DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI
SUMATERA UTARA
SKRIPSI
AHMAD HUSEIN HASIBUAN 111121127
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul : Hubungan pengetahuan Dengan Perawat Dalam Penanganan Pasien Perilaku Kekerasan Di RSJD Provsu Tahun 2012 Jurusan : Keperawatan
Nama : Ahmad Husein Hasibuan
Nim : 111121127
Tahun Ajaran : 2012-2013.
ABSTRAK
Pengetahuan tentang penanganan pasien perilaku kekerasan merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh setiap perawat jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan peran perawat dalam penanganan pasien perilaku kekerasan. Desain penelitian deskriptif kolerasi dengan jumlah sampel 30 orang dan menggunakan teknik pengambilan simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan peran perawat (p value = 0,017, p value < 0,05). Perawat yang berpengetahuan yang baik dalam menangani perilaku kekerasan maka peran perawat akan baik. Diharapkan pengetahuan perawat yang baik dapat mempengaruhi peran perawat dalam menangani pasien perilaku kekerasan.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan Syukur Peneliti Panjatkan Kehadirat Allah SWT, Karena atas berkatnya rahmat dan Karunia Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dengan Peran Perawat Dalam Penanganan Pasien Perilaku Kekerasan di RSJD PROVSU MEDAN 2012”.Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:
1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU 2. Ibu Erniyati, S.Kp. MNS selaku Pudek 1 Fakultas Kepearawatan USU
3. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep. Ns, M .Kep selaku dosen pembimbing Skripsi ini.
4. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen penguji I skripsi dan Ibu Mahnum Lailan Nst, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pnguji II skripsi ini. 5. Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.
6. Kepada petugas Rumah Sakit Jiwa RSJD PROVSU MEDAN
7. Perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu yang telah bersedia menjadi responden dalam penilitan.
9. Iren Ginting dan Mersi Nasiomi Gulo yang menjadi teman konsul Penulis. 10.Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman yang
berada di angkatan 2011 ekstensi sore.
Kiranya Allah SWT yang akan membalas setiap kebaikan semua pihak yang telah menolong peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Medan, Januari 2013 Peneliti
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……… i
KATA PENGANTAR………. ii
DAFTAR ISI……… iv
DAFTAR SKEMA……….. vii
DAFTAR TABEL……… viii
BAB I : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang………... 1
1.2.Rumusan Masalah………. 7
1.3.Tujuan Pene litian……… 7
1. Tujuan Umum……… 7
2. Tujuan Khusus……… 7
1.4Manfaat Penilitian……… 8
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengetahuan………. 9
1. Pengertian………... 9
2. Tingkat Pengetahuan………..9
3. Cara memperoleh pengetahuan……….. 9
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan…………. 11
5. Sikap……….. 11
2.2.PERILAKU………. 15
1. Defenisi……….. 15
2. Jenis perilaku……….. 15
3. Prosedur Pembentukan Perilaku………. 15
4. Bentuk Perilaku………..16
5. Perubahan Perilaku………. 16
2.3.PERILAKU KEKERASAN 1. Pengertian……….. 17
2. Rentang Respon Marah……….. 17
2.4 Peran Perawat dalam perilaku kekerasan………. 21
1. Kesadaran diri……… 21
2. Pendidikan klien……… 21
3. Latihan asertif………..…… 22
4. Komunikasi………....……….. 22
5. Perubahan lingkungan………...………….. 22
6. Tindakan perilaku………. 23
7. Psikofarmakologi……….. 23
8. Managemen krisis………. 23
9. Seclusian……… 23
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1.Kerangka Konsep……… 25
3.2.Defenisi Operasional………... 26
3.3. Hipotesis……… 26
BAB IV : METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian……….. 27
4.2. Populasi Dan Sampel……… 27
1. Populasi Penelitian……….. 27
2. Sampel penelitian……… 27
4.3. Waktu Penelitian………... 28
4.4. Pertimbangan Etik Penelitian………. .. 28
4.5. Instrumen Penelitian………. 29
1. Kuesioner data penelitian……… 29
2. Pengetahuan……… 29
3. Perilaku ………...……… 29
4.6. Validitas Instrumen Penelitian……….. 30
4.7. Uji Realibilitas Instrumen………. 30
4.8. Metode pengolahan Data……… 31
1. Editing Data……… 31
2. Coding……… 31
3. Tabulating………... 31
4. Analisa Data……… 32
a. Univariat……… 32
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penilitian………. 34 5.2. Pembahasan……….. 38 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1. Kesimpulan……….. 44
6.2. Rekomendasi………... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Lembar persetujuan menjadi responden 2. Instrumen penelitian
3. Surat ijin penelitian 4. Taksaksi dana 5. Rencana kegiatan
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1 Hubungan Pengetahuan Dengan Peran Perawat Dalam Penanganan Pasien Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa daerah
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional...26 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karaterestik Responden Di RSJD Provsu
Medan...35 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat di RSJD Provsu
Medan...36 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Peran Perawat Di RSJD Provsu
Medan...36 Tabel 5.4 Hubungan Pengetahuan Dengan Peran Perawat Dalam Penanganan
Pasien Perilaku Kekerasan di RSJD Provsu
Judul : Hubungan pengetahuan Dengan Perawat Dalam Penanganan Pasien Perilaku Kekerasan Di RSJD Provsu Tahun 2012 Jurusan : Keperawatan
Nama : Ahmad Husein Hasibuan
Nim : 111121127
Tahun Ajaran : 2012-2013.
ABSTRAK
Pengetahuan tentang penanganan pasien perilaku kekerasan merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh setiap perawat jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan peran perawat dalam penanganan pasien perilaku kekerasan. Desain penelitian deskriptif kolerasi dengan jumlah sampel 30 orang dan menggunakan teknik pengambilan simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan peran perawat (p value = 0,017, p value < 0,05). Perawat yang berpengetahuan yang baik dalam menangani perilaku kekerasan maka peran perawat akan baik. Diharapkan pengetahuan perawat yang baik dapat mempengaruhi peran perawat dalam menangani pasien perilaku kekerasan.
BAB I
PENDAHULUAN
1,1. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association,1994). Ganggua n jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak/menyakiti dirinya sendiri (Baihaqi, dkk. 2005). Gangguan jiwa sesungguhnya sama dengan ganggua n jasmaniah lainnya. Hanya saja gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan seperti rasa cemas, takut hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau kita kenal sebagai gila (Hardianto, 2009).
Kecendrungan gangguan jiwa akan semakin meningkat seiring dengan terus berubahnya situasi ekonomi dan politik kearah tidak menentu, prevalensinya bukan saja pada kalangan menengah kebawah sebagai dampak langsung dari kesulitan ekonomi, tetapi juga kalangan menengah keatas sebagai dampak langsung atau tidak langsung ketidakmampuan individu dalam penyesuaian diri terhadap perubahan sosial yang terus berubah (Rasmun, 2001)
jumlah itu diperkirakan sudah meningkat. Diperkirakan dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 50 juta atau 22 persennya, mengidap gangguan kejiwaan. Peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa juga terjadi di Sumatera Utara, jumlah pasien meningkat 100 persen dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada awal 2008, RSJ Sumut menerima sekitar 50 penderita per hari untuk menjalani rawat inap dan sekitar 70-80 penderita untuk rawat jalan. Sementara pada 2006-2007, RSJ hanya menerima 25-30 penderita per hari (Sitompul, 2008). Pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa di Indonesia mempunyai rata-rata lama hari rawat yang tinggi yaitu 54 hari, dan yang paling lama dirawat adalah pasien dengan diagnosa skizofrenia. Data rumah sakit jiwa pusat Bogor 2001, menunjukkan rata-rata lama hari rawat adalah 115 hari dan untuk pasien perilaku kekerasan 42 hari (Keliat, dkk, 2009).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba, 2008). Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa, tidak bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Andri, 2008).
3
dan menarik diri dari hubungan sosial. Pasien mengalami gangguan tidur seperti sulit masuk tidur atau terbangun dini hari. Nafsu makan berkurang begitu juga dengan sexsual (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan menjadi masalah di banyak Negara seperti Amerika, Australia, dan negara- negara maju lainnya. Bentuk kekerasan yang sering terjadi seperti perkelahian, pemukulan, penyerangan dengan senjata, tawuran, perampokan, perkosaan, penganiayan, dan pembunuhan (Evan, 2000 & Shalaa, 2001 dikutip dari Budiharto dkk, 2003).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pada masyarakat umum terdapat 0,2 – 0,8 % penderita skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam Carolina, 2008). Data WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira 12-16 persen mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO, 2006).
penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang, kenaiakan jumlah penderita gangguan jiwa terjadi seluruh kota besar.
Menurut riset (Murakami, 2007) ada beberapa faktor penyebab perilaku kekerasan yaitu dari mulai dari factor genetic yang di turunkan melalui orang tua menjadi fotensi perilaku kekerasan agresif dalam gen ini terhadap potensi agresif yang sedang tidur dan akan teristimulus oleh factor eksternal serta factor fisiologik seperti objektif yang di cintai hilangnya harga diri dan factor lainnya diduga berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan (Yosep, 2007).
Pencegahan penyakit kesehatan jiwa intervensi perawatan jiwa terintegrasi kedalam upaya pelayanan kesehatan jiwa dan pencegahan penyakit kesehatan meliputi tiga area aktfitas pencegahan primer, pencega han sekunder, dan pencegahan tersier. Dalam setiap upaya ini perawat mempunyai peran yang sangat penting pada setiap area tingkat pencegahan (Dalami, 2010).
Perawat adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan professional yang merupakan bagian integral pelayanan kesehatan berdasar ilmu dan kiet keperawatan meliputi asppek biologi, pisikologis,social, dan spritual yang bersifat komprehensif, di tunjukkan kepada individu, dan masyrakat yang sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Gaffar, 1999).
5
psikofarmakologis, pemantauan efek obat, penyuluhan pasien, program rumutan obat(Stuart, 2007).
Pengetahuan perawat adalah setiap individu mempunyai tingkat pengetahuan yang berbeda. Perawat perlu mengkaji tingkat pengetahuan lawan bicara pasien, sehingga dalam menyampaikan pesan atau membicarakan topik, perawat dapat menyesuaikan dengan tingkat pengetahuan lawan bicara (Dalami, 2010).
Penanganan perawat pada perilaku kekerasan dapat menggunakan pendekatan rentang rencana keperawatan mulai dari strategi pencegahan sampai dengan strategi pengontrolan. Pada strategi pencegahan dapat dilakukan dengan penddikan kesehatan, kesadaran diri, komunikasi verbal dan non verbal, perubahan lingkungan, intervensi perilaku dan penggunaan psikofarmaka. (Riyadi, 2009).
Menurut hasil survey awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 masih banyak perawat yang baru dan belum memiliki pengalaman yang banyak. Perawat tersebut masih berbicara kasar terhadap pasien dalam membeikan asuhan keperawatan terhadap pasien.
memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 29 orang (82,8%), pada sub strategi pelaksanan komunikasi yang ketiga diperoleh mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 20 orang (57,1%) dan pada sub strategi pelaksanan komunikasi yang keempat diperoleh mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 24 orang (68,1%) Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan perawat tentang strategi pelaksaan komunikasi pada pasien perilaku kekerasan perlu ditingkatkan dengan mengikutsertakan perawat untuk mengikuti seminar workshop atau pelatihan-pelatihan yang terkait dengan keperawatan jiwa.
Hasil survei awal yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara di temukan sebanyak 1,846 penderita mengalami gangguan perilaku kekerasan di ruang rawat inap di tahun 2011 dengan rata-rata ± 150 penderita perbulannya. Jumlah perawat diruang rawat inap 122 orang. Dari hasil wawancara dari 10 orang perawat, 3 orang perawat mengatakan bahwa akan melakukan pengekangan fisik terhadap pasien amuk yang tidak bisa dikendalikan lagi, 2 diantaranya mengatakan akan menjauhkan pasien dari lingkungan yang bisa menimbulkan perilaku kekerasan, mencoba berkomunikasi dengan pasien, dan memberikan obat untuk bisa mengendalikan pasien. Berdasarkan hasil wawancara di dapat data masih banyak perawat yang baru belum tahu memahami bagaimana cara penanganan pasien perilaku kekerasan.
1.1. Perumusan Masalah
7
dalam penanganan pasien dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara?.
1.2. Tujuan Penilitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan peran perawat dalam penanganan pasien dengan perilaku kekerasan Di Rumah Sakit jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara .
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang penanganan pasien dengan perilaku kekerasan
b. Mengidentifikasi perilaku perawat Rumah Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang penanganan pasien dengan perilaku kekerasan
c. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan peran perawat dalam penanganan pasien dengan perilaku kekeras
1.3. Manfaat Penelitian
1. Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi perawat tentang hubungan pengetahuan. di rumah sakit jiwa.
2. Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi bagi keperawatan sehingga dapat mengetahui tentang penanganan klien perilaku kekerasan.
3. Penelitian Keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
1. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitf merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap seseorang
2. Tingkatan Pengetahuan
3. Cara untuk memperoleh pengetahuan 1) Cara tradisional
a) Cara coba (trial and error)
Cara ini dlakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memencahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan lain.
b) Cara kebiasaan otoritas
Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, dan pemegang pemerintah.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan dan cara mengulangi kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang lain yang dapat digunakan cara tersebut.
d) Memulai jalan pikir
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikir baik melalui jalan induksi maupun jalan deduksi.
2) Cara Modern
11
Tingkat pengetahuan dibagi 3 kategori (Nursalam, 2008):
• Tingkat pengetahuan baik apabila respondent dapat
menjawab dengan benar 76% - 100% dari keseluruhan pertanyaan diberikan
• Tingkat pengetahuan cukup jika respondent dapat menjawab
dengan benar 56% - 75% dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan.
• Tingkat pengetahuan kurang baik jika respondent dapat
menjawab dengan benar = 56% dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. 2. Media
3. Informasi
Pengertian informasi menurut Oxford English Dictionary, adalah “that of which one is apprised or told: intelligence, news”. Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumk an, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, basis data. Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari- hari, yang diperoleh dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi.
4. Sosial budaya dan Ekonomi
13
5. Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan yang diperoleh seseorang. Jika seseorang berada di sekitar orang yang berpendidikan maka pengetahuan yang dimiliki seseorang akan berbeda dengan orang yang berada di sekitar orang pengangguran dan tidak berpendidikan.
6. Pengalaman
Memiliki pengalaman yang banyak berbanding lurus dengan peningkatan pengetahuan pada seseorang. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman yang bisa membuat hidup seseorang bisa menjadi lebih baik.
7. Usia
Pada umumnya semakin dewasa seseorang, maka tingkat pengetahuan seseorang akan meningkat.
5.Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:
a) Menerima
b) Merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c) Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d) Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
2,2. PERILAKU
1. Defenisi
15
2. Jenis Perilaku
Perilaku dibagi menjadi dua bagian, yaitu : Perilaku Alami (Innate behavior) dan Perilaku Operan (Operant behavior). Perilaku yang alami merupakan perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan yaitu yang berupa refleks – refleks dan insting – insting. Sedangkan perilaku operan merupakan perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Sebagian besar perilaku manusia adalah perilaku operan (Notoatmojo, 2003)
3. Prosedur Pembentukan Perilaku
Prosedur pembentukan perilaku dimulai dengan melakukan identifikasi tentang hal – hal yang merupakan penguat reinforcer berupa hadiah – hadiah atau rewads bagi perilaku yang dibentuk. Setelah itu melakukan analisa untuk mengidentifikasi komponen – komponen kecil yang membentuk perilaku – perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen – komponen tersebut disusun menuju terbentuknya perilaku yang dimaksud. Selanjutnya dengan menggunakan secara urut, komponen tersebut sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing – masing komponen tersebut. Seterusnya melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang tersusun tersebut (Notoatmojo, 2003).
4. Bentuk Perilaku
yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Sedangkan bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung (Notoatmojo, 2003).
5. Perubahan Perilaku
Perubahan – perubahan dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati terhadap objek yang sama. Motivasi yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku. Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada hakekatnya merupakan faktor keturunan (bawaan). Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek tersebut diatas akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan (Notoatmojo, 2003).
2.3 Perilaku Kekerasan
2.3.1. Konsep Perilaku Kekerasan 1. Pengertian
17
orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan ke dalam diri atau secara destruktif.
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panic). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif sebagai verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi lain.
2. Rentang Respon Marah
Adaptif Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh, gelisah, atau amuk dimana sesorang marah merespon terhadap sesuatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.
3. Faktor Predisposisi
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan: a. Faktor Psikologis
b. Faktor Sosial Budaya
Kultural dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefenisikan ekspresi agresif mana yang dapat diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.
c. Faktor Biologis
Penelitian neurobiology mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang berada di tengah system limbic), binatang ternyata menimbulkan perilaku agresif.
d. Faktor Presipitasi
Secara umum akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang.
2.4. Tanda dan gejala perilaku kekerasan
1. Fisik
Muka merah dan tegang, mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah merah dan tegang, pandangan tajam, mengatup rahang dengan kuat.
3. Verbal
19
4. Perilaku
Melempar atau memukul benda/orang lain, menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan.
5. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkilahi, menyalahkan dan menuntut.
6. Intlektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan. 7. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.
8. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
2.5. Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Diskusikan bersama klien mengenai penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu.
3. Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
4. Diskusikan bersama klien perilaku yang biasa di lakukan pada saat marah secara verbal terhadap orang lain, terdapat lingkungan.
6. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: distraksi melalui pekerjaan seperti membersihkan lantai, membuat batako, olah raga, dan sebagainya.
2.6. Peran Perawat dalam Perilaku Kekerasan
Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan memanajemen perilaku agresif. Intervensi dapat melalui Rentang Intervensi Keperawatan
Strategi Preventif Strategi Antipatif Strategi Pengurungan
Kesadaran diri Komunikasi Manajemen Krisis
Pendidikan Klien Perubahan Lingkungan Selusion Latihan Asertif Tindakan Perilaku
Fisikofarmakologi
a. Kesadaran diri
Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapinya dapat mempengaruhi komunikasinya dengan klien. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas, marah atau apatis maka akan sulit baginya untuk membuat klien tertarik.
b. Pendidikan klien
21
c. Latihan asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat - Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang - Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan - Sanggup melakukan komplain
- Mengekspresikan penghargaan dengan tepat d. Komunikasi
Starategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif - Bersikap tenang
- Bicara lembut
- Bicara tidak dengan cara menghakimi; - Bicara netral dan dengan cara yang kongkrit; - Hindari intensitas kontak mata langsung;
- Demontrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan; - Fasilitasi pembicaraan klien:
e. Perubahan lingkungan
Unit keperawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti: membaca, grup program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya.
f. Tindakan perilaku
g. Psikofarmakologi
Antianxienty dan Sedative-Hipnotis. Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepines seperti Lorazepam, sering digunakan dalam kedarutan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klen. h. Managemen Krisis
Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil, maka di perlukan intervensi yang lebih aktif. Prosedur penanganan kedaruratan psikiatri: 1. Identifikasi pemimpin tim krisis. Sebaiknya dari perawat karena
bertanggung jawab selam 24 jam.
2. Bentuk tim krisis. Meliputi, dokter, perwat, dan konselor.
3. Beritahu petugas ke amanan jika perlu. Ketua tim harus menjalankan apa saja yang menjadi tugas selama penanganan klien.
4. Jauhkan klien lain dari lingkungan.
5. Lakukan pengekangan, jika memungkinkan
i. Seclusian
Pengekangan fisik merupakan tindakan keperawatan yang terakhir. Ada dua macam, pengekangan fisik secara mekanik (menggunakan manset, sprei pengekang) atau isolasi (menempatkan klien dalam seseuatu ruang dimana klien tidak dapat keluar atas semuanya sendiri).
23
- Menggunakan sprei Indikasi pengekangan
1. Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri atau orang lain. 2. Perilaku agitasi yang tidak dapat di kendalikan dengan pengobatan. 3. Ancaman terhadap integrasi fisik yang berhubungan dengan penolakan
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1
Kerangka penelitianKerangka penelitian ini menjelaskan dugaan bahwa ada hubungan diantara dua variabel yakni variabel independen, pengetahuan perawat tentang dan variabel dependen, penanganan perilaku kekerasan.
Skema 3.1 : Hubungan Pengetahuan peran perawat dalam penanganan pasien perilaku kekerasan di RSJD PROVSU Medan 2012.
Pengetahuan Perawat
tentang perilaku kekerasan
Peran perawat dalam
penangaanan perilaku kekerasan menggunakan strategi:
25
3.2 Defenisi Operasional
Variabel Defenisi operasional
Kuesioner Baik Skor ( 8-10 )
Kuesioner Baik Skor ( 61-80 )
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bersipat kolerasi menggambarkan Pengetahuan perawat dengan peran perawat dalam penanganan pasien dengan perilaku kekerasan.
4.2Populasi dan Sampel
a. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah semua perawat yang berada di ruang rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Menurut data survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Jiwa pada tahun 2012, perawat yang berada di ruang rawat inap berjumlah 121 orang.
b. Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (2006) jika sampel lebih dari 100 orang dapat diambil sampel sebanyak 10-15% atau 20-25% atau tergantung kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana serta sempit luasnya wilayah pengamatan.
27
diantara populasi sesuai yang di kehendaki peneliti dan sesuai tujuan penelitian.
Adapun kriteria inklusi :
- Perawat yang berada di ruang rawat inap
- Perawat yang minimal pendidikannya D3 Keperawatan - Perawat yang bersedia menjadi responden
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara karena populasi pasien perilaku kekerasan cukup besar. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juli s/d Agustus 2012.
4.4 Pertimbangan Etik Penelitian
Prosedur penelitian akan dilakukan setelah mendapat izin penelitian, kemudian dilakukan dengan pengumpulan data , menganalisa data dan menyajikan data penelitian yang hanya dilakukan untuk kepentingan penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka lebih dahulu menandatangani lembar prsetujuan (informed consent). Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden pada lembar pengumpulan data yang akan diajukan pada responden, lembar tersebut hanya diberi inisial nama responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan di jamin kerahasiaan oleh peneliti (Nursalam, 2001).
4. 5 Instrumen penelitian
Hubungan pengetahuan perawat terhadap penanganan pasien dengan perilaku kekerasan. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari 3 bagian yaitu, data demografi, kuesioner pengetahuan dan kuesioner peran perawat dalam penanganan pasien perilaku kekerasan. Kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka.
a. Kuesioner Data Demografi
Data demografi meliputi umur, jenis kelamin, agama, dan pendidikan terakhir.
b. Kuesioner Pengetahuan Perawat
Pada kuesioner ini berisi tentang pengetahuan dengan perawat dalam menangani pasien perilaku kekerasan, dapat diukur dengan pemberian bobot pada setiap pertanyaan. Dengan jumlah pertanyaan ada sebanyak 10 pertanyaan dengan skor tertinggi adalah 10, dengan kriteria Skor yakni: Benar : 1, Salah : 0. Tingkat pengetahuan dibagi 3 kategori yaitu
- Baik apabila responden memperoleh skor 8-10 - Cukup jika responden memperoleh skor 4-7
29
c. Kuesioner Peran perawat
Kuesioner ini terdiri dari 20 pertanyaan tentang peran perawat dalam penanganan pasien perilaku kekerasan, memiliki 4 jawaban tidak pernah (TP) diberi skor 1, kadang-kadang(KK) diberi skor 2, Sering (S) diberi skor 3, dan selalu (SL) diberi skor4. Skor tertinggi 80 dan skor terendah 20. Skor Ini akan dibagi dalam 3 kategori yaitu : Baik apabila skor ( 61-80), Cukup apabila skor (41-60), Kurang apabila skor (20-40) (Arikunto, 2003).
4.6 Validitas Instrumen Penelitian
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalitan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, dan juga sebaliknya (Arikunto, 2006). Instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa instrumen dianggap valid jika instrumen itu dapat dijadikan alat untuk mengukur yang akan diukur (Danim, 2003).
4.7 Uji Realibilitas Instrumen
Reliabilitas adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah alat ukur, meskipun digunakan berulang-ulang pada subjek yang sama atau berbeda (Danim, 2003).
Menurut Arikunto (2006), reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Uji reliabilitas dilakukan terhadap 10 orang responden di Rumah Saki Jiwa Provsu Medan. Hasil yang didapatkan di analisa melalui program analisa statistik dengan menggunakan formula cronbach’s alpa pada setiap item kuesioner pengetahuan peran perawat dalam penanganan pasien perilaku kekerasan. Hasil realibilitas terhadap 10 orang responden diperoleh hasil koefisien korelasi sebesar 0,726. Hal ini berarti bahwa instrumen (kuesioner) dikatakan reliabel dan mempunyai reliabilitas sedang dimana koefisien berada diantara 0,60-0,89. Setiadi (2007)
4.8 Analisa Data
Metode Pengolahan Data
Data yang terkumpul akan di olah melalui langkah- langkah berikut:
a. Editing Data.
31
b. Coding
Pemberian kode atau tanda setiap data yang telah terkumpul untuk memperoleh, memasukkan data kedalam.
c. Tabulating
Mengolah data kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk mempermuda analisa data, pengolahan data serta pengmbilan kesimpulan.
d. Analisa Data
a. Analisa Univariat di lakukan dengan mendiskripsikan besarnya persentase pada seluruh variable penilitian dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus:
? ?? s ??
?
? ? =Mean (rata-rata) s ?? = Nilai x ke 1-ke n
n = Jumlah Sampel (Alimul, 2009)
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan kelanjutan dari analisa univariat dengan cara melakukan tabulasi silang dengan menggunakan uji statistik chi-square(??) pada taraf kepercayaan 95% untuk melihat
Rumus yang digunakan:
??=s
???? ?
??
??
?? = Chi-Square
Hitung
s = Jumlah ?
? = Nilai Observasi dari tiap sel
?? = Nilai yang diharapkan
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai karakteristik responden dan hubungan pengetahuan dengan peran perawat dalam penanganan pasien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012.
5.1.1. Karakteristik Responden
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012. (n = 30)
5.1.2 Pengetahuan Peran Perawat Dalam Menangani Perilaku Kekerasan
Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas perawat memiliki pengetahuan dalam kategori cukup yakni sebanyak 14 orang (26,7%), perawat yang memiliki pengetahuan perawat dalam kategori baik sebanyak 8 orang (26,7%) sedangkan perawat yang yang memiliki pengetahuan perawat dalam kategori kurang yakni sebanyak 8 orang (26,7%).
Karakt erist ik Frekuensi Persent ase
Jenis Kelam in
35
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dengan Peran Perawat Dalam Menangani Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012.(n=30)
5.1.3 Peran Perawat Dalam Penanganan Pasien
Berdasarkan tabel 5.3 di bawah, sikap perawat mayoritas baik yakni sebanyak 14 orang (46,7%), sikap perawat cukup yakni sebanyak 14 orang (,46,7%) sedangkan sikap perawat dalam kategori kurang sebanyak 2 orang (6,7,%).
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sikap Menangani Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012.(n=30)
Penget ahuan Peraw at Dalam
M enangani Perilaku Kekerasan Frekuensi Persent ase
Baik 8 26,7
Cukup 14 46,7
Kurang 8 26,7
Peran peraw at Frekuensi Persent ase
Baik 14 46,7
Cukup 14 46,7
5.1.4 Hubungan Pengetahuan Dengan Peran Perawat Dalam Penanganan
Pasien Perilaku Kekerasan
Tabel 5.4 Hubungan Pengetahuan Dengan Peran Perawat Dalam Penanganan Pasien Perilaku Kekerasan Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012.(n=30)
Hasil analisis hubungan antara pengetahuan perawat dengan peran perawat dalam penanganan pasien perilaku kekerasan diperoleh bahwa perawat berpengetahuan yang baik maka peran perawat dalam menangani pasien perilaku kekerasan juga baik sebanyak 7 orang (87,5%) sedangkan perawat berpengetahuan rendah maka peran perawat juga cukup sebanyak 7 orang (87,5%). Hasil uji statistik diperoleh nilai ? = 0,017 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara perawat berpengetahuan baik dengan perawat yang berpengetahuan yang rendah dalam peran perawat menangani perilaku kekerasan (ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang perilaku kekerasan dengan penanganan pasien perilaku kekerasan).
penangaanan perilaku kekerasan Tot al
37
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pengetahuan Peraw at tentang Penanganan Pasien Perilaku Kekerasan Di
RSJD Provsu
Berdasarkan penelitian yang telah saya lakukan di RSJ Provsu Medan Tahun 2012 maka didapat bahwa mayoritas perawat memiliki pengetahuan dalam kategori cukup yakni sebanyak 14 orang (26,7%), perawat yang memiliki pengetahuan perawat dalam kategori baik sebanyak 8 orang (26,7%) sedangkan perawat yang yang memiliki pengetahuan perawat dalam kategori kurang yakni sebanyak 8 orang (26,7%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan perawat secara umum cukup dalam penanganan pasien perilaku kekerasan dan sesuai denga n teori yang mengatakan pengetahuan adalah proses mengetahui dan menghasilkan sesuatu. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitf merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap seseorang.
keperawatan komunikasi, serta mendokumentasikan setiap tindakan keperawatan.
Pengetahuan perawat dalam menangani pasien perilaku kekerasan termasuk kategori cukup disebabkan oleh latar belakang pendidikan Perawat di RSJD Provsu yang Mayoritas D3 keperawatan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoadmojo (2003), dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki. Perawat memiliki ketarampilan dalam penanganan pasien perilaku kekerasan dengan cara pengekangan pisik secara Kesadaran diri, pendidik klien, latihan asertif, berkomunikasi, perubahan lingkungan psikofarmakologi, managemen Krisis, Seclusian.
Hal ini juga disebabkan lama bekerja perawat di RSJD provsu mayoritas >5 tahun, hal ini menyebabkan perawat telah mengetahui dan memahami bagaimana cara menangani pasien perilaku kekerasan. Perawat rata-rata telah mempunyai keterampilan dalam menangani pasien perilaku kekerasan baik secara Seclusion, pelatihan asertif dan penangan melalui obat-obatan. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Nursalam (2001), tingkat pengetahuan perawat yang bervariasi disebabkan oleh faktor umur pendidikan, pengalaman, informasi, kebudayaan.
39
bermakna secara statistik antara lama kerja dengan pengetahua n perawat tentang kegawatdaruratan pasien amuk di RSJ Propinsi Lampung.
Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon), juga suatu tindakan atau perbuatan suatu organisasi yang dapat diamati dan bahkan dipelajari. Dengan demikian perilaku adalah suatu respon terhadap stimulus dan akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya, individu atau organisme seakan – akan tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya sehingga hubungan stimus dan respon seakan – akan bersifat mekanistis (Notoatmojo, 2003).
5.2.2 Peran Perawat dalam penanganan pasien perilaku kekerasan Di
RSJD Provsu
Peran perawat penangan pasien perilaku kekerasan di RSJD Provsu menunjukkan bahwa sebanyak 14 (46,7%) orang perawat dalam kategori tinggi, perawat sedang yakni sebanyak 14 (46,7%) orang sedangkan dalam kategori rendah sebanyak 2 (6,7%) orang. Peran perawat di RSJD Provsu tergolong dalam kategori sedang, hal ini disebabkan oleh jumlah perawat yang mengetahui tentang peran perawat. Perawat di RSJD Provsu sudah dapat berkomunikasi dengan pasien perilaku kekerasan, perawat juga mampu merawat pasien dengan tenang.
mampu melakukan tindakan yang disarankan oleh perawat. Perawat juga mau memberikan makanan kepada pasien yang mau mendengarkan perintah dengan baik.
Perawat dalam menangani pasien perilaku kekerasan berbicara dengan lembut. Hal ini dilakukan agar pasien perilaku kekerasan merasa nyaman saat perawat memberikan tindakan keperawatan terhadap pasien perilaku kekerasan. Perawat juga berbicara tidak dengan menghakimi pasien tersebut dan tidak melakukan konta mata secara langsung kepada pasien perilaku kekerasan. Perawat melakukan hal tersebut agar pasien perilaku kekerasan mampu berkomunikasi dengan baik kepada perawat atau orang lain.
Perawat harus menjaga wibawa dengan mendemonstrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan klien perilaku kekerasan. Hal ini dilakukan agar tindakan keperawatan yang telah direncanakan terhadap pasien dapat dilakukan dengan baik dan pasien mampu berperilku dengan baik terhadap perawat dan orang lain. Sehingga perilaku kekerasan pada pasien dapat menjadi perilaku yang lebih baik.
41
kegiatan harian pada pasien perilaku kekerasan, sehingga pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan dengan baik.
Hal ini sejalan dengan Keliat (1999) yang mengatakan bahwa peran perawat dalam membantu pasien perilaku kekerasan adalah dengan memberikan asuhan keperawatan perilaku kekerasan. Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dan pasien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal.
5.2.2 Hubungan Pengetahuan Dengan Peran Perawat Dalam Penanganan Pasien
Perilaku KekerasanDi RSJD Provsu
Berdasarkan hasil analisa statistik yang diperoleh ada hubungan antara dengan peran perawat dalam penanganan pasien perilaku kekerasan di RSJD Provsu. Dari analisa statistik diperoleh nilai signifikan p = 0,017. Nilai ini lebih kecil dari nilai signifikan a = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa diterima artinya bahwa adanya hubungan antara pengetahuan perawat dalam peran perawat dalam penanganan pasien perilaku kekerasan di RSJD Provsu dapat diterima.
Perawat yang berpengetahuan yang baik memiliki peran yang baik dalam penanganan pasien perilaku kekerasan, hal ini disebabkan perawat menyadari tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan mengetahui cara menghadapi pasien dengan perilaku kekerasan. Seperti memberikan pujian ketika pasien mampu melakukan tindakan yang diberikan perawat, berbicara lembut kepada pasien dan membuat jadwal harian kepada pasien sehingga pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan.
Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi pada klien, hierarki perilaku agresif dan kekerasan. Disamping itu, perawat harus mengkaji pula afek klien yang berhubungan dengan perilaku agresif. Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan memanajemen perilaku agresif. Intervensi dapat melalui Rentang Intervensi Keperawatan.
Peran perawat dalam membantu pasien perilaku kekerasan adalah dengan memberikan asuhan keperawatan perilaku kekerasan. Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses teraupetik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan pasien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal (Keliat,1999).
43
kekerasan sangat membahayakan bagi pasien itu sendiri, orang lain serta lingkungan dan membutuhkan penanganan oleh Tim yang profesional serta membutuhkan terapi medikasi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan Aisyah (2008) di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang yang menyatakan bahwa
Perawat psikiatri dihadapkan dengan tuntutan kerja yang profesional sejalan dengan resiko terkena serangan perilaku kekerasan. Oleh sebab itu, perawat harus memiliki strategi dalam menangani pasien perilaku kekerasan.
Pengetahuan perawat yang kurang menyebabkan perawat dalam menjalani perannya cukup, hal ini disebabkan karena perawat masih belum mengetahui bagaimana menjalani perannya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien perilaku kekerasan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1. Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan penilitian sebelumnya telah disebutkan dalam Bab I, maka kesimpulan dari penelitian ini menjawab dari tujuan penelitian yang telah ditentukan. Hasil yang di peroleh dari penelitian Hubungan Pengetahuan Dengan Peran Perawat Dalam Penanganan Perilaku Kekerasan di RSJD Provsu ini adalah sebagai berikut :
1. Mayoritas karakteristik responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 20 responden (66,6%), mayoritas berumur 25-30 tahun sebanyak 10 responden (33,3%) dan berumur 37-42 tahun sebanyak 10 responden (33,3%), mayoritas beragama islam sebanyak 16 responden (53,3%), mayoritas responden adalah suku batak sebanyak 10 responden (33,3%), mayoritas berpendidikan D3 sebanyak 18 responden (60%), dengan lama kerja mayoritas <5 tahun sebanyak responden (50%).
2. Mayoritas pengetahuan perawat tentang peran perawat dalam kategori cukup yakni 14 orang (46,7%).
3. Mayoritas tingkat sikap perawat dalam penanganan perilaku kekerasan adalah kategori baik yakni 14 orang (46%,7) dan cukup yakni 14 orang (46,7%). 4. Hasil uji Chi square di dapat hasil p = 0,017, p < 0,05 menunjukkan bahwa ada
45
6.2 Saran
1. Bagi Praktek Keperawatan.
Hasil dari penelitian ini memberikan informasi kepada perawat bahwa perawat dapat berperan dengan baik dalam menangani pasien perilaku kekerasan. Selain itu, di harapkan perawat dapat mengembangkan kerja sama yang positif dan terpadu melalui tolong menolong dan keterbukaan antara sesama perawat.
2. Pendidikan Keperawatan
Perawat dalam menjalani perannya harus memiliki pengetahuan yang baik oleh karena itu di harapkan insititusi pendidikan dapat memberikan kontribusi seperti seminar dan pelatihan tentang peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien perilaku kekerasan. 3. Penelitian Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Andri. (2008). Kongres Nasional Skizofrenia V Closing The Treatmen Gap For Schizohrenia. Dibuka pada http ://www.Kabar Indonesia.com pada tanggal 13 Februari 2012.
Alimul Azis. (2003). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Iilmiah, Edisi I, Salemba Medica, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rhineka Cipta.
Baihaqi, dkk. (2005). Psikiatri : Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan, Bandung : PT. Refeka Aditama.
Budiharto, dkk. (2003). Karakteristik Individu yang Berhubungan dengan
Perilaku Kekerasan Pada Siswa Seluruh Lanjutan Tingkat Atas di
Jakarta Timur. Jurna l Keperwatan Indonesia. VOI VII No. 2.
Ermawati Dalami, (2010). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi pertama Jakarta.
Gaffar, J. (1999). Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC. Gail W. Stuar, (2007). Keperawatan jiwa, Edisi 5 EGS, Jakarta.
Hardianto, Handoko. (2009). Gangguan Jiwa, Harus ditangani Sejak awal. Diambil pada tanggal 13 Februari 2012. http:/www.komnasham.go.id Keliat, dkk. (2009). Influence of the abilities in controlling violence behavior to
the length of stay of schizophrenic clients in Bogor mental hospital,
Indonesia Diambil tanggal 18 februari 2012, dari
http://e-mji.com/?page=journal.detail&id=15
Kristy, 2012, Perilaku kekerasan Di ambil pada tangal 19 februari 2013 http kristynilansari.blogspot.com
Nersjiwa. 2008. Peran perawat dalam perilaku kekerasan. Diabi tanggal 20 februari 2013. Blogspot.com
(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Riskesda, (2007). Riset Kesehatan Dasar Gangguan Jiwa.hhtp//www.google. di akses tanggal 14 februari 2012.
Rasmun. (2007). Keperawatan Kesehatan Mental Terintegrasi Dengan Keluarga. (Edisi pertama), Jakarta : EGC.
Sitompul. (2008). Penderita Gangguan Jiwa Meningkat. Diambil pada tanggal
12 februari 2012. dari
hhtp://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/news/artikel cetak,php?aid=30491.
Sojono Riyadi Teguh Purwanto, (2009), Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi Pertama, Yokyakarata.
Sutanto.2007. Analisis Data Kesehatan. FKM ; UI
www, Kajian pustaka. Com 2012 peran perawat. Diambil pada tanggal 23 februari 2013.
Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERAN PERAWAT DALAM
PENANGANAN PASIEN PERILAKU KEKERASAN DI RSJ PROPSU MEDAN
2012
Oleh : Ahmad Husein HSB
Saya adalah Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan dengan peran perawat dalam penanganan pasien perilaku kekerasa di RSJ PROPSU MEDAN. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Saya mengharapkan partisipasi saudara dalam memberikan jawaban atas segala pertanyaan yang diajukan peneliti, sesuai dengan pendapat saudara tanpa di pengaruhi oleh orang lain. Informasi yang diberikan hanya di pergunakan untuk keperluan penelitian dan pengembagan Ilmu Keperawatan.
Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela dan bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada saksi apa pun. Jika saudara bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah di sediakan di bawah ini sebagai bukti kesukarelaan saudara. Terima kasih atas partisipasi saudara untuk penelitian ini.
Medan,…………..2012
Responden
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERAN PERAWAT DALAM
PENANGANAN PASIEN PERILAKU KEKERASAN DI RSJ PROPSU MEDAN
2012
Kode Responden :
A. DATA DEMOGRAFI
Isilah pernyataan dibawah ini sesuai dengan jawaban anda dengan memberi tanda ceklis (v) :
Umur : ( ) Tahun
Jenis Kelamin : ( ) Pr
( ) Lk
Agama : ( ) Islam
( ) Kristen Katolik
( ) Kristen Protesan
( ) Hindu
( ) Budha
Pendidikan terakhir : ( ) D3 Keperawatan
( ) S1 Keperawatan
Lampiran 2
A. Kuesioner Pengetahuan
Pililah salah satu jawaban yang anda anggap benar dengan
memberikan tanda (x) :
1. Perilaku kekerasan adalah…
a. Suatu tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain
b. Suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan dan benci atau marah dengan melakukan yang membahayakan secara fisik kepada diri sendiri dan orang lain
c. Suatu perilaku yang membahayakan jiwa d. Keadaan emosi yang tidak stabil
2. Faktor predisposisi yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan adalah…
a. Faktor genetik, faktor lingkungan, faktor sosial budaya b. Faktor psikologis, faktor perilaku, faktor genetik c. Faktor psikologis, faktor sosial budaya, faktor biologis d. Faktor psikologis, faktor biologis, faktor neorologis
3. Faktor biologis yang dapat menyebabkan timbulnya perilaku kekerasan adalah…
a. Perilaku kekerasan merupakan akibat dari instinctual drives
c. Adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus d. Adanya ancaman yang berupa hinjury secara psikis
4. Tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik adalah… a. Muka merah, tegang, mata melotot, pandangan tajam b. Bicara kasar, suara tinggi, membentak marah
c. Melempar atau memukul orang lain, menyerang orang
d. Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dan dendam
5. Tanda dan gejala perilaku kekerasan secara emosi adalah… a. Muka merah, tegang, mata melotot, pandangan tajam b. Bicara kasar, suara tinggi, membentak marah
c. Melempar atau memukul orang lain, menyerang
d. Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman rasa terganggu dan dendam
6. Rentang respon marah dari pasien perilaku kekerasan yang mal adaptif adalah…
a. Asertif b. Amuk c. Agresif d. Frustasi
7. Rentang intervensi keperawatan dalam manajemen perilaku kekerasan adalah…
b. Strategi preventif-strategi pengurungan-strategi antipatif c. Strategi antipatif- strategi preventif-strategi pengurungan d. Starategi pengurungan-strategi antipatif-strategi pereventif
8. Salah satu intervensi keperawatan dari strategi preventif adalah latihan asertif. Latihan asertif yang di maksud adalah…
a. Berkomunikasi secara tidak langsung dengan setiap orang b. Sanggup diam
c. Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan d. Mengekspresikan penghargaan dengan tidak cepat 9. Prosedur penanganan kedaruratan psikiatri adalah…
a. Bentuk tim krisis seperti dokter, perawat, konselor b. Berikan kepada pasien
c. Dekatkan lingkungan klien
d. Jangan beritahu petugas keamanan jika perlu 10.Indikasi dari tindakan pengekangan fisik adalah…
a. Perilaku amuk yang tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain
b. Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan c. Ancaman terhadap integrasi fisik yang tidak berhubungan
Lampiran 3
B. Kuesioner Peran Perawat dalam menangani pasien perilaku
kekerasan
Untuk pertanyaan perilaku pilihlah salah satu jawaban yang benar
dengan memberikan tanda (V) pada kolom yang anda pilih, TP= tidak
pernah, KK=Kadang -kadang, S=seri ng, SL=selalu.
NO PERNYATAAN TP KK S SL
1 Perawat menyadari sikap cemas/apatis mempengaruhi komunikasi dengan klien perilaku kekerasan
2. Perawat bersikap tenang ketika pasien melakukan perilaku kekerasan
3. Perawat berusaha mengontrol diri agar bisa di dengar
4. Perawat memberikan pendidikan mengajarkan cara mengekspresikan
5. Perawat mengajarkan cara berkomunikasi kepada orang lain
6. Perawat berkomunikasi secara langsung dengan klien untuk mengatakan tidak pada sesuatu yang tidak beralasan
dengan tepat kepada kilen
8. Perawat mendemonstrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan klien perilaku kekerasan
9. Perawat menangani klien perilaku kekerasan tidak dengan cara menghakimi
10. Perawat berbicara secara lemah lembut 11. Perawat menghindari kontak mata langsung
dengan klien perilaku kekerasan
12. Perawat menyiapkan jadwal kegiatan harian pasien perilaku kekerasan
13. Perawat memfasilitasi kegiatan atau program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai
14. Perawat membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku yang dapat di terima 15. Perawat memberikan konsekuensi kepada
klien perilaku kekerasan selama perawatan 16 Perawat memberikan antianxienty untuk
mengendalikan agitasi yang akut
kekerasan
18. Perawat membentuk tim krisis dalam penanganan klien
19. Perawat melakukan pengekangan fisik terhadap pasien perilaku kekerasan
Lampiran 4
Reliability
[DataSet1] F:\pengetahuan husen.sav
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,689 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item
-Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
Reliability
[DataSet1] F:\spps perilaku husen.sav
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,919 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item
-Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
pertanyaan 15 33,10 119,817 ,672 ,913
pertanyaan 16 33,37 113,895 ,766 ,910
pertanyaan 17 33,07 116,133 ,749 ,911
pertanyaan 18 33,23 115,840 ,648 ,913
pertanyaan 19 33,30 115,803 ,685 ,912
Lampiran 5
Frequencies
[DataSet1] F:\9999,,, data husein 2013.sav
Statistics
UMUR JENIS KELAMIN AGAMA
PENDIDIKAN
TERAKHIR PENGETAHUAN
N Valid 30 30 30 30 30
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
UMUR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid LAKI-LAKI 11 36,7 36,7 36,7
PEREMPUAN 19 63,3 63,3 100,0
AGAMA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
SIKAP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
KRITERIA SIKAP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid BAIK 8-10 14 46,7 46,7 46,7
CUKUP 4-7 14 46,7 46,7 93,3
KURANG 0-3 2 6,7 6,7 100,0
No Kegiatan Bulan
April Mei September Oktober November Desember Januari Februari
Pembuatan Skripsi 1 Judul 2 Bab 1 3 Bab 2 4 Bab 3 5 Bab 4 6 Seminar
Proposal 7 Validitas 8 Reliabilitas 9 Penelitian 10 Pengolahan
Lampiran 12
TAKSASI DANA
Keterangan dana yang akan digunakan untuk keperluan pembiayaan kegiatan penelitian mulai dari proposal sampai skripsi
I. Skripsi
a. Biaya pengetikan dan print Rp. 500.000 b. Pencarian literatur internet Rp. 200.000 c. Foto copy sumber literatur Rp. 100.000
d. Foto copy Skripsi Rp. 120.000
II.Pengumpulan data
a. Izin survey awal Rp. 50.000
b. Izin Pengambilan data Rp. 150.000
c. Transportasi Rp. 150.000
d. Foto copy kuesioner Rp. 100.000
III. Analisa data dan penyusunan laporan
a. Jilid Skripsi Rp. 200.000
b. Biaya tak terduga Rp. 200.000
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ahmad Husein Hasibuan
Tempat/Tanggal Lahir : Parit Debata, 11 Desember 1989 Jenis Kelamin : Laki- Laki
Agama : Islam
Alamat : Sorakam,Tapanuli Tengah
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1996-2002 : SD Negeri Pananggahan Kec, Sorkam 2. Tahun 2002-2005 : PONPES Swasta AL-JAMALIYAH 3. Tahun 2005-2008 : Man Negri Sorkam