• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear Di Rsu Mitra Sejati Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear Di Rsu Mitra Sejati Medan Tahun 2014"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

i

FAKTOR-FAKTOR IBU MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI RSU MITRA SEJATI MEDAN TAHUN 2014

ENDANG DOLOKSARIBU 135102023

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

Faktor-faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014

ABSTRAK Endang Doloksaribu

Latar belakang : Pap smear adalah suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut rahim kah sel yang ada kemudian dibawah mikroskop. Pada pemeriksaan biasanya dapat ditentukan apakah sel yang ada di mulut rahim masih normal, berubah menuju kanker atau telah berubah ke sel kanker. Sebagian besar ibu telah yakin bahwa tes Pap Smear adalah untuk mendeteksi kanker. Banyak ibu yang tidak menggangap diri mereka sendiri masuk dalam kelompok risiko terkena kanker leher rahim. Hal ini menjadikan tes tersebut tidak berperan penting bagi mereka sehingga meyakinkan mereka bahwa tes tersebut tidak di tunjukan bagi mereka dan oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu melakukan tes Pap Smear. Ada juga kelompok ibu gelisah yang terlalu malu, khawatir atau cemas untuk menjalani Pap Smear.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui Faktor-Faktor ibu melakukan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskritif. Jumlah sampel dalam penelitian ini 32 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan consecutif sampling. Penelitian ini dilakukan di RSU Mitra Sejati Medan.

Hasil : Penelitian menunjukan mayoritas ibu berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (40,6 %), bersikap positif 27 orang (84,4 %), tingkat sosial ekonomi tinggi 17 orang (53,1 %), dan sudah berpengalaman 22 orang (68,8 %).

Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh ibu berpengetahuan baik, bersikap positif, tingkat sosial ekonomi tinggi dan sudah berpengalaman, maka

diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian Pap smear

berdasarkan faktor pengalaman rujukan karena kemungkinan responden yang tidak berpengalaman dikarenakan responden melakukan Pap smear karena rujukan tanpa penjelasan yang cukup dari petugas kesehatan.

Kata kunci : Pap Smear, Pengetahuan, Sikap,Tingkat sosial ekonomi,

(5)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas dan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah

dengan judul “Faktor-Faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra

Sejati Medan Tahun 2014”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mengalami

kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Untuk itu perkenankanlah

penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU

skaligus selaku dosen pembimbing yang telah memberikan nasehat dan

saran yang bermanfaat dalam penyel;esaian karya tulis ilmiah di Program

studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kp. Ns. M.Kep selaku ketua Program Studi D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

3. drr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc. CM-FM, M.PdKed selaku penguji 1.

4. Dr. dr. Sarma N Lumbanraja, SpOG.K selaku penguji 2.

5. dr. Arih Ginting, selaku Direktur di RSU Mitra Sejati.

6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Studi D IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Kedua orang tua dan saudara saya tercinta yang telah memberikan kasih

sayang, dukungan dan semangat kepada penulis menyelesaikan karya tulis

(6)

8. Teman – teman D – IV Bidan Pendidik yang telah memberikan dukungan

dan semua pihak yang mendukung penulis dalam menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang

diberikan. Semoga mendapat anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, Juli 2014

Penulis

(7)

iii

A. Latar Belakang………..1

B. Perumusan Masalah ... 3

3. Bagi Institusi Pendidikan Dan peneliti Selanjutnya………. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

7. Syarat Pengambilan Sitologi Pap Smear ... 11

8. Prosedur Pap Smear………11

B. Kanker Serviks ... 12

1. Pengertian Kanker Serviks ... 12

2. Faktor Risiko Kanker Serviks ... 12

(8)

4. Stadium Perkembangan Kanker Serviks ... 15

5. Pencegahan Kanker Serviks ... 16

C. Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear………19

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil……… 37

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... … 45

B. Saran ... … 45 DAFTAR PUSTAKA

(9)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Variabel, Defenisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur,

(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Ibu Melakukan

(11)

vii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah

(12)

Faktor-faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014

ABSTRAK Endang Doloksaribu

Latar belakang : Pap smear adalah suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut rahim kah sel yang ada kemudian dibawah mikroskop. Pada pemeriksaan biasanya dapat ditentukan apakah sel yang ada di mulut rahim masih normal, berubah menuju kanker atau telah berubah ke sel kanker. Sebagian besar ibu telah yakin bahwa tes Pap Smear adalah untuk mendeteksi kanker. Banyak ibu yang tidak menggangap diri mereka sendiri masuk dalam kelompok risiko terkena kanker leher rahim. Hal ini menjadikan tes tersebut tidak berperan penting bagi mereka sehingga meyakinkan mereka bahwa tes tersebut tidak di tunjukan bagi mereka dan oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu melakukan tes Pap Smear. Ada juga kelompok ibu gelisah yang terlalu malu, khawatir atau cemas untuk menjalani Pap Smear.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui Faktor-Faktor ibu melakukan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskritif. Jumlah sampel dalam penelitian ini 32 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan consecutif sampling. Penelitian ini dilakukan di RSU Mitra Sejati Medan.

Hasil : Penelitian menunjukan mayoritas ibu berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (40,6 %), bersikap positif 27 orang (84,4 %), tingkat sosial ekonomi tinggi 17 orang (53,1 %), dan sudah berpengalaman 22 orang (68,8 %).

Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh ibu berpengetahuan baik, bersikap positif, tingkat sosial ekonomi tinggi dan sudah berpengalaman, maka

diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian Pap smear

berdasarkan faktor pengalaman rujukan karena kemungkinan responden yang tidak berpengalaman dikarenakan responden melakukan Pap smear karena rujukan tanpa penjelasan yang cukup dari petugas kesehatan.

Kata kunci : Pap Smear, Pengetahuan, Sikap,Tingkat sosial ekonomi,

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pap Smear adalah suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut

rahim kemudian di periksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan biasanya dapat di

tentukan apakah sel yang ada di mulut rahim masih normal, berubah menuju kanker,

atau telah berubah menjadi sel kanker. Selain itu, infeksi dan inflamasi mulut rahim

juga dapat di tentukan dari pemeriksaan ini. Metode ini juga disebut pap test atau

papanicolaou smear (Bustan, 1997). Manfaat Pap Smear adalah untuk mendeteksi

adanya perubahan yang bersifat prakanker (Evennett, 2004).

Berdasarkan data World health organization (WHO) pada tahun 2008 di

perkirakan setiap harinya ada 38 kasus baru kanker serviks dan 21 orang perempuan

yang meninggal karena kanker serviks di Indonesia. Pada tahun 2025 di perkirakan

kasus baru kanker serviks di Indonesia akan meningkat sebesar 74%, sementara secara

keseluruhan prevalensinya akan meningkat sebesar 49% Pada Tahun 2008, terdapat 530

202 kasus baru kanker serviks di seluruh dunia. Dengan jumlah itu berarti di perkirakan

akan di dapatkan sekitar 1 kasus baru kanker serviks setiap menitnya di dunia. Secara

keseluruhan insiden kanker serviks di seluruh dunia adalah sebesar 16,2 per 100.000

penduduk (Ocviyanti, 2013).

Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara-negara berkembang dan

urutan ke 10 di negara maju atau urutan ke 5 secara global. Menurut data Globocan

2008, terdapat 529,409 kasus baru kanker serviks dengan 274,883 kematian di dunia.

Hampir 85% kasus terdapat pada negara-negara berkembang. Di Asia Tenggara ,

(14)

Di Indonesia kanker serviks mempunyai frekuensi relatif tertinggi (25,6%),

Menurut perkiraan Departemen kesehatan, terdapat sekitar 100 kasus per 100 ribu

penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Biasanya tanpa gejala pada stadium dini,

tetapi jika ditemukan pada stadium dini, kanker leher rahim dapat disembuhkan dengan

baik. Lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan

stadium lanjut (Bustant, 1997).

Kanker serviks stadium awal biasa didiagnosa dengan melakukan pemeriksaan

sitologi melalui Pap Smear pada cairan serviks. Tetapi negatif palsu pada pemeriksaan

Pap Smear terdapat 15-40% kasus adalah tergantung pada kemampuan laboratorium

dan kelompok penduduk yang di periksa. Hampir 50% penderita kanker serviks

ternyata tidak melakukan Pap Smear dalam 10 tahun belakang. Disinilah perlunya

seorang perempuan beresiko sebaiknya di periksa Pap Smear (Yatim, 2005).

Tes Pap Smear dapat mendeteksi perubahan awal sel di leher rahim (displasia)

sebelum berubah menjadi kanker. Pap Smear juga dapat mendeteksi sebagian besar

kanker serviks pada tahap awal. Kebanyakan wanita yang didiagnosa kanker serviks di

Amerika Serikat tidak pernah menjalani tes Pap Smear dalam 5 tahun terakir (Emilia, et

al. 2010).

Alasan para ibu untuk tidak mau melakukan pap smear biasanya adalah

pisikologis. Suatu penelitian yang di lakukan oleh ahli psikologis Alison bish di

London, alasan ibu tidak melakukan Pap Smear adalah bahwa pemeriksaan itu

memalukan, menyusahkan, menyakitkan, dan menggangu. Ketakutan yang lain adalah

kalau Pap Smear akan menyatakan bahwa mereka menderita kanker sehingga mereka

(15)

3

Sebagian besar ibu telah yakin bahwa tes Pap Smear adalah untuk mendeteksi

kanker. Banyak ibu yang tidak menggangap diri mereka sendiri masuk dalam kelompok

risiko terkena kanker leher rahim. Hal ini menjadikan tes tersebut tidak berperan

penting bagi mereka sehingga meyakinkan mereka bahwa tes tersebut tidak di tunjukan

bagi mereka dan oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu melakukan tes Pap Smear.

Ada juga kelompok ibu gelisah yang terlalu malu, khawatir atau cemas untuk menjalani

Pap Smear (Evennet, 2004).

Berdasarkan latar tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian tentang ‘’Faktor faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra

Sejati Medan Tahun 2014”

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah

faktor-faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun

2014.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor Ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear di RSU

Mitra Sejati Medan Tahun 2014

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengatahui Faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear berdasarkan

Pengetahuan.

b. Untuk mengatahui Faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear berdasarkan

(16)

c. Untuk mengatahui Faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear berdasarkan

Tingkat sosial ekonomi.

d. Untuk mengatahui Faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear berdasarkan

pengalaman

D. Manfaat Penelitian a. Lokasi Penelitian

Sebagai bahan masukan dan informasi mengenai faktor faktor Ibu melakukan

pemeriksaan Pap smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014

b. Bagi Ibu

Menambah wawasan dan pengetahuan ibu mengenai faktor-faktor ibu

melakukan pemeriksaan Pap Smear.

c. Bagi Institusi Pendidikan dan peneliti selanjutnya

1. Sebagai bahan bacaan dan refrensi di perpustakaan Universitas Sumatera

Utara secara umum dan Fakultas Keperawatan Program Studi D-IV Bidan

Pendidik secara khusus mengenai faktor-faktor yang mempegaruhi ibu

melakukan pemeriksaan Pap Smear serta sebagai bahan perbandingan bagi

peneliti selanjutnya.

2. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti serta

mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama mengikuti perkuliahan di

Universitas Sumatera Utara Fakultas Keperawatan Program Studi D-IV

(17)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pap Smear

1. Defenisi Pap Smear

Pap smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat

adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio. Untuk mengetahui

adanya tanda-tanda awal keganasan serviks (prakanker) yang ditandai dengan adanya

perubahan pada lapisan epitel serviks (displasia) (Rasjidi, 2008).

Tes papanikolau atau Pap Smear adalah metode skrining ginekologi. Dilakukan

pertama kali oleh Georgis Papanikolaou untuk menemukan proses-proses premalignant

atau prakeganasan dan malignancy atau keganasan di ekstoserviks atau leher rahim

bagian luar, dan infeksi dalam endoserviks atau leher rahim bagian dalam endometrium.

Skrining secara teratur dapat mencegah sebagian besar kasus kanker serviks. Tes pap

dapat mendeteksi perubahan awal sel leher rahim (displasia) sebelum berubah menjadi

kanker. Pap Smear juga dapat mendeteksi sebagian besar kanker serviks pada tahap

awal (Emellia, et all, 2010).

2. Manfaat Pemeriksaan Pap Smear

MenurutLestadi (2009) Pap Smear memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Evaluasi sitohormonal

Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui pemeriksaan

sitologi apusan pap smear yang bahan pemeriksaannya adalah secret vagina yang

berasal dari dinding lateral vagina seperti bagian atas.

a. Menentukan status hormonal seorang wanita, menentukan adanya penyakit

(18)

b. Menentukan apakah suatu kehamilan mudah terancam abortus

c. Menentukan maturitas suatu kehamilan, apakah masih dalam masih dalam masa

evolusi, mendekati aterem, atau sudah postmatur

d. Menilai ada/tidaknya stimulasi esterogen pada wanita yang telah dilakukan

ooforektomi atau mereka yang mendapat terapi estrogen per oral.

2. Mendiagnosis peradangan

Peradangan pada vagina dan serviks pada umumnya dapat didiagnosis dengan

pemeriksaan sitologi apusan pap. Baik peradangan akut maupun kronis,

sebagian besar akan memberi gambaran perubahan sel yang khas pada sediaan

apusan pap sesuai dengan organisme yang tidak menimbulkan reaksi yang

khas pada sediaan apusan pap

3. Identifikasi organisme penyebab peradangan

Dalam vagina ditemukan beberapa macam organisme/kuman yang sebagian

merupakan flora normal vagina yang bermanfaat bagi organ tersebut (mis,

bakteri doderlein). Pada umumnya organisme penyebab peradangan pada

vagina dan serviks, sulit diidentifikasi dengan pulasan pap, tetapi beberapa

macam infeksi oleh kuman tertentu menimbulkan perubahan yang ada pada sel

tersebut, dapat diperkirakan organisme penyebabnya. Organisme kuman

Gradnerella vaginalis dikatakan memberi gambaran yang khas dengan adanya

clue cell. Infeksi Chlamydia menunjukan adanya sel metaplastik yang

bervakuolisasi, dan infeksi HPV menunjukkan adanya sel metaplastik yang

bervakuolisasi, dan infeksi HPV menunjukan adanya sel koilosit. Organisme

parasit yang mudah dikenal dengan pulasan pap, adalah Trichomonas,

(19)

7

4. Mendiagnosa kelainan prakanker (displansia) serviks dan kanker serviks dini atau

lanjut (karsinoma insitu/invasif). Manfaat sitologi apusan pap yang paling banyak

dikenal dan digunakan adalah sebagai pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi

prakanker (displasia) atau kanker (karsinoma) serviks. Dengan kemajuan

penelitian mutakhir di bidang sitologi apusan pap, Sitologi ginekologik yang

semula dinyatakan hanya sebagai alat skrining deteksi kanker mulut rahim, kini

telah diakui sebagai alat skrining deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui

sebagai alat diagnostik prakanker dan kanker serviks yang ampuh dengan

ketepatan diagnostik yang tinggi. Walaupun ketepatan diagnostik sitologi

ginekologik apusan pap sangat tinggi, yaitu 96%, tetapi diagnostic sitologi tidak

dapat menggantikan diagnostic histopatologik sebagai alat pemasti diagnosis. Hal

itu berarti setiap diagnostic sitologi kanker serviks harus dikonfirmasi dengan

pemeriksaan histopatologi jaringan biopsy serviks, sebelum dilakukan tidakan

berikutnya.

5. Memantau hasil terapi

a. Memantau hasil terapi hormonal, misalnya pada kasus infertilitas atau

gangguan endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada kasus kanker serviks

yang telah diobati dengan radiasi

b. Memantau adanya kekambuhan pada kasus kanker yang telah dioperasi

c. Memantau hasil terapi lesi prakanker atau kanker serviks yang telah diobati

(20)

3. Umur Yang Sesuai Untuk Melakukan Pap Smear

Skrining pada wanita yang sudah melakukan seksual aktif, deteksi dini adanya

keganasan pada servik, pemantauan setelah tindakan pembedahan, radio terapi, atau

kemoterapi kanker serviks (Rasjidi, 2008)

Departemen kesehatan menganjurkan bahwa semua wanita yang berusia 20-26

tahun harus melakukan Pap Smear paling tidak setiap lima tahun. The British Medical

Associaton Family Health Encyclopedia menganjurkan bahwa seorang wanita harus

melakukan Pap Smear dalam waktu 6 bulan setelah pertama kali melakukan hubungan

seksual, dengan Pap Smear kedua 6-12 bulan setelah Pap Smear pertama (karena suatu

perubahan kecil dapat menghilangkan suatu abnormalitas dalam suatu Pap Smear) dan

hasil yang diberikan adalah normal pada selang waktu (interval) 3 tahun selama

hidupnya. Ahli-ahli di maries topes internasional menganjurkan agar kita melakukan

Pap Smear setiap tahun (Evennett, 2004).

4 . Klasifikasi Pemeriksaan Pap Smear

Menurut Rasjidi (2008) pengklasifikasian pap smear yaitu :

a. Klasifikasi Papaniculou

1. Grade I tak ada sel abnormal atau atipik

2. Grade II ada sitologi atipik tapi tak ada bukti adanya keganasan

3. Grade III ada perubahan sitologi yang jelas tapi tak dapat disimpulkan ada

keganasan

4. Grade IV curiga ada keganasan

5. Keganasan

b. Klasifikasi WHO

(21)

9

2. Inkonklusif

3. Displasia ringan, sedang, berat

4. Keganasan

c. Klasifikasi Cervical Intraepithelial Neoplasma

1. CIN I/ Neoplasma interaepitelial skuamosa (NIS) I

2. CIN II

3. CIN III

d. Klasifikasi Bathesda

Sel skuamosa

a) Atypical sguamous cells

(1) Of undetermined significance (ASC-US)

(2) Tidak dapat mengeksklusi HSIL (ASC-H)

b) Low grade Squamous Intraepithel lesion (LSIL

Meliputi : HPVdysplasia ringan/ CIN 1

c) High grade Squamousintraepithelial lesion (HSIL)

Meliputi : dysplasia sedang dan berat, CIS/CIN 2 dan CIN 3

Dengan gambaran dicurigai terdapat invasi (bila dicurigai terdapat invasi)

d) Squamouse cell carcinoma

. Sel Glandular

a). Atipikal

(1) Sel-sel endoserviks (yang tidak dapat diklasifikasikan atau sebutkan dengan

penjelasan)

(2) Sel-sel endometrial (yang tidak dapat diklasifikasikan atau sebutkan dengan

(22)

(3) Sel-sel glandular (yang tidak dapat diklasifikasikan atau sebutkan dengan

penjelasan

b). Atipikal

(1) Sel-sel endoserviks, mengarah pada neoplastik

(2) Sel-sel glandular, mengarah pada neoplastik

c). Adenokarsinoma Endoserviks in situ

d). Adenokarsinoma

e. Endoserviksi

f. Endometrial

g. Akstrauterin

Tidak dapat diklasifikasikan

5. Bahan Pemeriksaan Sitologi Pap Smear

Bahaan pemeriksan apusan Pap Smear terdiri atas secret vaginal, secret serviks

(eksoserviks), secret endoserviks, secret endometrium, secret forniks posterior (Lestadi,

2009).

6. Alat Pemeriksaan Pap smear

Menurut Lestadi (2009) Dalam membuat pemeriksaan Pap Smear diperlukan

alat sebagai berikut:

a. Kaca objek

b. Bahan fiksasi basah berupa cairan fiksasi alcohol 95% dalam tabung atau bahan

fiksasi kering berupa cytotrep, dryfix, atau hair spray

c. Pensil gelas atau pensil intan (diamond pencil)

(23)

11

e. Lidi kapas, ecouvillon rigide atau cytobrush

f. Sapu endometrium (balai endomatre)

g. Spekulum vagina cocor bebek (speculum cusco)

7. Syarat Pengambilan Bahan sitologi Pap smear

Menurut Lestadi (2009) Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum

melakukan pengambilan bahan pemeriksaan Pap Smear yaitu:

1. Sekret vaginal harus berasal dari dinding lateral vagina seperti bagian atas.

2. Pengambilan secret harus dilaksanakan pada keadaan vagina normal tanpa infeksi

dan tanda pengobatan local, paling sedikit dalam waktu 48 jam terakhir.

3. Untuk penilaian hormonal siklus menstruasi pada infertilitas, pengambilan secret

harus dilaksanakan pada hari siklus tertentu, sesuai dengan fase-fase pada siklus

haid. Sediaan vaginal biasanya harus diambil pada hari siklus ke-8, 14,19, dan 22

atau hari siklus ke-8, 15 dan 22.

8. Prosedur Pap Smear

MenurutBustan (1997) prosedur Pap Smear dilakukan dengan prosedur :

1. Pemeriksa akan menjelaskan prosedur yang akan dilakukan. Tidur telentang

dengan kedua kaki berada pada penyangga kaki di kiri dan kanan tempat tidur.

2. Pemeriksa akan memeriksa memeriksa apakah ada pembengkakan, luka,

inflamasi, atau gangguan lain pada alat kelamin bagian luar.

3. Memasukan instrumen metal atau plastic yang disebut spekulum ke dalam

(24)

4. Dengan swab atau spatula kayu, atau semacam sikat, operator mengambil sel

pada seluruh saluran mulut rahim, pada puncak mulut rahim, dan pada daerah

peralihan mulut rahim dan vagina

5. Operator akan meletakan sel-sel tersebut pada kaca obyek yang kemudian akan

dikirim ke laboratorium untuk di periksa

6. Spekulum kemudian dilepaskan

7. Operator biasanya akan melanjutkan memeriksa ovarium, uterus, vagina, tuba

fallopi, dan rectal (anus) dengan tangannya

Pemeriksaan Pap Smear tidak membutuhkan pembiusan, baik bius lokal

maupun bius umum. Jika pada Pap Smear ditemukan gambaran sel yang tidak

normal maka akan dilakukan biopsi (pengambilan sedikit jaringan mulut rahim)

untuk pemeriksaan mikroskop lebih lanjut. Pemeriksaan biopsi berguna untuk

menginformasikan hasil pemeriksaan Pap Smear (Bustan, 1997).

B. Kanker Serviks

1. Pengertian Kanker Serviks

Kanker serviks adalah neoplasma ganas primer pada organ serviks uteri

(Soehartati, 2010). Kanker leher rahim atau yang disebut juga sebagai kanker serviks

merupakan suatu penyakit yang di sebabkan oleh Human Papilloma virus onkogenik,

mempunyai persentase yang cukup tinggi dalam menyebabkan kanker serviks

sebanyak 99,7% (Tilong, 2012).

Kanker leher rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di leher

rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker

serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun (Dewi, 2010). Kanker leher

(25)

13

reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara

rahim (uterus) dengan liang sanggama (vagina) (Diananda, 2009).

2. Faktor Risiko Kanker Serviks

Menurut Dinanda (2009) penyebab pasti kanker serviks belum diketahui, tetapi

penelitian akhir di luar negeri mengatakan bahwa virus yang disebut HPV (human

papilloma virus) menyebabkan faktor resiko seorang wanita untuk terkena kanker

serviks meningkat tajam. Terdapat beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap

terjadinya kanker serviks :

a. HPV (human papilloma virus) . HPV adalah virus penyebab kutil genitalis

(kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang

sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.

b. Merokok tembakau merusak sistem kekebalan tubuh dan mempengaruhi

kemampuan tubuh melawan infeksi HPV pada serviks.

c. Sudah melakukan hubungan seksual pada usia dini.

d. Berganti-ganti pasangan seksual.

e. Berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker

serviks.

f. Banyak memakai DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil dalam upaya mencegah

keguguran.

g. Sistem kekebalanya terganggu.

h. Penggunaan pil KB.

i. Infeksi klamidia menahun atau infeksi herpes genetalis.

j. Ekonomi sulit sehingga wanita bersangkutan tidak mampu melakukan Pap smear

(26)

k. Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak, apalagi dengan jarak

persalinan yang terlalu dekat.

l. Defenisi zat gizi. Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi

asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya dysplasia ringan dan sedang, serta

mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang

makanannya rendah beta karotin dan retinol (vitamin A).

m. Trauma kronis pada serviks seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahun.

3. Gejala Kanker Serviks

Menurut Diananda (2009) Kanker serviks pada awalnya di tandai dengan

tumbuhnya sel-sel pada mulut rahim yang tidak lazim (abnormal). Sebelum menjadi

sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang di alami oleh sel-sel tersebut selama

bertahun-tahun.

Pada stadium awal, kanker ini cenderung tidak terdeteksi. Menurut hasil studi

Nasional Institute of Allergy and Infectious Disease, hampir separuh wanita yang

terinfeksi dengan HPV tidak memiliki gejala- gejala yang jelas. Dan lebih-lebih lagi,

orang yang terinfeksi juga tidak tahu bahwa mereka bias menularkan HPV ke orang

sehat lainnya.

Gejala-gejala dan tanda-tanda klinis terjadinya kanker leher rahim adalah sebagai

berikut:

a. Keputihan, yang makin lama makin berbau busuk

b. Pendarahan setelah melakukan hubungan seksual, yang lama-kelamaan dapat

terjadi pendarahan spontan walaupun tidak melakukan hubungan seksual.

c. Berat badan yang terus menurun.

(27)

15

e. Pada fase infasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan

dapat bercampur dengan darah.

f. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.

g. Rasa nyeri di sekitar genitalia.

h. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul.

Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah kemungkinan terjadi hidronefrosis,

selain itu, bias juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.

i. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,

timbul iritasi kandung kencing dan proses usus besar bagian bawah (rectum),

terbentuknya fisitel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala

akibat metastasis jauh.

4. Stadium Perkembangan Kanker Serviks

Stadium kanker servik di dasarkan atas pemeriksaan klinik oleh karena itu

pemeriksaan harus cermat, kalau perlu dilakukan dalam narkose. Stadium klinik ini

tidak berubah bila kemudian ada penemuan baru. Kalau ada keraguan dalam penentuan

maka dipilih stadium yang lebih rendah (soehartati, 2010)

Stadium menurut FIGO (2008)

(Stadium 0 : Karsinoma insitu – dihapuskan)

Stadium IA : Invasi hanya dapat dikenal secara mikroskopis. Kedalam invasi ke

stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebar lesi tidak lebih 7 mm.

Stadium Ia1 : Invasi stroma dengan edalaman ≤ 3mm dan lebar ≤ 7 mm

Stadium Ia2 : Invasi strom dengan kedalaman > 3 mm dan <5 mm dan lebar >7

mm

(28)

Stadium Ib1 : Besar lesi secara tidak lebih dari 4 cm

Stadium Ib2 : Besar lesi secara klinis lebih besar dari 4 cm

Stadium II : Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau

infiliitrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul

Stadium IIa1 : Lesi ≤ 4 cm dari diameter terbesar

Stadium IIa2 : lesi > 4 cm dari diameter terbesar

Stadium IIb : Infiltrasi ke parametrium tetapi belum mencapai panggul

Stadium III : Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan ke

panggul. Hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal termasuk dalam

stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain

Stadium IIIa : Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum

mencapai panggul

Stadium IIIb : Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau

gangguan fungsi ginjal

Stadium IV : Perluasan ke luar organ reproduktif

Stadium Iva : Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rectum

Stadium IVb : Metastasis jauh atau telah keluar dari rongga panggul.

5. Pencegahan kanker serviks

Menurut setiati (2012) pada dasarnya, kanker rahim bisa dicegah dengan

beberapa melakukan kebiasaan.

1. Jauhi merokok

Ini penting buat perempuan perokok. Merokok bukan saja dapat menyebabkan

terjadinya penyakit paru-paru dan penyakit jantung, akan tetapi kadar nikotin

(29)

17

yang masuk akan menempel pada semua selaput lender, sehingga sel-sel darah

dalam tubuh bereaksi atau menjadi terangsang baik pada mukosa tenggorokan,

paru-paru juga serviks.

2. Hindari mencuci vagina dengan antiseptic

Banyak perempuan yang melakukan pencucian vagina dengan antiseptic

dengan alasan untuk kesehatan. Padahal, kebiasaan mencuci vagina bias

menimbulkan kanker serviks, baik obat cuci vagina antiseptic

maupundeodoran. Mencuci vagina dengan antiseptik justru dapat

menyebabkan iritasi pada leher rahim. Iritasi yang berlebihan dan terlalu

sering akan merangsang terjadinya perubahan sel, yang akhirnya jadi kanker.

Sebaiknya, pencucian vagina dengan bahan-bahan kimia tidak dilakukan

secara rutin kecuali bila indikasi , misalnya infeksi yang memang memerlukan

pencucian dengan zat-zat kimia. Itu pun harus atas saran dokter. Jadi, Anda

jangan sembarangan membeli obat-obatan pencuci vagina terlebih lagi,

pembersihan tersebut umumnya akan membunuh kuman-kuman, termasuk

kuman bassilus doderlain di vagina yang memproduksi asam laktat untuk

mempertahankan pH vagina.

3. Hindari menabur bedak talk pada vagina

Sering kali terjadi, pada saat daerah vagina gatal atau merah-merah, banyak

perempuan yang menaburkan bedak talk di sekitar vagina. Padahal, ini

berbahaya. Menaburkan bedak talk pada vagina perempuan berusia subur

dapat terjadi pemicu terjadi kanker indung telur (ovarium).

4. Lakukan diet rendah lemak

Penting anda ketahui , timbulnya kanker erat kaitannya dengan pola makan

(30)

beresiko terkena kanker endometrium (badan rahim). Lemak memproduksi

hormone estrogen, sementara endometrium yang sering terpapar hormone

estrogen mudah berubah sifat menjadi kanker. Banyak penderita kanker

endometrium diderita oleh perempuan bertubuh terlalu gemuk.

5. Jangan kekurangan vitamin C (buah dan sayur-sayuran)

Selain pola hidup mengkonsumsi makanan tinggi lemak, perempuan yang

kekurangan zat-zat gizi lain, seperti beta karoten, vitamin C, dan asam folat,

bias menyebabkan timbul kanker serviks. Karena, jika tubuh

kekuranganzat-zat gizi tersebut maka akan mempermudah rangsangan sel-sel mukosa tadi

menjadi kanker. Beta karoten banyak terdapat dalam wortel, vitamin C

terdapat dalam buah-buahan berwarna oranye, sedangkan asam folat terdapat

dalam makanan hasil laut.

6. Hubungan seks terlalu dini

Sesungguhnya hubungan seks idealnya dilakukan setelah perempuan yang

sudah matang usianya. Ukuran kematangan seorang perempuan bukan hanya

dilihat dari ia sudah menstruasi atau belum. Tapi juga bergantung pada

kematangan sel-sel mukosa; yang terdapat diselaput kulit bagian dalam rongga

tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah perempuan tersebut

berusia dua pilih tahun ke atas. Jadi, perempuan yang sudah melakukan

hubugan seks sejak usia remaja, maka ia cenderung mudah terkena penyakit

kanker rahim.

7. Hindari berganti-ganti pasangan seks

Salah satu penyebab kanker leher rahim muncul pada perempuan yang kerap

berganti-ganti pasangan seks. Karena berganti-ganti pasangan dapat

(31)

19

virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga

membelah menjadi lebih banyak.

8. Terlambat Menikah

Perempuan-perempuan yang terlambat menikah juga beresiko terkena kanker

ovarium dan kanker endometrium. Hal itu karena, perempuan ini akan

terus-menerus menggalami ovulasi tanpa jeda, sehingga rangsangan terdapat

endometrium pun terjadi terus-menerus. Akibatnya, bias membuat sel-sel di

endometrium berubah sifat jadi kanker.

9. Hindari Tidak mau punya anak

Risiko yang sama pun akan dihadapi wanita menikah yang tidak mau punya

anak. Karena, ia pun akan mengalami ovulasi terus-menerus. Bila haid

pertama terjadi di bawah usia 12 tahun, maka paparan ovulasinya berarti akan

semakin panjang. Jadi, kemungkinan terkena kanker ovarium akan semakin

besar. Dan salah satu upaya pencegahan terkena kanker rahim adalah dengan

menikah dalam hamil bagi kaum perempuan. Bisa juga dilakukan dengan

mengkonsumsi pil KB, karena penggunaan pil KB akan mempersempit

peluang terjadinya ovulasi. Jika sejak usia 15 tahun hingga 45 tahun dia

terus-menerus ovulasi, lantas 10 tahun ia ber-KB, maka masa ovulasinya lebih

pendek dibandingkan terus menerus mengalami masa haid. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan penggunaan pil KB sebagai alat kontrasepsi dapat

menurunkan kejadian kanker ovarium sampai 50 persen.

10.Hindari Penggunaan Estrogen

Risiko yang sama akan terjadi pada wanita yang terlambat menopause. Karena

rangsangan terhadap endometrium akan lebih lama, sehingga endometriumnya

(32)

kanker. Perempuan yang memakai esterogen tak terkontrol sangat beresiko

terkena penyakit kanker rahim. Umumnya banyak perempuan menopause

yang menggunakan estrogen untuk mencegah osteroporosis dan serangan

jantung. Padahal, risiko pemakaian estrogen bias mengakibatkan semakin

menebalnya dinding endometrium dan merangsang sel-sel endometrium

sehingga berubah sifat menjadi kanker, jadi penggunaan hormone estrogen

harus atas pengawasan dokter agar sekaligus juga diberikan zat antinya,

sehingga tidak berkembang jadi kanker.

C. Faktor –Faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear

Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (1980), perilaku dipengaruhi oleh

3 faktor utama, yakni:

1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor)

a) Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari manusia, yang sekedar

menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan

apa sebagainya. Sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab,

“what”, melainkan akan menjawawb pertanyaan “why”, “how”, misalnya

mengapa air mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa

manusia bernafas, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawawb

apa sesuatu itu. Tetapi ilmu dapat menjawab mengapa dan bagaimana

sesuatu terjadi (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat

kembali kejadian yang pernah dilakukan baik secara sengaja maupun tidak

(33)

21

terhadap suatu objek. Prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (misalnya

prilaku karena paksaan atau adanya aturan wajib) (Mubarak, 2011).

Menurut notoadmodjo (2003) pengetahuan tercakup dalam domain

kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

1) Tahu (Know) di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.masuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan

dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension) di artikan sebagai kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan dan meramalkan dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (aplikacation) diartikan sebagai kemampuan untuk

mengunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi

real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain.

(34)

materi atau suatu objek ke dalam komponen-kompenen, tetapi dalam

struktur organisasi, dan masih ada kaitanya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dililihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat mengambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (syntesis) diartikan sebagai kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Misalnya dapat menyusun , dapat merencanakan, dapat meringkaskan,

dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau

rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluating) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

melakukan penelitian terhadap sesuatu materi atau objek. Penilaian itu

didasarkan pada suatu kreteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dan subjek

peneliti atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas

(Notoadmodjo, 2003).

b) Sikap

Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran

(kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu

(35)

23

sebagai kecenderungan berespons (secara positif maupun negatif) terhadap

orang, obyek atau situasi tertentu. Sikap seseorang dapat berubah dengan

diperolehnya dengan tambahan informasi tentang obyek, melalui persuasi

serta tekanan dari kelompok sosialnya (sarwono 2007).

Menurut H.L. Bloom, dalam Notoatmodjo (2003) Sikap Merupakan

reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulasi

atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara

nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulasi sosial. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku.

Sikap adalah penilaian (bias berupa pendapat) seseorang terhadap

stimulus atau objek (masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah

seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan

menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan.

1) Komponen pokok sikap

Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2003), sikap mempunyai 3

komponen pokok yaitu: Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep

terhadap suatu objek, dan kehidupan emosional atau elevasi terhadap

suatu objek, serta kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen

ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).

2) Berbagai tingkatan sikap

(a) Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

(36)

(b) Merespon (Responding), memberikan jawaban jika ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah

suatu indikasi dari sikap. Karena suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari

pekerjaan itu benar atau salah berarti orang menerima ide tersebut.

(c) Menghargai (Valuing), bahwa mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu

indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak

ibu-ibu lain pergi melakukan Pap Smear, atau mendiskusikan

tentang Pap Smear adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah

mempunyai sikaap positif terhadap Pap Smear.

(d) Bertanggung jawab (Responsible), yaitu tanggung jawab atas

segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala risikonya yang

merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau secara

tidak langsung. Secara langsung, dapat ditanyakan bagaiman pendapat

atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyatan-pernyataan kemudian

ditanyakn pada responden (Notoatmodjo 2003).

c) Tingkat Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi adalah tingkat pendapatan penduduk, semakin

tinggi pendapatan penduduk semakin tinggi pula pengeluaran yang di

belanjakan untuk barang makanan, semakin tinggi pendapatan keluarga

(37)

25

Tingkat ekonomi yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk

memperoleh kebutuhan yang lebih misalnya di bidang pendidikan,

kesehatan, pengembangan karir dan sebagainya. Demikian juga sebaliknya

jika ekonomi lemah maka menjadi hambatan dalam pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan tersebut. Keadaan sosial ekonomi (kemiskinan,

orang tua yang bekerja dengan penghasilan rendah) yang memegang

peranan penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga. Jenis

pekerjaan orang Tua erat kaitanya dengan tingkat penghasilan dan

lingkugan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan

pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat,

dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya

pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan

karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam menggunjungi

pusat pelayanan kesehatan (zacler, dalam notoatmodjo, 1997).

Pendapatan merupakan ukuran yang sering digunakan untuk melihat

status sosial ekonomi pada suatu kelompok masyarakat. Semakin baik

kondisi ekonomi masyarakat semakin tinggi persentasi yang menggunakan

jasa kesehatan (Depkes RI, 2000).

Menurut Veralls (2003) Wanita pada kelompok sosial ekonomi rendah

cenderung memulai aktivitas seksual pada umur yang lebih muda dan

terdapat pengurangan insidens kanker serviks pada para wanita yang

suaminya disirkumsisi. Kanker serviks banyak di jumpai pada sosial

ekonomi rendah yang berkaitan dengan gizi dan imunitas, pada sosial

ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makin kurang, hal ini

(38)

d) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan dengan cara mengulang kembali, pengetahuan yang diperoleh

dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar

dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan

keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan

dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik

yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya (Erfandi, 2009).

Suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang berkurang baik

seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman

terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan

timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi

kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam

kehidupannya (Mubarak, et all).

2. Faktor-faktor pemungkin (enambling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang

bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti

puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa,

dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berprilaku sehat,

(39)

27

perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak

hanya karena ia tahu dan sadar manfaat pemeriksaan hamil saja, melainkan

ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat

periksa hamil, misalnya: Puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah

sakit. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan

terwujudnya perilaku kesehatan, maka factor-faktor ini disebut factor

pendukung, atau factor pemungkin.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi factor sikap dan perilaku tokoh masyarakat

(toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk

petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang,

peraturan-peraturan bauk dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan

kesehatan. Untuk berprilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya

perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja melainkan

diperlukan perilaku contoh (acuan) dari tokoh masyarakat, tokoh agama,

para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Di samping itu

undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

Seperti perilaku periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas

periksa hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang

(40)

28 BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah abstrak dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan

dan membentuk teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel

yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2003).

Adapun variabel - variabel yang akan diteliti dalam peneliti dalam penelitian ini

dapat dilihat pada bagan sebagai berikut :

Faktor-faktor Predisposisi

- Pengetahuan

- Sikap

- Tingkat sosial ekonomi

- Pengalaman

ibu melakukan

(41)

29

B. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Pengetahuan Hasil dari tahu

responden tentang Pap Smear

Kuesioner Wawancara Pengetahuan dikatakan:

a. Baik bila responden menjawab benar

8-Kuesioner Wawancara a. Sikap positif jika

skor responden 13-18 dari total skor maksimum

b. Sikap negative jika responden 6-12

Kuesioner Wawancara a. Tinggi :

> 2000.000

4. Pengalaman Pengalaman adalah

kegiatan atau tindakan yang dilakukan responden untuk melakukan Pap Smear

Kuesioner Wawancara a. Sudah

berpengalaman jika responden

menjawab >2 kali

b. Belum Pernah di

Pap Smear dan akan di Pap Smear

(42)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan

pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear. Penelitian ini diukur

satu kali saja dalam kurun waktu yang bersamaan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu yang telah aktif melakukan

hubungan seksual yang datang ke RSU Mitra Sejati untuk melakukan pemeriksaan

Pap Smear pada saat peneliti melakukan penelitian. Dari survey awal yang saya

lakukan sebelumya diketahui jumlah yang datang melakukan pemeriksaan Pap

Smear pada bulan November di RSU tersebut adalah ± 35 orang pasien.

2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

consecutive sampling yaitu pengambilan sampel dengan menetapkan subyek yang

memenuhi kriteria yaitu seluruh ibu yang telah aktif melakukan hubungan seksual

sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi.

Penentuan jumlah sampel seperti yang disebutkan menggunakan rumus

(Nursalam, 2008).

� = N

(43)

31

Dimana :

n = Besar sampel

N= Besar Populasi

d = Tingkat kepercayaan (0,05)

dari rumus di atas dapat dihitung jumlah sampel dari survey awal yang akan

dijadikan responden pada penelitian ini, yaitu:

N = 35

d = 0,05

� = 35

1 + 35(0.05)2

� = 35

1 + 0,0875

� = 35

1,0875

� = 32,1 = 32 orang

Dari rumus diatas dapat disimpulkan jumplah sampel pada penelitian ini sebesar

32 orang.

C. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah RSU Mitra Sejati Medan Adapun pertimbangan

lokasi penelitian ini adalah bahwa di RSUP Mitra Sejati Medan telah melakukan

(44)

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari mulai bulan maret 2014 sampai dengan April 2014.

E. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi yaitu

Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara dan izin

dari Kepala RSU Mitra Sejati Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal

yang berkaitan dengan permasalahan etika yaitu memberikan penjelasan kepada

calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon

responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani

informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden

berhak untuk mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri

selama pengumpulan data berlangsung. Kerahasian catatan mengenai data

responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument

penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data - data yang diperoleh dari responden

hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data 1. Instrumen penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner yang berisi

tentang 10 pernyataan Pengetahuan tentang Pap Smear, 6 pernyataan Sikap

tentang Pap Smear, Tingkat Sosial Ekonomi , pengalaman melakukan pap

smear.

2. Aspek Pengukuran

a. Aspek Pengukuran Pengetahuan

(45)

33

Bila jawaban salah diberi skor 0

Skor maksimum = Jumlah soal x skor maksimum

= 10 x 1

= 10

Skor minimum = Jumlah soal x skor minimum

= 10 x 0

= 0

Menurut Setiadi (2007) Rumus penghitung skor persentase pengetahuan adalah:

P : �

� x 100

Dimana : P = Persentase

f = Jumlah jawaban yang benar

N = Jumlah skor maksimal

Maka pengetahuan dikatakan :

Baik : Apabila responden menjawab benar 8-10 pertanyaan yaitu (80 -100%)

Cukup : Apabila responden menjawab benar 6-7 pertanyaan yaitu (60-70%)

Kurang : Apabila responden menjawab benar 1-5 pertanyaan yaitu (10-50 %)

b. Aspek Pengukuran sikap

Bila jawaban Setuju diberi skor 3

Bila jawaban Kurang setuju diberi skor 2

Bila jawaban Tidak setuju diberi skor 1

Menurut Alimul (2007) Rumus penghitung skor persentase sikap adalah :

(46)

Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan dengan menentukan skor

tertinggi dan skor terendah

1. Skor tertinggi adalah 18 dan skor terendah adalah 6

2. Menentukan Nilai rentang (R)

Rentang = skor tertinggi-skor terendah

= 18-6 = 12

3. Menentukan Panjang kelas

Panjang kelas P= Rentang (R) �����������

= 12/2 = 6

Maka untuk menentukan kategori sikap :

1. Jika skor responden 13-18 maka sikap responden positif

2. jika skor responden 6-12 maka sikap responden negative

c. Aspek Pengukuran Tingkat Sosial Ekonomi

1. Tinggi : Rp> 2000.000

2. Sedang: Rp1.500.000-1000.000

3. Rendah :Rp.<500.0000-500.000

d. Aspek Pengukuran pengalaman

Untuk mengetahui pengalaman pemeriksaan Pap Smear responden

didasarkan pada jawaban yg di berikan atas pernyataan yaitu :

1. Sudah berpengalaman jika responden menjawab >2 kali

(47)

35

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner pengetahuan dan sikap ibu tentang Pap Smear disusun dan

dikembangkan sendiri oleh penulis. Sehingga sebelum disebar, dilakukan uji coba

kuesioner tersebut kepada 20 orang ibu yang memiliki kriteria yang sama dengan

sampel, yaitu ibu yang telah aktif melakukan hubungan seksual.

1. Uji Validitas

Validitas instrumen adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji Validitas yang dilakukan adalah

dengan cara validitas isi (content validity) yang diuji oleh febriana Oktavinola

Kaban, SST, M.Keb dengan skor indeks pengetahuan O,86 dan skor indeks

sikap 0,85 Tujuannya adalah untuk mendapatkan alat ukur yang dapat

dilaksanakan dan dapat diandalkan.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila

fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu

yang berlainan (Nursalam, 2008). Uji reliabilitas dilakukan dengan responden

20 ibu yang mempunyai kriteria yang sama dengan sampel, kemudian data

tersebut diolah menggunakan Program SPSS dengan mencari nilai koefisien

reliabilitas Alpha Cronbach untuk Pengetahuan 0,840 dan untuk sikap Alpha

Cronbach 0,928

H. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan surat

(48)

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan surat

permohonan izin melaksanakan penelitian di RSU Mitra Sejati Medan. Dengan

diperolehnya kedua surat izin tersebut maka peneliti melaksanakan pengumpulan

data di rumah sakit tersebut, selanjutnya peneliti memilih responden dan meminta

persetujuan mereka untuk menjadi responden secara suka rela. Calon responden

yang bersedia menjadi responden harus menandatangani informed concent.

Selanjutnya peneliti menjelaskan kepada responden bagaimana proses

wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti. Pengisian kuesioner dilakukan oleh

peneliti dengan cara memberikan tanda ceklist pada jawaban yang dianggap sesuai

dengan pernyataan dan kondisi responden. Responden diberikan kesempatan untuk

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti agar menjawab pertanyaan

dengan jujur. Setelah lembar kuesioner diisi oleh peneliti, selanjutnya peneliti

memeriksa kembali kelengkapan data tersebut.

I. Analisa Data

Analisa data akan dilakukan dengan analisis univariate di mana peneliti

menganalisis tiap variabel penelitian yang akan menghasilkan distribusi

faktor-faktor dan persentase dengan menggunakan program SPSS. Dalam pengumpulan

data dan langkah - langkah yang akan dilakukan di antaranya adalah :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kelengkapan identitas

dan data responden serta memastikan semua jawaban yang telah diisi. Peneliti

meminta reponden agar menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan agar tidak

(49)

37

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini akan dilakukan

dengan menggunakan computer untuk memudahkan proses analisis data.

3. Data Entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master tabel atau database computer. Data-data yang termasukl dalam

factor-faktor yang terdapat di dalam variable penelitian akan dimasukan ke

dalam SPSS sebagai master table.

4. Melakukan Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah analisa univariat untuk

mengetahui frekuensi dan persentase masing-masing variabel yang akan

digunakan, faktor-faktor yang terdapat di dalam variabel penelitian sehingga

akan terlihat faktor apa yang paling dominan mempengaruhi ibu melakukan Pap

(50)

38 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan untuk mengetahui Faktor-faktor yang

mempengaruhi ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan

Tahun 2014 dengan jumlah sampel sebanyak 32 orang diperoleh hasil sebagai

berikut:

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati

Medan Tahun 2014

Pada penelitian ini karakteristik responden tabel 5.1 mencakup umur,

pendidikan, pekerjaan. Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa paling banyak ibu

(51)

39

sedikit ibu yang berumur 51-55 tahun sebanyak 2 orang (6,3 %), dan paling

banyak ibu yang pendidikan SMA sebanyak 14 orang (43,8%) dan paling sedikit

ibu yang berpendidikan SD sebanyak 4 orang (12,5 %), dan paling banyak

pekerjaan ibu yaitu pegawai swasta sebanyak 12 orang (37,5%) dan paling

sedikit pekerjaan ibu yaitu wiraswasta sebanyak 5 orang (15,6 %).

2. Pengetahuan Responden

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan tentang Pengetahuan Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smeardi RSU Mitra Sejati Medan Tahun

2014

kemudian dilakukan pengamatan terhadap sel-sel tersebut

2. Tujuan dilakukan pap smear ialah untuk mendeteksi 26 81,3 6 18,8 kanker leher rahim secara dini, sehingga pengobatan dapat

diberikansegera dan seoptimal mungkin

3. Pemeriksaan pap smear hanya tersedia di rumah sakit besar 21 65,6 11 34,4 dengan fasilitas yang lengkap

4. Pap smear hanya dapat dilakukan dengan bantuan dokter 25 78,1 7 21,9 spesialis kandungan dan kebidanan

5. Pemeriksaan pap smear dilakukan pada wanita segala usia 17 53,1 15 46,9 6. Pemeriksaan pap smear sebaiknya diulang setiap 19 59,4 13 40,6

1 tahun sekali secara teratur

7. Wanita yang sudah pernah melahirkan perlu melakukan 19 59,4 13 40,6 pemeriksaan pap smear lebih sering

8. Pada saat melakukan pap smear, sebaiknya wanita tidak 24 75,0 8 25,0 sedang mengalami menstruasi

9. Sebelum dilakukan pap smear, pasien diwajibkan untuk 25 78,1 7 21,9 mencuci bagian kewanitaanya terlebih dahulu

(52)

Berdasarkan tabel 5.2 dari 32 responden pilihan jawaban

pengetahuan ibu didapati bahwa ibu yang paling banyak menjawab pernyataan

benar yaitu pada pernyataan nomor 1 dan 2 sebanyak 26 orang (81,3 %), dan

didapat bahwa ibu yang sedikit menjawab benar yaitu pada pernyataan nomor

5 sebanyak 17 orang (53,1 %) Sedangkan ibu yang banyak menjawab salah

yaitu pada pernyataan nomor 5 sebanyak 15 orang (46,9 %), dan didapat

bahwa ibu yang sedikit menjawab salah yaitu pada pernyataan nomor 1 dan

nomor 2 sebanyak 6 orang (18,8 %).

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014

Kategori F (%)

Baik 13 40,6

Cukup

kurang

10

9

31,3

28,1

Total 32 100

Berdasarkan table 5.3, pengetahuan responden paling banyak

berpengetahuan baik yaitu 13 orang (40,6%). Dan paling sedikit responden

(53)

41

3. Sikap Responden

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Sikap Ibu Melakukan PemeriksaanPap Smear di RSU Mitra Sejati

Medan Tahun 2014

No Pernyataan Pilihan jawaban

Setuju Kurang

Pemeriksaan Pap smear harus dilakukan disegala usia Pemeriksaan Pap smear harus dilakukan jika sudah pernah berhubungan seksual

Pemeriksaan Pap Smear harus dilakukan jika wanita sering melahirkan

Pemeriksaan Pap Smear harus dilakukan 1 kali seumur hidup Pemeriksaan Pap Smear harus dilakukan

Pemeriksaan pap smear harus dilakukan oleh dokter kandungan

15

Berdasarkan tabel 5.3 dari 32 responden pilihan jawaban sikap ibu

didapati bahwa ibu yang banyak menjawab sikap setuju yaitu pada

pernyataan nomor 5 dan 6 sebanyak 19 orang (59,4 %), dan didapat bahwa

ibu yang sedikit menjawab setuju yaitu pada pernyataan nomor 1 sebanyak

15 orang (15,6 %) Sedangkan ibu yang banyak menjawab kurang setuju

yaitu pada pernyataan nomor 1 dan nomor 2 dan nomor 6 sebanyak 12

orang (37,5 %), dan didapat bahwa ibu yang sedikit menjawab kurang

setuju yaitu pada pernyataan nomor 3 sebanyak 8 orang (25,0 %).

Sedangkan ibu yang banyak menjawab tidak setuju yaitu pada pernyataan

nomor 3 dan nomor 4 sebanyak 6 orang (18,8 %), dan didapat sedikit yang

(54)

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Positif 27 84,4

Negatif 5 15,6

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.5 sikap responden paling banyak bersikap

positif yaitu yakni sebanyak 27 orang (84,4%) dan paling sedikit

bersikap negatife yaitu 5 orang (15,6 %)

4. Tingkat Sosial Ekonomi Responden

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat sosial ekonomi Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear Di RSU

Mitra Sejati Medan Tahun 2014

Kategori F %

Tinggi 17 53,1

Sedang 6 18,8

Rendah 9 28,1

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.6 tingkat sosial ekonomi responden paling banyak

berpenghasilan tinggi yaitu 17 orang (53,1%) dan paling sedikit

(55)

43

5. Pengalaman Responden

Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pengalaman Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati

Medan Tahun 2014

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Sudah

Berdasarkan tabel 5.7 Pengalaman responden paling banyak sudah

berpengalaman yaitu sebanyak 22 orang (68,8) dan tidak berpengalaman

sebanyak 10 orang (31,3%).

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Faktor-faktor ibu melakukan

pemeriksaan pap smear di RSU Mitra sejati Medan Tahun 2014 yang meliputi

karakteristik responden, pengetahuan, sikap, tingkat sosial ekonomi, pengalaman.

akan diuraikan pembahasan sebagai berikut.

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 32 ibu yang menjadi

responden ditemukan paling banyak ibu yang berumur 36-40 dan 46-50 tahun

sebanyak 7 orang (21,7%) dan paling sedikit ibu yang berumur 51-55 tahun

(56)

yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi

perubahan aspek psikis dan psikologi (mental) dimana taraf berfikir seseorang

semakin matang dan dewasa. Hal ini sesuai dengan teori bahwa usia reproduktif

memang lebih aktif mencari dan mendapatkan informasi dibandingkan usia yang

tidak produktif lagi.

Karakteristik tingkat pendidikan ditemukan bahwa paling banyak ibu

yang pendidikan SMA sebanyak 14 orang (43,8%) dan paling sedikit ibu yang

berpendidikan SD sebanyak 4 orang (12,5 %). Sesuai dengan pendapat

Notoadmojo (2007) yang menyatakan konsep dasar pendidikan adalah suatu

proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,

perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih

matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Bertitik tolak dari konsep

pendidikan tersebut, maka proses belajar pada individu, kelompok atau

masyarakat dari tidak tahu tentang masalah nilai-nilai kesehatan menjadi tahu,

dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi

mampu. Hal ini bertujuan untuk melihat bahwa semakin tinggi pendidikan yang

dimiliki oleh responden maka semakin mudah dalam menyerap informasi serta

ide-ide yang ada. Tingginya pendidikan seseorang diharapkan pada pengetahuan

dan kemampuan yang dimilikinya untuk berprilaku hidup sehat.

Karakteristik pekerjaan ditemukan paling banyak pekerjaan ibu yaitu

pegawai swasta sebanyak 12 orang (37,5%) dan paling sedikit pekerjaan ibu

yaitu wiraswasta sebanyak 5 orang (15,6 %). Menurut Mubarak (2007) bahwa

lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan  Sikap Ibu Melakukan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dukungan pemerintah dan pemda—termasuk oleh mitra pembangunan—dalam pengembangan sistem data dan informasi harus difokuskan untuk mendukung pelaksanaan kedua kebijakan umum

Ketika ada masalah, saya enggan membicarakannya langsung dengan orang yang memiliki masalah

Serbuk gergaji kayu jati mengandung komponen-komponen kimia seperti selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif, sehingga dapat digunakan sebagai absorben yang

Struktur bagian dalam zeolit yang membentuk lubang dan sambungan dapat diisi dengan molekul-molekul lain, termasuk molekul air. Molekul yang dapat masuk ke dalam

Jika nilai Hosmer and Lemeshow Goodness of fit test statistics sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan

Rasio antara value added dengan human capital perusahaan. Structural Capital Value Added

Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Strata Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tatanan rumah tangga dan kondisi sanitasi lingkungan dengan status BTA pada suspek TB Paru studi

Untuk mengetahui pengaruh harga, kualitas produk, desain, dan citra merek terhadap keputusan pembelian sepatu futsal Specs di Kota Purwokerto...