PENGARUH DEBT DEFAULT, KUALITAS AUDIT DAN
FINANCIAL DISTRESS TERHADAP PENERIMAAN OPINI
AUDIT GOING CONCERN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013)(Skripsi)
Oleh
BEN MARSHALL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACK
THE INFLUENCE OF DEBT DEFAULT, AUDIT QUALITY AND
FINANCIAL DISTRESS TO THE ACCEPTANCE OF GOING CONCERN AUDIT OPINION
by
BEN MARSHALL
This study aims to provide empirical evidence of the influence of debt default, audit quality, financial distress, audit lag, and prior opinion on the probability of receiving a going concern opinion. Hypothesis proposed (1) debt default affect the acceptance of going concern audit opinion, (2) audit quality affect the acceptance of going concern audit opinion, (3) financial distress affect the acceptance of going concern audit opinion, (4) audit lag affect the acceptance of going concern audit opinion, (5) prior opinion affect the acceptance of going concern audit opinion.
This study used 13 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange between 2009 to 2013. Data was collected by using a purposive
sampling method towards manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange. The research data were analyzed with logistic regression analysis.
The results based on logistic regression analyses, indicated that the financial distress and prior opinion affects the acceptance of going concern audit opinion. While the debt default, audit quality and audit lag has no effect on the acceptance of going concern audit opinion.
ABSTRAK
PENGARUH DEBT DEFAULT, KUALITAS AUDIT DAN FINANCIAL DISTRESS
TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN
oleh
BEN MARSHALL
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris pengaruh debt default, kualitas audit, financial distress, opini audit tahun sebelumnya, dan audit lag
terhadappenerimaan opini audit going concern. Hipotesis yang diajukan (1) debt default
berpengaruh terhadap probabilitas penerimaan opini going concern, (2) kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern, (3) financial distress berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, (4) opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, (5) audit lag berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Penelitian ini menggunakan 13 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2009-2013. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data penelitian dianalisa dengan analisis regresi logistik.
Hasil dari penelitian ini berdasarkan analisis regresi logistik menunjukkan bahwa financial distress dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Sedangkan debt default, kualitas audit, dan audit lag tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
PENGARUH DEBT DEFAULT, KUALITAS AUDIT DAN FINANCIAL
DISTRESS TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013)
Oleh
BEN MARSHALL
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
pada Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kemiling, Bandarlampung pada tanggal 06 Juli 1992, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Agustinus Wibowo dan Ibu Gagik Suprihatin.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Tamansari Gedongtataan pada tahun 2004. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Gedongtataan pada tahun 2007. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Gedongtaan pada tahun 2010.
Selanjutnya penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2010.
MOTO
“
With God All Things Are Possible.
”
(Matius 19 : 26)
“
Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap
syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah
di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
”
(1 Tesalonika 5 : 16-18)
Yang penting bisa lulus!
PERSEMBAHAN
Karyaku ini kupersembahkan kepada :
Tuhan Yesus Kristus, Pribadi yang selalu ada untuk setiap langkah hidupku
Bapak, Ibu dan adik-adikku, Iren dan Yudho yang mendukung, memperhatikan dan yang selalu berdoa untukku.
Tante Endang dan Tante Ina yang selalu mendukung dan mendoakan selama menjalani kuliah.
Sahabat-sahabat seperjuangan, tempatku berbagi canda tawa dan suka duka.
Keluarga besarku dan saudara-saudara rohaniku, yang selalu memberikan doa, semangat dan segala perhatian yang tiada henti.
SANWACANA
Segala puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan hikmat anugrah dan kasihnya sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit dan Financial Distress terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern”dapat terselesaikan.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa
pengarahan, bimbingan, dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
2. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
3. Yuztitya Asmaranti, S.E.,M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
4. Bapak Drs. Zubaidi Indra M.M., C.P.A., selaku Pembimbing Pertama, atas kesediannya memberikan bimbingan dan masukan yang sangat
membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini;
5. Bapak Pigo Nauli, S.E., M.Sc., selaku Pembimbing Kedua, atas kesediannya memberikan bimbingan dan masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini;
7. Ibu Liza Alvia, S.E., M.Sc., Akt., C.A., selaku Pembimbing Akademik, untuk nasehat dan bimbingannya selama ini;
8. Bapak Saring Suhendro, S.E., M.Si., Akt., yang selalu memberikan arahan serta banyak ilmu yang bermanfaat baik di dalam maupun di luar kampus; 9. Pak Sobari, Mas Yana dan Mas Yono, Mbak Sri, Mpok Nurul, dan Mas
Leman untuk kesabarannya dalam membantu mengurus skripsi dan proses birokrasinya;
10.Orang tua terkasih, Bapak Agustinus Wibowo dan Ibu Gagik Suprihatin yang selalu memberiku doa dan semangat. Terimakasih untuk kasih sayang, dukungan, perhatian, dan didikannya;
11.Adik-adikku, Irene Agathania dan Yudho Adrianto yang selalu memberikan kekesalan dan keributan;
12.Tante Endang dan tante Ina yang selalu mendukung dan mendoakan selama proses kuliah, terimakasih untuk semua yang telah diberikan; 13.Sahabat-sahabat dan saudara-saudariku yang selalu mendampingi, Jirry
Mayfella Govanda, Elza Rozaline, Yobelliana, Sharon Naomi Sinaga, Rica Widia Pardosi, Yasni Sambarina Ginting, Edwin Wijaya, semua sudah kita lewati, senang, sedih, tawa, canda bersama-sama. Terimakasih untuk semangatnya, segala dukungan kalian, segala pengertiannya, semua nasehat-nasehat dan masukannya.
14.Sahabat-sahabat dan saudara seperjuangan yang selalu menemani, M. Satria Putra, Indana Lazulfa Anas, M. Hendrik Saputra, Mahmud Rianto, Sidiq Teja Purna, Ari Meidiansyah, terimakasih untuk kebersamaannya, canda tawa, dukungan, dan semua masukaannya. 15.Keluarga Besar Johanes Supardi, terimakasih atas doa dan dukungannya
selama ini sehingga proses penyelesaian skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
16.Teman-teman seperjuangan akuntansi 2010, Yogi, Midun, Ryan, Marwanto, Ferry, Rizal, Indra, Devri, Mei Rizky, Wahyu, Taufik,
Tia, Ivona, Iga, Mareta, Yesi, Novia, Tiwi, Eka, Arlenti, Echa, Egha, Syarif, Pungki, Ayu, Dila, Devi, Fina, Febi, Eka Chandra, Fadli, Firsty, Rere, Marlina, Mila, Oksano, Surya, Santo, Tiaraku, Yoga, Sisi, Farah, Ipeh, Irvia, Nanda, Era, Rio, Terimakasih untuk semangat dan
kebersamaannya selama empat tahun ini.
17.Teman-teman KKN Desa Tunggul Pawenang, Kec. Adiluwih, Pringsewu, Desi, Adit, Budi, Owi, Susi, Bella, Noy, Indah, dan Ilyas, terimakasih untuk kebersamaannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proses penyelesaian skripsi ini karena itu penulis menerima semua saran dan kritik yang membangun.
Akhir kata Penulis mengucapkan “Terima Kasih“.
Bandarlampung, 04 Maret 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……… 1
1.2 Rumusan Masalah ……….. 6
1.3 Tujuan Penelitian ……… 6
1.4 Kegunaan Penelitian ………... 7
II. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori …...……… 8
2.1.1 Teori Agensi ...………... 8
2.1.2 Opini Audit ….………... 10
2.1.3 Going Concern ….……….... 14
2.1.4 Opini Audit Going Concern ….……… 15
2.1.5 Debt Default….………... 17
2.1.6 Kualitas Audit ….………... 18
2.1.7 Financial Distress ….……… 19
2.2 Penelitian Terdahulu ….………... 21
2.3 Kerangka Pemikiran ….………... 24
2.4 Pengembangan Hipotesis ……….... 25
2.4.2 Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Penerimaan Opini
Audit Going Concern ………... 25
2.4.3 Pengaruh Financial Distress Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern ………. 26
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel ………... 28
3.1.1 Variabel Penelitian ……… 28
3.1.2 Definisi Operasional Variabel ……….. 29
3.1.2.1 Variabel Dependen ………... 29
3.5.1 Analisis Statistik Deskritif ……….... 35
3.5.2 Analisis Regresi Logistik ..……….... 35
3.5.3 Pengujian Kelayakan Model Regresi ……… 37
3.5.4 Menilai Model Fit (Overall Model Fit Test) ………. 37
3.5.5 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) …………. 38
3.5.6 Uji Multikolinearitas ………...……….. 38
3.6 Pengujian Hipotesis ………...………... 39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ………...…………. 40
4.2 Analisis Hasil Penelitian ………...…….………….. 43
4.2.1 Menguji Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test) ………. 43
4.2.2 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test) .… 41 4.2.3 Pengujian Koefisien Determinasi ………. 46
4.3 Pengujian Hipotesis ………. 49
4.3.1 Hipotesis 1 ………... 52
4.3.2 Hipotesis 2 ………... 53
4.3.3 Hipotesis 3 ………... 55
4.3.4 Variabel Kontrol ……….. 56
4.4 Analisis Tambahan ……….. 58
4.4.1 Pengujian Koefisien Determinasi ……… 58
4.4.2 Pengujian Hipotesis ………. 59
V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ………... 60 5.2 Keterbatasan Penelitian ………. 61 5.3 Saran ……….. 61
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu………... 12
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ………... 40
Tabel 4.2 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi (Goodnes Of Fit Test) …... 43
Tabel 4.3 Contigency Table For Hosmer And Lemeshow Test….………. 44
Tabel 4.4 Hasil Uji Keseluruhan Model Awal ……… 45
Tabel 4.5 Hasil Uji Keseluruhan Model Akhir ……… 45
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ………. 46
Tabel 4.7 Classification Table ………... 44
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas ……….. 45
Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis ……….. 49
Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi Tambahan ………. 58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Kode Nama Perusahaan Lampiran 2. Data Pengamatan Tiap Variabel Lampiran 3. Data Pengamatan Tahun 2009-2013 Lampiran 4. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Lampiran 5. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi (Goodnes Of Fit Test) Dan Contigency Table For Hosmer And Lemeshow Test
Lampiran 6. Hasil Uji Keseluruhan Model Awal Lampiran 7. Hasil Uji Keseluruhan Model Akhir
Lampiran 8. Hasil Uji Koefisien Determinasi Dan Classification Table Lampiran 9. Hasil Uji Multikolinieritas
Lampiran 10. Hasil Uji Hipotesis Lampiran 11. Analisis Tambahan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup. Ketika kondisi ekonomi tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early
warning akan kegagalan keuangan perusahaan (Chen dan Church, 1996) dalam
Pratiptorini dan Januarti (2007). Opini yang diberikan oleh auditor merupakan salah satu pertimbangan bagi investor untuk pengambilan keputusan investasi. Opini yang diberikan oleh auditor juga harus sesuai dengan informasi yang nyata yang terjadi di perusahaan. Auditor juga bertanggungjawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit.
Mutchler (1985) dalam penelitian Surbakti (2011) menyatakan kriteria perusahaan akan menerima opini going concern yaitu apabila perusahaan mempunyai masalah pada pendapatan, reorganisasi, ketidakmampuan dalam membayar bunga,
2
berturut-turut rugi serta laba ditahan negatif. Meskipun demikian, auditor harus segera mengeluarkan opini audit going concern agar perusahaan mampu untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah yang ada.
Selain itu terdapat masalah yang membuat dilema seorang auditor dalam memberikan audit going concern, yaitu mengenai self-fulfilling prophecy yang menyatakan bahwa ketika auditor memberikan audit going concernnya maka perusahaan akan lebih cepat bangkrut karena banyak investor yang enggan menanamkan modalnya di perusahaan tersebut Venuti (2004) dalam Pradiptorini dan Jauarti (2007). Beberapa penelitian menggunakan rasio-rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan yang digunakan sebagai alat bantu auditor untuk memutuskan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Opini going concern ini sangat berguna untuk pemakai laporan keuangan. Masalah timbul ketika banyak auditor yang salah dalam memberikan opini audit
going concern (Sekar, 2003). Tidak adanya prosedur penetapan status going concern yang terstruktur menyebabkan terjadinya kegagalan audit. Hampir tidak ada panduan yang jelas atau penelitian yang sudah ada yang dapat dijadikan acuan pemilihan tipe opini going concern yang harus dipilih, karena pemberian status
3
Prediksi bahwa perusahaan akan mengalami kebangkrutan dimasa mendatang juga merupakan pertimbangan dalam pengeluaran opini audit going concern. Indikasi kebangkrutan suatu perusahaan yang mengalami financial distress adalah suatu situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk
mengambil langkah perbaikan. Kesulitan keuangan akan mengakibatkan perusahaan mengalami arus kas negatif, gagal bayar pada perjanjian utang dan akhirnya mengarahkan pada kebangkrutan sehingga going concern perusahaan diragukan. PSA 30 menyebutkan bahwa indikator going concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam memberikan keputusan opininya adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutangnya (default). Jadi jika perusahaan sedang dalam kondisi default maka kemungkinan perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan.
Ross et al. (2002) mengungkapkan bahwa indikasi kebangkrutan dapat dilihat dari apakah perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress), yaitu suatu kondisi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Kesulitan keuangan akan menyebabkan perusahaan mengalami arus kas negatif, rasio keuangan yang buruk dan gagal bayar pada perjanjian hutang. Pada akhirnya, kesulitan keuangan ini akan mengarah kepada kebangkrutan sehingga going concern perusahaan diragukan. Kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan perusahaan yang sakit banyak
4
audit going concern. Sebaliknya pada perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan auditor tidak pernah mengeluarkan opini audit going concern.
Selama ini kualitas audit yang berikan auditor banyak dikaitkan dengan ukuran Kantor Akuntan Publik dan reputasi auditor. Barnes dan Huan (1993) dalam Fanny dan Saputra (2005) mengatakan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh kepada opini audit, hal ini dikarenakan ketika Kantor Akuntan Publik telah memiliki reputasi yang baik maka ia akan berusaha mempertahankan reputasinya, sehingga mereka akan selalu bersikap objektif terhadap pekerjaannya. Dan
semakin besar Kantor Akuntan Publik maka kualitas auditor yang diberikan juga baik.
Audit lag didefinisikan sebagai jumlah tanggal kalender antara tanggal
berakhirnya laporan keuangan tahunan (31 Desember) dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. McKeown et. al., (1991) menyatakan bahwa opini audit
going concern lebih banyak ditemui ketika pengeluaran opini terlambat. Hal ini bisa dimungkinkan karena auditor terlalu banyak melakukan tes, manajer
melakukan negosisasi yang panjang ketika terdapat ketidakpastian kelangsungan hidup atau auditor mengharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi untuk menghindari dikeluarkannya opini audit going concern. Audit lag
5
opini audit going concern tahun berjalan jika kondisi keuangan auditee tidak menunjukkan tanda – tanda perbaikan atau tidak adanya rencana manajemen yang dapat direalisasikan untuk memperbaiki kondisi perusahaan. Penelitian
Ramadhany (2004) memperkuat pernyataan ini dengan menemukan bukti empiris yang menyatakan bahwa opini going concern yang diterima suatu perusahaan pada tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaaan opini
going concern pada tahun berikutnya. Penelitian ini mengacu kepada penelitian Praptitorini dan Januarti (2006) dengan modifikasi.
6
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penelitian ini bermaksud untuk melihat faktor-faktor yang diduga mempengaruhi Penerimaan Opini Audit
Going Concern pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Rumusan masalah yang ada adalah sebagai berikut:
1. Apakah faktor debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur?
2. Apakah faktor kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini going
concern pada perusahaan manufaktur? 3. Apakah faktor financial distress berpengaruh terhadap penerimaan opini going
concern pada perusahaan manufaktur?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini mengungkapkan hasil yang ingin dicapai melalui proses penelitian ini. Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis hubungan antara debt default terhadap penerimaan opini
going concern
2. Untuk menganalisis hubungan antara kualitas audit terhadap penerimaan opini
going concern.
7
1.4 Kegunaan Penelitian
Bagian kegunaan penelitian ini menjelaskan mengenai kegunaan penelitian bagi khasanah ilmu pengetahuan maupun penyelesaian masalah secara operasional dan kebijakan. Kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
1. Auditor
Diharapkan dapat memberikan penilaian keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup (going concern) perusahaan dimasa yang akan datang. Hal ini dengan memperhatikan kondisi keuangan dan non keuangan pada
perusahaan. 2. Investor
Investor saham dan obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentu akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan mengantisipasi kemungkinan tersebut. 3. Manajemen
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau mendukung perumusan hipotesis dalam penelitian ini, selain itu juga deskripsi dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini. Masing-masing penjelasannya adalah di bawah ini.
Hipotesis merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan dari telaah pustaka (yaitu landasan teori dan penelitian terdahulu) serta merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti.
2.1.1 Teori Agensi
Masalah keagenan timbul karena adanya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan
keagenan merupakan hubungan kontrak antara prinsipal dan agen dimana prinsipal dalam hal ini shareholder (pemegang saham) memberikan
9
investasi dalam perusahaan. Agen juga memiliki kepentingan pribadi yang ingin dicapai yakni penerimaan kompensasi yang memadai atas kinerja yang dilakukan. Prinsipal menilai prestasi agen berdasarkan kemampuannya memperbesar laba. Semakin tinggi jumlah laba yang dihasilkan oleh agen (manajemen), prinsipal akan memperoleh deviden yang semakin tinggi, maka agen dianggap berhasil atau berkinerja baik sehingga layak mendapat insentif yang tinggi. Agen juga
memenuhi tuntutan prinsipal agar mendapatkan kompensasi yang tinggi (Elqorni,2009). Agen lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan pemegang saham, hal itulah yang menimbulkan adanya ketimpangan informasi ini biasa disebut asymetri
information. Manajemen diasumsikan takut untuk mengungkapkan informasi
yang tidak diharapkan oleh pemilik sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut. Jika laporan keuangan ini tidak mencerminkan kondisi perusahaan sebenarnya, maka akan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pengguna.
Dalam kaitan teori agensi dengan penerimaan opini audit going concern, agen bertugas dalam menjalankan perusahaan dan menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk dari pertanggungjawaban manajemen. Laporan keuangan ini yang nantinya akan menunjukkan kondisi keuangan perusahaan dan digunakan oleh prinsipal sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Dari laporan keuangan ini dapat dilihat seberapa besar tingkat likuiditas, ukuran perusahaan dan disclosure
10
sehingga dimungkinkan agen melakukan manipulasi data atas kondisi perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan pihak ketiga yang bersifat independen sebagai mediator antara dua kepentingan. Pihak ketiga ini bertugas untuk menilai apakah ada asimetri informasi atau manipulasi yang terjadi. Auditor sebagai pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan prinsipal dan agen dalam melakukan monitoring terhadap kinerja manajemen, apakah telah bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal melalui sebuah sarana yaitu laporan keuangan. Tugas dari akuntan publik (auditor) memberikan jasa untuk menilai atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang dibuat oleh agen, dengan hasil akhir adalah opini audit. Selain itu, auditor saat ini juga harus mengungkapkan permasalahan going concern yang dihadapi perusahaan, apabila auditor meragukan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
2.1.2 Opini Audit
Menurut standar profesional akuntan publik SA Seksi 110, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang meterial, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dalam melakukan auditor harus mengumpulkan bukti-bukti kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan perusahaaan dengan cara memeriksa catatan akuntansi yang mendukung laporan tersebut. Pernyataan pendapat auditor harus didasarkan atas audit yang
11
auditor untuk mengkomunikasikan hasil auditnya kepada pemakai laporan auditnya. Auditor menyatakan pendapatnya tentang kewajaran suatu laporan keuangan perusahaan dalam sebuah laporan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yakni laporan audit bentuk baku. Laporan auditor bentuk baku terdiri dari tiga paragraf menurut (Mulyadi,2002) yakni:
a. Paragraf pengantar (introduction paragraph)
Paragraf pengantar dicantumkan pada paragraf pertama laporan audit bentuk baku. Auditor mengungkapkan tiga fakta pada paragraf pengantar. Fakta pertama adalah pengungkapan tipe jasa yang diberikan auditor. Fakta kedua tentang objek yang diaudit. Selanjutnya, pengungkapan tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan dan tanggung jawab auditor atas pendapat yang diberikan atas laporan keuangan berdasarkan hasil auditnya.
b. Paragraf lingkup audit (scope paragraph)
Paragraf lingkup audit berisikan pernyataan ringkas auditor mengenai lingkup audit yang dilaksanaakan auditor. Selain itu, paragraf lingkup audit juga menjelaskan bahwa pelaksanaan audit telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi akuntan publik. Pelaksanaan audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing tersebut memberikan dasar yang memadai bagi auditor untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
c. Paragraf pendapat (opinion paragraph)
12
kewajaran laporan keuangan dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum. Terdapat lima jenis pendapat auditor menurut Mulyadi (2002) yaitu:
1. Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secar wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut terpenuhi: a. Semua laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan.
b. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh auditor. c. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tiga
standar pekerjaan lapangan. d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum di Indonesia. e. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf
13
2. Opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified opinion with explanatory paragraph)
Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas atau bahasa penjelas lain dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan. Paragraf penjelas
dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah:
a. Ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum. b. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup suatu entitas. c. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan. d. Penekanan atas suatu hal.
e. Laporan audit yang melibatkan auditor lain.
3. Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan secara
wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima secara umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang
dikecualikan. Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan: a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap
14
akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan auditor berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
4. Opini tidak wajar (adverse opinion)
Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee
tidak menyajikan secar wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
5. Tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)
Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
2.1.3 Going Concern
15
PSA 30 menyatakan bahwa going concern dipakai sebagai asumsi dalam
pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap
berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar secara bisnis biasa, restrukturiasi utang, perbaikan operasi yang diperlukan dari luar atau kegiatan serupa lainnya. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas, suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang atau tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Suatu entitas dianggap going concern apabila perusahaan dapat melanjutkan operasinya dan memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan memenuhi kewajibannya dengan menjual aset dalam jumlah yang besar, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, merestukturisasi hutang, atau dengan kegiatan serupa yang lain. Hal yang demikan akan menimbulkan keraguan besar terhadap going concern perusahaan, Surbakti (2011).
2.1.4 Opini Audit Going Concern
16
harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Auditor dituntut tidak hanya melihat hal-hal yang ada dalam laporan keuangan saja tetapi juga
mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup (going concern) suatu perusahaan. SPAP (PSA No. 30) memberikan pedoman kepada auditor tentang dampa kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut:
1. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas, ia harus: a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukan oleh
mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut. b. menetapkan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan.
2. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhdap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor mempertimbangkan untuk memberikan peryataan yang tidak memiliki pendapat.
3. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh auditor dalah menyimpulkan bahwa efektifitas rencana tersebut, diantaranya: a. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor menyatakan
tidak memberikan pendapat. b. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan
17
pengecualian. c. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan pendapat tidak wajar.
Going concern merupakan salah satu konsep yang mendasari pelaporan keuangan (Gray dan Manson, 2000 dalam Praptitorini dan Januarti, 2007). Masalah going concern terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan
(defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi. Inilah yang menjadi alasan kenapa auditor diminta untuk mengevaluasi atas kelangsungan hidup suatu perusahaan dalam waktu tertentu (SPAP SA 341).
2.1.5 Debt Default
18
mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan dalam keadaan default, tinggi sekali karenanya diharapkan status default dapat meningkatkan
kemungkinan auditor mengeluarkan opini going concern.
Ketika jumlah utang perusahaan sudah sangat besar, maka aliran kas perusahaan akan banyak dialokasikan untuk menutupi utangnya, sehingga akan mengganggu kelangsungan operasi perusahaan. Apabila utang tak mampu dilunasi maka kreditor akan memberikan status default. Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern. Manfaat status default
utang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan Church dalam Surbakti (2011) yang menemukan hubungan yang kuat status default terhadap opini audit going
concern. Hasil temuannya menyatakan bahwa kesulitan dalam mentaati
persetujuan utang, fakta-fakta pembayaran yang lalai atau pelanggaran perjanjian, memperjelas masalah going concern suatu perusahaan.
2.1.6 Kualitas Audit
19
Ukuran auditor berhubungan positif dengan kualitas auditor. Economies of scale
KAP yang besar akan memberikan insentif yang kuat untuk mematuhi aturan SEC sebagai cara pengembangan dan pemasaran keahlian KAP tersebut. Sharma dan Sidhu (2001) dalam Fanny dan Saputra (2005) menggolongkan reputasi Kantor Akuntan Publik ke dalam skala big six firms dan non big six firms untuk melihat tingkat independensi serta kecenderungan sebuah Kantor Akuntan Publik terhadap besarnya biaya audit yang diterimanya.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, proksi yang sering digunakan untuk menilai Kualitas Audit adalah dengan menggunakan skala Kantor Akuntan Publik. McKinley et al. (1985) dalam Fanny dan Saputra (2005) menyatakan, ketika sebuah Kantor Akuntan Publik mengklaim dirinya sebagai KAP besar seperti yang dilakukan oleh big four firms, maka mereka akan berusaha keras untuk menjaga nama besar tersebut, mereka menghindari tindakan-tindakan yang dapat mengganggu nama besar mereka.
2.1.7 Financial distress
20
perusahaan semakin kecil kemungkinan auditor memberikan opini audit going concern.
SPAP Seksi 341 paragraf 06 menyatakan bahwa, auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Cara untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, digunakan model prediksi ZscoreAltman. Menurut penelitian Ramadhany (2004) dengan penelitian Fanny dan Saputra (2005)
dikemukakan bahwa penggunaan model prediksi kebangkrutan yang
dikembangkan oleh Altman mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit. Altman dan McGough (1974) dalam Margaretta dan Saputra (2005) menemukan bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan model prediksi mencapai tingkat keakuratan 82%.
Penelitian ini menggunakan model prediksi kebangkrutanm Altman. Berikut persamaan Z-score Altman :
Z = 0,717X1 + 0,874X2 + 3,107X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5
Keterangan :
Z = bancrupcy Index
X1 = working capital (current asset-current liabilities) / total assets
X2 = retained earning / total assets
X3 = earning before interest and taxes / total assets
X4 = market value of equity / total liabilities
21
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Zscore model Altman revisi yaitu jika nilai Z < 1,23 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. Jika nilai 1,23 < Z < 2,9 maka termasuk grey area (tidak dapat
ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan) sedangkan jika nilai Z > 2,9 maka merupakan perusahaan yang tidak bangkrut.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concern pada perusahaan diringkas dlam tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Dependen Independen
Eko Budi audit going concern
22
concern shopping signifikan terhadap
penerimaan opini audit going concern
Tamba dan debt defaut dan opini audit secara parsial memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern Indira audit going concern
Sedangkan rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan, rasio nilai pasar, ukuran perusahaan, reputasi KAP dan auditor
23 audit going concern
Meliyanti
debt default, kondisi keuangan, opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern
Sedangkan kualitas audit, opinion shopping dan audit
lag tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern
24
auditor auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan urutan teoritis dan tinjauan penelitian diatas, maka variabel independen penelitian adalah debt default, kualitas audit dan financial distress. Sedangkan variabel dependennnya adalah penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan hubungan diantara variabel tersebut dapat digambarkan kedalam kerangka sebagai berikut:
Debt Default
Financial Distress
Kualitas Audit Opini Audit
Going Concern
Variabel Kontrol :
25
2.4 Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit going concern Indikator yang digunakan dalam mengukur kelangsungan hidup suatu perusahaan atau going concern adalah kegagalan suatu perusahaan dalam memenuhi
kewajiban hutang atau bunga pada waktu jatuh tempo (PSA 30). Hal pertama yang akan dilakukan oleh auditor untuk mengetahui kondisi kesehatan keuangan suatu perusahaan adalah dengan memeriksa hutang perusahaan. Ketika suatu perusahaan memiliki hutang yang tinggi, maka kas yang ada di perusahaan akan diarahkan untuk menutup hutang yang dimiliki perusahaan yang dampaknya akan mengganggu kegiatan operasional perusahaan. Debt to Equity Rasio (DER) digunakan untuk melihat apakah suatu perusahaan mengalami default atau tidak. Chen dan Church (1992) dalam Pradiptorini dan Januarti (2007) menemukan hubungan yang kuat status default terhadap opini going concern. Hasil temuannya menyatakan bahwa kesulitan dalam mentaati persetujuan hutang, fakta-fakta pembayaran yang lalai atau pelanggaran perjanjian, memperjelas masalah going concern suatu perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern
2.4.2 Pengaruh Kualitas Audit terhadap penerimaan opini audit going concern
26
besar dan yang memiliki afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik internasional memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review. Mutchler (1986) dalam Fanny dan Saputra (2005) menggunakan proksi skala Kantor Akuntan Publik untuk variabel kualitas audit Kantor Akuntan Publik untuk melihat kecenderungan opini audit yang diberikan kepada perusahaan yang bermasalah.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, proksi yang sering digunakan untuk menilai kualitas audit adalah dengan menggunakan skala Kantor Akuntan Publik. McKinley et al. (1985) dalam Fanny dan Saputra (2005) menyatakan, ketika sebuah Kantor Akuntan Publik mengklaim dirinya sebagai KAP besar seperti yang dilakukan oleh big four firms, maka mereka akan berusaha keras untuk menjaga nama besar tersebut, mereka menghindari tindakan-tindakan yang dapat mengganggu nama besar mereka.
H2 : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit
going concern
2.4.3 Pengaruh Financial Distress terhadap penerimaan opini audit going concern
Kondisi keuangan perusahaan digambarkan dengan rasio keuangan yang dapat memberikan indikasi bahwa perusahaan dalam keadaan baik atau buruk. Ross, et al ( dalam Astuti, 2011) menyatakan bahwa kesulitan keuangan ( financialdistress)
akan menyebabkan perusahaan mengalami masalah dalam keuangan sepertiarus kas
27
akan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Carcello dan Neal (dalam Teguh, 2011) mengungkapkan penelitiannya mengenai komposisi komite audit dan laporan auditor menyatakan bahwa semakin kondisi keuangan
perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin besar perusahaan menerima opini audit going concern dari auditor. Perusahaan yangmengalami
financial distress kemungkinan besar akan mendapat opini audit goingconcern
karena perusahaan tersebut mengindikasikan kelangsungan hidup yangdiragukan dan
terancam bangkrut. Dalam perhitungannya financial distressmenggunakan model
prediksi kebangkrutan Altman revisi dimana semakin kecil nilaiZscore, perusahaan
semakin mengalami financial distress. Maka dapat dikatakanbahwa perusahaan yang
mengalami financial distress, dimana nilai Zscore semakinkecil, maka besar
kemungkinan menerima opini audit going concern.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Bagian ini akan menjelaskan variabel-variabel yang digunakan, pengukuran dari tiap-tiap variabel, populasi dan sampel yang digunakan, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis yang digunakan
3.1.1 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 1999:36). Dalam penelitian ini variabel dependen adalah Opini Audit Going Concern. Sedangkan Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain (Indriantoro dan Supomo, 1999:63). Variabel-variabel
independen yang akan diuji dalam penelitian ini adalah variabel debt default,
29
kontrol dalam penelitian ini adalah leverage, Audit Lag (ALAG) serta opini audit tahun sebelumnya.
3.1.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel didasarkan pada satu atau lebih sumber atau referensi dengan disertai alasan yang mendasari penggunaan definisi yang dimaksud. Setelah didefinisikan, variabel penelitian harus dapat diukur menurut kaidah atau skala ukuran yang lazim diterima secara akademis. Definisi operasinal variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
3.1.2.1 Variabel Dependen Opini audit going concern
Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (SPAP, 2011). Opini audit yang termasuk opini going concern adalah sebagai berikut: a) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory laguage).
b) Laporan yang didalamnya auditor tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion report).
30
3.1.2.2 Variabel Independen Debt Default
Debt default atau kegagalan membayar hutang didefinisikan sebagai kelalaian atau kegagalan perusahaan untuk membayar hutang pokok atau bunganya pada saat jatuh tempo. Debt default ini digunakan oleh auditor untuk menilai
kelangsungan hidup suatu perusahaan. Auditor menjadikan status hutang perusahaan untuk mengetahui kesehatan keuangan perusahaan. Jika suatu perusahaan memiliki hutang yang besar, maka perusahaan akan mengalokasikan kasnya untuk menutupi hutang tersebut. Hal ini akan mengganggu kelangsungan operasional perusahaan. Dan apabila perusahaan tidak mampu melunasi
hutangnya, maka auditor akan memberikan status default. Manfaat status default
utang sebelumnya telah diteliti dan ditemukan adanya hubungan yang kuat antara status default terhadap opini going concern. Debt to Equity Rasio (DER)
digunakan untuk untuk menunjukkan apakah perusahaan dalam keadaan default
atau tidak sebelum pengeluaran opini audit. DER dihitung dengan total hutang dibagi total ekuitas.
Kualitas Audit
Kualitas Audit yang dihasilkan oleh auditor mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan. Kualitas auditor diukur dengan reputasi auditor yang merupakan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut.
KAP big four yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
31
Tuanakotta Mustofa & Halim; Osman Ramli Satrio & Rekan; Osman Bing Satrio & Rekan.
2. Ernst & Young (EY) yang berafiliasi dengan Prasetio Utomo & Co; Prasetio, Sarwoko & Sandjaja; Purwantono, Suherman & Surja.
3. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) yang berafiliasi dengan Siddharta Siddharta & Widjaja.
4. Pricewaterhouse Coopers (PwC) yang berafiliasi dengan Hadi Sutanto & Rekan; Haryanto Sahari & Rekan; Tanudiredja Wibisana & Rekan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Dalam penelitian ini reputasi auditor diproksikan dengan ukuran kantor akuntan publik (KAP). Jika KAP termasuk dalam kategori The Big Four Auditors, akan diberi kode 1, sedangkan jika tidak termasuk kategori The Big Four Auditors, akan diberi kode 0.
Financial Distress
Variabel ini menjelaskan kondisi keuangan perusahaan yang
presentasikan dari tingkat kesehatan perusahaan. Kondisi kesehatan ini ditunjukan dari rasio-rasio keuangan perusahaan yang mengindikasikan perusahaan dalam keadaan baik (sehat) atau buruk (sakit). Penelitian ini menggunakan model prediksi kebangkrutan Altman revisi. Berikut persamaan Zscore Altman: Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5
Keterangan :
Z = bancrupcy Index
X1 = working capital (current asset-current liabilities) / total assets
32
X3 = earning before interest and taxes / total assets
X4 = market value of equity / total liabilities
X5 = sales / total assets
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Zscore model Altman revisi yaitu:
a. Jika nilai Z < 1,23 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
b. Jika nilai 1,23 < Z < 2,9 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan).
c. Jika nilai Z > 2,9 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
3.1.2.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini digunakan untuk membuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen menjadi lebih kuat. Dengan adanya variabel kontrol ini diharapkan akan meningkatkan tingkat signifikansi sehingga membuat hipotesis dari variabel independen dapat didukung. Berikut ini adalah variabel yang digunakan dalam penelitian :
Audit Lag (ALAG)
Audit lag didefinisikan sebagai jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai dikeluarkannya laporan audit. Penelitian menunjukkan bahwa auditor sering memberikan opini going concern ketika laporan audit tertunda lebih lama
33
masalah keuangannya dan menghindari opini going concern. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa audit lag berpengaruh positif terhadap opini going concern.
Opini audit tahun sebelumnya (PO)
Variabel ini menggunakan variabel dummy, 1 jika opini audit tahun sebelumnya adalah opini going concern dan 0 jika opini bukan going concern. Beberepa penelitian menemukan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern jika opini tahun sebelumnya adalah opini going concern Mutchler (1985) dalam Pradiptorini dan Januarti (2007). Sehingga, opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap pengungkapan opini going concern.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh auditee manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009 sampai 2013, dengan tujuan untuk mengetahui trend perkembangan penerimaan opini going concern
semasa krisis ekonomi, dan tahun-tahun sesudahnya. Sektor manufaktur dipilih untuk menghindari adanya industrial effect yaitu risiko industri yang berbeda antar suatu sektor industri yang satu dengan yang lain (Setyarno,dkk., 2006). Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode purpossive sampling yaitu metode dimana pemilihan sampel pada karakteristik populasi yang sudah
diketahui sebelumnya dengan kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian 2009-2013.
34
keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dari tahun 2009-2013.
3. Laporan keuangan yang berakhir tanggal 31 Desember. 4. Mendapatkan opini audit going concern minimal 1 kali dalam lima tahun
penelitian.
5. Mengalami kerugian setidaknya dua periode laporan keuangan selama periode pengamatan antara tahun 2009-2013. Kriteria ini digunakan untuk menunjukkan t
kondisi keuangan yang bermasalah. Kondisi ini menimbulkan kesangsian auditor tentang kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya. Auditor akan cenderung memberikan opini going concern apabila perusahaan mengalami kondisi keuangan yang tidak baik dan dianggap tidak mampu mempertahankan usahanya tersebut.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain (Umar, 2001: 69). Data penelitian ini meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasikan yang diambil dari database Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 sampai 2013 yang meliputi laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan serta dari
Indonesian Capital Market Directory untuk tahun 2009-2013.
3.4 Metode Pengumpulan Data
35
yaitu dengan cara mencari data langsung dari catatan-catatan atau laporan keuangan perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data sekunder yang diambil dari BEI ini terdiri dari laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan setiap perusahaan manufaktur yang terdaftar dan sesuai dengan kriteria pemilihan sampel serta dari Indonesian Capital Market Directory untuk tahun 2009-2013.
3.5 Metode Analisis Data 3.5.1 Analisis Statistik Deskritif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dan menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian. Analisis statistik deskriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi.
3.5.2 Analisis Regresi Logistik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis multivariate
dengan menggunakan regresi logistik (logistic regretion), yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metrik dan non metrik (nominal). Regresi logistik adalah regresi yang digunakan sejauh mana probabilitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel independen. Pada teknik analisa regresi logistik tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya, Ghozali (2006). Regresi logistik juga mengabaikan
36
logistic karena variable dependennya diukur dengan menggunakan variable dummy. Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah :
GC = α + β1 DEF + β2 KUA + β3 BANKRUPT + β4 LEV + β5 PO + β6 ALAG + ε
GC = opini going concern (variabel dummy, 1 jika opini going concern, 0 jika opini non going concern)
α = konstanta
DEF = debt default (Debt to Equity Ratio (DER), total hutang dibagi
total ekuitas)
KUA = kualitas audit (variabel dummy, 1 jika KAP Big Four, 0 jika non Big Four)
BANKRUPT = prediksi kebangkrutan menggunakan persamaan revised Altman LEV = adalah variabel leverage yangmerupakan rasio total hutang
dibagi total asset (debt ratio)
PO = opini tahun sebelumnya (variabel dummy, 1 jika opini going concern, 0 jika opini non going concern)
ALAG = jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai dikeluarkannya laporan audit
37
3.5.3 Pengujian Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test. Model ini untuk menguji hipotesis nol bahwadata empiris sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan datasehingga model dapat dikatakan fit). Adapun hasilnya jika, Ghozali (2006):
1. Hal ini berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Homerdan Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak.
2. Jika nilai statistik Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05 , maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan bahwa model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya.
3.5.4 Menilai Model Fit (Overall Model Fit Test)
Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit atau tidak dengan data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
H1 : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
38
probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternative, L ditransformasikan menjadi -2 LogL. Output SPSS memberikan dua nilai -2 LogL yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan konstanta saja dan satu model dengan konstanta serta tambahan bebas. Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal dengan nilai -2LogL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data Ghozali (2006). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian
“Sum of Square Error” pada model regresi, sehingga penurunan model Log
Likelihood menunjukkan model regresi yang semakin baik.
3.5.5 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Nagelkerke R Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan dan mempengaruhi variabel dependen. Nilai Nagelkerke R Square bervariasi antara 1(satu) dan 0 (nol). Semakin mendekati nilai 1 maka model dianggap semakin goodness of fit
semenatara semakin mendekati 0 maka model semakin tidak goodness of fit
Ghozali (2006).
3.5.6 Uji Multikolinearitas
39
masih dibawah 95% maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas yang serius.
3.6 Pengujian Hipotesis
Pengujian dengan model regresi logistik digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian :
a. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95 % atau taraf signifikasi 5% (α =
0,05).
b. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis didasarkan pada signifikansi p-value.
Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
1. H0 diterima dan Ha ditolak yaitu apabila ρ value > 0.05 atau bila nilai
signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti model regresi dalam penelitian ini tidak layak (fit) untuk digunakan dalam penelitian.
2. H0 ditolak dan Ha diterima yaitu bapabila ρ value < 0.05 atau bila nilai
BAB V KESIMPULAN
5.1Kesimpulan
Debt default yang diproksikan dengan debt to equity ratio secara statistik tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini
menunjukkan bahwa rasio hutang terhadap ekuitas tidak mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern.
Kualitas audit yang diproksikan dengan KAP big four secara statistik tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini
menunjukkan bahwa secara umum setiap KAP memiliki kualitas, independensi dan objektifitas dalam memberikan opini berdasarkan bukti temuan audit untuk memberikan opini audit going concern.
Financial distress yang diproksikan dengan Zscore Altman secara statistik berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan kondisi keuangan perusahaan akan
mempengaruhi diberikannya opini audit going concern.
61
pertimbangan dalam memberikan opini audit going concern, mengingat kondisi perusahaan yang tidak bisa berubah drastis pasca dikeluarkannya opini audit
going concern pada tahun sebelumnya.
Audit lag sebagai variabel kontrol yang diproksikan dengan jumlah hari antara berakhirnya periode akuntansi sampai dengan dikeluarkannya opini audit secara statistik tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah hari tersebut baik dalam waktu cepat atau lambat, auditor tetap akan memberikan opininya, baik opini audit going concern maupun opini audit non going concern.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini adalah
1. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen yaitu debt default, kualitas audit dan financial distress. Serta tiga variabel kontrol yaitu leverage, opini audit tahun sebelumnya, dan audit lag.
2. Populasi dan sampel pada penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Periode pengamatan hanya lima tahun yaitu tahun 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013.
5.3 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah:
62
auditor, opinion shoping, manajemen laba, kepemilikan perusahaan, ukuran perusahaan, dan sebagainya.
2. Menggunakan jenis perusahaan lain sebagai sampel sehingga dapat dijadikan pembanding, seperti perusahaan tambang, real estate, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Aiisiah, N., & Pamudji, S. (2012). Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern (Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomika dan Bisnis). Astuti, I. R., & Darsono, D. (2012). Pengaruh Faktor Keuangan Dan Non
Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomika dan Bisnis).
Barnes, P., & HUAN, H. D. (1993). The auditor's going concern decision: some UK evidence concerning independence and competence. Journal of Business Finance & Accounting, 20(2), 213-228.
Chen, K. C., & Church, B. K. (1996). Going concern opinions and the market's reaction to bankruptcy filings. Accounting Review, 117-128.
Craswell, A. T., Francis, J. R., & Taylor, S. L. (1995). Auditor brand name reputations and industry specializations. Journal of accounting and economics, 20(3), 297-322.
DeAngelo, L. E. (1981). Auditor size and audit quality. Journal of accounting and economics, 3(3), 183-199.
Edison, H. J., Levine, R., Ricci, L., & Sløk, T. (2002). International financial integration and economic growth. Journal of international money and finance, 21(6), 749-776.
Elqorni, A. (2009). Mengenal Teori Keagenan. di-download dari http://elqorni. wordpress. com/2009/02/26/mengenal-teori-keagenan.
Fanny, M., & Saputra, S. (2005). Opini Audit Going Concern: Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta).
Simposium Nasional Akuntansi, 8, 966-978.
Ghozali, I. (2006). Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS.
Gray, Iain and Stuart, M. 2000. The Audit Process, Principles, Practice and Cases 2nd. London: Thomson Learning.
Indriantoro, N., & Supomo, B. (1999). Metodologi Penelitian, Untuk Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta: BPFE UGM.
Irfana, M. J., & Muid, D. (2012). Analisis Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Opinion Shopping Dan Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomika dan Bisnis).
Januarti, I. (2009). Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure. Journal of financial economics, 3(4), 305-360.
Mada, B. E., & Laksito, H. (2013). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Reputasi Kap, Debt Default Dan Financial Distress Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Diponegoro Journal of Accounting, 84-97. Martin Bland, J., & Altman, D. (1986). Statistical methods for assessing
agreement between two methods of clinical measurement. The lancet,
327(8476), 307-310.
Mayangsari, Sekar. (2003). Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen. The Indonesian Journal of Accounting Research, 6(1).
McKeown, J. C., Mutchler, J. F., & Hopwood, W. (1991). Towards an explanation of auditor failure to modify the audit opinions of bankrupt companies. Auditing-A Journal Of Practice & Theory, 10, 1-13. McKinley, S., Pany, K., & Reckers, P. M. (1985). An examination of the
influence of CPA firm type, size, and MAS provision on loan officer decisions and perceptions. Journal of Accounting Research, 887-896. Mulyadi. (2002). Auditing. Buku Satu. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat Mutchler, J. F. (1985). A multivariate analysis of the auditor's going-concern
Ningtias, S. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia. Universitas Diponegoro Semarang: tidak diterbitkan. Nuswantari, S. N., & Dewayanto, T. (2011). Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).
Praptitorini, M. D., & Januarti, I. (2007). Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Ramadhany, A. (2004). Analisis Eaktor-Eaktor Yang Mempengaruhi Penerimaan
Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Mengalami Financial Distress Di Bursa Efek Jakarta (Doctoral dissertation, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro).
Ross, S., Westerfield, R., & Jordan, B. (2012). Fundamentals of corporate finance standard edition. McGraw-Hill Higher Education.
Riahi‐Belkaoui, A. (1997). Multidivisional structure and productivity: the contingency of diversification strategy. Journal of Business Finance & Accounting, 24(5), 615-628.
Santosa, A. F., & Wedari, L. K. (2007). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern.
Jurnal Ilmiah Akuntansi, 2(11), 141-158.
Securities, U. S. (1995). Exchange Commission (SEC), 1997. Report on the practice of preferencing.
Setyarno, E. B., & Indira Januarti, F. (2006). Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi IX.
Sharma, D. S., & Sidhu, J. (2001). Professionalism vs Commercialism: The Association Between Non‐Audit Services (NAS) and Audit Independence.
Journal of Business Finance & Accounting, 28(5‐6), 563-594.
Tamba, R. U. B., & Siregar, H. S. (2009). Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Teoh, S. H., & Wong, T. J. (1993). Perceived auditor quality and the earnings response coefficient. The Accounting Review, 68(2), 346-366.
Umar, H. (2001). Strategic Management in Action. Gramedia Pustaka Utama. Venuti, E. K. (2004). The going-concern assumption revisited: assessing a