• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Tanah Entisol pada Ketinggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasudutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Klasifikasi Tanah Entisol pada Ketinggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasudutan"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

KLASIFIKASI TANAH ENTISOL PADA KETIGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA

KABUPATEN HUMBANG HASUDUTAN

SKRIPSI

OLEH

ADE HESLY SARAGIH 080303034

ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KLASIFIKASI TANAH ENTISOL PADA KETIGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA

KABUPATEN HUMBANG HASUDUTAN

SKRIPSI

OLEH

ADE HESLY SARAGIH 080303034

ILMU TANAH

SkripsiSebagai Salah SatuSyaratUntuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program StudiAgroekoteknologiFakultasPertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Penelitian : Klasifikasi Tanah Entisol pada Ketiggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasudutan

Nama :Ade HeslySaragih

Nim : 080303034

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Ilmu Tanah

DisetujuiOleh : KomisiPembimbing

Ir. Purba Marpaung, SU Ir.Supriadi, MS

Mengetahui,

KetuaProgram StudiAgroekoteknlogi FakultasPertanian

(4)

ABSTRACT

This research aims to classify inceptisol soil at sub-district of Lintong Ni Huta, Regency of Humbang Hasudutan on the various elevation. On the elevation of 1200-1300, 1300-1400, 1400-1500, and >1500m on above sea level. The sampling of soil was took at 4 soil profile holes on Field Map unit and Key to Soil Taxonomy 2010 .

Of the result of this research, it obtain the classification of profile 1, 3, 4 with Ordo Entisol category and profil 2 with ordo Inceptisol category. On Sub Ordo category, the classification of profile 1, 3, 4 is Orthent and profil 2 is Udept. On Great Group category, the classification of profile 1, 3, 4 is Udorthent and profil 2 is Dystrudept. On Sub Group category the classification of profile 1 is Veric Udorthent. On Sub Group category the classification of profile 2 is Vitrandic Dystrudept. On Sub Group category the classification of profile 3 is Vitrandic Udorthent. On Sub Group category the classification of profile 4 is Typic Udorthent.

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi tanah Entisol di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan pada ketinggian tempat yang berbeda. Pada ketinggiam tempat 1200-1300, 1300-1400, 1400-1500 dan diatas 1500 mdpl. Pengambian sampel dilakukan dengan cara pembukaan lubang profil pada setiap SPL yang telah ditentukan dengan menggunakan acuan buku Pedoman Pengamatan Tanah di Lapang dan Key to Soil Taxonomy 2010.

Dari hasil penelitian ini diperoleh Klasifikasi profil 1,3,4 dengan kategori Ordo Entisol dan profil 2 dengan kategori Ordo Inseptisol. Pada kategori Sub Ordo diperoleh Klasifikasi profil 1,3,4 adalah Orthent dan profil 2 adalah Udept. Pada kategori Great Group diperoleh Klasifikasi profil 1,3,4 adalah Udorthent dan profil 2 adalah Dystrudept. Pada kategori Sub Group diperoleh Klasifikasi profil 1 adalah Vermic Udorthent, profil 2 adalah Vitrandic Dystrudept, profil 3 adalah Vitrandic Udorthent, dan profil 4 adalah Typic Udorthent.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Klasifikasi Tanah Entisol Pada Ketiggian Tempat Yang Berbeda Di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasudutan”yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Depertemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulismengucapkan terima kasih kepada Ir. Purba Marpaung, SU., selaku Ketua Komisi Pembimbing danIr. Supriadi , MS,

selaku anggota Komisi Pembimbingyang telah membimbing dan banyak memberikan banyak masukan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini, Akhir katapenulis ucapkan terimah kasih kepada semua pihak.

Medan, April 2014

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Tanah Entisol ... 3

Proses Pembentukan Tanah Entisol ... 4

Sifat Fisik, Kimia, Morfologi Entisol ... ... 5

Pengaruh Relief dan Kemiringan Lereng…………..………6

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... .9

Bahan dan Alat ... .9

Metodologi Penelitian ... .9

Pelaksanaan Penelitian ... 10

Persiapan ... ... 10

Pelaksanaan ………...10

Parameter yang Diamati ...11

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil……….. . 12

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan………. 41 Saran ... 41

(9)

ABSTRACT

This research aims to classify inceptisol soil at sub-district of Lintong Ni Huta, Regency of Humbang Hasudutan on the various elevation. On the elevation of 1200-1300, 1300-1400, 1400-1500, and >1500m on above sea level. The sampling of soil was took at 4 soil profile holes on Field Map unit and Key to Soil Taxonomy 2010 .

Of the result of this research, it obtain the classification of profile 1, 3, 4 with Ordo Entisol category and profil 2 with ordo Inceptisol category. On Sub Ordo category, the classification of profile 1, 3, 4 is Orthent and profil 2 is Udept. On Great Group category, the classification of profile 1, 3, 4 is Udorthent and profil 2 is Dystrudept. On Sub Group category the classification of profile 1 is Veric Udorthent. On Sub Group category the classification of profile 2 is Vitrandic Dystrudept. On Sub Group category the classification of profile 3 is Vitrandic Udorthent. On Sub Group category the classification of profile 4 is Typic Udorthent.

(10)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi tanah Entisol di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan pada ketinggian tempat yang berbeda. Pada ketinggiam tempat 1200-1300, 1300-1400, 1400-1500 dan diatas 1500 mdpl. Pengambian sampel dilakukan dengan cara pembukaan lubang profil pada setiap SPL yang telah ditentukan dengan menggunakan acuan buku Pedoman Pengamatan Tanah di Lapang dan Key to Soil Taxonomy 2010.

Dari hasil penelitian ini diperoleh Klasifikasi profil 1,3,4 dengan kategori Ordo Entisol dan profil 2 dengan kategori Ordo Inseptisol. Pada kategori Sub Ordo diperoleh Klasifikasi profil 1,3,4 adalah Orthent dan profil 2 adalah Udept. Pada kategori Great Group diperoleh Klasifikasi profil 1,3,4 adalah Udorthent dan profil 2 adalah Dystrudept. Pada kategori Sub Group diperoleh Klasifikasi profil 1 adalah Vermic Udorthent, profil 2 adalah Vitrandic Dystrudept, profil 3 adalah Vitrandic Udorthent, dan profil 4 adalah Typic Udorthent.

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Entisol adalah tanah yang belum berkembang dan banyak dijumpai pada tanah dengan bahan induk yang sangat beragam baik dari jenis, sifat maupun asalnya.Entisol merupakan tanah yang tersebar luas dipermukaan bumi mulai dari kutub sampai dengan daerah equator.Tanah ini mempuyai peluang untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam menunjang roduksi tanaman.Di Indonesia entisol banyak di usahakan untuk areal persawahan baik sawah irigasi maupun sawah tadah hujan untuk di daerah dataran rendah.Sedangkan untuk dataran tinggi dimanfaatkan untuk tanaman hutan, erkebunan dan kawasan lindung.Luas areal entisol sekitar 10.6 % dari luas kepulauan Indonesia.

Desa Lintong Ni Huta merupakan salah satu desa di Kabupaten Humbang Hasundutan yang terletak di daerah dataran tinggi dengan berbagai topografi yang berbeda.Di daerah ini terdapat tiga jenis tanah yang salah satunya adalah tanah entisol.Berbagai budidaya pertanian diterapkan di daerah ini yang salah satunya budidaya kopi yang di Tanami di tanah entisol.Namun tanah entisol yang tersebar di daerah ini sebagian besar masih di tanami tanaman hutan. Perlu di ketahui potensi lain dari tanah entisol untuk di tanami tanaman lainnya selain harus tetap menjadi hutan.

(12)

sehingga menghasilkan jenis-jenis tanah yang berbeda sesuai kondisi faktor pembentuknya (Hasibuan, 2006).

Tanah entisol yang tersebar di Desa Lintong Ni Huta ini berada pada beberapa ketinggian tempat yang berbeda yang secara pasti akan mempengaruhi karakteristik tanah tersebut karena setiap tanah yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh faktor pembentuknya, dalam hal ini faktor topografi.Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian ini untuk mengetahui perubahan karakteristik, sifat kimia maupun fisika tanah entisol dengan beberapa ketinggian tempat yang berbeda.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahuiperubahan karakteristik tanah Entisol dengan berbagai ketinggian tempat di Desa Lintong Ni Huta Kabupaten Humbang Hasundutan. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi klasifikasi Entisol sampai dengan kategori sub ordo yang dapat digunakan dalam pengelolaan tanah.

(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Tanah Entisol

Berdasarkan sifat dan ciri tanah yang ada menunjukkan bahwa dalam tanah tidak menunjukkan adanya gejala pembentukan horizon penciri, sehingga horizon yang dipergunakan sebagai kriteria pengklasifikasian tidak di jumpai.Demikian pula untuk penciri utama lainnya tidak pernah dijumpai dalam entisol. Penurunan warna khroma yang disebabkan karena proses reduksi yang sangat kuat merupakan salah satu kriteria yang dapat di pergunakan sebagai salah satu penciri horizon kambik, namun demikian tetap harus disertai adanya perubahan perubahan fisik lainnya. Warna kroma yang meningkat dalam tanah menunjukkan adanya proses pelapukan yang menyebabkan timbulnya pembebasan oksida besi (Munir, 1996).

Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah entisol adalah adalah, (i) Iklim yang sangat kering sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia berjalan sangat lambat (ii) Erosi yang kuat, dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak dari yang dibentuk melalui proses pembentukan tanah, banyak terdapat di lereng-lereng curam (iii) Pengendapan terus – menerus,

menyebabkan pembentukan horizon lebih lambat dari pengendapan (iv) Immobilisasi plasma tanah menjadi bahan-bahan inert, misalnya flokulasi

(14)

unsur-unsur beracun bagi tanaman atau organisme lain, diferensiasi oleh bahan organik tidak dapat terjadi (Hardjowigeno, 1985).

Proses Pembentukan Tanah Entisol

Entisol merupakan jenis tanah yang muda, dimana secara alami pembentukan tanahnya belum berlangsung. Tidak berlangsungnya proses pembentukan tanah tersebut dikarenakan faktor dari lingkungan yang tidak memungkinkan, misalnya pengendapan (biasanya terdapat pada daerah dataran banjir di skitar sungai). Proses oksidasi tidak terjadi pada daerah yang tergenang, dan pembentukan hutan tidak terjadi pada daerah yang berpasir sehingga entisol dikatakan tidak mempunyai horizon penciri seperti tanah lainnya (Munir, 1984).

Tanah-tanah muda seperti entisol (Aluvial, Regosol) proses pembentukan tanahnya terutama berupa proses pelapukan bahan organic dan bahan mineral di permukaan tanah, dan pembentukan struktur tanahnya karena pengaruh bahan organic trsebut (sebagai perekat). Hasilnya adalah pembentukan horizon A dan C. Sifat tanah masih didominasi bahan induknya (Sarwono, 1985).

Menurut Goeswono (1983) entisol merupakan tanpa horizon genetik alamiah atau dengan suatu horizon yang baru mulai di bentuk.Konsep pokok dari entisol ini adalah tanah dengan regolit tebal tanpa horizon, terkecuali lapisan olah.Ciri umum entisols adalah tidak adanya perkembangan profil yang nyata. Sehubungan dengan proses pembentukan tanah maka setiap jenis tanah mempunyai kecepatan pembentukan yang berbeda-beda.

Sifat Fisik, Kimia dan Morfologi Entisol

(15)

positif dengan kecepatan air yang mengalir diatas suatu hamparan dan juga berpengaruh terhadap retensi dan tranmisi air.Semakin kecil ukuran partikel (lempung dan liat tersendiri) ada tingkat suspense atau pengendapan deposit-deposit alluvial mempunyai ukuran partikel yang bervariasi dari yang halus sampai yang kasar (Munir, 1996).

Kepadatan ditunjukkan dengan porositas total dari suatu material yang terdiri dari pori makro dan pori mikro. Tanah entisol dari gret group Hidraquent banyak mengakumulasi air di mana keadaan tanahnya terendam secara terus-menerus sehingga mempunyai kepadatan rendah.Jumlah yang cukup besar dari tanah entisol yang berkembang pada tanah alluvial memiliki perubahan-perubahan yang cukup besar pada ukuran partikel dengan kedalaman.Perubahan-perubahan ini mempengaruhi sifat retensi dan perpindahan air. Sifat fisik lainnya, tanah entisol bertekstur lempung ringan dan susunan 30% pasir, 35% debu dan 35 % lempung bertekstur remah konsistensi liat lekat dan permeabilitas sedang (Munir, 1996).

(16)

kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organic kurang daripada tanah yang lebih halus (Munir, 1996).

Entisol merupakan golongan tanah yang belum mengalami deferensiasi profil membentuk horizon yang nyata, sehingga masih di anggap lapisan, tetapi untuk entisol yang tua mulai terbentuk horizon A dan C. Untuk morfologi lahan, tanah-tanah entisol mempunyai relief yang bervariasi dari relief datar sampai miring dan ada yang berelief cekungan (Sarwonno, 1985).

Tanah entisol (regolos, alluvial atau lithosol) dalam proses pembentukannya dipengaruhi oleh bahan induk dan topografi. Apabila tanah tersebut berasal dari bahan induk yang sukar melapuk (pasir) atau terbentuk dari batuan keras yang larutnya lambat seperti batu gamping atau topografi sangat miring maka kecepatan erosi melebihi pembentukan horizon pedogenik.Karena tanah –tanah entisol berasal dari bahan induk, topografi dan curah hujan yang beragam, maka saat KTK tinggi banyak basa-basa yang tercuci dan banyak terjadi

akumulasi FeS dan H2S dengan drainase jelek sampai baik (Bleker et.al, 1980).

Pengaruh Relief dan Kemiringan Lereng

Topografi dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah. Bagaimana pun, topografi berhubungan dengan deposisi tephra, erosi dan peyebaran bahan sesuai kemiringan lereng dan landscape terutama distribusi kelembaban merupakan faktor penting yang mempengaruhi genesis dan sifat tanah entisol ( Shoji, et.al. 1993).

(17)

(relative wetness), warna tanah, tingkat perkembangan horizon, reaksi tanah (pH), kejenuhan basa, kandungan garam mudah larut, jenis dan tingkat perkembangan padas, suhudan sifat dari bahan induk tanah ( Hardjowigeno, 1993).

Satu kelompok tanah berkembang pada ciri-ciri profilnya membentuk suatu katena atau satu toposekuen tanah.Kemiringan lerengdapat memperlambat pembentukan tanah.Umumnya peningkatan kemiringa lereng dikaitkan dengan suatu pengurangan daalam pelapukan mineral (Foth, 1984).

Perbedaan bentuk relief ini menyebabkan perbedaan pola dan jeluk penetrasi air. Perbedaan jeluk penetrasi dan ketersediaan air itu menyebabkan reaksi-reaksi yang terlibat dalam proses pembentukan tanah di daerah cekungan akan lebih intensif dan akan memberikan solum tanah tebal (Poerwowidodo, 1991).

Menurut Tan (1991), dari sudut topografi mikro, pengaruhnya terasa melalui perbedan drainase, pencucian (run off), dan erosi alam. Daerah tertinggi (punggung) umumnya berdrainase baik, sedangkan depresi-depresi berdrainase buruk dan sering lebih basah.

(18)

Topografi mempercepat dan memperlambat kegiatan iklim.Pada tanah datar, kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah berombak (undulating). Topografi miring mempergiat proses erosi air sehingga membatasi dalam solum, pengaruh iklim relatif tidak begitu tampak dalam perkembangan tanah (Darmawijaya, 1992).

TaksonomiTanah

Taksonomi tanah adalah bagian dari klasifikasi tanah baru yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy (USDA, 1975) menggunakan 6 kategori yaitu ordo, sub ordo, great group, sub group, family dan seri. Sistem ini merupakan sistem yang benar-benar baru baik mengenai cara-cara penamaan (tata nama) maupun definisi mengenai horizon penciri ataupun sifat penciri lain yang dugunakan untuk menentukan jenis tanah. Dari kategori tertinggi(ordo) ke kategori terendah (seri) uraian mengenai sifat-sifat tanah semakin detail (Rayes, 2007).

Sistem Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy, USDA) merupakan system klasifikasi tanah internasional, diperkenalkan pada tahun 1975 dan berkembang cepat. Hampir setiap 2 tahun sekali diadakan perbaikan dan diterbitkan dalam buku pegangan lapang Keys to Soil Taxonomy. Sistem ini dibangun oleh para pakar tanah dunia, terstruktur baik, bertingkat, sistematis dan komprehensif. Dasar klasifikasi tanah dengan pendekatan morfometrik, dimana sifat penciri horizon dan sifat tanah lainnya terukur secara kuantitatif (http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/Sistem Taksonomi Tanah).Sifat umum dari taksonomi tanah adalah :

(19)

2. Taksonomi tanah harus memungkinkan modifikasi karena adanya penemuanpenemuan baru dengan tidak merusak sistemnya sendiri.

3. Taksonomi tanah harus mampu mengklasifikasikan semua tanah dalam suatu landscape dimanapun ditemukan.

4. Taksonomi tanah harus dapat digunakan untuk berbagai jenis survai tanah. Kemampuan penggunaan Taksonomi Tanah untuk survai tanah harus dibuktikan dari kemampuannya untuk interpretasi berbagai penggunaan tanah.

(Hardjowigeno, 1993).

Dalam cabang ilmu tanah (pedologi), taksonomi tanah dibuat berdasarkan sejumlah peubah yang mencirikan keadaan suatu jenis tanah. Karena klasifikasi awal tidak sistematis, pada tahun 1975 tim dari Soil Survey Staff Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menerbitkan suatu kesepakatan dalam taksonomi tanah. Sejak saat itu, setiap jenis tanah paling sedikit memiliki dua nama seperti : Ultisol-Podsolik Merah Kuning. Meskipun nama baru sudahdiberikan, nama lama seringkali masih dipakai karena aturan dari Soil

Survey Staff dianggap terlalu rinci

dengan sifat-sifat faktor pembedamulai dari kategori tertinggi ke kategori terendah, sebagai berikut :

1. Ordo

(20)

2. Sub Ordo

Terdiri dari 64 taksa. Faktor pembeda adalah keseragaman genetik, misalnya ada tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh air, regim kelembaban, bahan induk utama, pengaruh vegetasi yang ditunjukkan oleh adanya sifat-sifat tanah tertentu, tingkat pelapukan bahan organik (untuk tanah-tanah organik). 3. Great Group

Terdiri dari 317 taksa. Faktor pembeda adalah kesamaan jenis, tingkat perkembangan dan susunan horison, kejenuhan basa, regim suhu dan kelembaban, ada tidaknya lapisan-lapisan penciri lain seperti plinthite, fragipan dan duripan.

4. Sub Group

Jumlah taksa masih terus bertambah yaitu > 1400 taksa. Faktor pembeda terdiri dari sifat-sifat inti dari great group (subgroup Typic), sifat-sifat tanah peralihan ke great group peralihan ke great group lain, sub ordo atau ordo, sifat-sifat tanah peralihan ke bukan tanah).

5. Family

(21)

6. Seri

Jumlah seri tanah di Amerika saja lebih besar 19.000. Faktor pembedanya adalah : jenis dan susunan horison, warna, tekstur, struktur, konsistensi, reaksi tanah dari masing-masing horison, sifat-sifat kimia dan mineral masing-masing horison. Kategori ordo tanah sampai great group disebut kategori tinggi sedangkan kategori sub group sampai seri disebut kategori rendah. Jenis dan jumlah factor pembeda meningkat dari kategori rendah ke kategori tinggi

(Hardjowigeno, 1993).

Taksonomi Tanah 2010

Taksonomi tanah adalah cabang dari klasifikasi tanah. Dalam taksonomi tanah 2010 disajikan secara lengkap tentang prosedur pengelompokan tanah mulai dari kategori tinggi sampai kategori rendah. Prosedur taksonomi tanah adalah mengikuti :

1. Deskripsi profil tanah.

2. Penentuan horison penciri (epipedon dan horizon bawah penciri). 3. Penentuan sifat-sifat lain.

4. Pemakaian kunci taksonomi dengan urutan : ordo (ada 12 ordo), sub ordo, kelompok besar (great group), anak kelompok (sub group), keluarga (family) dan seri.

(Marpaung, 2008).

(22)

Horison penciri yang langsung di bawahnya dan dapat diamati dinamakan dengan horison bawah penciri (Darmawijaya, 1990).

Menurut Taksonomi Tanah 2010 terdapat 8 epipedon penciri yaitu : Mollik, Antropik, Umbrik, Folistik, Histik, Melanik, Okrik dan Plagen.

A. Epipedon Mollik

Epipedon mollik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna ≤ 3.5 (lembab) dan kroma warna≤ 3.5 (lembab), kejenuhan basa > 50%, kandungan C-organik > 0.6%, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.

B. Epipedon Antropik

Epipedon antropik menunjukkan beberapa tanda-tanda adanya gangguan manusia, dan memenuhi persyaratan mollik kecuali P2O5 > 250 ppm.

C. Epipedon Umbrik

Epipedon umbrik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna≤ 3.5 (lembab) dan kroma warna≤ 3.5 (lembab), kejenuhan basa < 50%, kandungan C-organik > 0.6%, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.

D. Epipedon Folistik

(23)

kumulatif dan tahun-tahun normal (dan tidak ada didrainase). Sebagian besar epipedon folistik tersusun dari bahan tanah organik. E. Epipedon Histik

Epipedon Histik merupakam suatu lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, secara kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam sebagian waktu dalam tahun-tahun normal (dan telah drainase). Sebagian besar epipedon histik tersusun dari bahan tanah organik.

F. Epipedon Okrik

Epipedon Okrik mempunyai tebal permukaan yang sangat tipis dan kering, value dan kroma (lembab) ≥ 4. Epipedon okrik juga mencakup horison-horison bahan organik yang terlampau tipis untuk memenuhi persyaratan epipedon histik atau folistik.

G. Epipedon Plagen

(24)

A. Horison Agrik

Horison Agrik adalah suatu horison iluvial yang telah terbentuk akibat pengolahan tanah dan mengandung sejumlah debu, liat, dan humus yang telah tereluviasi nyata.

B. Horison Argilik

Horison Argilik secara normal merupakan suatu horison bawah permukaan dengan kandungan liat phylosilikat secara jelas lebih tinggi. Terdapat selaput liat terorientasi pada permukaan pori di mana pun dalam atau segera di bawah horison iluviasi. Horison tersebut mempunyai sifat adanya gejala iluviasi liat, KTK tinggi (> 6 cmo/kg).

C. Horison Duripan

Horison Duripan merupakan horison yang memadas paling sedikit setengahnya dengan perekat SiO2, dan tidak mudah hancur dengan air atau HCl.

D. Horison Fragipan

Horison Fragipan mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih adanya tanda-tanda pedogenesis didalam horison serta perkembangan struktur tanah lemah.

E. Horison Glosik

(25)

F. Horison Gipsik

Horison Gipsik adalah suatu horison iluvial yang senyawa gypsum sekundernya telah terakumulasi dalam jumlah yang nyata, dimana tebalnya lebih dari 15 cm.

G. Horison Kalsik

Horison Kalsik merupakan horison iluvial mempunyai akumulasi kalsium karbonat sekunder atau karbonat yang lain dalam jumlah yang cukup nyata.

H. Horison Kandik

Horison Kandik memiliki sifat adanya gejala iluviasi liat, kandungan liat tinggi dan KTK rendah (<6 cmol/kg).

I. Horison Kambik

Horison kambik adalah horison yang terbentuk sebagai hasil alterasi secara fisik, transformasi secara kimia, atau pemindahan bahan, atau merupakan hasil kombinasi dari dua atau lebih proses-proses tersebut.

J. Horison Natrik

Horison Natrik adalah horison iluvial yang banyak mengandung natrium, memiliki struktur prismatik atau tiang, lebih 15% KTK didominasi oleh natrium.

K. Horison Orstein

(26)

L. Horison Oksik

Horison Oksik merupakan horison bawah permukaan yang tidak memiliki sifat-sifat tanah andik dan KTK rendah (< 6 cmol/kg) M. Horison Petrokalsik

Horison Petrokalsik merupakan suatu horison iluvial dimana kalsium karbonat sekunder atau senyawa karbonat lainnya telah terakumulasi mencapai tingkat, seluruh horison tersebut, tersementasi atau mengeras.

N. Horison Petrogipsik

Horison Petrogipsik merupakan suatu horison iluvial dengan ketebalan 10 cm atau lebih dimana gypsum sekundernya telah terakumulasi mencapai tingkat, seluruh horison tersebut, tersementasi atau mengeras.

O. Horison Placik

Horison Placik adalah suatu padas tipis yang berwarna hitam sampai merah gelap, yang tersementasi oleh senyawa besi serta bahan organik.

P. Horison Salik

Horison Salik mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih dan banyak mengandung garam mudah larut.

Q. Horison Sombrik

(27)

R. Horison Spodik

Horison Spodik adalah suatu lapisan iluvial yang tersusun 85% atau lebih dari bahan spodik.

Berdasarkan Keys to Soil Taxonomy 2010, ordo tanah terdiri atas 12 ordo Yaitu :

A. Gelisol

Tanah yang mempunyai permafrost (lapisan tanah beku) dan bahan-bahan gelik yang berada didalam 100 cm dari permukaan tanah.

B. Histosol

Tanah yang tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada 60% atau lebih ketebalan diantara permukaan tanah dan kedalaman 60 cm. C. Spodosol

Tanah lain yang memiliki horison spodik, albik pada 50% atau lebih dari setiap pedon, dan regim suhu cryik.

D. Andisol

Ordo tanah yang mempunyai sifat-sifat andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya

E. Oksisol

(28)

F. Vertisol

Tanah yang memiliki satu lapisan setebal 35 cm atau lebih, dengan batas atas didalam 100 cm dari permukaan tanah mineral, yang memiliki bidang kilir atau ped berbentuk baji dan rata-rata kandungan liat dalam fraksi tanah halus sebesar 30% atau lebih. G. Aridisol

Tanah yang mempunyai regim kelembaban tanah aridik dan epipedon okrik dan antropik atau horison salik dan jenuh air pada satu lapisan ataulebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah selama satu bulan atau lebih.

H. Ultisol

Tanah lain yang memiliki horison argilik atau kandik, tetapi tanpa fragipan dan kejenuhan basa sebesar kurang dari 35% pada kedalaman 180 cm.

I. Mollisol

Tanah lain yang memiliki epipedon mollik dan kejenuhan basa sebesar 50% atau lebih pada keseluruhan horison.

J. Alfisol

Tanah yang tidak memiliki epipedon plagen dan memiliki horison argilik, kandik, natrik atau fragipan yang mempunyai lapisan liat tipis setebal 1 mm atau lebih di beberapa bagian.

K. Inceptisol

(29)

terdapat bahan sulfidik didalam 50 cm dari permukaan tanah mineral.

L. Entisol

Tanah yang memiliki epipedon okrik, histik atau albik tetapi tidak ada horison penciri lain.

(30)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di KecamatanLintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutanyang mempunyai luas wilayah 18.126,03 Ha dengan luas lahan kebun rakyat 1.185 Ha, dengan letak geografis 2o13’ – 2o20’LU dan 98o47 – 98o57’ BT pada ketinggian tempat 1000 m sampai dengan >1400 mdpl, yang dilaksanakan dari bulan Oktober 2012 sampai dengan selesai. Analisis tanah di Laboratorium Kimia Tanah dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah peta lokasi penelitian dengan skala 1 : 56000 untuk mengetahui lokasi penelitian, Peta jenis tanah dengan skala 1:50.000 untuk mengetahui jenis tanah di daerah yang diteliti, Peta kemiringan lereng dengan skala 1:50.000 untuk mengetahui tingkat kemiringan lereng di daerah penelitian, sampel tanah dari 4 profil tanah, kertas label untuk tanda sampel, spidol permanen untuk menulis tanda sampel, karet gelang untuk mengikat sampel tanah yang telah dibungkus plastik, bahan kimia untuk analisis.

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah bor tanah, ember, kantong plastik, alat tulis, GPS (Global Possitioning System), Kamera, serta alat-alat laboratorium yang mendukung dalam penelitian ini.

Metode Penelitian

(31)

Pelaksanaan Penelitian Persiapan

Tahap persiapan meliputi konsultasi dengan komisi pembimbing, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peralatan, pengumpulan data dalam bentuk deskripsi mengenai daerah penelitian, mengadakan pra survei ke lapangan, pengumpulan tinjauan literatur, dan penentuan lokasi pengambilan contoh tanah. Pelaksanaan

1. Penentuan lubang profil tanah sebanyak 4 (empat) profil pewakil berdaarkan tingkat ketinggian tempat yang berbeda yang ditentukan berdasarkan peta ketinggian tempat.

2. Pendeskripsian profil tanah, penentuan horizon dengan pisau pandu, mengukur tebalnya horizon,mengukur kedalaman efektif dan melakukan penyifatan tanah dilapang yang meliputi tekstur, sruktur dan warna tanahserta pencatatan data lingkungan berupa vegetasi, kemiringan lereng, ketinggian tempat dan cuaca saat pengamatan.

Tahap Analisis di Laboratorium

Sampel tanah dari lapangan kemudian diteliti di laboratorium yang meliputi sifat fisik dan kimia tanah.

Parameter Yang Diamati

Adapun parameter yang akan diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Sifat Fisika dan Kimia Tanah

A. Sifat Fisik Tanah

(32)

3. Konsistensi tanah, metode Atterberg 4. Tekstur tanah, metode Hydrometer

5. Bulk Density (BD) tanah, menggunakan ring sampel B. Sifat Kimia Tanah

1. pH (H2O), metode Elektrometri 2. pH (KCl), metode Elektrometri 3. C-organik, metode Walkley & Black 4. Retensi P (%), metode ekstrak HCl 25%

5. Basa-Basa Tukar (K, Na, Ca, Mg), metode ekstraksi NH4OAc (pH 7)

6. CaCO3 (%), metode titrasi asam basa

7. Kapasitas Tukar Kation (KTK), metode ekstraksi NH4OAc (pH 7)

8. Kejenuhan Basa (KB), diperoleh dari nisbah antara kation-kation basa (K, Na, Ca dan Mg) dengan KTK

9. Kawasan kelembaban 10.Kawasan suhu

(33)

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasudutan, dengan ketinggian tempat 1000-1400 m di atas permukaan laut pada koordinat 2o13’ – 2o20’LU dan 98o47 – 98o57’ BTdengan 4 (empat) profil tanah Entisol yang berbeda ketinggian tempat yaitu pada profil I dengan ketinggian 1000-1100 m dpl, profil II dengan ketinggian 1100-1200 m dpl, profil III dengan ketinggian 1200-1300, dan profil IV dengan ketinggian 1300-1400. Pengambilan sampel dilakukan pada keempat profil untuk mengetahui perkembangan tanah pada keempat profil dengan ketinggian tempat yang berbeda yang terletak pada satu topografi.

Di daerah penelitian terdiri dari 3 (tiga) jenis tanah yaitu inseptisol, entisol, dan gambut.

Iklim

Data iklim yang digunakan dalam peneltian ini adalah data curah hujan selama 10 tahun terakhir yaitu mulai 2003 sampai tahun 20120

. Data curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Sampali, Medan. Data curah hujan selama 10 tahun terakhir ini dapat dilihat pada lampiran 2.

(34)

jika curah hujan <60 mm/tahun dengan harga Q yang diperoleh dari perbandingan antara bulan kering dan bulan basah. Atau dapat dirumuskan sebagai berikut

Rata-rata bulan kering (mm/tahun)

Q = x 100%

Rata-rata bulan basah (mm/tahun)

Berdasarkan perhitungan curah hujan Schmidt dan Ferguson daerah kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasudutan, mempunyai tipe iklim D, dimana rata-rata bulan kering selama sepuluh tahun terakhir adalah 6.1 mm/tahun dan rata-rata bulan basah adalah 4.2 mm/tahun dengan harga Q terletak pada range 100<Q<167%.

Topografi

Pada umumnya relief Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasudutan adalah landai sampai curam.

Vegetasi

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Deskripsi Profil

Deskripsi profil pada daerah penelitian adalah sebagai berikut :

Deskripsi Profil I di Desa Dolok Saribu Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan:

Lokasi : Desa Dolok Saribu Kecamata Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan

Koordinat : N = 020 12.515’ E = 0980 50.806’ Fisiografi : bergelombang Ketinggian tempat : 1225 meter dpl Cuaca : S = gerimis

K = hujan Panjang Lereng : 15 m Tempat profil : Datar Penghanyutan /erosi : kecil Drainase : baik

(36)

Ap 0 – 54/0-65 cm Warna 10 YR 3/1, liat,

struktur lempeng, konsistensi teguh, perakaran halus, batas lapisan nyata

C1 54-76 / 65-75 cm Warna 10 YR 4/3, liat, strukturgumpal,

konsistensi teguh, perakaran kasar, batas lapisan nyata

Ab 76-115 / 75- 115 cm Warna 10 YR 2/1, Lempung, struktur remah, konsistensi gembur, perakaran kasar, batas lapisan nyata

C2 >115 / >115 cm Warna 10 YR 4/3, liat,

(37)

Deskripsi Profil II di Desa Hutasoit Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan:

Lokasi : Desa Hutasoit Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan

Koordinat : N = 020 13.487’ E = 0980 50.651’ Fisiografi : bergelombang Ketinggian tempat : 1340 meter dpl Cuaca : S = mendung

K = gerimis Panjang Lereng : 15 m Tempat profil : datar Penghanyutan /erosi : kecil Drainase : terhambat

(38)

A 0–14 cm Warna 10 YR 2/1, pasir, struktur lempeng, konsistensi lepas, perakaran halus, batas lapisan nyata

Bt1 19-40 cm Warna 7,5 YR 4/6 Pasir berlempung, struktur sd,gs, konsistensi teguh, perakaran halus, batas lapisan nyata

Bt2 40-65 cm Warna 7,5 YR 5/6, Pasir berlempung, struktur sd, gs, konsistensi teguh, perakaran kasar, batas lapisan A

(39)

Deskripsi Profil III di Desa Dolok Margu Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan:

Lokasi : Desa Dolok Margu Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan

Koordinat : N = 020 14.156’ E = 0980 50.047’ Fisiografi : bergelombang Ketinggian tempat : 1370 meter dpl Cuaca : S = cerah

(40)

Ab C2

0-20 / 0-10 cm Warna 7,5 YR 3/3, pasir,

struktur lempeng, konsistensi sangat gembur,

perakaran halus, batas lapisan nyata

C1 20-31 / 10-30 cm Warna 7,5 YR 3/6, pasir,

struktur lempeng, konsistensi lepas, perakaran halus, batas

lapisan nyata

Ab 31-45 / 30-48 cm Warna 10 YR 2/1, pasir,

struktur gumpala, konsistensi gembur, perakaran kasar, batas lapisan nyata

Bt 45-75 / 48-78 cm Warna 10 YR 5/4, liat,

struktur lempeng, konsistensi teguh, perakaran kasar, batas lapisan nyata

C2 >75 / >75 cm Warna 10 YR 5/8, pasir,

struktur lempeng, konsistensi sangat teguh,

(41)

Deskripsi Profil IV di Desa Dolok Margu Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan:

Lokasi : Desa Sileang Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan

Koordinat : N = 020 08.309’ E = 0980 47. 559’ Fisiografi : bergelombang Ketinggian tempat : 1431 meter dpl Cuaca : S = cerah

K = cerah Panjang Lereng : 21 m Tempat profil : Lereng Penghanyutan /erosi : besar Drainase : terhambat

(42)

A 0-20 cm Warna 7,5 YR 3/3, pasir, struktur remah, konsistensi lepas, perakaran halus, batas lapisan nyata

Ab 20-45 cm Warna 10 YR 3/6, pasir, struktur remah, konsistensi lepas, perakaran halus, batas lapisan nyata

C1 45-80 cm Warna 10 YR 3/3, pasir, struktur remah, konsistensi lepas, perakaran kasar, batas lapisan nyata

C2 >80 cm Warna 10 YR 5/4, pasir,

(43)

Analisis Laboratorium :

Sifat Fisika Tanah

Sifat fisik tanah yang dianalisa di laboratorium adalah sebaran besar butir fraksi (tekstur tanah) dapat dilihat pada tabel :

Profil Horizon Kedalaman (cm) Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Tekstur I

Ap 0-54 / 0-65 66.13 13.04 20.83 Lempung liat berpasir C1 54-76 / 65-75 53.72 13.67 32.61 Lempung liat

berpasir Ab 76-115 / 75 115 74.16 14.85 10.99 Lempung

Berpasir C2 >115 / >115 65.41 6.2 28.39 Lempung Liat

berpasir II

A 0-14 92.64 2.12 5.21 Pasir

Bt1 19-40 93.57 5.13 1.3 Pasir

Bt2 40-65 97.28 1.75 0.97 Pasir

C >65 93.23 5.35 1.42 Pasir

III

AbC2 0-20/0-10 66.78 20.44 12.78 Lempung berpasir C1 20-31/10-30 77.2 17.48 5.32 Liat berpasir Ab 31-45/30-48 74.69 24.04 1.27 Liat berpasir Bt 55-75/48-78 85.52 7.24 7.24 Liat berpasir C2 >75/>73 93.53 5.02 1.45 Pasir

IV

A 0-20 93.2 5.62 1.18 Pasir

Ab 20-45 92.85 6.19 0.96 Pasir

C1 45-80 96.94 1.9 1.16 Pasir

C2 >80 97.74 1.13 1.13 Pasir

Sifat Kimia Tanah

(44)

Profil Horizon Kedalaman pH H2O

Ca-dd Mg-dd K-dd Na-dd KTK KB C-Org N-total

I Ap 0-54 / 0-65 4.26 0.55 1.76 0.27 0.31 13.18 21.93 1.58 0.13

C1 54-76 / 65-75 4.30 1.18 1.69 0.15 0.41 6.92 49.57 0.76 0.06

Ab 76-115 / 75-115 4.69 0.11 1.76 0.14 0.38 9.27 25.78 2.02 0.14

C2 >115 / >115 4.42 0.25 1.88 0.16 0.43 8.96 30.36 0.53 0.04

II

A 0-14 5.61 0.33 1.05 0.05 0.26 16.62 10.17 1.93 0.14

Bt1 19-40 5.69 0.59 1.74 0.31 0.29 18.31 16.00 2.54 0.17

Bt2 40-65 5.38 0.18 1.81 0.09 0.23 12.14 19.03 1.72 0.08

C >65 5.24 0.73 1.73 0.12 0.28 7.87 36.34 0.93 0.06

III

AbC2 0-20/0-10 4.57 0.75 1.25 0.37 0.28 24.88 10.65 2.52 0.22

C1 20-31/10-30 4.63 0.16 1.74 0.13 0.30 6.44 36.18 1.13 0.08

Ab 31-45/30-48 4.96 0.09 1.73 0.06 0.34 12.79 17.36 2.99 0.22

Bt 55-75/48-78 4.95 0.09 1.84 0.04 0.36 7.00 33.29 1.38 0.10

C2 >75/>73 5.06 0.06 1.81 0.03 0.24 6.70 31.94 0.44 0.04

IV

A 0-20 6.04 0.13 1.96 0.12 0.26 24.62 10.03 4.33 0.22

Ab 20-45 5.91 0.27 1.97 0.13 0.24 35.76 7.30 7.51 0.42

C1 45-80 5.94 0.23 1.83 0.05 0.28 20.75 11.52 4.61 .0.25

(45)

PEMBAHASAN Klasifikasi Tanah

Berdasarkan data-data yang diperoleh baik data laboratorium, pengamatan di lapangan dan data iklim, maka dapat dilakukan klasifikasi tanah dengan menggunakan Kunci Soil Taxonomy (USDA, 2010). Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan horison atas penciri (epipedon), horison bawah penciri (endopedon) serta sifat penciri lain. Setelah itu dilakukan penentuan ordo, sub ordo, great group dan sub group.

Penentuan Horison Atas Penciri Profil 1

-Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena tidak ada horison permukaan. -Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air

selama kurang dari 30 hari kumulatif.

-Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm, kandungan c-organik 6% atau lebih, dan mempunyai sifat tanah andik.

-Tidak termasuk epipedon Mollik, karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.

(46)

-Termasuk epipedon Umbrik karena posisi di atas permukaan, struktur tidak massive yaitu remah, Kandungan c-organik lebih dari 0.6% yaitu 1.58%. Nilai kejenuhan basa kurang dari 50% yaitu 21.93%. Tanah dalam keadaan lembab lebih dari 3 bulan.

-Termasuk juga epipedon Okhrik yakni warna tanah dengan nilai value dalam keadaan lembab sebesar 3, sedangkan nilai chroma dalam keadaan lembab sebesar 1

Profil 2.

-Tidak termasuk epipedon Anthropick karena tidak ada horison permukaan. -Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air

selama kurang dari 30 hari kumulatif.

-Tidak termasuk epipedon Histic, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm, kandungan c-organik 6% atau lebih, dan mempunyai sifat tanah andik.

-Tidak termasuk epipedon Mollik, karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.

-Tidak termasuk epipedon Plaggen, karena bukan suatu lapisan permukaan buatan manusia setebal 50 cm atau lebih.

(47)

kurang dari 3.5 yaitu sebesar 1. Kandungan c-organik lebih dari 0.6% yaitu 1.93%.. Tanah dalam keadaan lembab lebih dari 3 bulan.

Profil 3

-Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena tidak ada horison permukaan. -Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air

selama kurang dari 30 hari kumulatif.

-Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm, kandungan c-organik 6% atau lebih, dan mempunyai sifat tanah andik.

-Tidak termasuk epipedon Mollik, karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.

-Tidak termasuk epipedon Plaggen, karena bukan suatu lapisan permukaan buatan manusia setebal 50 cm atau lebih.

-Termasuk epipedon Umbrik karena posisi di atas permukaan, struktur tidak massive yaitu remah, Kandungan c-organik lebih dari 0.6% yaitu 2.52%. Nilai kejenuhan basa kurang dari 50% yaitu 10.65 %. Tanah dalam keadaan lembab lebih dari 3 bulan.

(48)

Profil 4

-Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena tidak ada horison permukaan. -Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air

selama kurang dari 30 hari kumulatif.

-Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm, kandungan c-organik 6% atau lebih, dan mempunyai sifat tanah andik.

-Tidak termasuk epipedon Mollik, karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.

-Tidak termasuk epipedon Plaggen, karena bukan suatu lapisan permukaan buatan manusia setebal 50 cm atau lebih.

-Termasuk epipedon Umbrik karena posisi di atas permukaan, struktur tidak massive yaitu remah, Kandungan c-organik lebih dari 0.6% yaitu 4.33 %. Nilai kejenuhan basa kurang dari 50% yaitu 10.03%. Tanah dalam keadaan lembab lebih dari 3 bulan.

-Termasuk juga epipedon Okhrik yakni warna tanah dengan nilai value dalam keadaan lembab sebesar 3, sedangkan nilai chroma dalam keadaan lembab sebesar 3.

Horizon Bawah Penciri Profil 1

(49)

olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.

- Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison A2 = E

- Tidak termasuk horison Argilik, karena tidak terjadi iluviasi liat di horison B. - Tidak termasuk horison Kalsik, karena tidak mengandung 15% CaCO3.

- Tidak termasuk horison Kambik, karena tidak memiliki tekstur sangat halus, ketebalan horison lebih dari 15 cm, tidak memiliki kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas maupun dibawahnya

- Tidak termasuk horison Duripan, karena tidak mengandung 50% volume fragmen kering-udara pecah terurai di dalam larutan HCl 1 N.

- Tidak termasuk horison Fragipan, karena tidak memiliki ketebalan horison lebih dari 15 cm.

- Tidak termasuk horison Glosik, karena tidak mempunyai ketebalan 5 cm atau lebih pada bahan eluviasi maupun bahan iluviasi.

- Tidak termasuk horison Gipsik, karena tidak memiliki gypsum 5% atau lebih. - Tidak termasuk horison Natrik, karena tidak mempunyai Natrium dapat

dipertukar (Na-dd) 15% atau lebih pada kedalaman 40 cm.

- Tidak termasuk horison Oristein, karena tidak tersusun dari bahan spodik.

- Tidak termasuk horison Oksik, karena tidak terdapat kandungan mineral melapuk di dalam fraksi 50 sampai 200 mikron, kurang dari 10 persen.

- Tidak termasuk horison Petrokalsik, karena tidak mengalami sementasi dan indurasi oleh senyawa karbonat.

(50)

- Tidak termasuk horison Placik, karena tidak mengalami sementasi dan indurasi oleh senyawa besi.

- Tidak termasuk horison Salik, karena tidak terjadi akumulasi garam pada ketebalan 15 cm.

- Tidak termasuk horison Sombrik, karena tidak mengandung humus iluvial yang berasosiasi dengan aluminium.

- Tidak termasuk horison Spodik, karena tidak terdapat lapisan iluvial 85% atau lebih dari bagian spodik.

Profil 2

- Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.

- Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison A2 = E

- Tidak termasuk horison Argilik, karena tidak terjadi iluviasi liat di horison B. - Tidak termasuk horison Kalsik, karena tidak mengandung 15% CaCO3.

- Termasuk horison Kambik, karena tidak memiliki tekstur sangat halus, ketebalan horison lebih dari 15 cm, tidak memiliki kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas maupun dibawahnya.

Profil 3

- Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.

- Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison A2 = E

(51)

- Tidak termasuk horison Kalsik, karena tidak mengandung 15% CaCO3.

- Tidak termasuk horison Kambik, karena tidak memiliki tekstur sangat halus, ketebalan horison lebih dari 15 cm, tidak memiliki kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas maupun dibawahnya

- Tidak termasuk horison Duripan, karena tidak mengandung 50% volume fragmen kering-udara pecah terurai di dalam larutan HCl 1 N.

- Tidak termasuk horison Fragipan, karena tidak memiliki ketebalan horison lebih dari 15 cm.

- Tidak termasuk horison Glosik, karena tidak mempunyai ketebalan 5 cm atau lebih pada bahan eluviasi maupun bahan iluviasi.

- Tidak termasuk horison Gipsik, karena tidak memiliki gypsum 5% atau lebih. - Tidak termasuk horison Natrik, karena tidak mempunyai Natrium dapat

dipertukar (Na-dd) 15% atau lebih pada kedalaman 40 cm.

- Tidak termasuk horison Oristein, karena tidak tersusun dari bahan spodik.

- Tidak termasuk horison Oksik, karena tidak terdapat kandungan mineral melapuk di dalam fraksi 50 sampai 200 mikron, kurang dari 10 persen.

- Tidak termasuk horison Petrokalsik, karena tidak mengalami sementasi dan indurasi oleh senyawa karbonat.

- Tidak termasuk horison Petrogipsik, karena tidak mengalami sementasi dan indurasi oleh senyawa gypsum.

- Tidak termasuk horison Placik, karena tidak mengalami sementasi dan indurasi oleh senyawa besi.

(52)

- Tidak termasuk horison Sombrik, karena tidak mengandung humus iluvial yang berasosiasi dengan aluminium.

- Tidak termasuk horison Spodik, karena tidak terdapat lapisan iluvial 85% atau lebih dari bagian spodik.

Profil 4

- Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.

- Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison A2 = E

- Tidak termasuk horison Argilik, karena tidak terjadi iluviasi liat di horison B. - Tidak termasuk horison Kalsik, karena tidak mengandung 15% CaCO3.

- Tidak termasuk horison Kambik, karena tidak memiliki tekstur sangat halus, ketebalan horison lebih dari 15 cm, tidak memiliki kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas maupun dibawahnya

- Tidak termasuk horison Duripan, karena tidak mengandung 50% volume fragmen kering-udara pecah terurai di dalam larutan HCl 1 N.

- Tidak termasuk horison Fragipan, karena tidak memiliki ketebalan horison lebih dari 15 cm.

- Tidak termasuk horison Glosik, karena tidak mempunyai ketebalan 5 cm atau lebih pada bahan eluviasi maupun bahan iluviasi.

- Tidak termasuk horison Gipsik, karena tidak memiliki gypsum 5% atau lebih. - Tidak termasuk horison Natrik, karena tidak mempunyai Natrium dapat

dipertukar (Na-dd) 15% atau lebih pada kedalaman 40 cm.

(53)

- Tidak termasuk horison Oksik, karena tidak terdapat kandungan mineral melapuk di dalam fraksi 50 sampai 200 mikron, kurang dari 10 persen.

- Tidak termasuk horison Petrokalsik, karena tidak mengalami sementasi dan indurasi oleh senyawa karbonat.

- Tidak termasuk horison Petrogipsik, karena tidak mengalami sementasi dan indurasi oleh senyawa gypsum.

- Tidak termasuk horison Placik, karena tidak mengalami sementasi dan indurasi oleh senyawa besi.

- Tidak termasuk horison Salik, karena tidak terjadi akumulasi garam pada ketebalan 15 cm.

- Tidak termasuk horison Sombrik, karena tidak mengandung humus iluvial yang berasosiasi dengan aluminium.

- Tidak termasuk horison Spodik, karena tidak terdapat lapisan iluvial 85% atau lebih dari bagian spodik.

Penentuan Ordo Profil 1

-Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost.

-Tidak termasuk Histosol, karena bukan tanah organik dan tanpa bahan andik. -Tidak termasuk Spodosol, karena tidak memiliki horison spodik.

-Tidak termasuk Andisol, karena tidak memiliki bahan andik. -Tidak termasuk Oxisol, karena tidak memiliki horison oksik.

-Tidak termasuk Vertisol, karena tidak memiliki duripan dan horison petrokalsik. -Tidak termasuk Aridisol, karena tidak memiliki regim kelembaban arid dan

(54)

-Tidak termasuk Ultisol, karena tidak memiliki horizon argillik dan kandik. -Tidak termasuk Mollisol, karena tidak memiliki epipedon mollik dan KB >

50%.

-Tidak termasuk Alfisol, karena tidak memiliki horison argilik, kandik atau natrik.

-Tidak termasuk Inceptisol, karena tidak memiliki horison atas penciri umbrik serta memiliki horison bawah penciri kambik, dan nilai n-value kurang dari 0.7 -Termasuk Entisol, karena tidak mempunyai salah satu sifat ordo yang lain yaitu

memiliki epipedon umbrik dan okhrik serta tidak memiliki horison bawah penciri.

Profil 2

-Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost.

-Tidak termasuk Histosol, karena bukan tanah organik dan tanpa bahan andik. -Tidak termasuk Spodosol, karena tidak memiliki horison spodik.

-Tidak termasuk Andisol, karena tidak memiliki bahan andik. -Tidak termasuk Oxisol, karena tidak memiliki horison oksik.

-Tidak termasuk Vertisol, karena tidak memiliki duripan dan horison petrokalsik. -Tidak termasuk Aridisol, karena tidak memiliki regim kelembaban arid dan

horison salik.

-Tidak termasuk Ultisol, karena tidak memiliki horizon argillik dan kandik. -Tidak termasuk Mollisol, karena tidak memiliki epipedon mollik dan KB >

50%.

(55)

-Termasuk Inceptisol, karena memiliki epipedon umbrik serta memiliki horison bawah penciri kambik.

Profil 3

-Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost.

-Tidak termasuk Histosol, karena bukan tanah organik dan tanpa bahan andik. -Tidak termasuk Spodosol, karena tidak memiliki horison spodik.

-Tidak termasuk Andisol, karena tidak memiliki bahan andik. -Tidak termasuk Oxisol, karena tidak memiliki horison oksik.

-Tidak termasuk Vertisol, karena tidak memiliki duripan dan horison petrokalsik. -Tidak termasuk Aridisol, karena tidak memiliki regim kelembaban arid dan

horison salik.

-Tidak termasuk Ultisol, karena tidak memiliki horizon argillik dan kandik. -Tidak termasuk Mollisol, karena tidak memiliki epipedon mollik dan KB >

50%.

-Tidak termasuk Alfisol, karena tidak memiliki horison argilik, kandik atau natrik.

-Tidak termasuk Inceptisol, karena tidak memiliki horison atas penciri umbrik serta memiliki horison bawah penciri kambik, dan nilai n-value kurang dari 0.7 -Termasuk Entisol, karena tidak mempunyai salah satu sifat ordo yang lain yaitu

memiliki epipedon umbrik dan okhrik serta tidak memiliki horison bawah penciri.

Profil 4

-Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost.

(56)

-Tidak termasuk Spodosol, karena tidak memiliki horison spodik. -Tidak termasuk Andisol, karena tidak memiliki bahan andik. -Tidak termasuk Oxisol, karena tidak memiliki horison oksik.

-Tidak termasuk Vertisol, karena tidak memiliki duripan dan horison petrokalsik. -Tidak termasuk Aridisol, karena tidak memiliki regim kelembaban arid dan

horison salik.

-Tidak termasuk Ultisol, karena tidak memiliki horizon argillik dan kandik. -Tidak termasuk Mollisol, karena tidak memiliki epipedon mollik dan KB >

50%.

-Tidak termasuk Alfisol, karena tidak memiliki horison argilik, kandik atau natrik.

-Tidak termasuk Inceptisol, karena tidak memiliki horison atas penciri umbrik serta memiliki horison bawah penciri kambik, dan nilai n-value kurang dari 0.7 -Termasuk Entisol, karena tidak mempunyai salah satu sifat ordo yang lain yaitu

memiliki epipedon umbrik dan okhrik serta tidak memiliki horison bawah penciri.

Penentuan Sub Ordo Profil 1

-Tidak termasuk Wassent, karena tidak memiliki keadaan potensial air di permukaan tanah.

-Tidak termasuk Aquent, karena tidak berada pada kondisi aquik dan tidak terdapat bahan sulfidik pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah mineral. -Tidak termasuk Arent, karena tidak memiliki satu lapisan atau lebih pada

(57)

horison penciri sebesar 3% yang tidak tersusun secara jelas.

-Tidak termasuk Psamment, karena tidak memiliki fragmen batuan dan tekstur pasir halus berlempung atau lebih kasar sebesar kurang dari 35%, pada seluruh lapisan di dalam penampang kontrol kelas besar butirnya.

-Tidak termasuk Fluvent, karena tidak memiliki kontak densik, litik dan paralitik di dalam 25 cm dari permukaan tanah mineral dan mempunyai regim suhu tanah lebih panas dari cryik.

-Termasuk Orthent, , karena memiliki Entisol yang lain. Profil 2

-Tidak termasuk Aquept, karena tidak mengalami kondisi aquik pada kedalaman 40-50 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Anthrept, karena tidak memiliki epipedon plagen atau anthropik -Tidak termasuk Gelept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah gelik. -Tidak termasuk Cryept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah cryik. -Tidak termasuk Ustept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah ustik. -Tidak termasuk Xerept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah xerik. -Termasuk Udept, karena memiliki ciri Inceptisol lain dengan regim

kelembaban tanah udik. Profil 3

-Tidak termasuk Wassent, karena tidak memiliki keadaan potensial air di permukaan tanah.

(58)

kedalaman 25 dan 100 cm di bawah pemukaan tanah mineral serta fragmen horison penciri sebesar 3% yang tidak tersusun secara jelas.

-Tidak termasuk Psamment, karena tidak memiliki fragmen batuan dan tekstur pasir halus berlempung atau lebih kasar sebesar kurang dari 35%, pada seluruh lapisan di dalam penampang kontrol kelas besar butirnya.

-Tidak termasuk Fluvent, karena tidak memiliki kontak densik, litik dan paralitik di dalam 25 cm dari permukaan tanah mineral dan mempunyai regim suhu tanah lebih panas dari cryik.

-Termasuk Orthent, karena memiliki Entisol yang lain. Profil 4

-Tidak termasuk Wassent, karena tidak memiliki keadaan potensial air di permukaan tanah.

-Tidak termasuk Aquent, karena tidak berada pada kondisi aquik dan tidak terdapat bahan sulfidik pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah mineral. -Tidak termasuk Arent, karena tidak memiliki satu lapisan atau lebih pada

kedalaman 25 dan 100 cm di bawah pemukaan tanah mineral serta fragmen horison penciri sebesar 3% yang tidak tersusun secara jelas.

-Tidak termasuk Psamment, karena tidak memiliki fragmen batuan dan tekstur pasir halus berlempung atau lebih kasar sebesar kurang dari 35%, pada seluruh lapisan di dalam penampang kontrol kelas besar butirnya.

-Tidak termasuk Fluvent, karena tidak memiliki kontak densik, litik dan paralitik di dalam 25 cm dari permukaan tanah mineral dan mempunyai regim suhu tanah lebih panas dari cryik.

(59)

Penentuan Great Group Profil 1

-Tidak termasuk Cryorthent, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah cryik.

-Tidak termasuk Torriorthent, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah aridik atau torrik.

-Tidak termasuk Xerorthent, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah xerik.

-Tidak termasuk Ustorthent, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah ustik. -Termasuk Udorthent, karena memiliki Orthents yang lain dengan memiliki regim

kelembaban tanah udik. Profil 2

-Tidak termasuk Sulfudept, karena memiliki horison sulfurik yang batas atasnya di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Durudept, karena tidak memiliki duripan yang batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Fragiudept, karena tidak memiliki fragipan yang pada batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Eutrudept, karena tidak memiliki karbonat bebas pada kedalaman antara 25 – 75 cm.

-Termasuk Dystrudept, karena memiliki epipedon umbrik. Profil 3

(60)

-Tidak termasuk Torriorthent, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah aridik atau torrik.

-Tidak termasuk Xerorthent, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah xerik.

-Tidak termasuk Ustorthent, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah ustik. -Termasuk Udorthent, karena memiliki Orthents yang lain dengan memiliki regim

kelembaban tanah udik. Profil 4

-Tidak termasuk Cryorthent, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah cryik.

-Tidak termasuk Torriorthent, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah aridik atau torrik.

-Tidak termasuk Xerorthent, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah xerik.

-Tidak termasuk Ustorthent, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah ustik. -Termasuk Udorthent, karena memiliki Orthents yang lain dengan memiliki regim

kelembaban tanah udik. Penentuan Sub Group Profil 1

-Tidak termasuk Lithic Udorthent, karena tidak memiliki kontak lithik di dalam 50 cm dari permukaaan tanah mineral.

(61)

-Tidak termasuk Aquic Udorthent, karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk Oxyaquic Udorthent, karena pada satu lapisan atau lebih di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral tidak jenuh air dalam tahun-tahun normal selama 20 hari konsekutif atau 30 hari kumulatif.

-Termasuk Vermic Udorthent, karena memiliki 50% atau lebih lubang-lubang cacing, kotoran-kotoran cacing, dan bekas saluran fauna tanah yang terisi baik yang berada di antara horison Ap atau pada kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral.

Profil 2

-Tidak termasuk Lithic Dystrudept, karena tidak memiliki kontak lithik pada kedalaman 50 cm di permukaan tanah mineral

-Tidak termasuk Vertic Dystrudept, karena tidak memiliki rekahan-rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm atau lebih dengan mencapai ketebalan 30 cm atau lebih

-Tidak termasuk Aquandic Dystrudept, karena tidak memiliki tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

(62)

mineral serta tidak jenuh air dalam tahun-tahun normal selama 20 hari konsekutif atau 30 hari kumulatif.

-Tidak termasuk Andic Dystrudept, karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral. -Termasuk Vitrandic Dystrudept, karena memiliki fragmen berukuran lebih kasar

dari 2.0 mm menyusun lebih dari 35% volumenya pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral.

Profil 3

-Tidak termasuk Lithic Udorthent, karena tidak memiliki kontak lithik di dalam 50 cm dari permukaaan tanah mineral.

-Termasuk Vitrandic Udorthent, karena memiliki fragmen berukuran lebih kasar dari 2.0 mm pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih.

Profil 4

-Tidak termasuk Lithic Udorthent, karena tidak memiliki kontak lithik di dalam 50 cm dari permukaaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Vitrandic Udorthent, karena tidak memiliki fragmen berukuran lebih kasar dari 2.0 mm pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih.

(63)

dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk Oxyaquic Udorthent, karena pada satu lapisan atau lebih di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral tidak jenuh air dalam tahun-tahun normal selama 20 hari konsekutif atau 30 hari kumulatif.

-Tidak termasuk Vermic Udorthent, karena memiliki 50% atau lebih lubang-lubang cacing, kotoran-kotoran cacing, dan bekas saluran fauna tanah yang terisi baik yang berada di antara horison Ap atau pada kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral.

(64)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Klasifikasi profil satu pada Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasudutan berdasarkan Taksonomi Tanah 2010 adalah : Ordo Entisol, Sub Ordo Orthent, Great Group Udorthent, dan Sub Group Vermic Udorthent.Klasifikasi profil dua pada Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasudutan berdasarkan Taksonomi Tanah 2010 adalah : Ordo Inseptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Dystrudept, dan Sub Group Vitrandic Dystrudept.Klasifikasi profil tiga pada Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasudutan berdasarkan Taksonomi Tanah 2010 adalah : Ordo Entisol, Sub Ordo Orthent, Great Group Udorthent, dan Sub Group Vitrandic Udorthent.Klasifikasi profil empat pada Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasudutan berdasarkan Taksonomi Tanah 2010 adalah : Ordo Entisol, Sub Ordo Orthent, Great Group Udorthent, dan Sub Group Typic Udorthent.

Saran

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Bleeker. P. et.al. 1980 (dalam Munir, M. 1996). Analytical data of Papus New Guinea Soils. Commonwealth, Scientific and Industrial Research Organization. Australia.

Darmawijaya, M. I. 1990. Klasifikasi Tanah. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Foth. H. D. 1984. Fundamental of Soil Science 7th Edition. United States Of America.

Goeswono, S. 1984. Sifat dan Ciri Tanah. IPB. Bogor.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis, Akademika Pressindo, Jakarta.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama di Indonesia. Karakteristik, Klasifikasi dan Pemanfaatannya. Pustaka Jaya. Malang.

Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah Batuan Pembentuk Tanah. Raja Wali Press, Jakarta.

Sarwono, H. 1985. Genesis dan Klasifikasi Tanah. Fakultas Pasca Sarjana, IPB. Bogor.

Shoji, et. Al. 1993. Volcanic Ash Soil, Genesis, Properties and Utilization.

Elsevier

Soil Survey Staff. 2010. Keys to soil taxonomy. Ed ke-11. USDA, Natural resources conservation service. 161-196p

Tan, 1984. Andosols. A Hutchinson Ross Benchmark Book. Van Nostrand Reinhold Company.

Referensi

Dokumen terkait

antara P dan QRS DERAJAT 1 interval PR &gt; 0,2 detik,semua denyut dihantarkan menuju ventrikel DERAJAT 2hanya beberapa denyut dihantarkan menuju ventrikel Mobitz tipe I 

berarti bahwa rata-rata hasil belajar psikomotorik peserta didik kelas eksperimen yang diajar dengan metode pembelajaran di luar kelas (Outdoor Learning) pada materi

Tingkat pengetahuan tentang ca cervix adalah kemampuan ibu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan kuisioner tentang deteksi dini kanker serviks dengan melakukan pemeriksaan pap smear

SMP Swasta Katolik Asisi Medan : Lulus Tahun 20101. SMK Negeri 1 Tanjung Pandan : Lulus

Selain itu dengan diterapkannya konsep kecerdasan majemuk pada pembelajaran PPKn dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan kewarganegaraan pada kondisi

Kadar abu pakan komplit (leaflet) memenuhi standar mutu pakan yaitu maksimal 15% (SNI, 2015), sedangkan pakan konsentrat kadar abu lebih tinggi, hal ini karena pakan

Hasil yang ditunjukkan tidak jauh berbeda dengan skenario pengujian yang sebelumnya, yaitu menggunakan 1 (satu) komputer Slave dan 2 (dua) komputer Slave

T APM yang berjudul Implementasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Pemberdayaan Fakir Miskin Kelompok Usaha Bersama di Kecamatan Nunukan adalah hasil karya