• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Kandungan Klorofil dan LAI Tumbuhan Prunus avium dalam Ekosistem Karst Ciampea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika Kandungan Klorofil dan LAI Tumbuhan Prunus avium dalam Ekosistem Karst Ciampea"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA KANDUNGAN KLOROFIL DAN LAI

TUMBUHAN

Prunus avium

DALAM EKOSISTEM KARST

CIAMPEA

MOCHAMMAD LANREGA HAFIZ

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Kandungan Klorofil dan LAI Tumbuhan Prunus avium dalam Ekosistem Karst Ciampea adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Mochammad Lanrega Hafiz

(4)

ABSTRAK

MOCHAMMAD LANREGA HAFIZ. Dinamika Kandungan Klorofil dan LAI Tumbuhan Prunus avium dalam Ekosistem Karst Ciampea. Dibimbing oleh IBNUL QAYIM dan MIFTAHUDIN.

Klorofil merupakan pigmen utama fotosintesis pada tanaman. Besarnya kadar klorofil dari suatu tumbuhan dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal yang mencakup cahaya, suhu, dan karbon dioksida. Karst merupakan topografi unik yang terbentuk akibat adanya aliran air pada bebatuan karbonat. Salah satu jenis tumbuhan yang dapat ditemui dalam ekosistem karst adalah Prunus avium.

Prunus avium merupakan salah satu jenis utama penyusun ekosistem karst. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kadar klorofil dan leaf area index (LAI)

Prunus avium pada tiap ketinggian yang berbeda disertai faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Pengukuran kandungan klorofil dilakukan pada pohon Prunus

yang memiliki karakteristik sama di masing-masing ketinggian menggunakan SPAD meter. Hasil penelitian menunjukkan kadar klorofil berbanding terbalik dengan ketinggian, LAI, dan faktor lingkungan. Kadar klorofil tertinggi terdapat pada ketinggian 175 mdpl, yaitu sebesar 34.32 unit SPAD (p<0.05) dan terendah terdapat pada ketinggian 355 mdpl, yaitu sebesar 25.18 unit SPAD(p<0.05). Nilai LAI tertinggi terdapat pada ketinggian 355 mdpl, yaitu sebesar 3.32 (p<0.05). Berdasarkan analisis statistik, faktor lingkungan yang mempengaruhi kadar klorofil yaitu intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan kecepatan angin (p<0.05). Kata kunci: klorofil, karst, Prunus avium, LAI

ABSTRACT

MOCHAMMAD LANREGA HAFIZ. Dynamics of Chlorophyll level and LAI

Prunus avium in Karst Ecosystem, Ciampea. Supervised by IBNUL QAYIM dan MIFTAHUDIN. ecosystem. The purpose of this research was to determine the level of chlorophyll and leaf area index (LAI) in Prunus avium at the different influence of altitude and environmental factors. The level of chlorophyll was measured by SPAD Chlorophyll meter in each altitude on the same characteristic of Prunus tree. The results showed that the chlorophyll was inversely with altitude, LAI and environmental factors. The highest level of chlorophyll that found at 175 mdpl of altitude was 34.32 and the lowest 355 mdpl of altitude was 25.18. LAI showed the highest values 3.32 at 355 mdpl. Based on the statistical analysis, the environmental factors that affected the level of chlorophyll are light intensity, temperature, humidity and wind speed (p<0.05).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biologi

DINAMIKA KANDUNGAN KLOROFIL DAN LAI

TUMBUHAN

Prunus avium

DALAM EKOSISTEM KARST

CIAMPEA

MOCHAMMAD LANREGA HAFIZ

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Dinamika Kandungan Klorofil dan LAI Tumbuhan Prunus avium

dalam Ekosistem Karst Ciampea Nama : Mochammad Lanrega Hafiz NIM : G34090086

Disetujui oleh

Dr Ir Ibnul Qayim Pembimbing I

Dr Ir Miftahudin M.Si Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana M.Si Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 hingga April 2014 ini berjudul Dinamika Kandungan Klorofil dan LAI Tumbuhan Prunus avium dalam Ekosistem Karst Ciampea.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir.Ibnul Qayim selaku pembimbing utama dan Dr. Ir. Miftahudin M.Si selaku pembimbing kedua yang telah memberikan kritik, saran, arahan dan bimbingan dalam penyusunan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Puji Rianti S.Si M.Si selaku dosen penguji. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada petugas kelurahan, penduduk Desa Cibadak dan Ciampea atas bantuannya selama penelitian. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Andini Setyanti Putri atas segala bantuannya selama ini. Terima kasih kepada teman-teman Biologi, khususnya Masrukhin atas segala doa dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Bahan dan Alat 2

Metode Penelitian 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Hasil 4

Pembahasan 8

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 14

(10)

viii

DAFTAR TABEL

1 Kadar klorofil dan LAI tumbuhan Prunus avium berdasarkan

ketinggian pada ekositem karst, Ciampea 4

2 Faktor lingkungan ekosistem karst, Ciampea 6

3 Korelasi kadar klorofil dan faktor lainnya pada ekosistem karst,

Ciampea 7

DAFTAR GAMBAR

1 Daun (a), buah (b) dan bunga (c) Prunus avium 1 2 Hubungan kadar klorofil dan ketinggian pada tumbuhan Prunus avium

di ekosistem Karst, Ciampea 5

3 Radar dinamika kandungan klorofil tumbuhan Prunus avium pada

ekosistem karst, Ciampea 5

4 Faktor lingkungan di setiap ketinggian pada ekosistem karst, Ciampea 6 5 Hubungan intensitas cahaya dan kadar klorofil tumbuhan Prunus

avium pada ekosistem karst, Ciampea 6 6 Hubungan LAI dengan ketinggian tumbuhan Prunus avium pada

ekosistem karst, Ciampea 7

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Klorofil merupakan pigmen utama fotosintesis pada tanaman. Pigmen ini menyerap cahaya pada panjang gelombang di bawah 480 nm dan di antara 550 nm dan 700 nm. Struktur dasar klorofil dibentuk dari empat cincin porfirin dengan ion magnesium (Mg2+) sebagai atom pusat (Heldt 2005). Kandungan klorofil daun menunjukkan status fisiologi tanaman (Gitelson et al. 2003). Menurut Emerson (1929a) laju fotosintesis sebanding dengan kadar klorofil. Hal ini menunjukkan bahwa klorofil dapat menjadi indikator produktivitas suatu tanaman. Pengukuran kadar klorofil dapat dilakukan dengan menggunakan Minolta SPAD-502 meter (Balasubramanian et al. 2000). SPAD meter merupakan alat pengukur cahaya yang digunakan untuk mengukur tingkat kehijauan daun dengan cara cepat. SPAD merupakan akronim dari Soil Plant Analysis Development (Wood et al. 1993). SPAD meter dapat menentukan jumlah relatif keberadaan klorofil dengan mengukur transmitan di daun pada dua panjang gelombang yang berbeda (600 – 700 nm dan 400 – 500 nm) (Gitelson et al. 2003).

Kandungan klorofil daun dari suatu tumbuhan dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal yang mencakup cahaya, suhu, dan karbon dioksida (Emerson 1929a). Faktor-faktor abiotik yang mempengaruhi kandungan klorofil antara lain suhu, kelembaban, tekanan atmosfer, curah hujan dan eksposisi matahari. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi antara satu sama lainnya sehingga memberikan efek yang signifikan pada tumbuhan (Korner 2007). Salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi variasi morfologi dan fisiologi suatu tumbuhan adalah ketinggian. Kondisi lingkungan cenderung berubah seiring dengan naiknya ketinggian dan eksposisi sinar matahari. Pengaruh ketinggian terhadap kandungan klorofil yang diamati pada penelitian ini berada pada ekosistem karst.

Karst merupakan topografi unik yang terbentuk akibat adanya aliran air pada bebatuan karbonat (biasanya berupa kapur, dolomit, atau marmer). Proses geologi yang terjadi selama jutaan tahun menghasilkan permukaan yang berbentuk lubang-lubang vertikal, sungai-sungai dan mata air bawah tanah, hingga gua dan sistem drainase bawah tanah yang kompleks (Maulana 2011). Keberadaan karst menunjukkan kondisi hidrogeologi yang mencirikan adanya cekungan air tanah. Level elevasi topografi karst berkisar antara 100-200 m. Kisaran elevasi ini dapat ditemukan di gua yang mengandung air. Air hujan yang meresap melalui retakan-retakan hingga mencapai ketinggian 200 m dan kemudian terakumulasi pada level 100-200 m dan keluar sebagai mata air karst (Puradimaja 2006).

Gambar 1 Daun (a), buah (b) dan bunga (c) Prunus avium

(12)

2

Salah satu jenis tumbuhan yang dapat ditemui dalam ekosistem karst adalah Prunus avium. Prunus avium merupakan salah satu genus utama penyusun vegetasi ekosistem karst Ciampea dengan nilai INP (Indeks Nilai Penting) sebesar 161.40% (Marwiyati 2012). Prunus avium termasuk ke dalam famili Rosaceae. Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi hingga 15.24 m. Kulit batangnya berwarna abu-abu kecoklatan dengan lentisel yang memanjang secara horizontal. Daunnya sederhana, berbentuk oval, dengan panjang 2-5 inchi, bergerigi dan mudah berganti, daun buah dengan perikarp bertandan dan berkembang baik (Gambar 1) (Bortiri et al. 2006, USDA 2007).

Goncalves et al. (2008) menyatakan bahwa massa daun per unit area dan total konsentrasi klorofil per area Prunus avium tertinggi pada daerah dengan kanopi terbuka, sementara konsentrasi kadar pati dan karbohidrat terlarut terendah pada Prunus avium yang tumbuh di kanopi terbuka. Spesies yang berbeda dari genus Prunus dalam keadaan yang terbatas (suhu luar daun, intensitas cahaya, tekanan atmosfer) memiliki aktivitas fotosintesis yang berbeda (Maria et al.

2011). Oleh karena itu, penelitian mengenai dinamika klorofil pada tumbuhan

Prunus avium di ekosistem karst penting untuk dilakukan. Perumusan Masalah

Telah diketahui kandungan klorofil daun dan LAI dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun pengaruh ketinggian dan intensitas cahaya pada Prunus avium

dalam ekosistem karst Ciampea terhadap kadar klorofil dan LAI belum pernah dilakukan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan klorofil dan LAI tumbuhan Prunus avium pada tiap ketinggian yang berbeda pada ekosistem karst Ciampea, Bogor.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh ketinggian dan intensitas cahaya terhadap kadar klorofil dan LAI terutama pada tumbuhan Prunus avium, sehingga dapat dijadikan landasan teori untuk penelitian terkait dinamika klorofil pada tumbuhan.

METODE

Bahan dan Alat

(13)

3

Metode Penelitian Pengambilan data kandungan klorofil Prunus avium

Pengukuran kandungan klorofil dilakukan pada pohon prunus yang mempunyai umur relatif sama yang didasarkan pada dbh (diameter at breast height) setiap pohon pada masing-masing ketinggian. Pada setiap ketinggian diambil tiga pohon yang memenuhi kriteria. Setiap pohon diambil 20 daun untuk diukur kadar klorofilnya menggunakan SPAD meter dengan tiga kali ulangan pada setiap pengukuran. Sampling daun dilakukan pada empat titik mata angin di kanopi pohon. Daun yang diukur berupa daun yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, ditentukan berdasarkan warna daun dan letak daun. Semua sampel daun yang diukur diambil rata-ratanya dan didapatkan nilai kandungan klorofil yang mewakili satu pohon. Hasil dari pengukuran ini selanjutnya dibuat radar kandungan klorofil yang menggambarkan dinamika kandungan klorofilnya. Pengukuran Leaf Area Index (LAI)

LAI mewakili jumlah daun dalam ekosistem dan secara geometri didefinisikan sebagai total jaringan fotosintesis per unit permukaan area. Penentuan LAI dapat menggunakan cara destruktif dan non destruktif. Adapun penentuan LAI dan luas kanopi dihitung dengan rumus. sebagai berikut (Suwarsono et al. 2011) :

Keterangan : LAI = Leaf Area Index s = Leaf area (

G = Luas Kanopi )

Leaf area diukur dengan persamaan (Peper dan McPherson 2003) :

Ln Y = -4.3309 + 0.2942 H + 0.7312 D + 5.7217 S + -0.0148 C + error

Keterangan : Y = Leaf area

H = Tinggi kanopi (m)

D = Rata-rata diameter kanopi (m) S = Shading factor

C =

Dalam penelitian ini, diasumsikan s (persamaan 1) sama dengan Y (persamaan 2). Sedangkan luas kanopi menggunakan rumus :

G = Keterangan : G = Luas Kanopi (

(14)

4

Pengukuran Parameter Lingkungan

Pengukuran parameter lingkungan meliputi eksposisi sinar matahari, suhu, intensitas cahaya, kelembaban udara, kecepatan angin dan ketinggian yang diukur dengan menggunakan Lutron Digital Instrument 4 in 1. Selain itu penenetuan lokasi dilakukan dengan menggunakan Garmin Global Positioning System (GPS)-60. Pengambilan data dilakukan dimulai dari ketinggian 175-355 mdpl dari kaki bukit dengan selang sekitar 50 m.

Analisis Data

Data kandungan klorofil, LAI dan parameter lingkungan selanjutnya dianalisis dengan PASW Statistics 18 untuk mengetahui dinamika kandungan klorofil dan LAI pada beda ketinggian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Hubungan Kadar Klorofil, LAI dan Ketinggian

Pengamatan dilakukan pada ekosistem karst dengan ketinggian berselang dimulai dari kaki bukit atau 175 mdpl hingga 355 mdpl. Tabel 1 menunjukkan data hasil pengukuran rata-rata kadar klorofil dan LAI pada setiap ketinggian. LAI daun Prunus yang diambil memiliki nilai LAI yang hampir serupa yaitu berkisar pada nilai 1 - 3.5, dengan nilai indeks tertinggi pada ketinggian 355 mdpl (p<0.05) sebesar 3.32. Diketahui nilai kandungan klorofil dari setiap ketinggian berkisar antara 20 hingga 40 unit SPAD. Kadar klorofil tertinggi (p<0.05) didapatkan pada ketinggian 175 mdpl sebesar 34.32 2.18 unit SPAD dan semakin menurun hingga 25.18 2.01 unit SPAD pada ketinggian 355 mdpl. Hubungan antara kadar klorofil dan ketinggian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 3 menunjukkan radar dinamika kandungan klorofil pada setiap ketinggian di ekosistem karst. Berdasarkan radar klorofil, diketahui kandungan klorofil pada ketinggian 175 mdpl mempunyai luasan yang paling luar, karena mempunyai kandungan klorofil yang paling tinggi di antara lima ketinggian tersebut. Ketinggian 355 mdpl mempunyai luasan terkecil pada bagian dalam radar yang menunjukkan bahwa hasil pengukuran mendapatkan kadar klorofil yang rendah.

Tabel 1 Kadar klorofil dan LAI tumbuhan Prunus avium berdasarkan ketinggian pada ekositem karst, Ciampea

Ketinggian (mdpl) Kadar Klorofil (unit SPAD) LAI 175 keterangan: angka pada kolom yang sama, yang diikuti oleh huruf yang sama

(15)

5

Gambar 2 Hubungan kadar klorofil dan ketinggian pada tumbuhan Prunus avium

di ekosistem Karst, Ciampea

Gambar 3 Radar dinamika kandungan klorofil tumbuhan Prunus avium pada ekosistem karst, Ciampea

.

Faktor Lingkungan Ekosistem Karst Ciampea

Tabel 2 menunjukkan hasil faktor lingkungan pada ekosistem karst. Faktor lingkungan yang diukur yaitu, kelembaban (RH), intensitas cahaya, suhu dan kecepatan angin. Intensitas cahaya tertinggi didapat pada ketinggian 355 mdpl yaitu sebesar 1054.67±50.65 lux dan terendah pada ketinggian 175 mdpl yaitu sebesar 912.67±113.37 lux. nilai RH terbesar terdapat pada ketinggian 355 mdpl, yaitu sebesar 82±3.18%. Suhu tertinggi terdapat pada ketinggian 355 mdpl yaitu sebesar 35.37±0.36 oC, sedangkan kecepatan angin terbesar berada pada ketinggian 355 mdpl dengan nilai 0.17±0.23 m/s. Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa faktor lingkungan relatif sama, namun berdasarkan analisis statistik, terdapat perbedaan faktor lingkungan di setiap ketinggian (p<0.05).

0,00

(16)

6

Gambar 5 menunjukkan hubungan antara intensitas cahaya dan kadar klorofil pada ekosistem karst, Ciampea. Berdasarkan grafik, dihasilkan R2 bernilai 0.8416 yang menunjukkan adanya hubungan antara kadar klorofil dan intensitas cahaya. Intensitas cahaya dan kadar klorofil memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Semakin tinggi intensitas cahaya, maka kadar klorofil yang terkandung dalam daun Prunus semakin rendah.

Tabel 2 Faktor lingkungan ekosistem karst, Ciampea

Faktor Lingkungan

Nilai Faktor Lingkungan

175 mdpl 220 mdpl 265 mdpl 310 mdpl 355 mdpl

Rh (%) 61.33a 63.30b 69c 72.67d 82e

Intensitas Cahaya (lux) 912.67a 948.67b 984.33c 974d 1054.67e Suhu (0C) 32.73a 33.40b 33.87c 34.53d 35.33e Kecepatan Angin (m/s) 0a 0a 0.067c 0.03b 0.17d *keterangan : angka pada baris yang sama, yang diikuti oleh huruf yang sama tidak

berbeda pada uji Duncan pada α = 0.05

Gambar 4 Faktor lingkungan di setiap ketinggian pada ekosistem karst, Ciampea

Gambar 5 Hubungan intensitas cahaya dan kadar klorofil tumbuhan Prunus avium pada ekosistem karst, Ciampea

(17)

7

Gambar 6 Hubungan LAI dengan ketinggian tumbuhan Prunus avium pada ekosistem karst, Ciampea

Gambar 6 menunjukkan hubungan antara LAI dengan ketinggian pada ekosistem karst, Ciampea. Berdasarkan grafik, hubungan antara ketinggian dan LAI dihasilkan R2 bernilai 0.9935 yang menunjukkan adanya korelasi antara LAI dan ketinggian. LAI dan ketinggian memiliki hubungan kuadratik, nilai LAI menurun seiring dengan bertambahnya ketinggian hingga titik 220 mdpl. Titik ini merupakan titik minimum, sehingga nilai LAI akan meningkat hingga ketinggian 355 mdpl.

Korelasi Kadar Klorofil, LAI, dan Faktor Lingkungan

Tabel 3 Korelasi kadar klorofil dan faktor lainnya pada ekosistem karst, Ciampea

Kadar

**. Korelasi berbeda nyata pada = 0.01 (2-tailed).

Tabel 3 menunjukkan korelasi antara kadar klorofil dan parameter lainnya. Semakin tinggi nilai korelasi Pearson maka keeratan hubungan antara kedua faktor tersebut semakin besar. Nilai positif menunjukkan hubungan yang berbanding lurus, sementara nilai negatif menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik. Dapat diketahui bahwa kadar klorofil berbanding terbalik dengan semua faktor, serta kadar klorofil tersebut dipengaruhi oleh intensitas cahaya, suhu, kelembaban, angin dan ketinggian. LAI memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan kadar klorofil. Faktor lingkungan yang mempengaruhi LAI adalah suhu, kelembaban, ketinggian, intensitas cahaya dan kecepatan angin.

(18)

8

Pembahasan Faktor Lingkungan Ekosistem Karst

Gunung karst Ciampea merupakan salah satu gunung yang memiliki ekosistem karst di Jawa Barat. Pada pegunungan ini terdapat gua vertikal dan sarang burung wallet. Gunung karst Ciampea juga merupakan tempat habitat

Macaca fascicularis dan kelelawar (Whitten et al. 1996). Selain itu, Gunung karst Ciampea merupakan daerah yang dimanfaatkan sebagai lokasi penambangan kapur dan tempat warga untuk mencari kayu bakar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin meningkat ketinggian maka nilai faktor lingkungan yang diamati akan semakin meningkat (Tabel 2).

Emerson (1929b) menyatakan bahwa intensitas cahaya berkaitan dengan laju fotosintesis dan kadar klorofil. Tingginya intensitas cahaya meningkatkan kadar klorofil dalam sel. Penurunan intensitas cahaya dapat menurunkan laju fotosintesis. Pada intensitas cahaya rendah, suhu tidak terlalu mempengaruhi laju fotosintesis, sementara pada intensitas cahaya tinggi suhu berpengaruh terhadap laju fotosintesis (Emerson 1929b). Berdasarkan hasil penelitian, intensitas cahaya terbesar didapatkan pada ketinggian 355 mdpl. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kedudukan, maka cahaya yang didapatkan semakin banyak. Hal tersebut terjadi karena lokasi pohon Prunus yang didapatkan berada pada lingkungan karst mempunyai kerapatan rendah. Akibatnya, pengukuran pada lokasi tersebut akan mendapatkan nilai intensitas cahaya yang besar dan diharapkan dengan intensitas cahaya yang besar ini, akan mendapatkan kadar klorofil yang tinggi. Intensitas cahaya pada penelitian ini berkisar antara 912.67 lux hingga 1054.67 lux. Budiharjo (2001), menyatakan bahwa intensitas cahaya di kawasan karst Gunung Kidul adalah 1.233-1.266.67 lux. Perbedaan ini dapat disebabkan karena perbedaan lokasi.

Rata-rata luas kanopi dan kelembaban pada penelitian ini adalah 12.33±1.16 m2 dan 69.57±8.33 %. Menurut Wijayanto dan Nurunnajah (2012) kelembaban merupakan salah satu komponen iklim mikro yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Pertumbuhan suatu tumbuhan meningkat jika suhu meningkat dan kelembaban menurun, demikian pula sebaliknya. Luas kanopi atau penutupan tajuk suatu pohon akan mempengaruhi tinggi rendahnya suhu dan kelembaban. Nilai kelembaban terbesar berada pada ketinggian 355 mdpl. Hal ini dapat terjadi karena kelembaban berbanding lurus dengan ketinggian besarnya luas kanopi tumbuhan.

Suhu pada ekosistem karst Ciampea memiliki nilai yang beragam. Berdasarkan penelitian didapatkan suhu tertinggi terdapat pada ketinggian 355 mdpl. Hal ini berbanding lurus dengan profil ekosistem karst dengan keadaan lingkungan penambangan kapur yang cenderung kering dan vegetasi yang sudah mulai berkurang dikarenakan aktivitas penambangan. Kecepatan angin yang tertinggi pada ketinggian 355 mdpl yaitu dengan kecepatan 0.17 m/s.

Dinamika Klorofil dan Hubungannya dengan Faktor Lingkungan

(19)

9 H'=1.279) di ekosistem karst. Hal ini disebabkan karena jenis tumbuhan yang dapat tumbuh di ekosistem karst adalah tumbuhan yang mampu beradaptasi dan toleran terhadap kondisi lingkungan.

Hasil penelitian ini didapatkan keragaman kadar klorofil yang ada dalam ekosistem karst Ciampea. Pengukuran dimulai dari ketinggian 175 mdpl dari kaki bukit hingga batas yang dapat ditelusuri, yaitu pada ketinggian 355 mdpl. Pada ketinggian terendah atau 175 mdpl, dengan intensitas cahaya terendah, menghasilkan Prunus dengan kadar klorofil tertinggi (p<0.05), namun sebaliknya pada ketinggian tertinggi atau 355 mdpl dengan intensitas cahaya tertinggi, menghasilkan kadar klorofil terendah. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Emerson (1929b) yang menyatakan bahwa tingginya intensitas cahaya meningkatkan kadar klorofil, namun menurut Johnston dan Onwueme (1998), semakin tinggi tingkat naungan yang diberikan atau rendahnya intensitas cahaya, tanaman akan melakukan adaptasi dengan meningkatkan efisiensi penangkapan cahaya tiap unit area fotosintetik, yaitu dengan meningkatkan jumlah klorofil per unit luas daun. Oleh karena itu pada ketinggian 175 mdpl yang memiliki intensitas cahaya rendah Prunus melakukan adaptasi dengan meningkatkan kadar klorofil.

Menurut Bauerle et al. (2004) Prunus memiliki kadar klorofil yaitu sekitar 30 - 45 unit SPAD. Nilai klorofil yang didapat oleh Bauerle et al. (2004) lebih besar dibandingkan dengan kadar klorofil yang didapat pada penelitian ini yaitu berkisar antara 20 - 35 unit SPAD. Perbedaan ini dapat disebabkan karena perbedaan faktor lingkungan pada Prunus tersebut. Penelitian Baurle et al. (2004) berlokasi di Clemson University, South Carolina yang merupakan dataran rendah dan beriklim subtropik.

LAI merupakan parameter struktural vegetasi untuk analisis kuantitatif proses fisiologis dan biologis terkait dinamika vegetasi dan dampaknya terhadap siklus karbon global dan iklim (Chen et al. 2002). Menurut Watson (1947) LAI didefinisikan sebagai total satu sisi jaringan daun per unit luas permukaan tanah. LAI menunjukkan mikroklimat di dalam dan di bawah kanopi, menentukan dan mengontrol intersepsi air kanopi, hilangnya air dan pertukaran karbon, sehingga LAI merupakan komponen kunci siklus biogeokimia.

Pengukuran LAI dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu metode langsung dan tidak langsung. Penelitian ini menggunakan metode tidak langsung. Metode ini merupakan metode non destruktif yang berbasis dengan perhitungan statistika dan pendekatan probabilitas pada kanopi (Jones 1992). Pengukuran LAI secara non-destruktif menggunakan rumus leaf area per luas kanopi. Luas daun didapatkan melalui persamaan regresi logaritma oleh (Peper dan McPherson 2003). Pengukuran leaf area sangat penting untuk mengetahui proses fisiologis dan fungsional. Leaf area juga digunakan untuk mengestimasi efek dari kualitas udara di pohon masa kini dengan melakukan pengukuran laju emisi dan intersepsi polutan untuk satu jenis pohon (Nowak 1994). Menurut Gond et al. (1999) LAI dipengaruhi oleh keadaan cuaca dan musim.

(20)

10

Prunus dan karst juga berperan sebagai karbon sink. Karbon sink merupakan sesuatu yang memiliki aktivitas untuk menyerap karbon dari atmosfer yang dilakukan oleh permukaan lautan dan daratan (Schulze 2006). Karst merupakan penyimpan karbon terbesar di dunia, batuan karbonat mengandung 6.1 x 107 milyar ton karbon, yang 1694 kali lebih besar dibandingkan dengan lautan dan 1.1 x 105 kali lebih besar dibandingkan vegetasi bumi (Liu dan Zhao 1999). Karst menyerap karbon dari atmosfer dalam bentuk gas karbon dioksida dan berakhir sebagai larutan karbon terlarut, umumnya sebagai bikarbonat (Groves et al. 2002). Oleh karena itu, Karst yang tentunya mempunyai kadar karbon lebih tinggi dibanding ekosistem lainnya akan mempengaruhi fisiologi Prunus.

Prunus yang juga merupakan karbon sink, menyerap karbon melalui proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan cara utama karbon masuk ke dalam ekosistem (Schulze 2006). Tumbuhan Prunus yang hidup di karst atau daerah dengan kadar CO2 tinggi akan memberikan respon yang mempengaruhi aktivitas

fotosintesisnya. Menurut Centritto at al. (1999) adanya peningkatan CO2

meningkatkan laju fotosintesis secara signifikan, mengawali perbaikan efisiensi transpirasi dengan cepat. Selain itu, peningkatan CO2 menimbulkan respon positif

pada pertumbuhan Prunus avium. Sebaliknya, pada kandungan protein dan aktivitas ribulosa-1,5-bifosfat karboksilase-oksigenase (Rubisko) mengalami penurunan regulasi pada peningkatan CO2. Penurunan Rubisko sebagai akibat dari

peningkatan luas daun. Penurunan Rubisko ini disertai dengan penurunan kadar klorofil dan protein membran tilakoid D1, D2, dan sitokrom f , yang terlibat dalam

pemanenan cahaya dan transportasi elektron cahaya (Wilkins et al. 1994). Hal ini menunjukkan Prunus yang tumbuh di daerah karst akan memiliki biomassa yang lebih besar namun aktivitas fotosintesisnya lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di daerah CO2 lebih rendah.

Berdasarkan penelitian ini diketahui dinamika kandungan klorofil pada tanaman Prunus di ekosistem karst, yaitu kadar klorofil cenderung menurun seiring dengan bertambahnya ketinggian, peningkatan intensitas cahaya, suhu dan kelembaban.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(21)

11 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dinamika klorofil dan hubungannya dengan keadaan tanah sebagai tempat tumbuh (makronutrien dan mikronutrien) dan komposisi udara yang mempengaruhi (CO2, O2, N2) tidak

hanya pada Prunus tetapi juga pada tumbuhan lain pada ekosistem karst Ciampea.

DAFTAR PUSTAKA

Albertson JD, Katul GG, Wiberg P. 2001. Relative importance of local and regional controls on coupled water, carbon, and energy fluxes. Advances in Water Resources 24: 1103-1118.

Balasubramanian V, Morales AC, Cruz RT, Thiyagarajan TM, Nagarajan M, Babu M, Abdulrachman S, Hai LH. 2000. Adaptation of the Chlorophyll meter (SPAD) technlogy for real-time N management in rice: a review.

International Rice Reasearch Notes 25(1): 4-8.

Bauerle WL, David JW, Joseph DB, Jerry BD, Joe ET. 2004. Leaf absorptance of photosynthetically active radiation in relation to chlorophyll meter estimates among woody plant species. Scientia Horticulturae 101: 169-178.

Bortiri E, Heuvel BV, Potter D. Phylogenetics analysis of morphology in Prunus

reveals extensive homoplasy. Plant Systematics and Evoution 259: 53-71. Budiharjo A. 2001. Perubahan karakter morfologi ikan tawes (Barbodes

gonionotus) yang hidup di danau gua Serpeng, Gunungkidul. Biodiversitas

2(1):104-109.

Centritto M, Federico M, Helen SJ, Paul GJ. 1999. Interactive effects of elevaed [CO2] and drought on cherry (Prunus avium) seedlings. New Phytol

141:141-153.

Chen et al. 2002. Derivation and validation of Canada-wide coarse-resolution leaf area index maps using high-resolution satellite imagery and ground measurements. Remote Sensing of Environment 80:165-184.

Emerson R. 1929a. Chlorophyll content and rate of photosynthesis. Physiology

15:281-284.

Emerson R. 1929b. The relationship between maximum rate of photosynthesis and concentration of chlorophyll. Journal General Physiology :609-622. Gitelson AA, Yuri G, Mark NM. 2003. Relationship between leaf chlorophyll

content and spectral reflectance and algorithms for non-destructive chlorophyll assessment in higher plant leaves. Journal Plant Physiology

160:271-282.

Goncalves B, Carlos MC, Ana PS, Eunice AB, Alberto S, Jose MM. 2008. Leaf structure and function of sweet cherry tree (Prunus avium L.) cultivars with open and dense canopies. Scientia Horticulturae 116:381-387.

(22)

12

fAPAR and carbon balance in a multilayer, multispecies temperate forest.

Tree Physiology 19:673-679.

Groves C, Joe M, Joel D, Liu Z, Yuan D. 2002. Karst aquifiers as atmospheric carbon sink: an envolving global network of research sites. [Water Resources Investigation Reports]. Atlanta [US]: U.S. Geological Survey. Heldt HW. 2005. Plant Biochemistry.3rd Ed. London (GB): Elsevier Inc.

Johnston M, Onwueme IC. 1998. Effect of shade on phostosynthetic pigments in the tropical root crops: yam, taro, tannia, cassavaand sweet potato.

Experimental Agriculture 34: 301-302.

Jones HG. 1992. Plant and Microclimate.2nd Ed. Cambridge (GB): Cambridge University Press.

Korner C. 2007. The Use of Altitude in Ecologycal Research. Trends in Ecology and Evolution 22(11):569-574.

Liu Z, J Zhao. 1999. Contributing of carbonate rock weathering to the atmospheric CO2 sink. Environmental Geology 39(9):1053-1058.

Maria SF, Gruia M, Giorgota AO. 2011. Researches on some fundamental physiological process at several species of the genus Prunus, in depending of limiting factor action. Journal of Horticulture, Forestry and Biotechnology 15(1):115-119.

Marwiyati. 2012. Ekologi vegetasi dan etnobotani kawasan karst Gunung Cibodas, Ciampea, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Maulana Y.C. 2011. Pengelolaan berkelanjutan kawasan Karst

Citatah-Rajamandala. Region 3:1-6.

McPherson EG.1984. Planting Design for Solar Control. In: Energy-conserving Site Design. Washington (US): American Society of Landscape Architects. Nowak DJ. 1994. Air Polution removal by Chicago’s Urban Forest. Pennsylvania

(US): Northeastern Experiment Station.

[USDA] United States Departement of Agricultural. 2007. Sweet Cherry: Prunus avium (L.)L. [terhubung berkala]. http://www.na.fs.fed.us/fhp/invasive_ plants. (6 Mei 2013).

Peper PJ, McPherson EG. 2003. Evaluation of four methods for estimating leaf area of isolated trees. Urban Forestry Urban Green 2:019-029.

Puradimaja DJ. 2006. Hidrogeologi kawasan gunung api dan karst di Indonesia. Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung; 2006 Desember 22; Bandung, Indonesia. Bandung (ID): Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung. hlm 1-60.

Schulze ED. 2006. Biological control of the terrestrial carbon sink.

Biogeosciences 3:147-166.

Suwarsono, Arief M, Hidayat, Sulma S, Suryo N, Sulyantoro H, Setiawan KT. 2011. Pengembangan metode penentuan indeks luas daun pada penutup lahan hutan dari data satelit penginderaan jauh spot-2. Jurnal Penginderaan Jauh 8:50-59.

Watson DJ. 1947. Comparative physiological studies in the growth of field crops. I. Variation in net assimilation rate and leaf area between species and varieties, and within between years. Annals of Botany 11:41-76.

(23)

13 Wijayanto N dan Nurunnajah. 2012. Intensitas Cahaya, Suhu, Kelembaban dan Perakaran Lateral Mahoni (Swietenia macrophylla King.) di RPH Babakan Madang, BKPH Bogor, KPH Bogor. Jurnal Silvikultur Tropika 3(1):8-13. Wilkins D, Van O, Besford. 1994. Effects of elevated CO2 on growth and

chloroplast proteins in Prunus avium. Tree Physiology 14:769-779.

Winer AM. 1998. Biogenic Hydrocarbon Inventories for California. California (US): California Air Resources Board.

(24)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Dinamika Klorofil Prunus avium pada Ekosistem Karst, Ciampea

Ketinggian : 175 Mdpl Ketinggian : 175 mdpl Ketinggian : 175 mdpl

Luas kanopi : 13.65 m2 Luas kanopi : 10.92 m2 Luas kanopi : 12.25 m2

Rh : 56 Rh : 60 Rh : 68

Intensitas cahaya : 1046 Lux Intensitas

cahaya : 934 Lux

Intensitas

cahaya : 758 Lux

Suhu : 32.7 0C Suhu : 32.5 0C Suhu : 33 0C

Kecepatan angin : 0 m/s Kecepatan

angin : 0 m/s

Kecepatan

angin : 0 m/s

Eksposisi : Timur Eksposisi : Timur Eksposisi : Timur

Daun Klorofil St. Dev Daun Klorofil St. dev Daun Klorofil St. Dev

1 35.50 5.69 1 32.4 3.97 1 35.50 5.41

2 35.50 5.41 2 31.2 5.05 2 34.30 6.35

3 32.40 4.62 3 37.5 2.52 3 27.10 1.95

4 36.50 1.68 4 40.7 0.81 4 31.20 5.05

5 31.10 5.21 5 40.9 1.70 5 36.50 1.68

6 27.10 1.95 6 40.2 2.38 6 36.90 3.06

7 33.50 3.21 7 27.7 0.70 7 34.50 8.18

8 33.50 4.27 8 39.3 2.64 8 32.40 3.97

9 34.50 8.18 9 37.4 0.80 9 40.70 0.81

10 37.70 0.76 10 29.9 0.67 10 42.40 3.86

11 37.00 0.84 11 36.6 0.95 11 39.30 2.64

12 42.40 3.86 12 27.4 0.76 12 32.40 3.44

13 38.20 1.46 13 34.3 6.35 13 33.30 3.36

14 33.30 3.36 14 24.6 3.06 14 32.70 5.33

15 36.90 3.06 15 31.5 4.39 15 27.40 0.76

16 28.60 1.55 16 39.6 1.13 16 33.30 3.36

17 32.40 3.44 17 26.7 0.57 17 30.40 4.19

18 32.00 7.68 18 40.7 5.34 18 31.50 4.39

19 32.70 5.33 19 41 2.06 19 33.40 2.91

20 33.40 2.91 20 30.4 4.19 20 39.60 1.13

(25)

15

Ketinggian : 220 mdpl Ketinggian : 220 Mdpl Ketinggian : 220 mdpl

Luas kanopi : 11.51 m2 Luas kanopi : 12.06 m2 Luas kanopi : 13.91 m2

Rh : 62 Rh : 64.5 Rh : 62

Intensitas cahaya : 967 Lux Intensitas cahaya : 954 Lux Intensitas cahaya : 967 Lux

Suhu : 33.1 0C Suhu : 33.5 0C Suhu : 33.1 0C

Kecepatan angin : 0 Kecepatan angin : 0 Kecepatan angin : 0

Eksposisi :

Timur Eksposisi : Timur Eksposisi : Timur

Daun Klorofil St. Dev Daun Klorofil St. dev Daun Klorofil St. dev

1 28.60 5.44 1 32.4 3.97 1 27.70 0.70

2 27.40 1.11 2 31.2 5.05 2 34.30 6.35

3 31.60 4.97 3 27.7 0.70 3 27.10 1.95

4 34.30 4.40 4 30.2 3.91 4 35.50 5.69

5 38.80 2.27 5 27.8 1.10 5 37.00 0.84

6 30.20 3.91 6 36.6 0.95 6 31.20 5.05

7 29.70 6.16 7 27.7 0.70 7 34.50 8.18

8 32.90 4.24 8 30.2 3.91 8 37.50 2.52

9 33.30 6.16 9 32.4 3.44 9 27.40 0.76

10 33.20 2.55 10 27.4 0.76 10 26.70 0.57

11 26.70 0.66 11 36.6 0.95 11 24.70 1.06

12 29.80 4.29 12 37.7 0.76 12 32.40 3.44

13 24.70 1.06 13 34.3 6.35 13 27.80 1.10

14 34.60 0.23 14 30.4 4.19 14 32.70 5.33

15 25.60 3.65 15 31.5 4.39 15 36.90 3.06

16 30.50 4.39 16 33.2 2.55 16 33.30 3.36

17 27.80 1.10 17 29.9 0.67 17 30.40 4.19

18 36.10 0.65 18 26.7 0.57 18 31.50 4.39

19 35.50 6.06 19 25.6 3.65 19 33.40 2.91

20 37.20 2.29 20 27.8 1.10 20 26.70 0.57

(26)

16

Ketinggian : 265 mdpl Ketinggian : 265 mdpl Ketinggian : 265 mdpl

Luas kanopi : 14.31 m2 Luas kanopi : 11.98 m2 Luas kanopi : 11.40 m2

Rh : 64 Rh : 70 Rh : 73

Intensitas cahaya :

968 Lux

Intensitas

cahaya : 1002 Lux Intensitas cahaya : 983 Lux

Suhu : 33.8 0C Suhu : 34.2 0C Suhu : 33.6 0C

Kecepatan angin :

0

Kecepatan

angin : 0.2 m/s Kecepatan angin : 0

Eksposisi : Timur Eksposisi : Timur Eksposisi : Timur

Daun Klorofil St. Dev Daun Klorofil St. dev Daun Klorofil St. dev

1 30.20 3.91 1 31.2 5.05 1 31.50 4.39

2 24.70 1.06 2 25.6 3.65 2 25.30 2.52

3 29.80 4.29 3 29.9 0.67 3 25.70 1.44

4 25.60 3.65 4 27.4 0.76 4 23.50 1.45

5 27.40 0.76 5 27.8 1.10 5 26.80 1.50

6 35.50 6.06 6 34.5 8.18 6 33.30 3.36

7 29.70 6.16 7 31.2 5.05 7 27.70 0.70

8 24.70 1.06 8 30.2 3.91 8 31.20 5.05

9 27.40 1.11 9 32.4 3.44 9 27.53 0.42

10 26.70 0.57 10 30.2 3.91 10 26.70 0.57

11 26.70 0.66 11 36.6 0.95 11 27.80 1.10

12 27.70 0.70 12 31.2 5.05 12 30.40 4.19

13 28.60 5.44 13 27.4 0.76 13 27.80 1.10

14 32.90 4.24 14 30.4 4.19 14 31.20 5.05

15 25.60 3.65 15 26.7 0.57 15 23.67 0.42

16 30.50 4.39 16 24.7 1.06 16 30.20 3.91

17 27.80 1.10 17 31.2 5.05 17 25.93 1.06

18 27.70 0.70 18 30.4 4.19 18 32.70 5.33

19 25.60 3.65 19 23.67 0.42 19 31.20 5.05

20 30.20 3.91 20 27.8 1.10 20 31.20 5.0501

(27)

17

Ketinggian : 310 mdpl Ketinggian : 310 mdpl Ketinggian : 310 mdpl

Luas kanopi : 12.12 m2 Luas kanopi : 13.00 m2 Luas kanopi : 11.22 m2

Rh : 77 Rh : 69 Rh : 72

Intensitas cahaya :

956 Lux

Intensitas

cahaya : 972 Lux Intensitas cahaya : 994 Lux

Suhu : 34.5 0C Suhu : 34.7 0C Suhu : 34.4 0C

Kecepatan angin :

0 m/s

Kecepatan

angin : 0.1 m/s Kecepatan angin : 0 m/s

Eksposisi : Timur Eksposisi : Timur Eksposisi : Timur

Daun Klorofil St. Dev Daun Klorofil St. dev Daun Klorofil St. Dev

1 23.27 1.50 1 23.00 1.73 1 32.47 3.97

2 34.37 6.35 2 24.80 1.25 2 27.80 1.32

3 24.67 3.06 3 37.50 2.52 3 27.13 1.95

4 24.80 1.25 4 26.47 1.04 4 28.00 0.96

5 26.43 3.75 5 27.90 1.08 5 24.00 2.19

6 27.13 1.95 6 27.47 0.76 6 33.30 3.36

7 27.70 0.70 7 27.70 0.70 7 31.57 4.39

8 30.20 3.72 8 25.67 1.52 8 24.67 3.06

9 28.73 1.99 9 24.00 2.19 9 27.40 1.01

10 39.60 1.13 10 29.97 0.67 10 27.03 1.42

11 26.43 0.85 11 24.67 3.06 11 25.43 2.49

12 25.37 2.00 12 26.13 1.61 12 32.10 2.86

13 26.37 0.93 13 31.23 5.05 13 27.47 0.76

14 26.70 1.04 14 26.73 0.57 14 27.13 1.95

15 26.13 1.61 15 31.57 4.39 15 22.60 0.40

16 26.63 2.24 16 34.80 3.77 16 22.33 1.10

17 25.10 4.20 17 26.73 0.57 17 23.47 0.76

18 26.07 1.71 18 24.80 1.80 18 24.63 2.2811

19 23.67 0.42 19 24.63 2.28 19 22.97 2.50

20 25.60 1.71 20 21.67 1.55 20 24.77 2.38

(28)

18

Ketinggian : 355 mdpl Ketinggian : 355 mdpl Ketinggian : 355 mdpl

Luas kanopi : 10.79 m2 Luas kanopi : 12.29 m2 Luas kanopi : 13.85 m2

Rh : 86 Rh : 78 Rh : 82

Intensitas cahaya : 983 Lux Intensitas cahaya : 1076 Lux Intensitas cahaya : 1105 Lux

Suhu : 34.9 0C Suhu : 35.3 0C Suhu : 35.8 0C

Kecepatan angin : 0 m/s Kecepatan angin : 0 m/s Kecepatan angin : 0.5 m/s

Eksposisi : Timur Eksposisi : Timur Eksposisi : Timur

Daun Klorofil St. dev Daun Klorofil St. dev Daun Klorofil St. dev

1 22.93 1.03 1 21.67 0.86 1 31.13 2.35

2 30.07 3.38 2 23.43 1.50 2 26.23 1.44

3 23.33 2.29 3 33.57 1.57 3 24.87 1.45

4 23.23 1.81 4 23.40 1.68 4 26.47 1.12

5 24.80 1.39 5 23.80 1.71 5 23.33 1.72

6 25.30 3.02 6 25.63 1.02 6 32.60 2.71

7 25.33 1.85 7 23.67 3.32 7 28.33 1.36

8 30.20 3.72 8 24.97 2.08 8 24.00 2.19

9 24.17 2.40 9 22.53 2.70 9 27.17 0.23

10 36.00 4.88 10 29.43 1.12 10 27.03 1.42

11 25.20 1.44 11 22.77 1.86 11 21.83 1.21

12 23.27 2.75 12 24.60 2.07 12 22.30 2.10

13 23.33 2.16 13 26.33 3.57 13 27.47 0.76

14 22.77 2.53 14 26.03 0.90 14 26.23 1.59

15 24.73 1.89 15 28.17 1.63 15 22.60 0.40

16 22.97 1.37 16 33.10 2.25 16 21.80 0.6

17 23.00 3.08 17 25.07 1.11 17 23.47 0.76

18 22.73 1.72 18 23.07 1.37 18 24.23 1.65

19 22.93 1.03 19 23.13 0.92 19 21.87 1.37

20 22.83 1.58 20 20.63 0.49 20 23.67 1.50

(29)

19 Lampiran 2 Data LAI Prunus pada Ekosistem Karst, Ciampea

Ketinggian

Ln Y = -4.3309+0.2942(4.5)+0.7312(3.73)+5.7217(0.56)+-0.0148(48.1957)+0.05 Ln Y = 2.261232

Y = 22.63476

LAI

LAI 2.072472

(30)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 05 Juli 1991 dari ayah Huri Suksianto dan Ibu Lamsania. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 26 Jakarta tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis meneruskan pendidikan di Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1  Daun (a), buah (b) dan bunga (c) Prunus avium
Gambar 2  Hubungan kadar klorofil dan ketinggian pada tumbuhan Prunus avium
Tabel 2  Faktor lingkungan ekosistem karst, Ciampea

Referensi

Dokumen terkait

Primjer ravnina simetrija jednostavno se može prikazati na borovom trifluoridu koji sadrži više ravnina simetrije kao što je prikazano na slici 21., okomite s obzirom na

Dapat diartikan juga, pemenuhan kebutuhan dan keinginan atas berbagai pelayanan yang diterima oleh konsumen (Riyanto, 2014: 9). Pelayanan yang baik sering dinilai

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh luas lahan, produksi tebu, rendemen tebu dan tenaga kerja terhadap produksi Gula di Indonesia tahun 1988-2017, digunakan

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa indikator sanitasi, akses air bersih, cuci tangan dengan benar, dan BAB di jamban menunjukkan hubungan yang bermakna dengan nilai

pengembangan objek wisata pantai di Kota Padang (Gambar 4), objek wisata pantai Muaro Anai berdasarkan dimensi ekonomi memiliki nilai yang paling rendah dan kategori

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kinerja Perspektif Pelanggan Sasaran strategi yang ditetapkan oleh KPS Bogor pada perspektif pelanggan ini ada dua yakni 1 kepuasan anggota

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah (1) Adakah perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori

siswa berbeda satu sama lain. Dengan demikian kreativitas siswa satu dengan yang lainnya berbeda. 2) Pembekalan dan/atau penyajian masalah terbuka. Pada fase ini, guru