• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi masyarakat dalam program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan (PNPM-MP) (Kasus implementasi program ekonomi bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi masyarakat dalam program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan (PNPM-MP) (Kasus implementasi program ekonomi bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

ii

(Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

Oleh: Karina Swedianti

I34070115

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

i

PNPM-MP Program. Supervised byNINUK PURNANINGSIH

This research is focused on The Community Participation Level in The Economic Rolling PNPM-MP Program and the effectiveness of the program. This research use quantitative approach with survay method. The respondent is people

who participate in the program are 45 persons. Respondent is chosen with simple random sampling method. The goal of this research is to know: 1) to identify the community participation level in Economic Rolling PNPM-MP Program, 2) to identify the factors that have relation with the participation level in the

implementation of Economic Rolling PNPM-MP Program, and 3) to analyse the relation between participation community level with effectiveness of the program. Based the result of the research, from four individual characteristic in comunity (age, education level, income level, and motivation) the education level and level the income leve have relation with the participation level. From four management

program, the leadership program and the perception program have relation with participation level. The Community Participation level in The Economic PNPM-MP Program has a relation with the effectiveness of the program.

(3)

ii

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-MP) (Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). (Di bawah bimbingan Ninuk Purnaningsih)

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan salah satu program nasional yang berbasis pemberdayaan masyarakat dan berfungsi untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di tingkat pedesaan dan perkotaan yang diluncurkan oleh pemerintah pada tahun 2007. PNPM bersama-sama dengan masyarakat membuat program-program yang bertujuan untuk pengentasan kemiskinan dengan menggunakan dua belas prinsip PNPM. Salah satu prinsip dasar PNPM yang dibutuhkan mulai dari tahap perencanaan hingga tahap pengevaluasian program adalah partisipasi masyarakat sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan program PNPM dan didukung oleh prinsip-prinsip dasar yang lain.

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, 2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, 3) Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan efektivitas Program Ekonomi Bergulir.

(4)

iii

bermata pencaharian sebagai pedagang, memiliki tingkat pendapatan sedang yaitu berkisar lebih besar dari satu juta dan kurang hingga dua juta dua ratus lima puluh ribu rupiah, dan memiliki motivasi utama terlibat dalam program adalah untuk mengembangkan modal usaha. Tingkat partisipasi peserta program PEB PNPM-MP sedang pada tahap perencanaan, tergolong tinggi pada tahap pelaksanaan dan menikmati hasil, sedangkan pada tahap monitoring kegiatan tergolong rendah. Dengan menggunakan uji korelasi diperoleh bahwa tingkat pendidikan responden, tingkat pendapatan, persepsi dan kepemimpinan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program PEB PNPM-MP. Usia, kesempatan berpartisipasi, serta tingkat keterdedahan informasi tidak berhubungan dengan partisipasi seseorang dalam program PEB PNPM-MP.

(5)

iv (PNPM-MP)

(Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

Oleh

Karina Swedianti I34070115

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

(6)

v

INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh:

Nama : Karina Swedianti

No. Pokok : I34070115

Judul : Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

(Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor).

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi NIP. 19690108 199303 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1003

(7)

vi

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-MP)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juli 2011

(8)

vii

Penulis dilahirkan pada tanggal 13 November 1989 di kota Stockholm, Swedia. Penulis adalah anak kedua dari pasangan Bapak Harnowo Permadi dan Ibu Lenawati Piliang. Pendidikan yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri Polisi IV Bogor tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Bogor tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Bogor tahun 2007.

(9)

xii

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) (Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor).”

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP, faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program PEB PNPM-MP dan sejauh mana hubungan efektivitas program dan tingkat partisipasi masyarakat dalam program. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2011

(10)

xiii

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan nikmat-Nya, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan Insya Allah memuaskan. Skripsi ini berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)”. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman tertulis terhadap konsep partisipasi yang dilakukan oleh pihak PNPM selaku fasilitator dan masyarakat selaku pelaksana dan pemanfaat hasil dari program PNPM Mandiri. Penulisan skripsi ini merupakan syarat kelulusan bagi mahasiswa pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibunda Lenawati Piliang dan ayahanda Harnowo Permadi yang telah memberikan segenap kasih sayangnya, motivasi, dukungan moril dan materil. 2. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi sebagai dosen pembimbing, atas segala

bimbingan, motivasi, saran, pemikiran dan kesabarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Ir. Soemardjo, MS sebagai dosen penguji utama atas kesediaannya untuk menguji dan memberikan saran yang bermanfaat.

4. Ratri Virianita, S.Sos, M.Si sebagai dosen penguji wakil Departemen Sains KPM atas kesediaannya untuk menguji dan memberikan saran yang bermanfaat.

5. Tim 5 PNPM Mandiri Perkotaan, Bapak Dik-Dik, Bapak Wiki, Ibu Reny, dan Bapak Edi. Terimakasih atas bantuan dan kerjasama selama ini.

6. Segenap aparat Desa Cimanggu I, Bapak Nurhasan, Bapak Yonde, dan Ibu Eka. Terimakasih atas bantuan dan kerjasama selama ini.

7. Kakak Harlendo Swedianto dan adik Rizky Harnowo yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis.

8. Dinda Ayu Lokita teman seperjuangan satu bimbingan dalam menyusun skripsi, pemberi semangat, serta rekan diskusi dalam penulisan skripsi.

9. Yuvita Amalia Pohan, teman seperjuangan dalam penelitian yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis selama penelitian.

(11)

xiv akan selalu diingat sampai nanti.

12. Sahabat-sahabat di KPM 44, Laras, Ochy, Chae, Wawa, Tya, Asri, Dimit, Wira, Ira, Anggi, Wina, Ma’rifat, Hendora, Haidar, Adji, Zaki, Arsyad, Nesia, Laila, Vivi, dan Gian.

13. Sahabat-sahabat tim basket FEMA putri, Yoshinta, Astri, Dewi Silvia, Uty, Tante Momond, Gege, Rizky Amelia, Denissa, Tami, Dini, Nina, Ziar, dan Vinka.

14. Teman-teman KPM 44, KPM 45 dan KPM 46 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

15. Teman-teman HIMASIERA, khususnya divisi Public Relation yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaan, doa, dan dukungannya.

16. Panitia IPB Art Contest 2010 dan Panitia Konser Amal HIMASIERA yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Bogor, Juli 2011

(12)

xv

Halaman DAFTAR ISI ... XII DAFTAR TABEL ... XIV DAFTAR GAMBAR... XVIII DAFTAR LAMPIRAN... XIX

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Kegunaan Penelitian ... 3

BAB II. PENDEKATAN TEORITIS... 5

2.1 Tinjauan Pustaka... 5

2.1.1 Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat... 5

2.1.1.1 Jenis-Jenis Partisipasi ... 6

2.1.1.2 Faktor-Faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat ... 9

2.1.1.2.1 Motivasi ... 10

2.1.1.2.2 Persepsi ... 12

2.1.2 Modal Sosial ... 12

2.1.3 PNPM Mandiri... 13

2.1.3.1 Prinsip-Prinsip Dasar PNPM ... 14

2.1.3.2 PNPM Mandiri Perkotaan... 15

2.1.3.2.1 Program Ekonomi Bergulir ... 16

2.2 Kerangka Pemikiran ... 17

2.3 Hipotesis Penelitian... 19

2.4 Definisi Operasional... 20

2.4.1 Tingkat Partisipasi Masyarakat... 20

2.4.2 Karakteristik Individu ... 22

2.4.3 Manajemen Program... 23

2.4.4 Efektivitas Program Ekonomi Bergulir ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN ... 28

(13)

xvi

3.4.1 Uji KorelasiRank Spearman... 30

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH DESA ... 32

4.1 Desa Cimanggu I ... 32

4.1.1 Letak Geografis dan Kondisi Fisik Dasar... 32

4.1.2 Kependudukan ... 32

4.1.3 Kondisi Ekonomi ... 34

4.1.4 Pendidikan ... 35

4.1.5 Lembaga... 35

4.1.5.1 Badan Keswadayaan Masyarakat ... 35

4.1.5.2 Unit Pengelola Keuangan ... 36

4.2 Deskripsi Program ... 36

BAB V. KARAKTERISITIK INDIVIDU DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM EKONOMI BERGULIR PNPM-MP ... 38

5.1 Karakteristik Individu ...38

5.1.1 Usia ... 38

5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 38

5.1.3 Tingkat Pendapatan Responden... 39

5.1.4 Motivasi ... 40

5.2 Tingkat Partisipasi Responden dalam Program Ekonomi Bergulir ... 41

5.2.1 Partisipasi Tahap Perencanaan... 41

5.2.2 Partisipasi Tahap Pelaksanaan ... 43

5.2.3 Partisipasi Tahap Menikmati Hasil... 44

5.2.4 Partisipasi Tahap Monitoring/ Evaluasi... 45

5.3 Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir ... 46

5.3.1 Hubungan antara Usia dengan Tingkat Partisipasi ... 46

5.3.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi ... 48

5.3.3 Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi ... 49

5.3.4 Hubungan antara Motivasi dengan Tingkat Partisipasi... 51

(14)

xvii

6.1 Manajemen Program ... 54

6.1.1 Kesempatan Berpartisipasi... 54

6.1.2 Tingkat Keterdedahan Informasi ... 55

6.1.3 Persepsi ... 56

6.1.4 Kepemimpinan... 57

6.2 Hubungan antara Manajemen Progran dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir... 58

6.2.1 Hubungan antara Kesempatan Berpartisipasi dengan Tingkat Partisipasi... 58

6.2.2 Hubungan antara Tingkat Keterdedahan Informasi dengan Tingkat Partisipasi ... 60

6.2.3 Hubungan antara Persepsi dengan Tingkat Partisipasi ... 61

6.2.4 Hubungan antara Kepemimpinan dengan Tingkat Partisipasi... 62

6.3 Ikhtisar ... 63

BAB VII. EFEKTIVITAS PROGRAM DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM EKONOMI BERGULIR ... 64

7.1 Efektivitas Program ... 64

7.1.1 Peningkatan Pendapatan ... 64

7.1.2 Pengembangan Modal Sosial... 64

7.1.2.1 Tingkat Kepercayaan ... 65

7.1.2.2 Jaringan ... 65

7.1.2.3 Kerjasama ... 66

7.2 Hubungan antara Efektivitas Program dengan Tingkat Partisipasi... 67

7.2.1 Hubungan antara Peningkatan Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 67

7.2.2 Hubungan antara Tingkat Kepercayaan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 68

7.2.3 Hubungan antara Tingkat Jaringan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat... 70

7.2.4 Hubungan antara Tingkat Kerjasama dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat... 71

7.3 Ikhtisar ... 72

(15)

xviii

DAFTAR PUSTAKA... 76 LAMPIRAN ... 78

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Sebaran Responden PEB PNPM-MP Menurut Lokasi Tempat

Tinggal, Tahun 2010 ... 30 Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Penduduk di Desa Cimanggu 1 Tahun

2010 ... 34 Tabel 4.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Golongan Umur

dan Jenis Kelamin di Desa Cimanggu I Tahun 2010 ... 34 Tabel 4.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian

dan Jenis Kelamin di Desa Cimanggu I Tahun 2010 ... 35 Tabel 4.4 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

dan Jenis Kelamin di Desa Cimanggu I Tahun 2010 ... 36 Tabel 5.1 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kelompok Usia

di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Bogor Tahun 2010... 39 Tabel 5.2 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat

Pendidikan Formal yang Ditamatkan di Desa Cimanggu I,

Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010 ... 40 Tabel 5.3 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat

Pendapatan di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang,

Kabupaten Bogor Tahun 2010 ... 40 Tabel 5.4 Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Perencanaan

Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010...43 Tabel 5.5 Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Pelaksanaan

Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010...44 Tabel 5.6 Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Pemanfaatan Hasil

Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010...45 Tabel 5.7 Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Perencanaan

Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010...46 Tabel 5.8 Persentase Responden menurut Usia dan Tingkat Partisipasi

(16)

xix

Tabel 5.9 Persentase Responden menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Partisipasi Responden pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 ... 50 Tabel 5.10 Persentase Responden menurut Tingkat Pendapatan dan

Tingkat Partisipasi Responden pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 ... 51 Tabel 5.11 Persentase Responden menurut Motivasi dan Tingkat

Partisipasi Responden pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang,

Kabupaten Bogor, 2010... 53 Tabel 6.1 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kesempatan

Berpartisipasi pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Bogor Tahun 2011... 55 Tabel 6.2 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat

Keterdedahan Informasi pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang,

Kabupaten Bogor Tahun 2011 ... 56 Tabel 6.3 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Persepsi pada

Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I,

Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2011... 58 Tabel 6.4 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemimpinan

pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

Tahun 2011... 59 Tabel 6.5 Persentase Responden menurut Kesempatan Berpartisipasi

dan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor ... 60 Tabel 6.6 Persentase Responden menurut Tingkat Keterdedahan

Informasi dan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I,

Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor ... 61 Tabel 6.7 Persentase Responden menurut Persepsi dan Tingkat

Partisipasi Masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang,

Kabupaten Bogor... 62 Tabel 6.8 Persentase Responden menurut Kepemimpinan dan Tingkat

(17)

xx

Tabel 7.1 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Peningkatan Pendapatan dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Bogor Tahun 2010... 65 Tabel 7.2 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat

Kepercayaan dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Bogor Tahun 2010... 66 Tabel 7.3 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Jaringan

dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

Tahun 2010... 67 Tabel 7.4 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat

Kerjasama dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Bogor Tahun 2010... 68 Tabel 7.5 Persentase Responden menurut Tingkat Partisipasi dengan

Peningkatan Pendapatan Responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 ... 69 Tabel 7.6 Persentase Responden menurut Tingkat Partisipasi dengan

Tingkat Kepercayaan Responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 ... 70 Tabel 7.7 Persentase Responden menurut Tingkat Partisipasi dengan

Tingkat Jaringan Responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 ... 71 Tabel 7.8 Persentase Responden menurut Tingkat Partisipasi dengan

Tingkat Kerjasama Responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan

(18)

xxi

Halaman

Gambar 2.1 Model Hirarki Maslow... 11

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan pada Implementasi Program Ekonomi Bergulir ... 18

Gambar 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Cimanggu I ... 35

Gambar 5.1 Motivasi Responden dalam Program Ekonomi Bergulir ... 42

Gambar 5.2 Usia Responden ... 47

Gambar 5.3 Tingkat Pendidikan Responden ... 49

(19)

xxii

Halaman Lampiran 1 Identitas Responden ... 79 Lampiran 2 Sketsa Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang,

(20)
(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan salah satu program pembangunan yang berfungsi untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di tingkat pedesaan dan perkotaan yang diluncurkan oleh pemerintah pada tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis, dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, yang ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan lagi obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan (Depdagri, 2008).

Pemerintah juga berupaya agar dengan disalurkannya program PNPM ini masyarakat lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Program PNPM bukan hanya berkisar pada individu yang miskin tapi program PNPM juga menganggarkan untuk infrastruktur seperti jalan desa dan program fisik lainnya agar akses masyarakat bisa lebih mudah dan dapat terjangkau dengan baik. Dengan adanya program PNPM, diharapkan individu miskin mempunyai kekuatan (power) dalam memberdayakan kehidupan mereka. Dalam hal pemberdayaan masyarakat melalui PNPM Mandiri, presiden mengharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena program itu langsung dari usulan masyarakat, sehingga lebih tepat, lebih baik dan tidak ada kebocoran (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010).

(22)

melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri diharapkan dapat terjadi harmonisasi prinsip-prinsip dasar, pendekatan, strategi, serta berbagai mekanisme, dan prosedur pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat sehingga proses peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat berjalan lebih efektif dan efisien (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010).

Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Sedangkan PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kegiatan lanjutan dari Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Penelitian ini difokuskan pada program PNPM Mandiri Perkotaan yaitu Program Ekonomi Bergulir (PEB). Melalui program PEB ini pemerintah berupaya menarik partisipasi masyarakat desa untuk bersama-sama merencanakan, melaksanakan program perekonomian ini yang secara prioritas dibutuhkan oleh masyarakat setempat, serta memelihara kelangsungan program tersebut sehingga berkelanjutan. Partisipasi masyarakat dianggap penting karena diduga memiliki hubungan yang kuat dalam mencapai efektivitas program PNPM Mandiri Perkotaan, terutama Program Ekonomi Bergulir.

(23)

1.2 Perumusan Masalah

Program PEB PNPM-MP yang telah dilaksanakan di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dapat dikatakan telah berhasil dilaksanakan karena program ini bersifat berkelanjutan. Salah satu faktor yang menyebabkan keberhasilan dari program PEB PNPM-MP di Desa Cimanggu I adalah partisipasi masyarakat sebagai peserta program. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Sejauhmana tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang?

2. Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang?

3. Sejauhmana hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan efektivitas Program Ekonomi Bergulir.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang.

3. Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan efektivitas Program Ekonomi Bergulir.

1.4 Kegunaan Penelitian

(24)

a. Kegunaan Penelitian bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam melakukan program pemberdayaan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari partisipasi dalam program PNPM Mandiri Perkotaan pada program Ekonomi Bergulir, maka persentase peran serta masyarakat perlu ditingkatkan di dalam pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat lainnya.

b. Kegunaan Penelitian bagi Masyarakat

Bagi masyarakat, penelitian ini dapat menambah wawasan masyarakat mengenai program PNPM, terutama program Ekonomi Bergulir. Dan bagi masyarakat sasaran khususnya, penelitian ini diharapkan dapat memperlihatkan bagaimana hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan program PNPM Mandiri, khususnya pada program Ekonomi Bergulir dan dapat memperlihatkan peran nyata mereka terhadap pelaksanaan program tersebut.

c. Kegunaan Penelitian bagi Akademisi

(25)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri merupakan faktor utama yang dapat menentukan keberhasilan program PNPM Mandiri tersebut. Namun, sebelum mengkaji lebih jauh mengenai partisipasi, sebaiknya diuraikan terlebih dahulu mengenai pengembangan masyarakat atau pemberdayaan masyarakat. Menurut Nasdian (2006), ’empowerment is road to participation’, yang artinya bahwa pemberdayaan merupakan jalan atau sarana menuju partisipasi.

Suharto (2005) mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai suatu proses dimana masyarakat, terutama mereka yang miskin sumber daya, kaum perempuan, dan kelompok terabaikan lainnya, didukung agar mampu meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri. Dalam proses ini, lembaga berperan sebagai fasilitator yang mendampingi proses pemberdayaan masyarakat. Pada prinsipnya masyarakatlah yang menjadi aktor dan penentu pembangunan. Usulan-usulan masyarakat merupakan dasar bagi program pembangunan lokal, regional, bahkan menjadi titik pijak bagi program nasional.

Istilah partisipasi memiliki berbagai definisi. Tetapi secara umum partisipasi menurut Wahyuni dalam Pratiwi (2008) mempunyai arti keterlibatan seseorang secara aktif dalam suatu kegiatan , sedangkan Hubeis dalam Pratiwi (2008) mendefinisikan partisipasi sebagai keikutsertaan masyarakat dalam pernyataan maupun kegiatan, sedangkan menurut Kumar dalam Wicaksono (2010) partisipasi masyarakat adalah a voluntary contribution to national development, but the people are not expected to take part in shaping the programme or in the criticising its contents (Economic Commision for Latin America, 1973).

(26)

yang akan dilakukan dan bagaimana cara kerjanya, keterlibatan masyarakat dalam keterlibatan program dan pengambilan keputusan yang telah ditetapkan melalui sumbangan sumber daya atau bekerja sama dalam suatu organisasi, keterlibatan masyarakat menikmati hasil dari pembangunan, serta dalam evaluasi pada pelaksanaan program.

2.1.1.1 Jenis-Jenis Partisipasi

Tidak semua partisipasi ada atas kesadaran dan inisiatif warga masyarakat tetapi juga bisa merupakan mobilisasi dari atas untuk mencapai tujuan pembangunan. Untuk hal yang terakhir tersebut dewasa ini tepatnya sejak perubahan sistem pemerintahan yangtop down menjadi bottom up menjadi tidak berlaku lagi sepanjang perencanaan pembangunan desa. Kalaupun campur tangan dari pihak birokrat ada hanyalah sebatas pada program yang merupakan gerakan masyarakat untuk melaksanakan proyek pembangunan.

Uphoff, Cohen, dan Goldsmith (1979) membagi partisipasi ke dalam beberapa jenis tahapan, yaitu:

1) Tahap perencanaan, ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang merencanakan program pembangunan yang akan dilaksanakan di desa, serta menyusun rencana kerjanya.

2) Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek.

(27)

4) Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

Uphoff, Cohen, dan Goldsmith (1979) juga mengemukakan tentang dimensi partisipasi sebagai berikut, pertama adalah What yang meliputi di dalamnya pembuatan keputusan, implementasi, pengambilan keuntungan, dan evaluasi. Kedua Who meliputi daerah tempat tinggal, pemerintah lokal atau pemerintahan setempat, dan pihak luar. Dan ketiga How yang didalamnya tercakup dasar dari partisipasi,exient of participation, serta efek dari partisipasi.

Pengertian What yakni mengacu pada partisipasi yang meliputi tahap-tahap yang diikuti masyarakat dalam pembangunan, yaitu :

1. Tahap pengambilan keputusan. 2. Tahap pelaksanaan.

3. Tahap pemanfaatan. 4. Tahap evaluasi.

Dalam suatu pembangunan yang baik, masyarakat haruslah dapat terlibat dalam keempat tahapan partisipasi tersebut. Masyarakat tidak hanya sebagai pelaksana pembangunan, tapi juga harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan, pemanfaatan hasil, serta dalam mengevaluasi hasil pembangunan yang sudah dicapai. Misalnya dalam pembangunan jalan, masyarakat tidak hanya sebagai pemanfaat saja tetapi mereka perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan untuk membangun jalan dan dalam pelaksanaan pembangunan jalan tersebut serta dalam mengevaluasinya, karena dalam pembangunan tersebut masyarakatlah yang lebih tahu tentang apa yang bermanfaat bagi kehidupan mereka sehingga mereka perlu dilibatkan dalam semua tahapan pembangunan.

(28)

partisipasi dilakukan dengan melihat aspek dasar dari partisipasi, bentuk partisipasi, lingkup partisipasi, dan akibat yang ditimbulkan dari partisipasi tersebut. Dalam berpartisipasi tidak hanya melihat akibat apa ditimbulkan dari suati partisipasi, tapi juga harus melihat bagaimana dasar partisipasi tersebut dilakukan. Karena itu partisipasi yang baik tidak hanya melibatkan salah satu pelaku pembangunan, namun juga harus melibatkan semua pelaku pembangunan dalam semua tahap partisipasi serta harus memperhatikan empat aspek tentang bagaiman partisipasi harus dilakukan.

Menurut Madrie (1986)dalamAriyani (2007) partisipasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Partisipasi dalam menerima hasil-hasil pembangunan :

a. Mau menerima, bersikap menyetujui hasil-hasil pembangunan yang ada. b. Mau memelihara, menghargai hasil pembangunan yang ada.

c. Mau memanfaatkan dan mengisi kesempatan pada hasil pembangunan. d. Mau mengembangkan hasil-hasil pembangunan.

2. Partisipasi dalam memikul beban pembangunan : a. Ikut menyumbang tenaga.

b. Ikut menyumbang uang, bahan, serta fasilitas lainnya. c. Ikut menyumbang pemikiran, gagasan, dan keterampilan. d. Ikut menyumbang waktu, tanah, dan lain sebagainya.

Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991: 154-155)dalam Firmansyah (2009) sebagai berikut: pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.

(29)

partisipasi uang, partisipasi harta benda, partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan, partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif.

Dengan berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas, maka bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan dan partisipasi representatif.

Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program. Sedangkan partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Masyarakat Perilaku seseorang terhadap suatu objek diwujudkan dengan kegiatan partisipasi, keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Pangestu dikutip oleh Santoso (1999) dalam Makmur (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang meliputi dua hal, yaitu:

a. Faktor internal dari individu yang mencakup ciri-ciri atau karakteristik individu yang meliputi : umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, luas lahan garapan, pendapatan, pengalaman berusaha dan kosmopolitan. b. Faktor eksternal yang merupakan faktor di luar karakteristik individu yang

(30)

Menurut Sastropoetro dikutip oleh Santoso (1999)dalam Makmur (2005) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi seseorang menjadi tiga hal, yaitu :

1. Keadaan sosial masyarakat yang meliputi tingkat pendidikan, pendapatan, kebutuhan, kebiasaan dan kedudukan dalam sistem sosial.

2. Keadaan program pembangunan, kegiatan ini merupakan kegiatan yang dirumuskan dan dikendalikan oleh pemerintah.

3. Keadaan alam sekitar yang mencakup faktor fisik atau keadaan geografis daerah yang ada pada lingkungan tempat hidup masyarakat tersebut. Jadi seseorang dapat berpartisipasi terhadap suatu kegiatan pembangunan sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal masyarakat merupakan faktor yang terdapat dalam diri masyarakat yang terdiri dari pendidikan formal, pendidikan non formal. Jumlah anggota keluarga, pekerjaan, penghasilan, luas lahan garapan, modal dan umur. Faktor eksternal dari individu merupakan faktor yang berasal dari luar individu, terdiri dari faktor komunikasi yang terdiri dari gagasan, ide, kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah, kebutuhan masyarakat, kegiatan penyuluhan dan faktor geografis daerah yang ada pada lingkungan tempat hidup masyarakat tersebut.

2.1.1.2.1 Motivasi

Menurut Sumarwan (2004) motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen. Kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan. Kebutuhan yang dirasakan tersebut mendorong seseorang untuk melakukan tindakan memenuhi kebutuhan tersebut. Inilah yang disebut Motivasi.

(31)
[image:31.612.198.449.114.338.2]

Gambar 2.1 Model Hirarki Kebutuhan Maslow

1. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan tubuh manusia untuk mempertahankan hidup.

2. Kebutuhan Rasa Aman dan Keamanan

Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan tingkat kedua setelah kebutuhan dasar. Ini merupakan kebutuhan perlindungan bagi fisik manusia.

3. Kebutuhan Sosial

Kebutuhan sosial merupakan tingkat ketiga dari hierarki Maslow. Kebutuhan tersebut berdasarkan kepada perlunya manusia berhubungan satu dengan yang lainnya.

4. Kebutuhan Ego

Kebutuhan ego atau esteem adalah kebutuhan tingkat keempat, yaitu kebutuhan untuk berprestasi sehingga mencapai derajat yang lebih tinggi dari yang lainnya.

5. Aktualisasi Diri

Aktualisasi Diri

Kebutuhan Ego

Kebutuhan Sosial

Kebutuhan Rasa Aman dan Keamanan

(32)

Derajat tertinggi atau kelima dari kebutuhan adalah keinginan dari seorang individu untuk menjadikan dirinya sebagai orang yang terbaik sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Kebutuhan aktualisasi diri juga menggambarkan keinginan seseorang untuk mengetahui, memahami, dan membentuk suatu sistem nilai, sehingga ia bisa mempengaruhi orang lain.

2.1.1.2.2 Persepsi

Persepsi sangat penting kedudukan dan peranannya sebagai inti di dalam proses komunikasi karena akan sangat menentukan proses penafsiran dalam penerimaan pesan oleh penerima. Menurut DeVitto dalam Riyanto (2010) persepsi mempengaruhi rangsangan (stimuli) atau pesan yang diserap dan apa makna yang diberikan ketika orang mencapai kesadaran. Menurut Riyanto (2010) persepsi adalah proses dimana suatu individu berhubungan dengan berbagai hal di luar dirinya lalu mencoba memberinya makna yang dikaitkan dengan kondisi dirinya dan dimana dia berada.

Sabri dalam Anonim (2008) mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas yang memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan individu mengenali milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya. Proses persepsi terdiri dari tiga tahap yaitu tahapan pertama terjadi pada pengideraan diorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, tahapan ketiga yaitu stimulasi pada penginderaan diinterprestasikan dan dievaluasi.

(33)

Uphoff membagi komponen modal sosial ke dalam dua kategori yaitu pertama, kategori struktural yang dihubungkan dengan berbagai bentuk asosiasi sosial. Kedua, kategori kognitif dihubungkan dengan proses–proses mental dan ide-ide yang berbasis pada ideologi dan budaya. Komponen-komponen modal sosial UphoffdalamApandi (2010) tersebut diantaranya:

1. Hubungan sosial (jaringan); merupakan pola-pola hubungan pertukaran dan kerjasama yang melibatkan materi dan non materi. Hubungan ini memfasilitasi tindakan kolektif yang saling menguntungkan dan berbasis pada kebutuhan. Komponen ini termasuk pada kategori struktural.

2. Norma; kesepakatan-kesepakatan tentang aturan yang diyakini dan disetujui bersama.

3. Kepercayaan; komponen ini menunjukkan norma tentang hubungan timbal balik, nilai-nilai untuk menjadi seseorang yang layak dipercaya. Pada bentuk ini juga dikembangkan keyakinan bahwa anggota lain akan memiliki keinginan untuk bertidak sama. Komponen ini termasuk dalam kategori kognitif.

4. Solidaritas; terdapat norma-norma untuk menolong orang lain, bersama-sama, menutupi biaya bersama untuk keuntungan kelompok. Sikap-sikap kepatuhan dan kesetiaan terhadap kelompok dan keyakinan bahwa anggota lain akan melaksanakannya. Komponen ini termasuk ke dlaam kategori structural.

5. Kerjasama; terdapat norma-norma untuk bekerjasama bukan bekerja sendiri. Sikap-sikap kooperatif, keinginan untuk membaktikan diri, akomodatif, menerima tugas dan penugasan untuk kemaslahatan bersama, keyakinan bahwa kerjasama akan menguntungkan . komponen ini termasuk ke dalam kategori kognitif.

(34)

bersama-sama guna membangun masyarakat Indonesia yang partisipatif, kokoh, terus bergerak, kreatif, kompak, dan yang menghormati manusia lain.

2.1.3 PNPM Mandiri

PNPM Mandiri pada hakekatnya adalah gerakan dan program nasional yang dituangkan dalam kerangka kebijakan yang menjadi acuan pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bertujuan menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, untuk menyelesaikan berbagai persoalan pembangunan yang dihadapinya dengan baik dan benar. PNPM Mandiri membutuhkan harmonisasi kebijakan yang berbasis pemberdayaan masyarakat melalui perbaikan pemilihan sasaran (targeting) baik wilayah maupun masyarakat penerima manfaat, prinsip dasar, strategi, pendekatan, indikator, serta berbagai mekanisme dan prosedur yang diperlukan untuk mengefektifkan penanggulan kemiskinan dan mempercepat tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan Tujuan dari PNPM Mandiri adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010).

2.1.3.1 Prinsip-Prinsip Dasar PNPM Mandiri

Sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010) menekankan prinsip-prinsip dasar berikut ini:

1. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM Mandiri senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya.

(35)

3. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.

4. Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

5. Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan.

6. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan.

7. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.

8. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif. 9. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan

kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.

10.Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

11.Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

(36)

2.1.3.2 PNPM Mandiri Perkotaan

Mulai tahun 2007 Pemerintah mencanangkan PNPM Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan (PNPM MPd), PNPM Mandiri Perkotaan (PNPM MPk), serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kegiatan lanjutan dari Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan.

Tujuan umum PNPM telah ditetapkan di Pedoman Umum PNPM yaitu meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Dengan demikian secara khusus tujuan PNPM Mandiri Perkotaan dirumuskan sebagai berikut : masyarakat di kelurahan peserta program menikmati perbaikan sosial, ekonomi, dan tatapemerintahan lokal (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010).

Penanggulangan kemiskinan yang direncanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kecamatan dari masyarakat dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan sehingga dapat digalang perencanaan yang menyeluruh, terpadu, dan selaras waktu (synchrone). Dengan demikian PNPM Mandiri Perkotaan akan menekankan pemanfaatan Musrenbang Kecamatan sebagai mekanisme harmonisasi kegiatan berbagai program yang ada sehingga peranan Forum LKM tingkat kecamatan menjadi sangat vital.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas maka pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan : 1. Menggunakan kecamatan sebagai lokus program.

2. Memposisikan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.

(37)

4. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik sosial dan geografis. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran, kemandirian, dan keberlanjutan.

2.1.3.2.1 Program Ekonomi Bergulir

PNPM Mandiri mengklasifikasikan program-programnya ke dalam tiga bidang, yaitu bidang ekonomi, bidang lingkungan, dan bidang sosial. Program Ekonomi Bergulir merupakan salah satu program di PNPM-MP yang termasuk di dalam kategori bidang ekonomi.

Kegiatan dalam program ini yaitu memberikan pinjaman dalam bentuk sejumlah dana dengan jangka waktu pengembalian maksimum satu tahun. Tujuan dari pelaksanaan Program Ekonomi Bergulir ini pada masyarakat adalah diharapkan program ini mampu menjadi kegiatan yang secara langsung memberikan manfaat dan peningkatan pendapatan bagi individu/ keluarga maupun kelompok dan sekaligus membangun modal sosial.

2.2 Kerangka Pemikiran

(38)

masyarakat. Selain itu, persepsi masyarakat mengenai Program Ekonomi Bergulir dan kepemimpinan di dalam masyarakat pun diduga memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai tahapan partisipasi, yaitu mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil, hingga evaluasi Program Ekonomi Bergulir.

Tinggi-rendahnya tingkat partisipasi masyarakat baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil, hingga evaluasi program diduga mampu mempengaruhi efektivitas dari Program Ekonomi Bergulir, yaitu bila program ini memberikan manfaat dan peningkatan pendapatan bagi individu/ keluarga maupun kelompok dan sekaligus membangun modal sosial. Peningkatan modal sosial dapat diukur dengan menggunakan tiga indikator, yaitu tingkat kepercayaan, tingkat kerjasama, dan pengembangan jejaring sosial. Keterkaitan antar variabel dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran berikut.

Manajemen Program :

1. Kesempatan berpartisipasi 2. Tingkat Keterdedahan Informasi 3. Persepsi 4. Kepemimpinan

Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir :

1. Tahap Pengambilan Keputusan

2. Tahap Pelaksanaan 3. Tahap Menikmati Hasil 4. Tahap Evaluasi

Efektvitas Program Ekonomi Bergulir :

(39)

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan pada Implementasi Program Ekonomi Bergulir

Keterangan :

(40)

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran dapat disusun hipotesis sebagai berikut : 1. Semakin produktif usia responden, maka semakin tinggi tingkat

partisipasinya dalam program Ekonomi Bergulir PNPM-MP.

2. Semakin tinggi pendidikan yang pernah ditamatkan oleh responden, maka tingkat pendidikan responden semakun tinggi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan.

3. Semakin tinggi tingkat pendapatan responden, maka tingkat partisipasi responden semakin tinggi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan.

4. Semakin tinggi motivasi responden untuk meningkatkan kesejahteraannya, maka tingkat partisipasi responden semakin tinggi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan.

5. Semakin tinggi kesempatan berpartisipasi responden maka semakin tinggi tingkat partisipasi responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. 6. Semakin tinggi tingkat keterdedahan informasi responden maka semakin

tinggi tingkat partisipasi responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.

7. Semakin baik persepsi responden maka semakin tinggi tingkat partisipasi responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.

8. Semakin kuat pengaruh kepemimpinan terhadap responden, maka tingkat partisipasi responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor semakin tinggi.

(41)

10. Semakin tinggi tingkat partisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. maka tingkat kepercayaan diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM semakin meningkat.

11. Semakin tinggi tingkat partisipasi responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. maka tingkat jaringan diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM semakin meningkat.

12. Semakin tinggi tingkat partisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. maka tingkat kerjasama diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM semakin meningkat.

2.4 Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional yang digunakan untuk mengukur berbagai peubah. Masing-masing peubah terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan indikator pengukurannya. Istilah-istilah tersebut yaitu:

2.4.1 Tingkat Partisipasi Masyarakat

Tingkat partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan seseorang pada rapat perencanaan, pelaksanaan, penikmatan hasil dan evaluasi pada Program Ekonomi Bergulir. Tingkat partisipasi diukur dengan mengakumulasikan skor pada masing-masing tahap program dan dibuat tiga selang kategori partisipasi, yaitu partisipasi rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan selang skor akan ditentukan dengan menggunakan sebaran normal, sebagai berikut:

Rendah = jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang x≤ 36

Sedang = jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang 36 < x≤ 38

Tinggi = jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang

(42)

a. Partisipasi dalam perencanaan adalah keikutsertaan seseorang pada rapat perencanaan, pengambilan keputusan, dan perencanaan Program Ekonomi Bergulir.

Pengukuran : 1. Tidak = skor 1 2. Ya = skor 2

Partisipasi dalam perencanaan akan diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dibagi menjadi tiga kategori :

1. Rendah : memperoleh skor 0-5. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah pada tahap perencanaan program (kegiatan).

2. Sedang : memperoleh skor 6-7. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang sedang pada tahap perencanaan program (kegiatan).

3. Tinggi : memperoleh skor 8-10. hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi pada tahap perencanaan program (kegiatan).

b. Partisipasi dalam pelaksanaan adalah keikutsertaan seseorang dalam mengakses modal/ pinjaman bergulir yang diberikan oleh pihak PNPM Mandiri Perkotaan.

Pengukuran : 1. Tidak = skor 1 2. Ya = skor 2

Partisipasi dalam pelaksanaan akan diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dibagi menjadi tiga kategori :

1. Rendah : memperoleh skor 0-20. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah pada tahap pelaksanaan program (kegiatan).

2. Sedang : memperoleh skor 21. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang sedang pada tahap pelaksanaan program (kegiatan).

3. Tinggi : memperoleh skor lebih dari 21. hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi pada tahap perencanaan program (kegiatan).

(43)

Pengukuran : 1. Tidak = skor 1 2. Ya = skor 2

Partisipasi dalam menikmati hasil akan diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dibagi menjadi tiga kategori :

1. Rendah : memperoleh skor 0-3. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah pada tahap menikmati hasil program (kegiatan).

2. Sedang : memperoleh skor 4-5. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang sedang pada tahap menikmati hasil program (kegiatan).

3. Tinggi memperoleh skor lebih dari 6. hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi pada tahap menikmati hasil program (kegiatan). d. Partisipasi dalam evaluasi adalah keikutsertaan seseorang dalam memberi

masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Pengukuran :

1. Tidak = skor 1 2. Ya = skor 2

Partisipasi dalam evaluasi akan diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dibagi menjadi tiga kategori :

1. Rendah : memperoleh skor 0-4. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah pada tahap evaluasi program (kegiatan).

2. Sedang : memperoleh skor 5. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang sedang pada tahap evaluasi program (kegiatan).

3. Tinggi : memperoleh skor 6-8. hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi pada tahap evaluasi program (kegiatan).

2.4.2 Karakteristik Individu

Karakteristik Individu dapat dilihat berdasarkan usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan motivasi seseorang di dalam menjalankan Program Ekonomi Bergulir:

(44)

• Usia non produktif, dengan jenjang usia 0-17 tahun dan 55 tahun ke atas, maka dalam penelitian ini terdapat pembatasan usia responden yaitu 17 tahun ke atas, maka yang tergolong usia non produktif adalah 55 tahun ke atas. Usia non produktif termasuk ke dalam kategori rendah dalam pengukuran skala ordinal.

• Usia produktif, dengan jenjang usia 15-64 tahun. Usia produktif termasuk ke dalam kategori tinggi dalam pengukuran skala ordinal.

b. Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan yang telah ditempuh responden saat dilakukan pengambilan data, dibedakan menjadi tiga kategori berdasarkan wajib belajar 9 tahun, yaitu:

1. Rendah (Tidak sekolah- Tamat Sekolah Dasar)

2. Sedang (Tamat Sekolah Menengah Pertama dan atau sederajat) 3. Tinggi (Tamat Sekolah Menengah Atas-Perguruan Tinggi)

c. Tingkat pendapatan adalah perolehan uang tunai hasil kegiatan produktif yang diperoleh seseorang dan dihitung per bulan dalam rupiah (Rp). Tingkat pendapatan dikategorikan menjadi tiga berdasarkan sebaran normal, yaitu: 1. Rendah (≤ 1.000.000)

2. Sedang (>1.000.000 dan≤ 2.249.999) 3. Tinggi ( >2.249.999 dan≤ 4.000.000)

d. Motivasi terhadap Program Ekonomi Bergulir adalah alasan atau dorongan dari dalam diri responden untuk terlibat dalam Program Ekonomi Bergulir. Motivasi mencakup faktor-faktor yang melatarbelakangi responden untuk berpartisipasi dalam program. Motivasi diukur dengan menggunakan rangking dari faktor yang memotivasi warga untuk terlibat dalam program, mulai dari faktor motivasi tertinggi dengan skor (5) sampai terendah dengan skor (1).

2.4.3 Manajemen Program

(45)

(monev) pada Program Ekonomi Bergulir. Manajemen program dapat dilihat berdasarkan kesempatan berpartisipasi, tingkat keterdedahan informasi, persepsi, dan kepemimpinan.

a. Kesempatan berpartisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir adalah peluang yang ada di masyarakat untuk berpartisipasi, adanya toleransi terhadap keragaman bentuk.

Pengukuran : 1. Ya = skor 1 2. Tidak = skor 2

Kesempatan berpartisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir akan diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dibagi menjadi tiga kategori :

1. Rendah ( x≤ 3) 2. Sedang ( 3 < x < 6) 3. Tinggi ( x≥ 6)

b. Tingkat keterdedahan informasi dalam Program Ekonomi Bergulir adalah besarnya informasi mengenai Program Ekonomi Bergulir yang diterima oleh seseorang, baik yang bersumber dari media massa maupun melalui interpersonal.

Pengukuran : 1. Tidak = skor 1 2. Ya = skor 2

Tingkat keterdedahan informasi dalam Program Ekonomi Bergulir akan diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dibagi menjadi tiga kategori :

1. Rendah ( x≤ 9) 2. Sedang ( 9 < x≤ 10) 3. Tinggi ( 10 < x≤ 12)

(46)

Pengukuran : 1. Tidak = skor 1 2. Ya = skor 2

Persepsi dalam Program Ekonomi Bergulir akan diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dibagi menjadi tiga kategori :

1. Rendah ( 7 < x ≤ 8 ) 2. Sedang ( 8 < x≤ 9 ) 3. Tinggi ( x≤ 10)

d. Kepemimpinan adalah sikap yang dimiliki oleh penguasa wilayah serta kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain.

Pengukuran :

1.Tidak baik/ tidak dilibatkan = skor 1 2.Kurang baik/ kurang dilibatkan = skor 2 3.Baik/ dilibatkan secara langsung = skor 3

Kepemimpinan dalam Program Ekonomi Bergulir akan diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dibagi menjadi tiga kategori :

1. Lemah ( 0 < x ≤ 2 ) 2. Sedang ( 2 < x≤ 4 ) 3. Kuat ( 4 < x ≤ 20)

2.4.4. Efektivitas Program Ekonomi Bergulir

Efektivitas program adalah ukuran yang menunjukkan seberapa jauh Program Ekonomi Bergulir mencapai hasil dan manfaat yang diharapkan. Efektivitas PEB akan diukur dengan mengukur peningkatan pendapatan dan peningkatan modal sosial.

a. Peningkatan pendapatan adalah selisih pendapatan sesudah program dengan setelah program yang secara deskriptif akan dijelaskan dalam data secara fakual dalam rupiah (Rp), namun dalam analisis uji statistik akan diukur menggunakan skala ordinal yang akan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Rendah (x≤ 0)

(47)

3. Tinggi (100.000 < x≤ 750.000)

b. Peningkatan modal sosial dapat dilihat berdasarkan tingkat kepercayaan, kuat jaringan, dan tingkat kerjasama.

(i) Tingkat kepercayaan adalah seberapa besar kepercayaan yang terbangun antara masyarakat di dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Pengukuran :

1. Tidak = skor 1

2. Ya = skor 2

Berdasarkan pengukuran tersebut, dengan menggunakan uji statistik tingkat kerjasama akan diukur menggunakan skala ordinal dengan menggunakan sebaran kuartil, sehingga diperoleh skor :

1. Rendah : jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang 11 < X≤ 13,5

2. Sedang : jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang

13,5 < X≤ 14

3. Tinggi : jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang

X≥ 14

(ii) Kuat jaringan adalah seberapa banyak simpul-simpul jaringan yang ada serta keterlibatan responden dalam simpul-simpul tersebut.

Pengukuran :

1. Tidak = skor 1

2. Ya = skor 2

Berdasarkan pengukuran tersebut, secara statistik tingkat kerjasama akan diukur menggunakan skala ordinal dengan menggunakan sebaran kuartil, sehingga diperoleh skor :

1. Rendah : jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang 15 < X≤ 20

2. Sedang : jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang 20 < X≤ 25

(48)

(iii)Tingkat kerjasama adalah seberapa sering responden melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang terlibat dalam Program Ekonomi Bergulir (PEB) baik terhadap sesama penerima program, pihak BKM, maupun pihak PNPM dalam menjalankan kegiatan Ekonomi Bergulir.

Pengukuran :

1. Tidak = skor 1

2. Ya = skor 2

Berdasarkan pengukuran tersebut, secara statistik tingkat kerjasama akan diukur menggunakan skala ordinal dengan menggunakan sebaran kuartil, sehingga diperoleh skor :

1. Rendah : jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang 8 < X≤ 11

2. Sedang : jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang 11 < X≤ 14

(49)
(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Lokasi tersebut dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan salah satu lokasi yang menjadi sasaran dari program-program PNPM Mandiri dan pelaksanaan program PNPM Perkotaan di Desa Cimanggu I pada tahun 2010 dinilai berhasil. Waktu pelaksanaan penelitian lapang (penggalian data primer dan data sekunder) selama satu bulan dimulai bulan Maret sampai dengan bulan April 2011.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualititatif. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dalam pendekatan kuantitatif, penelitian ini menggunakan metode penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 2006).

(51)

3.3 Pemilihan Responden Penelitian

Penelitian ini memiliki dua subjek penelitian yang terdiri dari informan dan responden. Informan adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan informasi mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungannya. Untuk memudahkan dalam menentukan responden, dibuat sebuah kerangka sampel atau sampling frame dan pemilihan responden dilakukan dengan teknik pengambilan Sampel Acak Sederhana. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 45 orang dengan populasi KK miskin yang menerima Program Ekonomi Bergulir sebanyak 132 orang, sedangkan jumlah informan sebanyak lima orang, yaitu pihak PNPM, BKM, UPK, aparat desa, dan perwakilan dari masyarakat guna mendapat gambaran lebih mendalam. Komposisi responden disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Responden PEB PNPM-MP Menurut Lokasi Tempat Tinggal, Tahun 2010

No Lokasi Tempat Tinggal Populasi Responden

1 RW 01 25 5

2 RW 02 28 5

3 RW 03 12 5

4 RW 04 14 5

5 RW 05 12 5

6 RW 06 10 5

7 RW 07 10 5

8 RW 08 11 5

9 RW 09 10 5

Total 132 45

Sumber : UPK Desa Cimanggu I, 2010

3.4 Teknik Analisis Data

[image:51.612.130.514.332.515.2]
(52)

3.4.1 Uji KorelasiRank Spearman

Uji ini digunakan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal. Koralasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat yang berskala ordinal (non parametrik). Rumus KorelasiRank Spearmansebagai berikut:

Keterangan:

rs =Nilai KoefisienRank Spearman di = Disparitas (x1-x2)

n = Banyaknya Pengamatan

Kaidah pengambilan keputusan tentang hubungan antar variabel dalam uji korelasiRank Spearmanadalah sebagai berikut:

1. Signifikansi / probabilitas / α digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara variabel yang diteliti. Signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar α (0,1) maka artinya hasil penelitian mempunyai

kesempatan untuk benar atau tingkat kepercayaan sebesar 90% dan tingkat kesalahan sebesar 10%.

Dasar pengambilan keputusan, dirumuskan sebagai berikut:

a. Jika angka signifikansi hasil penelitian < 0,1 maka Ho ditolak. Jadi, hubungan kedua variabel signifikan; dan

b. Jika angka signifikansi hasil penelitian > 0,1 maka Ho diterima. Jadi, hubungan kedua variabel tidak signifikan.

(53)

hipotesis dua arah (two tailed) yaitu searah atau berlawanan arah. Dasar pengambilan keputusan, dirumuskan sebagai berikut:

a. Kekuatan hubungan, jika angka koefisien korelasi di atas 0,1 menunjukkan korelasi yang cukup kuat, sedangkan di bawah 0,1 menunjukkan korelasi yang lemah. Arti hubungan kuat adalah jika terjadi perubahan nilai pada suatu variabel (X) cenderung diikuti perubahan nilai variabel lain (Y). b. Arah hubungan, jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel

(54)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Desa Cimanggu I

4.1.1 Letak Geografis dan Kondisi Fisik Dasar

Desa Cimanggu I secara administratif merupakan salah satu dari 15 desa dalam wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Letak geografis Desa Cimanggu I berada di wilayah Bogor bagian barat dengan luas wilayah 170 Ha yang terdiri dari 3 Dusun, yaitu Dusun 1, Dusun 2, dan Dusun 3. Pada awalnya, Desa Cimanggu 1 hanya terbagi menjadi 7 RW. Akan tetapi, karena cakupan wilayahnya yang terlalu luas, RW 3 dan RW 4 melakukan pemekaran, sehingga Desa Cimanggu 1 saat ini memiliki 9 RW dan 30 RT.

Dusun 1 berada pada lingkup wilayah RW 1 dan 2, sedangkan Dusun 2 berada pada lingkup wilayah RW 3,4,8, dan 9, dan untuk cakupan wilayah Dusun 3 berada dalam lingkup wilayah RW 5,6, dan 7. Dilihat dari letak wilayahnya, Desa Cimanggu 1 berbatasan dengan Desa Cijujung di sebelah utara, Desa Cibatok I di sebelah selatan, Desa Cimanggu II di sebelah barat, dan Desa Leuweung Kolot di sebelah timur.

Desa Cimanggu 1 dapat dijangkau dengan menggunakan angkutan umum dengan jurusan Leuwiliang dan Jasinga dalam waktu tiga puluh menit dari kampus IPB Darmaga. Jarak dari Kota Bogor ke Desa Cimanggu I sekitar 18 km.

Luas wilayah Desa Cimanggu 1 secara keseluruhan adalah 170 Hektar, yang secara geografis merupakan desa yang terletak di dataran rendah-sedang dengan kondisi tanah yang bergelombang dan terdiri atas 50 persen tanah basah dan 50 persen tanah darat dengan suhu rata-rata 32-350C dengan curah hujan terbanyak 30 hari banyaknya curah hujan 2000-3007 mm per tahunnya.

4.1.2 Kependudukan

(55)
[image:55.612.131.505.141.247.2]

sebesar 55 jiwa/ km2. Untuk lebih jelasnya, kondisi sosial secara umum Desa Cimanggu 1 dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Penduduk di Desa Cimanggu 1, 2010

Karakteristik Penduduk Jumlah Persentase (%)

Jumlah Penduduk 9537 Jiwa 100,00

Jumlah KK 2550 KK 100,00

Jumlah Penduduk perempuan 4605 jiwa 48,28

Jumlah Penduduk laki-laki 4932 jiwa 51,72

Sumber : Data Monografi Desa Cimanggu I, 2010

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar daripada jumlah penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki yaitu sebesar 4932 jiwa (51,72%) dan jumlah penduduk perempuan yaitu 4605 jiwa (48,28%), sedangkan gambaran masyarakat berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Desa Cimanggu I, 2010

No. Golongan Umur Jenis Kelamin Jumlah (orang)

Persentase (%) Laki-Laki Perempuan

1 0 - 19 tahun 1876 1769 3645 38,21

2 20 - 39 tahun 1382 1348 2730 28,62

3 40 - 69 tahun 1467 1312 2772 29,06

4 ≥ 70 tahun 207 176 383 4,11

Jumlah 4932 4605 9537 100,00

[image:55.612.130.531.413.544.2]
(56)
[image:56.612.123.512.82.253.2]

Gambar 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Cimanggu I

4.1.3 Kondisi Ekonomi

Kondisi Desa Cimanggu 1 dilihat letak geografisnya, maka jenis kegiatan ekonomi di desa ini mayoritas sektor pertanian, selain itu diurutan kedua adalah sektor perdagangan berupa buruh, warung kecil, pertanian, dan lain-lain. Jumlah pemilik lahan di Desa Cimanggu 1 masih cukup banyak, sehingga penduduk yang bekerja sebagai buruh tani tidak terlalu banyak, yaitu kurang lebih 1018 orang, petani pemilik kurang lebih 715 orang, urutan ketiga adalah buruh/swasta ada 2511 orang. Dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Cimanggu 1, 2008

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah

(Orang)

Persentase (%)

1 Petani 715 12,37

2 Buruh Tani 1018 17,61

3 Buruh industri/ Swasta 2511 43,45

4 Pegawai Negeri 72 1,25

5 Pengrajin 0 0,00

6 Pedagang 1215 21,02

7 TNI/Polri 8 0,14

8 Pertukangan 10 0,17

9 Pensiunan/ Purnawirawan 55 0,95

10 Lain-lain 175 3,02

Jumlah 5779 100,00

[image:56.612.117.508.487.664.2]
(57)

4.1.4 Pendidikan

[image:57.612.118.521.263.397.2]

Penduduk Desa Cimanggu 1 dilihat dari aspek pendidikan, maka rata-rata penduduknya sudah banyak yang mengenyam pendidikan yang lebih menigkat dan baik, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi pada saat ini sudah banyak. Penduduk yang tidak pernah sekolah ada sekitar

Gambar

Gambar 2.1 Model Hirarki Kebutuhan Maslow
Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Responden PEB PNPM-MP Menurut LokasiTempat Tinggal, Tahun 2010
Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Penduduk di Desa Cimanggu 1, 2010
Tabel 4.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian di DesaCimanggu 1, 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis statistic dengan pengujian Rank Spearman diperoleh nilai  = 0,721 ; p-value = 0,001 (p&lt;0,05), sehingga kesimpulan yang diambil dalam

Peneliti akan mengambil seluruh pihak dalam Kepolisian Resort Kota Surabaya untuk diambil pendapat maupun keterangannya terhadap judul penelitian sebagai populasi sebagai

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk melihat pengaruh kenaikan pH cairan developer dengan penambahan antara NaOH dan Na2CO3 terhadap densitas citra

Sesuai dengan pendapat Roesli (2007) bahwa dengan pengetahuan.. yang benar tentang menyusui, seorang ibu semakin mudah untuk memberikan ASI secara eksklusif. Hasil survey

Simpulan yang dapat ditarik dari analisis yang dilakukan adalah PT Lestari Dini Tunggul belum bisa menerapkan metode Just In Time secara keseluruhan, yang baru bisa diterapkan

Metode tutor sebaya adalah cara mengajar yang dilakukan dengan menjadikan teman dalam kelompok peserta didik yang dipandang memiliki kemampuan atau kompetensi

Pentingnya loyalitas pelanggan bagi perusahaan sudah tidak diragukan lagi, banyak perusahaan sangat berharap dapat mempertahankan pelanggannya dalam jangka panjang, bahkan

[r]