PENGAR PERUS LABA RUH PENG AHAAN, D PADA PER YAN GUNGKAP DAN DEWA RUSAHAA G TERDAF F PROGRAM DEPAR FAK UNIVERSI SKRIP PAN CORPO AN KOMIS AN PERTAM
FTAR DI B
OLEH FANNY DIF 1005032
M STUDI S RTEMEN A KULTAS E ITAS SUM MEDA 2014 PSI ORATE GO SARIS TER MBANGAN BEI TAHUN H FIANTI 205 S1 AKUNT AKUNTAN EKONOMI MATERA UT AN 4 OVERNAN RHADAP M
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 - 2012” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 23 April 2014 yang membuat pernyataan
ABSTRAK
PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE , UKURAN PERUSAHAAN, DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP MANAJEMEN
LABA PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengungkapan
corporate governance, ukuran perusahaan dan dewan komisaris terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan dan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data adalah pendekatan kuantitatif, yaitu dengan teknik analisis regresi linier berganda sebagai alat bantu perhitungannya dan menggunakan bantuan program SPSS versi 17. Sampel penelitian adalah sebanyak 18 perusahaan pertambangan dan perkebunan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia, dengan data penelitian berasal dari laporan keuangan masing – masing perusahaan pada periode tahun 2010-2012 beserta data tentang pengungkapan corporate governance dari website masing- masing perusahaan.
Variabel independen yang di teliti adalah corporate governance, ukuran perusahaan dan manajemen laba.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial
corporate governance, ukuran perusahaan, dan dewan komisaris, tidak berpengaruh signifikan dewan komisaris.sedangkan variabel dependen adalah
terhadap manajemen laba.
ABSTRACT
THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE DISCLOSURE, SIZE COMPANY, AND THE BOARD OF COMMISSIONERS OF EARNINGS MANAGEMENT IN MINING AND PLANTATION COMPANIES LISTED IN
BEI 2010-2012
This study aims to determine the effect of corporate governance disclosure , the size of the company and the board of commissioners on earnings management in mining and plantation companies listed in Indonesia Stock Exchange . The approach used to analyze the data is quantitative approaches , namely the multiple linear regression analysis techniques as a tool for the calculation and use of SPSS version 17 . Samples are 18 mining and plantation companies listed in Indonesia Stock Exchange , with research data derived from financial statements of each company in the period 2010-2012 along with data on corporate governance disclosure on the website of each company. The independent variables are corporate governance , the size of the company and the board of commissioners. While the dependent variable is earnings management.
The results of this study indicate that simultaneously and partially corporate governance , firm size , and the board of commissioners , has no significant effect on earnings management.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris Terhadap Mnajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2012”, yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1 pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi di Universitas Sumatera Utara.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Rina br. Bukit M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, serta pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Pembaca Penilai yang memberikan koreksi serta petunjuk dan saran sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi.
5. Kedua orang tua penulis, Zaid Effendi dan Ainus Sofia yang selalu mendoakan, mendukung secara moral maupun materiil, memberi semangat, motivasi dan kasih sayang yang begitu besar kepada penulis. Saudara-saudara penulis, Chintia Rozana, Rizki Aulia dan Safira Mauliza yang selalu mendoakan, memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca. Terimakasih.
Medan, 23 April 2014
Penulis,
Fanny Difianti
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN... i
ABSTRAK... ii
ABSTRACT... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ...vii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1
1.2 Perumusan Masalah...8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian...9
1.3.2 Manfaat Penelitian...10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Agensi...11
2.1.2 Manajemen Laba...12
2.1.3 Corporate Governance...18
2.1.4 Ukuran Perusahaan...22
2.1.5 Dewan Komisaris...23
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu...26
2.3 Kerangka Konseptual...30
2.4 Hipotesis...33
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian...34
3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data...34
3.2.2 Sumber Data...34
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi...35
3.3.2 Sampel...35
3.4 Metode Pengumpulan Data... ...37
3.5 Definisi Operasional Variabel 3.5.1 Variabel Dependen...37
3.5.2 Variabel Independen... ...40
3.7 Teknis Analisis
3.7.1 Analisis Regresi Berganda...43
3.7.2 Uji Asumsi Klasik...44
3.7.3 Uji Hipotesis...49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data penelitian...53
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif...54
4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas...57
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas...63
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas...65
4.2.2.4 Uji Autokorelasi...67
4.2.3 Analisis Regresi Berganda...68
4.2.4 Uji Hipotesis 4.2.4.1 Koefisien Determinasi (R2) ...69
4.2.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)...71
4.2.4.3 Uji t (Uji Parsial)...72
4.3 Interpretasi Hasil...74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...78
5.2 Keterbatasan Penelitian...79
5.3 Saran...80
DAFTAR PUSTAKA... ....81
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 26
Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian... 36
Tabel 3.2 Skala Pengukuran Variabel... 42
Tabel 3.3 Kriteria Nilai Uji Durbin-Watson... 49
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan...54
Tabel 4.2 Descriptive Statistics...55
Tabel 4.3 Descriptive Statistics (Setelah Transformasi SQRT)...57
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas (Data Asli)...60
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas (Setelah Transformasi SQRT)...61
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas...64
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi... 67
Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi... 68
Tabel 4.9 Hasil Koefisien Determinasi... 70
Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)...71
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 31
Gambar 4.1 Grafik Histogram (Data Asli)...58
Gambar 4.2 Normal P-Plot (Data Asli)...59
Gambar 4.3 Grafik Histogram (Setelah Transformasi SQRT)...62
Gambar 4.4 Normal P-Plot (Setelah Transformasi SQRT)...62
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Item Pengungkapan Corporate Governance...85
Lampiran 2 Daftar Nilai Total Accrual/ Total Asset... 87
Lampiran 3 Daftar Nilai Nondiscretionary Accrual... 88
Lampiran 4 Daftar Nilai Discretionary Accrual...89
Lampiran 5 Daftar Nilai Variabel CG, Ukuran ,dan Dewan... 90
ABSTRAK
PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE , UKURAN PERUSAHAAN, DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP MANAJEMEN
LABA PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengungkapan
corporate governance, ukuran perusahaan dan dewan komisaris terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan dan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data adalah pendekatan kuantitatif, yaitu dengan teknik analisis regresi linier berganda sebagai alat bantu perhitungannya dan menggunakan bantuan program SPSS versi 17. Sampel penelitian adalah sebanyak 18 perusahaan pertambangan dan perkebunan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia, dengan data penelitian berasal dari laporan keuangan masing – masing perusahaan pada periode tahun 2010-2012 beserta data tentang pengungkapan corporate governance dari website masing- masing perusahaan.
Variabel independen yang di teliti adalah corporate governance, ukuran perusahaan dan manajemen laba.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial
corporate governance, ukuran perusahaan, dan dewan komisaris, tidak berpengaruh signifikan dewan komisaris.sedangkan variabel dependen adalah
terhadap manajemen laba.
ABSTRACT
THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE DISCLOSURE, SIZE COMPANY, AND THE BOARD OF COMMISSIONERS OF EARNINGS MANAGEMENT IN MINING AND PLANTATION COMPANIES LISTED IN
BEI 2010-2012
This study aims to determine the effect of corporate governance disclosure , the size of the company and the board of commissioners on earnings management in mining and plantation companies listed in Indonesia Stock Exchange . The approach used to analyze the data is quantitative approaches , namely the multiple linear regression analysis techniques as a tool for the calculation and use of SPSS version 17 . Samples are 18 mining and plantation companies listed in Indonesia Stock Exchange , with research data derived from financial statements of each company in the period 2010-2012 along with data on corporate governance disclosure on the website of each company. The independent variables are corporate governance , the size of the company and the board of commissioners. While the dependent variable is earnings management.
The results of this study indicate that simultaneously and partially corporate governance , firm size , and the board of commissioners , has no significant effect on earnings management.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah
Setiap tahun perusahaan menerbitkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pihak- pihak eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan masyarakat, sebagai dasar dari pengambilan keputusan ekonomi. Selain itu laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu yang merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang diberikan oleh pemilik. Maka dari itu, laporan keuangan harus menyajikan secara wajar mengenai posisi keuangan, dan arus kas suatu entitas supaya tidak menyesatkan pengguna dalam menginterpretasikannya.
Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan rugi laba, dan laporan ekuitas yang disusun berdasarkan akrual serta laporan arus kas yang berdasarkan dasar kas. Oleh karena itu, dasar akrual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajer memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba (earnings) yang diinginkan.
Akuntansi akrual mempunyai keunggulan bahwa informasi laba perusahaan dan pengukuran komponennya berdasarkan akuntansi akrual secara umum memberikan indikasi lebih baik tentang kinerja ekonomi perusahaan daripada informasi yang dihasilkan dari aspek penerimaan dan pengeluaran kas terkini (FASB 1978). Akuntansi akrual juga memiliki kelemahan. Wild et al. (2003) dalam Ahamad,dkk (2007) mengkritik bahwa akuntansi akrual merupakan aturan yang tidak sempurna dan mengaburkan laporan keuangan yang bertujuan memberikan informasi aliran kas dan kapabilitas perusahaan dalam menghasilkan kas. Kekaburan informasi ini diakibatkan akuntansi akrual yang ruwet dan rentan atas manipulasi. Kerentanan ini disebut manajemen laba (earnings management).
Manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba (Schipper, 1989 dalam Panjaitan, 2012 ). Teori keagenan menggambarkan bahwa manajemen laba terjadi sebagai akibat dari kepentingan ekonomis yang
berbeda antara manajemen selaku agen dan pemilik entitas selaku prinsipal.
Perbedaan kepentingan ekonomis ini bisa saja disebabkan atau menyebabkan
asymmetry (kesenjangan informasi) antara pemegang saham (stakeholders)
Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan statement keuangan menggunakan dasar akrual. Dengan menggunakan dasar akrual, transaksi atau peristiwa lain diakui pada saat transaksi atau peristiwa lain tersebut terjadi bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan.
Sebagai konsekuensi penggunaan dasar akrual ini, dalam statement
keuangan, laba dalam suatu perioda dapat mengandung unsur kas dan akrual (non kas). Unsur akrual dapat terjadi berdasarkan kebijakan manajemen (discretionary accruals) atau non-kebijakan manajemen
(nondiscretionary accruals).
Peningkatan penjualan secara kredit seiring dengan pertumbuhan perusahaan (tanpa perubahan kebijakan) dapat merupakan contoh
nondiscretionary accruals. sedangkan perubahan biaya kerugian piutang yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen dalam penentuan biaya kerugian piutang dapat dijadikan contoh discretionary accruals. Dasar akrual ini mempunyai implikasi bahwa laba akuntansi antara lain ditentukan oleh besaran akrual baik yang
discretionary maupun nondiscretionary.
Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Panjaitan.2009), PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) juga pernah melakukan pelanggaran dengan menunda publikasi informasi material atas penurunan volume gas yang sudah diketahui manajemen sejak 12 September 2006, tetapi baru dipublikasikan pada maret 2007 (Sulistiawan,2011).
Mekanisme corporate governance dilakukan untuk memastikan bahwa pemilik atau pemegang saham memperoleh pengembalian (return) dari kegiatan yang dijalankan oleh agen atau manajer (Schleifer dan Visny, 1997 dalam Panjaitan, 2012).
Ada dua point penting yang ditekankan dalam konsep ini, yaitu hak
stocholders dan stakeholders untuk memperoleh informasi akurat dan tepat waktu (timeliness) serta kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan trasnparan semua informasi mengenai perusahaan. Dengan kata lain, konsep Good Corporate Governace menekankan pentingnya kesetaraan (fairness), transparansi (transparancy), akuntanbilitas (accountability), dan responsilitas (responsibility) informasi untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan (Sulistyanto,2008).
Beberapa penelitian menemukan hubungan positif antara mekanisme
corporate governance dan kinerja, seperti pada penelitian Darmawati dkk (2004) menggunakan indeks CGPI (Corporate Governance Perception Index) dari hasil survei IICG (Indonesia Institute for Corporate Governance), menyimpulkan bahwa corporate governance baru bisa memiliki keterkaitan dengan kinerja operasi perusahaan tetapi belum mampu mempengaruhi kinerja pasar perusahaan.
pandangan atas keterlibatan dewan dalam pengambilan keputusan. Fokus dari penelitian tersebut yaitu mengungkapkan adanya pengaruh tidak langsung antara corporate governance dan struktur kepemilikan terhadap kinerja.
Penelitian Maruf (2006) menyimpulkan bahwa good corporate governance berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba, tetapi Dewan Direksi tidak berpengaruh terhadap reputasi auditor. Hasil penelitian ini bebeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmawati (2003) yang menyatakan bahwa hanya satu variabel dalam mekanisme GCG, yaitu kualitas hubungan perusahaan dengan stakeholders yang berhubungan negatif dengan praktik manajemen laba. Penelitian Ningsiptiti (2010) meyimpulkan bahwa semua variabel corporate governance berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.
Sedangkan penelitian dari Isnanta (2007) yang menyimpulkan bahwa
(2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan kepemilikan manajerial dan keberadaan komisaris independen terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan menurut penelitian Simamora (2011) mekanisme good corporate governance
(kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan proporsi komite audit) tidak memberi pengaruh signifikan terhadap tindakan manajemen laba.
Banyaknya hasil-hasil peneliti terdahulu mengenai pengaruh penerapan mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba membuat peneliti ingin meneliti kembali setiap variabel dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Simamora yang berjudul " Analisa Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI ".
menggunakan variabel kepemilikan intitutional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris dan komite audit.
Alasan peneliti mengambil sampel pada perusahaan pertambangan dan perkebunan dikarenakan kedua bidang perusahaan ini merupakan bidang yang menjanjikan untuk berkembang di Indonesia melihat potensi hasil bumi di indonesia yang besar namun pengelolaannya yang cukup rendah dan adanya usaha-usaha untuk menarik investor yang dilakukan oleh pemerintah. Alasan lainnya dikarenakan penelitian yang menggunakan sampel perusahaan sektor pertambangan dan perkebunan masih sedikit sehingga penulis mencoba untuk memakai sampel kedua sektor tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: ” Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan , dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 -2012”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
2. Apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba?
3. Apakah dewan komisaris memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba?
4. Apakah pengungkapan Corporate Governance, ukuran perusahaan, dan dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba secara simultan?
1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang dicapai berdasarkan perumusan masalah di atas adalah untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Pengaruh pengungkapan corporate governance terhadap manajemen laba.
2. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. 3. Pengaruh dewan komisaris terhadap manajemen laba.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian dari penelitian ini, antara lain :
1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti mengenai praktik-praktik manajemen laba dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,
2. Bagi calon investor, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk membantu mengambil keputusan investasi pada perusahaan,
3. Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat berupa bukti empiris yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Agensi
Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Teori keagenan (Agency Theory) menyebutkan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Panjaitan, 2012)
kepentingan inilah masing-masing pihak berusaha untuk memperbesar keuntungan pribadi. Prinsipal menginginkan return yang besar dan cepat atas investasi mereka dan menilai prestasi manajer berdasarkan kemampuannya untuk memperbesar laba yang akan dialokasikan pada pembagian dividen. Untuk memenuhi tuntutan prinsipal dan mendapat insentif yang tinggi, manajer akan memainkan beberapa kondisi perusahaan sedemikian rupa agar seolah-olah target tercapai bila tidak ada pengawasan yang memadai dalam kinerja manajer.(Simamora, 2011).
2.1.2 Manajemen Laba
Copeland (1968) mendefinisikan manajemen laba sebagai, “some ability to increase or decrease reported net income at will”. Ini berarti bahwa manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan, atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajemen. Nilai laba dalam laporan keuangan adalah sebuah fakta , tetapi bukan fakta yang 100 persen objektif. Nilai laba dapat ditentukan oleh subjektivitas penyusunnya (Sulistiawan dkk., 2011).
menutupi konsekuensi dari keputusan – keputusan manajer (Sulistyanto: 50)
Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan transaksi penataan untuk mengubah laporan keuangan baik menyesatkan beberapa stakeholder tentang kinerja ekonomi yang mendasari perusahaan, atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan. (Healy & Wahlen, 1999 dalam Bukit,2009).
Manajemen laba tidak terlepas dari Teori Akuntansi Positif dan Teori Keagenan. (Belkaoui, 2007 dalam Simamora, 2011) mengemukakan bahwa: Teori Akuntansi Positif didasarkan pada adanya dalil bahwa manajer, pemegang saham, dan aparat pengatur/politisi adalah rasional dan bahwa mereka berusaha memaksimalkan kegunaan mereka yang secara langsung berhubungan dengan kompensasi mereka, dan oleh karena itu, kesejahteraan mereka pula. Pilihan atas suatu kebijakan akuntansi oleh beberapa kelompok tersebut bergantung pada perbandingan relatif biaya dan manfaat dari prosedur-prosedur akuntansi alternatif dengan cara demikian untuk memaksimalkan keuntungan mereka.
hubungan keagenan. Hubungan keagenan muncul ketika prinsipal mengontrak pihak lain (agen) untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh prinsipal. Dengan kontrak tersebut prinsipal mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Ternyata hubungan tersebut konflik karena, baik prinsipal maupun agen, keduanya merupakan pihak yang mempunyai sifat, yaitu memaksimumkan kesejahteraannya (utility maximiser). Oleh sebab itu, tidak ada alasan yang dapat digunakan untuk menempatkan keyakinan bahwa agen akan selalu bertindak untuk kepentingan prinsipal. Masalah keagenen muncul karena perilaku oportunis agen. Agen cenderung memaksimumkan setiap peluang yang ada untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan prinsipal.
Scott (1997) dalam Sulistiawan dkk. (2011 : 40) merangkum pola umum yang banyak dilakukan dalam praktik manajemen laba, antara lain:
2. Pola income minimization, pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun berjalan lebih rendah dari laba sebenarnya. Pola ini relatif sering dilakukan dengan motivasi perpajakan dan politis. 3. Pola income maximization, pola ini merupakan kebalikan dari pola
income minimization. Menurut pola ini, manajemen laba dilakukan dengan cara menjadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari laba sebenarnya. Teknik yang dilakukan pun beragam. Mulai dari menunda pelaporan biaya-biaya periode tahun berjalan ke periode mendatang, pemilihan metode akuntansi yang dapat memaksimalkan laba, sampai dengan meningkatkan jumlah penjualan dan produksi. Pola ini biasanya banyak digunakan oleh perusahaan go public dengan tujuan menjaga kinerja saham mereka.
4. Pola income smoothing, pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditor yang memiliki sifat risk adverse, kestabilan laba merupakan hal penting dalam mengambil keputusan. Stabilitas laba ini dapat diperoleh dengan mengombinasikan dua pola tersebut, yaitu meminimalkan laba atau memaksimalkan laba.
Subramanyam dan Wild (2010) menjelaskan bahwa manajemen laba dapat berupa kosmetik, jika manajer memanipulasi akrual yang tidak memiliki konsekuensi arus kas. Manajemen laba juga dapat terlihat nyata, jika manajer memilih tindakan dengan konsekuensi arus kas dengan tujuan mengubah laba.
Menurut Scott (1997) dalam Sulistyanto (2008), beberapa motivasi terjadinya Earnings Management antara lain:
1. Bonuse Schemes (Rencana Bonus)
Ditinjau dari sisi rencana bonus, manajer cenderung akan melakukan tindakan pengelolaan laba pada perusahaan yang memiliki rencana bonus. Manajer akan berusahan mengaturlaba yang dilaporkan agar dapat memaksimalkan bonus yang akan diterimanya.
2. Contractual Motivations (Motivasi Kontrak) Semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang maka manajer akan cenderung memilih metoda akuntansi yang dapar memindahkan laba perioda mendatang ke perioda berjalan sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak.
3. Political Motivations (Motivasi Politik)
Perusahaan akan cenderung akan melakukan monopoli, maka manajer akan berusaha untuk menurunkan labanya agar sorotan dan tekanan publik terhadap perusahaan berkurang.
4. Taxation Motivation (Motivasi Perpajakan)
Manajer akan berusaha untuk membayar pajak yang serendah mungkin dengan cara mengurangi labanya. Dengan mengurangi laba yang dilaporkan maka perusahaan dapat mengurangi beban pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah.
5. Changes of Chief Executive Officer (Penggantian CEO)
Manajer perusahaan (CEO) akan berusaha meningkatkan kinerjanya untuk menghindari penggantian CEO oleh pemilik perusahaan dengan cara meningkatkan laba., jika penilaian kinerja berdasarkan laba. CEO yang dinilai baik oleh pemilik perusahaan akan diberikan bonus (reward), sedangkan manajer yang kinerjanya kurang baik akan diganti oleh pemilik perusahaan (punishment).
atau menunda pengungkapan komponen- komponen tertentu. Menurut Davin (2005) dalam Sulistyanto (2008), terdapat tujuh permainan yang sering dilakukan oleh para manajer dalam mempermaikan komponen- komponen laporan keuangan yaitu :
1. Mencatat pendapatan terlalu cepat. 2. Mencatat pendapatan palsu.
3. Mengakui pendapatan lebih cepat satu periode.
4. Mengakui biaya periode berjalan menjadi biaya periode sebelum atau sesudahnya.
5. Tidak mengakui semua kewajibannya.
6. Mengakui pendapatan periode berjalan menjadi pendapatan periode sebelumnya.
7. Mengakui pendapatan masa depan manjadi pendapatan periode berjalan.
2.1.3 Corporate Governance
maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka” (Cresthyna,2012).
Corporate Governance atau tata kelola perusahaan adalah sistem yang digunakan dalam mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Corporate governance ini juga mengandung pengertian mengenai pengaturan atas pembagian tugas dan tanggung jawab diantara para pihak yang berpartisipasi dan memiliki kepentingan yang berbeda-beda dalam perusahaan. Para pihak yang berkepentingan atas pengarahan dan pegendalian perusahaan itu meliputi: dewan direksi, para manajer, para pemegang saham, dan stakeholders lainnya (Ali, 2009 dalam Rogate, 2012).
Untuk lebih memahami, berikut beberapa kutipan mengenai pengertian corporate governance :
Organisation for Economic Co-operation and Development / OECD ( Steger dan Wolfgang, 2008 dalam Rogate, 2012),
corporate governance is the system by which business corporations
are directed and controlled. The corporate governance structure
specifies the distribution of rights and responsibilities among different
participants in the corporation, such as the board, managers,
shareholders, and other stakeholders, and spells out the rules and
procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it
also provides the structure through which the company objectives are
set, and the means of attaining those objectives and monitoring
performance.
Di Asia, termasuk Indonesia, corporate governance mulai banyak diperbincangkan pada pertengahan tahun 1997, yaitu saat krisis ekonomi melanda negara-negara tersebut (Susanty, 2009 dalam Rogate, 2012). Bermula dari usulan penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di Bursa Efek Jakarta yang mewajibkan untuk mengangkat komisaris independen dan membentuk komite audit pada tahun 1998, corporate governance mulai dikenalkan pada seluruh perusahaan publik di Indonesia. Pemerintah Indonesia mendirikan satu lembaga khusus yang bernama Komite Nasional mengenai Kebijakan Governance
Ekonomi, Keuangan, dan Industri Nomor: KEP-31/M.EKUIN/06/2000 praktik corporate governance dapat berjalan dengan baik apabila menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Komite Nasional Kebijakan Governance / KNKG (2006) mengemukakan prinsip-prinsip dasar good corporate governance sebagai berikut:
1. Keterbukaan informasi (Transparency), yaitu mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan, serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
2. Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
3. Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.
5. Kesetaraan dan kewajaran (Fairness), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.
Menurut Daniri (2006), implementasi corporate governance
bertujuan untuk meningkatkan perlindungan kepentingan investor serta mendorong tumbuhnya mekanisme check and balance di lingkungan manajemen khususnya dalam memberi perhatian kepada kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan demikian, hal ini sekaligus mampu meningkatkan nilai perusahaan dan mengembangkan perusahaan secara berkelanjutan.
2.1.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan variabel yang paling lazim dalam mempengaruhi tingkat pengungkapan (Ezat dan Masry, 2008 dalam Cresthyna 2012). Perusahaan besar kemungkinan besar lebih banyak menggunakan Teknologi Informasi daripada perusahaan kecil dalam meningkatkan informasi keuangan untuk mencukupi kebutuhan informasi yang besar (Ashbaugh et al., 1999 dalam Cresthyna 2012).
Cheung et al. (2006) dalam Cresthyna (2012) memiliki hipotesis
jika perusahaan besar lebih transparan daripada perusahaan kecil.
Alasannya ialah perusahaan besar memiliki basis investor yang lebih luas
daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar memiliki lebih banyak
sumberdaya untuk menyediakan pengungkapan yang lebih baik daripada
perusahaan kecil. Hipotesis tersebut terbukti dari hasil penelitian Cheung
et al. (2006) yang menyatakan perusahaan besar memiliki kecenderungan
untuk mengungkapkan lebih banyak informasi dan memiliki transparansi
yang lebih.
Oleh karena itu investor bisa mengambil keputusan lebih tepat bila dibandingkan dengan pengambilan keputusan tanpa informasi. Dengan demikian perusahaan yang berskala besar mempunyai tingkat
earnings management yang lebih rendah daripada perusahaan berskala kecil. Sedangkan perusahaan berskala kecil penyebaran informasi mengenai informasinya belum begitu banyak. Karena untuk mendapatkan informasi ini dengan biaya maka perusahaan berskala kecil mempunyai tingkat earnings management yang lebih tinggi.
2.1.5 Dewan Komisaris
Dewan komisaris memegang peranan penting dalam implementasi good corporate governance karena merupakan inti dari
memiliki integritas, kemampuan tidak cacat hukum dan tidak memiliki hubungan bisnis ataupun hubungan lainnya dengan pemegang saham pengendali (mayoritas) baik secara langsung maupun tidak langsung. Dewan komisaris seringkali dianggap tidak memberikan manfaat, hal ini dapat dilihat dalam fakta bahwa banyak anggota dewan komisaris tidak memiliki kemampuan dan tidak dapat menunjukkan independensinya.
Menurut Haniffa and Cooke (2002) dalam Cresthyna (2012), komposisi dewan independen dikenal sebagai “proporsi dewan komisaris dari luar perusahaan terhadap jumlah total dewan komisaris” yang biasa disebut dengan komisaris independen (Ezat dan Masry, 2008 dalam Cresthyna 2012).
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004).
Bapepam-LK mewajibkan pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan publik mengenai proesedur penetapan dan besarnya remunerasi anggota dewan komisaris. Kewajiban ini diatur dalam peraturan Bapepam-LK No.X.K.6 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik.
2.2 Penelitian Terdahulu
[image:40.595.116.566.221.655.2]Beberapa hasil pengujian dari para penelitian terdahulu dapat dilihat dari Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama peneliti Judul Variabel Penelitian Kesimpulan penelitian Muhammad Maruf
(2006)
Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada perusahaan Go publik yang terdaftar di BEJ
Manajemen Laba, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit
Good Corporate Governance tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba,
Deni Darmawati (2003)
Corporate Governance dan Manajemen Laba : Suatu Studi Empiris
Mekanisme GCG (pelaksanaan RUPS, kualitas dewan komisaris, kualitas komite audit, kualitas hubungan
stakeholders, transparansi dan akuntabilitas, kepemilikan saham oleh investor institusional)
Hanya satu variabel dalam mekanisme GCG, yaitu kualitas hubungan perusahaan dengan stakeholders yang berhubungan negatif dengan praktik manajemen laba.
Rudi Isnanta (2007) Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Manajemen Laba, struktur kepemilikan, kinerja perusahaan
Good Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap
Manajemen Laba, tetapi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Marihot Nasution dan Doddy Setiawan (2007)
Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di industri perbankan Indonesia
Komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan
(1) komposisi dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
Nama peneliti Judul Variabel Penelitian Kesimpulan penelitian Nuryaman (2008) Konsentrasi Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba
Konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, dan mekanisme GCG (komposisi dewan komisaris dan spesialisai industri KAP)
(1)Konsentrasi kepemilikan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
(2) komposisi dewan komisaris dan spesialisasi industri KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Muh. Arif Ujiyantho dan Bambang Agus Pramuka (2007)
Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan
Manajemen laba,kinerja
keuanagan,kepemilika n institusional, kepemilikan manajerial,
keberadaan komisaris independen, ukuran dewan komisaris
Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, keberadaan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba, secara simultan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, keberadaan komisaris independen, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba
Nurleni
Simamora(2011)
Analisa Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bei
Manajemen laba,kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan proporsi komite audit
good corporate governance
(kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan proporsi komite audit) tidak memberi pengaruh signifikan terhadap tindakan manajemen laba.
Restie Ningsaptiti (2010)
analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba
manajemen laba, ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan saham, komposisi anggota dewan komisaris, spesialisasi industri KAP, dan komposisi komite audit.
ukuran perusahaan dan semua variabel corporate governance
Maruf (2006) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Good Corporate Governance terhadap motivasi manajemen laba perusahaan
go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta . Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Penelitian ini dilakukan terhadap 78 perusahaan go public. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi proporsi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Darmawati (2003) yang menggunakan variabel berupa pelaksanaan RUPS, kualitas dewan komisaris, kualitas komite audit, kualitas hubungan stakeholders,
transparansi dan akuntabilitas, kepemilikan saham oleh investor institusional menemukan hasil penelitian yang menyatakan bahwa hanya kualitas hubungan stakeholders yang memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba.
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta . Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur kepemlikan, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit. Variabel proporsi dewan komisaris dan komite audit. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba dan kinerja perusahaan. Penelitian ini dilakukan terhadap 51 perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur dengan tahun pengamatan 2003-2006. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan komposisi dewan komisaris dan spesialisasi industri KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Ujiyantho dan Pramuka (2007) dalam penelitiannya terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2001-2004 menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan kepemilikan manajerial dan keberadaan komisaris independen terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba.
Sedangkan Simamora (2011) meneliti tentang kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan proporsi komite audit terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan, hasil penelitiannya yaitu good corporate governance (kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan proporsi komite audit) tidak memberi pengaruh signifikan terhadap tindakan manajemen laba.
2.3 Kerangka Konseptual
yang berhubungan dengan hasil penelitian terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara empiris (Iskandar, 2008). Berdasarkan keterangan di atas, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah pengungkapan corporate governance, ukuran perusahaan, dan dewan komisaris. Sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah manajemen laba.
Apabila good corporategovernance dalam dapat berjalan dengan baik maka dapat meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan, kemudian kemungkinan terjadinya manajemen laba yang dapat memberikan keuntungan pribadi sangat kecil sehingga dapat menarik investor lainnya untuk menanamkan investasinya di perusahaan tersebut.
Ukuran perusahaan (firm size) merupakan proksi dari kekuatan finasial. Ukuran perusahaan merupakan proksi untuk tahap perusahaan dalam business cycle. Size merupakan ukuran perusahaan yang diperoleh melalui natural log dari total asset.
2.4 Perumusan Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa: 1. H1 adalah Corporate Governance memiliki pengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.
2. H2 adalah ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
3. H3 adalah dewan komisaris memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal. Menurut Sugiyono (2007:30) “desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antaravariabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi)”.
3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam skala numerik. Data penelitian ini merupakan pooling data. Menurut Jogiyanto (2004:54) “panel data atau pooling data
adalah gabungan dari data yang melibatkan satu waktu tertentu (cross sectional) dan data yang melibatkan urutan waktu (time series)”.
3.2.2 Sumber Data
(BEI) yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id dan website masing- masing perusahaan dengan periodesasi data tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:115). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan pertambanagan dan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2010 hingga 2012, yaitu sebanyak 56 perusahaan.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:116).Sampel penelitian diambil secara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu (Sugiyono, 2008:122). Sampel dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut:
2. Perusahaan pertambangan dan perkebunan memiliki laporan keuangan tahunan selama periode 2010-2012.
[image:50.595.116.529.247.705.2]3. Perusahaan Pertambangan dan perkebunan yang memiliki website perusahaan yang masih aktif sampai tahun 2012.
Tabel 3.1
Populasi dan Sampel Penelitian
1 2 3
1 Astra Agro Lestari Tbk AALI √ √ √ Sampel 1
2 ADARO ENERGY Tbk ADRO √ −
3 PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. ANJT √ − 4 Aneka Tambang (Persero) Tbk ANTM √ − − 5 Apexindo Pratama Duta Tbk APEX √ − −
6 Atlas Resources Tbk ARII √ − −
7 Ratu Prabu Energi Tbk ARTI √ √ −
8 ATPK Resources Tbk ATPK √ √ √ Sampel 2
9 Benakat Petroleum Energy Tbk BIPI √ √ √ Sampel 3
10 BISI INTERNATIONAL Tbk BISI √ √ −
11 Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk BORN √ − −
12 Berau Coal Energy Tbk BRAU √ √ −
13 Baramulti Suksessarana Tbk BSSR √ − −
14 Bumi Resources Tbk BUMI √ √ √ Sampel 4
15 Bayan Resources Tbk BYAN √ √ √ Sampel 5
16 BW Plantation Tbk BWPT √ − −
17 Cita Mineral Investindo Tbk CITA √ − −
18 Cakra Mineral Tbk. CKRA √ √ −
19 Citatah Tbk CTTH √ − −
20 Central Proteinaprima Tbk CPRO √ √ √ Sampel 6
21 Darma Henwa Tbk DEWA √ √ −
22 Central Omega Resources Tbk DKFT √ − − 23 Delta Dunia Makmur Tbk Tbk DOID √ − − 24 Dharma Samudera Fishing Ind. Tbk DSFI √ − − 25 PT Dharma Satya Nusantara Tbk. DSNG √ − −
26 Elnusa Tbk ELSA √ √ √ Sampel 7
27 Energi Mega Persada Tbk ENRG √ √ √ Sampel 8
28 Surya Esa Perkasa Tbk ESSA √ − −
29 Golden Energy Mines Tbk GEMS √ − −
30 Garda Tujuh Buana Tbk GTBO √ √ −
Kriteria Kode
Nama Perusahaan
3.4 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu: a. Studi Pustaka
Mengumpulkan data dan teori yang relevan terhadap permasalahan yang akan diteliti dengan melakukan studi pustaka terhadap literatur dan bahan pustaka lainnya seperti artikel, jurnal, buku, dan penelitian terdahulu.
1 2 3
31 Gozco Plantations Tbk GZCO √ − −
32 Harum Energy Tbk HRUM √ − −
33 Vale Indonesia Tbk INCO √ − −
34 Indo Tambangraya Megah Tbk ITMG √ √ √ Sampel 9
35 Jaya Agra Wattie Tbk JAWA √ √ √ Sampel 10
36 Resource Alam Indonesia Tbk KKGI √ − −
37 PP London Sumatra Indonesia Tbk LSIP √ √ √ Sampel 11 38 Multi Agro Gemilang Plantation Tbk MAGP √ − −
39 Medco Energi Internasional Tbk MEDC √ − −
40 Mitra Investindo Tbk MITI √ − −
41 Samindo Resources Tbk MYOH √ √ √ Sampel 12
42 Provident Agro Tbk PALM √ − −
43 Perdana Karya Perkasa Tbk PKPK √ √ √ Sampel 13 44 J RESOURCES ASIA PASIFIK Tbk PSAB √ √ √ Sampel 14 45 Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PTBA √ − −
46 Petrosea Tbk PTRO √ √ √ Sampel 15
47 Radiant Utama Interinsco Tbk RUIS √ √ √ Sampel 16
48 Sampoerna Agro Tbk SGRO √ V √ Sampel 17
49 Salim Ivomas Pratama Tbk SIMP √ − −
50 SMR Utama Tbk SMRU √ − −
51 GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk SMMT √ √ −
52 Timah (Persero) Tbk TINS √ − −
53 Toba Bara Sejahtra Tbk TOBA √ − −
54 Tunas Baru Lampung Tbk TBLA √ √ √ Sampel 18
55 SMART Tbk SMAR √ − −
56 Bakrie Sumatera Plantations Tbk UNSP √ − −
b. Studi Dokumenter
Pengumpulan data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan masing – masing perusahaan pertambangan dan perkebunan yang diperoleh dari Website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan website masing-masing perusahaan.
3.5 Definisi Operasional Variabel 3.5.1 Variabel Dependen
Menurut Sugiyono (2008:59) ”variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba.
Manajemen laba dalam penelitian ini diukur menggunakan nilai discretionary accruals dengan Modified Jones Model (Sulistyanto 2008). Model Perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan nilai total akrual dengan formulasi:
...(1)
2. Menentukan nilai parameter , , .Variabel dibagi dengan aset tahun sebelumnya (TAit-1), sehingga formulasinya berubah menjadi:
∆
3. Menghitung nilai NDA dengan formulasi:
∆ ∆ ..(3)
4. Menentukan nilai akrual diskresioner yang merupakan indikator manajemen laba dengan cara mengurangi total akrual dengan akrual nondiskresioner, dengan formulasi:
...(4) Keterangan:
DAit = Discretionary accrual perusahaan pada periode t NDAit =Non discretionary accrual perusahaan pada
periode t
TACit = Total akrual perusahaan i pada periode t NIit = Laba bersih perusahaan i pada periode t
CFOit = Kas aktivitas operasi perusahaan i pada periode t TAit = Total aset perusahaan i pada periode t
ΔREVit = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode t
PPEit =Gross property, plant, and equipment pada perusahaan i pada periode t.
ΔTRit = Perubahan piutang perusahaan i pada periode t
3.5.2 Variabel Independen
Menurut Erlina (2011:43) “variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya”. Berikut merupakan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini:
A. Corporate Governance
Salah satu variabel independen dalam penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Governance (CG) melalui laporan keuangan perusahaan. Tingkat pengungkapan CG pada perusahaan pertambangan dan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012 diukur melalui indeks pengungkapan yang dilihat dari website masing-masing perusahaan. Indeks pengungkapan tersebut diambil dari penelitian Gandia (2008) yang dikembangkan oleh Falah (2010).
Berdasarkan penelitian Gandia (2008) dalam Falah (2010), pengukuran indeks pengungkapan CG didapatkan dengan rumus sebagai berikut:
Dimana:
CGI : indeks pengungkapan GCG perusahaan j nj : jumlah item untuk perusahaan j
nj : 28 item
Xij : 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan.
B. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan diproksikan dengan total aktiva dari perusahaan sampel tahun 2010-2012. Alasan penggunan total aktiva dalam penelitian ini karena total aktiva lebih menunjukkan ukuran perusahaan di banding kapitalisasi pasar (Fitriani, 2001 dalam Almilia dan Retrinasari, 2007). Ukuran perusahaan selanjutnya ditulis dengan “ukuran” yang diukur dengan logaritma natural dari total aktiva perusahaan, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
C. Dewan Komisaris
Dewan komisaris memegang peranan penting dalam implementasi good corporate governance karena merupakan inti dari good corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan.
Perhitungan dari independensi dewan komisaris adalah sebagai berikut:
3.6 Skala Pengukuran Variabel
[image:56.595.114.528.459.687.2]Ringkasan skala pengukuran variabel dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2
Skala Pengukuran Variabel
No Variabel Dependen Pengukuran Skala
Modified Jones Model
Manajemen Laba Ratio
1
No Variabel Independen Pengukuran Skala
3 Ukuran Perusahaan Ln (Total Aset) Ratio
1 Corporate Governance Ratio
2 Dewan Komisaris Ratio
3.7 Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan adalah statistic deskriptif– komparatif, yaitu suatu teknik analisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya dari nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih kemudian membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dan yang lainnya dilanjutkan dengan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008:206).
Data dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0 for windows.
Analisis statistik yang dilakukan antara lain dengan menggunakan alat analisis. Adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
3.7.1 Analisis Regresi Berganda
Penelitian ini menggunakan model analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) untuk menganalisis pengaruh corporate governance, dewan komisaris dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba, dengan model dasar
sebagai berikut :
Keterangan :
X1 = Corporate Governance X2 = Dewan Komisaris
X3 = Ukuran perusahaan (Size) b1...b3 = Koefisien Regresi e = error term
3.7.2 Uji Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu data yang akurat, suatu persamaan regresi sebaiknya terbebas dari uji asumsi – asumsi klasik. Adapun uji asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain :
a. Uji Normalitas
Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati normal. Namun demikian, hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat membingungkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan melihat
normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dari analisis normal probability plot adalah sebagai berikut :
a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Analisis Statistik
Ho : data terdistribusi secara normal (sig. > 0,05) Ha : data tidak terdistribusi normal (sig. < 0,05)
Dasar pengambilan keputusan dalam uji Kolmogorov-Smirnov (K-S test) adalah sebagai berikut :
a) Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik, maka Ho ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal.
b) Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan secara statistik, maka Ho diterima, yang berarti data terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2005:105) uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau Variance Inflation Factor
(VIF). Sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan:
b) Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik
scatterplot, dengan dasar analisis (Ghozali, 2005:139)
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan uji statistik melalui uji
Durbin-Watson (DW test) (Ghozali, 2005:110). Dalam pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut :
a) Bila nilai DW terletak diantara batas atau upper bound
(du) dan (4-du) maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi.
b) Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau
lower bound (dl) maka koefisien autokorelasi > 0, berarti tidak ada autokorelasi positif.
c) Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0, berarti ada autokorelasi negatif.
Tabel 3.3
Kriteria Nilai Uji Watson
Sumber : Wahid Sulaiman (2004)
3.7.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang dilakukan antara lain : a. Uji t (Uji Parsial)
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas (independen) secara parsial (individual) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen).
Langkah – langkah pengujian yang dilakukan adalah dengan pengujian dua arah, sebagai berikut :
a) Merumuskan hipotesis
Ho : β = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara parsial.
Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara parsial. b) Menentukan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α=0,05) c) Membandingkan thitung dengan t tabel.
No NILAI DW KESIMPULAN
1 1,65 < DW< 2,35 Tidak ada autokorelasi 2 1,21 < DW < 1,65
3 2,35 < DW < 2,79 4 DW < 1,21 5 DW > 2,79
Tidak dapat disimpulkan
Nilai thitung dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1995)
d) Berdasarkan probabilitas.
1. Jika probabilitas (sig t) > α (0,05) artinya variabel independen secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika probabilitas (sig t) < α (0,05) artinya variabel independen secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
e) Menentukan variabel independen mana yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel dependen. Hubungan ini dapat dilihat dari koefisien regresinya.
b. Uji signifikansi Simultan (uji –F)
Uji F ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel tidak bebas. Tahapan uji F sebagai berikut:
a) Merumuskan hipotesis
Ho : β = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
b) Menentukan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α=0,05) c) Membandingkan Fhitung dengan Ftabel
Nilai Fhitung dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1995)
/ 1
1 /
dimana:
R2 = Koefisien Determinasi k = Banyaknya koefisien regresi N = Banyaknya Observasi d) Berdasarkan probabilitas.
1. Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) artinya variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
e) Menentukan nilai koefisien determinasi, dimana koefisien menunjukkan seberapa besar variabel independen pada model yang digunakan mampu menjelaskan variabel dependennya.
c. Uji R2 (Koefisien Determinasi)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian
Tabel 4.1
Daftar Sampel Perusahaan pertambangan dan perkebunan
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean) serta standar deviasi dari masing-masing variabel.
No
Kode
Perusahaan Nama Perusahaan website
1 AALI Astra Agro Lestari Tbk www.astra‐agro.co.id
2 ATPK ATPK Resources Tbk www.atpkresources.co.id
3 BIPI Benakat Petroleum Energy Tbk www.benakat.co.id
4 BUMI Bumi Resources Tbk www.bumiresources.com
5 BYAN Bayan Resources Tbk www.bayancom.sg
6 CPRO Central Proteinaprima Tbk www.cpp.co.id
7 ELSA Elnusa Tbk www.elnusa.co.id
8 ENRG Energi Mega Persada Tbk www.energi‐mp.com
9 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk www.itmg.co.id
10 JAWA Jaya Agra Wattie Tbk www.jawattie.com
11 LSIP PP London Sumatra Indonesia Tbk www.londonsumatra.com
12 MYOH Samindo Resources Tbk www.samindoresources.com
13 PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk www.pkpk‐tbk.co.id
14 PSAB J RESOURCES ASIA PASIFIK Tbk www.jresources.com
15 PTRO Petrosea Tbk www.petrosea.com
16 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk www.radiant.co.id
17 SGRO Sampoerna Agro Tbk www.sampoernaagro.com
Variabel dalam penelitian ini meliputi Corporate Governance
[image:69.595.123.504.274.439.2](CG), ukuran perusahaan, dan dewan komisaris sebagai variabel independen serta Manajemen laba sebagai variabel dependen. Hasil olah data deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2
Descriptive Statistics (Data asli)
c
Sumber: Data sekunder diolah
1. Variabel Manajemen Laba (DA) memiliki nilai minimum -0.88 dan maksimum 2.76 dengan rata-rata -0.1035 dan standar deviasi 0.50589.
2. Variabel Corporate Governance (CG) memiliki nilai minimum 1.07 dan maksimum 4.64, dengan rata-rata sebesar 3.2144 dan standar deviasi 1.00558.
3. Variabel ukuran perusahaan (ukuran) memiliki nilai minimum 7,05 dan maksimum 10.94, dengan rata-rata sebesar 9.44409 dan standar deviasi 0.77893.
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
DA 54 -,88 2,76 -,1035 ,50589
CG 54 1,07 4,64 3,2144 1,00558
Ukuran 54 7,05 10,94 9,4409 ,77893
Dewan 54 ,00 ,67 ,3519 ,10828
Valid N (listwise)
54
4. Variabel Dewan Komisaris (Dewan) memiliki nilai minimum 0.00 dan maksimum 0.67, dengan rata-rata sebesar 0.3519 dan standar deviasi 0.10828.
Standar deviasi (σ) menunjukkan seberapa jauh kemungkinan nilai menyimpang dari nilai yang diharapkan (dalam hal ini variabel DA, CG, Ukuran, dan Dewan). Semakin besar nilai standar deviasi maka semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang diharapkan (Gujarati, 1995). Dalam kasus ini, dimana nilai mean salah satu variabel lebih kecil dibanding standar deviasinya, biasanya didalam data terdapat outlier (data yang terlalu ekstrim). Outlier
Tabel 4.3
Descriptive Statistics (Setelah Transformasi SQRT)
Sumber: Data sekunder diolah
Setelah dilakukan transformasi, terlihat bahwa standar deviasi masing-masing variabel mempunyai nilai yang lebih kecil daripada mean-nya.
1. Variabel Manajemen Laba (DA) memiliki nilai mean 0.9232 dan standar deviasi 0.21230.
2. Variabel Corporate Governance (CG) memiliki nilai mean sebesar 3.2144 dan standar deviasi 1.00558.
3. Variabel ukuran perusahaan (ukuran) memiliki nilai mean 9.4409 dan standar deviasi 0.77893.
4. Variabel Dewan Komisaris (Dewan) memiliki nilai mean 0.3519 dan standar deviasi 0.10828.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.2.1Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi variabel dependen, variabel independen atau
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
S.DA 54 ,35 1,94 ,9232 ,21230
CG 54 1,07 4,64 3,2144 1,00558
Ukuran 54 7,05 10,94 9,4409 ,77893
Dewan 54 ,00 ,67 ,3519 ,10828
Valid N (listwise)
54
keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak mempunyai distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Salah satu metode untuk mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan metode analisis grafik dan analisis statistik. Analisis grafik dapat dilihat dengan melihat grafik histogram ataupun dengan melihat grafik Normal Probability Plot. Uji normalitas yang pertama dengan melihat grafik histogram sebagaimana terlihat dalam gambar 4.1 di bawah ini :
Gambar 4.1
Grafik Histogram (Data Asli)
Dari gambar 4.1 terlihat bahwa pola distribusi mendekati normal, akan tetapi jika kesimpulan normal atau tidaknya data hanya dilihat dari grafik hi