• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Komunikasi Antarpribadi Nonverbal Penyandang Tuna Rungu (Studi Kasus Di Yayasan Tuna Rungu Sehjira Deaf Foundation Joglo-Kembangan Jakarta Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Komunikasi Antarpribadi Nonverbal Penyandang Tuna Rungu (Studi Kasus Di Yayasan Tuna Rungu Sehjira Deaf Foundation Joglo-Kembangan Jakarta Barat)"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

FOUNDATION JOGLO-KEMBANGAN JAKARTA BARAT)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh: HAMIDAH NIM: 1110051000054

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Srta satu (SI) di Uinversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku ndi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil Plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, makka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 06 Mei 2014

(5)

i   

Rungu Sehjira Deaf Foundation) Joglo Kembangan Jakarta-Barat

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Oleh karena itu manusia dalam hidupnya tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Salah satu bentuk komunikasi yakni komunikasi antarpribadi nonverbal yang digunakan dalam sebuah lingkup seseorang yang mengalami keterbatasan fisik seperti tunarungu dalam menggunakan komunikasi nonverbal.

Adapun pertanyaan mayornya adalah bagaimana pola komunikasi antarpribadi tunarungu di yayasan tuna rungu dalam Meaning, Language dan thought untuk tuna rungu ringan dan tuna rungu berat? Pertanyaan minornya Apa faktor pendukung dan penghambat dalam komunikasi bagi penyandang tunarungu di yayasan Sehjira Deaf Foundation dari segi intelegensi, bahasa dan bicara emosi dan sosial?

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus, yakni metode penelitian yang menggunakan sumber data dengan sebanyak mungkin agar dapat digunakan untuk meneliti, menguraikan serta menjelaskan bagaimana aspek dari individu, kelompok atau peristiwa secara sistematis. Studi kasus ini menggunakan tipe deskriptif dengan cara ini peneliti berlandaskan pada teori dan kerangka konseptual sehingga peneliti dapat menghasilkan suatu analisis yang terkonsep melalui teori dengan studi kasus tersebut.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksionisme simbolik George Herbert Mead, yang memandang cara bagaimana seseorang dapat tergerak dan bertindak berdasarkan makna yang diberikan kepada orang lain, serta makna tercipta karena adanya bahasa dan interaksi yang dilakukan.

Penelitian ini menemukan bahwa proses komunikasi antarpribadi nonverbal bagi penyandang tuna rungu ringan menggunakan kinesik dan vokalik, yakni dimana bahasa tubuh digunakan untuk interaksi dan difungsikan sebagai repetisi atau pengulangan dari tindakan verbal. Sedangkan penyandang tuna rungu berat menggunakan kinesik dan ruang dalam melakukan komunikasi mereka sebab tuna rungu berat lebih membutuhkan jarak dalam berkomunikasi. Dan bahasa nonverbal yang difungsikan bagi penyandang tuna rungu berat sebagai subtitusi atau bahasa nonverbal dipergunakan untuk mengganti bahasa verbal yang ada. Penyandang tuna rungu mempunyai faktor penghambat dalam proses komunikasi yakni dari segi intelegensi, bahasa dan bicara, serta emosi dan sosial. Serta gangguan semantik dan noice yang menjadi penghambat dalam proses komunikasi. Bahasa nonverbal menjadi salah satu komunikasi yang efektif bagi mereka. Karena menjadi salah satu alat bantu mereka dalam melakukan komunikasi. Peneliti juga menemukan pola komunikasi interaksionisme simbolik pada tuna rungu ringan dan berat dalam memaknai dirinya sebagai I, self dan other inklusif bagi kalangan tuna rungu, karena mereka berkomunikasi hanya pada sesama tuna rungu, tidak banyak melakukan interaksi dengan masyarakat luas. Tuna rungu ringan dan berat menggunakan bahasa isyarat SIBI dibandingkan BISINDO.

(6)

ii  

Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang senantiasa menuntun kita ke jalan yang diridhai Allah SWT.

Penulis menyadari tanpa bimbingan, bantuan, dan saran serta dukungan dari semua pihak, tidak mungkin skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Maka haturan terimakasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan M.A. Bapak Suparto Ph,D. M.Ed selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Drs. Jumroni M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak Dr. Sunandar, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama

2. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmu yang tak ternilai, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Rachmat Baihaky, M.A dan Umi Musyarrofah, M.A selaku Ketua Prodi dan Sekertaris Prodi Komunikasi Penyiaran Islam.

(7)

iii  

5. Segenap staf akademik dan staf perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Yang mulia kedua orang tua, Ayahanda Kholid dan Ibunda Maimunah, yang senantiasa memberikan cinta, kasih dan perhatiannya di kala sehat maupun sakit, di kala penulis membutuhkan dorongan dan doa dalam sholatnya, doa yang selalu mengiringi tiap langkah kaki ini sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Adik-adik Badrussalam, Liyanah Kholid, dan Ahmad Rifa’i yang banyak memberikan doa serta dukungan untuk penulis, kalian adalah inspirasi Kakak untuk terus berusaha menjadi Kakak yang baik buat kalian semua.

8. Abang M. Adi Suryadi yang banyak membantu penulis dalam meluangkan waktu dan tenaga serta motivasi dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Ibu Ir. Rachmita Maun Harahap M.Sn selaku Pimpinan Yayasan Tunarungu

Sehjira Deaf Foundation dan Kaka Sabrina, Ka Chairunisa dan seluruh anggota

Yayasan yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan kemudahan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dalam jangka waktu yang panjang. 10.Untuk para sahabat terdekat Ulva, Dwi, Iin, yang telah banyak memberikan

support serta doa yang menjadikan semangat tersendiri bagi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Serta

(8)

iv  

Terima kasih atas semua yang telah meluangkan waktunya untuk sekedar

sharing dan memberikan berbagai info serta memberikan motivasi dalam penyusunan

skripsi ini sehingga skripsi dapat terselesaikan. semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan budi baik mereka dengan rahmat dan kasih sayang-Nya.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya dapat menjadi referensi mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penelitian skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Sebab kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt.

Jakarta, 24 april 2014

(9)

v

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Metodologi Penelitian ... 10

1. Paradigma penelitian ... 10

2. Pendekatan penelitian ... 11

3. Metode penelitian ... 12

4. Subjek dan objek penelitian ... 13

5. Teknik pengumpulan data ... 13

6. Teknik analisis data ... 15

7. Teknik penulisan ... 15

F. Tinjauan Pustaka ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP A. Teori Symbolic Interactionism George Herbert Mead ... 20

B. Pola Komunikasi ... 26

1. Pengertian Komunikasi ... 26

2. Karakteristik Komunikasi ... 27

3. Unsur-Unsur Komunikasi ... 28

4. Bentuk-Bentuk Komunikasi ... 29

(10)

vi  

2. Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi ... ... 37

3. Fungsi Komunikasi Antarpribadi ... ... 38

D. Komunikasi Nonverbal ... 39

1. Pengertian Komunikasi Nonverbal ... 39

2. Bentuk-bentuk Komunikasi Nonverbal ... 40

3. Jenis-jenis Komunikasi Nonverbal ... 42

4. Fungsi Komunikasi Nonverbal ... 44

E. Tuna Rungu ... 45

1. Pengertian Tuna Rungu ... 45

2. Karakteristik Tuna Rungu ... 47

3. Klasifikasi Penyandang Tuna Rungu ... 48

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN TUNA RUNGU SEHJIRA A. Profil Umum Yayasan Sehjira ... 51

B. Sejarah Berdirinya Yayasan Tuna Rungu Sehjira ... 54

1. Visi dan Misi Yayasan Tuna Rungu Sehjira ... 55

2. Kegiatan Utama Yayasan Sehjira ... 56

3. Kegiatan Sosial Yayasan Sehjira ... 57

4. Prestasi Yayasan Sehjira ... 58

C. Susunan Pengurus Yayasan Sehjira Deaf Foudation ... 59

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Pola Komunikasi Nonverbal Penyandang Tuna Rungu Ringan dan Berat ... 63

1. Pola Komunikasi Nonverbal Tuna Rungu Ringan ... 79

2. Pola Komunikasi Nonverbal Tuna Rungu Berat ... 84

B. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Proses Komunikasi Penyandang Tuna Rungu ... 92

1. Gangguan Semantik ... 95

(11)

vii  

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Draft Wawancara dengan Pimpinan Yayasan 2. Draft Wawancara dengan Tuna Rungu Ringan 3. Draft Wawancara dengan Tuna Rungu Berat 4. Daftar Riwayat Hidup (Curiculum Vitae)

(12)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai

makhluk sosial terkadang manusia bagaimanapun juga tidak terlepas

dari individu lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup

berdampingan. Hidup bersama tidak terlepas dengan berbagai bentuk

komunikasi salah satunya komunikasi secara langsung.

Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu berkeinginan

untuk berbicara, saling berbagi gagasan, mengirim dan menerima

informasi, dan berbagai pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan

sebagainya. Berbagai kegiatan tersebut hanya dapat terpenuhi melalui

kegiatan interaksi dengan orang lain dalam suatu sistem sosial tertentu.

Naluri ini merupakan salah satu yang paling mendasar dalam

kebutuhan manusia, di samping kebutuhan akan afeksi (kebutuhan

akan kasih sayang), inklusi (kebutuhan akan kepuasan), dan kontrol

(kebutuhan akan pengawasan). Semuanya mendorong manusia untuk

melakukan kegiatan berkomunikasi.1

Komunikasi terjadi apabila ada komunikator (orang yang

menyampaikan pesan atau informasi) dan komunikan (orang yang

menerima pesan atau informasi). Komunikasi pada dasarnya adalah

penyampaian atau pengiriman pesan yang berupa pikiran atau perasaan        

1

(13)

   

oleh seseorang (komunikator) untuk memberitahu guna merubah sikap,

pendapat dan prilaku baik secara langsung atau tidak, dan yang

terpenting adalah dalam proses penyampaian pesan itu harus jelas, agar

tidak terjadi salah faham.2

Salah satu jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup

tinggi adalah komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila banyak orang yang

menganggap bahwa komunikasi interpersonal mudah dilakukan,

semudah orang makan dan minum. Komunikasi adalah suatu proses

interaksi yang secara langsung dilakukan oleh perorangan dan bersifat

pribadi melalui medium (tidak langsung) atau tidak (menggunakan

medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka face to face communication, percakapan melalui telepon, surat menyurat, merupakan salah satu bentuk komunikasi.3

LittleJohn (1991) mendefinisikan komunikasi adalah suatu

interaksi antar individu-individu. Agus M. Hardjana mengatakan

komunikasi sebagai interaksi tatap muka antara dua atau beberapa

orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung

pula.4

Deddy Mulyana juga mengemukakan bahwa komunikasi

antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi antara orang secara tatap        

2

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 11.

3

Liliweri, Alo, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2010), h. 8.   4

(14)

   

muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang

lain secara langsung baik secara verbal ataupun nonverbal. Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya. The interpersonal communication book” mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai suatu proses penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang

lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan

dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.5

Komunikator yang efektif adalah komunikator yang mampu

mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua belah pihak dalam

interaksi yang efektif.6

Apabila komunikasi berlangsung dalam tatanan

interpersonal tatap muka dialogis timbal balik (face to face dialogical reciprocal) ini dinamakan interaksi simbolik. Dengan demikian komunikasi didefinisikan sebagai interaksi atau aksi sosial bersama

individu-individu mengenai apa yang mereka lakukan.7

Komunikasi adalah pertukaran informasi, sehingga setiap

individu yang berinteraksi dapat dengan mudah dalam penyampaian

dan penerimaan pesan. Namun, berbeda bagi yang memiliki

keterbatasan kemampuan secara fisik maupun mental yang demikian,

serta kecacatan pendengaran seperti tuna rungu. Bahkan ada kalanya

        5

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 30.  

6

Joseph A. Devito, Komunikasi AntarManusia, (Tangerang selatan: PT. Karisma Publishing Group, 2011), h. 5.

(15)

   

orang yang memiliki keterbatasan melakukan tindakan-tindakan yang

menyimpang.8

Penyandang tuna rungu yang mempunyai keterbatasan

pendengaran adalah orang yang berbeda dengan orang lain pada

umumnya, tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental,

emosi, atau fisik. Dan tuna rungu berkomunikasi dengan menggunakan

bahasa verbal dan isyarat pada umumnya, akan tetapi kebanyakan

bahasa verbal yang digunakan didorong dengan bahasa nonverbal yaitu

bentuk isyarat (simbol).

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang

memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara

langsung baik secara verbal ataupun nonverbal. Bentuk khusus dari

komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang hanya melibatkan antara dua orang. Keberhasilan dari komunikasi menjadi tanggung jawab para anggota

komunikasi. Komunikasi antarpribadi bebas mengubah topik

pembahasan tanpa terikat suatu topik.9

Pendengaran dan pengelihatan sebagai panca indra primer,

akan tetapi sentuhan dan penciuman juga sama pentingnya dalam

menyampaikan pesan-pesan bersifat intim. Jelas sekali bahwa

        8

Kartini Kartono, Psikologi Anak, (Bandung : PT. Bandar Maju, 2011), h. 236.   9

(16)

   

komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk memengaruhi dan

membujuk orang lain, karena kita dapat membujuk orang lain dari

beberapa alat panca indra tersebut.10

Namun, bagaimana bagi orang

yang memiliki keterbatasan fisik secara permanen seperti penyandang

tuna rungu.

Dalam penelitian ini akan menjelaskan komunikasi antarpribadi

penyandang tuna rungu dalam menggunakan komunikasi nonverbal,

karena komunikasi nonverbal dianggap sebagai salah satu bentuk

bahasa yang dapat memudahkan penyandang tuna rungu dalam

melakukan interaksi serta mempertegas bahasa verbal yang kurang

jelas. Sehingga isi pesan yang disampaikan dan dimaksud dapat

dengan mudah dipahami dalam sebuah interaksi bagi penyandang tuna

rungu.

Tuna rungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam hal

pendengaran, baik secara permanen maupun tidak permanen.

Klasifikasi tuna rungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran

diantaranya adalah sangat ringan, dan gangguan terberat, atau

gangguan pendengaran ekstrem atau tuli. Karena memiliki

keterbatasan dalam pendengaran individu tuna rungu memiliki

hambatan dalam berbicara sehingga mereka bisa disebut tuna wicara.

Dan cara berkomunikasi mereka dengan individu lainnya

menggunakan bahasa isyarat dan abjad jari yang telah di patenkan

       

(17)

   

secara internasional. Sedangkan, untuk isyarat bahasa berbeda-beda

disetiap negara. Saat ini di beberapa sekolah telah mengembangkan

komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa

verbal bagi penyandang tuna rungu dengan bantuan bahasa isyarat

tentunya. Sehingga lebih mempertegas bahasa verbal yang

disampaikan.

Individu tuna rungu lebih cenderung kesulitan dalam

memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.11

Hal inilah yang

mengakibatkan keterbatasan dalam menerima informasi yang

disampaikan oleh lawan bicara.

Fenomena yang terjadi dalam komunikasi penyandang tuna

rungu adalah salah satu bentuk komunikasinya yang bersifat

nonverbal, yakni dengan menggunakan bahasa-bahasa serta metode

yang menunjang bagi kemampuan komunikasinya. Salah satunya

adalah komunikasi total yakni komunikasi yang berusaha

menggabungkan berbagai bentuk komunikasi untuk mengembangkan

konsep dan bahasa pada penderita gangguan pendengaran atau tuna

rungu. Didalamnya terdapat gerakan-gerakan, suara yang diperkeras,

ejaan jari, bahasa isyarat, membaca dan menulis. Akan tetapi dalam

penelitian ini penulis akan mencoba meneliti pola komunikasi

antarpribadi nonverbal penyandang tuna rungu yakni dimana

komunikasi yang lebih mengutamakan bantuan gerakan atau simbol

       

(18)

   

yang dapat membantu penyandang tuna rungu. Dan penelitian ini lebih

memfokuskan komunikasi diadik yakni komunikasi yang terjadi antara

dua orang secara langsung dan tatap muka.

Penelitian ini sangat penting diteliti karena pola komunikasi

tuna rungu berbeda dengan cara komunikasi orang normal pada

umumnya, mereka menggunakan bahasa isyarat atau nonverbal

sebagai bahasa yang mereka gunakan dalam interaksi sehari-hari,

sebab penyandang tuna rungu sangat sulit berkomunikasi dan

melakukan feedback dalam berkomunikasi. Terlebih lagi untuk memahami isi dan maksud dari pembicara atau komunikator. Selain itu juga penyandang tuna rungu sangat sulit dalam mempersepsikan

konseptual bahasa yang disampaikan oleh orang lain. Dengan

demikian, sangat penting untuk mengetahui pola komunikasi

penyandang tuna rungu menggunakan komunikasi nonverbal dan

isyarat tertentu dalam berkomunikasi, agar dapat dengan mudah

dipahami serta memudahkan penyandang dalam berkomunikasi.

Dengan adanya sebuah pola komunikasi tertentu melalui komunikasi

nonverbal diharapkan mampu memberikan kemudahan dalam

menyampaikan fikiran, dan perasaan penyandang tuna rungu.

Yayasan tuna rungu Sehjira Deaf Foundation adalah lembaga yang membina penyandang tuna rungu dengan memberikan edukasi,

bimbingan, serta dukungan penuh dengan keterampilan-keterampilan

khusus seperti keterampilan manusia normal pada umumnya. Yayasan

(19)

   

berkomunikasi, memberikan arahan terhadap kemudahan

berkomunikasi. Oleh karena itu, penulis memilih yayasan tuna rungu

sebagai subjek dalam penelitian karena yayasan ini bergerak pada

kegiatan sosial dengan tujuan memberdayakan kaum tuna rungu agar

bisa mencapai hak-haknya yang setara dengan orang yang mendengar

pada umunya. Memberdayakan dari segala bidang serta meningkatkan

sumber daya tuli melalui pendidikan informal dan keterampilan baik di

lingkungan keluarga maupun individu.12

Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian tentang pola

komunikasi tuna rungu antarpribadi nonverbal yang diterapkan dalam

keseharian penyandang tuna rungu. Apakah efektif komunikasi yang

dilakukan melalui bantuan komunikasi nonverbal seperti bahasa dan

isyarat. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis

memilih skripsi dengan judul “Pola Komunikasi AntarPribadi

Nonverbal Penyandang Tuna Rungu (Studi Kasus Di Yayasan Tuna Rungu Sehjira Deaf Fondation Joglo-Kembangan Jakarta Barat).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

a. Pembatasan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis

membatasi pola komunikasi penyandang tuna rungu melalui

        12

(20)

   

komunikasi antarpribadi bersifat nonverbal serta difokuskan

kepada penyandang tuna rungu ringan dan tuna rungu berat.

b. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana pola komunikasi antarpribadi nonverbal

penyandang tuna rungu ringan dan berat di yayasan tuna rungu

Sehjira Deaf Foundation dalam Meaning, Language, dan Thought untuk penyandang tuna rungu ringan dan berat?

b. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam komunikasi bagi

penyandang tuna rungu di Yayasan Sehjira Deaf Foundationdari segi intelegensi, bahasa dan bicara, segi emosi dan sosial?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pola komunikasi antarpribadi nonverbal

penyandang tuna rungu ringan dan berat secara langsung

dalam kegiatan sehari-hari di Yayasan Sehjira Deaf Foundation.

b. Untuk mengetahui faktor hambatan dan pendukung dalam

(21)

   

dari segi intelegensi, bahasa dan bicara serta dari segi emosi

dan sosial diYayasan Sehjira Deaf Foundation. D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Secara akademis dan ilmiah skripsi ini dapat dijadikan dan

digunakan sebagai bahan pengetahuan terutama dalam bidang

komunikasi. Penelitian ini juga di harapkan agar dapat menjadi

sumber informasi tentang pola komunikasi penyandang tuna rungu

melalui komunikasi nonverbal mereka berupa bahasa isyarat dan

simbol. Melalui komunikasi antarpribadi yakni komunikasi yang

dilakukan secara langsung bagi penyandang tuna rungu di Yayasan

Tuna Rungu Sehjira Deaf Foundation.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis skripsi ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan membuka pemikiran baru khusus bagi penulis dalam

rangka mengetahui langkah dan respon positif bagi penyandang

tuna rungu, yang berbeda dengan manusia normal pada umumnya

dalam hal pendengaran. Umumnya bagi orang-orang yang tertarik

dengan penelitian pola komunikasi penyandang tuna rungu serta

dapat memberikan gambaran bagi pembaca, dan menambah

khazanah pengetahuan tentang komunikasi dan bentuk komunikasi

(22)

   

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis. Karena paradigma konstruktivis merupakan antitesis dari paham yang

meletakan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu

realitas atau ilmu pengetahuan. Sebab, suatu realitas yang diamati

oleh seseorang tidak bisa digeneralisasikan ke semua orang.

Karena dasar paradigma ini memfokuskan pada pengamatan dan

objektivitas. Maka hubungan antara pengamatan dan objek

bersifat kesatuan, subjektif dan merupakan hasil perpaduan

interaksi di antara keduanya. 13

Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma

konstruktivis untuk mengetahui dan mengamati secara mendalam

pada objek penelitian yakni penyandang tuna rungu sebagai objek

utama. Agar penelitian yang dihasilkan dari objek tersebut bisa

menemukan suatu kebenaran terhadap suatu realitas atau ilmu

pengetahuan yang benar. Maka pengamatan yang dilakukan di

lapangan terhadap objektivitas mempunyai kesatuan yang

subjektif.

2. Pendekatan Penelitian

        13

(23)

   

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif

yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena melalui pengumpulan

data sedalam-dalamnya. Jika data yang sudah terkumpul sudah

mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka

tidak perlu mencari sampling lainnya. Dalam penelitian ini lebih memfokuskan kedalaman atau kualitas data.

Dalam penelitian ini penulis menjadi bagian integral dari data,

artinya periset ikut aktif dalam menentukan jenis data yang

diinginkan. Dengan demikian penulis menjadi instrumen riset yang

harus terjun langsung ke lapangan.

Penulis mewawancarai subjek penelitian untuk mendapatkan

data dan melakukan wawancara mendalam agar mendapatkan data

yang mendalam. Selama proses ini terjadi dialog bebas antara

penulis dan masing-masing subjek penelitian. dan hasil dialog ini

kemudian diinterpretasikan oleh penulis dengan teori-teori yang

relevan.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus, yakni metode penelitian yang menggunakan berbagai sumber data

sebanyak mungkin yang bisa digunakan untuk meneliti,

menguraikan, menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek

(24)

   

Studi kasus ini menggunakan tipe deskriptif secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat populasi

atau objek tertentu. Penulis terlebih dahulu membuat konsep dan

kerangka konseptual. Melalui kerangka konseptual atau landasan

teori.14

Penulis melakukan operasionalisasi konsep yang akan

menghasilkan variabel beserta indikatornya.

Studi kasus ini menggunakan desain studi kasus tunggal

yakni penelitian yang menyajikan uji kritis suatu teori yang

signifikan. Desain kasus tunggal ini lebih menekankan pada

penentuan unit analisis atau kasus itu sendiri.15

4. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek utama adalah

penyandang tuna rungu ringan dan tuna rungu berat, sedangkan

yang menjadi objek penelitian ini adalah pola komunikasi

antarpribadi nonverbal penyadang tuna rungu, bagaimana mereka

menggunakan bahasa nonverbal sebagai alat dalam berkomunikasi.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan yakni melalui

tahapan sebagai berikut:

a. Wawancara Mendalam

        14 Rachmat Kriyantono,

Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 68  

15 Robert K, Studi Kasus Desain dan Metode, (Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2013),

(25)

   

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data

dimana penulis melakukan kegiatan wawancara tatap muka

secara mendalam dan terus.16 Wawancara yang dilakukan

selama proses penelitian ini lebih menggunakan tipe open-ended dan wawancara terfokus, tipe open-ended yang dimaksud yakni dimana penulis dapat bertanya kepada

responden kunci guna mengetahui fakta-fakta dari suatu

peristiwa. Sedangkan wawancara tipe terfokus yakni dimana responden diwawancarai dalam waktu yang sangat singkat.

Wawancara yang peneliti lakukan melibatkan selaku

pengasuh yayasan Ir. Rachmita Maun Harahap dan salah satu

anggota tunarugu berat dan ringan di yayasan tunarungu

Sehjira Deaf Foundation. Sehingga dapat membantu dalam memberikan informasi dan kelengkapan data yang diperlukan

oleh penulis.

b. Dokumentasi

Pada tahap dokumentasi ini penulis berusaha

mengumpulkan informasi dokumenter sebanyak-banyaknya

guna mendapatkan hasil yang relevan. Dokumentasi yang

dilakukan sebagai teknik pengumpulan data melalui

dokumen-dokumen seperti buku bacaan, jurnal, majalah, studi pustaka,

artikel, dan hasil data survei seperti rekaman gambar dan data

       

16 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010),

(26)

   

lainnya yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

kelengkapan penelitian ini.

Tahap dokumentasi ini dilakukan guna mendapatkan

kelengkapan data dan menghasilkan penelitian dengan

reliabilitas yang baik mengenai pola komunikasi antarpribadi

nonverbal penyandang tuna rungu di Yayasan tuna rungu

Sehjira Deaf Foundation. Dalam riset ini peneliti menggunakan dokumen yang berupa dokumen pribadi yayasan, artikel dan

blog yayasan tunarungu Sehjira Deaf Foundation.

6. Teknik Analisis Data

Setelah peneliti mendapatkan data-data dan informasi yang

dibutuhkan, maka teknik analisis yang dilakukan didahului oleh

upaya mengungkapan trustworthiness dari para subjek penelitian. Untuk mengetahui sumber data yang akurat yakni dengan cara

menguji kebenaran dan kejujuran subjek penelitian dalam

mengungkapkan realitas. Setelah penulis merasa data sudah cukup

terkumpul maka dilakukan analisis dengan membuat

kategori-kategori tertentu. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik

analisis data melalui filling system yakni dimana data sudah terkumpul dan dirasa sudah cukup maka dilakukan analisis dengan

membuat kategori pola komunikasi antarpribadi nonverbal

tunarungu berat dan pola komunikasi antarpribadi nonverbal

(27)

   

interaksionisme simbolik terhadap pola komunikasi antarpribadi

melalui konsep Meaning, language, dan thought.

7. Teknik Penulisan

Dalam penulisan dan transliterasi skripsi ini menggunakan

buku “Pedoman Penulisan Skipsi, Tesis dan Disertasi” yang

disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh

CeQDA April 2007.

F. Tinjauan Pustaka

Judul yang digunakan dalam skripsi ini banyak kesamaan

dengan judul-judul skripsi lain yang mencoba menganalisis tentang

pola komunikasi diantaranya skripsi Fitri Novita Sari mahasiswi

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Negeri Jakarta yang ditulis pada tahun 2013 berjudul, “Pola Komunikasi Terapis Dengan Anak Autisme Di Klinik Khusus Tumbuh Kembang RS Anak dan Bunda Harapan kita Jakarta Barat”17 dalam skripsi novita sari membahas pola komunikasi antara terapis dengan anak autisme disebuah klinik khusus tumbuh

kembang anak yang memfokuskan pola komunikasi diadik.

Kemudian skripsi yang ditulis oleh Abdul hamid

mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Jakarta yang ditulis pada tahun 2013

       

(28)

   

yang berjudul “Pola Komunikasi Volunter dan Anak Didik Dalam Membina Akhlak di Komunitas Kandank Jurang Doank Ciputat”18

dalam skripsi tersebut banyak membahas pola komunikasi antara

pengasuh dan anak didik serta pembinaan akhlak. Dengan

mengedepankan komunikasi antarpribadi dan komunikasi

instruksional, perbedaannya dengan judul skripsi ini adalah pola

komunikasi antarpribadi nonverbal penyandang tuna rungu studi

kasus di Yayasan tuna rungu Sehjira Deaf Foundation, yang lebih menganalisis kepada sisi komunikasi antara peyandang tuna rungu

dalam percakapan sehari-hari. Dengan komunikasi antarpribadi

atau interpersonal. Dan komunikasi dipandang sebagai suatu sistem yang dapat mentranformasikan isi pesan kepada komunikan

atau lawan bicara.

Setelah penulis melakukan tinjauan pustaka yang ada, maka

penulis memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul

Pola Komunikasi Antarpribadi Nonverbal Penyandang tuna rungu

studi kasus di Yayasan tuna rungu Sehjira Deaf Foundation.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini bersifat sistematis, maka peneliti

membaginya menjadi lima bab dan tiap-tiap babnya terdiri dari

sub-sub bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai

berikut:        

(29)

   

BAB I PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP

Dalam bab ini terdiri dari sejarah teori interaksionisme simbolik

George Herbert Mead, ruang lingkup komunikasi, pengertian

komunikasi, bentuk-bentuk komunikasi, unsur-unsur komunikasi,

faktor hambatan komunikasi, pengetian komunikasi antarpribadi,

karakteristik komunikasi antarpribadi, jenis-jenis komunikasi

antarpribadi, pengertian komunikasi nonverbal, bentuk-bentuk

komunikasi nonverbal, jenis-jenis komunikasi nonverbal, fungsi

komunikasi nonverbal, pengertian tuna rungu dan karakteristik

tuna rungu.

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN TUNA RUNGU

Dalam bab ini membahas gambaran umum objek penelitian yang

berisi tentang profil latar belakang berdirinya yayasan, visi dan

misi, bentuk kegiatan bagi penyandang tunarungu, kegiatan utama

yayasan, prestasi yayasan, Susunan pengurus yayasan.

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan menganalisis mengenai teori interaksionisme

(30)

   

komunikasi antarpribadi verbal dan nonverbal bagi penyandang

tuna rungu ringan dan berat, sertafaktor penghambat dan

pendukung proses komunikasi dari segi intelegensi, bahasa emosi

dan sosial.

BAB V PENUTUP

Meliputi kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian yang

berkaitan dengan pola komunikasi antarpribadi nonverbal

(31)

20 

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP

A. Teori Symbolic Interactionism George Herbert Mead

Sejarah teori interaksi simbolik lahir pada dua universitas yang berbada: Universitas of lowa dan Universitas of Chicago. Di lowa, Manford Kuhn dan mahasiswanya merupakan tokoh penting dalam memperkenalkan ide-ide asli dari interaksi simbolik sekaligus memberikan kontribusi terhadap teori ini. Selain itu pemikir Universitas of lowa mengembangkan beberapa cara pandang mengenai konsep diri, tetapi pendekatan mereka dianggap sebagai pendekatan yang tidak biasa, karenanya kebanyakan prinsip dan pengembangannya yang berakar pada Mahzab Chicago.1

George Herbert Mead dan temannya John Dewey merupakan teman sefakultas di Universitas of Chicago. Mead memainkan suatu peran yang penting dalam membangun perspektif dari Mahzab Chicago, yang difokuskan pada pendekatan terhadap teori sosial yang menekankan pentingnya komunikasi bagi kehidupan dan interaksi sosial.2 Asumsi dari teori Interaksi

       

1

Richard West, dkk, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, (Jakarta:Salemba Humanika, 2008), h. 96.

2

(32)

simbolik ini memandang cara seseorang tergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikannya kepada orang lain melalui peristiwa. Makna-makna ini diciptakan dalam bahasa yang diciptakan dalam bahasa yang digunakan oleh orang baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain. Dengan bahasa memungkinkan orang untuk mengembangkan perasaan mengenai diri dan untuk berinteraksi dengan orang lainnya dalam sebuah komunitas.3 Bagi Mead tidak ada pikiran yang terlepas dar situasi sosial. Berpikir adalah hasil internalisasi proses interaksi dengan orang lain.4

Teori-teori sosiokultural tentang percakapan membahas mengenai pemahaman apa yang dibuat dan dibangun dalam percakapan, bagaimana suatu makna muncul dalam percakapan, dan bagaimana suatu simbol dapat diartikan melalui interaksi. Dan juga berfokus pada bagaimana pelaku komunikasi bekerjasama dalam sebuah cara yang tersusun untuk mengatur pembicaraan mereka. Dalam tradisi sosiokultural terdapat empat jenis teori yakni: interaksionisme simbolis, teori pemusatan simbolis, analisis percakapan, dan teori perundingan.5

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Symbolis Interactionism atau Interaksionisme Simbolik, yakni sebuah

       

3Richard West, dkk, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 96. 4

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), cet. ke-3, h. 392.

5Stephen W. LittleJohn, Teori Komunikasi Theories Of Human Communication, (Jakarta:

(33)

pergerakan dalam sosiologi, berfokus pada cara-cara manusia membentuk makna dan susunan dalam masyarakat melalui percakapan. George Herbert Mead dianggap sebagai pendiri gerakan interaksionisme simbolis dan karya-karyanya membentuk inti dari Chicago School. Herbert Blumer menemukan istilah interaksionisme simbolis sebuah tindakan sosial didasari oleh sebuah proses umum, yang merupakan sebuah kesatuan tingkah laku yang tidak dapat dianalisis ke dalam bagian-bagian tertentu. Dari sebuah tindakan sosial mendasar melibatkan sebuah hubungan dari tiga bagian yakni: gerakan tubuh awal dari sebuah individu, respon orang lain terhadap gerak tubuh tersebut, dan sebuah hasil. Hasilnya adalah arti tindakan tersebut bagi pelaku komunikasi.6

Tindakan individu yang tetap, seperti berjalan sendirian atau membaca sebuah interaksional karena didasarkan pada gerak tubuh serta respon yang banyak terjadi di masa lalu dan terus berlanjut dalam pikiran individu. Mead menyebutkan bahwa gerakan tubuh sebagai simbol signifikan. Di sini kata gerak tubuh (gesture) mengacu pada setiap tindakan yang dapat memiliki makna. Hal ini bersifat verbal atau berhubungan dengan bahasa, tetapi dapat juga berupa gerak tubuh nonverbal.

Masyarakat terdiri atas sebuah jaringan interaksi sosial di mana anggotanya menempatkan makna bagi tindakan mereka dan tindakan orang lain dengan menggunakan simbol-simbol. Manusia

       

6

(34)

selalu menggunakan simbol-simbol yang berbeda untuk menamai objek, objek menjadi objek melalui proses pemikiran kita. Oleh karena itu sebagai sebuah objek sosial, makna ganda diciptakan dalam proses interaksi. Bagaimana manusia berpikir ditentukan oleh makna-makna tersebut dan juga merupakan hasil dari interaksi.7

Apabila komunikasi berlangsung dalam tatanan interpersonal tatap muka dialogis timbal balik (face to face dialogical reciprocal) ini dinamakan interaksi simbolik. Dengan

demikian komunikasi didefinisikan sebagai interaksi atau aksi sosial bersama individu-individu mengenai apa yang mereka lakukan.8

Dalam teori ini penulis menggali makna serta pesan yang terkandung dalam interaksi yang berlangsung secara tersirat baik pesan yang diterima akan memberikan makna dan tafsiran yang berbeda melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya.

Konsep dari teori ini, interaksi sosial dianggap sebagai komunikasi dan dipengaruhi, difokuskan pada isi dan memfokuskan pada makna diri kita sendiri, jati diri atau sosialisasi individu kepada komunitas yang lebih besar. Menurut George Herbert Mead ada tiga prinsip dari teori ini diantaranya adalah:

       

7

Stephen W. LittleJohn, Teori Komunikasi Theories Of Human Communication, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 236.  

8

(35)

1. Meaning the social reality construction of self atau diri menjadi sebuah realitas sosial yang terkonsep

Kegiatan saling memengaruhi antara merespon pada orang lain dan diri sendiri ini adalah sebuah konsep penting dalam teori Mead, karena dengan diri seseorang akan dapat merespon diri sendiri sebagai sebuah objek. Diri memiliki dua segi masing-masing menjalankan fungsi yang penting I adalah bagian dari diri yang menurutkan kata hati, tidak teratur, tidak terarah, dan tidak dapat ditebak. Me adalah refleksi umum orang lain yang terbentuk dari pola-pola yang teratur dan tetap, yang dibagi dengan orang lain.

Jadi setiap tindakan yang dimulai dengan sebuah dorongan I dan selanjutnya akan dikendalikan oleh Me.9

2. Language the sourch of meaning symbol atau bahasa sebagai sumber makna

Mead menyebutkan gerak tubuh sebagai simbol signfikan. Di sini kata gerak tubuh mengacu pada (gesture) yang artinya mengacu pada setiap tindakan yang dapat memiliki makna. Biasanya hal ini bersifat verbal atau berhubungan dengan bahasa, tetapi dapat

       

9

(36)

juga gerak tubuh seperti non-verbal. Gerak tubuh menjadi nilai dan simbol yang signifikan.

Masyarakat ada karena simbol kita dapat mendengar diri kita sendiri dan meresponnya seperti yang orang lain lakukan kepada kita karena adanya kemampuan untuk menyuarakan simbol.10

3. Thought or Mind atau pikiran menjadi sebuah proses

Kemampuan untuk menggunakan simbol untuk merespon pada diri sendiri menjadikan berpikir adalah sesuatu yang mungkin. Berpikir adalah konsep ketiga Mead yang ia sebut pikiran. Pikiran bukanlah sebuah benda, tetapi merupakan sebuah proses. kemampuan ini yang berjalan dengan diri, sangat penting bagi kehidupan manusia, karena merupakan bagian dari tindakan manusia.

Oleh karena itu, teori interaksionisme simbolik lebih menekankan pada pemaknaan dari setiap bahasa yang digunakan. Karena setiap manusia menggunakan simbol-simbol yang berbeda untuk menamai suatu objek tertentu.11

       

10 Stephen W. LittleJohn, Teori Komunikasi Theories Of Human Communication, h. 233. 11

(37)

B. Pola Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Hakikat komunikasi adalah sebuah proses pernyataan antarmanusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam “bahasa” komunikasi dinamakan pesan atau (message), orang yang menerima pesan disebut (komunikator) sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama (komunikan). Komunikasi berarti mempunyai makna yakni proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan komunikasi memiliki dua aspek diantaranya pertama, isi pesan ( the content of message), kedua lambang (symbol). Kongkritnya pesan itu

adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa.12

Komunikasi menjadi sebuah proses berbagi makna melalu perilaku verbal dan nonverbal.13segala prilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih. Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim. Agar pesan yang tersampaikan dapat efektif yakni, pertama, kita harus mengusahakan agar pesan-pesan yang kita kirim mudah dipahami. Kedua, sebagai pengirim kita harus memiliki kredibilitas di mata penerima. Ketiga,

       

12

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), h. 28.

(38)

kita harus berusaha mendapatkan umpan balik atau feedback secara optimal tentang pengaruh pesan kita itu dalam diri penerima. Dengan kata lain, kita harus memiliki kredibilitas dan keterampilan mengirim pesan.14

Definisi komunikasi secara bahasa atau etimologi berasal dari bahasa inggris yaitu communication. Communication berasal dari bahasa latin yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran.15

Adapun definisi komunikasi secara istilah banyak dikemukakan oleh para ahli komunikasi dan salah salah satunya Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika komunikasi adalah “proses dimana suatu ide dilahirkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah

tingkah laku mereka”.16

b. Karakteristik Komunikasi

Dalam definisi komunikasi yang telah dijelaskan. komunikasi mempunyai beberapa karakteristik yakni, komunikasi sebagai suatu proses, komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan, serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai suatu proses, komunikasi akan terus

       

14 Supratiknya, Komunikasi antarpribadi tinjauan psikologis, h. 35 15Astrid S. Sutanto,

Komunikasi dalam Teori dan Praktik, (Bandung: PT. Bina Cipta, 1998), h. 1.

(39)

mengalami perubahan dan berlangsung secara terus menerus. Komunikasi melibatkan beberapa unsur, seperti yang diungkapkan Laswell, lima unsur tersebut yang melibatkan dalam komunikasi who, say what, in which channel, to whom, with what effect. Komunikasi

juga bersifat transaksional yakni menuntut tindakan memberi dan menerima. Kedua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi.17

c. Unsur-unsur Komunikasi

Dalam komunikasi terdapat beberapa unsur komunikasi, selama proses komunikasi berlangsung unsur komunikasi ini tidak terlepas dari perannya masing-masing. Diantaranya sebagai berikut:

a. Komunikator, adalah pelaku atau orang yang menyampaikan pesan kepada orang lain.

b. Pesan, yakni suatu gagasan atau ide, informasi, pengalaman yang disampaikan baik berupa kata-kata, lambang-lambang, isyarat, tanda-tanda, atau gambar untuk disebarkan kepada orang lain dalam proses komunikasi berlangsung.

c. Komunikan, yakni orang yang menerima pesan dari komunikator.

d. Media, adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi, agar komunikasi dapat berlangsung secara efektiv.

       

(40)

e. Tujuan (Destination), tujuan atau harapan yang ingin dicapai dalam proses komunikasi berlangsung. 18

f. Feedback (umpan balik), yakni tanggapan atau respon dari komunikan kepada komunikator.

g. Efek, yakni bagaimana pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat memberikan efek tertentu pada komunikan, sehingga pesan yang disampaikan dapat mengubah perilaku dan sikap.

d. Bentuk-bentuk Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Ada beberapa bentuk komunikasi yaitu komunikasi pribadi (intrapribadi dan antarpribadi), komunikasi kelompok (kelompok besar dan kecil),

komunikasi massa dan komunikasi media.19

a. Komunikasi Pribadi

Komunikasi pribadi (personal communication) adalah komunikasi seputar diri seseorang, baik fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Dalam tatanannya komunikasi pribadi dibagi menjadi dua bagian yakni komunikasi intrapribadi dan komunikasi antarpribadi.

       

18

Pawit M. Yusuf, Komunikasi Instruksional Teori Dan Praktik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 213.

(41)

1) Komunikasi intrapribadi

Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang, dia berkomunikasi dan berdialog dengan dirinya sendiri. Dan dia bertanya pada dirinya sendiri. Ronald L. Applbaum dalam bukunya “Fundamental concept In Human Communication” mendefinisikan komunikasi intrapribadi

sebagai komunikasi yang berlangsung dalam diri kita, ia meliputi kegiatan berbicara kepada diri kita sendiri dan kegiatan-kegiatan mengamati dan memberikan makna (intelektual dan emosional) kepada lingkungan kita.20

2) Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication book” sebagaimana yang dikutip dalam buku Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.21

Berdasarkan definisi itu komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua-duaan seperti suami istri yang sedang bercakap-cakap atau antara dua

       

20 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 58.

(42)

orang dalam satu pertemuan. Dialog adalah bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat mempunyai fungsi ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar.22

b. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok (Group Communication) adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.23Komunikasi kelompok biasanya terjadi dalam satu lingkungan organsisasi. Dalam komunikasi kelompok pesan mempunyai fungsi yang berkenaan dengan hubungan interpersonal, konsep diri, perasaan dan moral.

c. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio, televisi yang ditunjukan kepada khalayak umum. Komunikasi massa juga menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dan jumlahnya sangat banyak dengan menggunakan media.

       

22Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 60. 

(43)

Ada beberapa ciri-ciri khusus komunikasi massa, yang membedakannya dengan komunikasi lainnya. Diantaranya adalah:

1) Orang yang terlibat dalam berkomunikasi atau menjadi komunikan sangat banyak jumlahnya.

2) Audience, khalayak, dan publik yang terlibat komunikasi itu tersebar dimana-mana (di berbagai wilayah atau daerah). 3) Hal-hal yang disampaikan bersifat umum dan menyangkut

kepentingan orang banyak.24

Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang berlangsung pada orang dengan jumlah banyak atau lebih dari 2 orang dengan menggunakan media sebagai alat penyalur informasi, dan komunikasi massa bersifat satu arah (one way traffic).

d. Komunikasi Media

Komunikasi massa atau (mass communication) yang dimaksud adalah komunikasi melalui media massa modern, hal tersebut dijelaskan oleh pakar salah satunya Evertt M. Rogers, yang menyatakan selain media modern terdapat media massa tradisional. Lazimnya media massa modern menunjukan seluruh sistem di mana pesan-pesan diproduksikan, dipilih, disiarkan dan di terima serta ditanggapi.

       

24

(44)

Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media. Kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar dari pada komunikasi pribadi. Karena, komunikasi massa dapat menyampaikan pesan kepada ribuan pribadi yang berbeda dalam waktu yang sama.25

Karakteristik dari komunikasi massa itu sendiri mempunyai perbedaan dengan komunikasi lainnya, diantaranya komunikasi massa bersifat umum artinya pesan yang disampaikan melalui media massa terbuka untuk semua orang, komunikasi massa juga bersifat heterogen yakni perpaduan antara jumlah komunikan yang besar dalam keterbukaan dalam mendapatkan pesan-pesan komunikasi.26

e. Faktor Hambatan Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi ada beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkin seseorang melakukan komunikasi yang sebenarnya secara efektif. Ada beberapa hambatan yang terjadi selama proses komunikasi berlangsung diantaranya:

1. Gangguan, ada beberapa gangguan selama proses komunikasi berlangsung dan menurut sifatnya dapat

       

25Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), h. 79.

(45)

diklasifikasikan sebagai berikut, yakni gangguan mekanik dan gangguan semantik.

a. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. b. Gangguan semantik adalah gangguan pada pesan

komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Biasanya hal ini terjadi dalam konsep atau makna yang diberikan pada komunikator yang lebih banyak gangguan semantik dalam proses pesannya.

2. Kepentingan, interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Seseorang akan lebih memperhatikan perangsang dengan kepentingannya sendiri.

3. Motivasi, motivasi yang terjadi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya.

4. Prasangka, prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi. Sehingga komunikasi yang terjalin akan terasa kurang efektif. 27

Dasar gangguan dan penentangan inilah yang biasanya disebabkan karena adanya pertentangan kepentingan, prejudge, tamak dan sebagainya, sehingga komunikasi yang dilakukan sangat berlawanan dengan tujuan dan pesan yang disampaikan.

       

27

(46)

C. Komunikasi Antarpribadi

a. Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication book” mendefinisikan komunikasi

antarpribadi sebagai suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih atau di antara sekelompok kecil orang, dengan beberapa efek dan adanya umpan balik atau feedback.28

Berdasarkan definisi di atas, komunikasi antarpribadi berlangsung antara dua orang yang sedang bercakap dengan bertatap wajah dalam satu pertemuan. Pentingnya komunikasi antarpribadi ialah karena prosesnya berlangsung secara dialogis. Menunjukan suatu bentuk komunikasi di mana seorang berbicara, dan yang lain mendengarkan. Dialog dalam bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukan adanya interaksi secara langsung. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian.

Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang

       

(47)

saling berkomunikasi. Komunikasi yang terjadi secara tatap muka (face to face) antara dua individu. 29

Komunikasi antarpribadi juga dibedakan berdasarkan tingkatan analisis yang digunakan untuk melakukan prediksi guna mengetahui apakah komunikasi itu bersifat non-antarpribadi atau antarpribadi. Menurut Miller dan Stainberg seperti yang dikutip dalam buku Muhammad Budyana dalam buku Teori Komunikasi Antarpribadi terdapat tiga tingkatan analisis dalam diantaranya

yaitu kultural, sosiologis, dan psikologis.

a. Analisis pada tingkat kultural

Kultur merupakan keseluruhan kerangka kerja komunikasi berupa kata-kata, tindakan, postur, gerak, nada suara, ekspresi wajah, penggunaan waktu dan ruang. Semuanya merupakan sistem-sistem komunikasi yang lengkap dengan makna-makna yang hanya dapat dibaca secara tepat apabila seseorang akrab dengan perilaku dalam konteks sejarah, sosial, dan kultural. Terdapat dua kultur yang membedakannya yakni homogeneous yang artinya apabila orang-orang disuatu kultur berperilaku kurang lebih sama dan menilai sesuatu juga sama. Sedangkan heterogeneous yakni adanya perbedaan didalam pola perilaku dan nilai-nilai yang dianutnya. Jadi apabila

       

29Dr. Muhammad Budyatna, dkk, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana

(48)

seorang komunikator melakukan prediksi terhadap reaksi penerima atau receiver sebagai akibat menerima pesan dengan menggunakan dasar kultural.30

b. Analisis pada tingkat sosiologis

Analisis pada tingkat sosiologis ini apabila prediksi komunikator tentang reaksi penerima terhadap pesan-pesan yang ia sampaikan didasarkan kepada keanggotaan penerima didalam kelompok sosial tertentu, maka komunikator melakukan prediksi melalui tingkat sosiologis.

c. Analisis pada tingkat psikologis

Pada analisis tinkat psikologis komunikator memprediksi reaksi pihak lain atau penerima terhadap perilaku komunikasi didasarkan pada analisis dari pengalaman-pengalaman belajar individual yang unik, maka prediksi itu didasarkan pada tingkat psikologis. 31

b. Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi

Berdasarkan jenisnya komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya. Diantaranya adalah:

1) Komunikasi diadik (dyadic communication)

       

30Muhammad Budyatna, dkk, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2011), h. 2.

(49)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antara dua orang yakni seorang berlaku sebagai komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi sebagai komunikan yang menerima pesan.

2) Komunikasi triadik (triadic communication)

Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Jika dibandingan dengan komunikasi diadik maka komunikasi diadik lebih efektif karena komunikator memusatkan perhatiannya hanya kepada seorang komunikan.32

c. Fungsi Komunikasi Antarpribadi

Menurut definisinya, fungsi adalah sebagai tujuan dimana komunikasi digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Fungsi utama dari komunikasi ialah mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan-imbalan tertentu berupa fisik, ekonomi dan sosial. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa komunikasi insani atau human communication baik yang non-antarpribadi maupun antarpibadi semuanya mengenai pengendalian lingkungan guna mendapatkan imbalan seperti dalam bentuk fisik, ekonomi, dan sosial.

       

32Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya

(50)

Keberhasilan yang relatif dalam melakukan pengendalian lingkungan melalui komunikasi menambah kemungkinan menjadi bahagia, kehidupan pribadi yang produktif. Namun, kegagalan dalam komunikasi relatif mengarah kepada ketidakbahagiaan yang dapat mengakibatkan krisis identitas.33

D. Komunikasi Nonverbal

a. Pengertian Komunikasi Nonverbal

Pengertian komunikasi nonverbal dalam buku “Cultural and Communication Studies”, yang dikutip dari buku

Muhammad Budyatna dalam bukunya yang berjudul Teori Komunikasi Antarpribadi menyatakan, komunikasi nonverbal

adalah semua ekspresi eksternal selain kata-kata terucap atau tertulis, termasuk gerak tubuh karakteristik penampilan, karakteristik suara, dan penggunaan ruang dan jarak.

Sedangkan komunikasi nonverbal dapat memicu sejumlah alat indra seperti pendengaran, penglihatan, penciuman dan perasaan untuk menyebutkan beberapa kalimat yang terlihat dengan gerakan tubuh. Dengan demikian seseorang akan merespon isyarat-isyarat nonverbal secara emosional, sedangkan orientasi mereka hanya kepada kata-kata

       

33Muhammad Budyatna, dkk, Teori Komunikasi Antarprib adi, (Jakarta: Kencana

(51)

lebih bersifat rasional.34 Intinya komunikasi nonverbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang pada umumnya digunakan untuk memperkuat atau memperjelas pesan-pesan verbal.

b. Bentuk-Bentuk Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal dapat berbentuk bahasa tubuh, tanda, tindakan atau perbuatan (action), atau objek (object).35

Secara sederhana bahasa tubuh dapat diartikan penyampaian pesan nonlisan yang menggunakan seluruh kemampuan anggota badan untuk menyampaikan pesan, seperti gerak tubuh, mimik wajah, isyarat tangan, dan jarak tubuh. Tanda dalam komunikasi nonverbal mengganti kata-kata, sedangkan tindakan atau perbuatan tidak khusus dimaksudkan untuk mengganti kata-kata akan tetapi hanya sebuah penghantar makna tersembunyi. Sedangkan objek sebagai bentuk komunikasi nonverbal tidak untuk mengganti kata-kata akan tetapi hanya sebagai penyampaian arti tertentu.

       

34

Dr. Muhamma d Budyatna, dkk, Teori Komunikasi Antarpribadii, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2011), h. 110.

(52)

Terdapat banyak bentuk komunikasi nonverbal menurut Venderber, et al. Yang dikutip dalam buku M. Hardjana Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal Diantaranya:

a. Kontak mata, menyampaikan banyak makna. Hal ini menunjukan apakah kita menaruh perhatian dengan orang yang berbicara dengan kita. Bagaimana kita melihat dan menatap pada seseorang yang menyampaikan serangkaian emosi, seperti rasa marah, takut, dan rasa sayang.

b. Ekspresi wajah, merupakan pengaturan otot-otot wajah untuk berkomunikasi dalam keadaan emosional atau reaksi terhadap pesan-pesan.

c. Emosi, merupakan kecenderungan yang dirasakan terhadap rangsangan. Karena emosi adalah perasaan dan perasaan merupakan satu bentuk emosi.

d. Gerakan isyarat atau gestur merupakan gerakan tangan, lengan, dan jari-jari yang kita gunakan untuk menjelaskan atau untuk menegaskan.

(53)

f. Sentuhan atau touch secara formal dikenal sebagai haptics, sentuhan menempatkan bagian dari tubuh dalam kontak dengan sesuatu. 36

c. Jenis-jenis Komunikasi Nonverbal

Dalam komunikasi nonverbal terdapat beberapa jenis-jenis komunikasi nonverbal diantaranya:

1. Komunikasi objek

Komunikasi objek yang paling umum adalah penggunaan pakaian. Dalam berkomunikasi tentu seseorang akan melihat dari jenis pakaian yang dipergunakan.

2. Sentuhan

Dalam bagian sentuhan ini dapat berupa, bersalaman, menggenggam tangan dan pukulan. Masing-masing bentuk komunikasi ini mempunyai tujuan yaitu menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan dari penyentuh. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima pesan baik positif ataupun negatif.

3. Kronemik

Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam

       

36M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius,

(54)

komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas.

4. Gerakan tubuh

Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata dan ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frasa.37

5. Proxemik

Proxemik adalah bahasa ruang, yang dimaksud yaitu jarak yang digunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi keberadaan. Dalam ruang personal, dapat dibedakan menjadi 4 ruang interpersonal. Diantaranya adalah:

1) Jarak intim yakni jarak dari bersentuhan sampai jarak satu setengah kaki.

2) Jarak personal, yakni jarak yang menunjukan perasaan masing-masing pihak yang berkomunikasi dan juga menunjukan keakraban dalam suatu hubungan, jarak ini berkisar antara satu setengah kaki sampai empat kaki.

3) Jarak sosial, dalam jarak ini pembicara menyadari betul kehadiran orang lain dalam pembicaraan. Oleh karena itu,

       

(55)

dalam jarak ini pembicara berusaha tidak terlibat dalam komunikasi dan menekan orang lain.

4) Jarak publik, yakni jarak yang berkisar antara dua belas kaki sampai tak terhingga.

6. Vokalik

Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara.

7. Lingkungan

Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Diantaranya adalah penggunaan ruang, jarak, temperatur dan sebagainya.38

d. Fungsi Komunikasi Nonverbal

Ada beberapa fungsi komunikasi nonverbal dalam berkomunikasi diantaranya adalah:

1. Repetisi yakni perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal.

2. Subtitusi adalah perilaku nonverbal dapat mengganti perilaku verbal jadi tanpa berbicara kita dapat berinteraksi dengan orang lain.

       

(56)

3. Kontradiksi adalah perilaku nonverbal yang dapat digunakan untuk membantah dan bertentangan dengan perilaku verbal dan bisa memberikan makna lain terhadap pesan verbal.

4. Aksentuasi adalah memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal.

5. Komplemen yakni perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal.

E. Tuna Rungu

a. Pengertian Tuna rungu

Istilah tuna rungu diambil dari kata “tuna” yang artinya kurang dan “rungu” yang berarti pendengaran. Istilah tuna rungu digunakan untuk orang yang memiliki cacat atau kelainan pada pendengaran yaitu organ pendengaran tidak berfungsi dengan normal. Terkadang kita menyebut dengan istilah ‘tuli’ atau pekak. Namun sebutan yang lazim digunakan adalah tuna rungu.

Referensi

Dokumen terkait

Inisiasi Menyusu Dini pada ibu bersalin dapat mengaktifkan hormon oksitosin yang dapat mempercepat lama kala III dan mencegah perdarahan pada kala IV.. Tujuan: Untuk

Kurva disolusi tablet floating aspirin pada medium HCl 0,1 N, SGF dengan dan tanpa sinker mengikuti kinetika orde I dan mekanisme disolusi menurut model

Paying attention to the problems above, the writer took the research which entitled: “An Analysis of the Students‟ Error in Using Quantifiers on the Students‟ Recount Text at

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pemberian ekstrak bonggol pisang, rebung dan campuran yang dicampurkan dengan berbagai rasio amelioran (4 : 1, 2 :

Petempatan yang menyediakan kemudahan infrastruktur dan kemudahan-kemudahan lain menjadi impian saya dan keluarga.Dengan adanya kemudahan seperti sekolah, hospital,

Sedangkan anak usia sekolah ada sebanyak 26 orang dengan status gizi baik, Penyuluhan status gizi dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2015 dengan jumlah peserta

Untuk melihat pengaruh antara struktur RTH semak terhadap iklim mikro, dilakukan pengambilan data iklim mikro yang meliputi suhu udara, kelembaban udara, dan

Berdasarkan dari hasil uji determinanmempunyai nilai adjusted R square(R 2 ) sebesar 22,7 yang berarti bahwa pengaruh modal sendiri dan jumlah anggota terhadap SHU