RESPON MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN DI KECAMATAN PANGURURAN
KABUPATEN SAMOSIR
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Universitas Sumatera Utara
Disusun Oleh:
ROMAULI SITANGGANG
070902057
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan kasihNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini
adalah: “RESPON MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYAKAT MANDIRI PERDESAAN DI KECAMATAN
PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR”.
Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana
Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan
kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk menerima saran dan kritik yang dapat
membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang.
Skripsi ini penulis persembahkan khususnya kepada orang tuakuTercinta, Ayahanda A.
Sitanggang dan Ibunda T. Naibaho, yang sudah mendidik dan membesarkan penulis, dan
memenuhi semua keperluan penulis sampai dengan menyelesaikan skripsi ini, serta semua
keluarga yang telah mendukung dan mendoakan penulis selama peulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis juga menyucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan secara khusu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
2.
Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si sebagai Dosen Pembinbing Penulis, yang selama proses
penulisan skripsi ini dengan sabar membimbing penulis hingga skripsi ini selesai dengan
baik.
3.
Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P, selaku ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4.
Ibu Zuraida Hanum, selaku bagian Administrasi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
5.
Kepada Keluarga tercinta Uda Parulian Sitanngang, kakak Q A.Sitanggang/R.Silalahi,
T.Sitanggang/P.Sagala, N.Sitanggang and K’lina(lin2), Tuk Abang Q
E.Sitanggang/NC.Silalahi, B’Joko, dan tuk ponakan-ponakan Q tercinta: Intan, Indah,
Emi, Juank, Samuel, Syahsyah, Irvan, Icha, Jojo jelex.
6.
Kepada Sahabat-sahabat penulis terkhusus tuk KEPOMPONG ada Lisna, Morlina, Lisna
N, Osta, Asna (Mak Rava), Rini, Anita, Ruth, Julita, Siska, Fiten, Well, Chandra, Jefri,
Andre Pranata, tanggu raja siboro, masdon, and terkhusus buat “Ewin Q”
7.
Kepada teman-teman stambuk 2007 Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah menjadi teman
yang baik , Putri Yuna, Risma, Ladiana, Cristy, Lydia, Fran, Yohana, Novanta, Critina,
Dwita, Pipin, Sunario, Alex, Malida, Wirda, Aink, Lucas, Castri, Tri Angelina, Maya,
serta semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan oleh penulis.
ix
9.
Kepada semua orang-orang yang telah memberikan dukungan kepada penulis dimana
dikarenakan keterbatasan penulis dalam mencantumkan nama satu persatu, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya.
10.
Kepada semua dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan semua dosen Fakultas Ilmu sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut serta memberikan
bantuan dan sumbangan pemikiran selama penulis mengikuti perkuliahan. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa memberikan RahmatNya atas kebaikan dan kemurahan hati bapak/ ibu, saudara/
saudari sekalian.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
dunia pendidikan.
Medan, Februari 2010
Penulis
Romauli Sitanggang
DAFTAR ISI
HALAMAN
ABSTRAK ...
i
KATA PENGANTAR ...
iii
DAFTAR ISI...
vi
DAFTAR TABEL ...
ix
DAFTAR GAMBAR ...
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah ...
1
1.2
Perumusan Masalah ...
10
1.3
Pembahasan Masalah ...
10
1.4
Tujuan dan Manfaat Peneitian ...
10
1.5
Sistematika Penulisan ...
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Respon...
13
2.2
Masyarakat ...
18
2.3
Kemiskinan ...
20
2.4
Kesejahteraan Sosial ...
21
2.5
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM MP)
26
2.6
Kerangka Pemikiran...
40
xi
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Tipe Penelitian ...
46
3.2
Lokasi Penelitian ...
46
3.3
Populasi dan Sampel ...
47
3.4
Tehnik Pengambilan Data ...
49
3.5
Tehnik Analisis Data...
50
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1
Lokasi Penelitian ...
51
4.2
Sejarah dan Asal Usul Lokasi Penelitian ...
51
4.3
Batas Demografi ...
54
4.3.1
Batas Wilayah ...
54
4.3.2
Pemerintahan...
54
4.3.3
Struktur Organisasi ...
55
4.3.4
Kependudukan ...
56
BAB V ANALISIS DATA
5.1
Analisis Identitas Responden ...
61
5.2
Respon Masyarakat Terhadapa Pelaksanaan ...
67
5.2.1
Persepsi Masyarakat Pelaksanaan PNPM MP ...
54
5.2.2
Sikap Masyarakat Pelaksanaan PNPM MP ...
74
5.2.3
Persepsi Masyarakat Pelaksanaan PNPM MP ...
82
BAB VI PENUTUP
6.1
Kesimpulan ...
94
6.2
Saran ...
95
DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER
xiii BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi,
geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Mengacu pada strategi nasional penanggulangan kemiskinan,
defenisi Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan,
tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermanfaat (RI, 2004-2009; 131).
Pada periode 1996-1999 jumlah penduduk miskin Indonesia meningkat sebesar 13,96 juta karena
krisis ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1999 menjadi 47,97 juta pada tahun 1999. persentase
penduduk miskin meningkat dari 17,47% manjadi 23,43% pada periode yang sama.
Periode 2000-2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun dari 38,70juta pada tahun 2000
menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin
dari 19,14% pada tahun 2000, menjadi 15,97% pada tahun 2005.
Namun pada tahun 2006, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin yang cukup drastis, yaitu dari
35,10 juta orang (15,97%) pada bulan Februari 2005 menjadi 39,30 juta (17,75%) pada bulan Maret 2006.
penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah 2,09 juta orang. Peningkatan jumlah dan persentase
penduduk makin selama Februari 2005-Maret 2006 terjadi karena harga-harga kebutuhan pokok selama
yang tergolong tidak miskin namun penghasilannya berada disekitar garis kemiskinan banyak yang
bergeser posisinya menjadi miskin.
Terjadi penurun jumlah dan persentase penduduk miskin yang cukup signifikan pada periode
Maret 2007-Maret 2008, dari 37,17 juta (16,58%) pada tahun 2007 menjadi 34,96 juta (15,42%) pada
tahun 2008 (BPS, 2009).
Data BPS menginformasikan jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita
di bawah garis kemiskinan-red) di Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta (13,33 persen dari
total penduduk). Jumlah sebesar itu turun 1,51 juta jiwa dibanding Maret 2009 yang tercatat sebanyak
32,53 juta jiwa (14,15 persen).
Pada tahun 2009, jumlah penduduk miskin menurut BPS tercatat sebanyak 32,5 juta jiwa (14,15 persen),
turun sebanyak 2,43 juta jiwa dibandingkan jumlah penduduk miskin di 2008 yang tercatat sebesar 34,96
juta. “Dengan data ini bisa dilihat ada perlambatan penurunan tingkat kemiskinan dari 2,43 juta jiwa di
2009 menjadi hanya 1,51 juta jiwa di 2010. Harus diakui hasil ini tak sesuai dengan harapan pemerintah
yang menargetkan tingkat kemiskinan di level 11 persen. Faktor pengurang penduduk miskin tahun 2010
ini juga lebih karena didorong oleh rata-rata upah harian buruh tani dan buruh bangunan yang naik
sebesar 3,27 persen dan 3,86 persen selama periode 2009-2010. Kemudian, lantaran sebagian besar
penduduk miskin bekerja di sektor pertanian, nilai tukar petani (NTP) yang naik 2,45 persen menjadi
faktor pengurang jumlah penduduk miskin yang signifika
Pada dasarnya pembangunan adalah proses perubahan yang terus menerus menuju kemajuan
yang lebih baik. Pembangunan tanpa mengikutsertakan faktor sosial kemasyarakatan akan menjadi faktor
penarik dan pendorong. Kedua faktor tersebut akan menghambat perkembangan. Keberlanjutan dan
keberlangsungan pembangunan akan terganggu akibat faktor kemasyarakatan yang kurang serius
mendapatkan perhatian. Akibat yang ditimbulkan akan terjadi gejolak sosial dan pelbagai gerakan atau
xv
Didalam teori perubahan sosial, bahwa perubahan itu mengarah kepada kemunduran dan
kemajuan. Apapun arah perubahan sosial tersebut, fungsi waktu sangat menentukan apakah perubahan
sosial tersebut mengarah pada perubahan yang sangat cepat, bahkan sangat lambat. Disamping itu
perubahan dapat juga mencakup aspek yang sangat luas maupun aspek yang sangat sempit, dan
perubahan tergantung dari cakupan ruang lingkungan serta ruang perubahannya.
Kemiskinan dan pengangguran merupakan salah bentuk persoalan masyarakat yang disebabkan
akibat terjadinya ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk, keterbatasan ketersediaan lapangan
kerja, kebutuhan akan cara kerja yang professional serta pelbagai tekanan yang ditimbulkan. Disamping
itu faktor keterbatasan terhadap akses informasi, akses perbankan, akses mendapatkan sumber-sumber
pendapatan juga menjadi penyebab utama kemiskinan (depdagri.go.id/ 09/10/2010).
Penanggulangan kemiskinan sebenarnya sudah dilakukan sejak awal kemerdekaan, Bangsa
Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur
sebagaimana dimuat dalam Alinea ke empat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Program-program
pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya
pengentasan kemiskinan, karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus
menerus menjadi masalah yang berkepanjangan
Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut Presiden RI telah mencanangkan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M), Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian pada tahun 2008 dilakukan secara
terintegrasidengan program PNPM-M. Untuk pelaksanaan PUAP di Departemen Pertanian, Menteri
Pertanian membentuk Tim Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan melalui Keputusan Menteri
Pertanian (KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007. Peningkatan kesejahteraan umum tidak
kesejahteraan kepada seluruh warga bangsa dengan cara meningkatkan pembangunan di desa-desa.
Terkait dengan upaya ini pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang
koordinasi penanggulangan kemiskinan merupakan upaya dari Undang-Undang No.17 tahun 2007
tentang rencana pembangunan jangka panjang dan kesepakan dalam MDGs. Berkaitan dengan upaya
penanggulangan kemiskinan terutama dipedesaan, telah dikembangkan PNPM Mandiri Perdesaan sebagai
penyempurnaan lebih lanjut dari program pengembangan Kecamatan.
PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani
pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Gabungan Kelompok Tani
(GAPOKTAN) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha
bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP diharapkan dapat menjadi
kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani. Untuk mencapai tujuan PUAP, yaitu
mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja di perdesaan, PUAP dilaksanakan secara
terintegrasi dengan kegiatan Departemen Pertanian maupun Kementerian/Lembaga lain di bawah payung
program PNPM MP.
Disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menggantikan UU Nomor
22 Tahun 1999 menjadi tonggak pelaksana otonomi daerah dengan paradigma baru. Pemberlakuan UU
tidaklah dimaksudkan sebagai upaya resentralisasi dengan membuka peluang luas bagi daerah untu
merencanakan dan melaksanakan pembangunan dengan cara yang lebih baik, lebih mandiri dan lebih
terkordinasi.
Sejalan dengan disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004, Program Pembangunan Kecamatan
(PKK) yang mulai pelaksanaannya sejak tahun 1998, semakin dewasa belajar dari pengalaman untuk
melakukan transisi pengelolaan program perberdayaan secara bertahap kepada pemerintah daerah.
Sebagai sebuah program pemberdayaan, PKK telah menjadi sarana belajar bagi setiap stakeholder di
xvii
pada perencanaan dari bawah bukan lagi perencanaan dari atas (Departeman dalam Negeri. 2007. PTO
PNPM-PKK. Jakarta: Tim Koordinasi PNPM-PKK).
Sebelum masuk PPK yang selanjutnya bermutasi menjadi PNPM MP, ketersediaan lapangan
pekerjaan bagi orang miskin sangat terbatas, sehingga perolehan pendapatan sangat amat terbatas.
Memang diakui ada program pengentasan kemiskinan lainnya yang mirip PNPM MP seperti gerdu taskin
(gerakan terpadu mengatasi kemiskinan) yang berasal dari Propinsi Jawa Timur, program raskin, Bantuan
langsung tunai (BLT), namun hasilnya belum optimal menyentuh langsung kepada masyarakat.
Kemudian muncul PNPM MP yang pada saat ini menjadi tumpuan masyarakat (Index.com/15/09/2010).
Melaui PNPM MP dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan
yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga
pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan
kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat dapat ditumbuhkembangkan
sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan sebagai subyek dalam upaya penanggulangan
kemiskinan. Pelaksanaan PNPM MP tahun 2007 dimulai dengan Program Pengembangan
Kecamatan (PPK) sebagai dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat di perdesaan beserta
program pendukungnya seperti PNPM Generasi; Program Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (P2KP) sebagai dasar bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat di perkotaan;
dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk pengembangan
daerah tertinggal, pasca bencana, dan konflik.
daerah. Pelaksanaan PNPM M 2008 juga akan diprioritaskan pada desa-desa tertinggal yaitu
dengan memunculkan PNPM MP.
xix
waktu sampai kapan munculnya kemandirian seperti yang diharapkan. Nampaknya kita perlu
membuat rencana strategis berkaitan dengan pengelolaan waktu kedepan setelah tidak ada lagi
PNPM MP (depdagri.go.id/ 09/10/2010).
Pemerintah akan melanjutkan PNPM M hingga tahun 2014. Saat ini PNPM sudah menjangkau
masyarakat di 78.000 desa di seluruh Indonesia. Tahun lalu, jumlah desa di seluruh Indonesia yang
terjangkau program PNPM M baru mencapai 58.000 desa. Aneka usaha kecil yang terbentuk melalui
PNPM M berkembang baik di berbagai daerah sasaran program. Karena itu, pemerintah akan melanjutkan
pelaksanaan program ini sampai 2014. Alokasi dana untuk tiap kecamatan antara Rp 280 juta sampai Rp
3 miliar dengan jumlah kecamatan sasaran program sebanyak 6.513 kecamatan
(Blogspot.com/20/09/2010).
Pendekatan PNPM M merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PKK)
yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan Program Pengembangan Kecamatan (PKK)
adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan
efektivitas kegiatan, serta berhasil membutuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat.
Sasaran program ini adalah kecamatan-kecamatan yang dinilai paling miskin di Indonesia
diantaranya Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir termasuk salah satu yang masuk dalam Program
PNPM M karena lapisan masyarakatnya yang beragam mulai dari petanipedagang, pejabat ataupun supir
yang kesemuanya itu mempunyai kebutuhan hidup, akan tetapi lahan pertanian dalam desa tersebut tidak
begitu dapat memberikan hasil sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat memberikan hasil
sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup dari sekian banyak profesi diatas maka pekerjaan yang paling
dominant untuk usaha mereka adalah berdagang sehingga untuk usaha tersebut mereka meminjam pada
bank sehingga modal awal dan juga untuk memajukan usaha kecil mereka demi meningkatkan taraf
Kecamatan Pangururan merupakan salah satu kecamatan yang menjalankan PNPM MP yang ada
di Kabupaten samosir. Dimana Posisi geografis dari kabupaten Samosia berada pada 2 7’ – 2 45’ LS dan
99 15’ - 99 30’ BT.
Luas wilayah daratan Kabupaten Samosir yaitu 1.444,25 Km, tingkat kepadatan penduduk
Kabupaten Samosir 131.116 jiwa, dengan jumlah rumah tangga (RT) 27.215 RT. Kabupaten Samosir
terdiri atas 9 (sembilan) Kecamatan, yaitu Kecamatan Simanindo, Kecamatan Onan Runggu, Kecamatan
Nainggolan, Kecamatan Palipi, Kecamatan Sitio-tio, Kecamatan Harian, Kecamatan Sianjur Mulamula,
Kecamatan Ronggur Nihuta, dan Kecamatan Pangururan.
Kecamatan Pangururan yang merupakan ibukota kabupaten, pusat perdagangan dan pusat
pemerintahan adalah kecamatan dengan tingkat kepadatan yang tertinggi, yaitu sebesar 235,14 jiwa/km2,
Kecamatan Pangururan merupakan ibukota kabupaten terbagi atas 28 Desa/ Kelurahan
(Depkominfo.go.id/24/09/2010).
Program PNPM MP yang ada di Kecamatan Pangururan yaitu SPP, Embung Air, Pompa Irigasi,
Pipanisasi AB, Perk Jalan, Jembatan, Guru Honor, MCK. Selain PNPM mandiri, masih terdapat sejumlah
kegiatan pemberdayaan yang dibiayai APBN dan APBD sebagai pendampingan untuk membantu
pengentasan kemiskinan. Kegiatan tersebut meliputi Perogram Pengentasan Kemiskinan di perkotaan
(P2KP), TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD), alokasi dana desa (ADD), serta bedah rumah.
(Blogspot.com/2010/09/2010)
Dengan adanya PNPM MP di Kecamatan Pangururan yaitu sejak tahun 2007 maka peneliti ingin
mengetahui bagaimana respon masyarakat Kecamatan Pangururan terhadap PNPM Mandiri Perdesaan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dipaparkan diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui
bagaimana respon masyarakat di kecamatan pangururan dengan adanya PNPM M yang sudah
xxi
berjudul “Respon Masyarakat terhadap program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir”
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena langkah ini menentukan
kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan perumusan
pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian (Soehartno, 2008:23).
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan
dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana respon masyarakat terhadap program nasional pemberdayaan
masyarakat mandiri perdesaan di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir”?
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup permasalah yang terlalu luas, maka peneliti membuat
pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan dibuat dalam PNPM MP
tahun anggaran 2008-2009 di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon
masyarakat terhadap program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan di Kecamatan
1.4.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi instansi terkait dan sumber informasi bagi
pemerintah guna peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi tingkat kemiskinan lewat
program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan khususnya masyarakat di Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir.
1.5 Sisematis Penulisan
Adapun Sistematis Penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan Latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian,
kerangka penelitian, defenisi konsep dan defenisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sample, tekhik pengumpulan data dan teknik analisa data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang
xxiii
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan
analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Respon
Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang
mendetail, penilaian, pengaruh, penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena.
Selain itu menurut Diryl Beum respon diartikan sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi
tingkah laku atau adu kuat (Adi, 1994: 105).
Respon juga diartikan sebagai suatu proses pengorganisasian rangsang dimana
rangsangan-rangsangan prosimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari
rangsangan-rangsangan proksimal tertentu (Adi, 1994; 105).
Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan
atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi
bicara mengenai respon tidak terlepas pembahasan dengan sikap. Dengan melihat sikap seseorang atau
sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi
tersebut.
Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang
relatif disertai dengan adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tertentu untuk
membuat respon atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.
xxv
a. Sikap selalu menggambarkan hubungan antara subjek dengan objek, tidak ada sikap yang tanpa
objek, dimana objek ini bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial, lembaga
masyarakat.
b. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan
latihan.
c. Karena sikap dapat dipelajari maka sikap dapat berubah-ubah walaupun relatif sulit.
d. Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan yang diingini sudah terpenuhi.
e. Sikap tidak hanya satu macam saja melainkan sangat beragam sesuai dengan objek yang menjadi
pusat perhatiannya.
f. Dalam sikap tersangkut juga motivasi dan perasaan, hal inilah yang membedakannya dari
pengetahuan (Adi, 1994: 179).
Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana repon seseorang atau sekelompok orang
terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atau situasi lain. Dimana sikap yang muncul
mungkin positif yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek, seseorang
disebut mempunyai respon positif dilihat dari tahap kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Sebaliknya
seseorang mempunyai respon negatif apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek
tidak mempengaruhi tindakan atau malah menghindari atau membenci objek tertentu.
Menurut Allport, pada hakekatnya sikap merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen.
Komponen tersebut ada 3, yakni :
1.
Kompoen kognitif
2.
Komponen afektif
Komponen afektif yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang.
Komponen ini bersifat evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai- nilai kebudayaan atau
sistem nilai yang dimilki.
3.
Komponen konatif
Komponen konatif adalah kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan
dengan objek sikap
(Adi, 1994: 179).Menurut Hunt (dalam Adi,1994; 129) orang dewasa mempunyai sejumlah unit untuk memproses
informasi-informasi. Unit-unit ini dibuat khusus untuk mengenai representasi fenomenal dari kejadian di
luar yang ada dalam individu. Lingkungan internal ini dapat digunakan untuk memperkirakan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar, proses yang berlangsung secara rutin inilah yang disebut dengan respon.
Bila berbicara dengan respon tidak lepas juga dari persepsi. Persepsi menurut Mc Mahon adalah
proses menginterpresentasikan rangsangan (input) dengan menggunakan alat penerima informasi (sensori
information). Sedangkan menurut Morgan, King dan Robinson menunjukkan bagian kita melihat,
mendengar, merasakan, mencium dunia sekitar kita, dengan kata lain perspsi dapat juga didefenisikan
sebagai gejala suatu yang dialami manusia. Berdasarkan uraian di atas, William James menyatakan bahwa
persepsi terbentuk atas dasar data yang kita peroleh dari lingkungan yang diserap oleh indera kita, serta
sebagian yang lainnya. Doperolehnya dari pengelolaan ingatan (memory) kemudian diolah kembali
berdasarkan pengalaman yang kita miliki (Adi, 1994: 179).
Jadi yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses kognitif yang yang dialami oleh setiap
orang didalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat pengihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan dan penerimaan. Persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi
xxvii
Fenomena lain yang terkait dengan penginderaan adalah ilusi. Ilusi muncul akibat keterbatasan
kemampuan indera kita, dan ilusi bukanlah suatu tipuan ataupun persepsi yang salah.
Fenomena lain yang terpenting dengan persepsi adalah atensi. Atensi adalah suatu proses
penyeleksian input yang diproses dalam kaitan dengan pengalaman. Oleh karena itu atensi ini menjadi
yang terpenting dalam proses persepsi. Sedangkan atensi itu banyak mendasarkan diri pada proses yang
disebut filtering atau proses untuk menyaring informasi yang ada pada lingkungan.
Hal-hal yang mempengaruhi atensi seseorang dapat dilihat dari faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah:
1. Motif dan Kebutuhan.
2. Prepator set, yaitu kesiapan seseorang untuk merespon terhadap suatu input sensori tertentu
tetapi tidak pada input yang lain.
3. Minat (interest)
Sedangkan faktor eksternal yang memepengaruhi atensi adalah:
1. Intensitas dan ukuran, misalnya makin keras suatu bunyi maka akan semakin menarik perhatian
banyak orang.
2. Kontras dengan hal-hal yang baru.
3. Pengulangan.
4. Pergerakan (Adi, 1994: 107).
Selain Sikap dan Persepsi, partisipasi menjadi hal yang sangat penting, bahkan mutlak diperlukan
untuk mengukur respon. Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif
Partisipasi aktif masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan memerlukan kesadaran,
minat dan kepentingan yang sama. Strategi yang biasa diterapkan adalah melalui strategi penyadaran.
Untuk berhasilnya program pembangunan desa tersebut, warga masyarakat dituntun untuk ikut serta
terlibat tidak hanya pada aspek kognitif dan praktis tetapi juga ada keterlibatan emosional terhadap
program tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberikan kekuatan dan perasaan unutk ikut serta dalam
gerakan perubahan yang mencakup seluruh bangsa.
Partisipasi saja tidak cukup sebagai strategi dalam program pengembangan masyarakat, tetapi
juga hasil yang diharapkan dari program pembangunan masyarakat, kita juga dapat memperoleh
keuntungan-keuntungan yang lain, yaitu:
1. Mampu merangsang timbulnya swadaya masyarakat, yang merupakan dukungan penting bagi
pembangunan.
2. Dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan masyrakat dalam membangun.
pelaksanaan pembangunan semakin sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
3. Jangkauan pembangunan menjadi lebih luas, meskipun dengan dana yang terbatas.
4. Tidak menciptakan ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah (Adi, 1994: 107).
2.2 Masyarakat
2.2.1 Pengertian Masyarakat
Masyarakat berasal dari akar kata arab yaitu syaraka yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”
dimana masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
xxix
Menurut Talcott Parsons Masyarakat adalah Suatu sistem sosial yang swasembada melebihi masa
hidup individu normal, dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi
terhadap generasi berikutnya (Sunarto, 2000: 56).
Dari defenisi di atas dapat dikemukakan empat kriteria yang perlu dipenuhi agar suatu kelompok
dapat disebut masyarakat:
1. Kemampuan bertahan melebihi masa hidup seorang individu.
2. Rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi.
3. Kesetiaan pada suatu “sistem tindakan utama bersama”.
4. Adanya sistem tindakan utama yang bersifat “swasembada” (Sunarto, 2000: 56).
2.2.2 Asal Masyarakat
Bermacam-macam penyelidikan dijalankan, untuk mendapatkan jawaban tentang asal
masyarakat, tetapi tidak satu pun yang dapat ditegaskan benar semua pendapat hanya merupakan kira-kira
dan pandangan saja. Antara lain orang berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri,
hidup dalam gua di pulau sunyi umpamanya selalu ia akan tertarik kepada hidup bersama dalam
masyarakat, karena:
a. Hasrat yang berdasarkan naluri (kehendak di luar pengawasan akal) untuk memelihara keturunan,
untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa ia mencari istri hingga masyarakat keluarga
terbentuk.
b. Kelemahan manusia selalu terdesak untuk mencari kekuatan bersama, yang terdapat dalam
berserikat dengan orang lain, sehingga terlindung bersama-sama dan dapat pula mengejar
kebutuhan sehari-hari dengan tenaga bersama.
c. Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, yaitu mahkluk sosial yang
hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya mencari teman untuk hidup bersama lebih
d. Bergson berpendapat bahwa manusia ini hidup bersama bukan karena oleh persamaan melainkan
oleh karena perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya (Sunarto, 2000: 56).
2.3 Kemiskinan
2.3.1 Pengertian Kemiskinan
Menurut Jhon Friedman (dalam Sismudjito, 136:2004) kemiskinan adalah ketidaksamaan
kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuatan sosial. Basis kekuasaan sosial yang dimaksud
meliputi (tidak terbatas pada) modal yang produktif atau asset (misalnya tanah, perumahan, peralatan dan
kesehatan) sumber-sumber keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisasi sosial politik
yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama (partai politik, koperasi, jaringan kerja untuk
memperoleh pekerjaan, barang-barang, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan informasi yang
berguna untuk memajukan kehidupan).
Apabila pendapat yang dikemukakan oleh Jhon Friedmann dirujuk dengan pendapat lain dalam
derajat yang minimal, akan terdapat titik temu yang signifikan. Oleh karena itu Andre Bayo Ala (dalam
Sismudjito, 136:2004) mengemukakan bahwa kemiskinan itu adalah jurang pemisah antara nilai-nilai
utama yang diakumulasikan dengan pemenuhan kebutuhan akan nilai-nilai tersebut secara layak.
2.3.2 Jenis-jenis Kemiskinan
a. Kemiskinan absolut, yaitu keadaan miskin yang diakibatkan oleh ketidakmampuan seseorang
atau sekelompok orang dalam memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti untuk makan, pakaian,
pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Biasanya diukur dengan garis kemiskinan, baik yang berupa
xxxi
b. Kemiskinan relatif: keadaan miskin yang dialami individu atau kelompok dibandingkan dengan
kondisi umum suatu masyarakat. Seseorang yang memiliki pendapatan rendah akan dihitung
perkapita.
c. Kemiskinan kultural: yaitu kemiskinan yang mengaju pada sikap, gaya hidup, nilai dan orientasi
sosial budaya seseorang atau masyarakat yang masi sejalan dengan etos kemajuan (modernisasi).
Sikap malas atau tidak memiliki prestasi, berorientasi ke masa lalu, tidak memiliki jiwa
wirausaha adalah beberapa karakteristik yang menandai kemiskinan cultural.
d. kemiskinan struktural: kemiskinan yang diakibatkan oleh ketidakberesan atau ketidakadilan
struktur, baik struktur politik, sosial, maupun ekonomi yang tidak memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang menjangkau sumber-sumber kehidupan yang sebenarnya tersedia bagi mereka
(Suharto, 1997: 74-75)
2.4 Kesejahteraan Sosial
2.4.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial
Menurut Segel dan Bruzy, “Kesejahteraan sosial adalah kondisi sejahtera dari suatu masyarakat.
Kesejahteraan sosial meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan, dan kualitas hidup rakyat, atau
suatu keadaan sejahtera secara sosial tersusun dari tiga unsur sebagai berikut. Pertama, setinggi apa
masalah-masalah sosial dikendalikan; Kedua, seluas apa kebutuhan-kebutuhan dipenuhi dan; Ketiga,
setinggi apa kesempatan-kesempatan untuk maju tersedia. Tiga unsur ini berlaku bagi individu-individu,
keluarga-keluarga, komunitas-komunitas, dan bahkan seluruh masyarakat.
Kesejahteraan sosial mencakup penyediaan pertolongan dan proses-proses yang secara langsung
berkenaan dengan penyembuhan dan pencegahan masalah-masalah sosial, pengembangan sumber daya
keluarga-keluarga juga usaha-usaha untuk memperkuat atau memperbaiki lembaga-lembaga
(blogs.unpad.ac.id/ 06/10/1020).
Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi yang dapat dari rumusan Undang-Undang No.11
Tahun 2009 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Perlindungan dan kesejahteraan
sosial merupakan hal-hal yang berkaitan dengan keterlantaran baik anak maupun lanjut usia, kecacatan,
ketunasusilaan, bencana alam dan bencana sosial. Hal ini sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pasal 28H
ayat (1), (2) dan (3) perubahan kedua dan pasal 34 ayat (1)dan (2) perubahan keempat UUD 1945.
Menurut catatan Departemen Sosial, pada tahun 2003 jumlah anak terlantar sekitar 4,12 juta jiwa dan
jumlah oenyandang cacat tercatat 1.66 juta jiwa, serta jumlah fakir miskin yang ditangani berjumlah
sekitar 14,53 juta jiwa. Penenganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) khususnya fakir
miskin apabila dilakukan tidak tepat akan berakibat pada kesenjangna sosial yang semakin meluas, dan
berdampak pada lemahnya ketahanan sosial masyarakat, serta dapat mendorong terjadinya konflik sosial,
terutama bagi kelompok masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan perbatasan (Republik
Indonesia).
2.4.2 Kebijakan Pemerintah Dalam Menanggulangi Kemiskinan
Kebijakan menyangkut pada segala sisi dan aspek dari pemerintahan, baik bidang ekonomi,
politik, hukum, pembangunan, dan lain-lain. Adanya kebijakan ini tak lain adalah agar dapat memajukan
tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu negara.
Kebijakan sosial adalah suatu aspek dan objek kajian yang memiliki ruang lingkup luas dan
global. Peran pekerja sosial dalam menghadapi fenomena perkembangan suatu negara sangat diperlukan
dan peran serta aktif pula dalam bekerjasama dengan instansi pemerintah yang memang memiliki otoritas
xxxiii
Seperti yang terdapat dalam definisi di atas, kebijakan sosial berfungsi melakukan suatu
kesejahteraan bagi penduduk di suatu negara. Pekerja sosial sebagai tenaga yang sangat dibutuhkan
kontribusinya dapat pula berfungsi dengan berperan serta aktif ikut menentukan dan membuat
perancangan kebijakan sosial strategis tidak hanya dalam lingkup lokal melainkan dalam matra global.
Pekerja sosial haruslah aktif dalam merespon situasi perubahan dan perkembangan kondisi
global, sehingga dapat bersama dengan pemerintah melakukan rancangan yang efektif dalam
mensejahterakan masyarakat.
Pemerintah dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan yang telah disuun
dan diterapkan, Ketiga langkah tersebut adalah :
1. Mereka (pemerintah) membuat kebijakan yang bersifat spesifik dengan maksud untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Contoh: pemerintah mungkin saja mencoba
memperbaiki kondisi sosial penduduknya dengan memperkenalkan bentuk program kebijakan
yang baru.
2. Pemerintah mempengaruhi kesejahteraan sosial melalui kebijakan sosial dengan melihatnya dari
sisi ekonomi, lingkungan, atau kebijakan lainnya. Walaupun begitu mereka memiliki perhatian
terhadap suatu kondisi sosial. Contoh : kebijakan sosial dengan menambah hubungan relasi
perdagangan atau mengundang investor dari negara lain lalu menciptakan lapangan pekerjaan
baru dan membangkitkan pemasukan yang akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat dengan
melihat tumbuh suburnya jumlah investor perdagangan, dan lain-lain.
3. Kebijakan sosial pemerintah yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara tidak terduga
dan tidak diharapkan. Suatu kebijakan terfokus pada salah satu grup tetapi pada kenyataanya
justru mendatangkan keuntungan yang tidak terduga pada aspek yang lain
2.4.3 Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau intervensi-intervensi terhadap kasus yang
muncul dan dilaksanaan secara langsung dan terorganisasi serta memiliki tujuan untuk membantu
individu, kelompok, dan lingkungan sosial dalam upaya mencapai penyesuaian dan keberfungsian yang
baik dalam segala bidang kehidupan di masyarakat, yang terkandung dalam pelayanan dapat dikatakan
adanya kegiatan-kegiatan yang memberikan jasa kepada klien dan membantu mewujudkan tujuan-tujuan
mereka. Pelayanan sosial itu sendiri merupakan suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk membantu
individu, kelompok, ataupun kesatuan masyarakat agar mereka mampu memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, yang pada akhirnya mereka diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang ada
melalui tindakan-tindakan kerjasama ataupun melalui pemanfaatan sumber-sumber yang ada di
masyarakat untuk memperbaiki kondisi kehidupannya.
Pelayanan Sosial dibedakan dalam dua golongan, yakni :
1. Pelayanan–pelayanan sosial yang sangat rumit dan komprehensif sehingga sulit ditentukan
identitasnya. Pelayanan ini antara lain pendidikan, bantuan sosial dalam bentuk uang oleh pemerintah,
perawatan medis dan perumahan rakyat.
2. Pelayanan sosial yang jelas ruang lingkupnya dan pelayanan-pelayanannya walaupun selalu mengalami
perubahan. Pelayanan ini dapat berdiri sendiri, misalnya kesejahteraan anak dan kesejahteraan
keluarga, tetapi juga dapat merupakan suatu bagian dari lembaga-lembaga lainnya, misalnya pekerjaan
sosial di sekolah, pekerjaan sosial medis, pekerjaan sosial dalam perumahan rakyat dan pekerjaan
sosial.
Pelayanan sosial dalam arti luas adalah setiap pelayanan yang dimaksudkan untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial manusia. Sedangkan dalam arti sempit ialah pelayanan yang diberikan kepada
xxxv
Pelayanan sosial dalam arti sempit disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial mencakup
pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung, seperti pelayanan sosial bagi anak
yang terlantar, keluarga miskin, cacat dan sebagainya.
Beberapa tujuan dari pelayanan sosial adalah :
a. Melindungi dan memulihkan kehidupan keluarga
b. Membantu individu untuk mengatasi masalah-masalah yang doakibatkan oleh faktor-faktor yang
berasal dari luar dinya maupun dari dalam dirinya.
c. Meningkatkan proses perkembangan, yaitu membantu individu atau kelompok untuk
mengembangkan atau memanfaatkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya.
d. Mengembangkan kemampuan orang untuk memahami, menjangkau dan mengusahakan
pelayanan yang dibutuhkan (ripmolt078. blog/ 20/10/2009).
Selain itu, pelayanan sosial memiliki fungsi mengembangkan kemampuan untuk menjangkau dan
mengusahakan pelayanan yang dibutuhkan atau kemampuan untuk memahami pelayanan sosial manakah
yang sesuai dengan permasalahan. Di sini terlihat keterlibatan pekerja sosial sebagai pemberi pertolongan
untuk meningkatkan kemampuan penyandang masalah kesejahteraan sosial sehingga mereka mampu
mengatasi masalah sendiri (ripmolt078. blog/ 20/10/2009).
2.5 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
2.5.1 Pengertian Program
Program adalah unsur pertama yang harus ada demi tercapainya suatu kegiatan. Di dalam
program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai:
a. Tujuan kegiatan yang akan dicapai
c. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui
d. Perkiraan anggaran yang akan dibutuhkan
e. Strategi pelaksanaan.
Selanjutnya program dapat diartikan serangkaian tentang berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan di masa mendatang, dimana kegiatan tersebut dimaksudkan untuk memecahkan satu atau
beberapa masalah ayau mencapai satu atau beberapa tujuan. Program juga sering dimaksudkan sebagai
tindakan antisipasif atas suatu keadaan yang ada ayau diperkirakan ada, sehingga keadaan tersebut tidak
menimbulkan dampak yang membahayakan kehidupan manusia (Gittinger, 2005;195).
Apa yang dikemukakan Gittinger merujuk pada proses manajemen pembangunan. Pengertian
yang dirumuskan menunjukkan bahwa program tersebut memiliki sifat mengikat, dalam arti wajib
dilakukan. Program tersebut merupakan pilihan terbaik dari berbagai alternatif yang dianggap tepat dalam
memecahkan suatu masalah atau mencapai tujuan. Dengan demikian program merupakan suatu keputusan
yang diambil dalam rangka memecahkan suatu masalah atau mencapai suatu tujuan.
Lebih lanjut Gittinger mengemukakan bahwa menetapkan suatu program merupakan suatu
alternatif terbaik untuk lebih mudah mencapai suatu tujuan atau melakukan suatu kegiatan. Dengan
demikian, dalam merumuskan program setidaknya terkandung beberapa komponen berikut:
a. Dipahami bagaimana kondisi yang sedang berlangsung.
b. Dipahami masalah-masalah yang sedang ada dan mengancam.
c. Dipahami kebutuhan-kebutuhan, kepentingan-kepentingan, keinginan-keinginan dan
tujuan-tujuan dari kelompok sasar program.
d. Tersedia data mengenai potensi, kelemahan, peluang dan tantangan internal dan eksternal.
e. Ditetapkan kondisi yang diinginkan.
xxxvii
Apa yang ditemukan oleh Gittinger menunjukkan bahwa merumuskan suatu program merupakan
keputusan dan jalan terbaik dalam mencapai sesuatu dan memecahkan suatu masalah. Dengan adanya
program diharapkan kegiatan yang akan dilaksanakan akan lebih terarah, lebih terkonsentrasi, dan akan
lebih efisien dan efektif. Adanya program menjadikan suatu kegiatan itu dapat dilaksanakan secara lebih
sistematis. Sebaliknya, tanpa program maka setiap kegiatan tidak akan terorganisir, sehingga akan
menghabiskan lebih banyak sumber daya.
Kadariah mengemukakan bahwa program adalah seperangkat proyek-proyek yang terkoordinir.
Sehingga proyek adalah unit terkecil dari suatu kegiatan. Dengan demikian proyek adalah bagian dari
program. Dalam program berbagai kegiatan diatur dari berbagai sudut, seperti kapan dilaksankan kegiatan
itu, dimana tempat kegiatan itu dilaksanakan, dan bagaimana hubungan atau kordinasi dari
kegiatan-kegiatan atau proyek-proyek itu (Kadariah, 2007:23).
2.5.2 Latar Belakang PNPM-Mandiri Perdesaan
PNPM-MP merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang
digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan
perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM-MP mengadopsi sepenuhnya
mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan
sejak 1998. PNPM Mandiri sendiri dikukuhkan secara resmi oleh Presiden RI pada 30 April
2007 di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung. Besaran dana BLM
yang dialokasikan sebesar Rp750 juta sampai Rp3 miliar per kecamatan, tergantung jumlah
penduduk.
Dalam PNPM-MP, seluruh anggota masyarakat diajak terlibat dalam setiap tahapan
kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam
penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada
pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya.
Pelaksanaan PNPM-MP berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang
berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan
dibawah koordinasi Bank Dunia.
2.5.3 Prinsip Pokok PNPM-MP
Dalam pelaksanaannya, PNPM-MP menekankan prinsip-prinsip pokok SiKOMPAK,
yang terdiri dari:
a. Transparansi dan Akuntabilitas. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala
informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan
secara terbuka dan dipertanggunggugatkan, baik secara moral, teknis, legalitas maupun
administratif
b. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan
xxxix
c. Keberpihakan pada Orang/Masyarakat Miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan
mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang
kurang beruntung
d. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan
dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola
e. Partisipasi/ Pelibatan Masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses
pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan
f. Prioritas Usulan. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk
pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya
masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas
g. Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam
perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan
pembangunan tersebut
h. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong
untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan
kemiskinan
i. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan,
dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan (blogcategory.id/20/09/2010).
PNPM-MP juga memiliki prinsip lainnya, yakni:
a. Bertumpu pada pembangunan manusia. Setiap kegiatan diarahkan untuk meningkatkan harkat
b. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyawarah dan
mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin
(blogcategory.id/20/09/2010).
2.5.4 Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Program PNPM Mandiri ini adalah :
1. Tujuan UmumMeningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok
perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan
sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan
akuntabel.
c. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,
terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak
pada masyarakat miskin (pro-poor)
d. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi,
lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk
mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.
e. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah
dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.
f. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan
xli
g. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi
dalam pemberdayaan masyarakat (blogcategory.id/20/09/2010).
2.5.5 Cara Kerja PNPM-MP
PNPM-MP dilaksanakan melalui upaya-upaya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat
di wilayah perdesaan melalui tahapan-tahapan kegiatan berikut:
a. Sosialisasi dan penyebaran informasi program. Baik secara langsung melalui fórum-forum
pertemuan maupun dengan mengembangkan/ memanfaatkan media/saluran informasi masyarakat
di berbagai tingkat pemerintahan
b. Proses Partisipatif Pemetaan Rumahtangga Miskin (RTM) dan Pemetaan Sosial. Masyarakat
diajak untuk bersama-sama menentukan kriteria kurang mampu dan bersama-sama pula
menentukan rumahtangga yang termasuk kategori miskin/ sangat miskin (RTM).
c. Perencanaan Partisipatif di Tingkat Dusun, Desa dan Kecamatan. Masyarakat memilih Fasilitator
Desa atau Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) --satu laki–laki, satu perempuan--
untuk mendampingi proses sosialisasi dan perencanaan. KPMD ini kemudian mendapat
peningkatan kapasitas untuk menjalankan tugas dan fungsinya dalam mengatur pertemuan
kelompok, termasuk pertemuan khusus perempuan, untuk melakukan penggalian gagasan
berdasarkan potensi sumber daya alam dan manusia di desa masing-masing, untuk menggagas
masa depan desa. Masyarakat kemudian bersama-sama membahas kebutuhan dan prioritas
pembangunan di desa dan bermusyawarah untuk menentukan pilihan jenis kegiatan pembangunan
yang prioritas untuk didanai. PNPM-MP sendiri menyediakan tenaga konsultan pemberdayaan
dan teknis di tingkat kecamatan dan kabupaten guna memfasilitasi/ membantu upaya sosialisasi,
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Usulan/ gagasan dari masayarakat akan menjadi bahan
d. Seleksi/Prioritas Kegiatan di Tingkat Desa dan Kecamatan. Masyarakat melakukan musyawarah
di tingkat desa dan kecamatan untuk memutuskan usulan kegiatan prioritas yang akan didanai.
Musyawarah ini terbuka bagi segenap anggota masyarakat untuk menghadiri dan memutuskan
jenis kegiatan yang paling prioritas/ mendesak. Keputusan akhir mengenai kegiatan yang akan
didanai, diambil dalam forum musyawarah antar-desa (MAD) di tingkat kecamatan, yang dihadiri
oleh wakil–wakil dari setiap desa dalam kecamatan yang bersangkutan. Pilihan kegiatan adalah
open menu untuk semua investasi produktif, kecuali yang tercantum dalam daftar larangan
(negative list). Dalam hal terdapat usulan masyarakat yang belum terdanai, maka usulan tersebut
akan menjadi bahan kajian dalam Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
e. Masyarakat Melaksanakan Kegiatan Mereka. Dalam forum musyawarah, masyarakat memilih
anggotanya sendiri untuk menjadi Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) di setiap desa untuk mengelola
kegiatan yang diusulkan desa yang bersangkutan dan mendapat prioritas pendanaan program.
Fasilitator Teknis PNPM Mandiri Perdesaan akan mendampingi TPK dalam mendisain sarana/
prasarana (bila usulan yang didanai berupa pembangunan infrastruktur perdesaan), penganggaran
kegiatan, verifikasi mutu dan supervisi. Para pekerja yang terlibat dalam pembangunan sarana/
prasarana tersebut berasal dari warga desa penerima manfaat
f. Akuntabilitas dan Laporan Perkembangan. Selama pelaksanaan kegiatan, TPK harus memberikan
laporan perkembangan kegiatan minimal dua kali dalam pertemuan terbuka desa, yakni sebelum
program mencairkan dana tahap berikutnya dan pada pertemuan akhir, dimana TPK akan
melakukan serah terima kegiatan kepada desa, serta badan operasional dan pemeliharaan kegiatan
atau Tim Pengelola dan Pemelihara Prasarana (TP3) (blogcategory.id/20/09/2010)
2.5.6 Sasaran PNPM – MP
xliii
Pada tahun 2009, lokasi sasaran PNPM – MP meliputi seluruh kecamatan pedesaan di Indonesia
yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Untuk tahun 2008, ketentuan pemilihan lokasi
sasaran berdasarkan ketentuan:
a. Kecamatan-kecamatan yang tidak termasuk kategori “kecamatan bermasalah dalam
PKK”
b. Kecamatan – kecamatan yang diusulkan oleh pemerintah daerah dalam skema kontribusi
pendanaan.
2. Kelompok Sasaran
a. Rumah Tangga Miskin (RTM) di perdesaan
b. Kelembagaan masyarakat di perdesaan
c. Kelembagaan pemerintah lokal.
2.5.7 Peranan Pekerja Sosial dalam pelaksanaan PNPM MD
Pekerja sosial merupakan salah satu profesi yang diakui, walaupun pengembangannya
cukup lambat menuju pelaksaan tugas secara professional dibandingkan dengan profesi lain,
seperti dokter. Profesi di bidang pekerjaan sosial terfokus pada upaya peningkatan kesejahteraan
manusia, baik secara individual, kelompok maupun masyarakat. Dalam upaya penyelenggaraan
kesejahteraan sosial sebagaimana dimuat dalam pasal 32 UU No.11 Tahun 2009 tentang
kesejahteraan sosial diperlukan tiga sumber daya, yaitu:
1.
Sumber daya manusia
2.
Sarana dan prasarana
3.
Sumber pendanaan
1.
Tenaga kesejahteraan sosial
2.
Pekerja sosial professional
3.
Relawan sosial
4.
Penyuluh sosial
Dalam ketentuan umum UU No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial ditegaskan
pengertian pekerja sosial professional, yaitu seorang yang bekerja baik dilembaga pemerintah
maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerja sisoal, dan kepedulian dalam
pekerja sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman praktek pekerja
sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penangnan masalah sosial.
Defenisi pekerja sosial yang lebih praktis dikembangkan oleh skidmore dan
kawan-kawan (dalam Thackeray. Et.All, 2001) yang mengemukakan, bahwa pekerja sosial adalah suatu
seni, ilmu dan profesi yang menolong masyarakat untuk memecahkan masalah pribadi,
kelompok, dan masyarakat melalui praktek pekerja soaial, termasuk di dalamnya bimbingan
perseorangan, bimbingan kelompok, pengorganisasian dan pemgembangan masyarakat, aksi
sasial dan penelitian.
xlv
Dalam rangka menjalankan tugas-tugas demi pencapaian tujuan, organisasi
pekerja-pekerja sosial nasional Amerika menetapkan sepuluh kemahiran atau ketampilan yang harus
dilakukan oleh pkerja sosial yang bekerja pada masyarakat, yaitu:
1.
Mahir dalam mendengar orang lain dan paham akan tujuan mereka,
2.
Mahir dalam pengumpulan data yang sesuai sehingga mengetahui kondisi masyarakat
secara keseluruhan,
3.
Mahir membentuk program bantuan yang profesinya dengan membentuk hubungan
dengan semua pihak,
4.
Mahir dalam observasi dan membuat pemaknaan yang tepat atas perilaku masyrakat,
5.
Mahir menjalin hubungan masyarakat dengan sistem sumberr,
6.
Mahir dalam berdiskusi dengan pengendalian perasaan yang tinggi,
7.
Mahir membentuk cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan memenuhi keperluan
masyarakat.
8.
Mahir dalam penetapan waktu mengakhiri ubungan kerjanya dengan masyarakat
setempat dengan sebagaimana berbuat demikian,
9.
Mahir dalam menggunakan hasil kajian dan penelitian yang sesuai dengan profesinya,
10.
Mahir penyediakan pelayanan hubungan organisasi-organisasi, memaknai dan
menghubungkan keperluan sosial dengan sumber-sumber anggaran, dengan pemerintah
atau dengan anggota parlemen(Siagian dan Suriadi, 2010:86-90).
1.
Fasilatator, yaitu sebagai pemungkin. Strategi-strategi khusus untuk mencapai
tujuan tersebut meliputi; pemberian harapan, pengurangan penolakan dan rasa pro kontra
dalam diri sendiri, pengakuan dan pengeturan perasaan-perasaan, pemahaman dan
motivasi kekuatan-kekuatan pribadi dan modal-modal sosial, pengetahuan masalah dan
membagikan menjadi berbagai bagian agar lebih mudah dipecahkan, dan pemeiliharaan
sebuah fokus pada tujuan dan cara-cara pencapaian.
2.
Broker, yaitu pengenalan kualitas pemanfatan sosial di lingkungan klien dalam
memenuhi keinginan klien memperoleh keuntungan maksimal. Untuk itu, pekerja sosial
harus mahir dalam mengetahui sumber-sumber sosial yang tepat, menghubungkan klien
dengan sumber secara selaras, dan mahir dalam menilai efektifitas sumber dalam
kaitannya dalam memenuhi keperluan pelanggan.
3.
Sebagai perantara, yang perlu pada saat terjadi perbedaan yang kontras dan mengarah
berbagai konfik antara berbagai pihak. Pekerja sosial mampu berperan sebagai kekuatan
ketiga untuk menjembatani antara anggota kelompok dan sistem lingkungan yang
menghambatnya. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam menjalankan peran sebagai
perantara meliputi kontrak perilaku, konverensi, pendamai pihak ketiga serta berbagai
macam pemecahan konflik. Dalam penengahan, upaya-upaya dapat dilakukan diarahkan
unutk mencapai pemecahan masalah yang menguntungkan dan memenangkan semua
pihak. Hal ini berbeda dengan peran sebagai pembela, dimana kontribusi pekerjaan sosial
diarahkan untuk memenangkan perkara klien atau menolong klien atau memenangkan
diri sendiri.
xlvii
sumber yang diperlukan oleh klien atau dalam melaksanakan tujuan-tujuan
pengembangna masyarakat. Manakala pemanpaatan dan sumber-sumber sulit diakui oleh
klien, pekerja sosial harus menjalankan perannya sebagai pembela. Peran pembelaan
adalah salah satu praktek pekerjaan sosial yang bersentuhan dengan aktivitas politik.
5.
Pendukung, dalam hal ini tangguang jawab pekerja sosial terhadap karyawan didukung
oleh hukum. Hukum tersebut memberikan kesahan pada pekerja sosial unutk menjadi
pelindung teerhadap orang-orang yang lemah. Dalam melakukan peran sebagai
pelindung, pekerja sosial bertindak berdasarkan kepentingan korban, calon korban, dan
pihak-pihak lainyang mungkin juga menghadapi resiko akibat perilaku orang lain
(Siagian dan Suriadi, 2010:86-90).
2.6 Kerangka Pemikiran
Kemiskinan merupakan permasalahan yang cukup kompleks dan sangat membutuhkan intervensi
semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan
tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan
sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan
akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik
dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Dalam hal ini, PNPM-MP berprinsip bahwa pendekatan yang lebih efektif dalam mewujudkan
proses perubahan perilaku masyarakat adalah melalui pendekatan memberdayaan masyarakat dan
penguatan peran pemerintah daerah dalam mengapresiasikan dan mendukung kemandirian masyarakat.
masyarakat diajak terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses
perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan
paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya.
Respon masyarakat adalah tingkah laku balasan tindakan masyarakat yang berupa wujud dari
persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat , dimana persepsi itu meliputi pengetahuan masyarakat tentang
program nasional pemberdayaan masyarakat dan apa tujuan, manfaat program dan atensi. Sikap meliputi
tentang penilaian masyarakat terhadapa PNPM, penolakana atau penerimaan, dan mengharapkan atau
menghindari dari program pelayanan sosial. Partisipasi meliputi tentang, menikmati melaksanakan,
memelihara, menilai, frekwensi dan kualitas. Masyarakat dapat memahami akan nilai positif dan negative
yang telah dilaksanakan oleh PNPM-MP dalam kehidupan bermasyarakat dan bekerja sama di dalam
pelaksanaannya.
Tujuan umum PNPM adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja bagi
masyarakat miskin secara mandiri. Dengan demikian tujuan khusus PNPM-MP adalah
meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok
perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering
terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan dan
meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel
serta meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada
masyarakat miskin (pro-poor) dan juga meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah,
swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan
kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.
xlix
Gambar I
Bagan Alur Pemikiran
Kemiskinan
Pemerintah/ Dinas BPMPOD
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandri Persedaan PNPM MP
Respon Masyarakat Kecamatan Pangururan
Persepsi, meliputi: 1. Pengetahuan masyarakat terhadap PNPM MP 2. Pengetahuan masyarakat terhadap tujuan dan manfaat PNPM 3. Atensi
Sikap, meliputi: 1. Penilaian masyarakat tentang PNPM 2. Penolakan atau penerimaan program 3. Mengharapkan atau menghindari PNPM Partisipasi, meliputi: 1. Melaksanakan 2. Memelihara 3. Menikmati 4. Menilai 5. Frekwensi 6. Kualitas
2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional
2.7.1 Defenisi Konsep
Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena sosial, yang harus dipahami untuk
memahami kerangka acuan dalam sebuah peneliatian (Bungin, 2005: 57). Dalam penelitian ini, defenisi
konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar tentang apa yang akan
Adapun yang menjadi konsep yang diangkat dalam penelitian ini dapat didefinikan sebagai
berikut:
1. Respon adalah suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang
mendetail, penilaian, pengeruh, penolakan, suka atau tidak serta oemanfaatan pada suatu
fenomena.
2. Masyarakat adalah suatu sistem sosial yang swasembada melebihi masa hidup individu normal,
dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi terhadap generasi
berikutnya.
3. PNPM-MP adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan
pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.
PNPM-MP dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan
prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa
dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
4. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat,
baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya
peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat
memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk
memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.
5. Kesejahteraan sosial adalah sebagai tata kehidupan dan penghidupan yang diliputi oleh rasa aman
dari berbagai ancaman, tentram lahir dan batin serta mencapai standar hidup dan kesehatan yang
li 2.7.2 Defenisi Operasional
Agar variabel panalitian dapat diukur, maka variabel penelitian harus dijelaskan ke dalam konsep
operasional variabel yang sering disebut sebagai defenisi operasional (Bungin, 2005:60). Untuk
memahami operasionalisasi konsep penelitian, penulia menegaskan bahwa penelitian ini melakukan satu
variabel.
Respon masyarakat terhadap PNPM-MP dapat diukur dari:
1. Sikap masyarakat terhadap Program pelayanan sosial diukur melalui:
a. Penilaian adalah pengetahuan atau informasi yang dimiliki masyarakat tentang
PNPM-MP
b. Penolakan atau penerimaan adalah hubungan dengan rasa senang atau tidak senangnya
masyarakat terhadap program PNPM-MP. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa
masyarakat tersebut menolak atau menerima program tersebut.
c. Mengharap atau menghindari adalah kesiapan masyarakatuntuk bertingkah laku yang
berhubungan dengan PNPM-MP, dalam hal ini dapat diketahui apakah masyarakat
mengharapkan atau menghindari program tersebut.
2. Persepsi atau pemahaman masyarakat tentang program pelayanan sosial:
a. Pengetahuan masyarakat tentang PNPM-MP.
b. Pengetahuan masyarakat bagaimana pelaksanaan PNPM-MP
c. Pengetahuan masyarakat tentang tujuan dan manfaat PNPM-MP
d. Atensi suatu proses penyeleksian masyarakat terhadap PNPM-MP.
a. Melaksanakan adalah masyarakat berperan serta dalam pelaksanaan PNPM-MP dengan
penuh persiapan, perencanaan, pemahaman dan evaluasi agar pelaksanaan program
tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar.
b. Memelihara adalah masyarakat berperan serta dalam memelihara hasil PNPM-MP agar
dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
c. Menikmati adalah masyarakat berperan serta dalam menikmati hasil PNPM-MP dimana
liii BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Adapun penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk memberi gambaran atau
melukiskan kenyataan yang ada tentang masyarakat atau sekelompok orang tertentu di lapangan secara
analisis yang prosesnya meliputi penguraian hasil observasi dari suatu gejala yang diteliti atau lebih
(Bungin, 2005;35).
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu membuat gambaran seluruh tentang
bagaimana respon masyarakat terhadap program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan di
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Alasan peneliti
memilih Kecamatan Samosir sebagai lokasi penelitian adalah karena Kecamatan ini termasuk salah satu
wilayah di Kabupaten Samosir yang ikut aktif dalam pelaksanaan PNPM MP. Pertimbangan lainnya
adalah Kecamatan Pangururan yang merupakan ibukota kabupaten, pusat perdagangan dan pusat
pemerintahan adalah kecamatan dengan tingkat kepadatan yang tertinggi dari 8 Kecamatan lainnya yang
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek yang diteliti dari manusia, benda, hewan dan
tumbuh-tumbuhan, gejala peristiwa, nilai-nilai atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakter
dalam suatu peristiwa (Bungin, 2005;35).
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh semua desa yang ada di Kecamatan
Pangururan dan seluruh masyarakat di Kecamatan Pangururan yang terdiri dari 28 desa yang berjumlah
27880 jiwa dan terdiri dari 6224 rumah tangga. Karena jumlah populasi lebih dari 1000 orang, maka
dalam penelitian ini akan diambil sampel dengan teknik pengambilan sampel Taro Yamane yang
menggunakan rumus sebagai berikut:
n =
1
.
d
2+
N
N
Keterangan:
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
D : Presisi (tingkat penarikan sampel ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)
Berdasarkan rumus diatas dapat diperoleh sampel sebagai berikut:
n =
1
01
,
0
.
6224
6224
+
lv n =
24
,
63
6224
n = 98,4
n = 99
3.3.2 Sampel
Penarikan sample dalam penelitian adalah proses pemilihan sejumlah individu untuk sejumlah penelitian
sedemikian