• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Melakukan Usahatani Kedelai (Studi Kasus: Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Melakukan Usahatani Kedelai (Studi Kasus: Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

PETANI UNTUK MELAKUKAN USAHATANI KEDELAI

(Studi Kasus : Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

KIKI FASILIA SIREGAR 090304064

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FAKTOR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

PETANI UNTUK MELAKUKAN USAHATANI KEDELAI

(Studi Kasus : Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

KIKI FASILIA SIREGAR 090304064

AGRIBISNIS

Diajukan kepada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, untuk Memenuhi dari Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Diana Chalil, MSi, PhD) (DR. Ir. Tavi Supriana , MS) NIP.196703031998022001 NIP. 196411021989032001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

KIKI FASILIA SIREGAR (090304064/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Melakukan Usahatani Kedelai (Studi Kasus: Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Diana Chalil, M. Si, Ph. D dan DR. Ir. Tavi Supriana, MS.

Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun terus meningkat, hal ini disebabkan sifat multiguna dari tanaman kedelai itu sendiri. Pemerintah menanggapi hal ini berencana melakukan swasembada kedelai. Tetapi program swasembada kedelai tersebut tidak dapat mencapai target disebabkan partisipasi petani untuk menanam kedelai terus menerus menurun. Hal ini melatarbelakangi peneliti untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi petani dalam memutuskan melakukan usahatani kedelai. Metode penentuan sampel menggunakan rumus Slovin dan dianalisis dengan menggunakan metode regresi logistik.

Hasil penelitian menunujukkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai adalah faktor Harga dan Pendapatan Petani. Sedangkan faktor Umur, Tingkat Pendidikan Petani , Pengalaman Berusahatani, Jumlah Tanggungan, Luas Lahan, dan Tingkat Kosmopolitan tidak mempengaruhi keptusan petani dalam melakukan usahatani kedelai.

.

(4)

RIWAYAT HIDUP

KIKI FASILIA SIREGAR dilahirkan di Medan pada tanggal 03 Juni 1991. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dari Bapak Fachruddin

Siregar dan Ibu Silvia Magdalena.

Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut.

1. Jenjang pendidikan tingkat dasar di SD Muhammadiyah 03 Medan masuk pada

tahun 1997 dan tamat tahun 2003.

2. Jenjang pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Negeri 1 Medan, masuk

pada tahun 2003 dan tamat pada tahun 2006.

3. Jenjang pendidikan tingkat menengah atas di SMA Negeri 1 Medan, masuk

pada tahun 2006 dan tamat pada tahun 2009.

4. Jenjang pendidikan tingkat sarjana (S1) di Departemen Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, masuk tahun 2009 dan tamat pada

tahun 2015.

5. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sei Buluh, Kabupaten

Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2013.

6. Mengadakan penelitian skripsi di Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian... 5

II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.2 Penelitian Terdahulu ... 8

2.3 Landasan Teori ... 9

2.3.1 Teori Keputusan ... 9

2.3.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan ... 13

2.4 Kerangka Pemikiran ... 17

(6)

III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 22

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4 Metode Analisis Data ... 25

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 27

3.5.1 Defenisi ... 28

3.5.2 Batasan Operasional ... 29

IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 30

4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis ... 30

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 31

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 32

V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Variabel ... 35

5.2 Hasil Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Petani untuk Melakukan Usahatani Kedelai ... 42

VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 51

6.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 Produksi, Impor, Ekspor dan Kebutuhan dalam Negeri kedelai

Indonesia 2006 – 2012 dalam Ton ... 2

1.2 Luas Panen , Produktivitas dan Produksi Tanaman Kedelai Provinsi Sumatera Utara ... 3

3.1 Luas Panen Tanaman Kedelai Tahun 2007- 2012 Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara ... 20

3.2 Luas Panen Kedelai per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006 – 2012 ... 21

3.3 Desa. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Kecamatan Beringin Tahun 2012... 22

3.4 Pembagian Sampel di Daerah Penelitian ... 24

3.5 Pembagian Petani Sampel Berdasarkan Pola Rotasi Kedelai ... 24

4.1 Nama Desa, Luas Desa, Jumlah Dusun ... 30

4.2 Distribusi Jumlah Penduduk Pada Setiap Desa di kecamatan Beringin ... 31

4.3 Distribusi Penduduk menurut Kelmopok Umur di Kecamatan Beringin Tahiun 2013 ... 32

4.4 Banyaknya Rumah Ibadah di Kecamatan Beringin Tahun 2012 ... 33

4.5 Sarana Pendidikan Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta ... 34

5.1 Distribusi Keputusan Petani dalam Melakukan Usahatani Kedelai ... 35

5.2 Jumlah Responden Berdasarkan Umur ... 36

(8)

5.4 Penagalam Responden Menggeluti BIdang Pertaniasn Berdasarkan Tahun 38

5.5 JUmlah Tanggungan Responden ... 39

5 6 Luas Lahan Responden ... 39

5.7 Skor Tingkat Kosmopolitan Responden ... 40

5.8 Distribusi Harga Komoditi di Daerah Penelitian ... 41

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1 Skema Kerangka Pemikiran ... 19

(10)

ABSTRAK

KIKI FASILIA SIREGAR (090304064/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Melakukan Usahatani Kedelai (Studi Kasus: Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Diana Chalil, M. Si, Ph. D dan DR. Ir. Tavi Supriana, MS.

Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun terus meningkat, hal ini disebabkan sifat multiguna dari tanaman kedelai itu sendiri. Pemerintah menanggapi hal ini berencana melakukan swasembada kedelai. Tetapi program swasembada kedelai tersebut tidak dapat mencapai target disebabkan partisipasi petani untuk menanam kedelai terus menerus menurun. Hal ini melatarbelakangi peneliti untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi petani dalam memutuskan melakukan usahatani kedelai. Metode penentuan sampel menggunakan rumus Slovin dan dianalisis dengan menggunakan metode regresi logistik.

Hasil penelitian menunujukkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai adalah faktor Harga dan Pendapatan Petani. Sedangkan faktor Umur, Tingkat Pendidikan Petani , Pengalaman Berusahatani, Jumlah Tanggungan, Luas Lahan, dan Tingkat Kosmopolitan tidak mempengaruhi keptusan petani dalam melakukan usahatani kedelai.

.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kedelai (Glysine max (L) Merril) merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM.

Kedelai jenis liar Glycine unuriencis merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang yang berasal dari daerah Manshukuo

(Cina Utara) (Suhartono,dkk. 2008).

Kandungan gizi kedelai cukup tinggi, terutama proteinnya mencapai 34%

sehingga sangat diminati sebagai sumber protein nabati yang relatif murah

dibandingkan dengan protein hewan. Sebagai sumber protein nabati, kedelai

umumnya dikonsumsi dalam bentuk olahan produk yaitu: tahu, tempe, kecap,

tauco, susu kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan (Sudaryanto dan

Swastika, 2007). Kedelai juga digunakan sebagai pangan fungsional penyakit

degenaratif, seperti jantung koroner dan hipertensi. Tidak hanya itu, akibat

berkembangnya industri peternakan terutama unggas, telah mendorong

berkembangnya industri pakan ternak, dimana bungkil kedelai banyak digunakan

sebagai sumber protein dalam komposisi pakan unggas (Tangendjaja,dkk, 2003).

Sifat multiguna yang terdapat pada kedelai menyebabkan tingginya permintaan

kedelai dalam negeri. Dalam data BPS tahun 2013 yang disajikan pada Tabel 1.1

terlihat bahwa kebutuhan akan kedelai masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun

selalu mengalami peningkatan sedangkan produksi kedelai dalam negeri tidak

(12)

Tabel 1.1 Produksi, Impor, Ekspor dan Kebutuhan dalam Negeri kedelai Indonesia tahun 2006 – 2012 dalam Ton

Tahun Produksi Impor Ekspor Kebutuhan Dalam

Negeri

cenderung mengalami peningkatan. Hampir rata- rata setiap tahun kita

membutuhkan kedelai sebesar 2,3 juta ton dan produksi kedelai hanya di kisaran

800 ribu ton, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri kita melakukan impor

kedelai setiap tahun dengan rata-rata 1,5 juta ton.

Suswono (Menteri Pertanian) mengatakan bahwa salah satu faktor yang

menyebabkan produksi kedelai lokal saat ini masih terkendala adalah para petani

yang kurang berminat menanam kedelai, sehingga pemerintah terpaksa

mengimpor. (AntaraNews.com, 2013). Kepala Sub Bagian Program Dinas

Pertanian Sumut Lusiantini mengungkapkan, bahwa hal ini terjadi dikarenakan

petani sulit diarahkan untuk mengembangkan kedelai. Menurut petani, kedelai

dianggap bukan sebagai komoditas yang menguntungkan mereka. Akibatnya

semakin lama petani kedelai di Sumut semakin menyusut jumlahnya. Begitupun,

dengan hasil produksi yang dapat dihasilkan (Medanbisnisdaily, 2015).

Menanggapi kebutuhan kedelai dalam negeri yang terus meningkat maka

Pemerintah menargetkan tahun 2014 merupakan tahun bagi Indonesia untuk

(13)

pemerintah akan menambah areal tanam kedelai seluas 340 ribu hektare. Areal

tanam tersebut tersebar di 15 provinsi di Indonesia. Daerah tersebut di antaranya

Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan dan ada provinsi yang cukup besar

ditargetkan dalam menghasilkan kedelai, di antaranya Jambi, Sulawesi Selatan,

Lampung, Sumatera Utara, Banten, dan Sulawesi Barat (Tempo,2014).

Sumatera Utara sebagai salah satu daerah yang ditargetkan dalam mengahasilkan

kedelai, merupakan provinsi yang mempunyai produksi kedelai berfluktuatif. Hal

ini terlihat dari tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Kedelai Provinsi Sumatera Utara

mengalami fluktuasi produksi kedelai. Pada tahun 2005, Sumatera Utara mencapai

produksi kedelai tertinggi yaitu 15.793 ton dalam kurun tahun 2000 - 2012. Tetapi

untuk tahun selanjutnya terus mengalami naik turun produksi yang cenderung

(14)

Pemerintah dalam menghadapi permasalahan produksi kedelai yang berfluktuatif

melakukan beberapa upaya yaitu upaya pencapaian sasaran produksi kedelai

secara khusus yang dikelola melalui Program Peningkatan Produksi,

Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan

Swasembada Berkelanjutan dengan kegiatan antara lain: (1) pelaksanaan SL-PTT

kedelai seluas 350 ribu hektar di 35.000 unit/kelompok SLPTT; (2) pemberian

Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) untuk kedelai sebanyak 14.000 ton

benih untuk luasan tanam 350 ribu hektar dan benih bersubsidi sebanyak 2.500

ton; (3) pemberdayaan penangkar benih kedelai 2.500 ha; (4) penurunan susut

hasil produksi kedelai 0,50%; dan (5) pengendalian Organisme Penggangu

Tanaman (OPT) yang disalurkan ke seluruh provinsi khususnya di daerah endemi

OPT (Deptan,2013).

Untuk di Sumatera Utara, Pemerintah sudah mengalokasikan benih kedelai gratis

sebanyak 7.640 ton ke petani Sumut pada tahun 2012 (Razali, 2012). Selain itu

pengadaan pupuk bersubsidi juga telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

gairah petani menanam kedelai.

Melihat luas lahan yang berfluktuasi setiap tahun dan upaya - upaya pemerintah

yang telah dilakukan, maka menjadi sebuah pertanyaan mengapa petani kedelai

tidak konsisten dalam melakukan usaha tani kedelai setiap tahun?. Dengan

(15)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di latar belakang, maka dapat

dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah faktor apa saja yang

mempengaruhi keputusan petani dalam membuat keputusan mengusahakan

usahatani kedelai di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui dan Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani

dalam memutuskan mengusahakan usahatani kedelai di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi petani sebelum mengambil keputusan untuk

mengusahakan tanaman kedelai.

2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk

petani kedelai.

3. Sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang berhubungan

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tapi kontradiktif dalam sistem

usahatani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari

seluruh luas areal tanaman pangan, namun komoditas ini memegang posisi sentral

dalam kebijaksanaan pangan nasional karena perannya sangat penting dalam

menu pangan penduduk. Kedelai telah dikenal sejak awal sebagai sumber protein

nabati bagi penduduk Indonesia namun komoditas ini tidak pernah menjadi

tanaman pangan utama seperti halnya padi (Supadi,2009).

Menurut Sumarno (2011) kedelai telah dibudidayakan di Indonesia sejak 1746,

menerapkan teknologi asli petani, pada lahan sawah sebagai rotasi tanaman padi.

Pada tahun 1960 luas areal tanam kedelai di Indonesia menduduki posisi ke tiga

terluas di dunia, tetapi selanjutnya tidak dapat berkembang hingga sekarang.

Untuk mencapai swasembada kedelai perlu memperluas areal tanam pada lahan

sawah bekas tanaman padi. Penerapan pola rotasi padi-padi-kedelai di lahan

sawah secara nasional, selain memperbaiki kesuburan tanah, juga mampu

meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan produksi kedelai menuju

swasembada.

Dalam kelompok tanaman pangan kedelai merupakan komoditas terpenting ketiga

setelah padi dan jagung. Lebih dari 90 persen kedelai Indonesia digunakan

(17)

dan tempe, 10 persen untuk pengolahan lainnya dan sekitar 2 persen untuk benih

(Sudaryanto dan Swastika,2007).

Permintaan kedelai terus meningkat dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, pada

tahun 2009 kebutuhan nasional kedelai adalah sebesar 2.2 juta ton, sedangkan

produksi dalam negeri 0.9 juta ton. Laju akan kebutuhan kedelai nasional tidak

diikuti oleh ketersediaan pasokan yang mencukupi, karena pertumbuhan produksi

lebih lambat dibandingkan permintaan konsumsi kedelai, sehingga dilakukan

impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai nasional . Kesenjangan produksi dan

konsumsi ini makin nyata dikarenakan komoditas kedelai juga merupakan bahan

baku industri pakan ternak yang kebutuhannya terus meningkat dari tahun ke

tahun sejalan peningkatan konsumsi hewani oleh masyarakat. Dengan kondisi

tersebut, Indonesia selalu menghadapi defisit yang terus meningkat dan

menjadikan Indonesia sangat tergantung pada kedelai impor (Zakaria, 2010).

Dengan memperhatikan besarnya kebutuhan kedelai dalam negeri untuk pasokan

industri (tahu, tempe, kecap, dan sebagainya) yang menghasilkan bahan pangan

bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan impor kedelai yang terus meningkat,

maka berbagai upaya pemerintah seharusnya diarahkan untuk dapat meningkatkan

produksi kedelai dalam negeri dan memperkecil impor kedelai, yang tentunya saja

menghabiskan banyak devisa negara. (Zakiah, 2011).

Penurunan produksi kedelai di Sumatera Utara dikarenakan penurunan luas panen

kedelai di beberapa sentra produksi kedelai di Sumatera Utara seperti di daerah

Langkat. Penurunan luas panen kedelai di Sumatera Utara disebabkan petani

(18)

petani enggan adalah petani terus merugi dimana biaya produksi tidak sebanding

dengan pendapatan (Faiq, 2012).

2.2 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhendrik (2013) menyatakan bahwa

variabel pendidikan non formal, pengalaman, peran penyuluhan, pemasaran dan

program SL-PTT Kedelai secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan

petani melakukan usahatani kedelai.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siagian (2003) mengatakan bahwa petani

dalam mengambil keputusan untuk menentukan jenis sayur yang akan ditanam

dipengaruhi oleh tingkat kosmopolitan, jumlah anggota keluarga , dan

pendapatan. Sedangkan tingkat pendidikan, lama bertani, pengetahuan mengenai

informasi pasar, luas lahan, harga jual tidak mempengaruhi keputusan untuk

menentukan jenis sayur yang ditanam.

Fardiaz (2008) mengemukakan bahwa keputusan petani dipengaruhi oleh variabel

usia, luas lahan serta faktor pengalaman bertani organik dan non organik serta

tingkat kosmopolitan seperti interaksi dengan radio, surat kabar, pamflet dan PPL

memiliki hubungan yang sangat nyata terhadap pengambilan keputusan inovasi.

Sedangkan variabel tingkat pendidikan formal dan pendidikan non formal petani

tidak berhubungan nyata dengan tingkat pengambilan keputusan inovasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Zakaria (2010) menjelaskan kebutuhan kedelai

yang terus meningkat tidak diimbangi produksi dalam negeri sehingga untuk

(19)

kedelai dalam negeri terus menurun secara tajam sejalan dengan menurunnya luas

areal tanam. Menurunnya luas areal tanam kedelai sebagai akibat rendahnya

partisipasi petani dalam menanam kedelai. Partisipasi petani rendah menanam

kedelai diakibatkan harga yang diterima petani tidak menguntungkan petani.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2008) di Desa Sukorejo Kecamatan

Sambirejo, Kabupaten Sragen menjelaskan bahwa faktor – faktor yang

mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian padi

organik dipengaruhi umur, luas lahan usahatani, tingkat pendapatan dan sifat

inovasi adalah tidak signifikan. Sedangkan pengaruh tingkat pendidikan,

lingkungan sosial, lingkungan ekonomi sangat signifikan.

2.3 Landasan Teori 2.3.1 Teori Keputusan

Teori keputusan adalah teori mengenai cara memilih pilihan diantara pilihan –

pilihan yang terssedia secara acak guna mencapai tujuan yang hendak diraih

(Hansson,2005). Keputusan-keputusan yang diambil oleh seseorang dapat

dipahami melalui dua pendekatan pokok, yaitu pendekatan normatif dan

pendekatan deskriptif. Pendekatan normatif menekankan pada apa yang

seharusnya dilakukan oleh pembuat keputusan sehingga diperoleh suatu

keputusan yang rasional. Pendekatan deskriptif menekankan pada apa saja yang

telah dilakukan orang yang membuat keputusan tanpa melihat apakah keputusan

yang dihasilkan itu rasional atau tidak rasional (Suharnan, 2005). Pengambilan

(20)

Menurut Roger (2003), beberapa tahapan adopsi dari proses pengambilan

keputusan inovasi mencakup:

1) Tahap munculnya Pengetahuan (knowledge) ketika individu diarahakan untuk

memahami keuntungan ataupun manfaat dan bagaimana suatu inovasi

berfungsi

2) Tahap Persuasi (Persusion) yaitu ketika individu membentuk sikap baik atau

tidak baik (menerima atau tidak meneima)

3) Tahap Keputusan (Desicion) yaitu ketika serang individu terlibat dalam

aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi ataupun penolakan sebuah

inovasi

4) Tahap Implementasi (Implementation) ketika individu sudah menetapkan

penggunaan suatu inovasi

5) Tahap Konfirmasi (Confirmation) ketika individu mencari penguatan

terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang telah dibuat

sebelumnya.

Menurut Rogers (2003) pengambilan keputusan oleh petani baik berupa

penolakan maupun penerimaan suatu inovasi tidak terlepas dari berbagai

pertimbangan menguntungkan atau tidak menguntungkan suatu teknologi bagi

pengusahanya (petani). Tingkat adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh

karakteristik inovasi itu sendiri, karakteristik penerima inovasi dan saluran

komunikasi.

(21)

1) Keuntungan relatif (relative advantage) merupakan derajat dimana inovasi diterima dan dipandang jauh lebih baik daripada teknologi sebelumnya yang

biasanya dilihat dari segi keuntungan ekonomi dan keuntungan ekonomi dan

keuntungan sosial (prestise dan persetujuan sosial).

2) Kesesuain (compability), merupakan derajat dimana inovasi dipandang sesuai/konsisten dengan nilai- nilai sosial budaya yang ada, pengalaman masa

lalu dan kebutuhan- kebutuhan adopter.

3) Kerumitan (complexity), merupakan derajat dimana inovasi dianggap sulit untuk dimengerti dan digunakan.

4) Kemungkinan dicoba (triability) merupakan derajat dimana inovasi dianggap mungkin untuk diujicobakan secara teknis dalam skala kecil.

5) Kemungkinan untuk diamati (observability) merupakan dimana hasil dari inovasi dapat dilihat atau dirasakan oleh adopter.

Menurut Soekartawi (1988) terdapat beberapa karakteristik penerima inovasi

(petani) dalam suatu inovasi seperti umur, pendidikan, pengalaman bertani,

pendapatan, luas lahan, tingkat kosmopolitan, tingkat partisipasi.

Roger (2003) menjelaskan bahwa saluran komunikasi juga mempengaruhi tingkat

adopsi suatu inovasi yang dikategorikan menjadi dua yaitu:

1) Saluran media massa (Mass Media Channel), media massa dapat berupa radio, surat kabar, televisi, dan lain- lain. Kelebihan media massa adalah

dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber.

(22)

2.3.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya maka peneliti merangkum faktor – faktor

yang di duga mempengaruhi keputusan petani dalam memutuskan melakukan

usahatani kedelai adalah umur, tingkat pendidikan, luas lahan usahatani, jumlah

tanggungan, pengalaman berusahatani, tingkat kosmopolitan, pendapatan petani,

dan harga komoditi.

1. Umur

Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam

bekerja. Bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan

besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).

Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin

berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun

pula prestasinya. Dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak

akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2008).

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreativitas

manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan

kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia.

Usaha-usaha penduduk berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan rendah

(Kartasapoetra, 1994).

Konsep pendidikan terbagi menjadi dua jenis yaitu pendidikan formal, non

(23)

mempunyai jenjang dan dibagi dalam waktu – waktu tertentu (Combs dan

Manzoor,1985). Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan luar sekolah yang

diselenggarakan oleh masyarakat guna meningkatkan kemampuan menerapkan

ilmu pengetahuan yang telah diperoleh peserta didik dari lingkungan formal ke

dalam lingkungan pekerjaan praktis di masyrakat. Bentuk pendidikan non formal

dapat berupa pelatihan, kursus, penataran, magang, dan penyuluh. Slamet (2003)

menyatakan bahwa penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan luar

sekolah (pendidikan non formal) untuk petani dan keluarganya dengan tujuan agar

mereka mampu dan sanggup memerankan dirinya sebagai warga negara yang baik

sesuai dengan bidang profesinya, serta mampu, sanggup dan berswadaya

memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan sendiri dan masyarakatnya.

Menurut Muhibbin (2002) pendidikan adalah tahapan kegiatan yang bersifat

kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk

menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan,

kebiasaan, sikap dan sebagainya. Tingkat pendidikan individu merupakan salah

satu aspek yang terlibat dalam suatu pengambilan keputusan.

3. Pengalaman Bertani

Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusaha berpengaruh

dalam menerima inovasi dari luar. Bagi yang mempunyai pengalaman yang sudah

cukup lama akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada pemula.

Lubis (2000) juga berpendapat bahwa orang yang mempunyai pengalaman yang

(24)

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan orang

yang kurang berpengalaman.

Dalam prinsip belajar seseorang cenderung lebih mudah menerima atau memilih

sesuatu yang baru, bila memiliki kaitan dengan pengalaman masa lalunya.

Keputusan petani dalam menjalankan kegiatan usahatani lebih banyak

mempergunakan pengalaman, baik yang berasal dari dirinya maupun pengalaman

petani lain. Bila pengalaman usahatani banyak mengalami kegagalan, maka petani

akan sangat berhati – hati dalam memutuskan untuk menerapkan suatu inovasi

yang diperolehnya (Slamet,1995).

4. Jumlah Tanggungan

Menurut Hasyim (2006) jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor

yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi

kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani

untuk melakukan banyak aktivitas dalam mencari dan menambah pendapatan

keluarganya.

Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang

akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan

mempengaruhi keputusan dalam berusaha. Petani yang memiliki jumlah

tanggungan yang besar harus mampu mengambil keputusan yang tepat agar tidak

mengalami resiko yang fatal (Soekartawi, 1999).

(25)

Kekosmopolitan seseorang dapat dicirikan oleh frekuensi dan jarak yang

dilakukan, serta pemanfaatan media massa. Mosher (1978) menjelaskan bahwa

keterbukaan seseorang berhubungan dengan penerimaan perubahan –perubahan

seseorang untuk meningkatkan usahatani mereka.

Tingkat kosmopolitan petani dapat diketahui dengan mengetahui frekuensi petani

keluar dari desanya ke desa lain atau ke kota, frekuensi mengikuti penyuluhan,

frekuensi petani bertemu dengan tokoh inovator, koran yang dibaca, siaran televisi

yang ditonton dan siaran radio yang didengar (Soekartawi, 1988). Penyuluhan

sendiri bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian, hal ini dicapai dengan

merangsang petani untuk memanfaatkan teknologi modern dan ilmiah yang

dikembangkan melalui suatu penelitian (Van den Ban dan Hawkins, 1999).

6. Luas Lahan

Sumaryanto dkk (2003) menejelaskan secara sosiologis, luas lahan yang dimiliki

seseorang menunujukkan tingkatan struktur sosial seseorang dalam

masyarakatnya. Sajogyo (1999) lahan merupakan salah satu faktor penting yang

menetukan status petani, apakah tergolong sebagai petani miskin atau petani yang

lebih tinggi taraf hidupnya. Tingkat luasan usahatani menggambarkan tingkat

kesejahteraan masyarakat petani, semakin luas areal tani menggambarkan semakin

tinggi produksi dan pendapatan yang diterima.

7. Pendapatan Petani

Sahidu (1998) pendapatan usahatani merupakan sumber motivasi bagi petani dan

merupakan faktor kuat yang mendorong timbulnya kemauan, kemampuan serta

(26)

setiap petani dan keluarganya ingin meningkatkan produksi dalam usahataninya

untuk memperoleh pendapatan yang sebesar- besarnya agar hidup lebih sejahtera.

Menurut Mosher (2002), pada bidang pertanian pendapatan merupakan produksi

yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurangi dengan biaya yang

dikeluarkan selama kegiatan usahatani.

8. Harga Komoditi

Gilaraso (1989) bahwa harga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan

penawaran, sehingga harga memegang peranan penting dalam mengambil

keputusan jangka panjang dan jangka pendek semua tingkat dalam suatu industri.

2.4 Kerangka Pemikiran

Kedelai merupakan tanaman yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.

Permintaan kedelai setiap tahunnya terus meningkat, tetapi tidak diikuti dengan

produksi kedelai dalam negeri. Sehingga Indonesia menjadi negara pengimpor

kedelai. Pemerintah sudah berusaha untuk meningkatkan produksi dalam negeri

diantaranya dengan mensubsidi bibit kedelai dan menargetkan pertambahan luas

tanam kedelai di setiap provinsi di Indonesia. Tetapi, kenyataan di lapangan target

yang dicanangkan pemerintah jarang sekali dapat dipenuhi. Hal ini berkaitan erat

dengan petani sebagai pelaku utama dalam usahatani kedelai ini.

Kecamatan Beringin merupakan salah satu Kecamatan yang mempunyai luas

panen kedelai yang tinggi di Kabupaten Deli Serdang. Di daerah tersebut hampir

seluruh penduduknya bekerja sebagai petani padi sawah. Selain padi sawah,

(27)

sebagai tanaman rotasi. Tentu saja dalam menentukan atau memutuskan komoditi

apa yang akan ditanam sebagai tanaman rotasi ada faktor – faktor yang

mempengaruhinya. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat faktor apa yang

mempengaruhi petani dalam memilih komoditi kedelai.

Petani yang merupakan pelaku utama usahatani kedelai ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor dalam mengambil keputusan memilih atau tidak memilih

komoditi kedelai. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi

keputusan petani dalam melakukan usaha tani kedelai, maka peneliti merangkum

beberapa faktor yang diduga mempengaruhi keputusan yaitu (1)umur,

(2)pendidikan, (3)pengalaman berusahatani, (4)jumlah tanggungan, (5)luas lahan,

(28)

Keterangan :

: Ada Pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, landasan teori dan kerangka

pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh yang nyata

dari variabel umur, pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan,

luas lahan usahatani, tingkat kosmopolitan pendapatan petani, dan harga di tingkat

petani terhadap keputusan petani dalam mengusahakan usahatani kedelai.

Faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan petani:

1. Umur

2. Tingkat Pendidikan 3. Pengalaman Berusahatani 4. Jumlah Tanggungan 5. Luas Lahan

6. Tingkat Kosmopolitan 7. Pendapatan Petani

8. Rasio Harga di tingkat petani

Tidak Melakukan Usahatani Kedelai Melakukan

Usahatani Kedelai

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Terdapat tiga Kabupaten yang mempunyai luas panen kedelai terluas di Sumatera

Utara . Hal ini bisa dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Luas Panen Tanaman Kedelai Tahun 2007 – 2012 Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara

(30)

Kabupaten Langkat, Deli Serdang dan Serdang Bedagai mempunyai luas panen

kedelai terbesar di Sumatera Utara. Daerah penelitian ditentukan secara purposive sampling. Dalam hal melihat faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai, peneliti memilih Kabupaten Deli Serdang

disebabkan hasil panen yang berfluktuatif setiap tahun. Hal ini menunjukkan,

adanya perubahan keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai setiap

tahunnya. Sedangkan untuk Kabupaten Serdang Bedagai mengalami peningkatan

luas panen yang berarti adanya pertambahan petani yang melakukan usahatani

kedelai. Untuk Kabupaten Langkat juga terjadi penurunan luas panen yang berarti

adanya penurunan petani dalam melakukan usahatani kedelai.

Di Kabupaten Deli Serdang terdapat 22 kecamatan, tetapi tidak semua kecamatan

tersebut menghasilkan kedelai. Hal ini dapat dijelaskan melalui Tabel 3.2.

(31)

Sumber : BPP Kecamatan Beringin 2013

Dari data pada Tabel 3.2 kita dapat melihat bahwa hampir setiap tahun Kecamatan

Beringin menjadi salah satu kecamatan yang mempunyai luas panen kedelai yang

tinggi di Kabupaten Deli Serdang. Tetapi setiap tahunnya Kecamatan Beringin

juga mengalami fluktuasi luas panen kedelai.

Di Kecamatan Beringin sendiri tidak semua desa yang menanam kedelai. Hal ini

dapat kita lihat pada tabel 3.3 berikut ini :

Tabel 3.3 Desa, Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas kedelai Di

merupakan desa yang menghasilkan kedelai. Atas pertimbangan tersebut, maka

peneliti menetapkan Desa Sidodadi Ramunia dan Desa Beringin menjadi daerah

penelitian.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi sawah di Desa Sidodadi Ramunia

dan Desa Beringin, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Dalam

(32)

Berdasarkan data yang ada pada BPP Kecamatan Beringin terdapat sebanyak

1018 petani padi sawah di desa Sidodadi Ramunia dan 641 petani padi sawah di

desa Beringin. Sehingga total populasi petani di daerah penelitian adalah 1.659

orang.

Petani padi sawah tersebut menggunakan sistem rotasi pada setiap musim tanam.

Sehingga tidak semua petani melakukan usahatani kedelai pada masa rotasi

tanaman, tapi bisa juga menanam jagung, ubi, ataupun semangka. Tetapi, hampir

seluruh petani di daerah penelitian pernah menanam tanaman kedelai.

Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diteliti, maka peneliti menggunakan

rumus Slovin, yaitu : � = �

+�.�2

Dimana

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel

yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (Umar,2000)

Melalui rumus Slovin dengan persen kelonggaran sebesar 10%, maka jumlah

sampel yang diambil berdasarkan jumlah populasi petani di daerah penelitian

adalah sebesar :

� =

+ . , 2= 94,3

Sehingga dapat diketahui jumlah sampel yang akan diteliti adalah sebesar 94

(33)

Adapun pembagian sampel secara proposional dari dua desa tersebut adalah:

Tabel 3.4 Pembagian Sampel Di Daerah Penelitian

No Nama Desa Jumlah

Populasi

Jumlah Sampel

1 Sidodadi Ramunia 1018 1018/1659 x 94 = 58

2 Berinigin 641 641/1659 x 94= 36

Jumlah 1659 94

Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan sensus untuk sampel yang

melakukan usahatani kedelai, mengingat sedikitnya jumlah petani yang menanam

kedelai. Dan menggunakan teknik non probability sample untuk yang tidak melakukan ushatani kedelai. Menurut Sugiyono (2011) non probability sampling

yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang

sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel

yaitu dengan teknik snowball .

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer.

Data sekunder diperoleh melalui Instansi dan Dinas terkait seperti Badan Pusat

Statistika (BPS), dan BPP Kecamatan Beringin. Adapun data sekunder yang

diperlukan adalah data luas panen dan produksi kedelai di Sumatera Utara,

Kabupaten Deli Serdang dan Kecamatan Beringin, data populasi petani di daerah

penelitian. Sedangkan data primer diperoleh melalui hasil wawancara langsung

dengan responden di daerah penelitian melalui daftar kuisioner yang telah

(34)

3.4 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner, akan ditabulasikan kemudian

dianalisis. Data tersebut akan diuji dengan metode regresi logistik. Model logistik

adalah prosedur permodelan yang diterapkan untuk memodelkan variabel respon

(Y) yang bersifat kategori berdasarkan satu atau lebih variabel prekdiktor (X),

baik itu yang bersifat kategori maupun kontiniu (Agresti,1990). Adapun rumus

dari metode logit ini adalah:

ln { � �

−� � } = β + β X (Gujarati, 2012)

Y = β + β X + β X + β X + β X + β X + β X + β X + β X

Dimana :

p (x) adalah Peluang petani melakukan usahatani kedelai

1- p(x) adalah Peluang petani tidak melakukan usahatani kedelai

Y = Keputusan Petani

1 = Petani menanam usahatani kedelai

0 = Petani tidak menanam usahatani kedelai

� = Umur (tahun)

� = Tingkat Pendidikan (tahun)

� =Pengalaman Berusahatani (tahun)

� = Jumlah Tanggungan (orang)

� = Luas Lahan (ha)

� = Tingkat Kosmopolitan (skor)

� = Pendapatan Petani (Rp/ MT)

(35)

� , � , � ,� ,� ,� , � , � , � adalah Parameter

Kriteria Uji

a. Uji Hosmer and Lemeshow Test

H : ( 1- B) = 0, B (distribusi frekuensi estimasi/ observasi) = 1. Artinya tidak ada

perbedaan antara distribusi obeservasi dengan distribusi frekuensi estimasi,

sehingga model dinyatakan layak digunakan.

H : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi

estimasi.

Sig > 0,05 ; tolak H , terima H

Sig. ≤ 0,05 ;terima H ,tolak H

b. Uji seluruh model (uji G)

H : � = � = � = � = 0 , dimana tidak ada satupun variabel bebas yang

berpengaruh terhadap variabel terikat.

H : � ≠ 0, sekurang kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh

terhadap variabel terikat.

Sig > 0,05 : tolak H , terima H

Sig ≤ 0,05 : terima H , tolak H

c. Uji Wald

Uji ini untuk menguji signafikansi setiap variabel bebas.

H : βj = 0 untuk suatu j tertentu; j = 1,2..p maka tidak ada pengaruh antara

variabel bebas dengan variabel terikat.

(36)

Wj ≤ χ�, atau Sig. > 0,05; tolak H , terima H

Wj > χ�, atau Sig. > 0,05; terima H , tolak H

Efek Marginal

Efek marginal dapat melihat rata- rata perubahan dengan cara menghitung suatu

variabel bebas sementara variable lain dianggap konstan. Untuk model logit,

tingkat perubahan probabilitas dari keterjadian sebuah peristiwa adalah sebagai

berikut :

Efek Marjinal = β. P. ( 1 - P)

dimana :

P = probabilitas petani melakukan usahatani kedelai

β = koefisien dari variabel independen

Adapun untuk menghitung tingkat kosmopolitan digunakan metode skoring. Hal

ini dilakukan dengan membuat pertanyaan dan memberikan bobot nilai pada

setiap pertanyaan. Adapun skor dimulai dari 0 – 21 dengan pembagian skor

seperti berikut; 0 ≤ rendah ≤ 7 , 7 < sedang ≤14 dan tinggi > 14.

3.5 Defenisi Dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian dalam istilah istilah

yang digunakan di penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional

(37)

Defenisi

1) Petani adalah pelaku usahatani yang sedang ataupun yang pernah

menanam kedelai sebagai usahataninya.

2) Keputusan adalah perilaku yang diambil petani setelah melalui

pertimbangan.

3)

Umur adalah umur dari petani yang yang menjadi responden

4)

Tingkat Pendidikan adalah pendidikan formal yang diterima petani dalam

tahun

5)

Pengalaman bertani adalah lamanya petani tersebut bergelut di bidang

pertanian

6)

Jumlah tanggungan adalah jumlah keluarga yang menjadi tanggung jawab

petani dalam memenuhi kebutuhan mereka.

7) Luas lahan adalah luas lahan yang digunakan oleh petani untuk menanam.

8) Tingkat Kosmopolitan adalah frekuensi petani keluar dari desanya ke desa

lain atau ke kota, frekuensi mengikuti penyuluhan, frekuensi koran yang

dibaca, frekuensi siaran TV yang ditonton.

9) Pendapatan Petani adalah penerimaan petani dikurangi biaya usahatani

dalam melakukan usahatani kedelai ataupun usahatani non kedelai.

10) Harga komoditi adalah harga komoditi yang diterima oleh petani.

11) Melakukan usahatani kedelai adalah petani memutuskan untuk melakukan

usahatani kedelai.

12) Tidak melakukan usahatani kedelai adalah petani memutuskan untuk tidak

(38)

Batasan operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini yaitu :

1. Daerah penelitian adalah Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang,

Sumatera Utara.

2. Waktu Penelitian adalah tahun 2014.

3. Data penelitian ini data sekunder dan data pimer. Data sekunder dengan

menggunakan data minimal lima tahun terakhir, dan data primer dengan

melakukan wawancara melalui kuisioner kepada responden.

(39)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1 Luas dan Letak Geografis

Kecamatan Beringin memiliki luas wilayah 5.265 Ha atau 52,65 km2 yang

terdiri dari 11 Desa dan 89 . Ibukota Kecamatan Beringin terletak di Desa Karang

Anyer.

Tabel 4.1 Nama Desa, Luas Desa, Jumlah Dusun

No Nama Desa Luas Desa (Km2) Jumlah Dusun

Sumber : Kecamatan Beringin dalam Angka 2013

Daerah ini juga merupakan dataran rendah dengan ketinggian 1 - 8 m dpl. Adapun

koordinat bumi terletak pada titik 03,60862o LU dan 098,88937o BT. Hal ini

menyebabkan Kecamatan ini mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan

musim kemarau.

Ditinjau dari letak geografisnya, Kecamatan Beringin mempunyai batas – batas

wilayah sebagai berikut :

(40)

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa dan

Batang Kuis

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pagar Merbau dan

Kecamatan Serdang Bedagai

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam

4.1.2 Keadaan Penduduk

Penduduk di Kecamatan Beringin pada umumnya bersuku Jawa dan Batak.

Sebagian besar penduduk di kecamatan ini beragama Islam dan Kristen. Mereka

hidup rukun dan saling menghormati sehingga tidak terdapat perselihan antar

kelompok dan etnis. Adapun jumlah penduduk di Kecamatan Beringin adalah

54.078 jiwa (12.664 RT). Terdiri dari 27.409 pria dan 26.669 perempuan.

Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Penduduk Setiap Desa di Kecamatan Beringin

No Nama Desa Jumlah

Sumber : Kecamatan Beringin dalam Angka 2013

Sebagian besar penduduk di Kecamatan beringin tergolong dalam usia produktif.

(41)

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur di Kecamatan Beringin tahun 2013

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1 0 – 14 16.753 31

2 15 – 55 31.910 59

3 >56 5.415 10

Total 54.078 100

Sumber : Kecamatan Beringin dalam Angka 2013

Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk yang terbesar terdapat pada

kelompok umur 15 – 55 tahun dengan persentase 59 % dan yang terendah adalah

kelompok umur >56 dengan persentase 10 % .

Sebagian besar jenis pekerjaan yang terdapat di Kecamatan Beringin adalah di

bidang pertanian, karyawan, pedagang, nelayan, PNS, Polri, dll.

Agama yang dianut oleh masyarakat di Kecamatan Beringin sebagian besar

adalah agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Budha.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam

kehidupan bermasyarakat. Perkembangan suatu daerah membutuhkan suatu alat

yang dapat mempercepat akses masuknya arus informasi bagi perkembangan

(42)

Tabel 4.4 Banyaknya Rumah Ibadah Di Kecamatan Beringin Tahun 2012 Sumber : Kecamatan Beringin dalam Angka 2013

Dari Tabel 4.4 kita dapat melihat rumah ibadah umat Islam yaitu mesjid dan

Mushola paling banyak terdapat di desa Sidodadi Ramunia sedangkan gereja dan

kuil tidak terdapat di desa tersebut. Di desa Sidodadi juga terdapat Vihara.

Sedangkan rumah ibadah umat Kristen terdapat paling banyak di desa Sidoarjo 2

Ramunia. Sedangkan rumah ibadah agama lain tidak terdapat di desa tersebut.

Untuk pendidikan terdapat 25 SD Negeri, 1 SMP Negeri, dan 1 SMA Negeri.

Sedangkan untuk sekolah swasta terdapat 2 SD swasta, 9 SMP Swasta, 7 SMA

(43)

Tabel 4.5 Sarana Pendidikan Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta

Sumber : Kecamatan Beringin dalam Angka 2013

Dari tabel 4.5 kita dapat melihat Desa Beringin merupakan desa yang mempunyai

sekolah dasar terbanyak di Kecamatan Beringin yaitu sebanyak 6 unit Sekolah

Dasar. Sedangkan desa yang mempunyai Sekolah Menengah Pertama terbanyak

yaitu desa Sidodadi Ramunia sebanyak 4 unit SMP. Begitupun untuk SMA, Desa

Sidodadi merupakan desa yang mempunyai SMA paling banyak di Kecamatan

(44)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Variabel

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, faktor – faktor yang diduga

dapat mempengaruhi keputusan petani yaitu umur petani, tingkat pendidikan

petani, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan petani, luas lahan, tingkat

kosmopolitan, pendapatan petani, dan harga di tingkat petani.

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar petani tetap menanam

kedelai walaupun tidak setiap tahun melakukan usahatani kedelai, karena petani

menyadari bahwa tanaman kedelai bagus untuk meningkatkan unsur hara di lahan

pertanian yang mereka usahakan.

Tabel 5.1 Distribusi Keputusan Petani dalam melakukan Usahatani Kedelai Keputusan Keputusan untuk Melakukan Usahatani Kedelai

Total Persentase

penelitian tidak melakukan usahatani kedelai sebagaimana yang telah diprogram

kan pemerintah. Hal ini disebabkan, petani mengalami trauma karena pada tahun

sebelumnya petani mengalami gagal panen 2 tahun berturut turut dikarenakan

cuaca yang tidak menentu. Hal ini menjadi pengalaman bagi petani untuk tidak

melakukan usahatani kedelai pada tahun 2014, tetapi pada tahun 2014 keadaan

(45)

menanam kedelai dapat merasakan hasil panen kedelai yang bagus dan harga yang

tinggi.

Adapun kuisioner yang disebarkan adalah sebanyak 94 kuisioner. Tetapi, dalam

mengolah data menggunakan software spss, didapatkan satu sampel data yang

bermasalah dan tidak cocok untuk dijadikan data penelitian, oleh sebab itu,

peneliti memutuskan untuk menghapus satu outliner sampel dari data.

Adapun variabel bebas yang diteliti adalah

(1) Deskripsi variabel umur

Variabel ini adalah variabel yang mencerminkan umur petani sampel. Variabel

ini diukur menggunakan satuan tahun. Adapun hasil dari kuisioner yang telah

disebar maka didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 5.2 Jumlah Responden Berdasarkan Umur

Umur Jumlah (orang)

antara 31- 45 tahun. Dalam hal ini sebagian besar petani sampel sedang dalam

usia tenaga kerja dan produktif, hal ini seperti yang dijelaskan dalam undang –

undang no 13 tahun 2003 bab 1 pasal 1 ayat 2 disebutkan tenaga kerja adalah

(46)

atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

bermasyarakat. Batas usia yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15- 64

tahun.

(2) Deskripsi variabel tingkat pendidikan petani

Variabel ini adalah variabel yang menunjukkan pendidikan formal yang

dimiliki oleh petani. Variabel ini dihitung berdasarkan tahun yang dijalani

petani dalam menempuh pendidikan formal.

Adapun dari hasil kuisioner yang telah disebar maka didapatkan data seperti

yang tercantum dalam Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Formal yang Ditempuh

Tahun Jumlah (orang)

< 6 tahun 1

6 tahun (SD) 29

9 tahun (SMP) 17

12 tahun (SMA) 47

>12 Tahun -

Jumlah 93

Sumber : data primer diolah

Dari Tabel 5.3 kita dapat menarik kesimpulan bahwa sebagian besar petani

sampel yaitu 47 orang petani sampel mempunyai latar pendidikan yang layak,

hal ini sesuai dengan program pemerintah yang mewajibkan program belajar 9

tahun yaitu sampai tingkat SMP.

(47)

Variabel ini mencerminkan lamanya petani sampel bergelut dalam usahatani

yang dijalaninya. Seperti yang dilihat pada lampiran 1. Maka kita dapat

menarik kesimpulan rata- rata petani sudah menggeluti profesi sebagai petani

selama puluhan tahun. Adapun data pengalaman berusatahani yang berhasil di

himpun terdapat dalam Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Pengalaman Responden Menggeluti Bidang Pertanian berdasarkan Tahun

Pengalaman Berusahatani (tahun) Orang

≤ 10 7

11 – 20 31

21 – 30 33

31 – 40 16

41 – 50 6

Jumlah 94

Sumber : data primer diolah

(4) Deskripsi jumlah tanggungan petani

Variabel ini adalah variabel yang mencerminkan jumlah tanggungan yang

harus ditanggung petani dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal ini

memacu petani untuk memikirkan usahatani apa yang cocok untuk dilakukan

agar tidak mengalami kerugian.

Tabel 5.5 Jumlah Tanggungan Responden

Jumlah Tanggungan Jiwa

(48)

Sumber : data primer diolah

Dari Tabel 5.5 kita dapat melihat rata- rata jumlah tanggungan petani yaitu 3

orang, yang terdiri dari istri, dan anak- anak.

(5) Deskripsi luas lahan

Variabel ini mencerminkan luas lahan yang digunakan dalam berusahatani.

Variabel ini diukur dengan dengan satuan ha. Sebagian besar petani memiliki

luas lahan < 1 ha. Petani yang memiliki luas lahan lebih dari 1 ha, memilih

untuk melakukan usahatani padi.

memiliki sawah 0,51- 1 ha. Lahan yang digarap adalah lahan sendiri. Sebagian

kecil petani akan menambah luas lahan usahatani mereka dengan cara

menyewa jika sudah memasuki musim tanam padi.

(49)

Variabel ini adalah variabel yang mencerminkan sikap keterbukaan responden

terhadap informasi – informasi yang berkembang di masyarakat. Variabel ini

dihitung dengan menggunakan skor di setiap pertanyaan. Dimana pembagian

skor tersebut terdiri dari rendah, sedang dan tinggi.

Tabel 5.7 Skor Tingkat Kosmopolitan Responden

Skor Jumlah (orang) Persentase (%)

0 ≤Rendah ≤ 7 20 21,5

7 < Sedang ≤ 14 70 75,3

Tinggi > 14 3 3,2

Jumlah 93 100

Sumber : data primer diolah

Dari Tabel 5.7 kita dapat melihat bahwa keterbukaan petani sampel dalam

kategori sedang. Hal ini menunjukkkan petani sampel mempunyai sikap

keterbukaan yang baik dalam menerima informasi – informasi yang sedang

berkembang di masyarakat.

(7) Deskripsi pendapatan petani

Variabel ini mencerminkan pendapatan petani dalam satu kali musim tanam.

Variabel ini diukur menggunakan satuan mata uang rupiah. Rata- rata petani

sampel yang memiliki pendapatan tinggi adalah petani menanam tanaman

padi.

Selain itu, untuk mencukupi kebutuhan petani sebelum masa tanam dimulai

maka sebagian besar petani melakukan semua pekerjaan yang bisa

menghasilkan duit, seperti berjualan, atau menjadi buruh bangunan, dsb.

(50)

Variabel ini mencerminkan harga yang diterima petani dalam menjual produk

pertaniannya. Variabel ini diukur dengan menggunakan satuan rupiah.

Hampir sebagian besar dari petani sampel menjual kepada agen pertanian Di

tahun 2014, petani kedelai mempunyai posisi tawar yang bagus, karena pada

tahun ini, sedikit sekali petani yang menanam kedelai sehingga hasil panen

juga mengalami penurunan produksi.

Tabel 5.8 Distribusi Harga Komoditi di Daerah Penelitian

Nama Komoditi Harga Komoditi

Kedelai 7.400 – 7.800

Semangka 1.300 – 1.400

Jagung 2.800

Padi 4.300 – 4.500

Kacang hijau 13.000

Sumber : data primer diolah

Harga yang diterima oleh petani kedelai berkisar antara 7.400 – 7.800 rupiah.

Harga kedelai tersebut meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya sekitar

4.500 – 5000 rupiah/kg disebabkan pada tahun 2014 petani yang menanam

kedelai sedikit dan mengalami panen yang berhasil tetapi jumlah kedelai

berkurang dibandingkan tahun lalu, sehingga menyebabkan kurangnya kedelai

di pasar . Sedangkan untuk harga padi berkisar 4.300 – 4.500 rupiah, harga

semangka 1.300 – 1.400 rupiah, harga jagung 2.800 rupiah dan harga kacang

hijau 13.000 rupiah.

(51)

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani untuk

melakukan usahatani kedelai dengan menggunakan regresi model logit. Analisis

ini bertujuan untuk melihat peluang variabel bebas yaitu Umur, Tingkat

Pendidikan , Pengalamn Berusahatani, Jumlah Tanggungan, Luas Lahan, Tingkat

Kosmopolitan, Pendapatan Petani, dan Rasio Harga di tingkat Petani, apakah

memiliki pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat yaitu keputusan menanam

petani untuk melakukan usahatani kedelai (1) dan keputusan petani untuk tidak

melakukan usahatani kedelai (0). Melalui uji yang dianalisis dengan softwaree

spss maka kita dapatkan hasilnya pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam

Pengalaman Berusahatani 0,017 1,017 0,784

Jumlah Tanggungan -0,266 0,766 0,536

Luas Lahan 1,876 6,526 0,384

Tingkat Kosmopolitan 0,113 1,120 0,542

Pendapatan Petani 0,000 1,000 0,005

Harga Ditingkat Petani 0,001 1,001 0,000

Negelkerke R-square = 0,792 G = 82,555 (sig = 0,000)

P = peluang petani melakukan usahatani kedelai

(52)

� = Umur ( tahun)

� = Tingkat Pendidikan (tahun)

� =Pengalaman Berusahatani (tahun)

� = Jumlah Tanggungan (orang)

� = Luas Lahan (ha)

� = Tingkat Kosmopolitan (skor)

� = Pendapatan Petani (Rp/ MT)

� = Harga Komoditi (Kedelai ataupun Komoditi pilihan lainnya) (Rp/Kg)

a. Uji Hosmer and Lemeshow Test

H : ( 1- B) = 0, B (distribusi frekuensi estimasi/ observasi) = 1. Artinya tidak ada

perbedaan antara distribusi obeservasi dengan distribusi frekuensi estimasi,

sehingga model dinyatakan sesuai untuk digunakan.

H : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi

estimasi.

Sig > 0,05 ; tolak H , terima H

Sig. ≤ 0,05 ;terima H ,tolak H

Dari hasil perhitungan pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa nilai Chi-square yang

diperoleh adalah sebesar 11,695 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,165.

Tingkat signifikansi yang diperoleh > 0,05, sehingga tolak H , terima H . Dengan

demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan antara

distribusi observasi dengan distribusi frekuensi estimasi. Sehingga dapat

disimpulkan model sesuai untuk digunakan.

(53)

H : � = � = � = � = 0 , dimana tidak ada satupun variabel bebas yang

berpengaruh terhadap variabel terikat.

H : � ≠ 0, sekurang kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh

terhadap variabel terikat.

Sig > 0,05 : tolak H , terima H

Sig ≤ 0,05 : terima H , tolak H

Dari hasil perhitungan yang ditampilkan pada Tabel 5.9 , dapat dilihat bahwa nilai

G yang diperoleh adalah sebesar 82,555 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.

Tingkat signifikansi yang diperoleh 0,000 < 0,05. Berdasarkan kriteria

pengambilan keputusan yang telah dibuat maka terima H1 dan tolak H0. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat satu variabel bebas yang

berpengaruh terhadap variabel terikat.

c. Uji Wald

Uji ini untuk menguji signifikansi setiap variabel bebas.

H : βj = 0 untuk suatu j tertentu; j = 1,2..p maka tidak ada pengaruh antara

variabel bebas dengan variabel terikat.

H : βj≠ 0 maka ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Wj ≤ χ�, atau Sig. > 0,05; tolak H , terima H

Wj > χ�, atau Sig. < 0,05; terima H , tolak H

Dari hasil perhitungan yang ditampilkan pada tabel 18, dapat dilihat nilai Wald

(54)

Nilai wald antara variabel umur terhadap keputusan yaitu sebesar -0,24 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,717. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni

0,717 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel umur tidak berpengaruh terhadap

keputusan petani.

Nilai wald antara variabel tingkat pendidikan terhadap keputusan yaitu sebesar

-0,87 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,653. Dari tingkat signifikansi yang

diperoleh yakni 0,653 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat

pendidikan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani.

Nilai wald antara variabel pengalaman berusahatani terhadap keputusan yaitu

sebesar 0,017 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,784. Dari tingkat signifikansi

yang diperoleh yakni 0,784 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman

berusahatani tidak berpengaruh terhadap keputusan petani.

Nilai wald antara variabel jumlah tanggungan terhadap keputusan yaitu sebesar

-0,266 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,536. Dari tingkat signifikansi yang

diperoleh yakni 0,536 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah

tanggungan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani.

Nilai wald antara variabel luas lahan terhadap keputusan yaitu sebesar -1,876

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,384. Dari tingkat signifikansi diperoleh

yakni 0,384 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel luas lahan tidak

berpengaruh terhadap keputusan petani.

Nilai wald antara variabel tingkat kosmopolitan terhadap keputusan yaitu sebesar

(55)

diperoleh yakni 0,542 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat

kosmopolitan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani.

Nilai wald antara variabel jumlah pendapatan terhadap keputusan yaitu sebesar

0,000 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,005. Dari tingkat signifikansi yang

diperoleh yakni 0,005 < 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat

pendapatan berpengaruh terhadap keputusan petani.

Nilai wald antara variabel harga komoditi terhadap keputusan yaitu sebesar 0,001

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh

yakni 0,000 < 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel harga komoditi

berpengaruh terhadap keputusan petani.

Dari hasil uji regresi logistik kita bisa menarik kesimpulan bahwa variabel tingkat

pendapatan dan harga komoditi ditingkat petani mempengaruhi keputusan petani

dalam mengusahakan usahatani kedelai.

Adapun nilai marginal efek dari variabel harga adalah sebesar 0,00025 artinya

setiap peningkatan seribu rupiah/kg harga komoditi, maka akan meningkatkan

probabilitas pengambilan keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai

sebesar 0,25%. Hal ini sesuai dengan pendapat Gilaraso (1989) bahwa harga

memegang peranan penting dalam mengambil keputusan jangka panjang dan

jangka pendek semua tingkat dalam suatu industri.

Adapun nilai marginal efek dari variabel pendapatan petani adalah 0,000 artinya

(56)

maka akan meningkatkan probabilitas pengambilan keputusan petani untuk

melakukan usahatani kedelai sebesar 0%. Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis

yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang nyata pendapatan petani terhadap

keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai. Hasil analisis ini juga sesuai

dengan teori yang disampaikan Sahidu (1998) bahwa pendapatan usahatani

merupakan sumber motivasi bagi petani dan merupakan faktor kuat yang

mendorong timbulnya kemauan, kemampuan serta terwujudnya kinerja partisipasi

petani.

Adapun variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan

petani. Muda ataupun tua petani tersebut tidak mempengarahi keputusan dari

petani tersebut. Pada kenyataannya di daerah penelitian petani yang menanam

kedelai ada yang berumur muda dan juga yang tua.

Adapun variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan

petani untuk melakukan usahatani kedelai. Karena tinggi atau rendahnya

pendidikan dari petani tersebut tidak berpengaruh terhadap keputusan petani hal

ini tidak sesuai dengan teori yang diutarakan Muhibbin (2002) bahwa tingkat

pendidikan individu merupakan salah satu aspek yang terlibat dalam suatu

pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan dalam pendidikan formal petani tidak

belajar tentang bagaimana mengelola usahatani. Petani mendapatkan pelajaran

mengenai pengelolaan usahatani melalui pengamatan, dan pengalaman dari petani

tersebut selama berusahatani.

Adapun variabel pengalaman berusahatani tidak berpengaruh nyata terhadap

(57)

pengalaman petani jika mereka menanam kedelai pada lahan pertanian mereka

maka untuk musim tanam berikutnya hasil pertanian mereka akan meningkat, hal

ini disebabkan kedelai meningkatkan unsur hara di lahan tersebut. Sementara

beberapa tahun belakangan ini petani yang menanam kedelai terus mengalami

gagal panen dikarenakan cuaca yang tidak menentu hal ini tidak sesuai dengan

teori dari Slamet (1995) bahwa keputusan petani dalam menjalankan kegiatan

usahatani lebih banyak mempergunakan pengalaman, baik yang berasal dari

dirinya maupun pengalaman petani lain.

Adapun variabel jumlah tanggungan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan

petani untuk melakukan usahatani kedelai. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis

bahwa jumlah tanggungan petani akan berpengaruh terhadap keputusan petani

dalam melakukan usahatani kedelai dikarenakan petani yang memiliki jumlah

tanggungan sedikit ataupun banyak tetap ada yang menanam kedelai. Biasanya

untuk menutupi kebutuhan keluarga, petani melakukan usaha sampingan lain,

seperti berjualan.

Adapun luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan petani untuk

melakukan usahatani kedelai. Luas atau tidaknya lahan yang dimiliki petani tidak

mempengaruhi keputusan petani. Hal ini disebabkan petani bukan memikirkan

karena luas lahan yang luas atau sempit dalam menanam kedelai tetapi melihat

manfaat dari menanam kedelai untuk kesuburan lahan mereka, sehingga walaupun

mereka mempunyai lahan yang luas ataupun sempit, mereka tetap ada yang

Gambar

Tabel 1.1 Produksi, Impor, Ekspor dan Kebutuhan dalam Negeri kedelai Indonesia tahun   2006 – 2012 dalam Ton
Tabel 1.2 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Kedelai                   Provinsi Sumatera Utara
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Luas Panen Tanaman Kedelai Tahun 2007 – 2012 Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Penambahan Wortel ( Daucus carota L. ) dan Lama Penyimpanan pada Rendang Runtiah Ayam Petelur Probiotik terhadap Kadar Kolesterol, Kadar Lemak dan Nilai

Hal ini dikarenakan pada konsentrasi tersebut pemberian zat pengatur tumbuah IAA mampu bekerja aktif di dalam merangsang tanaman dan lebih dapat dimanfaatkan oleh

Untuk memperoleh lebih banyak fitur, maka terdapat penelitian (Radi, Rivai, and Purnomo 2015) yang juga mengusulkan sistem untuk mengenali varietas kopi

pemimpin adalah menjadi seorang pelayan, dimana yang dimaksud adalah Jokowi. secara langsung terjun kedalam kehidupan masyarakat dan mengetahui

Apakah serangga ialah binatang yang amat kecil, mempunyai sayap, bukan dari jenis burung, dan kadang tidak bersayap.. Sesungguhnya perkataan ini

Berdasarkan hasil penelitian diatas antara Debt to Assets Ratio terhadap Returnn On Asset pada PT. Sehingga H 0 ditolak Ha diterima hal ini

MIDEC – New Initiative Approach Indicative Potential Export Products to Japan (Demand Pull) Permasalahan NTMs di Jepang Demand Driven Indicative Potential Export Products to

• The coast of Japan from Tokyo-Yokohama to Osaka-Kobe-Kyoto has nearly “grown together.” Yet, this ribbon of urbanization is far too large to be a single metropolitan area