GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI
TENTANG FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI
PUSKESMAS KECAMATAN BESITANG
KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
Oleh :
Hesron Ariamito Ginting 101101025
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan penyertaanNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat”.
Ucapan terimah kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. I
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ikhsanuddin Harahap, S.Kp, MNS sebagai Pembantu dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Cholina Trisa Siregar M.Kep, Sp.KMB,sebagai dosen pembimbing yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.
6. Terima kasih kepada dr. Beby Yanti sebagaiKepalaPuskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat yang telah memberikan izin dalam proses pengambilan data penelitian dan terima kasih kepada Ibu Martalena Sembiring, SKM sebagai Kepala Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan yang telah memberikan izin dalam proses pengambilan data untuk uji reliabilitas penelitian.
7. Terima kasih kepada Ayahanda Amir Ginting dan Ibunda Arihta br Sinulingga, SH yang selalu mendoakan, menyayangiku dan memberikan dukungan baik moril maupun material serta senantiasa mamberikan yang terbaik untukku.
8. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Tuhan selalu mencurahkan berkat dan kasih karuniaNya kepada semua pihak yang membantu dan mendukung penulis.Penulis menerima saran dan kritik yang barsifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, 7 Juli 2014
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan ... i
Kata pengantar ... ii
Daftar Isi ... iii
Daftar skema ... v
DaftarTabel ... vi
Abstrak ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.LatarBelakang 1
2.1.1. Defenisi Pengetahuan ... 7
2.1.2. Ciri-ciri Pengetahuan ... 8
2.1.3. Sifat Pengetahuan ... 8
2.1.4. Jenis Pengetahuan ... 9
2.1.5. Tingkat Pengetahuan ... 14
2.1.6. Sumber Pengetahuan ... 16
2.1.7. Hakikat Pengetahuan ... 20
2.1.8. Metode Memperoleh Pengetahuan ... 26
2.1.9. Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi ... 28
2.2.Faktor Risiko ... 30
2.2.1. Defenisi Faktor Risiko ... 30
2.2.2. Jenis-Jenis Faktor Risiko ... 30
2.2.3. Kegunaan Identifikasi Faktor Risiko ... 31
2.2.4. Kriteria Faktor Risiko ... 32
2.3.Hipertensi ... 32
2.3.1. Defenisi Hipertensi ... 32
2.3.2. Etiologi Hipertensi ... 32
2.3.3. Klasifikasi Hipertensi ... 35
2.3.4. Patofisiologi Hipertensi ... 37
2.4.Faktor Risiko Hipertensi ... 41
2.4.1. Defenisi Faktor Risiko Hipertensi ... 41
2.4.2. Faktor Risiko Hipertensi ... 41
BAB III Kerangka Konseptual ... 55
3.1.KerangkaKonseptual ... 55
3.2.DefinisiOperasional ... 56
BAB IVMetodologiPenelitian ... 57
4.1.DesainPenelitian ... 57
4.2.Populasi, Sampel, dan Tehnik Sampling ... 57
4.4.Pertimbangan Etik ... 59
4.5.Instrumen Penelitian ... 60
4.6.Validitas Penelitian ... 60
4.7.Reliabilitas Penelitian ... 61
4.8.Pengumpulan Data ... 61
4.9.Analisa Data ... 63
BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 64
5.1.Hasil Penelitian ... 64
5.1.1. Karakteristik Responden ... 64
5.1.2. Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat ... 65
5.2.Pembahasan ... 66
BAB VI Kesimpulan ... 72
8.1.Kesimpulan ... 72
8.2.Rekomendasi ... 72
8.2.1. PraktikKeperawatan ... 72
8.2.2. Pendidikan Keperawatan ... 73
8.2.3. Penelitian Selanjutnya ... 73
DaftarPustaka ... 74 Lampiran
1. Lembar PersetujuanResponden 2. Kuesioner Penelitian
3. JadwalPenelitian 4. Taksasi Dana
5. Daftar RiwayatHidup 6. Lembar Bukti Bimbingan
7. Tabel Kerja Uji Reliabilitas dengan Rumus KR 20 8. Tabulasi Data Penelitian
9. Data SPSS
10.Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU
11.Surat Survei awal dari FKEP USU
12.Surat Balasan Survei awal dari Puskesmas Kecamatan Besitang 13.Surat Pengambilan Data Penelitian Uji Reliabilitas dari FKEP USU
14.Surat Balasan Pengambilan Data Penelitian Uji Reliabilitas dari Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan
15.Surat Pengambilan Data Penelitian dari FKEP USU
16.Surat Balasan Rekomendasi Pengambilan Data Penelitian dari Puskesmas Kecamatan Kecamatan Besitang
17.Surat telah Melaksanakan Penelitian dari Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat
DAFTAR SKEMA
Skema 1 Patofisiologi hipertensi ... …………40
DAFTAR TABEL
Judul : Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat
Penulis : Hesron Ariamito Ginting Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013/2014
Abstrak
Hipertensi merupakan keadaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) ≥140/90 mm Hg. Hipertensi atau penyakit darah tinggi banyak menimbulkan dampak. Pengontrolan yang tidak baik dapat mengakibatkan masalah pada sistem tubuh yang lain, seperti jantung, ginjal, dan otak yang pada akhirnya akan menimbulkan komplikasi serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, dan kebutaan. Rata-rata jumlah pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat selama 6(enam) bulan terakhir pada tahun 2013 sejumlah 55 orang dan penyakit hipertensi merupakan penyakit peringkat ke tiga dari sepuluh distribusi penyakit di Puskesmas kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan populasi seluruh pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive samplingmelalui wawancara dengan kuesioner pada tanggal 25 Januari sampai dengan 16 Februari 2014 dan didapat 48 orang yang mengalami hipertensi menjadi responden penelitian. Dari 48 orang responden pasien hipertensi yang mempunyai pengetahuan tentang faktor risiko hipertensi sebanyak 31 orang (64,6%) dalam kategori cukup, kategori baik sebanyak 11 orang (22,9%), dan kategori kurang sebanyak 6 orang (12,5%).Tingkat pengetahuan pasien hipertensi yang cukup tentang faktor risiko hipertensi menunjukkan masih diperlukannya penyuluhan mengenai faktor risiko hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat sehingga pasien dapat sadar mengenai bahaya hipertensi dan dapat menanggulanginya dengan cara menghindari faktor risiko hipertensi.
Tittle : The Description of Hypertension Patients’ Familiarity based on characteristics on Hypertension Risk Factor in Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat
Researcher : Hesron Ariamito Ginting Faculty : Faculty of Nursing Academic Year : 2013/2014
Abstract
Hypertension translates into conditions marked by an escalation of either the systolic blood pressure (SBP) or diastolic blood pressure (DBP) ≥140/90 mmHg. Hypertension or high blood pressure causes plenty of impacts. Improper control can bring about problems to other body organs such as heart, kidney and brain that will eventually cause heart attack complication, stroke, kidney disorder and blindness. The everage number of patients in Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat (Local Health Center Besitang District Langkat Regency) in the last six months in 2013 are 55 patients and hypertension is ranked the third out of 10 of the desease’s distribution in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. This research was conducted to find out the familiarityof patients suffering hypertension in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. This research was conducted with descriptive design involving all patients in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat as the population. Sample collection was carried out by using purposive sampling
through interviews and questionnaires on January 25th up to February 16th 2014 and 48 of the respondents were confirmed to suffer from hypertension. Of the 48 respondents with hypertension, in terms of awareness of hypertension risk factors 31 respondents (64.6%) are in the category Fair, 11 respondents (22,9 %) in the category Good and six respondents (12.5 %) in the category Poor. Poor awareness level shown by patients with hypertension points out that counceling concerning hypertension risk factors in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat is still needed so patients are aware of the danger of hypertension and are able to cope with the desease by avoiding the hypertension risk factors.
Judul : Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat
Penulis : Hesron Ariamito Ginting Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013/2014
Abstrak
Hipertensi merupakan keadaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) ≥140/90 mm Hg. Hipertensi atau penyakit darah tinggi banyak menimbulkan dampak. Pengontrolan yang tidak baik dapat mengakibatkan masalah pada sistem tubuh yang lain, seperti jantung, ginjal, dan otak yang pada akhirnya akan menimbulkan komplikasi serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, dan kebutaan. Rata-rata jumlah pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat selama 6(enam) bulan terakhir pada tahun 2013 sejumlah 55 orang dan penyakit hipertensi merupakan penyakit peringkat ke tiga dari sepuluh distribusi penyakit di Puskesmas kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan populasi seluruh pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive samplingmelalui wawancara dengan kuesioner pada tanggal 25 Januari sampai dengan 16 Februari 2014 dan didapat 48 orang yang mengalami hipertensi menjadi responden penelitian. Dari 48 orang responden pasien hipertensi yang mempunyai pengetahuan tentang faktor risiko hipertensi sebanyak 31 orang (64,6%) dalam kategori cukup, kategori baik sebanyak 11 orang (22,9%), dan kategori kurang sebanyak 6 orang (12,5%).Tingkat pengetahuan pasien hipertensi yang cukup tentang faktor risiko hipertensi menunjukkan masih diperlukannya penyuluhan mengenai faktor risiko hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat sehingga pasien dapat sadar mengenai bahaya hipertensi dan dapat menanggulanginya dengan cara menghindari faktor risiko hipertensi.
Tittle : The Description of Hypertension Patients’ Familiarity based on characteristics on Hypertension Risk Factor in Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat
Researcher : Hesron Ariamito Ginting Faculty : Faculty of Nursing Academic Year : 2013/2014
Abstract
Hypertension translates into conditions marked by an escalation of either the systolic blood pressure (SBP) or diastolic blood pressure (DBP) ≥140/90 mmHg. Hypertension or high blood pressure causes plenty of impacts. Improper control can bring about problems to other body organs such as heart, kidney and brain that will eventually cause heart attack complication, stroke, kidney disorder and blindness. The everage number of patients in Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat (Local Health Center Besitang District Langkat Regency) in the last six months in 2013 are 55 patients and hypertension is ranked the third out of 10 of the desease’s distribution in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. This research was conducted to find out the familiarityof patients suffering hypertension in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. This research was conducted with descriptive design involving all patients in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat as the population. Sample collection was carried out by using purposive sampling
through interviews and questionnaires on January 25th up to February 16th 2014 and 48 of the respondents were confirmed to suffer from hypertension. Of the 48 respondents with hypertension, in terms of awareness of hypertension risk factors 31 respondents (64.6%) are in the category Fair, 11 respondents (22,9 %) in the category Good and six respondents (12.5 %) in the category Poor. Poor awareness level shown by patients with hypertension points out that counceling concerning hypertension risk factors in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat is still needed so patients are aware of the danger of hypertension and are able to cope with the desease by avoiding the hypertension risk factors.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hipertensi merupakan keadaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 140/90 mmHg
(JNC 7, 2007).Hipertensi menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan di
Indonesia maupun di seluruh dunia, peningkatan tekanan darah yang berlangsung
kronik akan menyebabkan peningkatan risiko kejadian kardiovaskuler,
serebrovaskuler, dan renovaskuler (Tedjasukmana, 2012).
Data dari WHO tahun 2004 prevalensi penyakit hipertensi 26,4 % dari
populasi dewasa di dunia dengan jumlah pada laki-laki sebesar 26,6 % dan
perempuan sebesar 26,1%(Ruhyanudin, 2007). Di dunia proporsional mortality
rate hipertensi adalah 13% atau sekitar 7,1 juta kematian (Ruhyanudin, 2007).
WHO tahun 2004 menegaskan pada tahun 2005 prevalensi hipertensi negara
maju mencapai37%, sedangkan di negara-negara berkembang 29,9%(Hart &
Fahey,2009).Tahun 2025 jika tidak dilakukan upaya yang tepat penderita
hipertensi akan meningkat menjadi 29% dari 1,6 miliar penduduk dunia
(Tedjasukmana, 2012).
Data NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey) tahun
2005-2008 di Amerika Serikat risiko hipertensi meningkat sesuai dengan
peningkatan usia dan data tersebut jugamemperlihatkan bahwa kurang lebih 76,4
juta orang berusia ≥20 tahun adalah penderita hipertensi, berarti 1 dari 3 orang
Data survei kesehatan rumah tangga tahun 2012, prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 31,7%(Ruhyanudin, 2007). Data nasional lainnya juga
memperlihatkan prevalensi terjadinya hipertensi, seperti MONICA Jakarta tahun
2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban sebesar 31,7% (Rahajeng
& Tuminah, 2009).
Hipertensi atau penyakit darah tinggi banyak menimbulkan dampak.
Pengontrolan yang tidak baik dapat mengakibatkan masalah pada sistem tubuh
yang lain, seperti jantung, ginjal, dan otak yang pada akhirnya akan menimbulkan
komplikasi serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, dan kebutaan (Rahajeng &
Tuminah, 2009). Prospective Studies Collaboration oleh Lewingston dkk pada
tahun 2012 juga menegaskan bahwa semakin tinggi tekanan darah, baik sistolik
(TDS) maupun diastolik (TDD) maka semakin tinggi juga risiko kejadian
kardovaskuler (Tedjasukmana,2012).
Data MRFIT (Multiple Risk Factor Intervention Triial) tahun 2005juga
memperlihatkan bahwa dampak peningkatan tekanan darah yang juga
berhubungan dengan peningkatan kejadian ESDR (End Stage Renal Disease) atau
disebut juga penyakit ginjal stadium akhir (Tedjasukmana,2012). Hipertensi juga
mengakibatkan dampak komplikasi kejadian kardiovaskuler, serebrovaskuler, dan
renovaskuler (Ruhyanudin, 2007).
Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada pasien hipertensi akan
mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital, yaitu adanya
akhirnya akan menyebabkan infark miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal
ginjal (Udjianti, 2011).
Hipertensi hampirtidak memperlihatkan gejala klinissehingga pasien
sering terdeteksi pada pemeriksaan rutin saat pasien berkunjung ke puskesmas
atau setelah berbagai penyakit kardiovaskuler muncul seperti stroke, penyakit
jantung koroner, penyakit jantung hipertensi maupun penyakit jantung bendungan
(congestive heart failler) (Muttaqin, 2009).Hasil SKRT 2004 menunjukkan
penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di
Indonesia dan sekitar 20–35% dari penyakit kardiovaskuler tersebut disebabkan
oleh hipertensi kronik (Rahajeng & Tuminah, 2009).
Pengendalian tekanan darah merupakan cara untuk menekan tingginya
penyakit kardiovaskuler melalui pengenalan berbagai macam faktor risiko
terjadinya hipertensi, seperti peningkatan usia (diatas 30 tahun), ras (lebih sering
pada orang kulit hitam), jenis kelamin (tersering pada laki-laki), diet (meningkat
pada diet tinggi sodium), genetik, hiperkolesterolemia (peningkatan LDL dan
penurunan HDL), diabetes mellitus, perokok, obese central, penyakit ginjal dan
lain-lain (Asih, 2000).
Pengenalan terhadap berbagai faktor risiko hipertensi seharusnya dapat
menurunkan angka kejadian hipertensi di masyarakat terutama pada masyarakat di
negara berkembang maupun maju. Beberapa negara maju yang mayoritas
masyarakatnya memiliki latarbelakang pendidikan ternyata masih ditemukan
oleh kesadaran masyarakat terhadap kesehatan yang masih sangat rendah (Bustan,
1997).
Hasil penelitian yang dilakukan Sugiharto (2007) tentang pengetahuan
masyarakat yang berkaitan dengan faktor risiko hipertensi di Kabupaten
Karanganyar Semarang Indonesia menyimpulkan bahwa responden tidak
menyadari kalau stres juga dapat berisiko terjadinya hipertensi, masih terdapat
kepercayaan masyarakat bahwa penyakit hipertensi hanya disebabkan oleh faktor
risiko riwayat keluarga atau keturunan, dan terdapat pandangan yang salah tentang
kebiasaan merokok, yaitu kebiasaan merokok tidak akan menyebabkan penyakit.
Penelitian yang sama terkait hubungan tingkat pengetahuan tentang faktor
risiko hipertensi dengan kejadian hipertensi di Dinoyo RW II Malang juga
dilakukan oleh Agoes, Susmarini, dan Saputro (2013) dan menyimpulkan bahwa
pasien yang memiliki pengetahuan baik dengan mengalami hipertensi sebesar 4%
(5 orang) dan yang tidak mengalami hipertensi sebesar 20 % (29 orang), pasien
yang memiliki pengetahuan sedang dengan mengalami hipertensi sebesar 8 % (11
orang) dan yang tidak mengalami hipertensi sebesar 21 % (31 orang), sedangkan
pasien yang memiliki pengetahuan rendah dengan mengalami hipertensi sebesar
46 % (67 orang) dan yang tidak mengalami hipertensi sebesar 1 % (10 orang).
Melalui studi pendahuluan didapatkan data bahwa jumlah pasien
hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat selama 6(enam)
bulan terakhir pada pasien hipertensi yang berbeda bulan Juni, Juli, Agustus,
September, Oktober, dan November tahun 2013 sejumlah 332 orang sehingga
merupakan penyakit peringkat ke tiga dari sepuluh distribusi penyakit di
Puskesmas kecamatan Besitang Kabupaten Langkat (Medical Record Puskesmas
Kecamatan Besitang, 2013).
Berdasarkan paparan diatas maka peneliti merasa perlu melakukan
penelitian tentang gambaran pengetahuan pasien hipertensi tentang faktor risiko
hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan
pasien hipertensi tentang faktor risiko hipertensi di Puskesmas Kecamatan
Besitang Kabupaten Langkat.
1.3.Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian ini adalahbagaimana gambaran pengetahuan pasien
hipertensi tentang faktor risiko hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang
Kabupaten Langkat?
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada bidang keperawatan,
masyarakat, dan penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut.
1.1.Pasien
Memberikan informasi kepada masyarakat terutama pasien hipertensi
1.2.Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat meningkatkan pengetahuan
perawat puskesmas.
1.3.Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasiuntuk
puskesmas sehingga dapat menurunkan angka mortalitas dan motalitas pasien
hipertensi di puskesmas.
1.4.Peneliti selanjutnya
Sebagai bahan informasi kepada peneliti selanjutnya dan sebagai bahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Defenisi Pengetahuan
Menurut Bakhtiar (2004) secara etimologi pengetahuan berasal dari kata
dalam bahasa Inggris, yaitu knowledge. Encyclopedia of Phisolophy menjelaskan
bahwa defenisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is
justified true belief). Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari
pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf,
mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua isi pikiran. Pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Kamus filsafat menjelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah
proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya
sendiri. Peristiwa yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di
dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun
yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.
Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa pengetahuan dalam arti luas berarti
semua kehadiran internasional objek dalam subjek, sedangkan dalam arti sempit
berbeda dengan imajinasi atau pemikiran belaka, pengetahuan hanya berarti
putusan yang benar dan pasti (kebenaran dan kepastian). Subjek sadar akan
hubungan objek dengan eksistensi. Pengetahuan hanya merupakan pengalaman
sadar karena sangat sulit melihat bagaimana persisnya suatu pribadi dapat sadar
Orang pragmatis, terutama John Dewey tidak membedakan pengetahuan
dengan kebenaran (antara knowledge dengan truth). Jadi, pengetahuan itu harus
benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi.
2.1.2. Ciri-ciri Pengetahuan
Menurut Surip& Mursini (2010) ciri-ciri pengetahuan adalah sebagai
berikut:
a. Kepastian mutlak tentang kebenaran segala pengetahuan manusia tidak
mungkin karena manusia adalah makhluk contingen dan failible, tetapi ini
tidak berarti bahwa semua pengetahuan manusia pantas dan perlu
dipergunakan kebenarannya. Oleh karena itu, skeptisisme mutlak perlu
ditolak.
b. Subjek berperan aktif dalam kegiatan mengetahui dan tidak hanya bersifat
pasif menerima serta melaporkan objek apa adanya, tetapi ini tidak berarti
bahwa pengetahuan manusia harus subjektif. Subjektivisme radikal juga
pantas disangkal.
c. Pengetahuan manusia bersifat relasional dan kontekstual, tetapi ini tidak
berarti bahwa objektivisme dan universalitas pengetahuan menjadi tidak
mungkin.
2.1.3. Sifat Pengetahuan
Menurut Suhartono (2004) sifat pengetahuan ada dua yakni bersifat
a. Pengetahuan yang bersifat Subjektif
Pengetahuan yang bersifat subjektif menyatakan bahwa kualitas objek
yang diketahui secara dominan tidak terlepas dari kesadaran subjek.Aliran-aliran
yang relevan adalah idealisme dan rasionalisme.
b. Pengetahuan yang bersifat Objektif
Pengetahuan yang bersifat objektif menyatakan bahwa kualitas objek yang
diketahui terlepas sama sekali oleh kesadaran. Aliran-aliran yang relevan seperti
realisme dan empirisme.
2.1.4. Jenis Pengetahuan
Pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan maka di
dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran.
MenurutBakhtiar (2004) pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu:
a. Pengetahuan Biasa
Pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense
dan sering diartikan dengan good sense karena seseorang memiliki sesuatu yang
seseorang itu terima secara baik. Semua orang menyebut sesuatu itu merah karena
memang itu merah atau benda itu panas karena benda itu dirasakan panas.
Melalui common sense, semua orang sampai pada keyakinan secara umum
tentang sesuatu karena mereka akan berpendapat sama semuanya. Common sense
diperoleh dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk menyiram
bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar, musim kemarau akan
b. Pengetahuan Ilmu
Ilmu sebagai terjemahan dari science.Pengertian yang sempit science
diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan
objektif.Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan
mensistematisasikan common sense.Pengetahuan berasal dari pengalaman dan
pengamatan dalam kehidupan sehari-hari.Namun, dilanjutkan dengan suatu
pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.
Ilmu dapat merupakan suatu metode berfikir secara objektif (objektif
thinking) yang tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap
dunia faktual.Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu dapat diperolehnya
melalui observasi, eksperimen, dan klasifikasi.Analisis ilmu itu objektif dan
menyampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dan dalam
arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian (subjektif) karena
dimulai dengan fakta.Ilmu merupakan milik manusia secara komprehensif.Ilmu
merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal
yang dipelajari dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati
pancaindra manusia.
c. Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran
yang bersifat kontemplatif dan spekulatif.Pengetahuan filsafat lebih menekankan
pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.Ilmu hanya pada satu
bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, sedangkan filsafat membahas hal yang
reflektif dan kritis sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup
menjadi leluasa kembali.
d. Pengetahuan Agama
Pengetahuan agama merupakan pengetahuan yang hanya diperoleh dari
Tuhan lewat para utusan-Nya.Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib
diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang
pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan yang sering juga
disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia
yang sering disebut dengan hubungan horizontal. Iman kepada hari akhir
merupakan ajaran pokok agama dan sekaligus merupakan ajaran yang membuat
manusia optimis akan masa depannya. Menurut para pengamat, agama masih
bertahan sampai sekarang karena adanya doktrin tentang hidup setelah mati
sehingga masih dibutuhkan.
Menurut Surajiyo (2010) Pengetahuan juga dapat diklasifikasikan menjadi
pengetahuan nonilmiah dan ilmiah.Pengetahuan nonilmiah adalah pengetahuan
yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam
kategori metode ilmiah.Secara umum yang dimaksud dengan pengetahuan
nonilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia mengenai sesuatu atau objek
tertentu yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.Pengetahuan nonilmiah seperti
penglihatan dengan mata, hasil pendengaran telinga, hasil pembauan hidung, hasil
pengecapan lidah, dan hasil perabaan kulit.
Pengetahuan nonilmiah dapat juga dikatakan dengan hasil-hasil
dengan hasil pemikiran secara akal.Pengetahuan nonilmiah adalah segenap hasil
pemahaman manusia yang berupa tanggapan-tanggapan terhadap hal-hal yang
biasanya gaib.Semuanya itu biasanya diperoleh dengan menggunakan intuisi atau
disebut juga pengetahuan intuitif. Pengetahuan yang demikian diperoleh dengan
menggunakan indra atau pengetahuan akal.
Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang
diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah
pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai syarat-syarat
tertentu dengan cara berfikir yang luas, yaitu metodologi ilmiah. Pengetahuan ini
pada umumnya disebut dengan ilmu pengetahuan.
Menurut Suhartono (2004)pengetahuan juga dapat diklasifikasikan
menjadi pengetahuan Eikasia (Khayalan) dan pengetahuan Pistis
(Substansial).Pengetahuan Eikasia (Khayalan) merupakan tingkatan pengetahuan
yang paling rendah.Pengetahuan Eikasia merupakan pengetahuan yang objeknya
berupa bayangan atau gambaran.Pengetahuan ini isinya adalah hal-hal yang
berhubungan dengan kesenangan, kesukaan, serta kenikmatan manusia yang yang
berpengetahuan.Seseorang yang dalam keadaan sadar dan menganggap bahwa
khayal dan mimpinya adalah fakta ada dalam dunia nyata.
Pengetahuan Pistis adalah pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak
dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung. Objek
pengetahuan Pistis biasa disebut zooya karena isi pengetahuannya mendekati
suatu keyakinan (kepastian yang bersifat sangat pribadi atau kepastian subjektif)
yang cukup terhadap suatu tindakan yang mengetahui, misalnya mempunyai
pendengaran yang baik, penglihatan normal, serta indera yang normal.
Menurut Surip (2010) pengetahuan terdiri dari pengetahuan langsung
(immediate) dan pengetahuan tidak langsung (mediated), pengetahuan inderawi
(perceptual), pengetahuan konseptual (conceptual), pengetahuan partikular
(particular), dan pengetahuan universal (universal).
a. Pengetahuan Langsung (Immediate)
Pengetahuan langsung adalah pengetahuan yang hadir dalam jiwa tanpa
melalui proses penafsiran dan pikiran. Kaum realis (penganut paham realisme)
mendefenisikan pengetahuan seperti itu.Umumnya dibayangkan bahwa manusia
mengetahui sesuatu itu sebagaimana adanya, khususnya perasaan manusia yang
berkaitan dengan realita-realita yang telah dikenal sebelumnya.
b. Pengetahuan Tidak Langsung (Mediated)
Pengetahuan tidak langsung merupakan hasil dari pengaruh interpretasi
dan proses berfikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu. Apa yang manusia
ketahui dari benda-benda eksternal banyak berhubungan dengan penafsiran dan
penyerapan pikiran manusia.
c. Pengetahuan Indrawi (Perceptual)
Pengetahuan indrawi adalah sesutau yang dicapai dan diraih melalui
indra-indra lahiriah. Pengetahuan indra-indrawi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi,
seperti adanya cahaya yang menerangi objek-objek eksternal, sehatnya
benda-benda partikular menjadi konsepsi universal, serta faktor-faktor sosial (seperti
adat istiadat).
d. Pengetahuan Konseptual (Conceptual)
Pengetahuan konseptual juga tidak terpisah dari pengetahuan
indrawi.Pikiran manusia secara langsung tidak dapat membentuk suatu
konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan perkara-perkara eksternal tanpa berhubungan
dengan alam eksternal.Alam luar dan konsepsi saling bepengaruh satu dengan
yang lainnya dan pemisahan di antara keduanya merupakan aktivitas pikiran.
e. Pengetahuan Partikular (Particular)
Pengetahuan partikular berkaitan dengan satu individu, objek-objek
tertentu atau realitas-realitas khusus, misalnya ketika manusia membicarakan
individu tertentu maka hal ini berhubungan dengan pengetahuan partikular.
f. Pengetahuan Universal (Univesal)
Pengetahuan universal mencakup individu-individu yang berbeda.Sebagai
contoh, ketika membahas tentang manusia yang meliputi seluruh manusia.
2.1.5. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga
Menurut Notoatmodjo (2007) domain kognitif pengetahuan dibagi menjadi
enam tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Yaitu mengingat suatu materi yang telah diajarkan sebelumnya.Tingkat
tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Kata
kerja yang biasa dipakai menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
terhadap suatu objek dan sebagainya.
c. Aplikasi (Application)
Yaitu sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah.
d. Analisis (Analysis)
Yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur tersebut dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Misalnya dapat menggambarkan atau membuat
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap materi atau objek.Penilaian-penilaian itu berdasaran suatu kriteria yang
telah ada.
2.1.6. Sumber Pengetahuan
Menurut Bakhtiar (2004) semua orang mengakui memiliki pengetahuan.
Persoalannya darimana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan
didapat. Kemudian timbul pertanyaan bagaimana caranya manusia memperoleh
pengetahuan atau darimana sumber pengetahuan manusia. Pengetahuan yang ada
pada manusia diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan
sumber pengetahuan. Menurut Surajiyo (2010) masalah terjadinya pengetahuan
adalah masalah yang sangat penting dalam epistemologi karena jawaban terhadap
terjadinya pengetahuan maka seseorang akan memberikan pandangan atau paham
filsafatnya. Jawaban yang paling sederhana tentang terjadinya pengetahuan
adalah apakah a priori atau a posteriori. Pengetahuan a priori adalah pengetahuan
yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indera
yang terjadi karena adanya pengalaman. Dengan demikian, pengetahuan ini
bertumpu pada kenyataan objektif.
Sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan ada enam hal, yaitu
sebagai berikut:
a. Pengalaman Indera (Sense Experience)
Orang sering merasa penginderaan merupakan alat yang paling vital dalam
memperoleh pengetahuan.Penginderaan adalah satu-satunya alat untuk menyerap
segala sesuatu objek yang ada di luar diri manusia.Paham demikian dalam filsafat
disebut realisme karena terlalu menekankan pada kenyataan.Realisme adalah
suatu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui adalah hanya
kenyataan.Jadi, pengetahuan berawal mula dari kenyataan yang dapat diindrai.
Tokoh pemula dari pandangan ini adalah Aristoteles yang berpendapat bahwa
pengetahuan terjadi bila subjek diubah di bawah pengaruh objek artinya
bentuk-bentuk dari dunia luar meninggalkan bekas-bekas dalam kehidupan batin. Objek
masuk dalam diri subjek melalui persepsi indra (sensasi). Hal ini ditegaskan pula
pula oleh Aristoteles yang berkembang pada abad pertengahan adalah Thomas
Aquinas yang mengemukakan bahwa tiada sesuatu dapat masuk lewat ke dalam
akal yang tidak ditangkap oleh indra.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman indra merupakan sumber
pengetahuan yang berupa alat-alat untuk menangkap objek dari luar diri manusia
melalui kekuatan indra. Kekhilafan akan terjadi jika ada ketidaknormalan di
b. Nalar (Reason)
Nalar adalah salah satu corak berfikir dengan menggabungkan dua
pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru.Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah tentang asas-asas pemikiran
berikut.
Principium identitas adalah sesuatu yang harus sama dengan dirinya
sendiri. Asas ini biasa juga disebut asas kesamaan.Principum contradictionis
maksudnya bila terdapat dua pendapat yang bertentangan tidak mungkin
kedua-duanya benar dalam waktu yang bersamaan atau dengan kata lain pada subjek
yang sama tidak mungkin terdapat dua predikat yang bertentangan pada satu
waktu. Asas ini biasa disebut sebagai asas pertentangan.
Principium tertii exclusi, yaitu pada dua pendapat yang berlawanan tidak
mungkin keduanya benar dan tidak mungkin keduanya salah.Kebenaran hanya
terdapat satu di antara kedua itu dan tidak perlu ada pendapat yang ketiga. Asas
ini biasa disebut sebagai asas tidak adanya kemungkinan ketiga.
c. Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan
diakui oleh kelompknya.Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan karena
kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai
kewibawaan dalam pengetahuannya.Pengetahuan yang diperoleh melalui otoritas
biasanya tanpa diuji lagi karena orang yang telah menyampaikannya mempunyai
karena adanya otoritas adalah pengetahuan yang terjadi melalui wibawa seseorang
sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.
d. Intuisi (Intuition)
Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses
kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat
pernyataan yang berupa pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi
tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan karena pengetahuan ini
muncul tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu.Intuisi sebagai sumber
pengetahuan karena intuisi merupakan suatu kemampuan yang ada dalam diri
manusia yang mampu melahirkan pernyataan-pernyataan yang berupa
pengetauan.
e. Wahyu (Revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan Tuhan kepada nabi-Nya untuk
kepentingan umatnya.Manusia mempunyai pengetahuan melalui wahyu karena
ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang
mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan
dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan
karena manusia mengenal sesuatu melalui kepercayaan.
f. Keyakinan (Faith)
Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang
diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan yang
berupa wahyu dan keyakinan sangat sukar untuk dibedakan dengan jelas karena
Perbedaannya adalah jika keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatik
diikutinya adalah peraturan yang berupa agama.Adapun ke’yakinan melalui
kemampuan kejiwaan manusia yang merupakan pematangan (maturation) dari
kepercayaan.Kepercayaan itu bersifat dinamis dan mampu menyesuaikan dengan
keadaan yang terjadi, sedangkan keyakinan sangat statis, kecuali ada bukti-bukti
yang akurat dan sesuai untuk kepercayaannya.
2.1.7. Hakikat Pengetahuan
Menurut Bakhtiar (2004) pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu
yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk
yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Binatang juga
mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan
hidupnya (survival).
Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi
kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini. Manusia memikirkan hal-hal baru karena
manusia bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu. Manusia
mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna kepada kehidupan,
manusia memanusiakan diri dalam hidupnya, dan masih banyak lagi pernyataan
semacam ini. Semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia dalam
hidupnya mempunyai tujuan tertentu dalam hidupnya yang lebih tinggi dari
sekedar kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia
mengembangkan pengetahuannya dan pengetahuan ini jugalah yang mendorong
Pengetahuan mampu dikembangkan manusia yang disebabkan dua hal
utama, yakni pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu
mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi
tersebut. Kedua yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan
pengetahuan dengan cepat adalah kemampuan berfikir menurut alur kerangka
berfikir tertentu.
Hakikat pengetahuan meliputi apa itu pengetahuan dan bagaimana
memperoleh pengetahuan. Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental
(mental state). Mengetahui sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu
objek atau menyusun gambaran tentang fakta yang ada di luar akal. Persoalannya
kemudian adalah apakah gambaran itu sesuai dengan fakta atau tidak. Bakhtiar
(2004) juga mengungkapkan dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan,
yaitu:
a. Realisme
Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan
menurut realisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada
dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada
dalam akal adalah cetakan dari yang asli yang ada di luar akal.Hal ini tidak
berbeda seperti gambaran yang terdapat dalam foto.Dengan demikian, realisme
berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan
kenyataan.
Ajaran realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau cara lain, ada hal-hal
terpengaruh oleh seseorang. Para penganut realisme mengakui bahwa seseorang
bisa salah melihat benda-benda atau seseorang melihat terpengaruh oleh keadaan
sekelilingnya.Namun, mereka paham ada benda yang dianggap mempunyai wujud
tersendiri dan ada benda yang tetap kendati diamati.Realisme sangat diperlukan
dengan alasan bahwa dengan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam
pikiran.Kesulitan pikiran tersebut adalah pendapat yang mengatakan bahwa
tiap-tiap kejadian dapat diketahui hanya dari segi subjektif.Pernyataan itu tidak benar
sebab adanya faktor subjektif bukan berarti menolak faktor objektif.
Realisme dianggap penting dengan alasan bahwa dengan memberi
pertimbangan-pertimbangan yang positif.Umumnya, orang beranggapan bahwa
tiap-tiap benda mempunyai satu sebab. Contohnya apa yang menyebabkan
seseorang sakit. Biasanya orang puas ketika orang menjawab karena
kuman.Sebenarnya sebab sakit itu banyak karena ada orang yang bersarang
kuman dalam tubuhnya, tetapi orang itu tidak sakit.Dengan demikian, penyakit
seseorang itu mungkin disebabkan keadaan badannya, iklim, dan
sebagainya.Prinsip semacam ini digunakan untuk mempelajari agama karena
adanya perasaan yang subjektif dan tidak berarti tidak adanya keadaan yang
objektif.
b. Idealisme
Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan
yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah
proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena
dan bukan gambaran objektif tentang realistis.Subjektif dipandang sebagai suatu
yang mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut.Karena itu,
pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat
kebenaran.Pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan
orang yang mengetahui (subjek).
Realisme mempertajam perbedaan antara yang mengetahui dan yang
diketahui, sedangkan idealisme adalah sebaliknya.Pendapat mengenai idealisme
menegaskan dunia dan bagian-bagiannya harus dipandang sebagai hal-hal yang
mempunyai hubungan seperti organ tubuh dengan bagian-bagiannya.Dunia
merupakan suatu kebulatan dan bukan kesatuan mekanik, tetapi kebulatan organik
yang sesungguhnya sedemikian rupa sehingga suatu bagian darinya dipandang
sebagai kebulatan logis dengan makna inti yang terdalam.
Premis pokok yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa yang mempunyai
kedudukan utama dalam alam semesta. Idealisme tidak mengingkari adanya
materi, namun materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat
karena seseorang yang akan memikirkan materi dalam hakikatnya yang terdalam,
orang tersebut harus memikirkan roh dan akal. Jika seseorang ingin mengetahui
apakah sesungguhnya materi itu, orang itu harus meneliti apakah pikiran itu,
apakah nilai itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah materi itu.
Realisme dan idealisme memiliki kelemahan-kelemahan tertentu.Realisme
ekstrim bisa sampai pada monisme materialistik atau dualisme. Seorang pengikut
materialisme mengatakan jika demikian halnya, sudah tentu dapat juga dikatakan
sebagai penilai, tetapi hanya memfokuskan pada objek yang dinilai.Padahal,
subjek yang menilai memiliki peranan penting dalam menghubungkan antar objek
dengan ungkapan tentang objek tersebut.
Idealisme subjektif juga akan menimbulkan kebenaran yang relatif karena
setiap individu berhak untuk menolak kebenaran yang datang dari luar dirinya
yang akibatnya kebenaran yang bersifat universal tidak diketahui. Aturan-aturan
agama dan kemasyarakatan hanya bisa benar untuk kelompok tertentu dan tidak
berlaku terhadap kelompok lain. Idealisme terlalu mengutamakan subjek sebagai
si penilai dengan merendahkan objek yang dinilai karena subjek yang yang
menilai kadangkala berada pada keadaan yang berubah-ubah seperti sedang marah
dan gembira.
Menurut Surajiyo (2010) hakikat pengetahuan ada empat, yaitu
rasionalisme, empirisme, kritisme, dan positivisme.
a. Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang mencukupi dan yang
dapat dipercaya adalah rasio atau akal.Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui
akal yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan yang perlu mutlak,
yaitu syarat yang dipakai oleh semua pengetahuan ilmiah.Pengalaman hanya
dapat dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang didapatkan oleh akal.Akal
dapat menurunkan kebenaran daripada dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas
pertama yang pasti.Metode yang diterapkan adalah deduktif.Teladan yang
b. Empirisme
Aliran ini berpendapat bahwa empiris atau pengalamanlah yang
menentukan terbentuknya pengetahuan, baik pengalaman batiniah maupun yang
lahiriah.Akal bukan menjadi sumber pengetahuan, tetapi akal mendapat tugas
untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.Metode yang
diterapkan adalah induksi.Pengalaman merupakan ukuran terakhir dari kenyataan.
Pernyataan tentang fakta adalah hubungan di antara benda dan sama banyaknya
dengan pengalaman khusus yang diperoleh secara langsung dengan indra.
c. Kritisme
Penyelesaian pertentangan antara rasionalisme dan empirisme hendak
diselesaikan oleh Immanuel Kant dengan kritismenya.Menurut Immanuel Kant
peranan budi sangat besar sekali dalam hakikat kritisme.
d. Positivisme
Positivisme bermula dari apa yang telah diketahui, yang faktual, dan yang
positif. Segala uraian dan persoalan yang di luar apa yang ada sebagai fakta atau
kenyataan dikesampingkan. Oleh karena itu, metafisika ditolak.Apa yang orang
ketahui secara positif adalah segala yang tampak dan segala gejala. Arti segala
ilmu pengetahuan adalah mengetahui untuk dapat melihat ke masa depan. Jadi,
kita hanya dapat menyatakan fakta-faktanya dan menyelidiki hubungan satu
dengan yang lain. Tidak berguna untuk menyatakan kepada hakikatnya atau
kepada penyebab sebenarnya dari gejala-gejala itu.Orang harus menentukan
syarat-syarat dengan fakta-fakta tertentu dan menghubungkan fakta-fakta itu
2.1.8. Metode Memperoleh Pengetahuan
Menurut Suhartono (2004) metode memperoleh pengetahuan adalah
sebagai berikut:
a. Metode Empirik (Empirisme)
Metode ini mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman indrawi,
sedangkan akal pikiran dipandang sebagai penampung segala apa yang dialami.
Cara ini mengandung beberapa unsur, yaitu subjek yang mengetahui, objek yang
diketahui, dan proses bagaimana subjek berhubungan dengan objek. Cara ini bisa
menjadi ekstrem jika hanya mengakui bahwa sesuatu hal dapat disebut
pengetahuan atau bukan jika tergantung pada apakah dapat dilacak kembali secara
empirik atau tidak.
b. Metode Rasional (Rasionalism)
Metode ini membahas mengenai pengetahuan yang bersumber dari akal
pikiran.Pengalaman dipandang sebagai perangsang terhadap akal
pikiran.Kebenaran tidak terletak pada diri sesuatu, melainkan pada ide.Akal
pikiran secara deduktif bekerja untuk mendapatkan pengetahuan yang pasti.Jadi,
akal pikiran berperan sebagai perantara dan sekaligus sebagai suatu teknik
deduktif (penalaran) dalam menentukan kebenaran.Selanjutnya keyakinan
c. Metode fenomenologik
Metode ini menyatakan bahwa apa yang diketahui tentang sesuatu hal itu
hanyalah gejala-gejalanya saja, bukan halnya sendiri. Adapun gejala-gejala itu ada
hubungan yang pasti antara sebab dan akibat.Mengenai bagaimana memperoleh
pengetahuan yang benar tergantung pada jenis dan macam pengetahuan.
d. Metode Ilmiah
Metode ini dilakukan dengan memperoleh pengetahuan yang benar dan
objektif melalui pendekatan (approach) untuk menentukan lingkupan studi
(scope) yang sering disebut objek forma. Penentuan metode (method) yang sesuai,
apakah analisis atau sintesis dan peralatan yang sesuai, apakah induktif atau
deduktif, serta menentukan sistem kerja yang tepat, apakah terbuka atau tertutup,
semuanya akan menjadi penting. Hasilnya adalah pengetahuan yang sah dan benar
dengan menggunakan objektif ilmiah.Ada delapan prinsip penting dalam metode
ilmiah, yaitu prinsip kausalitas, prinsip prediktif uniformatif, prinsip objektivitas,
prinsip empirisme, prinsip kehematan, prinsip isolasi, prinsip kontrol, dan prinsip
pengukuran yang pasti.Pengetahuan yang benar dapat diperoleh dengan metode
ilmiah karena juga memfungsikan metode empirik dan rasional secara dialektik
2.1.9. Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi
Manusia adalah makhluk berpikir yang selalu ingin tahu tentang
sesuatu.Rasa ingin tahu mendorong manusia mengemukakan pertanyaan.Bertanya
tentang dirinya, lingkungan disekelilingnya, ataupun berbagai peristiwa yang
terjadi di sekitarnya.Dengan bertanya itu manusia mengumpulkan segala sesuatu
yang diketahuinya. Begutulah cara manusia mengumpulkan pengetahuan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pengetahuan adalah produk dari tahu, yakni
mengerti sesudah melihat, menyaksikan, dan mengalami (Jalaluddin, 2013).
Manusia memperoleh pengetahuan melalui berbagai cara. Jika hanya
sekedar ingin tahu tentang sesuatu cukup dengan menggunakan pertanyaan secara
sederhana.Pengetahuan itu diperoleh melalui pengalaman yang berulang-ulang
terhadap suatu peristiwa atau kejadian. Proses memperoleh pengetahuan ini
terkesan sangat sederhana, dimulai dari pengamatan terhadap gejala alam ataupun
peristiwa yang terjadi di sekitar. Kemudian dicari hubungan sebab akibat, lalu
diambil kesimpulan.Tanpa dilakukan analisis dan pengujian lebih lanjut
berdasarkan prosedur keilmuan.Oleh karena itu, kesimpulan yang diambil dapat
bersifat kebetulan atau kebenaran yang berlaku sesaat. Fenomena dan peristiwa
yang sama suatu saat bisa benar, tetapi di tempat lain hasilnya berbeda. Hasil
kesimpulan sulit dipertanggungjawabkan kebenarannya secara empiris
(Jalaluddin, 2013).
Perubahan perilaku subjek dimulai dari subjek mengenal dan mengetahui
(Awareness), selanjutnya subjek mulai tertarik dengan gaya hidup yang tidak
sehat yang berhubungan dengan faktor risiko hipertensi (Interest), setelah itu
subjek mulai menimbang keuntungan dan kerugian dari gaya hidup tidak sehat
yang berhubungan dengan faktor risiko hipertensi terhadap dirinya (Evaluation),
kemudian subjek mulai mencoba berperilaku yang berhubungan dengan faktor
risiko hipertensi (Trial), dan akhirnya subjek telah berperilaku baru berupa gaya
hidup tidak sehat yang berhubungan dengan faktor risiko hipertensi dan telah
disesuaikan dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya (Adoption)
(Notoatmodjo 2007).
Pasien hipertensi adalah orang-orang yang mengalami hipertensi atau
orang-orang yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dengan
konsistensi di atas 140/90 mmHg (Bareadero,Dayrit,&Siswandi,
2008).Pengetahuan pasien hipertensi tentang faktor risiko hipertensi umumnya
rendah.Hal ini ini dibuktikan sebagian besar pasien hipertensi tidak dapat
mengingat secara rinci bahaya faktor risiko hipertensi terhadap tubuh (Hayens,
Leenen, & Soetrisno, 2003).
Pasien hipertensi yang mengerti akan bahaya faktor risiko hipertensi
meremehkan dampak buruknya terhadap kesehatan dan cenderung kurang
menyadari akan bahayanya tersebut. Pemahaman menyeluruh akan bahaya faktor
risiko hipertensi merupakan faktor penting yang memotivasi pasien hipertensi
untuk melaksanakan gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit hipertensi atau
Orang yang menderita hipertensi cenderung berhubungan dengan faktor
risiko hipertensi, seperti berusia 30-40 tahun ke atas, jenis kelamin pria, faktor
keturunan (faktor genetik), obesitas, alkohol, serum lipid, diet, kegiatan fisik
minimal, faktor lingkungan, faktor psikososial, merokok, minum obat anti hamil,
dan mengalami diabetes mellitus (Irawan &Mulyadi, 1998).
2.2.Faktor Risiko
2.2.1. Defenisi Faktor Risiko
Menurut Bustan (1997) faktor risiko adalah karakteristik, tanda atau
kumpulan gejala pada penyakit yang diderita individu yang mana secara statistik
berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa
induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat).
2.2.2. Jenis-Jenis Faktor Risiko
Menurut Bustan (1997) jenis-jenis faktor risiko ada dua yaitu:
a. Menurut dapat tidaknya risiko itu diubah
Menurut dapat tidaknya risiko itu diubah ada dua, yaitu faktor risiko tidak
dapat berubah, misalnya faktor umur atau genetik dan faktor risiko yang dapat
berubah, misalnya kebiasaan merokok.
b. Menurut kestabilan peranan faktor risiko
Menurut kestabilan peranan faktor risiko ada dua, yaitu faktor risiko yang
dicurigai atau dengan kata lain faktor-faktor yang belum mendapat dukungan
sepenuhnya dari hasil penelitian sebagai faktor risiko, misalnya rokok sebagai
kata lain faktor risiko yang telah mendapat dukungan ilmiah atau penelitian dalam
peranannya sebagai faktor yang berperan dalam kejadian suatu penyakit, misalnya
rokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru.
c. Faktor risiko yang didokumentasikan dan yang jarang didokumentasikan.
d. Faktor risiko yang kuat dan yang lemah.
2.2.3. Kegunaan Identifikasi Faktor Risiko
Menurut Bustan (1997) perlunya faktor risiko diketahui dalam terjadinya
penyakit dapat berguna dalam hal-hal berikut:
a. Prediksi
Untuk meramalkan kejadian penyakit, misalnya perokok berat mempunyai
kemungkinan sepuluh kali untuk kanker paru daripada bukan perokok.
b. Penyebab
Kejelasan atau beratnya faktor risiko dapat mengangkatnya menjadi faktor
penyebab setelah menghapus pengaruh dan faktor penggangu.
c. Diagnosis
Faktor risiko dapat membantu proses diagnosis.
d. Prevensi
Jika satu faktor risiko juga sebagai penyebab, pengulangan dapat
digunakan untuk pencegahan penyakit meskipun mekanisme penyakit sudah
2.2.4. Kriteria Faktor Risiko
Menurut Bustan (1997), penegakan suatu faktor sebagai faktor risiko dapat
dilakukan dengan memakai konsep kausalitas Austin Bradford Hill, ahli statistik
Inggris tahun 1995 mengajukan delapan kriteria untuk membuktikan adanya sebab
akibat (hubungan kausal), yaitukekuatan hubungan atau adanya risiko relatif yang
tinggi, temporal atau kausal mendahului akibat, respon terhadap dosis,
reversibilitasatau tidak berubah, konsistensi atau taat azas, kelayakan biologi,
dananalogi.
2.3. Hipertensi
2.3.1. Defenisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu
periode (Udjianti, 2011). Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi.
Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan
melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang
bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah.
Hipertensi juga didefenisikan sebagai tekanan darah sisitolik ≥ 140 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang terjadi pada seorang klien pada tiga
kejadian terpisah (Udjianti, 2011).
2.3.2. EtiologiHipertensi
Menurut Udjianti (2011) etiologi yang pasti dari hipertensi esensial atau
primer belum diketahui. Namun sejumlah interaksi beberapa energi homeostatik
saling terkait. Penyebab awal diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan
tubuh dan tekanan oleh ginjal. Faktor hereditas berperan penting apabila
ketidakmampuan genetik dalam mengelola kadar natrium normal. Kelebihan
intake natrium dalam diet dapat meningkatkan volume cairan dan curah jantung.
Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah melalui
kontraksi atau peningkatan tahanan perifer. Tekanan darah tinggi adalah hasil
awal dari peningkatan curah jantung yang kemudian dipertahankan pada tingkat
yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik peningkatan tahanan perifer.Etiologi
hipertensi sekunder pada umumnya diketahui. Berikut ini beberapa kondisi yang
menjadi penyebab terjadinya hipertensi sekunder.
a. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi
melalui mekanisme renin-aldosteron-mediated volume expansion.Dengan
penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah beberapa
bulan.
b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal
Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder.Hipertensi renovaskuler
berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara
langsung membawa darah ke ginjal.Sekitar 90 % lesi arteri renal pada klien
(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous).Penyakit parenkim ginjal terkait dengan
infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur, dan fungsi ginjal.
c. Gangguan endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder.Adrenal-mediated hypertension disebabkan kelebihan primer
aldosteron, kortisol, dan katekolamin.Pada aldosteronisme primer, kelebihan
aldosteron menyebabkan hipertensi dan hipokalemia.Aldosteronisme primer
biasanya timbul dari benign adenoma korteks adrenal.Pheochromocytomas pada
medula adrenal yang paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang
berlebihan. Pada Sindrom Cushing, kelebihanglukokortikoid yang diekskresi dari
korteks adrenal. Sindrom Cushing’s mungkin disebabkan oleh hiperplasia
adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal.
d. Coarctation aorta
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa
tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.Penyempitan menghambat aliran
darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah di
atas area kontriksi.
e. Neurogenik: tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik.
f. Kehamilan.
Menurut Haroen &Sutomo (1992) penyebab hipertensi adalah sebagai
berikut:
a. Hipertensi esensial (primer): 75% dari seluruh penderita hipertensi.
Etiologinya adalah tanpa kelainan anatomik, biasanya herediter, tergantung
dari umur (lebih dari empat puluh tahun), dan terdapat faktor psikis
b. Hipertensi sekunder: merupakan 20% penderita
Etiologinya adalah penyakit ginjal (glomerulonefritis akuta/kronika, kista,
hipertrofi prostat, tumor, batu), dan stenosis isthmus aortae.
2.3.3. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Udjianti (2011) hipertensi diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a. Berdasarkan Penyebab
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial
yang didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui
penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini.
a. Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
berisiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
b. Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca
c. Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
d. Berat badan: obesitas (>25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
e. Gaya hidup: merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah jika gaya hidup tersebut menetap.
2. Hipertensi sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder
yang didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik
yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral,
coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris),
kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, luka bakar, dan stres (Udjianti,
b. Klasifikasi Hipertensi pada Klien Berusia ≥ 18 Tahun oleh Joint National
Commite on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
Batasan Tekanan Darah Kategori
Diastolik
<85 Tekanan darah normal
85-89 Tekanan darah normal-tinggi
90-104 Hipertensi ringan
105-114 Hipertensi sedang
≥115 Hipertensi berat
Sistolik, saat diastolik <90 mmHg
<140 Tekanan darah normal
140-159 Batas Hipertensi sistolik terisolasi
≥160 Hipertensi sistolik terisolasi
Tabel 2.1Klasifikasi Hipertensi pada klien berusia ≥ 18 tahun oleh Joint National Commite on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (Udjianti, 2011).
2.3.4.Patofisiologi Hipertensi
Menurut Udjianti (2011) tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian
cardiac output (curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah
jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut
sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan
tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan
tubuh, sistem renin angiotensin, dan autoregulasi vaskuler.
Baroreseptor arteri tidak hanya ditemukan di sinus carotid, tetapi juga
dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan
arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui
mekanisme perlambatan jantung oleh respons vagal (stimulasi parasimpatis) dan
vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu, refleks kontrol
sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sitemik bila tekanan baroreseptor turun dan
menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat. Alasan
pasti mengapa kontrol ini gagal pada hipertensi belum diketahui. Hal ini ditujukan
untuk menaikkan re-setting sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan meningkat
secara tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada.
Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila
tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui
mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan
mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat,
peningkatan tekanan arteri mengakibatkan diuresis dan penurunan tekanan darah.
Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam
mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sitemik.
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan
darah. Ginjal memproduksi renin, yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat
converting enzym dalam paru menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi
angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat
pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan
aldosteron. Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada
aldoteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis,
angiotensin II, dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan pada
ekskresi garam (Natrium) dengan akibat peningkatan tekanan darah.
Sekresi renin yang tidak dapat diduga sebagai penyebab meningkatnya
tahanan perifer vaskular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar
renin harus diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal mungkin
menghambat sekresi renin. Sebagian besar orang dengan hipertensi esensial
mempunyai kadar renin normal.
Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien hipertensi esensial
akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital.
Hipertensi esensial mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan)
arteriole-arteriole. Jika pembuluh darah menebal maka perfusi jaringan menurun dan
mengakibatkan kerusakan organ tubuh sehingga menyebabkan infark miokard,
stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Autoregulasi vaskular merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam
hipertensi. Autoregulasi vaskular adalah suatu proses yang mempertahankan
perfusi jaringan dalam tubuh relatif konstan. Jika aliran berubah maka
proses-proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vaskular dan mengakibatkan
akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vaskular merupakan mekanisme
penting dalam menimbulkan hipertensi yang berkaitan dengan overload garam
dan air.
Skema 1 Patofisiologi Hipertensi (Udjianti, 2011)
2.4. Faktor Risiko Hipertensi
2.4.1. Defenisi Faktor Risiko Hipertensi
Menurut Mansoor (2001) faktor risiko hipertensi merupakan karakteristik,
tanda atau kumpulan gejala penyakit hipertensi yang secara statistik berhubungan
dengan peningkatan kejadian kasus hipertensi.
2.4.2. Faktor Risiko Hipertensi
Menurut Mansoor (2001) faktor-faktor risiko hipertensi adalah sebagai
berikut:
a. Usia
Kejadian tertinggi pada usia 30-40 tahun. Kejadian tiga kali lebih besar
pada orang kulit hitam dan 5 kali lebih besar untuk wanita kulit hitam.
b. Jenis Kelamin
Komplikasi hipertensi meningkat pada laki-laki.
c. Keturunan
Riwayat keluarga yang menunjukkan adanya tekanan darah yang tinggi
merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi seseorang untuk mengidap
hipertensi di masa yang datang. Tekanan darah pada dewasa tingkat pertama,
yaitu orang tua dan saudara kandung yang dikorelasikan terhadap umur dan jenis
kelamin tampak pada semua tingkat tekanan darah.
Pembahasan lebih lanjut menunjukkan bahwa fenomena ini dapat