PEMANFAATAN PUPUK CAIR MIKRO UNTUK
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN SAWI (
Brassica juncea
L.) VARIETAS TOSAKAN
SKRIPSI
Oleh:
ANDRI AGASSI BARUS
060301024
BDP-AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PEMANFAATAN PUPUK CAIR MIKRO UNTUK
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN SAWI (
Brassica juncea
L.) VARIETAS TOSAKAN
SKRIPSI
Oleh:
ANDRI AGASSI BARUS
060301024
BDP-AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi :Pemanfaatan Pupuk Cair Mikro Untuk Meningkatkan
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Varietas Tosakan
Nama :Andri Agassi Barus
NIM :060301024
Departemen :Budidaya Pertanian
Program Studi :Agronomi
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
Ir. Jonis Ginting, MS Ir. Hj. Sabar Ginting, MS Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRACT
This research were aimed to determine the optimal dosage of liquid fertilizer micro SuperPlant suitable for plant growth and production in Indian mustard (Brassica juncea L.) varieties Tosakan. This research were done in Simpang Pemda, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan and located on height of ± 25 m above sea level from maret 2008 until april 2008. This research was conducted by non-factorial randomized block design with six treatments ie S0 (Control), S1 (2 ml / l water SuperPlant)), S2 (4 ml / SuperPlant l water), S3 (6 ml / l water SuperPlant ), S4 (8 ml / l water SuperPlant), S5 (10 ml / l water SuperPlant). The parameters observed were plant height, leaf area (mm3), Total Chlorophyll Leaf, Weight Per Plant Biomass Samples (g), Fresh Weight Per Plant Sale Sample (g), Harvest Index. Superplant the best liquid fertilizer in plant height was observed at a concentration of 1.56 ml / l of water with 28.681 cm high, observations persampel plant biomass is at a concentration of 6.06 ml / l of water with a weight of 106.872 g. selling fresh weight of plants is at a concentration of 5.47 ml / l water.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dosis pupuk cair mikro SuperPlant yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi pada tanaman sawi (Brassica juncea L.) varietas Tosakan. Penelitian ini dilakukan di Simpang Pemda, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan Maret hingga bulan april 2010. Penelitian ini dilakukan dengan metode rancangan acak kelompok non faktorial dengan enam perlakuan yaitu S0 (Kontrol), S1 (2 ml / l air SuperPlant)), S2 (4 ml / l air SuperPlant), S3 (6 ml / l air SuperPlant ), S4 (8 ml / l air SuperPlant), S5 (10 ml / l air SuperPlant). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, Luas daun (cm2), Jumlah Klorofil Daun (unit/ 6 mm3), Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g), Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g), Indeks Panen. Pupuk cair superplant yang terbaik dalam pengamatan tinggi tanaman adalah pada konsentrasi 6 ml/l air dengan tinggi 25,63 cm, pengamatan bobot biomassa tanaman persampel adalah pada konsentrasi 6,06 ml/ l air dengan bobot 106,872 g. bobot segar jual tanaman adalah pada konsentrasi 5,47 ml/l air.
RIWAYAT HIDUP
Andri Agassi Barus dilahirkan di Medan pada tanggal 29 Oktober 1988
yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putra dari ayahanda Gunana
Barus dan ibunda Musti Marselina Br. Sembiring.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Medan dan pada tahun yang
sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Agronomi,
Departemen Budidaya Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Budidaya Pertanian (HIMADITA), anggota Ikatan Mahasiswa Katolik
(IMK) St. Fransiskus Xaverius, sebagai asisten mata kuliah Tanaman Hortikultura
(2008-2010), Agronomi Tanaman Pangan (2008-2010), Agronomi Tanaman
Leguminosae (2010) dan Agronomi Tanaman Buah (2010) di Laboratorium
Hortikultura
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN 4 Kebun
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pemanfaatan Pupuk Cair Mikro Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Varietas Tosakan” yang merupakan
salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
Bapak Ir. Jonis Ginting, MS selaku ketua komisi pembimbing dan
Ibu Ir. Hj. Sabar Ginting, MS selaku anggota komisi pembimbing, yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan berbagai masukan
berharga kepada penulis dari persiapan penelitian sampai penyelesaian skripsi ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda Gunana Barus dan
Ibunda Musti Marselina Br. Sembiring atas setiap doa, cinta kasih, pengorbanan
dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis, kepada adinda Lorencia
Pradipta Br. Barus serta seluruh anggota keluarga yang senantiasa memberikan
dukungan moril maupun materil.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Medan, September 2010
DAFTAR ISI
Kegunaan Penelitian... 6
Aplikasi Pupuk dasar... 21
Penanaman ... 21
Penjarangan Tanaman ... 22
Aplikasi Pupuk Superplant ... 22
Pemeliharaan Tanaman ... 22
Penyiraman ... 22
Penyiangan ... 22
Pengendalian Hama dan Penyakit... 22
Panen ... 23
Parameter Pengamatan ... 23
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi ... 2
2. Tinggi tanaman sawi pada berbagai taraf pupuk
cair superplant pada pengamatan 21-36 HST selang 5 hari ... 25
3. Rataan pengaruh pupuk cair superplant terhadap
luas daun (cm2) pada tanaman sawi ... 27 4. Rataan pengaruh pupuk cair superplant terhadap
Klorofil daun (unit/ 6 mm3) pada tanaman sawi ... 28 5. Rataan pengaruh pupuk cair superplant
terhadap bobot biomassa (g) pada tanaman sawi ... 28
6. Rataan pengaruh pupuk cair superplant
terhadap bobot segar jual (g) pada tanaman sawi ... 29
6. Rataan pengaruh pupuk cair superplant
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Pengaruh pupuk cair superplant terhadap tinggi tanaman
pada pengamatan ke- 31 hst (cm). ... 26
2. Pengaruh pupuk cair superplant terhadap tinggi tanaman
pada pengamatan ke- 36 hst (cm). ... 26
DAFTAR LAMPIRAN
13.Data Pengamatan Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g) ... 44
14.Daftar Sidik Ragam Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g) ... 44
15.Data Pengamatan Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g) ... 45
16.Daftar Sidik Ragam Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g) ... 45
17.Data Pengamatan Indeks Panen ... 46
20.Deskripsi Pupuk Superplant ... 48
21.Analisis Tanah ... 49
22.Bagan Penelitian ... 50
23.Plot Penelitian ... 51
24.Data BMG ... 52
25.Foto Lahan Penelitian ... 53
26.Foto Hasil Penelitian ... 54
ABSTRACT
This research were aimed to determine the optimal dosage of liquid fertilizer micro SuperPlant suitable for plant growth and production in Indian mustard (Brassica juncea L.) varieties Tosakan. This research were done in Simpang Pemda, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan and located on height of ± 25 m above sea level from maret 2008 until april 2008. This research was conducted by non-factorial randomized block design with six treatments ie S0 (Control), S1 (2 ml / l water SuperPlant)), S2 (4 ml / SuperPlant l water), S3 (6 ml / l water SuperPlant ), S4 (8 ml / l water SuperPlant), S5 (10 ml / l water SuperPlant). The parameters observed were plant height, leaf area (mm3), Total Chlorophyll Leaf, Weight Per Plant Biomass Samples (g), Fresh Weight Per Plant Sale Sample (g), Harvest Index. Superplant the best liquid fertilizer in plant height was observed at a concentration of 1.56 ml / l of water with 28.681 cm high, observations persampel plant biomass is at a concentration of 6.06 ml / l of water with a weight of 106.872 g. selling fresh weight of plants is at a concentration of 5.47 ml / l water.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dosis pupuk cair mikro SuperPlant yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi pada tanaman sawi (Brassica juncea L.) varietas Tosakan. Penelitian ini dilakukan di Simpang Pemda, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan Maret hingga bulan april 2010. Penelitian ini dilakukan dengan metode rancangan acak kelompok non faktorial dengan enam perlakuan yaitu S0 (Kontrol), S1 (2 ml / l air SuperPlant)), S2 (4 ml / l air SuperPlant), S3 (6 ml / l air SuperPlant ), S4 (8 ml / l air SuperPlant), S5 (10 ml / l air SuperPlant). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, Luas daun (cm2), Jumlah Klorofil Daun (unit/ 6 mm3), Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g), Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g), Indeks Panen. Pupuk cair superplant yang terbaik dalam pengamatan tinggi tanaman adalah pada konsentrasi 6 ml/l air dengan tinggi 25,63 cm, pengamatan bobot biomassa tanaman persampel adalah pada konsentrasi 6,06 ml/ l air dengan bobot 106,872 g. bobot segar jual tanaman adalah pada konsentrasi 5,47 ml/l air.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan
pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan
sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang bernilai
ekonomi tinggi. Produksi sayuran Indonesia meningkat setiap tahun dan
konsumsinya tercatat 44 kg/kapita/tahun (Adiyoga, 1999). Laju pertumbuhan
produksi sayuran di Indonesia berkisar antara 7,7-24,2%/tahun. Beberapa jenis
sayuran, seperti bawang merah, petsai/sawi, dan mentimun peningkatan
produksinya merupakan dampak dari penerapan teknologi budidaya
(Suwandi, 2009).
Sawi merupakan jenis sayur yang digemari oleh masyarakat Indonesia.
Konsumennya mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan
masyarakat kelas atas. Kelebihan lainnya sawi mampu tumbuh baik di dataran
rendah maupun dataran tinggi. Sawi mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah
kubis krop, kubis bunga, dan brokoli. Tanaman sawi diduga berasal dari Tiongkok
(Cina), tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2500 tahun lalu, kemudian
menyebar luas ke Filipina dan Taiwan (Rukmana, 2002).
Tanaman sawi bila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk
dikembangkan atau diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen serta
adanya peluang pasar. Kelayakan pengembangan budidaya sawi antara lain
relatif pendek yakni 40-50 hari setelah tanam dan hasilnya memberikan
keuntungan yang memadai (Rahman dkk, 2008).
Ditinjau dari aspek agroklimatnya, Indonesia sangat potensial untuk
pembudidayaan sayur-sayuran. Selain itu, aspek teknis, ekonomi dan sosial juga
sangat mendukung pengusahaan sayur di negeri kita. Ditinjau aspek teknis,
budidaya sawi tidak terlalu sulit (Haryanto dkk, 2006).
Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang
cukup lengkap sehingga apabila dikonsumsi sangat baik untuk mempertahankan
kesehatan tubuh. Kandungan gizi setiap 100 g bahan yang dapat dimakan pada
sawi hijau adalah :
Tabel 1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi
No Komposisi Jumlah
Sawi hijau, sering kita temui dalam menu makan sehari-hari. Biasanya
sawi diolah menjadi tumisan sayur atau pelengkap makan bakso. Sayuran sehat ini
tentu punya banyak manfaat. Sawi hijau mengandung banyak antioksidan dan
berfungsi sebagai pencegah kanker. Bagi perempuan sawi punya banyak manfaat
di masa menopouse, karena bisa melindungi kaum hawa dari penyakit jantung dan
kanker payudara. Kandungan nutrisi seperti kalsium, asam folat, dan magnesium
juga dapat mendukung kesehatan tulang. Bagi Anda yang tak suka makan sayur,
tak perlu khawatir kehilangan semua manfaat sehat ini. Karena ternyata, sawi tak
hanya bisa dimakan sebagai sayur, namun juga diramu menjadi minuman sehat
yang menyegarkan (Zatnika, 2010).
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (2009) produksi
tanaman sawi selama periode tahun 2005 sampai tahun 2008 mengalami
penurunan minus 1,44% per tahun, hal ini terjadi karena berkurangnya luas
lahan. Pada tahun 2008 produksi sawi sebesar 77.147 ton, naik sebesar 2.036 ton,
bila dibandingkan produksi tanaman sawi pada tahun 2007 sebesar 75.111 ton.
Tanaman sawi terdapat hampir di semua daerah di Sumatera Utara.
Salah satu faktor penting dalam budidaya yang menunjang keberhasilan
hidup tanaman adalah masalah pemupukan. Masalah umum dalam pemupukan
adalah rendahnya efisiensi serapan unsur hara oleh tanaman. Efisiensi pemupukan
N dan K tergolong rendah, berkisar antara 30-40%. Efisiensi pemupukan P oleh
tanaman juga rendah, berkisar 15-20% (Suwandi, 2009). Tanaman tidak cukup
hanya mengandalkan unsur hara dari dalam tanah saja. Oleh karena itu, tanaman
perlu diberi unsur hara tambahan dari luar, yaitu berupa pupuk
(Prihmantoro, 2001). Upaya peningkatan efisiensi penggunaan pupuk dapat
ditempuh melalui prinsip tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu aplikasi,
Untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman sayuran
membutuhkan hara esensial selain radiasi surya, air, dan CO2. Unsur hara esensial
adalah nutrisi yang berperan penting sebagai sumber unsur hara bagi tanaman.
Ketersediaan masing-masing unsur tersebut di dalam tanah berbeda antar tanaman
(Suwandi, 2009).
Tanaman sendiri mempunyai kebutuhan unsur hara dalam bentuk unsur
makro dan unsur mikro, yang masing-masing kebutuhannya tidak sama
(Iswasta, 2004). Tidak lengkapnya unsur hara makro dan mikro, dapat
mengakibatkan hambatan bagi pertumbuhan /perkembangan tanaman dan
produktivitasnya. Ketidak lengkapan salah satu atau beberapa zat hara tanaman
makro dan mikro dapat diperbaiki dengan pupuk tertentu pada tanahnya
(Sutedjo, 1995).
Peningkatan produksi sawi dapat dilakukan dengan pemupukan.
Pemupukan melalui tanah dapat dilakukan dengan pupuk buatan dan pupuk alami.
Berkurangnya subsidi pupuk dan banyaknya beredar pupuk majemuk alternatif
membuat para petani menjadi bingung hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan
petani mengenai jumlah dan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Sehingga
tidaklah mengherankan bila penerapan pemupukan tidak diikuti dengan
peningkatan produksi karena hanya memenuhi beberapa unsur hara makro saja,
sementara unsur mikro yang lain tidak terpenuhi. Pada hal meskipun dibutuhkan
dalam jumlah yang lebih sedikit, unsur mikro ini tidak kalah pentingnya dengan
unsur hara makro sebagai komponen struktural sel yang terlibat langsung dalam
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk an-organik yang
diberikan ke dalam tanah diantaranya dengan penggunaan pupuk cair yang
disemprotkan pada daun. Selain mengandung unsur makro, menurut Soedomo
(1992) pupuk daun mengandung unsur mikro yang dibutuhkan tanaman. Lingga
(2003) menjelaskan bahwa cara pemberian pupuk melalui daun ternyata lebih
efektif karena daun dapat menyerap secara langsung dengan cepat unsur-unsur
hara yang diberikan, disamping itu juga menguntungkan karena menghindari
kerusakan akar dan dapat menanggulangi kekurangan unsur mikro.
Upaya yang dapat ditempuh agar pemupukan lebih efektif dan efisien
adalah dengan menyemprotkan larutan pupuk melalui daun tanaman
(Rahmi dan Jumiati, 2007). Menurut Lingga (2003), sebelum melakukan
penyemprotan pupuk daun, konsentrasi yang dibuat harus benar-benar mengikuti
petunjuk dalam kemasan. Jika petani membuat konsentrasi yang lebih rendah dari
yang dianjurkan, maka untuk mengimbanginya penyemprotan pupuk daun bisa
dipercepat atau diperpendek interval waktunya (Osman, 1996). Salah satu jenis
pupuk daun yang mengandung unsur hara mikro adalah pupuk cair SuperPlant.
Pemberian pupuk daun tersebut dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
tanaman (PT. Agro Dynamics Indo).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai Pemanfaatan Pupuk Cair Mikro terhadap Pertumbuhan dan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi pupuk cair mikro
SuperPlant yang terbaik untuk pertumbuhan dan produksi pada
tanaman sawi (Brassica juncea L.) varietas Tosakan.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh pupuk cair mikro SuperPlant terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.)
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan penelitian ilmiah untuk menyusun skripsi yang merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu famili dengan kubis-krop,
kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae)
olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama pada sistem
perakaran, struktur batang, bunga, buah (polong) maupun bijinya.
Sawi termasuk ke dalam kelompok tanaman sayuran daun yang
mengandung zat-zat gizi lengkap yang memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi
masyarakat. Sawi hijau bisa dikonsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan
maupun dalam bentuk olahan dalam berbagai macam masakan. Selain itu berguna
untuk pengobatan (terapi) berbagai macam penyakit (Cahyono, 2003).
Klasifikasi tanaman sawi dalam
Divisi : Spermatophyta
(Rukmana, 2002) sebagai berikut :
Kelas : Angiospermae
Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix primaria)
dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar
kesemua arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara
lain mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya
Batang tanaman sawi pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir tidak
kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun
(Rukmana, 2002).
Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada
umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk
krop (Sunarjono, 2004).
Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami baik di
dataran tinggi maupun di dataran rendah. Stuktur bunga sawi tersusun dalam
tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang
banyak. Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat
helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan
satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2002).
Syarat Tumbuh Iklim
Curah hujan yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan
hidup tanaman karena ketersedian air tanah yang mencukupi. Tanaman sawi hijau
tergolong tanaman yang tahan terhadap curah hujan, sehingga penanaman pada
musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang
sesuai untuk pembudidayaan tanaman sawi hijau adalah 1000-1500 mm/tahun.
Akan tetapi tanaman sawi yang tidak tahan terhadap air yang menggenang. .
(Cahyono, 2003)
Tanaman sawi pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah. Tanaman
menghasilkan biji secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia
(Haryanto dkk, 2002).
Kelembapan udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi hijau
yang optimal berkisar antara 80%-90%. Kelembapan udara yang tinggi lebih dari
90 % berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman. Kelembapan yang
tinggi tidak sesuai dengan yang dikehendaki tanaman, menyebabkan mulut daun
(stomata) tertutup sehingga penyerapan gas karbondioksida (CO2) terganggu.
Dengan demikian kadar gas CO2 tidak dapat masuk kedalam daun, sehingga kadar
gas CO2 yang diperlukan tanaman untuk fotosintesis tidak memadai. Akhirnya
proses fotosintsis tidak berjalan dengan baik sehingga semua proses pertumbuhan
pada tanaman menurun. (Cahyono, 2003).
Ada kekhawatiran tentang hujan asam, tetapi hampir semua hujan adalah
ber pH rendah (asam). Air Hujan murni yang tidak mengandung bahan pencemar
pada dasarnya adalah air distilasi. Air hujan ini yang dalam kesetimbangan
dengan atmosfer akan memiliki pH sekitar 5,6 karena pelarutan karbon dioksida
di dalam air. Ketika air hujan murni berada dalam kesetimbangan dengan karbon
dioksida, maka konsentrasi ion hidrogen yang dihasilkan menyebabkan pH 5,6
(Madjid,2009).
Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang tinggi. Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dalarn keadaan
Selain dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang (sub-tropis)
tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang
dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai
suhu malam hari 15,6°C dan siang hari 21,1°C serta penyinaran matahari antara
10-13 jam per hari (Sastrahidajat dan Soemarno, 1996).
Suhu udara yang tinggi lebih dari 210 C dapat menyebabkan tanaman sawi hijau tidak dapat tumbuh dengan baik (tumbuh tidak sempurna). Karena suhu
udara yang tinggi lebih dari batasan maksimal yang di kehendaki tanaman, dapat
menyebabkan proses fotosintasis tanaman tidak berjalan sempurna atau bahkan
terhenti sehingga produksi pati (karbohidrat) juga terhenti, sedangkan proses
pernapasan (respirasi) meningkat lebih besar. Akibatnya produksi pati hasil
fotosintsis lebih banyak digunakan untuk energi pernapasan dari pada untuk
pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak mampu untuk tumbuh dengan
sempurna. Dengan demikian pada suhu udara yang tinggi tanaman sawi hijau
pertumbuhannya tidak subur, tanaman kurus, dan produksinya rendah, serta
kualitas daun juga rendah (Cahyono, 2003).
Tanah
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah yang subur, gembur
dan banyak mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata
aerasi dalam tanah berjalan dengan baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang
optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7
(Haryanto dkk, 2006)
Kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan hara didalam
dalam tanah. Penambahan pupuk ke dalam tanah secara langsung akan
mempengaruhi sifat kemasamannya, karena dapat menimbulkan reaksi masam,
netral ataupun basa, yang secara langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi
ketersediaan hara makro atau hara mikro. Ketersediaan unsur hara mikro lebih
tinggi pada pH rendah. Semakin tinggi pH tanah ketersediaan hara mikro semakin
kecil (Hasibuan, 2010).
Pada pH tanah yang rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan pada
penyerapan hara oleh tanaman sehingga secara menyeluruh tanaman akan
terganggu pertumbuhannya. Di samping itu, kondisi tanah yang masam (kurang
dari 5,5), menyebabkan beberapa unsur hara , seperti magnesium, boron (B), dan
molbdenium (Mo), menjadi tidak tersedia dan beberapa unsur hara, seperti besi
(Fe), alumunium (Al), dan mangan (Mn) dapat menjadi racun bagi tanaman.
Sehingga dengan demikian bila sawi ditanam dengan kondisi yang terlalu masam,
tanaman akan menderita penyakit klorosis dengan menunjukkan gejala daun
berbintik-bintik kuning dan urat-urat daun berwarna perunggu dan daun berukuran
kecil dan bagian tepi daun berkerut (Cahyono, 2003).
Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun untuk pertumbuhan
yang paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti tanah andosol. Pada
tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengolahan lahan secara sempurna antara
lain pengolahan tanah yang cukup (Suhardi, 1990).
Sifat biologis yang baik adalah tanah banyak mengandung bahan organik
(humus) dan bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan
Pupuk Cair SuperPlant
Pupuk cair adalah pupuk berbentuk cairan. Pupuk cair umumnya hasil
ekstrak bahan yang sudah dilarutkan dengan pelarut seperti air atau minyak.
Senyawanya mengandung karbon, vitamin, atau metabolit sekunder dapat berasal
dari ekstrak tanaman, tepung ikan, tepung tulang atau enzim (Musnamar, 2005).
Pengembalian bahan organik kedalam tanah adalah hal yang mutlak
dilakukan untuk mempertahankan hasil yang mendekati optimum jika dalam
pelaksaannya memperhatikan empat kunci yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat
waktu dan tepat pemberian. Mengingat hasil pemupukan pada jenis tanaman yang
tidak sama tidak selalu memberikan hasil yang baik maka ada hal yang perlu
diperhatikan yaitu tingkat kesuburan tanah, reaksi tanah, kadar air, sifat pupuk
yang diberikan, pengolahan lahan, penyiangan dan pemilihan bibit yang baik
(Sutarya dan Grubben, 1995).
Tanaman sayur semusim berumur pendek dan ditanam dengan jarak tanam
rapat, pemupukan dilakukan lewat daun dengan pupuk disebut pupuk daun.
Pemupukan lewat daun ini umumnya dilakukan dengan cara melarutkan pupuk
tersebut ke dalam air lalu larutan pupuk tersebut disemprotkan ke permukaan daun
(Prihmantoro, 2001).
Aplikasi pupuk cair biasanya dilakukan dengan menyemprotkan pupuk ke
daun tanaman dan dapat juga dilakukan dengan menyiramkan langsung ke
perakaran tanaman. Aplikasi pupuk cair dilakukan dengan cara disemprotkan ke
daun dan sebaiknya tidak dilakukan pada kondisi terik matahari atau kelembaban
tidak dilakukan pada saat hujan karena larutan pupuk akan hilang tercuci oleh air
hujan (Danarti dan Najiyati, 1994).
Ada satu hal kelebihan yang mencolok dari pupuk daun, yaitu penyerapan
haranya lebih cepat dibanding pupuk yang diberikan lewat akar. Masuknya pupuk
ini karena ada proses difusi dan osmosis pada lubang mulut daun yang lazim
disebut stomata. Stomata ini membuka dan menutup secara mekanis yang diatur
oleh tekanan turgor dari sel-sel penutup. Jika tekanan turgor meningkat, stomata
akan membuka. Sementara jika tekanan turgor menurun maka stomata akan
menutup (Sutedjo, 1995).
Penyerapan unsur hara lewat daun umumnya melalui stomata. Tetapi,
beberapa pakar ilmu fisiologi tanaman menduga bahwa di samping diserap
stomata penyerapan unsur hara juga dapat melalui ektodesmata
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002)
Penyerapan hara tanaman lewat daun sangat dibatasi oleh adanya dinding
luar sel epidermis. Dinding ini tertutup oleh lapisan malam (wax) atau juga kutin
yang mengandung pectin, hemiselulosa, dan selulosa yang bersifat semi hidrofilik.
Fungsi lapisan luar yang bersifat hidrofobik adalah melindungi tanaman dari
hilangnya air karena transpirasi. Demikian juga, adanya lapisan luar yang
hidrofobik ini untuk menjaga agar tidak terjadi pencucian yang berlebihan atas
larutan organik dan anorganik dari daun oleh air hujan
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002)
Ada dua kelompok pupuk daun berdasarkan unsur hara yang dikandungnya,
dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit tapi mutlak harus tersedia
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Menurut Lingga dan Marsono (2007), ada beberapa keuntungan dari pupuk
anorganik yaitu:
1. Pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik
umumnya memiliki takaran hara yang tepat.
2. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan hara
yang tepat
3. Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah yang cukup, artinya selalu tersedia
di pasaran.
4. Pupuk anorganik murah diangkut karena jumlah relative sedikit dibanding
pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Sehingga biaya angkut
pupuk menjadi lebih murah
Meskipun pupuk cair mempunyai banyak kelebihan, tetap saja dalam
penggunaan masih terdapat kekurangan. Adapun beberapa kekurangan dari pupuk
cair adalah bila dosis pemupukan salah (terlalu tinggi) maka daun akan rusak,
terutama pada musim kering (Lingga dan Marsono, 2007).
SuperPlant adalah pupuk cair import berteknologi tinggi dan diproduksi
dibawah pengawasan mutu yang ketat serta disesuaikan dengan keadaan iklim,
tanah dan tanaman. SuperPlant sangat praktis penggunaanya cukup diaplikasi
dengan cara penyemprotan.
SuperPlant diproduksi khusus untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
tanaman. Sangat mudah digunakan cukup dicampurkan dengan air bersih lalu
Menurut PT. Agro Dynamics Indo kandungan Pupuk cair SuperPlant
antara lain;
Tabel 2. Kandungan Pupuk Cair Mikro Superplant
No Kandungan Jumlah
Dengan dosis pemakaian 2,5 – 5,5 ml/ liter air
Asam asetat atau asam cuka adalah
dikenal sebagai pemberi rasa
memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3
-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut
Asam asetat merupakan salah sat
Larutan asam asetat dalam air merupakan sebu
hanya terionisasi sebagian menjad+ dan CH3COO-. Asam asetat berperan
dalam fermentasi pada metabolisme. Di dalam tanaman dan tanah asam asetat
(Acetic Acid) berperan sebagai bakteri pada fermentasi yang berlangsung dalam
keadaan aerob. Dari reaksi fermentasi ini meningkatkan energi 5 kali lebih besar
aerob
C6H12O6→2C2H5OH 2CH3COOH + H2O + 116 kal
(glukosa) (etanol) bakteri asam cuka asam cuka
Bakteri yang berperan dalam reaksi ini adalah acetobacter
Fermentasi alkohol, secara sederhana, berlangsung sebagai berikut.
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
(Dwidjoseputro, 1994).
Populasi mikrobia tanah yang heterotrof terdiri atas macam-macam bakteri
dan jamur yang masing-masing bertanggung jawab atas satu atau lebih tahap
peruraian bahan organik. Tiap tahap berpengaruh terhadap tingkat dan reaksi
selanjutnya. Tahap awal dari perombakan bahan organik yang mengandung
nitrogen adalah peruraian secara hidrolitik amin dari asam amino. Tahap ini
disebut aminisasi dan yang melakukan tugas ini adalah jasad renik tanah yang
heterotrofik (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Kalium terdapat di dalam tubuh tanaman sebagai garam anorganik pada
bagian-bagian tanaman yang menyelenggarakan pertumbuhan lebih banyak
didapat kalium daripada di dalam daun-daun yang sudah tua. Unsur ini
mempunyai peranan penting sebagai katalisator, terutama di dalam pengubahan
protein dan asam amino. Jika kekurangan kalium, maka protein yang terdapat
dalam tanaman sedikit, sedang persenan asam amino agak tinggi. Sebaliknya jika
ada cukup kalium, persenan asam amino turun dan banyaknya protein bertambah.
Kurang kalium berakibat terhambatnya fotosintesis dan bertambahnya respirasi
(Dwidjoseputro, 1994)
Kalium tergolong unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam
maka banyak proses yang tidak berjalan dengan baik, misalnya terjadi kumulasi
karbohidrat, menurunnya kadar pati, dan akumulasi senyawa nitrogen dalam
tanaman. Fungsi K yang lain adalah untuk pengembangan sel dan pengaturan
tekanan osmosis. (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Hubungan B dan kalium dapat dikatakan bahwa pada kadar B rendah
pemupukan kalium menyebabkan kenaikan penyerapan B. Tetapi bila kadar B
tinggi, pemupukan kalium menyebabkan adanya kecendrungan keracunan B pada
tanaman. Keracunan B umumnya terjadi pada tanah kering atau pada tanah yang
secara alamiah memiliki kadar B tinggi (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Fungsi Boron dalam tanaman antara lain berperan dalam metabolisme
asam nukleat, karbohidrat, protein, dan auksin. Di samping itu, boron juga
berperan dalam pembelahan sel, pemanjangan sel dan diferensiasi sel. Boron
seperti unsur mikro lainnya umumnya dipengaruhi oleh bahan organik tanah.
Tanah yang kadar bahan organiknya tinggi umumnya kadar boronnya juga tinggi
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan masyarakat Jl.Setia Budi,
Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian
tempat ± 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Maret – Mei 2009.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman sawi
varietas Tosakan (Lampiran 19), kompos pupuk Jaya Tani, pupuk anorganik
pelengkap cair mikro SuperPlant (Lampiran 20) dan pupuk urea (45 % N)
Alat yang digunakan adalah cangkul untuk menggemburkan dan
membersihkan lahan, handsprayer, pipet skala untuk menakar pupuk dan
insektisida yang diaplikasikan, timbangan analitik, gembor, meteran untuk
mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, leaf area meter untuk mengukur luas
daun, klorofilmeter untuk mengukur jumlah klorofil daun, alat tulis, kertas label
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok)
dengan 6 perlakuan 4 ulangan. Sebagai perlakuan adalah konsentrasi pupuk cair
mikro SuperPlant
S0 : Kontrol
S1 : 2 ml/l air SuperPlant
S2 : 4 ml/l air SuperPlant
S3 : 6 ml/l air SuperPlant
S4 : 8 ml/l air SuperPlant
S5 : 10 ml/l air SuperPlant
Jumlah Ulangan : 4 ulangan
Jumlah Plot : 24 plot
Jumlah Tanaman/Plot : 25 tanaman
Jumlah Tanaman Sampel/Plot: 5 tanaman
Jumlah Sampel Seluruhnya : 120 tanaman
Jumlah Tanaman Seluruhnya : 600 tanaman
Jarak Tanam : 25 cm x 20 cm
Jarak Antar Plot : 30 cm
Jarak Antar Ulangan : 50 cm
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linier sebagai berikut:
Yijk = μ + ρi + αj + Єij Dimana:
Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan komposisi pupuk pelengkap
cair pada taraf ke-j
µ = Nilai tengah
ρi = Pengaruh blok ke-i
αj = Pengaruh pemberian pupuk pelengkap cair pada taraf ke-j
Єij = Pengaruh galat pada blok ke-i komposisi pupuk cair pada taraf ke-j
Jika dari sidik ragam diperoleh efek komposisi pupuk cair yang berbeda
nyata akan dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Disiapkan lahan penelitian seluas 25 m x 7 m. Dibuat plot dengan ukuran
125 cm x 100 cm (Lampiran 23), dengan jarak antar ulangan 50 cm dan jarak
antar plot 30 cm (Lampiran 22) Kemudian tanah dibersihkan dari gulma dan
digemburkan dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman 30 cm.
Penyemaian Benih
Benih direndam dengan air kemudian langsung di tanam di tempat
persamaian yang telah disiapkan dengan ukuran 1m x 2m. Media tanamnya
berupa campuran top soil, pasir, dan kompos dengan perbandingan 2:1:1.
Lamanya benih disemaikan ± 14 hari.
Aplikasi Pupuk Dasar
Pemupukan dilakukan pada saat penanaman dilapangan. Pupuk yang
diaplikasikan adalah pupuk urea sebagai pupuk dasar. Dosis yang diberikan
sesuai dengan dosis anjuran dilokasi penelitian yaitu 300kg/ha (37,5g/plot).
Penanaman
Bibit sawi yang telah berdaun tiga atau lebih (berumur ± 14 hari) siap
dipindahkan ke lapangan. Penanaman bibit dapat dilakukan dengan membuat
lubang tanam dengan kedalaman lubang tanam ± 3 cm. Bibit ditanam dua bibit
per lubang tanam dengan jarak tanam 25 cm x 20 cm. Sebelum bibit dimasukkan
Penjarangan Tanaman
Penjarangan tanaman dilakukan pada pada saat tanaman berumur 1 minggu
di lapangan dengan mencabut tanaman yang pertumbuhannya tidak sempurna,
dan sisakan satu tanaman yang pertumbuhannya baik.
Aplikasi Pupuk SuperPlant
Pengaplikasian Pupuk cair miko SuperPlant diberikan sebanyak 4 tahap
yaitu pada saat tanaman berumur 19 HST, 24 HST, 29 HST dan 34 HST.
Pengaplikasian pupuk cair mikro SuperPlant dilakukan dengan cara disemprotkan
ke daun sampai daun dalam keadaan basah tapi tidak menetes.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada sore hari. Apabila kondisi tanah masih lembab
maka penyiraman tidak perlu dilakukan.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara manual (mencabut gulma dengan tangan).
Penyiangan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 19 HST dan 29 HST.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila tanaman terserang dan
terinfeksi. Bila tanaman terserang hama maka dapat dilakukan penyemprotan
dengan menggunakan insektisida Pestona sesuai dengan dosis anjuran. Sedangkan
untuk pengendalian penyakit dapat digunakan fungisida Dithane M-45 dengan
dosis 2 g/l air. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada saat tanaman
Panen
Panen dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman, dengan cara
membongkar tanah agar akar tanaman tidak patah dan tidak tertinggal di dalam
tanah, setelah dicabut akar di bersihkan dengan menggunakan air bersih agar akar
bersih dari tanah. Sesuai dengan deskripsi, panen dilakukan pada umur tanaman
± 40 hari.
Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai daun tertinggi
yang tegak alami. Pengukuran dilakukan pada 5 tanaman sampel mulai saat
tanaman berumur 21 HST hingga 36 HST dengan interval pengamatan 5 hari
sekali.
Luas daun (cm2)
Pengukuran luas daun dilakukan dengan menggunakan alat Leaf Area
Meter. Pengukuran luas daun dilakukan setelah panen.
Jumlah Klorofil Daun (unit/ 6 mm3)
Perhitungan jumlah klorofil yaitu dengan menggunakan klorofil meter.
Penghitungan dilakukan dengan cara mengukur jumlah klorofil pada tiga titik
yaitu pada pangkal daun, tengah daun dan ujung daun kemudian dirata-ratakan.
Perhitungan jumlah klorofil daun dilakukan pada saat panen.
Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g)
Bobot biomassa per tanaman sampel adalah seluruh bagian tanaman sampel
Tanaman ditimbang setelah dibersihkan dari tanah yang melekat pada akar dan
dilakukan pada akhir penelitian.
Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g)
Bobot segar jual per tanaman sampel adalah bagian tanaman yang layak
untuk dijual dengan kriteria membuang daun bagian bawah yang rusak dan tidak
layak untuk dikonsumsi. Tanaman ditimbang setelah dibersihkan dari tanah yang
melekat pada akar dan dilakukan pada akhir penelitian.
Indeks Panen
Indeks panen merupakan hasil bagi bobot segar jual dengan bobot
biomassa. Dapat ditulis dengan rumus : Bobot Segar Jual Indeks Panen =
Bobot Biomassa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman (cm)
Data tinggi tanaman umur 21 hst, 26 hst, 31 hst, dan 36 hst dapat dilihat
pada Lampiran 1, 3, 5, 7 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 2, 4, 6,
dan Lampiran 8. Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk cair
superplant terhadap tinggi tanaman berpengaruh nyata pada 31 hst, dan 36 hst
dan berpengaruh tidak nyata pada pengamatan 21 hst, dan 26 hst.
Tabel 3. Tinggi tanaman sawi pada berbagai taraf pupuk cair superplant pada pengamatan 21-36 hst selang 5 hari.
No Perlakuan Hari ke-
Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 31 hst perlakuan S3
berbeda nyata terhadap perlakuan S1, S0, S4, S5. Pada pengamatan 36 hst,
perlakuan S3 berbeda nyata terhadap perlakuan S1, S0, S5.
Gambar 1 dan Gambar 2 memperlihatkan hubungan tinggi tanaman
Gambar 1. Pengaruh pupuk cair superplant terhadap tinggi tanaman pada pengamatan ke- 31 hst.
Gambar 2. Pengaruh pupuk cair superplant terhadap tinggi tanaman pada pengamatan ke- 36 hst.
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk superplant
membentuk kurva kuadratik positif, dimana tinggi tanaman yang tertinggi adalah
18.23 cm pada perlakuan S3. Dan tinggi tanaman yang terendah adalah pada
konsentrasi 0 ml/l air sebesar 14.12 cm. Pada Gambar 2 memperlihatkan kurva
pengaruh pupuk cair superplant terhadap tinggi tanaman pada 36 hst bersifat ŷ= -0.10x2 + 1.30X + 13.93
R2 = 0.97
ŷ= -0.15x2 + 1.86X + 19.17
kuadratik positif. Dimana tinggi tanaman yang diperoleh adalah sebesar 25.63 cm
pada perlakuan S3, dan yang terendah adalah tanpa pemberian superplant dengan
tinggi tanaman 19.5 cm.
Luas Daun (cm2)
Data luas daun tanaman umur 44 hst dapat dilihat pada Lampiran 9 dan
sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Dari sidik ragam dapat dilihat
bahwa pengamatan luas daun tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan yang
digunakan.
Tabel 4. Pengaruh pupuk cair superplant terhadap luas daun pada tanaman sawi
No Perlakuan Luas Daun (cm2)
1 S0 121.13
2 S1 125.50
3 S2 129.72
4 S3 135.47
5 S4 126.02
6 S5 124.00
Klorofil Daun (unit/ 6 mm3)
Data Klorofil daun umur 44 hst dapat dilihat pada Lampiran 11 dan sidik
ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 12. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa
pengamatan Klorofil daun tidak berpengaruh nyata pada perlakuan pupuk cair
Tabel 5. Pengaruh cair superplant terhadap Klorofil daun pada tanaman sawi
Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g)
Pengambilan data bobot biomassa tanaman dilakukan pada saat tanaman
berumur 44 hst. Data biomassa tanaman dapat dilihat pada Lampiran 13 dan sidik
keragaman dapat dilihat pada Lampiran 14. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa
pengaruh pupuk cair superplant terhadap bobot biomassa berpengaruh tidak nyata.
Pengaruh pupuk superplant dapat terhadap bobot biomassa dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh pupuk cair superplant terhadap bobot biomassa pada tanaman sawi
No Perlakuan Bobot Biomassa (g)
Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g)
Pengambilan data bobot segar tanaman dilakukan pada saat tanaman
berumur 44 hst. Data bobot segar dapat dilihat pada Lampiran 15 dan sidik ragam
dapat dilihat pada Lampiran 16. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa pengaruh
pupuk superplant terhadap bobot segar jual berpengaruh nyata. Pengaruh pupuk
cair superplant terhadap bobot segar jual dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Pengaruh pupuk cair superplant terhadap bobot segar jual pada tanaman sawi.
No Perlakuan Bobot Segar Jual (g)
1 S0 56.00 c
2 S1 62.22 c
3 S2 78.00 a
4 S3 75.00 ab
5 S4 72.50 ab
6 S5 67.50 bc
Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT.
Perlakuan S3 berbeda nyata dengan perlakuan S0, S1 dan S5, namun tidak
berbeda nyata dengan perlakuan S3 dan S4. Sedangkan perlakuan S5 tidak
Gambar 4. Pengaruh pupuk cair superplant terhadap bobot segar jual.
Gambar 4 menunjukkan hubungan bobot segar tanaman dengan pupuk cair superplant bersifat kuadratik positif. Bobot segar jual tanaman yang tertinggi adalah pada perlakuan S2 yaitu sebesar 78.00 g dan yang terendah adalah pada perlakuan S0 dengan bobot segar yaitu 56.00 g.
Indeks Panen
Dari hasil perhitungan indeks panen ternyata pengaruh pupuk cair superplant tidak berpengaruh nyata. Perhitungan indeks panen dapat dlihat pada Lampiran 17 dan sidik ragam indeks panen dapat dilihat pada Lampiran 18. Perhitungan pengaruh pupuk superplant terhadap indeks panen dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan pengaruh pupuk cair superplant terhadap indeks panen pada tanaman sawi.
No Perlakuan Indeks Panen
Pembahasan
Dari hasil sidik ragam yang diperoleh pengaruh pupuk cair superplant
berpengaruh nyata pada pengamatan 31 hst dan 36 hst untuk parameter tinggi
tanaman, dan bobot segar jual tanaman. Sedangkan untuk pengamatan parameter
luas daun, klorofil daun, bobot biomassa tanaman, dan perhitungan indeks panen
berpengaruh tidak nyata.
Pada umur 36 hst, tinggi tanaman nyata dipengaruhi oleh pengaruh
pupuk cair superplant. Hal ini di duga sebagai akibat peranan unsur-unsur yang
dikandung oleh pupuk cair yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Pemberian
pupuk cair superplant meningkatkan kebutuhan energi bagi pertumbuhan
tanaman, namun jika diberikan melebihi dosis 6 ml mengakibatkan penurunan
tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dwidjoseputro (1994)
menyebutkan bahwa acetic acid dalam tanah dan tanaman berperan sebagai
bakteri dalam fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob.
Pengaruh perlakuan pupuk superplant terhadap tinggi tanaman bersifat
kuadratik positif dimana semakin banyak konsentrasi yang diberikan maka tinggi
tanaman akan meningkat sampai batas tertentu, kemudian menurun. Hal ini sesuai
dengan hukum peningkatan hasil yang makin berkurang oleh Mitcherlich yang
menyatakan penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk
berbanding lurus dengan selisih hasil maksimum dengan hasil aktual. Hasil
maksimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya karena
makin tinggi dosis hasil justru menurun.
memerlukan suhu yang tinggi pada proses pertumbuhan. Pada Lampiran 24 dapat
dilihat bahwa suhu tergolong tinggi saat penelitian ini berlangsung. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Cahyono (2003) yang mengungkapkan bahwa suhu udara yang
tinggi lebih dari 210 C dapat menyebabkan tanaman sawi hijau tidak dapat tumbuh dengan baik (tumbuh tidak sempurna).
Karena suhu udara yang tinggi pada saat penelitian sesuai dengan Data
Badan Meteorologi, melebihi dari batasan maksimal yang di kehendaki tanaman,
dapat menyebabkan proses fotosintesis tanaman tidak berjalan sempurna atau
bahkan berkurang sehingga produksi pati (karbohidrat) juga berkurang, sedangkan
proses respirasi meningkat lebih besar. Akibatnya produksi pati hasil fotosintesis
lebih banyak digunakan untuk energi respirasi dari pada untuk pertumbuhan
tanaman sehingga tanaman tumbuh kurang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Cahyono (2003) yang menyatakan pada suhu udara yang tinggi tanaman sawi
hijau pertumbuhannya tidak subur, tanaman kurus dan kualitas daun juga rendah.
Pengaruh pupuk cair superPlant berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
biomassa tanaman dalam sidik ragam, hal ini disebabkan akibat banyaknya bagian
tanaman yang menunjukkan gejala seperti bintik-bintik kuning pada daun,
daun yang berkerut pada bagian tepi dan pertumbuhan tamanan yang kerdil. Hal
ini di duga sebagai akibat dari rendah nya curah hujan sewaktu penelitian
berlangsung dari data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika pada
Lampiran 24. dan pengaruh kemasaman tanah yang tinggi dengan pH 5,33 jika di
perhatikan dari analisa tanah pada Lampiran 21. Menurut data badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika pada bulan april, curah hujan adalah sebesar 79,7 mm.
beberapa unsur hara seperti Mg, B, dan Mo menjadi tidak tersedia dan beberapa
unsur hara seperti Fe, Al, dan Mn dapat menjadi racun bagi tanaman. Sehingga
dengan demikian bila sawi ditanam dengan kondisi yang terlalu masam, tanaman
akan menderita penyakit klorosis dengan menunjukkan gejala daun
berbintik-bintik kuning dan urat-urat daun berwarna perunggu dan daun berukuran kecil dan
bagian tepi daun berkerut. Dan menurut Yulianti (2007) Tanah masam adalah
tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang tinggi. Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+.
Pengaruh pupuk cair superplant terhadap bobot segar jual berpengaruh
nyata dalam sidik ragam, hal ini diduga sebagai akibat peranan kandungan pupuk
cair sebagai bakteri dalam peningkatan energi pertumbuhan. Hal ini sesuai
pernyataan Dwidjoseputro (1994) yang menyatakan bahwa Asam asetat berperan
dalam fermentasi pada metabolisme dengan meningkatkan energi 5 kali lebih
besar dari fermentasi alkohol. Dari data badan meteorologi pada Lampiran dapat
dilihat bahwa suhu udara lebih tinggi dari suhu udara yang disarankan untuk
pertumbuhan tanaman sawi sehingga dapat mengganggu produksi tanaman,
namun dengan adanya acetic acid dalam pupuk cair ini menyebabkan produksi
berpengaruh nyata.
Pengaruh pupuk cair superplant terhadap perhitungan indeks panen
berpengaruh tidak nyata menurut analisa statistik. Hal ini disebabkan banyaknya
bagian tanaman yang rusak akibat faktor curah hujan yang rendah dan suhu yang
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan pupuk cair mikro yang terbaik adalah S3 dengan konsentrasi
6 ml/ liter air dengan tinggi tanaman 25,63 cm, luas daun 135,47 cm2 , klorofil daun 45,28 unit/ 6 mm3, bobot biomassa 85,50 g, berat segar jual 75,00 g dan indeks panen 90,36.
2. Pemberian pupuk cair mikro berpengaruh tidak nyata terhadap
pengamatan parameter luas daun, klorofil daun, bobot biomassa dan
indeks panen.
3. Perlakuan S2 dengan konsentrasi 4 ml/ liter air memberikan produksi
bobot segar jual tertinggi dengan 78,00 g per tanaman atau 15,6 ton/ ha
dan pada perlakuan S3 dengan bobot segar jual 75 g per tanaman atau 15
ton/ ha.
Saran
1. Untuk mendapatkan bobot segar jual terbaik pada tanaman sawi
disarankan menggunakan konsentrasi 4 ml/ liter air superplant.
DAFTAR PUSTAKA
Adiyoga, W. 1999. Pola Pertumbuhan Produksi Beberapa Jenis Sayuran di Indonesia. Jurnal Hortikultura 9(2): 258-265
Badan Pusat Statistika Provinsi Sumatera Utara. 2009. Analisis Potensi Komoditas Unggulan Hortikultura Sumatera Utara.
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau (Pai-Tsai). Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.
Danarti dan S. Najiyati. 1994. Budidaya dan Analisa Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1997. Daftar Komposisi Bahan Makanan Penerbit Bhatara Karya Aksara.
Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit Gramedia. Jakarta.
Gomez dan Gomez. 1995. Prosedur Statistika Untuk Penelitian Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta
Haryanto, W., T. Suhartini dan E. Rahayu. 2006. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hasibuan, B. 2010. Pupuk dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara. Fakultas Pertanian. Medan
Heru, P dan Yovita, H. 2003. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Hobi dan Bisnis. Gramedia. Jakarta.
Iswasta, K. 2004. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Monosodium Glutamat Sebagai Pupuk Tanaman Caisiem. Jurnal MIPA 14(1) : 61-67
Lingga, P. 2003 Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta
Lingga, P. dan Marsono, 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisis Revisi Penebar Swadaya, Jakarta
Musnamar. 2005. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Osman, F. 1996. Memupuk Padi dan Palawija. Penebar Swadaya, Jakarta
Prihmantoro. 2001. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta
Rahman, A., Hermaya, dan Lisa. 2008. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Dengan Pemberian Bokashi, Jurnal Agrisisten 4(2): 75-80
Rahmi, A dan Jumiati. 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung manis. Jurnal AGRITROP 26(3): 105-109
Rosmarkam, A dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta
Rukmana, R. 2002. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius, Yogyakarta
Sastrahidajat, I, H dan Soemono. 1996. Budidaya Tanaman Association. 1998. Western Fertilizer Handbook Second Horticulture Edition. Interstate Publishers. INC, Illinois
Soedomo, R.P. 1992. Pengaruh Pupuk Daun Gemari Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Buah Cabai di Daerah Bogor. Bull. Pen. Hort. XXI (4) : 1-5 Suhardi, 1990. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogyakarta
Sunarjono, H. 2004. Bertanam Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutarya, R dan G, Grubben. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. UGM-Press. Yogyakarta.
Sutedjo, M. M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Suwandi, 2009. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman Dalam Pengembangan Inovasi Budidaya Sayuran berkelanjutan. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 2 (2): 131-147
Syafruddin., Faesal, dan M. Akil. 2009. Pengelola Hara Pada Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros Hal 205-215
Yulianti, N. 2007. Reaksi Tanah .Jurnal Hijau.2(5) : 23 – 43.
Lampiran 1. Tinggi Tanaman Pada Hari ke-21(cm)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Lampiran 2. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada Hari ke-21(cm)
Lampiran 3. Tinggi Tanaman Pada Hari ke-26 (cm)
Perlakuan Ulangan Total
Rata-rata
Lampiran 4. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada Hari ke-26. (cm)
Lampiran 5. Tinggi Tanaman Pada Hari ke-31 (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Lampiran 6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada Hari ke-31(cm)
Lampiran 7. Tinggi Tanaman Pada Hari ke-36 (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Lampiran 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada Hari ke-36 (cm)
Lampiran 9. Luas Daun (cm2)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Lampiran 10. Sidik Ragam Luas Daun (cm2)
Lampiran 11. Klorofil Daun (unit/ 6 mm3)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Lampiran 12. Sidik Ragam Klorofil Daun (unit/ 6 mm3)
Lampiran 13.Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Lampiran 14. Sidik Ragam Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g)
Lampiran 15. Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g)
Perlakuan Ulangan Total
Rata-rata
Lampiran 16. Sidik Ragam Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g)
Lampiran 17. Indeks Panen
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Lampiran 18. Sidik Ragam Indeks Panen
Lampiran 19. Deskripsi Sawi Varietas Tosakan
Nama Lain : Caisim (Bangkok)
Umur Tanaman : 40-50 Hari Setelah Tanam
Bentuk Tanaman : Besar, semi buka dan tegak
Batang : Tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas
Tangkai Bunga : Panjang dan langsing
Warna Tangkai Bunga : Hijau tua
Bentuk Daun : Lebar, panjang dan memiliki pinggiran daun rata
Warna Daun : Hijau
Potensi Produksi : 400 g/ tanaman
Lampiran 20. Deskripsi Pupuk SuperPlant
Pupuk SuperPlant adalah pupuk cair import berteknologi tinggi dan diproduksi dibawah pengawasan mutu yang ketat serta disesuaikan dengan keadaan iklim, tanah dan tanaman.
Pupuk SuperPlant dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman dan sangat mudah digunakan cukup dicampurkan dengan air bersih lalu semprotkan keseluruh bagian daun/ pucuk pohon.
Kandungan Unsur SuperPlant
Water 55,12%
Acetic Acid 2,80%
Amino Acid 7,00%
Potassium Humate 2,50%
Boric Acid 3,75%
Dosis Pemakaian 2,5-5,5 ml/ liter air
Lampiran 23. Plot Penelitian
× × × × ×
× × ×
× × × ×
× × ×
× × × × ×
10 cm
X
X
X X
X
125 cm
100 cm
Lampiran 26. Jadwal Kegiatan
Penyiraman Sesuai kondisi di lapangan
Penyiangan x x
5. Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g)
x