• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2008-2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2008-2012."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2008-2012

Disusun oleh :

Agustina Mega Puspitasari Putri NPM : 10 11 18448

Pembimbing D. Sriyono

Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari No. 43 Yogyakarta

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2008-2012. Variabel yang digunakan adalah tingkat kemiskinan sebagai variabel dependen dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), PDRB per kapita, dan belanja publik sebagai variabel independen. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari terbitan Badan Pusat Statistik berbagai edisi. Metode analisis yang digunakan adalah regresi data panel dengan pendekatan model common effect. Dalam mengolah data, penulis menggunakan bantuan software Eviews 6.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa Indeks Pembangunan Manusia dan PDRB per kapita terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Sedangkan belanja publik berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

Kata Kunci : Tingkat kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia, PDRB per kapita, belanja publik.

1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

(2)

mendeklarasikan sebuah kebijakan yaitu Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai oleh 189 negara anggotanya pada tahun 2015, di mana sasaran pertama dari MDGs tersebut adalah memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem.

Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) untuk mengukur kemiskinan. Pengukuran ini dilakukan dengan melihat besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan non-makanan. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kilo kalori per orang per hari. Sedangkan untuk kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa lainnya.

Data BPS (2012) menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 28.594.600 jiwa atau sekitar 11,66 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang juga tidak terlepas dari masalah kemiskinan.Secara garis besar, persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur dari tahun 2008 hingga tahun 2012 mengalami kecenderungan yang menurun.

Masalah kemiskinan terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang saling berkaitan. Dalam hal ini, tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita, dan belanja publik.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Jawa Timur dari tahun 2008-2012 mengalami tren yang meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia di Provinsi Jawa Timur semakin baik. PDRB per kapita di Provinsi Jawa Timur dalam kurun waktu lima tahun terakhir juga mengalami kecenderungan yang meningkat. Sementara itu, besarnya belanja publik di Provinsi Jawa Timur dari tahun 2008-2012 justru mengalami fluktuasi.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, selama periode 2008-2012 terjadi penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Namun tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur masih lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional. Mengingat tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur dipengaruhi oleh banyak faktor, maka dalam penelitian ini penulis hanya membatasi tiga faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur yaitu IPM, PDRB per kapita, dan belanja publik. Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

1.2. RumusanMasalah

1) Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur?

2) Bagaimana pengaruh PDRB per kapita terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur?

(3)

1.3. TujuanPenelitian

1) Untuk mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

2) Untuk mengetahui pengaruh PDRB per kapita terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

3) Untuk mengetahui pengaruh belanja publik terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

1.4. Hipotesis Penelitian

1) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

2) PDRB per kapita berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

3) Belanja publik berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

2. LANDASAN TEORI

2.1. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Fenomena seperti ini biasa terjadi dikarenakan rendahnya pendapatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok baik papan, sandang, maupun pangan dan juga rendahnya kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak pada berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan dan standar pendidikan. Masalah kemiskinan sering terjadi di negara berkembang yang memiliki tingkat penduduk yang tinggi sehingga terjadi ketidakmerataan kesejahteraan masyarakat yang dapat memicu ketimpangan sosial.

Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) untuk mengukur tingkat kemiskinan.

Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kilo kalori per orang per hari. Sedangkan untuk kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa lainnya. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

(4)

masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. 3. Poverty Severity Index

(Indeks Keparahan Kemiskinan) yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Dari ketiga pendekatan tersebut Mudrajad (2006:115) menyatakan bahwa cara yang paling sederhana untuk mengukur kemiskinan adalah dengan ukuran Head Count Index.

3. METODE PENELITIAN

3.1.Jenis, Sumber Data, dan Metode Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), meliputi data IPM, PDRB per kapita, dan belanja publik di Provinsi Jawa Timur selama periode 2008-2012. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel dengan bantuan software Eviews 6.

Dalam penelitian ini, penulis tidak memasukkan semua kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Timur, dikarenakan terdapat beberapa kabupaten dan kota yang memiliki nilai PDRB per kapita sangat ekstrim dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Kabupaten/kota dengan nilai PDRB per kapita sangat ekstim yaitu Kabupaten Gresik, Kota Kediri, dan Kota Surabaya. Oleh karena itu, penulis menghilangkan 3 kabupaten/kota tersebut dan hanya menggunakan 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur sebagai data deret lintang.

Metode analisis ini mencakup analisis regresi data panel dan uji statistik (uji-t, uji-F, dan R2). Model dasar yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

TKit = β0 +β1 IPMit + β2 PDRBKit +β3 PUBLIKit + it ... (3.3) di mana :

TK = Tingkat kemiskinan (persen)

IPM = Indeks Pembangunan Manusia (persen) PDRBK = PDRB riil per kapita ( juta rupiah)

PUBLIK = Proporsi belanja publik terhadap total belanja (persen) β 0 = Konstanta

β1, β 2, β3, β4 = Koefisien regresi / estimator

it = Variabel pengganggu (error term) i = Kabupaten / kota

t = Waktu

3.2.Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Tingkat kemiskinan merupakan persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur (dalam satuan persen).

(5)

3) PDRB per kapita didefinisikan sebagai besarnya total nilai PDRB riil dibagi dengan jumlah penduduk di daerah tersebut (dalam satuan juta rupiah).

4) Belanja Publik adalah belanja yang manfaat dan dampaknya dinikmati langsung oleh masyarakat/publik. Dalam penelitian ini belanja publik yang digunakan adalah jumlah belanja langsung dibagi dengan total belanja daerah kemudian dikali 100%. (dalam satuan persen).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan, model yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini adalah model common effect. Adapun hasil estimasi untuk model

common effect diperlihatkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Hasil Estimasi dengan Model Common Effect

Sumber : Lampiran 12

Hasil persamaan regresi dari model common effect adalah sebagai berikut :

TKit = 84,34258 – 1,002465 IPMit – 0,448397 PDRBKit + 0,118360 PUBLIKit ... (4.1)

Berdasarkan persamaan 4.1, nilai koefisien konstanta (C) sebesar 84,34258 yang artinya bahwa ketika IPM, PDRB per kapita, dan belanja publik konstan maka tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur mencapai 84%.

Selajutnya dilakukan uji statistik yang bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi dari masing-masing koefisien regresi variabel independen terhadap variabel dependen. Uji statistik yang digunakan meliputi uji-t, uji-F, dan Koefisien determinasi (R2).

Uji t digunakan untuk melihat apakah secara individu variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, uji-t dilakukan

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 84.34258 5.181138 16.27877 0.0000

IPM? -1.002465 0.078210 -12.81767 0.0000

PDRBK? -0.448397 0.121717 -3.683931 0.0003

PUBLIK? 0.118360 0.035790 3.307084 0.0011

R-squared 0.687924 Mean dependent var 15.45423

Adjusted R-squared 0.682449 S.D. dependent var 6.604423 S.E. of regression 3.721703 Akaike info criterion 5.488832 Sum squared resid 2368.534 Schwarz criterion 5.561170 Log likelihood -476.2728 Hannan-Quinn criter. 5.518174

F-statistic 125.6478 Durbin-Watson stat 0.084914

(6)

dengan menggunakan pendekatan uji dua sisi (two tail test). Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai t-hitung untuk variabel IPM sebesar -12,82. Pada tingkat signifikansi sebesar 5%, nilai t-hitung tersebut berada pada daerah untuk menolak H0. Artinya secara individu variabel IPM mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Nilai t-hitung untuk variabel PDRB per kapita sebesar -3,68. Pada tingkat signifikansi sebesar 5%, nilai t-hitung tersebut berada pada daerah untuk menolak H0. Artinya variabel PDRB per kapita tidak berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. Nilai t-hitung untuk variabel belanja publik sebesar 3,31 lebih besar daripada nilai t-tabel sebesar 1,97 maka H0 ditolak. Artinya variabel belanja publik mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan.

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Dari hasil analisis diperoleh nilai F-statistik adalah 125,65 lebih besar daripada batas kritisnya (F-tabel) sebesar 2,66 dengan demikian H0 ditolak. Artinya, keseluruhan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar persentase variasi variabel independen dapat menjelaskan variasi variabel dependen dalam model. Dari hasil analisis diperoleh nilai R2 sebesar 0.69 yang artinya sebesar 69% variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen dalam model penelitian. Sisanya sebesar 31% dijelaskan oleh variasi variabel independen di luar model penelitian.

5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2012, maka diperoleh kesimpulan yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

2) PDRB per kapita mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi JawaTimur.

3) Belanja publik mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

5.2. Saran

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada sub bab sebelumnya, maka saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah :

(7)

kesejahteraan masyarakat akan lebih baik dan tingkat kemiskinan akan semakin berkurang.

2) Pemerintah Provinsi Jawa Timur perlu melakukan upaya untuk menggali potensi ekonomi daerah dengan meningkatkan kinerja pada beberapa sektor unggulan di Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur akan semakin baik sehingga dapat menghasilkan pendapatan per kapita yang lebih merata dan akhirnya berdampak pada menurunnya tingkat kemiskinan.

3) Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan alat analisis lain serta variabel independen lainnya dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

5.3. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah periode waktu yang digunakan hanya lima tahun, akan lebih baik jika series waktunya lebih lama sehingga dapat lebih menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Badan Pusat Statistik, Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota, berbagai edisi.

____________, Indeks Pembangunan Manusia, berbagai edisi. ____________, Provinsi Jawa Timur Dalam Angka, (2013).

____________, Statistik Keuangan Pemerintahan Kabupaten/Kota, berbagai edisi. Boediono, Dr., (1999), “Teori Pertumbuhan Ekonomi”, BPFE, Yogyakarta. Gujarati, Damodar N., (2003), “Basic Econometrics”, Fourth Edition,

International Edition, McGraw-Hill, New York.

Gujarati, Damodar N., (2006), “Dasar-DasarEkonometrika”, EdisiKetiga, Erlangga, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad., (2006), “Ekonomi Pembangunan : Teori,

MasalahdanKebijakan”, EdisiKeempat, CetakanPertama, UPP STIM

YKPN, Yogyakarta.

Todaro, M.P., dan Smith, S.C., (2006), “Pembangunan Ekonomi”, Edisi Kesembilan, Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Widarjono, A., (2013), “EkonometrikaPengantardanAplikasinya”, EdisiKeempat, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Makalah dan karya ilmiah lainnya yang tidak diterbitkan

(8)

Tukuboya, Zadli H., (2012), “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Provinsi Maluku Utara, 2006-2011”, Tesis, Program Studi Magister Ekonomika Pembangunan, Universitas Gajah Mada (tidak dipublikasikan).

Wini, H., (2010), “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin di Wilayah Pemekaran Tingkat Kabupaten (Studi Kasus Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin Sebelum dan Sesudah Pemekaran di Kabupaten Nagekeo Provinsi NTT Tahun 2005-2009)”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. (tidak dipublikasikan).

Referensi yang diakses dari internet.

Bappenas, 2003, Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat, Jakarta, diakses dari http://perkim-bappenas.info/doc/pdf/kebijakan_nasional_air_minum_berbasis_masyarakat /kebijakan_masykt.pdf pada tanggal 27 Mei 2014.

Hudaya, D., (2009), “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Indonesia”, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institusi Pertanian Bogor, diakses dari http://repository.ipb.ac.id pada tanggal 12 April 2014. Kementerian Dalam Negeri, 2002, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29

Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Jakarta, diakses dari http://www.kemendagri.go.id/produk-hukum/2002/06/10/keputusan-mendagri-no-29-tahun-2002 pada tanggal 30 Mei 2014.

Republik Indonesia, 2004, Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan, Komite Penanggulangan Kemiskinan

Republik Indonesia, 2010, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, diakses dari http://www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/429.pdfpada tanggal 30 Mei 2014.

Rusdarti dan Sebayang, L.K., (2013), “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah” Jurnal Economia Vol. 9 nomor 1, diakses dari http://journal.uny.ac.idpadatanggal 6 Maret 2014.

Sukmaraga, P., (2011), ”Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB per kapita, dan Jumlah Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Timur”, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, diakses dari http://eprints.undip.ac.id/26773/1/skripsi_full.pdf pada tanggal 5 Juni 2014.

Widiastuti, Ari., (2010), “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Jawa Tengah Tahun 2004-2008”, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, diakses dari http://eprints.undip.ac.id pada tanggal 6 Maret 2014.

(9)

http://documents.worldbank.org/curated/en/1993/08/734803/indonesia-public-expenditures-prices-poor pada tanggal 18 Juli 2014.

http://bapemas.jatimprov.go.id/index.php/program/kegiatan-ppm/518-optimalisasi -peran-dan-fungsi-tkpkdiakses pada tanggal 30 Mei 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini akirnya yang menjadi pekerjaan yang berkelanjutan dan juga merupakan sebuah tanggung jawab warga kota Maumere dari segala lapisan/elemen masyarakat untuk saling menjaga

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa: adanya pengaruh secara bersama-sama dari variabel persepsi resiko, variabel kualitas, variabel harga dan variabel nilai terhadap

Metode ini pada umumnya melibatkan proses pencampuran bahan-bahan baku berupa serbuk karbonat, serbuk oksida, serbuk hidoksida atau serbuk garam dengan jumlah yang sesuai

mengenai variabel kinerja menunjukkan bahwa pegawai memiliki kinerja yang tinggi (baik), namun masih ada beberapa penilaian responden terhadap kinerja yang masih rendah

Dari permasalahan yang telah diperoleh ini, maka peneliti merasa perlu untuk mencoba penggunaan pendekatan pembelajaran yang mencakup dua hal yaitu pembelajaran yang bersifat

Tarekat Halveti-Jerrahi merupakan organisasi bantuan budaya, pendidikan dan sosial, yang tujuan utamanya adalah untuk membantu orang menjadi manusia yang lebih

Dari teori yang disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa retensi karyawan merupakan indikator yang penting bagi perusahaan dalam hal meningkatkan kinerja karyawan Dengan

Kemitraan yang dijalin oleh RSUD “X” dengan pihak investor swasta ditandai dengan ditandatanganinya Nota Kesepahaman (MoU) yaitu tanggal 10 Oktober 1994 dimana kemitraan yang