FAKTOR
–
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
PETANI UNTUK MELAKUKAN USAHATANI KEDELAI
(Studi Kasus : Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH :
KIKI FASILIA SIREGAR 090304064
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FAKTOR
–
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
PETANI UNTUK MELAKUKAN USAHATANI KEDELAI
(Studi Kasus : Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH :
KIKI FASILIA SIREGAR 090304064
AGRIBISNIS
Diajukan kepada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, untuk Memenuhi dari Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. Diana Chalil, MSi, PhD) (DR. Ir. Tavi Supriana , MS) NIP.196703031998022001 NIP. 196411021989032001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
KIKI FASILIA SIREGAR (090304064/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Melakukan Usahatani Kedelai (Studi Kasus: Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Diana Chalil, M. Si, Ph. D dan DR. Ir. Tavi Supriana, MS.
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun terus meningkat, hal ini disebabkan sifat multiguna dari tanaman kedelai itu sendiri. Pemerintah menanggapi hal ini berencana melakukan swasembada kedelai. Tetapi program swasembada kedelai tersebut tidak dapat mencapai target disebabkan partisipasi petani untuk menanam kedelai terus menerus menurun. Hal ini melatarbelakangi peneliti untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi petani dalam memutuskan melakukan usahatani kedelai. Metode penentuan sampel menggunakan rumus Slovin dan dianalisis dengan menggunakan metode regresi logistik.
Hasil penelitian menunujukkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai adalah faktor Harga dan Pendapatan Petani. Sedangkan faktor Umur, Tingkat Pendidikan Petani , Pengalaman Berusahatani, Jumlah Tanggungan, Luas Lahan, dan Tingkat Kosmopolitan tidak mempengaruhi keptusan petani dalam melakukan usahatani kedelai.
.
RIWAYAT HIDUP
KIKI FASILIA SIREGAR dilahirkan di Medan pada tanggal 03 Juni 1991. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dari Bapak Fachruddin
Siregar dan Ibu Silvia Magdalena.
Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut.
1. Jenjang pendidikan tingkat dasar di SD Muhammadiyah 03 Medan masuk pada
tahun 1997 dan tamat tahun 2003.
2. Jenjang pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Negeri 1 Medan, masuk
pada tahun 2003 dan tamat pada tahun 2006.
3. Jenjang pendidikan tingkat menengah atas di SMA Negeri 1 Medan, masuk
pada tahun 2006 dan tamat pada tahun 2009.
4. Jenjang pendidikan tingkat sarjana (S1) di Departemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, masuk tahun 2009 dan tamat pada
tahun 2015.
5. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sei Buluh, Kabupaten
Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2013.
6. Mengadakan penelitian skripsi di Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Kegunaan Penelitian... 5
II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6
2.2 Penelitian Terdahulu ... 8
2.3 Landasan Teori ... 9
2.3.1 Teori Keputusan ... 9
2.3.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan ... 13
2.4 Kerangka Pemikiran ... 17
III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 22
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24
3.4 Metode Analisis Data ... 25
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 27
3.5.1 Defenisi ... 28
3.5.2 Batasan Operasional ... 29
IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 30
4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis ... 30
4.1.2 Keadaan Penduduk ... 31
4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 32
V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Variabel ... 35
5.2 Hasil Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Petani untuk Melakukan Usahatani Kedelai ... 42
VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 51
6.2 Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1.1 Produksi, Impor, Ekspor dan Kebutuhan dalam Negeri kedelai
Indonesia 2006 – 2012 dalam Ton ... 2
1.2 Luas Panen , Produktivitas dan Produksi Tanaman Kedelai Provinsi Sumatera Utara ... 3
3.1 Luas Panen Tanaman Kedelai Tahun 2007- 2012 Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara ... 20
3.2 Luas Panen Kedelai per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006 – 2012 ... 21
3.3 Desa. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Kecamatan Beringin Tahun 2012... 22
3.4 Pembagian Sampel di Daerah Penelitian ... 24
3.5 Pembagian Petani Sampel Berdasarkan Pola Rotasi Kedelai ... 24
4.1 Nama Desa, Luas Desa, Jumlah Dusun ... 30
4.2 Distribusi Jumlah Penduduk Pada Setiap Desa di kecamatan Beringin ... 31
4.3 Distribusi Penduduk menurut Kelmopok Umur di Kecamatan Beringin Tahiun 2013 ... 32
4.4 Banyaknya Rumah Ibadah di Kecamatan Beringin Tahun 2012 ... 33
4.5 Sarana Pendidikan Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta ... 34
5.1 Distribusi Keputusan Petani dalam Melakukan Usahatani Kedelai ... 35
5.2 Jumlah Responden Berdasarkan Umur ... 36
5.4 Penagalam Responden Menggeluti BIdang Pertaniasn Berdasarkan Tahun 38
5.5 JUmlah Tanggungan Responden ... 39
5 6 Luas Lahan Responden ... 39
5.7 Skor Tingkat Kosmopolitan Responden ... 40
5.8 Distribusi Harga Komoditi di Daerah Penelitian ... 41
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1 Skema Kerangka Pemikiran ... 19
ABSTRAK
KIKI FASILIA SIREGAR (090304064/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Melakukan Usahatani Kedelai (Studi Kasus: Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Diana Chalil, M. Si, Ph. D dan DR. Ir. Tavi Supriana, MS.
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun terus meningkat, hal ini disebabkan sifat multiguna dari tanaman kedelai itu sendiri. Pemerintah menanggapi hal ini berencana melakukan swasembada kedelai. Tetapi program swasembada kedelai tersebut tidak dapat mencapai target disebabkan partisipasi petani untuk menanam kedelai terus menerus menurun. Hal ini melatarbelakangi peneliti untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi petani dalam memutuskan melakukan usahatani kedelai. Metode penentuan sampel menggunakan rumus Slovin dan dianalisis dengan menggunakan metode regresi logistik.
Hasil penelitian menunujukkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai adalah faktor Harga dan Pendapatan Petani. Sedangkan faktor Umur, Tingkat Pendidikan Petani , Pengalaman Berusahatani, Jumlah Tanggungan, Luas Lahan, dan Tingkat Kosmopolitan tidak mempengaruhi keptusan petani dalam melakukan usahatani kedelai.
.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kedelai (Glysine max (L) Merril) merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM.
Kedelai jenis liar Glycine unuriencis merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang yang berasal dari daerah Manshukuo
(Cina Utara) (Suhartono,dkk. 2008).
Kandungan gizi kedelai cukup tinggi, terutama proteinnya mencapai 34%
sehingga sangat diminati sebagai sumber protein nabati yang relatif murah
dibandingkan dengan protein hewan. Sebagai sumber protein nabati, kedelai
umumnya dikonsumsi dalam bentuk olahan produk yaitu: tahu, tempe, kecap,
tauco, susu kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan (Sudaryanto dan
Swastika, 2007). Kedelai juga digunakan sebagai pangan fungsional penyakit
degenaratif, seperti jantung koroner dan hipertensi. Tidak hanya itu, akibat
berkembangnya industri peternakan terutama unggas, telah mendorong
berkembangnya industri pakan ternak, dimana bungkil kedelai banyak digunakan
sebagai sumber protein dalam komposisi pakan unggas (Tangendjaja,dkk, 2003).
Sifat multiguna yang terdapat pada kedelai menyebabkan tingginya permintaan
kedelai dalam negeri. Dalam data BPS tahun 2013 yang disajikan pada Tabel 1.1
terlihat bahwa kebutuhan akan kedelai masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun
selalu mengalami peningkatan sedangkan produksi kedelai dalam negeri tidak
Tabel 1.1 Produksi, Impor, Ekspor dan Kebutuhan dalam Negeri kedelai Indonesia tahun 2006 – 2012 dalam Ton
Tahun Produksi Impor Ekspor Kebutuhan Dalam
Negeri
cenderung mengalami peningkatan. Hampir rata- rata setiap tahun kita
membutuhkan kedelai sebesar 2,3 juta ton dan produksi kedelai hanya di kisaran
800 ribu ton, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri kita melakukan impor
kedelai setiap tahun dengan rata-rata 1,5 juta ton.
Suswono (Menteri Pertanian) mengatakan bahwa salah satu faktor yang
menyebabkan produksi kedelai lokal saat ini masih terkendala adalah para petani
yang kurang berminat menanam kedelai, sehingga pemerintah terpaksa
mengimpor. (AntaraNews.com, 2013). Kepala Sub Bagian Program Dinas
Pertanian Sumut Lusiantini mengungkapkan, bahwa hal ini terjadi dikarenakan
petani sulit diarahkan untuk mengembangkan kedelai. Menurut petani, kedelai
dianggap bukan sebagai komoditas yang menguntungkan mereka. Akibatnya
semakin lama petani kedelai di Sumut semakin menyusut jumlahnya. Begitupun,
dengan hasil produksi yang dapat dihasilkan (Medanbisnisdaily, 2015).
Menanggapi kebutuhan kedelai dalam negeri yang terus meningkat maka
Pemerintah menargetkan tahun 2014 merupakan tahun bagi Indonesia untuk
pemerintah akan menambah areal tanam kedelai seluas 340 ribu hektare. Areal
tanam tersebut tersebar di 15 provinsi di Indonesia. Daerah tersebut di antaranya
Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan dan ada provinsi yang cukup besar
ditargetkan dalam menghasilkan kedelai, di antaranya Jambi, Sulawesi Selatan,
Lampung, Sumatera Utara, Banten, dan Sulawesi Barat (Tempo,2014).
Sumatera Utara sebagai salah satu daerah yang ditargetkan dalam mengahasilkan
kedelai, merupakan provinsi yang mempunyai produksi kedelai berfluktuatif. Hal
ini terlihat dari tabel 1.2 berikut ini:
Tabel 1.2 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Kedelai Provinsi Sumatera Utara
mengalami fluktuasi produksi kedelai. Pada tahun 2005, Sumatera Utara mencapai
produksi kedelai tertinggi yaitu 15.793 ton dalam kurun tahun 2000 - 2012. Tetapi
untuk tahun selanjutnya terus mengalami naik turun produksi yang cenderung
Pemerintah dalam menghadapi permasalahan produksi kedelai yang berfluktuatif
melakukan beberapa upaya yaitu upaya pencapaian sasaran produksi kedelai
secara khusus yang dikelola melalui Program Peningkatan Produksi,
Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan
Swasembada Berkelanjutan dengan kegiatan antara lain: (1) pelaksanaan SL-PTT
kedelai seluas 350 ribu hektar di 35.000 unit/kelompok SLPTT; (2) pemberian
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) untuk kedelai sebanyak 14.000 ton
benih untuk luasan tanam 350 ribu hektar dan benih bersubsidi sebanyak 2.500
ton; (3) pemberdayaan penangkar benih kedelai 2.500 ha; (4) penurunan susut
hasil produksi kedelai 0,50%; dan (5) pengendalian Organisme Penggangu
Tanaman (OPT) yang disalurkan ke seluruh provinsi khususnya di daerah endemi
OPT (Deptan,2013).
Untuk di Sumatera Utara, Pemerintah sudah mengalokasikan benih kedelai gratis
sebanyak 7.640 ton ke petani Sumut pada tahun 2012 (Razali, 2012). Selain itu
pengadaan pupuk bersubsidi juga telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
gairah petani menanam kedelai.
Melihat luas lahan yang berfluktuasi setiap tahun dan upaya - upaya pemerintah
yang telah dilakukan, maka menjadi sebuah pertanyaan mengapa petani kedelai
tidak konsisten dalam melakukan usaha tani kedelai setiap tahun?. Dengan
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di latar belakang, maka dapat
dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah faktor apa saja yang
mempengaruhi keputusan petani dalam membuat keputusan mengusahakan
usahatani kedelai di daerah penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui dan Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani
dalam memutuskan mengusahakan usahatani kedelai di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi petani sebelum mengambil keputusan untuk
mengusahakan tanaman kedelai.
2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk
petani kedelai.
3. Sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang berhubungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tapi kontradiktif dalam sistem
usahatani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari
seluruh luas areal tanaman pangan, namun komoditas ini memegang posisi sentral
dalam kebijaksanaan pangan nasional karena perannya sangat penting dalam
menu pangan penduduk. Kedelai telah dikenal sejak awal sebagai sumber protein
nabati bagi penduduk Indonesia namun komoditas ini tidak pernah menjadi
tanaman pangan utama seperti halnya padi (Supadi,2009).
Menurut Sumarno (2011) kedelai telah dibudidayakan di Indonesia sejak 1746,
menerapkan teknologi asli petani, pada lahan sawah sebagai rotasi tanaman padi.
Pada tahun 1960 luas areal tanam kedelai di Indonesia menduduki posisi ke tiga
terluas di dunia, tetapi selanjutnya tidak dapat berkembang hingga sekarang.
Untuk mencapai swasembada kedelai perlu memperluas areal tanam pada lahan
sawah bekas tanaman padi. Penerapan pola rotasi padi-padi-kedelai di lahan
sawah secara nasional, selain memperbaiki kesuburan tanah, juga mampu
meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan produksi kedelai menuju
swasembada.
Dalam kelompok tanaman pangan kedelai merupakan komoditas terpenting ketiga
setelah padi dan jagung. Lebih dari 90 persen kedelai Indonesia digunakan
dan tempe, 10 persen untuk pengolahan lainnya dan sekitar 2 persen untuk benih
(Sudaryanto dan Swastika,2007).
Permintaan kedelai terus meningkat dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, pada
tahun 2009 kebutuhan nasional kedelai adalah sebesar 2.2 juta ton, sedangkan
produksi dalam negeri 0.9 juta ton. Laju akan kebutuhan kedelai nasional tidak
diikuti oleh ketersediaan pasokan yang mencukupi, karena pertumbuhan produksi
lebih lambat dibandingkan permintaan konsumsi kedelai, sehingga dilakukan
impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai nasional . Kesenjangan produksi dan
konsumsi ini makin nyata dikarenakan komoditas kedelai juga merupakan bahan
baku industri pakan ternak yang kebutuhannya terus meningkat dari tahun ke
tahun sejalan peningkatan konsumsi hewani oleh masyarakat. Dengan kondisi
tersebut, Indonesia selalu menghadapi defisit yang terus meningkat dan
menjadikan Indonesia sangat tergantung pada kedelai impor (Zakaria, 2010).
Dengan memperhatikan besarnya kebutuhan kedelai dalam negeri untuk pasokan
industri (tahu, tempe, kecap, dan sebagainya) yang menghasilkan bahan pangan
bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan impor kedelai yang terus meningkat,
maka berbagai upaya pemerintah seharusnya diarahkan untuk dapat meningkatkan
produksi kedelai dalam negeri dan memperkecil impor kedelai, yang tentunya saja
menghabiskan banyak devisa negara. (Zakiah, 2011).
Penurunan produksi kedelai di Sumatera Utara dikarenakan penurunan luas panen
kedelai di beberapa sentra produksi kedelai di Sumatera Utara seperti di daerah
Langkat. Penurunan luas panen kedelai di Sumatera Utara disebabkan petani
petani enggan adalah petani terus merugi dimana biaya produksi tidak sebanding
dengan pendapatan (Faiq, 2012).
2.2 Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhendrik (2013) menyatakan bahwa
variabel pendidikan non formal, pengalaman, peran penyuluhan, pemasaran dan
program SL-PTT Kedelai secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan
petani melakukan usahatani kedelai.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siagian (2003) mengatakan bahwa petani
dalam mengambil keputusan untuk menentukan jenis sayur yang akan ditanam
dipengaruhi oleh tingkat kosmopolitan, jumlah anggota keluarga , dan
pendapatan. Sedangkan tingkat pendidikan, lama bertani, pengetahuan mengenai
informasi pasar, luas lahan, harga jual tidak mempengaruhi keputusan untuk
menentukan jenis sayur yang ditanam.
Fardiaz (2008) mengemukakan bahwa keputusan petani dipengaruhi oleh variabel
usia, luas lahan serta faktor pengalaman bertani organik dan non organik serta
tingkat kosmopolitan seperti interaksi dengan radio, surat kabar, pamflet dan PPL
memiliki hubungan yang sangat nyata terhadap pengambilan keputusan inovasi.
Sedangkan variabel tingkat pendidikan formal dan pendidikan non formal petani
tidak berhubungan nyata dengan tingkat pengambilan keputusan inovasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Zakaria (2010) menjelaskan kebutuhan kedelai
yang terus meningkat tidak diimbangi produksi dalam negeri sehingga untuk
kedelai dalam negeri terus menurun secara tajam sejalan dengan menurunnya luas
areal tanam. Menurunnya luas areal tanam kedelai sebagai akibat rendahnya
partisipasi petani dalam menanam kedelai. Partisipasi petani rendah menanam
kedelai diakibatkan harga yang diterima petani tidak menguntungkan petani.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2008) di Desa Sukorejo Kecamatan
Sambirejo, Kabupaten Sragen menjelaskan bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian padi
organik dipengaruhi umur, luas lahan usahatani, tingkat pendapatan dan sifat
inovasi adalah tidak signifikan. Sedangkan pengaruh tingkat pendidikan,
lingkungan sosial, lingkungan ekonomi sangat signifikan.
2.3 Landasan Teori 2.3.1 Teori Keputusan
Teori keputusan adalah teori mengenai cara memilih pilihan diantara pilihan –
pilihan yang terssedia secara acak guna mencapai tujuan yang hendak diraih
(Hansson,2005). Keputusan-keputusan yang diambil oleh seseorang dapat
dipahami melalui dua pendekatan pokok, yaitu pendekatan normatif dan
pendekatan deskriptif. Pendekatan normatif menekankan pada apa yang
seharusnya dilakukan oleh pembuat keputusan sehingga diperoleh suatu
keputusan yang rasional. Pendekatan deskriptif menekankan pada apa saja yang
telah dilakukan orang yang membuat keputusan tanpa melihat apakah keputusan
yang dihasilkan itu rasional atau tidak rasional (Suharnan, 2005). Pengambilan
Menurut Roger (2003), beberapa tahapan adopsi dari proses pengambilan
keputusan inovasi mencakup:
1) Tahap munculnya Pengetahuan (knowledge) ketika individu diarahakan untuk
memahami keuntungan ataupun manfaat dan bagaimana suatu inovasi
berfungsi
2) Tahap Persuasi (Persusion) yaitu ketika individu membentuk sikap baik atau
tidak baik (menerima atau tidak meneima)
3) Tahap Keputusan (Desicion) yaitu ketika serang individu terlibat dalam
aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi ataupun penolakan sebuah
inovasi
4) Tahap Implementasi (Implementation) ketika individu sudah menetapkan
penggunaan suatu inovasi
5) Tahap Konfirmasi (Confirmation) ketika individu mencari penguatan
terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang telah dibuat
sebelumnya.
Menurut Rogers (2003) pengambilan keputusan oleh petani baik berupa
penolakan maupun penerimaan suatu inovasi tidak terlepas dari berbagai
pertimbangan menguntungkan atau tidak menguntungkan suatu teknologi bagi
pengusahanya (petani). Tingkat adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh
karakteristik inovasi itu sendiri, karakteristik penerima inovasi dan saluran
komunikasi.
1) Keuntungan relatif (relative advantage) merupakan derajat dimana inovasi diterima dan dipandang jauh lebih baik daripada teknologi sebelumnya yang
biasanya dilihat dari segi keuntungan ekonomi dan keuntungan ekonomi dan
keuntungan sosial (prestise dan persetujuan sosial).
2) Kesesuain (compability), merupakan derajat dimana inovasi dipandang sesuai/konsisten dengan nilai- nilai sosial budaya yang ada, pengalaman masa
lalu dan kebutuhan- kebutuhan adopter.
3) Kerumitan (complexity), merupakan derajat dimana inovasi dianggap sulit untuk dimengerti dan digunakan.
4) Kemungkinan dicoba (triability) merupakan derajat dimana inovasi dianggap mungkin untuk diujicobakan secara teknis dalam skala kecil.
5) Kemungkinan untuk diamati (observability) merupakan dimana hasil dari inovasi dapat dilihat atau dirasakan oleh adopter.
Menurut Soekartawi (1988) terdapat beberapa karakteristik penerima inovasi
(petani) dalam suatu inovasi seperti umur, pendidikan, pengalaman bertani,
pendapatan, luas lahan, tingkat kosmopolitan, tingkat partisipasi.
Roger (2003) menjelaskan bahwa saluran komunikasi juga mempengaruhi tingkat
adopsi suatu inovasi yang dikategorikan menjadi dua yaitu:
1) Saluran media massa (Mass Media Channel), media massa dapat berupa radio, surat kabar, televisi, dan lain- lain. Kelebihan media massa adalah
dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber.
2.3.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya maka peneliti merangkum faktor – faktor
yang di duga mempengaruhi keputusan petani dalam memutuskan melakukan
usahatani kedelai adalah umur, tingkat pendidikan, luas lahan usahatani, jumlah
tanggungan, pengalaman berusahatani, tingkat kosmopolitan, pendapatan petani,
dan harga komoditi.
1. Umur
Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam
bekerja. Bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan
besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).
Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin
berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun
pula prestasinya. Dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak
akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2008).
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreativitas
manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan
kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia.
Usaha-usaha penduduk berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan rendah
(Kartasapoetra, 1994).
Konsep pendidikan terbagi menjadi dua jenis yaitu pendidikan formal, non
mempunyai jenjang dan dibagi dalam waktu – waktu tertentu (Combs dan
Manzoor,1985). Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan luar sekolah yang
diselenggarakan oleh masyarakat guna meningkatkan kemampuan menerapkan
ilmu pengetahuan yang telah diperoleh peserta didik dari lingkungan formal ke
dalam lingkungan pekerjaan praktis di masyrakat. Bentuk pendidikan non formal
dapat berupa pelatihan, kursus, penataran, magang, dan penyuluh. Slamet (2003)
menyatakan bahwa penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan luar
sekolah (pendidikan non formal) untuk petani dan keluarganya dengan tujuan agar
mereka mampu dan sanggup memerankan dirinya sebagai warga negara yang baik
sesuai dengan bidang profesinya, serta mampu, sanggup dan berswadaya
memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan sendiri dan masyarakatnya.
Menurut Muhibbin (2002) pendidikan adalah tahapan kegiatan yang bersifat
kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk
menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan,
kebiasaan, sikap dan sebagainya. Tingkat pendidikan individu merupakan salah
satu aspek yang terlibat dalam suatu pengambilan keputusan.
3. Pengalaman Bertani
Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusaha berpengaruh
dalam menerima inovasi dari luar. Bagi yang mempunyai pengalaman yang sudah
cukup lama akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada pemula.
Lubis (2000) juga berpendapat bahwa orang yang mempunyai pengalaman yang
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan orang
yang kurang berpengalaman.
Dalam prinsip belajar seseorang cenderung lebih mudah menerima atau memilih
sesuatu yang baru, bila memiliki kaitan dengan pengalaman masa lalunya.
Keputusan petani dalam menjalankan kegiatan usahatani lebih banyak
mempergunakan pengalaman, baik yang berasal dari dirinya maupun pengalaman
petani lain. Bila pengalaman usahatani banyak mengalami kegagalan, maka petani
akan sangat berhati – hati dalam memutuskan untuk menerapkan suatu inovasi
yang diperolehnya (Slamet,1995).
4. Jumlah Tanggungan
Menurut Hasyim (2006) jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor
yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi
kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani
untuk melakukan banyak aktivitas dalam mencari dan menambah pendapatan
keluarganya.
Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang
akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan
mempengaruhi keputusan dalam berusaha. Petani yang memiliki jumlah
tanggungan yang besar harus mampu mengambil keputusan yang tepat agar tidak
mengalami resiko yang fatal (Soekartawi, 1999).
Kekosmopolitan seseorang dapat dicirikan oleh frekuensi dan jarak yang
dilakukan, serta pemanfaatan media massa. Mosher (1978) menjelaskan bahwa
keterbukaan seseorang berhubungan dengan penerimaan perubahan –perubahan
seseorang untuk meningkatkan usahatani mereka.
Tingkat kosmopolitan petani dapat diketahui dengan mengetahui frekuensi petani
keluar dari desanya ke desa lain atau ke kota, frekuensi mengikuti penyuluhan,
frekuensi petani bertemu dengan tokoh inovator, koran yang dibaca, siaran televisi
yang ditonton dan siaran radio yang didengar (Soekartawi, 1988). Penyuluhan
sendiri bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian, hal ini dicapai dengan
merangsang petani untuk memanfaatkan teknologi modern dan ilmiah yang
dikembangkan melalui suatu penelitian (Van den Ban dan Hawkins, 1999).
6. Luas Lahan
Sumaryanto dkk (2003) menejelaskan secara sosiologis, luas lahan yang dimiliki
seseorang menunujukkan tingkatan struktur sosial seseorang dalam
masyarakatnya. Sajogyo (1999) lahan merupakan salah satu faktor penting yang
menetukan status petani, apakah tergolong sebagai petani miskin atau petani yang
lebih tinggi taraf hidupnya. Tingkat luasan usahatani menggambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat petani, semakin luas areal tani menggambarkan semakin
tinggi produksi dan pendapatan yang diterima.
7. Pendapatan Petani
Sahidu (1998) pendapatan usahatani merupakan sumber motivasi bagi petani dan
merupakan faktor kuat yang mendorong timbulnya kemauan, kemampuan serta
setiap petani dan keluarganya ingin meningkatkan produksi dalam usahataninya
untuk memperoleh pendapatan yang sebesar- besarnya agar hidup lebih sejahtera.
Menurut Mosher (2002), pada bidang pertanian pendapatan merupakan produksi
yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurangi dengan biaya yang
dikeluarkan selama kegiatan usahatani.
8. Harga Komoditi
Gilaraso (1989) bahwa harga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan
penawaran, sehingga harga memegang peranan penting dalam mengambil
keputusan jangka panjang dan jangka pendek semua tingkat dalam suatu industri.
2.4 Kerangka Pemikiran
Kedelai merupakan tanaman yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.
Permintaan kedelai setiap tahunnya terus meningkat, tetapi tidak diikuti dengan
produksi kedelai dalam negeri. Sehingga Indonesia menjadi negara pengimpor
kedelai. Pemerintah sudah berusaha untuk meningkatkan produksi dalam negeri
diantaranya dengan mensubsidi bibit kedelai dan menargetkan pertambahan luas
tanam kedelai di setiap provinsi di Indonesia. Tetapi, kenyataan di lapangan target
yang dicanangkan pemerintah jarang sekali dapat dipenuhi. Hal ini berkaitan erat
dengan petani sebagai pelaku utama dalam usahatani kedelai ini.
Kecamatan Beringin merupakan salah satu Kecamatan yang mempunyai luas
panen kedelai yang tinggi di Kabupaten Deli Serdang. Di daerah tersebut hampir
seluruh penduduknya bekerja sebagai petani padi sawah. Selain padi sawah,
sebagai tanaman rotasi. Tentu saja dalam menentukan atau memutuskan komoditi
apa yang akan ditanam sebagai tanaman rotasi ada faktor – faktor yang
mempengaruhinya. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat faktor apa yang
mempengaruhi petani dalam memilih komoditi kedelai.
Petani yang merupakan pelaku utama usahatani kedelai ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor dalam mengambil keputusan memilih atau tidak memilih
komoditi kedelai. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi
keputusan petani dalam melakukan usaha tani kedelai, maka peneliti merangkum
beberapa faktor yang diduga mempengaruhi keputusan yaitu (1)umur,
(2)pendidikan, (3)pengalaman berusahatani, (4)jumlah tanggungan, (5)luas lahan,
Keterangan :
: Ada Pengaruh
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, landasan teori dan kerangka
pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh yang nyata
dari variabel umur, pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan,
luas lahan usahatani, tingkat kosmopolitan pendapatan petani, dan harga di tingkat
petani terhadap keputusan petani dalam mengusahakan usahatani kedelai.
Faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan petani:
1. Umur
2. Tingkat Pendidikan 3. Pengalaman Berusahatani 4. Jumlah Tanggungan 5. Luas Lahan
6. Tingkat Kosmopolitan 7. Pendapatan Petani
8. Rasio Harga di tingkat petani
Tidak Melakukan Usahatani Kedelai Melakukan
Usahatani Kedelai
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Terdapat tiga Kabupaten yang mempunyai luas panen kedelai terluas di Sumatera
Utara . Hal ini bisa dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Luas Panen Tanaman Kedelai Tahun 2007 – 2012 Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara
Kabupaten Langkat, Deli Serdang dan Serdang Bedagai mempunyai luas panen
kedelai terbesar di Sumatera Utara. Daerah penelitian ditentukan secara purposive sampling. Dalam hal melihat faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai, peneliti memilih Kabupaten Deli Serdang
disebabkan hasil panen yang berfluktuatif setiap tahun. Hal ini menunjukkan,
adanya perubahan keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai setiap
tahunnya. Sedangkan untuk Kabupaten Serdang Bedagai mengalami peningkatan
luas panen yang berarti adanya pertambahan petani yang melakukan usahatani
kedelai. Untuk Kabupaten Langkat juga terjadi penurunan luas panen yang berarti
adanya penurunan petani dalam melakukan usahatani kedelai.
Di Kabupaten Deli Serdang terdapat 22 kecamatan, tetapi tidak semua kecamatan
tersebut menghasilkan kedelai. Hal ini dapat dijelaskan melalui Tabel 3.2.
Sumber : BPP Kecamatan Beringin 2013
Dari data pada Tabel 3.2 kita dapat melihat bahwa hampir setiap tahun Kecamatan
Beringin menjadi salah satu kecamatan yang mempunyai luas panen kedelai yang
tinggi di Kabupaten Deli Serdang. Tetapi setiap tahunnya Kecamatan Beringin
juga mengalami fluktuasi luas panen kedelai.
Di Kecamatan Beringin sendiri tidak semua desa yang menanam kedelai. Hal ini
dapat kita lihat pada tabel 3.3 berikut ini :
Tabel 3.3 Desa, Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas kedelai Di
merupakan desa yang menghasilkan kedelai. Atas pertimbangan tersebut, maka
peneliti menetapkan Desa Sidodadi Ramunia dan Desa Beringin menjadi daerah
penelitian.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi sawah di Desa Sidodadi Ramunia
dan Desa Beringin, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Dalam
Berdasarkan data yang ada pada BPP Kecamatan Beringin terdapat sebanyak
1018 petani padi sawah di desa Sidodadi Ramunia dan 641 petani padi sawah di
desa Beringin. Sehingga total populasi petani di daerah penelitian adalah 1.659
orang.
Petani padi sawah tersebut menggunakan sistem rotasi pada setiap musim tanam.
Sehingga tidak semua petani melakukan usahatani kedelai pada masa rotasi
tanaman, tapi bisa juga menanam jagung, ubi, ataupun semangka. Tetapi, hampir
seluruh petani di daerah penelitian pernah menanam tanaman kedelai.
Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diteliti, maka peneliti menggunakan
rumus Slovin, yaitu : � = �
+�.�2
Dimana
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (Umar,2000)
Melalui rumus Slovin dengan persen kelonggaran sebesar 10%, maka jumlah
sampel yang diambil berdasarkan jumlah populasi petani di daerah penelitian
adalah sebesar :
� =
+ . , 2= 94,3
Sehingga dapat diketahui jumlah sampel yang akan diteliti adalah sebesar 94
Adapun pembagian sampel secara proposional dari dua desa tersebut adalah:
Tabel 3.4 Pembagian Sampel Di Daerah Penelitian
No Nama Desa Jumlah
Populasi
Jumlah Sampel
1 Sidodadi Ramunia 1018 1018/1659 x 94 = 58
2 Berinigin 641 641/1659 x 94= 36
Jumlah 1659 94
Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan sensus untuk sampel yang
melakukan usahatani kedelai, mengingat sedikitnya jumlah petani yang menanam
kedelai. Dan menggunakan teknik non probability sample untuk yang tidak melakukan ushatani kedelai. Menurut Sugiyono (2011) non probability sampling
yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel
yaitu dengan teknik snowball .
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer.
Data sekunder diperoleh melalui Instansi dan Dinas terkait seperti Badan Pusat
Statistika (BPS), dan BPP Kecamatan Beringin. Adapun data sekunder yang
diperlukan adalah data luas panen dan produksi kedelai di Sumatera Utara,
Kabupaten Deli Serdang dan Kecamatan Beringin, data populasi petani di daerah
penelitian. Sedangkan data primer diperoleh melalui hasil wawancara langsung
dengan responden di daerah penelitian melalui daftar kuisioner yang telah
3.4 Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner, akan ditabulasikan kemudian
dianalisis. Data tersebut akan diuji dengan metode regresi logistik. Model logistik
adalah prosedur permodelan yang diterapkan untuk memodelkan variabel respon
(Y) yang bersifat kategori berdasarkan satu atau lebih variabel prekdiktor (X),
baik itu yang bersifat kategori maupun kontiniu (Agresti,1990). Adapun rumus
dari metode logit ini adalah:
ln { � �
−� � } = β + β X (Gujarati, 2012)
Y = β + β X + β X + β X + β X + β X + β X + β X + β X
Dimana :
p (x) adalah Peluang petani melakukan usahatani kedelai
1- p(x) adalah Peluang petani tidak melakukan usahatani kedelai
Y = Keputusan Petani
1 = Petani menanam usahatani kedelai
0 = Petani tidak menanam usahatani kedelai
� = Umur (tahun)
� = Tingkat Pendidikan (tahun)
� =Pengalaman Berusahatani (tahun)
� = Jumlah Tanggungan (orang)
� = Luas Lahan (ha)
� = Tingkat Kosmopolitan (skor)
� = Pendapatan Petani (Rp/ MT)
� , � , � ,� ,� ,� , � , � , � adalah Parameter
Kriteria Uji
a. Uji Hosmer and Lemeshow Test
H : ( 1- B) = 0, B (distribusi frekuensi estimasi/ observasi) = 1. Artinya tidak ada
perbedaan antara distribusi obeservasi dengan distribusi frekuensi estimasi,
sehingga model dinyatakan layak digunakan.
H : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi
estimasi.
Sig > 0,05 ; tolak H , terima H
Sig. ≤ 0,05 ;terima H ,tolak H
b. Uji seluruh model (uji G)
H : � = � = � = � = 0 , dimana tidak ada satupun variabel bebas yang
berpengaruh terhadap variabel terikat.
H : �� ≠ 0, sekurang kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh
terhadap variabel terikat.
Sig > 0,05 : tolak H , terima H
Sig ≤ 0,05 : terima H , tolak H
c. Uji Wald
Uji ini untuk menguji signafikansi setiap variabel bebas.
H : βj = 0 untuk suatu j tertentu; j = 1,2..p maka tidak ada pengaruh antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
Wj ≤ χ�, atau Sig. > 0,05; tolak H , terima H
Wj > χ�, atau Sig. > 0,05; terima H , tolak H
Efek Marginal
Efek marginal dapat melihat rata- rata perubahan dengan cara menghitung suatu
variabel bebas sementara variable lain dianggap konstan. Untuk model logit,
tingkat perubahan probabilitas dari keterjadian sebuah peristiwa adalah sebagai
berikut :
Efek Marjinal = β. P. ( 1 - P)
dimana :
P = probabilitas petani melakukan usahatani kedelai
β = koefisien dari variabel independen
Adapun untuk menghitung tingkat kosmopolitan digunakan metode skoring. Hal
ini dilakukan dengan membuat pertanyaan dan memberikan bobot nilai pada
setiap pertanyaan. Adapun skor dimulai dari 0 – 21 dengan pembagian skor
seperti berikut; 0 ≤ rendah ≤ 7 , 7 < sedang ≤14 dan tinggi > 14.
3.5 Defenisi Dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian dalam istilah istilah
yang digunakan di penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional
Defenisi
1) Petani adalah pelaku usahatani yang sedang ataupun yang pernah
menanam kedelai sebagai usahataninya.
2) Keputusan adalah perilaku yang diambil petani setelah melalui
pertimbangan.
3)
Umur adalah umur dari petani yang yang menjadi responden4)
Tingkat Pendidikan adalah pendidikan formal yang diterima petani dalamtahun
5)
Pengalaman bertani adalah lamanya petani tersebut bergelut di bidangpertanian
6)
Jumlah tanggungan adalah jumlah keluarga yang menjadi tanggung jawabpetani dalam memenuhi kebutuhan mereka.
7) Luas lahan adalah luas lahan yang digunakan oleh petani untuk menanam.
8) Tingkat Kosmopolitan adalah frekuensi petani keluar dari desanya ke desa
lain atau ke kota, frekuensi mengikuti penyuluhan, frekuensi koran yang
dibaca, frekuensi siaran TV yang ditonton.
9) Pendapatan Petani adalah penerimaan petani dikurangi biaya usahatani
dalam melakukan usahatani kedelai ataupun usahatani non kedelai.
10) Harga komoditi adalah harga komoditi yang diterima oleh petani.
11) Melakukan usahatani kedelai adalah petani memutuskan untuk melakukan
usahatani kedelai.
12) Tidak melakukan usahatani kedelai adalah petani memutuskan untuk tidak
Batasan operasional
Adapun batasan operasional dalam penelitian ini yaitu :
1. Daerah penelitian adalah Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara.
2. Waktu Penelitian adalah tahun 2014.
3. Data penelitian ini data sekunder dan data pimer. Data sekunder dengan
menggunakan data minimal lima tahun terakhir, dan data primer dengan
melakukan wawancara melalui kuisioner kepada responden.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
4.1.1 Luas dan Letak Geografis
Kecamatan Beringin memiliki luas wilayah 5.265 Ha atau 52,65 km2 yang
terdiri dari 11 Desa dan 89 . Ibukota Kecamatan Beringin terletak di Desa Karang
Anyer.
Tabel 4.1 Nama Desa, Luas Desa, Jumlah Dusun
No Nama Desa Luas Desa (Km2) Jumlah Dusun
Sumber : Kecamatan Beringin dalam Angka 2013
Daerah ini juga merupakan dataran rendah dengan ketinggian 1 - 8 m dpl. Adapun
koordinat bumi terletak pada titik 03,60862o LU dan 098,88937o BT. Hal ini
menyebabkan Kecamatan ini mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan
musim kemarau.
Ditinjau dari letak geografisnya, Kecamatan Beringin mempunyai batas – batas
wilayah sebagai berikut :
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa dan
Batang Kuis
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pagar Merbau dan
Kecamatan Serdang Bedagai
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam
4.1.2 Keadaan Penduduk
Penduduk di Kecamatan Beringin pada umumnya bersuku Jawa dan Batak.
Sebagian besar penduduk di kecamatan ini beragama Islam dan Kristen. Mereka
hidup rukun dan saling menghormati sehingga tidak terdapat perselihan antar
kelompok dan etnis. Adapun jumlah penduduk di Kecamatan Beringin adalah
54.078 jiwa (12.664 RT). Terdiri dari 27.409 pria dan 26.669 perempuan.
Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Penduduk Setiap Desa di Kecamatan Beringin
No Nama Desa Jumlah
Sumber : Kecamatan Beringin dalam Angka 2013
Sebagian besar penduduk di Kecamatan beringin tergolong dalam usia produktif.
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur di Kecamatan Beringin tahun 2013
No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)
1 0 – 14 16.753 31
2 15 – 55 31.910 59
3 >56 5.415 10
Total 54.078 100
Sumber : Kecamatan Beringin dalam Angka 2013
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk yang terbesar terdapat pada
kelompok umur 15 – 55 tahun dengan persentase 59 % dan yang terendah adalah
kelompok umur >56 dengan persentase 10 % .
Sebagian besar jenis pekerjaan yang terdapat di Kecamatan Beringin adalah di
bidang pertanian, karyawan, pedagang, nelayan, PNS, Polri, dll.
Agama yang dianut oleh masyarakat di Kecamatan Beringin sebagian besar
adalah agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Budha.
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam
kehidupan bermasyarakat. Perkembangan suatu daerah membutuhkan suatu alat
yang dapat mempercepat akses masuknya arus informasi bagi perkembangan
Tabel 4.4 Banyaknya Rumah Ibadah Di Kecamatan Beringin Tahun 2012 Sumber : Kecamatan Beringin dalam Angka 2013
Dari Tabel 4.4 kita dapat melihat rumah ibadah umat Islam yaitu mesjid dan
Mushola paling banyak terdapat di desa Sidodadi Ramunia sedangkan gereja dan
kuil tidak terdapat di desa tersebut. Di desa Sidodadi juga terdapat Vihara.
Sedangkan rumah ibadah umat Kristen terdapat paling banyak di desa Sidoarjo 2
Ramunia. Sedangkan rumah ibadah agama lain tidak terdapat di desa tersebut.
Untuk pendidikan terdapat 25 SD Negeri, 1 SMP Negeri, dan 1 SMA Negeri.
Sedangkan untuk sekolah swasta terdapat 2 SD swasta, 9 SMP Swasta, 7 SMA
Tabel 4.5 Sarana Pendidikan Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta
Sumber : Kecamatan Beringin dalam Angka 2013
Dari tabel 4.5 kita dapat melihat Desa Beringin merupakan desa yang mempunyai
sekolah dasar terbanyak di Kecamatan Beringin yaitu sebanyak 6 unit Sekolah
Dasar. Sedangkan desa yang mempunyai Sekolah Menengah Pertama terbanyak
yaitu desa Sidodadi Ramunia sebanyak 4 unit SMP. Begitupun untuk SMA, Desa
Sidodadi merupakan desa yang mempunyai SMA paling banyak di Kecamatan
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Variabel
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, faktor – faktor yang diduga
dapat mempengaruhi keputusan petani yaitu umur petani, tingkat pendidikan
petani, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan petani, luas lahan, tingkat
kosmopolitan, pendapatan petani, dan harga di tingkat petani.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar petani tetap menanam
kedelai walaupun tidak setiap tahun melakukan usahatani kedelai, karena petani
menyadari bahwa tanaman kedelai bagus untuk meningkatkan unsur hara di lahan
pertanian yang mereka usahakan.
Tabel 5.1 Distribusi Keputusan Petani dalam melakukan Usahatani Kedelai Keputusan Keputusan untuk Melakukan Usahatani Kedelai
Total Persentase
penelitian tidak melakukan usahatani kedelai sebagaimana yang telah diprogram
kan pemerintah. Hal ini disebabkan, petani mengalami trauma karena pada tahun
sebelumnya petani mengalami gagal panen 2 tahun berturut turut dikarenakan
cuaca yang tidak menentu. Hal ini menjadi pengalaman bagi petani untuk tidak
melakukan usahatani kedelai pada tahun 2014, tetapi pada tahun 2014 keadaan
menanam kedelai dapat merasakan hasil panen kedelai yang bagus dan harga yang
tinggi.
Adapun kuisioner yang disebarkan adalah sebanyak 94 kuisioner. Tetapi, dalam
mengolah data menggunakan software spss, didapatkan satu sampel data yang
bermasalah dan tidak cocok untuk dijadikan data penelitian, oleh sebab itu,
peneliti memutuskan untuk menghapus satu outliner sampel dari data.
Adapun variabel bebas yang diteliti adalah
(1) Deskripsi variabel umur
Variabel ini adalah variabel yang mencerminkan umur petani sampel. Variabel
ini diukur menggunakan satuan tahun. Adapun hasil dari kuisioner yang telah
disebar maka didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 5.2 Jumlah Responden Berdasarkan Umur
Umur Jumlah (orang)
antara 31- 45 tahun. Dalam hal ini sebagian besar petani sampel sedang dalam
usia tenaga kerja dan produktif, hal ini seperti yang dijelaskan dalam undang –
undang no 13 tahun 2003 bab 1 pasal 1 ayat 2 disebutkan tenaga kerja adalah
atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
bermasyarakat. Batas usia yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15- 64
tahun.
(2) Deskripsi variabel tingkat pendidikan petani
Variabel ini adalah variabel yang menunjukkan pendidikan formal yang
dimiliki oleh petani. Variabel ini dihitung berdasarkan tahun yang dijalani
petani dalam menempuh pendidikan formal.
Adapun dari hasil kuisioner yang telah disebar maka didapatkan data seperti
yang tercantum dalam Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Formal yang Ditempuh
Tahun Jumlah (orang)
< 6 tahun 1
6 tahun (SD) 29
9 tahun (SMP) 17
12 tahun (SMA) 47
>12 Tahun -
Jumlah 93
Sumber : data primer diolah
Dari Tabel 5.3 kita dapat menarik kesimpulan bahwa sebagian besar petani
sampel yaitu 47 orang petani sampel mempunyai latar pendidikan yang layak,
hal ini sesuai dengan program pemerintah yang mewajibkan program belajar 9
tahun yaitu sampai tingkat SMP.
Variabel ini mencerminkan lamanya petani sampel bergelut dalam usahatani
yang dijalaninya. Seperti yang dilihat pada lampiran 1. Maka kita dapat
menarik kesimpulan rata- rata petani sudah menggeluti profesi sebagai petani
selama puluhan tahun. Adapun data pengalaman berusatahani yang berhasil di
himpun terdapat dalam Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Pengalaman Responden Menggeluti Bidang Pertanian berdasarkan Tahun
Pengalaman Berusahatani (tahun) Orang
≤ 10 7
11 – 20 31
21 – 30 33
31 – 40 16
41 – 50 6
Jumlah 94
Sumber : data primer diolah
(4) Deskripsi jumlah tanggungan petani
Variabel ini adalah variabel yang mencerminkan jumlah tanggungan yang
harus ditanggung petani dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal ini
memacu petani untuk memikirkan usahatani apa yang cocok untuk dilakukan
agar tidak mengalami kerugian.
Tabel 5.5 Jumlah Tanggungan Responden
Jumlah Tanggungan Jiwa
Sumber : data primer diolah
Dari Tabel 5.5 kita dapat melihat rata- rata jumlah tanggungan petani yaitu 3
orang, yang terdiri dari istri, dan anak- anak.
(5) Deskripsi luas lahan
Variabel ini mencerminkan luas lahan yang digunakan dalam berusahatani.
Variabel ini diukur dengan dengan satuan ha. Sebagian besar petani memiliki
luas lahan < 1 ha. Petani yang memiliki luas lahan lebih dari 1 ha, memilih
untuk melakukan usahatani padi.
memiliki sawah 0,51- 1 ha. Lahan yang digarap adalah lahan sendiri. Sebagian
kecil petani akan menambah luas lahan usahatani mereka dengan cara
menyewa jika sudah memasuki musim tanam padi.
Variabel ini adalah variabel yang mencerminkan sikap keterbukaan responden
terhadap informasi – informasi yang berkembang di masyarakat. Variabel ini
dihitung dengan menggunakan skor di setiap pertanyaan. Dimana pembagian
skor tersebut terdiri dari rendah, sedang dan tinggi.
Tabel 5.7 Skor Tingkat Kosmopolitan Responden
Skor Jumlah (orang) Persentase (%)
0 ≤Rendah ≤ 7 20 21,5
7 < Sedang ≤ 14 70 75,3
Tinggi > 14 3 3,2
Jumlah 93 100
Sumber : data primer diolah
Dari Tabel 5.7 kita dapat melihat bahwa keterbukaan petani sampel dalam
kategori sedang. Hal ini menunjukkkan petani sampel mempunyai sikap
keterbukaan yang baik dalam menerima informasi – informasi yang sedang
berkembang di masyarakat.
(7) Deskripsi pendapatan petani
Variabel ini mencerminkan pendapatan petani dalam satu kali musim tanam.
Variabel ini diukur menggunakan satuan mata uang rupiah. Rata- rata petani
sampel yang memiliki pendapatan tinggi adalah petani menanam tanaman
padi.
Selain itu, untuk mencukupi kebutuhan petani sebelum masa tanam dimulai
maka sebagian besar petani melakukan semua pekerjaan yang bisa
menghasilkan duit, seperti berjualan, atau menjadi buruh bangunan, dsb.
Variabel ini mencerminkan harga yang diterima petani dalam menjual produk
pertaniannya. Variabel ini diukur dengan menggunakan satuan rupiah.
Hampir sebagian besar dari petani sampel menjual kepada agen pertanian Di
tahun 2014, petani kedelai mempunyai posisi tawar yang bagus, karena pada
tahun ini, sedikit sekali petani yang menanam kedelai sehingga hasil panen
juga mengalami penurunan produksi.
Tabel 5.8 Distribusi Harga Komoditi di Daerah Penelitian
Nama Komoditi Harga Komoditi
Kedelai 7.400 – 7.800
Semangka 1.300 – 1.400
Jagung 2.800
Padi 4.300 – 4.500
Kacang hijau 13.000
Sumber : data primer diolah
Harga yang diterima oleh petani kedelai berkisar antara 7.400 – 7.800 rupiah.
Harga kedelai tersebut meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya sekitar
4.500 – 5000 rupiah/kg disebabkan pada tahun 2014 petani yang menanam
kedelai sedikit dan mengalami panen yang berhasil tetapi jumlah kedelai
berkurang dibandingkan tahun lalu, sehingga menyebabkan kurangnya kedelai
di pasar . Sedangkan untuk harga padi berkisar 4.300 – 4.500 rupiah, harga
semangka 1.300 – 1.400 rupiah, harga jagung 2.800 rupiah dan harga kacang
hijau 13.000 rupiah.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani untuk
melakukan usahatani kedelai dengan menggunakan regresi model logit. Analisis
ini bertujuan untuk melihat peluang variabel bebas yaitu Umur, Tingkat
Pendidikan , Pengalamn Berusahatani, Jumlah Tanggungan, Luas Lahan, Tingkat
Kosmopolitan, Pendapatan Petani, dan Rasio Harga di tingkat Petani, apakah
memiliki pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat yaitu keputusan menanam
petani untuk melakukan usahatani kedelai (1) dan keputusan petani untuk tidak
melakukan usahatani kedelai (0). Melalui uji yang dianalisis dengan softwaree
spss maka kita dapatkan hasilnya pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam
Pengalaman Berusahatani 0,017 1,017 0,784
Jumlah Tanggungan -0,266 0,766 0,536
Luas Lahan 1,876 6,526 0,384
Tingkat Kosmopolitan 0,113 1,120 0,542
Pendapatan Petani 0,000 1,000 0,005
Harga Ditingkat Petani 0,001 1,001 0,000
Negelkerke R-square = 0,792 G = 82,555 (sig = 0,000)
P = peluang petani melakukan usahatani kedelai
� = Umur ( tahun)
� = Tingkat Pendidikan (tahun)
� =Pengalaman Berusahatani (tahun)
� = Jumlah Tanggungan (orang)
� = Luas Lahan (ha)
� = Tingkat Kosmopolitan (skor)
� = Pendapatan Petani (Rp/ MT)
� = Harga Komoditi (Kedelai ataupun Komoditi pilihan lainnya) (Rp/Kg)
a. Uji Hosmer and Lemeshow Test
H : ( 1- B) = 0, B (distribusi frekuensi estimasi/ observasi) = 1. Artinya tidak ada
perbedaan antara distribusi obeservasi dengan distribusi frekuensi estimasi,
sehingga model dinyatakan sesuai untuk digunakan.
H : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi
estimasi.
Sig > 0,05 ; tolak H , terima H
Sig. ≤ 0,05 ;terima H ,tolak H
Dari hasil perhitungan pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa nilai Chi-square yang
diperoleh adalah sebesar 11,695 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,165.
Tingkat signifikansi yang diperoleh > 0,05, sehingga tolak H , terima H . Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan antara
distribusi observasi dengan distribusi frekuensi estimasi. Sehingga dapat
disimpulkan model sesuai untuk digunakan.
H : � = � = � = � = 0 , dimana tidak ada satupun variabel bebas yang
berpengaruh terhadap variabel terikat.
H : �� ≠ 0, sekurang kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh
terhadap variabel terikat.
Sig > 0,05 : tolak H , terima H
Sig ≤ 0,05 : terima H , tolak H
Dari hasil perhitungan yang ditampilkan pada Tabel 5.9 , dapat dilihat bahwa nilai
G yang diperoleh adalah sebesar 82,555 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Tingkat signifikansi yang diperoleh 0,000 < 0,05. Berdasarkan kriteria
pengambilan keputusan yang telah dibuat maka terima H1 dan tolak H0. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat satu variabel bebas yang
berpengaruh terhadap variabel terikat.
c. Uji Wald
Uji ini untuk menguji signifikansi setiap variabel bebas.
H : βj = 0 untuk suatu j tertentu; j = 1,2..p maka tidak ada pengaruh antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
H : βj≠ 0 maka ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Wj ≤ χ�, atau Sig. > 0,05; tolak H , terima H
Wj > χ�, atau Sig. < 0,05; terima H , tolak H
Dari hasil perhitungan yang ditampilkan pada tabel 18, dapat dilihat nilai Wald
Nilai wald antara variabel umur terhadap keputusan yaitu sebesar -0,24 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,717. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni
0,717 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel umur tidak berpengaruh terhadap
keputusan petani.
Nilai wald antara variabel tingkat pendidikan terhadap keputusan yaitu sebesar
-0,87 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,653. Dari tingkat signifikansi yang
diperoleh yakni 0,653 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat
pendidikan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani.
Nilai wald antara variabel pengalaman berusahatani terhadap keputusan yaitu
sebesar 0,017 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,784. Dari tingkat signifikansi
yang diperoleh yakni 0,784 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman
berusahatani tidak berpengaruh terhadap keputusan petani.
Nilai wald antara variabel jumlah tanggungan terhadap keputusan yaitu sebesar
-0,266 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,536. Dari tingkat signifikansi yang
diperoleh yakni 0,536 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah
tanggungan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani.
Nilai wald antara variabel luas lahan terhadap keputusan yaitu sebesar -1,876
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,384. Dari tingkat signifikansi diperoleh
yakni 0,384 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel luas lahan tidak
berpengaruh terhadap keputusan petani.
Nilai wald antara variabel tingkat kosmopolitan terhadap keputusan yaitu sebesar
diperoleh yakni 0,542 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat
kosmopolitan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani.
Nilai wald antara variabel jumlah pendapatan terhadap keputusan yaitu sebesar
0,000 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,005. Dari tingkat signifikansi yang
diperoleh yakni 0,005 < 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat
pendapatan berpengaruh terhadap keputusan petani.
Nilai wald antara variabel harga komoditi terhadap keputusan yaitu sebesar 0,001
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh
yakni 0,000 < 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel harga komoditi
berpengaruh terhadap keputusan petani.
Dari hasil uji regresi logistik kita bisa menarik kesimpulan bahwa variabel tingkat
pendapatan dan harga komoditi ditingkat petani mempengaruhi keputusan petani
dalam mengusahakan usahatani kedelai.
Adapun nilai marginal efek dari variabel harga adalah sebesar 0,00025 artinya
setiap peningkatan seribu rupiah/kg harga komoditi, maka akan meningkatkan
probabilitas pengambilan keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai
sebesar 0,25%. Hal ini sesuai dengan pendapat Gilaraso (1989) bahwa harga
memegang peranan penting dalam mengambil keputusan jangka panjang dan
jangka pendek semua tingkat dalam suatu industri.
Adapun nilai marginal efek dari variabel pendapatan petani adalah 0,000 artinya
maka akan meningkatkan probabilitas pengambilan keputusan petani untuk
melakukan usahatani kedelai sebesar 0%. Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis
yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang nyata pendapatan petani terhadap
keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai. Hasil analisis ini juga sesuai
dengan teori yang disampaikan Sahidu (1998) bahwa pendapatan usahatani
merupakan sumber motivasi bagi petani dan merupakan faktor kuat yang
mendorong timbulnya kemauan, kemampuan serta terwujudnya kinerja partisipasi
petani.
Adapun variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan
petani. Muda ataupun tua petani tersebut tidak mempengarahi keputusan dari
petani tersebut. Pada kenyataannya di daerah penelitian petani yang menanam
kedelai ada yang berumur muda dan juga yang tua.
Adapun variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan
petani untuk melakukan usahatani kedelai. Karena tinggi atau rendahnya
pendidikan dari petani tersebut tidak berpengaruh terhadap keputusan petani hal
ini tidak sesuai dengan teori yang diutarakan Muhibbin (2002) bahwa tingkat
pendidikan individu merupakan salah satu aspek yang terlibat dalam suatu
pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan dalam pendidikan formal petani tidak
belajar tentang bagaimana mengelola usahatani. Petani mendapatkan pelajaran
mengenai pengelolaan usahatani melalui pengamatan, dan pengalaman dari petani
tersebut selama berusahatani.
Adapun variabel pengalaman berusahatani tidak berpengaruh nyata terhadap
pengalaman petani jika mereka menanam kedelai pada lahan pertanian mereka
maka untuk musim tanam berikutnya hasil pertanian mereka akan meningkat, hal
ini disebabkan kedelai meningkatkan unsur hara di lahan tersebut. Sementara
beberapa tahun belakangan ini petani yang menanam kedelai terus mengalami
gagal panen dikarenakan cuaca yang tidak menentu hal ini tidak sesuai dengan
teori dari Slamet (1995) bahwa keputusan petani dalam menjalankan kegiatan
usahatani lebih banyak mempergunakan pengalaman, baik yang berasal dari
dirinya maupun pengalaman petani lain.
Adapun variabel jumlah tanggungan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan
petani untuk melakukan usahatani kedelai. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis
bahwa jumlah tanggungan petani akan berpengaruh terhadap keputusan petani
dalam melakukan usahatani kedelai dikarenakan petani yang memiliki jumlah
tanggungan sedikit ataupun banyak tetap ada yang menanam kedelai. Biasanya
untuk menutupi kebutuhan keluarga, petani melakukan usaha sampingan lain,
seperti berjualan.
Adapun luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan petani untuk
melakukan usahatani kedelai. Luas atau tidaknya lahan yang dimiliki petani tidak
mempengaruhi keputusan petani. Hal ini disebabkan petani bukan memikirkan
karena luas lahan yang luas atau sempit dalam menanam kedelai tetapi melihat
manfaat dari menanam kedelai untuk kesuburan lahan mereka, sehingga walaupun
mereka mempunyai lahan yang luas ataupun sempit, mereka tetap ada yang