika di SD. ... 18

1. Pengertian Matematika. ... 18

2. Tujuan Pembelajaran Matematika. ... 20

3. Ruang Lingkup Matematika. ... 20

E. Implementasi Pendekatan CTL dalam Pembelajaran Matematika. ... 21

F. Hipotesis Tindakan. ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian. ... 23

B. Prosedur Penelitian ... 24

C. Setting Penelitian. ... 29

D. Data dan Sumber Data. ... 29

E. Instrumen Penelitian. ... 30

F. Teknik Analisa Data. ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SD Negeri 1 Gunung Raya. ... 34

(7)

D. Pembahasan . ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan. ... 90 B. Saran ... 91

(8)

Tabel Halaman

1. Kualifikasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 29

2. Hasil Rata-rata Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya TP. 2012/2013 2. Kualifikasi Hasil Observasi Kinerja Guru ... 30

3. Aktivitas Siswa Siklus I ... 53

4. Aktivitas Guru Siklus I ... 54

5. Hasil Belajar Siswa Siklus I. ... 56

6. Aktivitas Siswa Siklus II... 63

7. Kinerja Guru Siklus II. ... 65

8. Hasil Belajar Siswa Siklus II. ... 66

9. Aktivitas Siswa Siklus III. ... 73

10 Kinerja Guru Siklus III. ... 74

11. Hasil Belajar Siswa Siklus III. ... 76

12. Rekapitulasi Aktivitas Siswa. ... 79

13. Rekapitulasi Data Persentase Kinerja Guru. ... 82

14. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa. ... 84

(9)

Gambar Halaman

1. Hubungan Yang Terjadi Antara Kelompok Asal Dan Kelompok Ahli .. 10 2. Siklus Kegiatan PTK ... 41 3. Diagram Kenaikan Rata-rata Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran

Model Kooperatif Tipe Jigsaw ... 80 4. Diagram Kenaikan Rata-rata Kinerja Guru dalam Pembelajaran

Model Kooperatif Tipe Jigsaw. ... 82 5. Diagram Rekapitulasi Nilai hasil belajar dalam Pembelajaran Model

Kooperatif Tipe Jigsaw. ... 85 6. Diagram Rekapitulasi Persentase Ketuntasa Hasil Belajar dalam

(10)

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 86

2. Surat keterangan. ... 87

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 94

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 99

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I. ... 104

6. Lembar Ahli 1 Siklus I ... 107

7. Lembar Ahli 2 Siklus II... 109

8. Lembar Ahli 3 Siklus III. ... 111

9. Lembar Ahli 4 Siklus I. ... 103

10.Lembar Ahli I Siklus II. ... 104

11.Lembar Ahli 2 Siklus II... 106

12.Lembar Ahli 3 Siklus II... 108

13.Lembar Ahli 4 Siklus II... 110

14.Lembar Ahli I Siklus III. ... 112

15.Lembar Ahli 2 Siklus II... 114

16.Lembar Ahli 3 Siklus III. ... 116

17.Lembar Kerja Siswa. ... 118

18.Lembar Kerja Siswa. ... 120

19.Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa. ... 124

20.Pembagian Kelompok Ahli. ... 128

21.Format Pengumpulan Data Observasi Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran. ... 132

22.Lembar Instrumen Observasi Terhadap Siswa. ... 134

23.Aktivitas Siswa . ... 135

24.Panduan Wawancara Dengan Guru. ... 141

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan

formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini

nampak dari hasil observasi dan dokumentasi yang dilaksanakan penulis dari

tanggal 1- 5 Oktober 2012, rerata hasil belajar peserta didik di SD Negeri 1

Gunung Raya yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini

tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat

konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri,

yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial,

bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan

kesenjangan guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk

berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.

Untuk menciptakan potensi guru yang baik, harus diadakan upaya

untuk meningkatkan profesionalisme keguruan, karena hal ini sangat

menunjang bagi pelaksanaan proses pembelajaran yang baik. Upaya yang

dapat dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran yaitu mengadakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Proses belajar mengajar merupakan proses yang mengorganisasi

tujuan, bahan, model dan alat serta penilaian sehingga satu sama lain saling

berhubungan dan saling berpengaruh sehingga menumbuhkan kegiatan belajar

(12)

sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses belajar mengajar merupakan

suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas

dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

[image:12.595.132.495.279.338.2]

diantaranya, guru, siswa, dan model yang digunakan.

Tabel 1.1 Hasil Rata-rata Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya TP. 2012/2013

No. Nilai Kategori Jumlah Persentase

1 < 6,1 Belum tuntas 19 66 %

2 ≥ 6,1 Tuntas 10 34%

Jumlah 29 100 %

Sumber: “Data Prasurvei SDN 1 Gunung raya Tahun Pelajaran 2012/2013

Dilihat dari data prasurvei, yang dilakukan pada tanggal 2 Oktober

2012 diketahui bahwa nilai hasil belajar matematika siswa kelas IV SD

Negeri 1 Gunung Raya masih rendah. Hal ini terlihat dari nilai ulangan harian

matematika siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu

6,1.

Berdasarkan data hasil prasurvei bahwa masih banyak siswa yang

nilai matematika di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), 6,1 lebih

banyak dibandingkan dengan siswa yang nilainya di atas 6,1. Yakni hanya

34% atau 19 siswa yang tuntas dalam pembelajaran matematika, dan 66%

atau 10 siswa yang tidak tuntas dari keseluruhan 29 siswa.

Dari hasil wawancara dengan guru kelas IV terkait dengan siswa

yang tidak tuntas KKM salah satunya dipengaruhi oleh aktivitas siswa, antara

lain: 1) siswa menganggap pelajaran matematika sebagai pelajaran yang sulit

(13)

siswa malas mencatat pelajaran, 3) siswa kurang memperhatikan ketika guru

menjelaskan materi, 4) siswa kurang dapat memahami pelajaran dan 5) siswa

sering tidak mengerjakan soal-soal latihan.

Hubungan yang tidak sinergi antara komponen belajar menyebabkan

pembelajaran tidak mengarah pada cara belajar siswa aktif. Proses

pembelajaran yang kurang efektif menyebabkan siswa kurang aktif dalam

belajar. Hal ini menyebabkan aktivitas belajar pada pelajaran Matematika

yang diperoleh rendah. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang

dapat meningkatkan kreativitas dan keaktifan siswa di dalam proses

pembelajaran yang ditandai dengan aktivitas siswa yang meningkat, sehingga

ketuntasan belajar dapat tercapai.

Berkenaan dengan berbagai masalah yang muncul di atas, maka

peneliti menerapkan solusi pembelajaran yang diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Model

pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran matematika ini yaitu

model pembelajaran CTL. Dengan model pembelajaran CTL ini akan

mendorong siswa untuk dapat memecahkan masalah matematika serta

mendorong siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran, siswa

akan lebih mudah memahami materi pelajaran matematika. Siswa akan

terlibat langsung dalam proses pembelajaran, siswa lebih mampu memahami

dan dapat saling bekerjasama dengan kelompoknya sehingga ilmu yang

didapat lebih banyak dari hasil bertukar pikiran tersebut.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis akan mengadakan penelitian

(14)

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD

Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada,

yaitu:

1. Rendahnya aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1

Gunung Raya Lampung Timur.

2. Rendah Hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung

Raya Lampung Timur.

3. Banyak siswa yang beranggapan belajar matematika pelajaran yang sulit

4. Belum diterapkan model pembelajaran CTL dalam kegiatan belajar

mengajar di kelas.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis menyusun rumusan

rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah cara meningkatkan aktivitas belajar dengan Model CTL

mata pelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya

Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Bagaimanakah cara meningkatkan hasil belajar matematika melalui Model

CTL siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran

2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

(15)

1. Meningkatkan aktivitas belajar matematika melalui Model CTL siswa

kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur.

2. Meningkatkan hasil belajar matematika melalui Model CTL siswa kelas

IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tindakan kelas melalui model CTL dalam

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

matematika kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur, sebagai

berikut:

1. Manfaat teoritis

Apabila pembelajaran model CTL ini dapat dirasakan manfaat dan

kebenarannya dalam menyelesaikan suatu masalah, maka guru, para

tenaga pendidik, kepala sekolah, dan para peneliti lainnya dapat

menggunakan model ini sebagai alternatif yang baik dalam pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa yaitu :

Siswa merasa lebih senang dalam mengikuti pembelajaran terutama

mata pelajaran matematika, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa, memberikan keterampilan kepada siswa untuk mencari

(16)

siswa dengan adanya kerja sama dan membantu siswa

mengembangkan keterampilan.

b. Bagi Guru yaitu :

Guru, dapat memperluas wawasan dan pengetahuan tentang

pembelajaran matematika di Sekolah Dasar mengenai model-model

pembelajaran sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan atau

mengembangkan kemampuan profesional guru dalam

menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

c. Bagi Sekolah yaitu :

Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya

meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

d. Bagi Peneliti

menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan

model-model pembelajaran khususnya model CTL pada mata pelajaran

(17)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh

dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas

mempelajari materi pelajaran yang akan dipelajarinya. Mulyasa (2009 :

217-218) menyatakan:

CTL merupakan konsep yang menekankan pada keterkaitan antara matari pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari – hari.

Sejalan dengan pengertian tersebut Sanjaya (2009: 255)

menjelaskan bahwa: “CTL adalah strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat

menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan

situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat

menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat di simpulkan bahwa model

pembelajaran CTL yaitu Proses pembelajaran yang melibatkan siswa

dalam belajar sehingga siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan

serta keterampilan belajar mereka yang diperoleh dengan berpengalaman

secara langsung sehingga proses belajar akan lebih efektif dan bermakna,

(18)

2. Karakteristik Model Pembelajaran CTL

Menurut Muslich (2009: 42) berdasarkan pengertian strategi

pembelajaran kontekstual di atas, Pembelajaran dengan strategi

kontekstual ini mempunyai karakteristik yakni sebagai berikut:

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning). 3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa (learning by doing).

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in a group).

5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).

7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as anenjoy activity).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kontekstual merupakan proses pembelajaran dimana siswa

saling bekerja sama, saling memberi dalam menutupi kekurangan serta

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat

aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Kaitannya dengan mata

pelajaran matematika dalam penelitian ini yaitu dimana siswa secara

langsung mengalami serta bekerja sama sehingga proses pembelajaran

akan lebih bermakna dan siswa faham dengan apa yang telah dilakukannya

(19)

mengembangkan keterampilnnya dalam memecahkan suatu masalah

matematika.

3. Komponen Pembelajaran CTL

Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari

pembelajaran produktif yaitu : konstruktivisme (Constructivism),

membentuk group belajar yang saling membantu (interdependent learning

groups), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), pemodelan

(Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya

(Authentic Assessment) (Depdiknas, 2003:5).

Pembelajaran dengan strategi kontekstual melibatkan tujuh komponen

utama. Komponen-komponen tersebut yakni sebagai berikut:

1) Constructivism (konstruktivisme, membangun, membentuk) yaitu

kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan

lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan

membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Di sini

siswa dapat mengembangkan pengalaman atau membangun

pengetahuan barunya berdasarkan pengalaman yang diperolehnya.

Pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh tersebut dikonstruksi oleh

siswa itu sendiri sehingga proses pembelajaran siswa akan lebih

bermakna.

2) Quistioning (bertanya) adalah kegiatan belajar yang mendorong sikap

keingintahuan siswa lewat bertanya tentang topik atau permasalahan

(20)

3) Inquiry (menyelidiki, menemukan) adalah kegiatan belajar yang bisa

mengkondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis

topic atau permasalahan yang dihadapi sehingga ia berhasil

“menemukan” sesuatu.

4) Learning Community (masyarakat belajar) adalah kegiatan belajar

yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau berkelompok

sehingga ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerja sama, dan saling

membantu antar teman.

5) Modelling (pemodelan) adalah kegiatan belajar yang bisa

menunjukkan model yang bisa di pakai rujukan atau panutan siswa

dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan

hasil karya, cara mengoprasikan sesuatu.

6) Reflection (refleksi atau umpan balik) adalah kegiatan belajar yang

memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk Tanya jawab

dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya,

mengkonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, kesan siswa selama

melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa.

7) Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya) adalah kegiatan

belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan kompetensi

siswa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika pembelajaran

berlangsung.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, proses

pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa memiliki rasa ingin tahu

(21)

pemecahan masalah dan siswa akan dapat mengembangkan pengetahuan

barunya dengan sendirinya. Kaitannya dengan materi matematika dalam

penelitian ini siswa secara langsung mengalami atau menemukan sendiri

masalah serta pemecahannya, karena belajar matematika bukan hanya

mendengar, melihat, menulis, tetapi lebih dari itu yakni dengan cara

mengkonstuksi pengetahuan dengan pengalaman yang mereka miliki.

4. Prosedur Pembelajaran CTL di Kelas Tabel 2.1 Prosedur Pembelajaran CTL

No Kegiatan Aktivitas Ket

Guru Siswa

(22)

dengan menciptakan suasana belajar berkelompok sehingga siswa dapat berdiskusi dan saling bekerja sama antar teman. Pembagian kelompok ini sesuai dengan jumlah siswa, tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, masing-masing kelompok mencatat hasil observasi Guru melakukan

Tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa. Di sini guru mendorong sikap keingintahuan siswa melalui kegiatan bertanya tentang topic atau permasalahan yang akan dipelajari (questioning)

Siswa menjawab sekitar tugas yang harus dikerjakan.

2 Inti Guru membimbing

Kegiatan belajar di sini mengondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topik yang dihadapi sehingga siswa berhasil menemukan sesuatu dari hasil pengamatan terhadap model Siswa melakukan observasi

(23)

yang di jadikan alat dalam proses pembelajaran. melaporkan hasil diskusi. Siswa menjawab pertanyaan seputar jawabannya tersebut yang diajukan oleh kelompok lain Penutup Guru mengadakan

refleksion (refleksi atau umpan balik) dalam bentuk tanya jawab seputar masalah atau kesulitan yang dihadapi siswa serta memberikan

pemecahannya, mengkonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, serta kesan dan harapan siswa selama proses pembelajaran siswa menyimpulkan hasil observasi seputar masalah pecahan Guru memberikan penilaian terhadap kompetensi siswa selama proses pembelajaran berlangsung Siswa mengerjaka n tugas (PR) membuat pecahan dari kertas lipat

B. Aktivitas Belajar

1. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas adalah segala kegiatan atau serangkaian kegiatan belajar

yang terjadi dalam suatu proses pembelajaran yakni seperti

mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan dari guru. Aktivitas

merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar

mengajar. Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar

(24)

sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat. Sejalan dengan hal

tersebut, Nasution (2004: 89) mengungkapkan bahwa “ anak berfikir

sepanjang ia berbuat. Jadi tanpa adanya perbuatan anak dikatakan tidak

sedang berfikir, oleh sebab itu agar anak dapat berfikir sendiri maka harus

diberi kesempatan untuk dapat berbuat sendiri. Sebab anak akan berfikir

serta menemukan jawaban baru setelah anak melakukan perbuatan.

Selanjutnya Sardiman (2010: 24) menyatakan: “Belajar sebagai

suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang

mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”.

2. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar

Sardiman (2010: 101) Jenis-jenis aktivitas belajar antara lain :

a) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b) Oral activities,seperi: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

d) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan angket, menyalin.

e) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f) Motor activities, yang termasuk di dalmnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

g) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h) Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup

Berdasarkan keterangan di atas, aktivitas belajar merupakan

kegiatan yang sangat kompleks dan bervariasi. Aktivitas-aktivitas tersebut

(25)

membosankan. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar

apabila tidak ada aktivitas. Aktivitas belajar yang dimaksud dalam

penelitian ini yaitu:

a. Perhatian siswa dalm proses pembelajaran. Misalnya, membaca,

memperhatikan model yang dijadikan model pembelajaran (visual

activities).

b. Antusias siswa dalam melakukan percobaan serta menggali

pengetahuan melalui pengalamannya sendiri (motor activities).

c. Kecakapan siswa dalam menanggapi, mengingat, serta memecahkan

soal yang diberikan guru (mental activities).

C. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan agar

terjadi suatu perubahan tingkah laku pada seseorang, dari tidak tahu

menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti, sebagai akibat

dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi

pada diri seseorang tersebut merupakan hasil yang diperoleh melalui

proses belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 250):

(26)

Hamalik (2004: 30) menjelaskan bahwa, “Hasil belajar

merupakan bukti terjadinya perubahan tingkah laku seseorang, yang

tampak pada aspek-aspek seperti; aspek pengetahuan, pengertian,

kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani,

etis budi pekerti, dan sikap.

Sukardi (2009: 215) menerangkan bahwa hasil belajar adalah

“nilai yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa. Berdasarkan

penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar

merupakan bentuk kemampuan dan kecerdasan yang diperoleh siswa

sebagai hasil dari proses belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor.

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil dari

interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun

dari luar diri individu. Ahmadi dan Supriyono (2008: 138) menjelaskan,

adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu sebagai

berikut:

1) Faktor internal terdiri dari:

a) Faktor jasmaniyah baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh.Misalnya; penglihatan, pendengaran, struktur tubuh.

b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh terdiri atas:

(1) Faktor intelektual yang meliputi: faktor potensial yaitu

(27)

(2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.

(3) Faktor non-intelektif, yaitu unsure-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan

penyesuaian diri.

2) Faktor Eksternal terdiri dari: faktor sosial, faktor budaya, faktor

lingkungan fisik, faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

Berdasarkan keterangan di atas faktor yang mempengaruhi hasil

belajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri

seperti faktor jasmaniyah dan faktor psikologis yang bersifat bawaan

yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Dan faktor yang berasal

dari luar diri siswa atau faktor eksternal seperti: faktor sosial berupa

lingkungan yang ada di sekitar siswa, baik lingkungan keluarga maupun

lingkungan sekolah atau lingkungan keluarga yang ada di sekitar siswa

D. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika

Muhsetyo (2008: 126) pembelajaran matematika adalah proses

pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan

yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan

matemetika yang dipelajari.

Pendidikan matematika merupakan pendidikan yang telah

berkembang dengan cepat yaitu disesuaikan dengan kebutuhan dan

tantangan yang bernuansa kemajuan sains dan tekhnologi yang sesuai

(28)

Muhsetyo (2008: 126) sebagai pengetahuan, matematika

mempunyai ciri-ciri khusus. Ciri-ciri tersebut antara lain yaitu: abstrak,

deduktif, konsisten, hierarkis, serta logis keabstrakan matematika karena

objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, dan prinsip. Keabstrakan

matematika dan cirinya yang tidak sederhana inilah yang menjadi

penyebab bahwa matematika ini tidak mudah dalam mempelajarinya. hal

itulah yang menjadi alasan yang pada akhirnya banyak siswa yang kurang

tertarik untuk belajar matematika.

Hayat (2010: 214) kurikulum matematika di sekolah diharapkan

dapat menjabarkan siswa untuk bernalar dan menganalisis suatu keadaan

sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini kemampuan

siswa dalam bernalar yaitu disertai dengan kemampuan

mengkomunikasikan gagasan siswa yang dapat menumbuhkan kompetensi

berkomunikasi yang pada akhirnya akan dapat mengembangkan

kompetensi siswa dalam memecahkan suatu permasalan. Jadi belajar

matematika adalah belajar memahami dan menganalisis suatu masalah

melalui pemahaman serta penalaran yang akhirnya dapat menemukan

suatu cara dalam menemukan jawaban matematika melalui konsep yang

ada yakni konsep matematika. Kemudahan dalam belajar matematika

dapat dipengaruhi dengan keadaan siswa dalam menikmati pelajaran

matematika, menghargai pelajaran matematika, dan menganggap

metematika itu penting agar dapat sukses dan matematika dapat

(29)

Abdurrahman (2002: 252) matematika perlu diajarkan kepada

siswa karena perlu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang

studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, merupakan

sarana komunikasi yang kuat, singkat, jelas, dapat digunakan untuk

menyajikan informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan

berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran kekurangan, memberikan kepuasan

terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Dalam hal ini matemetika merupakan mata pelajaran yang sangat

penting untuk dipelajari karena matematika merupakan induk dari segala

ilmu pengetahuan, dimana matematika sangat dibutuhkan serta dapat

digunakan dalam berbagai segi kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari

manusia tidak akan terlepas dari matematika, dan selalu berhubungan

dengan matematika dalam segala kegiatannya.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika

Menurut Depdiknas (2011: 2) Mata pelajaran matematika

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat efisien, dan tepat,dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuatgeneralisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

(30)

3. Ruang Lingkup Matematika

Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI

meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) bilangan, 2) geometri

pengukuran, dan 3) pengolahan data

Adapun sub pokok bahasan yang akan dibahas dalam penelitian

ini yaitu pecahan. Standar kompetensi: menggunakan pecahan dalam

pemecahan masalah.

Adapun kompetensi dasarnya yaitu:

1. Menjelaskan arti pecahan dan urutannya

2. Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan

3. Menjumlahkan pecahan

4. Mengurangkan pecahan

5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

E. Implementasi Pendekatan CTL dalam Pembelajaran Matematika

Rusman (2011: 190) CTL merupakan pembelajaran yang

memungkinkan terjadinya proses belajar di mana siswa menggunakan

pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan

luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulative ataupun

nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang

memberikan fasilitas kegiatan belajar untuk mencari, mengolah, dan

menemukan pengalaman belajar yang bersifat konkrit melalui keterlibatan

(31)

Berdasarkan keterangan di atas bahwasannya pembelajaran CTL dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sebab dalam proses

pembelajarannya CTL menekankan keterlibatan siswa secara aktif, sehingga

mendorong siswa untuk mencari dan menemukan jawaban berdasarkan

pengalaman yang dialaminya selama proses pembelajaran. Hal inilah yang

mendorong munculnya aktivitas belajar yang mandiri serta meningkatkan

hasil belajar yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Apabila dalam pembelajaran matematika menggunakan model CTL

dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan

meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1

Gunung Raya Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Apabila dalam pembelajaran matematika menggunakan model CTL

dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan

meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang

lazim dikenal Classroom Action Research (Wardhani, 2007: 13).

Arikunto (2006: 58) yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas

(PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan

tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus

pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada

input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK

harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

Adlan (2011: 4) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari

tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata

tersebut adalah sebagai berikut.

Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan

cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang

bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah.

Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan

tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu

rangkaian siklus kegiatan.

(33)

pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak

hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika

siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar

tempat lain di bawah arahan guru

B. Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus

permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti

dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila

diperlukan, pada tahap selanjutnya disusun rencana tindak lanjut. Upaya

tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah

pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya

adalah:

(1) Penetapan fokus permasalahan

(2) Perencanaan tindakan

(3) Pelaksanaan tindakan

(4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi)

(5) Refleksi (analisis, dan interpretasi)

(6) Perencanaan tindak lanjut. (Adlan 2011: 18)

Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat

(34)
[image:34.595.121.464.92.445.2]

Gambar 1. Siklus Kegiatan PTK (Adlan, 2011: 19)

Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan

siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui

keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus

pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk

menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua, dapat

berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk

mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil.

Pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai

berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan Permasalahan PerencanaanTindakan - I PelaksanaanTindakan - I

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - I SIKLUS - I

Permasalahan baru, hasil

Refleksi

Refleksi - I

Perencanaan Tindakan - II

Pelaksanaan Tindakan - II

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - II SIKLUS - II

Refleksi - I Permasalahan

baru, hasil Refleksi

SIKLUS - II

Bila Permasalahan Belum Terselesaikan

Refleksi - II

(35)

untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus

sebelumnya

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Dalam penelitian

tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang terdiri dari 4 tahap

meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan

perbaikan rencana dalam setiap siklus.

a. Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

2) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar

mengajar.

3) Menetapkan standar kompetensi: 6. Menggunakan pecahan dalam

pemecahan masalah.

4) Memilih bahan pelajaran yang sesuai

5) Menentukan skenario pembelajaran dengan model CTL.

6) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.

7) Menyusun lembar kerja siswa

8) Mengembangkan format evaluasi

9) Mengembangkan format observasi pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan

a) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL, yaitu dengan membagi

siswa kedalam beberapa kelompok (learning community) dengan

menciptakan suasana belajar berkelompok sehingga siswa dapat

(36)

sesuai dengan jumlah siswa, tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan

observasi, masing-masing kelompok mencatat hasil observasi.

b) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh

setiap siswa. Di sini guru mendorong sikap keingintahuan siswa melalui

kegiatan bertanya tentang topic atau permasalahan yang akan dipelajari

(questioning)

c) Siswa melakukan observasi (Inquiry) mengenai cara pembagian pecahan.

Kegiatan belajar di sini mengkondisikan siswa untuk mengamati,

menyelidiki, menganalisis topik yang dihadapi sehingga siswa berhasil

menemukan sesuatu dari hasil pengamatan terhadap model yang di jadikan

alat dalam proses pembelajaran.

d) Siswa mencatat hasil temuan dalam pembagian pecahan yang dilakukan.

e) Siswa mendiskusikan hasil dari jawaban mereka.

f) Siswa melaporkan hasil diskusi.

g) Siswa menjawab pertanyaan seputar jawabannya tersebut yang diajukan

oleh kelompok lain

c. Tahap Observasi

1) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan

pengamatan terhadap penelitian tindakan kelas ketika pembelajaran

berlangsung.

2) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format yang telah

disediakan.

(37)

Pada kegiatan ini peneliti menentukan, mengidentifikasikan permasalahan

yang ditemukan. Dari hasil refleksi guru merencanakan siklus selanjutnya

untuk memperbaiki kekurangan pada pembelajaran siklus sebelumnya.

C. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun pelajaran

2012/2013 dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan April 2013.

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Gunung Raya Jalan

Desa Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung

Timur.

3. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IV Semester SD Negeri 1

Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013, kelas IV, dengan jumlah siswa

29 orang, yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 14 orang perempuan.

D. Data dan Sumber Data 1. Data

Data aktivitas dikumpulkan dengan cara observasi, sedangkan hasil belajar

dikumpulkan dengan cara tes.

a. Lembar observasi, lembar ini digunakan untuk mengamati aktivitas

yang dilakukan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran dengan

(38)

b. Tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

siswa setelah diberikan pelajaran dengan menggunakan model CTL. Tes

ini diberikan setiap akhir siklus.

2. Dokumentasi untuk mengetahui kondisi tempat penelitian

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah lembar observasi aktivitas belajar siswa, perangkat tes, dan catatan

lapangan.

1. Lembar observasi aktivitas belajar siswa

Dibuat oleh guru yang digunakan untuk menilai aktivitas siswa dalam

[image:38.595.126.509.453.749.2]

proses pembelajaran, format lembar observasi aktivitas sebagai berikut.

Tabel 3.1 Format Pengamatan Aktivitas Siswa

No Nama

Siswa

Aktivitas Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(39)

Keterangan :

1. Memperhatikan penjelasan guru 2. Mendengarkan penjelasan guru 3. Bertanya

4. Menjawab Pertanyaan 5. Mengerjakan soal latihan 6. Diskusi kelompok

7. Kerja kelompok 8. Menyelidiki

9. Mencatat Hasil diskusi kelompok

10. Bersemangat dalam belajar. Ngalim Purwanto (2009: 210)

2. Hasil Belajar

Perangkat tes dilakukan dengan cara tertulis yang berbentuk uraian yang

diberikan setiap akhir siklus.

3. Catatan lapangan berupa lembar pengayaan yang dibuat oleh guru dengan

mengumpulkan seluruh data berdasarkan observasi dan tes untuk

mengetahui setiap tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis hasil akhir dengan menggunakan analisis

kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri

atas data aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dan pendapat siswa

melalui model CTL dengan menggunakan lembar observasi. Sardiman

21 SE 22 SI 23 SK 24 SW 25 SZ 26 TA 27 TC 28 TN 29 ZW

(40)

(2010: 24) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri

manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta,

konsep ataupun teori”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar

adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan

siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang

dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan

adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak

terciptanya situasi belajar aktif. Data tersebut diperoleh berdasarkan

perilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan pembelajaran dengan

rumus data kualitatif :

PA = x100%

N AS

Keterangan :

PA : Persentase siswa yang aktif

∑AS : Jumlah siswa yang aktif

N : Banyaknya siswa yang hadir

(Modifikasi dari Kunandar 2010: 296)

2. Analisis untuk data kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan

berbagai dinamika kualitas hasil belajar. Penelit menjumlahkan nilai yang

diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut

sehingga diperoleh niali rata-rata. Nilai rata-rata ini didapat dengan

menggunakan rumus :

Keterangan :

X = nilai rata-rata

∑X = jumlah semua nilai hasil ∑N = jumlah siswa

(41)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai

berikut :

P = Banyaknya siswa yang tuntas belajar x 100% Banyaknya siswa

G. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini dinyatakan berhasil jika :

a. Aktivitas belajar siswa sekurang-kurangnya 75%

b. Rata-rata hasil belajar siswa sekurang-kurangnya 61

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah

dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran CTL sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan

aktivitas belajar matematika siswa kelas IV semester genap SD Negeri 1

Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013. Pada siklus I yaitu 54,57 dan pada

siklus II yaitu 85,23

2. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan

hasil belajar matematika siswa kelas IV semester genap SD Negeri 1 Gunung

Raya Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil belajar siswa pada siklus I

memperoleh nilai 27,58 dan pada siklus II memperoleh nilai 79 berarti

mengalami peningkatan 51,42%. Pada siklus I ketuntasan belajar memperoleh

nilai memperoleh nilai 56 dan pada siklus II memperoleh nilai 79 berarti

mengalami peningkatan 13%.

3. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV semester genap SD

(43)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan

saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa merasa lebih senang dalam mengikuti pembelajaran terutama mata

pelajaran matematika, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa,

memberikan keterampilan kepada siswa untuk mencari informasi sendiri,

dapat mengembangkan disiplin dan tanggung jawab siswa dengan adanya

kerja sama dan membantu siswa mengembangkan keterampilan

2. Bagi Guru dapat memperluas wawasan dan pengetahuan tentang

pembelajaran matematika di Sekolah Dasar mengenai model-model

pembelajaran sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan atau

mengembangkan kemampuan profesional guru dalam menyelenggarakan

pembelajaran di kelas.

3. Bagi Sekolah dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya

meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

4. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam

menerapkan model-model pembelajaran khususnya model CTL pada mata

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Aidin Adlan. 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Kudus. Dita Kurnia

Abu Ahmadi dan Widodo Supriono. 2008. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Bahrul Hayat. 2010. MutuPendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2008. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, UNJ, Jakarta

Depdiknas. 2011. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SD/MI. Jakarta. Diknas

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

E. Mulyasa. 2009. Kurikulum yang Disempurnakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Edi Kusnadi. 2005. Metodologi Penelitian Aplikasi Praktis, Jakarta :Ramayana Press.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

H.M Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara.

I. G. A. K Wardani, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuka.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar; Rineka Cipta

Masnur Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara.

Muhsetyo. 2008. PembelajaranMatematikaSD, Jakarta: Universitas Terbuka.

Mulyono Abdurahman. 2002. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Ngalim Purwanto. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Jakarta. Bumi Aksara.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,Jakarta: PT. grafindo Persada.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Gerfindo Persada.

Suharsimi Arikunto.2006. Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Gambar

Tabel 1.1 Hasil Rata-rata Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya TP
Gambar 1.  Siklus Kegiatan PTK  (Adlan, 2011: 19)
Tabel 3.1 Format Pengamatan Aktivitas Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana instrumen penilaian proyek yang dapat menilai kemampuan

Karena togel merupakan penyakit masyarakat dalam penegakan hukum, maka menjadi atensi Polri, sehingga setiap Polres dan Polsek diperintahkan melakukan penanggulangan

6.13.7 Uraikan rencana strategis pengembangan sistem informasi jangka panjang: mempertimbangkan perkembangan teknologi informasi, dan komitmen

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B8, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

Didalam Penulisan Ilmiah ini penulis membahas bagaimana membuat suatu sistem penyewaan baju pengantin pada sebuah salon dengan memanfaatkan teknologi komputerisasi, karena pada saat

[r]

Pemecahan optimal dengan Metode Batu Loncatan ( Stepping Stone Rule ) menggunakan solusi awal Metode Sudut Barat Laut ( North West Corner Rule ) menghasilkan total biaya