PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH AKAR DAN MEDIA TANAM TERHADAP KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN
SETEK KAMBOJA JEPANG (Adenium obesum)
SKRIPSI
OLEH :
ANI MEGAWATI SIMBOLON
**040301035
BDP-AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH AKAR DAN MEDIA TANAM TERHADAP KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN
SETEK KAMBOJA JEPANG (Adenium obesum)
SKRIPSI
Oleh :
ANI MEGAWATI SIMBOLON 040301035
BDP AGRONOMI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Akar dan Media Tanam Terhadap Keberhasilan dan Pertumbuhan Setek Kamboja Jepang (Adenium obesum)
Nama : Ani Megawati Simbolon
NIM : 04031035
Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
(Ir. Jasmani Ginting, MP) (Ir. Asil Barus, MS)
Ketua Anggota
Mengetahui
Ir. Edison Purba, Ph.D. Ketua Jurusan
ABSTRACT
The research was aimed to gain the information about the effect of the root growth regulator and the media of plantation of the succeed ang the growth of Adenium sp. The research was conducted at the green house at Faculty of Agriculture, North Sumatera University, Medan with altitude + 25 above the sea level, from June to October 2008. The research was used the Completely Randomized Design with 2 factors. The first factor was the root growth regulator (Rootone F) with 4 degree e.g R0 (0 ppm),R1 (100 ppm), R 2 (200 ppm),
R3(300 ppm), and the second factor was the media of plantation with 3 kinds of
the media of plantation e.g M1 (sand + top soil with the ratio 2 |: 1),
M2(sand + kascing with the ratio 2 : 1), M3(sand + husk with the ratio 2 : 1).
The results show that the inundation with the root growth regulator has the significant effect on the amount of bud, bud s length at 12 and 14 weeks after the plantation, the amount of leaf, root s length, the wet weight of root, the wet weight of bud, and the dry weight. The media of plantation treatment has no significant effect on all parameters. The interaction of both factors has the significant effect on the amount of primary root.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh akar dan media tanam terhadap keberhasilan dan pertumbuhan setek kamboja jepang. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 m dpl pada bulan Juni sampai Oktober 2008. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah zat pengatur tumbuh akar (Rootone F) dengan empat taraf yaitu : R0 (0 ppm/ kontrol); R1 (100 ppm); R2 (200 ppm); R3 (300 ppm) dan faktor kedua adalah media tanam dengan tiga jenis yaitu : M1 ( Pasir + top soil /2:1 ); M2 (Pasir + kascing /2:1); M3 (Pasir + arang sekam /2:1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perendaman zat pengatur tumbuh akar berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas 12 dan 14 MST, jumlah daun, panjang akar, bobot basah akar, bobot basah tunas, bobot kering akar dan bobot kering tunas. Perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer.
RIWAYAT HIDUP
Ani Megawati Simbolon lahir di Medan pada tanggal 18 Oktober 1985 anak pertama dari lima bersaudara, putri dari pasangan Bapak L.Simbolon dan Ibu R Br. Sitompul.
Pendidikan yang ditempuh adalah SD Percobaan Negeri Medan lulus tahun 1998, SLTP Putri Cahaya Medan lulus tahun 2001, SMUN 4 Medan lulus tahun 2004. Terdaftar sebagai mahasiswa Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2004 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Akar dan Media Tanam Terhadap Keberhasilan dan Pertumbuhan Setek Kamboja Jepang (Adenium obesum) yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Jasmani Ginting, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Asil Barus, MS sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama persiapan penelitian sampai penulisan skripsi ini.
Penulismenyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi puhak yang membutuhkan.
Medan, Desember 2008
DAFTAR ISI
Zat Pengatur Tumbuh Akar... 9
Media Tanam ... 10
BAHAN DAN METODE... 12
Tempat dan Waktu Penelitian... 12
Bahan dan Alat Penelitian... 12
Metode Penelitian... 12
PELAKSANAAN PENELITIAN ... 15
Persiapan Media Tanam... 15
Persiapan Bahan Tanaman ... 15
Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Akar ... 16
Penanaman Setek Kamboja Jepang ... 16
Pemeliharaan... 16
Penyiraman ... 16
Penyisipan ... 16
Pengamatan Parameter... 17
Persentase Setek Bertunas (%)... 17
Jumlah Tunas ... 17
Panjang Tunas (cm) ... 17
Jumlah Daun (helai)... 17
Jumlah Akar Primer ... 17
Panjang Akar Primer (cm) ... 18
Bobot Basah Akar (g) ... 18
Bobot Basah Tunas (g) ... 18
Bobot Kering Akar (g) ... 18
Bobot Kering Tunas (g) ... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19
Hasil ... 19
Pembahasan... 38
KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
Kesimpulan ... 39
Saran... 39 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No Hal. 1. Perbedaan kamboja jepang dan kamboja ... 3 2. Rataan persentase setek bertunas pada berbagai konsentrasi Rootone
F dan komposisi media tanam... 20 3. Rataan jumlah tunas pada berbagai konsentrasi Rootone F dan
komposisi media tanam ... 20 4. Rataan panjang tunas 12 sampai 16 MST pada berbagai konsentrasi
Rootone F dan komposisi media tanam ... 22 5. Rataan panjang tunas 16 MST pada berbagai konsentrasi Rootone F
dan komposisi media tanam... 23 6. Rataan jumlah daun pada berbagai konsentrasi Rootone F dan
komposisi media tanam... 24 7. Rataan jumlah akar primer pada berbagai konsentrasi Rootone F dan
komposisi media tanam... 25 8. Rataan panjang akar pada berbagai konsentrasi Rootone F dan
komposisi media tanam... 27 9. Rataan bobot basah akar pada berbagai konsentrasi Rootone F dan
komposisi media tanam... 28 10. Rataan bobot basah tunas pada berbagai konsentrasi Rootone F dan
komposisi media tanam ... 29 11. Rataan bobot kering akar pada berbagai konsentrasi Rootone F dan
media tanam ... 31 12. Rataan bobot kering tunas pada berbagai konsentrasi Rootone F dan
DAFTAR GAMBAR
No Hal.
1. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan jumlah tunas bibit
tanaman kamboja jepang... 21 2. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan jumlah daun bibit
tanaman kamboja jepang... 24 3. Hubungan konsentrasi Rootone F pada berbagai media tanam
terhadap jumlah akar primer bibit tanaman kamboja jepang ... 26 4. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan panjang akar bibit
tanaman kamboja jepang... 27 5. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot basah akar bibit
tanaman kamboja jepang... 29 6. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot basah tunas bibit
tanaman kamboja jepang... 30 7. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot kering akar bibit
tanaman kamboja jepang... 32 8. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot kering tunas
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal.
1. Data Pengamatan persentase setek bertunas ... 42
2. Daftar sidik ragam persentase setek bertunas... ... 42
3. Data persentase setek bertunas (Transformasi arcsin) ... 43
4. Daftar sidik ragam persentase setek bertunas (Transformasi arcsin)... 43
5. Data jumlah tunas... 44
6. Daftar sidik ragam jumlah tunas ... 44
7. Data panjang tunas 12 MST ... 45
8. Daftar sidik ragam panjang tunas 12 MST... ... 45
9. Data panjang tunas 14 MST... 46
10. Daftar sidik ragam panjang tunas 14 MST... ... 46
11. Data panjang tunas 16 MST... 47
12. Daftar sidik ragam panjang tunas 16 MST ... 47
13. Data jumlah daun... ... 48
14. Daftar sidik ragam jumlah daun... 48
15. Data jumlah daun (Transformasi akar kuadrat) ... 49
16. Daftar sidik ragam jumlah daun (Transformasi akar kuadrat)... 49
17. Data jumlah akar primer... 50
19. Data jumlah akar primer (Transformasi akar kuadrat)... 51
20. Daftar sidik ragam jumlah akar primer (Transformasi akar kuadrat)... 51
21. Data panjang akar... 52
22. Daftar sidik ragam panjang akar... ... 52
23. Data panjang akar (Transformasi akar kuadrat)... 53
24. Daftar sidik ragam panjang akar (Transformasi akar kuadrat)... 53
25. Data bobot basah akar ... 54
26. Daftar sidik ragam bobot basah akar... 54
27. Data bobot basah akar (Transformasi akar kuadrat) ... 55
28. Daftar sidik ragam bobot basah akar (Transformasi akar kuadrat)... 55
29. Data bobot basah tunas... 56
30. Data sidik ragam bobot basah tunas... 56
31. Data bobot kering akar... 57
32. Data sidik ragam bobot kering akar ... 57
33. Data bobot kering akar (Transformasi akar kuadrat) ... 58
34. Data sidik ragam bobot kering akar (Transformasi akar kuadrat) ... 58
35. Data bobot kering tunas ... 59
36. Data sidik ragam bobot kering tunas... 59
37. Data bobot basah tunas (Transformasi akar kuadrat)... 60
38. Data sidik ragam bobot kering tunas (Transformasi akar kuadrat)... 60
39. Rangkuman uji beda rataan... 61
40. Pembuatan larutan zpt akar (Rootone F)... 62
41. Bagan tanaman per plot... 63
42. Bagan lahan percobaan ... 64
ABSTRACT
The research was aimed to gain the information about the effect of the root growth regulator and the media of plantation of the succeed ang the growth of Adenium sp. The research was conducted at the green house at Faculty of Agriculture, North Sumatera University, Medan with altitude + 25 above the sea level, from June to October 2008. The research was used the Completely Randomized Design with 2 factors. The first factor was the root growth regulator (Rootone F) with 4 degree e.g R0 (0 ppm),R1 (100 ppm), R 2 (200 ppm),
R3(300 ppm), and the second factor was the media of plantation with 3 kinds of
the media of plantation e.g M1 (sand + top soil with the ratio 2 |: 1),
M2(sand + kascing with the ratio 2 : 1), M3(sand + husk with the ratio 2 : 1).
The results show that the inundation with the root growth regulator has the significant effect on the amount of bud, bud s length at 12 and 14 weeks after the plantation, the amount of leaf, root s length, the wet weight of root, the wet weight of bud, and the dry weight. The media of plantation treatment has no significant effect on all parameters. The interaction of both factors has the significant effect on the amount of primary root.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh akar dan media tanam terhadap keberhasilan dan pertumbuhan setek kamboja jepang. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 m dpl pada bulan Juni sampai Oktober 2008. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah zat pengatur tumbuh akar (Rootone F) dengan empat taraf yaitu : R0 (0 ppm/ kontrol); R1 (100 ppm); R2 (200 ppm); R3 (300 ppm) dan faktor kedua adalah media tanam dengan tiga jenis yaitu : M1 ( Pasir + top soil /2:1 ); M2 (Pasir + kascing /2:1); M3 (Pasir + arang sekam /2:1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perendaman zat pengatur tumbuh akar berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas 12 dan 14 MST, jumlah daun, panjang akar, bobot basah akar, bobot basah tunas, bobot kering akar dan bobot kering tunas. Perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kamboja jepang (adenium) berasal dari daerah gurun pasir di daratan Afrika, seperti di Senegal sampai Sudan, Kenya, Mozambique, Namibia dan sekitarnya. Karena berasal dari gurun pasir maka adenium juga mempunyai julukan "The Dessert Rose", yang artinya mawar padang pasir (http://www.dyahayuirawati.net/, 2006).
Tanaman kamboja ini sudah lama dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini sering ditanam di halaman-halaman rumah, perkantoran, serta di taman-taman rekreasi, terutama di daerah perkotaan sebagai tanaman hias (Suryowinoto, 1997).
Tanaman kamboja (Adenium obesum), di kalangan awam disebut kamboja jepang dan merupakan tanaman hias yang bernilai ekonomi tinggi, karena keindahan bunga (kurang lebih terdapat 100 jenis) serta keunikan bentuk bonggol batang di pangkal akar. Penampilan kamboja ini selalu sebagai tanaman kerdil (bonsai) dan umumnya dibudidayakan dalam pot, sehingga tanaman ini mempunyai masa depan menjanjikan dalam agrobisnis tanaman hias (Hardjanti, 2005).
Perbanyakan tanaman kamboja dapat dilakukan melalui biji dan vegetatif. Cara stek banyak dipilih orang, apalagi bagi pengebun buah-buahan dan tanaman hias. Alasannya, tanaman yang dihasilkan dari setek biasanya mempunyai persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat-sifat lainnya. Selain itu diperoleh tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang telah mempunyai akar, batang, dan daun dalam waktu yang relatif singkat. Alasan lain tidak memerlukan teknik yang rumit, sehingga dapat dilakukan siapa saja (Wudianto, 1998).
Pada tahun 1935, Went dan Kenneth V Thimann menunjukkan bahwa IAA memacu pertumbuhan awal akar pada setek batang, dan dan dari situlah berkembang pertama kali penggunaan auksin dalam praktek. Auksin tiruan NAA biasanya lebih efektif daripada IAA, tampaknya karena NAA tidak dirusak oleh IAA oksidase atau enzim lain, sehingga bisa bertahan lebih lama (Salisbury dan Ross, 1992).
Kamboja jepang yang diperbanyak dengan setek lebih baik ditumbuhkan pada media tumbuh campuran kompos, tanah, dan pasir yang berdrainase baik dalam rumah kaca. Jenis dan sifat media tanam berperan dalam ketersediaan unsur hara dan air sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman (Astuti, 2003 dalam Hardjanti, 2005).
Kascing adalah kotoran atau feses cacing atanah. Istilah lain dari kascing adalah casting atau kasting dan vermicast atau vermicompost. Kascing mengandung unsur hara lengkap baik unsur makro maupun mikro, yang berguna bagi pertumbuhan tanaman (Mulat, 2003).
Pekebun adenium di Indonesia jarang menggunakan cara setek untuk memperbanyak tanaman karena resiko gagal yang cukup tinggi dan membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan bonggol. Resiko gagal yang sering terjadi adalah busuk pada pangkal batang pada saat tanaman disetek sebelum muncul akar. Untuk itu perlu diberikan zat yang dapat merangsang pembentukan akar dan media yang sesuai untuk pertumbuhan akar.
Berdasarkan uraian diatas diharapkan diperoleh konsentrasi Rootone F yang paling optimum dalam menumbuhkan akar tanaman Adenium obesum serta media tanam yang sesuai dengan campuran media yang minim.
Tujuan Penelitianf
Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh akar (Rootone F) terhadap keberhasilan dan pertumbuhan setek tanaman kamboja jepang
2. Ada pengaruh media tanam terhadap keberhasilan dan pertumbuhan setek kamboja jepang
3. Ada pengaruh interaksi pemberian zat pengatur tumbuh akar (Rootone F) dan media tanam terhadap keberhasilan dan pertumbuhan setek tanaman kamboja jepang
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat unutk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Sistematika Tanaman Kamboja Jepang adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Super divisio :Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/ dikotil) Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Familia : Apocynaceae
Genus : Adenium
Spesies :Adenium obesum(Forssk.) Roem.& Schult (http://www.plantamor.com., 2008).
Akar kamboja jepang mampu membesar seperti umbi. Bagian ini menyimpan air, yaitu akar bagian atas atau pangkal batang. Akar yang membesar itu diselimuti rambut-rambut akar (akar-akar kecil) yang sangat banyak terutama di bagian bawah, samping, maupun atas, menyatu dengan akar yang membesar (Soenanto, 2005).
keputih-putihan, halus, setiap 2-3 cm terdapat mata tunas, dan bergetah (Soenanto, 2005).
Daunnya mengelompok pada ujung-ujung ranting; berupa helaian daun, bertangkai 0,5-1 cm, berwarna hijau, memanjang berbentuk lanset, ujungnya berbentu bulat telur ampai bentuk spatel atau solet, panjangnya 9-13 cm, lebar 2-3 cm. warna dan bentuk daunnya mirip sekali dengan Kamboja tetapi proporsinya lebih kecil (Suryowinoto, 1997).
Bunganya berupa malai, menggerombol pada ujung rantai dan berbentuk terompet. Mahkota bunga berbentuk corong, diameter 1-,5 cm, sisi dalam berambut, sisi luar berwarna merah, tajuk bunga menutup ke kiri, panjangnya 1,5-2 cm, sisi dalam berwarna merah, bentuk tumpul, lebar 1-1,5 cm. Benang sari berjumlah 5 dan berambut halus (Suryowinoto, 1997).
Buah kamboja jepang tumbuh secara berpasangan (dua buah), terletak di ujung tunas. Buah berbentuk pipih panjang, berwarna hijau waktu masih muda dan kemudian berangsur-angsur berubah warna menjadi cokelat. Buah yang sudah dewasa bisa mencapai panjang 15-30 cm (Soenanto, 2005).
Biji kamboja jepang berada di dalam buah. Satu buah tanaman ini dapat berisi antara 20-40 biji, tergantung dari besar kecilnya. Biji berukuran kecil mirip biji pada (gabah) dan berwarna cokelat muda. Jika dikupas, akan tampak isinya yang berwarna putih seperti nasi. Biji yang masih berkulit diselimuti bulu-bulu halus (Soenanto, 2005).
satu Famili, yaitu Apocynaceae, tetapi dengan genus yang berbeda. (http://www.dyahayuirawati.net., 2006). Perbedaannya sebagai berikut :
Tabel 1.Perbedaan Kamboja jepang dan Kamboja
Kamboja jepang Kamboja
Sebutan di Indonesia Kamboja jepang Kamboja kuburan
Genus Adenium Plumeria
Daun Panjang dan kecil Panjang dan besar
Akara Dapat membesar, seperti
umbi-sebagai tempat penyimpan air
Biasa
Perawakan Kecil-kebanyakan pendek Tinggi dan besar
Kegunaan Tanaman hias Tanaman hias dan
pelindung-karena mendapat sinar matahari yang cukup. Kebutuhan matahari yang diperlukan mulai 6-9 jam/ hari. Sinar matahari berguna untuk pertumbuhan batang dan cabang lebih besar, membuat kokoh serta memunculkan bunga (Anonimous, 2007).
Pada dasarnya, tanaman ini dapat hidup pada suhu antara 150-450 C. Suhu
dibawah 150 C tampak kurang baik bagi pertumbuhan adenium. Meskipun tahan
hidup pada suhu relatif panas, pada suhu diatas 450 C daun-daun akan kering dan
rontok (Soenanto, 2005).
Suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 210C sampai
tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi (Hartman, 1983 dalam Elisabeth, 2004).
Tanah
Berkat kemampuan adaptasinya yang baik, kamboja jepang dapat tumbuh di segala tempat. Tanaman ini bisa tumbuh baik di dataran rendah yang suhunya hangat hingga di dataran tinggi yang suhunya dingin, bahkan sampai ketinggian 1000 meter dpl. Namun, tanaman ini bisa tumbuh baik jika di pelihara di daerah tropis dengan ketinggian tempat di bawah 50 meter diatas permukaan laut (Chuhairy, 2006).
Pada dasarnya, semua campuran media tanam bagus bila cocok dengan lingkungan dan cara pembudidayaannya. Hanya saja, media tanam yang baik bagi adenium yaitu mampu mengikat air dan udara sekaligus (porous tapi dapat menyerap air), mensuplai unsur hara, dan derajat keasaman (pH) berkisar 5,6-6,5 (Anonimous, 2007).
ZPT Akar (Rootone F)
Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin (Hartman, 1983 dalam Elisabeth, 2004).
Rootone F adalah salah satu ZPT yang berbentuk tepung. Cara pemakaiannya yaitu dengan membasahi lebih dulu pangkal setek kurang lebih 2 cm, lalu dicelupkan kedalam ZPT. Kelebihan ZPT yang menempel pada pangkal stek dapat dihilangkan dengan cara mengetuk-ngetukkan bahan stek (Wudianto, 1998).
Hormon tumbuh akar Rootone F mengandung bahan aktif sebagai berikut : a. 1 Naphthaleneacematide (0,06 %)
b. 2 Methyl 1 Naphthaleneacetic Acid (0,033 %) c. 3 Methyl 1 Naphthaleneacematide (0,013 %) d. Indole 3 Butiryc Acid (0,057 %)
e. Thiram (Tetramethyl thiuram disulfida) (4,000 %) (Anonim, 1987 dalam Elisabeth, 2004).
Auksin adalah hormon tanaman seperti indolasetat yang berfungsi untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada setek atau cangkokan (http:///www.rootonef.com, 2008).
sitokinin akan terjadi induksi akar dan pemanjangan tunas. Sebaliknya kandungan auksin lebih rendah dari sitokinin akan terjadi induksi tunas dan pemanjangan akar (Skoog, 1957 dan Haryadi, 1979 dalam Wuryaningsih, dkk., 2000).
Jika dianggap bahwa awalnya perbandingan sitokinin dan auksin endogen pada tubuh tanaman dalam keadaan seimbang, maka dengan penambahan auksin eksogen, maka akan diperoleh perbandingan auksin yang dikandung menjadi lebih tinggi dari sitokinin sehingga terjadi induksi akar dan pemanjangan tunas (Wuryaningsih, dkk., 2000).
Media Tanam
Fungsi media perakaran yang digunakan menanam stek adalah memegang stek agar tidak mudah goyah, memberikan kelembaban yang cukup dan mengatur peredaran udara (aerasi). Oleh karenanya, media yang ideal haruslah mampu memberikan aerasi yang cukup, mempunyai daya pegang air dan drainase yang baik serta bebas dari jamur dan bakteri patogen (Ashari, 1995).
Top soil adalah lapisan tanah yang paling atas yang paling sering dan paling mudah dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor biologi. Pada lapisan ini, sebagian besar bahan organik terkumpul dan mengalami pembusukan, ini menjadikan top soil berwarna lebih gelap dibandingkan lapisan di bawahnya (California Fertilizer Association, 1998).
Proses pengomposan juga dapat melibatkan organisme makro seperti cacing tanah. Kerja sama antara cacing tanah dengan mikroorganisme memberi dampak proses penguraian yang berjalan dengan baik. Hasil dari vermikomposting berupa casting. Casting ini mengandung partikel-partikel kecil dari bahan organik yang dimakan cacing dan kemudian dikeluarkan lagi. Kandungan casting tergantung dari bahan organik dan jenis cacingnya (Indriani, 2004).
Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama prosese pembakaran. Selain itu, sekam bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam menjadi gembur (Anonimous, 2007).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2008 (empat bulan).
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah setek batang tanaman kamboja jepang, zat pengatur tumbuh akar (Rootone F), top soil, kascing, pasir, sekam bakar, air, alkohol 70%, kertas label, polibag dengan ukuran diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gembor, meteran, pisau tajam, handsprayer, kalkulator, timbangan analitik, dan alat-alat lain yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :
Faktor I : Zat pengatur tumbuh akar (Rootone-F), dengan 3 taraf, yaitu : R0= kontrol
R2= konsentrasi 200 ppm
R3= konsentrasi 300 ppm
Faktor II : Media tanam dengan 3 taraf, yaitu : M1= Pasir + top soil (2:1)
M2= Pasir + kascing (2:1)
M3= Pasir + arang sekam (2:1)
Sehingga diperoleh 12 kombinasi :
R0M1 R1M1 R2M1 R3M1
R0M2 R1M2 R2M2 R3M2
R0M3 R1M3 R2M3 R3M3
Jumlah Ulangan : 3
Jumlah Kombinasi : 12
Jumlah Plot : 36
Jumlah Tanaman/ Plot : 4 Jumlah Sampel/ Plot : 2 Jumlah Tanaman Seluruhnya : 144 Jumlah Sampel Seluruhnya : 72
Jarak antar Blok : 30 cm
Jarak antar Plot : 30 cm
Dari data penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier sebagai berikut :
Dimana :
Yijk = Hasil pengamatan perlakuan Rootone F pada taraf ke-i dan media tanam pada taraf ke-j
= Nilai tengah
i = Pengaruh Rootone F pada taraf ke-i j = Pengaruh media tanam pada taraf ke-j
( )ij = Pengaruh interaksi Rootone F pada taraf ke-i dan media tanam pada taraf ke-j
ijk = Pengaruh galat yang disebabkan perlakuan Rootone F pada taraf ke-i dan media tanam pada taraf ke-j pada ulangan ke-k
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Media Tanam
Media tanam terdiri dari top soil, kascing, pasir, dan sekam bakar. Pasir terlebih dahulu disterilisasi dengan cara digongseng. Sedangkan sekam bakar, top soil dan kascing tidak disterilisasi, karena top soil, sekam bakar dan kascing yang digunakan sudah siap pakai. Kemudian media tanam tersebut dicampur hingga merata sesuai dengan perbandingan pada komposisi perlakuan dan dimasukkan ke dalam polibag berdiameter 12 cm dengan panjang 28 cm. Media tanam diisikan ke polibag hingga setinggi 24 cm.
Persiapan Bahan Tanaman
Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Akar (Rootone F)
Rootone F diaplikasikan dengan cara menambahkan sedikit alkohol untuk melarutkan kemudian ditambahkan air sehingga menjadi larutan. Kemudian bahan tanaman direndam pada larutan setinggi 5 cm selama + 2 jam.
Penanaman Setek Kamboja Jepang
Jumlah setek per polibag sebanyak 1 batang, penanaman setek dilakukan dengan memasukkan setek secara tegak tepat di bagian tengah polibag. Setek yang terbenam media adalah sedalam 5 cm. Setelah setek ditanam, kemudian media tanam di siram dengan air hingga kapasitas lapang.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan tiga hari sekali yaitu pagi atau sore hari secara merata pada seluruh tanaman dengan menggunakan gembor dan air bersih.
Penyisipan
Penyisipan dilakukan guna mengganti tanaman yang rusak akibat hama, penyakit ataupun kerusakan mekanis lainnya. Batas waktu penyisipan adalah 12 minggu setelah tanam.
Penyiangan
Pengamatan Parameter
Persentase Setek Bertunas (%)
Dihitung pada 4 minggu setelah tanam yaitu dengan menghitung setek yang bertunas dibagi jumlah tanaman pada masing-masing plot dikali 100%. Persentase setek bertunas dihitung pada akhir penelitian
Rumus % setek bertunas = jumlah setek yang bertunas x 100% jumlah setek tiap plot
Jumlah Tunas
Jumlah tunas dihitung satu kali pada setiap tanaman sampel yang dilakukan pada akhir penelitian.
Panjang Tunas (cm)
Panjang tunas diukur dari pangkal tumbuhnya tunas sampai titik tumbuh tertinggi. Tunas yang diukur adalah tunas yang terpanjang dan dilakukan sejak 12 minggu setelah tanam dengan interval 2 minggu sekali.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang sudah membuka sempurna. Jumlah daun dihitung pada akhir penelitian.
Jumlah Akar Primer
Panjang Akar Primer (cm)
Panjang akar diukur pada akhir penelitian dimulai dari pangkal stek sampai ujung akar dengan menggunakan dengan menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan pada akar terpanjang.
Bobot Basah Akar (g)
Bobot basah akar diukur dengan cara menimbang akar yang telah dipotong dan dibersihkan. Penimbangan dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan timbangan analitik.
Bobot Basah Tunas (g)
Bobot basah tunas yang ditimbang adalah dengan memotong tunas yang keluar selama penelitian dan dibersihkan. Penimbangan dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan timbangan analitik.
Bobot Kering Akar (g)
Akar yang telah ditimbang bobot basahnya, selanjutnya dimasukkan dalam amplop. Kemudian amplop yang berisi akar tadi diovenkan dengan suhu 700 C
selama 2 x 24 jam. Setelah itu akar dikeluarkan dari amplop dan dihitung bobot kering akar dengan menggunakan timbangan analitik.
Bobot Kering Tunas (g)
Bagian atas tanaman yang telah ditimbang bobot basahnya, selanjutnya dimasukkan dalam amplop. Kemudian amplop yang berisi bagian atas tanaman tadi diovenkan dengan suhu 700C selama 2 x 24 jam. Setelah itu dikeluarkan dari
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis data secara statistik menunjukkan pemberian berbagai konsentrasi Rootone F berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas 12 dan 14 MST, jumlah daun, panjang akar bobot basah akar, bobot basah tunas, bobot kering akar dan bobot kering tunas, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap persentase setek bertunas dan panjang tunas 16 MST.
Komposisi berbagai media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.
Interaksi antara Rootone F dan media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer., tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap persentase setek bertunas, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun, panjang akar, bobot basah akar,bobot basah tunas, bobot kering akar dan bobot kering tunas.
Persentase Setek Bertunas (%)
Tabel 2. Rataan Persentase Setek Bertunas Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam
Media Tanam
Konsentrasi Rootone F (ppm)
Rataan R0(0) R1(100) R2(200) R3(300)
M1(Pasir + Top soil) 67.07 74.13 57.07 60.00 64.56a
M2(Pasir + Kascing) 67.07 74.13 74.13 62.07 69.35a
M3(Pasir + Arang sekam) 55.00 70.40 74.13 69.13 67.16a
Rataan 63.04a 72.88a 68.44a 63.73a
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase setek bertunas tertinggi pada perlakuan konsentrasi Rootone F yaitu pada konsentrasi 100 ppm (72,88 %) dan yang terendah pada konsentrasi 0 ppm (63,04 %). Persentase setek bertunas tertinggi pada perlakuan media yaitu pada perlakuan Pasir + kascing (69,35 %) dan yang terendah Pasir + top soil (64,56 %). Sedangkan interaksi kedua perlakuan, persentase setek bertunas tertinggi pada perlakuan R1M1, R1M2, R2M2
dan R2M3(74,13 %) sedangkan paling rendah pada perlakuan R0M3(55 %).
Jumlah Tunas
Hasil pengamatan jumlah tunas dan daftar sidik ragam jumlah tunas dapat dilihat pada Lampiran 5-6 yang menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi Rootone F berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, sedangkan perlakuan media serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.
Tabel 3. Rataan Jumlah Tunas Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam
M2(Pasir + Kascing) 1.67 1.33 1.00 1.50 1.37a
M3(Pasir + Arang sekam) 1.50 1.17 1.00 2.00 1.41a
Rataan 1.39ab 1.27bc 1bc 1.72a
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah tunas tertinggi pada perlakuan konsentrasi Rootone F yaitu pada konsentrasi 300 ppm (1,72) dan yang terendah pada konsentrasi 200 ppm (1). Jumlah tunas tertinggi pada perlakuan media yaitu pada perlakuan pasir + arang sekam (1,41) dan yang terendah Pasir + top soil (1,25). Sedangkan interaksi kedua perlakuan, jumlah tunas tertinggi pada perlakuan R3M3 (2) sedangkan paling rendah pada perlakuan R0M1, R2M1, R2M2
dan R2M3(1).
Pengaruh konsentrasi Rootone F pada berbagai media terhadap jumlah tunas, kurva responnya dapat dilihat pada Gambar 1
= 1.4472 - 0.0055x + 2E-05x2
Gambar 1. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan jumlah tunas bibit tanaman kamboja jepang
Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi Rootone F dengan jumlah tunas bibit tanaman kamboja jepang adalah kuadratik dimana jumlah tunas menurun pada konsentrasi Rootone F 100 ppm (R1) dan meningkat
pada konsentrasi Rootone F 300 ppm (R3) bibit tanaman kamboja jepang yang
Panjang Tunas
Hasil pengamatan panjang tunas dan daftar sidik ragam panjang tunas dapat dilihat pada Lampiran 7-10 yang menunjukkan bahwa perlakuan Rootone F berpengaruh nyata terhadap panjang tunas 12 dan 14 MST, sedangkan perlakuan Rootone F terhadap panjang tunas 16 MST, media serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.
Tabel 4. Rataan Panjang Tunas 12 sampai 16 MST Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam
Perlakuan
R2(200) 0.25ab 0.28b 0.37a
R3(300) 0.32a 0.38a 0.52a
Media Tanam (M)
M1(Pasir + Top soil) 0.24a 0.28a 0.39a
M2(Pasir + Kascing) 0.26a 0.32a 0.44a
M3(Pasir + Arang sekam) 0.23a 0.27a 0.34a
Interaksi (RxM)
Tabel 5. Rataan Panjang Tunas 16 MST Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam
Media Tanam
Konsentrasi Rootone F
Rataan R0(0) R1(100) R2(200) R3(300)
M1(Pasir + Top soil) 0.26 0.38 0.33 0.57 0.39a
M2(Pasir + Kascing) 0.47 0.33 0.49 0.48 0.44a
M3(Pasir + Arang sekam) 0.26 0.28 0.29 0.52 0.34a
Rataan 0.33a 0.33a 0.37a 0.52a
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 5 menunjukkan bahwa konsentrasi Rootone F berpengaruh tidak nyata, dimana panjang tunas tertinggi yaitu pada konsentrasi 300 ppm (0,52) dan yang terendah pada konsentrasi 0 ppm dan 100 ppm (0,33). Perlakuan berbagai komposisi media berpengaruh tidak nyata, dimana panjang tunas tertinggi pada perlakuan pasir + top soil (0,39) dan yang terendah pasir + arang sekam (0,34). Sedangkan kombinasi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata, dimana panjang tunas tertinggi pada perlakuan R3M1 (0,57) sedangkan paling rendah pada
perlakuan R0M1dan R0M3(0,26).
Jumlah Daun
Tabel 6. Rataan Jumlah Daun Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan
M2(Pasir + Kascing) 3.20 2.61 2.49 3.07 2.84a
M3(Pasir + Arang sekam) 2.26 2.64 2.41 3.19 2.62a
Rataan 2.40cd 2.53b 2.43bc 3.28a
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan Rootone F berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, dimana tertinggi pada konsentrasi 300 ppm (3,28) dan yang terendah pada konsentrasi 0 ppm (2,40). Perlakuan berbagai komposisi media berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, dimana tertinggi pada perlakuan media yaitu pada perlakuan Pasir + kascing (2,84) dan yang terendah pasir + arang sekam (2,52). Kombinasi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, dimana tertinggi pada perlakuan R3M1 (3,59) sedangkan
paling rendah pada perlakuan R0M1(1,76).
Pengaruh Rootone F pada berbagai media terhadap jumlah daun, kurva responnya dapat dilihat pada Gambar 2
=2.2846 + 0.0025x
Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi Rootone F dengan jumlah daun bibit tanaman kamboja jepang adalah linier yang artinya jumlah daun akan meningkat sejalan dengan semakin tinggi konsentrasi Rootone F yang akan digunakan dengan konsentrasi Rootone F 300 ppm (R3).
Jumlah Akar Primer
Hasil pengamatan jumlah akar primer dan daftar sidik ragam jumlah akar primer dapat dilihat pada Lampiran 19-20 yang menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi Rootone F berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer dan interaksi kedua perlakuan, sedangkan perlakuan media berpengaruh tidak nyata.
Tabel 7. Rataan Jumlah Akar Primer Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam
Media Tanam
Konsentrasi Rootone F (ppm)
R0(0) R1(100) R2(200) R3(300)
M1(Pasir + Top soil) 1.29gh 2.11abcd 1.53defgh 2.16abc
M2(Pasir + Kascing) 2.31a 1.72abcdefg 1.65bcdefgh 2.00abcdef
M3(Pasir + Arang sekam)
1.69bcdefgh 2.16abc 2.03abcde 2.18ab
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Pengaruh Rootone F pada berbagai media terhadap jumlah akar primer, kurva responnya dapat dilihat pada Gambar 3
= 1.2898 + 0.024x - 0.0002x2 + 4E-07x3
Gambar 3. Hubungan konsentrasi Rootone F pada berbagai media tanam terhadap jumlah akar primer bibit tanaman kamboja jepang
Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi Rootone F pada berbagai media tanam terhadap jumlah akar primer bibit tanaman kamboja jepang adalah kubik, jumlah akar primer akan meningkat pada konsentrasi Rootone F 100 ppm (R1) dan menurun pada konsentrasi Rootone F 200 ppm (R3) yang
digunakan.
Panjang Akar
Tabel 8. Rataan Panjang Akar Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan
M2(Pasir + Kascing) 2.78 2.18 2.42 2.53 2.47a
M3(Pasir + Arang sekam) 1.53 2.33 2.56 2.98 2.34a
Rataan 2.08cd 2.44bc 2.67ab 3.03a
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 8 menunjukkan bahwa pemberian Rootone F berpengaruh nyata terhadap panjang akar , dimana tertinggi pada konsentrasi 300 ppm (3,03) dan yang terendah pada konsentrasi 0 ppm (2,08). Perlakuan berbagai komposisi media berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar, dimana tertinggi pada perlakuan media yaitu pada media pasir + top soil (2,84) dan yang terendah pada media pasir + arang sekam (2,34). Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar, dimana tertinggi pada perlakuan R3M1 (3,58)
sedangkan paling rendah pada perlakuan R0M3(1,53).
Pengaruh konsentrasi Rootone F pada berbagai media terhadap panjang akar, kurva responnya dapat dilihat pada Gambar 4
= 2.0975 + 0.0031x
Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi Rootone F dengan panjang akar bibit tanaman kamboja jepang adalah linier yang artinya panjang akar akan meningkat sejalan dengan semakin tinggi konsentrasi Rootone F yang akan digunakan dengan konsentrasi Rootone F 300 ppm (R3).
Bobot Basah Akar
Hasil pengamatan bobot basah akar dan daftar sidik ragam bobot basah akar dapat dilihat pada Lampiran 27-28 yang menunjukkan bahwa konsentrasi Rootone F berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar, sedangkan perlakuan media dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.
Tabel 9. Rataan Bobot Basah Akar Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam
M2(Pasir + Kascing) 1.14 0.89 1.28 1.23 1.13a
M3(Pasir + Arang sekam) 0.77 1.17 1.00 1.45 1.09a
Rataan 0.90bc 1.13ab 1.17ab 1.41a
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 9 menunjukkan bahwa pemberian Rootone F berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar, dimana tertinggi pada konsnetrasi 300 ppm (1,41) dan yang terendah pada konsentrasi 0 ppm (0,9). Perlakuan berbagai komposisi media berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar, dimana tertinggi pada perlakuan media yaitu pada media pasir + top soil (1,23) dan yang terendah pada media pasir + arang sekam (1,09). Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar, dimana tertinggi pada perlakuan R3M1 (1,57)
Pengaruh Rootone F pada berbagai media terhadap bobot basah akar , kurva responnya dapat dilihat pada Gambar 5
= 0.9171 + 0.0016x
Gambar 5. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot basah akar bibit tanaman kamboja jepang
Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot basah akar bibit tanaman kamboja jepang adalah linier yang artinya bobot basah akar akan meningkat sejalan dengan semakin tinggi konsentrasi Rootone F yang akan digunakan dengan konsentrasi Rootone F 300 ppm (R3).
Bobot Basah Tunas
Hasil pengamatan bobot basah tunas dan daftar sidik ragam bobot basah tunas dapat dilihat pada Lampiran 29-30 yang menunjukkan bahwa perlakuan Rootone F berpengaruh nyata terhadap bobot basah tunas, sedangkan perlakuan media dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.
Tabel 10. Rataan Bobot Basah Tunas Pada Berbagai Konsnetrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam
M2(Pasir + Kascing) 2.50 1.62 2.77 2.85 2.43a
M3(Pasir + Arang sekam) 0.45 1.42 1.25 2.73 1.46a
Rataan 1.10b 1.57b 1.94b 2.87a
Tabel 10 menunjukkan bahwa pemberian Rootone F berpengaruh nyata terhadap bobot basah tunas, dimana tertinggi pada perlakuan R3 (2,87) dan yang
terendah pada perlakuan R0 (1,10). Perlakuan berbagai komposisi media
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tunas, dimana tertinggi pada perlakuan media yaitu pada perlakuan M2 (2,43) dan yang terendah M3 (1,46).
Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar, dimana tertinggi pada perlakuan R3M1 (3,05) sedangkan paling rendah pada perlakuan
R0M1(0,37).
Pengaruh konsentrasi Rootone F pada berbagai media terhadap bobot basah tunas, kurva responnya dapat dilihat pada Gambar 6
= 1.0211 + 0.0057x
Bobot Kering Akar
Hasil pengamatan bobot kering akar dan daftar sidik ragam bobot kering akar dapat dilihat pada Lampiran 33-34 yang menunjukkan bahwa perlakuan Rootone F berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, sedangkan perlakuan media dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.
Tabel 11. Rataan Bobot Kering Akar Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam
M2(Pasir + Kascing) 0.82 0.75 0.87 0.81 0.81a
M3(Pasir + Arang sekam) 0.73 0.86 0.79 0.92 0.82a
Rataan 0.75c 0.84ab 0.85ab 0.88a
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 11 menunjukkan bahwa pemberian Rootone F berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, dimana tertinggi pada konsentrasi 300 ppm (0,88) dan yang terendah pada konsentrasi 0 ppm (0,75). Perlakuan berbagai komposisi media berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar, dimana tertinggi pada perlakuan media yaitu pada perlakuan pasir + top soil (0,86) dan yang terendah pasir + kascing (0,81). Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar, dimana tertinggi pada perlakuan R3M1 (0,93)
Pengaruh Rootone F pada berbagai media terhadap bobot kering akar, kurva responnya dapat dilihat pada Gambar 7
= 0.7747 + 0.0004x
Gambar 7. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot kering akar bibit tanaman kamboja jepang
Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot kering akar bibit tanaman kamboja jepang adalah linier yang artinya bobot kering akar akan meningkat sejalan dengan semakin tinggi konsentrasi Rootone F yang akan digunakan dengan konsentrasi Rootone F 300 ppm (R3).
Bobot Kering Tunas
Tabel 12. Rataan Bobot Kering Tunas Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan
M2(Pasir + Kascing) 0.89 0.84 0.92 0.95 0.90a
M3(Pasir + Arang sekam) 0.76 0.81 0.83 0.97 0.84a
Rataan 0.79cd 0.83bc 0.86b 0.95a
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 12 menunjukkan bahwa pemberian Rootone F berpengaruh nyata terhadap bobot kering tunas, dimana tertinggi pada konsentrasi 300 ppm (0,95) dan yang terendah pada konsentrasi 0 ppm (0,79). Perlakuan berbagai komposisi media berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tunas, dimana tertinggi pada perlakuan media yaitu pada media pasir + kascing (0,90) dan yang terendah pada media pasir + top soil (0,83). Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tunas, dimana tertinggi pada perlakuan R3M3 (0,97)
sedangkan paling rendah pada perlakuan R0M1(0,72).
Pengaruh konsentrasi Rootone F pada berbagai media terhadap bobot kering tunas, kurva responnya dapat dilihat pada Gambar 8
Dari gambar 8 dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot kering tunas bibit tanaman kamboja jepang adalah linier yang artinya bobot kering tunas akan meningkat sejalan dengan semakin tinggi konsentrasi Rootone F yang akan digunakan dengan konsentrasi Rootone F 300 ppm (R3).
Pembahasan
Pengaruh ZPT Akar Terhadap Keberhasilan dan Pertumbuhan Setek Kamboja Jepang
Dari data pengamatan dan hasil analisis secara statistika maka diperoleh bahwa perlakuan Rootone F berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas 12 dan 14 MST (cm), jumlah daun (helai), panjang akar (cm), bobot basah akar (g), bobot basah tunas (g), bobot kering akar (g) dan bobot kering tunas (g). Serta berpengaruh tidak nyata terhadap persentase setek bertunas (%), panjang tunas 16 MST (cm) dan jumlah akar primer.
kaca yang tinggi yang dapat meningkatkan perkembangan tunas termasuk jumlah tunas. Hal ini didukung oleh pernyataan Hartman, 1983 dalam Elisabeth (2004) yang menyatakan Suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 21oC sampai 27oC pada pagi dan siang hari dan 15oC pada malam hari. Suhu yang
terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi.
Perlakuan Rootone F berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan bobot kering akar pada berbagai konsentrasi Rootone F. Hal ini dikarenakan Rootone F mengandung kombinasi hormon tumbuh IBA, IAA dan NAA yang lebih efektif merangsang perakaran yang berpengaruh pada bobot basah dan bobot kering akar. Hal ini sesuai dengan literatur Elisabeth (2004) yang menyatakan bahwa Rootone F sebagai hasil kombinasi dari ketiga hormon tumbuh yaitu IBA, IAA dan NAA yang lebih efektif merangsang perakaran dari pada penggunaan hanya satu jenis hormon secara tunggal.
sitokinin akan terjadi induksi akar dan pemanjangan tunas. Sebaliknya kandungan auksin lebih rendah dari sitokinin akan terjadi induksi tunas dan pemanjangan akar.
Perlakuan Rootone F berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tunas 16 MST. Hal ini diduga dipengaruhi oleh suhu di dalam rumah kaca yang mendorong tunas bertambah panjang melampaui perkembangan perakaran. Hal ini sesuai dengan literatur Hartman, 1983 dalam Elisabeth (2004) yang menyatakan bahwa suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 210C sampai 270C pada pagi dan siang hari dan 150C pada malam hari. Suhu yang
terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi.
Rootone F berpengaruh nyata terhadap parameter panjang akar primer. Hal ini disebabkan karena kandungan auksin yang terdapat pada Rootone F. Auksin adalah salah satu ZPT yang dapat merangsang pembentukan akar pada stek. Hal ini sesuai dengan literatur yang dikemukakan oleh http/www.rootonef.com (2008) yang menyatakan bahwa auksin adalah hormon tanaman seperti indolasetat yang berfungsi untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan.
Pengaruh Berbagai Komposisi Media Tanam Terhadap Keberhasilan dan Pertumbuhan Setek Kamboja Jepang
Perlakuan berbagai komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Hal ini diduga ketiga komposisi media tanam yang digunakan memiliki fungsi yang sama, yaitu memegang setek agar tidak mudah goyah dan memberikan kelembaban yang cukup. Hal ini sesuai dengan literatur Ashari (1995) yang menyatakan bahwa fungsi media perakaran yang digunakan menanam setek adalah memegang setek agar tidak mudah goyah, memberikan kelembaban yang cukup dan mengatur peredaran udara (aerasi). Oleh karenanya, media yang ideal haruslah mampu memberikan aerasi yang cukup, mempunyai daya pegang air dan drainase yang baik serta bebas dari jamur dan bakteri patogen.
Pengaruh Interaksi ZPT Akar dan Media Tanam terhadap Kerberhasilan dan Pertumbuhan Setek Kamboja Jepang
Dari hasil analisis secara statistik interaksi perlakuan Rootone F dan media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer. Tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap persentase setek bertunas, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun, panjang akar bobot basah akar, bobot basah tunas, bobot kering akar dan bobot kering tunas.
sebagai zat tumbuh perangsang perakaran yang dijual dengan nama dagang Bioroton atau Rootone F (Ashari,1995). Pembentukan akar juga dipengaruhi oleh media tanam yang mengandung unsur hara yang memiliki aerasi dan drainase yang baik, dimana komposisi media yang digunakan dominan pasir. Hal ini sesuai dengan literatur Anonimous (2007) yang menyatakan pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran stek batang tanaman. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan aerasi serta drainase media tanam.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan zpt akar (Rootone F) berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas 12 dan 14 MST, jumlah daun, panjang akar, bobot basah akar, bobot basah tunas, bobot kering akar dan bobot kering tunas. Tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap persentase setek bertunas, panjang tunas 16 MST dan jumlah akar primer
2. Perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter amatan yaitu persentase setek bertunas, jumlah tunas, panjang tunas 12, 14 dan 16 MST, jumlah daun, panjang akar, jumlah akar primer, bobot basah akar, bobot basah tunas, bobot kering akar dan bobot kering tunas.
Saran
1. Sebaiknya pada perbnyakan setek kamboja jepang menggunakan ZPT akar (Rootone F) pada konsentrasi 300 ppm dan mdia tanam pasir + top soil
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Penebar Swadaya, Jakarta Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta
Bangun, M.K., 1991. Rancangan Percobaan. Bagian I. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara Press, Medan
California Fertilizer Association (CFA), 1998. Western Fertilizer Handbook-Second Horticulture Edition. Interstate Publ. Inc, Denville.
Chuhairy, A., 2006, Membuat Adenium Rajin Berbunga. Agromedia Pustaka, Jakarta
Elisabeth, 2004. Pengaruh Rootone-F dan Ukuran Diameter Stek Tehadap Pertumbuhan Dari Stek Batang Jati (Tectona grandis L.F), Fakultas Pattimura. Diakses April 2008
Hardjanti, S., 2005. Pertumbuhan Setek Adenium Melalui Penganginan, Asal Bahan Setek, Penggunaan Pupuk Daun dan Komposisi Media, Jurnal Agrosains, (online), jilid 7, No 2 Diakses tanggal 07 Mei 2008
http://www.dyahayuirawati.net., 2006. Adenium. Diakses tanggal 06 Mei 2008 http://www.plantamor.com., Kamboja Jepang. Diakses tanggal 06 Mei 2008 http://www.rootonef.com., 2008. Sedikit Catatan May 2008.Diakses tanggal 26
Desember 2008.
http://tamanjogja.wordpress.com., Kamboja Jepang. Diakses tanggal 07 Mei 2008 Indriani, Y. H., 2004. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta Merta, I Gede dan Y. Octavianty., 2008. 101 Adenium Unik. Penebar Swadaya,
Jakarta
Mulat, T., 2003. Membuat dan memanfaatkan Kascing Pupuk Organik Berkualitas. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Salisbury, F. B dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Terjemahan oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono, 1995. Penerbit ITB, Bandung
Suryowinoto, S.M. 1997. Flora Eksotika, Tanaman Hias Berbunga. Kanisius, Yogyakarta
Wudianto, R, 1998. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya, Jakarta
Wuryaningsih,S., Satsiyati dan S. Andyantoro.2000. Pengaruh Kultivar, IBA, Dan Bahan Setek Pada Perbanyakan Melati. Jurnal Agrotropika Vol. V (2)
Lampiran 1. Data Persentase Setek Bertunas (%)
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
R0M1 100.00 75.00 75.00 250.00 83.33
R0M2 75.00 75.00 100.00 250.00 83.33
R0M3 75.00 50.00 75.00 200.00 66.67
R1M1 75.00 100.00 100.00 275.00 91.67
R1M2 100.00 100.00 75.00 275.00 91.67
R1M3 100.00 75.00 100.00 275.00 91.67
R2M1 100.00 50.00 50.00 200.00 66.67
R2M2 100.00 75.00 100.00 275.00 91.67
R2M3 100.00 100.00 75.00 275.00 91.67
R3M1 75.00 75.00 75.00 225.00 75.00
R3M2 100.00 75.00 50.00 225.00 75.00
R3M3 100.00 100.00 50.00 250.00 83.33
Total 1100.00 950.00 925.00 2975.00
Rataan 91.67 79.17 77.08 82.64
Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Persentase Setek Bertunas
SK db JK KT Fhit F.05
Perlakuan 11 3107.64 282.51 0.86 tn 2.22
R 3 1163.19 387.73 1.18 tn 3.01
R Linier 1 31.25 31.25 0.09 tn 4.26
R
Kuadratik 1 850.69 850.69 2.58 tn 4.26
R Kubik 1 281.2500 281.2500 0.8526 tn 4.26
M 2 243.06 121.53 0.37 tn 3.40
Lampiran 3. Data Persentase Setek Bertunas (%) (Arcsin p)
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
R0M1 81.20 60.00 60.00 201.20 67.07
R0M2 60.00 60.00 81.20 201.20 67.07
R0M3 60.00 45.00 60.00 165.00 55.00
R1M1 60.00 81.20 81.20 222.40 74.13
R1M2 81.20 81.20 60.00 222.40 74.13
R1M3 81.20 60.00 70.00 211.20 70.40
R2M1 81.20 45.00 45.00 171.20 57.07
R2M2 81.20 60.00 81.20 222.40 74.13
R2M3 81.20 81.20 60.00 222.40 74.13
R3M1 60.00 60.00 60.00 180.00 60.00
R3M2 81.20 60.00 45.00 186.20 62.07
R3M3 81.20 81.20 45.00 207.40 69.13
Total 889.60 774.80 748.60 2413.00
Rataan 74.13 64.57 62.38 67.03
Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam Persentase Setek Bertunas (Arcsin p)
SK db JK KT Fhit F.05
Perlakuan 11 1606.97 146.09 0.77 tn 2.22
R 3 567.72 189.24 0.99 tn 3.01
R Linier 1 2.54 2.54 0.01 tn 4.26
R Kuadratik 1 476.69 476.69 2.50 tn 4.26
R Kubik 1 88.4802 88.4802 0.4635 tn 4.26
M 2 137.63 68.81 0.36 tn 3.40
Lampiran 5. Data Jumlah Tunas
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
R0M1 1.00 1.00 1.00 3.00 1.00
R0M2 1.50 1.50 2.00 5.00 1.67
R0M3 2.00 1.00 1.50 4.50 1.50
R1M1 1.00 1.00 2.00 4.00 1.33
R1M2 1.00 1.00 2.00 4.00 1.33
R1M3 1.00 1.50 1.00 3.50 1.17
R2M1 1.00 1.00 1.00 3.00 1.00
R2M2 1.00 1.00 1.00 3.00 1.00
R2M3 1.00 1.00 1.00 3.00 1.00
R3M1 1.50 2.50 1.00 5.00 1.67
R3M2 1.50 1.50 1.50 4.50 1.50
R3M3 2.00 2.50 1.50 6.00 2.00
Total 15.50 16.50 16.50 48.50
Rataan 1.29 1.38 1.38 1.35
Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tunas
SK db JK KT Fhit F.05
Perlakuan 11 3.58 0.33 2.04 tn 2.22
R 3 2.41 0.80 5.03 * 3.01
R Linier 1 0.23 0.23 1.47 tn 4.26
R Kuadratik 1 1.56 1.56 9.78 * 4.26
R Kubik 1 0.6125 0.6125 3.8348 tn 4.26
M 2 0.18 0.09 0.57 tn 3.40
Lampiran 7. Data Panjang Tunas 12 MST (cm)
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
R0M1 0.20 0.10 0.18 0.48 0.16
R0M2 0.30 0.33 0.20 0.83 0.28
R0M3 0.25 0.15 0.18 0.58 0.19
R1M1 0.33 0.15 0.20 0.68 0.23
R1M2 0.25 0.25 0.15 0.65 0.22
R1M3 0.10 0.10 0.28 0.48 0.16
R2M1 0.25 0.30 0.15 0.70 0.23
R2M2 0.20 0.40 0.23 0.83 0.28
R2M3 0.28 0.25 0.18 0.70 0.23
R3M1 0.25 0.35 0.40 1.00 0.33
R3M2 0.20 0.38 0.28 0.85 0.28
R3M3 0.35 0.40 0.28 1.03 0.34
Total 2.95 3.15 2.68 8.78
Rataan 0.25 0.26 0.22 0.24
Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Panjang Tunas 12 MST
SK db JK KT Fhit F.05
Perlakuan 11 0.12 0.01 1.87 tn 2.22
R 3 0.08 0.03 4.62 * 3.01
R Linier 1 0.07 0.07 11.27 * 4.26
R Kuadratik 1 0.01 0.01 2.53 tn 4.26
R Kubik 1 0.0004 0.0004 0.0727 tn 4.26
M 2 0.01 0.00 0.57 tn 3.40
Lampiran 9. Data Panjang Tunas 14 MST (cm)
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
R0M1 0.25 0.10 0.23 0.58 0.19
R0M2 0.50 0.40 0.25 1.15 0.38
R0M3 0.28 0.15 0.20 0.63 0.21
R1M1 0.43 0.15 0.25 0.83 0.28
R1M2 0.25 0.30 0.20 0.75 0.25
R1M3 0.15 0.13 0.35 0.63 0.21
R2M1 0.33 0.33 0.15 0.80 0.27
R2M2 0.20 0.50 0.25 0.95 0.32
R2M3 0.28 0.25 0.20 0.73 0.24
R3M1 0.30 0.35 0.55 1.20 0.40
R3M2 0.28 0.38 0.30 0.95 0.32
R3M3 0.48 0.45 0.30 1.23 0.41
Total 3.70 3.48 3.23 10.40
Rataan 0.31 0.29 0.27 0.29
Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Panjang Tunas 14 MST
SK db JK KT Fhit F.05
Perlakuan 11 0.19 0.02 1.61 tn 2.22
R 3 0.09 0.03 2.87 tn 3.01
R Linier 1 0.06 0.06 5.76 * 4.26
R Kuadratik 1 0.03 0.03 2.83 tn 4.26
R Kubik 1 0.0002 0.0002 0.0205 tn 4.26
M 2 0.02 0.01 0.72 tn 3.40
Lampiran 11. Data Panjang Tunas 16 MST (cm)
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
R0M1 0.33 0.10 0.35 0.78 0.26
R0M2 0.75 0.40 0.25 1.40 0.47
R0M3 0.28 0.25 0.25 0.78 0.26
R1M1 0.55 0.30 0.30 1.15 0.38
R1M2 0.33 0.40 0.25 0.98 0.33
R1M3 0.18 0.30 0.38 0.85 0.28
R2M1 0.35 0.40 0.25 1.00 0.33
R2M2 0.33 0.85 0.30 1.48 0.49
R2M3 0.33 0.30 0.25 0.88 0.29
R3M1 0.50 0.45 0.75 1.70 0.57
R3M2 0.38 0.70 0.35 1.43 0.48
R3M3 0.70 0.48 0.38 1.55 0.52
Total 4.98 4.93 4.05 13.95
Rataan 0.41 0.41 0.34 0.39
Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Panjang Tunas 16 MST
SK db JK KT Fhit F.05
Perlakuan 11 0.40 0.04 0.85 tn 2.22
R 3 0.22 0.07 1.70 tn 3.01
R Linier 1 0.17 0.17 3.97 tn 4.26
R Kuadratik 1 0.05 0.05 1.09 tn 4.26
R Kubik 1 0.0020 0.0020 0.0463 tn 4.26
M 2 0.06 0.03 0.73 tn 3.40
Lampiran 13. Data Jumlah Daun (helai)
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
R0M1 4.50 0.00 5.00 9.50 3.17
R0M2 12.50 9.50 7.50 29.50 9.83
R0M3 4.00 6.50 3.50 14.00 4.67
R1M1 10.50 7.00 0.50 18.00 6.00
R1M2 6.50 5.50 7.00 19.00 6.33
R1M3 6.00 6.50 7.00 19.50 6.50
R2M1 6.50 8.50 2.00 17.00 5.67
R2M2 3.50 11.50 3.50 18.50 6.17
R2M3 5.50 6.50 4.00 16.00 5.33
R3M1 11.50 15.50 10.50 37.50 12.50
R3M2 8.50 11.00 7.50 27.00 9.00
R3M3 11.50 11.50 6.50 29.50 9.83
Total 91.00 99.50 64.50 255.00
Rataan 7.58 8.29 5.38 7.08
Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun
SK db JK KT Fhit F.05
Perlakuan 11 231.92 21.08 2.64 * 2.22
R 3 137.03 45.68 5.73 * 3.01
R Linier 1 77.36 77.36 9.70 * 4.26
R Kuadratik 1 42.25 42.25 5.30 * 4.26
R Kubik 1 17.4222 17.4222 2.1854 tn 4.26
M 2 10.50 5.25 0.66 tn 3.40
Lampiran 15. Data Jumlah Daun (helai) Y+½
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
R0M1 2.24 0.71 2.35 5.29 1.76
R0M2 3.61 3.16 2.83 9.60 3.20
R0M3 2.12 2.65 2.00 6.77 2.26
R1M1 3.32 2.74 1.00 7.06 2.35
R1M2 2.65 2.45 2.74 7.83 2.61
R1M3 2.55 2.65 2.74 7.93 2.64
R2M1 2.65 3.00 1.58 7.23 2.41
R2M2 2.00 3.46 2.00 7.46 2.49
R2M3 2.45 2.65 2.12 7.22 2.41
R3M1 3.46 4.00 3.32 10.78 3.59
R3M2 3.00 3.39 2.83 9.22 3.07
R3M3 3.46 3.46 2.65 9.57 3.19
Total 33.50 34.31 28.14 95.96
Rataan 2.79 2.86 2.35 2.67
Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Y+½
SK db JK KT Fhit F.05
Perlakuan 11 8.51 0.77 2.13 tn 2.22
R 3 4.71 1.57 4.32 * 3.01
R Linier 1 2.90 2.90 7.99 * 4.26
R Kuadratik 1 1.17 1.17 3.23 tn 4.26
R Kubik 1 0.6324 0.6324 1.7408 tn 4.26
M 2 0.62 0.31 0.85 tn 3.40
Lampiran 17. Data Jumlah Akar Primer
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
R0M1 2.00 0.00 2.00 4.00 1.33
R0M2 4.50 4.50 5.50 14.50 4.83
R0M3 2.50 4.00 1.00 7.50 2.50
R1M1 5.00 3.00 4.00 12.00 4.00
R1M2 3.00 1.50 3.00 7.50 2.50
R1M3 5.50 2.00 5.50 13.00 4.33
R2M1 3.50 2.00 0.50 6.00 2.00
R2M2 3.50 2.50 1.00 7.00 2.33
R2M3 3.50 5.00 2.50 11.00 3.67
R3M1 4.00 5.00 3.50 12.50 4.17
R3M2 3.50 3.00 4.00 10.50 3.50
R3M3 5.00 5.50 2.50 13.00 4.33
Total 45.50 38.00 35.00 118.50
Rataan 3.79 3.17 2.92 3.29
Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Jumlah Akar Primer
SK db JK KT Fhit F.05
Perlakuan 11 41.02 3.73 2.41 * 2.22
R 3 10.41 3.47 2.24 tn 3.01
R Linier 1 2.57 2.57 1.66 tn 4.26
R Kuadratik 1 0.84 0.84 0.54 tn 4.26
R Kubik 1 7.0014 7.0014 4.5211 * 4.26
M 2 4.17 2.08 1.35 tn 3.40
Lampiran 19. Data Jumlah Akar Primer Y+½
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
R0M1 1.58 0.71 1.58 3.87 1.29
R0M2 2.24 2.24 2.45 6.92 2.31
R0M3 1.73 2.12 1.22 5.08 1.69
R1M1 2.35 1.87 2.12 6.34 2.11
R1M2 1.87 1.41 1.87 5.16 1.72
R1M3 2.45 1.58 2.45 6.48 2.16
R2M1 2.00 1.58 1.00 4.58 1.53
R2M2 2.00 1.73 1.22 4.96 1.65
R2M3 2.00 2.35 1.73 6.08 2.03
R3M1 2.12 2.35 2.00 6.47 2.16
R3M2 2.00 1.87 2.12 5.99 2.00
R3M3 2.35 2.45 1.73 6.53 2.18
Total 24.68 22.25 21.51 68.44
Rataan 2.06 1.85 1.79 1.90
Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Jumlah Akar Primer Y+½
SK db JK KT Fhit F.05
Perlakuan 11 3.28 0.30 2.31 * 2.22
R 3 0.89 0.30 2.31 tn 3.01
R Linier 1 0.27 0.27 2.11 tn 4.26
R Kuadratik 1 0.04 0.04 0.35 tn 4.26
R Kubik 1 0.5770 0.5770 4.4741 * 4.26
M 2 0.36 0.18 1.39 tn 3.40
Lampiran 21. Data Panjang Akar (cm)
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
R0M1 6.50 0.00 5.60 12.10 4.03
R0M2 7.50 6.50 7.75 21.75 7.25
R0M3 1.45 1.75 2.35 5.55 1.85
R1M1 10.00 6.00 6.75 22.75 7.58
R1M2 5.25 3.75 3.80 12.80 4.27
R1M3 3.25 3.90 8.25 15.40 5.13
R2M1 11.50 13.50 3.00 28.00 9.33
R2M2 5.00 7.50 3.85 16.35 5.45
R2M3 6.00 7.00 5.20 18.20 6.07
R3M1 8.75 14.50 14.20 37.45 12.48
R3M2 5.60 6.25 5.80 17.65 5.88
R3M3 9.10 9.75 6.50 25.35 8.45
Total 79.90 11.50 73.05 233.35
Rataan 6.66 0.96 6.09 6.48
Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Panjang Akar
SK db JK KT Fhit F.05
Perlakuan 11 256.79 23.34 3.75 * 2.22
R 3 102.21 34.07 5.48 * 3.01
R Linier 1 100.88 100.88 16.22 * 4.26
R Kuadratik 1 1.12 1.12 0.18 tn 4.26
R Kubik 1 0.2170 0.2170 0.0349 tn 4.26
M 2 64.06 32.03 5.15 * 3.40
Lampiran 23. Data Panjang Akar (cm) Y+½
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
R0M1 2.65 0.71 2.47 5.82 1.94
R0M2 2.83 2.65 2.87 8.35 2.78
R0M3 1.40 1.50 1.69 4.58 1.53
R1M1 3.24 2.55 2.69 8.48 2.83
R1M2 2.40 2.06 2.07 6.53 2.18
R1M3 1.94 2.10 2.96 6.99 2.33
R2M1 3.46 3.74 1.87 9.08 3.03
R2M2 2.35 2.83 2.09 7.26 2.42
R2M3 2.55 2.74 2.39 7.68 2.56
R3M1 3.04 3.87 3.83 10.75 3.58
R3M2 2.47 2.60 2.51 7.58 2.53
R3M3 3.10 3.20 2.65 8.95 2.98
Total 31.41 30.54 30.09 92.04
Rataan 2.62 2.55 2.51 2.56
Lampiran 24. Daftar Sidik Ragam Panjang Akar Y+½
SK db JK KT Fhit F.05
Perlakuan 11 9.69 0.88 3.34 * 2.22
R 3 4.25 1.42 5.38 * 3.01
R Linier 1 4.22 4.22 16.02 * 4.26
R Kuadratik 1 0.00 0.00 0.00 tn 4.26
R Kubik 1 0.0349 0.0349 0.1326 tn 4.26
M 2 1.58 0.79 3.00 tn 3.40