• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan penurunan skor plak antara pemakai kayu siwak dan sikat gigi pada jemaah di Mesjid Hidayatul Islamiyah Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan penurunan skor plak antara pemakai kayu siwak dan sikat gigi pada jemaah di Mesjid Hidayatul Islamiyah Medan"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENURUNAN SKOR PLAK ANTARA

PEMAKAI KAYU SIWAK DAN SIKAT GIGI

PADA JEMAAH DI MESJID

HIDAYATUL ISLAMIYAH

MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

TRI ARGA UTAMA S. NIM: 090600090

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2014

Tri Arga Utama S

Perbedaan penurunan skor plak antara pemakai kayu siwak dan sikat gigi pada jemaah di Mesjid Hidayatul Islamiyah Medan

x + 26 halaman

(3)

sikat gigi. Sebagai kesimpulan bahwa pemakaian kayu siwak sama efektifnya dengan sikat gigi dalam menurunkan skor plak.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 7 Juli 2014

Pembimbing : Tanda tangan

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 7 Juli 2014

TIM PENGUJI KETUA : Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D ANGGOTA : 1. Simson Damanik, drg., M.Kes

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT. dan juga tak lupa menghaturkan salawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW. skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku dosen pembimbing atas arahan, bimbingan, keluangan waktu, saran, dukungan, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Simson Damanik, drg., M.Kes., dan Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes selaku tim penguji atas keluangan waktu dan saran kepada penulis dan juga Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM. atas kritik dan sarannya untuk penelitian penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Jemaah Mesjid Hidayatul Islamiyah Medan atas partisipasi dan konstribusinya pada penelitian ini dan Abah Izwenda selaku koordinator jemaah.

4. Armia Syahputra, drg. dan Lidya Irani Nainggolan, drg. selaku penasehat akademik.

5. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FKG USU Medan.

(7)

Sahabat-sahabat tersayang penulis Rizqa Butar-Butar, Rasyid, Raja, Dimas, Dery, Aulia, Wanda, Bang Budi dan teman-teman stambuk 2009 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan, doa, dan dukungan selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Sahabat-sahabat penulis Wibi Ucup, M. Haris, dan Rendy N. atas motivasi, doa dan pelajaran hidup.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan mutu kesehatan gigi masyarakat.

Medan, 7 Juli 2014

Penulis,

(Tri Arga Utama S.)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ...

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitiian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah dan Pengenalan Siwak ... 5

2.1.1 Kandungan Siwak ... 6

2.1.2 Bentuk Sediaan Siwak ... 7

2.1.3 Cara Pemakaian Kayu Siwak ... 8

2.1.4 Efek Pemakaian Kayu Siwak Terhadap Plak ... 9

2.2 Definisi Plak ... 10

2.2.1 Komposisi Plak ... 10

(9)

2.2.3 Faktor Predisposisi Pembentukan Plak ... 13

2.2.4 Pengukuran Skor Plak ... 13

2.3 Kerangka Konsep ... 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 17

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 17

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 18

3.6 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 18

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian ... 19

4.2 Pemeriksaan Skor Plak ... 20

BAB 5 PEMBAHASAN ... 22

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 24

6.2 Saran ... 24

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Kandungan bahan alami siwak dan efek biologisnya ... 6 2 Kriteria skor untuk indeks plak Quigley-Hein Modifikasi ... 16 3 Karakteristik umur subjek penelitian ... 19 4 Lama pemakaian kayu siwak pada kelompok pemakai kayu siwak ... 19 5 Analisis skor plak pada awal pemakaian (baseline) kayu siwak dan

sikat gigi dengan menggunakan uji T tidak berpasangan ... 20 6 Rerata skor plak sebelum dan sesudah memakai kayu siwak dan

sikat gigi ... 20 7 Rerata skor plak sebelum dan sesudah memakai kayu siwak dan

sikat gigi pada regio fasial dan lingual ... 21 8 Analisis hasil pengukuran selisih kelompok pemakai siwak dengan

kelompok pemakai sikat gigi menggunakan uji T tidak berpasangan

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kuesioner perbedaan penurunan skor plak antara memakai kayu siwak dan sikat gigi pada jemaah di Mesjid Hidayatul Islamiyah Medan

2 Surat persetujuan komite etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit dengan prevalensi yang cukup tinggi terjadi dan mempengaruhi kesehatan tubuh dan kulitas hidup. Penyakit periodontal merupakan salah satu permasalahan pada rongga mulut yang paling sering dijumpai. Faktor-faktor seperti kondisi geografis dan pola sosio-ekonomi mempengaruhi kasus ini.1,2

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga 2004, prevalensi penyakit periodontal mencapai 96,58% di Indonesia. Prevalensi penyakit periodontal juga sangat tinggi di dunia terutama pada anak-anak dan remaja yang mencapai hingga 80%. Salah satu faktor etiologi penyakit periodontal adalah karang gigi yang dijumpai pada 46,2% penduduk Indonesia. Penelitian di dua kecamatan di Kota Medan pada tahun 2004 menunjukkan prevalensi penyakit periodontal sebesar 96,58% dengan kebutuhan perawatan pembersihan karang gigi sebesar 85,18%.3 Penelitian di Bandung pada tahun 2005 menunjukkan rerata skor OHI-S pada kelompok umur 19-34 tahun sebesar 2,13 ± 0,91, umur 34-44 tahun 2,04 ± 0,69, dan kelompok umur >45 tahun 2,35 ± 1,03. Kondisi kebersihan gigi dan mulut ini mengindikasikan risiko terjadinya penyakit periodontal.4

(14)

yang rusak. Bila penyakit ini terus berlanjut dan tidak segera dirawat, maka lama kelamaan gigi akan menjadi goyang dan harus dicabut.5,6

Untuk memperoleh kondisi kesehatan gigi dan mulut yang baik perlu dilakukan aktifitas pembersihan yang rutin. Saat ini dapat ditemui berbagai alat pembersih gigi dan mulut modern yang beredar di masyarakat. Pada masa lalu masyarakat masih memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai alat kebersihan gigi dan mulut, dan kayu siwak merupakan salah satu di antaranya. Sampai saat ini masih terdapat kelompok masyarakat yang masih menggunakan kayu siwak sebagai alat pembersih gigi dan mulut tradisional. Siwak berasal dari tumbuhan dengan nama latin

Salvadora persica yangtelah digunakan sejak berabad lalu. Pemakaian siwak ataupun miswak telah lama digunakan sebagai bagian dari budaya dan kepercayaan dalam agama khususnya umat muslim.7,8

Salvadora persica diketahui mengandung trimethylamin dan salvadorin yang memiliki fungsi sebagai anti bakteri. Tumbuhan ini juga mengandung tannin, saponin, klorida, alkaloid salvadorin, vitamin C, flavonoid dan sterol. Beberapa penelitian epidemiologis memaparkan keuntungan pemakaian siwak terhadap prevalensi karies dan penyakit periodontal serta penelitian in vitro menunjukkan siwak memiliki kandungan antibakteri. Darout dkk. memperkirakan kandungan

thiocyanate dari siwak dapat menaikkan level thiocyanate dalam saliva dan mempengaruhi aktifitas anti mikroba. Hal ini dapat memperlancar sistem dalam

thiocyanate peroksidase sebagai senyawa anti mikroba dan menambah resistensi spesifik dan nonspesifik jaringan terhadap infeksi.9-11

(15)

gigi. Eid menyarankan pemakaian jenis siwak yang lembut untuk menghindari terjadinya resesi gingiva.12

Penelitian yang dilakukan oleh Bhambal dkk. pada kelompok pemakai siwak dan kelompok pemakai sikat gigi menunjukkan penurunan rerata skor plak di antara kedua kelompok tidak terdapat perbedaan penurunan skor plak yang . Skor plak diukur pada sisi bukal dan lingual. Rerata skor plak kelompok pemakai siwak pada awal penelitian adalah 0.52±0.15 dan 0.51±0.21, setelah tiga minggu menjadi 0.46±0.10 dan 0.45±0.13. Pada kelompok pemakai sikat gigi diperoleh 0.53±0.22 dan 0.54±0.22 menjadi 0.48±0.16 dan 0.48±0.15 (p>0,05). Hal ini menunjukkan pemakaian siwak mampu menurunkan skor plak sebaik pemakaian sikat gigi.13

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui perbedaan penurunan skor plak antara pemakai siwak dan pemakai sikat gigi pada jemaah pemakai siwak di Mesjid Hidayatul Islamiyah Medan. Kelompok jemaah ini merupakan salah satu komunitas yang masih menggunakan siwak sebagai alat kebersihan mulut sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan penurunan rerata skor plak antara pemakai kayu siwak dan pemakai sikat gigi pada jemaah di Mesjid Hidayatul Islamiyah Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum:

Untuk mengetahui perbedaan penurunan skor plak antara pemakai kayu siwak dan pemakai sikat gigi pada jemaah di Mesjid Hidayatul Islamiyah Medan.

Tujuan khusus:

1. Untuk mengetahui rerata skor plak sebelum dan sesudah memakai kayu siwak dan sikat gigi.

(16)

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Tidak ada perbedaan rerata skor plak sebelum dan sesudah memakai kayu siwak dan sikat gigi.

2. Tidak ada perbedaan selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah memakai kayu siwak dan sikat gigi.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi masukan kepada pemakai kayu siwak untuk melihat perbandingan penurunan skor plak antara kayu siwak dan sikat gigi

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah dan Pengenalan Siwak

Pada kebanyakan negara muslim, alat pembersih gigi dan mulut yang populer digunakan adalah kayu siwak. Siwak atau miswak diperoleh dari akar, ranting dan batang tanaman Salvadora Persica yang tumbuh di dataran Timur Tengah dan biasa digunakan sebagai sikat gigi guna membersihkan gigi dan struktur gingiva. Pemakaian siwak merupakan tradisi ke-Islaman yang dilakukan oleh bangsa Arab kuno, Babilonia, Yunani dan Romawi. Siwak dipercaya juga digunakan sebagai aktifitas pembersihan dan keagamaan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad S.A.W sekitar tahun 600 SM.8

Tanaman Salvadora Persica yang juga dikenal sebagai pohon arak merupakan tumbuhan yang memiliki ukuran tidak terlalu besar dan memiliki diameter sekitar satu kaki, tinggi 4-6 meter, berbatang lembut dan berwarna putih (Gambar 1). Tumbuhan yang mampu hidup hingga usia 25 tahun ini memiliki batang dan akar yang berpori-pori dan mudah dihancurkan oleh gigi. Akar tanaman ini menggembung dan akan menjadi lembut bila direndam di dalam air. Salvadora Persica ataupun siwak dipercaya memiliki kemampuan untuk membersihkan plak dan memelihara kesehatan rongga mulut.9,14

(18)

Siwak merupakan kayu sugi yang banyak digunakan pada negara berkembang sebagai sikat gigi tradisional. Selain karena alasan religius dan sebagai tradisi, pemakaian siwak juga didasarkan atas segi ekonomis siwak dibandingkan sikat gigi komersil, namun tetap diyakini siwak efektif dalam membersihkan gigi.15

2.1.1 Kandungan Siwak

Siwak ataupun miswak mengandung unsur-unsur yang bermanfaat dan memiliki kemampuan membersihkan gigi dan mulut. Penelitian yang dilakukan para ahli melaporkan tumbuhan ini memiliki banyak kandungan bermanfaat.

Tabel 1. Kandungan bahan alami siwak dan efek biologisnya16

Komponen Siwak Efek Biologis

Sodium klorida Antiphlogistic, anti jamur, anti bakteria, menstimulus gingiva, menyingkirkan kalkulus dan stein ekstrinsik

Potassium Klorida Antiphlogistic, anti jamur, anti bakteria, menstimulus gingiva dan menyingkirkan kalkulus dan stein ekstrinsik

Sulfur dengan kandungan organik salvadourea

Antiphlogistic, anti jamur, anti bakteria dan menstimulus gingiva

Asam olat Anti jamur, melindungi DNA dari spesies oksigen reaktif dan aktifitas anti bakteria Asam linoleat Anti jamur dan anti bakteria

Trimethylamine Antiphlogistic, anti bakteria dan menstimulus gingiva

Thiocyanate, benzylisothiocyanate

dan nitrat

Anti bakteria, anti jamur, aktifitas anti virus dan anti kariogenik

Silika Bahan abrasif penyingkir plak dan stein Vitamin C Membantu meyembuhkan luka dan

memperbaiki jaringan, anti aktifitas scorbutic, mengobati sariawan dan gusi berdarah

Resin Aksi protektif dengan membentuk lapisan di atas permukaan enamel

Tannin Astringen dan menstimulus saliva Saponin Anti bakteria dan anti jamur N-benzyl-2 phenylacetamide Aktifitas antimikroba

(19)

Komponen Siwak Efek Biologis

Flavenoid Anti bakteria, anti jamur, anti virus dan aktifitas sitotoksik

Fluoride Anti kariogenik dan membantu remineralisasi gigi

Minyak esensial (Benzyl nitril, egenol thymol, isothymol, eucalyptol, soterpinolene dan gamma-caryaphyllene)

Anti bakteria dan menstimulus saliva

Sodium bikarbonat Efek dentifrice Alkaloid Nitrogen dengan

kandungan organik salvadorine

Anti jamur, anti bakteria, menstimulus gingiva dan aktifitas sitotoksik

Kalsium Menghambat demineralisasi enamel dan remineralisasi gigi

Adanya kandungan alami Salvadora persica memberikan manfaat biologis bagi pemakai siwak terutama terhadap kesehatan rongga mulut. Jumlah kandungan yang besar dari trimethylamine, salvadourea, salvadorine dan golongan klorida pada siwak mampu menjadi anti bakteria, antiphlogistic dan penstimulus gingiva.15,16

2.1.2 Bentuk Sediaan Siwak

Selain digunakan sebagai alat pembersih gigi, siwak juga digunakan dalam bentuk sediaan lainnya, sebagai:14,17

1. Pasta gigi

Pasta gigi yang mengandung ekstrak siwak, selain mengandung bahan-bahan alami dari ekstrak siwak atau Salvadora Persica juga mengandung bahan-bahan kimia tambahan sehingga menjadi bentuk pasta yang dapat dipakai dengan sikat gigi.

Beberapa merk pasta gigi yang diproduksi dari Salvadora Persica seperti pasta gigi Sarkan (U.K.), pasta gigi Quali (Swiss), pasta gigi Epident (Mesir), pasta gigi Epident-F (Indonesia), Fluoroswak (Pakistan) dan Dentacare Miswak Plus (Arab Saudi).

2. Obat kumur

(20)

3. Bahan irigasi endodonti

Kayu siwak memiliki kandungan anti mikroba yang dapat dijadikan sebagai bahan irigasi endodonti. Kandungan kayu siwak mampu menyembuhkan jaringan setelah empat jam pemberian ekstrak kayu siwak.

2.1.3 Cara Pemakaian Kayu Siwak

Kayu siwak dapat digunakan sebagai alat pembersih gigi dan lidah. Bagian dorsal lidah dapat dibersihkan dengan cara mematahkan kayu siwak sehingga menjadi bentuk V dan digunakan untuk mengikis lidah guna menyingkirkan plak.17

Sebagai alat pembersih gigi, cara pemakaian kayu siwak pertama dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air agar mendapatkan batang yang lembut dari kayu siwak. Kemudian kunyah bagian ujungnya sehingga hancur dan berjumbai seperti halnya bulu sikat gigi. Agar tidak merusak gingiva saat dipakai, kayu sugi harus dikunyah hingga cukup lembut dan kemudian digosokkan pada permukaan bukal, lingual dan oklusal dari setiap gigi. Kayu siwak biasanya digunakan tanpa pasta gigi (Gambar 2).17

Gambar 2. Pemakaian kayu siwak tanpa menggunakan pasta gigi 18

(21)

turun, sedangkan cara yang kedua dilakukan dengan membuat gerakan memutar pada tiap gigi. Pemakaian kayu siwak dengan cara yang kasar dapat menyebabkan resesi gingiva seperti halnya sikat gigi terutama pada permukaan bukal. Kayu siwak yang kasar dan keras juga mendukung terjadinya hal tersebut. Teknik berputar dianggap lebih baik untuk pembersihan gigi dan dapat memberikan efek pemijatan dan menstimulasi gingiva.18,19

Ada dua cara menggemgam kayu siwak untuk membersihkan gigi (Gambar 3), yaitu:19

1. Genggaman pena, yaitu siwak ditempatkan diantara jari telunjuk dan jari tengah serta ibu jari disandarkan di depan kedua jari tersebut. Dua jari lainnya diletakkan di telapak tangan

2. Genggaman telapak tangan, yaitu siwak digenggam menggunakan empat jari dengan jari telunjuk berada di dekat ujung siwak. Ibu jari ditempatkan berhadapan dengan jari telunjuk dan mengontrol pergerakan kayu siwak.

Gambar 3. Cara menggemgam kayu siwak19

2.1.4 Efek Penggunaan Kayu Siwak Terhadap Plak

(22)

berdekatan, secara normal dihuni oleh jenis bakteri dalam jumlah dan jenis yang bervariasi. Seiring berjalannya waktu, bakteri yang bersatu dalam koloni akan membentuk plak gigi. Apabila jumlah plak gigi masih sedikit dan mampu ditolerir oleh pejamu, maka plak gigi tersebut tidak akan menimbulkan penyakit periodontal. Namun apabila pejamu tidak lagi mampu mengatasi pertumbuhan plak, maka dapat mengakibatkan penyakit pada gingiva maupun jaringan periodontal.20

Kalkulus yang juga merupakan mineralisasi ataupun kalsifikasi dari plak juga dapat dihindari. Kalkulus yang memiliki perlekatan yang lebih kuat daripada plak dapat dihindari dengan adanya kandungan klorida yang tinggi pada siwak dipercaya mampu mencegah pembentukan kalkulus dan mencegah pewarnaan pada gigi.21

Plak bakteri ataupun plak gigi diketahui sebagai faktor utama atau pencetus terjadinya penyakit gigi dan mulut, sehingga diperlukan adanya penyingkiran plak bakteri atau plak gigi dengan menggunakan alat dan teknik yang tepat. Siwak merupakan salah satu alat kebersihan yang dapat menyingkirkan plak dengan dua cara, yakni secara mekanis dan khemis.22

2.2 Definisi Plak

Telah diketahui bahwa plak memegang peranan penting dalam proses inflamasi jaringan lunak gigi. Efek destruktif ini terutama disebabkan karena kegiatan metabolisme mikroorganisme di dalam plak gigi tersebut. Oleh karena itu, plak dapat diartikan sebagai granular deposit tempat berkembang biaknya bakteri dan bertumpuknya produksi mikroorganime sebagai hasil dari metabolisme bakteri tersebut.23

(23)

2.2.1 Komposisi Plak

Dari hasil penelitian di laboratorium diketahui 20% dari pada plak gigi terdiri atas bahan padat organik dan anorganik serta 80% dari berat plak gigi terdiri dari air dan 70% bahan padat terdiri atas mikroorganisme. Bahan organik dari plak berisi protein polisakarida yang kompleks dengan komponen utamanya karbohidrat 30% dan protein 30%, lipid 15% dan sisanya masih belum diketahui dengan jelas. Karbohidrat terdapat dalam jumlah yang terbanyak di dalam matriks plak dalam bentuk dekstran, suatu polisakarida yang dihasilkan bakteri yang merupakan 9,5% dari jumlah seluruh plak gigi yang padat. Matriks karbohidrat lainnya adalah levan, suatu polisakarida yang juga diproduksi mikroorganisme plak gigi.24

Bahan anorganik dari dari plak terdiri atas kalsium dan sodium, dimana semua bahan ini terikat pada komponen organik matriks. Jumlah bahan anorganik pada plak yang baru terbentuk sedikit sekali. Apabila diberikan fluorida secara topikal pada gigi dan fluor dalam air maka komponen fluorida akan bercampur di dalam kandungan plak.23

Jenis-jenis mikroorganisme yang ada pada plak bervariasi pada setiap individu, lokasi dan umur dari plak. Daerah seluas 1 milimeter kubik yang terdapat plak dental memiliki berat sekitar satu miligram yang membawa lebih dari 100 juta bakteri. Bakteri gram positif yang terdapat pada plak adalah Streptococcus mutans,

Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, Streptococcus salivarius. Sementara bakteri gram negatif yang terdapat pada plak adalah diantaranya adalah Actinomyces viscosus dan Fusobacterium nucleatum.23,24

2.2.2 Mekanisme Pembentukan Plak

(24)

Pembentukan plak biasanya didahului oleh adanya deposisi pelikel saliva, walaupun plak juga dapat didapati melekat pada enamel. Pelikel saliva pada awalnya dikolonisasi oleh bakteri yang kebanyakan streptococcus gram positif.24

Mekanisme pembentukan plak terdiri atas dua tahap, yaitu: a. Tahap Pertama Pembentukan Plak

Langkah pertama pembentukan plak adalah absorbsi glikoprotein dan saliva pada permukaan gigi dan lapisan ini disebut pelikel. Pelikel merupakan suatu lapisan organik bebas bakteri dan terbentuk dalam beberapa menit setelah permukaan gigi yang bersih berkontak dengan saliva. Dalam waktu 24 jam pelikel-pelikel ini dapat mencapai ketebalan kurang lebih satu mikron.1

Pelikel merupakan film yang tipis, licin, tidak berwarna dan tersebar merata pada mahkota gigi dengan sedikit lebih banyak pada daerah dekat gingiva. Perlekatan utama dari S. Mutans pada pelikel sebagian karena adanya ikatan adhesin seperti lektin dengan reseptor α-galaktosida dan glikoprotein saliva. Menurut penelitian absorbsi protein saliva pada permukaan enamel terjadi karena adanya daya tarik menarik antara hidroksiapatit dari enamel dengan glikoprotein dari saliva. Pendapat ini menyatakan bahwa bakteri tidak memegang peranan dalam pembentukan lapisan pelikel dan hal ini didukung oleh kenyataan-kenyataan bahwa pelikel terbentuk secara terus menerus di atas permukaan enamel dan tidak tergantung pada ada tidaknya kolonisasi mikroorganisme.1,26

b. Tahap Kedua Pembentukan Plak

(25)

puluh. Plak yang tumbuh ini tergantung dari diet dan begitu pula bermacam-macam ketebalan yang dibentuk tergantung dari pada macam-macam makanan.23,24

Diet yang terdiri atas maltosa dan glukosa, akan dijumpai plak gigi yang tipis dan tak tentu strukturnya karena polisakarida yang terbentuk lebih sedikit. Bila diet diganti dengan sukrosa, plak ini akan menjadi tebal dan melekat. Hal ini disebabkan adanya pembentikan polisakarida ekstraseluler yang lebih banyak dihasilkan dari pemecahan sukrosa. Melalui bantuan Streptococcus mutans akan membentuk dekstrant dan levan. Diantaranya levan merupakan bahan penting karena dapat melekatkan plak pada gigi dan relatif tidak bisa larut dan tahan terhadap destruksi mikroorganisme. Levan termasuk hasil produksi yang penting karena jika sumber eksogen tidak ada maka levan dapat dipakai sebagai nutrisi dalam bentuk karbohidrat oleh mikroorganisme dalam plak. Plak juga dapat terbentuk lebih cepat antara jam makan dan waktu malam hari.23,24

2.2.3 Faktor Predisposisi Pembentukan Plak

Beberapa faktor lokal pada lingkungan gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak dan menghalangi pembersihan plak. Faktor ini disebut sebagai faktor retensi plak. Retensi yang keliru merupakan faktor yang menguntungkan bagi retensi plak. Tepi tumpatan yang berlebihan sangat sering ditemukan dan berasal dari penggunaan matriks yang ceroboh dan kegagalan untuk memoles bagian tepi. Walaupun tidak ada plak pada tepi restorasi, inflamasi bisa saja terjadi.1,6

Restorasi dengan kontur yang buruk, terutama dengan konturnya yang terlalu besar dan mahkota atau tumpatan yang terlalu cembung dapat menghalangi usaha penyikatan gigi yang efektif. Demikian juga pada kavitas karies terutama di dekat tepi gingiva dapat merangsang terbentuknya daerah timbunan plak.1,6

(26)

Susunan gigi yang tidak beraturan merupakan predisposisi dari retensi plak dan mempersulit upaya menghilangkan plak. Pada kasus kegagalan mengganti gigi yang tanggal juga dapat menyebabkan terjadinya timbunan plak dan kalkulus pada gigi-gigi non-fungsional antagonisnya.1,2,6

2.2.4 Pengukuran Skor Plak

Beberapa indeks sederhana dan dapat dipercaya tersedia untuk membantu dokter gigi dan peneliti mengukur status periodontal seseorang. Ada beberapa indeks yang biasa digunakan, namun yang perlu diingat bahwa tidak ada satupun indeks yang bisa digunakan untuk semau jenis penelitian. Indeks yang baik adalah indeks yang dapat dipercaya, sederhana dan mudah digunakan serta mudah dipahami dan dijelaskan kepada penderita.2

Tingkat perluasan dan keparahan dari penyakit periodontal dan faktor- faktor etiologinya seperti halnya plak dan kalkulus dental dinilai sebagai variabel kualitatif oleh setiap rata-rata sistem indeks. Namun demikian, terdapat beberapa masalah yang mungkin dialami yang harus diperhatikan seperti elemen yang bersifat subjektif dalam pengumpulan data dan perbedaan pendapat mengenai metode analisa statistik yang terbaik atau paling valid.6

Banyak indeks yang berkembang untuk mengukur plak diantaranya adalah:2,5,6,25

1. Indeks plak O’Leary

Indeks plak O’Leary cukup ideal untuk memonitor kebersihan mulut. Indeks plak ini menggunakan gambar atau grafik yang dapat menunjukkan lokasi plak sehingga memungkinkan dokter gigi dan pasien untuk melihat kemajuan setelah pasien melakukan kontrol plak. Selain itu, gambar tersebut memudahkan dokter gigi menentukan lokasi penumpukan plak dan bagian mana yang harus lebih ditekankan penyikatan giginya atau pembersihan dengan benang gigi.

(27)

dan dibagi dengan jumlah total permukaan yang ada dalam rongga mulut dan dikalikan seratus. Hasil inilah yang merupakan nilai indeks plak pasien. Untuk mengevaluasi perkembangan kontrol plak pasien, maka dapat dilakukan dengan membandingkan indeks skor awal dan berikutnya.

2. Indeks Plak L

ö

e dan Silness

Indeks ini dikembangkan oleh L

ö

e dan Silness pada tahun 1964. Indeks ini digunakan terhadap penilaian plak yang berada di sekitar margin gingiva. Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap enam gigi sebagai representatif terhadap seluruh gigi di rongga mulut. Gigi tersebut adalah gigi molar satu kanan, gigi insisivus dua kanan dan gigi premolar satu kiri pada rahang atas. Pada rahang bawah adalah gigi premolar satu kanan, gigi insisivus dua kiri dan gigi molar satu kiri. Pemeriksaan dilakukan pada permukaan mesial, distal, bukal dan lingual dan dinilai secara terpisah. Skor akhir indeks plak adalah rata-rata dari keseluruhan skor permukaan.

3. Oral Higiene Index dan Oral Higiene Index Simplified (OHI dan OHI-S) Pemeriksaan dilakukan pada enam gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31 dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya, sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Apabila gigi 11 tidak ada diganti dengan gigi 21 dan sebaliknya. Indeks ini merupakan salah satu indeks yang populer digunakan untuk menentukan status kebersihan mulut pada penelitian epidemiologis. Pada awalnya indeks ini disebut OHI yang dikembangkan oleh Greene dan Vermillion pada tahun 1960 dan empat tahun kemudian dimodifikasi dengan nama indeks Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S).

Pemeriksaannya terdiri atas pemeriksaan skor debris dan skor kalkulus. Masing-masing skor dijumlahkan dan total skor OHI diperoleh dari penjumlahan skor debris dan kalkulus. Untuk mengukur rerata skor OHI adalah jumlah total OHI dibagi dengan jumlah permukaan yang diperiksa.

4. Plak Formation Rate Index (PFRI)

(28)

gigi. Pemahaman tentang pentingnya faktor yang dapat mengontrol pembentukan plak gigi merupakan alasan dibuatnya indeks ini.

5. Quigley-Hein Index (QHI)

Indeks ini dikembangkan pada tahun 1962 oleh G. A. Quigley dan J. W. Hein. Penilaian terhadap plak pada permukaan labial gigi anterior dengan pengukuran skala dari 0-5.

6. QHI (Modifikasi Turesky)

Indeks ini dikembangkan pada tahun 1970 oleh S. Turesky, N. D. Gilmore dan I. Glickman dan merupakan modifikasi dari indeks Quigley-Hein. Penilaian terhadap permukaan fasial dan lingual dari seluruh gigi kecuali gigi molar ketiga.

Tabel 2. Kriteria skor indeks Quigley-Hein (modifikasi Turesky)

Skor Kriteria

0 Tidak terdapat plak

1 Terdapat sedikit plak pada daerah margin gigi 2 Selapis tipis plak (1mm) pada batas servikal gigi

3 Plak menutupi lebih dari 1mm, tapi tidak mencapai 1/3 permukaan gigi 4 Plak menutupi 1/3 gigi, tapi tidak mencapai 2/3 permukaan gigi

5 Plak menutupi 2/3 atau lebih permukaan gigi

Cara penghitungan skor:

(29)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post test design group, yaitu dengan melakukan observasi awal sebelum diberikan perlakuan dan observasi setelah diberikan perlakuan

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Mesjid Hidayatul Islamiyah Jalan Gajah Kelurahan Pandau Hulu II, Kecamatan Medan Kota. Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah ±6 bulan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh jemaah Mesjid Hidayatul Islamiyah Medan. Sampel yang digunakan memiliki kriteria inklusi bersedia ikut dalam penelitian dan kriteria eksklusi memiliki kondisi gigi crowding berat.

Sampel diambil secara purposif, artinya sampel diambil sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi hingga mencapai jumlah sampel yang dihendaki, yaitu sebesar 40 orang yang terbagi atas dua kelompok perlakuan, yaitu 20 orang kelompok kasus (memakai kayu siwak) dan 20 orang kelompok kontrol (memakai sikat gigi).

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Skor plak

Skor plak adalah skor plak yang diukur pada sisi fasial dan lingual dari setiap gigi menggunakan indeks Quigley-Hein modifikasi Turesky.

2. Pemakai kayu siwak

(30)

Orang yang sehari-hari membersihkan gigi dengan memakai sikat gigi.

4. Variabel perlakuan pada kelompok 1: memakai kayu siwak sesuai dengan kebiasaan selama dua menit.

Variabel perlakuan pada kelompok 2: memakai sikat gigi tanpa pasta gigi sesuai dengan kebiasaan selama dua menit.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data karakteristik responden dilakukan dengan wawancara secara langsung. Pengukuran skor plak dilakukan dengan cara:

1. Sehari sebelum penelitian, dilakukan pengambilan sampel sesuai dengan kriteria inklusi. Kemudian sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pemakai siwak dan sikat gigi.

2. Dilakukan pemeriksaan plak sebelum dilakukan perlakuan memakai kayu siwak dan menyikat gigi. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde. Pemeriksaan pada setiap gigi dilakukan pada sisi fasial dan lingual. Setiap permukaan gigi dibagi secara horizontal atas sepertiga gingiva, sepertiga tengah dan sepertiga insisal. Untuk mengukur indeks plak, sonde digesekkan pada tiap sepertiga gigi dan diberi skor sesuai kriteria indeks plak Quigley-Hein modifikasi.

3. Setelah pemeriksaan plak pertama, sampel diinstruksikan untuk tidak melakukan aktifitas pembersihan gigi selama ±24 jam.

4. Setelah ±24 jam, sampel dilakukan perlakuan memakai kayu siwak dan sikat gigi. Kemudian dilakukan pemeriksaan plak seperti pemeriksaan yang pertama untuk melihat hasil setelah diberikan perlakuan.

3.6 Pengolahan Data dan Analisis Data

(31)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Sampel penelitian ini berkisar dari usia 21-55 tahun. Pada kelompok pemakai kayu siwak paling banyak berusia 26-35 tahun dengan jumlah 8 orang (40%), sedangkan pada kelompok pemakai sikat gigi paling banyak berusia 36-45 tahun berjumlah 8 orang (40%) (Tabel 3).

Tabel 3. Karakteristik umur subjek penelitian

Kategori Umur (tahun)

Kayu Siwak Sikat Gigi

n % n %

Pada kelompok kasus paling banyak menggunakan kayu siwak lebih dari 5 tahun dengan jumlah 8 orang (40%), kemudian 3-5 tahun sebanyak 7 orang (35%) dan kurang dari 3 tahun sebanyak 5 orang (25%) (Tabel 4).

Tabel 4. Lama pemakaian kayu siwak pada kelompok pemakai kayu siwak

Lama Pemakaian Kayu Siwak n %

<3 5 25

3-5 7 35

>5 8 40

Total 20 100

4.2 Pemeriksaan Skor Plak

(32)

Tabel 5. Analisis rerata skor plak awal pemakaian (baseline) pada pemakai kayu siwak dan sikat gigi dengan menggunakan uji T tidak berpasangan

Kelompok Perlakuan n Rerata ± SD Nilai p

Kayu siwak 20 2,23±0,37

0,035

Sikat gigi 20 1,95±0,41

Rerata skor plak pada kelompok perlakuan pemakai kayu siwak adalah 2,23±0,37 dan sesudah memakai kayu siwak 1,90±0,48. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang antara skor plak sebelum dan sesudah pemakaian kayu siwak (p=0,000).

Rerata skor plak kelompok kontrol sebelum memakai sikat gigi adalah 1,95±0,41 dan sesudah memakai sikat gigi 0,62±0,30. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang antara skor plak sebelum pemakaian sikat gigi dengan skor plak sesudah pemakaian sikat gigi (p=0,000) (Tabel 6).

Tabel 6. Rerata skor plak sebelum dan sesudah memakai kayu siwak dibandingkan sikat gigi

Sebelum Sesudah Selisih

X SD X SD X SD

Kayu Siwak 20 2,23 0,37 0,95 0,48 1,28 0,52 p=0,000

Sikat Gigi 20 1,95 0,41 0,62 0,30 1,33 0,22 p=0,000

(33)

Tabel 7. Rerata skor plak sebelum dan sesudah memakai kayu siwak dan sikat gigi pada regio fasial dan lingual

Kelompok

Uji statistik dengan uji T tidak berpasangan antara selisih rerata skor kelompok kontrol dengan kelompok kasus menunjukkan nilai p=0,700 (p>0,05) (Tabel 8). Artinya tidak terdapat perbedaan yang antara penurunan rerata skor plak kelompok kasus dengan penurunan rerata skor plak kelompok kontrol.

Tabel 8. Analisis hasil pengukuran selisih kelompok pemakai siwak dengan kelompok pemakai sikat gigi menggunakan uji T tidak berpasangan

Kelompok n Selisih Rerata ± SD Nilai p

Pemakai kayu siwak 20 1,28±0,53

(34)

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada penelitian yang dilakukan terhadap jemaah mesjid Hidayatul Islamiyah diketahui 40% dari sampel kelompok kontrol telah menggunakan kayu siwak lebih dari lima tahun dengan rentang umur 31-54 tahun. Hal ini mungkin dibarengi dengan pengamalan terhadap syariat Islam yang telah lama ditekuni dan pemakaian kayu siwak termasuk salah satu anjuran agama diantaranya sebagaimana diriwayatkan dalam hadis “Nabi Muhammad Saw. bersabda: bersiwak merupakan langkah mensucikan mulut dan hal ini sangat disukai Allah Swt.” (HR. Bukhari).7

Hasil analisis terhadap kedua kelompok penelitian menunjukkan rerata skor plak awal (baseline) kelompok pemakai sikat gigi lebih baik daripada rerata skor plak awal kelompok pemakai kayu siwak. Terdapat perbedaan yang antara skor plak sebelum pemakaian kedua kelompok. Hasil ini berkorelasi dengan penelitian Patel dkk. yang melaporkan kelompok pemakai sikat gigi memiliki skor plak yang lebih baik dibandingkan kelompok pemakai siwak. Hal ini menunjukkan kelompok pemakai sikat gigi memiliki kontrol plak yang lebih baik dibandingkan kelompok pemakai kayu siwak. Pemakaian kayu siwak merupakan bentuk tradisional dari sikat gigi yang digunakan pada masa lampau. Seperti halnya sikat gigi, kayu siwak juga mampu membersihkan plak dengan efek mekanisnya. Sikat gigi moderen dengan bentuk yang lebih baik dan juga lebih fungsional mungkin menyebabkan skor plak yang lebih baik pada pemakai sikat gigi dibandingkan pemakai kayu siwak.11

(35)

berkorelasi dengan penelitian oleh Patel dkk. yang memperoleh hasil penurunan skor plak yang signifikan pada kelompok pemakai kayu siwak dan sikat gigi. Patel dkk. mendapati skor plak pemakai kayu siwak di awal dan akhir penelitian adalah 2,90±0,36 dan 1,10±0,16 (p=0,000). Skor plak kelompok pemakai sikat gigi di awal dan akhir penelitian adalah 2,91±0,23 dan 0,72±0,16 (p=0,000).24 Hal ini mungkin dikarenakan adanya kandungan antibakteri kayu siwak yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri pencetus plak. Darout dkk memaparkan ekstrak kayu siwak dapat menghambat spesies bakteri yang merupakan etiologi dari plak diantaranya S. mutans, S. salivarius, S. mitis dan S. sanguis. Bhuiyan dkk menambahkan asetonik ekstrak dari kulit kayu siwak dengan konsentrasi <1% dapat menekan laju pertumbuhan bakteri.11,13

(36)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Rerata skor plak sebelum pemakaian (baseline) kayu siwak dan sikat gigi adalah 2,23±0,37 dan 1,95±0,41 (p=0,035). Hal ini menunjukkan pemakai sikat gigi memiliki kontrol plak yang lebih baik dibandingkan pemakai kayu siwak

2. Rerata skor plak pada kelompok perlakuan pemakai kayu siwak adalah 2,23±0,37 dan sesudah memakai kayu siwak 1,90±0,48, sehingga mengalami penurunan sebesar 1,28±0,52 (p=0,000), hal ini menunjukkan pemakaian kayu siwak efektif dalam menurunkan skor plak. Rerata skor plak kelompok kontrol sebelum memakai sikat gigi adalah 1,95±0,41 dan sesudah memakai sikat gigi 0,62±0,30, sehingga mengalami penurunan sebesar 1,33±0,22 (p=0,000), hal ini juga menunjukkan pemakaian sikat gigi efektif dalam menurunkan plak.

3. Kelompok pemakai kayu siwak mengalami penurunan rerata skor plak sebesar 1,28±0,52 dan kelompok pemakai sikat gigi mengalami penurunan rerata skor plak sebesar 1,33±0,22. Perbandingan rerata selisih kedua kelompok tidak terdapat pebedaan yang bermakna (p=0700) yang menandakan pemakaian kayu siwak sama efektifnya dengan pemakain sikat gigi dalam menurunkan skor plak.

4. Kayu siwak merupakan bentuk tradisional dari sikat gigi yang juga mampu membersihkan plak dengan efek mekanisnya. Pemakaian kayu siwak yang merupakan bagian dari tradisi keagamaan dapat mengurangi plak seefektif pemakaian sikat gigi.

6.2 Saran

(37)

2. Pemakai kayu siwak harus menjaga kebersihan kayu siwak dengan menyimpannya di wadah yang tertutup untuk mencegah kontaminasi bakteri.

3. Pemakai kayu siwak hendaknya membersihkan seluruh regio gigi terutama regio lingual rahang bawah yang sulit dijangkau oleh kayu siwak.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

1. Cappeli DP, Mobley CC. Prevention in clinical oral health care. 1st ed., Philadelphia: Elsevier, 2008: 14-18, 57-62.

2. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi & mulut sehat pencegahan dan pemelharaan. Medan: USU Press, 2012: 29-35.

3. Tampubolon NS. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup. Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap Universitas Sumatera Utara. Medan, 2005: 2-14.

4. Tjahja I, Lely MA. Hubungan kebersihan gigi dan mulut dengan pengetahuan dan sikap responden di beberapa puskesmas di propinsi jawa barat. Media Litbang Kesehatan 2005; 4: 1-7.

5. Chestnutt IG, Gibson J. Clinical Dentistry. 3rd ed., Philadelphia: Elsevier, 2007: 198-209.

6. Daelimunthe SH. Periodonsia. Medan: USU Press, 2008: 52-7, 118-125.

7. Nordin FN, Mohsain SR, Tanizi SM, Razzak MM. A review on the sunnah of miswak (salvadora persica) and its potentially to improve oral health. Revelation and Science 2012; 2: 33-41.

8. Tubaishat RS, Dorby ML, Bauman DB, Box CE. Use of miswak versus toothbrushes: oral health beliefs and behaviours among a sample of jordanians adults. Int J Dent Hygiene 2005; 3: 126-36.

9. Marioud AA, Matthaus B, Hussein IH. Chemical characterization of the seed and antioxidant activity of various parts of salvadora persica. J Am OiL Chem Soc 2009; 86: 857-65.

(39)

11. Patel PV, Shruthi S, Kumar S. Clinical effect of miswak as an adjunct to tooh brushing on gingivitis. Journal of Indian Society of Periodontology 2012; 16: 84-8.

12. Eid MA, Selim HA, Al-Shammery. The relationship between chewing sticks (miswaks) and periodontal health. II. Realtionship to plaque, gingivitis, pocket depth and attachment loss. Quintessence Int 1990, 21: 1019-22.

13. Bhambal A, Kothari S, Saxena S, Jain M. Comparative effect of neemstick and toothbrush on plaque removal and gingival health-a clinical trial. J. Adv Oral Research 2011; 3: 51-5.

14. Khatak M, Khatak S, Siddqui AA, Vasudeva N, Aggarwal A, Aggarwal P. Salvadora persica. Phcog Rev 2010; 4: 209-14.

15. Akhtar J, Siddique KM, Bi S, Mujeeb M. A review on phytochemical and pharmacological investigations of miswak (salvadora persica linn). Journal of Pharmacy and Bioallied Sciences 2011; 3: 113-7.

16. Masood Y, Masood M, Hassan MI, Al-bayaty FH. Biological effect of miswak (salvadora persica). Neutraceutical Research 2010; 8: 161-8.

17. Al Sadhan RI, Almas K. Miswak (chewing stick): a cultural and scientific heritage. The Saudi Dent J 1999; 11: 1-8.

18. Baeshen HA, Kjelberg H, Lingstrom P, Birkhed D. Uptake and release of fluoride from fluoride impregnated chewing sticks (miswaks) in vitro and in vivo. Caries Res 2008; 42: 363-67.

19. Abutteen MR. Siwak as an oral hygiene aid in patients with fixed orthodontic appliances. Tesis. Yordania: Program Studi Magister Periodonsia Jordan University of Science and Technology, 2005: 4-6.

(40)

21. Darout IA, Albandar JM, Skaug N. Periodontal status of adut sudanese habitual users of miswak chewing sticks or toothbrushes. Acta Odontol Scand 2000; 58: 25-30.

22. Sofrata A, Lingstrom P, Baljoon, Gustafsson A. The effect of miswak extract on plaque ph. Caries Res 2007; 41: 451-4.

23. Clerehugh V, Tugnoit A, Genco R. Periodontology at a glance. 1st ed., Oxford: Wiley-Blackwell, 2009: 8-11.

24. Mueller HP. Periodontology the essentials. New York: Thieme, 2005: 24-36. 25. Shetty RM, Shetty S, Sachin, Amirisettty R, Agrawal A. Comparative study to

asses the effect of chewing stick and toothbrush on oral hygiene and periodontal status amog indian population. Int J Public Health Dentistry 2010; 1: 6-12.

(41)

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nomor : Tanggal :

PERBEDAAN PENURUNAN SKOR PLAK ANTARA MEMAKAI KAYU SIWAK DAN SIKAT GIGI PADA JEMAAH

DI MESJID HIDAYATUL ISLAMIYAH MEDAN

DATA RESPONDEN

Nama :

A. Umur : tahun A

1. Alat pembersih apa yang anda gunakan untuk membersihkan gigi 1 sehari-hari?

a. Kayu siwak b. Sikat gigi

c. Kayu siwak dan sikat gigi

2. Jika jawaban anda (a), sudah berapa lama anda memakai siwak? 2 a. <3 tahun

b. 3-5 tahun c. >5 tahun

3. Apakah Anda memakai alat pembersih gigi selain siwak/sikat gigi? 3 a. Ya, sebutkan

b. Tidak

(42)

A. PEMERIKSAAN SKOR PLAK (QUIGLEY-HEIN MODIFIKASI) jumlah permukaan gigi yang diperiksa

= 4

B. PEMERIKSAAN SKOR PLAK (QUIGLEY-HEIN MODIFIKASI) SETELAH PERLAKUAN jumlah permukaan gigi yang diperiksa

= 5

Skor Kriteria

0 Tidak terdapat plak

1 Terdapat sedikit plak pada daerah margin gigi 2 Selapis tipis plak (1mm) pada batas servikal gigi

3 Plak menutupi lebih dari 1mm, tapi tidak mencapai 1/3 permukaan gigi 4 Plak menutupi 1/3 gigi, tapi tidak mencapai 2/3 permukaan gigi

(43)

Frequencies

Statistics

usia sampel siwak

N Valid 20

Missing 0

usia sampel siwak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 21-25 3 15.0 15.0 15.0

26-35 8 40.0 40.0 55.0

36-45 7 35.0 35.0 90.0

46-55 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Statistics

usia sampel sikat gigi

N Valid 20

Missing 0

usia sampel sikat gigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 21-25 3 15.0 15.0 15.0

26-35 4 20.0 20.0 35.0

36-45 8 40.0 40.0 75.0

46-55 5 25.0 25.0 100.0

(44)

T-Test

Sebelum siwak dengan sebelum sikat gigi

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

SebelumPemakaian Sebelum Siwak 20 2.2300 .37431 .08370

Sebelum Sikat Gigi 20 1.9550 .41987 .09389

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence

Difference Lower Upper

Sebelum

Deviation Std. Error

(45)
(46)

T-Test

Pair 1 sebelum sikat gigi & sesudah

(47)
(48)

T-Test

Selisih siwak dengan sikat gigi

Group Statistics

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence

Difference Lower Upper

Gambar

Gambar 1. Tanaman Salvadora Persica15
Tabel 1. Kandungan bahan alami siwak dan efek biologisnya16
Gambar 2. Pemakaian kayu siwak tanpa menggunakan pasta gigi 18
Gambar 3. Cara menggemgam kayu siwak19
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam setiap siklus menstruasi lapisan dinding rahim menebal dengan tumbuhnya pembuluh darah dan jaringan, untuk mempersiapkan diri menerima sel telur yang akan dilepaskan oleh

subjek penelitian yang akan dilakukan pada suporter sepak

Dari hasil monitoring proses pembelajar'an siklus 2 diperoleh ternuan sebagai berikut : (1) kegiatan penrbelajaran berlangsung lancer dan lebih efektif, (2) kegiatan

Bunga Asya di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar. Tujuan kegiatan ini adalah untuk: a) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok Guru TK/PAUD Bunga Asya

Hasil penelitian bulan kedelapan temephos masih efektif membunuh jentik Ae.aegypti yang resisten terhadap malation, permethrin, lamdacyhalithrin dan bendiocarb pada

(2) Strategi peningkatan kualitas fasilitas kepariwisataan yang mendorong pertumbuhan, meningkatkan kualitas dan daya saing kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam

Judul Percobaan aaaaaa :”PENGGUNAAN INVERTER UNTUK PENGATURAN PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR.. SANGKAR (Aplikasi Pada Pompa Air

Mandibula pada kasus post trauma dengan menggunakan Bone Window dan. 3Dimensipada alat CT-Scane 64