• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN TARI BEDANA DI KELAS X.MIA 3 SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NILAI AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN TARI BEDANA DI KELAS X.MIA 3 SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

NILAI AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN TARI BEDANA DI KELAS X.MIA 3 SMA YP UNILA

BANDAR LAMPUNG

OLEH:

ANDINI KUSUMA NEGARA

Hal yang diungkap dalam penelitian ini adalah nilai afektif dalam pembelajaran tari bedana di kelas X.MIA 3 SMA YP Unila. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai afektif dalam pembelajaran tari bedana di kelas X.MIA 3 SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 2014/2015.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Landasan teori yang digunakan adalah teori ranah afektif dari Kunandar (2013:100). Teori lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran, metode pembelajaran, metode drill, seni tari, dan tari bedana. Sumber data pada penelitian ini adalah nilai kerjasama, nilai tanggung jawab, nilai toleransi, nilai disiplin, peserta didik kelas X. MIA 3, guru seni budaya, 9 ragam gerak tari bedana, ruang kelas X.MIA 3.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi, wawancara, dokumentasi, dan nontes.

Nilai afektif terlihat pada aktivitas peserta didik pada pelaksanaan pembelajaran tari bedana. Terdapat perubahan perilaku peserta didik menjadi lebih baik yang dapat dilihat pada penilaian pertemuan pertama sampai pertemuan kedelapan. Peserta didik dapat menerapkan nilai afektif melalui pemberian ucapan teguran oleh guru kepada peserta didik yang tidak menerapkan nilai afektif dengan baik pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung sehingga peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai afektif kerjasama dengan kriteria baik, karena peserta didik telah menerapkan 4 deskriptor, bertanggung jawab dengan kriteria baik, karena peserta didik telah menerapkan 4 deskriptor, toleransi dengan kriteria baik, karena peserta didik telah menerapkan 4 deskriptor, serta disiplin dengan kriteria baik, karena peserta didik telah menerapkan 4 deskriptor. Secara keseluruhan nilai afektif peserta didik di kelas X.MIA 3 SMA YP Unila Bandar Lampung dikatagorikan baik dikarenakan peserta didik telah menerapkan deskriptor perilaku nilai afektif, sesuai dengan kriteria penilaian baik.

(2)

ABSTRACT

THE AFFECTIVE VALUE IN LEARNING BEDANA DANCE IN X.MIA 3 CLASS

YP UNILA SENIOR HIGH SCHOOL BANDAR LAMPUNG

BY:

ANDINI KUSUMA NEGARA

It is revealed in this study is the affective value in learning bedana dance in X.MIA 3 class YP Unila Senior High School .This research is aimed to describe the affective value in learning bedana dance in X.MIA 3 class YP Unila Senior High School Bandar Lampung 2014/2015 school year.

The type which is use in this research is descriptive qualitative. The theoretical basis used in this research is affective theory by Kunandar (2013: 100) The other theory used in this research are learning, learning methods, drill method, dance art, and bedana dance. The data source in this research are cooperation value, responsible value, tolerance value, discipline value, X.MIA 3 students, teacher of art and culture, 9 shapes of bedana dance and X.MIA 3 class. The techniques used in this study is the observation, interviews, documentation, and nontest.

The affective values seen in the activity of students in the implementation of learning bedana dance. The behavior of students are change be better who can be seen in the assessment one to assessment eight. Students can apply affective value through the provision in the form of greeting reprimand by teacher to the students who do not apply well the affective value at the time of implementation of the learning takes place so that student can apply the value affective cooperation with good criteria, because student have been applied 4 describtion. Responsible with good criteria, because student have been applied 4 describtion. Tolerance with good criteria, because student have been applied 4 describtion. As well as discipline with good criteria, because student have been applied 4 describtion. Overall value of affective student in X.MIA 3 class YP Unila Bandar Lampung, catagorized good, because of student have been applied affective value of behavioral description, according to the good assesment criteria.

(3)

NILAI AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN

TARI BEDANA DI KELAS X.MIA 3 SMA YP UNILA

BANDARLAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

ANDINI KUSUMA NEGARA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lahat, pada 23 November 1992, anak ketiga dari tiga bersaudara buah hati Bapak Drs. Rachmad Effendy dan Ibu Susiana, S.E. Penulis mengawali pendidikan pada 1997 di TK Maritaqwa, Kabupaten Lampung Utara, diselesaikan pada 1998, SD Negeri 4 Tanjung Aman diselesaikan pada 2004, SMP Negeri 7 Kotabumi diselesaikan pada 2007, SMA Negeri 3 Kotabumi yang diselesaikan pada 2010. Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi member of Cultural

Exchange Exhibition Indonesia Art Performance to University of Kentucky, USA pada tahun 2014. Pada tahun yang sama, penulis melaksanakan Program

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, syukur alhamdulillah untuk segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT Sang pencipta alam semesta sehingga dengan ridho-Nya skripsi ini bisa diselesaikan. Tulisan ini kupersembahkan teruntuk.

1. Ayah dan ibu tersayang, terimakasih untuk semua limpahan kasih sayang, dukungan, semangat, doa, dan motivasi yang selalu menyertai langkah hidupku

2. Kakak-kakakku tercinta, Rian Sastra Negara, Satria Nata Negara, yang telah memberikan doa, dukungan, dan motivasi yang tak pernah putus padaku. 3. Almamater tercinta, Universitas Lampung. Terimakasih atas pengalaman

(9)

MOTO

No one can make you feel inferior without your concent (Eleanor Roosevelt)

(10)

SANWACANA

Puji Syukur penulis Panjatkan kepada Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas limpahan rahmat-Nya skripsi dengan judul “Nilai afektif Dalam

Pembelajaran Seni Tari di Kelas X.MIA 3 SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015” ini dapat diselesaikan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada

1. Susi Wendhaningsih,S.Pd., M.Pd., sebagai Pembimbing I, terimakasih atas kesabaran, ilmu serta waktu yang diberikan dalam membimbing penulis. 2. Fitri Daryanti, S.Sn., M.Sn., sebagai Pembimbing II, Pembimbing

Akademik, dan Ketua Program Studi Pendidikan Seni Tari FKIP Unila. Terimakasih telah berkenan membimbing dan memberikan ilmu yang tak ternilai harganya.

3. Dr. I Wayan Mustika, M.Hum., yang telah berkenan menjadi pembahas, memberikan ilmu, nasihat, motivasi, pengalaman yang tak ternilai

harganya untuk menjadi salah satu member of cultural exchange exhibition Indonesia art performance to University of Kentucky, USA tahun 2014 serta membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

(11)

6. Dwiyana Habsari, S.Sn., M.Hum., Hasyimkan, S.Sn., M.A., Agung Kurniawan, S.Sn., M.Sn., Riyan Hidayatullah, S.Pd., M.Pd terimakasih telah membekali penulis dengan banyak ilmu selama melaksanakan pendidikan di Program Studi Pendidikan Seni Tari FKIP Unila.

7. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru pendidikan seni serta seluruh peserta didik di kelas X.MIA 3 SMA YP Unila Bandar Lampung,

terimakasih atas kerjasama dan bantuannya dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tua, Ayah Drs. Rachmad Effendy dan ibu Susiana, S.E., terimakasih atas kasih sayang, dukungan, motivasi, doa dan segalanya yang tak pernah henti tercurah untuk penulis.

9. Rian Sastra Negara, S.Pd., Satria Nata Negara S.STP., Galuh Finka Dewi, S.Pd yang selalu menjadi motivasi dan penyemangat penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

10.Elvin Agustian, S.Sos terimakasih telah menjadi penyemangat, motivator, pendengar, dan pemberi masukan, dan menjadi rekan diskusi dalam setiap kondisi yang dihadapi.

11.Keluarga besar yang menjadi sumber kebahagian, terimakasih atas dukungan yang diberikan.

(12)

menulis skripsi ini.

14.Sahabat-sahabatku, Nabilla Kurnia Adzan, Intan Andya Bellapama, Ayu Permatasari, Elvira Fadjrin, Indah Pramesari, Noviaz Adriani, Mesa, Tety, Wanda, Rocky, Agung, Iwak.

15.Teman seperjuangan Bella Aulia Rahmah, Siti Mutiara Barokah, Zeny Putri Sanjaya, Fani Santi Aziza, Wayan Dewi Kumala Sari dan semua teman-teman prodi Seni Tari 2011 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terimakasih untuk kebersamaan dan proses selama ini. 16.Kakak Tingkat Prodi seni Tari 2008, 2009, 2010 serta adik tingkat

angkatan 2012, 2013, 2014.

17.Mas Jaya yang selalu ada waktu dalam menghadapi penulis dalam urusan pemberkasan.

18.Staff dan bidang akademis kampus dan semua pihak yang telah mendukung proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, 15 Mei 2015 Penulis

(13)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK HALAMAN PERSETUJUAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTO SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR DIAGRAM DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran ... 9

2.1.1 Pengertian Belajar ... 9

2.1.2 Ciri-Ciri Belajar ... 10

2.1.3 Tujuan Belajar ... 11

2.2 Metode Pembelajaran ... 11

2.3 Metode Drill ... 13

2.4 Ranah Afektif ... 13

2.4.1 Kelebihan dan Kelemahan Penilaian Kompetensi Sikap ... 17

2.5 Tari ... 19

2.5.1 Tari Bedana ... 20

a. Musik Pengiring Tari Bedana ... 22

b. Lagu Pengiring Tari Bedana ... 23

c. Busana dan Aksesoris Tari Bedana ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 45

3.2 Sumber Data ... 46

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 47

(14)

3.3.5 Tes Praktik ... 54

3.4 Isntrumen Penelitian... 57

3.5 Teknik Analisis Data ... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 60

4.1.1 Sejarah SMA YP Unila Bandar Lampung ... 60

4.1.2 Visi dan Misi SMA YP Unila ... 61

4.1.3 Situasi Umum Pengelolaan Sekolah ... 63

4.1.4 Situasi dan Kondisi Sekolah ... 63

4.2 Hasil Penelitian ... 64

4.3 Laporan Hasil dan Pembahasan ... 64

4.3.1 Pertemuan Pertama ... 66

4.3.2 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Pertama ... 70

4.3.3 Pertemuan Kedua ... 74

4.3.4 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Kedua ... 77

4.3.5 Pertemuan Ketiga ... 81

4.3.6 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Ketiga ... 83

4.3.7 Pertemuan Keempat ... 87

4.3.8 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Keempat ... 90

4.3.9 Pertemuan Kelima ... 94

4.3.10 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Kelima ... 96

4.3.11 Pertemuan Keenam ... 100

4.3.12 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Keenam ... 101

4.3.13 Pertemuan Ketujuh ... 106

4.3.14 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Ketujuh ... 108

4.3.15 Pertemuan Kedelapan... 112

4.3.16 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Kedelapan ... 114

4.4 Penerapan Nilai Afektif pada Pembelajaran Tari Bedana di Kelas X. MIA 3 SMA YP Unial Bandar Lampung T.A 2014/2015 ... 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 122

5.2 Saran ... 124

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Nilai-Nilai Afektif yang Diamati ... 16

2.2 Kompetensi Inti Sikap Spiritual (KI 1) dan Sikap Sosial (KI 2) Sekolah Menegah Atas/ Madrasah Aliyah ... 16

2.3 Standar Kompetensi Lulusan (SKL) SMA dalam Kurikulum 2013 .... 17

2.4 Busana dan Aksesoris Wanita ... 25

2.5 Busana dan Aksesoris Pria ... 26

2.6 Deskripsi Ragam Gerak Tari Bedana ... 27

3.1 Indikator Penilaian ... 50

3.2 Instrumen Penilaian Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa ... 52

3.3 Penentuan Patokan dengan Persentasi Untuk Sekala Lima ... 54

3.4 Lembar Pengamatan Tes Proses ... 54

3.5 Kriteria Penskoran ... 56

3.6 Lembar Pengamatan Tes Praktik ... 56

4.1 Hasil Pengamatan Nilai Afektif Pertemuan Pertama ... 70

4.2 Hasil Pengamatan Proses Ragam Gerak pada Pertemuan Pertama ... 73

4.3 Hasil Pengamatan Nilai Afektif Pertemuan Kedua ... 77

4.4 Hasil Pengamatan Proses Ragam Gerak pada Pertemuan Kedua ... 80

4.5 Hasil Pengamatan Nilai Afektif Pertemuan Ketiga ... 84

4.6 Hasil Pengamatan Proses Ragam Gerak pada Pertemuan Ketiga ... 86

4.7 Hasil Pengamatan Nilai Afektif Pertemuan Keempat ... 90

4.8 Hasil Pengamatan Proses Ragam Gerak pada Pertemuan Keempat ... 93

4.9 Hasil Pengamatan Nilai Afektif Pertemuan Kelima ... 97

4.10 Hasil Pengamatan Proses Ragam Gerak pada Pertemuan Kelima ... 99

4.11 Hasil Pengamatan Nilai Afektif Pertemuan Keenam ... 102

4.12 Hasil Pengamatan Proses Ragam Gerak pada Pertemuan Keenam ... 105

4.13 Hasil Pengamatan Nilai Afektif Pertemuan Ketujuh ... 108

4.14 Hasil Pengamatan Proses Ragam Gerak pada Pertemuan Ketujuh .... 111

4.15 Hasil Pengamatan Nilai Afektif Pertemuan Kedelapan ... 114 4.16 Hasil Pengamatan Proses Ragam Gerak pada Pertemuan Kedelapan. 117

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Rasa Tanggung Jawab dan Kesiapan untuk Memimpin ... 68

4.2 Rasa Kerjasama ... 75

4.3 Guru Memberi Contoh Ragam Gerak Tari ... 82

4.4 Rasa Disiplin Memanfaatkan Waktu untuk Berlatih ... 89

4.5 Proses Pembelajaran Siswi Kelas X.MIA 3 ... 96

(17)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Hasil Pengamatan Nilai Afektif Pertemuan Pertama ... 72

4.2 Hasil Pengamatan Proses Ragam Gerak Pertemuan Pertama ... 74

4.3 Hasil Pengamatan Nilai Afektif Pertemuan Kedua ... 79

4.4 Hasil Pengamatan Proses Ragam Gerak Pertemuan Kedua ... 81

4.5 Hasil Pengamatan Nilai Afektif Pertemuan Ketiga ... 85

4.6 Hasil Pengamatan Proses Ragam Gerak Pertemuan Ketiga ... 87

4.7 Hasil Pengamatan Nilai Afektif Pertemuan Keempat ... 92

4.8 Hasil Pengamatan Proses Ragam Gerak Pertemuan Keempat ... 93

4.9 Hasil Pengamatan Nilai Afektif Pertemuan Kelima ... 98

4.10 Hasil Pengamatan Proses Ragam Gerak Pertemuan Kelima ... 100

4.11 Hasil Pengamatan Nilai Afektif Pertemuan Keenam ... 103

4.12 Hasil Pengamatan Proses Ragam Gerak Pertemuan Keenam ... 105

4.13 Hasil Pengamatan Nilai Afektif Pertemuan Ketujuh ... 109

4.14 Hasil Pengamatan Proses Ragam Gerak Pertemuan Ketujuh ... 111

4.15 Hasil Pengamatan Nilai Afektif Pertemuan Kedelapan ... 116

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pengertian pendidikan menurut UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam buku Kurinasih (2013: 33) merupakan usaha sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik. Pendidikan memiliki tujuan untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif megembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri serta keterampilan yang diperlukan dirinya bangsa dan negara.

Berdasarkan pengertian pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab seperti makna pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan

(19)

manajemen pendidikan. Tercapai atau tidaknya tujuan tersebut ditentukan oleh proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Pembelajaran adalah suatu proses mengajak belajar, di dalamnya ada dua subyek yaitu guru dan peserta didik. Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru atau pengajar adalah mengelola pengajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara dua subjek pengajaran. Guru sebagai pengarah serta pembimbing sedangkan peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memeroleh perubahan diri dalam pengajaran (Rohani, 2010: 1).

Belajar merupakan aktifitas manusia yang sangat vital dan secara terus-menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak terdidik atau diajar oleh manusia lainnya. Bayi yang baru dilahirkan telah membawa beberapa naluri atau insting dan potensi-potensi yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Akan tetapi, naluri dan potensi-potensi tersebut tidak akan berkembang baik tanpa pengaruh dari luar, yaitu campur tangan manusia lain. Di samping kepandaian-kepandaian yang bersifat jasmaniah (skill, motor ability), seperti merangkak, duduk, berjalan, makan, dan sebagainya, manusia membutuhkan kepandaian-kepandaian yang bersifat ruhaniah karena manusia adalah makhluk sosial budaya. (Thobroni Muhammad dan Arif Mustofa, 2011: 16). Belajar dimaksudkan untuk

(20)

hasil belajar dapat berupa perubahan kemampuan dalam bidang sikap,

pengetahuan, maupun keterampilan seperti yang terkandung dalam kurikulum 2013.

Menurut menteri pendidikan dan kebudayaan, Muhammad Nuh, dalam Kurinasih Imas dan Berlin Sani (2014: 22) mengatakan bahwa kurikulum 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Adapun ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar adalah:

a. Menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu

pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan

informasi.

b. Siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis.

c. Memiliki tujuan agar terbentuknya generasi produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

Seperti yang disebutkan di atas hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah ini tidak dapat

(21)

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ada asumsi bahwa sikap seseorang terhadap sesuatu bisa dipengaruhi dari pengetahuan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu itu. Dengan demikian, antara sikap dan

pengetahuan memiliki hubungan yang sangat erat dan saling memengaruhi. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan. ( Kunandar, 2013: 100)

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran seni tari sulit untuk mencapai keberhasilan studi secara optimal. Seseorang yang berminat dalam mata pelajaran seni tari diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu, semua guru harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik belajar pelajaran yang menjadi tanggung jawab. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, persatuan, nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu, semua lembaga pendidikan dalam

merancang program pembelajaran harus memperhatikan ranah afektif atau sikap.

Kurikulum 2013 yang di dalamnya mengandung nilai sikap dibagi menjadi dua, yakni sikap spiritual dan sikap sosial. Bahkan kompetensi sikap masuk menjadi kompetensi inti, yakni kompetensi inti 1 (KI 1) untuk sikap spiritual dan

(22)

isinya sebagai berikut: menunjukkan sikap kerjasama, bertanggung jawab, toleran, dan disiplin melalui aktifitas berkesenian.

Peserta didik di sekolah akan diajarkan berbagai mata pelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi, salah satunya adalah mata pelajaran seni budaya. Mata pelajaran seni budaya terdiri atas empat aspek cabang seni yang dapat diajarkan, yaitu seni rupa, teater, musik, dan tari. Seni tari diberikan di sekolah karena keunikan, makna dan manfaatnya terhadap perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan

berekspresi atau berkreasi sebagai wujud apresiasi melalui pendekatan belajar gerak dan menyatukan gerak dengan musik. Terdapat beberapa jenis tarian berkelompok atau berpasangan daerah Lampung yang dapat dijadikan materi dalam pelajaran seni tari misalnya, tari bedana.

Tari bedana merupakan tari tradisional kerakyatan daerah Lampung yang mencerminkan tata kehidupan masyarakat Lampung sebagai perwujudan simbol adat istiadat, agama, etika yang telah menyatu dalam kehidupan masyarakat. Tari bedana adalah tari muda-mudi Lampung. Tarian ini biasa dibawakan oleh pemuda-pemudi dalam acara-acara adat dan acara-acara yang tidak resmi sebagai ungkapan rasa gembira. Tari bedana merupakan kesenian rakyat yang akrab dan bersatu serta mengandung nilai budaya yang dapat dijadikan cara dalam

(23)

SMA YP UNILA Bandar Lampung terletak di Jl. Jendral Suprapto No. 88 Bandar Lampung. Sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah menengah di Bandar Lampung yang berada di bawah pembinaan Universitas Lampung. Peneliti memilih SMA YP UNILA Bandar Lampung karena sekolah ini memiliki visi, misi, serta nilai yang dijadikan fondasi dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Nilai dipandang penting untuk dijadikan pendukung pencapaian visi dan misi karena nilai merupakan prinsip-prinsip agung yang menjadi acuan semua elemen dalam lembaga untuk membangun sikap. Nilai-nilai yang terus

dipertahankan dan ditingkatkan penerapannya oleh seluruh warga SMA YP UNILA Bandar Lampung adalah nilai kejujuran, kebersamaan, saling menghormati, santun, inovatif, arif dan lain-lain.

Sekolah ini menerapkan pembelajaran tari bedana. Pembelajaran tari bedana terdapat nilai-nilai afektif yang berhubungan dengan minat dan sikap sosial yang dapat berbentuk kerjasama, tanggung jawab, toleran, dan disiplin yang harus diterapkan oleh peserta didik agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan optimal. Namun, pada pelaksanaannya khususnya di kelas yang diteliti yaitu X.MIA 3, ada beberapa peserta didik yang menganggap remeh mata pelajaran seni tari atau seni budaya dengan tidak serius dan bermain-main dalam proses

pembelajaran tari bedana. Dilihat dari karakteristiknya, peserta didik laki-laki biasanya tidak berminat dalam pembelajaran tari, mereka beranggapan seni tari bukan mata pelajaran penting yang harus dikuasai. Pemahaman tersebut

(24)

pada empat nilai afektif yang akan diamati yaitu kerjasama, tanggung jawab, toleran, dan disiplin yang tercantum di dalam silabus seni tari kelas X pada KD 2.1 yaitu menunjukkan sikap kerjasama, bertanggung jawab, toleran, dan disiplin melalui aktifitas berkesenian.

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah nilai afektif dalam pembelajaran tari bedana di kelas X.MIA 3 SMA YP UNILA Bandar Lampung tahun ajaran 2014/ 2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. mendeskripsikan nilai afektif peserta didik dalam pembelajaran tari bedana di kelas X.MIA 3 SMA YP UNILA Bandar Lampung tahun ajaran 2014/ 2015.

2. mendeskripsikan pembelajaran tari bedana pada peserta didik kelas X.MIA 3 SMA YP Unila Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015;

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru dan kepala sekolah. Manfaat bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengkajian seni budaya khususnya seni tari mengenai nilai afektif pada

(25)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup objek penelitian, subjek penelitian, tempat penelitian, dan waktu penelitian.

1. Objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah nilai afektif peserta didik dalam

pembelajaran seni tari di kelas X.MIA 3 SMA YP UNILA Bandar Lampung tahun ajaran 2014/ 2015.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X.MIA 3 yang berjumlah 34 peserta didik, 13 laki-laki dan 21 perempuan di SMA YP UNILA Bandar Lampung.

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di SMA YP UNILA Bandar Lampung yang beralamatkan di Jalan Jend. R. Suprapto No. 88 Tanjung Karang.

4. Waktu Penelitian

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Teori yang digunakan peneliti adalah teori ranah afektif dari Kunandar

(2013:100). Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ada asumsi bahwa sikap seseorang terhadap sesuatu bisa dipengaruhi dari pengetahuan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu itu.

2.1 Pembelajaran

Pembelajaran menurut Kimble dan Garmezy dalam buku Thobroni Muhammad dan Arif Mustofa (2011: 18) adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau disebut juga pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah.

2.1.1 Pengertian Belajar

(27)

Ketika menginjak masa kanak-kanak dan remaja, sejumlah sikap, nilai, dan keterampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai kompetensi. Pada saat dewasa, individu diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas kerja tertentu dan

keterampilan-keterampilan fungsional lainya, seperti mengendarai mobil, berwiraswasta, dan menjalin kerjasama dengan orang lain. (Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, 2007: 11)

2.1.2 Ciri-Ciri Belajar

Ciri-ciri belajar diantaranya adalah:

1. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti, bahwa hasil belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar;

2. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup;

3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial;

4. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman; 5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang

(28)

Belajar merupakan upaya yang ditempuh peserta didik dalam mencapai perubahan cara berpikir atau tingkah laku yang dilakukan secara terus-menerus dan tidak berubah-ubah atau permanen.

2.1.3 Tujuan Belajar

Tujuan belajar menurut Suprijono dalam buku Thobroni Muhammad dan Arif Mustafa (2011: 22) tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan intruksional yang dinamakan instructional effects, yang biasanya

berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruktional disebut nurturant efects. Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghadapi” (live in) suatu sitem lingkungan belajar tertentu.

Tujuan belajar juga tentunya untuk mencapai Standar kompetensi Lulusan (SKL) yang sesuai dengan kurikulum 2013. Standar kompetensi lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.

2.2 Metode Pembelajaran

Metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metodenya, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut. Bidang pengajaran di sekolah, ada beberapa faktor lain yang ikut

(29)

Pengetahuan mengenai metode-metode pengajaran atau masalah metodologi pengajaran ini sangat penting bagi para guru ataupun calon guru. Metodologi pengajaran pada hakikatnya merupakan penerapan prinsip-prinsip psikologi dan prinsip-prinsip pendidikan bagi perkembangan anak didik. Metodologi yang bersifat interaksi edukatif selalu bermaksud mempertinggi kualitas hasil pendidikan dan pengajaran di sekolah. (Suryosubroto, 2002: 141).

Kenyataan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau pesan lisan kepada siswa berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan, serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan. (Roestiyah, 2008: 1)

Sebenarnya metode dalam kegiatan belajar mengajar banyak sekali, tergantung dengan penguasaan teknik dan materi yang akan disampaikan. Berikut ini akan dicontohkan beberapa metode dasar yang bisa digunakan oleh pendidik, baik guru, dosen, tutor, atau siapa sajalah yang punya keinginan menyampaikan pengetahuan kepada yang lainya. Secara istilah metode belajar mengajar dapat diartikan sebagai cara-cara yang dilakukan untuk menyampaikan atau

(30)

2.3 Metode Drill

Metode drill atau latihan adalah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Latihan yang praktis; mudah dilakukan, serta teratur melaksanakannya membina anak dalam meningkatkan penguasaan keterampilan itu, bahkan

mungkin siswa dapat memiliki ketangkasan itu dengan sempurna. Hal ini menunjang siswa berprestasi dalam bidang tertentu. (Roestiyah, 2008: 125).

Metode drill merupakan salah satu metode yang cocok dalam melaksanakan pembelajaran seni, khususnya seni tari karena pada pembelajaran seni tari peserta didik menggunakan proses pembelajaran dengan cara latihan atau metode drill untuk meningkatkan keterampilanya di bidang seni tari. Guru juga mengajarkan seni tari ke peserta didik mengunakan latihan, dengan mencontohkan ragam gerak yang ada pada tarian yang diajarkannya.

2.4 Ranah Afektif

(31)

percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan

mengendalikan diri. Semua kemampuan ini harus menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah, yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang tepat. (Kunandar, 2013: 100)

Ranah afektif seseorang tercermin dalam sikap dan perasaan diri seseorang yang meliputi: (1) self-concept dan self-esteem; (2) self-efficacy dan contextual efficacy; (3) attitude of self-acceptance dan other acceptance. Self-concept atau konsep diri adalah totalitas sikap dan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri. Sementara self-esteem atau harga diri adalah tingkat pandangan dan penilaian seseorang mengenai kualitas dirinya sendiri berdasarkan prestasinya. Self-efficacy (efikasi diri) adalah keyakinan seseorang terhadap keefektifan kemampuan sendiri dalam membangkitkan gairah dan kegiatan orang lain. Contextual-efficacy adalah kemampuan seseorang dalam berurusan dengan keterbatasan faktor luar dirinya pada suatu saat tertentu. Sementara itu, self-acceptanceattitude atau sikap penerimaan diri sendiri adalah gejala perasaan seseorang dalam kecenderungan positif atau negatif terhadap diri sendiri berdasarkan penilaian jujur atas bakat dan kemampuanya. Other acceptance attitude adalah sikap mampu menerima

keberadaan orang lain, yang amat dipengaruhi oleh kemampuan untuk menerima diri sendiri. (Adisusilo, 2013: 37)

(32)

diajarkan kepada peserta didik melalui PBM yang terdiri dari kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Namun meskipun kompetensi sikap spiritual dan sosial harus terimplementasikan dalam PBM melalui

pembiasaan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam

keseharian melalui dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran. Hal ini disebabkan sikap, baik sikap spiritual (KI 1) maupun sikap sosial (KI 2) itu tidak dalam konteks untuk diajarkan, tetapi untuk diimplementasikan atau diwujudkan dalam tindakan nyata oleh peserta didik. Oleh karena itu, jika sikap diajarkan, sesungguhnya guru sedang mengajarkan pengetahuan tentang sikap, seperti pengertian kejujuran dan kedisiplinan, tetapi bukan membentuk dan

merealisasikan sikap jujur dan disiplin dalam tindakan nyata sehari-hari peserta didik.

Dari pengertian ranah afektif di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ranah afektif merupakan sesuatu yang sangat erat kaitannya dengan sikap dan nilai seseorang terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Ranah afektif seseorang berasal dari dirinya sendiri maupun dari lingkungan sekitar dan orang lain yang

mempengaruhi individu yang dapat merubah seseorang berdasarkan kondisi yang didapatnya. Dalam proses pembelajaran dan pengaplikasian kurikulum 2013 nilai afektif yang terdapat pada sikap spiritual (KI 1) dan sikap sosial (KI 2) selalu dijalankan dalam proses pembelajaran, meskipun tidak dipaparkan atau dijelaskan oleh guru secara langsung tetapi nilai afektif akan muncul seiring dengan

berjalanya proses pembelajaran melalui kebiasaan dan keteladanan yang

(33)
[image:33.595.113.519.94.366.2]

Tabel 2.1

Nilai-Nilai Afektif yang Diamati

No Nilai-Nilai Afektif Diskripsi Perilaku

1 Kerjasama Sikap atau perilaku manusia yang bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas.

2. Bertanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya) Negara dan Tuhan YME.

3. Toleran Sikap atau perilaku manusia yang

menghargai keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

(Kurinasih Imas, 2013: 68-71)

Tabel 2.2

Kompetensi Inti Sikap Spiritual (KI 1) dan Sikap Sosial (KI 2) Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah

Kompetensi Inti Kelas X

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

(34)
[image:34.595.113.517.116.339.2]

Tabel 2.3

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) SMA dalam Kurikulum 2013

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindakan yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai

pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri (Kunandar, 2013: 59)

2.4.1 Kelebihan dan Kelemahan Penilaian Kompetensi Sikap

Kelebihan dari penilaian kompetensi sikap adalah:

a. Dapat dilakukan bersamaan dengan proses belajar mengajar;

b. Dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung melalui hasil kerja peserta didik;

c. Dapat mengetahui faktor penyebab berhasil tidaknya proses pembelajaran peserta didik;

d. Mengajak peserta didik bersikap jujur;

e. Mengajak peserta didik menjalankan tugasnya supaya tepat waktu; f. Sikap peserta didik terhadap pelajaran dapat diketahui;

g. Dapat mengetahui faktor-faktor keterbatasan peserta didik;

(35)

i. Peserta didik akan terus termovivasi agak terus berbenah diri karena kreativitas sangat dituntut;

j. Dapat meredam egoisme individu setelah diberi tahu sikapnya; k. Peserta didik dapat lebih bertanggung jawab pada tugasnya; dan l. Peserta didik bisa bekerja sama dan saling menghargai antar teman. Sedangkan, kelemahan dari penilaian sikap adalah:

a. Sulit dilakukan pengamatan pada jumlah peserta didik yang teralalu banyak; b. Membutuhkan alat penilaian yang tepat;

c. Memerlukan waktu pengamatan yang cukup lama;

d. Menuntut profesionalisme guru karena mengamati peserta didik yang bervariasi;

e. Penilaiannya subjektif;

f. Kurang dapat dijadikan acuan karena sikap peserta didik dapat berubah-ubah; g. Terlalu banyak format yang melelahkan guru, perlu persiapan yang lengkap; h. Sulit mengadopsi sikap peserta didik yang beragam;

i. Sulit menyamakan persepsi karena latar belakang yang berbeda; j. Sikap peserta didik yang kurang terbuka menyulitkan penilaian;

k. Sangat tergantung situasi yang sedang dialami peserta didik sehingga hasilnya berpeluang berbeda;

l. Jawaban peserta didik sulit diuji kejujurannya;

m.Guru lebih menaggapi peserta didik yang aktif saja yang kurang aktif kurang terpantau; dan

(36)

2.5 Tari

Pengertian tari menurut Hutchinson dalam buku Indah Katarina (2006: 11) adalah sebuah bahasa yang menyampaikan pesan bukan melalui komunikasi verbal namun melalui ekspresi gerak tubuh. Diibaratkan sebagai sebuah bahasa verbal, tari mempunyai dasar “ bagian-bagian bahasa” atau „jenis kata‟, tari seperti bahasa yang disusun dangan jelas melalui tata bahasa. Tari juga mandefinisikan

hubungan satu sama yang lain dari gerak “kata-kata” yang memberi fungsi dalam gerak „kalimat‟ secara keseluruhan. Apabila dianalogikan dengan bahasa kalimat

verbal unsur-unsur dasar dari bahasa gerak juga terdiri dari katagori-katagori kata benda, kata kerja dan kata keterangan kata sifat, seperti halnya dalam bahasa.

Seni tari merupakan gerak tubuh manusia yang terangkai yang berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang didalamnya terdapat unsur keindahan gerak, ketepatan irama, dan ekspresi. Dalam tari juga dikenal dengan wiraga (tubuh), wirama (irama), wirasa (penghayatan), dan wirupa (wujud). Unsur tersebut merupakan satu ikatan yang membentuk harmoni. (Mustika, 2013: 22)

Seni dalam pendidikan pada dasarnya adalah bagaimana seni itu ada dan

dimasukkan dalam pendidikan untuk diterapkan atau diajarkan, agar peserta didik dapat mengembangkan bakat seni yang dimilikinya. Seni juga bertujuan untuk mengembangkan kreativitas serta membentuk karakter peserta didik menjadi berbudaya yang luhur (Mustika, 2013: 26).

(37)

semata-mata untuk mengekspresikan diri, tetapi seni memiliki tujuan untuk

mengungkapkan gerak dengan menggunakan rasa agar mencapai suatu keindahan. Sedangkan seni diajarkan di dalam dunia pendidikan berdasarkan beberapa alasan di antaranya untuk melestarikan budaya dan memberikan pengalaman estetik kepada peserta didik melalui kegiatan belajar bergerak dan menyelaraskan gerak dengan musik.

2.5.1 Tari Bedana

Tari bedana merupakan tari tradisional kerakyatan daerah Lampung yang mencerminkan tata kehidupan masyarakat Lampung sebagai perwujudan simbol adat istiadat, agama, etika yang telah menyatu dalam kehidupan masyarakat. Tari bedana adalah tari muda-mudi Lampung. Tarian ini biasa dibawakan oleh

pemuda-pemudi dalam acara-acara adat dan acara yang tidak resmi sebagai ungkapan rasa gembira. Tari bedana merupakan kesenian rakyat yang akrab dan bersatu serta mengandung nilai budaya yang dapat dijadikan cara dalam

menginterprestasikan pergaulan, persahabatan, kasih sayang yang tulus dan dapat diterima oleh ahli waris generasi ke generasi. (Mustika, 2013: 50)

(38)

menginterprestasikan sesuatu seperti pergaulan, kasih sayang, persaudaraan yang tulus ikhlas adalah ciri tradisional yang tidak akan lepas. Tari bedana

merupakan tari tradisional yang hidup dan berkembang pada masyarakat suku Lampung, baik Lampung Pepadun maupun Lampung Saibatin. Tari bedana merupakan pencerminan tata kehidupan masyarakat yang harus dipelihara, dibina, dan dikembangkan sebagai simbol adat istiadat, agama, dan etika bermasyarakat. Pada awalnya tari bedana dibawa oleh kaum pedagang atau para pemuka agama Islam dari Gujarat maupun dari Timur Tengah yang berfungsi untuk syiar agama Islam (Firmansyah, 1996: 3).

Sesuai dengan kondisi dan situasi serta lingkungan maka tari bedana mengalami perkembangan seirama dengan berjalannya waktu, sehingga proses pembinaan dan pengembangan tari ini mengalami suatu proses perkembangan yang beragam yang disebut tari bedana kreasi. Tari bedana dahulu ditampilkan pada malam acara nyambai agung saat menyambut pesta adat keesokan hari, tetapi sekarang penyajiannya lebih berkembang pada acara pesta perkawinan, khitanan, syukuran, bahkan ditampilkan untuk acara upacara lainnya. Oleh sebab itu, keberadaan tari bedana sebagai kesenian yang dapat memberikan identitas daerah perlu dijaga, agar isi dari tari tersebut dapat terjaga seutuhnya.

(39)

dilihat dari gerak pembuka. Tari bedana selalu di tarikan dengan suka cita penari yang menarikan secara berpasangan dan ditarikan dengan mengikuti alunan musik yang syahdu dengan sentuhan senyuman yang mengiringi tarian.

Penari mengawali dengan tahtim kemudian memberi salam selanjutnya melangkah maju dan mundur. Langkah dan gerak tari berikutnya memasuki penyampaian misi dari tari yaitu ajaran dan nasehat kehidupan yang berasal dari agama Islam. Keseluruhan gerak melambangkan falsafah tentang kehidupan. Tari bedana dapat ditarikan oleh pria, wanita atau berpasangan dengan jumlah yang tidak terikat.

a. Musik Pengiring Tari Bedana

Untuk mengiringi tari bedana masih digunakan alat musik tradisional yang sederhana walaupun tidak menutup kemungkinan dipakainya alat musik modern sebagai alat musik tambahan atau sarana untuk menunjang, selama tidak

mengurangi nilai dan ciri khas daerah Lampung.

Musik pengiring tari berfungsi sebagai iringan ritmis gerak tarinya, ilustrasi pendukung suasana tarinya, dan dapat terjadi kombinasi keduanya secara harmonis dengan iringan eksternal. Iringan eksternal adalah iringan musik yang berasal dari alat-alat musik seperti rebana, accordion, gong kecil, gambus lunik dan ketipung.

(40)

gong kecil, dan gambus lunik. Namun, dalam pertunjukan personal, alat musik yang digunakan sesuai kebutuhan. Penyanyi dalam tarian ini harus dapat

membawakan lagu dengan nada atau irama yang tepat dengan musik tari bedana tersebut (Firmansyah, 1996: 3).

Alat Musik Pengiring Tari Bedana: 1) Alat musik gambus lunik

Yaitu sebuah alat musik tradisional daerah Lampung yang dipetik, dawai berjumlah empat sehingga menghasilkan nada yang dominan.

2) Ketipung

Yaitu alat musik yang terbuat dari kulit hewan, biasanya kulit sapi. 3) Kerenceng

Yaitu alat musik yang dibuat dari kayu nangka yang fungsinya sama dengan ketipung atau lebih dominan alat musik ini sebagai musik pengiring arak-arakan.

4) Alat musik tambahan biasanya dipakai gong kecil bahkan untuk lebih semaraknya dapat pula juga dipakai alat-alat musik modern seperti biola, accordion, dan lain-lain.

b. Lagu Pengiring Tari Bedana

Lagu dalam tari bedana merupakan suatu keharusan, karena di samping

(41)

Lirik lagu tari bedana Kitapun-kitapun jama-jama,

Kitapun jama-jama delomni masa sinji, Bugukhau-bugukhau lalang waya,

Bugukhau lalang waya jejama senang hati,

Bugukhau-bugukhau lalang waya tok kona sebik hati, Ngulah takhi-ngulah takhi bedana si kedau gham unyinni.

Artinya:

Kitapun-kitapun sama-sama,

Kitapun bersama-sama pada saat ini, Bermain-bermain bersama-sama,

Bermain bersama-sama dengan senang hati,

(42)

c. Busana dan Aksesoris Penari Bedana

[image:42.595.120.497.191.594.2]

Berikut akan disajikan tabel berisi busana dan aksesoris yang dipakai penari bedana.

Tabel 2.4

Busana dan Aksesoris Wanita

No Busana dan Aksesoris

Wanita Keterangan

1 Gaharu Gaharu kembang goyang yang

dipakai di atas kepala 2 Sanggul Malang dan Bunga

Melati

Sanggul malang dipasang dikepala yang dibalut dengan

kembang/bunga melati dipasang di atas sanggul

3 Penekan Penekan yang digunakan didahi 4 Subang Gawir Subang gawir/anting yang dipasang

ditelinga

5 Kawai Kurung Kawai kurung pada tari bedana terdapat berbagai warna dan tangan berlengan panjang

6 Bebe Bebe yaitu kain aksesoris yang

dipakai dipundak

7 Papan Jajar Kalung papan jajar yang dikalungkan dileher

8 Kalung Buah Jukum Kalung buah jukum yang dipakai dileher

9 Gelang Kano Gelang kano yang dipakai dilengan atas

10 Bulu Sertai Bulu sertai digunakan sebagai ikat pinggang yang dipakai diperut 11 Kain Songket/Tumpal Kain sarung yang digunakan

(43)
[image:43.595.114.496.94.366.2]

Tabel 2.5

Busana dan Aksesoris Pria

No Busana dan Aksesoris Pria Keterangan

1 Kopiah/Ikat Kepala Kopiah/ikat kepala ini digunakan di atas kepala

2 Baju Teluk Belanga dan Celana Pangsi

Baju teluk belanga pada tari bedana terdapat berbagai warna dan tangan berlengan panjang, celana pangsi digunakan sebelum memakai sarung belipat

3 Kalung Buah Jukum Kalung buah jukum yang dipakai dileher

4 Gelang Kano Gelang kano yang dipakai dipergelangan tangan

5 Bulu Sertai Bulu sertai digunakan sebagai ikat pinggang yang dipakai di atas lipatan sarung belipat

(44)
[image:44.595.114.517.92.742.2]

Tabel 2.6

Deskripsi Ragam Gerak Tari Bedana

No Ragam

Gerak Hitungan Gerak Keterangan

1 Tahtim

1

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Kaki kanan melangkah ke depan

Gerak tari yang menggambarkan sikap sembah/ hormat sebagai persembahan ditampilkan pada awal dan akhir tarian. Sikap badan menghadap kedepan dengan sedikit mendhak (merendah) dengan pandangan mengarah kedepan dan tersenyum

2

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

(45)

3

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Kaki kanan melangkah kedepan,

4

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Mundur kaki kiri dan membalikkan badan kekiri,

5

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

(46)

6

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Membalikkan badan ke kiri angkat kaki kanan jinjit

7

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Maju kaki kiri badan

merendah kaki kanan jinjit,

8

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

(47)

2 Khesek Gantung

1

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kanan ke depan

Inti gerakan terletak pada hitungan ke-3 dan ke-4

2

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kiri

3

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Ayunkan kaki kanan ke samping kanan dengan sikap kaki jinjit kemudian sikap tangan

(48)

4

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

sikap kaki kanan ditekuk ke depan disikukan rata-rata air dengan sikap tangan dikayuhkan (kimbang) diteruskan dengan kaki kanan merapat kaki kiri

3 Khesek Injing

1

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kanan ke depan

Gerak inti tari terletak pada hitungan ke 3

2

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

(49)

3

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Sikap kaki kanan jinjit dan diletakkan di samping kaki kiri kemudian sikap tangan kimbang, sedangkan pandangan mengarah ke bawah atau mendhak 4

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014) Sikap kaki kanan dibuka kesamping kanan pandangan kembali menghadap ke samping dan tersenyum

4 Ayun

1

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kanan

(50)

2

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kiri ke arah diagonal kanan

3

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Mundur kaki kanan

4

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

(51)

5 Ayun Gantung

1

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kanan

Inti gerakan ayun gantung terdapat pada sikap mengayun dan menarik kaki yang diayun kebawah dan keatas. Ragam gerak ayun gantung memiliki ketepatan empat hitungan kearah kanan lalu hitungan kelima diayun ke bawah dan hitungan keenam keatas dan diulang lagi pada hitungan ketujuh dan

kedelapan, kemudian ke arah kiri

2

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kiri ke arah diagonal kanan

3

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

(52)

4

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Angkat kaki kiri lalu diayunkan

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

5, 6, 7& 8 (Foto, Siti Mutiara

Barokah: 2014)

(53)

6 Humbak Moloh

1

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014) Kaki kanan melangkah kearah kanan Gerak humbak moloh mengambarkan sikap kaki dan tangan mengalun sebagai perumpamaan ombak yang sedang bergelombangdengan lembut dan indah. Ragam gerak humbak moloh memiliki ketepatan empat hitungan ke arah kanan kemudian empat hitungan kearah kiri Gerakan tangan diukel, tangan kanan ke arah samping dan tangan kiri

menghadap ke depan dengan lemah

gemulai kemudian ke arah kiri

2 diulangi pada hitungan 3 dan 4 (Foto, Siti Mutiara

Barokah: 2014) Kaki kiri melangkah mengikuti dengan alunan lalu berjinjit

7 Gelek

1

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Angkat lalu mengayunkan kaki kanan ke atas

Inti gerakan gelek terletak pada sikap kaki yang dikayuh kemudian dilangkah dan disilangkan kemudian kaki merapat kembali terlihat sangat indah dengan ekspresi tersenyum

(54)

2

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kanan

3

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kiri

4

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kanan

(55)

5

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Mundur kaki kiri

6

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kanan

menyilang kaki kiri depan

7

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

(56)

8

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014) 8 Belitut

1

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kiri menyilang kaki kanan ke samping kanan

Jinjit kaki kiri disamping kaki kanan sikap badan mendhak, kemudian diikuti gerakan kesamping kiri

2

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

(57)

3& 4

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Mengulang gerakan hitungan 1 dan 2

5

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kiri ke arah kiri

6

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

(58)

7

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kanan

8

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Jinjit kaki kiri disamping kaki kanan sikap badan mendhak, kemudian diikuti gerakan kesamping kiri

9 Jimpang

1

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kanan ke arah diagonal kanan

(59)

2

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kiri

3

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Mundur kaki kanan

4

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

(60)

5

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kanan berputar ke arah kiri belakang

6

(Foto, Siti Mutiara Barokah: 2014)

Langkah kaki kiri menghadap kebelakang

(61)

7& 8 (Foto, Siti Mutiara

(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010: 7).

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat ilmiah dan juga

sistematis, dalam memilih sampel penelitian kualitatif menggunakan teknik non probabilitas, yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang tidak didasarkan pada rumusan statistik tetapi lebih kepada pertimbangan subjektif peneliti dengan didasarkan pada jangkauan dan kedalaman masalah yang diteliti. Pada penelitian kualitatif tidak ditunjukan untuk menarik kesimpulan suatu populasi melainkan untuk mempelajari karakteristik yang diteliti, baik itu perorangan atau kelompok sehingga keberlakuan hasil penelitian tersebut hanya untuk orang atau kelompok yang sedang diteliti tersebut.

(63)

yang terjadi dalam bentuk laporan penelitian secara lugas dan apa adanya. Data yang terkumpul diklarifikasikan atau dikelompokan menurut jenis, sifat, atau kondisinya. Setelah datanya lengkap sesudahnya dibuat kesimpulan.

3.2 Sumber Data

Sumber data adalah benda, hal atau orang tempat peneliti, mengamati, membaca, atau bertanya tentang data. Secara umum sumber data dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yang disingkat dengan 3 P:

1. Person (orang): tempat peneliti bertanya mengenai variabel yang sedang diteliti.

2. Paper (kertas): berupa dokumen, warkat, keterangan, arsip, pedoman, surat keputusan dan sebagainya tempat peneliti membaca dan mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan data penelitiannya.

3. Place (tempat): berupa ruang, laboratorium (yang berisi perlengkapan), bengkel, kelas, dan sebagainya tempat berlangsungnya suatu kegiatan yang berhubungan dengan data penelitian.

Dengan uraian yang menggunakan contoh-contoh di atas kiranya dapat dipahami bahwa subjek penelitian tidak selalu berupa orang, tetapi dapat benda, proses, kegiatan, dan tempat. (Arikunto, 2008: 88-89)

Menurut Arikunto (2008: 87-88) untuk memperoleh data penelitian,

diidentifikasikan terlebih dahulu subjek penelitian, responden penelitian, dan sumber data. Sebagai berikut:

1. Subjek penelitian:

(64)

2. Responden penelitian: Peserta didik di kelas X.MIA 3 SMA YP Unila Bandar Lampung, guru seni budaya

3. Sumber data:

a. untuk variabel pertama: nilai kerjasama, nilai tanggung jawab, nilai toleransi, nilai disiplin, peserta didik kelas X. MIA 3, guru seni budaya,

b. untuk variabel kedua: 9 ragam gerak tari bedana (tahtim, khesek gantung, khesek injing, ayun, ayun gantung, humbak moloh, gelek,belitut, dan jimpang) , peserta didik kelas X. MIA 3, guru seni budaya, ruang kelas X.MIA 3.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu usaha dasar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang terstandar. Dalam penelitian kali ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data guna memperkuat hasil penelitian. Teknik itu diantaranya:

3.3.1 Observasi

Observasi dituntut keterlibatan dan keikut sertaan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi ini maka data yang didapat akan lebih lengkap, sampai mengetahui pada tingkat makna setiap perilaku yang tampak (Sugiyono, 2013: 204).

(65)

tari dengan sebaik-baiknya. Pada proses ini lebih ditekankan pada pengamatan sikap siswa.

Pengamatan dilakukan satu pertemuan dalam satu minggu, yaitu pada jam pelajaran seni budaya. Hal-hal yang akan diamati adalah nilai afektif dalam pembelajaran tari bedana. Pengamatan ini terpusat pada peserta didik, guru, dan catatan belajar yang dimiliki oleh guru sebagai data pendukung. Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data penelitian aktivitas peserta didik dalam menerapkan nilai-nilai afektif pada pembelajaran tari bedana di SMA YP UNILA Bandar Lampung.

3.3.2 Wawancara

Wawancara digunakan apabila ingin dilakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti. Untuk mendapatkan data yang baik dilakukan teknik wawancara yaitu pecakapan dengan maksud tertentu sebagai bentuk komunikasi yang bertujuan untuk mendapatkan informasi (Sugiyono, 2013: 194).

Wawancara dilakukan terhadap peserta didik untuk mengetahui tingkat

(66)

3.3.3 Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu pencarian data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Dengan metode dokumentasi yang diamati bukanlah benda hidup melainkan benda mati.

Pada penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tambahan atau berupa laporan gambar, foto dan video yang diambil pada setiap pertemuan. Teknik ini juga dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang sekolah yang dijadikan tempat penelitian yaitu SMA YP UNILA Bandar Lampung.

3.3.4 Nontes

(67)
[image:67.595.114.521.98.759.2]

Tabel 3.1 Indikator Penilaian

NO Ranah Afektif yang

Dinilai

Indikator

1 Kerjasama a. Peserta didik mampu terlibat aktif dalam membersihkan kelas;

b. Peserta didik mampu saling berbagi ilmu pengetahuan atau informasi;

c. Peserta didik mampu melakukan tugas sesuai kesepakatan;

d. Peserta didik mampu aktif dalam kerja kelompok;

e. Peserta didik mampu membantu teman yang tidak atau belum bisa menari

2 Tanggung Jawab a. Peserta didik mampu bersikap siap untuk menerima pembelajaran tari;

b. Peserta didik mampu hapal setiap gerakan yang diberikan oleh pendidik;

c. Peserta didik mampu menghargai kelompok;

d. Peserta didik mampu menerima kritik dan saran;

e. Peserta didik tidak ribut di kelas saat proses pembelajaran berlangsung.

(68)

teman yang lain;

b. Peserta didik mampu memaafkan kesalahan teman yang lain;

c. Peserta didik mampu untuk tidak memaksakan pendapat atau keyakinan diri pada orang lain;

d. Peserta didik mampu menghargai guru saat melaksanakan proses pembelajaran;

e. Peserta didik mampu menghargai teman sejawatnya saat melaksanakan proses pembelajaran.

4 Disiplin a. Peserta didik mampu datang tepat waktu pukul 13.00 pada saat proses pembelajaran seni budaya;

b. Peserta didik mampu patuh pada tata tertib atau aturan bersama;

c. Peserta didik mampu serius dalam latihan; d. Peserta didik mampu menggunakan waktu

dengan efisien dalam proses pembelajaran; e. Peserta didik menggunakan pakaian

(69)

Pengamatan dilakukan pada setiap penelitian di kelas X.MIA 3 SMA YP Unila Bandar Lampung. Sasaran pengamatan adalah aktivitas belajar peserta didik dalam menerapkan nilai afektif pada pembelajaran tari bedana dan interaksi antar peserta didik, serta interaksi peserta didik dengan guru mata pelajaran seni

[image:69.595.111.532.289.754.2]

budaya. Setelah dilakukan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan nilai afektif maka dilakukan penskoran untuk masing-masing individu dengan mengunakan lembar penskoran nilai afektif sebagai berikut:

Tabel 3.2

Instrumen Pengumpulan Data Ranah Afektif Peserta Didik

No Nilai Afektif Deskriptor Skor Skor

Maksimum 1. Kerjasama 1. Peserta didik melakukan 5 indikator

perilaku nilai afektif kerjasama 2. Peserta didik melakukan 4 indikator

perilaku nilai afektif kerjasama 3. Peserta didik melakukan 3 indikator

perilaku nilai afektif kerjasama 4. Peserta didik melakukan 2 indikator

perilaku nilai afektif kerjasama 5. Peserta didik hanya melakukan 1

indikator perilaku nilai afektif kerjasama 5 4 3 2 1 5

2. Tanggung jawab

1. Peserta didik melakukan 5 indikator perilaku nilai afektif tanggung jawab 2. Peserta didik melakukan 4 indikator

perilaku nilai afektif tanggung jawab 3. Peserta didik melakukan 3 indikator

perilaku nilai afektif tanggung jawab 4. Peserta didik melakukan 2 indikator

perilaku nilai afektif tanggung jawab 5. Peserta didik hanya melakukan 1

(70)

3. Toleran 1. Peserta didik melakukan 5 indikator perilaku nilai afektif toleran

2. Peserta didik melakukan 4 indikator perilaku nilai afektif toleran

3. Peserta didik melakukan 3 indikator perilaku nilai afektif toleran

4. Peserta didik melakukan 2 indikator perilaku nilai afektif toleran

5. Peserta didik hanya melakukan 1 indikator perilaku nilai afektif toleran

5 4 3 2 1 5

4. Disiplin 1. Peserta didik melakukan 5 indikator perilaku nilai afektif disiplin

2. Peserta didik melakukan 4 indikator perilaku nilai afektif disiplin

3. Peserta didik melakukan 3 indikator perilaku nilai afektif disiplin

4. Peserta didik melakukan 2 indikator perilaku nilai afektif disiplin

5. Peserta didik melakukan 1 indikator perilaku nilai afektif disiplin

5 4 3 2 1 5

Skor Maksimal 20

Nilai afektif dapat diukur dengan menggunakan lembar penilaian nilai afektif dengan total skor keseluruhan berjumlah 20 sehingga hasil nilai afektif dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Nilai = Skor Perolehan/Skor Maksimal x 100%

(71)
[image:71.595.105.414.87.245.2]

Tabel 3.3

Penentuan Patokan Dengan Persentasi Untuk Sekala Lima Interval

Persentasen Tingkat Penguasaan

Keterangan Skor

80-100 Baik Sekali 5

66-79 Baik 4

56-65 Cukup 3

40-55 Kurang 2

30-39 Gagal 1

(Arikunto, 2008: 246) 3.3.5 Tes Praktik

Konsep tujuan pembelajaran yang menitik beratkan pada tingkah laku peserta didik (perbuatan) sebagai output peserta didik yang dapat diamati (Sagala, 2011: 25). Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar tari bedana adalah dengan menggunakan tes praktik. Perolehan data tentang hasil belajar tari bedana akan diakumulasikan selama lima kali pertemuan dengan menggunakan beberapa instrumen tes praktik, sehingga akan digunakan lembar pengamatan tes praktik untuk gerak tari bedana sebagai berikut.

Tabel 3.4 Lembar Pengamatan Tes Proses

No Indikator Deskriptor Skor

5 4 3 2 1

1. Tahtim Kaki kanan melangkah ke depan, lalu kaki kiri melangkah ke depan, kaki kanan melangkah ke depan, kemudian mundur kaki kiri dan membalikkan badan ke kiri, langkah kaki kanan, kemudian membalikkan badan ke kiri angkat kaki kanan jinjit, maju kaki kiri badan merendah kaki kanan jinjit, menarik kaki kanan ke sebelah kiri diteruskan dengan berjinjit

(perempuan) dan jongkok (laki-laki) 2. Khesek

Gantung

[image:71.595.112.503.498.755.2]
(72)

bahu,kemudian sikap kaki kanan ditekuk ke depan disikukan rata-rata air dengan sikap tangan dikayuhkan (kimbang) diteruskan dengan kaki kanan merapat kaki kiri

3. Khesek Injing

Langkah kaki kanan ke depan kemudian langkah kaki kiri. Sikap kaki kanan jinjit dan diletakkan di samping kaki kiri kemudian sikap tangan kimbing, sedangkan pandangan mengarah ke bawah atau menduk, kemudian

sikap kaki kanan dibuka ke samping kanan pandangan kembali menghadap ke samping dan tersenyum

4. Ayun Langkah kaki kanan kemudian langkah kaki kiri ke arah diagonal kanan, lalu mundur kaki kanan, angkat kaki kiri lalu diayunkan

5. Ayun Gantung

Langkah kaki kanan, lalu langkah kaki kiri ke arah diagonal kanan, kemudian mundur kaki kanan,lalu angkat kaki kiri lalu diayunkan diayunkan ke bawah dan ke atas sebanyak dua kali

6. Humbak muloh

Kaki kanan melangkah ke arah kanan lalu kaki kiri melangkah mengikuti alunan lalu berjinjit

7. Gelek Angkat lalu mengayunkan kaki kanan ke atas lalu langkahkan kaki kanan, langkah kaki kiri, kemudian langkah kaki kanan membuka ke arah kanan, mundur kaki kiri kemudian langkah kaki kanan menyilang kaki kiri depan, kemudian langkah kaki kiri kemdian kaki kanan merapat kaki kiri kemudian berjinjit

8. Belitut Langkah kaki kiri menyilang, kemudian kaki kanan ke samping kanan, lalu kaki kanan membuka ke samping kanan, lalu mengulang

gerakan hitungan 1 dan 2, lalu langkah kaki kiri ke arah kiri, kemudian

langkah kaki kanan berputar ke arah kiri, langkah kaki kanan

(73)
[image:73.595.102.502.83.428.2]

9. Jimpang Langkah kaki kanan ke arah diagonal kanan kemudian langkah kaki kiri, kemudian mundur kaki kanan, lalu langkah kaki kiri, langkah kaki kanan berputar ke arah kiri belakang, langkah kaki kiri menghadap ke belakang, kemudian langkah kaki kanan berputar ke arah kiri menghadap ke depan, angkat kaki kiri merapat kaki kanan dengan kaki kiri berjinjit Keterangan :

Tabel 3.5 Kriteria Penskoran

Skor Kriteria Keterangan

5 Baik Sekali Peserta didik memeragakan ragam gerak tanpa kesalahan dalam hitungan 1x8

4 Baik Peserta didik memeragakan ragam gerak dengan 1-2 kali kesalahan dalam hitungan 1x8 3 Cukup Peserta didik memeragakan ragam gerak

dengan 3-4 kali kesalahan dalam hitungan 1x8 2 Kurang Peserta didik memeragakan ragam gerak

dengan 5-6 kali kesalahan dalam hitungan 1x8 1 Gagal Peserta didik memeragakan ragam gerak

dengan 7-8 kali kesalahan dalam hitungan 1x8

Tabel 3.6 Lembar Pengamatan Tes Praktik (Individu)

No Aspek Deskriptor Skor Kriteria

1

Hafalan urutan

gerak

Peserta didik mampu memeragakan urutan gerak tari bedana dari awal sampai akhir tanpa kesalahan

5 Baik

Sekali Peserta didik mampu memeragakan

urutan gerak tari bedana akan tetapi masih mengalami kesalahan 1-2 kali dari sembilan ragam gerak

4 Baik

Peserta didik memeragakan urutan gerak tari bedana akan tetapi masih mengalami kesalahan 3-4 kali pada sembilan ragam gerak

3 Cukup

Peserta didik memeragakan urutan gerak tari bedana akan tetapi masih mengalami kesalahan 5-6 kali ada sembilan ragam gerak

2 Kurang

Peserta didik tidak hafal urutan gerak tari bedana sehingga peserta didik tidak tertib gerak dan tidak beraturan

[image:73.595.109.505.448.731.2]
(74)

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti. Hal ini disebabkan pada penelitian pengambilan data, observasi, dan wawancara dilakukan oleh peneliti itu sendiri. Pada instrumen penelitian digunakan panduan observasi, panduan dokumentasi, catatan harian, dan nontes.

1) Panduan Observasi

Lembar pengamatan (observasi) digunakan peneliti pada saat pengamatan tentang hal yang dilihat dan diamati secara langsung.

2) Panduan Wawancara

Panduan wawancara berisi catatan hasil wawancara dengan berbagai narasumber yang akan memudahkan peneliti untuk terus mengikuti arah perkembangan kegiatan penelitiannya guna memperoleh gambaran rencana penelitian dengan perolehan data yang dikumpulkan.

3) Panduan Dokumentasi

Panduan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa foto, video, catatan resmi, dan catatan harian yang menggunakan alat bantu kamera. Panduan dokumentasi digunakan untuk mendukung informasi lain dalam penelitian sehingga data yang didapatkan data yang lengkap.

4) Nontes

(75)

3.5 Teknik Analisis Data

Langkah-langkah analisis data pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan pemusata

Gambar

Tabel
Tabel 2.1 Nilai-Nilai Afektif yang Diamati
Tabel 2.3
Tabel 2.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

หากพิจารณาจากประวัติศาสตรพระพุทธศาสนาของไทย จะเห็นไดวา ในแตละยุค จะมีวรรณกรรมที่ เปนที่นิยมของชาวพุทธที่แตกตางกันออกไป

[r]

KING ABDULAZIZ UNIVERSITY FACUTY OF ENGINEERING Mechanical Engineering Department MEP 365: Thermal Measurements A - 3 Table 1 Experimental results Exp # Gage Pressure loading,

DESIGNING A TRAINING PROGRAM OF ARCHITECTURAL DRAWING AND RENDERING USING AUTOCAD Submitted to: The 5th International Architectural Conference IACAS in Assiut, Urbanization and

Penelitian ini bertujuan untuk menguji 1) Perbedaan pengaruh strategi pembelajaran Missouri Mathematics Project dan Penemuan terbimbing terhadap hasil belajar matematika.

Dalam penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh dari adanya mekanisme good corporate governance yang diproksikan melalui kepemilikan manajerial, proporsi komisaris

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan permasalahan pada penelitian adalah apakah ada hubungan antara keaktifan dalam mengikuti kegiatan posyandu

Lembaga social yang ada di masyarakat bentuknya bermacam-macam seperti keluarga, lembaga pendidikan, lembaga ekonomi, lembaga politik, dan lembaga agama.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar kalsium, kualitas, dan daya terima dadih kombinasi kacang merah dan susu sapi dengan penambahan ekstrak nanas dan

STRATEGI KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MEMPERTAHANKAN IDENTITAS ETNIK REMAJA BALI (STUDI PADA REMAJA ETNIK BALI DI PERUMAHAN BATARANILA, DESA HAJIMENA LAMPUNG..

Pembinaan semangat nasionalisme melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler perlu dilakukan supaya identitas siswa sebagai warganegara Indonesia tidak menghilang

Berdasarkan pada tahap pembandingan produk, peneliti menemukan kelebihan dan kekurangan dari alat yang sudah ada dipasaran dan berdasarkan benchmarking ini peneliti