i
FAKTOR-FAKTOR IBU MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI RSU MITRA SEJATI MEDAN TAHUN 2014
ENDANG DOLOKSARIBU 135102023
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Faktor-faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014
ABSTRAK Endang Doloksaribu
Latar belakang : Pap smear adalah suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut rahim kah sel yang ada kemudian dibawah mikroskop. Pada pemeriksaan biasanya dapat ditentukan apakah sel yang ada di mulut rahim masih normal, berubah menuju kanker atau telah berubah ke sel kanker. Sebagian besar ibu telah yakin bahwa tes Pap Smear adalah untuk mendeteksi kanker. Banyak ibu yang tidak menggangap diri mereka sendiri masuk dalam kelompok risiko terkena kanker leher rahim. Hal ini menjadikan tes tersebut tidak berperan penting bagi mereka sehingga meyakinkan mereka bahwa tes tersebut tidak di tunjukan bagi mereka dan oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu melakukan tes Pap Smear. Ada juga kelompok ibu gelisah yang terlalu malu, khawatir atau cemas untuk menjalani Pap Smear.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui Faktor-Faktor ibu melakukan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskritif. Jumlah sampel dalam penelitian ini 32 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan consecutif sampling. Penelitian ini dilakukan di RSU Mitra Sejati Medan.
Hasil : Penelitian menunjukan mayoritas ibu berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (40,6 %), bersikap positif 27 orang (84,4 %), tingkat sosial ekonomi tinggi 17 orang (53,1 %), dan sudah berpengalaman 22 orang (68,8 %).
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh ibu berpengetahuan baik, bersikap positif, tingkat sosial ekonomi tinggi dan sudah berpengalaman, maka
diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian Pap smear
berdasarkan faktor pengalaman rujukan karena kemungkinan responden yang tidak berpengalaman dikarenakan responden melakukan Pap smear karena rujukan tanpa penjelasan yang cukup dari petugas kesehatan.
Kata kunci : Pap Smear, Pengetahuan, Sikap,Tingkat sosial ekonomi,
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas dan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
dengan judul “Faktor-Faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra
Sejati Medan Tahun 2014”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mengalami
kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Untuk itu perkenankanlah
penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU
skaligus selaku dosen pembimbing yang telah memberikan nasehat dan
saran yang bermanfaat dalam penyel;esaian karya tulis ilmiah di Program
studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kp. Ns. M.Kep selaku ketua Program Studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.
3. drr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc. CM-FM, M.PdKed selaku penguji 1.
4. Dr. dr. Sarma N Lumbanraja, SpOG.K selaku penguji 2.
5. dr. Arih Ginting, selaku Direktur di RSU Mitra Sejati.
6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Studi D IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
7. Kedua orang tua dan saudara saya tercinta yang telah memberikan kasih
sayang, dukungan dan semangat kepada penulis menyelesaikan karya tulis
8. Teman – teman D – IV Bidan Pendidik yang telah memberikan dukungan
dan semua pihak yang mendukung penulis dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang
diberikan. Semoga mendapat anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Medan, Juli 2014
Penulis
iii
A. Latar Belakang………..1
B. Perumusan Masalah ... 3
3. Bagi Institusi Pendidikan Dan peneliti Selanjutnya………. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
7. Syarat Pengambilan Sitologi Pap Smear ... 11
8. Prosedur Pap Smear………11
B. Kanker Serviks ... 12
1. Pengertian Kanker Serviks ... 12
2. Faktor Risiko Kanker Serviks ... 12
4. Stadium Perkembangan Kanker Serviks ... 15
5. Pencegahan Kanker Serviks ... 16
C. Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear………19
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil……… 37
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... … 45
B. Saran ... … 45 DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Variabel, Defenisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur,
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka Konsep Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Ibu Melakukan
vii DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Lembar Kuesioner
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah
Faktor-faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014
ABSTRAK Endang Doloksaribu
Latar belakang : Pap smear adalah suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut rahim kah sel yang ada kemudian dibawah mikroskop. Pada pemeriksaan biasanya dapat ditentukan apakah sel yang ada di mulut rahim masih normal, berubah menuju kanker atau telah berubah ke sel kanker. Sebagian besar ibu telah yakin bahwa tes Pap Smear adalah untuk mendeteksi kanker. Banyak ibu yang tidak menggangap diri mereka sendiri masuk dalam kelompok risiko terkena kanker leher rahim. Hal ini menjadikan tes tersebut tidak berperan penting bagi mereka sehingga meyakinkan mereka bahwa tes tersebut tidak di tunjukan bagi mereka dan oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu melakukan tes Pap Smear. Ada juga kelompok ibu gelisah yang terlalu malu, khawatir atau cemas untuk menjalani Pap Smear.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui Faktor-Faktor ibu melakukan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskritif. Jumlah sampel dalam penelitian ini 32 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan consecutif sampling. Penelitian ini dilakukan di RSU Mitra Sejati Medan.
Hasil : Penelitian menunjukan mayoritas ibu berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (40,6 %), bersikap positif 27 orang (84,4 %), tingkat sosial ekonomi tinggi 17 orang (53,1 %), dan sudah berpengalaman 22 orang (68,8 %).
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh ibu berpengetahuan baik, bersikap positif, tingkat sosial ekonomi tinggi dan sudah berpengalaman, maka
diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian Pap smear
berdasarkan faktor pengalaman rujukan karena kemungkinan responden yang tidak berpengalaman dikarenakan responden melakukan Pap smear karena rujukan tanpa penjelasan yang cukup dari petugas kesehatan.
Kata kunci : Pap Smear, Pengetahuan, Sikap,Tingkat sosial ekonomi,
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pap Smear adalah suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut
rahim kemudian di periksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan biasanya dapat di
tentukan apakah sel yang ada di mulut rahim masih normal, berubah menuju kanker,
atau telah berubah menjadi sel kanker. Selain itu, infeksi dan inflamasi mulut rahim
juga dapat di tentukan dari pemeriksaan ini. Metode ini juga disebut pap test atau
papanicolaou smear (Bustan, 1997). Manfaat Pap Smear adalah untuk mendeteksi
adanya perubahan yang bersifat prakanker (Evennett, 2004).
Berdasarkan data World health organization (WHO) pada tahun 2008 di
perkirakan setiap harinya ada 38 kasus baru kanker serviks dan 21 orang perempuan
yang meninggal karena kanker serviks di Indonesia. Pada tahun 2025 di perkirakan
kasus baru kanker serviks di Indonesia akan meningkat sebesar 74%, sementara secara
keseluruhan prevalensinya akan meningkat sebesar 49% Pada Tahun 2008, terdapat 530
202 kasus baru kanker serviks di seluruh dunia. Dengan jumlah itu berarti di perkirakan
akan di dapatkan sekitar 1 kasus baru kanker serviks setiap menitnya di dunia. Secara
keseluruhan insiden kanker serviks di seluruh dunia adalah sebesar 16,2 per 100.000
penduduk (Ocviyanti, 2013).
Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara-negara berkembang dan
urutan ke 10 di negara maju atau urutan ke 5 secara global. Menurut data Globocan
2008, terdapat 529,409 kasus baru kanker serviks dengan 274,883 kematian di dunia.
Hampir 85% kasus terdapat pada negara-negara berkembang. Di Asia Tenggara ,
Di Indonesia kanker serviks mempunyai frekuensi relatif tertinggi (25,6%),
Menurut perkiraan Departemen kesehatan, terdapat sekitar 100 kasus per 100 ribu
penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Biasanya tanpa gejala pada stadium dini,
tetapi jika ditemukan pada stadium dini, kanker leher rahim dapat disembuhkan dengan
baik. Lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan
stadium lanjut (Bustant, 1997).
Kanker serviks stadium awal biasa didiagnosa dengan melakukan pemeriksaan
sitologi melalui Pap Smear pada cairan serviks. Tetapi negatif palsu pada pemeriksaan
Pap Smear terdapat 15-40% kasus adalah tergantung pada kemampuan laboratorium
dan kelompok penduduk yang di periksa. Hampir 50% penderita kanker serviks
ternyata tidak melakukan Pap Smear dalam 10 tahun belakang. Disinilah perlunya
seorang perempuan beresiko sebaiknya di periksa Pap Smear (Yatim, 2005).
Tes Pap Smear dapat mendeteksi perubahan awal sel di leher rahim (displasia)
sebelum berubah menjadi kanker. Pap Smear juga dapat mendeteksi sebagian besar
kanker serviks pada tahap awal. Kebanyakan wanita yang didiagnosa kanker serviks di
Amerika Serikat tidak pernah menjalani tes Pap Smear dalam 5 tahun terakir (Emilia, et
al. 2010).
Alasan para ibu untuk tidak mau melakukan pap smear biasanya adalah
pisikologis. Suatu penelitian yang di lakukan oleh ahli psikologis Alison bish di
London, alasan ibu tidak melakukan Pap Smear adalah bahwa pemeriksaan itu
memalukan, menyusahkan, menyakitkan, dan menggangu. Ketakutan yang lain adalah
kalau Pap Smear akan menyatakan bahwa mereka menderita kanker sehingga mereka
3
Sebagian besar ibu telah yakin bahwa tes Pap Smear adalah untuk mendeteksi
kanker. Banyak ibu yang tidak menggangap diri mereka sendiri masuk dalam kelompok
risiko terkena kanker leher rahim. Hal ini menjadikan tes tersebut tidak berperan
penting bagi mereka sehingga meyakinkan mereka bahwa tes tersebut tidak di tunjukan
bagi mereka dan oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu melakukan tes Pap Smear.
Ada juga kelompok ibu gelisah yang terlalu malu, khawatir atau cemas untuk menjalani
Pap Smear (Evennet, 2004).
Berdasarkan latar tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian tentang ‘’Faktor faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra
Sejati Medan Tahun 2014”
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah
faktor-faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun
2014.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor faktor Ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear di RSU
Mitra Sejati Medan Tahun 2014
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengatahui Faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear berdasarkan
Pengetahuan.
b. Untuk mengatahui Faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear berdasarkan
c. Untuk mengatahui Faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear berdasarkan
Tingkat sosial ekonomi.
d. Untuk mengatahui Faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear berdasarkan
pengalaman
D. Manfaat Penelitian a. Lokasi Penelitian
Sebagai bahan masukan dan informasi mengenai faktor faktor Ibu melakukan
pemeriksaan Pap smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014
b. Bagi Ibu
Menambah wawasan dan pengetahuan ibu mengenai faktor-faktor ibu
melakukan pemeriksaan Pap Smear.
c. Bagi Institusi Pendidikan dan peneliti selanjutnya
1. Sebagai bahan bacaan dan refrensi di perpustakaan Universitas Sumatera
Utara secara umum dan Fakultas Keperawatan Program Studi D-IV Bidan
Pendidik secara khusus mengenai faktor-faktor yang mempegaruhi ibu
melakukan pemeriksaan Pap Smear serta sebagai bahan perbandingan bagi
peneliti selanjutnya.
2. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti serta
mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama mengikuti perkuliahan di
Universitas Sumatera Utara Fakultas Keperawatan Program Studi D-IV
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pap Smear
1. Defenisi Pap Smear
Pap smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat
adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio. Untuk mengetahui
adanya tanda-tanda awal keganasan serviks (prakanker) yang ditandai dengan adanya
perubahan pada lapisan epitel serviks (displasia) (Rasjidi, 2008).
Tes papanikolau atau Pap Smear adalah metode skrining ginekologi. Dilakukan
pertama kali oleh Georgis Papanikolaou untuk menemukan proses-proses premalignant
atau prakeganasan dan malignancy atau keganasan di ekstoserviks atau leher rahim
bagian luar, dan infeksi dalam endoserviks atau leher rahim bagian dalam endometrium.
Skrining secara teratur dapat mencegah sebagian besar kasus kanker serviks. Tes pap
dapat mendeteksi perubahan awal sel leher rahim (displasia) sebelum berubah menjadi
kanker. Pap Smear juga dapat mendeteksi sebagian besar kanker serviks pada tahap
awal (Emellia, et all, 2010).
2. Manfaat Pemeriksaan Pap Smear
MenurutLestadi (2009) Pap Smear memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Evaluasi sitohormonal
Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui pemeriksaan
sitologi apusan pap smear yang bahan pemeriksaannya adalah secret vagina yang
berasal dari dinding lateral vagina seperti bagian atas.
a. Menentukan status hormonal seorang wanita, menentukan adanya penyakit
b. Menentukan apakah suatu kehamilan mudah terancam abortus
c. Menentukan maturitas suatu kehamilan, apakah masih dalam masih dalam masa
evolusi, mendekati aterem, atau sudah postmatur
d. Menilai ada/tidaknya stimulasi esterogen pada wanita yang telah dilakukan
ooforektomi atau mereka yang mendapat terapi estrogen per oral.
2. Mendiagnosis peradangan
Peradangan pada vagina dan serviks pada umumnya dapat didiagnosis dengan
pemeriksaan sitologi apusan pap. Baik peradangan akut maupun kronis,
sebagian besar akan memberi gambaran perubahan sel yang khas pada sediaan
apusan pap sesuai dengan organisme yang tidak menimbulkan reaksi yang
khas pada sediaan apusan pap
3. Identifikasi organisme penyebab peradangan
Dalam vagina ditemukan beberapa macam organisme/kuman yang sebagian
merupakan flora normal vagina yang bermanfaat bagi organ tersebut (mis,
bakteri doderlein). Pada umumnya organisme penyebab peradangan pada
vagina dan serviks, sulit diidentifikasi dengan pulasan pap, tetapi beberapa
macam infeksi oleh kuman tertentu menimbulkan perubahan yang ada pada sel
tersebut, dapat diperkirakan organisme penyebabnya. Organisme kuman
Gradnerella vaginalis dikatakan memberi gambaran yang khas dengan adanya
clue cell. Infeksi Chlamydia menunjukan adanya sel metaplastik yang
bervakuolisasi, dan infeksi HPV menunjukkan adanya sel metaplastik yang
bervakuolisasi, dan infeksi HPV menunjukan adanya sel koilosit. Organisme
parasit yang mudah dikenal dengan pulasan pap, adalah Trichomonas,
7
4. Mendiagnosa kelainan prakanker (displansia) serviks dan kanker serviks dini atau
lanjut (karsinoma insitu/invasif). Manfaat sitologi apusan pap yang paling banyak
dikenal dan digunakan adalah sebagai pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi
prakanker (displasia) atau kanker (karsinoma) serviks. Dengan kemajuan
penelitian mutakhir di bidang sitologi apusan pap, Sitologi ginekologik yang
semula dinyatakan hanya sebagai alat skrining deteksi kanker mulut rahim, kini
telah diakui sebagai alat skrining deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui
sebagai alat diagnostik prakanker dan kanker serviks yang ampuh dengan
ketepatan diagnostik yang tinggi. Walaupun ketepatan diagnostik sitologi
ginekologik apusan pap sangat tinggi, yaitu 96%, tetapi diagnostic sitologi tidak
dapat menggantikan diagnostic histopatologik sebagai alat pemasti diagnosis. Hal
itu berarti setiap diagnostic sitologi kanker serviks harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan histopatologi jaringan biopsy serviks, sebelum dilakukan tidakan
berikutnya.
5. Memantau hasil terapi
a. Memantau hasil terapi hormonal, misalnya pada kasus infertilitas atau
gangguan endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada kasus kanker serviks
yang telah diobati dengan radiasi
b. Memantau adanya kekambuhan pada kasus kanker yang telah dioperasi
c. Memantau hasil terapi lesi prakanker atau kanker serviks yang telah diobati
3. Umur Yang Sesuai Untuk Melakukan Pap Smear
Skrining pada wanita yang sudah melakukan seksual aktif, deteksi dini adanya
keganasan pada servik, pemantauan setelah tindakan pembedahan, radio terapi, atau
kemoterapi kanker serviks (Rasjidi, 2008)
Departemen kesehatan menganjurkan bahwa semua wanita yang berusia 20-26
tahun harus melakukan Pap Smear paling tidak setiap lima tahun. The British Medical
Associaton Family Health Encyclopedia menganjurkan bahwa seorang wanita harus
melakukan Pap Smear dalam waktu 6 bulan setelah pertama kali melakukan hubungan
seksual, dengan Pap Smear kedua 6-12 bulan setelah Pap Smear pertama (karena suatu
perubahan kecil dapat menghilangkan suatu abnormalitas dalam suatu Pap Smear) dan
hasil yang diberikan adalah normal pada selang waktu (interval) 3 tahun selama
hidupnya. Ahli-ahli di maries topes internasional menganjurkan agar kita melakukan
Pap Smear setiap tahun (Evennett, 2004).
4 . Klasifikasi Pemeriksaan Pap Smear
Menurut Rasjidi (2008) pengklasifikasian pap smear yaitu :
a. Klasifikasi Papaniculou
1. Grade I tak ada sel abnormal atau atipik
2. Grade II ada sitologi atipik tapi tak ada bukti adanya keganasan
3. Grade III ada perubahan sitologi yang jelas tapi tak dapat disimpulkan ada
keganasan
4. Grade IV curiga ada keganasan
5. Keganasan
b. Klasifikasi WHO
9
2. Inkonklusif
3. Displasia ringan, sedang, berat
4. Keganasan
c. Klasifikasi Cervical Intraepithelial Neoplasma
1. CIN I/ Neoplasma interaepitelial skuamosa (NIS) I
2. CIN II
3. CIN III
d. Klasifikasi Bathesda
Sel skuamosa
a) Atypical sguamous cells
(1) Of undetermined significance (ASC-US)
(2) Tidak dapat mengeksklusi HSIL (ASC-H)
b) Low grade Squamous Intraepithel lesion (LSIL
Meliputi : HPVdysplasia ringan/ CIN 1
c) High grade Squamousintraepithelial lesion (HSIL)
Meliputi : dysplasia sedang dan berat, CIS/CIN 2 dan CIN 3
Dengan gambaran dicurigai terdapat invasi (bila dicurigai terdapat invasi)
d) Squamouse cell carcinoma
. Sel Glandular
a). Atipikal
(1) Sel-sel endoserviks (yang tidak dapat diklasifikasikan atau sebutkan dengan
penjelasan)
(2) Sel-sel endometrial (yang tidak dapat diklasifikasikan atau sebutkan dengan
(3) Sel-sel glandular (yang tidak dapat diklasifikasikan atau sebutkan dengan
penjelasan
b). Atipikal
(1) Sel-sel endoserviks, mengarah pada neoplastik
(2) Sel-sel glandular, mengarah pada neoplastik
c). Adenokarsinoma Endoserviks in situ
d). Adenokarsinoma
e. Endoserviksi
f. Endometrial
g. Akstrauterin
Tidak dapat diklasifikasikan
5. Bahan Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
Bahaan pemeriksan apusan Pap Smear terdiri atas secret vaginal, secret serviks
(eksoserviks), secret endoserviks, secret endometrium, secret forniks posterior (Lestadi,
2009).
6. Alat Pemeriksaan Pap smear
Menurut Lestadi (2009) Dalam membuat pemeriksaan Pap Smear diperlukan
alat sebagai berikut:
a. Kaca objek
b. Bahan fiksasi basah berupa cairan fiksasi alcohol 95% dalam tabung atau bahan
fiksasi kering berupa cytotrep, dryfix, atau hair spray
c. Pensil gelas atau pensil intan (diamond pencil)
11
e. Lidi kapas, ecouvillon rigide atau cytobrush
f. Sapu endometrium (balai endomatre)
g. Spekulum vagina cocor bebek (speculum cusco)
7. Syarat Pengambilan Bahan sitologi Pap smear
Menurut Lestadi (2009) Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum
melakukan pengambilan bahan pemeriksaan Pap Smear yaitu:
1. Sekret vaginal harus berasal dari dinding lateral vagina seperti bagian atas.
2. Pengambilan secret harus dilaksanakan pada keadaan vagina normal tanpa infeksi
dan tanda pengobatan local, paling sedikit dalam waktu 48 jam terakhir.
3. Untuk penilaian hormonal siklus menstruasi pada infertilitas, pengambilan secret
harus dilaksanakan pada hari siklus tertentu, sesuai dengan fase-fase pada siklus
haid. Sediaan vaginal biasanya harus diambil pada hari siklus ke-8, 14,19, dan 22
atau hari siklus ke-8, 15 dan 22.
8. Prosedur Pap Smear
MenurutBustan (1997) prosedur Pap Smear dilakukan dengan prosedur :
1. Pemeriksa akan menjelaskan prosedur yang akan dilakukan. Tidur telentang
dengan kedua kaki berada pada penyangga kaki di kiri dan kanan tempat tidur.
2. Pemeriksa akan memeriksa memeriksa apakah ada pembengkakan, luka,
inflamasi, atau gangguan lain pada alat kelamin bagian luar.
3. Memasukan instrumen metal atau plastic yang disebut spekulum ke dalam
4. Dengan swab atau spatula kayu, atau semacam sikat, operator mengambil sel
pada seluruh saluran mulut rahim, pada puncak mulut rahim, dan pada daerah
peralihan mulut rahim dan vagina
5. Operator akan meletakan sel-sel tersebut pada kaca obyek yang kemudian akan
dikirim ke laboratorium untuk di periksa
6. Spekulum kemudian dilepaskan
7. Operator biasanya akan melanjutkan memeriksa ovarium, uterus, vagina, tuba
fallopi, dan rectal (anus) dengan tangannya
Pemeriksaan Pap Smear tidak membutuhkan pembiusan, baik bius lokal
maupun bius umum. Jika pada Pap Smear ditemukan gambaran sel yang tidak
normal maka akan dilakukan biopsi (pengambilan sedikit jaringan mulut rahim)
untuk pemeriksaan mikroskop lebih lanjut. Pemeriksaan biopsi berguna untuk
menginformasikan hasil pemeriksaan Pap Smear (Bustan, 1997).
B. Kanker Serviks
1. Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah neoplasma ganas primer pada organ serviks uteri
(Soehartati, 2010). Kanker leher rahim atau yang disebut juga sebagai kanker serviks
merupakan suatu penyakit yang di sebabkan oleh Human Papilloma virus onkogenik,
mempunyai persentase yang cukup tinggi dalam menyebabkan kanker serviks
sebanyak 99,7% (Tilong, 2012).
Kanker leher rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di leher
rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker
serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun (Dewi, 2010). Kanker leher
13
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara
rahim (uterus) dengan liang sanggama (vagina) (Diananda, 2009).
2. Faktor Risiko Kanker Serviks
Menurut Dinanda (2009) penyebab pasti kanker serviks belum diketahui, tetapi
penelitian akhir di luar negeri mengatakan bahwa virus yang disebut HPV (human
papilloma virus) menyebabkan faktor resiko seorang wanita untuk terkena kanker
serviks meningkat tajam. Terdapat beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks :
a. HPV (human papilloma virus) . HPV adalah virus penyebab kutil genitalis
(kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang
sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.
b. Merokok tembakau merusak sistem kekebalan tubuh dan mempengaruhi
kemampuan tubuh melawan infeksi HPV pada serviks.
c. Sudah melakukan hubungan seksual pada usia dini.
d. Berganti-ganti pasangan seksual.
e. Berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker
serviks.
f. Banyak memakai DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil dalam upaya mencegah
keguguran.
g. Sistem kekebalanya terganggu.
h. Penggunaan pil KB.
i. Infeksi klamidia menahun atau infeksi herpes genetalis.
j. Ekonomi sulit sehingga wanita bersangkutan tidak mampu melakukan Pap smear
k. Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak, apalagi dengan jarak
persalinan yang terlalu dekat.
l. Defenisi zat gizi. Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi
asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya dysplasia ringan dan sedang, serta
mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang
makanannya rendah beta karotin dan retinol (vitamin A).
m. Trauma kronis pada serviks seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahun.
3. Gejala Kanker Serviks
Menurut Diananda (2009) Kanker serviks pada awalnya di tandai dengan
tumbuhnya sel-sel pada mulut rahim yang tidak lazim (abnormal). Sebelum menjadi
sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang di alami oleh sel-sel tersebut selama
bertahun-tahun.
Pada stadium awal, kanker ini cenderung tidak terdeteksi. Menurut hasil studi
Nasional Institute of Allergy and Infectious Disease, hampir separuh wanita yang
terinfeksi dengan HPV tidak memiliki gejala- gejala yang jelas. Dan lebih-lebih lagi,
orang yang terinfeksi juga tidak tahu bahwa mereka bias menularkan HPV ke orang
sehat lainnya.
Gejala-gejala dan tanda-tanda klinis terjadinya kanker leher rahim adalah sebagai
berikut:
a. Keputihan, yang makin lama makin berbau busuk
b. Pendarahan setelah melakukan hubungan seksual, yang lama-kelamaan dapat
terjadi pendarahan spontan walaupun tidak melakukan hubungan seksual.
c. Berat badan yang terus menurun.
15
e. Pada fase infasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan
dapat bercampur dengan darah.
f. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.
g. Rasa nyeri di sekitar genitalia.
h. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul.
Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah kemungkinan terjadi hidronefrosis,
selain itu, bias juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
i. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan proses usus besar bagian bawah (rectum),
terbentuknya fisitel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala
akibat metastasis jauh.
4. Stadium Perkembangan Kanker Serviks
Stadium kanker servik di dasarkan atas pemeriksaan klinik oleh karena itu
pemeriksaan harus cermat, kalau perlu dilakukan dalam narkose. Stadium klinik ini
tidak berubah bila kemudian ada penemuan baru. Kalau ada keraguan dalam penentuan
maka dipilih stadium yang lebih rendah (soehartati, 2010)
Stadium menurut FIGO (2008)
(Stadium 0 : Karsinoma insitu – dihapuskan)
Stadium IA : Invasi hanya dapat dikenal secara mikroskopis. Kedalam invasi ke
stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebar lesi tidak lebih 7 mm.
Stadium Ia1 : Invasi stroma dengan edalaman ≤ 3mm dan lebar ≤ 7 mm
Stadium Ia2 : Invasi strom dengan kedalaman > 3 mm dan <5 mm dan lebar >7
mm
Stadium Ib1 : Besar lesi secara tidak lebih dari 4 cm
Stadium Ib2 : Besar lesi secara klinis lebih besar dari 4 cm
Stadium II : Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau
infiliitrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul
Stadium IIa1 : Lesi ≤ 4 cm dari diameter terbesar
Stadium IIa2 : lesi > 4 cm dari diameter terbesar
Stadium IIb : Infiltrasi ke parametrium tetapi belum mencapai panggul
Stadium III : Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan ke
panggul. Hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal termasuk dalam
stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain
Stadium IIIa : Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum
mencapai panggul
Stadium IIIb : Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau
gangguan fungsi ginjal
Stadium IV : Perluasan ke luar organ reproduktif
Stadium Iva : Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rectum
Stadium IVb : Metastasis jauh atau telah keluar dari rongga panggul.
5. Pencegahan kanker serviks
Menurut setiati (2012) pada dasarnya, kanker rahim bisa dicegah dengan
beberapa melakukan kebiasaan.
1. Jauhi merokok
Ini penting buat perempuan perokok. Merokok bukan saja dapat menyebabkan
terjadinya penyakit paru-paru dan penyakit jantung, akan tetapi kadar nikotin
17
yang masuk akan menempel pada semua selaput lender, sehingga sel-sel darah
dalam tubuh bereaksi atau menjadi terangsang baik pada mukosa tenggorokan,
paru-paru juga serviks.
2. Hindari mencuci vagina dengan antiseptic
Banyak perempuan yang melakukan pencucian vagina dengan antiseptic
dengan alasan untuk kesehatan. Padahal, kebiasaan mencuci vagina bias
menimbulkan kanker serviks, baik obat cuci vagina antiseptic
maupundeodoran. Mencuci vagina dengan antiseptik justru dapat
menyebabkan iritasi pada leher rahim. Iritasi yang berlebihan dan terlalu
sering akan merangsang terjadinya perubahan sel, yang akhirnya jadi kanker.
Sebaiknya, pencucian vagina dengan bahan-bahan kimia tidak dilakukan
secara rutin kecuali bila indikasi , misalnya infeksi yang memang memerlukan
pencucian dengan zat-zat kimia. Itu pun harus atas saran dokter. Jadi, Anda
jangan sembarangan membeli obat-obatan pencuci vagina terlebih lagi,
pembersihan tersebut umumnya akan membunuh kuman-kuman, termasuk
kuman bassilus doderlain di vagina yang memproduksi asam laktat untuk
mempertahankan pH vagina.
3. Hindari menabur bedak talk pada vagina
Sering kali terjadi, pada saat daerah vagina gatal atau merah-merah, banyak
perempuan yang menaburkan bedak talk di sekitar vagina. Padahal, ini
berbahaya. Menaburkan bedak talk pada vagina perempuan berusia subur
dapat terjadi pemicu terjadi kanker indung telur (ovarium).
4. Lakukan diet rendah lemak
Penting anda ketahui , timbulnya kanker erat kaitannya dengan pola makan
beresiko terkena kanker endometrium (badan rahim). Lemak memproduksi
hormone estrogen, sementara endometrium yang sering terpapar hormone
estrogen mudah berubah sifat menjadi kanker. Banyak penderita kanker
endometrium diderita oleh perempuan bertubuh terlalu gemuk.
5. Jangan kekurangan vitamin C (buah dan sayur-sayuran)
Selain pola hidup mengkonsumsi makanan tinggi lemak, perempuan yang
kekurangan zat-zat gizi lain, seperti beta karoten, vitamin C, dan asam folat,
bias menyebabkan timbul kanker serviks. Karena, jika tubuh
kekuranganzat-zat gizi tersebut maka akan mempermudah rangsangan sel-sel mukosa tadi
menjadi kanker. Beta karoten banyak terdapat dalam wortel, vitamin C
terdapat dalam buah-buahan berwarna oranye, sedangkan asam folat terdapat
dalam makanan hasil laut.
6. Hubungan seks terlalu dini
Sesungguhnya hubungan seks idealnya dilakukan setelah perempuan yang
sudah matang usianya. Ukuran kematangan seorang perempuan bukan hanya
dilihat dari ia sudah menstruasi atau belum. Tapi juga bergantung pada
kematangan sel-sel mukosa; yang terdapat diselaput kulit bagian dalam rongga
tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah perempuan tersebut
berusia dua pilih tahun ke atas. Jadi, perempuan yang sudah melakukan
hubugan seks sejak usia remaja, maka ia cenderung mudah terkena penyakit
kanker rahim.
7. Hindari berganti-ganti pasangan seks
Salah satu penyebab kanker leher rahim muncul pada perempuan yang kerap
berganti-ganti pasangan seks. Karena berganti-ganti pasangan dapat
19
virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga
membelah menjadi lebih banyak.
8. Terlambat Menikah
Perempuan-perempuan yang terlambat menikah juga beresiko terkena kanker
ovarium dan kanker endometrium. Hal itu karena, perempuan ini akan
terus-menerus menggalami ovulasi tanpa jeda, sehingga rangsangan terdapat
endometrium pun terjadi terus-menerus. Akibatnya, bias membuat sel-sel di
endometrium berubah sifat jadi kanker.
9. Hindari Tidak mau punya anak
Risiko yang sama pun akan dihadapi wanita menikah yang tidak mau punya
anak. Karena, ia pun akan mengalami ovulasi terus-menerus. Bila haid
pertama terjadi di bawah usia 12 tahun, maka paparan ovulasinya berarti akan
semakin panjang. Jadi, kemungkinan terkena kanker ovarium akan semakin
besar. Dan salah satu upaya pencegahan terkena kanker rahim adalah dengan
menikah dalam hamil bagi kaum perempuan. Bisa juga dilakukan dengan
mengkonsumsi pil KB, karena penggunaan pil KB akan mempersempit
peluang terjadinya ovulasi. Jika sejak usia 15 tahun hingga 45 tahun dia
terus-menerus ovulasi, lantas 10 tahun ia ber-KB, maka masa ovulasinya lebih
pendek dibandingkan terus menerus mengalami masa haid. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan penggunaan pil KB sebagai alat kontrasepsi dapat
menurunkan kejadian kanker ovarium sampai 50 persen.
10.Hindari Penggunaan Estrogen
Risiko yang sama akan terjadi pada wanita yang terlambat menopause. Karena
rangsangan terhadap endometrium akan lebih lama, sehingga endometriumnya
kanker. Perempuan yang memakai esterogen tak terkontrol sangat beresiko
terkena penyakit kanker rahim. Umumnya banyak perempuan menopause
yang menggunakan estrogen untuk mencegah osteroporosis dan serangan
jantung. Padahal, risiko pemakaian estrogen bias mengakibatkan semakin
menebalnya dinding endometrium dan merangsang sel-sel endometrium
sehingga berubah sifat menjadi kanker, jadi penggunaan hormone estrogen
harus atas pengawasan dokter agar sekaligus juga diberikan zat antinya,
sehingga tidak berkembang jadi kanker.
C. Faktor –Faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (1980), perilaku dipengaruhi oleh
3 faktor utama, yakni:
1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor)
a) Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan
apa sebagainya. Sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab,
“what”, melainkan akan menjawawb pertanyaan “why”, “how”, misalnya
mengapa air mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa
manusia bernafas, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawawb
apa sesuatu itu. Tetapi ilmu dapat menjawab mengapa dan bagaimana
sesuatu terjadi (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat
kembali kejadian yang pernah dilakukan baik secara sengaja maupun tidak
21
terhadap suatu objek. Prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (misalnya
prilaku karena paksaan atau adanya aturan wajib) (Mubarak, 2011).
Menurut notoadmodjo (2003) pengetahuan tercakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :
1) Tahu (Know) di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.masuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan
dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension) di artikan sebagai kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan dan meramalkan dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (aplikacation) diartikan sebagai kemampuan untuk
mengunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi
real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
materi atau suatu objek ke dalam komponen-kompenen, tetapi dalam
struktur organisasi, dan masih ada kaitanya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dililihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat mengambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (syntesis) diartikan sebagai kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Misalnya dapat menyusun , dapat merencanakan, dapat meringkaskan,
dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluating) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
melakukan penelitian terhadap sesuatu materi atau objek. Penilaian itu
didasarkan pada suatu kreteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dan subjek
peneliti atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas
(Notoadmodjo, 2003).
b) Sikap
Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu
23
sebagai kecenderungan berespons (secara positif maupun negatif) terhadap
orang, obyek atau situasi tertentu. Sikap seseorang dapat berubah dengan
diperolehnya dengan tambahan informasi tentang obyek, melalui persuasi
serta tekanan dari kelompok sosialnya (sarwono 2007).
Menurut H.L. Bloom, dalam Notoatmodjo (2003) Sikap Merupakan
reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulasi
atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulasi sosial. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku.
Sikap adalah penilaian (bias berupa pendapat) seseorang terhadap
stimulus atau objek (masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah
seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan
menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan.
1) Komponen pokok sikap
Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2003), sikap mempunyai 3
komponen pokok yaitu: Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep
terhadap suatu objek, dan kehidupan emosional atau elevasi terhadap
suatu objek, serta kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen
ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).
2) Berbagai tingkatan sikap
(a) Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
(b) Merespon (Responding), memberikan jawaban jika ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap. Karena suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah berarti orang menerima ide tersebut.
(c) Menghargai (Valuing), bahwa mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak
ibu-ibu lain pergi melakukan Pap Smear, atau mendiskusikan
tentang Pap Smear adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah
mempunyai sikaap positif terhadap Pap Smear.
(d) Bertanggung jawab (Responsible), yaitu tanggung jawab atas
segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala risikonya yang
merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau secara
tidak langsung. Secara langsung, dapat ditanyakan bagaiman pendapat
atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak
langsung dapat dilakukan dengan pernyatan-pernyataan kemudian
ditanyakn pada responden (Notoatmodjo 2003).
c) Tingkat Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi adalah tingkat pendapatan penduduk, semakin
tinggi pendapatan penduduk semakin tinggi pula pengeluaran yang di
belanjakan untuk barang makanan, semakin tinggi pendapatan keluarga
25
Tingkat ekonomi yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk
memperoleh kebutuhan yang lebih misalnya di bidang pendidikan,
kesehatan, pengembangan karir dan sebagainya. Demikian juga sebaliknya
jika ekonomi lemah maka menjadi hambatan dalam pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan tersebut. Keadaan sosial ekonomi (kemiskinan,
orang tua yang bekerja dengan penghasilan rendah) yang memegang
peranan penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga. Jenis
pekerjaan orang Tua erat kaitanya dengan tingkat penghasilan dan
lingkugan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan
pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat,
dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya
pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan
karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam menggunjungi
pusat pelayanan kesehatan (zacler, dalam notoatmodjo, 1997).
Pendapatan merupakan ukuran yang sering digunakan untuk melihat
status sosial ekonomi pada suatu kelompok masyarakat. Semakin baik
kondisi ekonomi masyarakat semakin tinggi persentasi yang menggunakan
jasa kesehatan (Depkes RI, 2000).
Menurut Veralls (2003) Wanita pada kelompok sosial ekonomi rendah
cenderung memulai aktivitas seksual pada umur yang lebih muda dan
terdapat pengurangan insidens kanker serviks pada para wanita yang
suaminya disirkumsisi. Kanker serviks banyak di jumpai pada sosial
ekonomi rendah yang berkaitan dengan gizi dan imunitas, pada sosial
ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makin kurang, hal ini
d) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulang kembali, pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar
dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan
keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan
dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik
yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya (Erfandi, 2009).
Suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang berkurang baik
seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman
terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan
timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi
kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam
kehidupannya (Mubarak, et all).
2. Faktor-faktor pemungkin (enambling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat
pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang
bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa,
dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berprilaku sehat,
27
perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak
hanya karena ia tahu dan sadar manfaat pemeriksaan hamil saja, melainkan
ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat
periksa hamil, misalnya: Puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah
sakit. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan
terwujudnya perilaku kesehatan, maka factor-faktor ini disebut factor
pendukung, atau factor pemungkin.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi factor sikap dan perilaku tokoh masyarakat
(toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk
petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang,
peraturan-peraturan bauk dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan
kesehatan. Untuk berprilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya
perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja melainkan
diperlukan perilaku contoh (acuan) dari tokoh masyarakat, tokoh agama,
para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Di samping itu
undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
Seperti perilaku periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas
periksa hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang
28 BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Konsep Penelitian
Kerangka konsep adalah abstrak dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel
yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2003).
Adapun variabel - variabel yang akan diteliti dalam peneliti dalam penelitian ini
dapat dilihat pada bagan sebagai berikut :
→
→
Faktor-faktor Predisposisi
- Pengetahuan
- Sikap
- Tingkat sosial ekonomi
- Pengalaman
ibu melakukan
29
B. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Pengetahuan Hasil dari tahu
responden tentang Pap Smear
Kuesioner Wawancara Pengetahuan dikatakan:
a. Baik bila responden menjawab benar
8-Kuesioner Wawancara a. Sikap positif jika
skor responden 13-18 dari total skor maksimum
b. Sikap negative jika responden 6-12
Kuesioner Wawancara a. Tinggi :
> 2000.000
4. Pengalaman Pengalaman adalah
kegiatan atau tindakan yang dilakukan responden untuk melakukan Pap Smear
Kuesioner Wawancara a. Sudah
berpengalaman jika responden
menjawab >2 kali
b. Belum Pernah di
Pap Smear dan akan di Pap Smear
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan
pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear. Penelitian ini diukur
satu kali saja dalam kurun waktu yang bersamaan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu yang telah aktif melakukan
hubungan seksual yang datang ke RSU Mitra Sejati untuk melakukan pemeriksaan
Pap Smear pada saat peneliti melakukan penelitian. Dari survey awal yang saya
lakukan sebelumya diketahui jumlah yang datang melakukan pemeriksaan Pap
Smear pada bulan November di RSU tersebut adalah ± 35 orang pasien.
2. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
consecutive sampling yaitu pengambilan sampel dengan menetapkan subyek yang
memenuhi kriteria yaitu seluruh ibu yang telah aktif melakukan hubungan seksual
sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi.
Penentuan jumlah sampel seperti yang disebutkan menggunakan rumus
(Nursalam, 2008).
� = N
31
Dimana :
n = Besar sampel
N= Besar Populasi
d = Tingkat kepercayaan (0,05)
dari rumus di atas dapat dihitung jumlah sampel dari survey awal yang akan
dijadikan responden pada penelitian ini, yaitu:
N = 35
d = 0,05
� = 35
1 + 35(0.05)2
� = 35
1 + 0,0875
� = 35
1,0875
� = 32,1 = 32 orang
Dari rumus diatas dapat disimpulkan jumplah sampel pada penelitian ini sebesar
32 orang.
C. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah RSU Mitra Sejati Medan Adapun pertimbangan
lokasi penelitian ini adalah bahwa di RSUP Mitra Sejati Medan telah melakukan
D. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari mulai bulan maret 2014 sampai dengan April 2014.
E. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi yaitu
Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara dan izin
dari Kepala RSU Mitra Sejati Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal
yang berkaitan dengan permasalahan etika yaitu memberikan penjelasan kepada
calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon
responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani
informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden
berhak untuk mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri
selama pengumpulan data berlangsung. Kerahasian catatan mengenai data
responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument
penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data - data yang diperoleh dari responden
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
F. Alat Pengumpulan Data 1. Instrumen penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner yang berisi
tentang 10 pernyataan Pengetahuan tentang Pap Smear, 6 pernyataan Sikap
tentang Pap Smear, Tingkat Sosial Ekonomi , pengalaman melakukan pap
smear.
2. Aspek Pengukuran
a. Aspek Pengukuran Pengetahuan
33
Bila jawaban salah diberi skor 0
Skor maksimum = Jumlah soal x skor maksimum
= 10 x 1
= 10
Skor minimum = Jumlah soal x skor minimum
= 10 x 0
= 0
Menurut Setiadi (2007) Rumus penghitung skor persentase pengetahuan adalah:
P : �
� x 100
Dimana : P = Persentase
f = Jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah skor maksimal
Maka pengetahuan dikatakan :
Baik : Apabila responden menjawab benar 8-10 pertanyaan yaitu (80 -100%)
Cukup : Apabila responden menjawab benar 6-7 pertanyaan yaitu (60-70%)
Kurang : Apabila responden menjawab benar 1-5 pertanyaan yaitu (10-50 %)
b. Aspek Pengukuran sikap
Bila jawaban Setuju diberi skor 3
Bila jawaban Kurang setuju diberi skor 2
Bila jawaban Tidak setuju diberi skor 1
Menurut Alimul (2007) Rumus penghitung skor persentase sikap adalah :
Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan dengan menentukan skor
tertinggi dan skor terendah
1. Skor tertinggi adalah 18 dan skor terendah adalah 6
2. Menentukan Nilai rentang (R)
Rentang = skor tertinggi-skor terendah
= 18-6 = 12
3. Menentukan Panjang kelas
Panjang kelas P= Rentang (R) �����������
= 12/2 = 6
Maka untuk menentukan kategori sikap :
1. Jika skor responden 13-18 maka sikap responden positif
2. jika skor responden 6-12 maka sikap responden negative
c. Aspek Pengukuran Tingkat Sosial Ekonomi
1. Tinggi : Rp> 2000.000
2. Sedang: Rp1.500.000-1000.000
3. Rendah :Rp.<500.0000-500.000
d. Aspek Pengukuran pengalaman
Untuk mengetahui pengalaman pemeriksaan Pap Smear responden
didasarkan pada jawaban yg di berikan atas pernyataan yaitu :
1. Sudah berpengalaman jika responden menjawab >2 kali
35
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner pengetahuan dan sikap ibu tentang Pap Smear disusun dan
dikembangkan sendiri oleh penulis. Sehingga sebelum disebar, dilakukan uji coba
kuesioner tersebut kepada 20 orang ibu yang memiliki kriteria yang sama dengan
sampel, yaitu ibu yang telah aktif melakukan hubungan seksual.
1. Uji Validitas
Validitas instrumen adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji Validitas yang dilakukan adalah
dengan cara validitas isi (content validity) yang diuji oleh febriana Oktavinola
Kaban, SST, M.Keb dengan skor indeks pengetahuan O,86 dan skor indeks
sikap 0,85 Tujuannya adalah untuk mendapatkan alat ukur yang dapat
dilaksanakan dan dapat diandalkan.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila
fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu
yang berlainan (Nursalam, 2008). Uji reliabilitas dilakukan dengan responden
20 ibu yang mempunyai kriteria yang sama dengan sampel, kemudian data
tersebut diolah menggunakan Program SPSS dengan mencari nilai koefisien
reliabilitas Alpha Cronbach untuk Pengetahuan 0,840 dan untuk sikap Alpha
Cronbach 0,928
H. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan surat
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan surat
permohonan izin melaksanakan penelitian di RSU Mitra Sejati Medan. Dengan
diperolehnya kedua surat izin tersebut maka peneliti melaksanakan pengumpulan
data di rumah sakit tersebut, selanjutnya peneliti memilih responden dan meminta
persetujuan mereka untuk menjadi responden secara suka rela. Calon responden
yang bersedia menjadi responden harus menandatangani informed concent.
Selanjutnya peneliti menjelaskan kepada responden bagaimana proses
wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti. Pengisian kuesioner dilakukan oleh
peneliti dengan cara memberikan tanda ceklist pada jawaban yang dianggap sesuai
dengan pernyataan dan kondisi responden. Responden diberikan kesempatan untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti agar menjawab pertanyaan
dengan jujur. Setelah lembar kuesioner diisi oleh peneliti, selanjutnya peneliti
memeriksa kembali kelengkapan data tersebut.
I. Analisa Data
Analisa data akan dilakukan dengan analisis univariate di mana peneliti
menganalisis tiap variabel penelitian yang akan menghasilkan distribusi
faktor-faktor dan persentase dengan menggunakan program SPSS. Dalam pengumpulan
data dan langkah - langkah yang akan dilakukan di antaranya adalah :
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kelengkapan identitas
dan data responden serta memastikan semua jawaban yang telah diisi. Peneliti
meminta reponden agar menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan agar tidak
37
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini akan dilakukan
dengan menggunakan computer untuk memudahkan proses analisis data.
3. Data Entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabel atau database computer. Data-data yang termasukl dalam
factor-faktor yang terdapat di dalam variable penelitian akan dimasukan ke
dalam SPSS sebagai master table.
4. Melakukan Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan adalah analisa univariat untuk
mengetahui frekuensi dan persentase masing-masing variabel yang akan
digunakan, faktor-faktor yang terdapat di dalam variabel penelitian sehingga
akan terlihat faktor apa yang paling dominan mempengaruhi ibu melakukan Pap
38 BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan untuk mengetahui Faktor-faktor yang
mempengaruhi ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan
Tahun 2014 dengan jumlah sampel sebanyak 32 orang diperoleh hasil sebagai
berikut:
1. Karakteristik Responden
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati
Medan Tahun 2014
Pada penelitian ini karakteristik responden tabel 5.1 mencakup umur,
pendidikan, pekerjaan. Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa paling banyak ibu
39
sedikit ibu yang berumur 51-55 tahun sebanyak 2 orang (6,3 %), dan paling
banyak ibu yang pendidikan SMA sebanyak 14 orang (43,8%) dan paling sedikit
ibu yang berpendidikan SD sebanyak 4 orang (12,5 %), dan paling banyak
pekerjaan ibu yaitu pegawai swasta sebanyak 12 orang (37,5%) dan paling
sedikit pekerjaan ibu yaitu wiraswasta sebanyak 5 orang (15,6 %).
2. Pengetahuan Responden
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan tentang Pengetahuan Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smeardi RSU Mitra Sejati Medan Tahun
2014
kemudian dilakukan pengamatan terhadap sel-sel tersebut
2. Tujuan dilakukan pap smear ialah untuk mendeteksi 26 81,3 6 18,8 kanker leher rahim secara dini, sehingga pengobatan dapat
diberikansegera dan seoptimal mungkin
3. Pemeriksaan pap smear hanya tersedia di rumah sakit besar 21 65,6 11 34,4 dengan fasilitas yang lengkap
4. Pap smear hanya dapat dilakukan dengan bantuan dokter 25 78,1 7 21,9 spesialis kandungan dan kebidanan
5. Pemeriksaan pap smear dilakukan pada wanita segala usia 17 53,1 15 46,9 6. Pemeriksaan pap smear sebaiknya diulang setiap 19 59,4 13 40,6
1 tahun sekali secara teratur
7. Wanita yang sudah pernah melahirkan perlu melakukan 19 59,4 13 40,6 pemeriksaan pap smear lebih sering
8. Pada saat melakukan pap smear, sebaiknya wanita tidak 24 75,0 8 25,0 sedang mengalami menstruasi
9. Sebelum dilakukan pap smear, pasien diwajibkan untuk 25 78,1 7 21,9 mencuci bagian kewanitaanya terlebih dahulu
Berdasarkan tabel 5.2 dari 32 responden pilihan jawaban
pengetahuan ibu didapati bahwa ibu yang paling banyak menjawab pernyataan
benar yaitu pada pernyataan nomor 1 dan 2 sebanyak 26 orang (81,3 %), dan
didapat bahwa ibu yang sedikit menjawab benar yaitu pada pernyataan nomor
5 sebanyak 17 orang (53,1 %) Sedangkan ibu yang banyak menjawab salah
yaitu pada pernyataan nomor 5 sebanyak 15 orang (46,9 %), dan didapat
bahwa ibu yang sedikit menjawab salah yaitu pada pernyataan nomor 1 dan
nomor 2 sebanyak 6 orang (18,8 %).
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014
Kategori F (%)
Baik 13 40,6
Cukup
kurang
10
9
31,3
28,1
Total 32 100
Berdasarkan table 5.3, pengetahuan responden paling banyak
berpengetahuan baik yaitu 13 orang (40,6%). Dan paling sedikit responden
41
3. Sikap Responden
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Sikap Ibu Melakukan PemeriksaanPap Smear di RSU Mitra Sejati
Medan Tahun 2014
No Pernyataan Pilihan jawaban
Setuju Kurang
Pemeriksaan Pap smear harus dilakukan disegala usia Pemeriksaan Pap smear harus dilakukan jika sudah pernah berhubungan seksual
Pemeriksaan Pap Smear harus dilakukan jika wanita sering melahirkan
Pemeriksaan Pap Smear harus dilakukan 1 kali seumur hidup Pemeriksaan Pap Smear harus dilakukan
Pemeriksaan pap smear harus dilakukan oleh dokter kandungan
15
Berdasarkan tabel 5.3 dari 32 responden pilihan jawaban sikap ibu
didapati bahwa ibu yang banyak menjawab sikap setuju yaitu pada
pernyataan nomor 5 dan 6 sebanyak 19 orang (59,4 %), dan didapat bahwa
ibu yang sedikit menjawab setuju yaitu pada pernyataan nomor 1 sebanyak
15 orang (15,6 %) Sedangkan ibu yang banyak menjawab kurang setuju
yaitu pada pernyataan nomor 1 dan nomor 2 dan nomor 6 sebanyak 12
orang (37,5 %), dan didapat bahwa ibu yang sedikit menjawab kurang
setuju yaitu pada pernyataan nomor 3 sebanyak 8 orang (25,0 %).
Sedangkan ibu yang banyak menjawab tidak setuju yaitu pada pernyataan
nomor 3 dan nomor 4 sebanyak 6 orang (18,8 %), dan didapat sedikit yang
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Positif 27 84,4
Negatif 5 15,6
Total 32 100
Berdasarkan tabel 5.5 sikap responden paling banyak bersikap
positif yaitu yakni sebanyak 27 orang (84,4%) dan paling sedikit
bersikap negatife yaitu 5 orang (15,6 %)
4. Tingkat Sosial Ekonomi Responden
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat sosial ekonomi Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear Di RSU
Mitra Sejati Medan Tahun 2014
Kategori F %
Tinggi 17 53,1
Sedang 6 18,8
Rendah 9 28,1
Total 32 100
Berdasarkan tabel 5.6 tingkat sosial ekonomi responden paling banyak
berpenghasilan tinggi yaitu 17 orang (53,1%) dan paling sedikit
43
5. Pengalaman Responden
Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pengalaman Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati
Medan Tahun 2014
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Sudah
Berdasarkan tabel 5.7 Pengalaman responden paling banyak sudah
berpengalaman yaitu sebanyak 22 orang (68,8) dan tidak berpengalaman
sebanyak 10 orang (31,3%).
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Faktor-faktor ibu melakukan
pemeriksaan pap smear di RSU Mitra sejati Medan Tahun 2014 yang meliputi
karakteristik responden, pengetahuan, sikap, tingkat sosial ekonomi, pengalaman.
akan diuraikan pembahasan sebagai berikut.
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 32 ibu yang menjadi
responden ditemukan paling banyak ibu yang berumur 36-40 dan 46-50 tahun
sebanyak 7 orang (21,7%) dan paling sedikit ibu yang berumur 51-55 tahun
yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi
perubahan aspek psikis dan psikologi (mental) dimana taraf berfikir seseorang
semakin matang dan dewasa. Hal ini sesuai dengan teori bahwa usia reproduktif
memang lebih aktif mencari dan mendapatkan informasi dibandingkan usia yang
tidak produktif lagi.
Karakteristik tingkat pendidikan ditemukan bahwa paling banyak ibu
yang pendidikan SMA sebanyak 14 orang (43,8%) dan paling sedikit ibu yang
berpendidikan SD sebanyak 4 orang (12,5 %). Sesuai dengan pendapat
Notoadmojo (2007) yang menyatakan konsep dasar pendidikan adalah suatu
proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,
perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih
matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Bertitik tolak dari konsep
pendidikan tersebut, maka proses belajar pada individu, kelompok atau
masyarakat dari tidak tahu tentang masalah nilai-nilai kesehatan menjadi tahu,
dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi
mampu. Hal ini bertujuan untuk melihat bahwa semakin tinggi pendidikan yang
dimiliki oleh responden maka semakin mudah dalam menyerap informasi serta
ide-ide yang ada. Tingginya pendidikan seseorang diharapkan pada pengetahuan
dan kemampuan yang dimilikinya untuk berprilaku hidup sehat.
Karakteristik pekerjaan ditemukan paling banyak pekerjaan ibu yaitu
pegawai swasta sebanyak 12 orang (37,5%) dan paling sedikit pekerjaan ibu
yaitu wiraswasta sebanyak 5 orang (15,6 %). Menurut Mubarak (2007) bahwa
lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan