• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap Penggunaan Antibiotik di Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap Penggunaan Antibiotik di Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

T

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik di Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan

Nama : M. Arief Pratama NIM : 100100106

Pembimbing Penguji I

(dr. Rina Amelia, MARS) (dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK (K))

Penguji II

(dr. Milahayati Daulay, M.Biomed)

Medan, 11 Januari 2014 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah dengan Judul:

Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap Penggunaan Antibiotik di Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan

Yang dipersiapkan oleh: M.Arief Pratama

100100106

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke Seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah

Medan, 10 Desember 2013 Disetujui,

(5)

ABSTRAK

Antibiotik merupakan obat yang penting digunakan dalam pengobatan infeksi akibat bakteri. Penggunaan antibiotik yang tepat penting untuk diperhatikan dikarenakan efek sampingnya yang cukup membahayakan bagi pasien dan dapat menyebabkan resistansi antibiotik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan penggunaan antibiotik pada masyarakat. Salah satu faktor yang penting adalah tingkat pengetahuan masyarakat mengenai antibiotik itu sendiri. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tersebut, seperti tingkat pendidikan dari masyarakat, penjelasan oleh dokter, serta anggapan-anggapan lain yang menimbulkan adanya kesalahan saat mengonsumsi antibiotik.

Adapun tujuan penelitian adalah untuk melihat bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat di Kelurahan Suka Maju tentang penggunaan antibiotika. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional dan teknik pengumpulan sampel digunakan adalah teknik consecutive sampling. Total 336 responden dalam penelitian ini adalah penduduk Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan. Terdapat data primer dan data sekunder dalam pengumpulan data penelitian. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari data kuesioner. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pemerintah setempat Kelurahan Suka Maju.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat kelurahan Suka Maju terhadap penggunaan antibiotika sebagian besar tergolong baik, sebab dari 336 orang terdapat 267 responden (79,5%) yang menjawab pertanyaan pengetahuan dengan benar, responden yang berpengetahuan sedang sebanyak 48 orang (14,3%) dan responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 21 orang (6,3%).

Saran dari penelitian ini adalah agar masyarakat lebih meningkatkan pengetahuan terhadap penggunaan antibiotik yang benar dan mengimplementasikannya menjadi sikap yang benar terhadap penggunaan antibiotik di kehidupan sehari-hari, bagi puskesmas untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang benar, dan bagi institusi terkait agar lebih mengawasi peredaran antibiotik.

(6)

ABSTRACT

Antibiotics are important drugs used in the treatment of infections caused by bacteria. Appropriate use of antibiotics is important because the side effects are quite dangerous for the patient and can lead to antibiotic resistance. There are several factors that affect the accuracy of the use of antibiotics in the community. One important factor is the level of community knowledge about the antibiotic itself. Some of the factors that affect the level of knowledge, such as the level of education of the community, adequate education by the physician, as well as other assumptions which give rise to an error when taking antibiotics. The purpose of research is to see how the level of public knowledge in Suka Maju Village on the use of antibiotics. This study design is a descriptive study with cross-sectional approach and sample collection techniques used was consecutive sampling technique. Total of 336 respondents in this study were residents of Suka Maju Village, Medan Johor District, Medan. There are primary and secondary data that were used during data processing.

The results showed that the level of knowledge of the community in Suka Maju Village on the use of antibiotics classified as good, because there are 267 people from 336 respondents (79.5%) who answered the knowledge question correctly, respondents who are knowledgeable are 48 respondents ( 14.3 % ) and less knowledgeable respondents are 21 respondents (6.3%).

Suggestion from this study is for community to increase their knowledge about proper usage of antibiotics and implementing it into the right attitude towards the proper use of antibiotics in daily life, for Community Health Service Center to provide counseling and education to the community about the proper use of antibiotics, and for the related institutions to strictly supervise the distribution of antibiotics.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul ”Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap Penggunaan Antibiotik di Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan rasa hormat setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Rina Amelia, MARS, selaku Dosen Pembimbing saya yang telah banyak membantu dan memberikan saran-saran selama penyusunan karya tulis ilmiah, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. 3. Ibu dr. Rointan Simanungkalit Sp. KK (K) & Ibu dr. Milahayati Daulay, M. Biomed selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

4. Para dosen dan staf pegawai di Lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

5. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada Orang tercinta, Ayahanda H. Syamsul Bahri Arifin, SE.Ak, MM dan Ibunda Hj. Henny Indriani SE.AK, serta saudara-saudara saya atas doa, dukungan, dan nasehat yang telah diberikan kepada saya.

(8)

7. Seluruh rekan mahasiswa/i yang telah membantu dalam proses pengumpulan data penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Desember 2013

Penulis

(9)

Daftar Isi

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK...ii

ABSTRACT...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...ix

DAFAR GAMBAR...x

DAFTAR SINGKATAN...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 4

1.3 Tujuan penelitian ... 4

1.4 Manfaat penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Antibiotik ... 6

2.1.1. Definisi ... 6

2.1.2. Mekanisme Kerja ... 6

2.1.3. Golongan Antibiotik ... 7

2.1.4. Resistensi Antibiotik ... 10 2.2. Pengetahuan ... 12

(10)

2.2.2. Tingkat pengetahuan ... 13

2.2.3. Pengukuran Tingkat Pengetahuan ... 14

Bab 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16

3.1. Kerangka Konsep ... 16

3.2. Definisi Operasional ... 16

3.2.1. Pengetahuan ... 16

3.2.2.Umur ... 17

3.2.3.Tingkat Pendidikan ... 17

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN... 18

4.1. Rancangan Penelitian ... 18

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 18

4.3.1.Populasi ... 18

4.3.2. Sampel ... 19

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 20

4.5. Metode Analisis Data ... 20

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN...21

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...21

5.2. Karakteristik Responden...21

5.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...22

5.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur...22

5.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan...23

(11)

5.3.1. Tingkat Pengetahuan Responden...25

5.3.2. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...25

5.3.3. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur...26

5.3.4. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan...27

5.4. Pembahasan...28

BAB 6 Kesimpulan ...32

6.1. Kesimpulan...32

6.2. Saran...32

DAFTAR PUSTAKA...34

LAMPIRAN

(12)

Daftar Tabel

Nomor Judul Halaman

5.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

22

5.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur 22 5.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat

Pendidikan

23

5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan Antibiotik

24

5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 25 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin

26

5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur

26

5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(13)

Daftar Gambar

Nomor Judul Halaman

(14)

DAFTAR SINGKATAN

NHS National Health Service

CDC Center for Disease Control

WHO World Health Organization

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

ABSTRAK

Antibiotik merupakan obat yang penting digunakan dalam pengobatan infeksi akibat bakteri. Penggunaan antibiotik yang tepat penting untuk diperhatikan dikarenakan efek sampingnya yang cukup membahayakan bagi pasien dan dapat menyebabkan resistansi antibiotik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan penggunaan antibiotik pada masyarakat. Salah satu faktor yang penting adalah tingkat pengetahuan masyarakat mengenai antibiotik itu sendiri. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tersebut, seperti tingkat pendidikan dari masyarakat, penjelasan oleh dokter, serta anggapan-anggapan lain yang menimbulkan adanya kesalahan saat mengonsumsi antibiotik.

Adapun tujuan penelitian adalah untuk melihat bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat di Kelurahan Suka Maju tentang penggunaan antibiotika. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional dan teknik pengumpulan sampel digunakan adalah teknik consecutive sampling. Total 336 responden dalam penelitian ini adalah penduduk Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan. Terdapat data primer dan data sekunder dalam pengumpulan data penelitian. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari data kuesioner. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pemerintah setempat Kelurahan Suka Maju.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat kelurahan Suka Maju terhadap penggunaan antibiotika sebagian besar tergolong baik, sebab dari 336 orang terdapat 267 responden (79,5%) yang menjawab pertanyaan pengetahuan dengan benar, responden yang berpengetahuan sedang sebanyak 48 orang (14,3%) dan responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 21 orang (6,3%).

Saran dari penelitian ini adalah agar masyarakat lebih meningkatkan pengetahuan terhadap penggunaan antibiotik yang benar dan mengimplementasikannya menjadi sikap yang benar terhadap penggunaan antibiotik di kehidupan sehari-hari, bagi puskesmas untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang benar, dan bagi institusi terkait agar lebih mengawasi peredaran antibiotik.

(17)

ABSTRACT

Antibiotics are important drugs used in the treatment of infections caused by bacteria. Appropriate use of antibiotics is important because the side effects are quite dangerous for the patient and can lead to antibiotic resistance. There are several factors that affect the accuracy of the use of antibiotics in the community. One important factor is the level of community knowledge about the antibiotic itself. Some of the factors that affect the level of knowledge, such as the level of education of the community, adequate education by the physician, as well as other assumptions which give rise to an error when taking antibiotics. The purpose of research is to see how the level of public knowledge in Suka Maju Village on the use of antibiotics. This study design is a descriptive study with cross-sectional approach and sample collection techniques used was consecutive sampling technique. Total of 336 respondents in this study were residents of Suka Maju Village, Medan Johor District, Medan. There are primary and secondary data that were used during data processing.

The results showed that the level of knowledge of the community in Suka Maju Village on the use of antibiotics classified as good, because there are 267 people from 336 respondents (79.5%) who answered the knowledge question correctly, respondents who are knowledgeable are 48 respondents ( 14.3 % ) and less knowledgeable respondents are 21 respondents (6.3%).

Suggestion from this study is for community to increase their knowledge about proper usage of antibiotics and implementing it into the right attitude towards the proper use of antibiotics in daily life, for Community Health Service Center to provide counseling and education to the community about the proper use of antibiotics, and for the related institutions to strictly supervise the distribution of antibiotics.

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Antibiotik merupakan obat yang penting digunakan dalam pengobatan infeksi akibat bakteri (NHS, 2012). Antibiotik dan obat-obat sejenisnya yang disebut agen antimikrobial, sejak tahun 1940 telah dikenal dapat menurunkan angka penyakit dan kematian akibat penyakit infeksi (CDC, 2010). Penggunaan antibiotik yang rasional, merujuk pada ketepatan dosis, pemilihan antibiotik, dan bentuk sediaan yang seharusnya diberikan kepada pasien (WHO, 2010).

Indikasi penggunaan antibiotik ada tiga, yaitu sebagai terapi definitif, terapi empiris, dan terapi profilaksis. Antibiotik sebagai terapi/pengobatan definitif digunakan untuk menghentikan adanya infeksi bakteri. Antibiotik sebagai terapi empiris, yaitu digunakan untuk kasus-kasus yang kritis, dimana waktu tidak adekuat untuk menunggu identifikasi dan isolasi bakteri. Sedangkan, antibiotik sebagai terapi profilaksis dikarenakan penggunaannya yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi spesifik yang dapat terjadi akibat efek dari suatu tindakan invasif (Kakkilaya, 2008). Penggunaan antibiotik memiliki banyak keuntungan jika digunakan dengan benar dan tepat (CDC, 2010).

Antibiotik tidak dapat digunakan untuk melawan infeksi virus, seperti pada kondisi flu, bronkitis, dan beberapa infeksi telinga. Penggunaan antibiotik yang tidak dibutuhkan dapat menyebabkan resistensi antibiotik (CDC, 2013). Penggunaan antibiotik yang rasional penting untuk diperhatikan dikarenakan efek sampingnya yang cukup membahayakan bagi pasien dan dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Kesuksesan hasil akhir dari pengobatan dengan antibiotik tergantung dari pemilihan agen antibakterial yang digunakan. Pada proses pemilihan antibiotik tersebut, ada tiga hal penting yang harus diketahui, yaitu agen penyebab, pasien, dan antibiotik itu sendiri (Lim, 1998).

(19)

masyarakat mengenai antibiotik itu sendiri. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tersebut, seperti tingkat pendidikan dari masyarakat, penjelasan oleh dokter, serta anggapan-anggapan lain yang menimbulkan adanya kesalahan saat mengonsumsi antibiotik .

Tingkat pengetahuan masyarakat dalam penggunaan antibiotik telah diteliti di berbagai daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Lim dan Teh (2012) di Putrajaya, Malaysia, menyebutkan bahwa 83% responden tidak mengetahui bahwa antibiotik tidak bekerja untuk melawan infeksi virus dan 82% responden tidak mengetahui bahwa antibiotik tidak dapat mengobati batuk dan flu, sementara 82.5% responden terlihat sangat berhati-hati dengan penggunaan antibiotik yang dapat menyebabkan alergi. Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa sekitar setengah dari mereka (52,1%) tidak mengetahui bahwa antibiotik dapat menimbulkan banyak efek samping. Beberapa pernyataan dari responden diantaranya adalah tidak masalah menghentikan pemakaian antibiotik ketika gejala telah membaik dan mengkonsumsi sedikit antibiotik dari yang diresepkan dokter akan lebih sehat daripada mengkonsumsi seluruh antibiotik yang diresepkan.

(20)

yang rendah dari skor pengetahuan, 35% berada pada tingkat moderate dari skor pengetahuan, dan 34% responden memiliki pengetahuan yang adekuat.

Penelitian yang dilakukan di Los Angeles tahun 2002 yang dilakukan oleh Los Angeles County Health Survey (LACHS), mengenai tingkat pengetahuan

terhadap penggunaan antibiotik yang benar menunjukkan bahwa pada kelompok responden dengan pengetahuan tinggi didapatkan hasil bahwa 63% responden bersedia menghabiskan antibiotik yang diresepkan daripada kelompok responden dengan pengetahuan rendah (48%). Selain itu, sekitar 16% kelompok responden dengan pengetahuan tinggi lebih sedikit mendapatkan antibiotik dari pemberitahuan keluarga atau teman. Sebaliknya, pada kelompok responden dewasa berpengetahuan rendah, 33% mengkonsumsi antibiotik karena diberitahu oleh teman dan keluarganya.

Penelitian yang dilakukan oleh Pulungan pada tahun 2011 di kota Medan mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang antibiotika dan penggunaannya di kalangan mahasiswa non medis Universitas Sumatera Utara mendapatkan bahwa 77% mahasiswa non medis USU memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap antibiotik, 18% persen mahasiswa non medis USU memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan hanya hampir 5% mahasiswa non medis USU yang memiliki pengetahuan yang rendah terhadap antibiotik

Menurut pengalaman penulis, banyak kerabat dekat maupun tetangga dari penulis yang cenderung tidak rasional dalam menggunakan obat antibiotik. Pernyataan-pernyataan yang sering penulis dengar dari kerabat atau tetangga penulis mengenai penggunaan obat antibiotik antara lain mereka berhenti menggunakan antibiotik setelah tidak merasa sakit lagi atau mereka membeli obat antibiotik sendiri tanpa peresepan dari dokter karena malas untuk pergi ke dokter.

(21)

1.2. Rumusan masalah

Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Suka Maju terhadap penggunaan antibiotik?

1.3. Tujuan penelitian Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Suka Maju terhadap penggunaan antibiotik.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Suka Maju terhadap penggunaan antibiotik berdasarkan jenis kelamin.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Suka Maju terhadap penggunaan antibiotik berdasarkan umur.

3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Suka Maju terhadap penggunaan antibiotik berdasarkan tingkat pendidikan.

1.4. Manfaat penelitian

1.Bagi Masyarakat

Sebagai informasi kepada masyarakat mengapa penting untuk melakukan pembatasan penggunaan antibiotik.

2. Bagi institusi kesehatan

Sebagai masukan untuk tenaga kesehatan untuk menjelaskan lebih rinci kepada pasien tentang penggunaan antibiotik yang benar.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah studi kepustakaan dan diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi Peneliti

(22)

5. Bagi Institusi Pengawas Peredaran Obat

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Antibiotik 2.1.1. Definisi

Dalam arti sebenarnya, antibiotik merupakan zat anti bakteri yang diproduksi oleh berbagai spesies mikroorganisme (bakteri, jamur, dan actinomycota) yang dapat menekan pertumbuhan dan atau membunuh

mikroorganisme lainnya. Penggunaan umum sering meluas kepada agen antimikroba sintetik, seperti sulfonamid dan kuinolon (Goodman Gillman).

2.1.2. Mekanisme Kerja

Antimikroba diklasifikasikan berdasarkan struktur kimia dan mekanisme kerjanya, sebagai berikut:

1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri, termasuk golongan β-laktam misalnya, penisilin, sefalosporin, dan carbapenem dan bahan lainnya seperti cycloserine, vankomisin, dan bacitracin.

2. Antibiotik yang bekerja langsung pada membran sel mikroorganisme, meningkatkan permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraseluler, termasuk deterjen seperti polimiksin, anti jamur poliena misalnya, nistatin dan amfoterisin B yang mengikat sterol dinding sel, dan daptomycin lipopeptide.

3. Antibiotik yang mengganggu fungsi subunit ribosom 30S atau 50S untuk menghambat sintesis protein secara reversibel, yang pada umumnya merupakan bakteriostatik misalnya, kloramfenikol, tetrasiklin,eritromisin, klindamisin, streptogramin, dan linezolid.

(24)

6. Antimetabolit, seperti trimetoprim dan sulfonamid, yang menahan enzim - enzim penting dari metabolisme folat (Goodman Gillman).

2.1.3. Golongan Antibiotik

Ada beberapa golongan – golongan besar antibiotik, yaitu: 1. Golongan Penisilin

Penisilin diklasifikasikan sebagai obat β-laktam karena cincin laktam mereka yang unik. Mereka memiliki ciri-ciri kimiawi, mekanisme kerja, farmakologi, efek klinis, dan karakteristik imunologi yang mirip dengan sefalosporin, monobactam, carbapenem, dan β-laktamase inhibitor, yang juga merupakan senyawa β-laktam.

Penisilin dapat terbagi menjadi beberapa golongan : - Penisilin natural (misalnya, penisilin G)

Golongan ini sangat poten terhadap organisme gram-positif, coccus gram negatif, dan bakteri anaerob penghasil non-β-laktamase. Namun, mereka memiliki potensi yang rendah terhadap batang gram negatif.

- Penisilin antistafilokokal (misalnya, nafcillin)

Penisilin jenis ini resisten terhadap stafilokokal β-laktamase. golongan ini aktif terhadap stafilokokus dan streptokokus tetapi tidak aktif terhadap enterokokus, bakteri anaerob, dan kokus gram negatif dan batang gram negatif.

- Penisilin dengan spektrum yang diperluas (Ampisilin dan Penisilin antipseudomonas)

(25)

2. Golongan Sefalosporin dan Sefamisin

Sefalosporin mirip dengan penisilin secara kimiawi, cara kerja, dan toksisitas. Hanya saja sefalosporin lebih stabil terhadap banyak beta-laktamase bakteri sehingga memiliki spektrum yang lebih lebar. Sefalosporin tidak aktif terhadap bakteri enterokokus dan L.monocytogenes. Sefalosporin terbagi dalam beberapa generasi, yaitu:

a. Sefalosporin generasi pertama

Sefalosporin generasi pertama termasuk di dalamnya sefadroxil, sefazolin, sefalexin, sefalotin, sefafirin, dan sefradin. Obat - obat ini sangat aktif terhadap kokus gram positif seperti pnumokokus, streptokokus, dan stafilokokus.

b. Sefalosporin generasi kedua

Anggota dari sefalosporin generasi kedua, antara lain: sefaklor, sefamandol, sefanisid, sefuroxim, sefprozil, loracarbef, dan seforanid. Secara umum, obat – obat generasi kedua memiliki spektrum antibiotik yang sama dengan generasi pertama. Hanya saja obat generasi kedua mempunyai spektrum yang diperluas kepada bakteri gram negatif.

c. Sefalosporin generasi ketiga

Obat–obat sefalosporin generasi ketiga adalah sefeperazone, sefotaxime, seftazidime, seftizoxime, seftriaxone, sefixime, seftibuten, moxalactam, dll. Obat generasi ketiga memiliki spektrum yang lebih diperluas kepada bakteri gram negatif dan dapat menembus sawar darah otak.

d. Sefalosporin generasi keempat

Sefepime merupakan contoh dari sefalosporin generasi keempat dan memiliki spektrum yang luas. Sefepime sangat aktif terhadap haemofilus dan neisseria dan dapat dengan mudah menembus CSS (Katzung, 2007). 3. Golongan Kloramfenikol

(26)

4. Golongan Tetrasiklin

Golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama untuk mengobati infeksi dari M.pneumonia, klamidia, riketsia, dan beberapa infeksi dari spirokaeta. Tetrasiklin juga digunakan untuk mengobati ulkus peptikum yang disebabkan oleh H.pylori. Tetrasiklin menembus plasenta dan juga diekskresi melalui ASI dan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang dan gigi pada anak akibat ikatan tetrasiklin dengan kalsium. Tetrasiklin diekskresi melalui urin dan cairan empedu (Katzung, 2007).

5. Golongan Makrolida

Eritromisin merupakan bentuk prototipe dari obat golongan makrolida yang disintesis dari S.erythreus. Eritromisin efektif terhadap bakteri gram positif terutama pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, dan korinebakterium. Aktifitas antibakterial eritromisin bersifat bakterisidal dan meningkat pada pH basa (Katzung, 2007).

6. Golongan Aminoglikosida

Yang termasuk golongan aminoglikosida, antara lain: streptomisin, neomisin, kanamisin, tobramisin, sisomisin, netilmisin, dan lain – lain. Golongan aminoglikosida pada umumnya digunakan untuk mengobati infeksi akibat bakteri gram negatif enterik, terutama pada bakteremia dan sepsis, dalam kombinasi dengan vankomisin atau penisilin untuk mengobati endokarditis, dan pengobatan tuberkulosis (Katzung, 2007).

7. Golongan Sulfonamida dan Trimetoprim

Sulfonamida dan trimetoprim merupakan obat yang mekanisme kerjanya menghambat sintesis asam folat bakteri yang akhirnya berujung kepada tidak terbentuknya basa purin dan DNA pada bakteri. Kombinasi dari trimetoprim dan sulfametoxazole merupakan pengobatan yang sangat efektif terhadap pneumonia akibat P.jiroveci, sigellosis, infeksi salmonela sistemik, infeksi saluran kemih, prostatitis, dan beberapa infeksi mikobakterium non tuberkulosis (Katzung, 2007). 8. Golongan Fluorokuinolon

(27)

fluorokuinolon aktif terhadap bakteri gram negatif. Golongan fluorokuinolon efektif mengobati infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh pseudomonas. Golongan ini juga aktif mengobati diare yang disebabkan oleh shigella, salmonella, E.coli, dan Campilobacter (Katzung, 2007).

2.1.4. Resistensi Antibiotik a. Definisi

Resistensi antimikrobial merupakan resistensi mikroorganisme terhadap obat antimikroba yang sebelumnya sensitif. Organisme yang resisten (termasuk bakteri, virus, dan beberapa parasit) mampu menahan serangan obat antimikroba, seperti antibiotik, antivirus, dan lainnya, sehingga standar pengobatan menjadi tidak efektif dan infeksi tetap persisten dan mungkin menyebar (Goodman Gillman). Resistensi antibiotik merupakan konsekuensi dari penggunaan antibiotik yang salah, dan perkembangan dari suatu mikroorganisme itu sendiri, bisa jadi karena adanya mutasi atau gen resistensi yang didapat (WHO 2012). b. Penyebab Resistensi Antibiotik

Menurut WHO (2012), ketidaktepatan serta ketidakrasionalan penggunaan antibiotik merupakan penyebab paling utama menyebarnya mikroorganisme resisten. Contohnya, pada pasien yang tidak mengkonsumsi antibiotik yang telah diresepkan oleh dokternya, atau ketika kualitas antibiotik yang diberikan buruk. Adapun faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan adanya resistensi antibiotik adalah:

(28)

c. Mekanisme Resistensi Antibiotik

Agar efektif, antibiotik harus mencapai target dalam bentuk aktif, mengikat target, dan melakukan fungsinya sesuai dengan mekanisme kerja antibiotik tersebut. Resistensi bakteri terhadap agen antimikroba disebabkan oleh tiga mekanisme umum, yaitu: (1) obat tidak mencapai target, (2) obat tidak aktif, atau (3) target tempat antibiotik bekerja diubah.

1. Kegagalan obat untuk mencapai target. Membran luar bakteri gram negatif adalah penghalang yang dapat menghalangi molekul polar besar untuk masuk ke dalam sel bakteri. Molekul polar kecil, termasuk seperti kebanyakan antimikroba, masuk ke dalam sel melalui saluran protein yang disebut porin. Ketiadaan, mutasi, atau kehilangan Porin dapat memperlambat masuknya obat ke dalam sel atau sama sekali mencegah obat untuk masuk ke dalam sel, yang secara efektif mengurangi konsentrasi obat di situs aktif obat. Jika target kerja obat terletak di intraseluler dan obat memerlukan transpor aktif untuk melintasi membran sel, resistensi dapat terjadi dari mutasi yang menghambat mekanisme transportasi obat tersebut. Sebagai contoh, gentamisin, yang target kerjanya ribosom, secara aktif diangkut melintasi membran sel dengan menggunakan energi yang disediakan oleh gradien elektrokimia membran sel bakteri. Gradien ini dihasilkan oleh enzim–enzim pernapasan aerob bakteri. Sebuah mutasi dalam jalur ini atau kondisi anaerob dapat memperlambat masuknya gentamisin ke dalam sel, mengakibatkan resistensi.

2. Inaktivasi obat. Resistensi bakteri terhadap aminoglikosida dan antibiotik beta laktam biasanya hasil dari produksi enzim yang memodifikasi atau merusak antibiotik. Variasi dari mekanisme ini adalah kegagalan bakteri untuk mengaktifkan prodrug yang secara umum merupakan hal yang mendasari resistensi M.tuberculosis terhadap isoniazid.

3. Perubahan target kerja antibiotik Hal ini mencakup mutasi dari target alami (misalnya, resistensi

(29)

dari makrolida dan tetrasiklin), atau akuisisi bentuk resisten dari target yang rentan (misalnya, resistensi stafilokokus terhadap metisilin yang disebabkan oleh produksi varian Peniccilin Binding Protein yang berafinitas lemah). d. Konsekuensi Akibat Resistensi Antibiotik

Konsekuensi yang ditimbulkan akibat adanya resistensi antibiotik yang paling utama adalah peningkatan jumlah bakteri yang mengalami resistensi terhadap pengobatan lini pertama. Konsekuensi ini akan semakin memberat. Dari konsekuensi tersebut, maka akibatnya adalah penyakit pasien akan lebih memanjang, sehingga risiko komplikasi dan kematian juga akan meningkat. Ketidakmampuan antibiotik dalam mengobati infeksi ini akan terjadi dalam periode waktu yang cukup panjang dimana, selama itu pula, orang yang sedang mengalami infeksi tersebut dapat menularkan infeksinya ke orang lain, dengan bagitu, bakteri akan semakin menyebar luas. Karena kegagalan pengobatan lini pertama ini, dokter akan terpaksa memberikan peresepan terhadap antibiotik yang lebih poten dengan harga yang lebih tinggi serta efek samping yang lebih banyak. Banyak factor yang seharusnya dapat menjadi pertimbangan karena resistensi antimicrobial ini. Dapat disimpulkan, resistensi dapat mengakibatkan banyak hal, termasuk peningkatan biaya terkait dengan lamanya kesembuhan penyakit, biaya dan waktu yang terbuang untuk menunggu hasil uji laboratorium tambahan, serta masalah dalam pengobatan dan hospitalisasi (Beuke C.C., 2011).

2.2. Pengetahuan 2.2.1. Pengertian

(30)

diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1979) pengetahuan adalah hal hal yang mengenai sesuatu, segala apa yang diketahui, kepandaian.

2.2.2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang telah diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen. Tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan

(31)

melalui pemberian stimulus atau rangsangan - rangsangan. Makin banyak dan sering diberikan stimulus maka memperkaya tanggapan pada subjek belajar.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. 2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

4. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengethuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku-buku.

5. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. 6. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.2.3. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

(32)
(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN

DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep di bawah ini mengenai tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan antibiotik.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Pengetahuan a. Definisi

Tingkat pengetahuan merupakan Pengetahuan dari responden mengenai penggunaan antibiotik yang meliputi definisi antibiotik, cara mendapatkan antibiotik, cara penggunaan antibiotik, risiko penggunasalahan antibiotik, dan efek samping antibiotik.

b. Alat Ukur : Kuesioner c. Cara Ukur : Metode angket

d. Hasil Ukur : Pengetahuan responden dikelompokkan menjadi tingkatan baik, sedang, dan rendah.

Pengetahuan terhadap 

Penggunaan Antibiotik 

‐Umur

(34)

Pengukuran skor menggunakan skala berikut :

a. Baik, apabila jawaban responden benar >75% dari nilai tertinggi

b. Sedang, apabila jawaban responden benar antara 40-74% dari nilai tertinggi c. Kurang, apabila jawaban responden benar kurang 40% dari nilai tertinggi e. Skala Ukur: Ordinal

3.2.2. Umur a. Definisi

Rentang waktu antara lahir sampai responden mengisi kuesioner yang dihitung sampai ulang tahun terakhir

b. Alat Ukur : Kuesioner c. Cara Ukur : Metode angket

d. Hasil Ukur : Dikelompokkan menjadi 15-19 tahun, 20-24 tahun, 25-29 tahun, 30-34 tahun, 35-39 tahun, 40-44 tahun dan >45 tahun.

e. Skala Ukur : Ordinal

3.2.3. Tingkat Pendidikan a. Definisi

Jenjang pendidikan sekolah formal responden berdasarkan ijazah terakhir yang responden peroleh.

b. Alat Ukur : Kuesioner c. Cara Ukur : Metode angket

d. Hasil Ukur : Dikelompokkan menjadi :

1. Pendidikan Dasar : SD, SMP/Sederajat 2. Pendidikan Menengah : SMA/Sederajat

(35)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Suka Maju mengenai penggunaan antibiotik. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang (cross sectional study).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Suka Maju, Medan pada bulan September - Oktober 2013. Lokasi ini diambil karena merupakan lingkungan rumah penulis sendiri dan menurut data dari kantor lurah Suka Maju bahwa hanya terdapat 15 penduduk yang berprofesi sebagai dokter pada kelurahan tersebut dan hanya sebagian yang membuka praktek di tempat tinggalnya. Kemungkinan hal tersebut dapat menjadi pemicu tinggi / rendahnya pengetahuan masyarakat pada kelurahan tersebut.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi : Penduduk di Kelurahan Suka Maju, Medan pada September - Oktober 2013 yang dapat diwakilkan kepada kepala keluarga/ pasangannya yang berjumlah 2634 keluarga.

Kriteria Inklusi :

1) Kepala keluarga /pasangannya dalam keluarga yang tinggal di Kelurahan Suka Maju

2) Berusia antara 18-65 tahun

3) Tercatat sebagai penduduk Kelurahan Suka Maju

(36)

Kriteria Eksklusi :

1) Penderita Tunanetra dan Tunarungu

4.3.2. Sampel a. Besar Sampel

Perkiraan besar sampel yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus Isaac dan Michael, yaitu:

n= N(Zalpha)2PQ___ d2(N-1)+ (Zalpha)2PQ n=Jumlah sampel minimal N=Jumlah populasi

Zalpha=Kesalahan tipe 1 5% 1,96 P=Proporsi 0,5

Q=1-P=1-0,5=0,5

d=Presisi/ketepatan=0,05

Dengan menggunakan rumus di atas,dapat ditentukan besar sampel minimal yang dibutuhkan untuk penelitian ini,yaitu :

n= 2634x(1,96)2x0,5x0,5_____ (0,05)2x(2634-1)+(1,96)2x0,5x0,5 = 2528,64

7,54 = 335,36

(37)

b. Metode Pengambilan Sampel

Saya menggunakan metode pengambilan sampel secara consecutive sampling dengan mengambil responden yang tersedia dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi pada penelitian ini.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jumlah penduduk Suka Maju diambil dari data kantor lurah Suka Maju. Responden diminta mengisi kuesioner mengenai pengetahuan terhadap penggunaan antibiotik. Terdapat data primer dan data sekunder dalam pengumpulan data penelitian. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari data kuesioner. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pemerintah setempat Kelurahan Suka Maju.

4.5. Metode Analisis Data

(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2013 – 11 November 2013 di Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan. Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kelurahan Suka Maju berada dalam Kecamatan Medan Johor, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Kelurahan ini mempunyai luas permukaan sebesar 152 Ha. Terdapat 13 lingkungan dengan jumlah penduduk sebanyak 14.249 orang, dimana jumlah laki-laki adalah 7.037 dan perempuan adalah sebanyak 7.212 orang.

Tingkat pendidikan penduduk di kelurahan ini adalah tamat SD yaitu sebanyak 1375 orang, tamat SMP sebanyak 2398 orang, tamat SMA sebanyak 5.693 orang, dan Sarjana sebanyak 2.552 orang.

Agama yang dianut oleh penduduk di kelurahan ini adalah Islam sebanyak 14.106 orang. Kristen sebanyak 83 orang, Katholik sebanyak 37 orang, dan Budha sebanyak 23 orang.

5.2. Karakteristik Responden

Sampel penelitian yang ikut serta dalam penelitian ini terdiri dari 336 orang yang semuanya merupakan penduduk di Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan.

(39)

Untuk data karakteristik responden pada penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan responden. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

5.2.1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi data penelitian berdasarkan jenis kelamin responden dengan jumlah responden 336 orang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki laki 129 38.4

Perempuan 207 61.6

Total 336 100.0

Berdasarkan Tabel 5.1, diketahui bahwa jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 207 orang (61,6%) sedangkan laki-laki sebanyak 129 orang (38,4%).

5.2.2. Distribusi Responden berdasarkan Umur

Jika ditinjau berdasarkan umur dari 336 responden penelitian dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan umur yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur

Umur Jumlah Persentase

15-19 31 9,2

20-24 33 9,8

25-29 25 7,4

30-34 51 15,2

35-39 40 11,9

40-44 49 14,6

>45 107 31,8

(40)

Berdasarkan tabel 5.2, diketahui bahwa responden yang terbanyak berasal dari kelompok umur >45 tahun yaitu sebanyak 107 orang (31,8%), sedangkan jumlah responden terendah berasal dari kelompok umur 25-29 tahun yaitu sebanyak 25 orang (7,4%).

5.2.3. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jika ditinjau dari pendidikan terakhir responden, responden penelitian dapat dibagi menjadi 3 kelompok interval tingkat pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat

Pendidikan Jumlah Persentase

Rendah 91 27,1

Menengah 152 45,2

Tinggi 93 27,2

Total 336 100.0

Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, diketahui bahwa 152 orang responden (45,2%) berpendidikan Menengah, diikuti dengan 93 orang responden (27,2%) berpendidikan Tinggi, dan 91 orang responden (27,1%) berpendidikan Rendah.

5.3. Pengetahuan Responden mengenai Penggunaan Antibiotik

(41)

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan

memerlukan antibiotik 118 35,1% 209 62,2% 9 2,7%

3 Tujuan pemberian

antibiotik 184 54,8% 141 42% 11 3,2%

4 Cara memperoleh

antibiotik 286 85,1% 36 10,7% 14 4,2%

5 Penghentian

penggunaan antibiotik 271 80,7% 51 15,2% 14 4,2%

6 Penggunaan antibiotik

sesuai petunjuk dokter 288 85,7% 39 11,^% 9 2,7%

7 Risiko penggunaan

antibiotik yang salah 263 78,3% 53 15,8% 20 6%

8 Efek samping

antibiotik 275 81,8% 32 9,5% 29 8,6%

9

Golongan yang harus diperhatikan dalam menggunakan antibiotik

270 80,4% 47 14% 19 5,7%

10 Cara penyimpanan

antibiotik 298 88,7% 26 7,7% 12 3,6%

11 Contoh antibiotik 230 68,5% 64 19% 42 12,5%

Berdasarkan Tabel 5.4, didapati bahwa 88,7% responden menjawab pertanyaan mengenai cara penyimpanan antibiotik dengan benar, diikuti dengan pertanyaan mengenai penggunaan antibiotik sesuai dengan petunjuk dokter yang dijawab benar oleh 85,7% responden.

(42)

Pada tabel 5.4 juga dapat dilihat bahwa 12,5% responden menjawab tidak tahu ketika diberikan pertanyaan mengenai contoh obat antibiotik, diikuti dengan pertanyaan mengenai efek samping antibiotik yang dijawab tidak tahu oleh 8,6% responden.

5.3.1. Tingkat Pengetahuan Responden

Dari hasil jawaban responden untuk pertanyaan mengenai pengetahuan responden mengenai antibiotik, dapat disimpulkan tingkat pengetahuan tersebut berdasarkan tiga tingkatan, pengetahuan baik, pengetahuan cukup dan

pengetahuan kurang. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

Tingkat

Pengetahuan Jumlah Persentase

Baik 267 79,5

Sedang 48 14,3

Kurang 21 6,3

Total 336 100

Berdasarkan tabel 5.5., sebanyak 267 orang responden (79,5%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 48 orang responden (14,3%) memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 21 orang responden (6,3%) memiliki tingkat pengetahuan kurang.

(43)

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan

Berdasarkan tabel 5.6, diketahui bahwa tingkat pengetahuan paling banyak di kategori baik terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 170 orang (63,7%), pengetahuan di kategori sedang terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 26 orang (54,2%), dan pengetahuan di kategori rendah juga terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 11 orang (52,4%).

5.3.3. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur

Sementara itu, hasil crosstabulation tingkat pengetahuan berdasarkan tingkatan umur responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

(44)

Berdasarkan tabel 5.7, tingkat pengetahuan baik paling banyak adalah responden yang termasuk dalam kelompok umur >45 tahun yaitu sebanyak 91 orang (34,1%). Tingkat pengetahuan sedang paling banyak adalah responden yang termasuk dalam kelompok umur 40-44 tahun yaitu sebanyak 11 orang (22,9%). Sedangkan, tingkat pengetahuan rendah paling banyak terdapat pada responden yang termasuk dalam kelompok umur >45 tahun yaitu sebanyak 7 orang (33,3%).

5.3.4. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Hasil crosstabulation tingkat pengetahuan responden terhadap tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

n % n % n %

Tingkat Pendidikan

Rendah 48 18% 26 54,2% 17 80,9% 91

Menengah 133 49,8% 16 33,3% 3 14,3% 152

Tinggi 86 32,2% 6 12,5% 1 4,8% 93

Total 267 48 21 336

(45)

5.4. Pembahasan

Secara keselurahan, tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor termasuk dalam kategori baik. Karena dari 336 jumlah keseluruhan responden, didapati 79,5% memiliki tingkat pengetahuan baik, 14,3% memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 6,3% memiliki tingkat pengetahuan rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Pulungan (2011) di Medan yang mendapati 77% responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi, 18% responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 5% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah. Selain itu, hasil yang sesuai juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh You, et al. (2008) yang mendapati bahwa 70% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 21% memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 9% memiliki tingkat pengetahuan rendah. Namun, pada penelitian yang dilakukan Oh, et al (2010) didapati 16,4% responden memiliki pengetahuan baik, 54,7% responden memiliki pengetahuan sedang, dan 28,9% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah. Menurut Notoatmodjo (2012), ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, yaitu pendidikan, informasi yang didapat, sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia.

(46)

dibanding 27% laki-laki yang memiliki tingkat pengetahuan rendah. Hal ini menurut Eng, at al. karena adanya perbedaan, baik usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Kemungkinan hal ini disebabkan karena perempuan memiliki rasa ingin tahu yang lebih dan lebih sering bertanya secara mendetail mengenai penyakit atau obat apa yang diberikan ketika berkonsultasi ke dokter sehingga menyebabkan perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan laki-laki.

Selain itu, berdasarkan tingkat pendidikan, responden yang dengan tingkat pendidikan menengah (SMA/Sederajat) memiliki tingkat pengetahuan baik paling banyak (49,8%), diikuti responden dengan tingkat pendidikan tinggi (32,2%), dan tingkat pendidikan rendah (18%). Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan rendah memiliki tingkat pengetahuan rendah terbanyak (80,9%), diikuti tingkat pendidikan menengah (14,3%), dan tingkat pendidikan tinggi (4,8%). Pola pikir seseorang akan sesuai dengan tingkat pendidikannya, karena pendidikan dapat berdampak pada kemampuan seseorang untuk menerima informasi dan informasi ini dapat berpengaruh pada pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2010). Menurut pendapat Baumann dan Koos yag dikutip oleh Friedman (1998) bahwa semakin terdidiknya seseorang maka semakin baik pengetahuannya tentang kesehatan dan sebaliknya.

(47)

pikir. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai antibiotika secara umum berada pada kategori baik. Namun dari butir-butir pertanyaan yang diajukan, ada beberapa pertanyaan yang tidak tepat dijawab oleh responden. Pertanyaan mengenai indikasi penggunaan antibiotik, dari hasil penelitian lebih dari setengah responden (56%) menjawab bahwa antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi dari virus. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oh, et al. (2010) yang mendapati bahwa 67,2% responden menjawab bahwa antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi dari virus. Hal ini, menurut Oh, et al. (2010) kemungkinan disebabkan oleh terminologi “kuman”, yang biasanya dipakai oleh dokter atau penyedia layanan kesehatan dalam praktek sehari-hari dibanding menggunakan terminologi mikrobiologis seperti “bakteri” atau “virus”.

Kemudian pertanyaan tentang jenis penyakit yang memerlukan antibiotik, Dari hasil penelitian menunjukkan 62% responden menjawab Influenza merupakan penyakit yang memerlukan antibiotik. penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh McNulty, et al. (2007) yang mendapati 67% dari responden menjawab bahwa influenza merupakan penyakit yang dapat diobati dengan obat antibiotik. Asumsi penulis, kemungkinan hal ini disebabkan oleh banyaknya peresepan yang tidak rasional oleh dokter dan ditambah dengan kurangnya edukasi oleh dokter kepada pasien mengenai penggunaa antibiotik yang benar.

(48)

dengan nama obat dagang dibandingkan nama obat generik yang biasanya disodorkan dalam daftar jawaban pada kuesioner.

(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Jenis kelamin responden dengan jumlah responden 336 orang adalah 129 orang laki laki (38,4%) dan 207 orang perempuan (61,6%).

2. Umur responden dengan jumlah responden 336 orang terbanyak berada pada golongan >45 tahun yaitu 107 orang (31,8%).

3. Tingkat pendidikan responden dengan jumlah responden 336 orang terbanyak pada tingkat pendidikan menengah (SMA/Sederajat) yaitu 152 orang (45,2%).

4. Tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan terhadap penggunaan antibiotik adalah baik yaitu sebanyak 267 orang (79,5%).

5. Tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mayoritas berjenis kelamin perempuan (63,7%).

6. Tingkat pendidikan berdasarkan umur, responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mayoritas berada pada usia >45 tahun (34,1%).

7. Tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan, responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mayoritas memiliki tingkat pendidikan menengah (49,8%).

6.2. Saran

(50)

2. Untuk masayarakat, agar lebih meningkatkan pengetahuan terhadap penggunaan antibiotik yang baik dan mengimplementasikannya menjadi sikap yang benar terhadap penggunaan antibiotik di kehidupan sehari-hari.

3. Kepada Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk lebih mengawasi distribusi antibiotik dan untuk pihak distributor seperti apotek agar menjalankan peraturan – peraturan yang berlaku.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Andre, Malin. Et al. 2010. A Survey of Public Knowledge and Awareness Related to Antibiotic Use and Resistance in Sweden. Journal of Antimicrobial

Chemotherapy 2010. Http://jac.oxfordjournals.org. Diakses pada november

2013

Barah, F, Goncalves, V. 2010. Antibiotic use and knowledge in the community in Kalamoon, Syrian Arab Republic: a cross-sectional study . Eastern

Mediterranean Health Journal.

http://www.emro.who.int/emhj/V16/05/16_5_2010_0516_0521.pdf. Diunduh pada 15 Mei 2013

Beukes, C.C. 2011. A Study on the Relationship Between Between Improved Patient and Compliance with Antibiotic Use. South African Society of Clinical Pharmacy.

http://www.sasocp.co.za/downloads/conference/D3-P3-%20A%20study%20on%20the%20relationship%20between%20improved%2 0patient%20knowledge%20%26%20compliance%20with%20antibiotic%20u se.pdf. Diunduh pada 28 April 2013

Brunton, L.L., et al. 2007. Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics, 11th Ed.New York: McGraw-Hill

CDC .2010. Antimicrobial resistance. Central for Disease Control and Prevention. http://www.cdc.gov. Diakses pada 30 Maret 2013

CDC. 2013. Antibiotic Aren’t Always the Answer. Central for Disease Control and Prevention. http://www.cdc.gov. Diakses pada 30 Maret 2013

Eng, J.V. Et al. Consumer Attitudes and Use of Antibiotic. Emerging Infectious Diseases by Center for Disease Control and Prevention; 9 (09): 02-0591.

(52)

Garcia, Coralith et al. 2011. Knowledge, attitudes and practice survey about antimicrobial resistance and prescribing among physicians in a hospital setting in Lima, Peru. BMC Clinical Pharmacology 2011. Diakses pada 20 Mei 2013

Kakkilaya, Srinivas B., Dr. 2008. Rational Use of Antibiotics. Rational Medicine Organization. www.rationalmedicine.org. Diakses pada 21 April 2013

Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor, A.J. 2007. Basic & Clinical Pharmacology, 10th Ed. New York:McGraw-Hill.

LACHS. 2003. Antibiotic Misuse. Country of Los Angeles Department of Health Services Public Health. www.lapublichealth.org. Diakses pada 30 Maret 2013

Lim, K.K. and Teh C.C. 2012. A Cross Sectional Study of Public Knowledge and Attitude towards Antibiotics in Putrajaya, Malaysia. Southern Med Review: An International Journal to Promote Pharmaceutical Policy Research.

www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc. Diakses pada 21 April 2013

Lim, V.K.E. 1998. Rational Use of Antibiotics. Expert Comittee on Rational Use of Antibiotics. www.acadmed.org.my. Diakses pada 31 Maret 2013

McNulty, Cliodna., Boyle, Paul. 2012. The Public’s Attitudes to And Compliance With Antibiotics. http://jac.oxfordjournals.org/content/60/suppl_1/i63.full.pdf. Diakses pada November 2013

NHS. 2012. The Antibiotic Awareness Campaign. National Health Study Choices. http://www.nhs.uk. Diakses pada 30 Maret 2013

Oh, Ai Ling. Et al. 2010. Public knowledge and attitudes towards antibiotic usage: a cross-sectional study among the general public in the state of Penang, Malaysia. J Infect Dev Ctries 2011; 5(5):338-347.

(53)

Pulungan, Sahara. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Antibiotika dan Penggunaannya di Kalangan Mahasiswa Non Medis Universitas Sumatera Utara. USU Institutional Repository.

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25623. Diakses 15 Mei 2013. Sastroasmoro, Sudigdo, Ismael, Sofyan, 2011. Dasar-dasar Metodologi

Penelitian Klinis, Jakarta: Sagung Seto.

Wahyuni, Sari Arlinda, 2007. Statistika Kedokteran, Jakarta: Bamboedea Communication.

WHO. 2010. Medicine: Rational Use of Medicines. World Health Organization Media Centre. www.who.int. Diakses pada 31 Maret 2013

WHO. 2012. Antimicrobial Resistance. World Health Organization Media Centre. http://www.who.int/mediacentre/factsheets. Diakses Pada 28 April

2013

WHO. 2012. Americans` Knowledge of and Attitudes Toward Antibiotic resistance. Hart Research Associates and Public Opinion Strategies. Http://www.who.int. Diakses pada November 2013

Widayati, Aris et al. 2012. Knowledge and beliefs about antibiotics among people in Yogyakarta City Indonesia: a cross sectional population-based survey. Antimicrobial Resistance and Infection Control.

www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc. diakses pada 21 April 2013

Wowiling, C., Goenawi, L.R., Citraningtyas, G. 2013. Pengaruh Penyuluhan Pengaruh Antibiotik Terhadap Pengetahuan Masyarakat di Kota Manado. Pharmacon: Jurnal Ilmiah Farmasi. 2 (03): 24-28. Diakses pada November

(54)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : M. Arief Pratama

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 14 Februari 1992 Agama : Islam

Alamat : Jl. Suka Tani No. 4A, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Dasar SD harapan 1 Medan (1998-2004) 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan (2004 - 2007)

3. Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Medan (2007 - 2010) 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2010 - Sekarang)

(55)

LAMPIRAN 2

KUESIONER

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT KELURAHAN SUKA MAJU TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Penghasilan per Bulan :

II. PERTANYAAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

Petunjuk: Jawablah pertanyaan yang benar sesuai dengan apa yang anda ketahui.

1. Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengobati...

a. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri

b. Infeksi yang disebabkan oleh virus

(56)

2. Menurut Anda, penyakit di bawah ini yang pengobatannya memerlukan antibiotik adalah...

a. Influenza (Flu)

b. TBC (Tuberculosis Paru)

c. Tidak tahu

3. Tujuan pemberian antibiotik pada infeksi adalah...

a. Untuk mengurangi rasa sakit yang diakibatkan oleh infeksi tersebut

b. Untuk membunuh atau menghentikan perkembangan kuman penyebab infeksi tersebut

c. Tidak tahu

4. Bagaimana anda mendapatkan obat antibiotik ? AB dapat diperoleh dengan cara :

a. Antibiotik diresepkan oleh dokter

b. Menggunakan resep yang lama tanpa pergi ke dokter lagi

c. Tidak tahu

5. Kapan anda menghentikan penggunaan antibiotik?

a. Ketika sudah merasa sembuh / pulih

(57)

c. Tidak tahu

6. Menurut Anda, haruskah penggunaan antibiotik sesuai dengan petunjuk dokter?

a. Ya

b. Tidak

c. Tidak tahu

7. Apakah bahaya dari penggunaan obat antibiotik yang tidak tepat?

a. Kuman penyebab infeksi akan menjadi kebal terhadap antibiotik tersebut

b. Kuman penyebab infeksi akan menjadi lemah terhadap antibiotik tersebut

c. Tidak tahu

8. Apakah efek samping dari penggunaan obat antibiotik?

a. Reaksi alergi dan keracunan obat antibiotik

b. Kejang-kejang

c. Tidak tahu

9. Antibiotik tidak sepenuhnya aman untuk diberikan dan harus berhati-hati pada pasien..

a. Ibu hamil,bayi,balita,dan anak-anak

b. Pasien dengan infeksi jamur atau parasit

(58)

10. Cara penyimpanan obat antibiotik yang tepat adalah...

a. Jauhkan dari sinar matahari

b. Dijemur pada matahari pagi untuk meningkatkan efek antibiotik tersebut

c. Tidak tahu

11. Yang merupakan contoh obat antibiotik adalah

a. Ciprofloxacin dan Penisilin

b. Aspirin dan Antalgin

(59)

LAMPIRAN 3

INFORMED CONSENT

Saya telah mendapat informasi yang jelas tentang tujuan, prosedur dan pemanfaatan penelitian yang dilakukan oleh M.Arief Pratama, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010. Oleh karena itu, dengan rasa penuh kesadaran dan keikhlasan saya bersedia berpartisipasi untuk mengisi kuesioner ini. Demikian pernyataan ini saya buat untuk digunakan seperlunya.

Nama : ... Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan

Usia : ...

Peneliti Responden,

(60)
(61)
(62)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Uji Reliabilitas Pertanyaan

Cronbach's

Alpha N of Items

(63)

Distribusi Karakteristik Responden

Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid lakilaki 129 38.4 38.4 38.4

perempuan 207 61.6 61.6 100.0

Total 336 100.0 100.0

Karakteristik Berdasarkan Tingkat Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 15-19 tahun 31 9.2 9.2 9.2

20-24 tahun 33 9.8 9.8 19.0

25-29 tahun 25 7.4 7.4 26.5

30-34 tahun 51 15.2 15.2 41.7

35-39 tahun 40 11.9 11.9 53.6

40-44 tahun 49 14.6 14.6 68.2

>45 tahun 107 31.8 31.8 100.0

(64)

Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD,SMP 91 27.1 27.1 27.1

SMA 152 45.2 45.2 72.3

S1,S2,S3 93 27.7 27.7 100.0

Total 336 100.0 100.0

Jawaban Pertanyaan

p1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TidakTahu 3 .9 .9 .9

Salah 191 56.8 56.8 57.7

Benar 142 42.3 42.3 100.0

Total 336 100.0 100.0

p2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TidakTahu 9 2.7 2.7 2.7

Salah 209 62.2 62.2 64.9

Benar 118 35.1 35.1 100.0

(65)

p3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TidakTahu 11 3.3 3.3 3.3

Salah 141 42.0 42.0 45.2

Benar 184 54.8 54.8 100.0

Total 336 100.0 100.0

p4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TidakTahu 14 4.2 4.2 4.2

Salah 36 10.7 10.7 14.9

Benar 286 85.1 85.1 100.0

Total 336 100.0 100.0

p5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TidakTahu 14 4.2 4.2 4.2

Salah 51 15.2 15.2 19.3

Benar 271 80.7 80.7 100.0

(66)

p6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TidakTahu 9 2.7 2.7 2.7

Salah 39 11.6 11.6 14.3

Benar 288 85.7 85.7 100.0

Total 336 100.0 100.0

p7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TidakTahu 20 6.0 6.0 6.0

Salah 53 15.8 15.8 21.7

Benar 263 78.3 78.3 100.0

Total 336 100.0 100.0

p8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TidakTahu 29 8.6 8.6 8.6

Salah 32 9.5 9.5 18.2

Benar 275 81.8 81.8 100.0

(67)

p9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TidakTahu 19 5.7 5.7 5.7

Salah 47 14.0 14.0 19.6

Benar 270 80.4 80.4 100.0

Total 336 100.0 100.0

p10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TidakTahu 12 3.6 3.6 3.6

Salah 26 7.7 7.7 11.3

Benar 298 88.7 88.7 100.0

Total 336 100.0 100.0

p11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TidakTahu 42 12.5 12.5 12.5

Salah 64 19.0 19.0 31.5

Benar 230 68.5 68.5 100.0

(68)

Tingkat Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 267 79.5 79.5 79.5

sedang 48 14.3 14.3 93.8

kurang 21 6.3 6.3 100.0

Total 336 100.0 100.0

Kategori Hasil Penelitian

JnsKelamin * TgktPgtahuan Crosstabulation Count

TgktPgtahuan

Total baik sedang kurang

JnsKelamin Lakilaki 97 22 10 129

perempuan 170 26 11 207

(69)

Pendidikan * TgktPgtahuan Crosstabulation Count

TgktPgtahuan

Total baik sedang kurang

Pendidikan SD,SMP 48 26 17 91

SMA 133 16 3 152

S1,S2,S3 86 6 1 93

Total 267 48 21 336

Umur * TgktPgtahuan Crosstabulation Count

TgktPgtahuan

Total baik Sedang kurang

Umur 15-19 tahun 20 10 1 31

20-24 tahun 27 3 3 33

25-29 tahun 21 3 1 25

30-34 tahun 43 6 2 51

35-39 tahun 30 6 4 40

40-44 tahun 35 11 3 49

>45 tahun 91 9 7 107

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi  berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu pencemaran logam berat yang dapat menurunkan kualitas perairan adalah penggunaan logam berat merkuri akibat aktivitas manusia yang dilakukan di suatu wilayah.. Logam

Discussion: Summary of the research was maternal dominant communication to fetus was stroking the belly when the fetus moving and kicking and reciting verses from the Holy

[r]

Kecer- matan di dalam memanfaatkan unsur-unsur tersebut akan mendorong perkuliahan akan lebih baik dan dipercaya mampu menciptakan kepribadian mahasiswa sehingga

Materi aritmetika sosial merupakan materi yang banyak bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam setiap penyajian materi, peneliti memasukkan masalah kontekstual

Menurut Widodo (2009:13), Pada model pembelajaran word square ini, “para siswa dipandang sebagai objek dan subjek pendidikan yang mempunyai potensi untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Peran Organisasi Ikatan Keluarga Pemuda Pakpak Indonesia (IKPPI) dalam pemilihan Bupati 2013 di Dairi Metode penelitian yang

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil kemampuan mendayung jarak 1000 pada kelompok atlet yang memiliki konsentrasi rendah yang dlatih dengan metode