• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 MEDAN

SKRIPSI

PERANAN RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI

PERTUMBUHAN LABA PADA

PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK

Oleh :

Nama : Josephine Kusuma NIM : 050503176

(2)

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

2009

PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan skripsi yang berjudul “ Peranan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.”

Skripsi ini adalah benar hasil karya sendiri dari judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain, dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Medan.

Semua sumber data, dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, dan benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Medan.

Medan, 1 Juni 2009 Yang Membuat Pernyataan

(3)

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu penulis mengucapkan puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.” ini dengan baik, guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, dengan hati yang tulis dan ikhlas penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya baik material maupun moril pada penyusunan skripsi ini, antara lain :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Medan.

(4)

3. Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia membantu dan meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak., selaku Penguji I yang telah memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak., selaku Penguji II yang telah memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Orang tua penulis yaitu Drs. Barry Kusuma dan Yenty Lautan yang telah banyak berkorban baik moral maupun material serta doa dan dorongan kepada penulis selama kuliah hingga dapat diselesaikannya penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan dapat melimpahkan rahmat-Nya dan mengharapkan kiranya skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Tuhan memberikan kesempatan kepada penulis untuk berbuat dharma bakti terhadap Nusa dan Bangsa sesuai dengan ilmu yang diperoleh.

Medan, 1 Juni 2009

Penulis,

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini didasari pada pemikiran bahwa pentingnya peranan rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti peranan rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif.

(6)

ABSTRACT

This research based on how important the rule of financial ratios in forecasting the growth of income. This purpose of this research is to find the rule of financial ratios in forecasting the growth of income in PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

The applied data collecting method are documentation, while he data analized by descriptive method.

The result of the test of this research is financial ratios has a rule to forecast the growth of income. The growth of income in the future was predictive not significant, and almost the same with the growth of income in 2007. The corporate have to increase the equity, because of difficulties to apply loan, the assets of the corporate need to be checked, so non-productive assets can be sold to reduce corporate expenses and the increase of sales is needed in order that the income from sales can support the corporate’s return on investment. Because one of the main factor that influence the growth of income in the corporate is sales.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 2

C. Perumusan Masalah ... 3

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 3

1. Tujuan Penelitian ... 3

2. Manfaat Penelitian ... 3

E. Kerangka Konseptual ... 4

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Pengertian dan Manfaat Laporan Keuangan ... 5

B. Pengertian Rasio Keuangan... 13

(8)

D. Jenis-Jenis Rasio Keuangan ... 16

E. Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba ... 30

BAB III: METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis dan Waktu Penelitian ... 34

B. Sumber dan Jenis Data ... 34

C. Teknik Pengumpulan Data ... 35

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 35

E. Metode Analisis Data ... 35

BAB IV: HASIL PENELITIAN ... 36

A. Data Penelitian ... 36

1. Gambaran Umum Perusahaan ... 36

a. Sejarah Singkat Perusahaan ... 36

b. Struktur Organisasi Perusahaan ... 41

2. Laporan Keuangan Konsolidasi ... 42

B. Jenis-Jenis Rasio Keuangan ... 45

C. Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba ... 46

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman 3.1. Jadwal Penelitian... 34

4.1 Perbandingan Perolehan Nilai Rasio Perusahaan dengan

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman 1.1. Kerangka Konseptual ... 4

2.1. Laporan Laba Rugi PT. X Tahun Berakhir 31 Desember 200A.. . 8 2.2. Laporan Laba Ditahan PT. X Tahun Berakhir 31 Desember 200A . 10 2.3. Neraca PT. X Tahun Berakhir 31 Desember 200A.. ... 11 2.4. Neraca Walker-Wilson Company Tahun 2007 dan 2008 ... 17 2.5. Laporan Laba Rugi Walker-Wilson Company Tahun Berakhir 31

Desember 2008 .. ... 18 4.1. Struktur Organisasi PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. ... 41 4.2. Laporan Laba Rugi Konsolidasi Tahun Yang Berakhir 31

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini didasari pada pemikiran bahwa pentingnya peranan rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti peranan rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif.

(13)

ABSTRACT

This research based on how important the rule of financial ratios in forecasting the growth of income. This purpose of this research is to find the rule of financial ratios in forecasting the growth of income in PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

The applied data collecting method are documentation, while he data analized by descriptive method.

The result of the test of this research is financial ratios has a rule to forecast the growth of income. The growth of income in the future was predictive not significant, and almost the same with the growth of income in 2007. The corporate have to increase the equity, because of difficulties to apply loan, the assets of the corporate need to be checked, so non-productive assets can be sold to reduce corporate expenses and the increase of sales is needed in order that the income from sales can support the corporate’s return on investment. Because one of the main factor that influence the growth of income in the corporate is sales.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa, dagang maupun industri bertujuan untuk mencari laba, agar kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan dapat menjadi lebih baik. Keinginan untuk maju tidak dapat dilakukan begitu saja, tetapi harus dilakukan dengan strategi yang tepat dan didukung oleh tindakan yang harus diambil, cara dan waktu untuk pelaksanaannya. Perusahaan harus menyusun perencanaan agar dapat merencanakan suatu kegiatan yang dapat memungkinkan kemajuan dari kegiatan tersebut. Perusahaan memerlukan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi dan kinerja keuangan perusahaan, meskipun pada dasarnya laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen perusahaan memiliki keterbatasan di dalam penggunaannya. Laporan keuangan tersebut disusun berdasarkan ketentuan-ketentuan dan asumsi-asumsi ekonomi yang ada, yang umumnya tidak semua informasi yang disajikan dapat dipahami, oleh pihak yang menggunakan laporan keuangan tersebut.

(15)

yang diharapkan, dan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk sebagai perusahaan penyelenggara informasi dan telekomunikasi yang memiliki layanan paling lengkap dan jaringan terbesar di Indonesia. Alasan dipilih perusahaan ini sebagai objek penelitian, adalah perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan terbesar penyelenggara informasi dan telekomunikasi di Indonesia, dimana pertumbuhan laba merupakan salah satu bagian yang sangat penting di dalam perusahaan ini. Perusahaan perlu memprediksi pertumbuhan laba di periode yang akan datang, dan mengambil strategi dan tindakan yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan laba, jika kiranya pertumbuhan laba tersebut diprediksikan tidak optimal. Oleh karena itu, dalam menganalisa pertumbuhan laba perusahaan, penulis menggunakan laporan keuangan perusahaan tahun 2006 dan 2007, serta memanfaatkan rasio-rasio keuangan dalam memprediksi kemampuan atau pertumbuhan laba perusahaan di periode yang akan datang.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai masalah ini pada perusahaan dan menuliskannya dalam sebuah skripsi yang berjudul ”Peranan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.”

B. Batasan Masalah

(16)

rasio perputaran total aset, rasio laba terhadap beban bunga, rasio marjin laba atas penjualan, rasio hasil pengembalian atas total aset, dan rasio pengembalian atas ekuitas.

C. Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang dibuat dalam penelitian ini adalah: “Apakah rasio keuangan mempunyai peranan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk?”

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti peranan rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis, yakni penulis dapat memahami peranan rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan.

b. Bagi perusahaan, yakni sebagai bahan pertimbangan atau masukan kepada perusahaan dalam memprediksi pertumbuhan laba.

(17)

Laporan Keuangan Konsolidasi E. Kerangka Konseptual

Adapun bagan peranan rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan seperti pada Gambar 1.1. berikut:

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual

Dari kerangka konseptual di atas, dapat dijelaskan bahwa laporan keuangan perusahaan yang diteliti adalah laporan keuangan konsolidasi, yang meliputi laporan laba rugi, dan neraca. Untuk memprediksi pertumbuhan laba, maka menggunakan

Laporan Laba Rugi

Peranan Rasio Keuangan PERUSAHAAN

Neraca

(18)
(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Manfaat Laporan Keuangan

Menurut Soemarso (2002:34), laporan keuangan adalah “laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan, dan hasil usaha perusahaan.“ Sedangkan Weston dan Copeland (2003:17), menyatakan laporan keuangan adalah “informasi tentang prestasi perusahaan di masa lampau, dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan di masa yang akan datang.”

Dengan demikian, laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi keuangan, yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan juga sekaligus merupakan pertanggungjawaban pihak manajemen, kepada pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan, yang mempunyai hubungan dengan perusahaan tersebut.

(20)

perusahaan, pihak kreditur (misalnya bank), badan-badan Pemerintah, dan lainnya. Pemahaman atas laporan keuangan suatu perusahaan akan semakin meningkat, apabila laporan keuangan disajikan dalam format yang seragam, dan menggunakan deskripsi yang sama untuk pos-pos yang sejenis. Keseragaman tersebut mungkin sulit diterapkan, dan dapat menghalangi perusahaan untuk memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan, sesuai dengan kondisi masing-masing perusahaan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:10), pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui :

1. Penerapan persyaratan dalam PSAK termasuk persyaratan pengungkapan.

2. Pemberian pedoman struktur laporan keuangan termasuk persyaratan minimum dari setiap komponen utama laporan, kebijakan akuntansi, dan catatan atas laporan keuangan.

3. Penetapan persyaratan praktis untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan materialitas, kelangsungan usaha, pemilihan kebijakan akuntansi dalam hal tidak ada pengaturan oleh PSAK, konsistensi, dan penyajian informasi komparatif.

Tujuan pernyataan ini, adalah untuk menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan, untuk tujuan umum agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan perusahaan periode sebelumnya, maupun dengan laporan keuangan perusahaan lain. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan transaksi, dan peristiwa tertentu diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait.

(21)

besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.” Laporan keuangan untuk tujuan umum termasuk juga laporan keuangan yang disajikan terpisah, atau yang disajikan dalam dokumen publik lainnya, seperti laporan tahunan atau prospektus. Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan, dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen, atas pengunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Pada umumnya, jenis laporan keuangan terdiri dari: 1. Laporan laba rugi

(22)

Gambar 2.1. Laporan Laba Rugi PT. X Tahun Berakhir 31 Desember 200A Pendapatan dari penjualan:

Penjualan xx

Dikurangi : Retur dan potongan penjualan xx

Diskon penjualan xx xx

Penjualan bersih xx

Harga pokok penjualan (xx)

Laba kotor xx

Beban Operasi:

Beban gaji xx

Beban iklan xx

Beban penyusutan peralatan toko xx Beban penjualan rupa-rupa xx

Total beban penjualan: xx

Beban administrasi:

Beban gaji kotor xx

Beban sewa xx

Beban penyusutan peralatan kantor xx

Beban asuransi xx

Beban perlengkapan xx

Beban administrasi rupa-rupa xx

Total beban administrasi xx

Total beban operasi (xx)

Laba dari operasi xx

Pendapatan dan beban lain-lain:

Pendapatan sewa xx

Beban bunga (xx) (xx)

Laba bersih xx

2. Laporan laba ditahan

(23)

usaha. Rugi, atau pos-pos debit lainnya menghasilkan saldo debit pada akun laba ditahan, maka saldo debit tersebut disebut defisit. Kinerja finansial suatu pusat tanggung jawab diukur dalam ruang lingkup laba yaitu selisih antara pendapatan, dan beban, maka pusat ini disebut sebagai pusat laba. Dengan adanya pusat laba, kualitas keputusan dapat meningkat, karena keputusan tersebut dibuat oleh para manajer yang paling dekat dengan titik keputusan.

Kecepatan dari pengambilan keputusan operasional dapat meningkat, karena tidak perlu mendapat persetujuan terlebih dahulu dari kantor pusat. Manajemen kantor pusat bebas dari pengambilan keputusan harian, sehingga dapat berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih luas. Dengan adanya pusat laba, maka manajer tunduk pada hanya sedikit batasan dari korporat, lebih bebas untuk menggunakan imajinasi, dan inisiatifnya. Pertambahan nilai kekayaan bersih karena laba kepada pemilik dalam bentuk dividen, dilaporkan dalam laporan laba ditahan.

(24)

harus dijelaskan asalnya, misalnya dividen likuidasi atau dividen pembagian modal disetor. Diantara wewenang yang didelegasikan oleh pemegang saham kepada dewan direksi adalah kuasa untuk mengendalikan kebijakan dividen. Apakah dividen dapat atau tidak dapat dibayar, serta sifat, dan jumlah dividen adalah hal-hal yang ditentukan oleh dewan direksi. Bentuk laporan laba ditahan seperti pada Gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2. Laporan Laba Ditahan PT. X Tahun Berakhir 31 Desember 200A

Laba Ditahan, awal tahun xxx

Laba Bersih xxx

Pembayaran Dividen (xxx) -

Laba ditahan, akhir tahun xxx

3. Neraca

(25)

Gambar 2.3. Neraca PT. X Tahun Berakhir 31 Desember 200ª

Aktiva Kewajiban dan Modal

Aktiva Lancar: Kewajiban Lancar:

Kas xxx Hutang Wesel xxx

Investasi Jangka Panjang xxx Kewajiban Jangka Panjang: Hutang Obligasi xxx

(26)

tanggal neraca. Sebagai akibatnya, pada tanggal neraca harga perolehan tidak mencerminkan keadaan yang sesungguhnya sehingga aktiva lancar, dan total aktiva akan dilaporkan lebih rendah dari harga perolehan yang tercatat pada tanggal neraca. Pada masa inflasi, metode FIFO akan menghasilkan laba kotor yang paling tinggi dibandingkan dengan metode lain. Bagi manajemen, hal ini merupakan sesuatu yang positif terhadap kinerja perusahaan, karena pihak luar akan mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan. Selain itu, jika bonus manajemen ditentukan atas dasar laba bersih, maka bonus akan diterima manajemen semakin tinggi. Namun demikian, ada pendapat lain bahwa pemakaian metode FIFO pada masa inflasi, akan menciptakan laba semu atau laba di atas kertas belaka.

Pada laporan laba rugi, kelebihan penggunaan metode FIFO adalah biasanya sesuai dengan arus biaya, sedangkan kekurangannya adalah dapat menyebabkan biaya lama dikaitkan dengan pendapatan saat ini. Kelebihan penggunaan metode LIFO adalah mengkaitkan biaya saat ini dengan pendapatan saat ini, dan mengeluarkan laba dan kerugian dari persediaan pada laba kotor, sedangkan kekurangannya adalah biasanya tidak sesuai dengan arus biaya, dan potensi likuidasi metode LIFO yang berarti bahwa biaya yang lama dari lapisan metode LIFO dapat ditarik ke harga pokok penjualan.

(27)

metode LIFO, dan secara substansial dapat lebih rendah jumlahnya dari pada biaya pergantian saat ini. Hal ini diimbangi dengan sebagian oleh pengungkapan tambahan.

B. Pengertian Rasio Keuangan

Menurut James C, Horne dan Wachowicz JR. (2005:200), rasio keuangan adalah “alat yang digunakan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja dari perusahaan.“ Rasio keuangan merupakan perangkat analisis laporan keuangan yang paling populer dan paling sering digunakan. Suatu rasio menunjukkan hubungan matematis antara suatu data keuangan dengan data keuangan lainnya. Rasio keuangan seperti halnya alat-alat analisis yang lain adalah orientasi masa depan. Oleh karena itu, penganalisis harus mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode waktu sekarang, dengan faktor-faktor di masa depan, yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan, atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan.

(28)

Sering terdapat pemikiran mengapa harus memikirkan rasio, dan mengapa tidak hanya melihat angka-angka langsung. Perusahaan menghitung rasio, karena dengan cara ini, perusahaan bisa mendapatkan perbandingan yang mungkin terbukti lebih berguna daripada angka-angka aslinya sendiri. Contohnya, anggaplah bahwa perusahaan memiliki angka laba bersih tahun ini sebesar $1 juta. Angka tersebut tampak cukup menguntungkan. Akan tetapi, bagaimana jika perusahaan tersebut memiliki dana sejumlah $200 juta yang diinvestasikan di total aktivanya? Jika perusahaan membagi laba bersih dengan total aktiva, perusahaan akan mendapat $1juta/$200 juta = 0.005, yaitu pengembalian atas total aset perusahaan. Angka 0.005, berarti bahwa setiap dolar aktiva yang diinvestasikan dalam perusahaan menghasilkan setengah persen pengembalian. Rekening tabungan akan memberikan pengembalian yang lebih baik daripada investasi ini, dan dengan risiko yang lebih rendah.

(29)

manajemen memerlukan seluruh aspek dari analisis keuangan. Manajemen harus mampu membayar hutang kepada kreditor jangka pendek maupun kreditor jangka panjang, termasuk kemampuan menghasilkan laba para pemegang saham.

C. Manfaat dan Tujuan Rasio Keuangan

Dalam menganalisis, dan menilai kondisi keuangan perusahaan serta prospek pertumbuhan labanya, ada beberapa teknik analisis yang dapat digunakan. Salah satu alternatif untuk mengetahui apakah informasi keuangan yang dihasilkan dapat bermanfaat untuk memprediksi pertumbuhan laba, termasuk kondisi keuangan di masa depan, adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan. Dengan rasio keuangan, memungkinkan investor menilai kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan saat ini dan masa lalu, serta sebagai pedoman bagi investor mengenai kinerja masa lalu dan masa mendatang yang dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan investasinya.

Menurut James C, Horne dan Wachowicz JR. (2005:202), manfaat dan tujuan rasio keuangan, adalah untuk:

1. Perbandingan internal.

2. Perbandingan eksternal dan sumber rasio industri.

(30)

keuangan diperlebar untuk beberapa periode tahun, analis dapat mempelajari komposisi perubahan, dan menentukan apakah terdapat kenaikan atau penurunan kondisi dan kinerja perusahaan selama waktu tersebut. Kita tidak terlalu banyak memperhatikan satu rasio dalam satu periode waktu, tetapi satu rasio untuk beberapa periode. Rasio keuangan juga dapat dihitung untuk laporan proyeksi, dan dibandingkan dengan rasio sekarang serta masa sebelumnya.

Dalam perbandingan eksternal dan sumber rasio industri, melibatkan perbandingan antara rasio suatu perusahaan dengan berbagai perusahaan lainnya, yang hampir sama atau dengan rata-rata industri pada suatu periode. Perbandingan semacam ini, memberikan pandangan ke dalam mengenai kondisi keuangan, dan kinerja relatif perusahaan. Cara ini juga membantu perusahaan mengidentifikasi penyimpangan signifikan apapun dari rata-rata industri manapun yang dapat digunakan.

D. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

(31)

satu arus bagian dari laporan laba rugi dengan arus bagian lain dari laporan laba rugi. Rasio laba rugi membandingkan arus (laporan laba rugi) di bagian angka yang dibagi dengan bagian saham (neraca) sebagai pembaginya.

Menurut Weston dan Copeland (2003:225), rasio-rasio keuangan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Rasio likuiditas, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo.

2. Rasio leverage, yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang.

3. Rasio aktivitas, yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dayanya.

4. Rasio profitabilitas, yang mengukur efektivitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan.

Untuk mempermudah penjelasan, dan pemahaman jenis-jenis rasio, maka penulis akan membuat suatu contoh. Misalnya Walker-Wilson Company, merupakan perusahaan pembuatan mesin peralatan khusus yang digunakan di bidang usaha reparasi mobil.

Berikut ini akan ditampilkan neraca Walker-Wilson Company, tahun 2007 dan 2008 (dalam satuan ribuan dollar), seperti pada Gambar 2.4 berikut:

(32)

Peralatan dan mesin-mesin, bersih 1.210 1.300

Total aset $2.042 $2.000

Kewajiban dan Modal

Hutang dagang $ 87 $ 60

Berikut ini akan ditampilkan laporan laba rugi Walker-Wilson Company, untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2008, seperti pada Gambar 2.5 berikut:

Gambar 2.5. Laporan Laba Rugi Walker-Wilson Company Tahun Berakhir 31 Desember 2008

Penjualan bersih $3.000.000

Harga pokok penjualan 2.555.000

Laba kotor $ 445.000

Dikurangi beban operasi

Beban penjualan $22.000

Beban umum dan administrasi 40.000 Pembayaran sewa gedung kantor 28.000

90.000

Bunga wesel bayar $10.000

(33)

Bunga debentures 20.000 70.000

Laba sebelum pajak $ 200.000

Pajak penghasilan 80.000

Laba bersih sesudah pajak penghasilan yang tersedia

bagi pemegang saham biasa $ 120.000

Laba per saham $ 0.60

Berikut ini akan dibahas masing-masing pemanfaatan rasio keuangan berdasarkan contoh laporan keuangan Walker-Wilson Company.

Rasio Likuiditas

Pada umumnya, perhatian pertama dari analis keuangan adalah likuditas, dengan menganalisis kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Total hutang Walker-Wilson Company adalah $300.000 yang harus dibayar pada tahun yang akan datang. Dapatkah kewajiban ini dipenuhi oleh perusahaan? Rasio likuditas mengkaitkan uang tunai (kas), dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar perusahaan, dapat memberikan ukuran likuiditas yang cepat, dan mudah digunakan.

Menurut Weston dan Copeland (2003:226), terdapat beberapa rasio likuditas yang umum digunakan, yaitu:

1. Rasio lancar. 2. Rasio cepat.

(34)

tahun, pajak penghasilan yang terhutang, dan beban-beban lain yang terhutang (terutama gaji dan upah). Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. Oleh karena itu, rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai, dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang. Rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya uang kas yang berlebihan dibandingkan dengan tingkat kebutuhan, atau adanya unsur aktiva lancar yang tidak digunakan secara efektif.

Perhitungan rasio lancar untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut:

Current Asets Current Liabilities $700.000

$300.000 Current ratio = 2.3 kali

Rasio lancar yang dihitung sedikit berada di bawah rata-rata industri, yaitu 2.5 kali. Akan tetapi, tidak terlalu rendah untuk dipermasalahkan. Angka tersebut menunjukkan bahwa Walker-Wilson Company berada pada lini yang umum, dari perusahaan-perusahaan lainnya untuk bidang bisnis tertentu. Dengan rasio lancar 2.3 kali, Walker-Wilson Company dapat mencairkan aktiva lancarnya hanya 43% dari nilai bukunya, dan masih tetap mampu memenuhi seluruh kewajiban lancarnya. Nilai 43% diperoleh dari perhitungan:

=

= Current ratio

(35)

Current ratio = 2.3 kali, berarti

Rasio cepat dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar, dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang paling tidak likuid, dan unsur aktiva tersebut sering kali merupakan ukuran kerugian, jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, rasio cepat merupakan ukuran penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tanpa memperhitungkan penjualan persediaan. Apabila rasio lancar suatu perusahaan tinggi, tetapi rasio cepatnya rendah, maka hal itu menunjukkan perusahaan memiliki investasi persediaan yang sangat besar di perusahaan.

Perhitungan rasio cepat untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut:

Current Asets - Inventory Current Liabilities $700.000 - $300.000 $300.000 Acid ratio = 1.3 kali

Rata-rata industri untuk rasio cepat adalah 1 kali, sehingga rasio untuk Walker-Wilson Company tergolong baik, dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. Dengan demikian, perusahaan dapat mengetahui jika surat berharga dapat dijual pada nilai nominalnya, dan jika dapat menagih piutang, maka perusahaan dapat membayar kewajibannya tanpa menjual persediaan.

Rasio Leverage

=

= Acid ratio

(36)

Rasio leverage yang mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan, mengandung berbagai implikasi, yaitu para kreditor akan melihat modal sendiri perusahaan, atau dana yang disediakan pemilik untuk menentukan besarnya marjin pengaman. Jika pemilik hanya menyediakan sebagian kecil dari seluruh pembiayaan, maka resiko perusahaan ditanggung, terutama oleh para kreditor. Selain itu, dengan mencari dana yang berasal dari hutang, pemilik memperoleh manfaat mempertahankan kendali perusahaan, dengan investasi yang terbatas.

Jika perusahaan memperoleh laba yang besar dari dana yang dipinjam, daripada yang harus dibayar sebagai bunga, maka hasil pengembalian (return) kepada para pemilik akan meningkat. Sebagai contoh, jika hasil pengembalian atas aktiva adalah 10%, dan hutang hanya menelan biaya 8%, maka terdapat selisih 2% yang menjadi hak para pemegang saham. Akan tetapi, leverage bisa bergeser ke dua arah, misalnya jika hasil pengembalian atas aktiva jatuh menjadi 3%, maka selisih antara angka tersebut dengan biaya hutang harus ditutup dari bagian laba yang diperoleh dari modal sendiri. Pada kasus pertama, dimana aktiva memberikan pengembalian hasil lebih daripada biaya hutang, maka leverage lebih menguntungkan. Pada kasus kedua, leverage akan merugikan.

(37)

tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi. Prospek hasil pengembalian yang tinggi memang diinginkan, tetapi para investor umumnya menolak untuk menerima resiko yang terlalu riskan. Keputusan untuk menggunakan

leverage, harus menyeimbangkan hasil pengembalian yang lebih tinggi terhadap

peningkatan resiko.

Dalam prakteknya, ada 2 cara pendekatan leverage. Pendekatan yang pertama adalah memeriksa rasio-rasio neraca, dan menentukan sejauh mana yang dipinjam digunakan untuk membiayai perusahaan. Pendekatan yang lain, mengukur laba terhadap beban bunga. Kedua pendekatan tersebut sebenarnya saling melengkapi, dan para analis biasanya menilai keduanya.

Menurut Weston dan Copeland (2003:228), terdapat beberapa rasio leverage yang umum digunakan, yaitu:

1. Total hutang terhadap total aktiva. 2. Laba terhadap beban bunga.

Rasio total hutang terhadap total aktiva, biasanya disebut dengan rasio hutang, yang mengukur persentase total dana yang disediakan para kreditor. Yang termasuk hutang adalah kewajiban lancar, dan semua obligasi (hutang jangka panjang). Para kreditor lebih menyukai rasio hutang yang moderat. Semakin rendah rasio ini, akan ada semacam perisai, sehingga kerugian yang diderita oleh kreditor semakin kecil, jika terjadi likuidasi. Pemilik lebih menyukai rasio hutang yang tinggi, karena

(38)

menerbitkan saham baru, berarti melepaskan sejumlah kendali perusahaan. Jika rasio hutang terlalu tinggi, maka ada bahaya kurangnya tanggung jawab pemilik.

Perhitungan rasio hutang untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut:

Total Liabilities Total Asets $1.000.000 $2.000.000 Debt ratio = 50%

Total hutang sebesar $1.000.000, diperoleh dari penambahan jumlah kewajiban lancar, obligasi hipotik, dan debentures. Rasio hutang Walker-Wilson Company adalah 50%, yang berarti bahwa para kreditor telah menyediakan setengah dari jumlah pembiayaan perusahaan. Oleh karena rasio hutang rata-rata untuk industri adalah 33%, maka Walker-Wilson Company bisa mengalami kesulitan memperoleh dana pinjaman tambahan, sebelum meningkatnya modal sendiri. Para kreditor akan menolak meminjamkan uang lebih banyak, dan mungkin perusahaan akan lebih berat bebannya, jika perusahaan mencoba meningkatkan rasio hutang dengan cara meminjam.

Rasio laba terhadap beban bunga, disebut juga rasio penutupan, yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini mengukur sejauh mana laba perusahaan boleh menurun tanpa mempengaruhi keuangan perusahaan, karena tidak mampu membayar beban bunga tahunan. Kegagalan dalam pemenuhan kewajiban ini, berakibat dituntutnya kreditor ke

=

= Debt ratio

(39)

pengadilan, yang bisa mengakibatkan kepailitan. Perhatikan bahwa laba sebelum pajak digunakan sebagai pembilang. Oleh karena pajak penghasilan dihitung setelah dikurangi beban bunga, kemampuan untuk membayar bunga saat ini tidak dipengaruhi oleh pajak penghasilan.

Perhitungan rasio penutupan untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut:

Earning Before Interest and Tax Annual Interest Payment $270.000

$70.000 Times interest earned = 3.9 kali

Beban bunga Walker-Wilson Company terdiri dari 3 pembayaran, yaitu beban wesel bayar, bunga hipotik pertama, dan bunga debentures, yang berjumlah $70.000. Laba sebelum bunga dan pajak perusahaan yang tersedia untuk memenuhi beban bunga adalah 3.9 kali. Karena rata-rata industri adalah 8 kali, berarti perusahaan memiliki kemampuan menutup bunga dengan marjin pengaman yang minimum, dan memperoleh penilaian yang kurang baik. Rasio tersebut memperkuat kesimpulan yang didasarkan pada rasio hutang, bahwa tampaknya perusahaan menghadapi kesulitan, jika hendak mencoba untuk meminjam tambahan dana.

Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas, mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktiva ini, melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva.

= Times interest earned

(40)

Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat suatu keseimbangan yang layak antara penjualan dengan berbagai unsur aktiva, yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap, dan aktiva lain sebagainya.

Menurut Weston dan Copeland (2003:230), terdapat beberapa rasio aktivitas yang umum digunakan, yaitu:

1. Perputaran persediaan. 2. Periode penagihan rata-rata. 3. Perputaran aktiva tetap. 4. Perputaran total aktiva.

Perputaran persediaan, digunakan untuk mengukur kecepatan perusahaan dalam mengevaluasi usia persediaannya, yang diukur dengan nilai penjualan dibagi dengan persediaan. Perhitungan perputaran persediaan untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut:

Sales Inventory $3.000.000 $ 300.000 Inventory turnover = 10 kali

Perputaran persediaan Walker-Wilson Company 10 kali, yang berarti lebih baik daripada rata-rata industri, yaitu 9 kali. Hal ini berarti perusahaan tidak menyimpan persediaan secara berlebihan, dimana persediaan yang berlebihan sudah tentu merupakan harta yang tidak produktif, dan merupakan investasi dengan hasil pengembalian yang rendah atau nol.

= Inventory turnover

(41)

Periode penagihan rata-rata, mengukur perputaran piutang, yang dihitung dalam 2 tahap, yaitu penjualan tahunan dibagi dengan 360 hari, untuk mendapatkan penjualan harian rata-rata, dan piutang dibagi dengan penjualan harian rata-rata, untuk memperoleh jumlah hari dimana penjualan terikat pada piutang.

Perhitungan periode penagihan rata-rata untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut:

Sales

Jumlah hari tersebut merupakan periode penagihan rata-rata. Oleh karena merupakan lamanya waktu rata-rata, bagi perusahaan harus menunggu menerima pembayaran setelah terjadi penjualan. Perhitungan Walker-Wilson Company menunjukkan periode penagihan rata-rata adalah 24 hari, sedikit di atas rata-rata industri 20 hari. Perputaran aktiva tetap, digunakan untuk mengukur perputaran dari alat-alat dan mesin pabrik. Perhitungan perputaran aktiva tetap untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut:

(42)

Total Net Asets $3.000.000

$1.300.000

Fixed asets turnover = 2.3 kali

Perputaran aktiva tetap untuk Walker-Wilson Company sebesar 2.3 kali, dinilai kurang baik jika dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 5 kali, yang menunjukkan bahwa perusahaan tidak menggunakan aktiva tetapnya pada kapasitas setinggi kapasitas yang digunakan perusahaan lain, di industri yang sama.

Perputaran total aktiva, digunakan untuk mengukur perputaran dari seluruh aktiva perusahaan, dan dihitung dari penjualan dibagi dengan jumlah aktiva. Perhitungan perputaran total aktiva untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut:

(43)

Profitabilitas (kemampuan laba), merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan, dan keputusan. Rasio yang terdahulu menyajikan beberapa hal yang menarik tentang cara-cara perusahaan beroperasi, tetapi rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan.

Menurut Weston dan Copeland (2003:233), terdapat beberapa rasio profitabilitas yang umum digunakan, yaitu:

1. Marjin laba atas penjualan.

2. Hasil pengembalian atas total aset. 3. Hasil pengembalian atas ekuitas.

Marjin laba atas penjualan, dihitung dari laba bersih sesudah pajak dibagi dengan penjualan. Perhitungan marjin laba atas penjualan untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut:

Net Profit after Tax Sales

$ 120.000

$3.000.000

Profit margin on sales = 4%

Marjin laba untuk Walker-Wilson Company berada di bawah rata-rata industri, yaitu 5%. Hal ini menunjukkan bahwa harga penjualan relatif lebih rendah, atau biaya-biaya perusahaan relatif lebih tinggi, atau keduanya.

Hasil pengembalian atas total aset, digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber daya, yang kadang-kadang disebut

= Profit margin on sales

(44)

dengan hasil pengembalian atas investasi. Perhitungan hasil pengembalian atas total aset untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut:

Net Profit after Tax Total Asets

$ 120.000 $2.000.000 Return on asets = 6%

Hasil pengembalian atas total aset untuk Walker-Wilson Company adalah 6%, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 11.4%. Hasil yang rendah ini berasal dari rendahnya marjin laba terhadap penjualan (4% dibandingkan dengan rata-rata industri 5%), dan rendahnya perputaran aktiva (1.5 kali dibandingkan dengan rata-rata industri 2 kali).

Hasil pengembalian atas ekuitas, yaitu rasio laba bersih sesudah pajak terhadap modal, mengukur tingkat hasil pengembalian dari investasi para pemegang saham. Perhitungan hasil pengembalian atas ekuitas untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut:

Net Income Stackholders Equity

$ 120.000 $1.000.000 Net worth = 12%

Hasil pengembalian atas ekuitas untuk Walker-Wilson Company adalah 12%, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 15%.

(45)

E. Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba

Karena tidak seorangpun yang dapat mengetahui secara pasti berapakah hasil operasi dan keuangan dari suatu perusahaan di masa depan, dan banyaknya unsur ketidakpastian di masa depan, banyak penekanan, dan evaluasi pada prestasi masa lalu, dan masa kini sebagai indikator untuk masa depan, maka salah satu pendekatan yang menarik adalah memprediksi apakah suatu perusahaan akan mengalami kegagalan atau kesuksesan.

Prediksi atas laporan keuangan perusahaan merupakan informasi yang memberikan indikasi atas prospek hasil usaha, dan keadaan keuangan di masa mendatang. Selain itu prediksi akan lebih mudah dibaca oleh investor, dibandingkan dengan laporan keuangan yang biasanya hanya bisa dibaca oleh akuntan. Prediksi, atau ramalan adalah salah satu aspek sebelum perencanaan, dan berguna untuk mengurangi ketidakpastian. Prediksi sangatlah penting bagi lingkungan dunia usaha, dimana sangat banyak unsur ketidakpastian, serta banyaknya unsur yang terlibat seperti stockholder, Pemerintah, dan lainnya.

(46)

Secara umum, jenis-jenis rasio keuangan yang dapat dimanfaatkan dalam memprediksi pertumbuhan laba yang akan datang, apakah terjadi kenaikan atau penurunan, yaitu:

1. Rasio lancar, yang dapat digunakan dalam menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek dari aktiva lancarnya. Rasio ini dihitung dengan cara membagi aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek. Rasio ini disebut juga dengan rasio modal kerja, yang menunjukkan jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk merespon kebutuhan-kebutuhan bisnis, dan meneruskan kegiatan bisnis lainnya. Rasio yang rendah, menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi. Manfaat rasio ini dalam memprediksi pertumbuhan laba, adalah semakin tinggi nilai rasio ini, maka laba bersih yang dihasilkan semakin sedikit, karena rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar. Kelebihan aktiva lancar ini menunjukkan adanya hubungan yang posisi terhadap profitabilitas perusahaan, dengan asumsi aktiva lancar yang dimiliki perusahaan tidak tertanam terlalu besar pada pos persediaan dan piutang dagang. 2. Rasio hutang, yang dapat digunakan untuk mengukur persentase total dana yang

disediakan para kreditor. Manfaat rasio ini dalam memprediksi pertumbuhan laba, adalah semakin tinggi rasio ini, mencerminkan perusahaan akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana pinjaman tambahan, sebelum meningkatnya modal sendiri. Dengan demikian, akan memperkecil perolehan laba perusahaan. 3. Perputaran total aktiva, yang dapat digunakan untuk mengukur perputaran dari

(47)

laba, adalah jika perusahaan menyimpan aktiva yang tidak produktif, maka merupakan suatu beban yang harus ditanggung perusahaan, dan menggangu pertumbuhan laba pada perusahaan.

4. Rasio laba terhadap beban bunga, yang dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana laba perusahaan boleh menurun, tanpa mempengaruhi keuangan perusahaan, karena tidak mampu membayar beban bunga tahunan. Manfaat rasio ini dalam memprediksi pertumbuhan laba, adalah jika laba sebelum bunga, dan pajak perusahaan lebih tinggi dari beban bunga, maka perusahaan memiliki kemampuan menutup bunga, dengan marjin pengaman yang maksimal, sehingga pertumbuhan laba pada perusahaan dapat lebih optimal.

5. Rasio marjin laba atas penjualan, yang dapat digunakan untuk menunjukkan harga penjualan, dan biaya perusahaan, apakah relatif rendah atau tinggi. Manfaat rasio ini dalam memprediksi pertumbuhan laba, adalah semakin tinggi nilai rasio ini, menunjukkan harga penjualan dan biaya yang telah sesuai, sehingga perolehan laba dapat optimal. Sebaliknya, jika semakin rendah nilai rasio ini, menunjukkan harga penjualan relatif lebih rendah, atau biaya-biaya perusahaan relatif lebih tinggi, atau keduanya.

(48)
(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Waktu Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif (dalam bentuk studi kasus), dengan cara menyusun dan mengklasifikasikan data yang diperoleh dari perusahaan kemudian diinterprestasikan dan dianalisis sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti.

Jadwal penelitian dilakukan pada bulan Februari 2009 seperti pada Tabel 3.1. berikut:

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian Tahapan

(50)

Sumber dan jenis data yang digunakan, adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan, dan data tersebut sudah diolah seperti sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, dan laporan keuangan konsolidasi perusahaan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses penelitian dan penulisan skripsi, penulis menggunakan teknik dokumentasi, yaitu dengan mengambil data perusahaan untuk diamati, seperti laporan laba rugi, dan neraca perusahaan dari tahun 2006 sampai 2007.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Adapun variabel penelitian yang diperlukan dan definisi operasionalnya yaitu: 1. Rasio keuangan

Merupakan alat yang digunakan analis keuangan untuk menilai kondisi dan kinerja perusahaan.

2. Pertumbuhan laba

Merupakan perkembangan perusahaan ke arah yang lebih baik dalam meningkatkan prestasi kerja perusahaan.

E. Metode Analisis Data

(51)
(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

Data penelitian yang dilakukan meliputi gambaran umum perusahaan, dan laporan keuangan konsolidasi.

1. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk., yang selanjutnya disebut Telkom atau Perseroan, merupakan perusahaan informasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap yang terbesar di Indonesia.

Telkom menyediakan jasa telepon tetap kabel, jasa telepon tetap nirkabel, jasa telepon bergerak, data dan internet serta jasa multimedia lainnya dan network & interkoneksi, baik secara langsung maupun melalui perusahaan asosiasi.

(53)

besar dari layanan ini dialihkan kepada perusahaan milik negara. Pemerintah memisahkan layanan pos, dan telekomunikasi pada tahun 1965 ke dalam perusahaan milik negara, yaitu PN Pos, Giro dan PN Telekomunikasi.

Pada tahun 1991, status Perumtel berubah menjadi perseroan terbatas milik negara, dengan nama Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, yang lebih dikenal dengan nama TELKOM. Sebelum tahun 1995, operasi bisnis TELKOM dibagi ke dalam duabelas wilayah operasi, yang dikenal sebagai “Witel”. Setiap Witel memiliki struktur manajemen yang bertanggung jawab atas seluruh aspek bisnis di wilayahnya masing-masing, mulai dari penyedia layanan telepon hingga manajemen dan keamanan properti.

Pada tahun 1995, duabelas Witel TELKOM diubah menjadi tujuh divisi regional (Divisi I Sumatera; Divisi II Jakarta, dan sekitarnya; Divisi III Jawa Barat; Divisi IV Jawa Tengah dan Di Yogyakarta; Divisi V Jawa Timur; Divisi VI Kalimantan; dan Divisi VII Indonesia bagian Timur), serta satu Divisi Network.

(54)

kompensasi yang besarnya telah disepakati. Pendapatan dari KSO akan dibagi antara TELKOM, dan mitra KSO.

Pada tahun 1999, Pemerintah mengeluarkan Undang-undang Telekomunikasi No. 36 (“Undang-Undang Telekomunikasi”), yang berlaku efektif pada bulan September 2000. Undang-Undang tersebut, merupakan pedoman yang mengatur reformasi industri telekomunikasi, termasuk liberalisasi industri, memfasilitasi masuknya pemain baru, dan menumbuhkan persaingan usaha yang sehat. Sebelum Undang-Undang tersebut dikeluarkan, TELKOM dan Indosat merupakan pemilik bersama dari sebagian besar perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Reformasi yang dilakukan Pemerintah, menghapus kepemilikan bersama tersebut untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang kompetitif. Hasilnya, pada tahun 2001, TELKOM mengakuisisi 35% saham Indosat di Telkomsel, yang menjadikan total saham TELKOM di Telkomsel menjadi sebesar 77.7%. Sementara Indosat mengambil alih 22.5% saham TELKOM di Satelindo, dan 37.7% saham TELKOM di Lintasarta. Pada tahun 2002, TELKOM menjual 12.7% sahamnya di Telkomsel kepada Singapore Telecom Mobile Pte Ltd (“SingTel Mobile”), sehingga kepemilikan saham TELKOM di Telkomsel berkurang menjadi 65%.

(55)

langsung jarak jauh berakhir masing-masing pada bulan Agustus 2002 dan Agustus 2003. Pada tanggal 7 Juni 2004, TELKOM meluncurkan layanan SLI.

Pada akhir September 2005, TELKOM menjadi pemegang saham mayoritas di sembilan anak perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), yang memiliki pangsa pasar terbesar dalam industri selular di Indonesia dengan margin sebesar 72%, merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Telkom mencatatkan sahamnya di bursa efek dalam dan luar negeri yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan New York Exchange (NYSE). Kepemilikan saham TELKOM saat ini dimiliki oleh pemerintah RI sebesar 51,19%, dan oleh publik 48,81%. Sebagian dimiliki oleh investor asing sebesar 45,58% dan sisanya oleh investor lokal sebesar 3,23%, dengan kapitalisasi pasar untuk TELKOM saat ini, berkisar 15% dari total kapitalisasi pasar di BEJ.

Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)

Sebagai perusahaan yang tercatat di bursa lokal dan luar negeri, TELKOM berkomitmen penuh mengembangkan, dan menerapkan kebijakan, serta praktek tata kelola perusahaan yang sesuai dengan standar pasar modal dunia. TELKOM menyadari pentingnya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) sebagai alat untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan akuntabilitas kepada publik.

(56)

dan reformasi tata kelola perusahaan berstandar AS. Isinya antara lain mewajibkan perusahaan yang tercatat di bursa AS untuk mentaati sejumlah persyaratan yang ada, guna menjamin adanya kepastian lebih besar terhadap integritas sebuah laporan keuangan.

Visi & Misi

Visi PT Telkom adalah berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan

InfoCom terkemuka di kawasan Asi Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke kawasan

Asia Pasifik. Misi PT Telkom memberikan layanan “One Stop InfoCom”, dengan jaminan bahwa pelanggan akan mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, produk, dan jaringan berkualitas dengan harga kompetitif.

Tim Manajemen 1. Komisaris :

1. Komisaris Utama : Tanri Abeng, MBA.

2. Komisaris : Anggito Abimanyu, P.hD.

3. Komisaris : Gatot Trihargo

4. Komisaris Independen : P. Sartono

5. Komisaris Independen : Arif Arryman

2. Direksi :

1. Direktur Utama/CEO : Rinaldi Firmansyah

2. Direktur Keuangan : Sudiro Hasno

3. Direktur Sumber Daya Manusia : Faisal Syam

(57)

5. Direktur Konsumer : Ermady Dahlan 6. Direktur Enterprise & Wholesale : Arief Yahya 7. Direktur Complience & Risk Management : Prasetio 8. Direktur Information & Teknologi : Indra Utoyo

b. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan kerangka dan susunan perwujudan pola hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, dan orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu perusahaan. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan kerja.

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk menggunakan struktur organisasi lini/komando, dimana bentuk struktur organisasi tersebut seperti pada Gambar 4.1 berikut:

(58)

Sumber: PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, 2009

Dewan Komisaris

Dalam melaksanakan tugasnya, dewan komisaris dibantu oleh sejumlah komite. Dewan komisaris perusahan terdiri atas komisaris termasuk presiden komisaris, komisaris independent yang dipilih mengikuti peraturan Bapepam.

Tanggung jawab dewan komisaris, yaitu:

1. Melakukan supervisi terhadap kebijakan dan arah perusahaan yang diambil oleh dewan direksi dalam pengelolaan perusahaan

2. Memberikan nasehat kepada direksi tentang pengembangan perusahaan, anggaran tahunan, rencana bisnis, dan kebijakan dalam klausal asosiasi perusahaan

3. Membuat persetujuan terhadap laporan keuangan perusahaan dan laporan tahunan yang dipersiapkan direksi

Dewan Direksi

Dalam melaksanakan tugasnya, para direksi dibantu oleh sejumlah komite eksekutif. Tanggung jawab dewan direksi, yaitu:

1. Membuat kebijakan perusahaan dan strategi bisnis.

(59)

3. Memformulasikan kebijakan, mengembangkan rencana, eksekusi bisnis, dan melakukan pengawasan administratif di setiap area.

2. Laporan Keuangan Konsolidasi

Laporan keuangan perusahaan yang dibahas, meliputi laporan laba rugi konsolidasi, dan neraca konsolidasi tahun 2006, dan 2007. Laporan laba rugi konsolidasi perusahaan seperti pada Gambar 4.2. berikut:

Gambar 4.2. Laporan Laba Rugi Konsolidasi Tahun Yang Berakhir 31 Desember

(60)
(61)

Sumber: PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

(62)

Sumber: PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

B. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Jenis-jenis rasio keuangan yang digunakan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan, yaitu rasio keuangan yang dibahas meliputi rasio hutang, rasio perputaran total aset, rasio laba terhadap beban bunga, rasio marjin laba atas penjualan, rasio hasil pengembalian atas total aset, dan rasio pengembalian atas modal. Hal ini disebabkan rasio-rasio keuangan ini, dapat dimanfaatkan untuk memprediksi pertumbuhan laba perusahaan.

C. Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba

Sebelum dilakukan analisis, maka perlu dijelaskan bahwa dalam perhitungan rasio keuangan ini, menggunakan satuan miliaran rupiah. Berikut ini akan digunakan masing-masing rasio keuangan yang dibahas untuk memprediksi pertumbuhan laba. Rasio hutang

(63)

Total Hutang Total Aktiva Rp. 38.880 Rp. 75.136 Rasio Hutang = 0.5 (50%)

Perhitungan rasio hutang perusahaan pada akhir tahun 2007, adalah sebagai berikut:

Total hutang diperoleh dari jumlah kewajiban perusahaan. Rasio hutang perusahaan pada akhir tahun 2006, dan 2007 adalah 50%, yang berarti bahwa para kreditor telah menyediakan setengah dari jumlah pembiayaan perusahaan. Oleh karena rasio hutang rata-rata untuk industri adalah 33%, maka perusahaan bisa mengalami kesulitan memperoleh dana pinjaman tambahan, sebelum meningkatnya modal sendiri.

Rasio perputaran total aset

Rasio perputaran total aset dapat digunakan untuk mengukur perputaran dari seluruh aset perusahaan. Perhitungan rasio perputaran total aset perusahaan pada akhir tahun 2006, adalah sebagai berikut:

Penjualan Rasio Perputaran Total Aset

Rasio Hutang Rasio Hutang

(64)

Rp. 75.136 Rasio Perputaran Total Aset = 0.7 kali

Perhitungan rasio perputaran total aset perusahaan pada akhir tahun 2007, adalah sebagai berikut:

Hal ini dapat dilihat dari nilai penjualan dalam laporan keuangan perusahaan. Total aktiva diambil dari jumlah aktiva di neraca perusahaan. Perputaran total aset perusahaan pada akhir tahun 2006, dan 2007 adalah sama, yaitu sebesar 0.7 kali, sangat rendah dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 2 kali. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu menciptakan volume bisnis yang cukup, untuk ukuran investasi aktiva yang dimilikinya. Penjualan sebaiknya ditingkatkan, atau beberapa aktiva yang tidak berguna dijual, atau perusahaan harus menjalankan keduanya.

Rasio laba terhadap beban bunga

Rasio laba terhadap beban bunga (rasio penutupan) dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana laba perusahaan boleh menurun, tanpa mempengaruhi keuangan perusahaan, karena tidak mampu membayar beban bunga tahunan.

= = Rasio Perputaran Total Aset

(65)

Perhitungan rasio laba terhadap beban bunga perusahaan pada akhir tahun 2006, adalah sebagai berikut:

Laba Sebelum Bunga dan Pajak Beban Bunga

Rp. 20.707 Rp. 1.286 Rasio Laba Terhadap Beban Bunga = 16 kali

Oleh karena di laporan laba rugi perusahaan, laba sebelum pajak sudah meliputi pengurangan beban bunga, maka laba sebelum pajak pada akhir tahun 2006 sebesar Rp. 21.933, harus dikurangi dengan beban bunga sebesar Rp. 1.286, sehingga diperoleh laba sebelum bunga dan pajak sebesar Rp. 20.707. Laba sebelum bunga dan pajak perusahaan yang tersedia untuk memenuhi beban bunga adalah 16 kali, lebih tinggi dari nilai rata-rata industri, yaitu 8 kali, berarti perusahaan memiliki kemampuan menutup bunga dengan marjin pengaman yang maksimal.

Perhitungan rasio laba terhadap beban bunga perusahaan pada akhir tahun 2007, adalah sebagai berikut:

Laba Sebelum Bunga dan Pajak Beban Bunga

Rp. 24.160 Rp. 1.436 Rasio Laba Terhadap Beban Bunga = 17 kali

Oleh karena di laporan laba rugi perusahaan, laba sebelum pajak sudah meliputi pengurangan beban bunga, maka laba sebelum pajak pada akhir tahun 2007 sebesar Rp. 25.596, harus dikurangi dengan beban bunga sebesar Rp. 1.436, sehingga

=

= = Rasio Laba Terhadap Beban Bunga

= Rasio Laba Terhadap Beban Bunga

Rasio Laba Terhadap Beban Bunga

(66)

diperoleh laba sebelum bunga dan pajak sebesar Rp. 24.160. Laba sebelum bunga dan pajak perusahaan yang tersedia untuk memenuhi beban bunga adalah 17 kali, lebih tinggi dari laba sebelum bunga dan pajak akhir tahun 2006, dan nilai rata-rata industri, yaitu 8 kali, yang berarti lebih membaiknya kemampuan perusahaan dalam menutup bunga dengan marjin pengaman yang lebih maksimal.

Rasio marjin laba atas penjualan

Rasio marjin laba atas penjualan dapat digunakan untuk mengukur jumlah laba bersih yang diperoleh perusahaan dari penjualan. Oleh karena penjualan perusahaan tergolong penjualan jasa, maka nilai penjualan diambil dari jumlah pendapatan usaha di neraca perusahaan.

Perhitungan rasio marjin laba atas penjualan perusahaan pada akhir tahun 2006, adalah sebagai berikut:

Laba Bersih

Penjualan

Rp. 11.005 Rp. 51.294 Rasio Marjin Laba Atas Penjualan = 20%

Perhitungan rasio marjin laba atas penjualan perusahaan pada akhir tahun 2007, adalah sebagai berikut:

Laba Bersih Rasio Marjin Laba Atas Penjualan

= Rasio Marjin Laba Atas Penjualan

Rasio Marjin Laba Atas Penjualan

(67)

Marjin laba perusahaan pada akhir tahun 2006, dan 2007 adalah 20%, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 5%. Hal ini menunjukkan bahwa penjualan perusahaan telah baik.

Rasio hasil pengembalian atas total aset

Rasio hasil pengembalian atas total aset dapat digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber daya. Perhitungan rasio hasil pengembalian atas total aset perusahaan pada akhir tahun 2006, adalah sebagai berikut:

Hasil pengembalian atas total aset perusahaan pada akhir tahun 2006, adalah 15%, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 11.4%. Hasil yang tinggi ini, berasal dari tingginya marjin laba terhadap penjualan (20% dibandingkan dengan rata-rata industri 5%).

Perhitungan rasio hasil pengembalian atas total aset perusahaan pada akhir tahun 2007, adalah sebagai berikut:

Laba Bersih Setelah Pajak Rasio Hasil Pengembalian Atas Total Aset

= Rasio Hasil Pengembalian Atas Total Aset

Rasio Hasil Pengembalian Atas Total Aset

(68)

Rasio Hasil Pengembalian Atas Total Aset = 16%

Hasil pengembalian atas total aset perusahaan pada akhir tahun 2007, adalah 16%, lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pengembalian atas total aset perusahaan pada akhir tahun 2006, dan rata-rata industri. Dari hasil pengembalian atas total aset tersebut, mencerminkan bahwa semakin tinggi pengembalian atas total aktiva yang dimiliki perusahaan.

Rasio hasil pengembalian atas ekuitas

Rasio hasil pengembalian atas ekuitas dapat digunakan untuk mengukur tingkat hasil pengembalian dari investasi para pemegang saham. Perhitungan rasio cakupan perusahaan pada akhir tahun 2006, adalah sebagai berikut:

Laba Bersih

Modal

Rp. 11.005

Rp. 5.040

Rasio Hasil Pengembalian Atas Ekuitas = 2.2%

Hasil pengembalian atas ekuitas perusahaan pada akhir tahun 2006, adalah 2.2%, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 15%.

Perhitungan rasio hasil pengembalian atas ekuitas perusahaan pada akhir tahun 2007, adalah sebagai berikut:

Laba Bersih Rasio Hasil Pengembalian Atas Ekuitas

Rasio Hasil Pengembalian Atas Ekuitas

= = Rasio Hasil Pengembalian Atas Ekuitas

(69)

Hasil pengembalian atas ekuitas perusahaan pada akhir tahun 2007, adalah 2.6%, lebih tinggi dibandingkan dengan pengembalian atas ekuitas perusahaan pada akhir tahun 2006, tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 15%.

Berikut ini, akan ditampilkan perbandingan antara hasil perolehan nilai rasio perusahaan, dengan nilai rata-rata industri, seperti pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1.

Perbandingan Perolehan Nilai Rasio Perusahaan dengan Rata-Rata Industri

Jenis-Jenis Rasio 2006 2007 Rata-Rata Industri

Rasio Hutang 50% 50% 33%

Rasio Perputaran Total Aset 0.7 kali 0.7 kali 1.5 kali

Rasio Laba terhadap Beban Bunga 16 kali 17 kali 8 kali

Rasio Marjin Laba Atas Penjualan 20% 20% 5%

Rasio Hasil Pengembalian Atas Total Aset 15% 16% 11.4%

Rasio Hasil Pengembalian Atas Ekuitas 2.2% 2.6% 15%

Sumber: Olahan penulis

Dari perbandingan perolehan nilai rasio perusahaan dari tahun 2006-2007, dengan nilai rata-rata industri, maka dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut:

1. Hasil perhitungan rasio hutang.

(70)

didasari oleh hasil perhitungan rasio hutang pada tahun 2006, dan 2007, dimana nilai rasio hutang perusahaan adalah sebesar 50%, yang dapat diartikan bahwa para kreditor telah menyediakan setengah dari jumlah pembiayaan perusahaan. Hal ini mendukung pernyataan, bahwa perusahaan akan mengalami kesulitan dalam pinjaman dana tambahan. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan rasio hutang, dapat diprediksikan bahwa perolehan laba pada tahun yang akan datang, hampir sama dengan perolehan laba pada tahun 2007, dalam arti tidak terjadi pertumbuhan laba yang signifikan.

2. Hasil perhitungan rasio perputaran total aset.

Dari hasil perhitungan rasio perputaran total aset, diperoleh bahwa perusahaan tidak menciptakan volume bisnis yang cukup baik, untuk ukuran investasi aktivanya. Hal ini dapat disebabkan adanya sebagian aktiva perusahaan yang digunakan saat ini, tidak produktif/tidak berguna, sehingga perlu dijual, agar tidak menambah beban perusahaan. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan rasio perputaran total aset, dapat diprediksikan bahwa perolehan laba pada tahun yang akan datang, hampir sama dengan perolehan laba pada tahun 2007, dalam arti tidak terjadi pertumbuhan laba yang signifikan.

3. Hasil perhitungan rasio laba terhadap beban bunga.

(71)

yang maksimal. Dari hasil perhitungan ini, diketahui bahwa beban bunga bukan merupakan masalah yang perlu dikuatirkan oleh perusahaan, karena perolehan laba sebelum bunga dan pajak, jauh di atas beban bunga yang terjadi. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan rasio laba terhadap beban bunga, dapat diprediksikan bahwa pada tahun yang akan datang, pertumbuhan laba tidak dipengaruhi oleh beban bunga.

4. Hasil perhitungan rasio marjin laba atas penjualan.

Dari hasil perhitungan rasio marjin laba atas penjualan, diperoleh bahwa penjualan perusahaan dapat menghasilkan jumlah laba bersih yang tinggi, dimana dapat diketahui dari hasil rasio marjin laba atas penjualan yang diperoleh perusahaan, yaitu 20%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri, yaitu 5%. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan rasio marjin laba atas penjualan, dapat diprediksikan bahwa pada tahun yang akan datang, salah satu faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan laba adalah penjualan yang semakin meningkat.

5. Perhitungan rasio hasil pengembalian atas total aset.

(72)

yang akan datang, faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan laba adalah penjualan aktivanya.

6. Perhitungan rasio hasil pengembalian atas ekuitas perusahaan.

Dari perhitungan rasio hasil pengembalian atas ekuitas perusahaan, diperoleh bahwa tingkat pengembalian atas ekuitas perusahaan sangat kecil, yaitu hanya 2.2% di akhir tahun 2006, dan 2.6% di akhir tahun 2007. Rasio yang diperoleh jauh lebih rendah dibandingkan nilai rata-rata industri, yaitu 15%. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan rasio hasil pengembalian atas ekuitas perusahaan, dapat diprediksikan bahwa perolehan laba perusahaan pada tahun yang akan datang, belum dapat mengembalikan modal perusahaan, dan laba yang diperoleh hampir sama dengan perolehan laba pada tahun 2007, dalam arti tidak terjadi pertumbuhan laba yang signifikan.

Dari hasil analisis keseluruhan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada tahun yang akan datang, diprediksikan pertumbuhan laba perusahaan tidak signifikan, atau hampir sama dengan pertumbuhan laba pada tahun 2007. Hal ini didasari bahwa sulitnya perusahaan dalam memperoleh pinjaman dana tambahan untuk mengembangkan perusahaan, adanya sebagian aktiva perusahaan yang digunakan saat ini tidak produktif/tidak berguna, yang dapat menambah beban perusahaan, dan tingkat pengembalian atas ekuitas perusahaan yang kecil.

(73)

menghasilkan nilai pengembalian yang tinggi, tidak mampu membuat pertumbuhan laba pada perusahaan signifikan, jika dilihat dari segi kesulitan perusahaan memperoleh pinjaman dana tambahan untuk mengembangkan perusahaan, dan pengembalian atas ekuitas yang belum mendukung pertumbuhan laba perusahaan.

Dari analisis ini, dapat diketahui bahwa rasio keuangan mempunyai peranan dalam memprediksi pertumbuhan laba, apakah terjadi peningkatan laba, atau sebaliknya, dimana perusahaan dapat:

1. Menggunakannya sebagai acuan untuk meningkatkan prestasi kerja, sehingga pertumbuhan laba dapat optimal.

(74)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian peranan rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Rasio keuangan mempunyai peranan dalam memprediksi pertumbuhan laba

perusahaan.

2. Pertumbuhan laba perusahaan pada tahun yang akan datang diprediksikan tidak signifikan, atau hampir sama dengan pertumbuhan laba pada tahun 2007, karena:

a. Sulitnya perusahaan dalam memperoleh pinjaman dana tambahan untuk mengembangkan perusahaan.

b. Sebagian aktiva yang dimiliki perusahaan tidak produktif/tidak berguna, sehingga menambah beban perusahaan.

c. Tingkat pengembalian atas modal yang belum mendukung pertumbuhan laba perusahaan.

3. Manfaat rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan, yaitu:

(75)

b. Perusahaan dapat lebih mudah mengambil strategi, dan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah yang diperkirakan akan terjadi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran guna memecahkan persoalan yang dihadapi perusahaan, yang juga mungkin berguna bagi semua pihak. Saran-saran yang penulis kemukakan terhadap perusahaan ini, adalah:

1. Perusahaan perlu mengupayakan agar dapat meningkatkan modal, karena adanya kesulitan dalam memperoleh dana pinjaman tambahan.

2. Perlu adanya pemeriksaan kembali aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan, sehingga aktiva yang tidak produktif/tidak berguna dapat dijual, agar tidak menambah beban perusahaan.

(76)

DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Jurusan Akuntansi. 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi.

Hernanto. 2003. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE, Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan, Edisi Ketujuh. Jakarta.

James C., Van Horne dan Wachowicz JR, John M. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Penerjemah Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, Edisi-12, Buku-1. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Niswonger, Warren, Reeve, Fess. 2001. Prinsip-Prinsip Akuntansi, Alih Bahasa Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan, Edisi 19. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sawir, Agnes. 2001. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum.

Skousen, S. 2004. Akuntansi Intermediate, Buku-1 , Edisi-15. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

SR, Soemarso. 2002. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Telkom Indonesia. 2009. Iktisar Keuangan, Pp.1.

Gambar

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1. Laporan Laba Rugi PT. X Tahun Berakhir 31 Desember 200A
Gambar 2.3. Neraca PT. X Tahun Berakhir 31 Desember 200ª
Gambar 2.5. Laporan Laba Rugi Walker-Wilson Company Tahun Berakhir 31
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tangjitprom (2012) menyatakan bahwa variabel yang memengaruhi harga saham dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kelompok yaitu kelompok pertama adalah kondisi pertumbuhan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komposisi bahan dengan menggunakan fraksi berat serbuk limbah penggergajian baja, serbuk tembaga, serat bambu dan

Kandungan MDA telur puyuh yang berasal dari puyuh yang diberikan ransum sorgum tanpa penambahan tepung duckweed memiliki nilai yang paling tinggi jika

Nilai tengah kerapatan kayu yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data nilai kerapatan kayu pada beberapa tipe penutupan lahan yang telah diukur dan

Sebab bukan tidak mungkin, pembukaan Bank Syariah/Bank Islam yang dilakukan oleh bank Konvensional yang ada hanya didasarkan pada pertimbangan bisnis semata, misalnya mereka

Pengaruh Paclobutrazol terhadap Karakteristik Fisiologis dan Hasil Kacang Tanah ( Arachis hypogaea L. ) Varietas Sima dan Kelinci. (Dibimbing oleh

Tugas akhir dengan judul : ”STUDI PENGARUH SAMBARAN PETIR TERHADAP KONTINUITAS PENYALURAN TENAGA LISTRIK PADA SISTEM TRANSMISI 150 KV PURWOREJO- WATES”, disetujui dan disahkan

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.. Januari