• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pergeseran Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk Di Kota Bandung (Studi Fenomenologi Mengenai Pergeseran Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk Di Kota Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pergeseran Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk Di Kota Bandung (Studi Fenomenologi Mengenai Pergeseran Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk Di Kota Bandung)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Komunitas Punk di kota Bandung. )

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuah Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh,

Yogi Septiadi Gumilar NIM. 41808027

PRODI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

PERGESERAN MAKNA FASHION MOHAWK DALAM KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG

( Studi Fenomenologi Mengenai Pergeseran Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk di Kota Bandung )

Penyusun : Yogi Septiadi Gumilar

NIM : 41808027

Skripsi ini di bawah bimbingan Drs. Manap Solihat, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pergeseran makna fashion

mohawk dalam komunitas punk di kota Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui Penilaian Mengenai Makna Fashion Mohawk, Nilai Sosial Mengenai Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk Di Kota Bandung.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan berjumlah enam orang yang terdiri dari tiga informan kunci dan tiga informan pendukung. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, study pustaka, dokumentasi, internet searching, dan juga triangulasi. Adapun teknis analisis data yang digunakan adalah reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan evaluasi.

Hasil penelitian menunjukan dari Penilaian Mengenai Makna Fashion dalam komunitas punk dinilai untuk mewakili “Gaya” mereka yang berbeda dari yang lainnya serta untuk menunjukan ciri khas dari anak punk itu sendiri. Nilai Sosial Mengenai Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk Di Kota Bandung ditujukan bukan untuk sebuah bentuk perlawanan tetapi hanya untuk mewakili ciri khas mereka dan hanya menjadi sebuah “gaya” bagi mereka

Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa Penilaian dari komunitas punk mengenai Makna Fashion Mohawk mengalami pergeseran makna dimana

Fashion Mohawk dipandang untuk mewakili “Gaya” mereka karena unik. Dan

(6)

v ABSTRACT

MEANING A SHIFT IN THE MOHAWK COMMUNITY OF PUNK FASHION IN THE CITY OF BANDUNG

By :

Yogi Septiadi Gumilar NIM : 41808027

This research under the guidance of,

Drs, Manap Solihat, M.Si

This study aims to determine the shift of meaning in the mohawk community of punk fashion in the city of Bandung. Purpose of this study was to determine the assessment of the mohawk fashion sense, social values about the meaning of fashion in the mohawk community of punk in the city of Bandung.

This study used a qualitative approach to the informant of six students is three key informan and three supporting informan. Data were obtained through in-depth interviews, observation, book study, documentation, internet searching, and triangulation. The data analysis techniques used are data reduction, data collection, data presentation, drawing conclusions, and evaluation.

The result of study indicate judgments about the meaning of fashion ion the

punk community Mohawk assessed to represent the “ Style” they are different

from the others and show the characteristics of the child „s own punk. Social

value about the meaning of fashion in the mohawak community of punk in the city of Bandung is intended not for a figth but only to represent their caracteristics and only become a force for their.

Of the result of the study, concluded that the assessment of the community regarding the meaning of punk fashion has shiftyed mohawk. Mohawk fashio sense which is deemed to represent them because of their unique style. Social values are not propperly addressed and here a shift in meaning of fashion mohawk

Provide advice to researchers is not to make a stylish fashion but the mohawk

(7)

KATA PENGANTAR

ِميِحَرلا ِنمْحَرلا ِها ِمْسِب

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan tepat waktu, dengan judul Skripsi, “pergeseran makna fashionmohawk dalam komunitas punk di kota Bandung”

( Studi Fenomenologi Mengenai Pergeseran Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk di kota Bandung ). Pada dasarnya, tujuan dibuatnya Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan syarat memperoleh gelar Strata 1 (S1) dan mendapatkan nilai akhir bagi kelulusan di tingkat strata satu (S1). Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Komputer Indonesia.

(8)

vii

hambatan itu dengan baik dan Skripsi ini tersusun dengan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu , Tanpa bantuan dan bimbingan yang telah diberikan dari awal hingga akhir, tentunya penulisan ini tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Untuk itu Peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Yth Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), yang telah memberikan ijin dalam penyusunan usulan penelitian dan dukungannya serta kemudahannya kepada peneliti selama menutut ilmu di UNIKOM.

(9)

3. Yth Melly Maulin P, S.Sos, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations yang telah banyak memberikan semangat, dukungan, motivasi, nasehat dan ilmu-ilmunya yang berharga terutama tentang keilmuan metode penelitian kepada peneliti selama menuntut ilmu di UNIKOM.

4. Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si., selaku dosen program studi ilmu komunikasi sekaligus Dosen wali, yang telah banyak memberikan semangat, dukungan, motivasi, nasehat dan ilmu-ilmunya yang berharga terutama tentang keilmuan metode penelitian kepada peneliti selama menuntut ilmu di UNIKOM.

5. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si., selaku dosen program studi ilmu komunikasi telah banyak membantu memberikan ilmunya mengenai metode penelitian serta mengarahkan peneliti melakukan penelitian, dan memberikan motivasi untuk terus maju.

6. Ibu Tine Wulandari, S.I.Kom., selaku dosen program studi ilmu komunikasi telah banyak membantu mengarahkan peneliti melakukan penelitian.

7. Bapak Adiyana Slamet, S.I.P., M.Si, selaku dosen program studi ilmu komunikasi telah banyak membantu mengarahkan peneliti melakukan penelitian.

(10)

ix

komunikasi yang telah memberikan motivasi kepada peneliti untuk maju. 11.Seluruh staf dosen yang berada di Universitas Komputer Indonesia,

khususnya dosen yang berada di Program Studi Ilmu Komunikasi, terima

kasih telah memberikan ilmu yang sangat berarti bagi peneiti selama

melakukan studi di Universitas Komputer Indonesia.

12.Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi, untuk Mba Astri dan Mba Intan yang telah membantu peneliti dalam urusan kesekretariatan. 13.Sahabatku anggota komunitas Punk Bandung Gasrux, Ari dan Iwan

selaku informan kunci yang telah membantu peneliti dengan menjadikan peneliti sebagai sahabatnya sehingga peneliti dapat memahamii komunitas punk.

14.Sahabatku mas Dindin, Ryan dan Dede Rosadi yang yang membantu peneliti dalam melakukan penelitian ini.

15.Keluarga besar saya, Keluarga besar Ato Soeharto, dan Keluarga besar Yayat Hidayat, yang telah memberikan dukungan kepada peneliti berupa dukungan moril serta doa yang diberikan kepada peneliti untuk bisa sukses dalam menjalani kehidupan.

(11)

17.Sahabatku Windy terima kasih atas dukungan, semangat, perhatiannya yang tidak pernah lelah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepada peneliti selama proses penysusunan penelitian ini.

18.Sahabat-Sahabat Randy, Silvia ( Kipli ), Alen, Dinda, azis, aris sudrajat yang selalu menemani hari-hari peneliti dengan canda tawa baik dalam suka maupun duka.

19.Teman-teman di komunikasi angkatan 2008 khususnya 1 dan IK-Humas 2 yang selalu membantu peneliti, terima kasih atas bantuannya.

20.Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan, yang tidak

dapat peneliti sebutkan satu persatu, semoga kebaikannya dapat di balas oleh

Allah Swt.

Untuk kesempurnaan penelitian ini serta menambah kualitas dari skripsi ini,

dengan tulus peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sehingga

dapat digunakan untuk pengembangan lebih lanjut.

Akhir kata peneliti mengharapkan semoga Penelitian ini dapat bermanfaat

bagi pihak lain pada umumnya rekan-rekan di UNIKOM pada khususnya yang akan

melakukan penelitian pada kajian yang sama dengan peneliti.

Bandung, Juli 2012

(12)

xi

SURAT PERNYATAAN ... .ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.2.1 Pertanyaan Makro ... 4

1.2.2 Pertanyaan Mikro ... 4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Maksud Penelitian ... 4

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian... 5

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 5

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 5

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti... 5

(13)

1.4.2.3 Kegunaan Bagi Mahasiswa dan Masyarakat ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.1.1 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 7

2.1.1.1 Definisi Komunikasi ... 7

2.1.1.2 Unsur Komunikasi ... 10

2.1.1.3 Prinsip-PrinsiKomunikasi ... 10

2.1.1.4 Fungsi Komunikasi ... 11

2.1.1.5 Tujuan Komunikasi ... 13

2.1.2 Tinjauan Mengenai Makna ... 13

2.1.3 Tinjauan Mengenai Simbol ... 15

2.1.4 Tinjauan Mengenai Komunitas ... 16

2.1.5 Tinjauan Tentang Fenomenologi ... 17

2.1.5.1 Tokoh-Tokoh Fenomenologi ... 18

2.1.6 Tinjauan interaksi simbolik ... 25

2.2 Kerangka Pemikiran ... 27

2.2.1 Kerangka Teoritis ... 27

2.2.2 Kerangka Konseptual ... 30

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 33

3.1.1 Tinjauan Fashion ... 33

3.1.2 Sejarah Fashion Punk ... 34

3.1.3 Fashion Mohawk ... 36

(14)

xiii

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 42

3.2.2.2 Studi Lapangan ... 43

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 45

3.2.3.1 Informan Penelitian ... 45

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 47

3.2.4.1 Uji Keabsahaan Data... 50

3.2.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 53

3.2.5.1 Lokasi Penelitian ... 53

3.2.5.2 Waktu Penelitian ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN 4.1 Deskripsi IdenttasInforman ... 57

4.1.1 Informan Kunci ... 57

4.1.2 Informan Pendukung ... 61

4.2 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian ... 64

4.2.1 Penilaian Mengenai Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk Di Kota Bandung ... 65

4.2.2 Nilai Sosial Mengenai Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk Di Kota Bandung ... 70

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

(15)

4.3.2 Nilai Sosial Mengenai Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk

Di Kota Bandung ... 78

BAB V KESIMPULANDAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 81

5.2 Saran ... 85

5.2.1 Saran untuk anggota komunitas punk ... 85

5.2.2 Saran untukMasyarakat ... 85

5.2.3 Saran untuk peneliti ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN ... 91

(16)

xv

Gambar 2.2 : Alur Pemikiran ... 32

Gambar 3.1 : Potongan Rambut Mohawk ... 37

Gambar 3.2 : Komponen-komponen analisis Data ... 49

Gambar 4.1 : Informan Kunci Gasrux... 58

Gambar 4.2 : Informan Kunci Iwan ... 59

Gambar 4.3 : Informan Kunci Ari ... 60

Gambar 4.4 : Informan Pendukung Dindin ... 62

Gambar 4.5 : Informan Pendukung Ryan ... 63

Gambar 4.6 : Informan Pendukung Dede Rosadi ... 64

(17)

DAFTAR TABEL

(18)

xvii

Lampiran 2 : Surat Berita Acara Bimbingan... 92

Lampiran 3 : Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Seminar Usulan Penelitian ... 93

Lampiran 4 : Lembar revisi usulan penelitian program studi ilmu Komunikasi ... 94

Lampiran 5 : Surat rekomendasi pembimbing untuk mengikuti sidang sarjana ... 95

Lampiran 6 : Lembar Revisi Sidang Skripsi ... ... 96

Lampiran 7 : Rancangan Pertanyaan Penelitian Informan Kunci ... ... 97

Lampiran 8 : Rancangan Pertanyaan Penelitian Informan Pendukung ... .. ... 101

Lampiran 9 : Identitas Informan ... ... ... 105

Lampiran 10 : Pertanyaan Penelitian ... 111

Lampiran 11 : Dokumentasi Peneliti... 125

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah

Saat ini Fashion ala Punk semakin Marak di berbagai daerah di indonesia, salah satunya Di Kota Bandung. Punk di bandung lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker. ( Putra, 2011: 184 ).

Salah satu Simbol Punk yang Paling Mencolok adalah Potongan Rambut Mohawk. Mohawk adalah sejenis gaya rambut yang fenomenal, unik dan nyentrik karena sangat berbeda dengan penataan rambut pada umumnya. Gaya rambut ini pada umumnya memotong habis bagian sisi kiri dan kanan, kemudian menyisakan bagian tengahnya saja dari depan hingga kebelakang. Sekilas memang serupa dengan bentuk rambut kuda. ( Apasih.com, 2011 ).

(20)

Makna akan Potongan Rambut Mohawk tersebut artinya tidak Banyak yang memahami akan Makna Mohawk tersebut termasuk di dalam Komunitas Punk itu sendiri. Bahkan sekarang-sekarang ini Masyarakat biasa pun yang bukan bagian dari Komunitas Punk meniru potongan Rambut ala Mohawk dan Hanya Menjadikan suatu Gaya.

Punk di Bandung itu sendiri Mereka biasa berkumpul di beberapa titik keramaian pusat kota Seperti: Di JL. Dewi Sartika, Tegal Lega, Braga dan Beberapa Tempat lainnya. Fashion Mohawk itu sendiri banyak di gunakan oleh komunitas punk dari kalangan laki-laki sedangkan kaum wanitanya hanya menggunakan asesoris punk saja. Hal ini menjadi suatu Masalah atau Fenomena yang unik yang perlu di kaji lebih dalam sebuah Penelitian. Punk Salah satu subkultur yang melahirkan budaya baru dalam hal Fashion.

Roy shuker Mengatakan bahwa Belum ada defenisi yang jelas mengenai subkultur, Namun Subkultur dapat di anggap sebagai sebuah grup sosial yang terorganisir karena adanya ketertarikan akan sesuatu dan kebiasaan yang sama ( Shuker, 1998: 313 ).

Fashion punk itu sendiri asli terlahir tahun 1970-an di inggris di

(21)

3

Banyak Fashion punk di tahun 1970-an di dasarkan pada desain Vivienne Westwood dan Malcolm Mclaren, dengan model punk seperti Ramones, Richard Hell, Patti Smith dan Bromley Contingent ( label yang di ciptakan wartawan caroline coon, sebutan untuk sekelompok pengikut dan penggemar sek pistol ). Gaya punk Minstream di pengaruhi oleh pakaian yang di jual di Malcolm Mclaren yang di kenal sebagai pemilik butik yang memanfaatkan punk dalam dunia

Fashion untuk mendapatkan keuntungan materi.

Hal ini dapat di lihat dari usahanya membentuk image punk pada Band Sex Pistols ( salah satu ikon terbesar yang membawa kejayaan Punk di Inggris sebagai bentuk budaya perlawanan generasi muda ) yang sengaja di kaitkan dengan koleksi pakaian di butik Mclaren. Dan dalam buku “Philosophy of Punk” menyebut tiga definisi punk. Pertama, punk sebagai tren remaja dalam fashion dan musik. Kedua, punk sebagai keberanian memberontak dan melakukan perubahan. Terakhir, punk sebagai bentuk perlawanan karena menciptakan gaya hidup dan kebudayaan sendiri. ( O’Hara, 1999 :171 ).

Fashion Mohawk ala Punk dilakukan seolah-olah ingin menunjukkan

(22)

Interaksi simbolik pada dasarnya memiliki pengertian bagaimana suatu interaksi antar seseorang atau kelompok dengan seseorang atau kelompok lain dapat memunculkan makna khusus dan menimbulkan interpretasi atau penafsiran terhadap suatu objek.

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Pertanyaan secara Makro :

Bagaimana Pergeseran Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk di kota Bandung ?

Pertanyaan secara Mikro :

1. Bagaimana Nilai Sosial Mengenai Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk Di Kota Bandung ?

2. Bagaimana Penilaian Mengenai Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk Di Kota Bandung ?

1.3Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud penelitian

(23)

5

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk Mengetahui Nilai Sosial Mengenai Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk Di Kota Bandung.

2. Untuk Mengetahui Penilaian Mengenai Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk Di Kota Bandung.

1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis diharapkan agar penelitian ini dapat mengembangkan kajian studi ilmu komunikasi pada umumnya dan Interaksi Simbolik secara khusus mengenai Pergeseran Makna Fashion

Mohawk DalamKomunitas Punk di kota Bandung.

1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi peneliti

Penelitian ini di harapkan mampu memberikan pengetahuan, pengalaman dan manfaat bagi peneliti, khususnya dalam memahami apa itu Interaksi Simbolik dan bagaimana Pergeseran Makna

Fashion Mohawk DalamKomunitas Punk di kota Bandung.

2. Bagi Universitas

(24)

mampu memberikan kontribusi ilmu untuk pengembangan disiplin ilmu yaang bersangkutan.

3. Bagi Mahasiswa dan Masyarakat

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Mengenai ilmu Komunikasi

2.1.1.1Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah prasarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak “hampa” atau tidak ada kehidupan sama sekali apabila tidak ada komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok ataupun organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Pada dasarnya manusia telah melakukan tindakan komunikasi sejak ia lahir kedunia.

Tindakan komunikasi ini terus-menerus terjadi selama ;proses kehidupannya. Dengan demikian komunikasi dapat di ibaratkan sebagai urat nadi kehidupan manusia. Istilah komunikasi yang dalam bahasa Inggrisnya communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama ( sama makna ). Bila di antara dua orang yang sedang berkomunikasi terdapat kesamaan makna yaitu mengerti bahasa dan mengerti maknanya, maka komunikasinya disebut komunikatif.

(26)

tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.

Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori

dan Praktek, mengutip paradigma Harold Lasswell dalam karyanya The

Structure and Function of Communication in Society, Harold Lasswell

mengatakan bahwa untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut :

Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?

( Siapa berkata apa melalui saluran apa kepada siapa dan bagaimana efeknya ). ( Effendy, 2002 : 10 ). Paradigma Lasswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:

- Komunikator (communicator, source, sender) - Pesan (message)

- Media (channel, media)

- Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) - Efek (effect, impact, influence)

(27)

9

Pawito dan C Sardjono (1994 : 12) mencoba mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dengan mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat suatu saluran) dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah perilaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-kurangnya didapati empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver).

Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process). Schramm menguraikannya sebagai berikut :

“Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan

(commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi,

ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu” (Suprapto, 2006 : 2-3).

Dari uraian tersebut, definisi komunikasi menurut Schramm tampak lebih cenderung mengarah pada sejauhmana keefektifan proses berbagi antarpelaku komunikasi. Schramm melihat sebuah komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan

(commonness), kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima

(audience)-nya. Menurutnya, sebuah komunikasi akan benar-benar efektif

(28)

2.1.1.2Unsur-unsur Komunikasi

Menurut Laswell berpendapat, terdapat lima komponen pokok dalam unsur komunikasi, antara lain:

1. Sumber (Source) yaitu pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi.

2. Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima baik berupa seperangkat simbol verbal atau nonverbal. 3. Saluran/media, yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber

untuk menyampaikan pesan kepada penerima.

4. Penerima (receiver), yakni orang yang menerima pesan dari sumber,

5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.

2.1.1.3Prinsip-Prinsip Komunikasi

Kesamaan dalam berkomunikasi dapat di ibaratkan dua buah lingkaran yang bertindihan satu sama lain. Daerah yang bertindihan itu disebut kernagka pengalaman ( Field of Experience ), yang menunjukan adanya persamaan antara A dan B dalam Hal tetentu, Misalnya Bahasa atau simbol.

Gambar 2.1

(29)

11

Dari gambar di atas, kita dapat menarik tiga prinsip dasar komunkasi yaitu:

1. Komunikasi hanya dapat terjadi bila terdapat pertukaran pengalaman yang sama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi.

2. Jika daerah tumpang tindih ( The field of experiences ) menyebar menutupi lingkaran A atau B, menuju terbentuknya satu lingkaran yang sama, maka makin besar kemungkinannya tercipta suatu proses komunikasi yang mengena ( Efektif )

3. Tetapi kalau daerah tumpang tindih ini makin mengecil dan menjauhi sentuhan kedua lingkaran, atau cenderung mengisolasi lingkaran masing-masing, nmaka komunikasi yang terjadi sangat terbatas. Bahkan besar kemungkinannya gagal dalam menciptakan suatu proses komunikasi yang efektif.

2.1.1.4Fungsi-Fungsi Komunikasi

Deddy Mulyana dalam bukunya ilmu komunikasi suatu pengantar menyebutkan bahwa fungsi komunikasi ada empat bagian yaitu:

a. Komunikasi Sosial

(30)

ketegangan antar lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.

b. Komunikasi Ekspresif

Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat di lakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi insatrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.

c. Komunikasi Ritual

Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual yang biasanya di lakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang di sebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, pernikahan dan masih banyak lagi. .

d. Komunikasi Instrumental

(31)

13

2.1.1.5 Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi itu menunjuk pada suatu hasil atau akibat yang di inginkan olej pelaku komunikasi. Secara umum, menurut Wilbur Schramm ( 1974 ), tujuan komunikasi dapat di lihat dari dua perspektif kepentingan yakni, kepentingan sumber atau komunikator dan kepentingan penerima atau komunikan. Dengan demikian maka tujuan komunikasi yang ingin di capai di gambarkan sebagai berikut :

Tujuan Komunikasi dari Tujuan Komunikasi dari

Sudut Kepentingan Sumber Sudut kepentingan Penerima

1) Memberi informasi 1) Memahami informasi

2) Mendidik 2) Mempelajari

3) Menghibur 3) Menikmati

4) Persuasi 4) Menerima atau menolak

2.1.2 Tinjauan Mengenai Makna

Makna merupakan konsep yang abstrak, yang telah menarik perhatian pada ahli filsafat dan para teoretisiilmu sosial semenjak 2000 tahun yang silam. Semenjak Plato menkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan “ultrarealitas”, para pemikir besar telah sering

(32)

menemukan jalanbuntu karena konsepsi yang cenderung tidak dapat di konsepsikan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Jerold Katzyang dikutip oleh Fisher, bahwa “Setiap usaha untuk memberikan jawaban langsung

telah gagal. Beberapa seperti misalnya jawaban Plato, telah terbukti terlalu samar-samar dan spekulatif. Yang lainnya memberikan jawaban yang salah.” (Fisher, 1986: 343).

Judul-judul buku seperti misalnya “The Meaning of Meaning” dan

Understanding Understanding” bersifat provokatif akan tetapi cenderung

untuk lebih banyak berjanji dari pada apa yang dapat diberikannya. Barangkali alasan mengapa terjadi kekacauan konseptual tentang makna ialah adanya kecenderungan yang meluas untuk berpikir tentang makna sebagai konsep yang bersifat tunggal. Brodbeck (1963), misalnya, mengemukakan bahwa sebenarnya ada tiga pengertian tentang konsep makna yang berbeda-beda. Penjelasan mengenai tiga konsep makna tersebut dikutip oleh Fisher, sebagai berikut:

(33)

15

Pengertian makna itu sendiri bergantung pada perspektif yang kita pergunakan untuk mengkaji proses komunikatif, oleh karena itu penggunaan konsep maknasecara konsisten dipergunakan seakan-akan kita tahu sepenuhnya tentang makna dari makna itu.

2.1.3 Tinjauan Tentang Simbol

Simbol atau Lambang adalah sesuatu yang di gunakan untuk menunjuk sesuatu yang lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Simbol meliputi kata-kata ( pesan verbal ), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya di sepakati bersama. Lambang atau Simbol adalah salah satu kategori tanda. ( Mulyana, 2007: 92 ).

Hubungan tanda dengan objek dapat juga direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Lambang atau Simbol mempunyai beberapa sifat seperti berikut :

1. Simbol bersifat sebarang, manasuka, atau sewenang-wenang. Artinya, apa saja bisa di jadikan Lambang atau simbol, bergantung pada kesepakatan bersama.

(34)

3. Simbol itu bervariasi.

Artinya, simbol atau lambang itu bervariasi dari suatu Budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke konteks waktu lain. Begitu juga dengan makna yang di berikan kepada lambang tersebut.

2.1.4 Tinjauan Mengenai Komunitas

Istilah kata Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berasal dari kata dasar communis yang artinya masyarakat, publik atau banyak orang.Wikipedia bahasa Indonesai menjelaskan Arti Komunitas sebagai sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa.

(35)

17

Latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak" ( Djepok, 2011 ).

2.1.5 Tinjaun mengenai Fenomenologi

Fenomenologi mempelajari struktur pengalaman sadar ( dari sudut pandang orang pertama), bersama dengan kondisi-kondisi yang relevan. Menurut Husserl, dengan fenomenologi, kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang yang mengalaminya langsung, seolah-olah kita mengalaminya sendiri. ( Kuswarno,2009:10 ).

Fenomenologi yang kita kenal melalui husserl adalah ilmu tentang penampakan ( fenomena ). Artinya, semua perbincangan tentang esensi di balik penampakan di buang jauh-jauh. Istilah “fenomenologi” itu sendiri bertolak dari bahasa Yunani Phainomenon ( phainomai, menampakan diri ) dan logos ( akal Budi ). Ilmu tentang penampakan berarti ilmu tentang apa yang menampakan diri ke pengalaman subjek. (Gahral Adian, 2010: 5) Tidak ada penampakan yang tidak di alami. Hanya dengan berkonsentrasi pada apa yang tampak dalam pengalaman, maka esensi dapat terumuskan dengan jernih. Adapun studi fenomenologi bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman beserta maknanya.

(36)

perilaku orang. Mereka berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dan kehidupannya sehari-hari. ( Moleong, 2001:9)

Fenomenologi adalah upaya hati-hati dalam mendeskripsikan hal ihwal sebagaimana mereka menampakan diri ke dalam kesadaran. Dengan kata lain, semua persoalan tentang semesta luar harus di dekati dengan senantiasa melibatkan cara penampakan mereka pada kesaradan manusia.

2.1.5.1Tokoh –tokoh Fenomenologi 1. Edmun Husserl

Emund Husserl lahir di Prostejov Prossnitz, Moravia-wilayah kekaisaran Austria-Hongaria- pada 8 April 1859, tahun yang sama dengan kelahiran Henri Bergson dan John Dewey. Husserl anak kedua dari empat bersaudara. Fokus pemikirannnya yang berhubungan dengan perkembangan karakteristik fenomenologi, baik metode maupun ambisi dibaliknya.

(37)

19

pada kesadaran, dan karena itu cenderung meminggirkan pola-pola penarikan kesimpulan untuk mendapatkan pengetahuan.

Husserl berurusan dengan sebuah konsep intuisi yang selalu menghasilkan pengetahuan, dan dapat membuktikan dirinya sendiri pada perkembangan selanjutnya Husserl merumuskan gagasannya yang terkenal ; evidenz, sesuatu yang langsung hadir, niscaya dan absolut.

Fenomenologi Edmund Husserl menjelaskan bahwa ada keterangan kesadaran dan keterbukaan objek yang mengeksplisitkan prakondisi, dan selalu mempunyai cara tertentu untuk berhadapan dengan dunia yang di hayati.

Cara penghayatan bersifat prakondisi, dan selalu menghadirkan atau membuka dirinya sebagai satu bagian dari horison pemahaman. Artinya, sang penghayat selalu berada pada dunia yang di hayati sebagai sebuah dunia yang jelas unsur kehadirannya dan sekaligus membentuk horison pemahaman tertentu. Husserl menyebutnya konsep “ Melihat “ Fenomenologi.

(38)

Bagi Husserl intuisi berperan sebagai unsur konstitutif yang memungkinkan pengetahuan-intensionalitas dalam fenomenologi Husserl menunjukan bahwa aktifitas-aktifitas intensional berfungsi mengonstitusikan objek-objek intensional.

2. Martin Heideggar

Martin Heideggar lahir di kawasan pinggiran di daerah

Black Forest, Messkirch, jerman, 26 September 1889 dari

pasangan Friedrich dan Johanna Heidegger.

Fenomenologi Heidegger merupakan sebuah usaha transformasi fenomenologi Edmund Husserl berdasarkan pemikiran teoritis kebutuhan praktis pada zamannya. Fenomenologi Heidegger di arahkan kepada “ Dunia Manusia” ia menyebutnya “ada-dalam-dunia” ( in-der-welt-sein ).

Lebih lanjut, bagi Heidegger, struktur “ada-dalam-dunia”

perlu disibak, di ungkap dan di pahami maknanya, karena merupakan realitas yang sesungguhnya, realitas yang mana pengetahuan disana bersifat praktis, bukan teoritis.Pada dasarnya, fenomenologi yang di tawarkan oleh Martin Heidegger adalah sebuah bentuk penggunaan metode fenomenologi di wilayah ontologi, yang dengan sendirinya mengubah fenomenologi itu sendiri.

(39)

21

arahkan pada esensi kesadaran Dan aktivitas-aktivitas kesadaran itu sendiri, melainkan kepada hubungan primordial kesadaran dan dunia yang melingkupinya. Artinya dalam batas-batas tertentu Heidegger sepakat dengan pendekatan yang di gunakan Edmund Husserl, ketika ia menyatakan bahwa tidak ada tindak kesadaran yang kosong, melainkan selalu berupa kesadaran akan sesuatu. 3. Jean Paul Sarte

Jean Paul Sarte lahir pada 21 juni 1905 di Paris, Perancis, dari pasangan Jean Baptiste-Sartre dan Anne Marie Shweitzer yang berasal dari keluarga intelektual keturunan Jerman-Alsatian.

Orisinalitas Fenomenologi Jean Paul Sarte adalah konsepsi tentang karakter negatif kesadaran-hal yang tidak di temukan pada fenomenologi Husserl, juga Martin Heidegger. Jean Paul Sarte menunjukan kesadaran tentang yang lain secara implisit adalah mengenai kesadaran tentang dirinya sebagi bukan sesuatu yang lain itu kesadaran yang menegasi.

Sederhananya, ketika kita mempersepsi sesuatu, terdapat kesadaran bahwa sesuatu itu sebagai “etre-en-soi” ( apa yang

(40)

Kekosongan itu sendiri sebenarnya merupakan ketidakhadiran bagian-bagian yang hilang dalam totalitas Ada. Namun, apa yang hilang dalam totalitas ada tidak bersumber dari ada itu sendiri, melainkan dari aktifitas kesadaran yang menegasi Ada-negativitas kesadaran. Gagasan Sartre tentang negativitas kesadaran, dapat di lacak dari hal yang paling fundamental dalam Fenomenologi, yaitu intensionalitas.

Sartre tetap mempertahankan tesis awal dari intensionalitas yang menegaskan bahwa semua kesadaran adalah kesadaran akan sesuatu disini Sartre masih menyatakan persetujuannya dengan pengertian Husserl tentang intensionalitas. Kemudian, Sartre bergerak dengan menyatakan kesadaran adalah menyadari apa yang bukan kesadaran.

Dengan demikian, yang di maksud dengan kesadaran adalah aktivitas menyadari apa itu Ada. Argumentasi Sartre ini mengansumsikan sebuah ketetapan bahwa objek kesadaran adalah sesuatu di luar kesadaran.

4. Maurice Merleau-Ponty

(41)

23

berada dalam kondisi kritis, baik secara internal atau eksternal, juga tentang intensionalitas serta reduksi fenomenologis.

Merleau-Ponty kemudian memperluas dan memperdalam fenomenologi Husserl pada arah eksistensial seperti dua fenomenolog sebelumnya, Martin Heidegger dan Jean Paul Sartre. Fenomenologi yang di kembangkan oleh Merleau-Ponty juga mempunyai sasaran konstan, yaitu dualisme subjek-objek Cartesian sasaran yang memng telah di canangkan oleh pendiri fenomenologi Edmun Husserl sendiri yang bagi Merleau-Ponty masih terus mendominasi fenomenologi eksistensial Jean Paul Sartre.

Fenomenologi Merleau-Ponty mengandung dimensi persepsi yang menunjukan keunggulan tubuh sebagai sebuah wahana yang mendunia. Merleau-Ponty menegaskan bahwa tubuh bukanlah subjek, atau objek secara penuh, tetapi cara ambigu eksistensi yang mempengaruhi semua bentuk pengetahuan.

(42)

Proyek filsafat Merleau-Ponty bertujuan “untuk memulihkan dunia persepsi”melalui deskripsi fenomenologis. Ia

mendeskripsikan secara gamblang tentang present and living

reality dan menjadikan persepsi sebagai dasar untuk mempelajari

isu-isu yang lebih kompleks seperti hubungan manusia satu sama lain dalam bahasa, budaya, dan masyarakat.

5. Jacques Derrida

Jacques Derrida lahir di lingkungan keluarga Yahudi di El-Biar, Aljazair, pada 15 juli 1930, tapi ia memang kewarganegaraan Perancis. Ia mendeskripsikan proyeknya sebagai sesuatu yang melampaui Fenomenologi dan Filsafat sekaligus. Karena itu, tidak seharusnya gagasan-gagasan Deridda di tempatkan dalam domain fenomenologi atau bahkan pada domain filsafat belaka.

Namun, dapat di lihat bahwa jalan untuk melampaui filsafat tersebut di tempuh Derrida melalui jalur Fenomenologi. Pemikiran Derrida dapat dikatakan sebagai radikalisasi fenomenologi yang berupaya mencari conditio sine qua non dari pengetahuan, gagasan yang sama pernah pula di kemukakan oleh vincent Descombes.

(43)

25

perbedaan ontologis. Dalam proyek filsafat secara keseluruhan, Derrida menekankan perlunya dekonstruksi.

2.1.6 Tinjauan Mengenai Interaksi Simbolik

Menurut H. Blumer teori ini berpijak pada premis bahwa manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang ada pada “sesuatu” itu bagi mereka,makna tersebut berasal atau muncul dari “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”, dan makna tersebut disempurnakan melalui proses penafsiran pada saat“proses interaksi sosial” berlangsung. “Sesuatu” alih-alih disebut “objek” ini tidak mempunyai makna yang intriksik. Sebab, makna yang dikenakan pada sesuatu ini lebih merupakan produk interaksi simbolis. ( Indiwan, 2007 )

(44)

Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang menginterpretasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas symbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi social.

Penganut interaksionisme simbolik berpandangan, perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia disekeliling mereka. Secara ringkas, interaksi simbolik didasarkan premis-premis berikut : pertama, individu merespons suatu situasi simbolik. Mereka merespons lingkungan, termasuk objek fisik, (benda) dan objek social (perilaku manusia) berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka.

(45)

27

Negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa ( bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindakan atau peristiwa itu ), namun juga gagasan yang abstrak. Akan tetapi nama atau symbol yang digunakan untuk menandai objek, tindakan, peristiwa atau gagasan itu bersifat arbitrer (sembarang). Artinya, apa saja dijadikan bisa symbol dan karena itu tidak ada hubungan logis.

Melalui penggunaan symbol itulah manusia dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang dunia. Ketiga, makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. Perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri.

2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Kerangka teoritis

Interaksi Simbolik bagi Mead merupakan Interaksi manusia yang dimediasi penggunaan simbol-simbol, oleh interpretasi,atau oleh penetapan makna dari tindakan orang lain. Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol.

(46)

berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas symbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi social.

Istilah Fashion di serap dari kata bahasa inggris Fashion. Karena itu penting juga untuk menelusuri etimologi kata ini dari negara asalnya. Malcolm Barnard dalam bukunya Fashion sebagai komunikasi, memulai pengertiannya mengenai fashion dengan mengacu pada Oxford English

Dictionary (OED). Menurut Malcolm: “Etimologi kata ini terkait dengan

bahasa latin, Factio, yang artinya membuat”. Karena itu, arti asli fashion

adalah sesuatu kegiatan yang di lakukan seseorang, tidak seperti dewasa ini yang memaknai fashion sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang. ( Barnard, 2010:11 ).

Fashion bisa saja di definisikan sebagai sesuatu seperti bentuk dan

jenis tata cara atau cara bertindak tertentu. Polhemus dan Procter menunjukan bahwa “dalam masyarakat kontemporer barat, istilah fashion

(47)

29

Nilai sosial merupakan penghargaan yang diberikan masyarakat kepada segala sesuatu yang baik, penting, luhur, pantas, dan mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan dan kebaikan hidup bersama. Salah satu Ciri Nilai Sosial antara lain : Terbentuk melalui proses belajar. Nilai sosial diperoleh individu atau kelompok melalui proses pembelajaran secara bertahap, dimulai dari lingkungan keluarga. Proses ini disebut dengan sosialisasi, di mana seseorang akan mendapatkan gambaran tentang nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Dalam bukunya ' Culture and Behavior ', Kluckhohn menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Nilai sosial bukanlah keinginan, tetapi apa yang diinginkan. Artinya nilai bukan hanya diharapkan, tetapi diusahakan sebagai suatu yang pantas dan benar bagi diri sendiri dan orang lain ( Alfin, 2010 ). Dalam hal ini Peneliti ingin melihat apa yang di inginkan Komunitas Punk dalam Fashion terutama dalam Potongan rambut Mohawk. Mengenai Pantas dan benar bagi diri sendiri dan orang lain.

Penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui apakah sesuatu yang telah kita kerjakan (program pengajaran) telah berhasil atau belum melalui suatu alat pengukuran yang dapat berupa tes ataupun nontes.

(48)

Bagaimana Penilaian dari Komunitas Punk itu sendiri Mengenai Fashion Mohawk itu sendiri.

2.2.1 Kerangka Konseptual

Dengan atau tanpa disadari pada dasarnya setiap orang telah melakukan proses interaksi simbolik dalam setiap harinya. Dari Pergeseran Makna Fashion Mohawk yang di tunjukan oleh komunitas Punk itu sendiri tentunya menimbulkan suatu makna Baru yang Memungkinkan telah terjadi sebuah proses interaksi simbolik dalam setiap harinya. Dengan maksud untuk menunjukkan apa yang ada pada dirinya kepada orang lain melalui Fashion Mohawk.

Interaksi simbolik melalui Fashion masuk ke dalam kategori artifaktual. Umumnya pakaian atau aksesorisn digunakan untuk menyampaikan identitas komunikator, menyampaikan identitas berarti menunjukkan kepada orang lain bagaimana perilaku kita dan bagaimana sepatutnya orang lain memperlakukan kita.

Hanya dengan melalui Fashion Mohawk yang di gunakan, sudah terjadi proses penyampaian pesan. Dari Pergeseran Makna fashion

Mohawk yang terjadi dalam komunitas punk itu Sendiri pasti memiliki

(49)

31

Dengan Terjadinya Pergeseran mengenai Makna fashion Mohawk yang di kenakan dan di tunjukan kumunitas punk kepada orang lain, berarti telah terjadi Pula proses penyampaian pesan yang baru kepada orang lain. Sehingga telah memunculkan makna baru dan khusus Serta menimbulkan interpretasi atau penafsiran.

Makna Fashion Mohawk itu sendiri tentunya Menimbulkan Nilai sosial di mata Lingkungannya atau masyarakat kepada Komunitas Punk itu sendiri, Mengenai pantas atau tidaknya, Baik atau Buruk mengenai

fashion Mohawk itu sendiri. Karena Nilai Bukanlah keinginan Tetapi

Merupakan apa yang di inginkan Dan seseuatu yang di inginkan tersebut otomatis dalam Komunitas Punk itu sendri terdapat Kesepakatan Makna Yang mana ada yang mereka inginkan. Sehingga dari Pergeseran Makna

Fashion Mohawk itu sendri tentunnya ada makna yang di sepakati

sehingga bisa di katakan termasuk interaksi simbolik.

Baik, Buruk, pantas atau tidaknya dari Pergeseran Makna Fashion

Mohawk itu sendiri tentunya ada Penilaian tersendiri dalam Komunitas

(50)
(51)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

3.1.1 Tinjauan Tentang Fashion

Istilah Fashion di serap dari kata bahasa inggris Fashion. Karena itu penting juga untuk menelusuri etimologi kata ini dari negara asalnya. Malcolm Barnard dalam bukunya Fashion sebagai komunikasi, memulai pengertiannya mengenai fashion dengan mengacu pada Oxford English

Dictionary (OED). Menurut Malcolm: “Etimologi kata ini terkait dengan

bahasa latin, Factio, yang artinya membuat”. Karena itu, arti asli fashion

adalah sesuatu kegiatan yang di lakukan seseorang, tidak seperti dewasa ini yang memaknai fashion sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang.

Fashion dan pakaian merupakan fenomena kultural dalam artian

keduanya merupakan cara yang di gunakan suatu kelompok untuk mengonstruksi dan mengkomunikasikan identitasnya. Keduanya merupakan cara untuk mengkomunikasikan nilai-nilai dan identitas kelompok baik itu kelompok lain maupun ke para anggota kelompok itu sendiri.

(52)

merupakan salah satu cara bagi suatu kelompok untuk mengidentifikasi dan membentuk dirinya sendiri sebagai suatu kelompok.

3.1.2 Sejarah Fashion Punk

Fashion Punk asli tahun 1970-an di maksudkan muncul sebagai

sesuatu yang konfrontatif, mengejutkan, dan melawan. Gaya berpakaian Punk sangat berbedadari apa yang kemudian dianggap sebagai dasar pandangan Punk. Banyak item yang umumnya di kenakan oleh Punk di tahun 1970-an menjadi kurang umum di kurun waktu berikutnya dan unsur-unsur baru tanpa henti di tambahkan ke dalam citra Punk.

Banyak Fashion Punk tahun1970-an di dasarkan pada desain Vivienne Westwood dan Malcolm Mc Laren, dengan model Punk seperti Ramones, Richard Hell, Patti smitt, dan Bromley Contingent ( Label yang di ciptakan wartawan Caroline Coon, sebutan untuk kelompok Sex Pistol ). Gaya Punk Mainstreem di pengaruhi oleh pakaian yang di jual di toko Malcolm Mclaren yang di kenal sebagai pemilik butik yang memanfaatkan Punk dalam dalam dunia Fashion un tuk mendapatkan keuntungan materi.

(53)

35

Punk, seperti T-sahirt Destroy yang di jual di SEX ( toko milik Mclaren), yang menampilkan salib terbalik dan swastika Nazi.

T-shirt ini, seperti halnya pakaian Punk lainn, sering sengaja di robek. Barang-barang lainnya di awal fashion Punk di Inggris juga di sertakan simbol Anarki: berwarna cerah atau putih dan kemeja hitam di hiasi slogan secara acak semisal “ Only Anarchists are Pretty” darah palsu,

tambalan-tambalan, dan gambar kontroversial yang di sengaja seperti potret Marx, Stalin, dan Mussolini yang populer. Jaket dan Blazer di sesuaikan dan masih merupakan perlengkapan umum dari Fashion Punk

(54)

Rok kulit menjadi barang populer bagi para punk wanita. Rantai berat kadang-kadang dui gunakan sebagai ikat pinggang. Sabuk-sabuk berpeluru dan beberapa sabuk atau ikat pinggang sekaligus di waktu yang sama di kenakan menjadi hal biasa.

Diantara para punk wanita, gaya rambut yang mirip dengan The Misfits “ Devilocks” sangat populer. Rambut pada hampir seluruh kepala

di cukur habis kecuali seberkas di dipan. Piercing dan tato menjadi sangat populer selama era ini sebagaimana band-band ber-spike dan berhiaskan choker ( kalung ketat yang di kenakan di leher dengan posisi agak tinggi ). Kadang kala bandana di pakai untuk menunjukan afiliasi geng. Beberapa Hardcore Punk wanita bereaksi terhadap gerakan awal tahun 1970-an yang terkesan genit dengan mengadopsi gaya aseksual.

3.1.3 Fashion Mohawk

(55)

37

Gambar 3.1

Potongan Rambut Mohawk

Sumber : ( Apasih.com, 2011 ).

Mohawk sering di kaitkan juga dengan gaya rambut penduduk suku

suku indian Mohicandi lembah Mohawk di bagian utara kota New York Amerika Utara. Sebelumnya pernah juga ditemukan juga gaya rambut berjenis Mohawk di Yunani yang menggambarkan Scythian (seorang pejuang olahraga) pada masa 600 tahun SM. Meski demikian gaya rambut

Mohawk yang sekarang popular cenderung disebutkan berasal dari

Amerika..

(56)

kelahiran Punk ada di Amerika yang di pelopori oleh group band Ramones. Meskipun gaya rambut Ramones tidak bergaya Mohawk, tapi kehadirannya memang menjadi inspirasi dari band punk berikutnya. Seperti Blink182 The exploited dan sex pistol. Karakter musik punk bertempo cepat dengan beat-beat yang menghentak. Ramones memang yang pertama kali meramu jenis musik tersebut.

3.1.4 Komunitas Punk Di Bandung

Punk di bandung lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker ( hudapitra, 2009 ).

(57)

39

saat itu hanya yang memiliki finansial tinggilah yang dapat mengakses produk dan informasi kultur ini.

Pelan-pelan tapi pasti, budaya punk mulai diakui dan dipahami oleh golongan remaja di bandung karena gaya hidup punk merupakan gaya hidup tandingan hedonisme. Ketertarikan remaja bandung pada budaya punk ini akhirnya memunculkan apa yang dinamakan eksploitasi punk. Walaupun sejarah asal muasal berdirinya punk adalah munculnya ketidakpuasan terhadap budaya modern yang egois. Mau tidak mau punk juga harus mengikuti mereka, akhirnya muncul juga Indie-indie recorder yang khusus memproduksi lagu-lagu punk.

Selain lewat lagu, eksploitasi punk pun berlanjut kepada fesyen. Saya contohkan, komunitas punk di jalan Dewi Sartika, yang merupakan kelompok punk terbesar di Jawa Barat bersatu padu untuk membuat Distro. Dan mengubah Plasa Parahyangan yang dahulunya akan bangkrut menjadi pusat distro underground di bandung. Yang menawarkan harga relatif murah dibandingkan dengan factory outlet di jalan Riau. Pelan tapi pasti, masyarakat bandung asli, bukan pendatang mulai mengkikuti tren punk bawah tanah ini.

(58)

anarkisme yang diadopsi oleh geng motor bandung yang banyak menimbulkan kerugian baik itu nyawa seseorang dan harta benda. Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari masyarakat maupun perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri aturan hidup dan perusahaan rekaman sesuai keinginan mereka. Etika semacam inilah yang lazim disebut DIY (do it yourself).

3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus-menerus di sesuaikan dengan kenyataan di lapangan. Jadi, tidak menggunakan desain yang telah di susun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat di rubah lagi. Salah satu karakteristik penelitian kualitatif adalah menganggap Makna sebagai perhatiannya.

(59)

41

Penelitian kualitatif menekankan berpikir subjektif karena, sebagai yang mereka lihat, dunia di dominasi oleh objek yang kurang keras di bandingkan dengan batu. Manusia kurang lebih sama dengan mesin kecil yang dapat melakukan sesuatu. Kita hidup dalam imajinasi kita, lebih banyak berlatar belakang simbolik dari pada yang kongkrit.

Peneliti Dalam pandangan Fenomenologi, berusaha mempelajari struktur pengalaman sadar ( dari sudut pandang orang pertama), bersama dengan kondisi-kondisi yang relevan. serta memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui ati suatu bagi orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka. Inquiri fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menanggkap pengertian sesuatu yang sedang di teliti.

Pengertian umum mengenai fenomenologi adalah :“Pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada pengalamanpengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia. Dalam hal ini fenomenologis ingin memahami bagaimana dunia muncul kepada oranglain.” (Moleong, 2007 : 15).

Pendekatan penelitian kualitatif dirasakan lebih cocok dan relevan dengan pembahasan yang akan diteliti karena menggali dan memahami fenomena Pergeseran Makna apa yang tersembunyi dalam Fashion

Mohawk komunitas Punk di kota Bandung dan bagaimana komunikasi

(60)

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data 3.2.2.1 Studi Pustaka

Untuk mencari teori, konsep dan juga informasi yang berhubungan dengan tulisan ini, yang dapat dijadikan landasan dalam penelitian, maka penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan untuk menemukan literature atau sumber bacaan yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian lapangan.

Studi pustaka adalah dimana peneliti mencari data dengan mengadakan penelaahan terhadap buku-buku literatur atau karya tulis yang bersifat ilmiah yang memiliki hubungan dengan penelitian yang dilakukan. Melalui studi pustaka ini diharapkan mendapat dukungan teori dalam pembahasan masalah, yaitu dengan mengutip pernyataan atau pendapat para ahli, hal ini diharapkan akan memperjelas dan memperkuat

pembahasan yang akan diuraikan.

(61)

43

3.2.2.2 Studi Lapangan

1. Wawancara Mendalam ( Indepth Interview )

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban pertanyaan itu ( Moleong, 2007 : 186 ).

Wawancara juga dimaksudkan untuk memverifikasi khususnya pengumpulan data. Wawancara yang akan dilakukan secara terstruktur bertujuan mencari data yang mudah dikualifikasikan, digolongkan, diklasifikasikan dan tidak terlalu beragam, dimana sebelumnya peneliti menyiapkan data pertanyaan. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara mendalam kepada para anggota Komunitas Punk di Kota Bandung yang menggunakan Fashion Punk yang bisa menjadi informan dalam penelitian ini.

2. Observasi

(62)

3. Dokumentasi

Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak di persiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Dokumentasi berasal dari catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, foto, dan sebagainya.

Dokumen yang di dapatkan dalam penelitian ini merupakan berupa Foto-foto aktifitas peneliti dan semua informan sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji,menafsirkan, bahkan meramalkan (Moleong, 2007 : 217).

4. Internet searching

(63)

45

3.2.3 Teknik Penentuan informan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan purposive sampling atau yang dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan peneliti saat pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. sebagaimana maksud yang disampaikan oleh Rachmat Kriyanto dalam buku Teknik Praktis Riset Komunikasi, adalah:

”Persoalan utama dalam teknik purposive sampling dalam menentukan kriteria, dimana kriteria harus mendukung tujuan penelitian. Beberapa riset kualitatif sering menggunakan teknik ini dalam penelitian observasi eksploratoris atau wawancara mendalam. Biasanya teknik ini dipilih untuk penelitian yang lebih mengutamakan kedalaman data daripada untuk tujuan representatif yang dapat digeneralisasikan”(Kriyanto, 2007: 154 -155 ).

Dimana informan dijadikan sumber informasi yang mengetahui tentang masalah penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti, dengan pertimbangan bahwa merekalah yang paling mengetahui informasi yang akan diteliti, semua informan telah menggunakan fashion Mohawk Punk.

3.2.3.1 Informan Penelitian

(64)

sumber informasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah Tiga orang yang semuanya berstatus sebagai anggota Komunitas Punk di kota bandung yang menggunakan Fashion Mohawk Punk .

Informan Kunci dalam penelitian ini berjumlah Tiga orang yang dapat membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. informan Kunci adalah orang-orang yang tau dan mengerti tentang fashion Mohawk Punk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di berikut :

Tabel 3.1 Informan Penelitian

NO Nama Usia Keterangan Jenis Kelamin

1 Gasrux 22 thn Informan kunci ( anggota Komunitas Punk ) L 2 Iwan 16thn Informan Kunci( anggota Komunitas Punk ) L 3 Ari 20 thn Informan Kunci( anggota Komunitas Punk ) L 4 Dindin 35 thn Informan Pendukung ( Pengamat Mode ) L 5 Riyan 27 thn Informan Pendukung ( Barber/ Hair Stylish) L 6 Dede 30 thn Informan Pendukung ( masyarakat umum ) L

Pemilihan informan yang menggunakan dilakukan dengan teknik

purpusive sampling dimana informan dijadikan sumber informasi yang

(65)

47

yang akan diteliti. semua informan anggota Komunitas Punk di kota bandung yang menggunakan Fashion Potongan Rambut Mohawk Punk. 3.2.4 Teknik Analisa Data

Teknik analisis data dialkukan sepanjang proses penelitian sejak penelitian memasuki lapangan untuk mengumpulkan data. Terkait dengan itu, teknik analisis data yang akan ditempuh peneliti melalui tiga tahap yakni, reduksi data, penyajian data, serta penarikkan kesimpulan dan verifikasi. Seperti digambarkan di bawah ini model komponen-komponen analisis data model interaktif.

Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Tahap pertama “pengumpulan data

Data yang dikelompokkan selanjutnya disusun dalam bentuk narasinarasi, sehingga berbentuk rangakaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian.

b. Tahap kedua “reduksi data

Miles dan Huberman (Suprayogo dan Tobroni, 2001 : 193) menyatakan bahwa :

“Reduksi data diartikan sebagi proses pemilihan, pemusatan

(66)

Hasil wawancara di lapangan akan dituangkan dalam sebuah narasi yang kemudian disederhanakan dengan memilih hal-hal yang sejenis dan dibutuhkan serta mengelompokkannya sesuai pembahasan agar lebih mudah dalam penyajiannya.

c. Tahap ketiga “penyajian data

Penyajian hasil dari penelitian akan dipaparkan berdasarkan temuantemuan di lapangan dengan bahasa khas dari informan yang disertai bahasa indonesia agar mudah dipahami. Melakukan interpretasi data yaitu mengintepretasikan apa yang telah diintepretasikan oleh informan terhadap masalah yang diteliti. d. Tahap keempat “penarikkan kesimpulan

Logika yang dilakukan dalam penarikan kesimpulan penelitian kualitatif bersifat induktif (dari khusus ke umum), seperti dikemukakan Faisal (Bungin, 2003 : 68-69) bahwa :

“Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif abstraktif.

(67)

49

Gambar 3.2

Komponen-Komponen Analisis Data : Model Kualitatif

Sumber : Miles and Huberman (1992 : 20)

Penarikan kesimpulan mulai dari permulaan pengumpulan data, mencariarti, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebabakibat, dan proposisi. Kemudian peneliti berkompeten untuk membentuk kesimpulan-kesimpulan dan tetap terbuka, namun pada mulanya belum jelas dan kemudian menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Mulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan merupakan satu kesatuan yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut “analisis”.

Penarikan kesimpulan Penyajian data

Pengumpulan data

(68)

e. Evaluasi

Melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang didasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Tahap ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan yang dapat mengaburkan makna persoalan sebenarnya dari focus penelitian.

Dari kelima tahap analisis data diatas setiap bagian-bagian yang ada di dalamnya berkaitan satu sama lainnya, sehingga saling berhubungan antara tahap yang satu dengan tahap yang lainnya. Analisis dilakukan secara kontinu dari pertama sampai akhir penelitian, untuk mengetahui Pergeseran Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk di kota Bandung.

3.2.4.1 Uji Keabsahaan Data

(69)

51

Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian menurut Sugiyono dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck. (Sugiyono 2005:270) 1. Perpanjangan pengamatan

Berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dan dalam hal ini peneliti melakukan perpanjangan pengamatan kurang lebih lima kali terhadap informan penelitian ini.

2. Peningkatan ketekunan

Berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

3. Triangulasi

(70)

4. Diskusi dengan teman sejawat

(71)

53

3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.5.1 Lokasi Penelitian

Pada penelitian mengenai Pergeseran Makna Fashion Komunitas Punkini, peneliti melakukan penelitian di beberapa tempat-tempat di kota Bandung.

3.2.5.2 Waktu Penelitian

(72)
(73)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penilaian Mengenai Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk Di Kota Bandung. Kebanyakan dari mereka yang menggunakan fashion

mohawk hanya sebatas menggunaknnya saja tidak memahami makna dari

Mohawk itu sendiri. Mereka hanya menggunakan mohawk itu sendiri tanpa mengetahui esensi dari makna mohawk yang sebenarnya dengan kata lain hanya di jadikan sebagai tampilan untuk bergaya saja agar di sebut anak punk serta ingin terlihat bagian dari komunitas punk itu sendiri. Ketertarikannyapun anggota komunitas punk dalam menggunakan fashion mohawk itu karena mengikuti teman dalam satu komunitas punknya. bahkan hanya karena di dasarkan pada keunikannya saja karena karena memiliki gaya yang berbeda dari yang lain. Adapun untuk tujuan anggota komunitas punk menggunakan fashion mohawk itu sendiri menyimpang dari makna yang sebenarnya. Adapun Tujuan menggunakan

fashion mohawk itu sendiri sudah tidak lagi untuk menunjukan bentuk

(74)

punk ). hal ini merupakan menjadi sebuah fenomena baru dimana dalam komunitas punk sekarang sudah tidak lagi memperdulikan esensi dari makna fashion punk itu sendiri. Melainkan lebih mengedapankan faktor gaya saja dan ini telah mengalami pergeseran makna fashion mohawk dalam komunitas punk dari makna yang sebenarnya.

(75)

83

3. Pergeseran Makna Fashion Mohawk Dalam Komunitas Punk di kota Bandung. Ada unsur-unsur seperti, nilai-nilai, kebiasaan dan pemahaman mengenai atribut ( fashion ) yang menunjukan adanya pergeseran Makna Fashion Mohawk yang terjadi dalam komunitas punk seperti, Nilai- nilai yang terkandung dalam fashion mohawk pada dasarnya mempunyai nilai sebagai bentuk perlawanan terhadap kaum kapitalis. Namun nilai dari

mohawk tersebut berubah menjadi nilai Budaya modern dimana

Gambar

Tabel 3.1 Informan Penelitian
Gambar 3.2
Tabel 3.2 waktu dan Kegiatan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala karunia, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini di

Demikian undangan ini kami sampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.. PEMERINTAH KABUPATEN

(1) Nama Retribusi Terminal dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang, bis umum, tempat kegiatan usaha

Informasi sangat dibutuhkan, oleh karena itu pembuatan Katalog Obat RSU PMI Bogor dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 merupakan salah satu sarana yang dapat

Dimana program pemesanan tiket pesawat ini merupakan program yang lebih sedikit dikembangkan lagi dari bentuk dasarnya, sehingga mempermudah penginputan data, user friendly,

PENGARUH PENGAWASAN KEPALA DINAS TERHADAP MOTIVASI KERJA PEGAWAI DI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN CIREBON.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam penulisan ilmiah ini metode yang di gunakan adalah dengan menggunakan Studi Pustaka yaitu Dengan membaca buku dan catatan-catatan mengenai teori yang bersangkutan yang di

[r]