• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Minyak Nilam sebagai Fiksatif terhadap Ketahanan Wangi Gel Pengharum Ruangan Alami.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penambahan Minyak Nilam sebagai Fiksatif terhadap Ketahanan Wangi Gel Pengharum Ruangan Alami."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK NILAM

SEBAGAI FIKSATIF TERHADAP KETAHANAN WANGI

GEL PENGHARUM RUANGAN ALAMI

SAMPAH MAS

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Penambahan Minyak Nilam sebagai Fiksatif terhadap Ketahanan Wangi Gel Pengharum Ruangan Alami adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2013

Sampah Mas

(3)

ABSTRAK

SAMPAH MAS. Pengaruh Penambahan Minyak Nilam sebagai Fiksatif terhadap Ketahanan Wangi Gel Pengharum Ruangan Alami. Dibimbing oleh MEIKA SYAHBANA RUSLI.

Gel pengharum ruangan yang beredar di pasaran kebanyakan mengandung bahan sintetis terutama bahan pewangi dan fiksatifnya, hal ini dapat menjadi masalah terhadap kesehatan dan lingkungan. Oleh karena itu perlu dikembangkan produk gel pengharum ruangan yang ramah lingkungan dan baik untuk kesehatan dengan memanfaatkan minyak atsiri alami. Gel pengharum ruangan alami wanginya tidak bertahan jika digunakan pada suhu ruangan yang tinggi maka pada penelitian ini ditambahkan minyak nilam sebagai fiksatif alami. Karakteristik dari minyak tersebut adalah memiliki titik didih yang tinggi dan aroma yang khas. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari formula gel terbaik, mengetahui susut bobot produk selama penyimpanan, mengetahui konsentrasi minyak nilam terbaik dalam mengikat wangi dan mengetahui efektifitas minyak nilam sebagai fiksatif. Metode yang digunakan adalah uji hedonik, penimbangan, dan untuk ketahanan wangi dengan uji perbandingan berpasangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula gel terbaik adalah konsentrasi karagenan 3%, agar-agar 1 %, dan glukomanan 1%. Warna dan wangi yang paling disukai adalah produk dengan campuran minyak nilam 0% dan minyak lemon 8,9. Total persentase susut bobot tekecil yaitu sebesar 57,44 %, dihasilkan dengan penambahan minyak nilam sebesar 1,1 % pada kandungan minyak lemon sebesar 8,9 %. Ketahanan wangi terbaik terdapat pada produk gel pengharum ruagan dengan penambahan minyak nilam sebesar 1,1 % pada kandungan minyak lemon sebesar 8,9 %. Konsentrasi minyak nilam yang paling efektif dalam mengikat wangi adalah sebesar 1,1%.

(4)

ABSTRACT

SAMPAH MAS. Effect of patchouli oil addition of fixative agents on aroma retention of natural gel air freshener. Supervised by MEIKA SYAHBANA RUSLI.

Conventional gel air freshener mostly contains sinthetic materials, especially fragrance and fixative agent, which potentially harms human health and the environment. Therefore, it is necessary to develop product that more friendly to the environment and save for human by using natural essential oil. This natural gel air freshener scents in a short periode if its used in high room temperature. So, as natural fixativea agent, patchouly oil is added in this research. Patchouly oil has a high boiling point and specific aroma. The purpose of this study are to determine suitable gel formula by hedonic test, the weight loss of the product during four weeks, concentration of patchouly oil which results in the best aroma resistance and its effectiveness as fixative agent in gel based air freshener by comparison pairwise test.

The results showed that the best gel formula is contains of 3% of carrageenan, 1% of agar-agar, and 1% of glucomannan. Product containing 0% of patchouly oil and 8,9% of lemon oil showed the most prefered colour and the most prefered aroma. The lowest product weight loss is 57,44%, which is resulted from the addition of 1,1% of patchouli oil to 8,9% of lemon oil. The best aroma retention is resulted from the addition of 1,1% of patchouli oil to 8,9 % of lemon oil. The most effective concentration of patchouli oil in binding the gel air freshener aroma is 1,1%.

(5)

SAMPAH MAS. Pengaruh Penambahan Minyak Nilam sebagai Fiksatif terhadap Ketahanan Wangi Gel Pengharum Ruangan Alami. Dibimbingan Meika Syahbana Rusli 2013.

RINGKASAN

Minyak atsiri adalah minyak mudah menguap yang dihasilkan dari ekstrak tanaman penghasil minyak atsiri (tanaman aromatik). Minyak tersebut merupakan campuran kompleks dari senyawa alkohol sehingga sering disebut minyak terbang. Indonesia merupakan salah satu penghasil dan pengekspor minyak atsiri terbesar di dunia terutama untuk minyak nilam. Kebutuhan minyak nilam dunia 90 % dipenuhi oleh Indonesia. Kegunaan minyak tersebut sebagai zat fiksatif dalam industri parfum, kosmetik dan farmasi. Karakteristik dari minyak tersebut adalah memiliki titik didih yang tinggi dan aroma yang khas. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dikembangkan produk yang berbasis minyak atsiri untuk meningkatkan nilai jual minyak atsiri dan produk turunannya. Salah satu produk aplikasi dari minyak atsiri yang prospektif untuk dikembangkan adalah produk gel pengharum ruangan.

Produk gel pengharum ruangan yang beredar di pasaran mengandung bahan sintetis terutama bahan pewangi dan fiksatifnya, hal ini dapat menjadi masalah terhadap kesehatan dan lingkungan. Oleh karena itu perlu dikembangkan produk gel pengharum ruangan yang ramah lingkungan dan baik untuk kesehatan dengan memanfaatkan minyak atsiri alami. Namun produk gel pengharum ruangan alami tersebut wanginya tidak bertahan jika digunakan pada suhu ruangan yang tinggi, maka pada penelitian ini ditambahkan minyak nilam sebagai fiksatif alami. Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui konsentrasi terbaik minyak nilam dalam mengikat wangi.

Penelitian ini terdiri atas dua tahap, penelitian pendahuluan yaitu membuat dan mendapatkan formula gel terbaik. Penelitian utama adalah mengetahui pengaruh penambahan minyak nilam terhadap tingkat kesukaan konsumen, mengetahui susut bobot, ketahanan wangi produk gel pengharum ruangan selama penyimpanan dan mengetahui efektifitas minyak nilam sebagai fiksatif. Tingkat kesukaan dilakukan dengan uji hedonik menggunakan 25 orang panelis, nilai persentase susut bobot diketahui dengan cara penimbangan dan untuk mengetahui ketahanan wangi dilakukan dengan uji perbandingan pasangan menggunakan 15 orang panelis. Efektifitas minyak nilam dilihat dari susut bobot dan ketahanan wangi gel pengharum ruangan.

(6)

Pada uji susut bobot, diketahui total susut bobot tekecil adalah sampel perlakuan dengan penambahan minyak nilam 1,1% dan kandungan minyak lemon 8,9% (CN) yaitu sebesar 57,44%, hal ini berarti sampel CN memiliki nilai bobot tersisa terbesar yaitu 42,56%. Pada uji ketahanan wangi, sampel yang memiliki ketahanan wangi terbaik adalah gel pengharum ruagan dengan penambahan minyak nilam sebesar 1,1 % pada kandungan minyak lemon sebesar 8,9 % (CN). Pengadukan yang lebih homogen dapat menstabilkan emulsi dari produk sehingga daya tahan wanginya dapat bertahan lebih lama.

(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Penambahan Minyak Nilam sebagai Fiksatif terhadap Ketahanan Wangi Gel Pengharum Ruangan Alami.

Nama : Sampah Mas NIM : F34080099

Disetujui oleh

Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli M. Sc., Agr. Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen

(8)

x

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat, karunia, serta berkah-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Minyak Nilam sebagai Fiksatif terhadap Ketahanan Wangi Gel Pengharum Ruangan Alami.”. Penyusunan skripsi ini sebagai syarat menyelesaikan studi strata satu untuk mendapatkan gelar sarjana.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu, mendukung, dan membimbing penulis baik secara langsung maupun tidak langsung hingga penyelesaian skripsi ini berjalan dengan lancar. Berikut ini penulis sampaikan rasa terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu penulis tersebut, diantaranya :

1. Kedua orang tua tersayang atas do’a, nasehat, kasih sayang, semangat dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli, M.Sc. Agr. selaku pembimbing akademik yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Prof. Dr. Ing. Ir. Suprihatin dan Dr. Dwi Setyaningsih, S.TP, M.Si. atas masukkan dan saran yang diberikan kepada penulis.

4. Dr. Ir. Muslich, M.Si. dan Ono Suparno, STP. MT. selaku dosen penguji atas saran yang diberikan kepada penulis.

5. Para staff di Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian atas bimbingannya selama penelitian.

6. Amina Kurniasih Alu dan Arum Nur Fitrah sebagai teman satu bimbingan yang memberikan semangat kepada penulis.

7. Teman terbaik Dyah Ayu Larasati, Priska Wisudawaty, Destania Ardiyaningtyas, Marisa Ratna Yuanita, dan Derbie Octania S. yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis selama berlangsungnya penelitian dan penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh teman-teman TIN 45 yang selalu menemani, memberikan semangat dan keceriaan kepada penulis selama masa perkuliahan.

9. Fajaruddin, Tafrani, Mulyana, Haryanto Syahputra, Yenti, burhan dan seluruh teman BUD Rokan Hilir yang telah memberi dukungan dan motivasi.

10.Susan, Indri, Rini, Fatia, Eva dan seluruh teman kosan amany lainnya yang telah memberikan semangat dan keceriaan setiap hari.

11.Pihak lain yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya skripsi saya ini dapat diselesaikan semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

(9)

xi

DAFTAR ISI

PRAKATA x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 2

2 METODOLOGI 2

2.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 2

2.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3

2.3 Prosedur Penelitian 3

2.4 Prosedur pengujian 5

2.5 Analisis Data 6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 8

3.1 Penelitian Pendahuluan 8

3.1.1 Tekstur Formula Gel 8

3.1.2 Uji Susut Bobot Formula Gel 9

3.2 Penelitian Utama 10

3.2.1 Uji Organoleptik (Warna dan Wangi) Gel pengharum Ruangan 11

3.2.2 Uji Susut Bobot Gel Pengharum Ruangan 14

3.2.3 Uji Ketahanan Wangi Gel Pengharum Ruangan 16 3.2.4 Efektifitas Minyak Nilam sebagai Fiksatif 18

4 KESIMPULAN DAN SARAN 19

4.1 Simpulan 19

4.2 Saran 20

5 DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 22

(10)

xii

DAFTAR TABEL

1 Spesifikasi tepung agar-agar Gracilia yang digunakan 3 2 Hasil formulasi gel pada penelitian pendahuluan 8

3 Formula yang digunakan pada penelitian utama 11

DAFTAR GAMBAR

1 Ruang lingkup penelitian 4

2 Grafik susut bobot formula gel selama 10 hari penyimpanan 9 3 Gel pengharum ruangan perlakuan tanpa nilam (ANN, BNN dan

CCNN) dan perlakuan dengan penambahan nilam (AN, BN dan CN). 11 4 Histogram hasil uji hedonik terhadap warna gel pngharum ruangan 12 5 Histogram hasil uji hedonik terhadap wangi gel pngharum ruangan 13 6 Grafik susut gel pengharum ruangan selama 28 hari penyimpanan 14 7 Grafik ketahanan wangi gel pengharum ruangan selama 28 hari

penyimpanan 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagam alir pembuatan formula gel 22

2 Diagam alir pembuatan produk gel pengharum ruangan 23 3 Form pengujian hedonik produk gel pengharum ruangan 24 4 Form pengujian sensori uji perbandingan gel pengharum ruangan 25 5 Hasil analisis keragaman persentase susut bobot formula gel selama 10

hari penyimpanan. 26

6 Analisis keragaman persentase susut bobot gel pengharum ruangan

selama penyimpanan. 26

7 Hasil statistic (Uji Friedman) ketahanan wangi keseluruhan sampel gel

(11)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK NILAM

SEBAGAI FIKSATIF TERHADAP KETAHANAN WANGI

GEL PENGHARUM RUANGAN ALAMI

SAMPAH MAS

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(12)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak atsiri adalah minyak mudah menguap yang dihasilkan dari ekstrak tanaman penghasil minyak atsiri (tanaman aromatik). Minyak tersebut merupakan campuran kompleks dari senyawa alkohol sehingga sering disebut minyak terbang. Menurut Kardinan (2007) di Indonesia terdapat 40 jenis tanaman penghasil minyak atsiri dari sekitar 150-200 spesies yang terdapat di dunia. Berdasarkan Ketaren (1985), minyak atsiri dapat dihasilkan dari bagian tanaman yaitu dari batang, daun, bunga, buah, biji, kulit dan akar yang masing-masing memiliki komponen yang berbeda.

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan pengekspor minyak atsiri terbesar di dunia terutama untuk minyak nilam. Indonesia adalah pemasok kebutuhan minyak nilam sekitar 80- 90% dari seluruh kebutuhan dunia (Anonim 2011). Salah satu daerah penghasil minyak nilam terbesar di Indonesia terdapat pada Propinsi Nanggoe Aceh Darusalam yang memberikan kontribusi 70% produksi nasional (Djazuli dan Trislawati 2004). Kegunaan minyak tersebut sebagai zat fiksatif dalam industri parfum, kosmetik dan farmasi. Karakteristik dari minyak tersebut adalah memiliki titik didih yang tinggi dan aroma yang khas. Berdasarkan data statistik perdagangan minyak atsiri Indonesia, nilai ekspor dari 20 jenis minyak atsiri pada tahun 2011 mencapai US$ 135,363 juta. Menurut Dewan Atsiri Indonesia (2009), nilai ekspor minyak nilam mencapai US$ 27,137 juta. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dikembangkan produk yang berbasis minyak atsiri untuk meningkatkan nilai jual minyak atsiri dan produk turunannya. Salah satu produk aplikasi dari minyak atsiri yang prospektif untuk dikembangkan adalah produk gel pengharum ruangan.

Produk gel pengharum ruangan merupakan produk wewangian berbentuk semi padat yang menggunakan karagenan sebagai komponen pembentuk gelnya atau jenis bahan pembentuk gel lainnya. Produk tersebut berfungsi untuk mengatasi bau tak sedap, mengurangi rasa penat saat berada di ruangan yang bersuhu tinggi dan memberi efek relaksasi. Kondisi lingkungan yang semakin panas menyebabkan ruangan menjadi pengap. Hal ini memicu permintaan produk pengharum ruangan semakin meningkat. Jenis produk pengharum ruangan yang cocok untuk ruangan tersebut adalah jenis produk berbentuk gel agar lebih praktis. Produk gel pengharum ruangan banyak dikembangkan karena bersifat elastis, lebih tahan lama, dan lebih menarik. Selain itu, bentuk gel dapat menghambat pelepasan zat volatil pada pengharum ruangan sehingga wanginya lebih tahan lama.

(13)

2

agar tekstur produk gel pengharum ruangan yang terbentuk lebih baik dan lebih menarik. Produk gel pengharum ruangan yang alami wanginya tidak bertahan lama jika digunakan pada ruangan yang bersuhu tinggi. Pada penelitian ini memanfaatkan minyak nilam sebagai fiksatif alami untuk mempertahankan atau mengikat wangi produk gel pengharum ruangan agar wanginya dapat bertahan lebih lama jika digunakan di ruangan yang bersuhu tinggi.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengembangkan produk gel pengharum ruangan berbasis minyak atsiri alami dengan memanfaatkan minyak lemon sebagai bahan pewangi dan minyak nilam sebagai bahan fiksatif. Kemudian, tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :

1. Membuat dan mengetahui formulasi gel yang terbaik.

2. Mengetahui penyusutan bobot dan ketahanan wangi produk gel pengharum ruangan selama penyimpanan pada suhu 40oC

3. Mengetahui konsentrasi terbaik minyak nilam sebagai fiksatif terhadap ketahanan wangi produk gel pengharum ruangan.

4. Mengetahui pengaruh dan efektifitas minyak nilam sebagai bahan fiksatif.

2 METODE PENELITIAN

2.1 Bahan dan Peralatan Penelitian

2.1.1 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah bahan pewangi, bahan fiksatif, dan bahan pembentuk gel. Bahan pewangi yang digunakan adalah minyak lemon dan bahan fiksatif yang digunakan adalah minyak nilam yang didapatkan dari CV. Kreasi Aroma. Bahan pembentuk gel terdiri atas karagenan didapatkan dari Toko Kimia Setiaguna, karakteristik tepung karagenan yang digunakan adalah berwarna putih, teksturnya halus, larut dalam air dingin maupun panas, aroma netral dan gel yang terbentuk transparan. Agar-agar didapat dari CV. Sari Mutiara Abadi, Malang. Karakteristik tepung agar-agar yang digunakan adalah berwarna putih kecoklatan, larut dalam air panas maupun dingin, dan tekstur tepung halus. Tepung glukomanan yang digunakan berwarna putih, aromanya netral, tekstur tepung halus, larut dalam air panas maupun dingin dan gel yang terbentuk elastis.

(14)

3 Tabel 1. Spesifikasi tepung agar-agar Gracilia

Parameters Jumlah

Microbiological test / E-coli - (CV. Sari Mutiara Abadi, Malang)

2.1.2 Peralatan Penelitian

Alat-alat yang digunakan selama proses pembuatan gel pengharum ruangan adalah gelas piala, timbangan digital, hot plate, oven, gelas ukur, sudip, alumunium foil, pipet tetes, pipet Mohr, bulb, botol jar berukuran volume 50 g, termometer, gelas pengaduk, spidol permanen, nampan plastik, kain lap, tisu, kertas label, dan gunting. Sebelum digunakan alat-alat ini harus dalam keadaan steril dengan cara dicuci menggunakan sabun, setelah kering disemprot alkohol dan dilap dengan tisu.

2.2 Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 – April 2013. Penelitian dilakukan di Laboratorium Departement of Industrial Technology

(LDIT), Laboratorium Organoleptik, Laboratorium Teknologi Kimia, dan Laboratorium Pengemasan Departemen Teknologi Industri Pertanian.

2.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakuakan dalam dua tahap yaitu, penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan formula gel terbaik yang nantinya akan digunakan pada penelitian utama. Penelitian utama bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan fiksatif (minyak nilam) terhadap ketahanan wangi gel pengharum ruangan pada suhu 40oC.

(15)

4

turun menjadi 65oC. Setelah suhu larutan mencapai 65oC, propilen glikol ditambahkan dan diaduk hingga homogen kemudian ditambahkan minyak atsiri. Setelah homogen, larutan dituangkan ke dalam botol jar berukuran 50 gam. Adapun ruang lingkup penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 1.

Gambar 1. Ruang lingkup penelitian Non nilam = A, B dan C

Nilam = A, B dan C Uji visual dan

Penimbangan

Penentuan formula gel

Pembuatan produk gel pengharum ruangan alami

Karagenan, agar-agar, glukomanan, natrium benzoat,

asam sitrat dan aquades.

Pengukuran presentasi susut bobot Formula gel A0, A1,

A2 dan A3

Pengaruh bahan fiksatif terhadap ketahanan wangi dan susut bobot produk selama 4

minggu penyimpanan pada suhu 40oC

Susut bobot dan ketahanan wangi produk selama 4 minggu

penyimpanan pada suhu 40oC Uji sensori dan

penimbangan berat

(16)

5 Saat pencampuran bahan kering harus dituangkan sedikit demi sedikit sambil diaduk agar larut dengan baik, karena apabila bahan dituangkan sekaligus atau terlalu banyak, permukaan bahan pembentuk gel yang kontak dengan air akan cepat mengalami gelasi sehingga bagian dalamnya masih kering. Akibatnya, terjadi gumpalan-gumpalan yang sulit dilarutkan sehingga gel kurang homogen. Hal ini dilakukan karena bahan pembentuk gel yang digunakan memiliki sifat yang sangat mudah menyerap air. Apabila bahan kering dicampur dengan air dingin, bahan akan membentuk gel terlebih dahulu dan saat pemanasan sulit diaduk. Apabila air dipanaskan terlebih dahulu, kelarutan bahan-bahan kering lebih baik, hasil yang diperoleh lebih homogen. Pada penelitian Rahmaisni (2011), propilen glikol dicampur dengan minyak kemudian dicampur ke dalam bahan gel. Pada penelitian ini, propilen glikol dicampur ke dalam bahan gel terlebih dahulu lalu minyak atsirinya karena prinsip pencampuran adalah menggabungkan senyawa sejenis. Diagam alir pembuatan formula gel dan pembuatan gel pengharum ruangan alami dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

2.4 Prosedur pengujian

2.4.1 Uji Susut Bobot

Uji penurunan bobot dilakukan dengan menimbang perubahan bobot gel selama 28 hari penyimpanan untuk mengetahui jumlah berat bahan volatil yang telah menguap. Penimbangan bobot dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu pada hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28 penyimpanan. Menurut Suryani et al. (2000), hasil perhitungan susut bobot dengan rumus sebagai berikut :

2.4.2 Uji Hedonik atau Kesukaan Produk Gel Pengharum Ruangan

(17)

6

2.4.3 Uji Ketahanan Wangi Produk Gel Pengharum Ruangan

Pengujian ketahanan wangi gel pengharum ruangan dilakukan pada hari ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28 hari penyimpanan. Uji ketahanan wangi dilakukan untuk mengetahui umur pemakaian dan ketahanan wangi gel pengharum ruangan apakah antara produk gel pengharum ruangan tanpa penambahan minyak nilam dan dengan penambahan minyak nilam mengalami perbedaan ketahanan wangi selama penyimpanan. Uji sensori yang dilakukan adalah uji perbandingan pasangan yang menggunakan minimal 25 panelis (Resurrection, 1998). Masing-masing sampel diuji ketahanan wanginya dengan menggunakan sampel pembanding. Sampel pembanding dibuat tanpa dilakukan penyimpanan. Hasil penilaian panelis dikonversi ke dalam persen, lalu hasil penilaian tersebut dirata-rata dan didapatlah sisa ketahanan wangi tiap minggunya. Parameter yang diuji adalah ketahanan wangi produk dengan skala yang digunakan yaitu 1 (sangat wangi = 175%), 2 ( lebih wangi = 150%), 3 (agak lebih wangi = 125%), 4 (sama wangi = 100%), 5 (agak kurang wangi = 75%), 6 (kurang wangi = 50%) dan 7 (sangat kurang wangi = 25%) dengan 15 orang panelis. Form untuk uji ketahanan wangi dapat dilihat pada Lampiran 4.

2.4.4 Efektifitas Minyak Nilam sebagai Bahan Fiksatif

Efektifitas minyak nilam sebagai bahan fiksatif dilihat dari hasil persentase susut bobot dan ketahanan wangi gel pengharum ruangan (Rahmaisni 2011). Minyak nilam dikatakan efektif dalam mengikat wangi pada gel pengharum ruangan apabila gel pengharum ruangan yang ditambah minyak nilam memiliki persentase susut bobot lebih kecil dan memiliki ketahanan wangi yang lebih baik dibandingkan dengan gel pengharum ruangan yang tidak ditambah minyak nilam selama penyimpanan.

2.5 Analisis Data

Rancangan yang digunakan dalam pembuatan produk gel pengharum ruangan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan dua ulangan. Rancangan percobaan tersebut memiliki model matematika sebagai berikut :

Yij = µ + σi +εij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan ke-j dari perlakuan ke-i

µ = Rata-rata umum (mean populasi)

σi = Pengaruh perlakuan ke-i ε j = Pengaruh galat percobaan i = Jumlah perlakuan

(18)

7 Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan deskriptif dan metode sidik ragam. Pendekatan deskriptif dilakukan dengan cara menghitung nilai rata-rata dan menyajikannya dalam bentuk tabel dan gafik. Metode sidik ragam dilakukan untuk mengetahui apakah antar terdapat perbedaan atau tidak terhadap susut bobot. Apabila diantara perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji lanjut Duncan.

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah :

H0 : Perbedaan formula tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase susut bobot.

H1 : Perbedaan formula memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase susut bobot.

Hasil uji organoleptik yaitu hasil uji perbandingan berpasangan dianalisis menggunakan metode ststistik non parametrik yaitu dengan uji friedman. uji friedman digunakan untuk menguji hipotesis komparatif k sampel yang berpasangan bila datanya berbentuk ordinal (rangking). Data yang berbentuk interval atau rasio di ubah ke dalam data ordinal (Sugiyono 2011). Karena distribusi yang terbentuk adalah distribusi Chi-Kuadrat, maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

∑( )

Keterangan :

N = jumlah panelis

k = jumlah kategori (perlakuan) Rj = jumlah rangking

Hipotesis :

H0 : Perbedaan formula tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap warna, wangi dan ketahanan wangi.

(19)

8

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1Penelitian Pendahuluan

3.1.1 Tekstur Formula Gel

Penelitian pendahuluan dilakukan dengan mencoba beberapa formulasi untuk menghasilkan sediaan gel terbaik yang nantinya digunakan pada penelitian utama. Menurut Hargeaves (2003), penggunaan karagenan pada gel pengharum ruangan biasanya sebesar 3%. Pada penelitian ini dibuat formula gel dengan perbandingan karagenan : agar-agar : glukomanan dengan konsentrasi 3 % : 0% : 0 % (A0) sebagai kontrol, 3% : 0,5% : 0,5% (A1), 3% : 1 % : 1% (A2), dan 3% : 1,5% : 1,5% (A3).

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan kondisi tekstur gel terbaik dan persentase susut bobot terkecil pada saat pembuatan sediaan gel dan selama penyimpanan. Hasil formulasi gel tahap pertama memiliki karakteristik pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil formulasi gel pada penelitian pendahuluan Kode Konsentrasi karagenan :

agar-agar : glukomanan Sifat gel

A0 3% : 0% : 0%

Gel yang terbentuk rapuh, mudah patah dan mengalami sineresis.

A1 3% : 0,5% : 0,5%

Gel yang terbentuk kenyal-elastis dan masih mengalami sineresis.

A2 3% : 1% : 1% Gel yang terbentuk

kenyal-elastis dan tidak mudah patah. A3 3% : 1,5% : 1,5% Gel yang terbentuk lebih

keras-memadat.

(20)

9 yang terkandung di dalam gel. Semakin besar jumlah bahan pembentuk gel, maka tingkat kekerasannya akan semakin tinggi.

3.1.2 Uji Susut Bobot Formula Gel

Berdasarkan Gambar 2, dapat dijelaskan bahwa nilai persentase susut bobot masing-masing formula gel mengalami peningkatan tiap harinya. Semakin besar persentase susut bobotnya maka semakin kecil bobot gel yang tersisa. Total susut bobot tekecil terdapat pada formula gel A2 yaitu sebesar 26,89%, hal ini berarti formula gel A2 memiliki sisa bobot gel terbesar yaitu 73,11%. Total susut bobot terbesar terdapat pada formula gel A0 yaitu 31,99%, hal ini berarti formula gel A0 memiliki sisa bobot gel terkecil yaitu 68,01%. Semakin lama waktu penyimpanan maka semakin besar persentase susut bobotnya. Susut bobot didapatkan dari nilai presentasi berat tersisa terhadap berat awal. Gel yang memiliki nilai presentasi berat tersisa terhadap berat awal lebih tinggi berarti mengalami penguapan yang lebih rendah.

Susut bobot tersebut terjadi karena gel mengalami sineresis. Sineresis merupakan peristiwa keluarnya air pada produk yang disebabkan oleh gel yang mengerut sambil melepas air (Fardiaz 1989). Selain itu juga disebabkan oleh suhu penyimpanan yang mengakibatkan air lebih cepat menguap. Nilai Persentase susut bobot yang besar dapat disebabkan oleh seberapa banyak bahan pembentuk gel yang terkandung dan suhu penyimpanannya yaitu pada suhu 40oC. Semakin besar kandungan bahan pembentuk gel yang terkandung di dalamnya maka tingkat kekerasannya akan semakin besar pula (Van de Velde dan de Ruiter 2005).

0

(21)

10

Berdasarkan hasil statistik analisis ragam pada Lampiran 5, diketahui bahwa pada tingkat c y n 95 α , 5 n n n n n gel memberikan berbedaan yang signifikan terhadap susut bobot gel. Hal ini berarti, persentase susut bobot tiap formula gel selama penyimpanan berbeda nyata. Dari hasil uji lanjut Duncan, didapat bahwa gel formula A2 berbeda nyata dengan gel formula A0, A1 dan A3. Berdasarkan hasil tersebut, maka formula gel yang dipilih untuk pembuatan gel pengharum ruangan pada penelitian tahap kedua adalah A2 karena memiliki tekstur yang lebih baik dan susut bobot terkecil dari gel A0, A1 dan A3.

Menurut Van de velde dan De Ruiter (2005), karagenan sebagai pembentuk gel berfungsi meningkatkan kestabilan emulsi dan dapat mengahambat penguapan. Selain itu karagenan juga berfungsi menghambat penyebaran bahan-bahan volatil secara langsung karena bahan pembentuk gel ini memiliki fungsi sebagai penstabil dan pengikat (Skensved 2005). Berdasarkan literatur tersebut dapat diketahui bahwa konsentrasi bahan pembentuk gel dan homogenasi sangat berpengaruh terhadap persentase susut bobot produk gel, semakin banyak konsentrasi bahan pembentuk gel yang digunakan maka semakin rendah susut bobotnya. Hal tersebut disebabkan karena karagenan atau bahan pembentuk gel lainya memiliki fungsi untuk menahan penguapan yang terlalu cepat.

3.2 Penelitian Utama

(22)

11 Tabel 3. Formula yang digunakan pada penelitian utama

Bahan

Perlakuan tanpa nilam (b/v)

Perlakuan dengan nilam (b/v)

ANN BNN CNN AN BN CN

Karagenan (g) 3 3 3 3 3 3

Agar-agar (g) 1 1 1 1 1 1

Glukomanan (g) 1 1 1 1 1 1

Aquades steril (ml) 100 100 100 100 100 100

Natrium benzoat (g) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Asam sitrat (g) 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4

Propilen glikol (ml) 5 5 5 5 5 5

Minyak lemon (ml) 8 8,6 8,9 8 8,6 8,9

Minyak nilam (ml) 0 0 0 2 1,4 1,1

(tanpa nilam ANN, BNN, dan CNN)

(dengan nilam AN, BN, dan CN)

Gambar 3. Gel pengharum ruangan perlakuan tanpa nilam (ANN, BNN, dan CNN) dan perlakuan dengan penambahan nilam (AN, BN, dan CN).

3.2.1 Uji Hedonik (Warna dan Wangi) Gel Pengharum Ruangan

3.2.1.1Warna

(23)

12

ditambahkan minyak nilam maka warna dari produk gel pengharum ruangan tersebut akan semakin kuning.

Gambar 4. Histogram hasil uji hedonik terhadap warna gel pengharum ruangan Keterangan : yang memiliki jumlah panelis yang menyukai terbanyak yaitu terdapat pada sampel gel pengharum ruangan dengan perlakuan tanpa penambahan minyak nilam pada kandungan minyak lemon 8,9% (CNN), sebanyak 9 orang panelis. Secara keseluruhan warna dari gel pengharum ruangan dapat diterima oleh panelis, karena kebanyakan dari panelis menilai dari rentang netral sampai suka.

(24)

13 3.2.1.2 Wangi

Wangi merupakan parameter penting dalam suatu produk gel pengharum ruangan, karena parameter ini yang menentukan suka atau tidaknya panelis terhadap wangi suatu produk . Aroma wangi dihasilkan dari senyawa-senyawa volatil yang terkandung dalam minyak atsiri. Penilaian kesukaan aroma wangi dilakukan dengan cara mencium dan membandingkan wangi sampel tanpa nilam dan dengan nilam. Histogam penilaian kesukaan wangi produk gel pengharum ruangan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Histogram hasil uji hedonik terhadap wangi gel pengharum ruangan Keterangan :

Tanpa nilam Penambahan nilam

ANN = lemon 8% AN = nilam 2% : lemon 8% BNN = lemon 8,6% BN = nilam 1,4% : lemon 8,6% CNN = lemon 8,9% CN = nilam 1,1% : lemon 8,9%

Pada Gambar 5, terlihat bahwa wangi gel pengharum ruangan yang paling disukai adalah pada sampel yang memiliki jumlah panelis yang menyukai terbanyak yaitu terdapat pada sampel dengan perlakuan tanpa penambahan minyak nilam pada kandungan minyak lemon 8,9% (CNN), sebanyak 13 orang panelis. Secara keseluruhan wangi dari gel pengharum ruangan dapat diterima oleh panelis, karena kebanyakan dari panelis menilai dari rentang netral sampai suka.

Wangi produk dipengaruhi oleh seberapa besar konsentrasi bahan pewangi dan fiksatif yang ditambahkan pada produk. Semakin banyak minyak lemon yang ditambahkan ke dalam produk maka wanginya akan semakin disukai, sebaliknya semakin sedikit konsentrasi minyak lemon dan semakin banyak konsentrasi minyak nilam yang ditambahkan maka aroma wanginya semakin kurang disukai. Minyak nilam memiliki aroma yang menyengat, sehingga penggunaan minyak nilam berlebih dapat menyebabkan aroma wangi terganggu. Berdasarkan SNI

(25)

14

(2006), mutu aroma wangi minyak nilam yang baik adalah tidak berbau atau berbau wangi.

Aroma minyak lemon memiliki beberapa kegunaan antara lain, menenangkan suasana, menimbulkan percaya diri, merasa lebih santai, menenangkan saraf tanpa menghilangkan kesadaran. Deskripsi aroma lemon antara lain, harumnya menyegarkan, memberikan kesan bersih, dan bersemangat (Anonim 2009). Menurut Ketaren (1986), komponen utama yang dominan dari minyak lemon adalah limonen. Limonen (C26H30O8) adalah jenis komponen kimia

dalam minyak atsiri berupa terpen, senyawa ini memiliki wangi dan aroma khas jeruk lemon. Berdasarkan referensi tersebut, dapat diketahui bahwa wangi dan aroma khas lemon berasal dari komponen kimia limonen.

3.2.2 Uji Susut Bobot Gel Pengharum Ruangan

Susut bobot ditentukan dengan penimbangan sampel selama 28 hari. Persentase susut bobot didapatkan melalui nilai persentase berat tersisa terhadap berat awal sampel. Pengukuran susut bobot ini dilakukan untuk mengetahui berat yang hilang dari sampel. Sampel gel pengharum ruangan yang memiliki nilai persentase susut bobot terendah berarti memiliki penguapan yang terkecil (Hidayat 2006).

(26)

15 Pada Gambar 6, terlihat bahwa persentase susut bobot gel pengharum ruangan selama penyimpanan mengalami peningkatan, semakin lama disimpan maka persentase susut bobot yang dialami akan semakin besar yang berarti semakin kecil bobot gel yang tersisa. Pada penelitian Rahmaisni (2011), tentang gel pengharum ruangan yang pengamatannya dilakukan pada suhu ruangan nilai persentase susut bobot yang dialami adalah ± 0,5% per harinya. Pada penelitian ini penyimpanan dilakukan pada suhu 40oC mengalami susut bobot sebesar ± 2% per harinya. Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa persentase susut bobot yang dialami oleh produk yang disimpan pada suhu 40oC jauh lebih besar dibandingkan dengan produk yang disimpan pada suhu ruangan. Hal ini berarti suhu penyimpanan sangat berpengaruh terhadap nilai persentase susut bobot produk gel pengharum ruangan. Semakin tinggi suhu penyimpanannya maka nilai susut bobot yang terjadi akan semakin tinggi pula.

Penyimpanan dilakukan pada inkubator dengan suhu 40oC dimaksudkan untuk mengetahui apakah produk dengan penambahan minyak nilam bisa menghambat penguapan dan mempertahankan wangi produk selama penggunaan pada ruangan bersuhu tinggi dan pengap. Persentase susut bobot produk gel dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, konsentrasi bahan pembentuk gel dan konsentrasi bahan pewangi dan pengikat. Semakin tinggi suhu penyimpanan maka semakin besar pula persentase susut bobotnya, karena bahan volatil yang terkandung akan semakin cepat menguap.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa susut bobot terkecil terdapat pada sampel CN (konsentrasi minyak nilam 1,1% dan lemon 8,9%) yaitu 57,44% dan memiliki berat tersisa sebesar 42,56%. Susut bobot terbesar terdapat pada sampel AN (konsentrasi minyak nilam 2% dan lemon 8%) sebesar 61,22% dan memiliki bobot tersisa 38,78%. Penambahan minyak nilam yang tepat dan pengadukan yang homogen akan memberikan kemungkinan minyak nilam lebih efektif sebagai fiksatif sehingga laju penguapan bahan volatil pada produk gel dapat dihambat dan susut bobotnya akan lebih rendah.

Berdasarkan hasil analisis ragam pada Lampiran 6 dengan tingkat kepercayaan 95% α . 5 , perubahan susut bobot antara perlakuan yang ditambah minyak nilam dengan tidak ditambah minyak nilam memberikan pengaruh yang signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan terhadap susut bobot. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan, didapat bahwa sampel CN berdeda nyata dengan sampel AN dan ANN. Berdasarkan hal terebut, dapat dijelaskan bahwa perlakuan CN (konsentrasi minyak nilam 1,1% dan lemon 8,9%) memiliki susut bobot terkecil.

(27)

16

3.2.3 Uji Ketahanan Wangi Gel Pengharum Ruangan

Ketahan wangi produk gel pengharum ruangan dapat diketahui dari seberapa banyak kehilangan wangi yang dialami produk. Pengujian sensori produk gel pengharum ruangan yang dilakuan melalui uji sensori sebanyak 4 kali, yaitu pada hari ke-7, ke-14, ke-21 dan hari ke-28 penyimpanan.

Gambar 7. Gafik ketahanan wangi produk gel pengharum ruangan keseluruhan selama 28 hari penyimpanan.

Berdasarkan hasil penilaian panelis pada Gambar 7, dapat dijelaskan bahwa lama waktu penyimpanan berbanding lurus dengan banyaknya bahan yang menguap. Semakin lama waktu penyimpanan maka bahan yang menguap akan semakin besar sehingga mengakibatkan ketahanan wangi sampel produk gel pengharum ruangan mengalami penurunan. Selain itu, juga dipengaruhi oleh kondisi sampel produk gel pengharum ruangan dalam keadaan botol jar terbuka pada saat penyimpanan dalam oven bersuhu 40oC. Sampel yang memiliki ketahanan wangi terbaik adalah gel pengharum ruagan dengan penambahan minyak nilam sebesar 1,1 % pada kandungan minyak lemon sebesar 8,9 % (CN). Selama 28 hari penyimpanan, wangi gel pengharum ruangan masih dapat bertahan.

Berdasarkan hasil statistik (Uji Friedman) pada Lampiran 7 dengan tingkat

c y n 95 α , 5 n nj n n y n ny

antar perlakuan terhadap ketahanan wangi produk gel pengharum ruangan selama penyimpanan. Hal ini berarti, penambahan minyak nilam pada gel pengharum

(28)

17 ruangan tidak berpengaruh terhadap ketahanan wangi produk yaitu minyak nilam tidak memberikan efek yang nyata dalam mengikat wangi. Ketahanan wangi masing-masing produk dapat dipengaruhi oleh konsentrasi minyak nilam dan minyak lemon yang digunakan. Semakin besar konsentrasi minyak nilam dan semakin rendah konsentrasi minyak lemon yang ditambahkan maka wangi dari produk menjadi terganggu sehingga wangi produk didominasi oleh minyak nilam dan aroma yang terhirup adalah aroma nilam. Penambahan minyak nilam dengan konsentrasi yang tepat akan memberikan efek yang baik terhadap kesetabilan wangi produk gel pengharum ruangan.

Selain dipengaruhi oleh konsentrasi minyak nilam dan minyak lemon yang digunakan kemungkinan juga dipengaruhi oleh teknik pengadukan sehingga menyebabkan minyak tidak larut dengan baik dan akan muncul dipermukaan produk. Hal ini dapat mempengaruhi ketahanan wangi dari produk, karena minyak yang ada dipermukaan produk akan lebih cepat menguap dan produk akan mengalami kehilangan wangi yang lebih cepat. Mungkin minyak nilam akan lebih efektif sebagai pengikat wangi jika konsentrasi dan formulasinya tepat, selain itu pengadukan yang homogen dan pelarut yang tepat dapat mempengaruhi kestabilan wangi produk.

Ketahanan wangi produk pada penelitian Rahmaisni (2011) wangi produk gel tidak bertahan lama. Pada penelitian ini katahanan wangi gel pengharum ruangan masih baik selama 28 hari penyimpanan. Hal ini diduga disebabkan oleh konsentrasi bahan fiksatif, bahan pewangi yang digunakan dan jumlah konsentrasi minyak atsiri yang terkandung dalam produk gel. Pada suhu ruang kehilangan wangi justru lebih cepat daripada produk yang disimpan pada suhu 40oC. Hal ini diduga suhu ruang tidak mampu menguapkan minyak atsiri yang terperangkap dalam produk sehingga mengakibatkan penyebaran wangi terhambat.

Penambahan minyak nilam yang tepat tidak akan mempengaruhi aroma suatu produk dan dapat mempertahankan aroma produk pada saat pemakaian. Hasil penelitian Rahmaisni (2011) tentang produk gel pengharum ruangan, diketahui bahwa minyak nilam efektif digunakan sebagai fiksatif pada konsentrasi 1% dari total volume produk menghasilkan daya fiksatif yang paling baik untuk mengikat wangi. Berdasarkan hasil penelitian Darma (2007) tentang penggunaan minyak nilam dalam parfum, dijelaskan bahwa penggunaan minyak nilam dari berbagai konsentrasi yaitu 0.25 %, 0.5 %, 0.75 %, 1 %, 3 %, 5 %, 10 %, 20 % dan 30%. Konsentrasi terbaik dalam mengikat wangi adalah dengan menggunakan minyak nilam sebanyak 0,75%. Penambahan minyak nilam yang tepat tidak akan mempengaruhi aroma suatu produk dan dapat mempertahankan aroma produk pada saat pemakaian.

Berdasarkan literatur tersebut dapat dikatakan bahwa konsentrasi minyak nilam lebih dari 1% tidak efektif untuk mengikat wangi dan justru dapat mengganggu aroma wangi dari produk. Pathouli alkohol (C15H26) pada minyak

(29)

18

Zat pengikat wangi yang baik digunakan adalah memiliki titik didih yang tinggi, dan tidak berbau atau berbau wangi (Manoi 2010). Berdasarkan literatur tersebut, dapat dikatakan bahwa penggunaan minyak nilam sebagai fiksatif yang semakin banyak cenderung memiliki efek yang kurang baik, karena aroma dari minyak nilam lebih menyengat dan dapat menutupi wangi dari minyak lemon yang digunakan sebagai bahan pewangi. Minyak nilam memiliki titik didih yang tinggi yaitu, 280.37oC (Yanyan dkk. 2004). Peran minyak nilam sebagai zat fiksatif wangi minyak atsiri lain, diduga oleh adanya semacam kohesivitas antara minyak nilam dengan komponen-komponen dalam minyak atsiri yang lain. Minyak nilam memiliki wangi yang khas dan tidak bias digantikan oleh minyak atsiri sintetis dan mengandung senyawa patchouli alkohol yang merupakan penyusun utama dalam minyak nilam dan kadarnya mencapai 50-60% (Rusli 1990). Oleh karena itu, senyawa patchouli alkohol merupakan indikator penentuan kualitas dari tanaman nilam.

3.2.4 Efektifitas Minyak Nilam sebagai Fiksatif

Minyak nilam dapat digunakan sebagai bahan fiksatif apabila dapat menghambat penguapan dan mengikat wangi gel pengharum ruangan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap susut bobot, terlihat bahwa perrsentase susut bobot terkecil adalah sampel CN sebesar 57,44% dengan penambahan minyak nilam 1,1% dan minyak lemon 8,9%. Hal ini berarti, konsentrasi 1,1% dapat menghambat penguapan. Hasil pengamatan terhadap ketahanan wangi gel pengharum ruangan didapat bahwa ketahanan wangi gel pengharum ruangan tiap perlakuan selama penyimpanan tidak berbeda. Hal ini berarti, minyak nilam kurang efektif dalam mengikat wangi, karena dari hasil pengamatan gel pengharum ruangan dengan penambahan minyak nilam dan tanpa penambahan minyak nilam ketahanan wanginya tidak berbeda. Pada penelitian ini hanya menggunakan 2 dari empat elemen parfum tersebut, sehingga wangi yang terbentuk dari gel pengharum ruangan kurang sempurna. Komponen kimia penyusun aroma wangi yang terkandung di dalam minyak atsiri kurang tepat mengakibatkan wangi dari gel pengharum ruangan kurang menyatu dan mengakibatkan minyak nilam menjadi kurang efektif dalam mengikat wangi.

Menurut Sabini (2006), pada parfum atau pengharum ruangan terdapat empat elemen penting pembentuk aroma wangi yaitu, base notes, middle notes,

top notes dan bridge. Base notes digunakan sebagai bahan fiksatif karena wanginyalebih kuat dan akan melekat lebih lama di kulit, seperti vanili, cengkih, dan minyak nilam. Middle notes biasanya baru terasa setelah setengah jam parfum disemprotkan, contohnya geranium dan kenanga. Top notes yang terdapat dalam citrus dan floral akan tercium saat pertama kali di semprotkan. Sementara bridge notes dipakai untuk menyatukan ketiga elemen lainya. Masing-masing elemen tersebut memiliki sifat dan fungsi yang berbeda yaitu :

1. Base notes

Wangi dari sebuah parfum yang muncul seiring memudarnya middle notes.

(30)

19

notes memberikan wangi yang solid dari parfum. Wangi top dan middle notes

terpengaruhi oleh wangi dari base notes.

2. Middle notes

Wangi yang muncul setelah top notes mulai memudar. Middle note

n n n “ n ” f n j n n base note

yang sering kali tidak tercium enak pada pertama kalinya, namun menjadi enak seiring waktu. Notes ini juga sering disebut heart note. Minyak atsiri yang termasuk dalam kategori middle notes adalah minyak lavender, minyak sereh wangi, dan minyak kenanga.

3. Top notes

Wangi yang langsung tercium ketika parfum disemprotkan. Top notes

mengandung molekul yang ringan dan kecil yang dapat berevaporasi cepat. Top notes membentuk impresi pertama dari parfum. Minyak lemon adalah salah satu minyak atsiri yang termasuk top notes.

4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Formula gel yang terpilih adalah A2 dengan konsentrasi karagenan 3% : agar-agar 1% : glukomanan 1%, karena memiliki tekstur yang lebih baik (kenyal-elastis, tidak mengalami sineresis, tidak pecah) dan susut bobot terkecil dari formula gel A0, A1 dan A3. Pada uji hedonik, produk yang paling disukai warna dan wanginya adalah perlakuan tanpa nilam dengan konsentrasi minyak lemon 8,9% (CNN). Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa semakin banyak minyak lemon yang ditambahkan maka semakin wangi produk yang dihasilkan, sedangkan semakin banyak konsentrasi minyak nilam yang ditambahkan maka semakin tidak disukai warna dan wanginya. Secara keseluruhan warna dan wangi gel pengharum ruangan dapat diterima oleh panelis, karena kebanyakan panelis menilai pada rentang netral sampai suka.

Pada uji susut bobot, diketahui total susut bobot tekecil adalah sampel perlakuan dengan penambahan minyak nilam 1,1% dan kandungan minyak lemon 8,9% (CN) yaitu sebesar 57,44%, hal ini berarti sampel CN memiliki nilai bobot tersisa terbesar yaitu 42,56%. Pada uji ketahanan wangi, sampel yang memiliki ketahanan wangi terbaik adalah gel pengharum ruagan dengan penambahan minyak nilam sebesar 1,1 % pada kandungan minyak lemon sebesar 8,9 % (CN). Pengadukan yang lebih homogen dapat menstabilkan emulsi dari produk sehingga daya tahan wanginya dapat bertahan lebih lama.

(31)

20

gel pengharum ruangan kurang menyatu dan mengakibatkan minyak nilam menjadi kurang efektif dalam mengikat wangi.

4.2 Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan penggunaan jenis minyak atsiri lain sebagai bahan fiksatif pada produk gel pengharum ruangan, misalnya minyak akar wangi, sandalwood, dan minyak kayu cendana. Selain itu, dapat dilakukan pembuatan produk pengharum ruangan dan produk aromaterapi menggunakan minyak atsisri alami dengan bentuk yang lebih vaariasi dan praktis.

5 DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Potensi nilam Indonesi http://www.putraindonesiamalang .or.id/potensi-nilam-indonesia.html [12 April 2013].

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. Minyak Nilam. SNI 06-2385-2006. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional. hal 1.

Darma, GCE. 2007. Pengaruh penambahan minyak nilam (pathouli oil) sebagai fiksatif terhadap stabilitas aroma parfum melon dan maskulin pada saat pemakaiannya [skripsi]. Jakarta : Perpustakaan FFUP.

Dewan Atsiri Indonesia. 2009. Minyak atsiri Indonesia. http://minyakatsiri indonesia.wordpress.com/atsiri. [12 April 2013].

Djazuli, M dan O. Trislawati. 2004. Pemupukan, pemulsaan dan pemanfaatan limbah nilam untuk peningkatan produktivitas dan Mutu Nilam.

Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat Vol XVI no 2. Bogor. Hal 29 – 37.

Fardiaz D. 1989. Hidrokoloid. Bogor : Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.

Hargeaves T. 2003. Chemical Formulation : An Overview of Surfactant-based Preparations used in Everyday Life. Royal Society of Chemistry Press. Hidayat F. 2006. Pengaruh kombinasi karagenan dan sodium lauryl sulfat serta

penambahan ekstrak pemphis acidula terhadap karakteristik sabun mandi cair. [skripsi]. Bogor : Departemen Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Imeson. 2000. Carragenan. Philips GO dan Williams PA, editor. Handbook of Hydrocolloids. BocaRaton : CRC Press.

Kardinan. 2007. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta : Agomedia. Ketaren S. 1986. Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: UI Press.

Kiswanti, E. 2009. Pemanfaatan karagenan yang ditambahkan minyak serah wangi pada formula gel penolak nyamuk Culex quinquefasciatus

[skripsi].Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.

(32)

21 Nasharudin, M.N. 2008. Patchouli oil extraction using ultrasonic extraction method.A thesis submitted in fulfillment of therequirement for the award of the degee of Bachelor of Chemical Engineering Faculty of Chemical Engineering and Natural Resources. University Malaysia Pahang.

Rahmaisni, A. 2011. Aplikasi minyak atsiri pada produk gel pengharum ruangan anti serangga [skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Resurreccion AV. 1998. Consumer Sensory Testing for Product Development. An Aspen Publishers, Inc., Gaithersburg- Maryland.

Rusli, S. dan Hobir, 1990. Hasil penelitian dan pengembangan tanaman minyak atsiri Indonesia. Simposium I Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Puslitbangtri – Bogor.

Sabini D. 2006. Aplikasi minyak atsiri pada produk home care dan personal care. Prosiding Pengembangan Produk Baru danTurunannya. Solo: Konverensi Nasional Minyak Atisiri, 83-85. Santoso HB. 2007. Nilam Bahan Industri Wewangian. Yogyakarta: Kanisius.

Skensved L. 2005. GENU Carrageenan : Molecular Structure. http://cpcelco.com [4 Februari 2013].

Sugiono. 2011. Statistik Nonparametris. Bandung : CV. ALFABETA.

Suryani A, Sailoh I, Hambali E. 2000. Teknologi Emulsi. Bogor : Departemen Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Van de Velde F, De Ruiter GA. 2005. Carrageenan. Steinbüchel A dan Rhee SK, editor. Didalam Polysaccharides and Polyamides in the Food Industry. Vol 1. Weinheim : Wiley-VCH Verlag GmbH and Co. KGaA.

(33)

22

LAMPIRAN

Lampiran 1. Diagam alir pembuatan formula gel

Karagenan, agar-agar, dan glukomanan

Pendinginan

Pengamatan : Tekstur dan susut bobot Penyimpanan pada 40o C. Penuangan ke dalam jar

Formula gel Pemanasan dan homogenasi

sampai T : 75oC Aquades

(34)

23 Lampiran 2. Diagam alir pembuatan gel pengharum ruangan

Minyak lemon, nilam, dan propilen glikol

Homogenasi ± 5 menit

Pengamatan : Uji hedonik Ketahanan wangi dan susut bobot Penyimpanan pada suhu : 40o C.

Penuangan ke dalam jar

Gel pengharum ruangan

Pengadukan hingga homogen Penstabilan suhu, 65oC Pemanasan dan homogenasi

sampai T : 75oC Aquades

Pemanasan sampai suhu ± 35oC Karagenan, agar-agar,

(35)

24

Lampiran 3. Form pengujian hedonik gel pengharum ruangan

UJI HEDONIK

Nama : Produk : Gel pengharum ruangan

NRP : Telp :

Tersedia 6 produkproduk gel pengharum ruangan dihadapan anda dengan formula yang berbeda. Tugas anda adalah menilai dari masing-masing produkdengan mengisi formulir di bawah. Berikan penilaian kesukaan terhadap warna dan wangi produk-produk yang ada dihadapan anda. gunakan skala yang tersedia untuk menunjukkan penilaian anda terhadap wangi masing-masing

n n n n √.

Penilaian

Kode 512

Kode 856

Kode 734

Kode 815

Kode 558

Kode 384 W A W A W A W A W A W A 1. Sangat suka

2. Suka 3. Agak suka 4. Netral

(36)

25 Lampiran 4. Form pengujian sensori uji perbandingan gel pengharum

ruangan

UJI PERBANDINGAN PASANGAN

Nama : No. HP:

NRP : Produk : Gel pengharum ruangan

Tersedia 12 sampel gel pengharum ruangan dihadapan anda dengan formula yang berbeda. 6 diantaranya adalah sampel uji dan 6 sampel lagi sebagai pembanding (P). Tugas anda adalah membandingkan wangi dari masing-masing sampel uji dengan sampel pembanding yang tersedia (Tiap sampel) dengan mengisi formulir di bawah.

Berikan penilaian kekuatan wangi dari produk-produkdi hadapan anda. Gunakan skala yang tersedia untuk menunjukkan penilaian anda terhadap kekuatan wangi masing-masing produkdengan memberikan tanda √. n n n produkpembanding (P) dengan produkuji tersebut).

Penilaian Aroma (wangi)

512 856 734 815 558 384

1. Sangat wangi

2. Lebih wangi

3. Agak lebih wangi

4. Sama wangi

5. Agak kurang wangi

6. Kurang wangi

(37)

26

Lampiran 5. Hasil analisis keragaman persentase susut bobot formula gel selama 10 hari penyimpanan.

Hipotesis:

H0 : Perbedaan formula tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase susut bobot produk gel pengharum ruangan,

H1 : Perbedaan formula memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase susut bobot produk gel pengharum ruangan,

Jika Fhit < Ftab maka terima H0 Jika Fhit > Ftab maka tolak H0 Analisis ragam susut bobot gel (%)

SK DF JK KT F hitung F tabel α . 5

Dari hasil uji-f diatas nilai F hitung (33,31) > F tabel (1,92) maka tolak H0, artinya terdapat perbedaan yang signifikan dari ke empat perlakuan (A0, A1, A2, dan A3) terhadap susut bobot, m n j nj j D nc n’ .

Hasil uji lanjut menggunakan Uji Duncan :

Kelompok Rata-rata N Perlakuan

A 20,95 15 A3

A 20,45 15 A0

A 19,82 15 A1

B 16,23 15 A2

Perlakuan A2 berbeda nyata dengan perlakuan A1, A2 dan A3.

Lampiran 6. Analisis keragaman persentase susut bobot gel pengharum ruangan selama penyimpanan.

Analisis ragam susut bobot produk (%)

(38)

27 Karena Fhitung (77,20)> Ftabel (1,98), artinya terdapat perbedaan yang signifikan antar perlakuan, minimal ada sepasang perlakuan yang berbeda nyata, maka diuji lanjut dengan Uji Duncan.

Hasil lanjut menggunakan Uji Duncan :

Kelompok Mean N Perlakuan

A 42,26 18 AN

AB 41,25 18 ANN

ABC 39,86 18 BNN

BC 39,38 18 BN

BC 39,34 18 CNN

C 38,01 18 CN

Perlakuan CN berbeda nyata dengan perlakuan CNN dan BN.

Lampiran 7. Hasil statistic (Uji Friedman) ketahanan wangi keseluruhan sampel gel pengharum ruangan selama penyimpanan.

Uji Friedman

∑( )

Keterangan :

N = jumlah panelis

k = jumlah kategori (perlakuan) Rj = jumlah rangking

Hipotesis:

H0 : Perbedaan formula tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap ketahanan wangi sampel.

H1 : Perbedaan formula memberikan pengaruh yang berbeda terhadap ketahanan wangi sampel.

Jika hit < tab maka terima H0 Jika hit > tab maka tolak H0 Hari ke-7 penyimpanan

= 316,42 – 315

(39)

28

x2 (0,05) (k-1) = 11,07

hit < tab, maka terima H0, artinya tidak ada perbedaan ketahanan wangi selama penyimpanan

Hari ke-14 penyimpanan

= 316,82 – 315

= 1,82

x2 (0,05) (k-1) = 11,07

hit < tab, maka terima H0, artinya tidak ada perbedaan ketahanan wangi selama penyimpanan

Hari ke-21 penyimpanan

= 315,41 – 315 = 0,41

x2 (0,05) (k-1) = 11,07

hit < tab, maka terima H0, artinya tidak ada perbedaan ketahanan wangi selama penyimpanan

Hari ke-28 penyimpanan

= 316,11 – 315 = 1,11

x2 (0,05) (k-1) = 11,07

hit < tab, maka terima H0, artinya tidak ada perbedaan ketahanan wangi selama penyimpanan

Selama 28 hari (keseluruhan)

x2 (0,05) (k-1) = 11,07

(40)

29 RIWAYAT HIDUP

Gambar

Tabel 1. Spesifikasi tepung agar-agar Gracilia
Gambar 1. Ruang lingkup penelitian
Tabel 2. Hasil formulasi gel pada penelitian pendahuluan
Tabel 3. Formula yang digunakan pada penelitian utama
+5

Referensi

Dokumen terkait

Jika perusahaan memilih atau sama sekali tidak memilih performa kinerja tinggi, pada umumnya manajer sumber daya manusia harus memenuhinya guna menjamin dapat memiliki

Ketimpangan sosial dalam kehidupan masyarakat dapat menimbulkan masalah sosial yang beragam seperti munculnya kenakalan remaja.. Jelaskan minimal 3 upaya yang dapat dilakukan

Solahuddin dan Islam (2008) mengatakan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi investasi adalah tabungan domestik, pertumbuhan per kapita, dan bantuan ( aid ). Sumber

Kecamatan Lamposi Tigo Nagori dibentuk berdasarkan Peraturan daerah Kota Payakumbuh Nomor : 13 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori dan

Aplikasi Belajar Merakit Komputer (AMDA 1800 MHz) Menggunakan Macromedia Flash MX 7.0, merupakan sebuah aplikasi multimedia yang berisi penyampaian informasi mengenai

Tata Cara pengembalian kelebihan pembayaran pajak mineral bukan logam merupakan prosedur yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk memperoleh pengembalian kembali

Tata Cara penerbitan SPTPD, SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a adalah prosedur yang dilakukan untuk menerbitkan Surat

Dalam penulisan ilmiah ini penulis membahas tentang Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Instalasi Gawat Darurat karena mengingat masalah penerimaan kas merupakan transaksi yang