• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perpustakaan Pasca Terbitnya Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perpustakaan Pasca Terbitnya Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERPUSTAKAAN PASCA TERBITNYA UNDANG-UNDANG RI NOMOR 43 TAHUN 2007 TENTANG PERPUSTAKAAN

Oleh Nurdin Salmi

1. Pendahuluan

Dengan terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, maka tidak ada alasan lagi bagi kita bangsa indonesia untuk

tidak mendukung undang-undang ini, karena selama ini masih adanya diskriminasi layanan kebutuhan akan informasi, misalnya sebagai contoh masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih banyak memperoleh jasa informasi

daripada masyarakat yang tinggal di pedesaan, karena sumber informasi seperti perpustakaan yang ada hanya di perkotaan. Undang-Undang Nomor 43 tanggal 1 Nopember 2007 mengatur hak antara lain dalam Masyarakat mempunyai hak

yang sama untuk memperoleh layanan serta memanfaatkan dan mendayagunakan fasilitas perpustakaan.

Masyarakat berkewajiban menjaga dan memelihara kelestarian koleksi perpustakaan; menyimpan, merawat, dan melestarikan naskah kuno yang dimilikinya dan mendaftarkannya ke Perpustakaan Nasional; menjaga kelestarian

dan keselamatan sumber daya perpustakaan di lingkungannya; mendukung upaya penyediaan fasilitas layanan perpustakaan di lingkungannya. Masyarakat diajak

untuk bertanggung jawab, berkewajiban memelihara, mendaftarkan naskah-naskah kuno dan menjaga serta memanfaatkan keberadaan perpustakaan.

Pemerintah berkewajiban: mengembangkan sistem nasional perpustakaan

(2)

masyarakat; menjamin ketersediaan layanan perpustakaan secara merata di tanah air. Pemerintah pusat dan daerah berkewajiban dan menjamin ketersediaan

layanan perpustakaan yang merata di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Pemerataan akan kebutuhan informasi bagi seluruh masyarakat Indonesia baik yang tinggal diperkotaan maupun pedesaan sudah barang tentu pemerintah

membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk membangun sarana perpustakaan, karena perpustakaan adalah sebagai agen yang tepat untuk diberikan tugas

mencari, mengumpulkan, mengolah, mendokumentasikan dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat seperti yang diamanahkan oleh undang-undang. Supaya misi ini berhasil mencapai tujuan tentu harus ditunjang dengan

pendanaan, dalam hal ini pemerintah dan pemerintah daerah harus mengalokasikan anggaran perpustakaan dalam anggaran pendapatan dan belanja

negara (APBN) dan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Dengan undang-undang tentang perpustakaan sebagai payung hukum, mari kita bersama-sama membangun Negara ini dalam bidang perpustakaan sebagai

tempat informasi dimana masyarakat dapat mencari dan mendapatkannya, karena tugas kita meningkatkan sumber daya manusia lewat belajar mandirimelalui

sarana perpustakaan. Undang-Undang tentang perpustakaan untuk mendorong kita untuk berbuat, kalau kita sebagai pustakawan tidak pro aktif untuk mendorong masyarakat dan pemerintah mustahil cita-cita undang-undang dapat terwujud.

Sebagaimana kita ketahui banyak perpustakaan-perpustakaan layaknya seperti kerakap tumbuh di batu hidup segan mati tak mau, dengan kata lain

(3)

bahan-bahan pustaka, kurangnya biaya operasional peningkatan layanan, dan pegawai yang tidak mempunyai dasar ilmu pengetahuan tentang perpustakaan, dokumentasi,

dan informasi sehingga pengelolaan perpustakaan ditangani dengan tidak profesional.

2. Persepsi Masyarakat tentang Perpustakaan

Banyak masyarakat mempunyai persepsi yang salah tentang perpustakaan, misalnya perpustakaan dipandang sebagai tempat atau gudang penyimpanan

buku-buku tua yang sudah usang yang tidak ada artinya lagi, dengan layanan tidak memenuhi kebutuhan dan harapan pemakai, persepsi yang salah ini yang seharusnya kita perbaiki dengan meningkatkan image yang positif dan mutu

layanan.

Perpustakaan secara umum memiliki fungsi menyediakan, mengolah,

menyimpan, dan menyebarluaskan informasi tetapi lebih dari itu bahwa fungsi sosial perpustakaan meliputi fungsi pendidikan, fungsi waktu luang, penyeleksian dan penyediaan bahan untuk keperluan penelitian (K.C. Honison, 1977), bahwa

fungsi sosial perpustakaan meliputi fungsi pendidikan, fungsi waktu luang, penyeleksian dan penyediaan bahan untuk keperluan penelitian. Sulistyo-Basuki

(1993) menyatakan tentang peran perpustakaan dalam masyarakat sebagai fungsi preservasi karya manusia, fungsi informatif, fungsi rekreasi, fungsi edukatif, dan fungsi kultural. Untuk menjaga kualitas layanan, meningkatkan frekwensi

kunjungan, dan menunjang fungsi-fungsi perpustakaan seperti yang dikemukakan para akar-pakar di atas, ada beberapa komponen yang harus mendapat perhatian

(4)

2.1. Masyarakat

Perpustakaan adalah bagian dari masyarakat, dalam setiap masyarakat tentu ada sekelompok orang yang lebih berperan mengambil kebijakan dan menjalankan keputusan (decision makers) termasuk pejabat, wakil rakyat yang duduk di

legislatif, orang kaya (the have), pengusaha dan tokoh-tokoh masyarakat, mereka inilah yang seharusnya mendorong supaya perpustakaan berkembang sesuai

dengan fungsinya antara lain sebagai pusat informasi yang lengkap. Tidaklah berlebihan bahwa kesan selama ini bahwa visi, sikap dan kepedulian mereka pada perpustakaan masih sangat minim. Undang-Undang No. 43 tahun 2007 mengatur

tentang masyarakat mempunyai hak yang sama untuk memperoleh layanan serta memanfaatkan dan mendayagunakan fasilitas perpustakaan serta masyarakat

berkewajiban menjaga dan memelihara kelestarian koleksi perpustakaan, . menyimpan, merawat, dan melestarikan naskah kuno yang dimilikinya dan mendaftarkannya ke Perpustakaan Nasional, menjaga kelestarian dan keselamatan

sumber daya perpustakaan di lingkungannya, dan mendukung upaya penyediaan fasilitas layanan perpustakaan di lingkungannya,

2.2 Pemerintah

Pemerintah berkewajiban mengembangkan sistem nasional perpustakaan sebagai upaya mendukung sistem pendidikan nasional, menjamin kelangsungan

penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar masyarakat, menjamin ketersediaan layanan perpustakaan secara merata di tanah

(5)

(translasi), alih aksara (transliterasi), alih suara ke tulisan (transkripsi), dan alih media (transmedia); menggalakkan promosi gemar membaca dan memanfaatkan

perpustakaan; meningkatan kualitas dan kuantitas koleksi perpustakaan; membina dan mengembangkan kompetensi, profesionalitas pustakawan, dan tenaga teknis perpustakaan; mengembangkan Perpustakaan Nasional; Pasal ini mengisyaratkan

bahwa Pemerintah pusat dan daerah berkewajiban dan menjamin ketersediaan layanan perpustakaan yang merata di seluruh wilayah Republik Indonesia.

2.3 Anggaran yang memadai

Perpustakaan yang modern harus menyediakan bahan pustaka dan infonnasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayaninya, sesuai dengan nama,

fungsi dan tujuan perpustakaan itu sendiri. tidak hanya cukup dengan tersedianya seperti buku, jurnal, dan barang tercetak lainnya tetapi perpustakaan dituntut

memiliki sumber infonnasi lainnya seperi CD, mikrofilm, audio dan visual, terminal komputer penelusuran, internet, dan alat-alat komunikasi lainnya. Karena semakin besar kebutuhan masyarakat terhadap bahan pustaka dan informasi, maka

semakin besar tuntutan terhadap penyediaan bahan pustaka dan informasi, dan semakin besar pula tuntutan terhadap penyediaan informasi dan bahan pustaka

yang up to date. Perlu diketahui pada umumnya perpustakaan di Indonesia disebabkan karena keterbatasan dana, alangkah mubajirnya kalau penyediaan bahan pustaka dan informasi yang tidak sesuai menurut kebutuhan pengguna. Oleh

karena itu dalam penyedian bahan pustaka dan informasi tersebut harus dilihat dari keragaman, karakteristik dan kebutuhan itu semua, misalnya dengan

(6)

pengguna. Untuk itu dituntut kejelian pustakawan untuk memanfatkan dana yang terbatas itu untuk membeli bahan pustaka yang sangat diperlukan. Sesuai dengan

yang diamanahkan Undang-Undang No. 43 pasal 39 (1) Pendanaan perpustakaan menjadi tanggung jawab penyelenggara perpustakaan. (2) Pemerintah dan pemerintah daerah mengalokasikan anggaran perpustakaan dalam anggaran

pendapatan dan belanja negara (APBN) dan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Pasal 40 (1) Pendanaan perpustakaan didasarkan pada prinsip

kecukupan dan berkelanjutan. (2) Pendanaan perpustakaan bersumber dari: a. anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah; b. sebagian anggaran pendidikan; c. sumbangan masyarakat yang

tidak mengikat; d. kerja sama yang saling menguntungkan; e. bantuan luar negeri yang tidak mengikat; f. hasil usaha jasa perpustakaan; dan/atau g. sumber lain

yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 41 Pengelolaan dana perpustakaan dilakukan secara efisien, berkeadilan, terbuka, terukur, dan bertanggung jawab.

2.4 Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia adalah sangat menentukan keberhasilan dari suatu

organisasi dan begitu pula dengan lembaga perpustakaan membutuhkan pustakawan yang berpendidikan, berilmu pengetahuan, dan berwawasan yang luas sehingga akan melahirkan pustakawan-pustakawan yang profesional. Ada beberapa

(7)

kemampuan teknis yang memadai tetapi dituntut untuk menguasi teknologi informasi seperti komputer. Perpustakaan sebagai lembaga pengumpul, pengolah,

penyimpan (pelestarian), pemanfaatan, dan penyebarluasan informasi, untuk pekerjaan ini sudah seharusnya dilakukan oleh pustakawan yang profesional, karena pelayanan yang prima merupakan ukuran objektif dari kompetensi aparat

dan dinamika tuntutan masyarakat atas bahan pustaka dan informasi.

Pustakawan sebagai pelayan dituntut untuk memiliki sikap ramah, sopan santun, kejujuran, gaya dan tingkah laku, kemampuan berkomunikasi dalam melaksanakan layanan, senang membantu pengguna untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan serta melayananinya dengan cepat dan efesien.

Membangun citra yang baik dari perpustakaan sebenarnya sangat mudah karena bukankah kita semenjak kecil sudah dididik dan diajari seperti sifat-sifat yang

tersebut di atas, kalaulah ini sudah terlaksana dengan baik mudah-mudahan perpustakaan akan banyak mendapat perhatian dan apresiasi yang positif dari pengguna.

3. Wewenang Pemerintah Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia dan ditambah

Peraturan Pemerintah, yaitu :

a) UURI No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dalam BAB IV pasal 7 yang isinya pemeiintah daerah memiliki kewenangan dalam seluruh bidang

pemerintahan, kecuali dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, agama

(8)

Pusat dan Daerah, dalam BAB II pasal 2 ayat 1 yang isinya penyelenggaraan tugas daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dibiayai atas beban

APBD, sedangkan pada ayat 4 yang isinya penyerahan atau pelimpahan kewenangan Pemerintah Pusat kepada Gubernur atau penyerahan kewenangan atau penugasan Pemerintah Pusat kepada Bupati/Walikota diikuti dengan

pembiayaan

c) PPRI No. 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, dalam

BAB II pasal 2 ayat 1 Organisasi Perangkat Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan:

a) Kewenangan pemerintah yang dimiliki oleh Daerah

b) Karakteristik, potensi, dan kebutuhan Daerah c) Kemampuan keuangan Daerah

d) Ketersediaan sumber daya aparatur

e) Pengembangan pola kerjasama antar daerah dan/atau dengan pihak ketiga d) Undang-Undang No. 43 tahun 2007 Pasal 40 (1) Pendanaan perpustakaan

didasarkan pada prinsip kecukupan dan berkelanjutan. (2) Pendanaan perpustakaan bersumber dari: a. anggaran pendapatan dan belanja negara

dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah; b. sebagian anggaran pendidikan; c. sumbangan masyarakat yang tidak mengikat; d. kerja sama yang saling menguntungkan; e. bantuan luar negeri yang tidak mengikat; f.

(9)

perpustakaan dilakukan secara efisien, berkeadilan, terbuka, terukur, dan bertanggung jawab.

Dari ketiga Undang-Unadang dan Peraturan Pemerintah seperti yang tersebut di atas sudah jelas bagi kita bahwa Pemerintah Daerah memiliki wewenang dalam membentuk perangkat daerah seperti badan, lembaga dan dinas

serta dapat menentukan alokasi jumlah anggaran pembiayaan operasionalnya, tidak ada alasan lagi bagi Pemerintah Daerah untuk tidak membentuk lembaga atau

badan Perpustakaan di Daerah masing-masing terutama di Kabupaten dan Kota yang belum memilikinya

4. Perpustakaan masa depan

Perpustakaan yang dikehendaki masyarakat di masa yang akan datang tentulah perpustakaan modern, modern dalam artian lengkap sumber informasinya,

memakai teknologi yang canggih dalam pengoperasiannya dan diseminasi pengetahuan serta berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Yang perlu dijaga dan diperhatikan bagaimana membangun citra yang baik dari perpustakaan, Citra

(image) adalah sesuatu yang tampak atau terasa karena memang ada, citra dapat dimiliki sebuah organisasi seperti perpustakaan, karena dengan citra yang baik

akan memberi kesan bagi para pengunjung, kesan yang baik tentu akan membuahkan adanya perhatian dan apresiasi yang positif dari masyarakat pengguna, citra yang perlu mendapat perhadan antara lain:

a) Gedung Perpustakaan hendaknya dirancang dan dibangun dengan memperhatikan fungsinya antara lain :

(10)

sendiri.

2) Tempat yang strategis sehingga mudah dicapai masyarakat dari segala penjuru terutama transportasi

3) Daya tampung, artinya memiliki gedung atau ruangan yang sebanding

sehingga dapat menampung masyarakat pengguna

4) Memiliki daya tarik, sehingga masyarakat pengguna termotivasi untuk datang

berkunjung mencari informasi dan sekaligus menghabiskan waktunya berlama-lama di perpustakaan.

b). Halaman yang memadai sehingga dapat dipergunakan sebagai tempat parkir

yang aman baik untuk kenderaan roda dua maupun untuk roda empat

c) Taman, perlu hendaknya ditata dengan baik sehingga kelihatan rapi, indah dan

sedap dipandang mata (asri) dan dilengkapi dengan tempat duduk santai dan membaca

d) Untuk keperluan pengunjung, perpustakaan harus memiliki sarana penunjang

kebutuhan seperti kantin kue, munuman dan makanan, layanan fotokopi, dan kios-kios lainnya yang menjual kebutuhan/keperluan pengunjung.

e) Kantin, fotokopi, dan kios-kios bisa berada di dalam maupun di luar gedung perpustakaan sepanjang tidak menggangu kegiatan perpustakaan.

f) Perpustakaan sebagai tempat untuk mendapatkan informasi tetapi perpustakaan

juga adalah berfungsi sebagai tempat rekreasi, sebagai tempat rekreasi harus mendapat perhatian antara lain seperti kebersihannya baik didalam maupun di

(11)

gambar-gambar dinding, logo-logo, slogan-slogan perpustakaan, rambu-rambu dan bisa tulisan khas perpustakaan.

g) Penataan ruangan dan meja kaunter layanan harus dilakukan, hal ini sering tidak mendapat perhatian sama sekali mungkin karena tenaga dan biaya mahal, sebaiknya penataan ini dapat dilakukan secara berkala mungkin dapat

dilakukan setahun atau dua tahun sekali sehingga tidak terkesan monoton dan membosankan, misal bagaimana menata ruang dan kaunter-kaunter pelayanan

antara lain :

1) Kaunter informasi dan keanggotaan (Information and registration ofmembers), sebaiknya berada di salah satu sudut lobby pintu utama, di

tempat terbuka sehingga memudahkan para pengunjung untuk mengaksesnya baik memintak informasi maupun mendaftarkan diri

sebagai anggota.

2) Ruang Penitipan (property counter) ialah tempat dimana dapat menyimpan barang terutama tas milik pengunjung dengan aman, ruangan pemtipan ini

hendaknya juga berada di lobby pintu utama sehingga memudahkan bagi para pengunjung

3)Terminal-terminal komputer penelusuran literatur atau tempat katalog, sebaiknya ditempatkan agak dekat dengan petugas informasi sehingga petugas informasi supaya mudah untuk memberikan bantuan layanan

apabila dibutuhkan oleh pengguna

4) Ruang layanan digital, ruangan ini hendaknya dapat menyediakan

(12)

sebagai alat elektronik penelusuran untuk mendapatkan bahan- bahan artikel

5) Kaunter layanan bantuan pemakai/pembaca (Users Assistant), hendaknya ada disetiap unit-unit bidang ilmu seperti pada bidang ilmu humaniora, bidang ilmu murni dan terapan, bagian referensi, bagian audiovisual dan

bidang terbitan berkala (jurnal)

6) Ruang dan kaunter layanan sirkulasi, meja kaunter hendaknya disusun dan ditata rapi sehingga memudahkan peminjam dan petugas untuk mencatatkan sirkulasi peminjaman, dan begitu pula dengan pengembalian

dilengkapi dengan rak-rak tempat buku yang sudah diproses pengembaliannya. Dengan adanya penataan ruangan, meja atau

kaunter-kaunter layanan di perpustakaan sehingga nampak rapi dan menarik, maka perpustakaan memiliki citra yang baik dan positif di mata penggunanya, sehingga diharapkan dapat memotivasi para pengguna untuk

tinggal betah berlama-lama dan pada akhirnya dapat meningkatkan frekwensi kunjungan ke perpustakaan. g. Ruangan Pengadaan (acquisition

Dept) hendaknya berdekatan dengan ruangan pengolahan bahan pustaka atau minimal ada akses yang dekat sehingga memudahkan kordinasi dalam pengolahan bahan pustaka baa: dan terpisah dengan bidang layanan-layanan

pengguna lainnya untuk menghindari bercampurnya buku-buku baru yang belum diolah dengan buku-buku yang siap saji.

(13)

yang buruk dari kalangan pemakai hal ini tergantung kepada organisasi dan lembaga perpustakaan sejauh mana dapat menjaga citra tersebut, untuk

menjaga citra positif perpustakaan hendaknya harus menjaga kebersihan baik di dalam maupun di luar gedung (taman).

5. Saran-Saran

Diharapakan perhatian dan dorongan masyarakat sebagai pembuat keputusan untuk memberikan sumbangsih berupa pikiran, moril, dan material sehingga perpustakaan

dapat berdaya guna dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. 1) Mengalokasikan anggaran (dana) yang memadai untuk pembelian (pengadaan)

bahan-bahan pustaka dan sumber-sumber informasi untuk menjaga kedinamisan

serta perlengkapan-perlengkapan perpustakaan yang dibutuhkan guna menunjang kegiatan pelayanan yang berkualitasan, dalam pengembangan perpustakaan

diharapkan para pimpinan (decision makers) hendaknya memperhatikan perpustakaan dan janganlah hendaknya para pemimpin menganggap bahwa perpustakaan sebagai unit yang menjadi target pemotongan dana (anggaran).

2) Untuk mengelola perpustakaan hendaknya dibutuhkan tenaga-tenaga frofesional yang terampil dan berkualitas, artinya tenaga-tenaga yang sudah mendapatkan

pendidikan/pelatihan dibidang ilmu perpustakaan, dokumentasi, dan informasi (pusdokinfo

3) Pustakawan diharapkan dapat menjaga citra perpustakaan, dengan bersikap

(14)
(15)

Daftar Pustaka

1) Sulistyo-Basuki. Kode etik dan organisasiprqfesi. Makalah untuk Rapat Kerja PB IPI. Jakarta, 5 s.d. 7 Nopember 2001

2) Ginting, Paham. Pemasaran perpustakaan: Suatu uraian teoritis tentang pengukuran kepuasan pemakal Makalah disampaikan pada seminar ilmiah IPI. Medan, 29 agustus 2002

3) Manullang, Belferik and Sri Milfayetty. Keseimbangan KE dan KI dalam profesionalisasi pustakawan. Makalah disampaikan pada diskusiI ilmiah IPI Sumatera Utara. Medan, 31 Juli 2001

4) Siagian, Sondang P. Teori moAvasi dan aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta, 1995. 5) Siswoyo, Samsul Hadi. Otonomi daerah dan perpustakaan umum daerah dalam

rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Surabaya, 17 September 2002

6) Indonesia. (Undang-undang, peraturan, dsb.) Undang-undang no. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: BP. Dharma -Bhakti, (tt)

7) Indonesia. (Undang-undang, peraturan, dsb.) Undang-undang no. 25 tahun 1999tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Jakarta: BP. Dharma -Bhakti, (tt)

8) Indonesia. (Undang-undang, peraturan, dsb.) Peraturan Pemerintah no. 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas kebesaran dan limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

9 Wawancara pra penelitian dengan siswa, selasa 8 mei 2018.. فادهلأا اذه فى ةثحابلا اهديرت تىلا فادهلااامأ يهف ثحبلا : أ) ةيدممح

Ketiga spesimen terdapat bentuk korosi uniform yang ditunjukan anak panah merah, kemudian juga terjadi korosi batas butir yang ditandai dengan adanya intergranular

Dalam rangka penyerahan sebagian urusan pemerintahan kepada desa sebagai tindak lanjut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyerahan

Děti jsou podle Braunmuhla aktivně učícími se subjekty, které disponují vnitřními mechanismy, které řídí jejich vývoj. Ony samy jsou pro sebe in­ stancí, která

Mampu memberikan Asuhan Pelayanan Kebidanan secara berkelanjutan sesuai standar pelayanan kebidanan pada ibu bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB dengan

PEMILU TERAKHIR YANG MEMENUHI AMBANG BATAS PEROLEHAN SUARA DARI JUMLAH SUARA SAH SECARA NASIONAL, DITETAPKAN SEBAGAI PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU PADA PEMILU BERIKUTNYA”..

merupakan panutan yang dijadikan sebagai sebuah percontohan dalam masyarakat. Haji jika dikaitkan dengan teori di atas masuk dalam kategori pertama, yaitu terbuka kemungkinan