• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II rev rev

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II rev rev"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Empiris

Penelitian Terdahulu

Untuk melakukan tinjauan pustaka terhadap penelitian yang akan dilakukan, maka dilihat tiga buah penelitian yang sudah ada sebagai perbandingan. Berikut penelitian terdahulu:

1. Penelitian yang pertama merupakan tesis yang ditulis oleh Allen A. CH. Manongko. Tesis ini berjudul “Green Marketing dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Membeli Produk Organik “. Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1) Menguji dan menganalisis secara teoritis dan empiris: pengaruh Green Marketing terhadap minat membeli . (2) pengaruh Green Marketing terhadap keputusan pembelian. (3) pengaruh minat membeli terhadap terbentuknya keputusan pembelian (4) Green Marketing berpengaruh terhadap keputusan pembelian melalui minat membeli produk organik.

Tesis Allen A. CH. Manongko ini menggunakan enam teori. Teori yang pertama adalah teori pengertian Green Marketing yang mengacu pada AMA (American Marketing Associate ), Pride and Ferrell (1993), Polonsky, Rosenberger and Ottman (1998) dan Charter (1992). Teori yang kedua adalah teori pengertian produk hijau yang mengacu pada Kasali (2005), Nugrahadi (2002), dan Ottman (2006). Teori ketiga yang digunakan adalah teori bauran pemasaran. Teori ini mengacu pada McCarthy (1996), Payne (2000), dan Kotler (2000). Teori keempat adalah teori peilaku konsumen. Teori ini mengacu pada Solomon (2002), Ma’ruf (2005), Engel et. al, (1994), dan Swasta dan Handoko (2002). Teori kelima merupakan teori perilaku rencanaan. Teori ini merupakan pengembangan teori reasoned action yang dilakukan oleh Icek Ajzen. Teori terakhir adalah minat perilaku dan pengaruhnya terhadap perilaku. Teori ini menagcu pada Schiffman & Kanuk (2007).

(2)

penelitian menggunakan analisis jalur (Path Analysis) atas pelanggan/konsumen yang membeli produk organik pada swalayan atau pasar modern di Kota Manado. Dengan sampel penelitian berjumlah 120 responden. Penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research), yaitu menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa. Penelitian Allen A.Ch. Manongko menggunakan dua variabel untuk mengetahui minat pembelian terhadap produk organik yaitu Green Marketing dan pengaruh Green Marketing terhadap keputusan pembelian, sehingga sehingga analisis yang digunakan adalah multivariat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Green Marketing berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap minat membeli; Green Marketing tidak berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap keputusan pembelian; minat membeli berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap keputusan pembelian; Green Marketing berpengaruh secara tidak langsung dan signifikan terhadap keputusan pembelian dengan minat membeli sebagai variabel interviening.

Perbandingan penelitian yang kami lakukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Allen A. Ch. Manongko terletak pada beberapa aspek seperti tujuan penelitian dimana penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam penelitian. Dengan kata lain tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Green Marketing yang diterapkan The Body Shop terhadap keputusan pembelian Green Product The Body Shop oleh konsumen sedangkan penelitian 1 menekankan pada pengujian dan analisis secara teoritis dan empiris mengenai Green Marketing dan menghubungkan minat membeli produk organik dengan pemasarah hijau. Hal yang menarik dari penelitian yang kami lakukan dimana penelitian dilakukan dengan memfokuskan pemsasran hijau yang dilakukan Perusahaan kosmetik kedua terbesar di dunia, The Body Shop yang memiliki nilai ramah lingkungan yang sangat tinggi dimata konsumen dunia.

(3)

yaitu: (1) untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan responden dalam menentukan pilihan pada produk The Body Shop yang menggunakan strategi Green Marketing. (2) untuk menganalisis perilaku responden dalam menentukan pilihan produk The Body Shop yang menggunakan strategi Green Marketing. (3) untuk memformulasi strategi Green Marketing pada The Body Shop untuk produk-produk kosmetik.

Ada empat teori yang digunakan dalam penelitian ini, teori pertama mengenai Pengertian Green Marketing yang mengacu pada AMA (American Marketing Association), Mintu dan Lozada (1993), Prider dan Farrel (1993), Charter (1992). Teori kedua mengenai Marketing Strategy yang mengacu pada Corey (dalam Tjiptono,1997), Kotler (1997), McCarthy dalam Kotler (1997). Kemudian teori tentang Marketing Mix yang mengacu tentang Kotler dan Amstrong (1997). Selanjutnya teori mengenai Customer Preference (Pilihan Pelanggan) yang mengacu pada Rosenberg (1995), Lilien, Kotler dan Moriaty (1995), Kotler (2000) dalam Simamora. Teori mengenai Karakteristik Demografi Individu mengacu pada Zimmer (1994) dan Robert (1996). Teori yang terakhir yaitu teori tentang Pengetahuan mengacu pada Martin dan Simintras (1995), Yam-Tang dan Chan (1998) dalam Junaedi (2005).

Tesis Rudi menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah pelanggan perusahaan kosmetik The Body Shop di Jakarta. Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode sensus yang menggunakan semua anggota populasi sebagai sampel dalam penelitian. Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei yaitu dengan menggunakan kuesioner. Ada lima variabel yang digunakan untuk mengetahui pengaruh green marketing terhadap pilihan konsumen, yaitu variabel harga, produk, tempat, promosi dan pengetahuan.

(4)

The Body Shop dengan konsep green product, mempengaruhi citra merek The Body Shop dan mempengaruhi pelanggan untuk menggunakan produk dari The Body Shop tersebut. Berbeda dengan penelitian Rudi yang lebih memperhatikan pilihan dan perilaku konsumen, Rudi mencari tahu faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen dalam menentukan pilihan pada produk yang akan digunakannya.

3. Penelitian yang ketiga yaitu jurnal yang ditulis oleh Aysel Boztepe, dengan judul “Green Marketing and Its Impact on Consumer Buying Behavior”. Dipublikasikan pada tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa dampak lingkungan, fitur produk hijau, harga produk hijau, iklan produk hijau dan fitur demografis konsumen atas pembelian perilaku konsumen, Kemudian untuk menentukan apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel-variabel tersebut dan jika ada, digunakan untuk mengungkapkan arah dan tingkat hubungan ini dan dapat memberikan saran untuk perusahaan ramah lingkungan yang memproduksi produk. Sample pada penelitian ini adalah 270 responden laki-laki dan 270 responden perempuan. Jadi, total responden adalah 540 responden. Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif. Teknik pengumpulan datanya menggunakan analisis korelasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Aysel Boztepe memiliki perbedaan dengan peneliti dalam hal fokus penelitian, yaitu Penelitian Aysel berfokus pada Green Marketing dan Dampaknya Terhadap Perilaku Pembelian Konsumen. Sedangkan peneliti berfokus pada Pengaruh Green Product terhadap Citra Merek dan Keputusan Pembelian. Dalam penelitiannya, Aysel dan Peneliti sama-sama menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif.

Tabel 1.1 Penelitian yang Menjadi Rujukan Peneliti dalam Penelitian Ini Aspek Penelitian 1 Penelitian 2 Penelitian 3 Penelitian Saya

(5)

Keputusan

(6)

keputusan

Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif

(7)

langsung dan signifikan

terhadap keputusan pembelian;

minat membeli berpengaruh

secara langsung dan

signifikan terhadap keputusan pembelian;

green marketing berpengaruh

secara tidak langsung dan

signifikan terhadap keputusan pembelian dengan minat

membeli sebagai variabel interviening.

kelamin berpengaruh terhadap pilihan pelanggan, umur,

pendidikan dan pendapatan tidak

berpengaruh signifikan terhadap pilihan

pelanggan, dan pengetahuan

tidak berpengaruh

signifikan terhadap pilihan

pelanggan.

B. Kajian Teoritis

(8)

Menurut Kotler dan Keller (2009) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa pemasaran tidak hanya sekedar menjual hasil dari proses produksi, namun jauh sebelum itu pemasaran yang menentukan produk seperti apa yang akan dihasilkan oleh perusahaan dengan cara memahami akan kebutuhan maupun selera konsumen.

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mendapatkan keuntungan secara maksimal. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan tersebut tergantung pada keahlian perusahaan di bidang

pemasarannya. Kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan dapat memberikan kepuasan terhadap konsumen apabilamembeli suatu produk dari perusahaan sehingga konsumen akan memiliki pandangan yang baik kepada perusahaan.

Menurut AMA (American Marketing Association) dalam Blythe (2005,h.2) “Marketing is the process of planning and executing the conception, pricing, promotion and distribution of ideas, goods and services to create exchange and satisfy individual and organisational objectives”. Pemasaran merupakan sebuah proses perencanaan dan pelaksanaan yang terintegrasi dengan penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan dari produk ataupun jasa, yang bertujuan memberikan nilai lebih bagi aktivitas pemasaran dan berdampak memberikan keuntungan bagi perusahaan atau individu.

2. Bauran Pemasaran

Kotler (2000) menyatakan bauran pemasaran adalah sekumpulan alat pemasaran (marketing mix) yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran.

(9)

McCarthy (1996) dalam Kotler dan Keller (2007) mengklasifikasikan alat-alat ini menjadi empat kelompok besar, yang disebut 4P tentang pemasaran, yaitu: Produk (Product), Harga (Price), Promosi (Promotion), Tempat (Place).

Berikut adalah penjelasan mengenai klasifikasi Bauran Pemasaran: 1. Produk (Product)

Kotler (2009), mendefinisikan produk sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan.

2. Harga (Price)

Harga adalah aspek penting dalam kegiatan bauran pemasaran. Penetuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga sangat menentukan laku tidaknya produk dan jasa. Salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal terhadap produk yang ditawarkan (Kotler, 2009).

3. Tempat (Place)

Tempat atau distribusi mencakup penggudangan, saluran-saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi tempat, dan wilayah penjualan. Distribusi menjadi sangat penting ketika sebuah perusahaan berusaha menerapkan strategi pengembangan pasar atau integrasi ke depan, David (2009).

4. Promosi(Promotion)

Menurut Tjiptono (1997), promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran, yaitu berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan/atau mengingat pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

3. Pengertian Green Marketing

Istilah Green Marketing atau bisa saja disebut dengan Ecological Marketing telah dikenal pada akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an. The American Marketing

(10)

Marketing”, seminar ini menghasilkan buku pertama tentang pemasaran hijau (Green Marketing) berjudul “Ecological Marketing” (Henion and Kinnear, 1978). American Marketing Associate (AMA) mendefinisikan “Green Marketing is the market of products that are presumed to be environmentally safe.” Artinya, bahwa pemasaran hijau sebagai suatu proses pemasaran produk-produk yang diasumsikan aman terhadap lingkungan. (http:/ en.wikipedia.org/wiki/Green_marketing)

Menurut Polonsky (1994), “Green or Environmental Marketing consists of all activities designed to generate and facillitate any exchanges intended to satisfy human need or wants, such that the satisfaction of these needs and wants accurs, with minimal detrimental impact on the natural environment.” Green Marketing atau Environmental Marketing didefinisikan sebagai konsistensi dari semua aktifitas yang mendesain pelayanan dan fasilitas bagi kepuasan kebutuhan dan keinginan manusia, dengan tidak menimbulkan dampak pada lingkungan alam.

Tujuan Green Marketing

Menurut John Grant, 2007 tujuan Green Marketing dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:

1. Green – setting new standards – communicate: having commercial objectives only (where the product, brand or company is greener than alternatives, but the marketing is strainghtforward about estabilishing this difference.

(Bertujuan ke arah untuk berkomunikasi bahwa merek atau perusahaan adalah peduli lingkungan hidup. Tahapan ini merupakan tahapan awal bagi perusahaan yang menerapkan konsep Green Marketing)

2. Greener – sharing responsibility – collaborate: having green objectives as well as commercial objectives (the marketing itself achieves green objectives, for instance changing the way people use the product).

(Selain untuk komersialisasi sebagai tujuan utama perusahaan, tetapi juga untuk mencapai tujuan yang berpengaruh ke dalam lingkungan hidup.

Perusahaan mencoba merubah gaya konsumen mengkonsumsi atau memakai produk. Misalnya penghematan kertas, menggunakan kertas bekas maupun kertas daur ulang. Menghemat air, listrik, penggunaan AC, dll).

(11)

(Perusahaan berusaha mengubah budaya konsumen ke arah yang lebih peduli lingkungan hidup. Budaya konsumen yang diharapkan adalah kepedulian terhadap lingkungan dalam semua aktivitas tanpa terpengaruh oleh produk perusahaan yang ditawarkan).

Pengertian Green Product

Nugrahadi (2002) mengemukakan, produk hijau (green product) adalah produk yang berwawasan lingkungan. Suatu produk yang dirancang dan diproses dengan suatu cara untuk mengurangi efek-efek yang dapat mencemari lingkungan, baik dalam produksi, pendisribusian dan pengkonsumsiannya. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemakaian bahan baku daur ulang.

Ottman (2006) mendefinisikan green product are typically durable, nontoxic, made from recycled materials or minimally packaged (produk hujau biasanya tahan lama, tidak beracun, terbuat dari bahan daur ulang).

Adanya permintaan terhadap produk-produk yang ramah lingkungan, direspon oleh perusahaan untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan (Green Product) dengan menerapkan konsep ramah lingkungan (Green Strategy). Menurut Anderson dan Deskins (1995), output dari Green Strategy adalah munculnya Green Product. Cara-cara alternatif untuk membuat Green Product di antaranya adalah:

1. Menciptakan produk dengan karakter dan komposisi yang memiliki dampak kepada lingkungan yang lebih kecil.

2. Meningkatkan penggunaan bahan mentah yang lebih efisien atau yang renewable (terbarukan). Kertas misalnya tidak lagi hanya bisa dibuat dari bubur kertas yang berasal dari batang kayu. Bambu dan beberapa tanaman alternatif lain yang memiliki serat yang lebih panjang dan halus dapat menekankan penggundulan hutan.

3. Mengefisienkan penggunaan kemasan dan penggunaan bahan kemasan yang bio-degradable atau minimal bisa digunakan berulang-ulang (re-use).

4. Mengefisienkan pemakaian energi dalam proses produksi.

(12)

Pengertian Merek

American Marketing Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, simbol, atau desain (rancangan), atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk memberi tanda pengenal barang atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang-barang yang dihasilkan oleh pesaing.

Kotler dan Keller (2009) mendefinikan Ekuitas merek sebagai nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Menurut Kotler (2001) ekuitas merek (brand equity) dapat dikelompokkan ke dalam lima dimensi yaitu: (1) kesetiaan merek (brand loyality), (2) kesadaran merek (brand awareness), (3) mutu yang dirasakan (perceived brand), (4) citra merek (brand assosiation), dan (5) aset kepemilikan lainnya

(property brand assets).

Pengertian Citra Merek

Menurut Keller (1998:93), “Brand image can be defined as a perception about brand as reflected by the brand association held in consumer memory”. Hal ini berarti citra merek adalah persepsi tentang merek yang digambarkan oleh asosiasi merek yang ada dalam ingatan konsumen.

Menurut Aaker (1991:109), “Brand association is anything linked in memory to a brand”. Pengertian ini menunjukan bahwa asosiasi merek adalah sesuatu yang

berhubungan dengan merek dalam ingatan konsumen.

Baik Keller dan Aaker mengemukakan bahwa adanya hubungan yang erat diantara asosiasi merek dengan citra merek dimana asosiasi yang terjalin pada suatu merek dapat membentuk citra merek. Asosiasi merek dapat membantu proses mengingat kembali informasi yang berkaitan dengan produk, khususnya selama proses pembuatan keputusan untuk melakukan pembelian. Jadi, antara citra merek dan asosiasi merek mempunyai keterkaitan yang erat yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainya.

Faktor-faktor yang membentuk citra merek

Menurut Keller (1993:3) faktor-faktor yang membentuk citra merek adalah:

(13)

Tergantung pada bagaimana informasi masuk ke dalam ingatan konsumen dan bagaimana informasi tersebut bertahan sebagai bagian dari brand image

2. Keuntungan asosiasi merek (Favourability of brand association) Kesuksesan sebuah proses pemasaran sering tergantung pada proses

terciptanya asosiasi merek yang menguntungkan, dimana konsumen dapat percaya pada atribut yang diberikan mereka dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.

3. Keunikan asosiasi merek (Uniqueness Of brand association)

Suatu merek harus memiliki keunggulan bersaing yang menjadi alasan bagi konsumen untuk memilih merek tertentu. Keunikan asosiasi merek dpat

berdasarkan atribut produk, fungsi produk atau citra yang dinikmati konsumen.

Menurut Kotler (2001:401) citra harus dibangun melalui seluruh media yang ada serta berkelanjutan dan pesan tersebut dapat disampaikan melalui lambang, media atau visual, suasana, serta acara.

Keputusan pembelian.

Engel et, al (1994) mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor utama yang

mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan pembelian produk yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian

(14)

Kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan, perilaku dalam berbusana, cara bicara, rekreasi dan lain-lainnya.

Faktor kedua yaitu faktor sosial. Faktor sosial terbagi ke dalam kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status. Kelompok acuan dalam perilaku pembelian

konsumen dapat diartikan sebagai kelompok yang yang dapat memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang tersebut. Kelompok ini biasanya disebut dengan kelompok keanggotaan, yaitu sebuah

kelompok yang dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap seseorang. Dalam sebuah organisasi pembelian konsumen, keluarga dibedakan menjadi dua bagian. Pertama keluarga yang dikenal dengan istilah keluarg orientas. Keluarga jenis ini terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang yang dapat memberikan orientasi agam, politik dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Kedua, keluarga yang terdiri dari pasangan dan jumlah anak yang dimiliki seseorang.

Keluarga jenis ini biasa dikenal dengan keluarga prokreasi. Hal selanjutnya yang dapat menjadi faktor sosial yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian seseorang adalah peran dan status mereka di dalam masyarakat. Semakin tinggi peran seseorang didalam sebuah organisasi maka akan semakin tinggi pula status mereka dalam organisasi tersebut dan secara langsung dapat berdampak pada perilaku

pembeliannya. Contoh seorang direktur di sebuah perusahaan tentunya memiliki status yang lebih tinggi dibandingkan dengan seorang supervisor, begitu pula dalam perilaku pembeliannya. Tentunya, seorang direktur perusahaan akan melakukan pembelian terhadap merek-merek yang berharga lebih mahal dibandingkan dengan merek lainnya.

(15)

sama. Melihat hal ini sebagai sebuah peluang dalam kegiatan pemasaran, banyak pemasar yang mengarahkan merek mereka kepada gaya hidup seseorang.

Faktor terakhir yaitu faktor psiklogis. Faktor ini dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu motivasi dimana pemenuhan kebutuhan berasal dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan atau rasa keanggotaan kelompok. Bagaimana tindakan seseorang yang termotivasi akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi dapat diartikan sebagai sebuah proses yang

digunkan individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan sebuah gambaran (Bernard Barelson, dalam Kotler 2003:217). Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Teori pembelajaran mengajarkan kepada para pemasar bahwa mereka dapat membangung permintaan atas suatu produk dengan mengaitkan pada

pendorongnya yang kuat, menggunakan isyarat yang memberikan motivasi, dan memberikan penguatan positif karena pada dasarnya konsumen akan melakukan generalisasi terhadap suatu merek. Melalui betindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya kemudian mempengaruhi perilaku pembelian

konsumen . Keyakinan dapat diartikan sebgai gambaran pemikiran seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan orang tentang produk atau merek akan mempengaruhi keputusan pembelian mereka.

Tahapan-tahapan Pengambilan keputusan Pembelian

Ada lima (tahap) proses pengambilan keputusan dalam pembelian

(Kotler, 2002:204), yaitu:

1. Pengenalan masalah. Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenal suatu masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suat perbedaan antara keadaan sebenarnya dan keadaan yang diinginkan.

(16)

masing-masing produk. Sumber-sumber informasi konsumen terbagi menjadi empat kelompok, yaitu: sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber niaga (periklanan, penjual, pameran), sumber umum (media massa, organisasi konsumen), sumber pengalaman (pernah menangani, menguji, mempergunakan suatu produk).

3. Penilaian alternatif. Konsumen berusaha memuaskan suatu kebutuhan dan mencari manfaat tertentu dari suatu produk tersebut. Konsumen memandang setiap produk sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan kebutuhan tersebut. Konsumen bersikap berbeda-beda dalam melihat atribut-atribut produk yang dianggap relevan dan menonjol. Mereka akan memberikan paling banyak perhatian pada atribut yang akan memberikan manfaat yang dicari.

4. Keputusan untuk membeli. Keputusan untuk membeli disini merupakan proses dalam pembelian yang nyata. Jadi, setelah tahap-tahap dimuka dilakukan maka konsumen harus mengambil keputusan apakah membeli atau tidak. Bila

konsumen memutuskan untuk membeli, konsumen akan menjumpai serangkaian keputusan yang harus diambil menyangkut jenis produk, merek, penjual,

kualitas, dan lain-lain.

5. Perilaku pasca pembelian. Setelah membeli satu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen juga akan melakukan beberapa kegiatan setelah membeli produk yang akan menarik bagi para pemasar. Tugas para pemasar belum selesai setelah produk dibeli oleh konsumen, namun akan terjadi hingga periode waktu pasca pembelian.

Model Konsep

(17)

Green

Gambar

Tabel 1.1 Penelitian yang Menjadi Rujukan Peneliti dalam Penelitian Ini

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Desde Sucre, Pedro, humilde servidor vuestro, os quiere dar las gracias a todas las Franciscanas Hijas de la Misericordia, ya que desde ahora en adelante seréis mis

Perbandingan antara layout awal proses pembuatan Teh Hitam (CTC) di Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Bantaran Blitar dengan layout usulan yang paling

Kegiatan usaha budidaya hortikultura khususnya komoditas cabai dan jeruk mengalami penurunan jumlah rumah tangga selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Pada

Dengan demikian, besarnya jumlah santunan yang telah diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

 Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang bulan Mei 2014 tercatat selama.. 1,73 hari, turun 0,19 hari bila dibandingkan dengan April 2014 yang

Sering kali ayah memaksa anak laki-lakinya untuk mengikuti kegiatan olah raga, karena mereka menganggap olah raga dapat membangkitkan sifat maskulin dalam diri anak mereka, tetapi

impulse buying, hedonic shopping value terhadap shopping lifestyle, shopping lifestyle terhadap impulse buying, dan pengaruh simultan hedonic shopping value dan

Maka dari beberapa pengertian dan penjelasan Bank Syariah di atas, dapat disimpulkan bahwa Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dari