• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Pupuk Cair Mikro Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi(Brassica juncea L.) Varietas Tosakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Pupuk Cair Mikro Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi(Brassica juncea L.) Varietas Tosakan"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN PUPUK CAIR MIKRO UNTUK

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

TANAMAN SAWI (

Brassica juncea

L.) VARIETAS TOSAKAN

SKRIPSI

Oleh:

ANDRI AGASSI BARUS

060301024

BDP-AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PEMANFAATAN PUPUK CAIR MIKRO UNTUK

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

TANAMAN SAWI (

Brassica juncea

L.) VARIETAS TOSAKAN

SKRIPSI

Oleh:

ANDRI AGASSI BARUS

060301024

BDP-AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi :Pemanfaatan Pupuk Cair Mikro Untuk Meningkatkan

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Varietas Tosakan

Nama :Andri Agassi Barus

NIM :060301024

Departemen :Budidaya Pertanian

Program Studi :Agronomi

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ir. Jonis Ginting, MS Ir. Hj. Sabar Ginting, MS Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRACT

This research were aimed to determine the optimal dosage of liquid fertilizer micro SuperPlant suitable for plant growth and production in Indian mustard (Brassica juncea L.) varieties Tosakan. This research were done in Simpang Pemda, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan and located on height of ± 25 m above sea level from maret 2008 until april 2008. This research was conducted by non-factorial randomized block design with six treatments ie S0 (Control), S1 (2 ml / l water SuperPlant)), S2 (4 ml / SuperPlant l water), S3 (6 ml / l water SuperPlant ), S4 (8 ml / l water SuperPlant), S5 (10 ml / l water SuperPlant). The parameters observed were plant height, leaf area (mm3), Total Chlorophyll Leaf, Weight Per Plant Biomass Samples (g), Fresh Weight Per Plant Sale Sample (g), Harvest Index. Superplant the best liquid fertilizer in plant height was observed at a concentration of 1.56 ml / l of water with 28.681 cm high, observations persampel plant biomass is at a concentration of 6.06 ml / l of water with a weight of 106.872 g. selling fresh weight of plants is at a concentration of 5.47 ml / l water.

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dosis pupuk cair mikro SuperPlant yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi pada tanaman sawi (Brassica juncea L.) varietas Tosakan. Penelitian ini dilakukan di Simpang Pemda, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan Maret hingga bulan april 2010. Penelitian ini dilakukan dengan metode rancangan acak kelompok non faktorial dengan enam perlakuan yaitu S0 (Kontrol), S1 (2 ml / l air SuperPlant)), S2 (4 ml / l air SuperPlant), S3 (6 ml / l air SuperPlant ), S4 (8 ml / l air SuperPlant), S5 (10 ml / l air SuperPlant). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, Luas daun (cm2), Jumlah Klorofil Daun (unit/ 6 mm3), Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g), Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g), Indeks Panen. Pupuk cair superplant yang terbaik dalam pengamatan tinggi tanaman adalah pada konsentrasi 6 ml/l air dengan tinggi 25,63 cm, pengamatan bobot biomassa tanaman persampel adalah pada konsentrasi 6,06 ml/ l air dengan bobot 106,872 g. bobot segar jual tanaman adalah pada konsentrasi 5,47 ml/l air.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Andri Agassi Barus dilahirkan di Medan pada tanggal 29 Oktober 1988

yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putra dari ayahanda Gunana

Barus dan ibunda Musti Marselina Br. Sembiring.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Medan dan pada tahun yang

sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Agronomi,

Departemen Budidaya Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan

Mahasiswa Budidaya Pertanian (HIMADITA), anggota Ikatan Mahasiswa Katolik

(IMK) St. Fransiskus Xaverius, sebagai asisten mata kuliah Tanaman Hortikultura

(2008-2010), Agronomi Tanaman Pangan (2008-2010), Agronomi Tanaman

Leguminosae (2010) dan Agronomi Tanaman Buah (2010) di Laboratorium

Hortikultura

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN 4 Kebun

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pemanfaatan Pupuk Cair Mikro Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan

Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Varietas Tosakan” yang merupakan

salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada

Bapak Ir. Jonis Ginting, MS selaku ketua komisi pembimbing dan

Ibu Ir. Hj. Sabar Ginting, MS selaku anggota komisi pembimbing, yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan berbagai masukan

berharga kepada penulis dari persiapan penelitian sampai penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda Gunana Barus dan

Ibunda Musti Marselina Br. Sembiring atas setiap doa, cinta kasih, pengorbanan

dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis, kepada adinda Lorencia

Pradipta Br. Barus serta seluruh anggota keluarga yang senantiasa memberikan

dukungan moril maupun materil.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab

itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan

semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, September 2010

(8)

DAFTAR ISI

Kegunaan Penelitian... 6

(9)

Aplikasi Pupuk dasar... 21

Penanaman ... 21

Penjarangan Tanaman ... 22

Aplikasi Pupuk Superplant ... 22

Pemeliharaan Tanaman ... 22

Penyiraman ... 22

Penyiangan ... 22

Pengendalian Hama dan Penyakit... 22

Panen ... 23

Parameter Pengamatan ... 23

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi ... 2

2. Tinggi tanaman sawi pada berbagai taraf pupuk

cair superplant pada pengamatan 21-36 HST selang 5 hari ... 25

3. Rataan pengaruh pupuk cair superplant terhadap

luas daun (cm2) pada tanaman sawi ... 27 4. Rataan pengaruh pupuk cair superplant terhadap

Klorofil daun (unit/ 6 mm3) pada tanaman sawi ... 28 5. Rataan pengaruh pupuk cair superplant

terhadap bobot biomassa (g) pada tanaman sawi ... 28

6. Rataan pengaruh pupuk cair superplant

terhadap bobot segar jual (g) pada tanaman sawi ... 29

6. Rataan pengaruh pupuk cair superplant

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Pengaruh pupuk cair superplant terhadap tinggi tanaman

pada pengamatan ke- 31 hst (cm). ... 26

2. Pengaruh pupuk cair superplant terhadap tinggi tanaman

pada pengamatan ke- 36 hst (cm). ... 26

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

13.Data Pengamatan Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g) ... 44

14.Daftar Sidik Ragam Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g) ... 44

15.Data Pengamatan Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g) ... 45

16.Daftar Sidik Ragam Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g) ... 45

17.Data Pengamatan Indeks Panen ... 46

(13)

20.Deskripsi Pupuk Superplant ... 48

21.Analisis Tanah ... 49

22.Bagan Penelitian ... 50

23.Plot Penelitian ... 51

24.Data BMG ... 52

25.Foto Lahan Penelitian ... 53

26.Foto Hasil Penelitian ... 54

(14)

ABSTRACT

This research were aimed to determine the optimal dosage of liquid fertilizer micro SuperPlant suitable for plant growth and production in Indian mustard (Brassica juncea L.) varieties Tosakan. This research were done in Simpang Pemda, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan and located on height of ± 25 m above sea level from maret 2008 until april 2008. This research was conducted by non-factorial randomized block design with six treatments ie S0 (Control), S1 (2 ml / l water SuperPlant)), S2 (4 ml / SuperPlant l water), S3 (6 ml / l water SuperPlant ), S4 (8 ml / l water SuperPlant), S5 (10 ml / l water SuperPlant). The parameters observed were plant height, leaf area (mm3), Total Chlorophyll Leaf, Weight Per Plant Biomass Samples (g), Fresh Weight Per Plant Sale Sample (g), Harvest Index. Superplant the best liquid fertilizer in plant height was observed at a concentration of 1.56 ml / l of water with 28.681 cm high, observations persampel plant biomass is at a concentration of 6.06 ml / l of water with a weight of 106.872 g. selling fresh weight of plants is at a concentration of 5.47 ml / l water.

(15)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dosis pupuk cair mikro SuperPlant yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi pada tanaman sawi (Brassica juncea L.) varietas Tosakan. Penelitian ini dilakukan di Simpang Pemda, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan Maret hingga bulan april 2010. Penelitian ini dilakukan dengan metode rancangan acak kelompok non faktorial dengan enam perlakuan yaitu S0 (Kontrol), S1 (2 ml / l air SuperPlant)), S2 (4 ml / l air SuperPlant), S3 (6 ml / l air SuperPlant ), S4 (8 ml / l air SuperPlant), S5 (10 ml / l air SuperPlant). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, Luas daun (cm2), Jumlah Klorofil Daun (unit/ 6 mm3), Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g), Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g), Indeks Panen. Pupuk cair superplant yang terbaik dalam pengamatan tinggi tanaman adalah pada konsentrasi 6 ml/l air dengan tinggi 25,63 cm, pengamatan bobot biomassa tanaman persampel adalah pada konsentrasi 6,06 ml/ l air dengan bobot 106,872 g. bobot segar jual tanaman adalah pada konsentrasi 5,47 ml/l air.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan

pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang bernilai

ekonomi tinggi. Produksi sayuran Indonesia meningkat setiap tahun dan

konsumsinya tercatat 44 kg/kapita/tahun (Adiyoga, 1999). Laju pertumbuhan

produksi sayuran di Indonesia berkisar antara 7,7-24,2%/tahun. Beberapa jenis

sayuran, seperti bawang merah, petsai/sawi, dan mentimun peningkatan

produksinya merupakan dampak dari penerapan teknologi budidaya

(Suwandi, 2009).

Sawi merupakan jenis sayur yang digemari oleh masyarakat Indonesia.

Konsumennya mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan

masyarakat kelas atas. Kelebihan lainnya sawi mampu tumbuh baik di dataran

rendah maupun dataran tinggi. Sawi mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah

kubis krop, kubis bunga, dan brokoli. Tanaman sawi diduga berasal dari Tiongkok

(Cina), tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2500 tahun lalu, kemudian

menyebar luas ke Filipina dan Taiwan (Rukmana, 2002).

Tanaman sawi bila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk

dikembangkan atau diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen serta

adanya peluang pasar. Kelayakan pengembangan budidaya sawi antara lain

(17)

relatif pendek yakni 40-50 hari setelah tanam dan hasilnya memberikan

keuntungan yang memadai (Rahman dkk, 2008).

Ditinjau dari aspek agroklimatnya, Indonesia sangat potensial untuk

pembudidayaan sayur-sayuran. Selain itu, aspek teknis, ekonomi dan sosial juga

sangat mendukung pengusahaan sayur di negeri kita. Ditinjau aspek teknis,

budidaya sawi tidak terlalu sulit (Haryanto dkk, 2006).

Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

cukup lengkap sehingga apabila dikonsumsi sangat baik untuk mempertahankan

kesehatan tubuh. Kandungan gizi setiap 100 g bahan yang dapat dimakan pada

sawi hijau adalah :

Tabel 1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi

No Komposisi Jumlah

Sawi hijau, sering kita temui dalam menu makan sehari-hari. Biasanya

sawi diolah menjadi tumisan sayur atau pelengkap makan bakso. Sayuran sehat ini

tentu punya banyak manfaat. Sawi hijau mengandung banyak antioksidan dan

(18)

berfungsi sebagai pencegah kanker. Bagi perempuan sawi punya banyak manfaat

di masa menopouse, karena bisa melindungi kaum hawa dari penyakit jantung dan

kanker payudara. Kandungan nutrisi seperti kalsium, asam folat, dan magnesium

juga dapat mendukung kesehatan tulang. Bagi Anda yang tak suka makan sayur,

tak perlu khawatir kehilangan semua manfaat sehat ini. Karena ternyata, sawi tak

hanya bisa dimakan sebagai sayur, namun juga diramu menjadi minuman sehat

yang menyegarkan (Zatnika, 2010).

Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (2009) produksi

tanaman sawi selama periode tahun 2005 sampai tahun 2008 mengalami

penurunan minus 1,44% per tahun, hal ini terjadi karena berkurangnya luas

lahan. Pada tahun 2008 produksi sawi sebesar 77.147 ton, naik sebesar 2.036 ton,

bila dibandingkan produksi tanaman sawi pada tahun 2007 sebesar 75.111 ton.

Tanaman sawi terdapat hampir di semua daerah di Sumatera Utara.

Salah satu faktor penting dalam budidaya yang menunjang keberhasilan

hidup tanaman adalah masalah pemupukan. Masalah umum dalam pemupukan

adalah rendahnya efisiensi serapan unsur hara oleh tanaman. Efisiensi pemupukan

N dan K tergolong rendah, berkisar antara 30-40%. Efisiensi pemupukan P oleh

tanaman juga rendah, berkisar 15-20% (Suwandi, 2009). Tanaman tidak cukup

hanya mengandalkan unsur hara dari dalam tanah saja. Oleh karena itu, tanaman

perlu diberi unsur hara tambahan dari luar, yaitu berupa pupuk

(Prihmantoro, 2001). Upaya peningkatan efisiensi penggunaan pupuk dapat

ditempuh melalui prinsip tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu aplikasi,

(19)

Untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman sayuran

membutuhkan hara esensial selain radiasi surya, air, dan CO2. Unsur hara esensial

adalah nutrisi yang berperan penting sebagai sumber unsur hara bagi tanaman.

Ketersediaan masing-masing unsur tersebut di dalam tanah berbeda antar tanaman

(Suwandi, 2009).

Tanaman sendiri mempunyai kebutuhan unsur hara dalam bentuk unsur

makro dan unsur mikro, yang masing-masing kebutuhannya tidak sama

(Iswasta, 2004). Tidak lengkapnya unsur hara makro dan mikro, dapat

mengakibatkan hambatan bagi pertumbuhan /perkembangan tanaman dan

produktivitasnya. Ketidak lengkapan salah satu atau beberapa zat hara tanaman

makro dan mikro dapat diperbaiki dengan pupuk tertentu pada tanahnya

(Sutedjo, 1995).

Peningkatan produksi sawi dapat dilakukan dengan pemupukan.

Pemupukan melalui tanah dapat dilakukan dengan pupuk buatan dan pupuk alami.

Berkurangnya subsidi pupuk dan banyaknya beredar pupuk majemuk alternatif

membuat para petani menjadi bingung hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan

petani mengenai jumlah dan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Sehingga

tidaklah mengherankan bila penerapan pemupukan tidak diikuti dengan

peningkatan produksi karena hanya memenuhi beberapa unsur hara makro saja,

sementara unsur mikro yang lain tidak terpenuhi. Pada hal meskipun dibutuhkan

dalam jumlah yang lebih sedikit, unsur mikro ini tidak kalah pentingnya dengan

unsur hara makro sebagai komponen struktural sel yang terlibat langsung dalam

(20)

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk an-organik yang

diberikan ke dalam tanah diantaranya dengan penggunaan pupuk cair yang

disemprotkan pada daun. Selain mengandung unsur makro, menurut Soedomo

(1992) pupuk daun mengandung unsur mikro yang dibutuhkan tanaman. Lingga

(2003) menjelaskan bahwa cara pemberian pupuk melalui daun ternyata lebih

efektif karena daun dapat menyerap secara langsung dengan cepat unsur-unsur

hara yang diberikan, disamping itu juga menguntungkan karena menghindari

kerusakan akar dan dapat menanggulangi kekurangan unsur mikro.

Upaya yang dapat ditempuh agar pemupukan lebih efektif dan efisien

adalah dengan menyemprotkan larutan pupuk melalui daun tanaman

(Rahmi dan Jumiati, 2007). Menurut Lingga (2003), sebelum melakukan

penyemprotan pupuk daun, konsentrasi yang dibuat harus benar-benar mengikuti

petunjuk dalam kemasan. Jika petani membuat konsentrasi yang lebih rendah dari

yang dianjurkan, maka untuk mengimbanginya penyemprotan pupuk daun bisa

dipercepat atau diperpendek interval waktunya (Osman, 1996). Salah satu jenis

pupuk daun yang mengandung unsur hara mikro adalah pupuk cair SuperPlant.

Pemberian pupuk daun tersebut dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas

tanaman (PT. Agro Dynamics Indo).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai Pemanfaatan Pupuk Cair Mikro terhadap Pertumbuhan dan

(21)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi pupuk cair mikro

SuperPlant yang terbaik untuk pertumbuhan dan produksi pada

tanaman sawi (Brassica juncea L.) varietas Tosakan.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh pupuk cair mikro SuperPlant terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan penelitian ilmiah untuk menyusun skripsi yang merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu famili dengan kubis-krop,

kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae)

olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama pada sistem

perakaran, struktur batang, bunga, buah (polong) maupun bijinya.

Sawi termasuk ke dalam kelompok tanaman sayuran daun yang

mengandung zat-zat gizi lengkap yang memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi

masyarakat. Sawi hijau bisa dikonsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan

maupun dalam bentuk olahan dalam berbagai macam masakan. Selain itu berguna

untuk pengobatan (terapi) berbagai macam penyakit (Cahyono, 2003).

Klasifikasi tanaman sawi dalam

Divisi : Spermatophyta

(Rukmana, 2002) sebagai berikut :

Kelas : Angiospermae

Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix primaria)

dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar

kesemua arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara

lain mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya

(23)

Batang tanaman sawi pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir tidak

kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun

(Rukmana, 2002).

Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada

umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk

krop (Sunarjono, 2004).

Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami baik di

dataran tinggi maupun di dataran rendah. Stuktur bunga sawi tersusun dalam

tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang

banyak. Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat

helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan

satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2002).

Syarat Tumbuh Iklim

Curah hujan yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan

hidup tanaman karena ketersedian air tanah yang mencukupi. Tanaman sawi hijau

tergolong tanaman yang tahan terhadap curah hujan, sehingga penanaman pada

musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang

sesuai untuk pembudidayaan tanaman sawi hijau adalah 1000-1500 mm/tahun.

Akan tetapi tanaman sawi yang tidak tahan terhadap air yang menggenang. .

(Cahyono, 2003)

Tanaman sawi pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah. Tanaman

(24)

menghasilkan biji secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia

(Haryanto dkk, 2002).

Kelembapan udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi hijau

yang optimal berkisar antara 80%-90%. Kelembapan udara yang tinggi lebih dari

90 % berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman. Kelembapan yang

tinggi tidak sesuai dengan yang dikehendaki tanaman, menyebabkan mulut daun

(stomata) tertutup sehingga penyerapan gas karbondioksida (CO2) terganggu.

Dengan demikian kadar gas CO2 tidak dapat masuk kedalam daun, sehingga kadar

gas CO2 yang diperlukan tanaman untuk fotosintesis tidak memadai. Akhirnya

proses fotosintsis tidak berjalan dengan baik sehingga semua proses pertumbuhan

pada tanaman menurun. (Cahyono, 2003).

Ada kekhawatiran tentang hujan asam, tetapi hampir semua hujan adalah

ber pH rendah (asam). Air Hujan murni yang tidak mengandung bahan pencemar

pada dasarnya adalah air distilasi. Air hujan ini yang dalam kesetimbangan

dengan atmosfer akan memiliki pH sekitar 5,6 karena pelarutan karbon dioksida

di dalam air. Ketika air hujan murni berada dalam kesetimbangan dengan karbon

dioksida, maka konsentrasi ion hidrogen yang dihasilkan menyebabkan pH 5,6

(Madjid,2009).

Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang tinggi. Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dalarn keadaan

(25)

Selain dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang (sub-tropis)

tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang

dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai

suhu malam hari 15,6°C dan siang hari 21,1°C serta penyinaran matahari antara

10-13 jam per hari (Sastrahidajat dan Soemarno, 1996).

Suhu udara yang tinggi lebih dari 210 C dapat menyebabkan tanaman sawi hijau tidak dapat tumbuh dengan baik (tumbuh tidak sempurna). Karena suhu

udara yang tinggi lebih dari batasan maksimal yang di kehendaki tanaman, dapat

menyebabkan proses fotosintasis tanaman tidak berjalan sempurna atau bahkan

terhenti sehingga produksi pati (karbohidrat) juga terhenti, sedangkan proses

pernapasan (respirasi) meningkat lebih besar. Akibatnya produksi pati hasil

fotosintsis lebih banyak digunakan untuk energi pernapasan dari pada untuk

pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak mampu untuk tumbuh dengan

sempurna. Dengan demikian pada suhu udara yang tinggi tanaman sawi hijau

pertumbuhannya tidak subur, tanaman kurus, dan produksinya rendah, serta

kualitas daun juga rendah (Cahyono, 2003).

Tanah

Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah yang subur, gembur

dan banyak mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata

aerasi dalam tanah berjalan dengan baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang

optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7

(Haryanto dkk, 2006)

Kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan hara didalam

(26)

dalam tanah. Penambahan pupuk ke dalam tanah secara langsung akan

mempengaruhi sifat kemasamannya, karena dapat menimbulkan reaksi masam,

netral ataupun basa, yang secara langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi

ketersediaan hara makro atau hara mikro. Ketersediaan unsur hara mikro lebih

tinggi pada pH rendah. Semakin tinggi pH tanah ketersediaan hara mikro semakin

kecil (Hasibuan, 2010).

Pada pH tanah yang rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan pada

penyerapan hara oleh tanaman sehingga secara menyeluruh tanaman akan

terganggu pertumbuhannya. Di samping itu, kondisi tanah yang masam (kurang

dari 5,5), menyebabkan beberapa unsur hara , seperti magnesium, boron (B), dan

molbdenium (Mo), menjadi tidak tersedia dan beberapa unsur hara, seperti besi

(Fe), alumunium (Al), dan mangan (Mn) dapat menjadi racun bagi tanaman.

Sehingga dengan demikian bila sawi ditanam dengan kondisi yang terlalu masam,

tanaman akan menderita penyakit klorosis dengan menunjukkan gejala daun

berbintik-bintik kuning dan urat-urat daun berwarna perunggu dan daun berukuran

kecil dan bagian tepi daun berkerut (Cahyono, 2003).

Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun untuk pertumbuhan

yang paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti tanah andosol. Pada

tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengolahan lahan secara sempurna antara

lain pengolahan tanah yang cukup (Suhardi, 1990).

Sifat biologis yang baik adalah tanah banyak mengandung bahan organik

(humus) dan bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan

(27)

Pupuk Cair SuperPlant

Pupuk cair adalah pupuk berbentuk cairan. Pupuk cair umumnya hasil

ekstrak bahan yang sudah dilarutkan dengan pelarut seperti air atau minyak.

Senyawanya mengandung karbon, vitamin, atau metabolit sekunder dapat berasal

dari ekstrak tanaman, tepung ikan, tepung tulang atau enzim (Musnamar, 2005).

Pengembalian bahan organik kedalam tanah adalah hal yang mutlak

dilakukan untuk mempertahankan hasil yang mendekati optimum jika dalam

pelaksaannya memperhatikan empat kunci yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat

waktu dan tepat pemberian. Mengingat hasil pemupukan pada jenis tanaman yang

tidak sama tidak selalu memberikan hasil yang baik maka ada hal yang perlu

diperhatikan yaitu tingkat kesuburan tanah, reaksi tanah, kadar air, sifat pupuk

yang diberikan, pengolahan lahan, penyiangan dan pemilihan bibit yang baik

(Sutarya dan Grubben, 1995).

Tanaman sayur semusim berumur pendek dan ditanam dengan jarak tanam

rapat, pemupukan dilakukan lewat daun dengan pupuk disebut pupuk daun.

Pemupukan lewat daun ini umumnya dilakukan dengan cara melarutkan pupuk

tersebut ke dalam air lalu larutan pupuk tersebut disemprotkan ke permukaan daun

(Prihmantoro, 2001).

Aplikasi pupuk cair biasanya dilakukan dengan menyemprotkan pupuk ke

daun tanaman dan dapat juga dilakukan dengan menyiramkan langsung ke

perakaran tanaman. Aplikasi pupuk cair dilakukan dengan cara disemprotkan ke

daun dan sebaiknya tidak dilakukan pada kondisi terik matahari atau kelembaban

(28)

tidak dilakukan pada saat hujan karena larutan pupuk akan hilang tercuci oleh air

hujan (Danarti dan Najiyati, 1994).

Ada satu hal kelebihan yang mencolok dari pupuk daun, yaitu penyerapan

haranya lebih cepat dibanding pupuk yang diberikan lewat akar. Masuknya pupuk

ini karena ada proses difusi dan osmosis pada lubang mulut daun yang lazim

disebut stomata. Stomata ini membuka dan menutup secara mekanis yang diatur

oleh tekanan turgor dari sel-sel penutup. Jika tekanan turgor meningkat, stomata

akan membuka. Sementara jika tekanan turgor menurun maka stomata akan

menutup (Sutedjo, 1995).

Penyerapan unsur hara lewat daun umumnya melalui stomata. Tetapi,

beberapa pakar ilmu fisiologi tanaman menduga bahwa di samping diserap

stomata penyerapan unsur hara juga dapat melalui ektodesmata

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002)

Penyerapan hara tanaman lewat daun sangat dibatasi oleh adanya dinding

luar sel epidermis. Dinding ini tertutup oleh lapisan malam (wax) atau juga kutin

yang mengandung pectin, hemiselulosa, dan selulosa yang bersifat semi hidrofilik.

Fungsi lapisan luar yang bersifat hidrofobik adalah melindungi tanaman dari

hilangnya air karena transpirasi. Demikian juga, adanya lapisan luar yang

hidrofobik ini untuk menjaga agar tidak terjadi pencucian yang berlebihan atas

larutan organik dan anorganik dari daun oleh air hujan

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002)

Ada dua kelompok pupuk daun berdasarkan unsur hara yang dikandungnya,

(29)

dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit tapi mutlak harus tersedia

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Menurut Lingga dan Marsono (2007), ada beberapa keuntungan dari pupuk

anorganik yaitu:

1. Pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik

umumnya memiliki takaran hara yang tepat.

2. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan hara

yang tepat

3. Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah yang cukup, artinya selalu tersedia

di pasaran.

4. Pupuk anorganik murah diangkut karena jumlah relative sedikit dibanding

pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Sehingga biaya angkut

pupuk menjadi lebih murah

Meskipun pupuk cair mempunyai banyak kelebihan, tetap saja dalam

penggunaan masih terdapat kekurangan. Adapun beberapa kekurangan dari pupuk

cair adalah bila dosis pemupukan salah (terlalu tinggi) maka daun akan rusak,

terutama pada musim kering (Lingga dan Marsono, 2007).

SuperPlant adalah pupuk cair import berteknologi tinggi dan diproduksi

dibawah pengawasan mutu yang ketat serta disesuaikan dengan keadaan iklim,

tanah dan tanaman. SuperPlant sangat praktis penggunaanya cukup diaplikasi

dengan cara penyemprotan.

SuperPlant diproduksi khusus untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

tanaman. Sangat mudah digunakan cukup dicampurkan dengan air bersih lalu

(30)

Menurut PT. Agro Dynamics Indo kandungan Pupuk cair SuperPlant

antara lain;

Tabel 2. Kandungan Pupuk Cair Mikro Superplant

No Kandungan Jumlah

Dengan dosis pemakaian 2,5 – 5,5 ml/ liter air

Asam asetat atau asam cuka adalah

dikenal sebagai pemberi rasa

memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3

-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut

Asam asetat merupakan salah sat

Larutan asam asetat dalam air merupakan sebu

hanya terionisasi sebagian menjad+ dan CH3COO-. Asam asetat berperan

dalam fermentasi pada metabolisme. Di dalam tanaman dan tanah asam asetat

(Acetic Acid) berperan sebagai bakteri pada fermentasi yang berlangsung dalam

keadaan aerob. Dari reaksi fermentasi ini meningkatkan energi 5 kali lebih besar

(31)

aerob

C6H12O6→2C2H5OH 2CH3COOH + H2O + 116 kal

(glukosa) (etanol) bakteri asam cuka asam cuka

Bakteri yang berperan dalam reaksi ini adalah acetobacter

Fermentasi alkohol, secara sederhana, berlangsung sebagai berikut.

C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP

(Dwidjoseputro, 1994).

Populasi mikrobia tanah yang heterotrof terdiri atas macam-macam bakteri

dan jamur yang masing-masing bertanggung jawab atas satu atau lebih tahap

peruraian bahan organik. Tiap tahap berpengaruh terhadap tingkat dan reaksi

selanjutnya. Tahap awal dari perombakan bahan organik yang mengandung

nitrogen adalah peruraian secara hidrolitik amin dari asam amino. Tahap ini

disebut aminisasi dan yang melakukan tugas ini adalah jasad renik tanah yang

heterotrofik (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Kalium terdapat di dalam tubuh tanaman sebagai garam anorganik pada

bagian-bagian tanaman yang menyelenggarakan pertumbuhan lebih banyak

didapat kalium daripada di dalam daun-daun yang sudah tua. Unsur ini

mempunyai peranan penting sebagai katalisator, terutama di dalam pengubahan

protein dan asam amino. Jika kekurangan kalium, maka protein yang terdapat

dalam tanaman sedikit, sedang persenan asam amino agak tinggi. Sebaliknya jika

ada cukup kalium, persenan asam amino turun dan banyaknya protein bertambah.

Kurang kalium berakibat terhambatnya fotosintesis dan bertambahnya respirasi

(Dwidjoseputro, 1994)

Kalium tergolong unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam

(32)

maka banyak proses yang tidak berjalan dengan baik, misalnya terjadi kumulasi

karbohidrat, menurunnya kadar pati, dan akumulasi senyawa nitrogen dalam

tanaman. Fungsi K yang lain adalah untuk pengembangan sel dan pengaturan

tekanan osmosis. (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Hubungan B dan kalium dapat dikatakan bahwa pada kadar B rendah

pemupukan kalium menyebabkan kenaikan penyerapan B. Tetapi bila kadar B

tinggi, pemupukan kalium menyebabkan adanya kecendrungan keracunan B pada

tanaman. Keracunan B umumnya terjadi pada tanah kering atau pada tanah yang

secara alamiah memiliki kadar B tinggi (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Fungsi Boron dalam tanaman antara lain berperan dalam metabolisme

asam nukleat, karbohidrat, protein, dan auksin. Di samping itu, boron juga

berperan dalam pembelahan sel, pemanjangan sel dan diferensiasi sel. Boron

seperti unsur mikro lainnya umumnya dipengaruhi oleh bahan organik tanah.

Tanah yang kadar bahan organiknya tinggi umumnya kadar boronnya juga tinggi

(33)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan masyarakat Jl.Setia Budi,

Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian

tempat ± 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Maret – Mei 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman sawi

varietas Tosakan (Lampiran 19), kompos pupuk Jaya Tani, pupuk anorganik

pelengkap cair mikro SuperPlant (Lampiran 20) dan pupuk urea (45 % N)

Alat yang digunakan adalah cangkul untuk menggemburkan dan

membersihkan lahan, handsprayer, pipet skala untuk menakar pupuk dan

insektisida yang diaplikasikan, timbangan analitik, gembor, meteran untuk

mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, leaf area meter untuk mengukur luas

daun, klorofilmeter untuk mengukur jumlah klorofil daun, alat tulis, kertas label

(34)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok)

dengan 6 perlakuan 4 ulangan. Sebagai perlakuan adalah konsentrasi pupuk cair

mikro SuperPlant

S0 : Kontrol

S1 : 2 ml/l air SuperPlant

S2 : 4 ml/l air SuperPlant

S3 : 6 ml/l air SuperPlant

S4 : 8 ml/l air SuperPlant

S5 : 10 ml/l air SuperPlant

Jumlah Ulangan : 4 ulangan

Jumlah Plot : 24 plot

Jumlah Tanaman/Plot : 25 tanaman

Jumlah Tanaman Sampel/Plot: 5 tanaman

Jumlah Sampel Seluruhnya : 120 tanaman

Jumlah Tanaman Seluruhnya : 600 tanaman

Jarak Tanam : 25 cm x 20 cm

Jarak Antar Plot : 30 cm

Jarak Antar Ulangan : 50 cm

(35)

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam

berdasarkan model linier sebagai berikut:

Yijk = μ + ρi + αj + Єij Dimana:

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan komposisi pupuk pelengkap

cair pada taraf ke-j

µ = Nilai tengah

ρi = Pengaruh blok ke-i

αj = Pengaruh pemberian pupuk pelengkap cair pada taraf ke-j

Єij = Pengaruh galat pada blok ke-i komposisi pupuk cair pada taraf ke-j

Jika dari sidik ragam diperoleh efek komposisi pupuk cair yang berbeda

nyata akan dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda

(36)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Disiapkan lahan penelitian seluas 25 m x 7 m. Dibuat plot dengan ukuran

125 cm x 100 cm (Lampiran 23), dengan jarak antar ulangan 50 cm dan jarak

antar plot 30 cm (Lampiran 22) Kemudian tanah dibersihkan dari gulma dan

digemburkan dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman 30 cm.

Penyemaian Benih

Benih direndam dengan air kemudian langsung di tanam di tempat

persamaian yang telah disiapkan dengan ukuran 1m x 2m. Media tanamnya

berupa campuran top soil, pasir, dan kompos dengan perbandingan 2:1:1.

Lamanya benih disemaikan ± 14 hari.

Aplikasi Pupuk Dasar

Pemupukan dilakukan pada saat penanaman dilapangan. Pupuk yang

diaplikasikan adalah pupuk urea sebagai pupuk dasar. Dosis yang diberikan

sesuai dengan dosis anjuran dilokasi penelitian yaitu 300kg/ha (37,5g/plot).

Penanaman

Bibit sawi yang telah berdaun tiga atau lebih (berumur ± 14 hari) siap

dipindahkan ke lapangan. Penanaman bibit dapat dilakukan dengan membuat

lubang tanam dengan kedalaman lubang tanam ± 3 cm. Bibit ditanam dua bibit

per lubang tanam dengan jarak tanam 25 cm x 20 cm. Sebelum bibit dimasukkan

(37)

Penjarangan Tanaman

Penjarangan tanaman dilakukan pada pada saat tanaman berumur 1 minggu

di lapangan dengan mencabut tanaman yang pertumbuhannya tidak sempurna,

dan sisakan satu tanaman yang pertumbuhannya baik.

Aplikasi Pupuk SuperPlant

Pengaplikasian Pupuk cair miko SuperPlant diberikan sebanyak 4 tahap

yaitu pada saat tanaman berumur 19 HST, 24 HST, 29 HST dan 34 HST.

Pengaplikasian pupuk cair mikro SuperPlant dilakukan dengan cara disemprotkan

ke daun sampai daun dalam keadaan basah tapi tidak menetes.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada sore hari. Apabila kondisi tanah masih lembab

maka penyiraman tidak perlu dilakukan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual (mencabut gulma dengan tangan).

Penyiangan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 19 HST dan 29 HST.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila tanaman terserang dan

terinfeksi. Bila tanaman terserang hama maka dapat dilakukan penyemprotan

dengan menggunakan insektisida Pestona sesuai dengan dosis anjuran. Sedangkan

untuk pengendalian penyakit dapat digunakan fungisida Dithane M-45 dengan

dosis 2 g/l air. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada saat tanaman

(38)

Panen

Panen dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman, dengan cara

membongkar tanah agar akar tanaman tidak patah dan tidak tertinggal di dalam

tanah, setelah dicabut akar di bersihkan dengan menggunakan air bersih agar akar

bersih dari tanah. Sesuai dengan deskripsi, panen dilakukan pada umur tanaman

± 40 hari.

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai daun tertinggi

yang tegak alami. Pengukuran dilakukan pada 5 tanaman sampel mulai saat

tanaman berumur 21 HST hingga 36 HST dengan interval pengamatan 5 hari

sekali.

Luas daun (cm2)

Pengukuran luas daun dilakukan dengan menggunakan alat Leaf Area

Meter. Pengukuran luas daun dilakukan setelah panen.

Jumlah Klorofil Daun (unit/ 6 mm3)

Perhitungan jumlah klorofil yaitu dengan menggunakan klorofil meter.

Penghitungan dilakukan dengan cara mengukur jumlah klorofil pada tiga titik

yaitu pada pangkal daun, tengah daun dan ujung daun kemudian dirata-ratakan.

Perhitungan jumlah klorofil daun dilakukan pada saat panen.

Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g)

Bobot biomassa per tanaman sampel adalah seluruh bagian tanaman sampel

(39)

Tanaman ditimbang setelah dibersihkan dari tanah yang melekat pada akar dan

dilakukan pada akhir penelitian.

Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g)

Bobot segar jual per tanaman sampel adalah bagian tanaman yang layak

untuk dijual dengan kriteria membuang daun bagian bawah yang rusak dan tidak

layak untuk dikonsumsi. Tanaman ditimbang setelah dibersihkan dari tanah yang

melekat pada akar dan dilakukan pada akhir penelitian.

Indeks Panen

Indeks panen merupakan hasil bagi bobot segar jual dengan bobot

biomassa. Dapat ditulis dengan rumus : Bobot Segar Jual Indeks Panen =

Bobot Biomassa

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman (cm)

Data tinggi tanaman umur 21 hst, 26 hst, 31 hst, dan 36 hst dapat dilihat

pada Lampiran 1, 3, 5, 7 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 2, 4, 6,

dan Lampiran 8. Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk cair

superplant terhadap tinggi tanaman berpengaruh nyata pada 31 hst, dan 36 hst

dan berpengaruh tidak nyata pada pengamatan 21 hst, dan 26 hst.

Tabel 3. Tinggi tanaman sawi pada berbagai taraf pupuk cair superplant pada pengamatan 21-36 hst selang 5 hari.

No Perlakuan Hari ke-

Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 31 hst perlakuan S3

berbeda nyata terhadap perlakuan S1, S0, S4, S5. Pada pengamatan 36 hst,

perlakuan S3 berbeda nyata terhadap perlakuan S1, S0, S5.

Gambar 1 dan Gambar 2 memperlihatkan hubungan tinggi tanaman

(41)

Gambar 1. Pengaruh pupuk cair superplant terhadap tinggi tanaman pada pengamatan ke- 31 hst.

Gambar 2. Pengaruh pupuk cair superplant terhadap tinggi tanaman pada pengamatan ke- 36 hst.

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk superplant

membentuk kurva kuadratik positif, dimana tinggi tanaman yang tertinggi adalah

18.23 cm pada perlakuan S3. Dan tinggi tanaman yang terendah adalah pada

konsentrasi 0 ml/l air sebesar 14.12 cm. Pada Gambar 2 memperlihatkan kurva

pengaruh pupuk cair superplant terhadap tinggi tanaman pada 36 hst bersifat ŷ= -0.10x2 + 1.30X + 13.93

R2 = 0.97

ŷ= -0.15x2 + 1.86X + 19.17

(42)

kuadratik positif. Dimana tinggi tanaman yang diperoleh adalah sebesar 25.63 cm

pada perlakuan S3, dan yang terendah adalah tanpa pemberian superplant dengan

tinggi tanaman 19.5 cm.

Luas Daun (cm2)

Data luas daun tanaman umur 44 hst dapat dilihat pada Lampiran 9 dan

sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Dari sidik ragam dapat dilihat

bahwa pengamatan luas daun tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan yang

digunakan.

Tabel 4. Pengaruh pupuk cair superplant terhadap luas daun pada tanaman sawi

No Perlakuan Luas Daun (cm2)

1 S0 121.13

2 S1 125.50

3 S2 129.72

4 S3 135.47

5 S4 126.02

6 S5 124.00

Klorofil Daun (unit/ 6 mm3)

Data Klorofil daun umur 44 hst dapat dilihat pada Lampiran 11 dan sidik

ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 12. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa

pengamatan Klorofil daun tidak berpengaruh nyata pada perlakuan pupuk cair

(43)

Tabel 5. Pengaruh cair superplant terhadap Klorofil daun pada tanaman sawi

Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g)

Pengambilan data bobot biomassa tanaman dilakukan pada saat tanaman

berumur 44 hst. Data biomassa tanaman dapat dilihat pada Lampiran 13 dan sidik

keragaman dapat dilihat pada Lampiran 14. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa

pengaruh pupuk cair superplant terhadap bobot biomassa berpengaruh tidak nyata.

Pengaruh pupuk superplant dapat terhadap bobot biomassa dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh pupuk cair superplant terhadap bobot biomassa pada tanaman sawi

No Perlakuan Bobot Biomassa (g)

(44)

Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g)

Pengambilan data bobot segar tanaman dilakukan pada saat tanaman

berumur 44 hst. Data bobot segar dapat dilihat pada Lampiran 15 dan sidik ragam

dapat dilihat pada Lampiran 16. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa pengaruh

pupuk superplant terhadap bobot segar jual berpengaruh nyata. Pengaruh pupuk

cair superplant terhadap bobot segar jual dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh pupuk cair superplant terhadap bobot segar jual pada tanaman sawi.

No Perlakuan Bobot Segar Jual (g)

1 S0 56.00 c

2 S1 62.22 c

3 S2 78.00 a

4 S3 75.00 ab

5 S4 72.50 ab

6 S5 67.50 bc

Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT.

Perlakuan S3 berbeda nyata dengan perlakuan S0, S1 dan S5, namun tidak

berbeda nyata dengan perlakuan S3 dan S4. Sedangkan perlakuan S5 tidak

(45)

Gambar 4. Pengaruh pupuk cair superplant terhadap bobot segar jual.

Gambar 4 menunjukkan hubungan bobot segar tanaman dengan pupuk cair superplant bersifat kuadratik positif. Bobot segar jual tanaman yang tertinggi adalah pada perlakuan S2 yaitu sebesar 78.00 g dan yang terendah adalah pada perlakuan S0 dengan bobot segar yaitu 56.00 g.

Indeks Panen

Dari hasil perhitungan indeks panen ternyata pengaruh pupuk cair superplant tidak berpengaruh nyata. Perhitungan indeks panen dapat dlihat pada Lampiran 17 dan sidik ragam indeks panen dapat dilihat pada Lampiran 18. Perhitungan pengaruh pupuk superplant terhadap indeks panen dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan pengaruh pupuk cair superplant terhadap indeks panen pada tanaman sawi.

No Perlakuan Indeks Panen

(46)

Pembahasan

Dari hasil sidik ragam yang diperoleh pengaruh pupuk cair superplant

berpengaruh nyata pada pengamatan 31 hst dan 36 hst untuk parameter tinggi

tanaman, dan bobot segar jual tanaman. Sedangkan untuk pengamatan parameter

luas daun, klorofil daun, bobot biomassa tanaman, dan perhitungan indeks panen

berpengaruh tidak nyata.

Pada umur 36 hst, tinggi tanaman nyata dipengaruhi oleh pengaruh

pupuk cair superplant. Hal ini di duga sebagai akibat peranan unsur-unsur yang

dikandung oleh pupuk cair yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Pemberian

pupuk cair superplant meningkatkan kebutuhan energi bagi pertumbuhan

tanaman, namun jika diberikan melebihi dosis 6 ml mengakibatkan penurunan

tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dwidjoseputro (1994)

menyebutkan bahwa acetic acid dalam tanah dan tanaman berperan sebagai

bakteri dalam fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob.

Pengaruh perlakuan pupuk superplant terhadap tinggi tanaman bersifat

kuadratik positif dimana semakin banyak konsentrasi yang diberikan maka tinggi

tanaman akan meningkat sampai batas tertentu, kemudian menurun. Hal ini sesuai

dengan hukum peningkatan hasil yang makin berkurang oleh Mitcherlich yang

menyatakan penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk

berbanding lurus dengan selisih hasil maksimum dengan hasil aktual. Hasil

maksimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya karena

makin tinggi dosis hasil justru menurun.

(47)

memerlukan suhu yang tinggi pada proses pertumbuhan. Pada Lampiran 24 dapat

dilihat bahwa suhu tergolong tinggi saat penelitian ini berlangsung. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Cahyono (2003) yang mengungkapkan bahwa suhu udara yang

tinggi lebih dari 210 C dapat menyebabkan tanaman sawi hijau tidak dapat tumbuh dengan baik (tumbuh tidak sempurna).

Karena suhu udara yang tinggi pada saat penelitian sesuai dengan Data

Badan Meteorologi, melebihi dari batasan maksimal yang di kehendaki tanaman,

dapat menyebabkan proses fotosintesis tanaman tidak berjalan sempurna atau

bahkan berkurang sehingga produksi pati (karbohidrat) juga berkurang, sedangkan

proses respirasi meningkat lebih besar. Akibatnya produksi pati hasil fotosintesis

lebih banyak digunakan untuk energi respirasi dari pada untuk pertumbuhan

tanaman sehingga tanaman tumbuh kurang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Cahyono (2003) yang menyatakan pada suhu udara yang tinggi tanaman sawi

hijau pertumbuhannya tidak subur, tanaman kurus dan kualitas daun juga rendah.

Pengaruh pupuk cair superPlant berpengaruh tidak nyata terhadap bobot

biomassa tanaman dalam sidik ragam, hal ini disebabkan akibat banyaknya bagian

tanaman yang menunjukkan gejala seperti bintik-bintik kuning pada daun,

daun yang berkerut pada bagian tepi dan pertumbuhan tamanan yang kerdil. Hal

ini di duga sebagai akibat dari rendah nya curah hujan sewaktu penelitian

berlangsung dari data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika pada

Lampiran 24. dan pengaruh kemasaman tanah yang tinggi dengan pH 5,33 jika di

perhatikan dari analisa tanah pada Lampiran 21. Menurut data badan Meteorologi

Klimatologi dan Geofisika pada bulan april, curah hujan adalah sebesar 79,7 mm.

(48)

beberapa unsur hara seperti Mg, B, dan Mo menjadi tidak tersedia dan beberapa

unsur hara seperti Fe, Al, dan Mn dapat menjadi racun bagi tanaman. Sehingga

dengan demikian bila sawi ditanam dengan kondisi yang terlalu masam, tanaman

akan menderita penyakit klorosis dengan menunjukkan gejala daun

berbintik-bintik kuning dan urat-urat daun berwarna perunggu dan daun berukuran kecil dan

bagian tepi daun berkerut. Dan menurut Yulianti (2007) Tanah masam adalah

tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang tinggi. Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+.

Pengaruh pupuk cair superplant terhadap bobot segar jual berpengaruh

nyata dalam sidik ragam, hal ini diduga sebagai akibat peranan kandungan pupuk

cair sebagai bakteri dalam peningkatan energi pertumbuhan. Hal ini sesuai

pernyataan Dwidjoseputro (1994) yang menyatakan bahwa Asam asetat berperan

dalam fermentasi pada metabolisme dengan meningkatkan energi 5 kali lebih

besar dari fermentasi alkohol. Dari data badan meteorologi pada Lampiran dapat

dilihat bahwa suhu udara lebih tinggi dari suhu udara yang disarankan untuk

pertumbuhan tanaman sawi sehingga dapat mengganggu produksi tanaman,

namun dengan adanya acetic acid dalam pupuk cair ini menyebabkan produksi

berpengaruh nyata.

Pengaruh pupuk cair superplant terhadap perhitungan indeks panen

berpengaruh tidak nyata menurut analisa statistik. Hal ini disebabkan banyaknya

bagian tanaman yang rusak akibat faktor curah hujan yang rendah dan suhu yang

(49)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan pupuk cair mikro yang terbaik adalah S3 dengan konsentrasi

6 ml/ liter air dengan tinggi tanaman 25,63 cm, luas daun 135,47 cm2 , klorofil daun 45,28 unit/ 6 mm3, bobot biomassa 85,50 g, berat segar jual 75,00 g dan indeks panen 90,36.

2. Pemberian pupuk cair mikro berpengaruh tidak nyata terhadap

pengamatan parameter luas daun, klorofil daun, bobot biomassa dan

indeks panen.

3. Perlakuan S2 dengan konsentrasi 4 ml/ liter air memberikan produksi

bobot segar jual tertinggi dengan 78,00 g per tanaman atau 15,6 ton/ ha

dan pada perlakuan S3 dengan bobot segar jual 75 g per tanaman atau 15

ton/ ha.

Saran

1. Untuk mendapatkan bobot segar jual terbaik pada tanaman sawi

disarankan menggunakan konsentrasi 4 ml/ liter air superplant.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, W. 1999. Pola Pertumbuhan Produksi Beberapa Jenis Sayuran di Indonesia. Jurnal Hortikultura 9(2): 258-265

Badan Pusat Statistika Provinsi Sumatera Utara. 2009. Analisis Potensi Komoditas Unggulan Hortikultura Sumatera Utara.

Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau (Pai-Tsai). Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.

Danarti dan S. Najiyati. 1994. Budidaya dan Analisa Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1997. Daftar Komposisi Bahan Makanan Penerbit Bhatara Karya Aksara.

Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit Gramedia. Jakarta.

Gomez dan Gomez. 1995. Prosedur Statistika Untuk Penelitian Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta

Haryanto, W., T. Suhartini dan E. Rahayu. 2006. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya, Jakarta.

Hasibuan, B. 2010. Pupuk dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara. Fakultas Pertanian. Medan

Heru, P dan Yovita, H. 2003. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Hobi dan Bisnis. Gramedia. Jakarta.

Iswasta, K. 2004. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Monosodium Glutamat Sebagai Pupuk Tanaman Caisiem. Jurnal MIPA 14(1) : 61-67

Lingga, P. 2003 Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta

Lingga, P. dan Marsono, 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisis Revisi Penebar Swadaya, Jakarta

(51)

Musnamar. 2005. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Osman, F. 1996. Memupuk Padi dan Palawija. Penebar Swadaya, Jakarta

Prihmantoro. 2001. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta

Rahman, A., Hermaya, dan Lisa. 2008. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Dengan Pemberian Bokashi, Jurnal Agrisisten 4(2): 75-80

Rahmi, A dan Jumiati. 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung manis. Jurnal AGRITROP 26(3): 105-109

Rosmarkam, A dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta

Rukmana, R. 2002. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius, Yogyakarta

Sastrahidajat, I, H dan Soemono. 1996. Budidaya Tanaman Association. 1998. Western Fertilizer Handbook Second Horticulture Edition. Interstate Publishers. INC, Illinois

Soedomo, R.P. 1992. Pengaruh Pupuk Daun Gemari Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Buah Cabai di Daerah Bogor. Bull. Pen. Hort. XXI (4) : 1-5 Suhardi, 1990. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogyakarta

Sunarjono, H. 2004. Bertanam Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutarya, R dan G, Grubben. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. UGM-Press. Yogyakarta.

Sutedjo, M. M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Suwandi, 2009. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman Dalam Pengembangan Inovasi Budidaya Sayuran berkelanjutan. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 2 (2): 131-147

Syafruddin., Faesal, dan M. Akil. 2009. Pengelola Hara Pada Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros Hal 205-215

Yulianti, N. 2007. Reaksi Tanah .Jurnal Hijau.2(5) : 23 – 43.

(52)

Lampiran 1. Tinggi Tanaman Pada Hari ke-21(cm)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

Lampiran 2. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada Hari ke-21(cm)

(53)

Lampiran 3. Tinggi Tanaman Pada Hari ke-26 (cm)

Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata

Lampiran 4. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada Hari ke-26. (cm)

(54)

Lampiran 5. Tinggi Tanaman Pada Hari ke-31 (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

Lampiran 6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada Hari ke-31(cm)

(55)

Lampiran 7. Tinggi Tanaman Pada Hari ke-36 (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

Lampiran 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada Hari ke-36 (cm)

(56)

Lampiran 9. Luas Daun (cm2)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

Lampiran 10. Sidik Ragam Luas Daun (cm2)

(57)

Lampiran 11. Klorofil Daun (unit/ 6 mm3)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

Lampiran 12. Sidik Ragam Klorofil Daun (unit/ 6 mm3)

(58)

Lampiran 13.Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

Lampiran 14. Sidik Ragam Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g)

(59)

Lampiran 15. Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g)

Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata

Lampiran 16. Sidik Ragam Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g)

(60)

Lampiran 17. Indeks Panen

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

Lampiran 18. Sidik Ragam Indeks Panen

(61)

Lampiran 19. Deskripsi Sawi Varietas Tosakan

Nama Lain : Caisim (Bangkok)

Umur Tanaman : 40-50 Hari Setelah Tanam

Bentuk Tanaman : Besar, semi buka dan tegak

Batang : Tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas

Tangkai Bunga : Panjang dan langsing

Warna Tangkai Bunga : Hijau tua

Bentuk Daun : Lebar, panjang dan memiliki pinggiran daun rata

Warna Daun : Hijau

Potensi Produksi : 400 g/ tanaman

(62)

Lampiran 20. Deskripsi Pupuk SuperPlant

Pupuk SuperPlant adalah pupuk cair import berteknologi tinggi dan diproduksi dibawah pengawasan mutu yang ketat serta disesuaikan dengan keadaan iklim, tanah dan tanaman.

Pupuk SuperPlant dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman dan sangat mudah digunakan cukup dicampurkan dengan air bersih lalu semprotkan keseluruh bagian daun/ pucuk pohon.

Kandungan Unsur SuperPlant

Water 55,12%

Acetic Acid 2,80%

Amino Acid 7,00%

Potassium Humate 2,50%

Boric Acid 3,75%

Dosis Pemakaian 2,5-5,5 ml/ liter air

(63)
(64)
(65)

Lampiran 23. Plot Penelitian

× × × × ×

× × ×

× × × ×

× × ×

× × × × ×

10 cm

X

X

X X

X

125 cm

100 cm

(66)
(67)
(68)

Lampiran 26. Jadwal Kegiatan

Penyiraman Sesuai kondisi di lapangan

Penyiangan x x

5. Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g)

x

Gambar

Tabel 1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi
Tabel 2. Kandungan Pupuk Cair Mikro Superplant
Tabel 3. Tinggi tanaman sawi pada berbagai taraf pupuk cair superplant pada pengamatan 21-36 hst selang 5 hari
Gambar 2. Pengaruh pupuk cair superplant terhadap tinggi tanaman pada  pengamatan ke- 36 hst
+5

Referensi

Dokumen terkait

penyuluhan yang diberikan oleh kepala panti dan kepala seksi secara bergantian. 5) Pelayanan ketrampilan yang diberikan panti kepada warga binaan meliputi pelayanan

8 Tahun 1999 terhadap konsumen yang dirugikan dalam transaksi jual beli produk kosmetik secara online , berbagai upaya perlindungan hukum yang dilakukan oleh Balai

Penulis dalam penelitian ini hanya akan membahas prosedur pemeriksaan terhadap upaya yang dilakukan guna meningkatkan tingkat kolektibilitas piutang, penelitianpun akan diperluas

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan

Pada penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas atau variabel independen, yaitu suku bunga (BI Rate) sebagai X 1 , inflasi sebagai X 2 , dan nilai tukar rupiah sebagai X 3

Meskipun tradisi po sintuwu sangat kuat akan tetapi bukan berarti tidak ada yang berani melanggarnya. Pada wujud tindakan jenis pelanggaran po sintuwu yang umumnya dikenal yaitu

Penelitian ini dilakukan pada buku teks pelajaran non bse yang berjudul Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SMA Kelas X yang ditulis oleh Muhajir dan Drs. Dari

Pada baterai, karbon aktif digunakan sebagai bahan anoda baterai litium dimana kemampuan sebagai karbon aktif dalam menyerap energi sangat baik karena memiliki luas