• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI

TENTANG FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI

PUSKESMAS KECAMATAN BESITANG

KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Oleh :

Hesron Ariamito Ginting 101101025

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan penyertaanNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat”.

Ucapan terimah kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. I

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ikhsanuddin Harahap, S.Kp, MNS sebagai Pembantu dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Cholina Trisa Siregar M.Kep, Sp.KMB,sebagai dosen pembimbing yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.

6. Terima kasih kepada dr. Beby Yanti sebagaiKepalaPuskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat yang telah memberikan izin dalam proses pengambilan data penelitian dan terima kasih kepada Ibu Martalena Sembiring, SKM sebagai Kepala Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan yang telah memberikan izin dalam proses pengambilan data untuk uji reliabilitas penelitian.

7. Terima kasih kepada Ayahanda Amir Ginting dan Ibunda Arihta br Sinulingga, SH yang selalu mendoakan, menyayangiku dan memberikan dukungan baik moril maupun material serta senantiasa mamberikan yang terbaik untukku.

8. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan selalu mencurahkan berkat dan kasih karuniaNya kepada semua pihak yang membantu dan mendukung penulis.Penulis menerima saran dan kritik yang barsifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, 7 Juli 2014

(4)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ... i

Kata pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar skema ... v

DaftarTabel ... vi

Abstrak ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.LatarBelakang 1

2.1.1. Defenisi Pengetahuan ... 7

2.1.2. Ciri-ciri Pengetahuan ... 8

2.1.3. Sifat Pengetahuan ... 8

2.1.4. Jenis Pengetahuan ... 9

2.1.5. Tingkat Pengetahuan ... 14

2.1.6. Sumber Pengetahuan ... 16

2.1.7. Hakikat Pengetahuan ... 20

2.1.8. Metode Memperoleh Pengetahuan ... 26

2.1.9. Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi ... 28

2.2.Faktor Risiko ... 30

2.2.1. Defenisi Faktor Risiko ... 30

2.2.2. Jenis-Jenis Faktor Risiko ... 30

2.2.3. Kegunaan Identifikasi Faktor Risiko ... 31

2.2.4. Kriteria Faktor Risiko ... 32

2.3.Hipertensi ... 32

2.3.1. Defenisi Hipertensi ... 32

2.3.2. Etiologi Hipertensi ... 32

2.3.3. Klasifikasi Hipertensi ... 35

2.3.4. Patofisiologi Hipertensi ... 37

2.4.Faktor Risiko Hipertensi ... 41

2.4.1. Defenisi Faktor Risiko Hipertensi ... 41

2.4.2. Faktor Risiko Hipertensi ... 41

BAB III Kerangka Konseptual ... 55

3.1.KerangkaKonseptual ... 55

3.2.DefinisiOperasional ... 56

BAB IVMetodologiPenelitian ... 57

4.1.DesainPenelitian ... 57

4.2.Populasi, Sampel, dan Tehnik Sampling ... 57

(5)

4.4.Pertimbangan Etik ... 59

4.5.Instrumen Penelitian ... 60

4.6.Validitas Penelitian ... 60

4.7.Reliabilitas Penelitian ... 61

4.8.Pengumpulan Data ... 61

4.9.Analisa Data ... 63

BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 64

5.1.Hasil Penelitian ... 64

5.1.1. Karakteristik Responden ... 64

5.1.2. Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat ... 65

5.2.Pembahasan ... 66

BAB VI Kesimpulan ... 72

8.1.Kesimpulan ... 72

8.2.Rekomendasi ... 72

8.2.1. PraktikKeperawatan ... 72

8.2.2. Pendidikan Keperawatan ... 73

8.2.3. Penelitian Selanjutnya ... 73

DaftarPustaka ... 74 Lampiran

1. Lembar PersetujuanResponden 2. Kuesioner Penelitian

3. JadwalPenelitian 4. Taksasi Dana

5. Daftar RiwayatHidup 6. Lembar Bukti Bimbingan

7. Tabel Kerja Uji Reliabilitas dengan Rumus KR 20 8. Tabulasi Data Penelitian

9. Data SPSS

10.Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU

11.Surat Survei awal dari FKEP USU

12.Surat Balasan Survei awal dari Puskesmas Kecamatan Besitang 13.Surat Pengambilan Data Penelitian Uji Reliabilitas dari FKEP USU

14.Surat Balasan Pengambilan Data Penelitian Uji Reliabilitas dari Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan

15.Surat Pengambilan Data Penelitian dari FKEP USU

16.Surat Balasan Rekomendasi Pengambilan Data Penelitian dari Puskesmas Kecamatan Kecamatan Besitang

17.Surat telah Melaksanakan Penelitian dari Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

(6)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Patofisiologi hipertensi ... …………40

(7)

DAFTAR TABEL

(8)

Judul : Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

Penulis : Hesron Ariamito Ginting Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013/2014

Abstrak

Hipertensi merupakan keadaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) ≥140/90 mm Hg. Hipertensi atau penyakit darah tinggi banyak menimbulkan dampak. Pengontrolan yang tidak baik dapat mengakibatkan masalah pada sistem tubuh yang lain, seperti jantung, ginjal, dan otak yang pada akhirnya akan menimbulkan komplikasi serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, dan kebutaan. Rata-rata jumlah pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat selama 6(enam) bulan terakhir pada tahun 2013 sejumlah 55 orang dan penyakit hipertensi merupakan penyakit peringkat ke tiga dari sepuluh distribusi penyakit di Puskesmas kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan populasi seluruh pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive samplingmelalui wawancara dengan kuesioner pada tanggal 25 Januari sampai dengan 16 Februari 2014 dan didapat 48 orang yang mengalami hipertensi menjadi responden penelitian. Dari 48 orang responden pasien hipertensi yang mempunyai pengetahuan tentang faktor risiko hipertensi sebanyak 31 orang (64,6%) dalam kategori cukup, kategori baik sebanyak 11 orang (22,9%), dan kategori kurang sebanyak 6 orang (12,5%).Tingkat pengetahuan pasien hipertensi yang cukup tentang faktor risiko hipertensi menunjukkan masih diperlukannya penyuluhan mengenai faktor risiko hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat sehingga pasien dapat sadar mengenai bahaya hipertensi dan dapat menanggulanginya dengan cara menghindari faktor risiko hipertensi.

(9)

Tittle : The Description of Hypertension Patients’ Familiarity based on characteristics on Hypertension Risk Factor in Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

Researcher : Hesron Ariamito Ginting Faculty : Faculty of Nursing Academic Year : 2013/2014

Abstract

Hypertension translates into conditions marked by an escalation of either the systolic blood pressure (SBP) or diastolic blood pressure (DBP) ≥140/90 mmHg. Hypertension or high blood pressure causes plenty of impacts. Improper control can bring about problems to other body organs such as heart, kidney and brain that will eventually cause heart attack complication, stroke, kidney disorder and blindness. The everage number of patients in Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat (Local Health Center Besitang District Langkat Regency) in the last six months in 2013 are 55 patients and hypertension is ranked the third out of 10 of the desease’s distribution in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. This research was conducted to find out the familiarityof patients suffering hypertension in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. This research was conducted with descriptive design involving all patients in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat as the population. Sample collection was carried out by using purposive sampling

through interviews and questionnaires on January 25th up to February 16th 2014 and 48 of the respondents were confirmed to suffer from hypertension. Of the 48 respondents with hypertension, in terms of awareness of hypertension risk factors 31 respondents (64.6%) are in the category Fair, 11 respondents (22,9 %) in the category Good and six respondents (12.5 %) in the category Poor. Poor awareness level shown by patients with hypertension points out that counceling concerning hypertension risk factors in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat is still needed so patients are aware of the danger of hypertension and are able to cope with the desease by avoiding the hypertension risk factors.

(10)

Judul : Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

Penulis : Hesron Ariamito Ginting Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013/2014

Abstrak

Hipertensi merupakan keadaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) ≥140/90 mm Hg. Hipertensi atau penyakit darah tinggi banyak menimbulkan dampak. Pengontrolan yang tidak baik dapat mengakibatkan masalah pada sistem tubuh yang lain, seperti jantung, ginjal, dan otak yang pada akhirnya akan menimbulkan komplikasi serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, dan kebutaan. Rata-rata jumlah pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat selama 6(enam) bulan terakhir pada tahun 2013 sejumlah 55 orang dan penyakit hipertensi merupakan penyakit peringkat ke tiga dari sepuluh distribusi penyakit di Puskesmas kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan populasi seluruh pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive samplingmelalui wawancara dengan kuesioner pada tanggal 25 Januari sampai dengan 16 Februari 2014 dan didapat 48 orang yang mengalami hipertensi menjadi responden penelitian. Dari 48 orang responden pasien hipertensi yang mempunyai pengetahuan tentang faktor risiko hipertensi sebanyak 31 orang (64,6%) dalam kategori cukup, kategori baik sebanyak 11 orang (22,9%), dan kategori kurang sebanyak 6 orang (12,5%).Tingkat pengetahuan pasien hipertensi yang cukup tentang faktor risiko hipertensi menunjukkan masih diperlukannya penyuluhan mengenai faktor risiko hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat sehingga pasien dapat sadar mengenai bahaya hipertensi dan dapat menanggulanginya dengan cara menghindari faktor risiko hipertensi.

(11)

Tittle : The Description of Hypertension Patients’ Familiarity based on characteristics on Hypertension Risk Factor in Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

Researcher : Hesron Ariamito Ginting Faculty : Faculty of Nursing Academic Year : 2013/2014

Abstract

Hypertension translates into conditions marked by an escalation of either the systolic blood pressure (SBP) or diastolic blood pressure (DBP) ≥140/90 mmHg. Hypertension or high blood pressure causes plenty of impacts. Improper control can bring about problems to other body organs such as heart, kidney and brain that will eventually cause heart attack complication, stroke, kidney disorder and blindness. The everage number of patients in Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat (Local Health Center Besitang District Langkat Regency) in the last six months in 2013 are 55 patients and hypertension is ranked the third out of 10 of the desease’s distribution in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. This research was conducted to find out the familiarityof patients suffering hypertension in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. This research was conducted with descriptive design involving all patients in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat as the population. Sample collection was carried out by using purposive sampling

through interviews and questionnaires on January 25th up to February 16th 2014 and 48 of the respondents were confirmed to suffer from hypertension. Of the 48 respondents with hypertension, in terms of awareness of hypertension risk factors 31 respondents (64.6%) are in the category Fair, 11 respondents (22,9 %) in the category Good and six respondents (12.5 %) in the category Poor. Poor awareness level shown by patients with hypertension points out that counceling concerning hypertension risk factors in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat is still needed so patients are aware of the danger of hypertension and are able to cope with the desease by avoiding the hypertension risk factors.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Hipertensi merupakan keadaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan

darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 140/90 mmHg

(JNC 7, 2007).Hipertensi menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan di

Indonesia maupun di seluruh dunia, peningkatan tekanan darah yang berlangsung

kronik akan menyebabkan peningkatan risiko kejadian kardiovaskuler,

serebrovaskuler, dan renovaskuler (Tedjasukmana, 2012).

Data dari WHO tahun 2004 prevalensi penyakit hipertensi 26,4 % dari

populasi dewasa di dunia dengan jumlah pada laki-laki sebesar 26,6 % dan

perempuan sebesar 26,1%(Ruhyanudin, 2007). Di dunia proporsional mortality

rate hipertensi adalah 13% atau sekitar 7,1 juta kematian (Ruhyanudin, 2007).

WHO tahun 2004 menegaskan pada tahun 2005 prevalensi hipertensi negara

maju mencapai37%, sedangkan di negara-negara berkembang 29,9%(Hart &

Fahey,2009).Tahun 2025 jika tidak dilakukan upaya yang tepat penderita

hipertensi akan meningkat menjadi 29% dari 1,6 miliar penduduk dunia

(Tedjasukmana, 2012).

Data NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey) tahun

2005-2008 di Amerika Serikat risiko hipertensi meningkat sesuai dengan

peningkatan usia dan data tersebut jugamemperlihatkan bahwa kurang lebih 76,4

juta orang berusia ≥20 tahun adalah penderita hipertensi, berarti 1 dari 3 orang

(13)

Data survei kesehatan rumah tangga tahun 2012, prevalensi hipertensi di

Indonesia mencapai 31,7%(Ruhyanudin, 2007). Data nasional lainnya juga

memperlihatkan prevalensi terjadinya hipertensi, seperti MONICA Jakarta tahun

2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban sebesar 31,7% (Rahajeng

& Tuminah, 2009).

Hipertensi atau penyakit darah tinggi banyak menimbulkan dampak.

Pengontrolan yang tidak baik dapat mengakibatkan masalah pada sistem tubuh

yang lain, seperti jantung, ginjal, dan otak yang pada akhirnya akan menimbulkan

komplikasi serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, dan kebutaan (Rahajeng &

Tuminah, 2009). Prospective Studies Collaboration oleh Lewingston dkk pada

tahun 2012 juga menegaskan bahwa semakin tinggi tekanan darah, baik sistolik

(TDS) maupun diastolik (TDD) maka semakin tinggi juga risiko kejadian

kardovaskuler (Tedjasukmana,2012).

Data MRFIT (Multiple Risk Factor Intervention Triial) tahun 2005juga

memperlihatkan bahwa dampak peningkatan tekanan darah yang juga

berhubungan dengan peningkatan kejadian ESDR (End Stage Renal Disease) atau

disebut juga penyakit ginjal stadium akhir (Tedjasukmana,2012). Hipertensi juga

mengakibatkan dampak komplikasi kejadian kardiovaskuler, serebrovaskuler, dan

renovaskuler (Ruhyanudin, 2007).

Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada pasien hipertensi akan

mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital, yaitu adanya

(14)

akhirnya akan menyebabkan infark miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal

ginjal (Udjianti, 2011).

Hipertensi hampirtidak memperlihatkan gejala klinissehingga pasien

sering terdeteksi pada pemeriksaan rutin saat pasien berkunjung ke puskesmas

atau setelah berbagai penyakit kardiovaskuler muncul seperti stroke, penyakit

jantung koroner, penyakit jantung hipertensi maupun penyakit jantung bendungan

(congestive heart failler) (Muttaqin, 2009).Hasil SKRT 2004 menunjukkan

penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di

Indonesia dan sekitar 20–35% dari penyakit kardiovaskuler tersebut disebabkan

oleh hipertensi kronik (Rahajeng & Tuminah, 2009).

Pengendalian tekanan darah merupakan cara untuk menekan tingginya

penyakit kardiovaskuler melalui pengenalan berbagai macam faktor risiko

terjadinya hipertensi, seperti peningkatan usia (diatas 30 tahun), ras (lebih sering

pada orang kulit hitam), jenis kelamin (tersering pada laki-laki), diet (meningkat

pada diet tinggi sodium), genetik, hiperkolesterolemia (peningkatan LDL dan

penurunan HDL), diabetes mellitus, perokok, obese central, penyakit ginjal dan

lain-lain (Asih, 2000).

Pengenalan terhadap berbagai faktor risiko hipertensi seharusnya dapat

menurunkan angka kejadian hipertensi di masyarakat terutama pada masyarakat di

negara berkembang maupun maju. Beberapa negara maju yang mayoritas

masyarakatnya memiliki latarbelakang pendidikan ternyata masih ditemukan

(15)

oleh kesadaran masyarakat terhadap kesehatan yang masih sangat rendah (Bustan,

1997).

Hasil penelitian yang dilakukan Sugiharto (2007) tentang pengetahuan

masyarakat yang berkaitan dengan faktor risiko hipertensi di Kabupaten

Karanganyar Semarang Indonesia menyimpulkan bahwa responden tidak

menyadari kalau stres juga dapat berisiko terjadinya hipertensi, masih terdapat

kepercayaan masyarakat bahwa penyakit hipertensi hanya disebabkan oleh faktor

risiko riwayat keluarga atau keturunan, dan terdapat pandangan yang salah tentang

kebiasaan merokok, yaitu kebiasaan merokok tidak akan menyebabkan penyakit.

Penelitian yang sama terkait hubungan tingkat pengetahuan tentang faktor

risiko hipertensi dengan kejadian hipertensi di Dinoyo RW II Malang juga

dilakukan oleh Agoes, Susmarini, dan Saputro (2013) dan menyimpulkan bahwa

pasien yang memiliki pengetahuan baik dengan mengalami hipertensi sebesar 4%

(5 orang) dan yang tidak mengalami hipertensi sebesar 20 % (29 orang), pasien

yang memiliki pengetahuan sedang dengan mengalami hipertensi sebesar 8 % (11

orang) dan yang tidak mengalami hipertensi sebesar 21 % (31 orang), sedangkan

pasien yang memiliki pengetahuan rendah dengan mengalami hipertensi sebesar

46 % (67 orang) dan yang tidak mengalami hipertensi sebesar 1 % (10 orang).

Melalui studi pendahuluan didapatkan data bahwa jumlah pasien

hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat selama 6(enam)

bulan terakhir pada pasien hipertensi yang berbeda bulan Juni, Juli, Agustus,

September, Oktober, dan November tahun 2013 sejumlah 332 orang sehingga

(16)

merupakan penyakit peringkat ke tiga dari sepuluh distribusi penyakit di

Puskesmas kecamatan Besitang Kabupaten Langkat (Medical Record Puskesmas

Kecamatan Besitang, 2013).

Berdasarkan paparan diatas maka peneliti merasa perlu melakukan

penelitian tentang gambaran pengetahuan pasien hipertensi tentang faktor risiko

hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan

pasien hipertensi tentang faktor risiko hipertensi di Puskesmas Kecamatan

Besitang Kabupaten Langkat.

1.3.Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalahbagaimana gambaran pengetahuan pasien

hipertensi tentang faktor risiko hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang

Kabupaten Langkat?

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada bidang keperawatan,

masyarakat, dan penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut.

1.1.Pasien

Memberikan informasi kepada masyarakat terutama pasien hipertensi

(17)

1.2.Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat meningkatkan pengetahuan

perawat puskesmas.

1.3.Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasiuntuk

puskesmas sehingga dapat menurunkan angka mortalitas dan motalitas pasien

hipertensi di puskesmas.

1.4.Peneliti selanjutnya

Sebagai bahan informasi kepada peneliti selanjutnya dan sebagai bahan

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Defenisi Pengetahuan

Menurut Bakhtiar (2004) secara etimologi pengetahuan berasal dari kata

dalam bahasa Inggris, yaitu knowledge. Encyclopedia of Phisolophy menjelaskan

bahwa defenisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is

justified true belief). Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari

pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf,

mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua isi pikiran. Pengetahuan

merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.

Kamus filsafat menjelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah

proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya

sendiri. Peristiwa yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di

dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun

yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.

Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa pengetahuan dalam arti luas berarti

semua kehadiran internasional objek dalam subjek, sedangkan dalam arti sempit

berbeda dengan imajinasi atau pemikiran belaka, pengetahuan hanya berarti

putusan yang benar dan pasti (kebenaran dan kepastian). Subjek sadar akan

hubungan objek dengan eksistensi. Pengetahuan hanya merupakan pengalaman

sadar karena sangat sulit melihat bagaimana persisnya suatu pribadi dapat sadar

(19)

Orang pragmatis, terutama John Dewey tidak membedakan pengetahuan

dengan kebenaran (antara knowledge dengan truth). Jadi, pengetahuan itu harus

benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi.

2.1.2. Ciri-ciri Pengetahuan

Menurut Surip& Mursini (2010) ciri-ciri pengetahuan adalah sebagai

berikut:

a. Kepastian mutlak tentang kebenaran segala pengetahuan manusia tidak

mungkin karena manusia adalah makhluk contingen dan failible, tetapi ini

tidak berarti bahwa semua pengetahuan manusia pantas dan perlu

dipergunakan kebenarannya. Oleh karena itu, skeptisisme mutlak perlu

ditolak.

b. Subjek berperan aktif dalam kegiatan mengetahui dan tidak hanya bersifat

pasif menerima serta melaporkan objek apa adanya, tetapi ini tidak berarti

bahwa pengetahuan manusia harus subjektif. Subjektivisme radikal juga

pantas disangkal.

c. Pengetahuan manusia bersifat relasional dan kontekstual, tetapi ini tidak

berarti bahwa objektivisme dan universalitas pengetahuan menjadi tidak

mungkin.

2.1.3. Sifat Pengetahuan

Menurut Suhartono (2004) sifat pengetahuan ada dua yakni bersifat

(20)

a. Pengetahuan yang bersifat Subjektif

Pengetahuan yang bersifat subjektif menyatakan bahwa kualitas objek

yang diketahui secara dominan tidak terlepas dari kesadaran subjek.Aliran-aliran

yang relevan adalah idealisme dan rasionalisme.

b. Pengetahuan yang bersifat Objektif

Pengetahuan yang bersifat objektif menyatakan bahwa kualitas objek yang

diketahui terlepas sama sekali oleh kesadaran. Aliran-aliran yang relevan seperti

realisme dan empirisme.

2.1.4. Jenis Pengetahuan

Pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan maka di

dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran.

MenurutBakhtiar (2004) pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu:

a. Pengetahuan Biasa

Pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense

dan sering diartikan dengan good sense karena seseorang memiliki sesuatu yang

seseorang itu terima secara baik. Semua orang menyebut sesuatu itu merah karena

memang itu merah atau benda itu panas karena benda itu dirasakan panas.

Melalui common sense, semua orang sampai pada keyakinan secara umum

tentang sesuatu karena mereka akan berpendapat sama semuanya. Common sense

diperoleh dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk menyiram

bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar, musim kemarau akan

(21)

b. Pengetahuan Ilmu

Ilmu sebagai terjemahan dari science.Pengertian yang sempit science

diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan

objektif.Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan

mensistematisasikan common sense.Pengetahuan berasal dari pengalaman dan

pengamatan dalam kehidupan sehari-hari.Namun, dilanjutkan dengan suatu

pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.

Ilmu dapat merupakan suatu metode berfikir secara objektif (objektif

thinking) yang tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap

dunia faktual.Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu dapat diperolehnya

melalui observasi, eksperimen, dan klasifikasi.Analisis ilmu itu objektif dan

menyampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dan dalam

arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian (subjektif) karena

dimulai dengan fakta.Ilmu merupakan milik manusia secara komprehensif.Ilmu

merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal

yang dipelajari dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati

pancaindra manusia.

c. Pengetahuan Filsafat

Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran

yang bersifat kontemplatif dan spekulatif.Pengetahuan filsafat lebih menekankan

pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.Ilmu hanya pada satu

bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, sedangkan filsafat membahas hal yang

(22)

reflektif dan kritis sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup

menjadi leluasa kembali.

d. Pengetahuan Agama

Pengetahuan agama merupakan pengetahuan yang hanya diperoleh dari

Tuhan lewat para utusan-Nya.Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib

diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang

pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan yang sering juga

disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia

yang sering disebut dengan hubungan horizontal. Iman kepada hari akhir

merupakan ajaran pokok agama dan sekaligus merupakan ajaran yang membuat

manusia optimis akan masa depannya. Menurut para pengamat, agama masih

bertahan sampai sekarang karena adanya doktrin tentang hidup setelah mati

sehingga masih dibutuhkan.

Menurut Surajiyo (2010) Pengetahuan juga dapat diklasifikasikan menjadi

pengetahuan nonilmiah dan ilmiah.Pengetahuan nonilmiah adalah pengetahuan

yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam

kategori metode ilmiah.Secara umum yang dimaksud dengan pengetahuan

nonilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia mengenai sesuatu atau objek

tertentu yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.Pengetahuan nonilmiah seperti

penglihatan dengan mata, hasil pendengaran telinga, hasil pembauan hidung, hasil

pengecapan lidah, dan hasil perabaan kulit.

Pengetahuan nonilmiah dapat juga dikatakan dengan hasil-hasil

(23)

dengan hasil pemikiran secara akal.Pengetahuan nonilmiah adalah segenap hasil

pemahaman manusia yang berupa tanggapan-tanggapan terhadap hal-hal yang

biasanya gaib.Semuanya itu biasanya diperoleh dengan menggunakan intuisi atau

disebut juga pengetahuan intuitif. Pengetahuan yang demikian diperoleh dengan

menggunakan indra atau pengetahuan akal.

Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang

diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah

pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai syarat-syarat

tertentu dengan cara berfikir yang luas, yaitu metodologi ilmiah. Pengetahuan ini

pada umumnya disebut dengan ilmu pengetahuan.

Menurut Suhartono (2004)pengetahuan juga dapat diklasifikasikan

menjadi pengetahuan Eikasia (Khayalan) dan pengetahuan Pistis

(Substansial).Pengetahuan Eikasia (Khayalan) merupakan tingkatan pengetahuan

yang paling rendah.Pengetahuan Eikasia merupakan pengetahuan yang objeknya

berupa bayangan atau gambaran.Pengetahuan ini isinya adalah hal-hal yang

berhubungan dengan kesenangan, kesukaan, serta kenikmatan manusia yang yang

berpengetahuan.Seseorang yang dalam keadaan sadar dan menganggap bahwa

khayal dan mimpinya adalah fakta ada dalam dunia nyata.

Pengetahuan Pistis adalah pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak

dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung. Objek

pengetahuan Pistis biasa disebut zooya karena isi pengetahuannya mendekati

suatu keyakinan (kepastian yang bersifat sangat pribadi atau kepastian subjektif)

(24)

yang cukup terhadap suatu tindakan yang mengetahui, misalnya mempunyai

pendengaran yang baik, penglihatan normal, serta indera yang normal.

Menurut Surip (2010) pengetahuan terdiri dari pengetahuan langsung

(immediate) dan pengetahuan tidak langsung (mediated), pengetahuan inderawi

(perceptual), pengetahuan konseptual (conceptual), pengetahuan partikular

(particular), dan pengetahuan universal (universal).

a. Pengetahuan Langsung (Immediate)

Pengetahuan langsung adalah pengetahuan yang hadir dalam jiwa tanpa

melalui proses penafsiran dan pikiran. Kaum realis (penganut paham realisme)

mendefenisikan pengetahuan seperti itu.Umumnya dibayangkan bahwa manusia

mengetahui sesuatu itu sebagaimana adanya, khususnya perasaan manusia yang

berkaitan dengan realita-realita yang telah dikenal sebelumnya.

b. Pengetahuan Tidak Langsung (Mediated)

Pengetahuan tidak langsung merupakan hasil dari pengaruh interpretasi

dan proses berfikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu. Apa yang manusia

ketahui dari benda-benda eksternal banyak berhubungan dengan penafsiran dan

penyerapan pikiran manusia.

c. Pengetahuan Indrawi (Perceptual)

Pengetahuan indrawi adalah sesutau yang dicapai dan diraih melalui

indra-indra lahiriah. Pengetahuan indra-indrawi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi,

seperti adanya cahaya yang menerangi objek-objek eksternal, sehatnya

(25)

benda-benda partikular menjadi konsepsi universal, serta faktor-faktor sosial (seperti

adat istiadat).

d. Pengetahuan Konseptual (Conceptual)

Pengetahuan konseptual juga tidak terpisah dari pengetahuan

indrawi.Pikiran manusia secara langsung tidak dapat membentuk suatu

konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan perkara-perkara eksternal tanpa berhubungan

dengan alam eksternal.Alam luar dan konsepsi saling bepengaruh satu dengan

yang lainnya dan pemisahan di antara keduanya merupakan aktivitas pikiran.

e. Pengetahuan Partikular (Particular)

Pengetahuan partikular berkaitan dengan satu individu, objek-objek

tertentu atau realitas-realitas khusus, misalnya ketika manusia membicarakan

individu tertentu maka hal ini berhubungan dengan pengetahuan partikular.

f. Pengetahuan Universal (Univesal)

Pengetahuan universal mencakup individu-individu yang berbeda.Sebagai

contoh, ketika membahas tentang manusia yang meliputi seluruh manusia.

2.1.5. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga

(26)

Menurut Notoatmodjo (2007) domain kognitif pengetahuan dibagi menjadi

enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Yaitu mengingat suatu materi yang telah diajarkan sebelumnya.Tingkat

tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Kata

kerja yang biasa dipakai menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

terhadap suatu objek dan sebagainya.

c. Aplikasi (Application)

Yaitu sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus

pemecahan masalah.

d. Analisis (Analysis)

Yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur tersebut dan masih

ada kaitannya satu sama lain. Misalnya dapat menggambarkan atau membuat

(27)

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan terhadap suatu teori atau

rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap materi atau objek.Penilaian-penilaian itu berdasaran suatu kriteria yang

telah ada.

2.1.6. Sumber Pengetahuan

Menurut Bakhtiar (2004) semua orang mengakui memiliki pengetahuan.

Persoalannya darimana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan

didapat. Kemudian timbul pertanyaan bagaimana caranya manusia memperoleh

pengetahuan atau darimana sumber pengetahuan manusia. Pengetahuan yang ada

pada manusia diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan

sumber pengetahuan. Menurut Surajiyo (2010) masalah terjadinya pengetahuan

adalah masalah yang sangat penting dalam epistemologi karena jawaban terhadap

terjadinya pengetahuan maka seseorang akan memberikan pandangan atau paham

filsafatnya. Jawaban yang paling sederhana tentang terjadinya pengetahuan

adalah apakah a priori atau a posteriori. Pengetahuan a priori adalah pengetahuan

yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indera

(28)

yang terjadi karena adanya pengalaman. Dengan demikian, pengetahuan ini

bertumpu pada kenyataan objektif.

Sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan ada enam hal, yaitu

sebagai berikut:

a. Pengalaman Indera (Sense Experience)

Orang sering merasa penginderaan merupakan alat yang paling vital dalam

memperoleh pengetahuan.Penginderaan adalah satu-satunya alat untuk menyerap

segala sesuatu objek yang ada di luar diri manusia.Paham demikian dalam filsafat

disebut realisme karena terlalu menekankan pada kenyataan.Realisme adalah

suatu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui adalah hanya

kenyataan.Jadi, pengetahuan berawal mula dari kenyataan yang dapat diindrai.

Tokoh pemula dari pandangan ini adalah Aristoteles yang berpendapat bahwa

pengetahuan terjadi bila subjek diubah di bawah pengaruh objek artinya

bentuk-bentuk dari dunia luar meninggalkan bekas-bekas dalam kehidupan batin. Objek

masuk dalam diri subjek melalui persepsi indra (sensasi). Hal ini ditegaskan pula

pula oleh Aristoteles yang berkembang pada abad pertengahan adalah Thomas

Aquinas yang mengemukakan bahwa tiada sesuatu dapat masuk lewat ke dalam

akal yang tidak ditangkap oleh indra.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman indra merupakan sumber

pengetahuan yang berupa alat-alat untuk menangkap objek dari luar diri manusia

melalui kekuatan indra. Kekhilafan akan terjadi jika ada ketidaknormalan di

(29)

b. Nalar (Reason)

Nalar adalah salah satu corak berfikir dengan menggabungkan dua

pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru.Hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah tentang asas-asas pemikiran

berikut.

Principium identitas adalah sesuatu yang harus sama dengan dirinya

sendiri. Asas ini biasa juga disebut asas kesamaan.Principum contradictionis

maksudnya bila terdapat dua pendapat yang bertentangan tidak mungkin

kedua-duanya benar dalam waktu yang bersamaan atau dengan kata lain pada subjek

yang sama tidak mungkin terdapat dua predikat yang bertentangan pada satu

waktu. Asas ini biasa disebut sebagai asas pertentangan.

Principium tertii exclusi, yaitu pada dua pendapat yang berlawanan tidak

mungkin keduanya benar dan tidak mungkin keduanya salah.Kebenaran hanya

terdapat satu di antara kedua itu dan tidak perlu ada pendapat yang ketiga. Asas

ini biasa disebut sebagai asas tidak adanya kemungkinan ketiga.

c. Otoritas (Authority)

Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan

diakui oleh kelompknya.Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan karena

kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai

kewibawaan dalam pengetahuannya.Pengetahuan yang diperoleh melalui otoritas

biasanya tanpa diuji lagi karena orang yang telah menyampaikannya mempunyai

(30)

karena adanya otoritas adalah pengetahuan yang terjadi melalui wibawa seseorang

sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.

d. Intuisi (Intuition)

Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses

kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat

pernyataan yang berupa pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi

tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan karena pengetahuan ini

muncul tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu.Intuisi sebagai sumber

pengetahuan karena intuisi merupakan suatu kemampuan yang ada dalam diri

manusia yang mampu melahirkan pernyataan-pernyataan yang berupa

pengetauan.

e. Wahyu (Revelation)

Wahyu adalah berita yang disampaikan Tuhan kepada nabi-Nya untuk

kepentingan umatnya.Manusia mempunyai pengetahuan melalui wahyu karena

ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang

mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan

dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan

karena manusia mengenal sesuatu melalui kepercayaan.

f. Keyakinan (Faith)

Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang

diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan yang

berupa wahyu dan keyakinan sangat sukar untuk dibedakan dengan jelas karena

(31)

Perbedaannya adalah jika keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatik

diikutinya adalah peraturan yang berupa agama.Adapun ke’yakinan melalui

kemampuan kejiwaan manusia yang merupakan pematangan (maturation) dari

kepercayaan.Kepercayaan itu bersifat dinamis dan mampu menyesuaikan dengan

keadaan yang terjadi, sedangkan keyakinan sangat statis, kecuali ada bukti-bukti

yang akurat dan sesuai untuk kepercayaannya.

2.1.7. Hakikat Pengetahuan

Menurut Bakhtiar (2004) pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu

yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk

yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Binatang juga

mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan

hidupnya (survival).

Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi

kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini. Manusia memikirkan hal-hal baru karena

manusia bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu. Manusia

mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna kepada kehidupan,

manusia memanusiakan diri dalam hidupnya, dan masih banyak lagi pernyataan

semacam ini. Semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia dalam

hidupnya mempunyai tujuan tertentu dalam hidupnya yang lebih tinggi dari

sekedar kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia

mengembangkan pengetahuannya dan pengetahuan ini jugalah yang mendorong

(32)

Pengetahuan mampu dikembangkan manusia yang disebabkan dua hal

utama, yakni pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu

mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi

tersebut. Kedua yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan

pengetahuan dengan cepat adalah kemampuan berfikir menurut alur kerangka

berfikir tertentu.

Hakikat pengetahuan meliputi apa itu pengetahuan dan bagaimana

memperoleh pengetahuan. Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental

(mental state). Mengetahui sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu

objek atau menyusun gambaran tentang fakta yang ada di luar akal. Persoalannya

kemudian adalah apakah gambaran itu sesuai dengan fakta atau tidak. Bakhtiar

(2004) juga mengungkapkan dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan,

yaitu:

a. Realisme

Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan

menurut realisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada

dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada

dalam akal adalah cetakan dari yang asli yang ada di luar akal.Hal ini tidak

berbeda seperti gambaran yang terdapat dalam foto.Dengan demikian, realisme

berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan

kenyataan.

Ajaran realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau cara lain, ada hal-hal

(33)

terpengaruh oleh seseorang. Para penganut realisme mengakui bahwa seseorang

bisa salah melihat benda-benda atau seseorang melihat terpengaruh oleh keadaan

sekelilingnya.Namun, mereka paham ada benda yang dianggap mempunyai wujud

tersendiri dan ada benda yang tetap kendati diamati.Realisme sangat diperlukan

dengan alasan bahwa dengan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam

pikiran.Kesulitan pikiran tersebut adalah pendapat yang mengatakan bahwa

tiap-tiap kejadian dapat diketahui hanya dari segi subjektif.Pernyataan itu tidak benar

sebab adanya faktor subjektif bukan berarti menolak faktor objektif.

Realisme dianggap penting dengan alasan bahwa dengan memberi

pertimbangan-pertimbangan yang positif.Umumnya, orang beranggapan bahwa

tiap-tiap benda mempunyai satu sebab. Contohnya apa yang menyebabkan

seseorang sakit. Biasanya orang puas ketika orang menjawab karena

kuman.Sebenarnya sebab sakit itu banyak karena ada orang yang bersarang

kuman dalam tubuhnya, tetapi orang itu tidak sakit.Dengan demikian, penyakit

seseorang itu mungkin disebabkan keadaan badannya, iklim, dan

sebagainya.Prinsip semacam ini digunakan untuk mempelajari agama karena

adanya perasaan yang subjektif dan tidak berarti tidak adanya keadaan yang

objektif.

b. Idealisme

Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan

yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah

proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena

(34)

dan bukan gambaran objektif tentang realistis.Subjektif dipandang sebagai suatu

yang mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut.Karena itu,

pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat

kebenaran.Pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan

orang yang mengetahui (subjek).

Realisme mempertajam perbedaan antara yang mengetahui dan yang

diketahui, sedangkan idealisme adalah sebaliknya.Pendapat mengenai idealisme

menegaskan dunia dan bagian-bagiannya harus dipandang sebagai hal-hal yang

mempunyai hubungan seperti organ tubuh dengan bagian-bagiannya.Dunia

merupakan suatu kebulatan dan bukan kesatuan mekanik, tetapi kebulatan organik

yang sesungguhnya sedemikian rupa sehingga suatu bagian darinya dipandang

sebagai kebulatan logis dengan makna inti yang terdalam.

Premis pokok yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa yang mempunyai

kedudukan utama dalam alam semesta. Idealisme tidak mengingkari adanya

materi, namun materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat

karena seseorang yang akan memikirkan materi dalam hakikatnya yang terdalam,

orang tersebut harus memikirkan roh dan akal. Jika seseorang ingin mengetahui

apakah sesungguhnya materi itu, orang itu harus meneliti apakah pikiran itu,

apakah nilai itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah materi itu.

Realisme dan idealisme memiliki kelemahan-kelemahan tertentu.Realisme

ekstrim bisa sampai pada monisme materialistik atau dualisme. Seorang pengikut

materialisme mengatakan jika demikian halnya, sudah tentu dapat juga dikatakan

(35)

sebagai penilai, tetapi hanya memfokuskan pada objek yang dinilai.Padahal,

subjek yang menilai memiliki peranan penting dalam menghubungkan antar objek

dengan ungkapan tentang objek tersebut.

Idealisme subjektif juga akan menimbulkan kebenaran yang relatif karena

setiap individu berhak untuk menolak kebenaran yang datang dari luar dirinya

yang akibatnya kebenaran yang bersifat universal tidak diketahui. Aturan-aturan

agama dan kemasyarakatan hanya bisa benar untuk kelompok tertentu dan tidak

berlaku terhadap kelompok lain. Idealisme terlalu mengutamakan subjek sebagai

si penilai dengan merendahkan objek yang dinilai karena subjek yang yang

menilai kadangkala berada pada keadaan yang berubah-ubah seperti sedang marah

dan gembira.

Menurut Surajiyo (2010) hakikat pengetahuan ada empat, yaitu

rasionalisme, empirisme, kritisme, dan positivisme.

a. Rasionalisme

Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang mencukupi dan yang

dapat dipercaya adalah rasio atau akal.Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui

akal yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan yang perlu mutlak,

yaitu syarat yang dipakai oleh semua pengetahuan ilmiah.Pengalaman hanya

dapat dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang didapatkan oleh akal.Akal

dapat menurunkan kebenaran daripada dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas

pertama yang pasti.Metode yang diterapkan adalah deduktif.Teladan yang

(36)

b. Empirisme

Aliran ini berpendapat bahwa empiris atau pengalamanlah yang

menentukan terbentuknya pengetahuan, baik pengalaman batiniah maupun yang

lahiriah.Akal bukan menjadi sumber pengetahuan, tetapi akal mendapat tugas

untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.Metode yang

diterapkan adalah induksi.Pengalaman merupakan ukuran terakhir dari kenyataan.

Pernyataan tentang fakta adalah hubungan di antara benda dan sama banyaknya

dengan pengalaman khusus yang diperoleh secara langsung dengan indra.

c. Kritisme

Penyelesaian pertentangan antara rasionalisme dan empirisme hendak

diselesaikan oleh Immanuel Kant dengan kritismenya.Menurut Immanuel Kant

peranan budi sangat besar sekali dalam hakikat kritisme.

d. Positivisme

Positivisme bermula dari apa yang telah diketahui, yang faktual, dan yang

positif. Segala uraian dan persoalan yang di luar apa yang ada sebagai fakta atau

kenyataan dikesampingkan. Oleh karena itu, metafisika ditolak.Apa yang orang

ketahui secara positif adalah segala yang tampak dan segala gejala. Arti segala

ilmu pengetahuan adalah mengetahui untuk dapat melihat ke masa depan. Jadi,

kita hanya dapat menyatakan fakta-faktanya dan menyelidiki hubungan satu

dengan yang lain. Tidak berguna untuk menyatakan kepada hakikatnya atau

kepada penyebab sebenarnya dari gejala-gejala itu.Orang harus menentukan

syarat-syarat dengan fakta-fakta tertentu dan menghubungkan fakta-fakta itu

(37)

2.1.8. Metode Memperoleh Pengetahuan

Menurut Suhartono (2004) metode memperoleh pengetahuan adalah

sebagai berikut:

a. Metode Empirik (Empirisme)

Metode ini mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman indrawi,

sedangkan akal pikiran dipandang sebagai penampung segala apa yang dialami.

Cara ini mengandung beberapa unsur, yaitu subjek yang mengetahui, objek yang

diketahui, dan proses bagaimana subjek berhubungan dengan objek. Cara ini bisa

menjadi ekstrem jika hanya mengakui bahwa sesuatu hal dapat disebut

pengetahuan atau bukan jika tergantung pada apakah dapat dilacak kembali secara

empirik atau tidak.

b. Metode Rasional (Rasionalism)

Metode ini membahas mengenai pengetahuan yang bersumber dari akal

pikiran.Pengalaman dipandang sebagai perangsang terhadap akal

pikiran.Kebenaran tidak terletak pada diri sesuatu, melainkan pada ide.Akal

pikiran secara deduktif bekerja untuk mendapatkan pengetahuan yang pasti.Jadi,

akal pikiran berperan sebagai perantara dan sekaligus sebagai suatu teknik

deduktif (penalaran) dalam menentukan kebenaran.Selanjutnya keyakinan

(38)

c. Metode fenomenologik

Metode ini menyatakan bahwa apa yang diketahui tentang sesuatu hal itu

hanyalah gejala-gejalanya saja, bukan halnya sendiri. Adapun gejala-gejala itu ada

hubungan yang pasti antara sebab dan akibat.Mengenai bagaimana memperoleh

pengetahuan yang benar tergantung pada jenis dan macam pengetahuan.

d. Metode Ilmiah

Metode ini dilakukan dengan memperoleh pengetahuan yang benar dan

objektif melalui pendekatan (approach) untuk menentukan lingkupan studi

(scope) yang sering disebut objek forma. Penentuan metode (method) yang sesuai,

apakah analisis atau sintesis dan peralatan yang sesuai, apakah induktif atau

deduktif, serta menentukan sistem kerja yang tepat, apakah terbuka atau tertutup,

semuanya akan menjadi penting. Hasilnya adalah pengetahuan yang sah dan benar

dengan menggunakan objektif ilmiah.Ada delapan prinsip penting dalam metode

ilmiah, yaitu prinsip kausalitas, prinsip prediktif uniformatif, prinsip objektivitas,

prinsip empirisme, prinsip kehematan, prinsip isolasi, prinsip kontrol, dan prinsip

pengukuran yang pasti.Pengetahuan yang benar dapat diperoleh dengan metode

ilmiah karena juga memfungsikan metode empirik dan rasional secara dialektik

(39)

2.1.9. Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi

Manusia adalah makhluk berpikir yang selalu ingin tahu tentang

sesuatu.Rasa ingin tahu mendorong manusia mengemukakan pertanyaan.Bertanya

tentang dirinya, lingkungan disekelilingnya, ataupun berbagai peristiwa yang

terjadi di sekitarnya.Dengan bertanya itu manusia mengumpulkan segala sesuatu

yang diketahuinya. Begutulah cara manusia mengumpulkan pengetahuan. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa pengetahuan adalah produk dari tahu, yakni

mengerti sesudah melihat, menyaksikan, dan mengalami (Jalaluddin, 2013).

Manusia memperoleh pengetahuan melalui berbagai cara. Jika hanya

sekedar ingin tahu tentang sesuatu cukup dengan menggunakan pertanyaan secara

sederhana.Pengetahuan itu diperoleh melalui pengalaman yang berulang-ulang

terhadap suatu peristiwa atau kejadian. Proses memperoleh pengetahuan ini

terkesan sangat sederhana, dimulai dari pengamatan terhadap gejala alam ataupun

peristiwa yang terjadi di sekitar. Kemudian dicari hubungan sebab akibat, lalu

diambil kesimpulan.Tanpa dilakukan analisis dan pengujian lebih lanjut

berdasarkan prosedur keilmuan.Oleh karena itu, kesimpulan yang diambil dapat

bersifat kebetulan atau kebenaran yang berlaku sesaat. Fenomena dan peristiwa

yang sama suatu saat bisa benar, tetapi di tempat lain hasilnya berbeda. Hasil

kesimpulan sulit dipertanggungjawabkan kebenarannya secara empiris

(Jalaluddin, 2013).

Perubahan perilaku subjek dimulai dari subjek mengenal dan mengetahui

(40)

(Awareness), selanjutnya subjek mulai tertarik dengan gaya hidup yang tidak

sehat yang berhubungan dengan faktor risiko hipertensi (Interest), setelah itu

subjek mulai menimbang keuntungan dan kerugian dari gaya hidup tidak sehat

yang berhubungan dengan faktor risiko hipertensi terhadap dirinya (Evaluation),

kemudian subjek mulai mencoba berperilaku yang berhubungan dengan faktor

risiko hipertensi (Trial), dan akhirnya subjek telah berperilaku baru berupa gaya

hidup tidak sehat yang berhubungan dengan faktor risiko hipertensi dan telah

disesuaikan dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya (Adoption)

(Notoatmodjo 2007).

Pasien hipertensi adalah orang-orang yang mengalami hipertensi atau

orang-orang yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dengan

konsistensi di atas 140/90 mmHg (Bareadero,Dayrit,&Siswandi,

2008).Pengetahuan pasien hipertensi tentang faktor risiko hipertensi umumnya

rendah.Hal ini ini dibuktikan sebagian besar pasien hipertensi tidak dapat

mengingat secara rinci bahaya faktor risiko hipertensi terhadap tubuh (Hayens,

Leenen, & Soetrisno, 2003).

Pasien hipertensi yang mengerti akan bahaya faktor risiko hipertensi

meremehkan dampak buruknya terhadap kesehatan dan cenderung kurang

menyadari akan bahayanya tersebut. Pemahaman menyeluruh akan bahaya faktor

risiko hipertensi merupakan faktor penting yang memotivasi pasien hipertensi

untuk melaksanakan gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit hipertensi atau

(41)

Orang yang menderita hipertensi cenderung berhubungan dengan faktor

risiko hipertensi, seperti berusia 30-40 tahun ke atas, jenis kelamin pria, faktor

keturunan (faktor genetik), obesitas, alkohol, serum lipid, diet, kegiatan fisik

minimal, faktor lingkungan, faktor psikososial, merokok, minum obat anti hamil,

dan mengalami diabetes mellitus (Irawan &Mulyadi, 1998).

2.2.Faktor Risiko

2.2.1. Defenisi Faktor Risiko

Menurut Bustan (1997) faktor risiko adalah karakteristik, tanda atau

kumpulan gejala pada penyakit yang diderita individu yang mana secara statistik

berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa

induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat).

2.2.2. Jenis-Jenis Faktor Risiko

Menurut Bustan (1997) jenis-jenis faktor risiko ada dua yaitu:

a. Menurut dapat tidaknya risiko itu diubah

Menurut dapat tidaknya risiko itu diubah ada dua, yaitu faktor risiko tidak

dapat berubah, misalnya faktor umur atau genetik dan faktor risiko yang dapat

berubah, misalnya kebiasaan merokok.

b. Menurut kestabilan peranan faktor risiko

Menurut kestabilan peranan faktor risiko ada dua, yaitu faktor risiko yang

dicurigai atau dengan kata lain faktor-faktor yang belum mendapat dukungan

sepenuhnya dari hasil penelitian sebagai faktor risiko, misalnya rokok sebagai

(42)

kata lain faktor risiko yang telah mendapat dukungan ilmiah atau penelitian dalam

peranannya sebagai faktor yang berperan dalam kejadian suatu penyakit, misalnya

rokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru.

c. Faktor risiko yang didokumentasikan dan yang jarang didokumentasikan.

d. Faktor risiko yang kuat dan yang lemah.

2.2.3. Kegunaan Identifikasi Faktor Risiko

Menurut Bustan (1997) perlunya faktor risiko diketahui dalam terjadinya

penyakit dapat berguna dalam hal-hal berikut:

a. Prediksi

Untuk meramalkan kejadian penyakit, misalnya perokok berat mempunyai

kemungkinan sepuluh kali untuk kanker paru daripada bukan perokok.

b. Penyebab

Kejelasan atau beratnya faktor risiko dapat mengangkatnya menjadi faktor

penyebab setelah menghapus pengaruh dan faktor penggangu.

c. Diagnosis

Faktor risiko dapat membantu proses diagnosis.

d. Prevensi

Jika satu faktor risiko juga sebagai penyebab, pengulangan dapat

digunakan untuk pencegahan penyakit meskipun mekanisme penyakit sudah

(43)

2.2.4. Kriteria Faktor Risiko

Menurut Bustan (1997), penegakan suatu faktor sebagai faktor risiko dapat

dilakukan dengan memakai konsep kausalitas Austin Bradford Hill, ahli statistik

Inggris tahun 1995 mengajukan delapan kriteria untuk membuktikan adanya sebab

akibat (hubungan kausal), yaitukekuatan hubungan atau adanya risiko relatif yang

tinggi, temporal atau kausal mendahului akibat, respon terhadap dosis,

reversibilitasatau tidak berubah, konsistensi atau taat azas, kelayakan biologi,

dananalogi.

2.3. Hipertensi

2.3.1. Defenisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu

periode (Udjianti, 2011). Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi.

Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan

melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang

bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah.

Hipertensi juga didefenisikan sebagai tekanan darah sisitolik ≥ 140 mmHg

atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang terjadi pada seorang klien pada tiga

kejadian terpisah (Udjianti, 2011).

(44)

2.3.2. EtiologiHipertensi

Menurut Udjianti (2011) etiologi yang pasti dari hipertensi esensial atau

primer belum diketahui. Namun sejumlah interaksi beberapa energi homeostatik

saling terkait. Penyebab awal diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan

tubuh dan tekanan oleh ginjal. Faktor hereditas berperan penting apabila

ketidakmampuan genetik dalam mengelola kadar natrium normal. Kelebihan

intake natrium dalam diet dapat meningkatkan volume cairan dan curah jantung.

Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah melalui

kontraksi atau peningkatan tahanan perifer. Tekanan darah tinggi adalah hasil

awal dari peningkatan curah jantung yang kemudian dipertahankan pada tingkat

yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik peningkatan tahanan perifer.Etiologi

hipertensi sekunder pada umumnya diketahui. Berikut ini beberapa kondisi yang

menjadi penyebab terjadinya hipertensi sekunder.

a. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)

Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi

melalui mekanisme renin-aldosteron-mediated volume expansion.Dengan

penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah beberapa

bulan.

b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal

Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder.Hipertensi renovaskuler

berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara

langsung membawa darah ke ginjal.Sekitar 90 % lesi arteri renal pada klien

(45)

(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous).Penyakit parenkim ginjal terkait dengan

infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur, dan fungsi ginjal.

c. Gangguan endokrin

Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan

hipertensi sekunder.Adrenal-mediated hypertension disebabkan kelebihan primer

aldosteron, kortisol, dan katekolamin.Pada aldosteronisme primer, kelebihan

aldosteron menyebabkan hipertensi dan hipokalemia.Aldosteronisme primer

biasanya timbul dari benign adenoma korteks adrenal.Pheochromocytomas pada

medula adrenal yang paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang

berlebihan. Pada Sindrom Cushing, kelebihanglukokortikoid yang diekskresi dari

korteks adrenal. Sindrom Cushing’s mungkin disebabkan oleh hiperplasia

adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal.

d. Coarctation aorta

Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa

tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.Penyempitan menghambat aliran

darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah di

atas area kontriksi.

e. Neurogenik: tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik.

f. Kehamilan.

(46)

Menurut Haroen &Sutomo (1992) penyebab hipertensi adalah sebagai

berikut:

a. Hipertensi esensial (primer): 75% dari seluruh penderita hipertensi.

Etiologinya adalah tanpa kelainan anatomik, biasanya herediter, tergantung

dari umur (lebih dari empat puluh tahun), dan terdapat faktor psikis

b. Hipertensi sekunder: merupakan 20% penderita

Etiologinya adalah penyakit ginjal (glomerulonefritis akuta/kronika, kista,

hipertrofi prostat, tumor, batu), dan stenosis isthmus aortae.

2.3.3. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Udjianti (2011) hipertensi diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

a. Berdasarkan Penyebab

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial

yang didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui

penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan dengan

berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini.

a. Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,

berisiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.

b. Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca

(47)

c. Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.

d. Berat badan: obesitas (>25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan

berkembangnya hipertensi.

e. Gaya hidup: merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan

tekanan darah jika gaya hidup tersebut menetap.

2. Hipertensi sekunder

Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder

yang didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik

yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus

munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral,

coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris),

kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, luka bakar, dan stres (Udjianti,

(48)

b. Klasifikasi Hipertensi pada Klien Berusia ≥ 18 Tahun oleh Joint National

Commite on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

Batasan Tekanan Darah Kategori

Diastolik

<85 Tekanan darah normal

85-89 Tekanan darah normal-tinggi

90-104 Hipertensi ringan

105-114 Hipertensi sedang

≥115 Hipertensi berat

Sistolik, saat diastolik <90 mmHg

<140 Tekanan darah normal

140-159 Batas Hipertensi sistolik terisolasi

≥160 Hipertensi sistolik terisolasi

Tabel 2.1Klasifikasi Hipertensi pada klien berusia ≥ 18 tahun oleh Joint National Commite on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (Udjianti, 2011).

2.3.4.Patofisiologi Hipertensi

Menurut Udjianti (2011) tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian

cardiac output (curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah

jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut

(49)

sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan

tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan

tubuh, sistem renin angiotensin, dan autoregulasi vaskuler.

Baroreseptor arteri tidak hanya ditemukan di sinus carotid, tetapi juga

dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan

arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui

mekanisme perlambatan jantung oleh respons vagal (stimulasi parasimpatis) dan

vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu, refleks kontrol

sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sitemik bila tekanan baroreseptor turun dan

menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat. Alasan

pasti mengapa kontrol ini gagal pada hipertensi belum diketahui. Hal ini ditujukan

untuk menaikkan re-setting sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan meningkat

secara tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada.

Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila

tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui

mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan

mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat,

peningkatan tekanan arteri mengakibatkan diuresis dan penurunan tekanan darah.

Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam

mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sitemik.

Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan

darah. Ginjal memproduksi renin, yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat

(50)

converting enzym dalam paru menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi

angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat

pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan

aldosteron. Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada

aldoteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis,

angiotensin II, dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan pada

ekskresi garam (Natrium) dengan akibat peningkatan tekanan darah.

Sekresi renin yang tidak dapat diduga sebagai penyebab meningkatnya

tahanan perifer vaskular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar

renin harus diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal mungkin

menghambat sekresi renin. Sebagian besar orang dengan hipertensi esensial

mempunyai kadar renin normal.

Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien hipertensi esensial

akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital.

Hipertensi esensial mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan)

arteriole-arteriole. Jika pembuluh darah menebal maka perfusi jaringan menurun dan

mengakibatkan kerusakan organ tubuh sehingga menyebabkan infark miokard,

stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.

Autoregulasi vaskular merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam

hipertensi. Autoregulasi vaskular adalah suatu proses yang mempertahankan

perfusi jaringan dalam tubuh relatif konstan. Jika aliran berubah maka

proses-proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vaskular dan mengakibatkan

(51)

akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vaskular merupakan mekanisme

penting dalam menimbulkan hipertensi yang berkaitan dengan overload garam

dan air.

Skema 1 Patofisiologi Hipertensi (Udjianti, 2011)

(52)

2.4. Faktor Risiko Hipertensi

2.4.1. Defenisi Faktor Risiko Hipertensi

Menurut Mansoor (2001) faktor risiko hipertensi merupakan karakteristik,

tanda atau kumpulan gejala penyakit hipertensi yang secara statistik berhubungan

dengan peningkatan kejadian kasus hipertensi.

2.4.2. Faktor Risiko Hipertensi

Menurut Mansoor (2001) faktor-faktor risiko hipertensi adalah sebagai

berikut:

a. Usia

Kejadian tertinggi pada usia 30-40 tahun. Kejadian tiga kali lebih besar

pada orang kulit hitam dan 5 kali lebih besar untuk wanita kulit hitam.

b. Jenis Kelamin

Komplikasi hipertensi meningkat pada laki-laki.

c. Keturunan

Riwayat keluarga yang menunjukkan adanya tekanan darah yang tinggi

merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi seseorang untuk mengidap

hipertensi di masa yang datang. Tekanan darah pada dewasa tingkat pertama,

yaitu orang tua dan saudara kandung yang dikorelasikan terhadap umur dan jenis

kelamin tampak pada semua tingkat tekanan darah.

Pembahasan lebih lanjut menunjukkan bahwa fenomena ini dapat

Gambar

Tabel 2.1Klasifikasi Hipertensi pada klien berusia ≥ 18 tahun oleh Joint National Commite on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (Udjianti, 2011)
Tabel 3.2 Defenisi Operasional
Tabel5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pasien Hipertensi di Puskesmas
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Pasien Hipertensi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh umur penyimpanan starter terhadap jumlah bakteri Acetobacter xylinum dan nata de coco hasil fermentasinya. Nata de coco yang

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ Pengaruh Aktivitas Olahraga Dalam Pendidikan Jasmani Terhadap Tingkat Konsentrasi Belajar dan Prestasi

Seseorang yang memiliki keterampilan sosial yang baik, akan cenderung lebih siap dan matang dalam menghadapi segala bentuk peristiwa yang muncul di kehidupannya,

Berdasarkan hasil peramalan dengan menggunakan NAO Tide untuk pasang surut dalam waktu 3 tahun mendatang, dapat diketahui nilai HHWL tertinggi yaitu terjadi pada bulan Januari

Penelitian yang dilakukan di Semarang dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu-ibu yang tinggal di Kelurahan Kedungmundu memiliki tingkat

Pihak ekspeditur memberikan informasi tentang standar yang dikeluarkan oleh pihak pengangkut kepada pihak pengirim barang. Beberapa perusahaan penerbangan memiliki

Bahwa benar telah melakukan wawancara dengan narasumber guna memenuhi keabsahan hasil penelitian yang berjudul “ Penulisan Notasi Terompet Pencak dalam Lagu

Jadi yang harus dilakukan pemimpin harus mengoreksi, memantau, mengetahui masalah-masalah yang sedang terjadi pada karyawan agar pemimpin bisa menyelesaikan masalah