• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR

SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

(Studi Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016)

Oleh

ARYANI DWI KESUMAWARDANI

Hasil observasi dan wawancara dengan guru IPA kelas VII SMP Negeri 21

Bandar Lampung menunjukkan bahwa aktivitas belajar dan penguasaan materi

siswa masih rendah. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk

meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan materi siswa adalah penggunaan

model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran TPS dalam

meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan maateri oleh siswa.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretest posttest

kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIG dan VIID yang

dipilih secara purposive sampling. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai

Pretest, Posttest, dan N-gain. Hasil Pretest dan Posttest dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney U ( uji-U), sedangkan nilai N-gain dianalisis menggunakan uji

▸ Baca selengkapnya: ciri ciri kerajaan allah

(2)

iii

kualitatif berupa skor aktivitas belajar yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas

siswa melalui model TPS serta tanggapan siswa yang diperoleh dari angket,

kemudian dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase peningkatan aktivitas

belajar siswa dalam aspek mengemukakan pendapat/ide, bertanya, bekerjasama

dalam teman, bertukar informasi dan mempresentasikan hasil diskusi yang

diamati pada kelas eksperimen yakni 79,85 yang berkriteria baik dengan standar

deviasi 0,49. Aspek aktivitas yang diamati tertinggi pada kelas eksperimen yaitu

pada aspek mengemukakan pendapat atau ide dan mempresentasikan hasil diskusi

yaitu 81,61 berkriteria baik. Sedangkan rata-rata persentase peningkatan aktivitas

belajar siswa dalam aspek yang diamati pada kelas kontrol lebih rendah

dibandingkan kelas eksperimen yakni 34,25 yang berkriteria kurang dengan

standar deviasi 0,46. Aspek aktivitas yang diamati untuk kelas kontrol tertinggi

pada mempresentasikan hasil diskusi dengan kreteria kurang. Selain itu, sebagian

besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model

pembelajaran kooperatif TPS. Hasil penelitian pada penguasaan materi oleh siswa

menunjukkan kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan

rata-rata N-gain kelas eksperimen sebesar 56 dan kelas kontrol sebesar 23.

Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif

TPS berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dan penguasaan

materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

(3)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR

SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

(Studi Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016)

Oleh

ARYANI DWI KESUMAWARDANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR

SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

(Studi Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016)

(Skripsi)

Oleh

ARYANI DWI KESUMAWARDANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Hubungan Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ... 9

2. Desain Perbandingan Kelompok Non Ekuivalen ... 28

3. Grafik Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran

TPS ... 53 4. Jawaban Siswa pada LKS Pertemuan 1 untuk Indikator Kognitif C1

pada Kelas Eksperimen. ... 58

5. Jawaban Siswa pada LKS Pertemuan 1 untuk Indikator Kognitif C2

pada Kelas Eksperimen ... 59

6. Jawaban Siswa pada LKS Pertemuan 3 untuk Indikator Kognitif C3

pada Kelas Eksperimen ... 60

7. Jawaban Siswa pada LKS Pertemuan 3 untuk Indikator Kognitif C3

pada Kelas Kontrol ... 61

8. Jawaban Siswa pada LKS Pertemuan 2 untuk Indikator Kognitif C4 pada Kelas Eksperimen ... 62 9. Jawaban Siswa pada LKS Pertemuan 2 untuk Indikator Kognitif C4

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penskoran nilai pretes, posttest, dan N-gain ... 37

2. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa... 38

3. Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa ... 40

4. Membuat Pernyataan Angket Tanggapan Siswa... 41

5. Skor Perjawaban Angket ... 42

6. Rumus Persentase Skor Angket ... 43

7. Tabulasi Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model TPS ... 43

8. Kriteria Persentase Tanggapan Siswa ... 43

9. Lembar Penilaian Penguasaan Materi ... 47

10.Kriteria Penguasaan Materi ... 48

11.Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol... 50

12.Hasil Uji Statistik Nilai Pretest, Posttest, Dan N-Gain Penguasaan Materi Oleh Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 51

13.Hasil Statistik Rata-Rata N-Gain, Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Mann-Whitney U Setiap Indikator Kognitif Oleh Siswa Pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol ……… ... 52

14.Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 166

15.Hasil Uji Mann-Whitney U Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 168

16.Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 169

17.Hasil Uji Mann-Whitney U Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol .. 171

18.Hasil Uji Normalitas N-gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 172

19.Hasil Uji Homogenitas N-gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 174

20.Hasil Uji t1 N-gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 174

21.Hasil Uji t2 N-gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 176

22.Hasil Uji Normalitas N-gain C1 Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 177

(7)

24.Hasil Uji Normalitas N-gain C2 Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 179 25.Hasil Uji Mann-Whitney U N-gain C2 Kelas Eksperimen dan

Kontrol ... 180 26.Hasil Uji Normalitas N-gain C3 Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 181 27.Hasil Uji Mann-Whitney U N-gain C3 Kelas Eksperimen dan

Kontrol ... 182 28.Hasil Uji Normalitas N-gain C4 Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 183 29.Hasil Uji Mann-Whitney U N-gain C2 Kelas Eksperimen dan

Kontrol ... 184 30.Analisis Butir Soal Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 185 31.Analisis Butir Soal Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 186 32.Analisis Aspek Kognitif pada Soal Pretest dan Postest Kelas

Eksperimen ... 187 33.Analisis Aspek Kognitif pada Soal Pretest dan Posttest Kelas

Kontrol ... 188 34.Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen... 194 35.Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa pada Kelas Kontrol ... 195 36.Analisis Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan

(8)

ix

Moto

Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya

kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri”

(Al Ankabut [29] : 6)

“Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, secara

tidak langsung maka anda telah berbuat baik terhadap diri

sendiri.”.

( Benyamin Franklin )

Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan –

kesalahan, tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk

(9)
(10)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga karya ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu dicurahkan

kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Teriring doa , rasa syukur dan segala kerendahan hati

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini

untuk orang-orang tercinta sepanjang hidupku:

Yang tercinta ibuku Suswati dan bapakku Sukristianto, S.Sos yang telah mendidik dan

membesarkanku dengan segala doa terbaik mereka, memberikan limpahan cinta dan kasih

sayang yang tak terbatas, selalu menguatkanku, mengingatkanku ketika alpa, dan

senantiasa mendukung segala langkahku menuju kebahagian dunia dan akhirat.

Kakakku dan Adikku tercinta Putri Kesumawaty, Amd. Kep dan Mohammad Dimas

Saputra , yang selalu memberikan kekuatan, keceriaan, motivasi, senantiasa menyayangiku

dan membantuku ketika banyak kesulitan yang aku hadapi.

Sahabat dan teman-teman seperjuangan

Para Pendidik dan Dosen tercinta

(11)
(12)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Bandar Lampung pada 28 Juni

1990, yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara

pasangan Sukristianto, S.Sos dengan Suswati. Penulis

beralamat di Jln. Nusantara Gg. Nusantara V No.24

RT/RW 002/01 kel. Labuhan ratu, Kec. Kedaton,

Bandar Lampung, 35142. No HP 089617754244.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK R.A Daya Kedaton (1995-1996),

SD Negeri 2 Labuhan Ratu (1996-2002), SMP Muhammadiyah 3 Bandar

Lampung (2002-2005), SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung (2005-2008). Pada

tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila.

Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3

Kedondong, Kab. Pesawaran dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di

Kabupaten Pesawaran Kecamatan Kedondong (Tahun 2012), dan penelitian

pendidikan di SMP Negeri 21 Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana

(13)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA

FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP

AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP” (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII

SMP Negeri 21 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;

3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi,

dan Pembimbing II sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan

bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

4. Rini Rita T. Marpaung S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah

(14)

xii

5. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan

motivasi yang sangat berharga;

6. Hj. Yuliati, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 21 Bandar Lampung dan Hj.

Wirdati, S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan

selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

7. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VIIG dan VIID SMP Negeri

21 Bandar Lampung atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;

8. Orang tuaku yang tak pernah berhenti mendoakan dan menyayangiku; serta

kakak dan adikku atas kasih sayang dan dukungan yang kalian berikan;

9. Sahabatku tercinta di Biologi dan seseorang yang selalu memberikanku

semangat, dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini, Harry

Haryono, S.Pd., Hendro Hermansyah, S.Pd., Heni Yuli Puspita, M. Rakhman

Azizi, S.Pd., Novi Yolanda, S.Pd., Nurmala Sari, S.Pd., Rika Permatasari,

S.Pd., Riya Mariga Sari, S.Pd., Rohmaniar, S.Pd.

10.Rekan-rekan Mandibula (Mahasiswa Pendidikan Biologi 2008), kakak dan

adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA atas persahabatan yang kalian

berikan;

11.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua,

Amin

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis

(15)
(16)

DAFTAR ISI

B. Model Pembelajaran Kooperatif TPS ... 12

C. Aktivitas Belajar Siswa ... 17

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 38

a. Data Kualitatif ... 1. Pengolahan Data Aktivitas Siswa ... 38

2. Angket Tanggapan Siswa ... 41

b. Data Kuantatif ... 44

1. Uji Normalitas ... 44

2. Homogenitas ... 45

(17)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan ... 54

V. SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 66

B.Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA………. 68

LAMPIRAN 1. Silabus ... ....73

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... ....77

3. Lembar Kerja Siswa... 10311 4. Rubrik ... ..137

5. Kunci Jawaban LKS ... 143

6. Soal Pretest dan Postest ... 156

7. Kisi-kisi Soal Pretest/Postest ... 159

8. Data-data Hasil Penelitian ... 134

9. Analisis Uji Statistik dan Hasil Penelitian ... 103

10. Foto-foto Penelitian ... 116

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kemajuan dan perkembangan

suatu bangsa. Pendidikan dapat dijadikan salah satu alat yang dapat digunakan

untuk mengukur kualitas suatu bangsa (Sudrajat, 2010: 1). Usaha peningkatan

mutu pendidikan di Indonesia terus menerus dilaksanakan. Hal tersebut

dilaksanakan antara lain melalui penyempurnaan kurikulum menjadi

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP memiliki kelebihan,

yakni guru diberikan kebebasan untuk mengembangkan pembelajaran sesuai

dengan kondisi sekolah dan siswa. Salah satunya adalah menentukan metode

pembelajaran yang tepat dan sesuai, untuk membantu siswa memahami

konsep-konsep yang dipelajari secara utuh dan benar (Mulyasa, 2008: 222).

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, bahwa mata pelajaran Biologi

termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang umumnya

memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di

dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu berpikir kritis,

kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang

diakibatkan oleh dampak perkembangan Ilmu pengetahuan Alam (BSNP,

(19)

Salah satu hal yang terpenting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran.

Melihat kenyataan yang terjadi, saat ini proses pembelajaran yang dilakukan

di sekolah belum maksimal. Proses pembelajaran yang belum maksimal bila

guru belum dapat menciptakan suasana kelas yang dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar oleh siswa. Kemungkinan siswa dalam

pembelajaran kurang aktif, serta cenderung pasif saat mengikuti kegiatan

belajar. Siswa diharapkan dapat menjadi lebih aktif dalam pembelajaran

dengan membangkitkan aktivitas belajar. Dengan meningkatnya aktivitas

belajar siswa, maka penguasaan materi oleh siswa pun dapat meningkat

(Anonim, 2011: 2).

Meningkatkan mutu pendidikan yaitu menekankan pada pembelajaran siswa

aktif. Tidak akan memperoleh hasil belajar yang bermutu jika siswa dalam

proses pembelajaran tidak ikut aktif karena siswa yang aktif dalam proses

pembelajaran akan menunjang prestasi belajar. Prestasi belajar siswa yang

bermutu akan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia (Hanafiah dan

Suhana, 2009: 93).

Hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi di SMP Negeri 21 Bandar

Lampung di dapatkan bahwa di dalam pembelajaran biologi guru masih

kurang memperhatikan aktivitas siswa.Hal tersebut dapat terjadi karena dalam

pembelajaran masih didominasi oleh guru. Metode pembelajaran yang

digunakan di SMP Negeri 21 Bandar Lampung juga menggunakan metode

ceramah dan hanya sesekali melakukan diskusi, guru tidak mengajak siswa

berlatih untuk menganalisis, mensintesis, mengevaluasi suatu informasi data

(20)

3

siswa yang mengantuk, menopang dagu, bersandar di kursi, berbicara dengan

temannya, dan bersikap pasif, tidak berani mengemukakan pendapat maupun

mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang belum dimengerti,

siswa yang pemalu dan penakut cenderung untuk lebih banyak diam dan

berperan sebagai pendengar. Seharusnya menurut Sardiman (2003: 95)

aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat, tetapi pendidikan

sekarang lebih menitikberatkan pada aktivitas dalam pembelajaran, misalnya

menyatakan pendapat, bertanya, menggambar, memecahkan masalah, dapat

mengambil keputusan dan lain-lain.

Kurang optimalnya aktivitas siswa inilah yang di duga menyebabkan hasil

belajar belum sepenuhnya berhasil.Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai

mata pelajaran IPA khususnya biologi, siswa belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang diterapkan di sekolah yaitu 70. Rendahnya

nilai mata pelajaran biologi dapat dilihat pada materi pokok ciri-ciri makhluk

hidup dari hasil belajar siswa kelas VII pada semester genap tahun pelajaran

2012/2013 masih rendah yaitu 55, sedangkan persentase rata-rata ketuntasan

belajarnya adalah 58,7%.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan model pembelajaran yang dapat

meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan materi siswa. Salah satu

model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa, semangat

belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model Think Pair Share

(TPS). Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu

(21)

siswa dalam berbuat untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam

pembelajaran dengan jalan berfikir (Think), berpasangan (Pair), dan

mengemukakan pendapat (Share) (Ibrahim dkk., 2000: 26).

Hasil penelitian Windawati (2010: 1) menunjukkan bahwa penerapan

pembelajaran kooperatif tipe TPS ini meningkatkan hasil belajar dan

keaktifan siswa pada setiap siklusnya. Penelitian yang dilakukan oleh

Ariansyah (2009: 37) bahwa pembelajaran TPS memberikan pengaruh

signifikan terhadap penguasaan materi pokok ciri-ciri makhluk hidup. Hal

yang sama juga diungkapkan oleh Wulandari (2011:48) bahwa model TPS

dapat meningkatkan penguasaan konsep dan siswa lebih aktif dalam

pembelajaran. Menurut Nurhadi dan Senduk ( 2004 : 67) bahwa TPS memiliki

keunggulan dibanding dengan metode tanya jawab, karena TPS

mengedepankan aspek berfikir secara mandiri, tanggung jawab terhadap

kelompok, kerjasama dengan kelompok kecil, dan dapat menghidupkan

suasana kelas.

Berdasarkan pemikiran di atas, akan di lakukan penelitian dengan judul

pengaruh penenrapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)

terhadap aktivitas belajar siswa dan penguasaan materi pokok ciri-ciri

makhluk hidup pada siswa kelas VII SMP Negeri 21 Bandar lampung Tahun

Pelajaran 2015/2016.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

(22)

5

1. Adakah pengaruh penggunaan model pembelajaran TPS terhadap aktivitas

belajar siswa kelas VII pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup SMP

Negeri 21 Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016?

2. Adakah pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran

TPS terhadap penguasaan materi siswa kelas VII pada materi pokok

ciri-ciri makhluk hidup SMP Negeri 21 Bandar Lampung tahun pelajaran

2015/2016?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini untuk

mengetahui:

1. Peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VII pada materi pokok ciri-ciri

makhluk hidup SMP Negeri 21 Bandar Lampung tahun pelajaran

2015/2016.

2. Peningkatan penguasaan materi siswa kelas VII pada materi pokok ciri-ciri

makhluk hidup SMP Negeri 21 Bandar Lampung tahun pelajaran

2015/2016.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi guru/calon guru biologi, dapat memberikan alternatif dalam proses

(23)

2. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda yang

dapat membangkitkan aktivitas dan penguasaan mereka terhadap materi.

3. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam

pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran TPS

untuk mengetahui aktivitas dan penguasaan materi siswa.

4. Bagi sekolah, yaitu memberikan sumbangan pemikiran untuk

meningkatkan pembelajaran biologi di sekolah melalui pemilihan model

pembelajaran biologi yang tepat.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahan penafsiran pada permasalahan yang dibahas,

maka dikemukakan beberapa batasan, yaitu :

1. Model pembelajaran TPS merupakan suatu strategi diskusi kooperatif

dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan cara berpikir

dan komunikasi. Adapun langkah model TPS yaitu, (1) Thinking (berpikir)

siswa memikirkan jawabannya secara mandiri terhadap permasalahan yang

diberikan guru, (2) Pair (berpasangan) jawaban yang telah dipikirkan

secara mandiri, kemudian disampaikan kepada pasangannya

masing-masing (teman sebangkunya), (3) Share (berbagi) guru membimbing

kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi secara bergantian (Siti,

2010: 15).

2. Aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar siswa yaitu: (1)

(24)

7

teman, (4) Bertukar informasi, (5) Mempresentasikan hasil diskusi

(Arikunto, 2009: 183).

3. Penguasaan materi yang di ukur dalam penelitian ini adalah ranah kognitif

yang di peroleh dari hasil pretest, postest, dan skor N-gain pada materi

pokok ciri-ciri makhluk hidup.

4. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII G sebagai kelas eksperimen dan

siswa kelas VII D sebagai kelas kontrol semester ganjil SMP Negeri 21

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016.

5. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah ciri-ciri makhluk hidup

dengan kompetensi dasar “mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup”.

F. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran biologi merupakan kegiatan atau proses menggunakan pikiran

dalam memahami gejala-gejala alam. Kegiatan pembelajaran merupakan

kegiatan yang pokok dilakukan dalam proses pembelajaran disekolah.

Tercapainya tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi strategi pembelajaran

yang digunakan oleh guru. Penerapan model pembelajaran yang tepat akan

mempengaruhi penguasaan materi yang terlihat dari hasil belajar siswa. Oleh

karena itu, penerapan model TPS yang tepat akan menciptakan penguasaan

materi dan aktivitas belajar siswa serta dapat menciptakan proses

pembelajaran yang kondusif, artinya siswa terlibat langsung secara aktif

(25)

Model pembelajaran TPS yg merupakan salah satu model pembelajaran

kooperatif yang memberikan kesempatan meningkatkan aktivitas siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa

melalui tahap berpikir (thinking), berpasangan (pairing) dan berbagi

(sharing). Pada saat think, guru menyediakan waktu berpikir untuk

meningkatkan kualitas respon siswa dan siswi menjadi lebih aktif dalam

berpikir mengenai konsep pada mata pelajaran. Saat pair, siswa dapat belajar

dari siswa lain dan lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama

diskusi. Saat share, setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan

untuk berbagi atau menyampaikan idenya dan kemungkinan masing-masing

siswa terlibat dengan setiap pertanyaan. Ketiga tahapan kegiatan tersebut

masing-masing memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir sendiri

agar dapat menjawab pertanyaan guru, bekerja sama dengan pasanganya

untuk memecahkan suatu permasalahan, dan melatih siswa berkomunikasi

terutama pada saat berbagi informasi, bertanya, mengungkapkan pendapat di

depan kelas. Sehingga pada akhirnya, pembelajaran kooperatif tipe TPS ini

diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang relevan dengan

pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel Y. Variabel X

adalah variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif TPS dan variabel

Y adalah variabel terikat yaitu peguasaan materi siswa. Hubungan antara

(26)

9

Keterangan:

X = model pembelajaran kooperatif TPS, Y1 = Aktivitas belajar siswa

Y2 = penguasaan materi pokok ciri-ciri makhluk hidup

Gambar 1.Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. H0 = Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS tidak

berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan penguasaan

materi ciri-ciri makhluk hidup.

H1 = Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

berpengaruh secara signifikan terhadap aktifitas belajar siswa dan

penguasaan materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh

dalam aktivitas belajar siswa. Y1

X

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran

yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan

sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal

dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih

dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar

kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga

memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang

bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok (Aryawan,

2009:10). Sistem pembelajaran kooperatif atau cooperative learning

merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik

untuk bekerja sama dengan sesama siswa sehingga memungkinkan terjadinya

interaksi secara terbuka antara satu dengan yang lainnya.

Holubec (dalam Nurhadi dan Senduk, 2004 : 60) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif memerlukan pendekatan pembelajaran melalui

penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan

kondisi belajar guna mencapai tujuan bersama. Tiap kelompok terdiri dari 4-5

(28)

11

dan ras. Ada 5 unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan

akuntabilitas individu, keterampilan antarpersonal, peningkatan interaksi

tatap muka dan pemrosesan.

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang memiliki

latar belakang dan kondisi yang berbeda untuk bekerja saling bergantung satu

sama lain atas tugas-tugas bersama sehingga mereka belajar untuk

menghargai satu sama lain meskipun mereka berbeda ras, budaya, kelas sosial

maupun kemampuan. Menurut Dzaqi (2009: 5) pembelajaran kooperatif

memiliki keunggulan sebagai berikut:

1. Siswa tidak tergantung pada guru, sehingga menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menenemukan berbagai informasi dari berbagi sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

2. Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide dan menerima ide orang lain, serta menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.

3. Membantu siswa untuk menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4. Membantu siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam belajar.

5. Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif. 6. Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan

kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

7. Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

Selain memiliki keunggulan, pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan sebagai berikut:

1. Untuk siswa yang memiliki kelebihan, siswa akan merasa terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan kurang, sehingga mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.

(29)

3. Keberhasilan dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Hal ini tidak mungkin tercapai dengan sekali-sekali menerapan strategi ini.

4. Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam

kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan individual. Oleh karena itu selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga belajar

membangun kepercayaan diri.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share(TPS)

Tehnik belajar mengajar TPS merupakan salah satu tehnik belajar mengajar

yang dikembangkan pertama kali oleh professor Frank Lyman di Universitas

Meryland pada tahun 1981 sebagai struktur kegiatan pembelajaran

Cooperative Learning. Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dari teknik think

pair share ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal

yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk

seluruh kelas, memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak

kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka

kepada orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran

dan untuk semua tingkatan usia anak didik (Lie, 2008: 14).

Ada empat prinsip kerja dari TPS yang sesuai dengan pembelajaran

kooperatif.

Empat prinsip kerja itu adalah sebagai berikut :

1. Saling ketergantungan positif diantara siswa sehingga siswa mampu belajar dari siswa lain.

(30)

13

Setiap siswa bertanggung jawab pada gagasannya karena akan dipaparkan pada pasangannya dan pada seluruh kelas.

3. Partisipasi yang seimbang.

Setiap siswa akan mempunyai kesempatan yang sama untuk berbagi (mengemukakan pendapatnya) dengan pasangannya dan pada seluruh kelas.

4. Interaksi bersama

Semua siswa akan aktif dalam mengemukakan pendapat dan

mendengarkan sehingga menciptakan interaksi tingkat tinggi. Hal ini akan menciptakan pembelajaran yang aktif jika dibandingkan dengan cara tanya jawab yang sudah biasa dilakukan oleh guru, dimana hanya satu atau dua siwa saja yang aktif (Anonim, 2001: 1).

TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran

kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan

siswa. Prosedur pembelajaran yang digunakan dalam TPS ini dapat

memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir, untuk merespon

dan saling membantu satu sama lain. TPS memiliki keunggulan dibanding

dengan metode tanya jawab, karena TPS mengedepankan aspek berfikir secara

mandiri, tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama dengan kelompok

kecil, dan dapat menghidupkan suasana kelas (Nurhadi dan Senduk, 2004:

67).

TPS dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Siswa diberi kesempatan

untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Waktu berfikir

akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan jawaban. Siswa akan

(31)

yang dikemukakan juga telah difikirkan dan didiskusikan. Siswa akan lebih

berani mengambil resiko dan mengemukakan jawabannya di depan kelas dan karena mereka telah “mencoba” dengan pasangannya. Proses pelaksanaan

TPS akan membatasi munculnya aktivitas siswa yang tidak relevan dengan

pembelajaran karena siswa harus mengemukakan pendapatnya, minimal pada

pasangannya (Lyman, 2002: 2).

Menurut Siti (2010: 15), ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe

think pair and share adalah tiga tahapan utama yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu langkah think (berpikir secara individu), pair

(berpasangan dengan teman), dan share (berbagi jawaban dengan pasangan

lain atau seluruh kelas).

1. Tahap Thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau mengungkapkan suatu permasalahan

yang berhubungan dengan materi pelajaran, kemudian siswa diminta untuk

memikirkan pertanyaan atau permasalahan secara mandiri untuk beberapa

saat.

Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir

yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai

jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa

lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang

mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.

2. Tahap Pairing (berpasangan dengan teman)

(32)

15

mengenai apa yang telah dipikirkan sehingga dapat menghasilkan jawaban

bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk

melakukan diskusi dengan pasangannya. Setiap pasangan siswa saling

berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil

akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan

informasi dan pemecahan masalah yang lain.

3. Tahap Sharing (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)

Pada tahap ini, Guru membimbing kelompok untuk menyampaikan hasil

diskusi secara bergantian. Sampai sekitar seperempat kelompok

menyampaikan pendapat. Pada tahap ini seluruh kelompok dapat

mendengarkan pendapat yang akan disampaikan oleh perwakilan tiap

kelompok. Kelompok yang menyampaikan pendapatnya harus

bertanggung jawab atas jawaban dan pendapat yang disampaikan. Pada

akhir diskusi guru memberi tambahan materi yang belum terungkapkan

oleh kelompok diskusi.

Menurut (Hartina, 2008: 12), Model pembelajaran TPS memiliki

kelebihan, diantaranya yaitu:

1. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak

langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru,

serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang

(33)

2. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan

pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam

memecahkan masalah.

3. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya

dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.

4. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil

diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.

5. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam

proses pembelajaran

Adapun kelemahan dari model pembelajaran TPS menurut (Hartina,

2008: 12) adalah sebagai berikut:

1. Jika jumlah kelas sangat besar, maka guru akan mengalami kesulitan

dalam membimbing siswa yang membutuhkan perhatian lebih.

2. Pemahaman tentang konsep dalam setiap pasangan akan berbeda

sehingga akan dibutuhkan waktu tambahan untuk pelurusan konsep

oleh guru dengan menunjukkan jawaban yang benar.

3. Lebih banyak waktu yang diperlukan untuk mempresentasikan hasil

diskusi karena jumlah pasangan yang sangat besar.

Pembatasan waktu pada masing-masing tahapan dapat memotivasi siswa

untuk lebih bertanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahannya dan

menyelesaikan tugas belajarnya. Pembelajaran kooperatif tipe TPS juga dapat

(34)

17

siswa untuk mempunyai lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan

saling membantu. Selain itu dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS, siswa

dapat mempertimbangkan apa yang telah dijelaskan dan dialaminya selama

pembelajaran (Trianto, 2007: 61).

Pada akhirnya TPS akan mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir

secara terstruktur dalam diskusi mereka dan memberikan kesempatan untuk

bekerja sendiri ataupun dengan orang lain melalui keterampilan

berkomunikasi. Model TPS menyebabkan siswa aktif dalam pembelajarannya,

karena siswa belajar berkomunikasi dengan baik, memiliki tanggung jawab,

berinteraksi dengan siswa lain, serta turut berpartisipasi dalam pembelajaran.

C. Aktivitas Belajar Siswa

Bidang pendidikan termasuk rumpun ilmu perilaku, suatu rumpun ilmu yang

mengkaji aktivitas manusia. Lingkup kajian aktivitas manusia sangatlah luas,

mencakup aktivitas manusia sebagai individu atau kelompok menurut

Sukmadinata (dalam Parlina, 2010: 26).

Seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (2007: 95), bahwa dalam belajar

sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin

berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses pembelajaran merupakan

kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya

hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca dan segala

kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. Aktivitas

(35)

jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat

terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek

kognitif, afektif maupun psikomotor.

Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam

proses pembelajaran. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam

belajar maka semakin baik proses pembelajaran yang terjadi. Dengan

demikian belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik

aktivitas fisik maupun psikis Holt (dalam Wardani, 2007: 9).

Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat

sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan,

melihat atau hanya pasif. Aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya

bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka

pembelajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan

supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang

optimal sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif. Siswa

mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan,

mengasosiasikan ketentuan satu dengan lainnya dan sebagainya (Rohani,

2004: 6-7).

Menurut Diedrich (dalam Rohani, 2004: 9) terdapat macam-macam kegiatan

peserta didik yang meliputi aktivitas fisik dan psikis sebagai berikut:

1. Visual activities, membaca,memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.

(36)

19

mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya.

3. Listening activities, mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi,musik, pidato dan sebagainya.

4. Writing activities, menulis : cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin dan sebagainya.

5. Drawing activities, menggambar, membuat grafik,peta, diagram, pola dan sebagainya.

6. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya. 7. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. 8. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani

tenang, gugup dan sebagainya.

Menurut Hamalik (dalam Parlina, 2010: 28) upaya untuk meningkatkan

aktivitas dalam pembelajaran dapat dilakukan guru dengan tiga alternatif

pemberdayaan, yaitu:

1. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas.

Asas aktivitas dapat dilakukan dalam setiap kegiatan tatap muka dalam

kelas yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung kegiatan

kelompok, kegiatan kelompok kecil, belajar independen.

2. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa kelas

ke dalam masyarakat, melalui metode karyawisata, survey, kerja

pengalaman, pelayanan masyarakat, berkemah, dan berproyek. Cara lain

adalah mengundang narasumber dari luar.

(37)

siswa aktif).

Pembelajaran dilaksanakan dengan titik berat pada keaktifan siswa dan

guru bertindak sebagai fasilitator dan nara sumber yang memberikan

kemudahan bagi siswa untuk belajar.

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 24) aktivitas dalam belajar dapat

memberikan nilai tambahan (added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal

berikut:

1. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud

adanya motivasi internal (driving force) untuk belajar sejati.

2. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang

dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.

3. Peserta didik belajar menurut minat dan kemampuannya.

4. Menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang

demokratis di kalangan peserta didik.

5. Pembelajaran dilaksanakan secara kogkret sehingga menumbuh

kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan

terjadinya verbalisme.

6. Menumbuhkembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik

sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, dan serasi dengan kehidupan

masyarakat sekitarnya.

Dierich yang dikutip oleh Hamalik (dalam Hanafiah dan Suhana, 2009: 24)

(38)

21

1. Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar,

mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain

bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau

prinsip, mengubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, member

saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu

permainan, atau mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan,

memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau

rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik,

chart, diagram, peta, dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat,

melaksanakan pameran, membuat strategi, menyelenggarakan permainan,

serta menari dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan

masalah, menganalisa factor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan

membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang

dan lain-lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar menurut Dimyati dan

(39)

1. Faktor Internal meliputi hal-hal seperti: sikap terhadap belajar, motivasi

belajar, konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan ajar, kemampuan

menyimpan perolehan hasil belajar, kemampuan menggali hasil belajar

yang tersimpan, kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, rasa

percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar,

dan cita-cita siswa.

2. Faktor eksternal meliputi hal-hal seperti: guru sebagai pembina belajar,

prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial

siswa disekolah, dan kurikulum sekolah.

Memes (dalam Andra, 2007: 39) menyatakan bahwa, untuk mengetahui

tingkat keaktifan siswa, pedoman yang digunakan sebagai berikut:

Bila rata-rata nilai 75,6 maka dikategorikan aktif. Bila 59,4 ≤ rata-rata

nilai < 75,6 maka dikategorikan cukup aktif. Bila rata-rata nilai < 59,4 maka

dikategorikan kurang aktif.

Seseorang dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu

yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberi tanggapan terhadap suatu

peristiwa yang terjadi dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam

proses belajarnya. Dengan melakukan banyak aktivitas yang sesuai dengan

pembelajaran, maka siswa mampu mengalami, memahami, mengingat dan

mengaplikasikan materi yang telah diajarkan. Adanya peningkatan aktivitas

(40)

23

D. Penguasaan Materi

Materi pembelajaran (bahan ajar) merupakan salah satu komponen sistem

pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa

mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar (Depdiknas, 2003: 23).

Sedangkan Awaluddin (2008: 1) menyatakan materi pelajaran merupakan

bahan ajar utama minimal yang harus dipelajari oleh siswa untuk menguasai

kompetensi dasar yang sudah dirumusskan dalam kurikulum. Dengan materi

pembelajaran memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau

kompetensi dasar secara runut dan sistematis, sehingga secara akumulatif

mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Materi

pembelajaran merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru untuk

perencanaaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Penguasaaan

merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang

dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang

pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai

proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2003: 115).

Menurut Piaget (Oktarina, 2008: 18) pertumbuhan intelektual manusia terjadi

karena adanya proses kontinyu yang menunjukkan equilibrium dan

disequilibrium, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud penguasaan

materi adalah kemampuan yang telah dimiliki siswa setelah ia menerima

bahan pelajaran. Penguasaan materi siswa merupakan hasil belajar dalam

(41)

Penguasaan materi merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Hasil belajar

dari ranah kognitif memiliki hirarki atau bertingkat. Adapun

tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta

dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah

dan kreatifitas. Informasi nonverbal dikenal atau dipelajari dengan cara

penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung.

Informai fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara

mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting

untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting

untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di

dalam pemecahan masalah atau di dalam krestivitas (Slameto, 2001: 131).

Sudijono (2008: 50) menyatakan bahwa ranah kognitif terdiri dari 6 jenis

sebagai berikut:

1. Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk

mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama istilah, ide,

gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan

untuk menggunakannya.

2. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk

mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.

Dengan kata lain mamahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat

melihatnya dari berbagai sisi. Seorang siswa dikatakan memahami sesuatu

apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih

(42)

25

3. Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk

menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun

metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam

situasi yang baru dan konkret.

4. Analisis (analyze) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih

kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau

faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor-faktor-faktor yang lain.

5. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan

dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang

memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga

menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.

6. Penilaian atau evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk

membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide, misalnya jika

seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu

memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau

kriteria yang ada.

Penguasaan materi pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan

evaluasi. Menurut Percival (dalam Hamalik, 2008: 146) bahwa evaluasi adalah

serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan sistem

mengajar/belajar sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi merupakan alat yang

penting untuk mengetahui ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang

(43)

perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kongnitif, afektif dan

psikomotor secara seimbang (Suryosubroto, 2003: 55).

Selain itu, menurut Thoha (1994: 1) bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang

terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan

instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh

kesimpulan. Instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi

adalah tes. Arikunto (2008: 53) menyatakan bahwa tes merupakan alat atau

prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan

cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen pembelajaran dicapai

setelah satu kali pertemuan adalah postes atau tes akhir. Disebut tes akhir

karena sebelum memulai pelajaran guru mengadakan tes awal atau pretes.

Kegunaan tes ini ialah terutama untuk dijadikan pertimbangan dalam

memperbaiki rencana pembelajaran. Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan

umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran (Daryanto, 1999:

(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 di

SMP Negeri 21 Bandar Lampung yaitu pada bulan Oktober 2015.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil SMP

Negeri 21 Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016. Sampel penelitian ini

adalah siswa kelas VII G sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VII D sebagai

kelas kontrol yang masing-masing kelas berjumlah 29 siswa. Pengambilan sampel

menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini menurut (Budiyono, 2003:

35) bahwa purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes tak

ekuivalen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran TPS,

sedangkan kelas kontrol menggunakan metode diskusi. Hasil pretes, postes dan

(45)

Struktur desainnya sebagai berikut:

Keterangan :

I = Kelompok eksperimen, II = Kelompok kontrol, O1 = Pretes

O2 = Postes ; X1 = model pembelajaran TPS ; X2 = menggunakan metode diskusi

(dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43) Gambar 2. Desain penelitian tak ekuivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke SMPN 21 Bandar

Lampung tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi ke SMPN 21 Bandar Lampung, untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

e. Membuat instrument evaluasi yaitu soal pretest/postes untuk mengukur

penguasaan materi oleh siswa.

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

I O1 X1 O2

(46)

29

f. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa.

g. Pembuatan angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran

kooperatif tipe TPS

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif TPS untuk kelas eksperimen dan dengan metode diskusi untuk

kelas kontrol. Penelitian ini direncanakan sebanyak tiga kali pertemuan.

Pretes diberikan diawal pembelajaran pada pertemuan pertama dan posttes diberikan setelah pembelajaran berlangsung di pertemuan ke tiga.

Langkah-langkah pembelajaran kelas eksperimen dengan menggunakan

(47)

1) Kelas Eksperimen (Menggunakan Model Tipe TPS)

Kegiatan Guru Kegiatan siswa Sintak Think Pair Share

Kegiatan Pendahuluan

a. Mengadakan pretes tentang materi ciri-ciri makhluk hidup (Pertemuan 1)

b. Menyajikan tujuan pembelajaran

c. Guru memberikan apersepsi kepada siswa agar tertarik pada pelajaran, Pertemuan 1: dengan cara guru memerintahkan seorang siswa berdiri di depan kelas. Kemudian guru meminta siswa tersebut untuk menarik napas dan menghembuskannya secara perlahan. Lalu guru bertanya kepada siswa yang lainnya, ”Proses apakah yang terlihat, kemudian sebutkan ciri-ciri makhluk hidup lain yang kalian ketahui?”

Pertemuan 2: dengan cara guru bertanya kepada siswa, ”apakah tumbuhan termasuk makhluk hidup? Jika ya, Apakah tumbuhan juga bergerak?”

Pertemuan 3: dengan cara guru mengajukan pertanyaan, “Mengapa makhluk hidup harus berkembangbiak sebagai salah satu ciri makhluk hidup? (karena fungsi berkembang biak bagi makhluk hidup adalah agar makhluk hidup dapat menghasilkan keturunan untuk mempertahankan kepunahan)”.

d. Guru memberikan motivasi kepada siswa:

Pertemuan 1: “Dengan cara guru memberikan informasi kepada siswa bahwa dengan mempelajari materi ciri-ciri makhluk hidup, maka kita akan bisa lebih memahami ciri-ciri makhluk hidup yang ada di sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari seperti bernapas, bergerak, memerlukan makan (nutrisi).”

Pertemuan 2: “Dengan cara guru menunjukkan bidang ilmu pengetahuan lain yang relevan dalam mempelajari

(48)

31

identifikasi ciri-ciri makhluk hidup seperti taksonomi, klasifikasi,

morfologi, fisiologi, dan ilmu lainnya.”

Pertemuan 3:“Dengan caraguru memberikan motivasi kepada siswa ”hari ini kita akan mempelajari ciri hidup lainnya yaitu: adaptasi, mengeluarkan zat sisa (Ekskresi) dan kita akan mengetahui contoh yang membuktikan ciri-ciri makhluk hidup sesuai dengan sekitar kita. Apabila kalian ingin mengetahui lebih lanjut tentang materi ini kalian bisa mengambil jurusan biologi pada saat kuliah nanti”

Kegiatan Inti

eksplorasi

a. Guru menjelaskan tahapan model pembelajaran TPS kepada siswa.

b. Guru menjelaskan materi secara singkat sehingga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi dan permasalahan yang akan dibahas.

Elaborasi

a. Guru membagikan LKS kepada setiap siswa kemudian meminta siswa untuk berfikir (thinking)

b. Mempersilahkan siswa berpasangan (pairing) dengan teman untuk mendiskusikan masalah yang ada di LKS

b. Siswa berpasangan dengan teman dan berdiskusi

Siswa diberi kesempatan berpikir 4 menit untuk satu nomor pertanyaan yang ada dalam lembar kerja siswa secara individu, karena 1 LKS ada 5 pertanyaan maka membutuhkan waktu berpikir selama 20 menit (thinking). Diharapkan siswa memiliki kejujuran dan kemandirian dalam mengerjakan tugasnya.

(49)

Konfirmasi

a. Guru menunjuk beberapa pasang siswa untuk mempresentasikan di depan kelas tentang masalah yang telah mereka diskusikan

b. Memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi atau bertanya tentang hasil pekerjaan temannya kemudian mempersilahkan kepada siswa yang presentasi untuk menjawab pertanyaan dari temannya

c. Guru mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan dengan mengajukan beberapa soal ada 5 maka diberi waktu 25 menit (pairing). Dengan berpasangan dan berdiskusi, diharapkan siswa memiliki rasa toleransi, tanggung jawab

dan bekerjasama terhadap tugas yang diberikan

(50)

33

Kegiatan penutup

a. Guru Bersama siswa mengulas materi yang telah dipelajari

b. Guru mengadakan tes akhir (postes) untuk pertemuan terakhir (Pertemuan ke 3)

c. Memberi informasi tentang materi yang akan dibahas pertemuan selanjutnya

d. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam

2) Kelas Kontrol (dengan menggunakan metode diskusi).

Kegiatan Guru Kegiatan siswa

Kegiatan Pendahuluan

a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam

b. Mengadakan pretes (pertemuan ke 1) mengenai ciri-ciri makhluk hidup bernapas, peka terhadap rangasang, dan memerlukan makan (Nutrisi)

c. Menyajikan tujuan pembelajaran.

d. Guru memberikan apersepsi kepada siswa agar tertarik pada pelajaran:

Pertemuan 1: dengan cara guru memerintahkan seorang siswa berdiri di depan kelas. Kemudian guru meminta siswa tersebut untuk menarik napas dan

menghembuskannya secara perlahan. Lalu guru bertanya kepada siswa yang lainnya, ”Proses apakah yang terlihat, kemudian sebutkan ciri-ciri makhluk hidup lain yang kalian ketahui?”

Pertemuan 2: dengan cara guru bertanya kepada siswa, ”apakah tumbuhan termasuk makhluk hidup? Jika ya, Apakah tumbuhan juga bergerak?”

Pertemuan 3: dengan cara guru mengajukan

pertanyaan, “Mengapa makhluk hidup harus

berkembangbiak sebagai salah satu ciri makhluk hidup? (karena fungsi berkembang biak bagi makhluk hidup adalah agar makhluk hidup dapat menghasilkan

a. Menjawab salam guru

b. Menjawab soal pretest

c. Mendengarkan penjelasan guru

(51)

keturunan untuk mempertahankan kepunahan)”.

e. Guru memberikan motivasi kepada siswa: Pertemuan 1: “Dengan cara guru memberikan informasi kepada siswa bahwa dengan mempelajari materi ciri-ciri makhluk hidup, maka kita akan bisa lebih memahami ciri-ciri makhluk hidup yang ada di sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari seperti bernapas, bergerak, memerlukan makan.”.

Pertemuan 2: “Dengan cara guru menunjukkan bidang ilmu pengetahuan lain yang relevan dalam mempelajari identifikasi ciri-ciri makhluk hidup seperti taksonomi, klasifikasi, morfologi, fisiologi, dan ilmu lainnya.”

Pertemuan 3:“Dengan caraguru memberikan motivasi kepada siswa ”hari ini kita akan mempelajari ciri hidup lainnya yaitu: adaptasi, mengeluarkan zat sisa (Ekskresi) dan kita akan mengetahui contoh yang membuktikan ciri-ciri makhluk hidup sesuai dengan sekitar kita. Apabila kalian ingin mengetahui lebih lanjut tentang materi ini kalian bisa mengambil jurusan biologi pada saat kuliah nanti”.

e. Mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru

Kegiatan Inti

Eksplorasi

a. Guru menjelaskan materi secara singkat sehingga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang akan dibahas.

Elaborasi

a. Menempatkan siswa pada kelompoknya masing-masing berdasarkan pembagian kelompok yang telah ditetapkan sebelumnya secara heterogen dengan anggota kelompok 5 orang

b. Membagikan LKS yang berisi permasalahan yang harus didiskusikan bersama anggota kelompoknya.

c. Setelah selesai berdiskusi meminta setiap kelompok mengumpulkan LKS

a. Siswa mendengarkan

penjelasan yang diberikan oleh guru

a. Berkelompok sesuai

kelompoknya masing-masing

b. Menerima LKS dan berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang ada di dalam LKS

(52)

35

Konfirmasi

a. Meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi LKS

b. Memberi penjelasan di depan kelas mengenai materi yang belum dipahami oleh siswa.

a. Tiap kelompok

mempresentasikan hasil diskusi LKS

b. Mendengarkan penjelasan guru

Kegiatan penutup

a. Guru mengadakan tes akhir (postes) tentang materi pokok ciri-ciri makhluk hidup (pertemuan ke 3)

b. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari

c. Memberi informasi tentang materi yang akan dibahas pertemuan selanjutnya

d. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam

a. Menjawab soal postes

b. Membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari

c. Mendengarkan penjelasan guru

d. Menjawab salam guru

3)Pengamatan

Pengamatan aktivitas belajar siswa dilakukan dengan menggunakan lembar

observasi. Pada pelaksanaan pengamatan, peneliti dibantu oleh guru mitra dan

observer.

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah : 1. Jenis Data

Data penelitian berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif berupa

skor tingkat keaktifan siswa selama penerapan model TPS dan penguasaan

materi oleh siswa. Penguasaan materi oleh siswa diperoleh dari nilai pretes dan

postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes. Nilai

(53)

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa yang relevan pada model

pembelajaran kooperatif tipe TPS dan angket tanggapan siswa terhadap model

pembelajaran kooperatif tipe TPS.

2. Teknik Pengambilan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes dan

lembar observasi serta angket tanggapan siswa.

a) Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat keaktifan

siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

TPS. Data diperoleh dengan cara mengamati aktivitas siswa dan

memberikan tanda checklist (√ ) pada setiap skor yang sesuai dari aspek

aktivitas yang dilakukan siswa kemudian dilakukan perhitungan untuk

setiap aktivitas yang dimunculkan oleh siswa.

b)Pretes dan Postes

Data penguasaan materi berupa nilai pretes diambil pada pertemuan ke I dan

postes diambil pada pertemuan ke III. Nilai pretes diambil sebelum

pembelajaran pertemuan pertama pada setiap kelas baik eksperimen maupun

kontrol, sedangkan nilai postes diambil setelah pembelajaran pada

pertemuan ketiga pada setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol dengan

(54)

37

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :

S = R x 100 N

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut

(Purwanto, 2008 :112).

Selisih antara nilai pretes dan nilai postes kemudian dihitung. Nilai selisih

tersebut disebut sebagai skor gain, lalu dianalisis secara statistik. Untuk

mendapatkan skor gain menggunakan formula Hake (Loranz, 2008:2)

sebagai berikut:

X - Y

Z - Y

Keterangan: X = nilai postes Y = nilai pretes Z = Skor maksimun

c) Angket Tanggapan Siswa

Angket ini berisi pendapat siswa tentang model pembelajaran kooperatif

tipe TPS yang telah dilaksanakan. Angket ini berupa 10 pernyataan,

terdiri dari 6 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif. Setiap siswa

memilih jawaban yang menurut mereka sesuai dengan pendapat mereka

pada lembar angket yang telah diberikan. Angket tanggapan siswa ini

memiliki 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju. X 100

(55)

F. Teknik Analisis Data a) Data Kualitatif

1. Pengolahan Data Aktivitas belajar siswa

Data aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung

merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis

dengan menggunakan indeks aktivitas siswa.

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

1) Mengamati aktifitas yang dilakukan oleh siswa

2) Menghitung persentase aktivitas menggunakan rumus:

̅= ∑ x 100

Ket: X = Rata-rata skor aktivitas siswa

Xi = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh

n = Jumlah skor aktivitas maksimum (Sudjana, 2002: 67)

Tabel 1.Lembar observasi aktivitas belajar siswa

Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai (dimodifikasi dari Arikunto, 2009: 183)

No Nama

Aspek yang diamati

Xi

A B C D E

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1

2 3 4

(56)

39

Keterangan penilaian aktivitas siswa: A. Mengemukakan pendapat/ ide

1. Tidak mengemukakan pendapat/ide (diam saja).

2. Mengemukakan pendapat/ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

B. Bertanya:

1. Tidak mengajukan pertanyaan.

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

C. Bekerjasama dengan teman:

1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja).

2. Bekerjasama dengan teman tetapi tidak sesuai dengan permasalahan dalam LKS pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

3. Bekerjasama teman sesuai dengan permasalahan dalam LKS pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

D. Bertukar informasi

1.Tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota teman (diam saja).

2.Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada LKS.

3.Berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat untuk memecahkan permasalahan pada LKS sesuai dengan model pembelajaran Think Pair Share atau pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

E. Mempresentasikan hasil diskusi

1.Siswa kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis dan tidak dapat menjawab pertanyaan.

2.Siswa kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar.

(57)

3). Menafsirkan atau menentukan kategori Presentase Aktivitas Siswa sesuai

kriteria pada tabel 2.

Tabel 2. Kriteria aktivitas siswa

Persentase (%) Kriteria 87,50 – 100

75,00 – 87,49 50,00 – 74,99 0 – 49,99

Sangat baik Baik Cukup Kurang

Sumber: Dimodifikasi dari Hidayati ( 2011:17)

2) Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran

angket. Angket tanggapan berisi 10 pernyataan yang terdiri dari 6 pernyataan

Gambar

Tabel
Gambar 2. Desain penelitian tak ekuivalen
Tabel 1.Lembar observasi aktivitas belajar siswa
Tabel 2. Kriteria aktivitas siswa
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini bisa dilihat pada lebih banyaknya karya penafsiran al-Qur‘an yang muncul pada era kontemporer yang menggunakan metode maudlui .Seperti karya Fazlurrahman, Abul

Analisis Peranan Pemberian Kredit Oleh Cu.Budi Murni Terhadap Usaha Petani Kelapa Sawit Di Kabupaten Labuhan Batu Dairi.. Universitas

Dalam kasus Indonesia sendiri, kontestasi antara negara dengan masyarakat dalam internet sebagai ruang publik diperlihatkan dari adanya serangkaian regulasi yang

Dalam akad ini, Bank Indonesia membayar imbalan pada saat jatuh waktu SBIS dengan catatan perbankan syariah yang bersangkutan telah melakukan dan mencapai tujuan

STKIP-PGRI Bandar Lampung, Vol. Moreover, by doing writing, the students become involved with the new language, trying to express their ideas and use eyes,

Praktik oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan- perusahaan potensial untuk masuk ke dalam pasar, dan juga perusahaan-perusahaan melakukan

motif, manfaat serta waktu penggunaan internet yang kemudian dihubungkan dengan prestasi akademik mahasiswa ranah kognitif [18]. Berdasarkan studi literatur yang telah

Penelitian ini difokuskan untuk menguji aktivitas bakteri endofit MFS3 sebagai produsen senyawa biosurfaktan dengan pendekatan teknik hidrofobik Parafilm M test dan