PENGALAMAN PASIEN YANG MENDERITA
KANKER PAYUDARA
ESTERIA BASANI ARUAN
105102008
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011
Esteria Basani Aruan
Pengalaman Pasien Yang Menderita Kanker Payudara
viii + 59 hal + 1 tabel + 6 lampiran
Abstrak
Kanker payudara merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita, kanker payudara terjadi karena terganggunya sistem pertumbuhan sel didalam jaringan payudara, banyak hal yang dapat menyebabkan wanita menderita kanker payudara salah satunya adalah pola hidup yang kurang baik serta masih banyaknya makanan-makanan yang mengandung bahan pengawet. Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan salah satunya kemoterapi, pengobatan ini ditujukan untuk membunuh sel kanker. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman pasien yang menderita kanker payudara. Desain penelitian yang digunakan adalah desain fenomenologi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 7 orang. Waktu penelitian dari Februari sampai April 2011. Proses pengumpulan data melalui kuesioner data demografi sebagai data dasar dan wawancara mendalam dengan menggunakan alat perekam suara. Penelitian ini menemukan bahwa keluhan partisipan saat mengalami kanker payudara adalah adanya benjolan dan perubahan pada payudara seperti payudara mengencang, payudara memerah dan nyeri disertai berdenyut. Pemeriksaan yang dilakukan partisipan untuk mendeteksi kanker payudara adalah biopsi, USG, dan Rongten. Upaya yang dilakukan partisipan untuk menghilangkan kanker payudara adalah melakukan pengobatan alternatif, mengkonsumsi obat tradisional seperti rebusan-rebusan benalu kopi, daun sirsak, dengan tindakan operasi, dan pengobatan kemoterapi. Efek samping yang dialami oleh partisipan selama menjalani pengobatan kemoterapi adalah mual muntah, badan lemas, rambut rontok, kulit kering, dan kuku menghitam. Upaya yang dilakukan partisipan untuk mengurangi efek samping kemoterapi adalah berdoa, nyanyi, sholat dan berzikir. Dampak yang terjadi selama menderita kanker payudara adalah psikologi dan terganggunya aktivitas sehari-hari. Dukungan yang diberikan anggota keluarga adalah dukungan doa, memberikan semangat, dan dukungan dana. Diharapkan agar petugas kesehatan khususnya bidan dapat mengerti tentang kanker payudara dan pengobatannya sehingga dapat memberikan informasi serta asuhan kepada pasien kanker payudara.
Daftar pustaka : 16 (2004-2010)
KATA PENGANTAR
Segala kemuliaan dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan kasih-Nya yang tiada berkesudahan serta pemeliharaan-Nya bagi peneliti sehingga
peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul : “Pengalaman Pasien
Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi”.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini peneliti banyak menerima bantuan,
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini peneliti
tidak lupa mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
proposal karya tulis ilmiah ini, yang telah memberikan bimbingan dan
dorongan kepada peneliti hingga karya tulis ilmiah ini selesai.
4. Seluruh dosen, staff, dan pegawai administrasi program D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh staff dan pegawai di RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang telah
Peneliti menyadari bahwa isi dari karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan baik dari segi materi maupun teknik penyusunan, untuk itu peneliti
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun serta
bermanfaat dalam kesempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini, dan peneliti
mengharapkan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, Terima kasih.
Medan, Juni 2011
Peneliti
DAFTAR ISI
C. Penelitian fenomenologi ... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 36
1. Karakteristik partisipan ... 36
2. Pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi 37
B. Pembahasan ... 51
1. Interpretasi dan diskusi hasil ... 51
2. Keterbatasan penelitian ... 56
3. Implikasi untuk asuhan kebidanan / pendidikan kebidanan ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 59
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar persetujuan menjadi partisipan
Lampiran 2 Kuesioner data demografi
Lampiran 3 Panduan Wawancara
Lampiran 4 Lembar Konsultasi karya tulis ilmiah
Lampiran 5 Surat izin data penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar persetujuan menjadi partisipan
Lampiran 2 : Kuesioner data demografi
Lampiran 3 : panduan wawancara
Lampiran 4 : Lembar konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5 : Surat izin data penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya bagi setiap orang.
Bila seseorang menderita sakit, ia pasti merasa banyak kehilangan pada dirinya baik
bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya, dengan keluarga bahkan dapat
kehilangan kesempatan untuk bekerja. Bukan itu saja, beberapa penyakit juga bisa
mengakibatkan kematian bagi penderitanya jika tidak segera di obati, salah satunya
adalah kanker payudara.
Kanker payudara merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita,
yang bersumber dari sel-sel dalam jaringan payudara yang berkembang dalam
keadaan tidak terkendali. Menurut Nurcahyo (2010) kanker payudara atau istilah
medisnya carcinoma mammae adalah momok pembunuh kedua bagi kaum wanita
Indonesia setelah kanker rahim. Kanker payudara terjadi karena terganggunya sistem
pertumbuhan sel didalam jaringan payudara. Payudara tersusun atas kelenjar susu,
jaringan lemak, kantong penghasil susu, dan kelenjar getah bening. Sel abnormal
bisa tumbuh di empat bagian tersebut, dan mengakibatkan kerusakan yang lambat
tetapi pasti menyerang payudara. Kanker payudara adalah tumor ganas yang
dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu) dan
jaringan penunjang payudara. Kanker payudara tidak menyerang kulit payudara yang
berfungsi sebagai sebagai pembungkus (Mardiana, 2009).
Banyak hal yang dapat menyebabkan wanita menderita kanker payudara salah
satunya adalah pola hidup yang kurang baik serta masih banyaknya
makanan-makanan yang mengandung bahan pengawet. Karena itu lah masih tingginya angka
kejadian penyakit kanker payudara di dunia. Menurut temuan yang di publikasikan
dalam American journal of clinical nutrition di Amerika Serikat, kemungkinan
seseorang didiagnosis kanker payudara meningkat dari sekitar 0,5% atau setara satu
dari 233 wanita saat memasuki usia 30-an, menjadi 4% atau satu dari 270 wanita saat
berumur 60-an (Rachmanto, 2010).
Menurut Ranggiasanka (2010) setiap tahun lebih dari 185.000 wanita didiagnosa
menderita kanker payudara dan insiden kanker payudara sangat bervariasi di seluruh
dunia, yang lebih besar di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Afrika Utara,
Eropa Timur, Eropa Utara dan Eropa Selatan. Sekitar 43.500 kematian akibat kanker
payudara setiap tahunnya yang menjadikan penyakit ini sebagai penyebab kematian
terbesar kedua setelah kanker paru pada wanita di Amerika Serikat. Sekitar 90% dari
kanker payudara biasanya ditemukan oleh wanita itu sendiri melalui pemeriksaan
payudara sendiri. dan rendah di Negara-negara berkembang seperti Inggris. Namun
di Negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia pun angka penderita
kanker payudara dan kanker lain sudah demikian tingginya. Hal ini mungkin
disebabkan antara lain oleh gaya hidup yang jauh berbeda, pola makan, polusi
zat-zat pengawet,pewarna, penyedap makanan, serta stess yang berkepanjangan.
Semuanya ini mungkin turut mengambil andil dalam berkembangnya penyakit
kanker.
Menurut Purnomo (2009) berdasarkan dari laporan rekam medik Rumah Sakit
Dharmais, 70% wanita yang datang sudah dengan kekambuhan dan pada stadium
lanjut, sisanya 30% terdiagnosis pada stadium I atau II (pasien dalam usia 25-80
tahun). Di provinsi Sumatera Utara yaitu Medan, penderita Kanker payudara baik
yang belum menjalani pengobatan maupun yang sudah menjalani pengobatan sudah
banyak ditemukan. Sesuai survei data pendahuluan yang peneliti peroleh, pada tahun
2009-2010 di RSUD. Dr. Pirngadi Medan dimana jumlah yang mengalami kanker
payudara sebanyak 60 orang.
Menurut Wibisono (2009) Kanker payudara mendapat peringkat urutan kedua
setelah kanker rahim. Namun diprediksikan pada 20-30 tahun ke depan, penderita
kanker payudara diIndonesia akan meningkat, sebaliknya kanker leher rahim akan
menurun angka kejadiannya. Penyebab dari kanker payudara belum diketahui secara
pasti, menurut Djoerban 10% populasi perempuan berisiko terkena kanker payudara.
Jika bicara faktor genetik, pada prinsipnya kanker bukan penyakit yang menurun
atau menular. Namun 7% dari pengidap kanker payudara, ternyata penyakit itu
diperoleh dari keluarganya. Salah satu resiko sebagai pemicu timbulnya kanker
payudara adalah konsumsi makanan yang berlemak dan berprotein tinggi, tetapi
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan
meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru
adalah terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan
kanker atau membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan
gejala-gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara
individual.
Menurut Ranggiasanka (2010) kemoterapi dan obat penghambat hormon
seringkali di berikan segera setelah pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa
bulan atau tahun. Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang
angka harapan hidup penderita. Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif
dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. Akan tetapi tanpa pembedahan maupun
penyinaran, obat-obatan tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara. Efek
samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa waktu
setelah pengobatan, antara lain lemas adalah efek samping yang umum timbul,
kemudian mual dan muntah. Ada beberapa obat kemoterapi yang lebih membuat
mual dan muntah, gangguan pada pencernaan, kerontokan rambut, mengalami
kesemutan dan mati rasa pada jari tangan atau kaki serta kelemahan pada otot kaki,
namun hal ini bersifat sementara.
Untuk itu Peneliti tertarik melakukan penelitian tentang pengalaman pasien yang
menderita kanker payudara, karena kita juga perlu mengetahui apa saja pengobatan
untuk kanker payudara. Sampai saat ini masih sedikit penelitian yang secara khusus
dan penelitian sejenis yang meneliti masalah ini. Penelitian ini mencoba
B. Pertanyaan penelitian
Yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana pengalaman pasien
yang menderita kanker payudara.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman pasien yang menderita
kanker payudara.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi
para mahasiswa tentang penelitian kualitatif mengenai pengalaman pasien yang
menderita kanker payudara.
2. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai sumber informasi yang berguna bagi tenaga pelayanan khususnya
bidan agar memberikan asuhan kebidanan pada pasien yang menderita kanker
payudara serta menyarankan bagi para remaja dan ibu-ibu untuk selalu melakukan
sadari.
3. Bagi peneliti lanjutan
Diharapkan dapat menjadi data dasar tentang penelitian fenomenologi atau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005) pengalaman diartikan sebagai
sesuatu yang pernah (dijalani, dirasai, ditanggung). Menurut Notoatmodjo (2005)
pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan dan juga
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman
dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan
menyimpan peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan
tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah, 2003).
B. Kanker payudara
Kanker payudara bukanlah penyakit yang menular tetapi kanker payudara
merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh wanita. Adapun pengertian dari
kanker payudara menurut Mardiana (2009) kanker payudara adalah tumor ganas
yang menyerang jaringan payudara. Jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar
susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu), dan jaringan
penunjang payudara. Menurut Smart (2010) kanker payudara (Carsinoma mammae)
yang telah tumbuh dalam jaringan payudara dapat tumbuh di dalam kelenjar susu,
saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara.
1. Faktor Resiko Kanker Payudara
Penyebab dari kanker payudara itu sendiri belum diketahui secara pasti tetapi
ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab dari munculnya kanker payudara
yang sangat ditakuti oleh kaum wanita. Menurut Nurcahyo (2010) Faktor resiko
munculnya kanker payudara, antara lain : Usia, sekitar 60% kanker payudara terjadi
pada usia di atas 60 tahun. Resiko terbesar penderita kanker payudara ditemukan
pada wanita yang sudah berusia 75 tahun.
Pernah menderita kanker payudara, setelah payudara yang dulu pernah
terkena kanker diangkat, resiko untuk terkena kanker payudara pada payudara
penderita yang sehat sekitar 0,5-1%. Riwayat dari keluarga yang dulu pernah
mengalami kanker payudara, pada wanita yang dulu keluarganya pernah ada yang
mengalami kanker payudara, akan memiliki resiko untuk terkena kanker payudara
sebesar tiga kali besar.
Faktor genetik dan hormonal, namun anda jangan mengkhawatirkan faktor
genetika ini. Pada faktor genetika ini, tidak berarti bagi anda yang memiliki gen
kanker payudara pasti akan mengalami kanker payudara. Anda hanya memiliki
resiko untuk mengidap kanker payudara saja dan ada kemungkinan juga untuk dapat
menurunkan gen tersebut. Gen penyebab kanker payudara ini bisa diturunkan dari
seorang orang tua kepada anaknya tanpa terkait jenis kelamin anak tersebut.
Menarche (menstruasi pertama kali), yaitu pada wanita yang dulu waktu
setelah usia 55 tahun. Kemudian kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau
belum pernah hamil. Pernah memakai pil KB atau pernah menggunakan terapi sulih
hormon. Mengalami obesitas pasca-menopause. Pada pemakaian alkohol lebih dari
1-2 gelas/hari.
Adanya bahan kimia, beberapa penelitian telah menyebutkan beberapa bahan
kimia yang menyerupai esterogen (misalnya, yang terdapat pada peptisida atau
produk industri lainnya) mungkin akan meningkatkan resiko terkena kanker
payudara. DES (dietilstillbesterol), bagi wanita yang mengkonsumsi DES untuk
mencegah terjadi keguguran, memiliki resiko tinggi terkena kanker payudara.
2. Gejala dan tanda kanker payudara
Selama ini yang terjadi pada penderita adalah baru diketahui bahwa dirinya
terserang kanker payudara setelah timbul rasa nyeri atau sakit pada payudara atau
setelah benjolan tumbuh semakin lama semakin membesar pada jaringan
payudaranya. Penderita yang mengalami kondisi seperti ini sebenarnya sudah
terserang kanker payudara stadium lanjut. Keterlambatan tersebut akan mempersulit
penyembuhan padahal akan lebih mudah penyembuhannya jika serangan kanker
payudara dapat diketahui secara dini.
Menurut Smart (2010) untuk mendeteksi gejala dan tanda-tanda kanker
payudara, dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: Terdapat sebuah
benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan yang ada pada payudara dan
sekitarnya. Benjolan ini tidak menimbulkan rasa nyeri dan biasanya juga memiliki
bentuk pinggiran yang tidak teratur, pada penderita kanker payudara yang masih
dengan jari tangan. Namun pada stadium lanjut biasanya melekat pada dinding dada
atau pada kulit sekitarnya. Untuk stadium lanjut ini, benjolan yang ada bisa
membengkak dan juga terdapat borok pada kulit.
Gejala lain yang mungkin dapat ditemukan adalah benjolan atau masa di
ketiak penderita, serta keluarnya cairan yang abnormal dari puting susu (berdarah,
atau berwarna kuning, hijau atau mungkin bernanah), perubahan pada tekstur dan
warna pada kulit di sekitar payudara, payudara tampak berwarna kemerahan, kulit di
sekitar payudara bersisik, puting susu tertarik ke dalam dan terasa gatal, nyeri pada
payudara atau pembengkakan pada salah satu payudara. Pada stadium lanjut, bisa
timbul nyeri pada tulang, penderita mengalami penurunan berat badan, dan
pembengkakan lengan atau ulsurasi kulit.
3. Perkembangan kanker payudara
Kanker memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang dapat
berkembang secara cepat maupun secara lambat. Sel kanker payudara yang pertama
kali dapat tumbuh sebesar 1 cm. Sel tersebut tidak bergerak ataupun berkembang
pada kelenjar payudara, sel–sel tersebut mengalir melalui aliran darah ke seluruh
tubuh. Sel kanker payudara dapat bersembunyi di balik tubuh kita selama
bertahun-tahun tanpa di ketahui dan tiba-tiba saja tanpa disadari dapat tumbuh menjadi tumor
ganas atau kanker. Menurut Purnomo (2009) Beberapa indikasi yang dapat
menandakan perkembangan kanker payudara adalah sebagai berikut:
a. Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar
maupun penyebaran ketempat jauh. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau
kanker dan tidak pada ada pada tumor jinak.
Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan
ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA,
rontgen, USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan, Scintigrafi dll. Banyak
sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini
adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan
oleh UICC (International Union against Cancer dari WHO atau World Health
Organization).
1. Stadium 0
Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Noninvasive Cancer, yaitu kanker
tidak menyebar keluar dari pembuluh/ saluran payudara dan kelenjar- kelenjar
(lobules) susu pada pada payudara.
2. Stadium I
Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada
pembuluh getah bening
3. Stadium IIa
Pasien pada kondisi ini :
a. Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan
pada titik-titik pada saluran getah bening di ketiak (axillary limph nodes).
b. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm. Belum
menyebar ke titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak (axillary limph
c. Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik
di pembuluh getah bening ketiak.
4. Stadium IIb
Pasien pada kondisi ini :
a. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak melebihi 5 cm.
b. Telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.
c. Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.
5. Stadium IIIa
Pasien pada kondisi ini :
a. Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik
pada pembuluh getah bening ketiak.
b. Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik
pada pembuluh getah bening ketiak.
6. Stadium IIIb
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan
bisa juga luka bernanah di payudara. Atau didiagnosis sebagai Inflammatory
Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar titik-titik pada
pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian
lain dari organ tubuh.
7. Stadium IIIc
Sebagaimana stadium IIIb, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh
getah bening dalam group N3 (kanker telah menyebar lebih dari sepuluh titik
8. Stadium IV
Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh,
yaitu : Tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk.
b. Grade
Untuk mengetahui Grade Kanker, sample-sample hasil biopsi dipelajari
dibawah mikroskop. Suatu grade kanker payudara ditentukan berdasarkan pada
bagaiman bentuk sel kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan dengan sel
normal. Ini akan memberi petunjuk pada team dokter seberapa cepatnya sel kanker
itu berkembang.
Berikut adalah grade dalam kanker payudara :
Grade 1 : Ini adalah grade yang paling rendah, sel kanker lambat dalam
berkembang, biasanya tidak menyebar.
Grade 2 : Ini adalah grade tingkat sedang.
Grade 3 : Ini adalah grade yang tertinggi, cenderung berkembang cepat, biasanya
menyebar.
c. Pada sistem TNM
TNM merupakan singkatan dari “T” yaitu tumor size atau ukuran tumor,
“N” yaitu Node atau kelenjar getah bening regional dan “M” yaitu metastis atau
penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan
operasi dan dilakukan pemerikasaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara,
T (Tumor size), ukuran tumor :
a. T 0 : tidak ditemukan tumor primer
b. T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
c. T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
d. T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm
e. T 5 : ukuran tumor berapa saja, tapi sudah ada penyebaran ke kulit atau
dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak,
kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor
utama.
N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb) :
a. N 0 : tidak terdapat metastis pada kgb regional di ketiak / aksilla
b. N 1 : ada metastis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakan
c. N 2 : ada metastis ke kgb aksilla yang sulit digerakan
d. N 3 : ada metastis ke kgb diatas tulang selangka (supraclavicula) atau pada
kgb di mammary interna di dekat tulang sternum.
M (Matastis), penyebaran jauh :
a. M x : metastis jauh belum dapat dinilai
b. M 0 : tidak terdapat metastis jauh
c. M 1 : terdapat metastis jauh
Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut
kemudian digabungkan dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
1. Stadium 0 : T0 N0 M0
2. Stadium 1 : T1 N0 M0
4. Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
5. Stadium III A : T0 M2 N0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0
6. Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0
7. Stadium III C : Tiap T N3 Mo
8. Stadium IV : Tiap T- Tiap N- M1
d. Upaya pencegahan kanker payudara
Perlu anda ketahui bahwa 9-10 wanita menemukan benjolan pada
payudaranya. Untuk mencegah lebih awal agar benjolan tersebut tidak terlanjur
menjadi kanker payudara, Anda harus melakukan pemeriksaan sendiri. Menurut
Purnomo (2009) ada langkah-langkah tertentu yang setiap wanita dapat lakukan
untuk membantu mengurangi kemungkinan berkembangnya kanker payudara.
Berikut beberapa hal yang dapat membantu pencegahan kanker payudara :
Kesadaran akan payudara itu sendiri lebih dari 90% tumor payudara dideteksi oleh
wanita itu sendiri. Perhatikan setiap perubahan pada payudara menjadi bagian
penting perawatan kesehatan wanita. Ini berarti wanita harus tahu seperti apa
payudara mereka di depan cermin, dan rasakan saat mandi atau terlentang pada
periode berbeda setiap bulan sehingga jika ada perubahan yang tidak normal dapt
diketahui segera.
Bagi ibu yang menyusui berikanlah ASI pada bayi, beberapa penelitian
sebelumnya menunjukan ada hubungan antara pemberian ASI dan menurunnya
resiko berkembangnya kanker payudara meskipun belum ada kesepakatan yang
jelas akan hal ini. Para peneliti mengklaim bahwa lebih muda lebih lama seorang
bahwa kanker payudara berkaitan dengan hormon estrogen. Pemberian secara
berkala akan mengurangi tingkat hormon tersebut.
Jika Anda menemukan gumpalan, segeralah ke dokter, tetapi sering kita
jumpai kebanyak wanita menunda untuk ke dokter jika mereka menemukan
gumpalan pada payudaranya, mereka takut memiliki kanker. Ini adalah hal terburuk
yang mereka lakukan. Jika menemukan gumpalan, segera konsultasikan ke dokter
karena ini akan membantu menenangkan pikiran Anda. Jika gumpalan tersebut
adalah kanker, segera lakukan pengobatan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa.
Cari tahu apakah ada sejarah kanker payudara pada keluarga, masih perlu
banyak penelitian untuk memahami secara menyeluruh semua penyebab kanker
payudara. Tetapi satu hal yang perlu untuk diyakini adalah faktor gen, faktor ini
setidaknya sebanyak 10% dari semua kasus kanker payudara. Hal ini dianggap satu
dari 500 orang membawa gen yang dapat membuat mereka diduga memiliki
penyakit tersebut.
Olahraga secara teratur, beberapa penelitian menyarankan bahwa olahraga
dapat menurunkan resiko kanker payudara. Hal ini karena penelitian menunjukan
bahwa semakin kurang berolahraga, semakin tinggi tingkat estrogen dalam tubuh.
Kurangi makanan berlemak, ada banyak perdebatan tentang kanker payudara
dengan diet. Tetapi ada bukti bahwa gaya hidup barat tertentu nampaknya dapat
meningkatkan resiko penyakit. Pertahankan asupan makanan rendah lemak, tidak
melebihi 30 gram lemak per hari. Hal ini akan membantu mempertahankan diet
seimbang yang juga membantu menjaga berat badan.
Kemudian setelah usia 50 tahun, lakukan screening payudara secara teratur,
meskipun masih diperlukan banyak penelitian untuk menentukan penyebab kanker
payudara, satu dari faktor utama penyebab adalah faktor usia. 80% kanker payudara
terjadi pada wanita berumur diatas 50 tahun.
Coba lah belajar rileks, banyak tercatat bahwa stress dapat menyebabkan
jenis masalah kesehatan. Meskipun masih banyak perdebatan atas temuan ini,
menurunkan tingkat stress akan menguntungkan untuk kesehatan secara
menyeluruh, termasuk resiko kanker payudara. Masukan brokoli ke dalam menu
harian anda, kira-kira dalam sehari Anda hanya membutuhkan secangkir brokoli.
Brokoli itu mengandung senyawa sulfuraphane yang secara ilmiah terbukti
mengurangi resiko kanker. Jangan lupakan buah dan sayur dalam menu harian,
pilihlah sayuran berwarna hijau. Makanlah tomat yang kaya dengan likopen,
likopen juga agen yang berfungsi memerangi kanker.
Ternyata mencegah kanker payudara itu tidaklah selalu mahal, dengan
bergaya hidup sehat serta mengkonsumsi makanan kaya serat, secara langsung kita
telah melakukan pencegahan terhadap penyakit yang menakutkan ini. Hal lain yang
juga patut dicatat adalah disiplin diri.
Menurut Purnomo (2009) beberapa penelitian terakhir, menyebutkan ada
enam jenis makanan yang dapat mencegah timbulnya penyakit yang menakutkan
kaum wanita tersebut. Makanan tersebut terdiri atas : (1) Gandum, dalam hal ini
Anda dapat mengkonsumsi gandum yang berbentuk sereal dengan segelas susu
setiap pagi. Setiap ½ gelas gandum setara dengan 10 gram dari kebutuhan serat
berpendapat bahwa tingkat estrogen yang tinggi dalam tubuh akan semakiin
merengsang pertumbuhan kanker payudara.
(2) Ikan salmon dan tuna, berdasarkan penelitian yang dilakukan di UCLA,
Amerika Serikat, ditemukan bahwa para wanita yang tinggal di daerah dekat sungai
dan mengkonsumsi ikan tuna dan ikan salmon setiap hari, ternyata tingkat resiko
terkena kanker payudaranya sangat kecil. Diduga karena adanya kandungan zat
omega-3 yang terdapat dalam ikan tersebut. (3) Wortel dan bayam, wanita yang
tidak mengkonsumsi wortel dan bayam, juga beresiko terkena kanker payudara dua
kali lebih besar, dibanding mereka yang sering mengkonsumsi kedua jenis sayuran
ini. (4) Yoghurt, pada suatu penelitian yang menggunakan yoghurt sebagai medium,
diungkapkan ternyata yoghurt dapat memperlambat pertumbuhan sel kanker
payudar, terutama dalam jumlah yang cukup banyak.
(5) Jus jeruk, masih dalam proses penelitian yang dilakukan di Universitas
Western Ontario, Canada, pada hewan percobaan, disebutkan bahwa jus jeruk dapat
memperlambat pertumbuhan sel kanker payudara sampai 50%. (6) Susu kedelai,
diperoleh fakta bahwa salah satu zat yang terkandung di dalam susu kedelai murni
ternyata dapat menurunkan resiko terkena kanker payudara sebesar 28%
dibandingkan dengan yang terdapat pada kacang kedelai olahan. Para peneliti dari
Georgetown Medical Center dalam laporan riset yang dimuat British Journal Of
Cancer menekankan bahwa para wanita remaja sebaiknya rajin mengkonsumsi
makanan yang terbuat dari kedelai jika ingin terhindar dari resiko kanker payudara.
Dalam kedelai, menurut peneliti terdapat zat kimia penting yang diklaim efektif
melawan kanker yang bernama genistein. Beberapa riset mengindikasikan bahwa
penurunan resiko kanker payudara ketika dikonsumsi selama masa kanak-kanak dan
awal remaja. Hal ini dibuktikan oleh Hilakivi-Clarke yang terungkap dari berbagai
riset pada tikus. Dari riset binatang ini, data mengenai paparan genistein pada masa
pra pubertas sangat konsisten dalam menunjukan penurunan resiko kanker.
Paparan genistein dalam perkembangan janin atau pun pada masa dewasa tidak
menunjukan dampak proteksi yang sama pada kanker payudara. Pengujian lebih
jauh pada tikus menunjukan bahwa penggunaan genistein pada masa pubertas dapat
menekan kadar TEB (terminal end buds) atau struktur yang menyebabkan
pertumbuhan jaringan epitel mamiri, dimana sel-selnya melapisi saluran susu, dan
di dalam sel-sel epitelial inilah kanker payudara berkembang.
e. Jenis kanker payudara yang umum terjadi
Terdapat banyak varian dari kanker payudara. Untuk itu kita harus tetap
waspada. Namun perlu juga dicermati, bahwa terdapat pula keluhan-keluhan di
payudara yang bukan indikasi kanker, tetapi memberikan tanda-tanda seperti kanker
payudara. Menurut Purnomo (2009) jenis kanker payudara yang umum muncul
adalah:
a. Lobural carsinoma in situ (LCIS, lobular neoplasia)
Kata “in situ” merujuk pada kanker yang tidak menyebar dari area di mana
kanker mulai muncul. Pada LCIS, pertumbuhan jumlah sel jelas terlihat, berada di
dalam kelenjar susu (lobules). Banyak dokter tidak mengklasifikasikan LCIS
sebagai kanker payudara dan sering “menantang” pasien untuk dilakukannya biopsi
payudara saat investigasi medis dilakukan. Pasien LCIS dimonitor dengan ketat
ditambah mamografi setiap tahunnya. Pencegahan lain yang juga mungkin
dilakukan adalah dengan memberikan obat seperti tamoxifen atau prophylactic
mastectomy (pengangkatan payudara yang dilakukan sebagai usaha preventif).
b. Ductal carsinoma in situ (DCIS)
Merupakan tipe non-invasif yang paling umum terjadi. DCIS sering kali
terdeteksi pada mammogram sebagai microcalcification (tumpukan kalsium dalam
jumlah kecil). Dengan deteksi dini, setara tingkat bertahan hidup penderita DCIS
mencapai hampir 100%, dengan catatan kanker tidak menyebar dari saluran susu ke
jaringan lemak payudara dan bagian lain dari tubuh. Terdekat beberapa tipe DCIS.
Sebagai contoh, ductal comedocarsinoma, yang merujuk pada DCIS dengan
necrosis (area dengan sel kanker yang mati atau mengalami degenerasi).
c. Ifiltrating lobular carcinoma (ILC)
Juga dikenal sebagai invasive lobular carcinoma. ILC mulai terjadi di dalam
kelenjar susu (lobules) payudara, tetapi sering menyebar (metastatizes) ke bagian
tubuh yang lain. ILC terjadi 10% sampai 15% dari seluruh kejadian kanker
payudara.
d. Infiltring ductal carcinoma (IDC)
Juga di kenal sebagai invasive ductal carcinoma. IDC terjadi di dalam
saluran susu payudara, menyerang jaringan lemak payudara dan kemungkinan juga
terjadi di bagian tubuh lain. IDC merupakan tipe kanker payudara yang paling
4. Pengobatan Kanker Payudara
Pengobatan kanker payudara didasarkan atas tahap penyakit dan beberapa
faktor lain. Wanita saat ini mempunyai banyak pilihan dalam pengobatan kanker
payudara dari pada sebelumnya. Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi
kombinasi pembedahan, kemoterapi dan terapi radiasi
a. Pembedahan
Biopsi biasanya jenis pembedahan pertama bagi seorang wanita dengan kanker
payudara yang akan dilakukan . Tujuan dari melakukan biopsi ada massa malignansi
dan jenis kanker payudara tersebut. Seringkali, wanita tersebut diberi pilihan tentang
tindakan biopsi yang dilakukan sebagai prosedur satu tahap atau prosedur dua tahap.
Prosedur satu tahap dilakukan dengan anestesi umum dengan potongan beku cepat.
Bila potongan beku ini memperlihatkan malignansi, ahli bedah melakukan
mastektomi jika tepat. Dalam prosedur dua tahap, biopsi biasanya dilakukan dengan
dengan anestesi lokal, dan wanita tersebut dipulangkan kerumah. Karena hasil biopsi
sudah ada dokter memberitahukan pasien dan keluarga tentang pengobatan yang
dianjurkan. Pendekatan ini memungkinkan pasien dan keluarganya mempunyai
waktu untuk mempertimbangkan pilihan dan menerima diagnosa kemungkinan
kehilangan payudara sebelum pembedahan mayor dilakukan.
b. Terapi radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan sebagai pengobatan primer untuk kanker
payudara tahap 1 dan 2. laju bertahan hidup dapat dibandingkan dengan penangan
sebagai bentuk pengobatan lokal. Keuntungan radiasi primer kemungkinan baik
kontrol tumor lokal maupun pemeliharaan payudara. Terapi radiasi juga dapat
digunakan untuk mengatasi kanker payudara terinflamasi sebelum diberikan
kemoterapi. Selain itu,terapi radiasi mungkin juga digunakan untuk mengatasi
penyakit yanng kambuh secara lokal, untuk menangani fungsiovarium dan untuk
pengatasi gejala dari metastase penyakit. Efek samping yang segera tampak pada
radiasi ini adalah reaksi kulit. Fraktur tulang kostal dan pneumonitis adalah efek
lanjut. Limfedema mungkin juga tampak jika aksila terpajan penyinaran radiasi
tersebut.
c. Kemoterapi
Kemoterapi yang menggunakan agen antineoplasma dan obat hormonal
memegang peranan penting dalam pengobatan kanker paru. Peran dari agen ini cepat
berubah sama cepatnya dengan peningkatan pemahaman tentang kanker payudara
dan biologi tumor. Semua rekomendasi umum dapat dimodifikasi oleh faktor resiko
lainnya (seperti ukuran tumor primer, derajat histologis, aneuploid, indeks
proliferatif dan reseptor-hormon). Kemoterapi adjuvan untuk kanker payudara
melibatkan obat multiple yang lebih efektif daripada terapi dosis tunggal. Kombinasi
yang paling sering dianjurkan adalah CMF dan meliputi siklofosfamid (Cytoxan),
metotrexat, fluorasil (5-FU) dengan atau tanpa temoksifen. Kombinasi kemoterapi
dan hormon-hormon seperti temoksifen dapat meningkatkan laju respons tetapi
belum menunjukkan secara bermakna paningkatan bertahan hidup. Pemberian
bersama kemoterapi dengan iradiasi pada payudara dapat mengakibatkan efek
kemoterapi dapat diberikan pada praoperasi untuk mengecilkan tumor, membuatnya
lebih mudah untuk direkseksi melalui pembedahan (Sjamsuhidajat, 2005).
5. Pengalaman Pasien Dengan pengobatan kanker payudara
Efek samping kemoterapi biasanya disebabkan oleh jenis obat-obatan yang
digunakan dan biasanya terbatas pada bagian tubuh yang aktif melakukan
pembelahan sel (Goodman, 1989 dalam Andrews, 2010). Kerontokan rambut atau
alopesia, meskipun sebagian besar regimen kemoterapi adjuvant pada kanker
payudara cenderung membuat rambut rontok, kerontokan total tidak terlalu sering
terjadi. Penipisan rambut merupakan hal yang umum terjadi dan dapat
menyebabkan wanita hati, terlebih wanita tersebut telah kehilangan sebagian atau
seluruh payudaranya. Dukungan dan petunjkuk praktis akan sangat berarti bagi
wanita tersebut. Informasi mengenai perawatan rambut, penggunaan syal atau topi,
juga pemakaian wig dapat mengurangi distress wanita tersebut sehingga informasi
tersebut harus diberikan sebelum kemoterapi di mulai. Rambut biasanya kembali
tumbuh 4-6 minggu setelah kemoterapi selesai (Sjamsuhidajat, 2005).
Sakit mata, kemoterapi antrasiklin dan antifolat sering kali mempengaruhi
kunjungtiva mata, menyebabkan mata lengket dan kadang-kadang rasa sakit serta
kering. Asam folinat tablet yang diberikan per oral dapat mengurangi efek antifolat
dan penggunaan tetes mata juga dapat memberikan kenyamanan (Goodman, 1989
dalam Andrews 2010).
Luka mulut, membran mukosa mulut normalnya memperbaiki selnya secara
cepat dan mudah dipengaruhi kemoterapi. Wanita harus diberi advis untuk
Kebersihan mulut harus dilakukan, perawatan gigi harus selesai dilaksanakan sesaat
sebelum kemoterapi selanjutnya. Beberapa wanita mengalami herpes simpleks yang
harus segera diobati dengan zovirax. Metrotreksat sering mengakibatkan mukosis.
Infeksi ini dapat dicegah dengan pemberian tablet asam folinat 15 mg untuk 6 dosis
selama 24 jam setelah kemoterapi (Oakley & bunet, 2000 dalam Andrews 2010).
Mual dan muntah dapat terjadi karena tubuh mengenali agens kemoterapi
sebagai zat toksik dan akibat peningkatan asam lambung. Wanita biasanya diberi
tablet anti-emetik untuk dikonsumsi dirumah. Wanita tersebut dianjurkan untuk
melaporkan pengalaman mualnya sebelum pengobatan selanjutnya sehingga dibuat
penyesuaian terhadap kontrol anti-emetik yang ia gunakan. Obat anti-emetik secara
signifikan dapat mengurangi mual dan harus diberikan secara tepat. Wanita
menjalani kemoterapi sebagai pasien rawat jalan dan dianjurkan untuk melakukan
aktivitas seperti biasa, mual yang disebabkan oleh kemoterapi dapat dikurangi
dengan makan sedikit, tetapi sering dan dengan mengkonsumsi makanan lunak.
Mual yang berlanjut sangat berpengaruh pada kualitas hidup wanita sehingga upaya
keras untuk mengurangi efek samping yang merugikan ini harus dilaksanakan. Mual
juga bisa dikurangi dengan meminum minuman tawar atau minuman berkarbonasi,
seperti soda, kola, limun, atau minum air jahe (Sjamsuhidajat, 2005)
Penurunan hitung sel darah, sumsum tulang terus memproduksi sel-sel yang
membentuk darah, yaitu keeping darah/trombosit, sel darah putih (netrofil), dan sel
darah merah. Banyaknya sel darah sirkulasi ini berkurang akibat kemoterapi.
Berdasarkan obat kemoterapi yang diberikan, banyaknya sel darah mencapai titik
rendah biasanya 8-12 hari setelah kemoterapi dilaksanakan. Jumlah sel darah putih
dapat diterima sebelum dilakukan kemoterapi selanjutnya (Judson, 1993, dalam
Andrews 2010 ).
Diare, dapat disebabkan oleh efek samping kemoterapi yang merusak saluran
pencernaan. Pemberian agens anti-diare mungkin efektif untuk mengatasi diare. Jika
diare berlanjut, penatalaksanaan perlu ditambah dengan pemberian nutrisi
parenteral, selain penggantian cairan. Tentu saja penatalaksanaan ini dilakukan
dirumah sakit.
Letargi, adalah suatu keadaan lelah yang tidak hilang dengan tidur. Kondisi
ini diderita oleh sebagian besar wanita yang menjalani kemoterapi dan biasanya
meningkat sampai akhir pengobatan selama 6 bulan. Wanita harus diberi dukungan
sepanjang waktu tersebut dan harus dibuat yakin bahwa letargi merupakan respons
normal terhadap kemoterapi walaupun rasa lelah yang berlebihan, wanita harus
dibiarkan beristirahat jika merasa lelah, dan keluarga serta teman-teman wanita
tersebut harus berpartisipasi dalam membantu wanita memahami efek samping
kemoterapi ini (Sjamsuhidajat, 2005).
C. Penelitian Fenomenologi
Menurut Saryono (2010) fokus utama fenomenologi adalah pengalaman nyata.
Dalam pandangan fenomenologis, Peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan
kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Hal yang akan dikaji
adalah deskripsi mengenai pengalaman orang lain dan apa maknanya bagi mereka.
Fenomena yang dialami dapat berupa emosi, hubungan, perkawinan, pekerjaan, dan
sebagainya. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap
pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga
tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut
Creswell (1998:54) pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang
sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut
epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek)
dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti
menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti
tentang apa yang dikatakan oleh responden.
Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan
fenomena, penampilan dari sesuatu yang khusus, misalnya pengalaman hidup.
Marleau Ponty (1962) merupakan orang yang pertama kali memperkenalakan
fenomenologi kemudia Herbert Spiegelbert (1975) merupakan orang yang paling
terkenal dalam sejarah perkembangan fenomenologi dan mengemukakan bahwa
fenomenologi merupakan suatu filosofi dan suatu metode. Fenomenologi yaitu
penelitan yang berfokus pada penemuan fakta mengenai pengalaman yang
ditekankan pada usaha untuk memahami tingkah laku berdasarkan perspektif yang
mengalaminya. Fenomenologi merupakan suatu metode penelitian kritis dan
menggali fenomena yang ada secara sistematis. Metode ini memahami individu
dengan segala kompleksitasnya sebagai makhluk subyektif, melihat manusia
sebagai sistem yang berpola dan berkembang pada pendekatan fenomenologi, yang
diteliti adalah pengalaman manusia melalui deskripsi dari orang yang menjadi
partisipan penelitian, sehingga peneliti dapat memahami pengalaman hidup
D. Keabsahan Data
Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal,
yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif,
alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung
banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa control, dan
sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi
penelitian. Oleh karena itu dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data.
Menurut Sugiyono, (2008) tingkat keabsahan data terdiri dari 4, antara lain :
1. Kreadibilitas (credibility)
Kreabilitas merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan
informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh
semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai informan.
Cara untuk memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu :
a. Prolonged engagement merupakan pendekatan kepada partisipan, dengan
ini berarti hubungan peneliti dengan partisipan akan semakin terbentuk, semakin
akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan lagi. Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih
dianggap orang asing, masih dicurigai, sehingga informasi yang diberikan masih
kurang lengkap, tidak mendalam dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan.
Meningkatkan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa
dapat meningkatkan kreadibilitas data, karena dengan ini peneliti dapat melakukan
pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak.
b. Menggunakan bahan referensi, yang dimaksud disini adalah adanya
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai
contoh data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara.
c. Mengadakan member check, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut
valid, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya
tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan
pemberi data.
2. Transferabilitas (transferability)
Transferabilitas merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.
Validitas eksternal menunjukkan derajad ketepatan atau dapat diterapkannya hasil
penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Oleh karena itu, supaya
orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan
untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat
laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat
dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian
3. Dependabilitas (dependability)
Hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan
data, membentuk dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi
untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah
proses penelitian kuatitatif bermutu atau tidak, dengan mengecek apakah peneliti
membuat kesalahan dalam mengkonseptualisasikan rencana penelitiannya,
pengumpulan data, dan penginterpretasiannya.
4. Konfirmabilitas (confirmability)
Hasil penelitian ini dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai
dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan, dengan
tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Hasil penelitian ini nantinya diperiksa oleh
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana
pengalaman pasien yang menderita kanker payudara. Maka desain penelitian yang
peneliti gunakan adalah desain fenomenologi, yaitu mencoba
menjelaskan/mengungkapkan makna konsep atau fenomena pengalaman yang
didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu, dan tujuan untuk
mendapatkan pemahaman tentang arti peristiwa dan kaitan-kaitan terhadap
orang-orang dalam situasi tertentu.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang pernah dirawat di RSUD.
Pirngadi Medan dengan diagnosa kanker payudara, diketahui bahwa mulai bulan
januari-oktober tahun 2010 pasien kanker payudara sebanyak 60 orang.
2. Sampel
Jumlah sampel yang diteliti pada penelitian ini adalah 7 orang. Teknik yang
peneliti gunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling, yaitu
mengambil sample dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien kanker
payudara, sudah melakukan operasi pada payudara, mampu berkomunikasi dengan
C. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Pirngadi Medan dari data yang didapat pada
survei pendahuluan, dimana di rumah sakit tersebut terdapat pasien yang menderita
kanker payudara, dan memiliki catatan rekam medik.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini di mulai dari bulan Februari sampai bulan April 2011.
E. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat permohonan persetujuan
penelitian kepada Ketua Jurusan Program studi D-IV Bidan Pendidik. Setelah
mendapat surat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan langkah
sebagai berikut, meminta izin pada Kepala Bagian Penelitian RSUD. Dr. Pirngadi
medan sekaligus menjelaskan maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang
mungkin terjadi selama dan sesudah melakukan penelitian. Peneliti melindungi
hak-hak partisipan untuk mengambil keputusan sendiri dalam hal berpartisipasi pada
penelitian ini maupun tidak berpartisipasi, tidak ada paksaan bagi partisipan untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini mengungkapkan pangalaman
partisipan yang menderita kanker payudara, sehingga memerlukan kerahasiaan
untuk menjaga rasa aman dan nyaman partisipan dengan membuat formulir
persetujuan (Informed consent). Dengan formulir persetujuan tersebut partisipan
memahami tentang penelitian yang dilakukan dan menyatakan setuju untuk
berpartisipasi. Setelah partisipan menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam
Selama penelitian berlangsung peneliti selalu berusaha meyakinkan partisipan
bahwa segala informasi yang telah disampaikan akan dijaga kerahasiaannya serta
hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk menjaga kerahasiaan
identitas partisipan selama dan sesudah penelitian, selama kegiatan penelitian nama
partisipan tidak digunakan, melainkan menggunakan kode. Peneliti menjaga
kerahasiaan informasi yang diberikan dan hanya menggunakan informasi tersebut
untuk kegiatan penelitian. Selama pengambilan data, peneliti berusaha menjaga
kenyamanan partisipan dengan melakukan wawancara ditempat yang diinginkan
partisipan dan waktu yang ditentukan partisipan.
F. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri sebagai alat pengumpulan data dengan dibantu oleh kuesioner data
demografi dan panduan wawancara. Kuesioner data demografi berisi pertanyaan
mengenai data umum partisipan yang meliputi umur, agama, suku pendidikan
terakhir, pekerjaan dan penghasilan. Data demografi setiap partisipan dapat dilihat
pada lampiran 1, selain itu peneliti juga menggunakan panduan wawancara yang
berisikan 5 pertanyaan yang peneliti buat sendiri, alasan peneliti membuat
pertanyaan tersebut untuk mengetahui lebih dalam lagi bagaimana pengalaman
pasien yang menderita kanker payudara. Dimana pertanyaan tersebut dapat dilihat
G. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Setelah peneliti mendapat izin dari Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik
USU Medan Dan Kepala Bagian Penelitian RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Peneliti
mengambil data rekam medik untuk memperoleh data partisipan.
2. Peneliti melakukan wawancara pendahuluan sebagai pilot studi kemudian
diperiksa oleh pembimbing. Tujuan pilot studi ini untuk mengetahui proses
wawancara, panduan wawancara, probing dalam wawancara dan melanjutkan
penelitian.
3. Peneliti melakukan prolonged engagement yaitu pendekatan sekaligus
memperkenalkan diri kepada partisipan untuk mendapat persetujuan sebagai
sampel penelitian.
4. Setelah sampel penelitian yang akan peneliti teliti cukup, peneliti memberikan
kuesioner data demografi untuk diisi oleh partisipan dan kemudian peneliti
melakukan wawancara. Partisipan diberi waktu untuk memahami pertanyaan dan
mengingat kembali peristiwa yang dialaminya sehingga pada waktu wawancara
pertisipan dapat mengungkapkan hal-hal yang dialaminya secara jelas.
5. Dalam melakukan wawancara, untuk mendapatkan informasi dan jawaban dari
partisipan peneliti merekamnya menggunakan alat perekam.
6. Setelah selesai wawancara peneliti langsung membuat transkrip hasil wawancara
kemudian peneliti menindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
7. Pengumpulan data selesai dengan tujuh partisipan karena saturasi data telah
H. Analisa Data
Analisa data pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti langsung setelah
mengumpulkan data dari masing-masing partisipan. Setelah melakukan wawancara
dengan partisipan dan dianggap sudah menjawab semua tujuan penelitian, maka
peneliti membuat transkrip hasil rekaman untuk selanjutnya dianalisa. Setelah
semua data hasil wawancara di transkrip, kemudian peneliti membuat significan
statement yaitu proses mencari, mengidentifikasi dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan cara mengorganisasikan data
kedalam kategori atau tema.
Adapun tahapan proses analisa data menggunakan langkah-langkah dari Colaizzi
(1987 dalam streubert & Carpenter, 1999) sebagai berikut :
1. Memiliki gambar yang jelas tentang fenomena yang diteliti.
2. Mencatat data yang diperoleh yaitu hasil wawancara dengan partisipan,
transkrip dilakukan dengan cara merubah rekaman menjadi bentuk tulisan.
3. Membaca hasil transkrip secara berulang dari semua partisipan agar peneliti
lebih memahami jawaban partisipan.
4. Membaca transkrip untuk memperoleh ide yang dimaksud partisipan yaitu
berupa kata kunci dari setiap partisipan kemudian di garis bawahi pada
pernyataan yang penting agar bisa di kelompokkan.
5. Menentukan arti dari setiap pernyataan yang penting dari semua partisipan.
6. Melakukan pengelompokkan data kedalam berbagai kategori untuk
selanjutnya dipahami secara utuh.
7. Peneliti mengintegrasikan hasil secara keseluruhan kedalam bentuk
I. Tingkat Keabsahan Data.
Untuk memperoleh tingkat keabsahan atau kepercayaan hasil penelitian
kualitatif, maka harus memenuhi beberapa kriteria, menurut Lincoln dan Guba
(1985). Tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti berpegang
kepada empat prinsip dan kriteria. Tingkat kepercayaan data yang peneliti gunakan
adalah :
1. Kredibilitas
Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian ini dengan
menggunakan prolonged engagement yaitu pendekatan yang lebih mendalam
kepada calon partisipan sehingga pertisipan dan peneliti saling mengenal dan
mempercayai. Peneliti melakukan pendekatan sebanyak 2 kali. Hal ini dilakukan
agar peneliti dan partisipan semakin akrab, semakin terbuka sehingga tidak ada lagi
informasi yang disembunyikan. Kemudian peneliti melakukan member check yaitu
proses pengecekan data yang diperoleh kepada partisipan.
2. Dependabilitas
Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data, membentuk dan mengunakan
konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Peneliti
membuat catatan lengkap mulai dari awal penelitian, proses pengumpulan data,
turun ke lapangan, proses wawancara, proses analisa data, proses pengujian
keabsahan data, sampai proses membuat kesimpulan dari data yang di peroleh.
Semua proses tersebut sebagai bukti bahwa hasil penelitian tersebut memiliki
keandalan atau reliabilitas.
Hasil penelitian ini dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian
sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan,
dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Hasil penelitian ini nantinya
diperiksa oleh orang lain yang tidak ikut dalam proses penelitian. Selain itu,
peneliti juga mengikuti setiap proses penelitian bukan hanya berpedoman pada
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pengalaman
pasien yang menderita kanker payudara. Adapun partisipan dalam penelitian ini adalah
sebanyak tujuh orang. Semua partisipan yang menderita kanker payudara di Rumah
Sakit Umum Daerah DR. Pirngadi Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara secara mendalam dengan menggunakan perekam suara.
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Partisipan
Tujuh partisipan yang menjadi sampel penelitian ini adalah partisipan yang
memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai. Dari kuesioner data demografi
diperoleh bahwa ketujuh partisipan berusia reproduktif. Dua orang berusia 40-49 tahun,
empat orang berusia 50-59 tahun, satu orang berusia 60-69 tahun. Pada penelitian ini,
lima partisipan beragama islam, satu partisipan beragama Kristen protestan, satu
partisipan beragama Buddha. Empat partisipan berasal dari suku jawa, dua partisipan
berasal dari suku batak, dan satu partisipan berasal dari suku cina. Pendidikan terakhir
mayoritas partisipan adalah SMA yakni enam orang, dua orang berpendidikan SMP.
Pekerjaan partisipan mayoritas adalah ibu rumah tangga. Partisipan kanker payudara
yang menjalani kemoterapi minimal kemoterapi yang ke tiga. Tujuh orang suami
partisipan berpenghasilan 500.000-1000.000. Data demografi partisipan dapat dilihat
Table 4.1
Tabel data demografi partisipan
Karakteristik Jumlah
2. Pengalaman Pasien Yang Menderita Kanker Payudara
Dari hasil wawancara di temukan keluhan saat mengalami kanker payudara,
pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi kanker pada payudara, upaya
menghilangkan kanker payudara, efek samping yang dialami selama menjalani
pengobatan, upaya yang dilakukan untuk mengurangi efek samping, dampak yang
1. Keluhan saat mengalami kanker payudara
Dari hasil wawancara diperoleh bahwa semua partisipan mengalami keluhan saat
kanker payudara, dan keluhan itu berbeda-beda, terdapat sebuah benjolan, keluhan lain
adanya perubahan pada payudara.
a. Adanya benjolan
Empat partisipan dari tujuh partisipan menyatakan bahwa mereka mengalami adanya
benjolan dengan ukuran yang berbeda-beda. Benjolan itu selalu dikenal partisipan
sebagai tanda awal dari kanker payudara. Hal ini dapat di lihat dari pernyataan partisipan
berikut :
“ Ya pertama sebesar kelereng, saya merasa ada benjolan tapi nggak langsung saya bawa ke dokter, terus saya tekan sakit. Saya hiraukan saja. Ini pun sudah berapa tahun yang lalu, saya pun sudah nggak ingat lagi. Jadi karna makin lama makin membesar kemudian makin beranak, makin banyak benjolannya seperti bisul ”
( Partisipan 3 )
“ Pertamanya kecil terus sebesar jengkol tapi kan kita nggak open, ibu Tanya teman-teman kok saya ada benjolan terus kata kawan itu angin. Di suruh kasih nasi panas ” ( Partisipan 1 )
“ Seperti bola pimpong, Nampak jelas kalau di lihat dari luar, maksudnya kalau kita pakai baju pun sudah kelihatan beda
ukurannya” ( Partisipan 6 )
b. Perubahan pada payudara
Tiga dari tujuh partisipan menyatakan bahwa mereka mengalami perubahan pada
payudara, perubahan ini juga termasuk kedalam tanda dan gejala kanker payudara
seperti payudara mengencang, payudara memerah dan payudara nyeri serta berdenyut.
“ Nggka ada, denyut pun nggak ada, nggak ada apa-apa. Hanya kencang kayak orang neteki itu, terus kalau kencang itu kadang sakit kadang nggak.”
( Partisipan 1 )
“ Saya merasa risih tapi saya abaikan saja, saya merasa semakin lama semakin membesar, kira-kira dalam jangka waktu seminggu. Bukan hanya itu, benjolan itu membesar dan memerah ”
( Partisipan 6 )
“ Kadang benjolan itu nyeri dan berdenyut, tapi kadang-kadang itu pun hanya sebentar (nyut…nyut…) gitu ” ( Partisipan 4 )
2. Pemeriksaan yang dilakukan saat mendeteksi kanker payudara
Dari hasil wawancara yang diperoleh bahwa semua partisipan melakukan
pemeriksaan, pemeriksaan ini dilakukan sebagai pemeriksaan awal untuk mendeteksi
kanker payudara, ada yang melakukan pemeriksaan biopsi, USG, dan rongten.
a. Biopsi
Lima dari tujuh partisipan menyatakan bahwa pemeriksaan yang mereka lakukan
untuk mendeteksi kanker payudara adalah biopsi. Mengambil contoh jaringan dari
benjolan tersebut. Kemudian diperiksa melaluui mikroskop di laboratorium. Hal tersebut
ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan sebagai berikut :
b. USG
Enam dari tujuh partisipan menyatakan pemeriksaan yang mereka lakukan untuk
mendeteksi kanker payudara adalah USG. Guna untuk melihat sebesara besar ukuran
dari benjolan itu. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :
“ Setelah itu, karena saya cemas dan takut terjadi apa-apa langsung saya periksakan ke dokter. Nah, saat itu dokter langsung bilang kalau saya terkena kanker payudara. Saya masih kurang yakin karena dokter hanya melihat dan meraba payudara saya, kemudian saya ke dokter yang lain, dokternya memeriksa menggunakan alat USG. ”
(Partisipan 6)
“ Di periksa ulang lagi. Di cek dulu di USG, ternyata benjolannya semakin besar terus makin banyak akar-akarnya ”
( Partisipan 7)
c. Rongten
Dua dari tujuh partisipan menyatakan pemeriksaan yang mereka lakukan untuk
mendeteksi kanker payudara adalah rongten. Dilakukan foto rongten pada bagian dada.
Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :
“… terus di foto, hasil foto itu memang ada benjolan”
( Partisipan 4 )
“Setelah itu saya bawa ke rumah sakit, di periksa semua lengkap, kemudian saya melakukan rongten” ( Partisipan 5)
3. Upaya menghilangkan kanker payudara
Dari hasil wawancara diketahui bahwa berbagai upaya yang dilakukan partisipan
hingga ke penanganan yang lebih serius. Antara lain adalah melakukan pengobatan
alternatif, mengkonsumsi obat tradisional, menjalani operasi, menjalani kemoterapi.
a. Melakukan pengobatan alternatif
Selain menjalani pengobatan medis, salah satu dari tujuh partisipan tersebut juga
menjalani pengobatan alternatif. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai
berikut :
“Selama 5 tahun saya berobat alternatif, semua alternatif saya jalani, mulai dari pengobatan yang pakai ramuan-ramuan sampai pengobatan yang pakai obat-obat” ( Partisipan 7 )
b. Mengkonsumsi obat tradisional
Empat dari tujuh partisipan menyatakan bahwa mereka juga mengkonsumsi obat
tradisional seperti rebusan-rebusan daun sirsak dan benalu kopi yang dibuat sendiri.
Dimana rebusan itu diambil dari tanaman. Yang gunanya untuk membunuh sel kanker.
Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan sebagai berikut :
“Ibu juga suka minum rebusan daun sirsak dan benalu kopi, banyak kawan ibu yang nyaranin karena bisa membunuh sel kanker”
( Partisipan 1)
“Minum rebus-rebusan juga saya pernah benalu kopi dan sirsak, untuk kanker, tapi nggak setiap hari saya minumnya karena nggak rajin saya merebusnya, kadang juga nggak sempat apalagi, karena sering ke rumah sakit” ( Partisipan 2 )
“Rebusannya itu alami semua dari tumbuh-tumbuhan yang di tanam sendiri, kayak benalu kopi, daun sirsak, kumis kucing, mengkudu, banyak lagi lah. Nah, semuanya itu dikeringkan terus di rebus”
c. Operasi
Seluruh partisipan menyatakan bahwa mereka menjalani operasi pengangkatan
payudara, setelah dengan melakukan upaya lainnya tidak memperoleh hasil untuk
menghilangkan kanker payudara. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai
berikut :
“Nggak ada keluhan, nggak ada apa-apa makanya saya biarin lama, eh ternyata sudah parah. Ya saya langsung operasi”
( Partisipan 2 )
“Saya cerita ke suami dan anak-anak kalau tidak ada perubahan apa-apa pada payudara setelah minum rebusan itu, kemudian mereka menyarankan saya untuk melakukan operasi. Terus saya datang memeriksakan ke dokter dan saya bilang siap untuk di operasi”
( Partisipan 6 )
“Nggak banyak mikir lagi, karena sudah semakin parah. Saran dari keluarga juga operasi saja, nggak lama kira-kira seminggu langsung operasi saya”
( Partisipan 7)
d. Kemoterapi.
Seluruh partisipan menyatakan bahwa selain menjalani operasi mereka juga
menjalani kemoterapi, guna kemoterapi untuk membunuh jaringan kanker yang
masih ada didalam tubuh setelah menjalani operasi. Hal ini dapat dilihat dari
pernyataan partisipan sebagai berikut :
“3 minggu setelah operasi, di cek dulu tekanan darah, Hb darah. Setelah Ok baru saya menjalani kemoterapi. Untuk membunuh jaringan-jaringan kanker yang masih ada dalam tubuh saya”
( Partisipan 6 )
“Masih di rawat saya 6 hari untuk perawatan bekas operasi, setelah kering baru saya menjalani kemoterapi’ ( Partisipan 7 )
4. Efek samping yang dialami selama menjalani pengobatan
Selain membunuh sel kanker, pengobatan juga menyebabkan kerusakan pada
sel-sel yang sehat sehingga sering menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan,
Dari hasil wawancara yang diperoleh bahwa semua partisipan mengalami efek samping
dari pengobatan, seperti mual muntah, badan lemas, rambut rontok, kulit kering dan
kuku menghitam.
a. Mual muntah
Seluruh partisipan menyatakan bahwa mereka mengalami efek samping mual
muntah, dan mual muntah yang dialami partisipan selalu berbeda-beda. Hal tersebut ini
diungkapkan melalui pernyataan partisipan sebagai berikut :
“Kadang-kadang sampai mual muntah, tapi nggak parah-parah kali, nggak sampai keluar. Perut ini saja rasanya berputar, nggak enak banget. Itupun hanya sebentar setelah itu sudah baik lagi”
( Partisipan 2)
“Saya ngalami mual muntah, pertama kali kemo saya sudah mual muntah, mualnya itu nggak pas waktu kemo, 1 hari setelah kemo baru mual muntah. Memang nggak ada yang dikeluarkan perasaannya saja perut ini serasa penuh” ( Partisipan 6 )
b. Badan lemas
Dua dari tujuh partisipan menyatakan bahwa mereka selama menjalani pengobatan
badan terasa lemas. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :
“Mudah lelah, kayak orang capek kerja gitu, pegel-pegel badan ini rasanya. Lemas kali ” (Partisipan 7)
c. Rambut rontok
Seluruh partisipan menyatakan bahwa mereka mengalami efek samping mual
muntah, dan mual muntah yang dialami partisipan selalu berbeda-beda. Hal tersebut ini
diungkapkan melalui pernyataan partisipan sebagai berikut :
“1 minggu setelah kemo, waktu pulang ke rumah setiap di sisir rontok, terus kemo kedua langsung habis langsung botak”
( Partisipan 4 )
“Rambut rontok, 2 hari setelah kemo langsung rontok terus nggak lama jadi botak, katanya karena pengaruh obat kemo”
( Partisipan 2 )
“Kemo ke 2 uda rontok rambut sampai ke 6, pertamnya gugur satu-satu terus berapa harinya lagi baru gugur sekali banyak”
( Partisipan 5)
d. Kulit kering
Masih banyak efek samping dari pengobatan kemoterapi ini, Empat dari tujuh
partisipan juga mengalami efek samping kulit kering. Hal ini dapat dilihat dari