Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.)
Oleh:
Diaruk Manasari
109046100012
PROGRAM STUDI MUAMALAT KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
i
Patriot Bekasi)” telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 21 Januari
2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada program studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, Februari 2014
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN
1. Ketua :Dr. Euis Amalia M.Ag (...) NIP. 197107011998032002
2. Sekretaris : Mu’min Rauf, S.Ag, MA (...) NIP.197004161997031004
3. Pembimbing : Djaka Badranaya, M. E. (...) NIP. 197705302007011008
4. Penguji 1 : Dr. Hendra Chalid, MA (...)
ii
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Kajian Ekonomi Politik Terhadap BPRS Patriot Bekasi).” Strata 1, Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.
Pemerintahan tidak terlepas dari dunia politik. Seorang pemerintah menduduki bangku kepemimpinannya juga melalui partai politik. Untuk itu, ketika pemerintah melakukan sesuatu ketika menjabat sebagai pemerintah maka apakah ada unsur politikya atau tidak. Begitu pun dalam mendirikan BPRS. Apakah pemerintah murni karena ingin memajukan perekonomian masyarakatnya ataukah ada unsur politiknya.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode analisis yaitu kualitatif deskriptif dengan menggunakan data primer dan data sekunder yang diambil melalui wawancara lapangan dan studi dokumen. Untuk wawancara kepada nasabahnya peneliti menggunakan teknik haphazard/incidental sampling. Adapun obyek yang diteliti adalah motif Pemerintah Kota Bekasi dalam mendirikan BPRS.
Hasil penelitian ini menunjukkan pertama, hubungan antara Pemerintah Kota Bekasi dengan BPRS adalah sebagai investor. Untuk itu keterlibatan Pemerintah Kota Bekasi hanya sebagai pemegang saham sehingga Pemerintah Kota Bekasi tidak terlibat dalam operasional BPRS Patriot Bekasi. Kedua, BPRS memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kota Bekasi. Faktanya, setiap tahun BPRS memberikan laba perusahaan kepada Pemkot Bekasi. Lebih lanjut BPRS juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap nasabahnya. Faktanya BPRS memberikan kemudahan transaksi dan pembiayaan yang murah kepada masyarakat dan khususnya kepada Pegawai Negeri Sipil Kota Bekasi. Ketiga, motif pendirian BPRS oleh Pemkot Bekasi hanya didorong oleh motif meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kemudahan transaksi dan pembiayaan dan bukan motif politik.
Kata Kunci: Motif, Ekonomi Politik, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Pembimbing : Djaka Badranaya, M. E.
iii
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan semua nikmat,
rahmat, serta karunia yang tiada terkira sehingga skripsi dengan judul MOTIF
PEMERINTAH KOTA DALAM MENDIRIKAN BANK PEMBIAYAAN
RAKYAT SYARIAH (Kajian Ekonomi Politik Terhadap BPRS Patriot Bekasi) dapat
terselesaikan. Shalawat beserta salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta kerabat dan para sahabatnya.
Selesainya skripsi ini juga tidak luput dari bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak, baik yang memberikannya secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin memberikan ucapan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak, diantaranya:
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag. sebagai kepala program Studi Muamalat,
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Djaka Badranaya, M. E. Selaku Dosen pembimbing penulisan
skripsi ini yang telah meluangkan waktunya di dalam jadwalnya yang
begitu padat untuk membimbing dan mengarahkan, serta memberikan
iv
staff karyawannya serta pihak Pemerintahan Kota Bekasi diantaranya
Bapak Najib, Bapak Mahmud, Bapak Amir dan Bapak Nuhudawi yang
telah bersedia meluangkan waktunya demi terkumpulnya informasi dan
data yang penulis butuhkan.
6. Untuk Ayahanda dan Ibunda tercintaku yang senantiasa selalu
memberikan semangat baik doa maupun financial kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Serta kasih sayang yang tak terhingga. Semoga
Allah membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan selama ini.
Tidak lupa juga untuk kakakku Juliatin serta ponakanku Nahdlatus
Stauriah Tauhidiyah, terimakasih untuk semangat yang kalian berikan.
7. Untuk teman-teman seperjuanganku anak-anak PS.A 2009 Nay, Jamil,
Nining, Bibeh, Neng, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga Allah selalu memberikan kita kemudahan dalam menggapai
kesuksesan dalam dunia maupun akhirat kelak.
8. Teman-teman KKN “ASA” yang tercinta. Fina, Syifa, Bunda Unuy, Moe, Mba Riri, Aa, Eza, Halily, komar, Pak Akrom. Begitu banyak kenangan
v Amiin
10.Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu semuanya di sini. Semoga Allah
vi LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
vii
F. Sistematika penulisan ... 15
BAB II KERANGKA TEORI ... 17
A. Konsep Motif dan Motivasi ... 17
1. Definisi Motif dan Motivasi ... 17
2. Klasifikasi Motif ... 19
3. Teori Motivasi ... 21
4. Konsep Pengukuran Motif ... 24
5. Motif dalam Proses Politik ... 26
6. Dimensi Motif Politik dan Ekonomi Dalam Proses Regulasi dan Kebijakan Publik ... 27
B. Ekonomi Politik ... 30
C. Badan Usaha Milik Daerah dan Pembangunan Daerah ... 39
D. Review Studi Terdahulu ... 44
viii
C. Budaya Kerja PT. BPRS Patriot Bekasi ... 50
D. Struktur Organisasi ... 53
E. Produk BPRS Patriot Bekasi ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA ... 60
A. Keterlibatan Pemerintah Kota Bekasi Terhadap Pengelolaan Operasional BPRS Patriot Bekasi ... 60
B. Kontribusi BPRS Patriot Bekasi Terhadap Keuangan Pemerintah Kota Bekasi dan Nasabah ... 62
C. Motif Pemerintah Kota Bekasi dalam Mendirikan BPRS ... 69
BAB V PENUTUP ... 75
A. Kesimpulan ... 75
B. Saran-saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
ix
3.2 Bagi Hasil Periode November 2013 56
4.1 Model dan Realisasi Bagi Hasil BPRS Patriot Bekasi Terhadap Keuangan Pemkot
x
2.1 Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow 22
xi
4.2 Kontribusi BPRS Patriot Bekasi Terhadap Keuangan Pemkot Bekasi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara-negara Islam saat ini sedang diserbu oleh gelombang besar
tatanan dan desain ekonomi. Fenomena ini mendorong para pemimpin
berupaya untuk membuat desain politik ekonomi. Mereka kemudian membuat
berbagai perencanaan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan nasional.1
Tidak hanya pemerintah pusat saja yang merencanakan itu tapi
pemerintah-pemerintah kota juga melakukan hal yang sama.
Lembaga keuangan yang berbasis syariah di Indonesia tengah
berkembang pesat. Begitupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Bank Perkreditan Rakyat dikenalkan pertama kali oleh Bank Rakyat Indonesia
(BRI) pada tahun 1977.2 Kemudian seiring jalannya waktu Bank Perkreditan
Rakyat tumbuh semakin banyak yang menggunakan prosedur-prosedur
hukum islam sebagai dasar pelaksanaannya yang kemudian diberi nama Bank
Pembiayaan Syariah (BPRS). Kehadiran Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
berfungsi melayani usaha mikro dan kecil yang menginginkan proses mudah,
pelayanan cepat dan persyaratan ringan.
1
Abdurrahman Almaliki, Politik Ekonomi Islam (Bogor: Alazhar Press, 2009), h.6.
2Acankende, “Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah”, artikel diakses pada 26 Januari 2014
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah merupakan alat agar usaha-usaha
mikro dan kecil dapat berkembang. Karena usaha mikro dan kecil merupakan
penyelamat perekonomian bangsa selama krisis terjadi. UKM memegang
peranan penting dalam perekonomian Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah
usaha maupun dari segi penciptaan lapangan kerja.
Hingga saat ini, sumber pendapatan terbesar masyarakat Indonesia
dalam meningkatkan kesejahteraannya masih terdapat pada sektor usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM). UMKM merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dinamika kehidupan masyarakat. Dalam perekonomian
Indonesia Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok
usaha yang memiliki jumlah paling besar.
Jumlah UMKM pada tahun 2012 sebanyak 56.534.592 unit atau jika
dipersentasekan yaitu sebesar 99,99%. dengan rincian usaha mikro sebanyak
55.856.176 Unit atau 98,79% dari total kegiatan usaha di Indonesia, usaha
kecil sebanyak 629.418 Unit atau sebesar 1,11% dari total kegiatan usaha di
Indonesia, dan usaha menengah sebanyak 48.997 Unit atau sebesar 0,09% dari
total kegiatan usaha di Indonesia. Sedangkan usaha besar hanya berjumlah
4.968 unit atau sebesar 0,01%. UKM juga salah satu penyumbang terbesar
PDB indonesia yaitu sebesar 59,08 % pada tahun 2012.3
3
Tujuan dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah itu sendiri yaitu
menjadi sumber permodalan bagi pengembangan usaha-usaha masyarakat
kelas bawah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat,
terutama masyarakat golongan lemah yang pada umumnya berada di daerah
pedesaan dan di tingkat kecamatan. Agar mereka tidak terjebak oleh rentenir
yang menerapkan bunga yang sudah jelas diharamkan oleh agama islam.
Karena agama islam mengajarkan kesejahteraan serta kepedulian terhadap
sesama manusia. Salah satu dokumen penting tentang haramnya bunga yaitu
laporan CII (Council of Islamic Ideology)4 yang menyatakan “Ada
kesepakatan yang bulat di antara semua mazhab pemikiran Islam bahwa
istilah riba berarti bunga dalam segala jenis dan bentuknya”. Jadi, sudah
sangat jelas bahwa bunga sama dengan riba yang diharamkan islam.
Kemudian tujuan lainnya tentang berdirinya Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah yaitu dapat membuka lapangan pekerjaan terutama ditingkat
kecamatan agar mengurangi arus urbanisasi, menambah pendapatan perkapita
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=category&id=118:data-umkm-2013&Itemid=93
4
Z Sadiin, artikel diakses pada 26 Januari 2014 dari
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&ved=0CEc QFjAD&url=http%3A%2F%2Fpublikasi.umy.ac.id%2Ffiles%2Fjournals%2F4%2Farticles%2F38
18%2Fpublic%2F3818-5430-1-PB.pdf&ei=LKLcUtymOInLrQfm4oDAAw&usg=AFQjCNEBP5WT8P57qWYkY67fUr8PMcxFLw&
serta mempercepat perputaran aktivitas perekonomian karena sektor riil akan
bergairah.
Di dalam Bank Pembiayaan Rakyat Syariah juga ditumbuhkan nilai
ta’awun (saling membantu) antara pemilik modal dengan pengusaha agar
dapat tumbuh rasa kebersamaan diantara keduanya. Karena ta’awun
merupakan faktor terpenting dalam mewujudkan ukhuwah islamiyah.
Ukhuwah islamiyah tersebut, paling tidak akan terealisir diantara bank dan
nasabahnya.
Jika dilihat dari tujuan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang bagus
dan cocok untuk diterapkan di daerah serta mayoritas penduduk indonesia
adalah muslim, maka pada perkembangannya ada beberapa Pemerintah Kota
yang tertarik untuk mendirikan lembaga keuangan tersebut di kotanya.
Namun yang menjadi masalah adalah karena BPRS ini didirikan oleh
Pemerintah Kota maka apakah BPRS tersebut murni untuk kepentingan
ekonomi ataukah ada motif yang lain. Karena bisa jadi hal tersebut hanya
mencari simpati publik atau hanya dijadikan sebagai pencitraan partai politik
pemerintahan pada saat itu. Mengingat tujuan dari Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah itu adalah murni untuk kepentingan ekonomi.
Dengan begitu, apa tujuan sebenarnya Pemerintah Kota dalam
mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah itu adalah murni untuk
selain itu. Karena dunia pemerintahan tidak terlepas dari dunia politik.
Politiklah yang mengantarkan mereka pada kursi pemerintahan. Bahkan Sang
kiai liberal pun seperti Gus Dur harus menggunakan taktik yang kurang lebih
sama dengan lawan-lawannya dalam upaya melanggengkan kekuasaan.5
Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Motif
Pemerintah Kota Dalam Mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Kajian Analisis Ekonomi Politik Terhadap BPRS Pemerintah Kota
Bekasi)”.
B. Identifikasi Masalah
1. Apakah motif yang menjadi dasar Pemerintah Kota dalam mendirikan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah?
2. Apakah ada keterlibatan Pemerintah Kota Bekasi terhadap pengelolaan
operasional Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Patriot Bekasi?
3. Dari sekian banyak produk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang telah
diatur dalam undang-undang, produk apa saja yang sudah beroprasi di
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kota Bekasi?
4. Bagaimana respon masyarakat Bekasi terhadap Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah kota Bekasi?
5
5. Sesuai atau tidak tujuan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang didirikan
oleh Pemerintah Kota dengan tujuan awal Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah itu sendiri?
6. Apakah dengan Pemerintah Kota mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah dapat membantu masalah perekonomian di daerah?
7. Bagaimana kontribusi dari berdirinya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
bagi masyarakat dan keuangan pemerintah kota?
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kiranya penulis perlu
membatasi pokok permasalahan, agar mendapatkan suatu batasan yang
jelas sekaligus mencegah terjadinya pembahasan yang meluas yang tidak
ada kaitannya dengan pokok permasalahan.
Pembatasan Masalah meliputi:
1. Penelitian dilakukan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kota Bekasi
dan Pemerintah Kota Bekasi.
2. Obyek yang diteliti adalah tentang apa yang menjadi dasar pemikiran
Pemerintah Kota Bekasi dalam mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah agar diketahui motif apa yang menjadikan pemerintah kota
mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan apakah ada
Bank Pembiayaan Syariah yang didirikan oleh Pemerintah Kota serta
kontribusi BPRS terhadap keuangan pemerintah dan masyarakat.
Masyarakat dalam penelitian ini adalah nasabah Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Pemerintah Kota Bekasi.
2. Perumusan Masalah
1. Apakah ada keterlibatan Pemerintah Kota Bekasi terhadap pengelolaan
operasional Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Patriot Bekasi yang
didirikan oleh Pemerintah Kota?
2. Bagaimana kontribusi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah terhadap
keuangan Pemerintah Kota dan Masyarakat?
3. Apakah motif yang mendasari Pemerintah Kota dalam mendirikan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah?
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah ada keterlibatan Pemerintah Kota Bekasi
terhadap pengelolaan operasional Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
yang didirikan oleh Pemerintah Kota.
a. Untuk mengetahui kontribusi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
terhadap keuangan Pemerintah Kota dan Masyarakat.
b. Untuk mengetahui motif Pemerintah Kota dalam mendirikan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.
a. Bagi Akademisi, untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis
di bidang Lembaga Keuangan Syariah Khususnya Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah yang didirikan oleh Pemerintah Kota. Dan untuk
menanbah khazanah ilmu pengetahuan dan sebagai bahan referensi
bagi mahasiswa, staf pengajar dan lainnya.
b. Bagi Praktisi, untuk menambah pengetahuan dan wawasan berkenaan
dengan motif Pemerintah Kota Bekasi.
c. Bagi Masyarakat, merupakan sumber referensi dan saran pemikiran
bagi kalangan akademisi dan praktisi didalam menunjang penelitian
selanjutnya yang akan bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi
penelitian yang lain.
E. Metode Penelitian
1. Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metodologi kualitatif
menurut Bogdan dan Taylor dalam bukunya Bagong Suyanto dan Sutinah
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai
kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari
orang-orang yang diteliti.6
6
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif. Pada jenis penelitian deskriptif,
tidak diberlakukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakuan, serta
tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya
menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.7
Peneliti berusaha memberikan gambaran dan menjelaskan mengenai motif
Pemerintah Kota dalam mendirikan BPRS, terlibat atau tidaknya Pemerintah
Kota Bekasi terhadap pengelolaan operasional BPRS dan kontribusi dari
berdirinya BPRS Pemerintah Kota bekasi terhadap keuangan pemerintah kota
dan masyarakat. Tujuan peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif
adalah untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada yang kemudian
diambil kesimpulan umumnya berdasarkan fakta-fakta yang ada.
Menurut Nawawi dan Martini yang dimaksud dengan penelitian kualitatif
deskriptif adalah metode yang melukiskan keadaan suatu objek atau peristiwa
tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya
yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan kesimpulan umum
berdasarkan fakta-fakta historis tersebut.8
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan
gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat,
7
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.234.
8
mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif
cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan
menguji hipotesis.9
Dari beberapa pendapat tentang pengertian dari penelitian deskriptif diatas
dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya penelitian deskriptif adalah suatu
bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada yang kemudian diambil
kesimpulan umumnya berdasarkan fakta-fakta yang ada.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi langsung
dari responden. Atau metode pengumpulan data dengan tanya jawab
yang dikerjakan berlandaskan pada tujuan penelitian dengan
menggunakan panduan wawancara.10 Pemilihan informan dalam
wawancara dilakukan dengan mempertimbangkan posisi mereka
dalam organisasi BPRS Pemerintah Kota Bekasi serta organisasi
9
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi, Cet II (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h.47.
10
Pemerintah Kota Bekasi. Karena dapat membantu memperolah data
yang jelas dan tepat, serta yang sebenar-benarnya dan juga mendalam
sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman mereka.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis maupun film.11
Dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen Pemerintah Kota
serta Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang berhubungan dengan
penelitian. Dengan ini peneliti dapat memperoleh data yang tidak
diperoleh dari wawancara.
c. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di kantor Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah di jalan A. Yani Komplek Ruko Sentral Niaga
Kalimalang Blok C 1 No. 3 Kayuringin Bekasi Selatan dan kantor
Pemerintah Kota Bekasi di jalan Jendral Ahmad Yani No.1 Bekasi.
d. Teknik Penulisan
11
Adapun penulisan skripsi ini dilakukan sesuai dengan buku
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terbitan tahun 2012 yang
merupakan sandaran dari penulisan karya ilmiah mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya, khususnya mahasiswa
Fakultas Syariah dan Hukum.
3. Objek Dan Subjek Penelitian
a. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah motif yang mendasari kebijakan
pemerintah kota dalam mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
b. Subjek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah Pemerintah Kota Bekasi dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Pemerintah Kota Bekasi.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer, yaitu data yang hanya dapat kita peroleh dari sumber asli
atau pertama. Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari
responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga
data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber. Data ini diperoleh
berupa wawancara, dokumentasi serta beberapa nasabahnya dengan
menggunakan teknik haphazard/incidental sampling. Yang dimaksud
dengan haphazard/incidental sampling adalah teknik sampling dimana
satuan sampling/subjek dipilih sembarangan atau seadanya, tanpa
terlebih dahulu mengetahui secara pasti kondisi subjek tersebut.12
Dalam penelitian ini peneliti memberikan beberapa pertanyaan kepada
nasabah BPRS yang datang ke kantor BPRS.
b. Data Sekunder, yaitu data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal
mencari dan mengumpulkan. data sekunder dapat kita peroleh dengan
lebih mudah dan cepat karena sudah tersedia, contohnya di
perpustakaan, perusahaan-perusahaan, organisasi-organisasi
perdagangan, biro pusat statistik, dan kantor-kantor pemerintah. Dalam
penelitian ini data tersebut diperoleh atau didapat dari berbagai sumber
seperti buku, website, dokumen dan lainnya untuk dijadikan data-data
pelengkap penyusunan skripsi ini.
5. Analisis Data Penelitian
Analisis data dimulai dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
12
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dengan
menyajikan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami
tersebut. langkah selanjutnya yaitu kesimpulan yang merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi
atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa kausal atau interaktif,
hipotesis atau teori.13
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
13
BAB II : KAJIAN TEORITIS
Pada bab ini akan diuraikan berbagai teori yang menjadi
kerangka dasar penulis. Terdiri dari teori motif, ekonomi
politik, Badan Usaha Milik Daerah (APBD) dan pembangunan
daerah, serta review studi terdahulu.
BAB III : GAMBARAN UMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT
SYARIAH PEMERINTAH KOTA BEKASI
Pada bab ini akan dibahas tentang BPRS, yang terdiri dari
sejarah berdirinya BPRS Patriot Bekasi, visi misi, budaya
kerja, dan struktur organisasi.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISA
Akan membahas tema seputar terlibat atau tidak Pemerintah
Kota Bekasi terhadap pengelolaan operasional BPRS Patriot
Bekasi, bagaimana kontribusi BPRS Patriot Bekasi terhadap
keuangan pemerintah dan masyarakat, serta apakah motif yang
menjadi dasar Pemerintah Kota dalam mendirikan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.
[image:28.612.144.529.212.494.2]Bab ini merupakan kesimpulan dari seluruh ulasan penulis
pada bab-bab sebelumnya, dan juga terdapat sebuah sub bab
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Konsep Motif dan Motivasi
1. Definisi Motif dan Motivasi
Prilaku seseorang pada hakikatnya ditentukan oleh keinginannnya
untuk mencapai tujuan. Keinginan istilah lainnya adalah motif. Motif, atau
dalam bahasa Inggris “motive”, berasal dari kata movere atau motion, yang
berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Dalam psikologi, istilah motif erat
hubungannya dengan “gerak”, yaitu gerakan yang dilakukan oleh manusia
atau disebut juga perbuatan atau perilaku. Motif dalam psikologi berarti juga
rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu perbuatan
(action) atau perilaku (behavior).1 Motif merupakan suatu pengertian yang
melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam
diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.2
Hal-hal yang dapat mempengaruhi motif disebut motivasi. Jika orang
ingin mengetahui mengapa orang berbuat atau berprilaku ke arah sesuatu
seperti yang dikerjakan, maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi
1
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, Cet.II, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), h.137.
2
atau prilaku yang termotivasi. Motivasi merupakan keadaan dalam diri
individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan.3
Menurut Mc Clleland bahwa motif dan motivasi mempunyai arti yang
sama atau sinonim. Menurut pendapatnya semua motif didapat dari hasil
belajar. Kemudian ia juga mengatakan bahwa semua motif tentu didasari
emosi. Motif menurut pendapatnya tidak dapat dilihat begitu saja dari prilaku,
karena motif tidak selalu seperti yang tampak terkadang berlawanan dengan
yang tampak. Atas dasar itu ia berpendapat bahwa untuk menentukan motif
yang mendasari suatu perbuatan, cara terbaik ialah dengan menganalisis motif
yang ada di dalam fantasi seseorang.
Sedangkan Teevan dan Smith menyatakan bahwa motivasi adalah
konstruksi yang mengaktifkan prilaku, sedangkan komponen yang lebih
spesifik dari motivasi yang berhubungan dengan tipe prilaku yang tertentu
disebutnya motif. Selanjutnya mereka juga berpendapat bahwa motif
mempunyai dua fungsi yaitu pemberi daya untuk penggerak atau berfungsi
menggerakkan prilaku yang lain adalah mengarahkan prilaku.4
Dari beberapa definisi diatas penulis dapat mengambil kesimpulan dari
motif dan motivasi. Motif adalah tujuan utama seseorang dalam melakukan
3
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi, 2004), h. 220.
4
suatu kegiatan atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah alasan atau semua
hal yang dapat menggerakkan seseorang kepada tujuan utamanya.
Suatu hal yang penting berkaitan dengan motif adalah bahwa motif itu
tidak dapat diamati secara langsung. Tetapi motif dapat diketahui dari prilaku,
yaitu apa yang dikatakan dan apa yang diperbuat oleh seseorang. Dengan
begitu dapat diketahui motif seseorang dalam berprilaku. Dalam mempelajari
tingkah laku manusia pada umumnya, harus mengetahui apa yang
dilakukannya, bagaimana ia melakukannya, dan mengapa ia melakukannya.5
2. Klasifikasi Motif6
a. Motif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik
Motif intrinsik yaitu motif-motif yang dapat berfungsi tanpa
harus dirangsang dari luar. Seorang melakukan sesuatu karena ia ingin
melakukannya. Misalnya, orang yang gemar membaca tanpa ada yang
mendorongnya, ia akan mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya;
orang yang rajin dan bertanggung jawab tanpa usah menunggu
komando, sudah belajar dengan sebaik-baiknya.
Motif ekstrinsik ialah motif-motif yang berfungsi karena ada
perangsang dari luar. Misalnya, seseorang melakukan sesuatu karena
5
WA, Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2004), h. 152.
6
untuk memenangkan hadiah yang khusus ditawarkan untuk perilaku
tersebut.
b. Motif Tunggal dan Motif Bergabung
Motif bergabung, yakni motif yang tujuannya lebih dari satu,
misalnya membaca artikel tertentu yang berhubungan dengan tugas
mata kuliah atau pekerjaan kantor kita. Sedangkan motif tunggal,
yakni motif yang tunggal, dan tidak memiliki motif yang lainnya.
c. Motif Biogenetis, Sosiogenetis, dan Teogenetis
Motif Biogenetis merupakan motif-motif yang berasal dari
kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan kehidupannya secara
biologis. Motif biogenetis ini adalah asli di dalam diri orang, dan
berkembang dengan sendirinya. Contohnya: lapar, haus, kebutuhan
akan kegiatan istirahat, bernafas, dan sebagainya.
Motif Sosiogenesis merupakan motif-motif yang dipelajari
orang dan berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang itu berada
dan berkembang. Motif sosiogenesis tidak berkembang dengan
sendirinya, tetapi berdasarkan interaksi sosial dengan orang-orang atau
musik Chopin atau musik legong Bali, keinginan akan membaca
sejarah indonesia, dan sebagainya.
Motif Teogenetis merupakan motif-motif yang berasal dari
interaksi antara manusia dengan Tuhan seperti yang nyata dalam
ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari dimana ia berusaha
merealisasi norma-norma agama tertentu. Contohnya: keinginan untuk
mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, keinginan untuk merealisasi
norma-norma agamanya menurut petunjuk kitab suci, dan sebagainya.
Dugaan sementara peneliti atas kelompok motif dan hasil dari
motif yang ada dalam skripsi nanti yaitu motif bergabung dan motif
teogenetis. Pemerintah membuat kebijakan untuk mendirikan BPRS
yang operasionalnya berdasarkan norma-norma agama tidak hanya
memiliki satu tujuan namun ada beberapa tujuan. Bisa jadi selain ingin
memberdayakan masyarakatnya pemerintah juga berharap BPRS dapat
menjadi sumber pendapatan daerah atau lain sebagainya.
3. Teori Motivasi
Abraham Maslow mengembangkan suatu konsep dari teori motivasi
yang mengatur dengan sendirinya kebutuhan-kebutuhan manusia. Berikut ini
susunan hierarki dimulai dari yang paling tinggi sampai yang terendah.
fisik
keamanan
sosial (afiliasi)
penghargaan
aktualisasi diri
[image:35.612.160.512.169.478.2]GAMBAR 2.1
Sumber: Miftah Thoha Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya
Menurut Maslow kebutuhan seseorang dapat berubah ketika
kebutuhan yang sebelumnya telah terpenuhi. Jika kebutuhan fisik telah
terpenuhi maka kebutuhan fisik tidak lagi menjadi prioritas. Ketika kebutuhan
fisik terpenuhi maka yang menjadi prioritas dalam kebutuhannya yaitu
kebutuhan akan keamanan. Dan begitupun seterusnya.
Menurut Herzberg, ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang
untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan.
Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor
motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk
keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar
sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai
kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement (prestasi),
pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dan sebagainya (faktor intrinsik).
Mc Clelland menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi
kebutuhan manusia, yaitu:
a. Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
b. Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama
dengan sosicialneed-nya Maslow)
c. Need for Power (dorongan untuk mengatur).7
Teori dari Vroom tentang cognitive theory of motivation menjelaskan
mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak
dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia
inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan
oleh tiga komponen. Yaitu ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu
tugas, instrumentalis yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika
berhasil dalam melakukan suatu tugas, valensi yaitu respon terhadap outcome
seperti perasaan positif, netral, atau negatif. Motivasi tinggi apabila usahanya
7
menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan dan motivasi rendah apabila
usahanya kurang dari harapannya.8
4. Konsep Pengukuran Motif
McClelland mengatakan bahwa yang termasuk usaha awal dalam
pengukuran motif manusia telah dilakukan oleh W.H.Sheldon, yang terutama
berminat pada seluk beluk fisik manusia yang disebutnya somatotypes. Ia
menyimpulkan bahwa diri manusia dapat dinilai berdasarkan tiga karakteristik
dasar yaitu, pada sejauh mana lemak mendominasi atau endomorphy; sejauh
mana otot mendominasi atau mesomorphy; sejauh mana kulit mendominasi
atau ectomorphy. Ia selalu berpendapat bahwa trait dan temperamen tertentu
(yang sebagian adalah motivasional) didapat dari masing-masing karakteristik
tubuh. Sheldon kemudian mengembangkan skala penilaian temperamen yang
memasukkan pula variabel motivasional. Walaupun bentuknya masih kasar,
tetapi pengukuran motif ini mewakili usaha untuk lebih spesifik mengenai
motif.
Morgan mengatakan untuk mengukur motif atau kebutuhan, para ahli
berusaha menemukan tema atau rangkaian umum yang berada dalam berbagai
contoh tindakan nyata dan tindakan yang diimajinasikan. Untuk menemukan
tema itu, mereka menggunakan tes proyektif untuk mempelajari tema tindakan
yang diimajinasikan; kuesioner atau inventory, dan juga wawancara berisi
8 Supiani, “Teori-teori Motivasi”, artikel diakses pada 16 oktober 2013 dari
pertanyaan tentang apa yang orang lakukan atau lebih ingin dilakukan dan
perilaku aktual dalam berbagai macam situasi yang sudah dirancang untuk
menghasilkan ekspresi dari motif.
Dalam observasi, dirancang suatu tes situasional untuk menciptakan
situasi dimana tindakan individu akan menampakkan motifnya yang dominan.
McClelland dalam buku Mataniah berpendapat bahwa adalah suatu
kepercayaan yang keliru bila individu telah berfikir untuk bertindak dalam
cara tertentu. McClelland mengatakan bahwa motif tidak dapat dilihat begitu
saja dari perilaku, karena motif tidak selalu seperti yang tampak, terkadang
malah berlawanan dengan yang tampak. Atas dasar tersebut ia berpendapat
bahwa untuk menemukan motif yang mendasari suatu perbuatan, cara yang
terbaik ialah dengan menganalisa motif yang ada di dalam fantasi seseorang.
McClelland juga mengatakan bahwa perlu dipertimbangkan sesaat
mengapa fantasi sebagai satu tipe perilaku memiliki banyak keuntungan
dibandingkan dengan tipe yang lain dalam merefleksikan efek kebangkitan
motivasional secara sensitive. Pada fantasi, segala hal paling tidak
mengandung simbolisasi. Tindakan nyata di lain sisi lebih banyak dibatasi
oleh realita atau oleh kemampuan diri sendiri.
Beberapa inventori telah dikembangkan untuk mengukur kekuatan
untuk dijawab mengenai perilaku khas dan preferensi, apa yang akan mereka
lakukan atau lebih ingin dilakukan dalam situasi tertentu. Menurut
McClelland, satu keuntungan yang jelas dari pendekatan ini adalah lebih
mudah mencatat dan membacanya melalui mesin dan otomatis nilai individu
telah terhitung.
Pendekatan lain adalah tes proyeksi yang berdasarkan kepada ide
bahwa orang akan membaca perasaan dan kebutuhannya sendiri melalui
materi yang tidak terstruktur dengan jelas. Dengan perkataan lain, deskripsi
mereka tentang materi itu akan mengekspresikan motif sosialnya karena
mereka akan memproyeksikan motif ke dalamnya. Alat proyeksi yang umum
dipakai adalah Thematic Apperception Tes (TAT) yang dirancang oleh H.A.
Murray untuk melihat kebutuhan yang mendasar pada individu.9
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pengukuran Morgan yaitu
menggunakan teknik wawancara untuk mengungkap motif apa saja yang
menjadi dasar dibentuknya BPRS Pemkot Bekasi.
5. Motif dalam Proses Politik
Menurut Deliar politik didefinisikan sebagai aktivitas atau sikap yang
berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk memengaruhi
9Lusianne,
Persepsi dan Motif Melaksanakan Ibadah Haji Pada Jamaah Haji Kelompok
Bimbingan Ibadah Haji Banten”, (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Syarif
dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu bentuk susunan
masyarakat.10 Menurut Ramlan Surbakti politik adalah segala kegiatan yang
diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan.11 Menurut Harold
D. Lasswell tindakan politik hanya diarahkan pada pencapaian kepentingan
dari para pelaku dengan memerhatikan momentum dan cara-cara tertentu.12
Jadi, yang dimaksud dengan motif dalam proses politik yaitu
alasan-alasan, dorongan-dorongan atau keinginan para politisi untuk bertindak dan
bersikap sesuatu agar partai politiknya tetap diakui dan dianggap baik di mata
masyarakat dengan memperhatikan momentum dan cara-cara tertentu.
6. Dimensi Motif Politik dan Ekonomi Dalam Proses Regulasi dan
Kebijakan Publik
Ketika berbicara ekonomi maka berbicara tentang perilaku manusia
dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Motif ekonomi dari manusia
adalah mencari keuntungan semaksimal mungkin dengan ketersediaan
sumberdaya ekonomi yang terbatas.13 Kemudian ketika berbicara politik itu
artinya berbicara tentang aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan
10
Gun Gun Heryanto dan Irwa Zarkasy, Public Relation Politik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), h. 4
11
Ibid.,h. 6. 12
Ibid.,h. 5.
13
kekuasaan yang tujuannya adalah untuk mengambil suatu kebijakan dalam
suatu bentuk susunan masyarakat.
Regulasi adalah mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat
dengan aturan atau pembatasan. Sedangkan kebijakan publik penulis
mengutip dari pendapat Chandler dan Plano yang menurutnya kebijkan publik
adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang
ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Kebijakan
publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus
menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung
dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam
pembangunan secara luas. Pengertian kebijakan publik menurut Chandler dan
Plano dapat diklasifikasikan kebijakan sebagai intervensi pemerintah. Dalam
hal ini pemerintah mendayagunakan berbagai instrumen yang dimiliki untuk
mengatasi persoalan publik.14 Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh
Dewey yaitu kebijakan publik menitikberatkan pada “publik dan problem
-problemnya”.15
Untuk itu, maka peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk
mengaturnya. Seperti halnya pandangan Keynes bahwa peran pemerintah
memang diperlukan, antara lain dalam bentuk kebijakan anggaran untuk
14 Hessel Nogi S. Tangkilisan, Teori dan Konsep Kebijakan Publik Dalam Kebijakan Publik yang Membumi, Konsep, Strategi dan Kasus (Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI, 2003), h.1.
15
mengatasi pengangguran yang sekaligus juga meningkatkan daya beli dan
mendorong adanya kegiatan bisnis.16
Peranan pemerintah dalam perekonomian antara lain pertama,
menetapkan kerangka hukum (legal framework) yang melandasi suatu
perekonomian, kedua, mengatur atau meregulasi perekonomian dengan alat
subsidi dan pajak, ketiga, memproduksi komoditas tertentu dan menyediakan
berbagai fasilitas seperti kredit, penjaminan simpanan, dan asuransi, keempat,
membeli komoditas tertentu termasuk yang dihasilkan oleh perusahaan
swasta, misalnya persenjataan, kelima, meredistribusikan (membagi ulang)
pendapatan dari suatu kelompok ke kelompok lainnya, keenam,
menyelenggarakan sistem jaminan sosial, misalnya memelihara anak-anak
terlantar, menyantuni fakir miskin, dan sebagainya.17
Jadi, motif politik dan ekonomi dalam proses regulasi dan kebijakan
publik yaitu keterlibatan pemerintah dalam perencanaan pelaksanaan
pembangunan yang motif atau tujuannya adalah membangun daerah sehingga
peranan pemerintah dalam hal ekonomi daerah dapat terselesaikan.
16
Said Zaenal Abidin, “Peran Pemerintah Dalam Pembangunan” artikel diakses pada 12 oktober 2012 dari
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDEQFjAB&url=http %3A%2F%2Fwww.stialan.ac.id%2Fartikel%2Fartikel%2520said%2520zaenal.pdf&ei=OS1YUtGlL8zQrQfGnID gCA&usg=AFQjCNFWi58J_MiBlze9XYEV89-iYa_RFw&bvm=bv.53899372,d.bmk
17Gioandi, “
Ekonomi Publik” diakses pada 11 oktober 2013 dari
B. Ekonomi Politik
Sebelum membahas ekonomi politik, ada baiknya memahami arti dari
kedua kata tersebut yaitu ekonomi dan politik.
1. Pengertian Ekonomi
Kata “ekonomi” sendiri berasal dari kata Yunani yaitu oikos yang
berarti “keluarga, rumah tangga” dan nomos, atau “peraturan, aturan, hukum,”
dan secara garis besar diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau
“manajemen rumah tangga.”18
Ekonomi adalah kajian tentang perilaku manusia dalam hubungannya
dengan pemanfaatan sumber-sumber produktif yang langka untuk
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa serta mendistribusikannya untuk
dikonsumsi.19 Gregory Mankiw mengatakan, “Economic is the study of how
society manages its scare resource.20 Dengan demikian yang dimaksud
dengan ekonomi adalah segala hal yang berkaitan dengan perilaku manusia
dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang langka.
18 Ali Mashum, “Konsep Dasar Ekonom”,
artikel diakses pada 14 September 2013 dari
http://ilmuiesp.blogspot.com/2013/05/konsep-dasar-ekonomi.html
19
Monzer Kahf, Ekonomi Islam Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam, Cet.I, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h.2.
20
2. Pengertian Politik
Kata politik mulanya berasal dari bahasa Yunani dan Latin politicos
atau politicus yang berarti relating to citizen. Keduanya berasal dari kata polis
yang berarti city (kota).21
Dalam buku Deliarnov yang berjudul “ekonomi politik” Ada beberapa
pendapat tentang definisi politik. Diantaranya politik menurut Morgenthau
yaitu sebagai perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan; kemudian menurut
Schattschneider, politik adalah Seni dan ilmu pemerintahan; Dahl
mendefnisikan politik sebagai Pola-pola kekuasaan, aturan-aturan dan
kewenangan; menurut Easton, yaitu ilmu tentang negara; kemudian Crick
mendifinisikan politik sebagai konsiliasi dari pihak-pihak yang bertentangan
melalui kebijakan publik. Dari banyak pengertian diatas bisa ditarik
kesimpulan bahwa politik terkait dengan banyak hal. Ada yang mengaitkan
politik dengan kekuasaan dan otoritas, bisa juga dikaitkan dengan kehidupan
publik, pemerintah, negara, konflik, serta resolusi konflik.22
Pengertian politik pada skripsi ini yaitu sebuah organisasi (pemerintah)
yang berkuasa dalam mengatur kebijakan-kebijakan untuk kemakmuran
anggotanya (masyarakat). Dan juga politik sebagai otoritas untuk
21
Gun Gun Heryanto dan Irwa Zarkasy, Public Relation Politik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), h.4.
22
mengalokasikan sumber-sumber dan nilai-nilai. Karena dalam penelitian ini
politik dikaitkan dengan ekonomi.
3. Pengertian Ekonomi Politik
Sebenarnya antara politik dengan ekonomi sangat berbeda. Ilmu
politik membahas fokus kajiannya tentang kekuasaan dan pemerintahan.
Sedangkan ilmu ekonomi fokus kajiannya tentang pasar. Konsep kekuasaan
dan konsep pasar adalah dua hal yang sangat berbeda.
Namun pada praktiknya, terdapat hubungan yang erat dengan politik.
Karena pada saat tertentu ekonomi tidak bisa jalan tanpa campur tangan
pemerintah. Dengan campur tangan pemerintah diharapkan perekonomian
suatu negara atau wilayah dapat merata serta dapat mengarahkan
perekonomian nasional menuju kemakmuran masyarakat luas secara kolektif
dan bukan kemakmuran orang seorang.
Ekonomi politik merupakan suatu ilmu yang mengaji bagaimana
persoalan-persoalan ekonomi yang terjadi disuatu negara diselesaikan dengan
menempatkan kekuatan politik sebagai kekuatan pendukung dalam
memberikan solusi terhadap kasus-kasus ekonomi.23 Studi tentang ekonomi
politik adalah studi yang berkaitan dengan faktor-faktor politik yang
melatarbelakangi berbagai fenomena ekonomi dan berbagai keputusan politik
23
pemerintah dibidang ekonomi. Argumentasi tentang hubungan antara ekonomi
dan politik: “dalam setiap keputusan ekonomi pemerintah, di dalamnya selalu
terkandung pertimbangan-pertimbangan politik”.24 Para pakar ekonomi politik
berpendapat bahwa ekonomi politik yaitu tindakan-tindakan ekonomi yang
dilakukan oleh aktor-aktor tertentu pada saat mereka melakukan aktivitas
politik.25
Jadi, ekonomi politik adalah keseluruhan kebijakan pemerintah yang
dijalankan untuk memperbaiki keburukan ekonomi yang sedang berlangsung
atau untuk meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan rakyat.
Ada beberapa sistem ekonomi politik yaitu kapitalisme, sosialisme,
komunisme dan campuran, serta model perekonomian islam.
a. Kapitalisme
Sistem ini pemilihan terletak di tangan individu yang digunakan untuk
tujuannya sendiri yakni untuk mencari keuntungan pribadi. Individu juga
yang berinisiatif membentuk dan mengembangkan
perusahaan-perusahaan, baik dilakukan secara partnership maupun korporasi. Intensif
ekonominya adalah keuntungan hasil usahanya yang menjadi tujuan awal
berproduksi. Mekanisme kerja dalam aktivitas ekonominya ditentukan
oleh bekerjanya hukum permintaan dan penawaran. Pemerintah hanya
24
Oman Sukmana, Sosiologi dan Politik Ekonomi (Malang: UMM Press, 2005), h.181.
25
melakukan kontrol dan mengikuti perkembangannya. Sementara di pasar
berlaku juga kompetisi di antara pelaku-pelaku ekonomi.
Ciri-ciri selanjutnya adalah pemborosan dan inefesiensi dalam
produksi sebab aktivitas produksi pun dilakukan untuk menghasilkan
barang-barang mewah yang tidak esensial untuk keperluan hidup.
Barang-barang mewah tersebut lebih bermotifkan selera kelompok elite
yang sebenarnya bermakna pemborosan dan mempengaruhi aktivitas
ekonomi secara umum. Yakni biaya yang tidak diperhitungkan, seperti
rusaknya lingkungan dan biaya sosial lainnya.
Salah satu prinsip kapitalisme yaitu adanya kebebasan dalam
kompetisi pasar. Kompetisi berkaitan dengan efisiensi dan skala usaha
dan hanya pemilik modal besar saja yang mampu hidup di dalam prinsip
ini. Kelompok ekonomi kecil dan menengah hampir dipastikan tersingkir
bila pemerintah tidak memberikan perlindungan terhadapnya sedangkan
dalam kapitalisme intervensi pemerintah dijaga sekecil mungkin karena
ekonomi pasar ini produksi berada ditangan individu atau perusahaan.
Kemudian selain itu juga adanya kesenjangan distribusi pendapatan yang
pada akhirnya kelompok ekonomi kecil dan menengah tidak dapat ikut
bersaing dengan kelompok ekonomi yang mempunyai banyak modal.
Dalam berproduksi kapitalis lebih memilih yang termurah, termudah
keuntungan sebagai motif utamanya. Akibatnya, terciptalah
pengangguran sebagai akibat langsung dan tidak langsung dari sistem
kapitalisme.26
b. Sosialisme dan Komunisme
Pengertian sosialisme didasarkan pada sistem sosial berdasarkan
prinsip kolektif dalam pemilikan alat-alat produksi dan distribusi.
Menurut Sulistiyowati dalam buku Oman Sukmana yang berjudul
“Sosiologi dan Ekonomi Politik” konsep atau ideologi sosialisme adalah
perhatian terhadap kesejahteraan sosial lebih tinggi dibandingkan dengan
sistem ekonomi lainnya.
Dalam perkembangan sejarah pemikirannya, sosialisme sering
bersinggungan dengan komunisme. Marxisme sendiri bisa diartikan
ganda sebagai sosialisme atau komunisme. Porsi perhatian pada
masyarakat dan ideology ini relatif lebih besar, tetapi berbeda dalam
implementasinya dan dampaknya kepada masyarakat secara individu,
sosial, politik, rasa aman dan sejahtera.
Kelompok komunis menganggap bahwa sosialisme adalah suatu tahap
untuk menuju kepada masyarakat komunisme. Sementara penulis-penulis
sosialis mengatakan bahwa sosialisme sangat berbeda dengan komunisme
karena sejarah sosialisme tumbuh lebih awal dari komunisme atau
26
Marxisme. Walaupun komunisme dibangun dengan fondasi pemikiran
sosialisme, tetapi sosialisme tidak sama dengan komunisme. Pemikiran
sosialisme merupakan akar utama dari pemikiran radikal komunisme.
Namun, pada sisi lain, kapitalisme juga banyak mengambil pemikiran
dasar sosialisme untuk mengeliminasi kelemahan internalnya.
Di dalam sistem ekonomi sosialisme, kelompok industri dasar dan
sumberdaya yang menyangkut kepentingan rakyat banyak dimiliki oleh
negara. Sisanya menjadi milik individu dan diusahakan secara perorangan
melalui badan-badan usaha yang ada. Dalam sistem ini juga aktivitas
produksi bermotifkan faktor ekonomi dan non-ekonomi. Sementara
mekanisme berlakunya harga komoditas banyak dipengaruhi oleh
administrasi pemerintah dan sedikit pengaruh berlakunya hukum
permintaan dan penawaran. Kemudian intervensi pemerintah cukup besar
dalam sektor-sektor produksi strategis yang merupakan tumpuan
masyarakat banyak. Ada kompetisi pasar sepanjang pemerintah
membiarkannya untuk pasar komoditas-komoditas tertentu.27
c. Ekonomi Campuran (Mixed Economy)
Sistem ini merupakan paduan dari dua bentuk ekonomi sosialisme dan
kapitalisme yang menyerap elemen-elemen dinamis dari keduanya.
Sistem ini dibangun dengan harapan meninggalkan unsur-unsur lemah
27
dari dua bentuk sistem ekonomi politik tersebut. oleh karena itu sistem ini
dijadikan sebagai alternatif.
Motif mencari keuntungan adalah unsur penting di dalam kegiatan
ekonomi dan produksi. Tetapi bukan segalanya seperti yang ditekankan
oleh kapitalis. Karena bila tanpa motif keuntungan maka tidak akan ada
usaha sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi lamban seperti halnya
pada nagara komunis. Sistem ekonomi campuran tetap berbasis pada
prinsip pasar yang terkendali oleh peraturan pemerintah.28
d. Model Perekonomian Islam
Konsep ekonomi islam disusun berdasarkan Al-Qur’an, Hadits, Qyas
dan Ijma’ para ulama. Ada perbedaan mendasar dalam model ekonomi
islam dengan lainnya, yaitu ekonomi islam memadukan antara ilmu dan
etika, atau juga seperti tidak memisahkan antara ilmu-ilmu yang lain
dengan etika apakah itu politik, teknik, antropologi, militer, kedokteran
dan lainnya. Sistem ekonomi islam lebih bertujuan untuk memciptakan
keadaan yang lebih baik bagi umat manusia dalam berkehidupan.
Seorang muslim juga harus menyadari bahwa kekayaan yang dimiliki
itu hanya merupakan titipan sementara yang diberikan oleh Allah
kepadanya, baik itu jabatan, materi, anak dan lain sebagainya untuk
dikelola sebaik-baiknya dan memberi manfaat kepada banyak makhluk
28
lainnya. Dengan sikap yang lebih memperhatikan sesama umat maka
tumbuh sikap tolong menolong dan pada akhirnya akan melahirkan suatu
rasa persatuan dan kesatuan yang kuat. Karena Allah sangat membenci
manusia yang mempunyai sifat kikir dan suka menyiksa atau
mengeksploitasi kaum lemah demi kepentingan pribadi segolongan orang.
Dalam model perekonomian ini mengajarkan agar lebih hidup
sederhana dengan tidak mengonsumsi secara berlebih-lebihan. Orang yang
seperti ini disebut dengan tabzir. Tabzir berarti mempergunakan harta
dengan cara yang salah, yakni untuk tujuan yang dilarang seperti
penyuapan, hal-hal yang melanggar hukum atau dengan cara yang
melanggar aturan. Dengan hidup sederhana maka sebagian harta yang
diperoleh dapat disimpan untuk kebutuhan mendesak.
Model perekonomian ini juga melarang untuk menjual barang-barang
yang diharamkan oleh agama, seperti khamr, beternak/menjual babi, bisnis
rumah bordil/pelacuran. Serta tidak boleh memanfaatkan ketidaktahuan
manusia terhadap suatu barang karena islam mencegah terjadinya jual beli
yang tidak jelas (bai’ul gharar). Tidak boleh juga mempraktikkan riba dan
juga melarang melakukan tindakan monopoli (hanya ada satu penjual dan
banyak pembeli. Seperti sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa
dan keras.” Selain itu model perekonomian ini juga mewajibkan untuk
membayar zakat.29
C. Badan Usaha Milik Daerah dan Pembangunan Daerah
Kemampuan keuangan daerah dapat dilihat dari Anggaran Penerimaan
dan Belanja Daerah (APBD). Karena menurut pasal 78 Undang-undang No 22
tahun 1999 tentang pemerintah daerah menyatakan bahwa penyelenggaraan
tugas pemerintah daerah dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah.
Menurut Ibnu Khaldun, pengeluaran kuangan publik sangat penting.
Sejumlah pengeluaran tersebut dibutuhkan untuk menciptakan infrastruktur
yang mendorong aktivitas ekonomi.30 Untuk itu, pemerintah daerah diberikan
kewenangan mengatur dan mengurus kepentingan di daerahnya
masing-masing menuntut persiapan-persiapan yang matang bagi dunia usaha agar
memiliki daya saing yang tinggi. Sedangkan sumber pendapatan daerah terdiri
dari :
1. Pendapatan Asli Daerah. Yaitu, hasil pajak daerah; hasil retribusi
daerah; hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan. Dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
2. Dana perimbangan. Terdiri atas bagian daerah dari penerimaan pajak
bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan
29
Irham Fahmi, Ekonomi Politik Teori dan Realita (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 85-94. 30
Suci Aprilliani Utami, Ibnu Khaldun:Bapak Ekonomi atrikel diakses pada Januari
penerimaan dari sumber daya alam; dana alokasi umum; dan dana
alokasi khusus.
3. Pinjaman daerah. Dalam pasal 81 UU No. 22 tahun 1999 menyatakan
bahwa pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman dari sumber dalam
negeri dan/atau dari sumber luar negeri untuk membiayai kegiatan
pemerintahan dengan persetujuan DPRD.
4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Salah satu anggaran penerimaan daerah diperoleh dari Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD). Eksistensi BUMD sebagai lembaga bisnis yang
dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah memiliki peran strategis dalam
pembangunan ekonomi daerah. BUMD diyakini dapat memberikan multiplier
effect yang sangat besar bagi perekonomian masyarakat. Karena dengan
adanya pendirian BUMD, hal itu akan membuka lapangan kerja baru,
menggerakkan sektor-sektor ekonomi produktif, sehingga ekonomi di daerah
menjadi tumbuh dan berkembang. Ada banyak perusahaan milik daerah
diantaranya Bank Pembangunan Daerah (BPD), Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM), Perusahaan Daerah Angkutan Kota (bus kota), Perusahaan
Daerah Rumah Potong Hewan (PDRPH).
Dasar hukum pembentukan BUMD adalah berdasarkan UU No 5
tahun 1962 tetang perusahaan daerah. Undang-undang ini kemudian diperkuat
Kemudian kewenangan pemerintah daerah membentuk dan mengelola BUMD
ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang
kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.
1. Pengertian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) menurut Undang-undang No. 5
Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah adalah semua perusahaan yang
didirikan berdasarkan Undang-undang daerah yang didirikan dengan
peraturan daerah dan merupakan badan hukum serta kedudukannya diperoleh
dengan diberlakukannya peraturan daerah tersebut.
BUMD adalah perusahaan yang diatur dengan suatu peraturan daerah
yang aktivitasnya memenuhi kebutuhan masyarakat dan modal seluruhnya
atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali ada
ketentuan lain.31
Penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu perusahaan yang seluruh atau sebagian
modalnya bersumber dari APBD serta pendiriannya telah diatur oleh
Undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah.
Peran dan fungsi BUMD dalam menunjang penyelenggaraan
pemerintah daerah adalah pertama, melaksanakan kebijakan pemerintah
daerah di bidang ekonomi dan pembangunan. Kedua, pemupukan dana bagi
31
pembiayaan pembangunan. Ketiga, mendorong peran serta masyaakat dalam
bidang usaha. Keempat, memenuhi barang dan jasa bagi kepentingan
masyarakat. Kelima, menjadi perintis kegiatan yang tak diminati masyarakat.
Tujuan dari BUMD adalah ikut serta dalam melaksanakan
pembangunan ekonomi nasional dan pembangunan ekonomi daerah pada
khususnya. Agar meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) sehingga dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat untuk menjadikan masyarakatnya makmur
dan sejahtera.
Di Bekasi sendiri ada beberapa Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Salah satunya adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang sudah
berdiri sejak 18 September 2006.
Bank Perkreditan Rakyat Syariah menurut Undang-undang No. 7
tahun 1992 pasal 1 ayat 3 tentang Perbankan adalah lembaga keuaangan bank
yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan
dan / atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan
dana sebagai usaha BPR. Adapun yang dimaksud dengan BPRS adalah BPR
biasa yang pola operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip ekonomi (syariat)
islam, terutama bagi hasil.
Pada Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 4,
disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan
Menurut Undang-undang perbankan syariah No 21 tahun 2008 yang
dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah Bank
Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.32
Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa yang dimaksud dengan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah sebuah lembaga keuangan
yang operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip syariah dan tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Adapun tujuan yang dikehendaki dengan berdirinya BPRS di dalam
perekonomian adalah:33
a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat, terutama masyarakat
golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah
pedesaan. Hal ini untuk menghindari agar mereka tidak terjebak
oleh rentenir yang menerapkan sistem bunga
b. Menambah lapangan kerja, terutama di tingkat kecamatan
sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi. Karena semakin
banyak BPRS yang berdiri maka akan semakin banyak pula
32
Himpunan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Tentang Ekonomi Syariah (Yogyakarta: Pustaka Zeedny, 2009), h.33.
33
tenaga kerja yang terserap di dunia perbankan. Sehingga menjadi
penghambat bagi lajunya urbanisasi
c. Membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan
ekonomi dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita
menuju kualitas hidup yang memadai
d. Mempercepat perputaran aktivitas perekonomian karena sektor
real akan bergairah.
Demikian beberapa teori yang digunakan atau yang menjadi landasan
dalam penulisan skripsi ini.
D. Review Studi Terdahulu
Dalam kajian studi terdahulu ini, penulis melakukan studi pendahuluan
terlebih dahulu untuk membedakan dengan skripsi terdahulu.
1. Motif Ekonomi dan Pendidikan Pada Gerakan Sosial Keagamaan Di
Indonesia (Studi Kasus Pada Kelompok Global Ikhwan di Sentul, Bogor),
ditulis oleh Harum Kurniawati mahasiswa jurusan Sosilogi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2011. Hasil penelitiannya yaitu Motif ekonomi yang
tumbuh dalam diri anggota Global Ikhwan muncul dari pentingnya
memenuhi kebutuhan hidup (eksistensi), adanya nilai prestasi, dan aplikasi
keinginan untuk memperoleh ilmu baik ilmu alam maupun sosial serta
ilmu spiritual sehingga mampu menghasilkan generasi penerus yang
pandai.
2. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Bekasi Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Gelandangan di Kota Bekasi, ditulis oleh Muhammad Insan
Sulthoni jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2012. Hasil penelitiannya yaitu Implementasi
kebijakan tersebut mampu dilaksanankan dengan baik. Karena adanya
kekompakan dari pihak-pihak yang terkait.
Perbedaan dari dua skripsi yang penulis angkat adalah penulis
memfokuskan pada pembahasan motif apa yang mendasari Pemerintah Kota
dalam mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Patriot Bekasi.
Demikianlah beberapa teori sebagai landasan penyusunan konsep
penelitian ini. Karena jika tanpa teori penelitian dan metode yang digunakan
tidak akan berjalan lancar. Peneliti juga tidak bisa membuat pengukuran atau
tidak memiliki standar alat ukur jika tidak ada landasan teori. Untuk itu pada
bab ini peneliti menampilkan beberapa teori yang berkenaan dengan
BAB III
GAMBARAN UMUM BPRS PATRIOT BEKASI
A. Sejarah dan Perkembangan BPRS Patriot Bekasi
PT. BPRS Patriot Bekasi merupakan BPRS pertama yang dimiliki oleh
Pemerintah Daerah Kota Bekasi. Selain itu, PT. BPRS Patriot Syariah juga
mrupakan BPRS pertama yang didirikan oleh Pemerintah Daerah di Propinsi
Jawa Barat.1
Pemerintah Kota Bekasi mempunyai ide untuk mendirikan BPRS
sejak tahun 2002 yang mana pada tahun tersebut bagian Investasi dan
Kerjasama Pemerintah Kota Bekasi kedatangan tamu dari pihak BRI untuk
mengajak kerjasama dengan Pemerintah Kota dalam mendirikan bank. Pada
saat itu bank yang ingin didirikan Pemerintah Kota Bekasi adalah bank
dengan sistem konvensional.2
Namun ketika rapat berlangsung Bapak Nuhudawi yang menjabat
dibagian Investasi dan Kerjasama Pemerintah Kota Bekasi pada saat itu
menolak jika bank yang didirikan Pemerintah adalah bank dengan sistem
konvensional. alasan Beliau menolak, karena pada tahun 1998 saat krisis
ekonomi yang melanda Indonesia bank syariah masih dapat bertahan
1
Data diperoleh dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Patriot Bekasi
2
dibandingkan dengan bank-bank konvensional. alasan yang kedua yaitu
karena masyarakat Bekasi 80% bahkan sampai 90% memeluk agama islam.3
Karena itulah maka, Pemerintah Kota Bekasi mendirikan bank dengan sistem
syariah dan mulai beroprasi pada tahun 2006.
BPRS Patriot Bekasi yang mulai beroperasi sejak diresmikan oleh
Walikota Bekasi tanggal 18 September 2006 setelah mengantongi izin usaha
dari Dewan Gubernur Bank Indonesia tanggal 31 Agustus 2006 yang pada
saat itu masih berstatus badan hukum perusahaan daerah (PD). Baru pada
tahun 2009 Pemerintah kota menerbitkan peraturan daerah nomor 05 tahun
2009 tentang Perubahan Status Badan Hukum Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat Syariah