• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Sekam Padi yang Difermentasi Rhizopus oligosporus dalam Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Nila

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Sekam Padi yang Difermentasi Rhizopus oligosporus dalam Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Nila"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN SEKAM PADI YANG DIFERMENTASI

Rhizopus oligosporus

DALAM PAKAN TERHADAP

PERTUMBUHAN IKAN NILA

MOH. FARIZ DARMAWAN ESA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemanfaatan Sekam Padi yang Difermentasi Rhizopus oligosporus dalam Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Nila” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

Moh. Fariz Darmawan Esa

(4)

ABSTRAK

MOHAMMAD FARIZ DARMAWAN ESA. Pemanfaatan Sekam Padi yang Difermentasi Rhizopus oligosporus dalam Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Nila. Dibimbing oleh MIA SETIAWATI dan REZA SAMSUDIN.

Penelitian ini mengevaluasi tingkat penggunaan sekam padi yang difermentasi Rhizopus oligosporus dalam pakan terhadap pertumbuhan, efisiensi pakan dan kecernaan pakan pada ikan nila (Oreochromis niloticus). Ikan nila berukuran 10,00 ± 0,01 g dipelihara selama 60 hari dalam akuarium ukuran 100x40x60 cm3. Ikan diberi lima jenis pakan yang mengandung sekam fermentasi masing-masing sebesar 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%. Pemberian pakan secara at satiation dengan frekuensi tiga kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan sekam fermentasi dalam pakan tidak mempengaruhi bobot rata-rata akhir, jumlah konsumsi pakan, retensi lemak, laju pertumbuhan harian, kelangsungan hidup, dan efisiensi pakan (P>0,05). Namun, penambahan sekam fermentasi ke dalam pakan mempengaruhi kecernaan energi, kecernaan protein, dan retensi protein (P<0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan sekam fermentasi memberikan hasil yang sama terhadap pertumbuhan ikan nila. Penambahan sekam fermentasi hingga 10% masih dalam kisaran optimal karena memberikan hasil laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan yang sama dengan kontrol pada ikan nila.

Kata kunci: sekam padi, Rhizopus oligosporus, fermentasi, pertumbuhan, ikan nila

ABSTRACT

MOHAMMAD FARIZ DARMAWAN ESA. Utilization of Rice Husk Fermented By Rhizopus oligosporus In Feed Against the growth of Nile Tilapia. Supervised by MIA SETIAWATI and REZA SAMSUDIN.

This research evaluated the effect of rice husk fermented by Rhizopus oligosporus utilization in feed on the growth, feed efficiency and feed digestibility of Nile tilapia (Oreochromis niloticus). The fish with an initial body weight of 10.00 ± 0.01 g were reared for 60 days in aquaria with the size of 100x40x60 cm3. Fish were fed with diets containing fermented rice husk meal at different concentration, i.e. 0%, 2.5%, 5%, 7.5%, and 10%, respectively. The fish were fed to satiation with frequency three times a day. The results showed that utilization of the fermented rice husk in feed did not affect the average weights, feed consumption, fat retention, daily growth rate, survival, and feed efficiency (P > 0.05). However, the utilization of fermented rice husk in feed affected energy digestibility, protein digestibility, and protein retention (P < 0.05). Based on the results, utilization of fermented rice husk in the feed gave the same result. Utilization of rice husk up to 10% was still in the range of optimum because it resulted in similar daily growth rate and feed efficiency as the control of Nile tilapia.

(5)

PEMANFAATAN SEKAM PADI YANG DIFERMENTASI

Rhizopus oligosporus

DALAM PAKAN TERHADAP

PERTUMBUHAN IKAN NILA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

MOH. FARIZ DARMAWAN ESA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

(6)
(7)

Disetujui oleh

Dr Ir Mia Setiawati MSi Pembimbing I

Reza Samsudin SPi MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda MSc Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Pemanfaatan Sekam Padi yang Difermentasi Rhizopus oligosporus dalam Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Nila

Nama : Mohammad Fariz Darmawan Esa

NIM : C14110069

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini berjudul “Pemanfaatan Sekam Padi yang Difermentasi Rhizopus oligosporus dalam Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Nila”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini, terutama kepada:

1. Dr Ir Mia Setiawati MSi dan Reza Samsudin SPi MSi selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.

2. Rahman SPi MSi selaku dosen penguji tamu atas saran dan arahannya.

3. Dr Julie Ekasari SPi MSc selaku dosen program studi atas arahan dan koreksiannya.

4. Dr Ir Anang Hari Kristanto selaku Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar beserta staf yang telah membantu selama pengumpulan data. 5. Bapak Hendra, Bapak Bee, dan Kang Maco yang telah memberikan banyak

bantuan kepada penulis.

6. Bapak Ir Rino Esa MSi, Ibu Hj Wirna Hadju SST MKes, adik Moh. Thaariq Firmansyah Esa, Adik Nabila Romizah Almas Esa, dan Adik Moh. Rofiq Alamsyah Esa tercinta yang memberikan segalanya kepada penulis.

7. Furqon, Aji, Daus, Mukhlis, Faaza, Mumi, Abda, Wildan, Aci, Dewi, Riska, Raden, Farida, Hilda, Kak Oci,

8. Bang Adel, Babeh Udin, Mas Ahok, Mas Idris, Bang Torong, Kang Luthfi, Kang Faiz I, Bang Heri, Kak Anas, Uci, dan Keluarga Besar BDP 48 atas segala bantuan doa dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

9. Mas Akor, Mas Amir, Bang Husnul, Bang Imam, Daeng Adan, Kang Daus, Bang Galih, Kang Nurman, Bang Abid, Kang Pito, Daeng Upik, Bang Doni, Kang Muz, Kang Akmal, Mba Kiki, Mba Riah, Mba Uswah, Neng Hilda, Mba Emen, Mba Nadra, Mba Nurul, Mba Indah, dan Adik Ayu atas segala bantuan doa dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

10.Serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, Juli 2015

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Fermentasi Sekam Padi 2

Pembuatan Pakan Uji 2

Pemeliharaan Ikan uji 3

Analisis Kecernaan 4

Parameter Pengamatan 4

Analisis Data 6

Anilisis Kimia 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Hasil 6

Pembahasan 7

KESIMPULAN 8

DAFTAR PUSTAKA 8

LAMPIRAN 11

(12)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi nutrien sekam padi sebelum dan sesudah difermentasi dengan

Rhizopus oligosporus dalam presentase bobot kering 2

2 Formula pakan uji yang digunakan saat perlakuan 3 3 Komposisi nutrien pakan uji dalam presentase bobot kering 3 4 Kondisi media pemeliharaan ikan nila yang diberi pakan uji selama 60

hari 4

5 Bobot awal rata-rata (Wo), bobot akhir rata-rata (Wt), jumlah konsumsi pakan (JKP), kecernaan energi (KE), kecernaan protein (KP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP) ikan nila selama 60 hari

pemeliharaan 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Anova dan hasil uji Duncan bobot rata-rata awal 11 2 Anova dan hasil uji Duncan bobot rata-rata akhir 11 3 Anova dan uji Duncan jumlah konsumsi pakan 11

4 Anova dan uji Duncan kecernaan energi 11

5 Anova dan uji Duncan kecernaan protein 12

6 Anova dan uji Duncan retensi protein 12

7 Anova dan uji Duncan retensi lemak 12

8 Anova dan uji Duncan kelangsungan hidup 13

9 Anova dan uji Duncan laju pertumbuhan harian 13

10 Anova dan uji Duncan efisiensi pakan 13

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketersediaan pakan ikan berkualitas dapat meningkatkan produksi hasil panen ikan. Namun, biaya pakan dalam budidaya ikan menjadi biaya operasional tertinggi dari biaya produksi lainnya. Oleh sebab itu, adanya bahan baku alternatif yang berkualitas, murah, dan mudah didapat, serta dapat mengurangi biaya produksi pakan dapat meningkatkan efisiensi usaha (Amri 2007). Sekam padi merupakan salah satu hasil sampingan usaha pertanian. Limbah atau hasil sampingan pertanian ini memiliki potensi yang besar dalam pemanfaatannya. Ketersediaan sekam padi yang selalu ada sepanjang tahun dan dalam jumlah yang cukup besar serta tidak dimanfaatkan sebagai bahan pangan utama membuat sekam padi dapat menjadi salah satu bahan baku alternatif untuk pakan. Formulasi dalam pembuatan pakan harus memenuhi kebutuhan nutrien ikan yang dipelihara. Oleh karena itu, bahan baku alternatif yang digunakan untuk membuat pakan harus memenuhi kebutuhan nutrien dari ikan yang dipelihara (Chandra 2010).

Kendala utama pemanfaatan sekam padi dalam formulasi pakan adalah nilai gizinya yang rendah. Hal ini disebabkan oleh tingginya serat kasar dan rendahnya protein sehingga sekam padi tidak dapat digunakan secara langsung (Vadiveloo et al 2009). Sekam padi ini penggunannya lebih banyak hanya sebagai media untuk membakar batu bata dibandingkan dalam pakan. Sekam padi memiliki potensi yang besar untuk digunakan sebagai bahan baku alternatif pakan. Produksi sekam padi yang tinggi dilihat dari produksi gabah kering giling yang mencapai 70.846.465 ton untuk tahun 2014 sehingga dapat diperkirakan jumlah sekam padi di Indonesia sebanyak 17.711.616 ton (BPS 2014). Sekam padi yang memiliki kandungan serat kasar 77,36% membuat sekam padi tidak bisa digunakan secara langsung sebagai bahan baku pakan karena kandungan serat kasarnya yang tinggi.

Salah satu bioteknologi yang dapat digunakan untuk mengurangi kandungan serat kasar pada sekam padi, yaitu dengan proses fermentasi. Proses fermentasi ini melibatkan aktivitas mikroorganisme yang dapat memperbaiki kualitas suatu bahan baku yang memiliki gizi rendah (Gunawan 2011). Fermentasi menggunakan

Rhizopus oligosporus ini dapat meningkatkan nilai nutrien yang terdapat dalam sekam padi sehingga dapat bermanfaat untuk ikan. Hasil fermentasi dari R. oligosporus akan mengubah protein, lemak, dan karbohidrat yang sulit dicerna menjadi mudah dicerna sehingga membuat bahan baku akan memiliki nilai gizi lebih tinggi dari sebelumnya. R. oligosporus menghasilkan enzim selulase (Amri 2007) yang dapat menghidrolisis selulosa menjadi glukosa. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengevaluasi penggunaan sekam padi difermentasi R. oligosporus dalam pakan terhadap pertumbuhan, efisiensi pakan, dan kecernaan pakan pada ikan nila.

Tujuan Penelitian

(14)

2

METODE

Fermentasi Sekam Padi

Fermentasi sekam padi terdiri dari beberapa tahapan yang diawali sekam padi ditimbang terlebih dahulu. Selanjutnya, ditambahkan air sebanyak 40% dari total bobot sekam padi yang dibutuhkan. Pencampuran sekam padi dan air dilakukan sampai campuran merata kemudian dikukus selama lima menit pada suhu 120°C. Setelah itu, sekam padi didinginkan kemudian ditambahkan spora Rhizopus oligosporus sebanyak 100 ml/kg sekam dengan kepadatan 105 - 107 spora/ml. Selanjutnya, campuran sekam padi dan spora R. oligosporus dimasukkan ke dalam plastik dengan volume 125 ml dan diberikan lubang agar uap air yang terjadi selama fermentasi dapat keluar. Proses fermentasi sekam padi diperlukan waktu selama dua hari. Setelah itu, sekam padi yang telah terfermentasi dikeringkan dengan sinar matahari selama dua hari. Setelah itu, sekam fermentasi dianalisis proksimat untuk mengetahui komposisi nutrien (Tabel 1).

Tabel 1. Komposisi nutrien sekam padi sebelum dan sesudah difermentasi dengan

Rhizopus oligosporus dalam presentase bobot kering

Komposisi Nutrien Sebelum Fermentasi Sesudah Difermentasi

Protein (%) 2.33 4.32

Pakan uji yang digunakan memiliki nilai iso-protein (27,61±0,19%), iso-lipid (8,66±0,15%), dan iso-energi (3917±17 kkal/kg pakan). Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat penggunaan sekam padi fermentasi sebagai pengganti dedak halus sebanyak 0 %, 2,5 %, 5 %, 7 % dan 10 %.

(15)

3 Tabel 2. Formula pakan uji yang digunakan saat perlakuan (%)

Setelah pakan dibuat, pakan dianalisis proksimat untuk mengetahui komposisi nutrien dalam pakan. Berikut ini komposisi nutrien pakan uji dalam presentase bobot kering (Tabel 3).

Tabel 3. Komposisi nutrien pakan uji dalam presentase bobot kering Komposisi bobot awal rata-rata 10,00 ± 0,01 g/ekor. Ikan uji diadaptasikan selama tujuh hari sebelum digunakan dalam penelitian. Wadah yang digunakan adalah akuarium berukuran 100x40x60 cm3 dengan volume air 200 L. Akuarium dilengkapi dengan sistem resirkulasi dan aerasi. Seluruh akuarium dan tandon filter didesinfeksi dengan kaporit dengan dosis 40 mg/L sebelum digunakan sebagai wadah pemeliharaan ikan. Setelah itu, akuarium diisi air dan didiamkan dengan aerasi selama satu hari kemudian dilakukan pergantian air sebelum ikan uji ditebar. Pemeliharaan ikan uji dilakukan selama 60 hari. Padat tebar ikan uji yang digunakan sebanyak 40 ekor/akuarium. Pemberian pakan uji dilakukan secara at satiation selama pemeliharaan. Frekuensi pemberian pakan uji dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00. Pengukuran parameter kualitas air diukur setiap 15 hari sekali yaitu suhu, pH, oksigen terlarut, alkalinitas, CO2 dan amonia (Tabel 4).

(16)

4

Tabel 4. Kondisi media pemeliharaan ikan nila yang diberi pakan uji selama 60 hari

Parameter Satuan Nilai terukur Nilai optimum

Suhu °C 27,4-28,2 26,9-28,3 (Boyd 1998)

pH Unit 6,98-7,40 6,85-7,68 (Boyd 1998)

Oksigen terlarut mg/l 5,47-6,36 5,5-7,4 (Boyd 1998) Alkalinitas mg/l CaCO3 85,30-90,34 80,32-88,77 (Boyd 1998)

CO2 mg/l 2,10-2,56 1,84-2,43 (Boyd 1998)

Amonia mg/l 0,000-0,025 0,012-0,07 (Boyd 1998)

Analisis Kecernaan

Pengamatan nilai kecernaan pakan uji dilakukan berdasarkan metode yang dikembangkan Takeuchi (1988). Penandayang digunakan adalah Cr2O3 sebanyak 0,5% dari bobot total formulasi pakan. Sampel kecernaan pakan diperoleh dari feses ikan. Feses ikan diambil dengan selang sifon satu jam setelah pemberian pakan selama 15 hari di akhir pemeliharaan. Setelah itu, feses dimasukkan ke dalam botol plastik kecil dan disimpan dalam freezer. Feses yang diperoleh kemudian dikeringkan dengan oven selama 4-6 jam pada suhu 110°C. Nilai absorban dibaca menggunakan alat spektofotometer dengan panjang gelombang 350 nm. Analisis nilai kecernaan energi diperoleh dengan menggunakan Bom Adiabatik Kalorimeter.

Parameter Pengamatan

Jumlah Konsumsi Pakan

Jumlah konsumsi pakan adalah banyaknya pakan yang diberikan selama pemeliharaan ikan. Jumlah konsumsi pakan (JKP) dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Watanabe (1988) :

JKP (g) = Jumlah pakan awal (g) – Jumlah pakan akhir (g) Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian merupakan persentase pertambahan bobot ikan setiap hari. Laju pertumbuhan harian (LPH) ikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Huissman (1987) :

LPH(%) = [√n WoWt-1] ×100 Keterangan :

LPH = laju pertumbuhan harian (%) Wt = bobot rataan akhir (g)

(17)

5 Kecernaan Energi

Kecernaan energi diukur dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Halver & Hardy (2002) :

KE(%) = − [ % energi dalam pakan% krom dalam pakan- % energi dalam feses% krom dalam feses] ×100 Kecernaan Protein

Kecernaan protein diukur dengan menggunakan rumus yang dikemukakan ole Watanabe (1988) :

KP (%) = − [ % protein dalam pakan% krom dalam pakan - % protein dalam feses% krom dalam feses] ×100 Retensi Protein

Retensi protein merupakan persentase protein yang meningkat per satuan protein yang dikonsumsi pada organisme. Nilai retensi protein dihitung dari persamaan yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988), yaitu:

RP(%) = J a a −J a awa

J a ya ×

Retensi Lemak

Retensi lemak merupakan persentase lemak yang meningkat per satuan lemak yang dikonsumsi pada organisme. Nilai retensi lemak dihitung dari persamaan yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988), yaitu:

RL(%) = J a a a −J a a awa

J a a ya ×

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan adalah pertambahan bobot per jumlah konsumsi pakan per satuan unit. Perhitungan efisiensi pakan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988)

EP(%) = Bt+Bm -BoF ×100 Keterangan :

Bt = Biomassa akhir (g) Bm = Biomassa mati (g) Bo = Biomassa awal (g)

F = Jumlah konsumsi pakan (g) Kelangsungan hidup

(18)

6

KH(%) = x100

No Nt

Keterangan:

Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) N0 = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

Analisis Data

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 2.2 dan Microsoft Excel 2013. Parameter yang diamati antara lain jumlah konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian, kecernaan energi, kecernaan protein, retensi protein, retensi lemak, efisiensi pakan, dan kelangsungan hidup. Untuk melihat perbedaan perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Duncan.

Analisa Kimia

Analisa kimia dilakukan dengan menganalisis dari data proksimat pakan uji. Analisis kadar air dengan pengeringan yang menggunakan oven dengan suhu 105-110°C selama 6 jam (Takeuchi 1988). Serat kasar dianalisis menggunakan metode pelarutan asam dan basa serta pemanasan, kadar abu dengan pemanasan dalam tanur dengan suhu 600°C (Takeuchi 1988). Setelah itu, dilakukan uji proksimat tubuh ikan dengan mengambil ikan sebanyak 5 ekor untuk tiap perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

(19)

7 Tabel 5. Kinerja produksi dan pemanfaatan pakan dengan tingkat penambahan sekam fermentasi yang berbeda pada ikan nila selama 60 hari pemeliharaan.

Parameter Perlakuan Penambahan Sekam Fermentasi

0% 2,5% 5% 7,5% 10%

Wo (g) 10,01±0,01 a 10,00±0,00 a 10,01±0,01 a 10,00±0,00 a 10,01±0,01 a

Wt (g) 35,80±1,70 a 34,23±3,51 a 35,10±2,79a 35,23±1,88 a 34,60±1,77 a

JKP (g) 1971,17±59,84a 1838,67±152,90a 1905,83±94,73a 1959,27±3,30a 2006,93±24,25a

KE (%) 78,46±0,63bc 77,76±0,32ab 78,75±0,24c 79,18±0,45c 77,37±0,13a

KP (%) 86,97±0,59ab 86,27±0,53a 87,02±0,28ab 87,58±0,24b 86,28±0,27a

RP (%) 23,10±2,40b 19,81±3,44ab 18,64±2,99ab 19,01±2,77ab 16,08±1,01a

RL (%) 27,05±2,22a 25,88±2,68a 26,45±3,29a 26,79±1,60a 24,24±1,10a

KH (%) 97,50±2,50a 94,17±3,82a 95,00±5,00a 94,17±6,29a 96,67±1,44a

LPH (%) 2,15±0,08a 2,07±0,18a 2,11±0,13a 2,12±0,09a 2,09±0,09a

EP (%) 49,74±4,63a 46,48±7,42a 47,42±6,08a 45,11±5,78a 45,87±1,58a

Keterangan: 1. Huruf superskrip yang sama dalam baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05), analisis statistik dapat dilihat pada lampiran 1-10.

2. Bobot awal rata-rata (Wo), bobot akhir rata-rata (Wt), jumlah konsumsi pakan (JKP), kecernaan energi (KE), kecernaan protein (KP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan harian (LPH), dan efisiensi pakan (EP).

Pembahasan

Penelitian penambahan sekam fermentasi dengan tingkat berbeda pada pakan ikan menunjukkan bahwa ada peningkatan pertumbuhan pada ikan nila. Namun, jumlah konsumsi pakan yang diperoleh pada setiap penambahan sekam fermentasi tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini disebabkan daya terima ikan nila terhadap palatabilitas pakan sama.

Handajani & Widodo (2010) menyatakan bahwa nilai kecernaan dapat menggambarkan kemampuan ikan dalam mencerna pakan yang diberikan. Nilai ini juga yang akan memberikan informasi suatu bahan baku pakan yang memiliki mutu yang baik dan berguna juga dalam penentuan formulasi pakan. Kecernaan ikan terhadap pakan dapat dilihat dari nilai kecernaan protein, kecernaan energi dan kecernaan total bahan (Mulyasari et al 2013). Nilai kecernaan energi dan kecernaan protein menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) seiring dengan adanya penambahan sekam fermentasi. Nilai kecernaan energi dengan penambahan sekam fermentasi 10% berbeda nyata (P>0,05) dengan penambahan sekam fermentasi 0% (kontrol) dan nilai kecernaan protein dengan penambahan sekam fermentasi 7,5% berbeda nyata (P<0,05) dengan pemberian sekam fermentasi 10%. Pola kecernaan energi dan kecernaan protein yang diperoleh mengalami penurunan pada penambahan 10%. Nilai kecernaan menggambarkan banyaknya pakan yang masuk ke pencernaan dan dicerna oleh ikan. Penurunan kecernaan energi dan protein yang terjadi pada perlakuan penambahan sekam fermentasi 10% diduga akibat tingginya faktor zat antinutrisi.

(20)

8

(Suprayudi et al 2012). Kulit padi memiliki zat antinutrisi asam fitat, tanin, dan saponin yang relatif tinggi (Dongmeza et al 2008). Asam fitat dapat menghambat penyerapan nutrien oleh tubuh sehingga pemanfaatan nutrien pakan kurang optimal (Rachmawati & Hutabarat 2006). Asam fitat yang terdapat dalam pakan akan menghambat pertumbuhan ikan nila. Zat ini akan menghambat penguraian mineral kompleks yang berperan dalam pertumbuhan, yaitu fosfor (Rachmawati & Samidjan 2014). Pengaruh asam fitat ini diduga yang mempengaruhi adanya penurunan kecernaan pada penambahan sekam fermentasi 10%. Protein yang telah dicerna akan disimpan di dalam tubuh ikan. Protein yang terdapat dalam tubuh lebih banyak dimanfaatkan oleh ikan untuk tumbuh dibandingkan untuk aktivitas dan metabolisme (Anggraeni 2011).

Nilai retensi protein dan lemak menggambarkan besarnya protein dan lemak yang tersimpan dalam tubuh ikan. Nilai retensi protein dan lemak merupakan rasio antara pertambahan bobot protein dan lemak tubuh dan bobot protein dan lemak pakan yang dimakan. Berdasarkan Tabel 3 nilai retensi protein terendah terdapat pada penambahan sekam fermentasi 10% sebesar 8,00% dan berbeda nyata (P<0,05) dengan penambahan sekam fermentasi 0% (kontrol). Retensi protein merupakan besarnya protein yang disimpan dalam tubuh dari protein pakan yang dikonsumsi oleh ikan (Soedibya 2013). Oleh sebab itu, penurunan nilai kecernaan pada penambahan sekam fermentasi 10% diikuti dengan penurunan retensi protein. Nilai retensi protein yang rendah pada penambahan sekam fermentasi 10% diduga akibat adanya pengaruh zat antinutrisi yang terdapat dalam sekam fermentasi sehingga membuat ikan sulit untuk mencerna nutrien yang terdapat dalam pakan. Namun, nilai retensi lemak tidak terdapat pengaruh yang berbeda nyata (P>0,05). Hal ini disebabkan kadar lemak dan kadar karbohidrat yang relatif sama. Retensi lemak yang tidak berbeda nyata (P>0,05) diakibatkan kadar lemak, karbohidrat, dan protein yang relatif sama (Chandra 2010).

Laju pertumbuhan harian yang diperoleh tidak beda nyata (P>0,05) dari setiap perlakuan. Hal ini diduga akibat pakan uji tiap perlakuan memiliki nilai nutrien yang relatif sama. Pertumbuhan ikan yang sama disebabkan kualitas pakan uji dan nilai nutrien seperti protein, lemak dan kandungan energi yang relatif sama (Chandra 2010). Penambahan sekam fermentasi sampai 10% tidak mempengaruhi laju pertumbuhan harian tetapi dapat menurunkan nilai kecernaan pada ikan disebabkan serat kasar yang tinggi dan diduga adanya faktor zat antinutrisi. Berdasarkan nilai efisiensi pakan dapat diketahui bahwa efisiensi pakan tidak dipengaruhi oleh adanya penambahan sekam fermentasi (P>0,05). Efisiensi pakan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan (Anggraeni 2011). Penambahan sekam fermentasi pada pakan sampai 10% masih dapat dicerna dan diterima oleh ikan. Penambahan sekam fermentasi dengan penambahan yang berbeda tidak mempengaruhi kelangsungan hidup ikan nila (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan sekam fermentasi tidak memberikan efek yang berbahaya terhadap ikan.

KESIMPULAN

(21)

9 DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, S. 2011. Penggunaan Wheat Bran Sebagai Bahan Baku Alternatif Pengganti Jagung Pada Pakan Ikan Nila Oreochromis niloticus. [skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Amri, M. 2007. Pengaruh Bungkil Inti Sawit Fermentasi Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 9 : 71-76.

[BPS]. 2014. Padi : Tanaman Pangan Nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia. Boyd C E. 1998. Pond Aquaculture Water Quality Management. Kluwer Academic

Publisher. Dordrecht.

Chandra, M.J. 2010. Pengaruh Penambahan Tepung Elot Dalam Pakan Sebagai Pengganti Jagung Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Oreochromis niloticus. [skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Dongmeza, E., Steinbronn, S., Francis, G., Focken, U., Becker, K. 2008.

Investigation on The Nutrient and Antinutrient Content of Typical Plants Used as Fish Feed in Small Scale Aquaculture in The Mountainous Regions of Northern Vietnam. Animal Feed Science and Technology 149 : 162-178. Suprayudi, A., Edriani, G., Ekasari, J. 2012. Evaluasi Kualitas Produk Fermentasi Berbagai Bahan Baku Hasil Samping Agroindustri Lokal: Pengaruhnya Terhadap Kecernaan Serta Kinerja Pertumbuhan Juvenil Ikan Mas. Jurnal Akuakultur Indonesia 11 : 1-10.

Gunawan, Y. 2011. Organ Dalam Ayam Kampung Umur 10 Minggu yang Diberi Ransum Mengandung Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Terfermentasi Rhizopus oligosporus. [skripsi]. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor

Halver, J. E. & Hardy, R. W. 2002. Third Edition : Fish Nutrition. Academic Press. California, USA.

Handajani, H & Widodo, W. 2010. Nutrisi Ikan. UMM Press. Malang

Huissman E. A. 1987. Principles Of Fish Production. Department of Fish Culture and Fisheries. Wageningen Agricultural University Wageningen/The Netherlands.

Mulyasari., Kurniawati, F., Setiawati, M. 2013. Peningkatan Kecernaan Kulit Ubi Kayu Manihot utilissima melalui Perendaman NaOH, Fermentasi Kapang, dan Bakteri Sebagai Bahan Baku Pakan Ikan Nila Oreochromis niloticus.

Jurnal Akuakultur Indonesia 12 : 179-186.

Rachmawati, D & Hutabarat, J. 2009. Efek Ronozyme P dalam Pakan Buatan Terhadap Pemanfaatan Pakan dan Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus). Ilmu Kelautan 11 : 193-200.

Rachmawati, D & Samidjan, I. 2014. Penambahan Fitase Dalam Pakan Buatan Sebagai Upaya Peningkatan Kecernaan, Laju Pertumbuhan Spesifik dan Kelulushidupan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Saintek Perikanan 10 : 48-55.

Soedibya, P. H. T. 2013. Retensi Protein Pada Ikan Nila GIFT (Oreochromis niloticus) yang Diberi Pakan Azola pinnata dengan Diperkaya Mikroba Probiotik. Jurnal Akuakultur Indonesia 12 : 109-113.

(22)

10

Textbook, the General Aquaculture Course. Tokyo (JP): Kanagawa International Fish Training Center.

Vadiveloo, J., Nurfariza, B., Fadel, J.G. 2009. Nutritional Improvement of Rice Husks. Animal Feed Science and Technology 151 : 299-305.

(23)

11

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan.

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan. Lampiran 3 Anova dan uji Duncan jumlah konsumsi pakan

Jumlah kuadrat Df Rataan kuadrat

Antar kelompok 51578,036 4 12894,509

Dalam kelompok 73060,873 10 7306,087

Total 124638,909 14

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan. Lampiran 4 Anova dan uji Duncan kecernaan energi

Jumlah

kuadrat Df Rataan kuadrat

Antar kelompok 6,470 4 1,618

Dalam kelompok 10 ,156

Total 8,035 14

Lampiran 1. Anova dan hasil uji Duncan bobot rata-rata awal

Jumlah kuadrat Df Rataan kuadrat

Antar kelompok ,000 4 ,000

Dalam kelompok ,000 10 ,000

Total ,001 14

Lampiran 2 Anova dan hasil uji Duncan bobot rata-rata akhir

Jumlah kuadrat Df Rataan kuadrat

(24)

12

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan. Lampiran 5 Anova dan uji Duncan kecernaan protein

Jumlah kuadrat Df Rataan kuadrat

Antar kelompok 3,676 4 ,919

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan. Lampiran 6 Anova dan uji Duncan retensi protein

Jumlah kuadrat Df Rataan kuadrat

Antar kelompok 76,750 4 19,187

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan. Lampiran 7 Anova dan uji Duncan retensi lemak

Jumlah kuadrat Df Rataan kuadrat

Antar kelompok 15,032 4 3,758

Dalam kelompok 10 5,335

(25)

13

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan. Lampiran 8 Anova dan uji Duncan kelangsungan hidup

Jumlah kuadrat Df Rataan kuadrat

Antar kelompok 27,500 4 6,875

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan. Lampiran 9 Anova dan uji Duncan laju pertumbuhan harian

Jumlah kuadrat Df Rataan kuadrat

Antar kelompok ,011 4 ,003

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan. Lampiran 10 Anova dan uji Duncan efisiensi pakan

Jumlah kuadrat Df Rataan kuadrat

Antar kelompok 38,349 4 9,587

Dalam kelompok 10 29,905

(26)

14

Perlakuan N Untuk alpha = 0.05

1

4,00 3 45,1000

5,00 3 45,8833

2,00 3 46,4800

3,00 3 47,4200

1,00 3 49,7400

Sig. ,360

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan

Lampiran 11 Kandungan nutrien dalam tubuh ikan setelah pemeliharaan 60 hari Parameter Ikan Awal Perlakuan sekam fermentasi (SF)

0% 2,5% 5% 7,5% 10%

(27)

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palu pada tanggal 4 September 1993 dari ayah Ir Rino Esa MSi dan ibu Hj Wirna Hadju SST MKes. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh penulis di SDN 8 Inpres Luwuk pada tahun 1999 hingga 2005. Penulis melanjutkan pendidikan pada tahun yang sama di MTS Pondok Pesantren Hubulo Gorontalo hingga tahun 2008. Pendidikan formal selanjutnya ditempuh di MAN Insan Cendekia Gorontalo pada tahun 2008 dan lulus pada tahun 2011. Tahun 2011 penulis diterima sebagai Mahasiswa di Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Tertulis.

Selama perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Penyakit Organisme Akuatik dan mata kuliah Teknik Pembuatan dan Pemberian Pakan Ikan, Departemen Budidaya Perairan pada tahun ajaran 2014/2015. Pada tahun 2013 penulis juga pernah mengikuti magang di Balai Budidaya Air Laut, Lampung. Pada tahun 2014 penulis melaksanakan kegiatan praktik lapangan akuakultur di PT. Surya Windu Kartika, Banyuwangi. Penulis aktif dibidang organisasi Himpunan Mahasiswa Akuakultur, organisasi Ikatan Alumni Insan Cendekia Gorontalo wilayah Jabodetabek-LN dan organisasi Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Gorontalo wilayah Bogor. Penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan Pekan Olahraga Perikanan dan Ilmu Kelautan 2012-2013, kepanitiaan ACRA (Art Collaboration and Revolutionary Act) 2012-2013, kepanitiaan Bakti Sosial “IAICG Berbagi” 2013, dan kepanitiaan Aquaculture Festival 2014.

Gambar

Tabel 2. Formula pakan uji yang digunakan saat perlakuan (%)
Tabel 4. Kondisi media pemeliharaan ikan nila yang diberi pakan uji selama 60 hari

Referensi

Dokumen terkait

di atas dapat disimpulkan bahwa rasio bambu dengan perlakuan dibandingkan rasio antara tegangan lekatan dibandingkan tegangan leleh baja polos mendapatkan hasil

Primbon mujudake salah sijine ka moderen, karya kasebut kudu diuri-uri la yaiku mangerteni isine naskah kang ana Naskah kang ana petungan, pethek, lan narik kawigaten kanggo

Baja (St.42) adalah baja yang mempunyai kekuatan atau tegangan tarik maksimum lebih kurang 42 N/mm 2 .Penelitian ini bertujuan untuk menemukan perubahan kekuatan

Alhamdulillah, itulah kata yang tepat terucapkan karena dengan segenap ihktiar dan tawakal yang maksimal akhirnya penulisan skripsi yang berjudul “Peran

Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa Komite Sekolah telah menunjukkan perannya sebagai mediator dalam mengakses elemen-elemen masyarakat yang berkaitan

Disiplin ilmu Hubungan Internasional yang kini berorientasikan tak hanya pada negara sebagai aktor utama memberikan pemikiran khusus bagi para penstudi apakah anarkisme yang

Maserasi merupakan proses penyarian sederhana dengan jalan merendam bahan alam atau tumbuhan dalam pelarut yang sesuai selama 3-5 hari.. Keunggulan dari proses maserasi ini yaitu