• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis – Jenis Larva Nyamuk di Kelurahan Baru–Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Jenis – Jenis Larva Nyamuk di Kelurahan Baru–Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

JENIS – JENIS LARVA NYAMUK DI

KELURAHAN BARU – LADANG BAMBU,

KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

Oleh:

LOGESWARAN GUNASEGARAN

NIM: 090100427

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

JENIS – JENIS LARVA NYAMUK DI KELURAHAN BARU –LADANG

BAMBU,

KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

LOGESWARAN GUNASEGARAN

NIM: 090100427

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Jenis – jenis larva nyamuk di Kelurahan Baru –Ladang Bambu,

Kecamatan Medan tuntungan

LOGESWARAN GUNASEGARAN

NIM: 090100427

____________________________________________ ___________________ Tim Penguji

Pembimbing, Penguji I,

... ... ( Dra.Merina Panggabean, MSc ) ( dr.H.Delyuzar, Sp. PA ) NIP : 196305231992032001 NIP : 196302191990031001

Penguji II,

.……….. ( dr.Bambang Prayugo, Sp. B ) NIP : 198002282005011003

Medan, 15 Disember 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

...

(4)

ABSTRAK

Nyamuk adalah penyebab penyakit yang berbahaya kepada manusia. Larva nyamuk merupakan peringkat penting dalam daur hidup nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis - jenis larva nyamuk yang terdapat di Kelurahan Baru – Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan. Data yang diambil merupakan sampel air larva nyamuk yang dikoleksi di Kelurahan Baru – Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan dan diperiksa di bawah mikroskop untuk mengidentifikasi jenisnya dengan menggunakan buku identifikasi. Jenis larva diidentifikasi dengan melihat anatomi larva nyamuk dan lokasi larva nyamuk ditemui. Hasil penelitian menunjukkan jenis nyamuk yang terdapat di lokasi penelitian ialah nyamuk jenis Aedes sp yaitu dari 83 sampel larva yang dikoleksi dari 230 rumah.

(5)

ABSTRACT

Mosquitoes are the cause of some dangerous disease to humans. Larvae is an important stage in mosquitoes life cycle and it is important to identify its presence and stop its development. This study aims to identify the type of mosquito larvaes which are found in Kelurahan Baru – Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan . Sample mosquito larvaes collected in Kelurahan Baru – Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan and examined under microscope to identify the species with the help of identification books. Type of mosquito larvae is identified by the anatomy of the larvae and the location larvae found. The results showed that type of mosquitoes found in the study site is the Aedes sp. 83 samples were collected from 230 houses, all of which are the same type, that is 100% Aedes sp.

(6)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan, dan arahan dari beberapa pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. Dr.Merina Panggabean, MSc, selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Orang tua, Ayahanda Gunasegaran Pavadi dan Ibunda MeenaKumari Muniandy dan adik iaitu Logandran dan Prabahar atas semua kasih sayang, dukungan moral doa yang selalu menyertai penulis.

5. Teman penulis, Piranavan Ravindran yang menemani penulis ke lokasi penelitian dalam proses menjalankan penelitian ini.

(7)

7. Teman-teman setambuk 2009 yang atas segala bantuan, masukan yang berguna serta canda tawa selama penulis menyelesaikan penelitian ini.

Untuk seluruh bantuan baik moral atau materi yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Demikian dan terima kasih.

Medan, 12 Desember 2012 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

2.4. Identifikasi Larva Nyamuk………...………….11

(9)

2.4.2. Morfologi Larva Nyamuk ………….………...……..…..12

2.4.3. Cara Hidup Larva Nyamuk ………...…….………..……13

2.4.4. Habitat Larva Nyamuk……….………...…..…...13

2.4.5. Cara Identifikasi Larva Nyamuk……….………..…………...15

2.5 Pencegahan Larva Nyamuk………...…....16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ……….…...17

3.2. Definisi Operasional………..……….……..…….17

3.2.1. Larva Nyamuk……….…...………....…17

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………...………20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian………...………21

4.4. Teknik Pengambilan Sampel………...…………...………….22

4.5. Cara identifikasi jenis larva………...……….……….23

(10)

5.2.2. Lokasi Larva Nyamuk ... ... ...29

5.2.3. Musim Penelitian ... ... ...29

5.2.4. Identifikasi Sifon ... ... ...30

5.2.5. Siphonic Tuft ...30

5.2.6. Comb Scale ... ... ...30

5.2.7. Anal Gill ... ... ...30

5.2.8. Stigmal Plate ...31

5.2.9. Pecten ...31

5.2.10. Saddle...31

5.2.11. Jenis Larva Nyamuk...32

5.2.12. Angka Bebas Larva ...32

5.2.13. Breteau Index ...32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... ... ... ... .33

6.2. Saran ... ... ... 34

DAFTAR PUSTAKA………...…… …....35

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3. Kitar Hidup Nyamuk ………...8

Gambar 2.3.2. Empat instar larva……….9

(12)

DAFTAR KERANGKA

(13)

ABSTRAK

Nyamuk adalah penyebab penyakit yang berbahaya kepada manusia. Larva nyamuk merupakan peringkat penting dalam daur hidup nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis - jenis larva nyamuk yang terdapat di Kelurahan Baru – Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan. Data yang diambil merupakan sampel air larva nyamuk yang dikoleksi di Kelurahan Baru – Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan dan diperiksa di bawah mikroskop untuk mengidentifikasi jenisnya dengan menggunakan buku identifikasi. Jenis larva diidentifikasi dengan melihat anatomi larva nyamuk dan lokasi larva nyamuk ditemui. Hasil penelitian menunjukkan jenis nyamuk yang terdapat di lokasi penelitian ialah nyamuk jenis Aedes sp yaitu dari 83 sampel larva yang dikoleksi dari 230 rumah.

(14)

ABSTRACT

Mosquitoes are the cause of some dangerous disease to humans. Larvae is an important stage in mosquitoes life cycle and it is important to identify its presence and stop its development. This study aims to identify the type of mosquito larvaes which are found in Kelurahan Baru – Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan . Sample mosquito larvaes collected in Kelurahan Baru – Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan and examined under microscope to identify the species with the help of identification books. Type of mosquito larvae is identified by the anatomy of the larvae and the location larvae found. The results showed that type of mosquitoes found in the study site is the Aedes sp. 83 samples were collected from 230 houses, all of which are the same type, that is 100% Aedes sp.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyamuk adalah serangga yang memiliki dua sayap yang bersisik. Sayap ini mampu mengepak 1000 kali per menit, tubuh langsing dan mempunyai enam kaki. Nyamuk memiliki ukuran yang berbeda-beda tetapi jarang sekali ukurannya melebihi 15 mm. Dalam bahasa Inggeris, nyamuk dinamakan “Mosquito”, yang berasal dari bahasa Sepanyol atau Portugis yang berarti lalat kecil yang digunakan sejak tahun 1583. Di negeri Inggris nyamuk dikenal sebagai gnats. Tercatat lebih dari tiga ribu spesies nyamuk yang beterbangan di muka bumi ini, baik di

tempat yang beriklim panas maupun beriklim dingin. Meskipun mampu hidup di kutub, sebagian besar nyamuk lebih suka hidup di daerah yang beriklim tropis dengan kelembaban tinggi seperti di Indonesia (Sunaryo 2001).

(16)

Jenis – jenis vektor malaria di Indonesia ada 4 spesies, iaitu: (Anophelse sundaicus, An. subpictus, An. aconitus dan An. maculatus). Nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus

menularkan penyakit Demam Berdarah Denggi. Di Indonesia vektor Anopheles, Aedes dan Mansonia mengakibatkan penyakit filariasis. Nyamuk Aedes albopictus, Culex fatigans dan Mansonia menularkan penyakit chikungunya disebabkan virus alvavirus. Nyamuk genus Culex

sp mengakibatkan penyakit Japenese Encephalitis (JE) (mypotik.com/2009).

Peningkatan populasi nyamuk dapat disebabkan oleh perubahan global yang besar (urbanisasi yang tidak terencana dan pertumbuhan penduduk bersamaan) dan program kontrol nyamuk yang tidak efektif. Hal ini juga disebabkan oleh pengelolaan limbah padat yang tidak memadai, meningkatnya resistensi nyamuk, penurunan jumlah insektisida baru dan akhirnya perluasan habitat karena pemanasan global dan penyemprotan dengan bahan kimia.

Stadium larva penting karena pada stadium ini merupakan saat yang rentan dalam siklus hidup vektor dan penting untuk perencanaan program pengendalian yang efektif. Untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk kita harus menghapuskannya di peringkat larva, karena ini merupakan cara yang paling ideal dan efektif (WHO 1992).

(17)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, secara garis besar dapat dirumuskan betapa pentingnya untuk mengetahui jenis – jenis larva nyamuk di Kelurahan Baru – Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui jenis - jenis larva nyamuk yang terdapat di Kelurahan Baru – Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan.

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Mengetahui jenis-jenis larva nyamuk yang terdapat di Kelurahan Baru – Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan.

b) Mengetahui kepadatan larva dihitung menggunakan rumus Angka Bebas Larva (ABL) dan Breateau Indeks (BI).

(18)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat kepada penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis nyamuk dan penyakit yang disebabkannya di Kelurahan Baru – Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan.

1.4.2 Manfaat pada masyarakat

Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang jenis – jenis nyamuk dan penyakit serta cara membasmi larva nyamuk.

1.4.3 Manfaat kepada Dinas Kesehatan.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengenalan Nyamuk

Ada lebih dari 2500 spesies nyamuk di seluruh dunia. Semua nyamuk memerlukan air untuk melengkapi siklus hidupnya. Jenis air di mana larva nyamuk ditemukan dapat menjadi bantuan untuk identifikasi spesiesnya. Nyamuk dewasa meletakan telurnya pada tempat yang sesuai dengan habitat larvanya. Mereka bertelur di tempat seperti lubang pohon yang secara berkala menahan air, genangan air pasang di rawa-rawa garam, genangan limbah buangan, irigasi padang rumput, genangan air hujan. Setiap spesies memiliki persyaratan lingkungan yang unik untuk pemeliharaan siklus hidupnya.

Kebiasaan cara makan nyamuk cukup unik karena hanya betina dewasa yang menghisap darah manusia dan hewan. Nyamuk jantan tidak menghisap darah tetapi menghisap madu tanaman. Nyamuk betina memerlukan darah yang cukup untuk bertelur. Jauh atau dekatnya jarak terbang nyamuk tergantung dari spesiesnya. Sebagian besar spesies domestik terbang cukup dekat dengan titik asal. Ada beberapa spesies yang dapat terbang jauh dari tempat perkembangbiakannya. Jarak terbang betina biasanya lebih jauh daripada jantan. Kekuatan dan arah angin berpengaruh dalam penyebaran atau migrasi nyamuk. Kebanyakan nyamuk tetap dalam satu atau dua kilometer dari sumber makan mereka. Ada nyamuk bisa terbang jarak jauh, lebih 30 kilometer dari tempat mereka menjadi dewasa. Nyamuk tidak dapat terbang cepat, hanya sekitar 4 kilometer per jam (www.mosquitoes.com).

Umur nyamuk dewasa biasanya tergantung pada beberapa faktor seperti suhu, kelembapan, jenis kelamin nyamuk dan habitat. Kebanyakan jantan berumur pendek yaitu sekitar seminggu dan betina tinggal sekitar satu bulan tergantung pada faktor di atas

(20)

ruangan yang dipenuhi nyamuk mungkin bangun dengan puluhan gigitan nyamuk, sementara orang tidur di samping mereka tidak ada. Demikian pula, orang bereaksi berbeda terhadap gigitan nyamuk, beberapa menunjukkan tanda yang sangat sedikit digigit, sementara yang lain menunjukkan kemerahan besar, bengkak dan gatal. Ini adalah reaksi alergi terhadap air liur nyamuk Setiap orang mempunyai reaksi berbeda bagi gigitannyamuk. Nyamuk terbang lebih dekat dengan target yang gelap. Setelah menemukan mangsa nyamuk menyuntikkan air liur ke luka

Mosquitoes: Designed by God to make flies seem better - Ivan Itch Mosquito

2.2. Nyamuk dan Penyakit

Nyamuk membawa penyakit-penyakit berat seperti malaria, demam berdarah, dan demam kuning. Penyakit-penyakit ini menyebar dengan cepat dari satu orang ke orang lain. Lingkungan berperan penting dalam transmisi penularan penyakit ini. Semakin bersih lingkungan di sekitar kita maka semakin kecil pula populasi nyamuk disekitar kita sehingga semakin kecil kemungkinan kita akan digigit oleh nyamuk penular dan terhindar dari beberapa peyakit yang disebutkan. Berikut ini adalah penyakit-penyakit yang dapat ditularkan oleh nyamuk:

2.2.1. Malaria

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis. Plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat, yang ditularkan oleh nyamuk genus Anopheles, juga penyakit ini dapat mengakibatkan kematian (mypotik.com/2009).

2.2.2. Demam Berdarah Denggi (DBD)

(21)

2.2.3. Filarasis

Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria, yang mengakibatkan gejala akut dan kronis (kaki membesar seperti kaki gajah) yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Di Indonesia telah ditemukan sebanyak 27 jenis nyamuk yang disebabkan oleh genus Culex, Anopheles, Aedes dan Mansonia (mypotik.com/2009/10/).

2.2.4.Chikungunya

Chikungunya adalah penyakit menular sejenis demam disertai nyeri otot yang bersifat epidemik dan endemic yang disebabkan oleh Alvavirus yang ditularkan oleh beberapa jenis nyamuk yaitu Aedes Aegypti, Aedes albopictus, Culex fatigans dan Mansonia sp. Meskipun penyakit ini tidak mengakibatkan kematian namun dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat di persendian tubuh bahkan seperti kelumpuhan dan dapat berlangsung selama 2 bulan.

2.2.5.Encephalitis

Encephalitis.Salah satu jenis penyakit Encephalitis adalah Japenese Encephalitis (JE). Encephalitis adalah suatu penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk genus Culex sp(mypotik.com/2009/10/).

2.3 Kitar Hidup Nyamuk

(22)

Gambar 2.3 Kitar Hidup Nyamuk

2.3.1 Telur Nyamuk

Telur nyamuk biasanya memanjang dan berukuran sekitar satu milimeter. Seekor nyamuk dapat menghasilkan 50 ke 300 telur. Nyamuk menghisap darah untuk menghasilkan telur. Telur dapat menetas dalam 1-3 hari jika diletakkan di air. Telur nyamuk tidak menetas seluruhnya, tetapi menetas bertahap. Sekitar 80% dari telur menetas selama barisan pertama dengan penetasan 5% menyusul seterusnya. Banyak spesies telur yang tetap dorman dalam tanah selama bertahun-tahun sebelum menetas. Adaptasi ini menjamin kelangsungan hidup nyamuk meskipun kondisi cuaca yang tidak menguntungkan atau usaha manusia untuk membasmi merek (Soegijanto, 2006).

2.3.2 Larva Nyamuk

(23)

dan keempat bulu - bulu sudah lengkap sehingga untuk identifikasi larva diambil larva instar keempat. Stadium larva memerlukan waktu kurang lebih satu minggu. Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah temperatur, cukup tidaknya bahan makanan, ada tidaknya pemangsa dalam air dan lain sebagainya (Soegijanto 2006).

Gambar 2.3.2. Gambar Larva Instar

2.3.3 Pupa Nyamuk

Pupa adalah stadium akhir dari nyamuk yang berada di dalam air. Stadium pupa tidak memerlukan makanan dan merupakan stadium dalam keadaan inaktif. Pada stadium ini terjadi pembentukan sayap sehingga setelah cukup waktunya nyamuk yang keluar dari pupa dapat terbang. Meskipun stadium pupa dalam keadaan inaktif, bukan berarti tidak ada proses kehidupan. Pupa tetap memerlukan oksigen, oksigen masuk ke dalam tubuh melalui corong nafas. Stadium ini mengambil waktu 12 hari (Soegijanto, 2006).

2.3.4 Nyamuk Dewasa

(24)

2.4. Identifikasi Larva Nyamuk

2.4.1. Anatomi Larva Nyamuk

Setelah menetas, telur akan berkembang menjadi larva. Pada stadium ini, kelangsungan hidup larva dipengaruhi suhu, pH air, perindukan, ketersediaan makanan, cahaya, kepadatan larva, lingkungan hidup, serta adanya predator di tempat menetas (Iskandar, 1985).

Gambar 2.4.1 Anatomi Larva Nyamuk

Berikut ini adalah ciri-ciri dari larva:

1. Adanya corong udara (siphon) pada segmen terakhir. Pada corong udara tersebut memiliki gigi pecten serta sepasang rambut dan jumbai.

2. Pada segmen-segmen abdomen tidak dijumpai adanya rambut-rambut berbentuk kipas (palmate hairs).

3. Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan ada comb scale sebanyak 8-21 atau berjejer 1-3. 4. Bentuk individu dari comb scale seperti duri. Pada sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya sepasang rambut di kepala

(25)

2.4.2. Morfologi Larva Nyamuk

Larva nyamuk memerlukan empat tahap perkembangan. Waktu perkembangan larva tergantung pada suhu, ketersediaan makanan dan keberadaan larva dalam sebuah kontainer. Dalam kondisi optimal, waktu yang dibutuhkan dari telur menetas hingga menjadi nyamuk dewasa adalah tujuh hari, termasuk dua hari dalam masa pupa. Sedangkan pada suhu rendah dibutuhkan waktu beberapa minggu Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis) dan larva yang terbentuk berturut-turut disebut instar I, II, III dan IV. (Depkes RI, 2003).

(a) Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas dan corong pernapasan (siphon) belum menghitam.

(b) Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernapasan sudah berwarna hitam.Larva instar II mengambil oksigen dari udara, dengan menempatkan corong udara (siphon) pada permukaan air seolah-olah badan larva berada pada posisi membentuk sudut dengan suhu permukaan air sekitar 30°C, larva instar II dalam bergerak tidak terlalu aktif.

(c) Larva Instar III lebih besar sedikit dari larva instar II dan lebih aktif bergerak.

(d) Larva instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi jelas menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax) dan perut (abdomen). Larva ini berukuran paling besar 5 mm. Larva ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif dan waktu. Temperatur optimal untuk perkembangan larva ini adalah 25°C – 30°C.

(Depkes RI, 2005)

2.4.3. Cara Hidup Larva Nyamuk

(26)

makanan di dasar (bottomfeeder). Makanannya terdiri dari mikroorganisme, detritus, alga, protista,daun dan invertebrata hidup dan mati (Barry, 1996). Pada saat larva mengambil oksigen dari udara, larva menempatkan corong udara (siphon) pada permukaan air seolah-olah badan larva berada pada posisi membentuk sudut dengan permukaan air sekitar 30°C-45°C (Soegijanto, 2006).

2.4.4.Habitat Larva Nyamuk

Larva - larva nyamuk ini mulai ditemukan di kebun kira-kira pada berumur 2 - 3 minggu setelah dan paling banyak ditemukan pada saat tanaman padi mulai berbunga sampai menjelang panen. Di daerah yang musim tanamnya tidak sama dan sepanjang tahun ditemukan tanaman pada berbagai umur, maka nyamuk ini ditemukan sepanjang tahun dengan dua puncak kepadatan yang terjadi sekitar bulan Pebruari - April dan sekitar bulan Juli - Agustus. Anopheles balabacencis dan An. maculatus adalah dua spesies nyamuk yang banyak ditemukan di daerah -

daerah pegunungan dekat hutan. Kedua spesies ini banyak dijumpai pada peralihan musim hujan ke musim kemarau dan sepanjang musim kemarau. Tempat perkembangbiakannya di genangan - genangan air yang terkena sinar matahari langsung seperti genangan air di sepanjang sungai, pada kobakan - kobakan air di tanah, di mata air-mata air dan alirannya dan pada air di lubang batu-batu (Barodji, 1987).

Larva-larva ditemukan di genangan air yang berasal dari mata air seperti penampungan air yang dibuat untuk mengairi kolam, untuk merendam bambu/kayu, mata air, bekas telapak kaki kerbau dan kebun salak. Pada umumnya kehidupan larva dapat hidup secara optimal pada genangan air yang terlindung dari sinar matahari langsung, diantara tanaman/vegetasi yang homogen seperti kebun salak, kebun kapulaga dan lain-lain. Ada yang umumnya ditemukan di daerah pegunungan, ditemukan pula di daerah persawahan dan daerah pantai yang ada sungai kecil-kecil dan berbatu-batu (Barodji, 2001).

(27)

Kepadatan penduduk juga mangakibatkan peningkatan sampah di alam sekitar. Pembuangan sampah di merata - rata mengakibatkan takungan air hujan yang memudahkan untuk pembiakan nyamuk dan untuk larva nyamuk hidup dan berkembang. Kawasan sekitar tempat tinggal, tempat kerja dan tempat bereaksi yang banyak sampah dan pengabaian penduduk mengakibatkan nyamuk untuk membiak dan berkembangbiak.

Di kawasan luar rumah seperti di dalam tempurung, drum, plastik bekas tempat minuman, selokan, vas bunga, ketiak daun, ban rusak dan kolam ikan yang tidak dipakai lagi dan tempat yang dapat menampung air biarpun bekas kecil merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk. Di dalam rumah seperti vas bunga, tempat pembuangan air di kulkas, bak mandi, drum, akuarium ikan dan tempat yang mudah menakung air dan telah diabai tanpa dibersihkan.

2.4.5.Cara identifikasi larva nyamuk

1.Survey Larva (Depkes RI, 2005):

(a)Semua tempat atau bekas yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk diperiksa(dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya larva.

(b)Memeriksa TPA (tempat penampungan air) yang berukuran besar, seperti bak mandi, tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan (penglihatan) pertama tidak menemukan larva, tunggu kira-kira 1 menit untuk memastikan bahwa benar larva tidak ada.

(c)Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti vas bunga atau pot tanaman air atau botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu

dipindahkan ke tempat lain.

(d)Untuk memeriksa larva di tempat yang agak gelap atau airnya keruh, digunakan senter.

(28)

Jika positif, maka larva tersebut diambil dengan menggunakan cidukan atau gayung dan dipindahkan ke dalam plastik dengan menggunakan pipet. Larva dari setiap wadah yang positif dipisahkan, diberi label dan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. Kemudian dicatat seperti dilampirkan di lampiran.

3.Penghitungan Kepadatan Larva. (Depkes 2007)

Kepadatan larva dari lapangan dihitung Index Larva yaitu Angka Bebas Larva (ABL) dan Breteau index (BI). Persentese larva yang ditemui dikira dan kebarangkalian kawasan itu

menghadapi risik penyakit dari nyamuk yang ditemukan.

2.4.6 Pencegahan larva nyamuk

Masyarakat memiliki peran besar untuk menjaga kebersihan lingkungan, menghilangkan tempat perkembangbiakan vektor dan juga meminimalkan kontak manusia dengan vektor. Mobilisasi sosial untuk hasil ini adalah kunci untuk penahanan dari wabah disebabkan nyamuk. Kegiatan ini perlu dilakukan pada tingkat (rumah tangga), individu dan juga pada tingkat kelembagaan seperti di sekolah, universitas, rumah sakit dan perusahaan lainnya (WHO 1992).

Dalam upaya pemberantasan vektor tersebut adalah masyarakat dapat berperan secara aktif dalam pemantauan larva dan melakukan gerakan serentak berikut:

1. Pembuangan atau mengubur benda - benda di pekarangan atau di kebun yang dapat menampung air hujan seperti kaleng, botol dan ban mobil dan tempat -tempat lain yang menjadi tempat takungan air hujan.

2. Mengganti air atau membersihkan tempat air secara teratur tiap minggu sekali, pot bunga, tempayan dan bak mandi.

3. Pada kolam diberikan beberapa ikan sebagai predator bagi larva nyamuk.

4. Pemberian abate ke dalam tempat penampungan air atau penyimpanan air bersih.

(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASONAL, DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konsep tentang identifikasi jenis – jenis larva nyamuk di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan diuraikan berdasarkan lokasi dan waktu sampel diambil.

Gambar 3.1: Kerangka konsep bagi identifikasi larva nyamuk

3.2 Definisi Operasional

3.2.1. Larva Nyamuk

Larva atau jentik nyamuk merupakan salah satu tahap daur hidup nyamuk dan lamanya tahap ini

ialah selama 7-10 hari. Daur hidup nyamuk adalah telur, larva, pupa dan dewasa. Larva dan pupa

nyamuk dijumpai di tempat air yang tergenang. Larva merupakan peringkat hidup nyamuk yang paling

rentan dan merupakan tahap yang ideal untuk menghentikan perkembangan nyamuk karena mudah

ditemui dan dibasmi.

3.2.2.Identifikasi Larva Nyamuk

Lokasi larva nyamuk ditemui mencakup di kawasan luar rumah seperti di dalam tempurung,

tempat minum burung, plastik bekas tempat minuman, selokan, vas bunga, ketiak daun, ban rusak dan

tempat yang dapat menampung air biarpun bekas kecil. Di dalam rumah adalah seperti vas bunga,

tempat pembuangan air di kulkas dan bak mandi. Larva diambil dengan menggunakan pipet atau gayung

-Lokasi larva yang dijumpai

-Musim larva yang diambil

(30)

untuk larva yang berada di bak mandi dan dipindahkan ke dalam plastik. Setiap larva yang di dapat di

catat seperti pada lampiran pemeriksaan larva nyamuk. Plastik larva diberi label dan dibawa ke

laboratorium untuk diidentifikasi menggunakan buku identifikasi

3.2.3.Bahan dan Alat Penelitian

3.2.3.1.Bahan Penelitian Larva Nyamuk

3.2.3.2. Alat Penelitian

Buku dan jurnal identifikasi nyamuk, gayungan air, pipet, plastik, senter, mikroskop, objek glass.

3.2.4.Kepadatan Larva

Kepadatan larva dari lapangan dihitung dengan Index Larva yaitu Angka Bebas Larva (ABL) dan Breteau index (BI) Departemen Kesehatan RI, 2007.

1. ABL (Angka Bebas Larva) - Persentase rumah atau tempat umum yang tidak ditemukan larva dan

dikategorikan mengikut skala tertentu.

2. Breteauindex (BI) atau indeks Breteau - Kepadatan larva nyamuk yang dihitung dari jumlah wadah

air yang terpapar larva (X) dibagi dengan jumlah wadah yang ditemui (Y) dikalikan 100%.

Breteau Index (BI) = X × 100% Y

X= Jumlah rumah yang ada jentik Y = Jumlah rumah yang ditemui

3.3 Hipotesis

(31)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui jenis – jenis larva nyamuk di Kelurahan Baru - Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Baru - Ladang Bambu,Kecamatan Medan Tuntungan, Medan. Alasan dipilihnya lokasi ini ialah karena tingginya penyakit yang disebabkan nyamuk. Sebanyak 226 kasus penyakit demam berdarah dengue dan 38 kasus penyakit malaria terjadi di kawasan ini selama periode Januari - April 2011 mengikut data. Hal itu dilakukan berdasarkan data survey Mass Blood Survey (MBS) terhadap ratusan masyarakat di Kecamatan Medan Tuntungan. ( Depkes RI, 2007 )

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu pengumpulan sampel dan data dilaksanakan mulai bulan Oktober 2012 hingga Desember 2012 yaitu selama tiga bulan.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

(32)

Kriteria Inklusi

Larva nyamuk sebagai sampel yang berada di genangan air di dalam dan di luar rumah penduduk yang meliputi halaman dan selokan di sekitar rumah penduduk di Kelurahan Baru - Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan.

Kriteria Eksklusi

Sampel yang berada di luar halaman dan bukan di selokan sekitar rumah penduduk di Kelurahan Baru - Ladang Bambu,Kecamatan Medan Tuntungan, Medan serta keluarga yang tak mau diperiksa.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah larva nyamuk di dalam dan luar rumah penduduk di Kelurahan Baru - Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan.

4.4. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara “selected random sampling” dimana semua sampel yang dimasukkan ke dalam penelitian ini memenuhi kriteria pemilihan sampel. Hasil penjajakan awal, jumlah rumah penduduk di Kelurahan Baru - Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Medan.adalah 530. Menurut Notoatmodjo (2005), untuk mencapai jumlah sampel dari populasi yang jumlahnya lebih kecil dari 10.000 dapat dihitung berdasarkan rumus berikut.

n = N n =

1 + N (d2) 1 + 530(0.052) 530_

(33)

Keterangan :

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,05)

Dari rumus di atas, maka sekurang-kurangnya 230 rumah diperlukan dalam penelitian ini.

4.5. Cara identifikasi jenis larva 4.5.1. Di lapangan

Semua wadah yang berisi air dicatat, meliputi wadah yang tidak ada larva dan ada larva diambil dengan menggunakan gayung dan dipindahkan ke dalam plastik dengan menggunakan pipet. Plastik diberi label dan dicatat seperti di lampiran 1 dan dibawa ke laboratorium.

4.5.2. Di laboratorium

Larva diambil dengan menggunakan pipet dan ditempatkan dalam plastik dan larva dimatikan menggunakan air panas. Tempatkan larva nyamuk pada kaca objek dan lakukan pemotongan pada segmen abdominal ke-8 di bawah mikroskop dengan menggunakan skalpel. Identifikasi larva berdasarkan kunci identifikasi seperti sifon, segmen abdomen akhir, segmen anal dan sisirnya.

4.6. Metode Analisis Data

(34)

ANGKA BEBAS LARVA (ABL) : 0 larva per wadah = bebas larva

1-3 larva per wadah = sangat sedikit larva 4-10 larva per wadah = sedikit larva 11-100 larva per wadah = banyak larva > 100 larva per wadah = sangat banyak larva

BRETEAU INDEX :

wadah positif x 100% wadah diuji

Keterangan:

(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kelurahan Baru – Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan adalah salah satu dari berbatasan denga 12.71.07.1007 dan berada di kabupaten Sumatera Utara.

Kecamatan ini mempunyai luas 20,68 km ² dan mempunyai lebih dari 69,500 penduduk. Kelurahan ini mempunyai 530 rumah. Penduduk di kawasan ini kebanyakkannya mempunyai pendidikan rendah dan berpendapatan rendah dan mempunyai perusahaan sendiri. Kelurahan ini berdekatan dengan RSU Adam Malik (Depkes RI, 2007 )

5.1.2. Karakteristik Sampel

Semua data sampel didapat dari rumah di Kelurahan Baru – Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan. Terdapat sebanyak 530 buah rumah di kawasan ini dan 230 buah rumah disertakan dalam penelitian ini. Dari jumlah tersebut didapati 83 buah rumah.

5.1.3. Distribusi Karakteristik Sampel

(36)

Tabel 5.1. Rumah Yang Diperiksa Untuk Larva Nyamuk di Kecamatan Medan Tuntungan

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah rumah yang mempunyai larva nyamuk adalah 83 rumah (36,1%) dan jumlah pasien yang tidak mempunyai larva nyamuk adalah sebanyak 147 orang (63,9 %).

Tabel 5.2. Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Lokasi

Lokasi Larva nyamuk nyamuk Yang Ditemui n %

(37)

Dari tabel 5.2 terlihat distribusi larva nyamuk berdasarkan lokasi yaitu di dalam rumah dan di luar rumah seperti di selokan, ban, vas, botol, kebun, tempurung, kaleng, drum, plastik dan dibawah kulkas.

Tabel 5.3. Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Waktu Penelitian

Waktu Penelitian n %

Hujan 83 100,0

Jumlah 83 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa jenis musim semasa semua sampel dikoleksi adalah musim hujan yaitu sebanyak 100%

Tabel 5.4. Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Anatomi

n Lokasi Siphon Siphonic Tuft

Comb Scale

Anal Gill Pecten Saddle Stigmal Plate

(38)

rendah ditemui 58 wadah larva nyamuk ditemui di kawasan luar dan dalam rumah yang tidak berhubungan dengan tumbuh – tumbuhan.

Tabel 5.5. Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Angka Bebas Larva ( ABL ) di Lokasi

Angka Bebas Larva n %

1-3 larva nyamuk per wadah 4-10 larva nyamuk per wadah 11-100 larva nyamuk per wadah

2 56 25

2,4 67,5 30,1

Jumlah 83 100,0

Tabel 5.5 menunjukkan tabel distribusi berdasarkan Angka Bebas Larva (ABL) yang digunakan untuk menghitung kepadatan larva nyamuk di lokasi penelitian.

Tabel 5.6. Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Breateau Index

Breateau Index n %

< 50% 83 100,0

Jumlah 83 100,0

(39)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Yang Ditemui di Kecamatan Medan Tuntungan

Berdasarkan penelitian, dapat dilihat bahwa jumlah rumah yang mempunyai larva nyamuk adalah 83 rumah (36,1%) dan jumlah rumah yang tidak mempunyai larva nyamuk adalah sebanyak 147 orang (63,9 %). Jumlah rumah penduduk di Kelurahan Baru - Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Medan.adalah 530 rumah. Menurut ( Notoatmodjo, 2005), untuk mencapai jumlah sampel dari populasi yang jumlahnya lebih kecil dari 10.000 dapat dihitung berdasarkan rumus (rujuk bab 4). Dari rumus di atas, maka sekurang-kurangnya 230 rumah diperlukan dalam penelitian ini.

5.2.2 Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Lokasi Dijumpai di Kecamatan Medan Tuntungan

Dari table 5.2, dijumpai larva nyamuk di dalam dan di luar rumah. Larva nyamuk yang ditemui terbanyak pada kebun yaitu sebanyak 16,9% dan terendah adalah di selokan air mengalir, hanya 2,4%. Selain di luar rumah juga dijumpai di dalam rumah yaitu di kulkas. Larva nyamuk memerlukan air tenang seperti kontainer air, lubang pohon, selokan pinggir jalan, daerah dataran rendah, rawa, ban dan bahan yang dapat menakung air

5.2.3. Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Musim Penelitian di Medan Tuntungan.

(40)

yang kurang di selokan juga karena air selokan megalir deras dan tidak sesuai untuk perkembangan larva nyamuk (Barodji, 1987).

5.2.4. Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Identifikasi Sifon Larva Nyamuk di Medan Tuntungan.

Kesemua sampel yang dikoleksi mempunyai sifon yaitu sebanyak 100%. Dari jurnal identifikasi Utrio, 1976 larva nyamuk yang mempunyai sifon adalah Mansonia dan Aedes sp. Sifon pada larva nymuk berfungsi umtuk bernafas ( Dodge, 1966 ).

5.2.5. Gambaran Distribusi Berdasarkan Bilangan Siphonic Tuft Larva Nyamuk di Medan Tuntungan.

Siphonic tuft yang terdapat di tengah sifon merupakan ciri spesifik larva nyamuk Aedes sp. Hasil penelitian terlihat bahwa bilangan siphonic tuft yang terbanyak adalah 2 siphonic tuft yaitu sebanyak 38,6%, seterusnya 3 siphonic tuft sebanyak 32,5%, kemudian 4 siphonic tuft sebanyak 14,5%, diikuti 5 siphonic tuft sebanyaj 8%. Proporsi terkecil adalah larva nyamuk dengan 1 dan 6 siphonic tuft yaitu sebanyak 2,4%. Siphonic tuft ini digunakan untuk pergerakkan larva nyamuk dalam air. Larva nyamuk bergerak ke atas dan bawah dengan menggunakannya ( Dodge, 1966 ).

5.2.6. Gambaran Distribusi Berdasarkan Bilangan Comb Scale Larva Nyamuk di Medan Tuntungan.

Mengikut penelitian yang telah dilakukan, jumlah comb scale pada larva nyamuk adalah dari 6 – 9 comb scale. Comb scale adalah baris sisik seperti duri pada segmen ke 8 yang mempunyai bentuk dan ukuran yang bervariasi, biasanya berjumlah 8 – 21. Bagi Aedes sp biasanya bilangan comb scale adalah dari 6 ke 10 ( Utrio, 1976 ).

(41)

Bilangan anal gill dengan proporsi terbesar ditemukan pada larva nyamuk dengan 4 anal gill sebanyak 48,2 %, diikuti 3 anal gill sebanyak 33,7%. Seterusnya adalah 2 anal gill sebanyak 16,9%. Sementara proporsi terkecil ditemukan pada larva nyamuk nyamuk dengan 5 anal gill sebanyak 1,2%. Anal gill dari larva nyamuk Aedes sp merupakan satu-satunya bahagian dari tubuh yang bebas permeabel terhadap air. Penyerapan air tampaknya dipengaruhi terutama oleh osmosis. Hal ini disimpulkan bahwa insang anal untuk menyerap air dan hanya kebetulan terlibat dalam respirasi ( Wigglesworth, 1932 ).

5.2.8. Gambaran Distribusi Berdasarkan Bilangan Stigmal Plate di Medan Tuntungan. Dari penelitian dapat diketahui bahwa bilangan stigmal plate, proporsi terbanyak adalah 2 sebanyak 44,6%, diikuti 3 stigmal plate sebanyak 24,1%, kemudian 1 stigmal plate sebanyak 16,9%. Terendah adalah larva nyamuk dengan 4 stigmal plate sebanyak 14,5%. Stigmal plate adalah daerah di mana sistem trakea larva nyamuk membuka ke luar dan digunakan sebagai organ pernapasan, morfologi organ daerah ini digunakan untuk mengidentifikasi berbagai jenis larva nyamuk ( Dodge, 1966 ).

5.2.9. Gambaran Distribusi Berdasarkan Bilangan Pecten Pada Larva Nyamuk di Medan Tuntungan

Mengikut penelitian, bilangan pecten pada larva nyamuk yang terbanyak adalah 5 dan 8 pecten yaitu 21,7%, kemudian larva nyamuk dengan 4 pecten sebanyak 13,3% seterusnya larva nyamuk dengan 4 pecten yaitu 13,3%. Larva nyamuk dengan 6 dan 7 pecten adalah 9,6% masing, 10 pecten pada larva nyamuk adalah 6,0% dan terendah adalah larva nyamuk dengan 2 pecten 2,4%. Setiap pecten adalah rangkaian bulu diatur seperti sisir gigi pada tabung pernapasan dan biasanya mempunyai jumlah 4 – 7 pecten setiap larva nyamuk ( Nelson, 1986 ). Biasanya Aedes mempunyai 5 ke 20 pecten bergantung pada tahap instar larva nyamuk.

(42)

Mengikut penelitian, saddle dapat diidentifikasi di kesemua 83 sampel larva nyamuk yaitu sebanyak 100%. Saddle digunakan sebagai rangka penguat badan larva nyamuk dan dihiasi dengan pola lipatan dan duri ( Frohxe, 1955)

5.2.11. Gambaran Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Larva Nyamuk Diidentifikasi di Medan Tuntungan

Berdasarkan penelitian anatomi sampel larva nyamuk, dapat diketahui bahwa jenis larva nyamuk yang dapat diidentifikasi di Medan Tuntungan adalah dari larva nyamuk Aedes sp dan kasus demam denggi yang tinggi dan disebabkan oleh Aedes sp dijumpai di kawasan ini karena adanya larva nyamuk Aedes yang setelah dewasa menjadi nyamuk Aedes sp ( Depkes RI, 2001). 5.2.12. Gambaran Distribusi Berdasarkan Angka Bebas Larva ( ABL ) di Medan

Tuntungan

Mengikut penelitian proporsi terbesar angka bebas larva nyamuk (ABL) adalah 4-10 larva nyamuk per wadah yaitu sebanyak 67,5%, kemudian 11-100 larva nyamuk per wadah sebanyak 30,1% dan terendah adalah 1-3 larva nyamuk per wadah sebanyak 2,4%. Kepadatan larva nyamuk dari lapangan dihitung menggunakan Angka Bebas Larva (ABL). Dari penelitian ini terdapat ABL yang mengindikasikan 11 – 100 larva per wadah sebanyak 30,1%. ABL mendapati banyak larva di lingkungan (Departemen Kesehatan RI, 2007).

5.2.13. Gambaran Distribusi Sampel Berdasarkan Breteau Index di Medan Tuntungan

(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian ini, peneliti menyimpulkan :

1. Jumlah rumah di lokasi penelitian yang mempunyai larva nyamuk adalah 83 buah rumah dari 230 rumah yang diteliti yaitu sebanyak 36,9%.

2. Penelitian dilakukan waktu musim hujan dengan proporsi adalah 100%.

3. Tempat larva nyamuk yang banyak ditemui adalah di luar rumah seperti di kebun yaitu 16,9% dan sedikit ditemui di selokan yang mempunyai air mengalir yaitu sebanyak 2,4%.

4. Berdasarkan penelitian dari 83 sampel larva nyamuk yang diambil dijumpai semuanya adalah Aedes sp.

5. Berdasarkan Angka Bebas Larva nyamuk ( ABL ), ditemukan 4 – 10 larva per wadah yang terbanyak yaitu 67,5% dan 11 – 100 larva per wadah adalah 30,1%.

(44)

6.2. Saran

Dari penelitian ini, terlihat bahwa secara keseluruhan :

1. Dari hasil penelitian didapati bahwa lokasi penelitian mempunyai peluang tinggi untuk perkembangbiakan larva nyamuk disebabkan persekitaran yang sesuai untuk kehidupannya. Oleh sebab itu, penduduk di kawasan ini harus menjaga kebersihan persekitaran mereka agar larva nyamuk tidak dapat berkembangbiak lagi.

2. Walaupun kita dapat mengetahui bahwa resiko penularan penyakit dari nyamuk adalah rendah di lokasi penelitian ini melalui Breateau Index, namun kita harus mengambil langkah – langkah pencegahan awal agar resikonya tidak menjadi tinggi pada masa akan datang.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. 2004. Peran Lintas Sektoral dalam penanggulangan penyakit yang ditularkan Nyamuk Vektor di Indonesia. Buku Prosiding Seminar Peringatan

Hari Nyamuk IV-2004, Surabaya, 21 Agustus 2004.

Anonymous. 2005. http:/ Anonymous. 2009. http:/www.mypotik.com. Jenis – jenis penyakit disebabkan Nyamuk. ( diakses pada 17 /5 /2011).

Barodji, 1987. Fluktuasi Kepadatan Populasi Vektor Malaria An. aconitus di Daerah Sekitar Persawahan. Prosiding. Seminar Entomologi II, Jakarta.

Barodji. 2001. Pengaruh Linkungan Terhadap Nyamuk Anopheles Pada Proses Transmisi Penyakit Malaria. Prosiding. Seminar Entomologi II, Jakarta.

Barry, J. dan William, C.M. 1996. The Biology of Disease Vector. University Press of Colorado. Connor, C.T. dan Soepanto, A. 1999. Kunci Buku Bergambar Jentik Anopheles di

Indoneisa. Department Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jeneral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Permukiman.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001. Tatalaksana Demam Berdarah Denggi (DBD) Jakarta. http://www.depkes.go.id.pdf. ( diakses pada 18/5/2012 )

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Denggi dan Demam Berdarah Denggi. http://www.depkes.go.id.pdf. ( diakses pada 8/5/2012 )

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pencegahan dan Pemberatasan DBD di Indonesia. http://www.depkes.go.id.pdf. ( diakses pada 18/5/2012 )

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Pemantaun dan Pemberatasan Nyamuk di Indonesia. http://www.depkes.go.id.pdf. (diakses pada 18/5/2012 )

Dorothy, J. 2011. Maryland Department of Agricultural Mosquito Control. Mosquito Biology. Dodge, H.R. 1966. The Canadian Entomology, Department of Entomology, Washington State

University. journals.cambridge.org ( 3/12/2012).

(46)

Iskandar. 1985. Daya Bunuh Beberapa Obat Nyamuk Terhadap Kematian Nyamuk.Pemberatasan Nyamuk. (22/5/2012)

Nelson, M.J. 1986. Aedes Aegypti : Biology and Ecology, Pan American Health Oraganization Mimeographed Document.

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan dan Aplikasi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Peneliti Kesehatan.Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta. Petri, J. 2009. Markell and Voge’s Medical Parasitology,Ninth Edition. Elsevier Inc

Service, M.W. 1996. Medical Entomology For Students. Chapman and Hall, London.

Soegijanto, S. 2003. Demam Berdarah Dengue, Tinjauan dan Temuan Baru di Era. 2003, Airlangga Pr pada 22/5/2012)

Soegijanto, S. 2006. Demam Berdarah Dengue Edisi kedua. Airlangga University Press. Surabaya

Sunaryo. 2001. Bionomik Vektor Malaria di Kabupaten Banjarnegara. SLPV, Banjarnegara. Kes Malaria di Kabupaten Banjarnegara. SLPV, Banjarnegara.

Judarwanto, W. 2007. Profil nyamuk Aedes dan pembasmiannya. Penanggulan Demam Berdarah Dengue.

Utrio, P. 1976, Identification Key to Finnish Mosquito Larvae Department Virology, Universiti Helsinki.

Wigglesworth, V. B. 1932, Department of Entomology, London School of Hygiene and Tropical Medicine

World Health Organization (WHO), Regional Office for South-East Asia. 2009. Guidelines for Prevention and Control of Chikungunya Fever. http:/ 22 /5/2012 )

(47)

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Logeswaran Gunasegaran Tempat/ tanggal lahir : Kuala Lumpur / 12 Juni 1988 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Monghnsidi 1, No 18. Nomor Telepon : 083194077549, 60164279010 Alamat Email : loges1206@gmail.com Orang Tua : Ayah: Gunasegaran a/l Pavadi Ibu : Meena Kumari a/p Muniandy

Riwayat Pendidikan : Sekolah Kebangsaan SK SS 19 SJ (1995-2000) S.M.K. Subang Utama (2001 - 2005)

AIMST University, Foundation in Science (2008-2009) Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara (2009 - 2014)

Riwayat Organisasi : 1. AJK Pengawas Sekolah (2003 - 2005) 2. Ahli Kelab Taekwando (1998 – sekarang ) 3. AJK Kelab Bahasa Tamil

4. Ahli Kelab RELA 5. Ahli PBSM

(48)
(49)
(50)

Gambar

Gambar 2.4.1 Anatomi Larva Nyamuk
Gambar 3.1: Kerangka konsep bagi identifikasi larva nyamuk
Tabel 5.1. Rumah Yang Diperiksa Untuk Larva Nyamuk di Kecamatan Medan Tuntungan
Tabel 5.3. Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Waktu Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mendengarkan contoh, siswa mampu menyanyikan notasi lagu “Menanam jagung” Sesuai tinggi rendah nada dengan aba-aba ketukan dari guru dengan benar.. Setelah berdiskusi,

Aplikasi Belanja Komputer Rakitan merupakan sebuah aplikasi belanja elektronik komputer rakitan yang membantu User dalam hal ini adalah pembeli, untuk membeli komputer rakitan

Pengungkapan kasus ini bermula dari penangkapan Ari Irawan oleh tim yang dikomandoi  Kompol Pande Sugiartha dan Panit I Unit 3, AKP

Pembuatan Aplikasi Ini Menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 sebagai tampilan (interface) dan membahas cara-cara pembuatan suatu aplikasi pengolah data dengan

Situs web ini dibuat dengan menggunakan teknologi PHP dan MySQL yang menggunakan konsep server-side scripting dimana script ini tidak tregantung pada browser sebab script ini

Kapolres Langsa AKBP Sunarya, SIK melalui perwira pengendali Kasat Binmas AKP Niti Prayitno mengambil Apel dan memberi arahan kepada personil dalam Pelaksanaan pengamanan

Dalam penulisan ilmiah ini akan dibahas pembuatan web tentang pendidikan, yaitu pembuatan website SMU Bani Saleh yang sederhana juga padat akan informasi. Pembuatan website

Pola Pengelolaan Keuangan BLUD, yang selanjutnya disebut PPK-BLUD, adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan