SKRIPSI
PENGARUH LABA BERSIH DAN ARUS KAS OPERASI TERHADAP DIVIDEN KAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
OLEH:
ATMA NATANAEL SAGALA 060503233
PROGRAM STUDI SI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: “Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi terhadap Dividen Kas Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks skripsi Program Reguler S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 21 April 2011 Yang Membuat Pernyataan,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Bapa yang Maha Baik atas segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi terhadap Dividen Kas Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan Penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selama penyusunan skripsi ini, Penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan hati yang tulus Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif , M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku sekretsris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Wahidin Yasin, M.Si,Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
4. Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM,Ak selaku Dosen Pembanding/ Penguji I dan Dra. Salbiah, M.Si,Ak selaku dosen Pembanding/ Penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
SE,MM serta kedua adik Penulis, terima kasih atas kasih sayang, didikan, dukungan, dan doa kalian.
6. Teman-teman di Fakultas Ekonomi angkatan 2006 serta semua pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 21 April 2011 Penulis,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen tunai pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap dividen tunai. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui website yang digunakan adalah puposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 38 perusahaan. Variabel penelitian ini terdiri dari laba bersih dan arus kas operasi sebagai variabel independen, serta dividen tunai sebagai variabel dependen. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 16 for windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua variabel independen berpengaruh positif terhadap dividen tunai secara bersama-sama, tetapi secara parsial laba bersih berpengaruh positif signifikan terhadap dividen tunai, sedangkan arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap dividen tunai. Laba bersih memiliki pengaruh yang paling signifikan.
ABSTRACT
This research is aim to know and analyzed the influence earnings and cash flow from operations to the cash dividend of the manufacturing companies since 2004 up to 2006. This research is also intended to know which performance measures have the most significant effect to the cash dividend. Data that used in this research is financial statements from each company, publized through website sampling and the result are thirty eight firms as sample. This research variables consists of earnings and operating cash flow as independent variables, and also cash dividend as dependent variable. Analysis method that used in this research is kuantitatif method with multiple regression. Software SPSS versi 16 for windows is used to test in this research. This research concludes that both of two independent variables have positive significant influence toward cash dividend in simultan, but in parsial earnings have positive significant toward cash dividend, where as operating cash flow are not influence toward cash dividend. The most significant effect was from earnings regression.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ...iv
ABSTRACT... v
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR GAMBAR ...ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ...xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
b. Tujuan Laporan Keuangan ... 5
c. Komponen Laporan Keuangan ... 7
2. Laba Bersih ... 13
3. Arus Kas dari Aktivitas Operasi ... 14
4. Return yang Diterima oleh Pemegang Saham ... 17
a. dividen... 17
b. capital gain ... 18
5. Kebijakan Dividen a. Pengertian Kebijakan Dividen... 18
b. Kebijakan Dividen bagi Perusahaan ... 18
c. Jenis Kebijakan Dividen ... 19
d. Teori Kebijakan Dividen ... 20
e. Keputusan Dividen dalam Praktek ... 20
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis i. Kerangka Konseptual ... 25
ii. Hipotesis ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 28
B. Populasi dan Sampel ... 28
C. Jenis Data ... 30
D. Teknik Pengumpulan Data ... 31
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 31
F. Metode Analisis Data ... 32
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian ... 40
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif ... 41
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas ... 42
b. Uji Multikolonieritas ... 47
c. Uji Heteroskedastisitas... 48
3. Analisis Regresi a. Persamaan Regresi ... 50
b. Analisis Koefisien dan Koefisien Determinasi ... 51
c. Pengujian Hipotesis ... 52
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57
B. Keterbatasan Penelitian ... 58
C. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 25
Gambar 4.1 Histogram (sebelum data ditransformasi) ... 43
Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot (sebelum data ditransformasi) ... 44
Gambar 4.3 Histogram (setelah data ditransformasi)... 46
Gambar 4.4 Grafik Normal P-P Plot (setelah data ditransformasi) ... 46
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Aktivitas Operasi ... 15
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ... 22
Tabel 3.1 Sampel Perusahaan Manufaktur ... 29
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 38
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur ... 39
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian ... 41
Tabel 4.3 Uji Normalitas Sebelum Data Ditransformasi ... 43
Tabel 4.4 Uji Normalitas Setelah Data Ditransformasi ... 45
Tabel 4.5 Coefficients untuk LN_DT = f ( LN_EAR, LN_AKO ) ... 47
Tabel 4.6 Coefficients Correlations untuk LN_DT = f ( LN_EAR, LN_AKO ) ... 48
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi ... 50
Tabel 4.8 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 52
Tabel 4.9 Hasil Uji t ... 53
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i Populasi, Kriteria Perusahaan, dan Sampel ... 63
Lampiran ii Data Laba Bersih Perusahaan Sampel Tahun 2006 – 2008 ... 70
Lamiran iii Data Arus Kas Operasi Perusahaan Sampel Tahun 2006 – 2008 .. 72
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen tunai pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap dividen tunai. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui website yang digunakan adalah puposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 38 perusahaan. Variabel penelitian ini terdiri dari laba bersih dan arus kas operasi sebagai variabel independen, serta dividen tunai sebagai variabel dependen. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 16 for windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua variabel independen berpengaruh positif terhadap dividen tunai secara bersama-sama, tetapi secara parsial laba bersih berpengaruh positif signifikan terhadap dividen tunai, sedangkan arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap dividen tunai. Laba bersih memiliki pengaruh yang paling signifikan.
ABSTRACT
This research is aim to know and analyzed the influence earnings and cash flow from operations to the cash dividend of the manufacturing companies since 2004 up to 2006. This research is also intended to know which performance measures have the most significant effect to the cash dividend. Data that used in this research is financial statements from each company, publized through website sampling and the result are thirty eight firms as sample. This research variables consists of earnings and operating cash flow as independent variables, and also cash dividend as dependent variable. Analysis method that used in this research is kuantitatif method with multiple regression. Software SPSS versi 16 for windows is used to test in this research. This research concludes that both of two independent variables have positive significant influence toward cash dividend in simultan, but in parsial earnings have positive significant toward cash dividend, where as operating cash flow are not influence toward cash dividend. The most significant effect was from earnings regression.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan untuk dapat tumbuh dan berkembang dalam menjalankan usahanya membutuhkan dana yang cukup besar. Kebutuhan dana pada dasarnya dapat diperoleh perusahaan melalui beberapa alternatif pendanaan. Salah satu alternatif pendanaan adalah melalui penerbitan dan penjualan saham di Pasar Modal atau Bursa Efek. Di pihak lain, investor menginvestasikan dananya dengan cara membeli saham yang diterbitkan dan dijual di Pasar Modal. Investor yang melakukan investasi melalui pembelian saham bermaksud untuk mendapatkan keuntungan melalui dividen yang dibagikan oleh perusahaan yang menerbitkan saham disamping capital gain dari saham yang dimiliki investor.
Apabila perusahaan mempunyai tujuan untuk melipatgandakan kekayaan pemegang saham, maka ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, seharusnya mempunyai hubungan langsung dengan return yang diterima oleh pemegang saham. Tolak ukur yang banyak digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan, antara lain adalah arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi (operating cash flows), earnings before extraordinary income, residual income dan lain sebagainya. Return bagi pemegang saham
bisa berupa penerimaan dividen kas (cash dividend), dividen properti (property dividends), dividen saham (stock dividends) dan dividen likuidasi (liquidating dividends) atau adanya perubahan harga saham (capital gain).
kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Perusahaan harus menganalisis faktor yang mempengaruhi alokasi laba untuk dividen atau untuk laba ditahan (retained earnings). Ada faktor utama yang harus dipertimbangkan, misalnya ketersediaan kas, karena walaupun perusahaan memperoleh laba, namun jika uang tidak mencukupi maka ada kemungkinan perusahaan menahan laba tersebut untuk diinvestasikan kembali, bukan dibagikan dalam bentuk dividen.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembagian dividen kas sangat dipengaruhi oleh laba bersih yang dihasilkan perusahaan dan kas yang tersedia di perusahaan. Laba bersih merupakan laba bersih dan kas yang tersedia merupakan arus kas yang dihasilkan dari kegiatan operasi. Laba bersih dihasilkan oleh proses akuntansi dan disajikan dalam laporan laba rugi. Laba bersih seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain, seperti imbalan investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earnings per share).
Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas. Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari kegiatan operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
pemegang saham, antara laba bersih dan arus kas. Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mengeluarkan laporan keuangan sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Penulis melakukan penelitian yang berbentuk replikasi dengan meng-update atau memodifikasi data dari penelitian terdahulu. Penulis menggunakan teknik analisis data yang berbeda dan sampel yang lebih luas dari penelitian sebelumnya.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah laba bersih dan arus kas operasi berpengaruh terhadap dividen kas baik secara simultan maupun secara parsial?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah laba bersih dan arus kas operasi berpengaruh terhadap dividen kas baik secara simultan maupun secara parsial.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya mengenai pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen,
2. bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan alternatif bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan berinvestasi,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
b. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan sebagaimana dikemukakan dalam PSAK No.1 paragraf 05 (IAI, 2004)
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan mamajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Para investor dapat menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian sehingga mereka dapat membuat keputusan ekonomi yang mencakup keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. Berkaitan dengan tujuannya, maka laporan keuangan disusun atas dasar akrual yang mengharuskan pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pengguna tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimasa depan serta sumber daya yang mempersentasikan kas yang akan diterima di masa depan sehingga dapat dikatakan bahwa laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Komponen laporan keuangan sebagaimana dikemukakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 paragraf 07, 08, dan 09 (IAI, 2004)
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini: (a) Neraca,
(b) laporan laba rugi, (c) laporan ekuitas pemilik, (d) laporan arus kas,
(e) catatan atas laporan keuangan.
Perusahaan dianjurkan untuk menyajikan telaahan keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi kinerjakeuangan, posisi keuangan perusahaan dan kondisi ketidakpastian. Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
1) Neraca
”Neraca adalah suatu daftar aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun” (Warren, 2008:24). Bentuk neraca ada dua, yaitu: bentuk perkiraan (account form) dan bentuk laporan (report form). Bentuk perkiraan (account form) menggambarkan format dasar dari persamaan akuntansi, dimana aset ditempatkan disebelah kiri dan kewajiban ekuitas pemilik di sebelah kanan. Bentuk laporan (report form) menempatkan kewajiban dan ekuitas pemilik di bawah aset. Bagian aset dalam neraca biasanya disusun berdasarkan urutan cepat lambatnya aset tersebut dikonversikan menjadi kas atau digunakan dalam operasi. Kas berada diurutan pertama, diikuti oleh piutang, perlengkapan, asuransi dibayar dimuka, dan aset lainnya. Kemudian, disajikan aset yang sifatnya tetap atau permanen, seperti tanah, bangunan, dan peralatan.
Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang meneonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca, minimal mencakup pos-pos berikut:
(a) aktiva berwujud, (b) aktiva tidak berwujud, (c) aktiva keuangan,
(d) investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas, (e) persediaan,
(f) piutang usaha dan piutang lainnya, (g) kas dan setara kas,
(h) hutang usaha dan utang lainnya, (i) kewajiban yang diestimasi,
(j) kewajiban berbunga jangka panjang, (k) hak minoritas, dan
(l) modal saham dan pos ekuitas lainnya.
Pos, judul, dan sub-jumlah lain disajikan dalam neraca apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan posisi keuangan secara wajar.
2) Laporan Laba Rugi
”Laporan laba rugi adalah ikhtisar suatu pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu misalnya sebulan atau setahun” (Warren, 2008:24). Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep penandingan atau pengaitan (matching concept). Konsep ini diterapkan dengan menandingkan atau mengaitkan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi. Kelebihan ini disebut laba bersih atau keuntungan bersih (net income atau net profit). Jika beban melebihi pendapatan, maka disebut rugi bersih (net loss).
Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi sebagaimana dikemukakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 paragraf 56 (IAI, 2004)
(a) Pendapatan, (b) laba rugi usaha, (c) beban pinjaman,
(d) bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas,
(e) beban pajak,
(f) laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, (g) pos luar biasa,
(h) hak minoritas, dan
(i) laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
Pos, judul, dan sub-jumlah lain disajikan dalam laporan laba rugi apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan perusahaan secara wajar.
Penjualan bersih disajikan pada bagian atas dari setiap laporan, setelah berbagai biaya termasuk pajak, dikurangi untuk mendapatkan laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham biasa. Laporan laba dan dividen per saham diberikan pada bagian bawah laporan ini. Laba per saham (earning per share = EPS) disebut ”bottom line”, menunjukkan bahwa diantara semua akun pada laporan laba rugi, EPS adalah yang paling penting. Laporan laba rugi dapat mencakup setiap periode waktu, tetapi laporan ini biasanya dibuat secara bulanan, kuartalan, atau tahunan. Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian, manajemen biasanya meramalkan laporan laba rugi secara bulanan (atau mungkin secara kuartalan) dan kemudian membandingkan hasil aktual dengan laporan yang dianggarkan.
3) Laporan Ekuitas Pemilik
dalam persekutuan, perkiraan modal dibentuk untuk masing-masing sekutu (partner). Saldo perkiraan modal mengikhtisarkan jumlah investasi, penarikan, dan bagian dari laba atau rugi masa lalu untuk masing-masing sekutu dan perkiraan ini mengukur ekuitas masing-masing sekutu dalam aktiva persekutuan.
Dalam sebuah perseroan, selisih antara aktiva dan kewajiban disebut sebagai ekuitas pemegang saham (stockholders’ atau shareholders’ equity) atau ekuitas pemilik. Dalam menyajikan ekuitas pemilik pada neraca, terdapat perbedaan antara ekuitas yang berasal dari investasi pemegang saham yang disebut modal kontribusi (contributed capital) atau modal disetor (paid-in capital) dan ekuitas yang berasal dari laba disebut sebagai laba ditahan atau saldo laba (retained earnings). Perubahan laba ditahan terjadi karena pemegang saham biasa mengijinkan perusahaan untuk menginvestasikan kembali dana yang tidak didistribusikan sebagai dividen.
4) Laporan Arus Kas
Kegunaan informasi arus kas dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 paragraf 3 (IAI, 2004) dijelaskan bahwa laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding
pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.
Wild (2004:5) menyatakan bahwa laporan arus kas menyediakan informasi untuk menjawab pertanyaan pengguna laporan seperti:
(a) berapa banyak kas yang dihasilkan dari atau digunakan untuk operasi? (b) pengeluaran apakah dibayar dengan kas dari operasi?
(c) bagaimana dividen dibayar saat perusahaan mengalami kerugian operasi? (d) berasal darimanakah kas untuk pembayaran utang?
(e) berasal darimanakah kas untuk pembayaran saham preferen? (f) bagaimanakah kenaikan investasi didanai?
(g) berasal darimanakah kas untuk pembelian aktiva tetap yang baru? (h) mengapa kas lebih rendah saat laba meningkat?
(i) bagaimana penggunaan kas yang berasal dari pendanaan baru?
Secara rinci, Horngern (1998: 845) menjelaskan bahwa laporan arus kas dirancang untuk memperkirakan arus kas masa mendatang, untuk mengevaluasi pengambilan keputusan manajemen, untuk menentukan kemampuan perusahaan membayar dividen kepada pemegang saham, pembayaran bunga, dan pokok pinjaman kepada kreditur dan untuk menunjukkan hubungan laba bersih terhadap perubahan kas perusahaan.
kas perusahaan tidaklah berubah secara dramatis dari tahun ke tahun. Karena itu penerimaan dan pengeluaran kas dapat diterima sebagai alat yang baik untuk memperkirakan penerimaan dan pengeluaran di masa yang datang.
(b)Untuk mengevaluasi pengambilan keputusan manajemen. Jika manager membuat keputusan investasi yang bijaksana maka perusahaannya akan sejahtera. Tetapi jika manajer membuat keputusan yang tidak bijaksana maka perusahaan akan menderita lainnya. Laporan arus kas akan melaporkan kegiatan investasi perusahaan sehingga memberikan informasi arus kas kepada investor dan kreditur untuk mengevaluasi keputusan manajer.
(c) Untuk menentukan kemampuan perusahaan membayar dividen kepada pemegang saham, pembayaran bunga, dan pokok pinjaman kepada kreditur. Pemegang saham tertarik pada penerimaan dividen dari investasinya dalam saham perusahaan. Kreditur ingin menerima bunga dan pokok pinjamannya tepat waktu. Laporan arus kas membantu investor dan kreditur untuk mengetahui apakah perusahaan mampu melakukan pembayaran-pembayaran ini.
(d)Untuk menunjukkan hubungan laba bersih terhadap perubahan kas perusahaan. Biasanya kas dan laba bersih bergerak bersama. Tingginya tingkat laba cenderung menyebabkan peningkatan kas dan sebaliknya. Akan tetapi, nilai sisa kas bisa menurun ketika laba bersih tinggi dan kas bisa meningkat ketika laba bersih rendah. Adanya kemungkinan bangkrutnya suatu perusahaan yang mempunyai laba bersih yang cukup tetapi kas yang rendah, menyebabkan diperlukannya informasi arus kas. Biasanya kas dan laba bersih bergerak sama.
5) Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan sebagaimana dikemukakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 paragraf 69 (IAI, 2004)
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas harus saling berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
(a) informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting,
(b) informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan lapran perubahan ekuitas,
(c) informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
2. Laba Bersih
earnings) dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kinerja perusahaan selama 1 periode tertentu.
Laba bersih merupakan suatu ukuran berapa besar harta yang masuk (pendapatan dan keuntungan) melebihi harta yang keluar (beban dan kerugian).
Baik pendapatan maupun beban dicatat atas dasar akrual, yaitu pada saat terjadinya, tidak peduli apakah sudah ada kas yang dihasilkan atau dikeluarkan oleh perusahaan. Pada kenyataannya, laba yang tinggi akibat penjualan yang baik belum menjamin penerimaan yang baik juga pada perusahaan. Piutang yang terjadi akibat penjualan kredit belum tentu dapat ditagih di kemudian hari, atau dapat juga ditagih tetapi tidak tepat pada waktu perusahaan membutuhkan dana untuk kegiatan usahanya akibatnya kegiatan perusahaan dapat terhambat dan justru memperburuk kinerja perusahaan untuk menghasilkan laba pada periode mendatang, maka diperlukan informasi yang lebih dapat menyajikan informasi tentang laba dan kondisi kas perusahaan. Informasi tersebut ditemukan pada laporan arus kas.
3. Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi (operating activities) merupakan aktivitas perusahaan yang terkait dengan laba. Selain pendapatan dan beban yang disajikan dalam laporan laba rugi, aktivitas operasi juga meliputi arus kas masuk dan arus kas keluar bersih yang berasal dari aktivitas operasi terkait, seperti pemberian kredit kepada pelanggan, investasi dalam persediaan, dan perolehan kredit dari pemasok. Aktivitas operasi terkait dengan pos-pos laporan laba rugi (dengan beberapa pengecualian kecil) dan dengan pos-pos operasi dalam neraca, umumnya pos modal kerja seperti piutang, persediaan, pembayaran dimuka (prepayment), utang, dan beban akrual. Aktivitas operasi juga meliputi transaksi dan peristiwa yang tidak cocok untuk dikelompokkan ke dalam aktivitas investasi atau aktivitas pendanaan.
penerimaan dan pengeluaran kas yang termasuk dalam kategori aktivitas operasi dan memasukkan akun-akun neraca dan laba rugi yang berhubungan dengan aktivitas operasi sebagai berikut:
Tabel 2.1 Aktivitas Operasi
Kas Diterima dari: Kas dikeluarkan untuk:
1. penjualan barang atau jasa, 1. pembelian persediaan, 2. penjualan efek yang diperdagangkan, 2. gaji dan upah,
3. pendapatan bunga, 3. pajak,
4. pendapatan dividen. 4. beban bunga, 5. beban lainnya, 6. pembelian efek. Sumber: Stice, Stice, Skousen
Arus kas dari aktivitas operasi sebagaimana dikemukakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.2 paragraf 12 (IAI, 2004)
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pandanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.
metode langsung, sedangkan dalam metode tidak langsung, laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penagguhan (deferral) atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan di masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.
Kedua metode tersebut menghasilkan jumlah yang sama, yaitu jumlah arus kas bersih yang disediakan oleh arus kas operasi. Metode tidak langsung lebih disukai dan digunakan oleh kebanyakan perusahaan karena relatif mudah digunakan dan merekonsiliasikan perbedaan antara laba bersih dengan arus kas bersih dari aktivitas operasi. Pemakai laporan keuangan juga banyak yang menyukai metode langsung karena metode ini melaporkan secara langsung sumber dari arus kas masuk dan keluar tanpa harus dibingungkan dengan penyesuain-penyesuaian dengan laba bersih.
Menurut Stice (2004:331) kedua metode tersebut memiliki kelebihan masing-masing. ”Kelebihan utama dari metode langsung adalah sangat mudah dipahami dan intuitif. Sementara kelebihan utama dari metode tidak langsung adalah metode ini menandai faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan antara laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi”.
Ikatan Akuntan Indonesia secara khusus mengatur arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan, sebagaimana dikemukakan dalam PSAK No. 2 paragraf 32-33 (IAI, 2004)
komponen arus kas dari aktivitas operasi dengan maksud untuk membantu para pengguna laporan arus kas dalam menilai kemampuan perusahaan membayar dividen dari arus kas operasi.
4. Return yang Diterima oleh Pemegang Saham
Saham suatu perusahaan bisa dinilai dari pengembalian (return) yang diterima oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan. Return bagi pemegang saham bisa berupa:
a. dividen
Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang dibagikan kepada para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai. Stice (2004:902) menyatakan bahwa “dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik”. Pembagian dividen dapat berupa kas, aktiva lain, wesel (pada intinya, disebut dividen tunai ditangguhkan), dan dividen saham. Distribusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah korporasi kepada pemegang sahamnya disebut sebagai dividen kas (cash dividend). Biasanya sebuah korporasi harus memenuhi 3 (tiga) kondisi terlebih dahulu agar dapat membayar dividen kas, yaitu:
1) laba ditahan yang mencukupi, 2) kas yang memadai,
3) tindakan formal dari dewan komisaris. b. capital gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual saham yang
pagi hari kemudian menjualnya kembali pada siang hari jika saham mengalami kenaikan. Saham dikenal dengan high risk – high return, artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi juga berpotensi resiko tinggi.
5. Kebijakan Deviden
a. Pengertian Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan keputusan pembayaran dividen yang mempertimbangkan maksimalisasi harga saham saat ini dan periode mendatang. Atmaja (1994:351) menyatakan:
manajemen mempunyai 2 alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih sesudah pajak (EAT) perusahaan: 1) dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen, dan 2) diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning). Pada umumnya sebagai EAT (earning after tax) dibagi dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali. Artinya, manajemen harus membuat keputusan tentang dividen, ini disebut kebijakan dividen (dividend policy).
b. Kebijakan Dividen bagi Perusahan
Kebijakan dividen korporasi sangat penting untuk menjaga kepentingan investor dan kepentingan korporasi dalam hal program keuangan dan capital budgeting korporasi, cash flow perusahaan, dan nilai modal saham perusahaan (Tampubolon, 2005:183).
1) Menjaga kepentingan investor sebagai pemegang saham. Investor atau pemegang saham tidak mempunyai opini yang negatif tentang korporasi, seandainya dividen dipotong karena keterkaitan antara potongan tersebut dengan persoalan keuangan korporasi. Dengan demikian kebijaksanaan keuangan korporasi dari pihak manajemen harus mampu meyakinkan serta memberi jaminan akan tercapainya tujuan-tujuan bagi pemegang saham. Apabila pemegang saham dikecewakan, maka pemegang saham akan melepaskan saham-sahamnya dengan menjual yang pada gilirannya harga saham di pasar bursa akan menurun. Ketidakpuasan pemegang saham akan menimbulkan kemungkinan pengendalian korporasi akan dilakukan orang-orang diluar korporasi.
2) Kebijaksanaan dividen akan mempengaruhi program keuangan dan capital budgeting korporasi tersebut.
4) Kebijakan dividen dapat menurunkan nilai modal saham korporasi karena dividen akan dibayarkan dari laba yang ditahan sehingga akan meningkatkan utang/modal (debt/equity) rasio korporasi.
c. Jenis Kebijakan Dividen
Menurut Gitosudarmo (2002:231), secara umum kebijakan dividen yang ditempuh perusahaan adalah salah satu dari 3 kebijakan ini, yaitu stable dividend policy, fluctuating dividend policy, kombinasi stable dividend policy dan fluctuating dividend policy.
1) Stable Dividend Policy. Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan
selalu stabil dalam jumlah yang tetap, stabil yang makin naik dan stabil yang semakin menurun. Jadi, besarnya dividen yang dibayarkan dalam jumlah yang selalu stabil walaupun terjadi fluktuasi dalam net income. Apabila pada suatu saat kondisi perusahaan mengalami kerugian, pembayaran dividen akan diambilkan dari cadangan stabilisasi dividen.
2) Fluctuating Dividend Policy. Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang
dibayarkan mendasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang akan dibayarkan relatif tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah, atau bisa dikatakan selalu proporsional dengan tingkat keuntungannya.
3) Kombinasi Stable Dividend Policy dan Fluctuating Dividend Policy. Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil atau tetap, tetapi sebagian yang lain bersifat proporsional dengan tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba para pemegang saham masih mendapatkan dividen tetap dan apabila didapatkan keuntungan dari hasil operasinya didapatkan bagian dari keuntungan. Bagian dividen yang bersifat proporsional besarnya tidak sama dengan dividen yang menggunakan kebijakan fluktuatif.
d. Teori Kebijakan Deviden
Beberapa teori yang relevan dikemukakan oleh Harahap (2004:230) yang telah teruji secara empiris, yaitu:
a. Smoothing Theory
Teori ini dikembangkan oleh Lintner. Lintner mengatakan bahwa jumlah dividen bergantung akan keuntungan perusahaan sekarang dan dividen tahun sebelumnya. b. Dividend Irrelevance Theory
dan tidak diperhitungkannya biaya transaksi serta dalam kondisi pasar yang sempurna, maka kebijakan dividen tidak akan memberikan pengaruh apa pun terhadap harga pasar saham tersebut.
c. Bird In Hand Theory
Gordon mengatakan bahwa dengan mendapatkan dividen (a bird in hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan pernah terwujud di masa depan (it can fly away).
d. Tax Preference Theory
Teori ini diungkapkan oleh Bhattacharya yang menjelaskan bahwa berkaitan dengan pajak, investor lebih memilih pembayaran dividen rendah dibandingkan dengan dividen yang tinggi.
e. Clientele Effect Theory
Teori ini diungkapkan oleh Black dan Scholes yang mengasumsikan jika perusahaan membayar dividen, investor seharusnya mendapatkan keuntungan dari dividen tersebut untuk menghilangkan konsekuensi negatif dari pajak.
e. Keputusan Dividen Dalam Praktek
Pada prakteknya, ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen. Menurut Keown (2000: 621) antara lain faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan adalah pembatasan hukum, posisi likuiditas, tak ada atau kurangnya sumber pendanaan lain, kemungkinan pendapatan diramalkan, kontrol kepemilikan, inflasi.
1) Pembatasan hukum
Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah dividen yang bisa dibayarkan perusahaan. Batasan hukum ini ada dua kategori. Pertama, pembatasan menurut undang-undang. Kedua, unik untuk setiap perusahaan dan hasil dari batasan dalam kontrak utang dan saham preferen. Untuk meminimumkan resiko, investor sering kali menerapkan aturan pembatasan atas manajemen sebagai syarat investasi mereka dalam perusahaan. Batasan ini meliputi aturan bahwa dividen takkan diumumkan sebelum utang dibayar kembali. Perusahaan juga mungkin disyaratkan mempertahankan jumlah modal tertentu. Pemegang saham preferen bisa menuntut agar dividen biasa takkan dibayar jika saham preferen tidak dibayarkan.
2) Posisi likuiditas
Posisi perusahaan saat ini dalam aset lancar, termasuk kas, pada dasarnya independen atas pos laba ditahan. Secara historis, perusahaan dengan laba ditahan yang besar sukses dalam mengumpulkan kas dari operasi. Kalau dana ini tidak diinvestasikan kembali dalam perusahaan untuk periode pendek atau digunakan untuk membayar utang yang jatuh tempo biasanya perusahaan dapat sangat untung dan tetap tidak memiliki kas. Dividen kas dibayarkan dengan kas, dan tidak dengan laba ditahan, perusahaan harus memiliki kas tersedia untuk pembayaran dividen. Posisi likuiditas perusahaan sangat berpengaruh pada kemampuannya membayar dividen.
3) Tak ada atau kurangnya sumber pendanaan lain.
Perusahaan bisa menahan laba untuk tujuan investasi atau membayar dividen dan menerbitkan utang baru atau sekuritas modal untuk mendanai investasi. Untuk sebagian besar perusahaan kecil atau baru, pilihan kedua ini realistis. Perusahaan ini tak memiliki akses ke pasar modal, jadi mereka harus sangat bergantung pada dana internal. Sebagai akibatnya, rasio pembayaran dividen biasanya jauh lebih rendah untuk perusahaankecil atau baru daripada perusahaan besar dan milik publik.
4) Kemungkinan pendapatan diramalkan.
Rasio pembayaran dividen perusahaan hingga suatu titik tergantung pada kemungkinan diramalkannya laba perusahaan sepanjang waktu. Jika pendapatan berfluktuasi jelas, manajemen tak dapat bergantung pada dana internal untuk memenuhi kebutuhan di masa depan. Jika laba tak dihasilkan, perusahaan bisa menahan jumlah yang lebih besar untuk memastikan bahwa uang tersedia saat dibutuhkan. Sebaliknya, perusahaan dengan tren pendapatan yang stabil biasanya akan membayar bagian yang besar dari pendapatannya dalam bentuk dividen. Perusahaan ini tak terlalu memerlukan ketersediaan laba untuk memenuhi kebutuhan modal di masa depan.
5) Kontrol kepemilikan
Untuk banyak perusahaan besar, kontrol melalui pemilikan saham biasa bukan masalah tetapi bagi banyak perusahaan kecil dan menengah, mempertahankan kontrol suara merupakan prioritas utama. Jika pemegang saham sekarang tak bisa berpartisipasi dalam penawaran baru, menerbitkan saham baru tak menarik, dalam arti bahwa kontrol pemegang saham yang sekarang tak berarti. Pemilik mungkin lebih suka manajemen mendanai investasi baru dengan utang dan melalui laba daripada melalui penerbitan saham biasa baru. Pertumbuhan perusahaan ini karenanya dibatasi dengan jumlah modal utang yang tersedia dan oleh kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
6) Inflasi.
pengganti terus naik, dana depresiasi tak cukup. Ini membutuhkan retensi laba yang lebih besar, yang berarti bahwa dividen harus terpengaruh secara tak menguntungkan.
Tampubolon (2005:186) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah sebagai berikut:
1) tingkat pertumbuhan korporasi (company grow rate), 2) keterikatan dalam rapat (restrictive convenant), 3) profitability,
4) stabilitas laba (earning stability),
5) kontrol perbaikan (maintenance control),
6) memahami pengungkit keuangan (degrre of financial leverage), 7) kemampuan untuk kondisi eksternal (ability to finance externally), 8) keadaan tak terduga (uncertainity),
9) ukuran dan umur korporasi (age and size).
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
[image:34.595.71.471.534.770.2]Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan laba bersih, arus kas operasi dan dividen kas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.2
Hasil Penelitian terdahulu
Nama Judul Variabel yang digunakan Uraian Hermi (2004) Hubungan Laba Bersih dan Arus kas Operasi Terhadap Dividen Kas pada Perusahaan Perdagangan Besar Barang Produksi di Bursa Efek Independen: - laba bersih, - arus kas
operasi.
Dependen:
- dividen
Periode penelitian adalah tahun 1999-2002.
Jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 20 perusahaan.
Analisis data yang digunakan adalah Spearman Rank Correlation Coefficient.
Jakarta Periode 1999-2002.
kas. terdapat hubungan yang signifikan antara laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen kas. Murtanto dan Febby (2004) Analisis Hubungan antara Laba Akuntansi dan Laba Tunai dengan Dividen Kas (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi yang GO Publik di Bursa Efek Jakarta periode 1999-2001) Independen: - laba
akuntansi, - laba tunai.
Dependen: - dividen
kas.
Periode penelitian adalah tahun 2000-2001.
Jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 20 perusahaan.
Analisis data yang digunakan adalah Spearman Rank Correlation Coefficient.
Hasil penelitian:
ada hubungan yang positif dan kuat antara laba akuntansi dan laba tunai dengan dividen kas. Namun laba akuntansi
memiliki hubungan yang lebih signifikan terhadap dividen kas dibandingkan dengan laba tunai karena laba akuntansi tidak dipengaruhi oleh deprestasi dan amortisasi. Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan (2004) Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings, dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Independen: - economic
value added,
- residual income,
- earnings, - arus kas
operasi.
Dependen: - return yang
Periode penelitian adalah tahun 2000-2002.
Jumlah populasi penelitian adalah sebanyak 34 saham perusahaan. Penelitian yang dilakukan menggunakan seluruh elemen populasi (penelitian sensus). Hasil penelitian:
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta) diterima oleh pemegang saham.
variabel earnings yang
berpengaruh signifikan. EVA dan RI tidak mempunyai pengaruh terhadap return yang diterima pemegang saham. Barita Stepanus Sihombing (2006) Analisis Hubungan antara Laba Akuntansi dan Laba Tunai dengan Dividen Kas (Studi Kasus pada Industri Makanan dan Minuman yang Go Public di Bursa Efek Jakarta) Independen: - laba
akuntansi, - laba tunai.
Dependen: - dividen
kas.
Periode penelitian adalah tahun 2003-2005.
Analisis data yang digunakan adalah Spearman Rank Correlation Coefficient.
Jumlah populasi penelitian adalah sebanyak 17 perusahaan dan sampel sebanyak 8
perusahaan. Hasil penelitian:
ada hubungan yang positif dan kuat antara laba akuntansi dan laba tunai dengan dividen kas. Laba akuntansi lebih besar kuat hubungannya terhadap dividen kas dibandingkan hubungan laba tunai dengan dividen kas hanya pada tahun 2005, sedangkan pada tahun 2003 dan 2004 laba tunai lebih besar kuat hubungannya terhadap dividen kas
dibandingkan hubungan laba akuntansi dengan dividen kas. Reagen Pangaribuan (2007) Analisis Hubungan antara Laba Akuntansi dan Kas dengan Dividen Kas (Studi Kasus pada Perusahaan Industri Manufaktur Independen: - laba
akuntansi, - kas.
Dependen: - dividen
Periode penelitian adalah tahun 2002-2004.
Analisis data yang digunakan adalah Spearman Rank Correlation Coefficient.
yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)
kas. Hasil penelitian: laba akuntansi dan kas mempunyai hubungan yang positif dan kuat terhadap pembagian dividen kas. Laba akuntansi merupakan variabel yang memiliki hubungan yang paling kuat dibandingkan jumlah kas perusahaan, artinya laba akuntansi mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembagian dividen kas. Ahmad Bachtiar (2007) Analisis Free Cash Flow dan Pengaruhnya terhadap Pembayaran Dividen Tunai dan Kebijakan Hutang (studi Kasus pada Perusahaan-perusahaan Perseroan Terbatas Terbuka Indonesia) Independen: - free cash
flow. Dependen: - dividen kas, - kebijakan hutang.
Periode penelitian adalah tahun 2005.
Jumlah populasi penelitian adalah sebanyak 335 perusahaan dan sampel sebanyak 70 perusahaan. Hasil penelitian:
ada pengaruh signifikan antara free cash flow dengan
kebijakan utang dan antara free cash flow dengan pembayaran dividen tunai.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Besar kecilnya dividen yang dibagikan perusahaan tergantung dari kebijakan dividen yang ditempuh oleh perusahaan. Dalam menentukan besarnya dividen yang akan diberikan kepada pemegang saham tentunya perusahaan akan memperhatikan laba bersih yang diperoleh perusahaan karena dividen yang dibagikan kepada pemegang saham merupakan bagian dari laba. Laba bersih merupakan faktor penentu utama dalam kebijakan dividen. Dapat disimpulkan bahwa laba bersih memiliki hubungan positif terhadap dividen kas.
Laba perusahaan biasanya dianggap sebagai determinan utama dari dividen, tetapi dalam kenyataannya dividen lebih bergantung pada arus kas yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen daripada dengan laba yang sangat dipengaruhi oleh praktek akuntansi serta hal-hal lain yang tidak mencerminkan kemampuan untuk membayar dividen (Brigham, 2001:85). Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi perusahaan merupakan indikator yang menentukan apakah kegiatan operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk membayar dividen kas yang telah ditetapkan dalam kebijakan dividen. Semakin besar arus kas operasi perusahaan maka semakin besar DPR (dividend payout ratio) yang ditetapkan karena perusahaan memiliki kas untuk membayar dividen kas dan semakin kecil arus kas yang dihasilkan perusahaan dari aktivitas operasinya
ARUS KAS OPERASI (X2) LABA BERSIH
maka akan semakin kecil DPR yang ditetapkan manajemen karena kurangnya kemampuan perusahaan untuk menyediakan uang kas untuk membayar dividen. Dapat dikatakan bahwa arus kas operasi memiliki hubungan positif terhadap dividen kas yang diterima oleh pemegang saham.
2. Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan desain kausal. Desain kausal berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2008:35).
B. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2006:55) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam hal ini peneliti memilih perusahaan publik yang bergerak dalam bidang industri manufaktur dengan pertimbangan banyaknya sampel yang dapat diperoleh dan keandalan arus kas yang disajikan. Industri lain, misalnya perbankan, mempunyai ketidakpastian kas yang lebih tinggi daripada industri manufaktur karena dalam industri ini kas merupakan produk suatu entitas. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2006, yaitu sebanyak 151 perusahaan.
1. sampel merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2008,
2. perusahaan tersebut tidak sedang dalam proses delisting pada tahun 2006 – 2008,
3. sampel telah melaporkan laporan laba rugi, laporan ekuitas, dan laporan arus kas dalam periode 2006 – 2008,
4. sampel telah mengumumkan pembayaran dividen kas tiga tahun berturut-turut dalam periode 2006 – 2008,
5. data pada laporan keuangan disajikan dalam mata uang Rupiah.
Proses Penyaringan Populasi
I. Seleksi Umum
Jumlah Populasi 151 Perusahaan
1. sampel merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2008,
2. perusahaan tersebut tidak sedang dalam proses delisting pada tahun 2006 – 2008,
3. sampel telah melaporkan laporan laba rugi, laporan ekuitas, dan laporan arus kas dalam periode 2006 – 2008.
Lolos Seleksi Umum
Jumlah Perusahaan yang lolos 143 perusahaan
Seleksi Khusus
1. sampel telah mengumumkan pembayaran dividen tunai tiga tahun berturut-turut dalam periode 2006 – 2008,
2. data pada laporan keuangan disajikan dalam mata uang Rupiah. Lolos Seleksi Khusus
TABEL 3.1
Sampel Perusahaan Manufaktur
No. Nama Perusahaan Sampel Kode
1 PT. AKR Corporindo Tbk AKRA
2 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk AQUA
3 PT. Astra Graphia Tbk ASGR
4 PT. Astra International Tbk ASII
5 PT. Astra Otoparts Tbk AUTO
6 PT. Bentoel International Investama Tbk RMBA 7 PT. Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk SQBI
8 PT. Colorpak Indonesia Tbk CLPI
9 PT. Delta Djakarta Tbk DLTA
10
PT. Ekhadarma International (Formerly Ekhadarma Tape Industries) Tbk
EKAD
11 PT. Fast Food Indonesia Tbk FAST
12 PT. Goodyear Indonesia Tbk GDYR
13 PT. Gudang Garam Tbk GGRM
14 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk HEXA
15 PT. HM Sampoerna Tbk HMSP
16 PT. Indo Kordsa (Formerly Branta Mulia) Tbk BRAM
17 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
18 PT. Kageo Igar Jaya (Formerly Igarjaya) Tbk IGAR
19 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF
20 PT. Lautan Luas Tbk LTLS
21 PT. Lion Metal Works Tbk LION
23 PT. Mandom Indonesia Tbk TCID
24 PT. Mayora Indah Tbk MYOR
25 PT. Merck Tbk MERK
26 PT. Metrodata Electronics Tbk MTDL
27 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI
28 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk SMGR
29 PT. Sepatu Bata Tbk BATA
30
PT. Sorini Agro Asia Corporindo (Formerly Sorini Corporation) Tbk
SOBI
31
PT. Sumi Indo Kabel (Formerly Iki Indah Kabel Indonesia) Tbk
IKBI
32 PT. Surya Toto Indonesia Tbk TOTO
33 PT. Tempo Scan Pacific Tbk TSPC
34 PT. Trias Sentosa Tbk TRST
35 PT. Tunas Baru Lampung Tbk TBLA
36 PT. Tunas Ridean Tbk TURI
37 PT. Unilever Indonesia Tbk UNVR
38 PT. United Tractor Tbk UNTR
Sumber: penulis, 2011.
C. Jenis Data
1. informasi mengenai laba bersih perusahaan,
2. informasi mengenai arus kas dari aktivitas operasi perusahaan,
3. informasi mengenai dividen kas yang diterima oleh pemegang saham.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan data-data berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006, 2007, dan 2008 dan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan
dua tahap, tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka, yakni jurnal akuntansi dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pada tahap kedua, pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari media internet dengan mendownload melaui situs
dipublikasikan.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk mengukur. Dilihat dari sudut pandang hubungannya variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen.
1. Variabel bebas (independent variable), tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Indriantoro, 2002: 63), yaitu berupa laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi dengan skala pengukurannya adalah skala rasio.
b. ”Arus kas operasi adalah selisih bersih antara penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas yang berasal dari aktivitas operasi sebelum satu tahun buku” (Pradhono: 2004).
2. Variabel terikat (dependent variable), tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro, 2002: 63), yaitu dividen kas dengan skala pengukurannya ialah skala rasio. ”Dividen kas ialah laba yang dibagikan kepada pemegang saham berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham dalam bentuk kas” (Febby: 2004).
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah model analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS 16 (Statistik Product and Services Solution). Sebelum data di analisis, maka untuk keperluan analisis data tersebut, terlebih dahulu diajukan uji asumsi klasik. 1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas data, uji multikolonieritas, dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas Data
1) jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,
2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
”Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh Ghozali (2005:115). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:
Ho : data residual berdistribusi normal
Ha : data residual tidak berdistribusi normal
Bila signifikansi >0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal dan Ho diterima,
sebaliknya bila nilai signifikan <0,05 berarti distribusi data tidak normal dan Ha diterima.
Ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal menurut Erlina (2007:106), yaitu:
a. lakukan transformasi data ke bentuk lainnya, b. lakukan trimming, yaitu membuang data outlier,
c. lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu nilai tertentu. b. Uji Multikolonieritas
Menurut Ghozali (2005:93) untuk matrik korelasi adanya indikasi multikolonieritas dapat dilihat jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya diatas 0,95. c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Menurut Erlina (2007:108) “jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sebaliknya jika varians berbeda, maka disebut heterokedasitas”. Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scaterplot antar nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas, antara lain:
1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,
2) jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas. 2. Pengujian Hipotesis
Penelitian ini dianalisis dengan model regresi berganda untuk melihat seberapa besar pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen kas dengan model dasar sebagai berikut:
Y= α+β1X1+β2X2 +ε
Keterangan:
Y = variabel dependen, dalam hal ini dividen kas,
α = konstanta,
X1 = variabel independen pertama yaitu laba bersih,
X2 = variabel independen kedua yaitu arus kas operasi, ε = tingkat kesalahan pengganggu.
a. Uji t ( t Test )
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh laba bersih dan arus kas bersih secara parsial terhadap dividen kas. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t hitung dengan ketentuan sebagai berikut:
Ho diterima jika t hitung < t tabel (α = 5%)
Ha diterima jika t hitung > t tabel (α = 5%)
Selain itu dapat pula dilihat dari nilai signifikansinya. Jika nilai signifikansi penelitian < 0,05 maka Ha diterima.
Hipotesis Penelitian
Laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh secara parsial terhadap dividen kas yang diterima oleh pemegang saham.
Ho: b1 = 0 (laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi tidak berpengaruh secara parsial
terhadap dividen kas yang diterima oleh pemegang saham). Hipotesis Statistik
Ha: b1≠ 0 (laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh secara parsial terhadap
dividen kas). b. Uji F ( F Test )
melihat kemampuan menyeluruh dari variabel bebas yaitu laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen kas. Uji ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Ho diterima jika Fhitung < Ftabel
Ha diterima jika Fhitung > Ftabel
Pada tingkat kepercayaan 95 %.
Selain itu dapat pula dilihat dari nilai signifikansinya. Jika nilai signifikansi penelitian < 0,05 maka Ha diterima.
Laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh secara simultan terhadap dividen kas.
Hipotesis Penelitian
Ho: b2 = 0 (laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi tidak berpengaruh secara simultan
terhadap dividen kas). Hipotesis Statistik
Ha: b2 ≠ 0 (laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh secara simultan
terhadap dividen kas).
G. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian Tahapan
Penelitian
Sep’ 2010
Okt’ 2010
Nov’ 2010
Des’ 2010
Jan’ 2011
Feb’ 2011 Pengajuan
Judul
Penye lesaian Proposal Bimbingan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan Data
Pengo lahan Data
Penya mpaian Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 16. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang
[image:52.595.99.498.570.766.2]telah ditetapkan, didapat 38 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini dan diamati selama periode 2004-2006 (dikutip dari lampiran i).
Tabel 4.1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur
No. Nama Perusahaan Sampel Kode Tanggal berdiri
Tanggal Listing 1 PT. AKR Corporindo Tbk AKRA 07 Mei 1977 03 Okt 1994
2
PT. Aqua Golden Mississippi Tbk
AQUA 23 Feb 1973 01 Mar 1990
6
PT. Bentoel International Investama Tbk
RMBA 19 Jan 1979 05 Mar 1990
7
PT. Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk
SQBI 08 Jul 1970 29 Mar 1983
8 PT. Colorpak Indonesia Tbk CLPI 15 Sept 1998 30 Nov 2001 9 PT. Delta Djakarta Tbk DLTA 15 Jun 1970 30 Jan 1989
10
PT. Ekhadarma International (Formerly Ekhadarma Tape Industries) Tbk
EKAD 27 Nov 1981 14 Agu 1990
11 PT. Fast Food Indonesia Tbk FAST 19 Jun 1978 11 Mei 1993 12 PT. Goodyear Indonesia Tbk GDYR 11 Jan 1901 22 Des 1980 13 PT. Gudang Garam Tbk GGRM 30 Jun 1971 27 Agt 1990 14 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk HEXA 28 Nov 1988 13 Feb 1995 15 PT. HM Sampoerna Tbk HMSP 19 Okt 1963 15 Agu 1990
16
PT. Indo Kordsa (Formerly Branta Mulia) Tbk
BRAM 08 Jul 1981 05 Sep 1990
17
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
INDF 14 Agu 1990 14 Jul 1994
18
PT. Kageo Igar Jaya (Formerly Igarjaya) Tbk
IGAR 30 Okt 1975 05 Nov 1990
19
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk
KAEF 16 Agu 1971 04 Jul 2001
27
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
MLBI 03 Jun 1929
15 Des 1981
28
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk
SMGR 25 Mar 1953 08 Jul 1991
29 PT. Sepatu Bata Tbk BATA 15 Okt 1931 24 mar 1982
30
PT. Sorini Agro Asia
Corporindo (Formerly Sorini Corporation) Tbk
SOBI 07 Feb 1983 03 Agu 1992
31
PT. Sumi Indo Kabel (Formerly Iki Indah Kabel Indonesia) Tbk
IKBI 23 Jul 1981 21 Jan 1991
32 PT. Surya Toto Indonesia Tbk TOTO 11 Jul 1977 30 Okt 1990 33 PT. Tempo Scan Pacific Tbk TSPC 20 Mei 1970 17 Jun 1994 34 PT. Trias Sentosa Tbk TRST 23 Nov 1979 02 Jul 1990 35 PT. Tunas Baru Lampung Tbk TBLA 22 Des 1973 15 Feb 2000 36 PT. Tunas Ridean Tbk TURI 24 Jul 1980 16 Mei 1995 37 PT. Unilever Indonesia Tbk UNVR 05 Des 1933 11 Jan 1982 38 PT. United Tractor Tbk UNTR 11 Jan 1901 19 Sep 1989
Sumber: penulis, 2011.
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
variabel bebas (independent variable) dan dividen kas sebagai variabel terikat (dependent variable). Statistik deskriptif dari variabel tersebut dari sampel perusahaan manufaktur
selama periode 2004 sampai dengan tahun 2006 yang dikutip dari lampiran iii disajikan dalam tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
LN_DT 38 19.68 28.39 24.0992 1.93349
LN_EAR 38 22.13 29.21 25.0865 1.69057
LN_AKO 36 21.63 29.22 25.3355 1.84200
Valid N
(listwise) 36
[image:55.595.98.495.271.458.2]Sumber: data yang diolah SPSS, 2011.
Tabel diatas menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai minimun positif. Untuk nilai maksimum, semua variabel juga memiliki nilai yang positif, tetapi hal ini tidak menunjukkan bahwa laba bersih dan arus kas operasi selalu positif karena nilai diatas merupakan hasil pengolahan data yang telah ditransformasikan dengan menggunakan LN dimana data yang bernilai negatif secara otomatis akan dihapuskan.
Berikut ini perincian data deskriptif yang telah diolah dengan bantuan SPSS:
b. variabel LN_EAR memiliki nilai minimum 22,13 dan nilai maksimum 29,21 dengan rata-rata LN_EAR sebesar 25,0865 dengan jumlah sampel sebanyak 38 perusahaan.
c. variabel LN_AKO memiliki nilai minimum 21,63 dan nilai maksimum 29,22 dengan rata-rata LNY sebesar 25,3355 dengan jumlah sampel 36 perusahaan.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini mengunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:
Ho : data residual berdistribusi normal
Ha : data residual tidak berdistribusi normal
Apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima, sedangkan jika nilai
[image:56.595.95.496.531.764.2]signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak.
Tabel 4.3
Uji Normalitas Sebelum Data Ditransformasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 38
Normal Parametersa Mean -.0000048
Std. Deviation 219308892170.46906000
Most Extreme Differences Absolute .372
Positive .372
Kolmogorov-Smirnov Z 2.294
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal. Sumber: data yang diolah SPSS, 2011.
[image:57.595.114.426.357.492.2]Dari hasil pengolahan data untuk uji normalitas yang dikutip dari lampiran iv, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 2,294 dan signifikansi pada 0,000 maka disimpulkan data tidak terdistribusi secara normal karena p = 0,000 < 0,05. Data yang tidak terdistribusi secara normal tersebut juga dapat dilihat melalui grafik histogram dan grafik normal plot data.
Gambar 4.1
Histogram ( sebelum data ditransformasi )
Sumber : data diolah SPSS, 2011.
Gambar 4.2
Grafik Normal P-P Plot ( sebelum data ditransformasi )
Sumber: data yang diolah SPSS, 2011.
Demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot yang dikutip dari lampiran iv. Pada grafik normal plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya menjauh dari garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal. Dari hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov (K-S), grafik histogram dan grafik normal Plot menunjukkan data tidak
terdistribusi secara normal. Ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal menurut Erlina (2007:106), yaitu:
b. lakukan transformasi data ke bentuk lainnya, b. lakukan trimming, yaitu membuang data outlier,
Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, penulis melakukan transformasi data ke model LN dari persamaan DT = f(EAR,AKO), menjadi DT = F(LN_EAR, LN_AKO). Transformasi data dilakukan dengan bantuan SPSS for windows. Kemudian, data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Berikut ini hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov (K-S) yang dikutip dar