PERKIRAAN TINGGI BADAN
BERDASARKAN PANJANG TELAPAK KAKI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Oleh :
ANITA LIMANJAYA 070100347
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERKIRAAN TINGGI BADAN
BERDASARKAN PANJANG TELAPAK KAKI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh:
ANITA LIMANJAYA 070100347
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian: Perkiraan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Telapak Kaki pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Nama : Anita Limanjaya
Nim : 070100347
Pembimbing Penguji
(dr. H. Mistar Ritonga, Sp.F) (dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes) NIP. 19520408 198903 1 001 NIP. 19731015 200112 2 002
Penguji
(dr. Nurfida Khairina Arrasyid, Sp.Par) NIP. 19700819 199903 2 001
Medan, 29 November 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Dalam proses identifikasi forensik penting untuk mengetahui tinggi badan seseorang. Oleh karena itu banyak ahli kedokteran forensik dan ahli antropometri melakukan penelitian untuk memperkirakan tinggi badan seseorang dengan cara melakukan pengukuran terhadap ruas-ruas tubuh tertentu. Salah satu cara untuk melakukan perkiraan tinggi badan adalah dengan melakukan pengukuran terhadap telapak kaki. Penentuan tinggi badan melalui pengukuran tulang-tulang panjang sebelumnya telah banyak dilakukan, tetapi perkiraan tinggi badan pada orang hidup dan melalui pengukuran panjang telapak kaki di Indonesia masih belum cukup banyak dilakukan, padahal tidak semua jenazah ditemukan dalam bentuk tulang belulang dan tulang panjang saja. Pada kasus mutilasi misalnya, jenazah ditemukan dalam keadaan terpotong-potong dan masih dalam bentuk jaringan yang utuh, dimana kulit, otot, dan pembungkus tulang masih dijumpai.
Penelitian ini dilakukan terhadap 40 orang laki-laki dan perempuan yang masih hidup, kemudian dilakukan pengukuran tinggi badan dan panjang telapak kaki untuk mencari formula hubungan antara panjang telapak kaki terhadap tinggi badan. Tinggi badan diukur dalam posisi berdiri tegak dan menggunakan alat pengukur tinggi badan yang standart dan panjang telapak kaki diukur dengan menggunakan jangka sorong. Penelitian dilakukan pada waktu yang sama untuk menghindari variasi diurnal. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional atau sekat lintang dan uji statistik korelasi pearson.
Hasil penelitian diperoleh nilai r = 0.816 yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara panjang telapak kaki dengan tinggi badan seseorang dan formula perkiraan tinggi badan yaitu, 90,372 + 3,089 x panjang kaki pada laki-laki dan 53,649 + 4,396 x panjang kaki pada perempuan.
ABSTRACT
In the process of forensic identification it’s important to know the person's height. Therefore, many medical experts and forensic experts conducted a study to estimate anthropometric height person by measuring various parts of human body.
Another way to estimate human height is by measuring the foot length. Determination of height by measuring the long bones previously have been done, but the estimated height of the living and through measuring foot length in Indonesian is still not quite a lot done, but not all the died bodies found in the form of long bones and bone only. In the case of mutilation for example, the body was found mutilated and the tissue, where skin, muscle, and periosteum still intact. This study was conducted on 40 people, men and women who are still alive, then height and foot length was measured of to find the formula for finding between the length of your foot and height. Height was measured in erect anatomical position, using the standart instrument and the foot length measured by using vernier caliper. The method used in this study is the cross sectional and Pearson correlation test.
The result of this study is r value of 0816 which showed a strong relationship between foot length and human height and height esmating formula, 90,372 + 3,089 x men’s foot length and 53,649 + 4,396 x women’s foot length.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana
kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul Perkiraan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang
Telapak Kaki Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian proposal penelitian ini penulis banyak sekali mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. H. Mistar Ritonga, Sp. F, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga karya tulis
ilmiah ini terselesaikan dengan baik.
3. dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes dan dr. Nurfida Khairina Arrasyid, Sp.Par
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis
sehingga karya tulis ini terselesaikan dengan baik.
4. Kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang
dan memberikan dukungan, doa, dan semangat yang tiada henti kepada
penulis dalam menyelesaikan pendidikan.
5. Keluarga dan adik penulis, Muliadi Limanjaya yang selalu memberikan
dukungan doa dan semangat kepada penulis.
6. Sahabat-sahabat saya yang telah memberikan masukan, dan semangat
kepada penulis, Nurina, Rini M. Nasution, Kamal K. Ilyas, Ella Rhinsilva,
7. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
8. Junior-junior yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penelitian ini.
Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama
ini baik moril maupun materil, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata peneliti mengharapkan semoga
karya tulis ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...4
2.1. Identifikasi...4
2.1.1. Perkiraan Tinggi Badan dengan Rumus Patel...5
2.1.2. Perkiraan Tinggi Badan dengan Rumus Davis...5
2.2. Antropometri...6
2.3. Struktur Tinggi Tubuh Manusia...7
2.4. Pertumbuhan Tulang...9
2.5. Anatomi Kaki...10
2.5.1. Kelainan Bentuk Telapak Kaki...11
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL...15
3.1. Kerangka Konsep...15
3.2. Defenisi Operasional...15
3.2.1. Tinggi Badan...15
3.2.2. Panjang Telapak Kaki...15
3.3. Hipotesa...15
BAB 4 METODE PENELITIAN...16
4.1. Rancangan Penelitian...16
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...16
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian...17
4.4. Metode Pengumpulan Data... .18
4.5. Metode Analisa Data...19
4.6. Etika Penelitian...19
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...20
5.1. Hasil Penelitian...20
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...20
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden...20
5.1.3. Hasil Analisa Data...22
5.2. Pembahasan...26
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...29
6.1. Kesimpulan...29
6.2. Saran...29
DAFTAR PUSTAKA...30
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Rumus Patel dan Shah...5
Tabel 2.2 Rumus Davis...5
Tabel 2.3 Derajat Epiphyseal Line Union...10
Tabel 2.4 Klasifikasi Tinggi Badan menurut Martin Knusmann... ...13
Tabel 2.5 Klasifikasi Tinggi Badan Lainnya menurut Martin Knussman...14
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Umur...21
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...21
Tabel 5.3 Distribusi Responden atas Tinggi badan dan Panjang Kaki...21
Tabel 5.4 Perbandingan Tinggi Badan dan Panjang Kaki Responden...22
Tabel 5.5 Uji Normalitas ...22
Tabel 5.6 Hubungan Tinggi Badan dan Panjang Kaki...23
Tabel 5.7 Hubungan Tinggi Badan dan Panjang Kaki pada Laki-Laki...23
Tabel 5.8 Hubungan Tinggi Badan dan Panjang Kaki pada Perempuan...23
Tabel 5.9 Regresi Linear...24
Tabel 5.10 Regresi Linear pada Laki-Laki...25
Tabel 5.11 Regresi Linear pada Perempuan...25
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Dataran Frankfurt...7
Gambar 2.2 Titik Anatomis menurut Martin...7
Gambar 2.3 Posisi Anatomis Dalam Pengukuran Tinggi Badan...8
Gambar 2.4 Titik Anatomis menurut Bertillons...9
Gambar 2.5 Tulang pada Telapak Kaki...11
Gambar 2.6 Kelainan pada Telapak Kaki...12
Gambar 5.1 Grafik Linear Secara Umum...24
Gambar 5.2 Grafik Linear pada Laki-Laki...25
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Ethical Clearance
Lampiran 3 Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Subjek Penelitian
Lampiran 5 Lembar Hasil Pengukuran Subjek Penelitian
ABSTRAK
Dalam proses identifikasi forensik penting untuk mengetahui tinggi badan seseorang. Oleh karena itu banyak ahli kedokteran forensik dan ahli antropometri melakukan penelitian untuk memperkirakan tinggi badan seseorang dengan cara melakukan pengukuran terhadap ruas-ruas tubuh tertentu. Salah satu cara untuk melakukan perkiraan tinggi badan adalah dengan melakukan pengukuran terhadap telapak kaki. Penentuan tinggi badan melalui pengukuran tulang-tulang panjang sebelumnya telah banyak dilakukan, tetapi perkiraan tinggi badan pada orang hidup dan melalui pengukuran panjang telapak kaki di Indonesia masih belum cukup banyak dilakukan, padahal tidak semua jenazah ditemukan dalam bentuk tulang belulang dan tulang panjang saja. Pada kasus mutilasi misalnya, jenazah ditemukan dalam keadaan terpotong-potong dan masih dalam bentuk jaringan yang utuh, dimana kulit, otot, dan pembungkus tulang masih dijumpai.
Penelitian ini dilakukan terhadap 40 orang laki-laki dan perempuan yang masih hidup, kemudian dilakukan pengukuran tinggi badan dan panjang telapak kaki untuk mencari formula hubungan antara panjang telapak kaki terhadap tinggi badan. Tinggi badan diukur dalam posisi berdiri tegak dan menggunakan alat pengukur tinggi badan yang standart dan panjang telapak kaki diukur dengan menggunakan jangka sorong. Penelitian dilakukan pada waktu yang sama untuk menghindari variasi diurnal. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional atau sekat lintang dan uji statistik korelasi pearson.
Hasil penelitian diperoleh nilai r = 0.816 yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara panjang telapak kaki dengan tinggi badan seseorang dan formula perkiraan tinggi badan yaitu, 90,372 + 3,089 x panjang kaki pada laki-laki dan 53,649 + 4,396 x panjang kaki pada perempuan.
ABSTRACT
In the process of forensic identification it’s important to know the person's height. Therefore, many medical experts and forensic experts conducted a study to estimate anthropometric height person by measuring various parts of human body.
Another way to estimate human height is by measuring the foot length. Determination of height by measuring the long bones previously have been done, but the estimated height of the living and through measuring foot length in Indonesian is still not quite a lot done, but not all the died bodies found in the form of long bones and bone only. In the case of mutilation for example, the body was found mutilated and the tissue, where skin, muscle, and periosteum still intact. This study was conducted on 40 people, men and women who are still alive, then height and foot length was measured of to find the formula for finding between the length of your foot and height. Height was measured in erect anatomical position, using the standart instrument and the foot length measured by using vernier caliper. The method used in this study is the cross sectional and Pearson correlation test.
The result of this study is r value of 0816 which showed a strong relationship between foot length and human height and height esmating formula, 90,372 + 3,089 x men’s foot length and 53,649 + 4,396 x women’s foot length.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu kedokteran Forensik merupakan salah satu disiplin ilmu yang menerapkan
ilmu kedokteran klinis sebagai upaya penengakan hukum dan keadilan (Budiyanto,
1999). Seiring perkembangan waktu, telah terjadi banyak kemajuan dalam ilmu
kedokteran Forensik dan ilmu kedokteran Forensik berkembang menjadi ilmu yang
mencakup berbagai aspek ilmu pengetahuan dan dalam ilmu kedokteran Forensik
identifikasi merupakan hal yang penting (Amir, 2008).
Identifikasi merupakan cara untuk mengenali seseorang melalui karakteristik atau
ciri – ciri khusus yang dimiliki orang tersebut, dengan cara membandingkannya
selama orang tersebut masih hidup dan setelah meninggal (Amir, 2008).
Salah satu cara identifikasi adalah dengan antropometri yaitu, pengukuran
bagian tubuh dalam usaha melakukan identifikasi. Bertillons memakai cara
pengukuran berdasarkan pencatatan warna rambut, mata, warna kulit, bentuk hidung,
telinga, dagu, tanda pada badan, tinggi badan, panjang dan lebar kepala, sidik jari,
dan DNA (Amir, 2008).
Peningkatan kasus kriminal semakin meningkat dengan motif dan modus yang
beragam, hal ini menyebabkan semakin pentingnya ilmu kedokteran Forensik.
Autopsi atau pemeriksaan post mortem, berfungsi sebagai prosedur medik untuk
menentukan penyebab, lama kematian, atau mengevaluasi proses penyakit, dan
trauma yang terjadi terhadap korban (Amir,2008).
Autopsi dapat dilakukan dengan dua cara, autopsi luar dan autopsi dalam. Dalam
autopsi, korban ditemukan dalam berbagai keadaan, potongan tubuh, kerangka,
jenazah yang membusuk, atau yang baru meninggal. Penyebab kematiannya pun bisa
beragam, akibat perbuatan kriminal, bunuh diri, dan bencana alam (Amir,2008).
Berdasarkan Angka kejadian ditemukannya mayat tidak utuh pada tahun 2002 -
pada tahun 2004 sebanyak 5 ( lima) kasus. Dan di sepanjang tahun 2008 tercatat 6
kasus mutilasi, dan tahun 2010, ada 12 kasus mutilasi anak.
Tinggi badan merupakan salah satu data yang harus dikumpulkan dalam
identifikasi. Pada saat keadaan jenazah tidak lagi utuh, pengukuran bagian tubuh
tertentu dapat dilakukan untuk memperkirakan tinggi badan, telah diketahui berbagai
macam formula unruk memperkirakan tinggi badan berdasarkan panjang beberapa
tulang panjang, Amri Amir (1995), penentuan berdasarkan tinggi hidung yang pernah
diteliti oleh Mistar Ritonga.
Proses osifikasi dan maturasi pada kaki terjadi jauh lebih cepat dibandingkan
tulang-tulang panjang. Selama masa remaja tinggi badan menjadi lebih akurat apabila
dilakukan melalui pengukuran telapak kaki dibandingkan dengan tulang-tulang
panjang (Patel, 2008).
Penentuan tinggi badan berdasarkan panjang telapak kaki sebelumnya pernah
diteliti oleh Kevin T.D (1990) pada orang Eropa, Amar Singh (1990) di Medan, Patel
S.M(2007) pada daerah Gujarat, dan Rustishauser pertama kali menunjukkan adanya
reliabilitas yang tinggi dari estimasi panjang telapak kaki dengan tinggi badan hampir
sama besarnya dengan pengukuran tinggi badan berdasarkan tulang panjang (Patel,
2008).
Namun pengukuran panjang telapak kaki dan tinggi badan untuk orang hidup di
Indonesia belum banyak diteliti dan kebanyakan menggunakan tulang atau mayat,
sementara tidak semua korban ditemukan hanya berupa tulang belulang. Oleh karena
itu, penulis ingin mencari rumus perkiraan tinggi badan melalui panjang telapak kaki
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini diteliti telapak kaki yang masih utuh, tidak dalam tulang
belulang. Sehingga permasalahan yang dirumuskan, apakah terdapat
signifikansi penentuan tinggi badan berdasarkan panjang telapak kaki pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan formola
penentuannya?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Memperkirakan signifikansi penentuan tinggi badan berdasarkan panjang
telapak kaki pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
stambuk 2007, 2008, 2009.
1.3.2. Tujuan Khusus
Mencari formula penentuan tinggi badan berdasarkan panjang telapak kaki
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk
2007,2008,2009.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberi informasi kepada dokter umum dan mahasiswa kedokteran dalam
cara menentukan tinggi badan pada saat tubuh dalam keadaan tidak utuh
2. Memberi tambahan rumusan penentuan tinggi badan apabila bagian tubuh
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Identifikasi
Pada tahun 1883 Alphonse Bertillon, dokter berkebangsaan Prancis,
menemukan sistem identifikasi yang tergantung kepada karakter yang tetap dari
bagian tubuh tertentu. Ia menemukan bahwa pengukuran berubah sesuai dengan
karakteristik dan dimensi dari struktur tulangnya. Bertillon menyimpulkan bahwa
apabila seseorang dapat dikenali melalui ciri khususnya. Metode ini menjadi amat
terkenal sejak metode dan digunakan oleh polisi Perancis untuk mengidentifikasi
kriminal dan terbukti dengan dapat ditemukannya sejumlah besar pelaku kriminal
(Amir, 2008).
Seiring perkembangan , autopsi Forensik dilakukan tidak hanya dilakukan
terhadap tubuh yang masih utuh saja, karena tidak semua mayat ditemukan dalam
kondisi utuh. Seringkali mayat yang ditemukan sudah dalam keadaan terpotong
potong dan rusak. Dalam keadaan tubuh tidak lagi sempurna teori atau rumus yang
menyatakan hubungan tentang tulang-tulang tertentu dengan tinggi badan merupakan
acuan yang tidak lagi dapat dipungkiri (Amir, 2008).
Dalam memperkirakan tinggi badan seseorang harus diperhatikan
pembentukan tinggi badan dimulai sejak masih dalam kandungan dan akan terus
bertambah ukurannya hingga sekitar usia 22 tahun (Patel, 2008), dan akan berkurang
seiring dengan pertambahan usia. Sehingga setelah usia tersebut pertumbuhan tinggi
badan tidaklah terlalu signifikan. Pertumbuhan maksimal dari tinggi badan adalah
usia 21-25 tahun, dimana pertambahan tinggi badan akan terjadi setiap hari, setelah
usia 25 tahun tinggi badan mengalami pengurangan sekitar 1 milimeter pertahun
( Snell, 1997).
Pada keadaan tubuh tidak lagi utuh pengukuran tinggi badan secara kasar
1. Jarak dari vertex ke simfisis pubis dikali 2 atau panjang dari simfisis
pubis sampai ke salah satu tumit, dengan posisi tumit diregangkan.
2. Mengukur panjang salah satu lengan dari salah satu ujung jari tengah,
sampai ke akromion di klavikula dan dikali dua lalu ditambah 34 cm
3. Panjang femur dikali 2
4. Panjang humerus dikali 6
Apabila pengukuran hanya menggunakan tulang dalam keadaan kering maka
umumnya terjadi pemendekan sebanyak 2 milimeter, dan apabila tulang dalam
keadaan segar maka lakukan penambahan 2,5 sampai 4 cm untuk mengganti jarak
antara sambungan sendi sendi (Devison,2009).
Penentuan tinggi badan berdasarkan panjang telapak kaki sebenarnya telah
diteliti oleh beberapa ahli antropologi Forensik, tetapi seringkali tidak dapat
diterapkan di Indonesia karena terdapat perbedaan tinggi badan orang Indonesia
dengan orang Eropa dan India.
2.1.1. Rumus Patel dan Shah
Penelitian dilakukan tahun 2007 di Gujarat, India.
Tabel 2.1 Rumus tinggi badan menurut Patel (Patel,2008).
Pria Wanita
Formula Regresi TB= 75.45 + 3,64*PK TB= 75,41 + 3,43*PK
Dimana TB adalah tinggi badan
PK adalah Panjang Telapak Kaki
2.1.2. Rumus Davis
Penelitian ini dilakukan terhadap orang Amerika dan Afrika tahun 1990.
Tabel 2.2 Tabel perkiraan tinggi badan menurut Davis (Davis, 1990).
Afrikan Kaukasian
Kanan
2,78x+100,35 3,56x+74,75 4,38x+56,85 4,29x+60,98
Kiri
2,89x+97,30 4,23x+61,06 3,43x+78,07 4,28x+61,32
Dengan X adalah panjang telapak kaki
2.2. Antropometri
Antropometri berasal dari kata Antropos yang berarti orang dan Metron yang
berarti ukuran. Jadi antropometri merupakan pengukuran terhadap manusia. Johan
Sigmund Elsholtz pada tahun 1954 adalah orang yang pertama kali menggunakan
istilah antropometri dalam pengertian sesungguhnya, pada saat itu ia menciptakan alat
ukur anthropometron. Alat inilah yang merupakan cikal bakal dari alat antropometer
yang kita kenal sekarang ini (Glika,1990).
Pada abad ke 19, penelitian di bidang antropometri mulai berkembang dari
perhitungan yang sederhana menjadi lebih rumit, dengan perhitungan indeks. Indeks
adalah cara perhitungan yang dikembangkan untuk menghitung bentuk dengan
menggunakan keterkaitan antar titik pengukuran. Perkembangan penghitungan indeks
berdampak dengan ditemukannya banyak variasi cara dan klasifikasi, tetapi tidak ada
standarisasi (Glinka, 2008).
Upaya standarisasi mulai dilakukan pada pertengahan abad 19, yang
berdasarkan studi Paul Broca sejak tahun 1870-an dan disempurnakan melalui
kongres ahli antropologi Jerman di Frankfurt tahun 1882. Dalam kongres ini
ditetapkan garis dasar posisi kepala atau kranium yaitu Frankfurt Horizontal Plane
atau Dataran Frankfurt (Glinka, 2008).
Dataran Frankfurt, merupakan bidang horizontal yang sejajar dengan dasar
kranium melalui titik paling bawah pada satu lekuk mata dan titik paling atas pada
lubang telinga luar atau tragion. Dataran ini merupakan patokan penilaian dan
Gambar 2.1 Dataran Frankfurt.
(http://jprosthodont.com/articles/2005/5/4/image.jpg).
Rudolf Martin dalam bukunya “Lehrbuch der Anthropologie” pada tahun
1941 menjelaskan mengenai titik anatomis yang dipergunakan dan jarak antara
titik-titik antropometris ini menjadi ukuran antropometris, yang dilambangkan dengan
simbol kedua titik ujung, misalnya v untuk vertex (Glinka, 2008).
Gambar 2.2 Titik anatomis menurut Martin.
2.3 Struktur Tinggi Tubuh Manusia
Struktur tubuh manusia terdiri atas berbagai organ yang tersusun sedemikian
rupa satu sama lain sehingga membentuk tubuh seutuhnya, dan kerangka adalah
Gambar 2.3 Posisi anatomis dalam pengukuran tinggi badan.
(http://www.phenxtoolkit.org/toolkit.content/web/anthropometrics/heightexibit2.jpg).
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh dan hubungan
bagian-bagiannya satu sama lain. Pada posisi anatomi, semua gambaran tubuh manusia
didasarkan pada anggapan bahwa orang berdiri secara tegak lurus dengan ekstremitas
atas disamping tubuh , telapak tangan dan wajah menghadap kedepan (Snell, 1997).
Sistem rangka terdiri atas gabungan tulang tulang yang saling terkait satu
dengan lainnya sehingga membentuk tinggi tubuh manusia. Tinggi badan manusia
diukur dengan satuan centimeter (cm) dan didasari formula perkiraan tinggi badan
yang sudah ada, alat ukur yang digunakan umumnya dapat berupa antropometer,
ataupun alat ukur lainnya seperti vernier kaliper/ jangka sorong (Glinka, 2008).
Gambar 2.4 Pengukuran menurut Bertillons.
Tinggi badan diukur pada saat berdiri tegak lurus dalam posisi anatomi,
dimana kepala berasa dalam posisi sejajar dengan dataran Frankfurt. Tinggi badan
merupakan hasil pengukuran maksimum panjang tulang-tulang secara pararel yang
membentuk poros tubuh atau body axis. Tinggi badan diukur dari titik tertinggi pada
kepala (cranium) yang disebut vertex, ke titik yang paling rendah dari tumit yang
merupakan bagian terendah dari tulang kalkaneus (Glinka, 2008).
2.4 Pertumbuhan Tulang
Kerangka memiliki banyak fungsi dalam tubuh manusia; agar dapat berdiri
tegak, memberi bentuk tubuh, dan melindungi orang viseral. Pada orang dewasa
terdapat 206 tulang yang membentuk rangka, dan pada anak anak terdapat 300 tulang.
Pada saat pertumbuhan, terjadi penyatuan beberapa tulang sehingga jumlahnya
menjadi berkurang (Snell, 1997).
Tulang terdiri atas sel-sel, serabut, matriks, serta memiliki pembuluh darah
yang membawa oksigen dan zat makanan, serta keluar membawa sisa makanan.
Struktur tulang terdiri atas diafisis, metafisis, dan epifisis. Pertumbuhan memanjang
tulang panjang terjadi di bidang epifiseal yang terletak diantara metafisis dan epifisis.
Metafisis adalah bagian diafisis yang berbatasan dengan lempeng epifisial, sementara
diafisis adalah tempat pertumbuhan tulangyang terdapat pada batang tulang. Pada
tulang panjang, ekstremitas terjadi osifikasi endokondral yang lambat, tidak lengkap,
dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 18-20 tahun (Snell, 1997).
Pada trimester terakhir kehamilan,terdapat 800 pusat osifikasi, tetapi seiring
perkembangan anak ketika lahir jumlah pusat osifikasi menurun menjadi 450. Pusat
osifikasi primer muncul sebelum lahir sementara pusat osifikasi sekunder muncul
setelah lahir (Snell,2008).
Anak laki laki mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan wanita pada
sejak usia 12 tahun, sehingga kebanyakan pria lebih tinggi daripada wanita dimasa
line, yang akan berakhir seiring pertambahan usia. Pada setiap tulang, penutupan
epifiseal line rata rata sampai usia 21 tahun (Snell, 1997).
Seluruh permukaan tulang kecuali bagian yang akan menjadi tempat
persendian, diliputi oleh jaringan fibrosa yang tebal yaitu periosteum. Periosteum
banyak mengandung pembuluh darah, dan sel pada bagian permukaannya lebih
bersifat osteogenik. Periosteum berhubungan erat dengan tempat perlekatan otot,
tendon, dan ligamentum pada tulang (Snell, 1997).
Tabel 2.3 Derajat epiphyseal line union (Glinka, 1990).
Jenis Tulang Usia (tahun) Jenis Tulang Usia (Tahun)
Head of Femur 16-19 Acromion 17-19
Greater trochanter 19-19 Distal femur 17-20
Lesser trochanter 16-19 Proximal tibia 17-19
Head of humerus 16-23 Proximal fibula 16-21
Distal humerus 13-16 Distal tibia 16-19
Medial epicondyle 16-17 Distal fibula 16-19
Proximal radius 14-17 Metatarsals 15-17
Proximal ulna 14-17 Iliac crest 18-22
Distal radius 18-21 Primary element pelvic 14-16
Distal ulna 18-21 Sternal clavicle 23-28
metacarpals 14-17 Acromial clavicle 18-21
2.5 Anatomi Kaki
Kaki manusia merupakan struktur mekanis yang kuat dan kompleks, kaki
terdiri dari 26 tulang, 33 sendi yang mana 20 dari sendi ini artikulasinya aktif, serta
terdiri atas ratusan otot, tendon, dan ligamen. Kaki manusia dapat di bagi lagi
menjadi 3 bagian, yaitu hindfoot( kaki belakang), midfoot(kaki tengah), dan
Hindfoot dimulai dari tallus atau tulang pergelangan kaki, dan calcaneus atau
tulang tumit. Dua tulang panjang dari tungkai bawah terhubung dengan bagian atas
dari tallus, dan dibentuk oleh sendi subtalar, sementaea calcaneus yang merupakan
tulang terbesar di kaki di posisikan oleh lapisan lemak di bagian inferior kaki
(Klenerman,1976).
Sementara di midfoot terdapat lima buah tulang yang irreguler, yaitu tulang
kuboid, navikular, dan tiga tulang kuniform yang membentuk lengkungan pada kaki
yang mana berfungsi sebagai penahan terhadap syok. Midfoot dihubungkan dengan
bagian hindfoot dan forefoot oleh fasia plantaris (Klenerman, 1976).
Forefoot dibentuk oleh kelima jari jari kaki bagian proksimalnya berhubungn
dengan lima tulang panjang yang membentuk metatarsal dan setial metatarsal
bersendi dengan phalank. Setiap jari kaki memiliki tiga phalank kecuali jempol kaki
yang hanya memiliki dua phalank. Sendi yang menghubungkan antar phalank disebut
sendi interphalangeal. Dan yang menghubungkan antara metatarsal dan phalank
disebut sendi metatarsophalangeal (Klenerman, 1976).
Gambar 2.5 Tulang pada telapak kaki.
2.5.1. Kelainan pada Telapak Kaki
Kelainan bentuk pada telapak kaki bisa berupa kelainan kongenital, akibat
penyakit sistemik, atau akibat kecelakaan yang menyebabkan terjadinya deformitas.
Terdapat banyak jenis kelainan pada telapak kaki. Talipes planovalgus disebabkan
bagian midfoot kaki menyentuh permukaan tanah atau disebut dengan kaki yang rata.
Pada umur pertama pada bayi hal ini masih dianggap normal dan memiliki
plantarfleksi yang maksimal. Tetapi jika hal ini ditemukan pada orang dewasa
terdapat kelainan pembentukan arkus medialis, yang seharusnya terbentuk pada tahun
ketiga ketika bayi (Klenerman, 1976).
Gambar 2.6 Kelainan pada telapak kaki.
(http://www.img.tfd.com/dorland/thumbs/talipes.jpg).
Pada talipes cavovarus, bagian forefoot teradduksi ke bagian tengah dan
bagian metatarsal teradduksi relatif dan midfoot hanya terlihat sedikit menaik jika
dilihat pada anteroposterior. Pada kondisi kelainan otot betis juga dapat menyebabkan
kelainan bentuk telapak kaki, misalnya talipes equinovalgus dimana bagian tumit
terlihat sangat kecil dan bagian forefoot teradduksi ke medial sehingga
penampakannya seperti berjinjit. Umunya kelainan ini dijumpai saat kelahiran atau
2.6 Kelainan pada Tulang
Kelainan pada tulang dapat mempengaruhi tinggi badan seseorang. Kelainan
bisa terjadi sejak masih dalam kandungan ataupun karena faktor penyakit yang
diperoleh setelah dilahirkan maupun setelah dewasa. Sehingga kita mengenal kategori
tinggi badan manusia (Snell, 1997).
Gigantisme disebabkan karena kelainan hormon pertumbuhan yang dapat
mengakibatkan pertumbuhan tulang terjadi dengan sangat cepat. Sebaliknya,
kekurangan hormon dalam jumlah besar menyebabkan terjadinya penutupan lempeng
epifiseal terlalu cepat sehingga tulang tidak bertambah panjang lagi akibatnya ukuran
tinggi badan menjadi sangat pendek (Snell,1997).
Selain itu faktor faktor yang dapat mempengaruhi tinggi badan manusia
adalah derajat deformitas, terutama apabila seseorang mengalami patah tulang hebat
sehingga mempengaruhi tinggi badan. Penyakit Riketsia juga mempengaruhi tinggi
badan, pada penyakit ini terjadi gangguan mineralisasi pada tulang sehingga terjadi
pertumbuhan tulang rawan berlebihan dan pelebaran lempeng epifiseal sehingga
menyebabkan pembengkokkan tulang panjang ekstremitas bawah dan deformitas
pelvis akibat jeleknya mineralisasi dan lunaknya matriks osteoid, serta tekanan dari
berat badan (Devison, 2008).
Usia juga berpengaruh dalam penentuan tinggi badan, diantaranya
osteoporosis, skoliosis, dan lordosis yang diakibatkan oleh penurunan fungsi
metabolik tubuh, gangguan gizi, endokrin, yang akan mempengaruhi struktur tulang
(Snell, 1997).
Tabel 2.4 Klasifikasi tinggi badan menurut Martin Knusmann (Glinka, 1990).
Pria (dalam cm) Wanita (dalam cm)
Di bawah sedang
Tabel 2.5 Klasifikasi Tinggi Badan lainnya menurut Martin Knusmann
(Glinka, 1990).
Pria (dalam cm) Wanita (dalam cm)
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah:
Variabel Dependen Variabel Independen
3.2 Defenisi Operasional
3.2.1. Tinggi Badan
Tinggi badan diukur mulai dari puncak kepala (vertex) sampai ke tumit pada
saat tubuh berdiri tegak lurus sempurna dan kepala berada tepat di Dataran Frankfurt
dan memiliki skala pengukuran numerik dan dinyatakan dalam cm
3.2.2. Panjang Telapak Kaki
Panjang telapak kaki diukur pada mulai dari tumit ke bagian ujung jempol
kaki atau ke ujung dari jari telunjuk kaki apabila panjangnya melebihi panjang jempol
kaki. Pengukuran dilakukan pada posisi berdiri tegak sempurna dan dilakukan pada
jam yang sama untuk mengeliminasi variasi diurnal dan oleh orang yang sama untuk
menghindari personal error. Panjang telapak kaki memiliki skala pengukuran
numerik dan dinyatakan dalam cm.
3.3 Hipotesa
Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternans atau Ha dimana
dijumpai hubungan antara panjang telapak kaki dengan tinggi badan.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian analitik yang bertujuan untuk
memperoleh formula untuk menunjukkan hubungan antara panjang telapak kaki
dengan tinggi badan, dengan melakukan pengukuran panjang telapak kaki kiri
terhadap tinggi badan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah “cross
sectional” atau serat lintang dimana pengambilan data hanya dilakukan sekali saja
dan pada waktu tertentu untuk setiap responden. Kemudian dianalisa dengan uji
korelasi Pearson untuk memperoleh nilai koefisien korelasi (r).
4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, yang bertempat di jalan dr. Mansur no.5 Medan. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara dipilih sebagai lokasi penelitian karena,
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berasal dari
berbagai daerah di Sumatera Utara, selain itu mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara memiliki rentang umur 18-21 tahun dimana
lempeng epifisis pada tulang telapak kaki diperkirakan sudah menutup.
4.2.2. Waktu Penelitian
Pengukuran sampel pada penelitian ini dilakukan pada waktu yang
sama yaitu di jam 2 siang hari dan penelitian ini berlangsung selama 10 bulan,
sejak penentukan judul, pengumpulkan data, sampai seminar hasil, yang
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang berusia 18-21 tahun.
4.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria untuk dilakukan penelitian,
terdapat dalam populasi penelitian, dan dipilih secara random. Besarnya sampel
ditentukan melalui rumus:
n= (Zα + Zβ) 2 +3
0,5ln [(1+r)/(1-r)]
n= 3,605 2 + 3
0,5ln(4,7)
n= 27
Dimana :
n = besar sampel minimum
Zα = nilai distribusi normal untuk α 5% = 1,96 Zβ = nilai distribusi normal untuk β = 1,645 r = 0,80 diperoleh dari kepustakaan (Patel, 2008)
Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki 95% dan tingkat ketepatan
relatif 5%, maka jumlah sampel yang diperoleh berdasarkan rumus diatas adalah
sebanyak 27 orang, tetapi karena jumlah sampel yang sedikit, dalam penelitian ini
Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik “simple random sampling”.
Sampel tersebut kemudian didistribusikan secara merata pada mahasiswa stambuk
2007, 2008, 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi:
1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2007,
2008, dan 2009.
2. Berusia sama dengan atau lebih dari 18-21 tahun saat dilakukannya
pengambilan data.
3. Tidak pernah mengalami fraktur sebelumnya, baik kaki, maupun tulang
punggung.
4. Tidak memiliki cacat fisik kelainan tulang bawaan sejak lahir, dan tidak
memiliki penyakit yang berhubungan dengan tulang.
5. Dapat berdiri tegak.
Kriteria eksklusi:
Mahasiswa yang sedang menjalani program kepaniteraan klinik.
4.4 Metode Pengumpulan Data
4.4.1. Data Primer
Data ini diperoleh dengan pengukuran tinggi badan dan panjang telapak kaki
dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan 2 meter yang memiliki skala dalam
centimeter, dan memiliki penahan kepala.Untuk pengukuran panjang telapak kaki
digunakan jangka sorong atau vernier kaliper yang merupakan garis ukur, terbuat dari
4.4.2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari pihak fakultas yang berkaitan dengan jumlah
mahasiswa.
4.5 Metode Analisa Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan lembaran pengamatan kemudian dan
digambar dalam scatter plot atau diagram baur. Apabila didalam diagram baur
tampak ada hubungan linear maka selanjutnya dilakukan penghitungan koefisien
korelasi mengunakan software SPSS 17. Hasilnya dinyatakan dalam koefisien
korelasi Pearson.
4.6 Etika Penelitian
Pengukuran yang dilaksanakan setelah mendapatkan ijin dari subjek
penelitian setelah sebelumnya subjek telah mendapat penjelasan mengenai tujuan,
cara, manfaat, dan resiko dari penelitian yang akan dilakukan pada Lembar
Penjelasan Kepada Subjek, dan subjek harus menyetujui lembaran penjelasan
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Proses pengambilan data untuk penelitian ini adalah dengan melakukan
pengukuran langsung terhadap tinggi badan subjek menggunakan stadiometer
sepanjang 2 meter, secara langsung dan untuk pengukuran panjang telapak kaki
menggunakan vernier caliper sepanjang 30 centimeter, Setelah sebelumnya subjek
dijelaskan mengenai prosedur penelitian.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universita Sumatera Utara
yang berlokasi di jalan Dr. Mansur No. 5 Medan, Kelurahan Padang Bulan,
Kecamatan Medan Baru. Kampus ini memiliki luas sebesar 122 Ha, dengan lokasi
akademik sekitar 100 Ha di bagian tengahnya. Fakultas ini menerima sebanyak 400
mahasiswa disetiap tahunnya yang berasal dari berbagai daerah di provinsi Sumatera
Utara dan diluar provinsi Sumatera Utara.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan
mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2007, stambuk
2008, dan stambuk 2009 yang dipilih secara acak sebanyak 40 orang dan di
distribusikan secara merata di setiap stambuk.
Dari keseluruhan responden, diperoleh data mengenai umur, jenis kelamin,
tinggi badan dan panjang telapak kaki. Data lebih lengkap mengenai karakteristik
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Umur
Berdasarkan distribusi umur dapat dilihat bahwa subjek penelitian memiliki
sebaran umur yang sama masing masing sebesar 25 % untuk usia 18 tahun sampai 21
tahun.
Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persen (%)
Laki-laki 20 50%
Perempuan 20 50%
Total 40 100%
Dari tabel diatas diperoleh bahwa responden laki – laki memiliki jumlah yang
sama dengan responden perempuan yaitu 50 %.
Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Tinggi Badan dan Panjang Telapak Kaki
Pengukuran Minimum (cm) Maksimum (cm)
Tinggi Badan 148 cm 178 cm
Panjang kaki 21,4 cm 26,8 cm
Di dalam penelitian ini, tinggi badan tertinggi adalah 178 centimeter dan yang
terendah adalah 148 centimeter, sementara untuk panjang telapak kaki, yang
terpanjang adalah 26,8 centimeter dan yang terpendek adalah 21,4 centimeter.
Selain itu, data responden juga dapat dibandingkan antara telapak kaki laki –
Tabel 5.4 Perbandingan Tinggi Badan dan Panjang Kaki Laki-Laki dan Perempuan
Pengukuran Minimum (cm) Maksimum (cm)
Tinggi badan laki-laki 153 cm 178 cm
Tinggi badan perempuan 148 cm 166,5 cm
Panjang kaki laki-laki 22,305 cm 26,8 cm
Panjang kaki perempuan 21,4 cm 25,7 cm
Berdasarkan sebaran responden diperoleh tinggi badan minimum pada laki
laki yaitu 178 centimeter sementara pada perempuan diperoleh tinggi badan
maksimum sebesar 166,5 centimeter. Pada laki – laki diperoleh tinggi badan
minimum sebesar 153 centimeter, sementara pada perempuan diperoleh tinggi badan
minimum sebesar 148 centimeter.
Sementara sebaran panjang telapak kaki responden diperoleh panjang telapak
kaki maksimum pada laki – laki adalah 26,8 centimeter sementara pada perempuan,
panjang telapak kaki maksimum adalah 25,7 centimeter. Pada laki laki diperoleh
panjang telapak kaki minimum adalah 22,305 centimeter sementara pada sementara
pada perempuan, panjang telapak kaki minimum adalah 21,4 centimeter.
5.1.3 Hasil Analisa Data
Sebelumnya untuk melakukan uji korelasi, dilakukan uji normalitas terlebih
dahulu untuk mengetahui sebaran data penelitian.
Tabel 5.5 Uji Normalitas
Variabel Shapiro-Wilk
Tb 0,697
Panjang Kaki 0,214
Berdasarkan analisa data tinggi badan, didapati nilai Sig.(P) sebesar 0,697
dan untuk panjang telapak kaki didapati nilai Sig (P) sebesar 0,214 yang berarti data
Tabel 5.6 Hubungan Antara Tinggi Badan Dengan Panjang Telapak Kaki
Data tabel 5.6 menunjukkan adanya signifikansi antara tinggi badan dengan
panjang telapak kaki dengan nilai r sebesar 0,816 dan nilai P sebesar 0.0001 yang
berarti didapati korelasi yang bermakna antara tinggi badan dengan panjang telapak
kaki.. Yang dilakukan pada 40 orang responden tanpa dibedakan berdasarkan jenis
kelamin.
Tabel 5.7 Hubungan Antara Tinggi Badan Dengan Panjang Telapak Kaki Laki-Laki
Pengukuran
Berdasarkan tabel 5.7 didapati hubungan yang signifikan antara tinggi badan
dan panjang telapak kaki pada 20 responden laki-laki dengan nilai r sebesar 0,749.
Dan nilai P sebesar 0.0001 yang berarti didapati korelasi yang bermakna antara tinggi
badan dengan panjang telapak kaki.
Tabel 5.8 Hubungan Antara Tinggi Badan Dengan Panjang Telapak Kaki Perempuan
Pengukuran
Berdasarkan tabel 5.8 didapati hubungan yang signifikan antara tinggi badan
0,745 dan nilai P sebesar 0.0001 yang berarti didapati korelasi yang bermakna antara
tinggi badan dengan panjang telapak kaki.
Tabel 5.9 Regresi Linear
Pengukuran B SE Beta P
Konstanta 50.192 12.852 - 0.0001
Panjang Telapak Kaki 4.626 0.531 0.816 0.0001
Dari tabel 5.9 diperoleh rumus regresi linear yang menunjukkan hubungan
cukup kuat antara tinggi badan dan panjang telapak kaki yaitu:
TB = 50,192 + 4,626 x ( Panjang telapak kaki secara umum)
Gambar 5.1 Grafik Linear Secara Umum
Berdasarkan grafik linear pada gambar diperoleh gambaran bahwa semakin
Tabel 5.10 Regresi Linear Pada Laki-Laki
Pengukuran B SE Beta P
Konstanta 90.372 16.037 - 0.0001
Panjang Telapak Kaki 3.089 0.644 0.749 0.0001
Berdasarkan tabel 5.10 diperoleh rumus regresi linier yang menunjukkan
hubungan cukup kuat antara tinggi badan dan panjang telapak kaki laki-laki yaitu:
TB = 90,372 + 3,089 x ( Panjang telapak kaki pada laki-laki)
Gambar 5.2 Grafik Linear pada Laki-Laki
Berdasarkan grafik linear pada gambar 5.2 diperoleh bahwa semakin panjang
telapak kaki responden laki-laki, maka semakin tinggi badannya.
Tabel 5.11 Regresi Linear Pada Perempuan
Pengukuran B SE Beta P
Panjang Telapak Kaki 4.396 0.927 0.745 0.0001
Dari tabel 5.11 diperoleh rumus regresi linear yang menunjukkan hubungan
cukup kuat antara tinggi badan dan panjang telapak kaki perempuan yaitu:
TB = 53,649 + 4,396 x ( Panjang telapak kaki pada perempuan)
Gambar 5.3 Grafik Linear pada Perempuan
Berdasarkan grafik linear pada gambar 5.3 diperoleh bahwa semakin panjang
telapak kaki responden perempuan, maka semakin tinggi badannya.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan rumus regresi yang telah diperoleh, peneliti melakukan
perbandingan dengan rumus yang telah ditemukan sebelumnya, yaitu rumus Davis
(tabel 2.1.2), Patel (tabel 2.1.1). Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengukuran
pada jaringan yang masih terbalut kulit, otot, dan sendi pada orang Indonesia tanpa
penelitian adalah orang India dan pada rumus Davis, yang menjadi subjek adalah
orang Kaukasian dan Afrika. Kedua penelitian sama-sama melakukan pengukuran
pada jaringan utuh, dan dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan pada saat
berdiri tegak lurus dan kepala berada pada dataran Frankfurt, demikian halnya dengan
pengukuran panjang telapak kaki, kedua penelitian juga melakukan pengukuran
dengan cara mengukur dari tumit sampai ke bagian yang paling panjang dari jari kaki.
Rumus regresi yang akan dibandingkan adalah:
1. Rumus regresi peneliti:
Panjang kaki : TB pada laki-laki = 90,372 + 3,089 x ( Panjang Kaki)
Panjang kaki : TB pada perempuan = 53,649 + 4,396 x ( Panjang Kaki)
2. Rumus regresi Patel:
Panjang kaki : TB pada laki-laki = 75.45 + 3,64 x ( Panjang Kaki)
Panjang kaki : TB pada perempuan = 75,41 + 3,43 x ( Panjang Kaki)
3. Rumus regresi Davis :
Afrika
Panjang kaki kiri : TB pada laki-laki = 2,89 x (Panjang Kaki) + 97,30
Panjang kaki kiri : TB pada perempuan = 4,23 x (Panjang Kaki) + 61,06
Kaukasian
Panjang kaki kiri : TB pada laki-laki = 3,43 x (Panjang Kaki) + 78,07
Tabel 5.12 Perbandingan Hasil Konversi Panjang Kaki Terhadap Rumus Peneliti dan
Rumus Yang Telah Ada
Jenis Rumus
Berdasarkan analisa, didapati hasil yang signifikan dari seluruh rumus yang
ada untuk memperkirakan tinggi badan sebenarnya, sehingga rumus regresi yang
diperoleh oleh peneliti menambah rumusan baru dalam penentuan tinggi badan
berdasarkan panjang telapak kaki, terutama bila bagian kaki yang ditemukan masih
dalam keadaan utuh, yakni masih terbalut kulit, otot, dan sendi terutama bagi
penemuan mayat kasus mutilasi, dimana keadaannya masih utuh tetapi terjadi
BAB 6
KESIMPULAN & SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan:
1. Tinggi badan dapat diperkirakan melalui pengukuran panjang telapak kaki
baik kanan maupun kiri.
2. Berdasarkan jenis kelamin, perkiraan tinggi badan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus regresi:
a. TB pada laki-laki = 90,372 + 3,089 x ( Panjang Kaki)
b. TB pada perempuan = 53,649 + 4,396 x ( Panjang Kaki)
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran
yaitu:
1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih banyak
sehingga kesahihannya semakin tinggi.
2. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk dilakukan klasifikasi
berdasarkan suku yang ada di Indonesia, karena kemungkinan terdapatnya
DAFTAR PUSTAKA
Amir, A., 2008. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Ketiga. Medan: Bagian
Forensik FK USU.
Bartillon Anthropometry, 2006. Bartillon Signalement Anthropomoetrique. Avalaible
from:
(Accessed 21 April 2010).
Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Atmaja, D. S., 1999. Identifikasi Forensik. Dalam:
Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Halaman 197-202.
Davis, K. T., 1990. The Foot Length to Stature Rasio: A Study Of Racial Variance.
Texas: Texas Technological University.
Devison, R. J., 2009. Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah.
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Foot and Ankle Health, 2010. Anatomy of Foot and Ankle . United Kingdom.
Available from:
25 April 2010]
Glinka, J., 1990. Antropometri dan Antroposkopi. Edisi 3. Surabaya: Bagian FISIP
Universitas Airlangga.
Glinka, J., Artaria. M.D., Koesbardiarti. T, 2008. Metode Pengukuran Manusia.
Indriati, E., 2004. Antropologi Forensik. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Klennerman, 1976. Foot and its disorder.First Edition.Oxfort: Blackwell Scientific
Publications
Krogman, W.M., Iscan M.Y., 1986. The Human Skeleton in Forensic Medicine.
Illinois: Thomas Publisers.
Parker, S., Manalu.A, 1992. Kerangka. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Bentara
Antar Asia
Patel, S.V., 2007. Estimation Height from Measurement of Foot Length in Gujarat
Region. Dalam: J. Anat. Soc. India. 56(1) ed. March, 2008. India : 25-27.
Height. Human Height Measurement Position. Avalaible
from:
Sastroasmoro, S., Ismael, Sofyan, 1995. Dasar – dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Snell, R.S., 1997. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Talipes, 2009. Human Foot Disorder. Avalaible
from:
William, D.J., Ansfort. A. J., Friday. D.S., et.all, 2002. Color Guide Forensic
Pathology. Churchill Livingstone.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Anita Limanjaya
Tempat/ Tanggal lahir : Padangsidimpuan/ 09 Maret 1990
Agama : Buddha
Alamat : Jl. Jamin Ginting, Citra Garden Blok B10 No. 8
Riwayat Pendidikan : TK Perguruan Sariputra Padangsidimpuan tahun 1993 SD Perguruan Sariputra Padangsidimpuan tahun 1995 SMP Perguruan Sariputra Padangsidimpuan tahun 2001
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
Salam Sejahtera,
Saya Anita Limanjaya, saat ini sedang menjalani pendidikan kedokteran di
Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul
Perkiraan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Telapak Kaki.
Dalam penelitian ini Anda akan mengisi identitas anda (nama, umur, dan jenis
kelamin), selanjutnya saya akan melakukan pengukuran terhadap tinggi badan dan
panjang telapak kaki Anda.
Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat sukarela. Pada penelitian
identitas anda disamarkan. Hanya dokter peneliti, anggota peneliti, dan komisi etik
yang bisa mengetahui identitas Anda. Kerahasiaan data Anda akan dijamin
LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Menyatakan setuju untuk menjadi subjek penelitian yang berjudul, Perkiraan
Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Telapak Kaki. Setelah sebelumnya mendapat
penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
Subjek Penelitian,
HASIL PENGUKURAN SUBJEK
Pengukuran tinggi badan dalam cm
I II III
Catatan:
Pengukuran telapak kaki dalam cm
I II III
Master Data
S35 19 Laki-laki 164.0 24.605
a. Liliefors significance correction *. Lower bound of the true significance
Korelasi tinggi badan dan panjang telapak kaki secara umum
Tb Pjgkaki
Tb
Pearson Correlation 1 .816**
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40
PjgkakiU
Pearson Correlation .816** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40
**.Korelasi Signifikan pada level 0.01 (2-tailed).
Korelasi tinggi badan dan panjang telapak kaki pada laki-laki
Tb PkLaki2
Tb
Pearson Correlation 1 .749**
N 20 20
PkLaki2
Pearson Correlation .749** 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 20 20
**.Korelasi Signifikan pada level 0.01 (2-tailed).
Korelasi tinggi badan dan panjang telapak kaki pada perempuan
Tb Pkpr*
Tb
Pearson Correlation 1 .749**
Sig. (2-tailed) ,000
N 20 20
Pkperempuan
Pearson Correlation .749** 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 20 20
**.Korelasi Signifikan pada level 0.01 (2-tailed).
Regresi linear secara umum
1 (Constant) 50,192 12,852 3,905 ,000
a. Prediktor, panjang kaki
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 .816a ,667 ,658 4,4344
a. Prediktor, panjang kaki
Regresi linear pada laki-laki
Model Unstandardized
a. Prediktor, panjang kaki pada laki laki
Model R R Square Adjusted R Square
1 .749a ,561 ,537 3,6694 a. Prediktor, panjang kaki pada laki laki
Regresi linear pada perempuan
Model Unstandardized
a. Prediktor, panjang kaki pada perempuan
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 .749a ,561 ,537 3,8637