• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap Dan Perilaku Remaja Pedesaan Dalam Menggunakan Smartphone

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sikap Dan Perilaku Remaja Pedesaan Dalam Menggunakan Smartphone"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP DAN PERILAKU REMAJA PEDESAAN

DALAM MENGGUNAKAN

SMARTPHONE

(Kasus Remaja di Desa Jangglengan Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah)

UMI WASILAH WINAHYUNING TYAS

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)
(3)

LEMBAR PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Sikap dan Perilaku Remaja Pedesaan dalam Menggunakan Smartphone (Kasus Remaja di Desa Jangglengan Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah)” benar -benar hasil karya saya sendiri berdasarkan arahan dari dosen pembimbing skripsi dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun kecuali kutipan yang ada dalam tulisan ini. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dan karya tulis ini kepada Institut Pertanian Bogor. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Bogor, Juni 2016

Umi Wasilah Winahyuning Tyas

(4)
(5)

ABSTRAK

UMI WASILAH WINAHYUNING TYAS, Sikap dan Perilaku Remaja Pedesaan dalam Menggunakan Smartphone. Dibawah bimbingan HADIYANTO

Teknologi berkembang sangat cepat dan pesat. Perkembangan teknologi ini memberikan pengaruh besar pada aktivitas setiap orang, kemudahan yang diberikan oleh teknologi memungkinkan setiap orang mampu menjangkau seluruh dunia. Teknologi yang hampir dimiliki oleh semua orang adalah smartphone. Pengguna

smartphone tertinggi adalah kelompok usia 16-25 tahun. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan penelitian data kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Pada penelitian ini menunjukkan sikap responden positif terhadap smartphone dan significant others responden adalah teman. Terdapat hubungan nyata antara sikap dengan perilaku, sedangkan hubungan antara tingkat motivasi mengikuti significant others hanya berhubungan nyata pada perilaku memperoleh informasi. Hubungan antara sikap dengan perilaku signifikan pada selang kepercayaan 99,0 persen walaupun dengan kedalaman hubungan yang berbeda, sedangkan hubungan antara tingkat motivasi mengikuti significant others

dengan perilaku memperoleh informasi signifikan pada selang kepercayaan 95,0 persen dengan kedalaman hubungan yang cukup kuat.

Kata Kunci : Sikap dan Perilaku, Remaja, Smartphone,

ABSTRACT

UMI WASILAH WINAHYUNING TYAS, The Attitude and Behavior of Rural Adolescents in Using Smartphone. Supervised by HADIYANTO

Technology is developing very fast and rapidly. Technological developments have a significant impact on the activities of each person, the convenience provided by the technology allows each person able to reach the whole world. Technology that almost possessed by everyone is smartphone. The highest smartphone users is the age group 16-25 years. This research was quantitative research that is supported by qualitative data. This study showed positive respondents attitudes toward smartphones and significant others of respondents are friends. There was a real connection between attitudes and behavior, while the relationship between the level of motivation to follow the real significant others relate only to the behavior information. The relationship between attitudes and behavior was significant at the 99.0 percent confidence interval, although with a different depth of the relationship, while the relationship between the level of motivation to follow the behavior of significant others to obtain significant information on a confidence interval of 95.0 per cent with the depth of the relationship that was strong enough.

(6)
(7)

SIKAP DAN PERILAKU REMAJA PEDESAAN

DALAM MENGGUNAKAN

SMARTPHONE

(Kasus Remaja di Desa Jangglengan Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah)

UMI WASILAH WINAHYUNING TYAS

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Sikap dan Perilaku Remaja dalam Menggunakan Smartphone (Kasus Remaja di Desa Jangglengan, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah)”. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW.

Penulis memiliki harapan agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak terkait dan menambah khasanah ilmu pengetahuan baru. Proses pembuatan skripsi ini tidak lepas dari kontribusi dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis ingin meyampaikan terimakasih kepada Bapak Ir Hadiyanto MSi sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, motivasi, dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi. Penulis juga menyampaikan rasa hormat kepada Ibu Yayuk, Bapak Syaiful Bahri dan Bapak Subakri selaku ibu dan ayah tercinta yang selalu mendoakan dan senantiasa melimpahkan kasih sayang serta dukungannya kepada penulis. Ahmad Faishol Syaifullah dan Nur Fadillah Triyuning Tyas selaku adik penulis yang selalu memberikan semangat dan mendoakan penulis. Selain itu kepada Direktorat Kemahasiswaan Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan beasiswa Bidik Misi sebagai penunjang perkuliahan serta Direktorat Kemahasiswa Institut Pertanian Bogor yang telah membantu proses kelancaran administrasi perkuliahan.

Penulis juga sampaikan kepada Mumu Muftiadi yang turut memberikan kesabaran, perhatian, cinta dan kasih sayang, dukungan, dan saran penulisan. Sahabat sekaligus teman seperjuangan Eka Desi Yulia, Citra Tresna Asih, dan Paramita Dwi Febrianti yang telah memberi semangat dan dorongan kepada penulis selama proses penulisan laporan skripsi ini. Keluarga besar SKPM dan SKPM 49 atas kebersamaannya, divisi Public Relation HIMASIERA 2015, cabe foundation, Forum Mahasiswa Probolinggo (FMP) serta senior-senior seluruh angkatan SKPM seluruh angkatan atas kesediaannya berbagi pengalaman dan memberikan saran-saran dalam penulisan. Karang Taruna Pangudi Lestari Desa Jangglengan yang telah memberikan dukungan selama pengambilan data lapang. Warga Desa Jangglengan yang telah memberikan dukungan dan semangat selama penelitian berlangsung dan pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan kontribusi, dukungan, dan doa kepada penulis selama ini. Penulis berharap skripsi ini mampu memberikan manfaat dan sumbangsih terhadap khazanah ilmu pengetahuan.

Bogor, Juni 2016

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Sikap, Norma Subjektif, dan Perilaku 5

Pengertian dan Karakteristik Remaja 6

Media Komunikasi 7

Perkembangan Smartphone sebagai Media Komunikasi 8

Perilaku Penggunaan Smartphone 9

Hubungan Sikap dan Perilaku 10

Hubungan Norma Subjektif dan Perilaku 12

Kerangka Pemikiran 13

Hipotesis Penelitian 14

PENDEKATAN LAPANG 15

Metode Penelitian 15

Lokasi dan Waktu Penelitian 15

Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data 16

Penentuan Responden dan Informan 18

Teknik Pengolhan dan Analisis Data 19

Definisi Operasional 20

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 23

Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana 23

Kondisi Kependudukan dan Tenaga Kerja 24

Kondisi Ekonomi dan Pertanian 27

GAMBARAN UMUM RESPONDEN 29

SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERILAKU PENGGUNAAN

SMARTPHONE 37

Sikap terhadap Smartphone 37

Norma Subjektif terhadap Smartphone 38

Perilaku terhadap Smartphone 40

HUBUNGAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN

SMARTPHONE 43

Hubungan sikap dengan Perilaku Penggunaan Smartphone 43 HUBUNGAN NORMA SUBJEKTIF DENGAN PERILAKU

(14)

Hubungan Tingkat Motivasi Mengikuti Significant Others dengan

Perilaku Penggunaan Smartphone 47

KESIMPULAN DAN SARAN 51

Kesimpulan 51

Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 54

DFTAR LAMPIRAN 59

(15)

DAFTAR TABEL

1. Perbedaan telepon selular dan smartphone 9

2. Uji reliabilitas instrumen 17

3. Metode pengumpulan data 18

4. Aksesibilitas Desa Jangglengan 23

5. Selisih jumlah penduduk Desa Jangglengan 24

6. Jumlah kualitas angkatan kerja 25

7. Jumlah kelompok usia kerja 25

8. Jumlah kategori usia remaja 26

9. Jumlah dan persentase kesejahteraan keluarga 26 10. Jumlah dan persentase kepala keluarga (KK) berdasarkan aset

penguasaan tanah di Desa Jangglengan 28

11. Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia 29 12. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin 30 13. Jumlah dan persentase responden berdasarkan status pendidikan terakhir 30 14. Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengeluaran selama satu

bulan 31

15. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah aplikasi 35 16. Jumlah dan persentase responden berdasarkan sikap 37 17. Jumlah dan persentase responden berdasarkan significant others 38 18. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat motivasi untuk

mengikuti significant others 39

19. Jumlah dan persentase responden berdasarkan perilaku untuk

memperoleh informasi 40

20. Jumlah dan persentase responden berdasarkan perilaku untuk

melakukan interaksi sosial 41

21. Jumlah dan persentase responden berdasarkan perilaku untuk

memperoleh hiburan 41

22. Jumlah dan persentase hubungan antara tingkat sikap dengan tingkat

perilaku untuk memperoleh informasi 43

23. Jumlah dan persentase hubungan antara tingkat sikap dengan tingkat

perilaku untuk melakukan interaksi sosial 44

24. Jumlah dan persentase hubungan antara tingkat sikap dengan tingkat

perilaku untuk memperoleh hiburan 45

25. Jumlah dan persentase hubungan antara tingkat motivasi mengikuti

significant others dengan tingkat perilaku untuk memperoleh informasi 47 26. Jumlah dan persentase hubungan antara tingkat motivasi mengikuti

significant others dengan tingkat perilaku untuk melakukan interaksi

sosial 48

27. Jumlah dan persentase hubungan antara tingkat motivasi mengikuti

(16)
(17)

DAFTAR GAMBAR

1. Theory of Planned Behavior 11

2. Bagan kerangka pemikiran sikap dan perilaku dalam menggunakan

smartphone 14

3. Sebaran jumlah responden berdasarkan penggunaan media massa 31 4. Jumlah penggunaan aplikasi pada smartphone responden 34

DAFTAR LAMPIRAN

1. Panduan pertanyaan mendalam 59

2. Hasil uji korelasi Pearson 60

3. Tulisan tematik 63

4. Kerangka sampling penelitian 66

5. Peta lokasi penelitian 68

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan teknologi memberikan pengaruh besar pada aktivitas setiap orang, karena dengan kemudahan yang diberikan oleh teknologi memungkinkan setiap orang mampu menjangkau belahan dunia hingga tanpa secara fisik menjangkau belahan dunia tersebut secara langsung (Prayifto 2010). Produk teknologi yang kini hampir dimiliki oleh semua orang adalah smartphone, salah satu alat yang paling revolusioner di abad ini dan sering digunakan karena memberikan kemudahan dalam melakukan komunikasi. Dahulu sebelum adanya

smartphone dalam kegiatan berkomunikasi orang biasanya menggunakan surat, telegram atau media lainnya yang dirasa cukup mahal dan sulit untuk melakukan komunikasi jarak jauh secara langsung. Namun seiring dengan perkembangan

smartphone yang pesat mampu memberikan kemudahan dalam berkomunikasi bahkan lebih dari hanya sekedar itu. Harganya pun murah dan biaya operasionalnya juga tidak terlalu mahal. Kini komunikasi jarak jauh pun terasa dekat, informasi apapun begitu mudah didapatkan. Berdasarkan UU Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 14 Ayat 1 dan 2 Tentang Hak Asasi Manusia terkait komunikasi dan perolehan informasi untuk pengembangan diri dengan menggunakan sarana yang tersedia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 persentase jumlah pengguna telepon terbanyak terdapat pada telekomunikasi tanpa kabel yaitu sebesar 96,33 % termasuk di dalamnya pelanggan telepon tetap nirkabel, smartphone pasca bayar, dan smartphone prabayar. Persentase pelanggan telekomunikasi dengan menggunakan kabel hanya sebesar 3,67 % dari seluruh pelanggan telepon. Data lainnya yang diperoleh dari survei Indikator Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) rumah tangga yang dilakukan oleh Puslitbang Penyelenggara Pos dan Informatika (PPI) Kominfo tahun 2014 menyatakan bahwa 83,20 % rumahtangga memiliki smartphone sedangkan hanya 17% rumah tangga yang menyatakan tidak memiliki smartphone. Pulau Jawa dan Sumatera merupakan pulau dengan proporsi kepemilikan smartphonenya di atas 80 %. Pada tahun 2011 pengguna smartphone

telah melebihi jumlah penduduk Indonesia, pada tahun 2013 jumlah kepemilikan

smartphone mencapai 313 juta. Rata-rata pertumbuhan jumlah pengguna

smartphone mencapai 18 % per tahun. Smartphone ini terus berkembang dengan berbagai fitur yang memberikan manfaat kepada penggunanya.

Namun saat ini mulai timbul keresahan di masyarakat, karena penggunaan

(20)

Prayifto (2010) dalam penelitiannya mengenai sikap dan perilaku penggunaan smartphone menyatakan perilaku yang dimunculkan oleh remaja desa terhadap penggunaan smartphone dipengaruhi oleh keterdedahannya pada iklan dan terpaan media massa. Lebih dari 60 % remaja desa menyatakan bahwa tingginya hubungan tingkat terpaan media massa dan keterdedahan iklan dengan perilaku remaja dalan menggunakan smartphone. Selain itu Mulyandari (2006) dalam penelitian serupa menyatakan bahwa perilaku yang dimunculkan oleh mahasiswa terhadap penggunaan smartphone tidah hanya dipengaruhi oleh sikap tetapi intensitas berperilaku. Penelitian ini juga menyatakan hampir 65 % responden mengetahui dampak negatif penggunaan smartphone dalam jangka waktu lama namun tetap saja keinginan untuk sering menggunakan fasilitas yang ada pada

smartphone. Intensitas berperilaku mahasiswa dalam menggunakan smartphone

dikatakan tinggi karena 70 % responden dalam penelitian ini menyatakan akan terus menggunakan smartphone untuk menunjang kegiatan sehari-hari. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa intesi berperilaku mahasiswa sebesar 55 % dipengaruhi oleh keluarga, dan 30 % dipengaruhi oleh teman yang artinya terdapat pihak yang memberikan pengaruh mahasiswa dalam menggunakan smartphone. Hasil tersebut berlandaskan pada Theory of Reasoned Action atau lebih dikenal dengan Theory of Planned Behavior Ajzein dan Fishbein dalam Baron dan Byrne (2003) yang menjelaskan bahwa perilaku juga dipengaruhi oleh norma subjektif yang di antaranya adalah tokoh panutan dan motivasi untuk mengikuti tokoh panutan.

Penelitian mengenai sikap dan perilaku penggunaan smartphone masih sedikit yang membahas terkait pengguna di pedesaan, kebanyakan membahas mengenai sikap dan perilaku penggunaan smartphone remaja di daerah perkotaan. Penelitian terkait sikap dan perilaku penggunaan smartphone yang kini bukan hanya dipakai oleh masyarakat perkotaan saja namun juga masyarakat pedesaan, tidak terkecuali anggota keluarga petani sebagai subjek perkembangan pertanian di pedesaan masih sangat sedikit. Implikasi penggunaan smartphone dalam pengembangan pertanian terutama untuk menyebarkan informasi sangat efektif dan efisien. Solusi dari permasalahan dalam mengembangkan pertanian dapat diakses dengan mudah melalui smartphone. Baik orangtua, dewasa, ataupun remaja hingga anak-anak di pedesaan kini sudah mulai mengenal layanan yang disediakan oleh

smartphone. Perbedaan antara telepon selular dengan smartphone diduga memunculkan sikap dan perilaku yang berbeda. Oleh karena itu penting untuk mengetahui sikap dan perilaku pengguna smartphone pada anggota keluarga petani sehingga dampak negatif dari penggunaan dapat dihindari, selain itu terdedahnya anggota keluarga petani diharap dapat meningkatkan kemudahan akses terhadap informasi. Pendapat lain dari Badwilan (2004) menyatakan penggunaan

smartphone secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama akan menggangu kesehatan, di antaranya kanker otak, kanker mata, kanker telinga, sakit kepala, dan pembengkakan jari-jari tangan.

Berdasarkan data hasil survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2013 Jawa Tengah merupakan provinsi yang menduduki posisi kelima terbesar pengguna internet dengan menggunakan smartphone di pedesaan yakni 9,43 %, sedangkan pengguna di perkotaan menduduki posisi kesembilan yakni 20,14 %. Salah satu desa di Jawa Tengah yang sudah terdedah dengan perkembangan

(21)

yakni bertani, kekeluargaan, menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, dan lebih dari 80 % penduduk desa memiliki aset ekonomi berupa tanah sebagai modal produksi usaha di sektor pertanian. Walaupun masih mencirikan pedesaan namun wilayah ini sudah terdedah dengan adanya smartphone. Berdasarkan data isian desa menunjukkan jumlah kepemilikan smartphone di desa ini yang telah mencapai lebih dari 15 % dari jumlah penduduk desa. Rumah tangga di Desa Jangglengan adalah rumah tangga petani, karena sumber mata pencaraharian utamanya dibidang pertanian, Sebesar 92 persen dari jumlah KK di Desa Jangglengan merupakan keluarga petani. Kelompok usia yang sudah terdedah dengan adanya smartphone

adalah remaja desa yang merupakan bagian dari keluarga petani, berusia rata-rata 16-25 tahun. Remaja desa merupakan sumberdaya manusia desa yang memiliki pontensi besar untuk perkembangan desa ke arah yang lebih baik terutama perkembangan desa di sektor pertanian, dengan tingginya tingkat keterdedahan remaja terhadap media dapat memberikan perubahan perilaku remaja terhadap lingkungannya.

Masalah yang kini melanda bangsa Indonesia bukan hanya termarjinalisasinya budaya asli. Dahulu remaja senang sekali bermain petak umpet, lompat tali, dan permainan tradisional lainnya di halaman rumah kini permainan yang mereka suka lebih banyak terdapat di smartphone miliknya (Asizah 2013). Namun peluang untuk berkembang lebih cepat melalui kemudahan akses informasi membuat remaja semakin konsumtif bukan produktif. Selain itu dampak negatif dari penggunaan jangka lama smartphone juga tidak dapat menjadi faktor penghambat penggunaan. Menurut Calhoun (1995), perilaku merupakan fungsi dari sikap. Sikap mendukung atau tidak pada suatu objek akan mempengaruhi perilaku seseorang terhadap objek tersebut sehingga sikap keluarga petani akan mempengaruhi perilaku mereka dalam menggunakan smartphone. Remaja merupakan kelompok pengguna smartphone dalam keluarga petani dan pengguna tertinggi Desa Jangglengan, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo. Artinya dampak dari penggunaan akan dapat dilihat dari sikap dan perilaku penggunaan remaja dalam menggunakan produk teknologi tersebut. Oleh karena itu untuk dapat memahami perilaku remaja sebagai anggota keluarga petani perlu melihat bagaimana hubungan antara sikap dan norma subjektif terhadap perilaku remaja dalam menggunakan smartphone.

Perumusan Masalah

Sikap seseorang terhadap suatu objek atau lainnya akan berpengaruh pada pembentukan perilaku seseorang tersebut (Baron RA dan Byrne D 2003). Remaja merupakan subjek penting dalam perkembangan berbagai aspek di Indonesia pasalnya remaja merupakan generasi penerus bangsa, bukah hanya remaja perkotaan saja yang kini terdedah dengan perkembangan produk teknologi namun juga remaja di pedesaan. Remaja desa yang menjadi harapan bangsa untuk menjadi generasi penerus terutama dalam bidang pertanian sudah mulai enggan melirik dunia pertanian. Selain itu rendahnya kesejahteraan keluarga petani Indonesia membuat semakin menurunnya jumlah petani Indonesia saat ini.

Terdedahnya anggota keluarga petani terutama remaja pedesaan terhadap inovasi dan kemudahan akses terhadap informasi pada layanan smartphone

(22)

kesejahteraan keluarga petani. Kemudahan akses informasi, interaksi, hiburan turut menyumbang perkembangan baik pada kondisi keluarga petani Indonesia. Salah satu inovasi yang kini hampir setiap lapisan masyarakat punya yaitu smartphone. Oleh karena itu general research question dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan antara sikap dan norma subjektif terhadap perilaku remaja pedesaan dalam menggunakan smartphone”.

Berdasarkan latar belakangan yang telah dikemukakan diatas. Maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian antara lain:

1. Bagaimana sikap remaja pedesaan di Desa Jangglengan terhadap

smartphone?

2. Bagaimana perilaku remaja pedesaan di Desa Jangglengan dalam menggunakan smartphone?

3. Bagaimana norma subjektif remaja pedesaan di Desa Jangglengan dalam menggunakan smartphone?

4. Bagaimana hubungan sikap dengan perilaku remaja pedesaan di Desa Jangglengan dalam menggunakan smartphone?

5. Bagaimana hubungan norma subjektif dengan remaja pedesaan di Desa Jangglengan dalam menggunakan smartphone?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah maka dapat dirumuskan tujuan penelitian umum yaitu untuk menganalisis sejauh mana hubungan antara sikap dan norma subjektif terhadap perilaku seseorang dalam menggunakan smartphone. Adapun tujuan yang lebih spesifik lainnya adalah sebagai berikut:

1. Menggambarkan sikap remaja di Desa Jangglengan terhadap smartphone. 2. Menggambarkan perilaku remaja di Desa Jangglengan dalam menggunakan

smartphone.

3. Menggambarkan norma subjektif remaja di Desa Jangglengan dalam menggunakan smartphone.

4. Menganalisis hubungan sikap dengan perilaku remaja di Desa Jangglengan dalam menggunakan smartphone.

5. Menganalisis hubungan norma subjektif dengan perilaku remaja di Desa Jangglengan dalam menggunakan smartphone.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi berbagai pihak, yaitu:

1. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini dapat menambah literatur sikap dan perilaku remaja pedesaan dalam menggunakan smartphone. 2. Bagi pembuat kebijakan, hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi

upaya pembangunan di Indonesia.

3. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat menambah kesadaran kritis tentang masuknya teknologi dalam kehidupan remaja di pedesaan.

(23)

PENDEKATAN TEORITIS

Sikap, Norma Subjektif, dan Perilaku

Manusia akan melakukan evaluasi terhadap aspek dunia sosialnya, apakah hal tersebut merupakan hal positif atau negatif. Menurut Calhoun (1995) sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu, dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu. Sedangkan menurut Rakhmat (2001) sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menanggapi objek, ide, situasi atau nilai. Selain itu menurut Sears et al. (2004) Sikap akan sesuai dengan perilaku jika dalam kondisi tertentu, seperti sikap yang kuat dan tanpa tekanan emosi yang bertentangan. Artinya sikap yang yang dimunculkan oleh individu diambil dan diputuskan saat kondisi terbaik individu, tidak sedang berada dalam tekanan yang dapat memunculkan sikap tidak pasti pada sebuah objek. Sikap dapat bersifat positif dan negatif, pada sikap positif terdapat kecenderungan tindakan mendekati, menyenangi, dan mengaharapkan pada objek tertentu sedangkan pada sikap negatif terdapat kecenderungan tindakan menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai pada objekt tertentu (Sarwono 2002).

Terdapat tiga komponen sikap (Azwar 2003) yang disebut sebagai struktur sikap, yaitu: (1) Komponen kognitif, yaitu kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Komponen kognitif juga berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotip yang dimiliki individu mengenai sesuatu; (2) Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang; (3) Komponen konatif merupakan kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Sikap manusia bukan merupakan bawaan akan tetapi suatu yang dipelajari, oleh karena itu sikap lebih mudah dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi, dan diubah. Sikap timbul karena adanya pengaruh dari individu itu sendiri atau lingkungannya. Sikap seseorang tidak selamanya tetap.

(24)

terutama faktor lingkungan yang akan berpengaruh pada tindakan individu, membatasi tindakan individu, dan membentuk karakter individu.

Menurut Azwar (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku salah satunya adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting (significant others) yaitu orang yang akan banyak mempengaruhi tingkat kecenderungan berperilaku. Diantara orang yang dapat dianggap penting bagi individu adalah orangtua, teman dan lain sebagainya. Selain itu besarnya motivasi untuk mengikuti pengaruh dari significant others juga perlu di perhatikan sebagai salah satu faktor penentu perilaku seseorang. Teori yang mengungkapkan latar belakangan atau alasan dari suatu tindakan dapat dilihat dari Theory of Planned Behavior oleh Ajzen dan Fisbein. Teori ini mengatakan bahwa sikap dan norma subjektif mempengaruhi perilaku dengan membentuk kecenderungan berperilaku yang pada akhirnya seseorang akan bertindak secara nyata. Teori tersebut juga dijelaskan bahwa terbentuknya suatu perilaku dari seseorang merupakan suatu proses berpikir yang cukup panjang dalam mengambil keputusan, yaitu apakah seseorang tersebut akan bertindak atau tidak. Sikap seseorang terhadap suatu objek disertai dengan adanya norma subjektif maka akan memperngaruhi perilaku seseorang tersebut. Semakin positif sikap seseorang terhadap suatu objek, semakin positif konsekuensi yang diterima, dan semakin didukung oleh norma subjektif (significant others) maka semakin besar berilaku dan begitu sebaliknya semakin negatif sikap seseorang dan konsekuensi yang diterima negatif disertai dengan tidak didukung oleh norma subjektif maka semakin kecil perilaku seseorang tersebut.

Pengertian dan Karakteristik Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya adolescentia

yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Piaget dalam Hurlock 1991). Secara teoritis dan empiris dari segi psikologi, rentang usia remaja berada antara 12 tahun sampai 21 tahun bagi perempuan dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi laki-laki. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir maka remaja awal berada pada usia 12-13 tahun sampai 17 tahun sedangkan remaja akhir berada pada usia 17-18 tahun sampai 22 tahun (Mappiare 1982). Menurut Mappiare (1982) secara psikologi masa remaja merupakan kondisi dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia seorang anak sudah tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada pada tingkat yang sama. Kepribadian remaja masih sangat labil dan rentan terhadap pengaruh luar yang akan membentuk sikap dan perilakunya. Masa remaja dikatakan juga sebagai masa dimana seorang individu mencari jati diri dengan berinteraksi lebih banyak pada lingkungan eksternal dan internalnya. Remaja akan menemukan jati diri dengan berinteraksi dalam kelompok, lingkungan, atau mengidolakan seseorang. Masa remaja juga merupakan masa yang ditandai dengan meningkatnya pola interaksi sosial yang sifatnya pribadi. Terkadang mendapatkan untuk penerimaan sosial dari kelompoknya maka seorang remaja sangat mencurahkan perhatian dan meningkatkan daya tarik diri, misalnya dalam berpakaian, berbicara, termasuk dalam menggunakan smartphone.

(25)

keagamaan warga desa yang cenderung ke arah agama (religious trend), remaja pedesaan pada umumnya bergantung pada orang lain, karena di pedesaan orang lebih mementingkan keluarganya. Remaja pedesaan menganggap remaja perkotaan mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan pergaulan yang lebih luas dengan segala kondisi lingkungan dengan taraf hidup menengah atas sehingga remaja pedesaan mempunyai daya atau gairah yang kuat untuk meniru perilaku remaja perkotaan yang tidak selamanya baik. Perbedaan perilaku juga dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Remaja perempuan cenderung memiliki keintiman yang dalam dengan orang sekitarnya dibandingkan dengan remaja laki-laki. Hal ini disebabkan karena remaja laki-laki ingin menunjukkan kemandirian yang lebih dan adanya jarak dengan sekitarnya (Hurlock 1991). Karakteristik seorang remaja dapat dibagi menjadi karakteristik demografik dan karakteristik psikografik. Karakteristik demografik mencakup usia, jenis kelamin, ukuran keluarga, daur kehidupan keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, kebangsaan, dan tingkat sosial. karakteristik psikografik mencakup gaya hidup dan kepribadian remaja (Kotler 1997).

Media Komunikasi

Menurut Cangara (1998) media merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media Komunikasi menurut Danim (2008), ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan teknologi komunikasi mengalami kemajuan yang pesat sehingga dapat berpengaruh terhadap pola komunikasi di masyarakat. Dibuatnya instrumen teknologi seperti satelit, televisi, radio, video tape dan komputer memberikan arti tersendiri dalam proses komunikasi antar manusia. Teknologi tersebut, dapat memudahkan manusia dalam berkomunikasi satu sama lain dan mempermudah individu dalam memperoleh informasi yang dibutuhkanya.

Pembetukan sikap yang merupakan evaluasi seseorang pada dunia sosialnya bukan hanya terbatas pada seseorang saja namun juga pada obyek. Salah satunya adalah teknologi komunikasi yang kini sangat akrab dikalangan masyarakat seperti sebagai media komunikasi seperti smartphone, televisi, internet, dan lain sebagainya. Berdasarkan karakteristik media komunikasi menurut Ruben (1992) telepon seluler memiliki karakteristik sebagai media komunikasi sebagai berikut: 1) sinkron, karena smartphone memungkinkan proses komunikasi dimanapun berada tanpa dibatasi ruang dan waktu; 2) interaktivitas tinggi, karena kontrol isi pesan, waktu, dan tempat terjadinya komunikasi sepenuhnya ada di pengguna

smartphone; 3) presensi tinggi, karena komunikasi dengan menggunakan media

(26)

Perkembangan Smartphone sebagai Media Komunikasi

Tahun 1978 merupakan awal diciptakannya telepon selular dan mulai digunakan oleh negara di dunia seperti Jerman dan Amerika pada tahun 1985 (Mulyanta 2003), sedangkan pada tahun 1994 sampai tahun 1995 sudah mulai diperkenalkan dan digunakan di Indonesia. Menurut Darwin dalam Rahardjo (2002) dalam perkembangan telepon selular telah mengalami evolusi, mulai dari perubahan bentuk atau tampilan fisik sampai fitur yang disediakan. Layanan yang muncul pada setiap perkembangannya semakin manarik masyarakat untuk menggunakannya hingga saat ini muncul telepon selular yang kemampuannya hampir setara dengan PDA yang sering disebut smartphone. Pada mulanya telepon selular hanya terbatas pada percakapan suara dan Short Message Service (SMS) saja namun saat ini telepon selular sudah mampu mengakses internet, merekam suara, mengakses berbagai aplikasi, serta download. Selain itu teknologi lainnya adalah kemampuan melakukan video call yang memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi secara tatap mudah tanpa batas jarak.

Smartphone merupakan media komunikasi yang sangat akrab dengan masyarakat (Prayifto 2010). Masyarakat kini telah mengenal smartphone atau telepon pintar yang lebih canggih dibandingkan dengan telepon selular. Melakukan aktivitas dengan menggunakan smartphone memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan telepon selular. Keunggulan smartphone yang menggunakan teknologi android, teknologi yang cukup canggih terbukti pada ketersediaan fitur-fitur yang menarik dan beraneka macam (Salisiya 2013). Smartphone berfungsi layaknya komputer atau laptop yang mampu mendukung gaya hidup online di era internet seperti saat ini. Hadirnya smartphone ini memberikan banyak pengaruh dalam kehidupan, bukan hanya pengaruh positif namun juga negatif. Beragam pula sikap dan perilaku konsumen dalam menanggapi hadirnya produk teknologi komunikasi yang canggih ini. Menurut Badwilan (2004) penggunaan smartphone

secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan kesehatan, di antaranya adalah keletihan, pusing, iritasi kulit, kanker telinga, dan kanker otak. Selanjutnya Mulyanta (2003) menyatakan bahwa radiasi yang dikeluarkan oleh smartphone mempunyai efek terhadap kesehatan tubuh para penggunanya. Beberapa penyakit yang timbul dari penggunaan smartphone dalam waktu yang cukup lama adalah kanker, tumor otak, kelelahan, dan sakit kepala.

(27)

Tabel 1 Perbedaan telepon selular dan smartphone

No Telepon selular Smartphone

1 Tidak memiliki sistem operasi untuk berbagai aplikasi

Memiliki sistem operasi yang memungkinkan mampu menjalankan berbagai aplikasi

2 Memiliki perangkat lunak namun tidak mampu melakukan kegiatan mengedit, membuat, dan melihat dokumen

Smartphone memiliki aplikasi yang memungkinkan anda membuat dan mengedit dokumen Ms. Office atau setidaknya mampu melihat file, selain itu memiliki kemampuan mendownload berbagai aplikasi seperti sotfware keuangan, personal assistant, dan banyak lagi

3 Tidak mampu melakukan akses terhadap internet dengan kecepatan tinggi

Smartphone dapat mengakses internet pada kecepatan yang lebih tinggi, berkat pertembuhan 4G dan jaringan data 3G, serta penambahan dukungan Wi-fi

4 Tombol yang masih digunakan adalah tombol manual

smartphone secara fisik

Smarthphone pada umumnya sudah dilengkapi dengan keyboard QWERTY yang bisa berbentuk fisik ataupun virtual (diketik melalui layar sentuh)

5 Hanya dapat menerima pesan dan mengirim pesan, tidak memiliki kemampuan menangani email

Semua smartphone dapat mengirim dan menerima pesan teks namun

smartphone lebih unggul adalah kemampuan akses terhadap email Sumber: Internet Dapat diunduh pada http://www.amazine.co/23760/apa-itu-smartphone

-5-perbedaan-smartphone-dengan-ponsel/

Perilaku Penggunaan Smartphone

Hasil riset yang dilakukan google bersama dengan The Natural Source

(TNS) Australia yang ditulis oleh tekno.kompas.com pada 19 November 2015 di situs resmi Kompas 50 % pemilik smartphone di Indonesia menjadikan alat tersebut sebagai alat komunikasi utama termasuk untuk melakukan akses terhadap internet oleh karena itu smartphone dianggap media penting untuk menunjang kegiatan sehari-hari masyarakat Indonesia. Hasil riset ini juga menyatakan kawasan Asia sudah berkembang menjadi hubungan bisnis aplikasi global. Terdapat tiga aplikasi yang laku di Asia yakni aplikasi instant messaging, media sosial seperti line dan

whattsapp, dan mesin pencari. Indonesia merupakan salah satu negara yang mendominasi aktivitas media sosial pertama dan chat di peringkat kedua. Googling

menduduki posisi ketiga aktivitas yang dilakukan oleh pengguna di Indonesia mirip dengan pengguna smartphone di India dan Australia namun untuk India aktivitas ketiga tertinggi adalah mencari hiburan, sementara Australia untuk mencari berita atau kabar cuaca. Indonesia menduduki posisi tertinggi dalam unduhan aplikasi

(28)

menduduki posisi kedua. Fakta lain dari hasil survei itu terkait situs yang paling laris dibuka di Indonesia yakni aplikasi belanja online, hiburan, dan travel.

Perilaku dalam menggunakan smartphone diartikan sebagai tindakan yang dilakukan seseorang yang berkaitan dengan penggunaan smartphone sebagai media komunikasi. Menurut McQuail (2002), ada beberapa alasan seseorang menggunakan media komunikasi, di antaranya: (1) memperoleh informasi, seperti mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum, dan memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan; (2) Melakukan interaksi sosial, seperti memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial, memungkinkan seseorang dapat menghubungi sanak keluarga dan teman serta serta kerabat; (3) Memperoleh hiburan, seperti melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan, bersantai dan mengisi waktu, memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis, menyalurkan emosi dan membangkitkan gairah seks.

Durasi dalam penggunaan media komunikasi pada smartphone lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas lainnya, karena jumlah media sosial yang dimiliki pengguna smartphone rata-rata lebih dari dua aplikasi sosial media (Syamsoedin et al. 2015). Perkembangan akibat teknologi ini banyak memberi perubahan terkait desa, terutama perubahan gaya hidup sudah mulai nampak (Putri 2012). Menggunakan smartphone memungkinkan semua pengguna dapat mengakses informasi, melakukan interaksi dengan pengguna lainnya, dan memperoleh hiburan. Hal tersebut paling sering dilakukan oleh pengguna smartphone dengan dukungan aplikasi smartphone yang kini semakin beranekaragam (Mayasari 2012).

Hubungan Sikap dan Perilaku

Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek (orang atau barang), jasa, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah 2002) dan perilaku merupakan cara bertindak yang menunjukkan tingkah laku seseorang. Menurut Azwar (2003), teori yang mengungkapkan latar belakang atau alasan suatu tindakan dapat dilihat melalui Theory of Planned Behavior oleh Ajzen dan Fishbein. Sikap ini ditentukan oleh dua hal yaitu, kepercayaan atau keyakinan (belief) tentang konsekuensi-konsekuensi dari perilaku, dan evaluasi terhadap konsekuensi-konsekuensi tersebut untuk diri subjek itu sendiri. Tekanan sosial yang dirasakan (norma subjektif) untuk melakukan perilaku. Norma subjektif ditentukan oleh dua hal, yaitu pendapat tokoh atau orang lain yang dianggap penting (significant others) serta seberapa jauh subjek akan mengikuti pendapat orang lain tersebut. Sikap terhadap perilaku bersama norma subjektif membentuk niat untuk berperilaku.

(29)

Kontrol perilaku yang dipersepsikan: penilaian terhadap kemampuan sikap untuk menampilkan perilaku.

Sumber: Ajzen dan Fishbein (1975) dalam Baron dan Byrne (2003) Gambar 1 Theory of planned behavior

Menurut penelitian Handayani (2006) hubungan antara media komunikasi dengan perilaku dapat dilihat dari sebagian besar petani peserta kredit ketahanan pangan (KKP) sudah terdedah terhadap media, namun petani kurang intensif dalam menggunakan media untuk memperoleh informasi. Selain menggunakan media, petani juga dapat mendapatkan informasi dari temannya, penyuluh maupun pihak Bank untuk mencari informasi tentang program KKP. Dalam hal kontak dengan sumber informasi, sebagian besar petani kurang intensif dalam kontak dengan sumber informai. Hal tersebut disebabkan petani tinggal di desa sehingga jauh untuk mengakses bank, sifat pemalu petani menyebabkan mereka enggan untuk kontak dengan penyuluh maupun sumber informan lainnya dan kesibukan petani juga menghambat keintensifan kontak petani dengan sumber informasi. Dengan demikian hubungan sikap dan perilaku dipengaruhi oleh bagaimana cara sikap itu masuk dalam kesadaran. Hubungan sikap dan perilaku juga dipengaruhi oleh pengalaman langsung pada objek serta adanya kepentingan tetap atau kepentingan diri sendiri terhadap suatu objek (Sears et al. 2004).

Selain itu, penggunaan jenis media oleh petani dapat dilihat dalam aspek-aspek penggunaan media komunikasi seperti mendengarkan radio, menonton televisi dan membaca majalah atau brosur. Dalam hal mendengarkan radio, petani kurang intensitasnya dalam mendengarkan radio untuk mencari informasi tentang kredit ketahanan pangan (KKP). Hal tersebut disebabkan karena petani sibuk dengan pekerjaannya sehingga petani kurang mendapatkan informasi melalui media berupa radio. Dalam hal menonton televisi, petani di Kabupaten Ponorogo hampir semuanya telah memiliki televisi sehingga petani dapat menonton televisi. Kegiatan menonton televisi oleh petani dapat dikatakan belum terlalu intensif karena petani sibuk dengan pekerjaannya dan waktu tayang program KKP yang ditayangkan kurang sesuai dengan adwal longgar istirahat petani, sehingga petani tidak banyak yang memperoleh informasi dari tayangan televisi mengenai program KKP. Sebagian besar petani dapat membaca majalah atau brosur mengenai program KKP. Informasi dari media tersebut dapat membuat petani memperoleh informasi yang banyak mengenai program KKP. Menurut petani, membaca majalah maupun

Sikap terhadap tingkah laku tertentu

Norma subjektif

Kontrol tingkah laku

Intensi tingkah laku

(30)

brosur lebih hemat biaya, dan fleksible dengan waktu longgar para petani sehingga informasi yan diperoleh mudah untuk dimengerti.

Hasil penelitian Awaliah (2012) menyebutkan bahwa hubungan keterdedahan petani dengan media komunikasi dapat dilihat dari frekuensi petani dalam menggunakan media komunikasi. Frekuensi bertemu dengan penyuluh (PPL) tidak berpengaruh secara nyata dengan sikap petani, hal tersebut karena petani lebih percaya pada pengalamanya dalam bertani. Frekuensi menonton televisi berpengaruh dalam pertambahan pengetahuan petani karena memberikan informasi pertanian yang banyak. Frekuensi membaca koran, leaflet tidak berpengaruh secara nyata baik dalam sikap, pengetahuan maupun tindakan oleh petani karena petani tidak mengerti mengenai materi yang ada di dalamnya dan pendidikan petani hanya sampai SD. Penilain petani terhadap media komunikasi menurut hasil penelitian ini adalah media komunikasi berperan dalam memberikan informasi yang baru bagi petani, akan tetapi informasi yang disampaikan oleh media komunikasi sering kali sama dengan informasi yang sudah petani peroleh dari nenek moyangnya terdahulu.

Hubungan Norma Subjektif dan Perilaku

Pada theory of planned behavior menyatakan bahwa keputusan untuk menampilkan tingkah laku tertentu adalah hasil proses rasional yang diarahkan pada suatu tujuan tertentu dan mengikuti urutan berpikir. Norma subjektif atau tekanan sosial merupakan persepsi orang apakah orang lain akan menyetujui atau menolak perilaku tersebut. Perilaku akan kuat atau lemah dilakukan berdasarkan pada dua hal, yakni tokoh panutan dan motivasi dalam mengikuti tokoh panutan. Apabila tokoh panutan memiliki opini positif pada suatu hal maka kecenderungan untuk berperilaku akan kuat, dan begitu pula sebaliknya. Norma subjektif atau tekanan sosial terdiri dari dua hal yaitu significant others dan tingkat motivasi mengikuti significant others. Significant others merupakan orang yang dapat memberikan pengaruh pada seseorang untuk bertindak, sedangkan tingkat motivasi untuk mengikuti significant others merupakan besarnya keinginan untuk mengikuti harapan dari significant others.

Dalam menentukan perilaku yang akan muncul kepada seseorang maka dapat dilihat bahwa akan ada hal lain yang juga akan ikut terlibat dalam pembentukan perilaku tersebut selain sikap. Pertama aspek situasi, faktor ini dapat mempengaruhi hubungan antara sikap dan perilaku dalam cara lain yang dapat di diskusikan. Secara umum individu akan lebih menyukai situasi yang memungkinkan kita untuk mengekspresikan sikap dan perilaku. Dengan kata lain individu sering kali memilih situasi dimana mereka dapat berperilaku sesuai dengan sikapnya, sikap itu sendiri dapat diperkuat oleh ekspresi yang tampak dan menjadi prediktor perilaku yang lebih baik diacu dalam buku psikologi sosial Baron dan Byrne (2003). Aspek dari sikap itu sendiri yang meliputi:

(31)

Sikpa yang terbentuk berdasarkan pengalaman langsung juga lebih mudah diingat dan lebih besar menimbulkan dampak bagi perilaku.

2. Kekuatan sikap (Attitude Stength). Semakin kuat sikap tersebut maka semakin kuat pula dampaknya pada perilaku (Petkova et al. 1995 dalam Baron dan Byrne 2003). Kata kekuatan melibatkan beberapa faktor intensitas dari sebuah sikap, kepentingan, penegtahuan, dan kemudahan diakses. Penelitian Crano (1997) dalam Baron dan Byrne (2003) menyatakan bahwa kepentingan pribadi memang menjadi perantara kuat dalam hubungan sikap dan perilaku dan hubungan ini akan menjadi semakin kuat ketika kepentingan pribadi juga semakin tinggi

3. Kekhususan sikap (Attitude Specificity). Yaitu sejauh mana sikap tersebut terfokuskan pada objek tertentu dibandingkan hal umum.

Kesimpulannya adalah sikap memang mempengaruhi perilaku. Namun, kekuatan hubungan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berbeda di antaranya adalah hambatan situasional yang mengizinkan atau tidak mengizinkan kita menampilkan ekspresi lahiriah dari sikap kita, begitu pula aspek dari sikap itu sendiri (sifatnya, kekuatannya, dan kekhususannya). Hal tersebut juga berlaku bagi pengguna smartphone sebagai subjek dan pelaku. Setiap individu memiliki karakteristik yang beragam, hal tersebut dapat mempengaruhi bagaimana seseorang bersikap yang pada akhirnya akan berperilaku berbeda pula.

Kerangka Pemikiran

Media komunikasi yang kini sangat dekat dengan masyarakat adalah

Smartphone. Perkembangannya tampak dari semakin canggihnya media komunikasi tersebut yang kini sering disebut smartphone karena mampu berfungsi selayaknya komputer. Hadirnya smartphone yang canggih ini dalam kehidupan masyarakat terutama remaja pedesaan mempengaruhi sikap dan perilaku mereka terhadap inovasinya. Hal ini dikarenakan rata-rata tingkat pendidikan anggota keluarga petani yang terbilang masih rendah, sehingga hal-hal baru bagi mereka dapat dengan mudah mempengaruhi sikap dan perilakunya. Sikap dapat dilihat dari tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Jika keyakinan dan pemahaman akan smartphone ini positif dan memandang bahwa

smartphone ini berguna dalam kehidupan maka dipastikan intensitas penggunaan

smartphone tinggi, begitu pula sebaiknya.

Mengacu kepada Theory of Planned Behavior yang menyatakan salah satu penyebab kemauan untuk berperilaku adalah norma subjektif. Norma subjektif dinyatakan dapat mempengaruhi perilaku penggunaan. Norma subjektif ini ditentukan oleh significnt others atau tekanan sosial dan motivasi untuk mengikuti

significant others tersebut. Significant others ini merupakan orang-orang yang dianggap memiliki hubungan dengan pengguna smarthphone di antaranya adalah orangtua dan teman dekat. Persepsi, nilai-nilai, dan harapan yang diberikan

(32)

Sikap seseorang terhadap suatu objek disertai dengan adanya norma subjektif maka akan memperngaruhi perilaku seseorang tersebut. Semakin positif sikap seseorang terhadap suatu objek, semakin positif konsekuensi yang diterima, dan semakin didukung oleh norma subjektif (significant others) maka semakin besar perilaku dan begitu sebaliknya semakin negatif sikap seseorang dan konsekuensi yang diterima negatif disertai dengan tidak didukung oleh norma subjektif maka semakin kecil perilaku seseorang tersebut. Perilaku penggunaan smartphone dapat dilihat dari tiga hal yakni tingkat interaksi sosial, memperoleh informasi, dan memperoleh hiburan. Perilaku penggunaan smartphone dikatakan tinggi apabila tingkat interaksi sosial, memperoleh informasi, dan memperoleh hiburan juga tinggi. Keterkaitan variabel penelitian sikap dan perilaku remaja pedesaan dalam menggunakan

smartphone dapat dilihat pada gambar:

Gambar 2 Bagan kerangka pemikiran sikap dan perilaku remaja pedesaan dalam menggunakan smartphone

Hipotesis Penelitian

Hipotesis uji secara dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara sikap penggunaan smartphone dengan perilaku penggunaan smartphone

2. Terdapat hubungan antara norma subjektif dengan perilaku penggunaan smartphone

Keterangan : Berhubungan Norma Subjektif

(X2)

X.2.1 Significant Other

X.2.2 Tingkat motivasi mengikuti significant other

Sikap pengguna terhadap smartphone

(X1)

(Kognitif, Afektif,

Konatif) Perilaku Penggunaan Smartphone (Y)

Y.1 Tingkat memperoleh informasi Y.2 Tingkat interaksi sosial

(33)

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah survey yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Secara umum penelitian ini lebih bertujuan untuk menjelaskan (explanatory), pada penelitian explanatory peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun dan Effendi 2006).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Jangglengan, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Proses penelitian ini dimulai dari pembuatan proposal penelitian pada bulan Desember 2015, sedangkan proses penelitian di lapangan dilakukan selama 4 minggu, yaitu pada bulan April 2016. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan yaitu:

1. Desa Jangglengan merupakan daerah yang masih mencirikan wilayah pedesaan, menurut Bapak Camat Nguter dari 23 desa yang ada di Kecamatan Nguter hanya ada dua desa yang benar-benar mencirikan wilayah pedesaan yaitu Desa Baran dan Desa Jangglengan. Desa Jangglengan letaknya relatif jauh dari kota, bersifat rural, mata pencaharian masyarakatnya becorak agraris, dan relatif homogen (bertani dan beternak). (Lampiran 6 Peta Desa Jangglengan)

2. Masyarakatnya sebagian besar bermata pencaharian di bidang pertanian dan masih memegang teguh ajaran agama, kepercayaan, dan kebudayaan setempat. Hal ini dipertimbangkan agar hasil penelitian sesuai dengan fokus penelitian itu sendiri yaitu remaja pedesaan.

3. Smartphone sudah cukup akrab dengan kehidupan masyarakat Desa Jangglengan. Teknologi tersebut merupakan perangkat yang tidak lepas hampir pada setiap kegiatan sehari-hari masyarakat Desa Jangglengan terutama remaja desa.

4. Pengguna smartphone lebih dari lima belas persen dari jumlah penduduk Desa Jangglengan.

5. Kemudahan akses bahasa. Kemudahan akses bahasa dikarenakan masyarakat Desa Jangglengan selain menguasai bahasa tradisional sendiri yaitu bahasa jawa juga menguasai Bahasa Indonesia dengan cukup baik. Hal ini dapat memudahkan peneliti dalam berkomunikasi, baik dengan responden ataupun informan.

(34)

Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dengan menggunakan kuesioner (Lampiran 1), sedangkan data kualitatif diperoleh dari wawancara mendalam menggunakan panduan wawancara (Lampiran 2). Data primer yang didapatkan adalah data berupa penjelasan karakteristik pengguna, sikap, norma subjektif, dan perilaku pengunaan

smartphone. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menetapkan konsep terlebih dahulu yang kemudian dijadikan variabel. Setelah itu, berdasarkan variabel-variabel tersebut ditetapkan indikator-indikator pengukurnya dan dibuat dalam bentuk kuesioner dengan pilihan jawaban dan skor yang ditetapkan oleh peneliti. Pertanyaan tersebut kemudian ditanyakan kepada responden yang telah ditentukan. Data kualitatif diperoleh dengan cara

explanatory research (wawancara mendalam) pada beberapa informan seperti ketua karang taruna, aparat desa yang memahami kegiatan remaja, ketua remaja desa, pemilik konter handphone. Selama wawancara mendalam peneliti menggunakan alat perekam untuk mengantisipasi ada informasi yang terlupa. Kemudian peneliti menuliskannya dalam catatan harian.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai karakteristik responden. Bagian kedua berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai norma subjektif. Bagian ketiga berisi sikap responden terhadap smartphone, dan bagian akhir memuat pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pengukuran perilaku responden dalam penggunaan

smartphone. Data sekunder yang dikumpulkan pada penelitian ini melalui dokumentasi kantor Desa Jangglengan. Data sekunder yang diperoleh adalah data yang berguna untuk kebutuhan informasi mengenai masyarakat Desa Jangglengan pada umumnya serta gambaran umum lokasi penelitian. Selain itu data-data lain yang berkaitan dengan topik yang dikaji peneliti yakni sikap dan perilaku dalam menggunakan smartphone juga didapatkan melalui pencarian data sekunder yang diperoleh dari literatur penunjang lainnya seperti laporan hasil penelitian, buku, artikel, dan jurnal yang berkaitan dengan topik.

Sebelum digunakan di lapang kuesioner melalui tahap uji kelayakan kuesioner yakni uji reliabilitas dan uji validitas. Menurut Umar (2005) uji validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat itu mengukur apa yang ingin diukur. Langkah-langkah dalam pengujian validitas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur 2. Melakukan uji coba pengukuran kepada sejumlah responden. 3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

4. Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan menghitung skor jumlah memakai rumus berikut:

(35)

Hasil uji validitas kuesioner penelitian menunjukkan bahwa instrumen penelitian valid yang ditunjukkan dengan perolehan r hitung > 0,25 untuk masing-masing-masing pernyataan. Setelah dilakukan uji validitas maka dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Apabila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur suatu yang sama dan menghasilkan pengukuran yang relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut dapat dikatakan handal. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach’s (Sugiyono 2003) yaitu dengan rumus sebagai berikut:

ri = k − _ { −k ∑ σσ i2 t 2 }

Keterangan:

ri : Keandalan Instrumen k : Banyak butir pertanyaan ∑ σt2 : Jumlah ragam butir ∑ σt2 : Ragam jumlah

Hasil uji reliabilitas kuesioner penelitian menunjukkan bahwa instrumen penelitian reliabel dengan perolehan nilai Cronbach Alpha > 0,6. Hasil uji reliabilitas dilakukan pada sepuluh responden untuk menentukan kelayakan kuesioner. Responden yang digunakan dalam menentukan kelayakan responden merupakan penduduk desa yang bukan berasal dari dukuh yang sama dengan responden penelitian. Secara geografis lokasi tempat tinggal responden yang digunakan untuk menentukan kelayakan responden sama dengan respon yang akan dalam penelitian. Artinya uji reliabilitas dan uji validitas ini akan dilakukan di daerah yang memiliki karakteristik yang mirip dengan lokasi penelitian namun sasarannya bukan orang yang berpeluang menjadi responden. Hasil uji reliabiltas kuesioner ditunjukkan oleh tabel 3.

Tabel 2 Uji reliabilitas instrumen

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

0,623 70

Sumber: Uji reliabilas SPSS for windows ver. 21

(36)

menggunakan microsoft excel 2013 sebelum dimasukan ke perangkat lunak SPSS for windows versi 2.1 untuk mempermudah pengolahan data.

Pada uji reliabilitas akan melihat standart deviasi pada masing-masing pertanyaan sehingga bagi pertanyaan yang dirasa kurang relevan akan diganti atau dihapuskan dalam kuesioner. Data kuantitatif yang akan di hasilkan melalui isiian kuesioner akan di dukung dengan data kualitatif dari hasil wawancara langsung kepada informan, selain itu pernyataan responden juga akan menentukan hasil dari penelitian. Pada pegumpulan data penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Metode pengumpulan data Teknik

Pengumpulan Data Data yang Dikumpulkan Sumber Data Kuesioner (primer)  Karakteristik responden

 Sikap pengguna dalam

 Pemanfaatan smartphone oleh pengguna

(37)

memperoleh biaya untuk kehidupan sehari-hari dari bekerja, orangtua atau wali mereka. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah probability, dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Teknik ini dipilih karena kondisi lokasi penelitian homogen berdasarkan sumber pendapatan, dan tidak tersebar secara geografis.

Kriteria informan sudah ditentukan oleh peneliti. Informan dalam penelitian ini adalah pihak yang berkaitan dalam penggunaan smartphone pemilihannya secara purposive. Pemilihan secara purposive berdasarkan kriteria yang telah ditentukan seperti: (1) informan berkaitan dengan remaja dan memahami kegiatan remaja, (2) informan berkaitan dengan penggunaan smartphone oleh remaja. Berdasarkan data monografi desa tahun 2015, jumlah penduduk di Desa Jangglengan usia 16-25 tahun sebanyak 250 laki-laki dan 257 perempuan. Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel

2013. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 50 orang. Jumlah tersebut telah melewati batas minimal responden dalam penelitian, artinya satu responden dari penentuan responden secara acak sederhana mampu menginterpretasikan populasi.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Jenis data yang akan dihasilkan yaitu data kuantitatif dan data kualitatif akan diolah dengan beberapa cara. Pada pengolahan data primer yang telah diperoleh melalui kuesioner dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan perhitungan persentase jawaban responden yang telah dibuat dalam bentuk tabulasi deskriptif. Tahap berikutnya yaitu melakukan pengkodean untuk menyeragamkan data yang telah dikumpulkan. Data primer yang telah ditabulasi tersebut kemudian dilakukan analisis statistik. Hasil analisis diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Uji statistik yang digunakan yakni uji korelasi Pearson untuk melihat hubungan antara variabel yang akan diuji yaitu variabel sikap, tingkat motivasi dan perilaku. Pada uji korelasi Pearson hubungan antar peubah terbagi menjadi korelasi positif (+) dan korelasi negatif (-). Korelasi positif artinya setiap perubahan pada peubah yang satu akan diikuti dengan perubahan peubah yang lain dengan arah yang sama atau berbanding lurus, sedangkan korelasi negatif artinya terjadi perubahan pada peubah satu, akan diikuti dengan perubahan peubah yang lain dengan arah yang berlawanan atau berbanding terbalik. Pada hubungan variabel

significant others dan perilaku menggunakan uji statistik non parametrik melalui uji Chi-Square karena data berbentuk nominal.

Signifikansi korelasi pada uji statistik digunakan dua taraf nyata yakni signifikan korelasi pada taraf α sebesar 0,05 yakni dalam selang kepercayaan sebesar 95% atau pada taraf α sebesar 0,01 yakni dalam selang kepercayaan sebesar 99% . Aturan nilai dalam menentukan nilai hasil korelasi menurut DeVasus (2014) adalah sebagai berikut: 0,00 (tidak ada hubungan), 0,01-0,09 (hubungan kurang berarti), 0,10-0,29 (hubungan lemah), 0,30-0,49 (hubungan moderat), 0,50-0,69 (hubungan kuat), 0,70-0,89 (hubungan sangat kuat), >9,90 (hubungan mendekati sempurna).

(38)

windows 2.1 guna memperoleh ketepatan, kecepatan proses perhitungan, dan kepercayaan hasil pengujian. Pada uji korelasi Pearson data yang digunakan adalah data interval. Pada data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam melalui informan namun untuk memperkaya data pernyataan responden juga akan menjadi perhatian penelitian. Observasi lapang juga dilakukan untuk melihat gejala atau fenomena aktual di lapang, pengolahan dan analisis data kualitatif dilakukan dengan mereduksi atau meringkas data dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keperluan untuk menjawab pertanyaan analisis di dalam penelitian. Data yang telah diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif untuk mendukung dan memperkuat analisis kuantitatif. Gabungan dari data kuantitatif dan kualitatif setelah diolah dan dianalisis akan disajikan dalam bentuk dummy table, tabel hasil uji korelasi Pearson, tulisan tematik, bagan dan gambar (foto). Tahap terakhir dari penulisan hasil penelitian adalah kesimpulan dan saran sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang terdapat dalam penelitian. Pada variabel usia dan pengeluaran bulanan dilakukan pengkategorian kembali secara langsung dari hasil data lapang dengan menggunakan rumus standart deviasi berikut:

Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Variabel-variabel tersebut di jelaskan sebagai berikut:

1. Sikap pengguna terhadap smartphone adalah sikap remaja pedesaan dalam penggunaan smartphone yang terdiri dari tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif.

a) Komponen kognitif adalah aspek sikap yang menyangkut pengetahuan, persepsi, dan keyakinan remaja pedesaan terhadap

smartphone.

b) Komponen afektif adalah aspek sikap yang menyangkut perasaan dan penilaian dalam penggunaan smartphone.

c) Komponen konatif adalah aspek sikap yang menyangkut kecenderungan berperilaku dalam penggunaan smartphone.

(39)

untuk gambaran sikap positif dapat diperoleh dari jumlah hasil jawaban setuju dan sangat setuju. Dengan demikian sikap pengguna dapat dikategorikan sebagai berikut:

i. Rendah/(Negatif), dengan perolehan jumlah skor 30-60 ii. Tinggi/(Positif), dengan perolehan jumlah skor 61-120 2. Norma Subjektif adalah persepsi tentang harapan significant others terhadap

perilaku menggunakan smartphone. Persepsi pengguna terhadap harapan tersebut di antaranya adalah: Significant others yang memiliki intensi curahan waktu berkomunikasi lebih banyak dan pemakaian smartphone

sesuai dengan kebutuhan.

a) Significant others merupakan orang yang dianggap penting yang dapat memberikan pengaruh kepada remaja desa dalam menggunakan smartphone. Di antaranya adalah keluarga, kawan/teman, dan pasangan. Jenis datanya adalah nominal. Cara mengukurnya dengan menanyakan tingkatan tokoh terdekat yang berpengaruh dalam penggunaan smartphone.

b) Tingkat motivasi significant other adalah besarnya dukungan

significant other terhadap penggunaan smartphone. Pertanyaan tingkat motivasi ini dapat ditanggapi oleh remaja desa dengan menjawab sering (skor 4), jarang (skor 3), kadang-kadang (skor 2), dan tidak pernah (skor 1) mengikuti apa yang dilakukan atau disarankan significant other. Jenis datanya adalah interval. Cara mengukur tingkat motivasi ini dengan memberikan sepuluh pertanyaan terkait variabel ini. Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh responden adalah 40 dan jumlah skor minimum adalah 10. Dengan demikian tingkat motivasi dapat dikategorikan sebagai berikut:

i. Motivasi Rendah, dengan perolehan skor 10-19 ii. Motivasi Sedang, dengan perolehan skor 20-30 iii. Motivasi Tinggi, dengan perolehan skor 31-40

3. Perilaku penggunaan smartphone adalah tindakan responden dalam menggunakan smartphone, yang dapat dilihat dari frekuensi penggunaan

smartphone, durasi penggunaan smartphone, dan aplikasi yang sering digunakan serta tujuan dalam penggunaan aplikasi dalam smartphone.

a) Memperoleh informasi merupakan perilaku dalam menggunakan

smartphone yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan terkait sesuatu yang dibutuhkan oleh responden. Cara mengukur perilaku penggunaan smartphone ini dengan memberikan empat belas pertanyaan baik yang produktif maupun yang konsumtif pada kuesioner yang berkaitan dengan perilaku responden dalam mencari informasi melalui smartphone. Pertanyaan ini dapat dijawab dengan jawaban sering (skor 4), jarang (skor 3), kadang-kadang (skor 2), dan tidak pernah (skor 1). Jenis datanya adalah interval. Jumlah skor maksimum yang akan diperoleh responden adalah 56 sedangkan jumlah skor minimum adalah 14. Perilaku penggunaan smartphone

dengan tujuan untuk memperoleh informasi dapat dikategorikan sebagai berikut:

(40)

ii. Sedang, dengan perolehan skor 20-30 iii. Tinggi, dengan perolehan skor 31-40

b) Tingkat interaksi sosial merupakan perilaku responden dalam menggunakan smartphone yang bertujuan untuk mencapai kedekatan hubungan sosial dan memungkinkan masuk dalam jaringan sosial tertentu. Cara mengukur perilaku penggunaan ini dengan memberikan sepuluh pertanyaan baik yang produktif maupun yang konsumtif pada kuesioner yang berkaitan dengan perilaku untuk interaksi sosial melalui smartphone yang dapat ditanggapi oleh responden dengan menjawab sering (skor 4), jarang (skor 3), kadang-kadang (skor 2), dan tidak pernah (skor 1). Jenis datanya adalah interval. Jumlah skor maksimum yang akan diperoleh responden adalah 40 sedangkan jumlah skor minimum adalah 10. Perilaku penggunaan smartphone dengan tujuan mencapai kedekatan hubungan sosial dan memungkinkan masuk dalam jaringan sosial tertentu dapat dikategorikan sebagai berikut:

i. Rendah, dengan perolehan skor 10-1 ii. Sedang, dengan perolehan skor 20-30 iii. Tinggi, dengan perolehan skor 31-40

c) Memperoleh hiburan merupakan perilaku responden dalam menggunakan smartphone yang bertujuan untuk mendapat kesenangan. Cara mengukur perilaku penggunaan smartphone

dengan tujuan ini dengan memberikan sepuluh pertanyaan baik yang produktif maupun yang konsumtif pada kuesioner yang berkaitan dengan perilaku responden untuk memperolah hiburan baik yang produktif maupun yang konsumtif melalui smartphone yang dapat di tanggapi oleh responden dengan menjawab pertanyaan dengan jawaban sering (skor 4), jarang (skor 3), kadang-kadang (skor 2), dan tidak pernah (skor 1). Jenis datanya adalah interval. Jumlah skor maksimum yang akan diperoleh responden adalah 40 sedangkan jumlah skor minimum adalah 10.Perilaku penggunaan smartphone

dengan tujuan untuk mendapatkan kesenangan dapat dikategorikan sebagai berikut:

(41)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana

Desa Jangglengan merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah . Desa Jangglengan terdiri dari delapan pedukuhan yaitu; Dukuh Punthukrejo, Dukuh Jumetro, Dukuh Kepyar, Dukuh Pucungan, Dukuh Jangglengan, Dukuh Joglo, Dukuh Gondangrejo, dan Dukuh Ngandong. Luas wilayah Desa Jangglengan berdasarkan kegunaannya mencapai 380,3620 Ha. Desa Jangglengan memiliki batas-batas wilayah (Lampiran 6)

Aksesibilitas Desa Jangglengan cukup mudah, karena telah didukung dengan sarana perhubungan jalan raya yang cukup memadai. Hal ini berdasarkan data orbitasi jarak desa dengan lokasi berikut:

Tabel 4 Aksesibilitas Desa Jangglengan 2016 No Jarak ke ibu kota Sumber: Daftar isian potensi desa tahun 2015

Berbagai sarana dan prasarana sudah tersedia di desa seperti listrik, air bersih, kantor kelurahan, masjid, gereja, lapangan sepak bola, lapangan voli, konter, posyandu, poliklinik, dukun, perawat, bidan. Pelayanan administrasi pemerintahan, kesehatan, pendidikan, penerangan, olahraga, peribadatan, air bersih, dan sanitasi akan terus ditingkatkan oleh pihak pemerintah desa demi kesejahteraan penduduk Desa jangglengan. Hal ini dibuktikan dengan adanya program saluran air bersih yang akan dilaksanakan pada juni mendatang. Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Jangglengan di antaranya adalah Sekolah Dasar (SD),Taman Kanak-kanak (TK), dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Selain itu juga terdapat Tempat Pendidikan Qur’an pada delapan masjid yang tersebar ditujuh dukuh. Adapula satu gereja untuk memberikan fasilitas keagamaan pada penduduk yang beragama kristen protestan.

Gambar

Tabel 1 Perbedaan telepon selular dan smartphone
Gambar 1 Theory of planned behavior
Gambar 2 Bagan kerangka pemikiran sikap dan perilaku remaja pedesaan
Tabel 6 Jumlah kualitas angkatan kerja 2015
+5

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan dan Entitas Anak tidak memiliki liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada tanggal 30 September 2013 dan 31 Desember 2012.. Hutang

1) Keinginan untuk mengetahui atau memiliki sesuatu. 2) Objek atau kegiatan yang disenanginya. 3) Jenis kegiatan yang disukai. 4) Usaha yang menyatakan rasa senang terhadap sesuatu..

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat memperbaiki proses pembelajaran

Biaya perjalanan ( travel cost ) merupakan atribut perjalanan yang paling mem- pengaruhi probabilitas pemilihan moda mobil pribadi dengan nilai elastisitas langsung

Role * Typically manages multiple teams of procurement professionals and practitioners. * Very experienced at leading the delivery of the required procurement outcomes – typically for

Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan / atau semdiri membuat rangkuman/ simpulan materi pembelajaran, melalukan penilaian dan /

Simpulan yang dapat diperoleh adalah instalasi dan penggunaan yang relatif mudah membuat pengguna dapat dengan leluasa melakukan pengawasan dan pengontrolan penggunaan

Adalah benar anak kandung kami dan menyetujui mengajukan permohonan bantuan dana beasiswa akhir studi yang di selenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yang