• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan usaha pembesaran ikan gurame kelompok tani mina makmur, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan usaha pembesaran ikan gurame kelompok tani mina makmur, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

iii

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

PEMBESARAN IKAN GURAME KELOMPOK TANI

MINA MAKMUR, KECAMATAN DRAMAGA,

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

DERITA WATI VERA WAKINA BR SITEPU H34104128

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

DERITA WATI VERA WAKINA BR SITEPU. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Gurame Kelompok Tani Mina

Makmur, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SITI JAHROH).

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang menjadi mayoritas di Indonesia, sehingga aktivitasnya sangat berperan dalam menyokong perekonomian bangsa. Pengembangan UKM perlu mendapatkan perhatian lebih baik dari pemerintah maupun masyarakat, agar dapat berkembang dan lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya.

Pembesaran gurame merupakan salah satu usaha budidaya perikanan yang memiliki potensi dalam menumbuhkembangkan industri kecil dan menengah. Usaha pembesaran gurame dinilai sebagai salah satu usaha yang sangat prospektif, mengingat tingginya permintaan pasar terhadap gurame konsumsi. Hal ini juga terkait dengan peningkatan perekonomian masyarakat yang berakibat pada peningkatan konsumsi protein, yang salah satunya bersumber dari daging ikan. Fenomena ini terlihat terutama di kota-kota besar yang ditandai dengan semakin banyaknya pusat-pusat kuliner berbahan dasar ikan.

Berdasarkan persentase produksi ikan gurame, sampai saat ini tercatat lima provinsi penghasil ikan gurame terbesar di Indonesia, yaitu Jawa Barat (34,04%), Jawa Tengah (18,67%), Sumatera Barat (15,44%), Jawa Timur (14,98%), dan Nusa Tenggara Barat (2,7%) (Khairuman, 2011). Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi ikan gurame di provinsi Jawa Barat. Meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat yang didukung dengan adanya program germani (gemar makan ikan) merupakan peluang bagi Kelompok Tani Mina Makmur sebagai salah satu kelompok pembudidaya ikan gurame. Oleh karena itu, dalam rangka memenuhi peluang tersebut Kelompok Tani Mina Makmur berencana untuk menambah skala usahanya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengembangan usaha ikan gurame Kelompok Tani Mina Makmur layak atau tidak untuk dijalankan. Dalam hal ini, peneliti melakukan analisis kelayakan usaha dengan mengkaji dua aspek yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial lingkungan yang dilakukan secara kualitatif.Sedangkan aspek finansial dilihat dari kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP) serta menganalisis tingkat switching value terhadap variabel output maupun variabel input yang dilakukan dengan metode kuantitatif dan dipaparkan secara deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2012 hingga Desember 2012.

(3)

ii permintaan konsumen, dan saluran tata niaga yang tidak terlalu panjang sehingga dapat menjaga keuntungan pemilik usaha. Berdasarkan analisis kelayakan usaha aspek teknis dapat disimpulkan bahwa usaha Kelompok Tani Mina Makmur layak untuk dilaksanakan karena lokasi usaha dekat dengan sumber bahan baku dan pasar, sarana dan prasarana yang mendukung, serta peralatan yang memadai.

Berdasarkan analisis kelayakan usaha aspek manajemen dan hukum dapat disimpulkan bahwa usaha Kelompok Tani Mina Makmur layak untuk dilaksanakan karena terpenuhinya empat fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling. Sedangkan dari aspek hukum, Kelompok Tani Mina Makmur sudah memiliki kekuatan hukum yang akan memberikan jaminan untuk memperlancar kegiatan bisnis. Berdasarkan analisis kelayakan usaha aspek sosial lingkungan dapat disimpulkan bahwa usaha Kelompok Tani Mina Makmur layak untuk dilaksanakan karena tidak menimbulkan limbah yang dapat menganggu masyarakat sekitar perusahaan dan mendukung pendapatan rumah tangga karena telah mempekerjakan orang-orang yang berasal dari sekitar perusahaan yang masih memiliki hubungan keluarga dengan pemilik usaha.

(4)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

PEMBESARAN IKAN GURAME KELOMPOK TANI

MINA MAKMUR, KECAMATAN DRAMAGA,

KABUPATEN BOGOR

DERITA WATI VERA WAKINA BR SITEPU H34104128

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

iv Disetujui,

Pembimbing

Siti Jahroh, Ph.D

NIP. 19771126 200812 2001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1002

Tanggal Lulus :

Judul Skripsi n Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Gurame Kelompok : Tani Mina Makmur, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Nama : Derita Wati Vera Wakina Br Sitepu

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis

Kelayakan Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Gurame Kelompok Tani Mina

Makmur, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum

pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

(7)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Namurih, Sumatera Utara pada tanggal 06 Mei 1986. Penulis adalah anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M. Laris Sitepu dan Nursiah Br. Ginting.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri No.028303

Kotamadya Binjai (1992-1998), kemudian melanjutkan pendidikan sekolah

menengah pertama di SLTP Negeri 10 Kotamadya Binjai (1998-2001). Jenjang pendidikan sekolah menengah atas ditempuh oleh penulis di SMA Taman Siswa

Kotamadya Binjai (2001-2004).

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Gurame Kelompok Tani Mina Makmur, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor”. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulisan skripsi ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha baik dari segi non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen dan aspek sosial lingkungan) dan segi finansial terhadap Kelompok Tani Mina Makmur. Diharapkan hasil kajian ini dapat bermanfaat sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan bagi Kelompok Tani Mina Makmur dan semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Maret 2013

(9)

viii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya penelitian ini dapat terselesaikan. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Siti Jahroh, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, serta saran mulai dari persiapan penelitian sampai penulisan selesai.

2. Dr. Ir. Suharno, MAdev selaku dosen penguji utama dan Arief Karyadi Uswandi, SP selaku penguji akademis pada sidang penulis yang bersedia memberikan waktu memeriksa skripsi ini dan memberikan kritik serta saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Tintin Sarianti, Sp, MM selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang sudah memberikan masukan, arahan serta saran dalam persiapan penelitian.

4. Pihak Kelompok Tani Mina Makmur yang telah memberikan data-data yang penulis butuhkan untuk kelancaran penulisan skripsi.

5. Orang tua, keluarga dan calon suami yang selalu ada memberikan cinta, doa, semangat yang tiada henti kepada penulis.

6. Sahabat seperjuangan Ibu Shinta, Sherly Marcelina, Nanda, Ani, Naya, Imel, fince, Wilma, Dewinta dan Deo yang selalu memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian penelitian ini.

7. Teman-teman Agribisnis Angkatan 7 dan Ahlijenis 1 atas dukungan, semangat, saran dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Bogor, Maret 2013

(10)

DAFTAR ISI

2.1. Agribisnis Perikanan Budidaya Gurame ... 9

2.2. Karakteristik Ikan Gurame ... 9

2.3. Pembesaran Ikan Gurame ... 11

2.3.1. Sistem Pembesaran Gurame ... 11

2.3.2. Pangaturan Kepadatan Ikan ... 12

2.3.3. Pemberian Pakan ... 12

2.4. Studi Kelayakan Budidaya Ikan Gurame ... 12

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

3.5. Kerangka Pemikiran Operasional ... 26

(11)

x

V DESKRIPSI PERUSAHAAN DAN PETANI ... 39

5.1. Sejarah Singkat Kelompok Pembudidaya ... 39

5.2. Gambaran Umum Lokasi Perusahaan ... 39

5.2.1 Letak dan Keadaan Umum ... 39

5.2.2 Kependudukan ... 40

5.2.3 Sarana dan Prasarana ... 42

VI ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL ... 43

6.1. Analisis Aspek Teknis ... 43

6.1.1. Lokasi dan Sumberdaya Produksi Usaha Ikan Gurame ... 43

6.1.2. Fasilitas Penunjang Usaha Ikan Gurame ... 43

6.1.3. Teknik Pengembangan Pembesaran Ikan Gurame .. 44

6.2. Analisis Aspek Pasar ... 47

6.3. Aspek Organisasi, Manajemen dan Hukum ... 50

6.4. Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya ... 51

6.5. Analisis Aspek Lingkungan ... 52

VII ASPEK KELAYAKAN FINANSIAL ... 54

7.1. Analisis Finansial “Tanpa Pengembangan Usaha” ... 54

7.1.1. Arus Penerimaan (Inflow) ... 54

7.1.2. Arus Pengeluaran (Outflow) ... 56

7.1.3. Kriteria Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Gurame Mina Makmur ... 58

7.2.3. Kriteria Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Gurame Mina Makmur ... 65

7.2.4. Analisis Laba Rugi ... 67

7.2.5. Analisis Switching Value ... 67

7.3. Manfaat Bersih Tambahan Usaha Pembesaran Ikan Gurame “Dengan Pengembangan”dibandingkan dengan Usaha “Tanpa Pengembangan” ... 68

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produk Domestik Bruto Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 - 2011 (miliar

rupiah) ... 1

2. Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya Tahun 2008-2010 (dalam satuan ton) ... 3

3. Jumlah Produksi Ikan Konsumsi Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2011 (dalam satuan ton). ... 4

4. Permintaan Ikan Gurame pada Beberapa Rumah Makan atau Restoran di Kabupaten Bogor Tahun 2011-2012 ... 6

5. Jumlah Penduduk Desa Petirberdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011 ... 41

6. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2011 ... 41

7. Sarana dan Prasarana Desa Petir Tahun 2011 ... 42

8. Perkembangan Produksi Ikan Konsumsi Kabupaten Bogor ... 48

9. Kriteria Kelayakan Aspek Non Finansial ... 53

10. Proyeksi Arus Penerimaan Usaha Pembesaran Ikan Gurame “Tanpa Pengembangan Usaha” Selama 10 Tahun ... 55

11. Biaya Tetap Kelompok Mina Makmur “Tanpa Pengembangan Usaha” ... 57

12. Biaya Variabel Mina Makmur “Tanpa Pengembangan Usaha” ... 58

13. Kriteria Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Gurame Mina Makmur “Tanpa Pengembangan Usaha” ... 60

14. Proyeksi Arus Penerimaan Usaha Pembesaran Ikan Gurame “Dengan Pengembangan Usaha” Selama 10 Tahun... 62

15. Biaya Tetap Mina Makmur “Dengan Pengembangan Usaha” ... 64

16. Biaya Variabel Mina Makmur “Dengan Pengembangan Usaha” .. 65

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Produksi Perikanan per Komoditas di Kolam Air Tenang 2011... 75 2. Kuesioner ... 77 3. Investasi Kelompok Tani Mina Makmur “Tanpa

Pengembangan Usaha”... 81 4. Laba Rugi Kelompok Tani Mina Makmur “Tanpa

Pengembangan Usaha”... 81 5. Cashflow Kelompok Tani Mina Makmur “Tanpa Pengembangan” 81 6. Switching Value Penurunan Produksi 8 Persen Kelompok Tani

Mina Makmur “Tanpa Pengembangan Usaha”... 81 7. Switching Value Kenaikan Pakan 2,35 Persen Kelompok Tani

Mina Makmur “Tanpa Pengembangan Usaha”... 80 8. Investasi Kelompok Tani Mina Makmur “Dengan

Pengembangan Usaha”... 81 9. Laba rugi Kelompok Tani Mina Makmur “Dengan

Pengembangan Usaha”... 82 10.CashflowKelompok Tani Mina Makmur “Dengan Pengembangan” 83 11.Switching Value Penurunan Produksi 9,05 Persen Kelompok Tani

Mina Makmur “Dengan Pengembangan Usaha” ... 84 12.Switching Value Kenaikan Pakan 22,21Persen Kelompok Tani

Mina Makmur “Dengan Pengembangan Usaha” ... 85 13.Manfaat Bersih Kelompok Tani Mina Makmur “Tanpa

dan Dengan Pengembangan Usaha” ... 86 14.Incremental Net Benefit“Tanpa dan Dengan

Pengembangan Usaha”... 87 15.Perbandingan Incremental Net Benefit“Tanpa dan

(15)

I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang terus tumbuh dan memiliki peran strategis dalam pembangunan perekonomian masyarakat Indonesia. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan ekonomi dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyedia bahan baku penunjang agroindustri, peningkatan devisa melalui kegiatan ekspor hasil perikanan, penyedia lapangan kerja, peningkatan pendapatan nelayan atau petani ikan dan pembangunan daerah, serta peningkatan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup1. Peran sektor perikanan terhadap peningkatan devisa negara dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) sektor perikanan yang mengalami tren peningkatan dibandingkan dengan sektor lainnya yang terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produk Domestik Bruto Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan

Perikanan atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 - 2011 (miliar

Pertanian 985.448,8 1.093,466 11,095

Peternakan 119.371,7 129.578,3 0,085

Perikanan 199.383,4 227.761,2 0,143

Kehutanan 48.289,8 51.638,1 0,069

Sumber :Badan Pusat Statistik (2012)

Keterangan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara

Tabel 1 menunjukkan bahwa usaha pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan memiliki peran yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini terlihat dari perkembangan kontribusi pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, perkembanganjumlah unit pertanian yang terus meningkat dari tahun 2010 hingga tahun 2011. Berdasarkan hasil survei dan perhitungan Badan Pusat Statistik, perkembangan kontribusi bidang perikanan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) periode tahun 2010 hingga 2011 sebesar 0,143 persen terbesar kedua

1

(16)

setelah bidang pertanian sebesar 11,095 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha di bidang perikanan mengalami tren peningkatan dan akan memiliki pengaruh positif dalam kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hal tersebut juga didukung kondisi geografis Indonesia yang sesuai untuk usaha di bidang perikanan dan sumber daya Indonesia yang melimpah dan berpotensi untuk dikembangkan.

Peranan sektor perikanan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat mendorong pemerintah untuk meningkatkan produksi perikanan nasional yang diimbangi dengan perbaikan fasilitas dan infrastruktur yang mendukung. Oleh karena itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui visi tahun 2010 menargetkan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar di dunia pada tahun 2015. Proyeksi peningkatan volume produksi perikanan yang sedang dibangun pemerintah tersebut turut ditopang dengan adanya program Gerakan Gemar Makan Ikan (Germani). Program ini telah dicanangkan sejak tahun 1996 dengan tujuan mendekatkan masyarakat terhadap produk-produk perikanan dan mengenal manfaat yang terkandung di dalamnya, Selain itu untuk meningkatkankesadaran masyarakat terhadap produk makanan yang lebih sehat, yaitu dengan mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein hewani yang pada akhirnya turut meningkatkan produksi hasil kelautan dan perikanan.

(17)

3 Indonesia, yaitu berpengaruh terhadap perkembangan tingkat kecerdasan masyarakat serta kesejahteraan dan pendapatan pembudidaya ikan.

Produk perikanan di Indonesia diperoleh melalui dua cara yaitu dengan cara penangkapan dan budidaya. Perikanan budidaya juga dapat dihasilkan melalui berbagai media, seperti yang dijelaskan pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya Tahun 2008-2010 (dalam

satuan ton)

Tahun Produksi Perikanan

Tangkap Budidaya

2008 63.882,75 147.941

2009 80.527,01 158.871

2010 120.287,57 244.764

Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011)

Budidaya menggunakan kolam air tawar merupakan suatu cara memproduksi ikan dengan hasil yang lebih banyak dibandingkan dengan cara lainnya berdasarkan informasi pada Tabel 2. Budidaya air tawar cenderung lebih mudah jika dibandingkan dengan menggunakan media lainnya. Oleh karena itu, produksi budidaya ikan menggunakan kolam air tawar sangat berpeluang untuk meningkatkan produksi ikan, mengingat proses pembuatannya yang terbilang mudah dengan lahan yang tersedia. Selain itu, budidaya ikan dengan menggunakan kolam air tawar ini cenderung lebih digemari oleh masyarakat Indonesia.

(18)

Tabel 3. Jumlah Produksi Ikan Konsumsi Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2011 (dalam satuan ton).

Tahun Jenis Ikan

Ikan Mas Lele Nila Nilem Gurame

2009 36.503 47.200 33.239 11.413 9.894

2010 43.596 89.529 49.536 18.613 12.186

2011 59.724 110.527 62.929 19.334 12.974

Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011)

Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa produksi ikan gurame di Jawa Barat masih rendah dibandingkan dengan ikan konsumsi lainnya. Oleh karena itu peluang budidaya ikan gurame masih terbuka untuk memenuhi kebutuhan ikan konsumsi di pasar. Bogor merupakan salah satu sentra budidaya ikan air tawar di Provinsi Jawa Barat yang memiliki sumberdaya alam maupun manusia yang potensial untuk kegiatan budidaya tersebut. Selain itu, sesuai dengan tujuan pemerintah Bogor untuk menjadikan Kabupaten Bogor sebagai sentra budidaya ikan gurame, maka peluang untuk membudidayakan ikan guramedi Kabupaten Bogor masih dapat dimanfaatkan bagi produsen ikan air tawar.

Salah satu daerah sentra budidaya ikan gurame di Kabupaten Bogor adalah di Desa Petir yaitu Kelompok Tani Mina Makmur, Kecamatan Dramaga. Hal ini dapat dilihat dari luas wilayah Desa Petir yang memiliki luas 448,25 ha yang terdiri dari persawahan 210 ha, pekarangan 20 ha, empang 20 ha, perumahan 190 ha, dan lainnya 8,25 ha (Data Potensi Desa Petir, 2011). Dengan adanya lahan kosong yang belum terpakai pengembangan pembesaran ikan gurame masih dapat dilakukan di Desa Petir.

(19)

5

1.2. Perumusan Masalah

Pengusahaan ikan gurame di Kabupaten Bogor memiliki potensi untuk dikembangkan, hal tersebut didukung kondisi iklim dan geografis Kabupaten Bogor yang sesuai untuk budidaya ikan terutama ikan air tawar. Salah satu kelompok tani usaha budidaya ikan air tawar di Bogor adalah Kelompok Tani Mina Makmur di Kecamatan Dramaga. Kelompok Tani Mina Makmur berpotensi untuk mengembangkan usahanya terutama untuk budidaya ikan gurame karena selain memiliki sumberdaya yang melimpah, apabila dilihat dari sisi permintaan gurame di Kabupaten Bogor juga memiliki peluang pasar yang menguntungkan bagi petani.

Pada umumnya petani ikan di Kabupaten Bogor menjual ikan hasil budidayanya melalui tengkulak atau pengumpul. Hal tersebut dikarenakan petani lebih mudah dalam memasarkan produk melalui tengkulak karena memperoleh jaminan pasar untuk produk yang dihasilkan. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata permintaan tengkulak di Kecamatan Dramaga terhadap ikan gurame mencapai 600 kg per bulan sedangkan jumlah yang dapat dipenuhi oleh Kelompok Tani Mina Makmur baru mencapai 280 kg per bulan2. Selisih antara permintaan dengan jumlah ikan yang dihasilkan tersebut dapat menjadi peluang bagi petani ikan gurame terutama Kelompok Tani Mina Makmur untuk memenuhi kekurangan permintaan tersebut. Permintaan tengkulak tersebut akan terus meningkat melihat adanya peluang Bogor menjadi sentra budidaya gurame dan permintaan konsumen yang terus meningkat.

Bogor sebagai salah satu tujuan wisata di Jawa Barat memiliki banyak restoran yang menyediakan hidangan dari hasil produk ikan yang ramai dikunjungi pada saat akhir pekan maupun libur panjang. Selain itu, adanya program pemerintah Bogor untuk menjadikan Bogor sebagai sentra budidaya gurame juga berpengaruh terhadap permintaan ikan gurame dan peningkatan kegiatan investasi budidaya gurame. Potensi sumberdaya alam dan manusia yang mendukung kegiatan budidaya gurame juga menjadi modal bagi pengembangan usaha budidaya ikan air tawar khususnya gurame.

2

(20)

Adanya permintaan pasar yang terus meningkat terhadap ikan gurame dapat dilihat dari data permintaan konsumen terhadap ikan gurame di beberapa restoran di Kabupaten Bogor. Permintaan ikan gurame di beberapa restoran di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Permintaan Ikan Gurame pada Beberapa Rumah Makan atau Restoran

15 Rest.Food Court Cilengsi 10.000 12.500 9,99

Jumlah 192,60

Rata-rata 12,84

Sumber: Hasil wawancara dengan pemilik rumah makan di Kabupaten Bogor(Desember2012) Keterangan :

*

Perkembangan dari tahun 2011 sampai tahun 2012

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa permintaan atas ikan gurame di restoran yang ada di Kabupaten Bogor dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 mengalami peningkatan, yaitu dengan rata-rata persentase peningkatan sebesar 12,84 persen. Hal ini menunjukan bahwa pengusaha ikan gurame yang ada di Kabupaten Bogor khususnya Kelompok Tani Mina Makmur memiliki peluang yang cukup besar untuk meningkatkan usahanya.

(21)

7 ikan air tawar dan hal tersebut merupakan modal dalam pengembangan usaha. Di samping itu, lokasi Desa Petir memiliki iklim yang sesuai untuk budidaya ikan air tawar, infrastruktur yang memadai dan memiliki potensi sumberdaya alam maupun manusia yang mendukung.

Kondisi iklim yang mendukung serta tersedianya sumberdaya menjadikan usaha budidaya ikan gurame memiliki peluang untuk dikembangkan oleh anggota Kelompok Tani Mina Makmur. Selain itu, meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat dengan adanya program germani (gemar makan ikan) merupakan peluang bagi Kelompok Tani Mina Makmur, sehingga untuk memenuhi peluang tersebut Kelompok Tani Mina Makmur berencana akan mengembangkan usaha dengan menambah skala usaha. Mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk upaya perluasan skala usaha ini, maka perlu dilakukan analisis kelayakan investasi untuk mengetahui apakah usaha yang akan dikembangkan ini layak atau tidak, dengan mengefisiensikan modal yang akan di investasikan.

(22)

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu:

1. Layakkah Kelompok Tani Mina Makmur mengembangkan usahanya jika ditinjau dari aspek finansial maupun non finansial?

2. Perubahan apa saja yang akan mempengaruhi kelayakan usaha pembesaran ikan gurame Kelompok Tani Mina Makmur?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembesaran ikan gurame Kelompok Tani Mina Makmur ditinjau dari aspek finansial dan non finansial. 2. Mengetahui perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kelayakan usaha

pembesaran ikan gurame Kelompok Tani Mina Makmur.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, informasi, serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu:

1. Dapat memberikan masukan bagi Kelompok Tani Mina Makmur sebagai pertimbangan dalam melakukan peningkatan kapasitas produksi

2. Sebagai media belajar dan referensi bagi mahasiswa akademik untuk melakukan penelitian lanjutan

(23)

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Agribisnis Perikanan Budidaya Gurame

Agribisnis merupakan salah satu sektor dalam kegiatan perekonomian berbasis kekayaan alam yang dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan usaha berorientasi keuntungan (Ramadya, 2012). Agribisnis meliputi berbagai bidang, antara lain agribisnis pertanian, agribisnis peternakan dan agribisnis perikanan. Bidang-bidang tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal kegiatan usaha dan komoditas usaha.

Menurut Silvy (2012), perikanan budidaya adalah kegiatan ekonomi yang melibatkan manusia dalam membudidayakan hewan dan tumbuhan air. Budidaya perikanan di Indonesia merupakan salah satu komponen yang penting di sektor perikanan. Hal ini berkaitan dengan perannya dalam menunjang persediaan pangan nasional, penciptaan pendapatan dan lapangan kerja, serta sebagai sektor penting untuk mendukung perkembangan ekonomi pedesaan.

Salah satu bidang usaha agribisnis perikanan yang memiliki potensi cukup besar dalam meningkatkan kesejahteraan dan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia adalah usaha budidaya ikan gurame (Saparinto,2011). Hal ini didukung dengan terus meningkatnya kebutuhan masyarakat akan protein hewani serta masih tersedianya sumberdaya alam dan sumberdaya manusia di Indonesia. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap konsumsi ikan yang diperkirakan terus meningkat merupakan suatu peluang bagi usaha budidaya ikan gurame. Para petani dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk meningkatkan profit usaha dan secara tidak langsung dapat menciptakan lapangan kerja.

2.2. Karakteristik Ikan Gurame

(24)

kehitaman, sedangkan bagian perutnya berwarna keputihan. Menjelang dewasa, warna badan akan berubah menjadi merah kecoklatan, punggungnya menjadi merah sawo tua (kecoklatan), sedangkan perutnya berwarna keperak-perakan atau kekuningan. Sisik badan berukuran relatif lebih besar dan semakin mendekati kepala ukurannya semakin mengecil, dan tepi sisik kepala semakin kasar.

Habitat atau lingkungan ikan gurame adalah air tawar.Gurame dapat tumbuh dan berkembang pada perairan tropis maupun subtropis.Seperti sungai yang alirannya air tidak terlalu deras atau perairan yang tenang misalnya danau, waduk, rawa serta genangan-genangan kecil (kolam). Gurame termasuk golongan ikan Labyrinthici, yaitu sebangsa ikan yang memiliki alat pernapasan berupa insang dan insang tambahan (Labirin). Labirin adalah alat pernapasan selaput tambahan yang berbentuk tonjolan pada tepi atas lapisan insang pertama.Pada selaput ini terdapat pembuluh darah kapiler sehingga memungkinkan gurame untuk mengambil oksigen langsung dari udara (Saparinto, 2011).

Dalam pengusahaaan ikan gurame perlu juga diperhatikan keadaan suhu air dan tingkat keasamaan air (pH) yang berkisar 7-8. Gurame dapat hidup dengan baik di daerah dengan ketinggian antara 50–600 m dpl dengan suhu optimal habitat hidup gurame berkisar 24–28OC. Kepekaan gurame yang rendah terhadap senyawa-senyawa beracun di dalam air sangat menguntungkan. Kebanyakan ikan air tawar akan mati pada kadar karbondioksida (CO2) terlarut sebesar 15 ppm.

Gurame masih mampu bertahan hidup meskipun kadar karbondioksidanya mencapai 100 ppm. Kehidupan gurame juga tidak terganggu dengan adanya bahan beracun dalam air seperti nitrogen dalam bentuk amoniak (NH3) atau ammonium

(NH4) maupun sulfide dalam bentuk asam sulfida (H2S).

(25)

11

2.3. Pembesaran Ikan Gurame

Usaha pemebesaran ikan gurame mengandung risiko yang lebih kecil dibanding tingkat usaha lain, kerena tingkat mortalitas ikan yang dibudidayakan rendah. Ada tiga faktor penting yang harus di perhatikan dalam usaha pembesaran ikan gurame yaitu kualitas benih, kualitas pakan yang diberikan, dan kualitas air (Kurniawan, 2011).

2.3.1. Sistem Pembesaran Gurame

Budidaya pembesaran gurame dapat dilakukan dalam dua sistem pembesaran, yaitu monokultur dan polikultur. Sistem pembesaran monokultur merupakan usaha budidaya untuk satu jenis ikan tanpa ada campuran ikan lain. Dengan sistem monokultur, budidaya dapat lebih terkonsentrasi hanya pada satu ikan saja sehingga padat penebaran lebih optimal dan pertumbuhan gurame tidak terganggu oleh ikan lain.

Sistem pembesaran polikultur merupakan usaha budidaya dengan jenis ikan lebih dari satu dengan harapan semua jenis ikan memberikan kontribusi ekonomis yang sama atau sebagai hasil sampingan. Dengan sistem polikultur, satu kolam ikan menghasilkan jenis ikan yang bervariasi. Pemilihan jenis ikan disesuaikan dengan tingkah laku makannya sehingga pembudidaya dapat memanfaatkan pakan seefisien mungkin sehingga meminimalkan pakan yang tersisa di dalam kolam. Jenis ikan yang dapat dibudidayakan bersama gurame diantaranya ikan mas, nilam, tambakan, koan, mola, mujair, lele, nila, dan lobster air tawar.

(26)

2.3.2. Pangaturan Kepadatan Ikan

Kepadatan atau kerapatan ikan yang dibudidayakan harus sesuai dengan standar atau tingkatan budidaya. Peningkatan kepadatan akan menyebabkan daya dukung kehidupan ikan perindividu menjadi menurun. Tingkat kepadatan ikan yang terlalu tinggi (overstocking) akan meningkatkan kompetisi pakan dalam kolam/media, ikan menjadi mudah stress dan akhirnya akan menurunkan kecepatan pertumbuhan. Kepadatan ikan yang dibudidayakan di keramba jaring apung (KJA) sebanyak 3-5 kg/m2, sedangkan di kolam air tenang antara 10-15 kg/m2 (Kurniawan, 2011).

2.3.3. Pemberian Pakan

Ikan gurame termasuk dalam golongan ikan omnivora atau pemakan segala.Pakan yang digunakan dalam budidaya ikan gurame ada dua jenis, yaitu pakan alami dan pakan buatan.Pakan alami ikan gurame berupa jasad-jasad renik, kutu air, cacing, jentik-jentik serangga, dan sebagainya, Sedangkan pakan alternatif yang dapat diberikan adalah berupa dedaunan seperti daun talas, daun papaya, daun kangkung, daun ubi, dan daun sente. Hal yang perlu dicermati dalam pemberian pakan alternatif ini adalah pakan tersebut pada dasarnya merupakan reservoir parasit atau mikro organisme, sehingga pemanfaataan makanan tersebut akan melengkapi siklus hidup beberapa parasit ikan yang dapat meningkatkan risiko kematian ikan gurame. Oleh karena itu pemberian pakan altenatif, terutama yang kualitasnya rendah sejauh mungkin dihindari.

Pakan buatan merupakan pakan yang diproduksi oleh pabrik pembuat pakan. Kebersihan pakan, cara pemberian dan penyimpanannya perlu diperhatikan secara benar agar transmisi parasit dan penyakit tidak terjadi pada hewan budidaya. Pemberian pakan buatan harus diperhatikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas, karena hampir 50 persen dari biaya produksi merupakan biaya pakan (Kurniawan, 2011).

2.4. Studi Kelayakan Budidaya Ikan Gurame

(27)

13 Berdasarkan penelitian tersebut dijelaskan bahwa kelayakan usaha ikan gurame dan ikan nila salah satunya dapat dilihat dari aspek pasar, dimana usaha tersebut memiliki peluang yang cukup luas. Usaha ikan gurame dan ikan nila ini menggunakan sistem semi intensif dengan umur usaha 10 tahun. Analisis terhadap aspek hukum menunjukkan bahwa usaha hanya mempunyai surat pengakuan terdaftar dari kantor Sub Dinas Perikanan Kabupaten Nganjuk. Sedangkan analisis terhadap aspek sosial ekonomi dan lingkungan menyatakan bahwa usaha ikan gurame dan nila dikatakan layak karena membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.

Selanjutnya pada analisis aspek finansial menunjukkan bahwa usaha sudah layak dijalankan dengan keuntungan bersih (EAT) pengusahaan ikan gurame sebesar Rp 50.109.179 dan ikan nila sekitar Rp 84.888.944. Nilai REC pengusahaaan ikan gurame mencapai 64,03 persen dan 102,87 persen terhadap ikan nila. Sedangkan analisis kelayakan investasi dengan menggunakan discount rate mencapai 16 persen pertahun, untuk ikan gurame dan ikan nila diperoleh NPV sebesar Rp 287.501.653 dan Rp 510.422.496, Net B/C ratio 5,91 dan 3,5, IRR sebesar 125,71 persen dan 75,73 persen, Payback Period 2,17 tahun dan 4,25 tahun yang lebih kecil dari Payback Period maksimum yakni 6,25 tahun. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan pendapatan maksimum yang dapat diterima usaha sebesar 7 persen. Sedangkan kenaikan biaya operasional maksimum sebesar 10 persen. Perubahan terhadap kombinasi kedua komponen tersebut adalah 4 persen.

Perdana (2007) melakukan penelitian tentang “Analisis Kelayakan Usaha

(28)

profitable dan kurang menarik bagi bank atau investor untuk menanamkan modalnya.Hal ini dikarenakan keuntungan usaha per bulan selama 5 periode berjalan hanya sebesar Rp 260.838. Selain itu, pendapatan per bulan setiap anggota yang terlibat berdasarkan nilai keuntungan satu periode hanya sebesar Rp 225.535 sementara kebutuhan rumah tangga mencapai Rp 450.000 per bulan.

Selanjutnya hasil perhitungan dari analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kelayakan usaha Tirta Maju cukup peka terhadap perubahan yang terjadi pada faktor harga jual ikan gurame dan volume produksi.Sementara itu, perubahan pada faktor harga pakan buatan (pelet) tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha ini.Namun terjadinya kenaikan harga pelet hingga mencapai 61 persen dapat menyebabkan usaha ini menjadi tidak layak.

Soemarmo (2008) mengkaji Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah di Klaten, Jawa Tengah dilihat dari aspek finansial dan non finansial. Dari hasil analisis secara non finansial menunjukkan bahwa kegiatan usaha pembesaran ikan nila merah layak untuk diusahakan berdasarkan aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan budaya, serta aspek lingkungan. Analisis kelayakan usaha berdasarkan aspek finansial menggunakan indikator NPV, IRR dan Net B/C Ratio. Berdasarkan aspek finansial diperoleh hasil bahwa usaha pembesaran ikan nila merah layak untuk dilaksanakan dengan NPV positif sebesar Rp 29.782.631 IRR sebesar 43,80 persen, dan Net B/C Ratio sebesar 1,40. Sedangkan hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan pendapatan usaha maksimal yang dapat ditoleransi sebesar 7 persen dan kenaikan biaya operasional sebesar 10 persen. Sementara perubahan terhadap kombinasi kedua komponen tersebut adalah 4 persen.

Penelitian lain yang terkait dengan kelayakan usaha budidaya komoditas perikanan juga dilakukan oleh Rosmawati (2010) dengan judul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani LPPMPU Kecamatan

Babelan, Kabupaten Bekasi”. Pengusahaan ikan lele dumbo pada kelompok tani

(29)

15 memenuhi kriteria kelayakan investasi pengusahaan ikan lele dumbo di Kelompok Tani LPPMPU.

Selanjutnya analisis kelayakan finansial dilakukan melalui beberapa kriteria kelayakan finansial yang bertujuan untuk menganalisis sejauh mana tingkat kelayakan usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele dapat dilakukan. Dari penelitian Rosmawati (2010) pada pengusahaan pembenihan ikan lele diperoleh nilai NPV Rp 190.564.150, IRR 51 persen, nilai Net B/C Ratio 3,77, dan nilai payback period 1,35 tahun. Sedangkan untuk usaha pembesaran ikan lele dumbo diperoleh nilai NPV sebesar 118.979.694, IRR 25 persen, nilai Net B/C 2,08, dan Payback period 1,40. Berdasarkan kedua skenario tersebut pengusahaan ikan lele layak untuk dilaksanakan baik untuk usaha pembenihan maupun pembesaran ikan lele dumbo.

Ervina (2011) melakukan penelitian terkait dengan Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Ikan gurame di Perusahaan Mekar Tambak Sari, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Depok. Dari hasil analisisnya diperoleh bahwa kegiatan usaha pembesaran dan pembenihan ikan gurame layak untuk dikembangkan secara non finansial maupun finansial. Sehingga berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap aspek teknis, pasar, manajemen dan hukum, sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan, dapat disimpulkan bahwa pengusahaan pembesaran dan pembenihan ikan gurame di Mekar Tambak Sari layak untuk dilaksanakan.

(30)

serta tingkat pengembalian investasi yang lebih singkat dibandingkan dengan usaha pembesaran ikan gurame. Hasil analisis sensitivitas yang dilakukan menunjukkan bahwa pengusahaan pembesaran ikan gurame lebih sensitif terhadap penurunan harga jual output produksi sebesar 3,2 persen, sedangkan pembenihan ikan gurame lebih sensitif terhadap penurunan harga jual output sebesar 2,5 persen.

Hasil penelitian Pitanto (2012) dengan judul “Analisis Kelayakan

Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah pada Unit Usaha Teaching

Farm Institut Pertanian Bogor” menunjukkan bahwa kegiatan usaha yang

dilakukan layak secara finansial maupun non finansial. Berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek ekonomi, sosial dan budaya, aspek manajemen dan aspek lingkungan kegiatan usaha pembesaran ikan nila merah layak untuk diusahakan.

Selanjutnya berdasarkan analisis kriteria investasi yang dilakukan pada kegiatan usaha pembesaran ikan nila merah diperoleh nilai NPV Rp 320.892.749, nilai IRR 37 persen, Net B/C 3, dan nilai payback period 3 tahun 4 bulan 29 hari yang menunjukkan bahwa pengusahaan pembesaran ikan nila merah pada unit usaha Teaching Farm IPB layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan produksi sebesar 12,9 persen dan peningkatan harga pakan 14,55 persen berpengaruh terhadap kelangsungan usaha pembesaran ikan nila merah.

(31)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Teori Investasi

Laporan rugi laba mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Menurut Husnan dan Muhammad (2000), bahwa dalam menganalisa suatu proyek investasi lebih relevan terhadap kas bukan terhadap laba, karena dengan kas seseorang bisa berinvestasi dan membayar kewajibannya, sehingga untuk mengetahui sejauh mana keadaan finansial perusahaan, perlu dilakukan analisis aliran kas (cashflow).

Analisis kriteria investasi merupakan analisis untuk mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usaha yang telah dikembangkan. Setiap kriteria menggunakan present value (PV) yang telah didiscount dari arus-arus benefit dan biaya selama umur suatu usaha (Kadariah et al.1999). Penelitian investasi dalam suatu usaha dilakukan dengan membandingkan antara semua manfaat yang diperoleh akibat investasi dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses investasi dilaksanakan.

Analisis kelayakan usaha adalah penelitan tentang pengevaluasian apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan atau dilanjutkan, dilihat dari sudut pandang badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modalnya. Suatu usaha dikatakan layak apabila usaha mendatangkan keuntungan (Kadariah et al.1999).

Suatu usaha atau proyek dikatakan layak atau tidak untuk dilaksanakan jika sesuai dengan ukuran kriteria investasi yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut :

1) Net Present Value adalah nilai kini dari keuntungan bersih yang diperoleh pada masa mendatang, yang merupakan selisih dari biaya. 2) Net Benefit-Cost Ratio (rasio manfaat dan biaya) adalah perbandingan

antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih pada tahun dimana keuntungan bersih bernilai positif denga keuntungan bersih yang bernilai negatif.

(32)

penerimaan. IRR dapat pula dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek dengan syarat setiap manfaat yang diwujudkan, yaitu setiap selisih benefit (Bt) dan Cost (Ct) yang bernilai positif secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama selama sisa umur proyek. 4) Payback Period (masa pembayaran kembali) digunakan untuk

mengetahui berapa lama waktu yang digunakan untuk melunasi investasi yang ditanamkan. Metode payback period merupakan metode yang menghitung seberapa cepat investasi yang dilakukan bisa kembali, karena itu hasil perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu yaitu tahun atau bulan (Husnan dan Muhammad 2000).

3.2. Teori Biaya dan Manfaat

Tujuan analisis dalam suatu usaha harus disertai dengan definisi mengenai biaya dan manfaat. Biaya adalah sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya yang umumnya dimasukkan dalam analisis usaha adalah biaya-biaya yang langsung berpengaruh terhadap suatu investasi, antara lain seperti biaya investasi dan biaya operasional.

Biaya yang diperlukan dalam suatu usaha terdiri dari biaya modal, biaya operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaaan suatu usaha. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunannya bersifat jangka panjang, contohnya tanah, bangunan dan perlengkapan, pabrik dan mesin, biaya pendahuluan sebelum operasi, biaya-biaya lainnya seperti biaya penelitian.

Biaya operasional termasuk dalam modal kerja, karena biaya ini dikeluarkan untuk menutupi kebutuhan dan didasarkan pada situasi produksi, biasanya dibutuhkan sesuai dengan tahap operasi contohnya biaya bahan mentah, tenaga kerja, biaya perlengkapan serta biaya penunjang.Biaya operasional terdiri dari biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya variabel (Variabel Cost).

(33)

19 ataupun belum termanfaatkan sehingga pada saat ada bisnis apakah faktor tersebut memberikan manfaat (benefit) atau tidak bagi bisnis yang dijalankan.

3.3. Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Nurmalina et al.(2010), studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Studi kelayakan bisnis telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat yang bergerak dalam bidang bisnis. Banyak peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan bisnis menuntut adanya penilaian, sejauhmana kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila bisnis dilakukan.

Studi kelayakan bisnis merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Selain itu studi kelayakan bisnis juga dapat diartikan sebagai penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis (biasanya merupakan bisnis investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Husnan & Muhammad 2000). Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan berbeda-beda. Pihak Swasta lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan pemerintah dan lembaga non profit dikatakan berhasil dilihat dari manfaat yang diberikan kepada masyarakat luas yang berupa penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumberdaya yang melimpah, dan penghematan devisa.

Hal-hal yang mendasari untuk menjalankan studi kelayakan bisnis investasi jika suatu pihak atau seseorang melihat kesempatan usaha, yaitu apakah kesempatan usaha tersebut bisa dimanfaatkan secara ekonomis serta apakah kita bisa mendapatkan suatu tingkat keuntungan yang cukup layak dari usaha tersebut. Semakin luas skala usaha maka dampak yang dirasakan baik secara ekonomi maupun sosial juga akan semakin besar. Oleh karena itu studi kelayakan dilengkapi dengan analisa yang disebut analisa manfaat dan pengorbanan (cost and benefit analisis). Menurut Husnan dan Muhammad (2000), suatu studi kelayakan bisnis akan menyangkut tiga aspek yaitu :

(34)

2) Manfaat ekonomi bisnis tersebut bagi negara tempat bisnis tersebut dilaksanakan, yang menunjukkan manfaat bisnis tersebut bagi ekonomi makro suatu negara.

3) Manfaat sosial bisnis tersebut bagi masyarakat disekitar bisnis.

Investasi bisnis umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Maka dari itu tujuan dilakukannya studi kelayakan bisnis adalah menghindari keterlanjuran penanaman modal cukup besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.

Studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu bisnis yang menyangkut investasi dalam jumlah besar. Banyak alasan yang mengakibatkan suatu bisnis ternyata kemudian menjadi tidak menguntungkan (gagal) diantaranya yaitu: (1) kesalahan perencanaan, (2) kesalahan dalam menaksir pasar yang tersedia, (3) kesalahan dalam memperkirakan kontinuitas bahan baku, (4) kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan tenaga kerja dengan tersedianya tenaga kerja yang ada, serta (5) pelaksanaan bisnis yang tidak terkendali sehingga biaya pembangunan bisnis menjadi membengkak serta penyelesaian bisnis menjadi tertunda.

Tujuan dari pengambilan keputusan untuk melakukan investasi adalah untuk memaksimumkan tingkat keuntungan dari pemilik modal itu sendiri. Namun tujuan tersebut apabila dipandang dari aspek yang lebih luas mungkin tidak begitu dipegang teguh lagi. Jika proyek akan dinilai dari perspektif yang lebih luas, maka tujuannya seharusnya adalah memaksimumkan net present value dari semua social cost and benefit.

3.4. Kriteria Kelayakan Bisnis

(35)

21

3.4.1 Aspek Non Finansial

Menurut Nurmalina et al.(2010), dalam tahap persiapan dan analisis suatu kelayakan bisnis perlu dipertimbangkan berbagai aspek yang mungkin terlibat dan satu sama lain saling berkaitan. Aspek non finansial terdiri dari:

1. Aspek Pasar dan Pemasaran

Analisis aspek pasar dan pemasaran menempati urutan pertama dalam studi kelayakan bisnis. Sebelum melaksanakan bisnis, analisis aspek pasar potensial perlu diketahui agar produk yang dihasilkan perusahaan mampu menempatkan diri dalam pasar potensial yang akan dimasuki. Besar permintaan produk dan kecenderungan perkembangan permintaan selama masa kehidupan bisnis yang akan datang juga perlu diperkirakan dengan cermat agar kegiatan bisnis dapat beroperasi dengan efisien. Pemasaran kegiatan bisnis dapat beroperasi dengan sehat ketika produk yang dihasilkan mendapat tempat di pasaran serta mampu menghasilkan jumlah hasil penjualan yang memadai dan menguntungkan.

Aspek pasar dan pemasaran perlu menganalisis tentang permintaaan baik secara rinci sesuai daerah, jenis konsumen, dan proyeksi permintaan komoditas dimasa yang akan datang. Aspek penawaran diketahui baik penawaran komoditas dari dalam maupun terhadap produk impor, kebijakan pemerintah, daya saing produk subsitusi dan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran. Analisis harga dalam aspek pasar diperlukan untuk mengetahui perubahan, pola harga dan perbandingan terhadap barang-barang impor, harga barang subsitusi. Program pemasaran juga perlu dirancang terhadap strategi pemasaran, siklus hidup produk dan pada tahap apa produk akan dibuat. Perkiraan penjualan yang mampu dicapai perusahaan juga perlu diketahui perusahaan (Nurmalina et al.2010).

2. Aspek Teknis

(36)

teknis rencana pengembangan bisnis dalam peningkatan kapasitas produksi pembesaran ikan gurame dapat dilaksanakan apabila kebutuhan bisnis dapat dipenuhi, baik kebutuhan akan bahan-bahan maupun kebutuhan akan fasilitas dan teknologi. Hasil dari aspek teknis akan menentukan nilai-nilai yang terdapat dalam aspek finansial dan ekonomi sehingga menentukan menguntungkan (layak) atau tidaknya bisnis secara finansial.

3. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Dalam aspek sosial, ekonomi dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat secara keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran serta mempelajari adanya pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Aspek sosial memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat di sekitar lokasi bisnis.Dari aspek ekonomi, suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Suatu bisnis tidak akan ditolak oleh masyarakat sekitar bila secara sosial budaya diterima dan secara ekonomi memberikan kesejahteraan (Nurmalina et al.2010).

4. Aspek Organisasi dan Manajemen dan Hukum

(37)

23

5. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan yang semakin baik atau semakin rusak. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis akan menunjang kelangsungan suatu bisnis, karena tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Pitanto et al. 2012).

3.4.2 Aspek Finansial

Aspek finansial akan menguraikan perencanaan biaya dan pendanaan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian melalui peningkatan jumlah produksi dan perbaikan sistem manajemen pada penilaian aspek finansial diperlukan untuk menilai kelayakan usaha dari segi finansial. Alat ukur kelayakan usaha yang digunakan antara lain terdiri dari beberapa komponen yaitu Proyeksi Laba Rugi, Proyeksi Cashflow, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), Analisis Switching Value.

1. Laba Rugi

Salah satu analisis finansial yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan laba rugi. Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu (Nurmalina et al.2010). Laporan laba rugi terdiri dari beberapa komponen yaitu Total Revenue (TR), Total Fixed Cost (TFC), Total Variable Cost (TVC), laba kotor, pajak dan laba bersih setelah pajak. Pendapatan bersih atau laba adalah apa yang tersisa setelah dikurangkandengan pengeluaran–pengeluaran yang timbul di dalam memproduksi barang dan jasa atau penerimaan yang diperoleh dengan menjual barang dan jasa tersebut. Melalui laporan laba rugi, perusahaan dapat memperoleh informasi keuangan mengenai usaha yang dijalankan, apakah usaha tersebut memberikan keuntungan atau sebaliknya. Laporan laba rugi dapat diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya–biaya yang telah dikeluarkan untuk usaha tersebut pada periode tertentu.

a. Total Penerimaan

(38)

merupakan sumber penghasilan utama bagi perusahaan.Penerimaan dapat diperoleh dari perkalian antara harga produk dengan kuantitas produk yang dihasilkan.

b. Biaya

Biaya merupakan sejumlah nilai atau pengorbanan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjalankan usaha. Secara umum, biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjalankan suatu usaha terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak berubah dan tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah seiring dengan jumlah produksi dan besarnya proposional. c. Laba atau Rugi Bersih

Laba bersih dapat diperoleh dari selisih antara total penerimaan dengan total pengeluaran yang telah dikurangi dengan pajak yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam UU No. 36 Pasal 17 ayat 1 huruf b tahun 2008 mengenai pajak penghasilan badan.

2. Cashflow

Menurut Nurmalina et al.(2010), cashflow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya. Suatu cashflow terdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan nilai tahapan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri dari komponen inflow (arus penerimaan), outflow (arus pengeluaran), Net Benefit (manfaat bersih) dan Incremental Net Benefit (Manfaat Bersih Tambahan). Komponen inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants (bantuan), nilai sewa, dan salvagevalue (nilai sisa). Komponen outflow terdiri dari biaya investasi, biaya operasional/produksi, pajak dan debt service (bunga pinjaman).

3. Net Present Value

(39)

25

4. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Menurut Umar (2005) Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang yang bernilai negatif. Perhitungan Net B/C digunakan untuk mengetahui berapa nilai manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan.

5. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Umar (2005), metode ini digunanakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa yang akan datang, atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal.

6. Payback Period (PP)

Payback Period (PP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (Initial Cash Invesment) dengan menggunakan aliran kas. Nilai Payback Period berbanding terbalik dengan nilai NPV, jika nilai NPV semakin besar maka menunjukkan waktu pengembalian semakin cepat. Suatu bisnis dikatakan menguntungkan dan layak jika PP lebih kecil dari umur bisnis.

7. Analisis Switching Value

Analisis sensitivitas dengan metode perhitungan switching value (nilai pengganti) adalah suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akanterjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger, 1986). Pada bidang pertanian, proyek-proyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi.

(40)

Parameter harga jual produk, jumlah penjualan dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Namun, dalam keadaan nyata ketiga parameter dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Untuk itu, analisis sensitivitas perlu dilakukan untuk melihat sampai seberapa persen penuruan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria kelayakan investasi dari layak menjadi tidak layak.

Batas-batas maksimal perubahan parameter ini sangat mempengaruhi dalam hal layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Semakin besar persentase yang diperoleh menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak peka atau tidak sensitif terhadap perubahan parameter yang terjadi.

3.5. Kerangka Pemikiran Operasional

Permintaan yang tinggi belum mampu dipenuhi oleh Kelompok Tani Mina Makmur, sehingga produksiyang dihasilkan dalam setiap panen langsung habis diambil oleh tengkulak. Melihat kondisi tersebut, maka perlu dilakukan penambahan jumlah produksi dalam rangka memenuhi permintaan konsumen dan mengembangkan usaha Kelompok Tani Mina Makmur. Pengembangan Kelompok Tani Mina Makmur mempunyai prospek yang sangat baik karena didukung oleh beberapa faktor yaitu, (1) terjaminnya kualitas ikan gurame (2) tengkulak yang sudah pasti membeli ikan gurameyang diproduksi setiap panen .

Penelitian ini mempunyai tujuan menganalisis kelayakan usaha budidaya pembesaran ikan gurame secara finansial maupun non finansial, untuk melihat sejauh mana usaha ini layak atau tidak untuk diusahakan. Hasil penilaian yang menghasilkan kelayakan usaha kemudianakan dianalisis kembali dengan pembahasan mengenai nilai pengganti (switching value) untuk menghitung sejauh mana usaha ini peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada komponen manfaat dan biaya.

(41)

27 kebutuhan ikan di tahun 2015 meningkat dua kali lipat dari potensi perikanan tangkap Indonesia. Sehingga kebutuhan ikan harus didukung oleh peningkatan pasokan dari hasil usaha budidaya.

Perikanan budidaya sebagai subsektor dari perikanan nasional sangat potensial untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ikan gurame sebagai salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya sangat potensial dan menguntungkan untuk dikembangkan karena nilai jual yang lebih tinggi diantara ikan konsumsi lainnya.Selain itu salah satu langkah pemerintah Kabupaten Bogor dalam membangun kembali sektor perikanan budidaya di Kabupaten Bogor antara lain adanya program pemberian bantuan benih gurame 2000 ekor kepada setiap petani gurame dengan tujuan untuk menjadikan Kabupaten Bogor sebagai sentra produsen gurame. Hal tersebut bertujuan untuk mencapai target pemerintah Bogor terhadap pencapaian hasil produksi ikan budidaya unggulan di Kabupaten Bogor.

(42)

Gambar 1.Bagan Kerangka Pemikiran Operasional

Prospek usaha ikan gurame di Desa Petir

-Selisih antara permintaan yang berasal dari tengkulak/pengumpul dengan hasil budidaya gurame di Desa Petir

-Peningkatan permintaan ikan gurame dari konsumen langsung maupun tengkulak

-Kondisi geografis Desa Petir yang sesuai untuk budidaya ikan gurame dan sumberdaya yang melimpah

Aspek Non Finansial

Aspek Pasar Aspek Teknis

Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya

Aspek Lingkungan

Layak

Aspek Finansial Analisis NPV

Analisis IRR

Analisis Net B/C Ratio Analisis Payback period

Switching Value

Pengembangan usaha budidaya pembesaran ikan gurame di Kelompok Tani Mina Makmur Makmur

Analisis Kalayakan non Finansial

Analisis Kalayakan Finansial

Tidak Layak

(43)

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Kelompok Tani Mina Makmur di Kecamatan Dramaga tepatnya terletak di jalan Raya Petir No.1 Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Dramaga merupakan salah satu sentra produksi yang membudidayakan produk perikanan budidaya. Penelitian ini akan dilaksanakan selama lima bulan dari bulan Agustus 2012 hingga Desember 2012. Sedangkan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Agustus 2012 hingga Oktober 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara langsung dengan pemilik usaha ikan gurame, tenaga kerja, masyarakat di sekitar lingkungan usaha, pedagang pengumpul, maupun pedagang pengecer di pasar melalui daftar pertanyaan (kuesioner). Data primer tersebut mencakup karakteristik penggunaan input dan output usaha budidaya gurame, teknik budidaya, luas lahan, dan aspek-aspek yang terkait dengan usaha budidaya gurame.

Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan informasi dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian yaitu dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Peternakan dan Perikanan, dan Badan Pusat Statistik. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari buku, jurnal, artikel, internet, dan literatur lain yang terkait dengan topik penelitian.

4.3. Metode Penentuan Sampel

(44)

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran usaha gurame pada Kelompok Tani Mina Makmur yang dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, serta aspek sosial dan lingkungan. Analisis kuantitatif dilaksanakan untuk menganalisis kelayakan finansial baik pada saat dilakukan tambahan kapasitas produksi maupun sebelum dilakukan tambahan kapasitas produksi. Dalam analisis kuantitatif dilakukan perhitungan nilai uang dengan membandingkan biaya dan manfaat yang diperoleh pada masa sekarang dengan masa yang akan datang melalui tingkat diskonto tertentu.

Untuk memudahkan analisis kuantitatif, maka informasi dan data yang diperoleh diolah dengan menggunakan komputer. Pengolahan data kuantitatif menggunakan Software Microsoft Excell, kemudian hasilnya diintepretasikan secara deskriptif. Analisis kelayakan finansial menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi yaitu, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Periode (PP). Selain itu dilakukan pula analisis switching value untuk melihat kepekaan usaha pengolahan tahu dalam menghadapi kemungkinan terjadinya perubahan.Pengolahan data tersebut dilakukan berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah di susun.

4.4.1 AspekNon Finansial

4.4.1.1Aspek Pasar

(45)

31

4.4.1.2Aspek Teknis

Aspek teknis bertujuan untuk mengevaluasi terkait dengan input dan output dari barang dan jasa yang akan diproduksi oleh proyek. Aspek teknis sangat mempengaruhi kelancaran jalannya usaha, terutama kelancaran proses produksi. Analisis ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui apakah proyek tersebut dapat dilakukan secara teknis. Pada aspek teknis akan membahas lokasi usaha, layout bangunan usaha, pemilihan jenis teknologi dan peralatan, bahan baku dan bahan pembantu, dan tenaga kerja yang ada pada usaha Kelompok Tani Mina Makmur.

4.4.1.3Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Aspek ini melihat biaya dan manfaat proyek dari sudut kepentingan sosial atau masyarakat secara menyeluruh, karena lingkup dan tujuannya adalah kepentingan sosial masyarakat atau masyarakat yang akan disosialisasikan dengan kepentingan suatu negara. Aspek sosial, ekonomi, dan budaya perlu dipertimbangkan secara cermat untuk menentukan arahan bisnis yang diusulkan sehingga tanggap terhadap keadaan sosial yang terjadi di masyarakat. Pengkajian meliputi pengaruh proyek terhadap penambahan kesempatan kerja, pengaruh keberadaan proyek terhadap industri lain, dan pengaruh keberadaan proyek terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya di lokasi usaha Kelompok Tani Mina Makmur.

4.4.1.4Aspek Manajemen dan Hukum

(46)

4.4.1.5Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan digunakan untuk melihat pengaruh usaha pembesaran gurame terhadap lingkungan sekitar. Pengkajian aspek lingkungan meliputianalisis terhadap pengaruh keberadaan proyek terhadap industri lain, dan pengaruh keberadaan proyek terhadap lingkungan sekitar lokasi Kelompok Tani Mina Makmur.

4.4.2 Aspek Finansial

Aspek finansial bertujuan mengetahui tingkat kelayakan dan manfaat dari suatu perhitungan terhadap pengembangan bisnis yang direncanakan. Dalam menentukan kelayakan finansial dari kegiatan pengembangan bisnis, diperlukan perumusan kriteria-kriteria kelayakan finansial. Kriteria-kriteria kelayakan finansial tersebut terdiri dari komponen yaitu laporan laba/rugi, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), serta analisis switching value.

a) Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Melalui laporan laba rugi, perusahaan dapat memperoleh informasi keuangan mengenai usaha yang dijalankan,apakah usaha tersebut memberikan keuntungan atau sebaliknya. Laporan laba rugi dapat diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk usaha tersebut pada periode tertentu.

b) Cashflow

(47)

33

c) Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih (manfaat neto tambahan) yang akan diperoleh pada masa mendatang, merupakan selisih antara nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulakan oleh investasi menurut Kadariah (1986). Adapun rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut :

Keterangan :

NPV : Net Present Value (Rp)

Bt : Penerimaan pada tahun ke-t (Rp)

Ct : Biaya pada tahun ke-t(Rp)

n : Umur Proyek (Tahun) i : Discount Rate (%) t : Tahun

Adapun kriteria penilaian untuk NPV adalah sebagai berikut: 1. Jika NPV > 0, maka usaha yang dijalankan layak untuk diteruskan 2. Jika NPV < 0, maka usaha yang dijalankan tidak layak untuk diteruskan 3. Jika NPV =0, nilai perusahaan tetap dimana perusahaan tidak rugi dan tidak

untung.

Untuk menghitung NPV ini, telah ada software seperti Microsoft Excell yang dapat menghitung nilai NPV secara otomatis dengan dasar nilai Net Benefit dan Discount Rate yang digunakan dalam cashflow.

d) Internal Rate of Return (IRR)

(48)

Keterangan :

NPV1 : NPV yang bernilai positif (Rp)

NPV2 : NPV yang bernilai negatif (Rp)

I1 : Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif (%)

I2 : Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif (%)

Nilai IRR, seperti juga NPV, dapat dihitung secara otomatis dengan menggunakan Software Microsoft Excell dengan menggunakan Net Benefit dan discount factor pada cashflow.

e) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara present value yang dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif menurut Kadariah (1986). Rumus perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Bt : Penerimaan pada tahun ke-t (Rp)

Ct : Biaya pada tahun ke-t (Rp)

i : Tingkat suku bunga diskonto (%) n : Umur ekonomis proyek (Tahun)

(49)

35 Perhitungan nilai Net B/C juga dapat menggunakan Software Microsoft Excell dengan membagi nilai Present Value (PV) yang positif dengan nilai Present Value (PV) yang negatif. Hasil perhitungannya menggunakan nilai absolute sehingga nilai negatif tidak mempengaruhi.

f) Payback Period (PP)

Payback period (PP) digunakan dengan tujuan untuk menghitung jangka waktu pengembalian modal investasi yang digunakan untuk membiayai proyek. Payback period adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal yang ditanamkan dalam proyek tersebut dapat dikembalikan menurut Kadariah (1986). Payback period dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

PP :Waktu yang diperlukan untuk pengembalian modal investasi (tahun/bulan)

1 : Jumlah modal investasi yang diperlukan (Rp) Ab : Manfaat hasil bersih rata-rata per tahun (Rp)

Selama proyek dapat mengembalikan modal/investasi sebelum berakhirnya umur proyek, berarti proyek masih dapat dilaksanakan. Akan tetapi apabila sampai saat proyek berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tidak dilaksanakan.

g) Analisis Switching Value

Gambar

Gambar 1.Bagan Kerangka Pemikiran Operasional
Gambar 2.Struktur Organisasi Kelompok Tani Mina Makmur
Tabel 9. Kriteria Kelayakan Aspek Non Finansial

Referensi

Dokumen terkait

Hasil survei MT memperlihatkan bahwa nilai tahanan jenis rendah yang diinterpretasikan sebagai batuan ubahan tersebar di sebelah baratdaya dari dekat permu- kaan hingga

Pada tahun 2019 capaian sasaran kinerja Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Kepulauan Riau dapat dicapai dengan capaian target 100% pada capaian periode rencana

Sekumpulan program sistem yang menjalankan berbagai fungsi yang mendukung sistem komputer. Program

Pariwara, peneliti melihat bahwa walaupun menggunakan program Huddle Up sudah cukup efektif dan berhasil dalam menciptakan signifikansi relasi internal perusahaan,

Hasil pengujian menunjukkan bahwa program kompensasi manajemen dan ukuran perusahaan mempengaruhi pemilihan metode depresiasi aktiva tetap.. Hal ini dibuktikan dengan

AREAL LAINNYA : Diisi dengan areal perairan lepas pantai di dalam Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang tidak dikenakan PBB sebagaimana diatur dalam Pasal 3

Teknik analisis data dengan mengubah skor menjadi nilai, Pengujian Persyaratan Analisis (uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linieritas) dan pengujian hipotesis uji

Kemampuan menulis kalimat efektif siswa kelas XI SMA Negeri 1 Rambah pada aspek koherensi secara klasikal dikategorikan sangat mampu karena memperoleh presentase nilai