KEPUASAN ANAK ASUH TERHADAP PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK YATIM DAN DHUA’FA DI PANTI ASUHAN ISLAM
RATNA JAYA DESA MANGUN JAYA KECAMATAN TAMBUN KABUPATEN BEKASI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikas untuk memenuhi Syarat-syarat
Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Isam
Oleh:
Zilyusraini Nim 104054002106
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul ”KEPUASAN ANAK ASUH TERHADAP PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK YATIM DAN DHUA’FA DI PANTI ASUHAN ISLAM RATNA JAYA DESA MANGUN JAYA KECAMATAN TAMBUN KABUPATEN BEKASI” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 15 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Jakarta, 15 Maret 2010 Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Arief Subhan, MA Wati Nilamsari, M. Si. NIP.196601101993031004 NIP.197105201999032002
Anggota
Penguji I Penguji II
Nurul Hidayati, S.Ag.M.Pd Dra. Mahmudah Fitriyah ZA,M.Pd NIP.196903221996032001 NIP.196402121997032001
Pembimbing
KEPUASAN ANAK ASUH TERHADAP PELAYANAN SOIAL BAGI ANAK YATIM DAN DHUA’FA
DI PANTI ASUHAN ISLAM RATNA JAYA DESA MANGUN JAYAKECAMATAN TAMBUN
KABUPATEN BEKASI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi Syarat-syarat
Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam
Oleh: Zilyusraini Nim 104054002106
Di Bawah Bimbingan
Drs. Helmi Rustandi, M. Ag. NIP. 196012081988031005
JURUSAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana
Starata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 April 2010
ABSTRAK Zilyusraini
Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Bagi Anak Yatim dan Dhua’fa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Desa Mangun Jaya Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi
Kepuasan adalah persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi dan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dia rasakan di bandingkan dengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Pelayanan Sosial adalah proses kegiatan pelayanan yang ditujukan untuk membantu individu, keluarga, organisasi dan masyarakat yang membutuhkan atau mengalami permasalahan sosial, baik yang bersifat pencegahan, pemberdayaan, pelayanan dan rehabilitasi sosial, maupun pengembangan guna mengatasi permasalahan yang dihadapi dan atau memenuhi kebutuhan secara memadai, sehingga mereka mampu melaksanakan fungsi sosial.
Masalah anak yatim dan dhua’fa merupakan permasalahan yang terkait dengan keberadaan masa depan anak secara umum sebagai generasi penerus bangsa. Untuk mengatasi masalah anak yatim dan dhua’fa tersebut, maka panti asuhan islam ratna jaya menyediakan 9 pelayanan sosial untuk anak-anak asuh disini, yaitu: pelayanan pengasraman, pelayanan permakanan, pelayanan pendidikan, pelayanan pemeriksaaan kesehatan, pelayanan konsultasi, pelayanan keagamaan, pelayanan keterampilan, pelayanan hiburan dan rekreasi, dan juga pelayanan transportasi. Pelaksanaan pelayanan sosial disini belum sepenuhnya baik atau memuaskan untuk anak-anak asuh disini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhua’fa di Panti asuhan Islam Ratna Jaya. Pengumpulan data melalui wawancara dan observasi secara langsung tentang kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhu’afa dan juga pelayanan apa saja yang ada di panti asuhan islam ratna jaya ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis menggunakan metode kualitatif dengan menuju data kualitatif deskriptif.
Temuan di lapangan menunjukkan bahwa kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhu’afa yang dilakukan di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya bahwa pelayanan sosial yang sudah baik yang ada dipanti asuhan islam ratna jaya adalah: pelayanan keagamaan, pelayanan pendidikan, pelayanan pengasramaan, pelayanan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan transportasi, sedangkan pelayanan yang belum baik adalah: pelayanan permakanan, pelayanan keterampilan, pelayanan konsultasi, dan pelayanan hiburan dan rekreasi.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat islam, iman, dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tidak lupa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan pengikutnya. Ada beberapa hambatan yang penulis temukan di dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak, alhamdulillah semua dapat teratasi.
Dengan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd, selaku Ketua Jurusan
Pengembangan Islam.
3. Ibu Wati Nilamsari M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.
4. Pembimbing Skripsi, Bapak Drs. Helmi Rustandi, M.Ag, walaupun dalam kesibukan yang sedemikian padatnya namun senantiasa menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan serta petunjuk yang berharga kepada penulis sampai selesainya skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah
memberikan Ilmu Pengetahuan kepada penulis selama menjalankan perkuliahan.
6. Kepada Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Dakwah dan Komunikasi dan Perpustakaan Nasional. 7. Kepada Ayahanda Tercinta H. Suhelmi Nawawi, S. Ag dan Ibunda
Tersayang Zetti Zuhermi, yang telah memberikan segalanya dengan ikhlas baik moril maupun materil hingga terselesainya kuliah dan skripsi ini.
9. Untuk Agus Sunandar yang selaku mendukung dan mensupport serta setia meluangkan waktunya hingga selesainya skripsi ini.
10. Semua Sahabatku di Pengembangan Masyarakat Islam Angkatan 2004 khususnya kelompok KKN Sumedang Utara terima kasih atas pengalamannya.
11. Semua Sahabatku di Pengembangan Masyarakat Islam: Najah dan teman-teman ku yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu.
12. Pengurus Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Desa Mangun jaya Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi terima kasih atas bantuan dan informasi dan data-data yang diperlukan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Jakarta, 1 April 2010
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PANITIA UJIAN...i
PENGESAHAN PEMBIMBING...ii
LEMBAR PERNYATAAN...iii
ABSTRAK...iv
KATA PENGANTAR...v
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL...vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….………...1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………...………..9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….10
D. Metodologi Penelitian………...11
E. Tinjauan Pustaka……….………...17
F. Sistematika Penulisan………...18
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Teori Kepuasan...21
B. Anak Yatim dan Dhua’fa...22
1. Anak Yatim...22
a) Definisi Anak ...22
b) DefinisiYatim...23
2. Dua’fa...31
a) Definisi Dhua’fa...31
c) Langkah-langkah Pengembangan Kaum Dhua’fa...35
C. Pelayanan Sosial dan Panti Asuhan...40
1. Pelayanan Sosial ...40
a) Definisi Pelayanan Sosial...40
2. Panti Asuhan...42
a) Definisi Panti Asuhan ...42
b) Sifat-sifat Pelayanan Panti Asuhan...44
c) Fungsi Panti Asuhan...46
d) Pelayanan Sosial Panti Asuhan Islam Ratna Jaya....47
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN ISLAM RATNA JAYA A. Latar Belakang Berdirinya Panti ...49
B. Visi dan Misi...51
C. Tujuan Didirikannya dan Program Kerja Panti Asuhan Islam Ratna Jaya...52
D. Struktur Organisasi Pengurus Panti...55
E. Sarana dan Prasarana yang dimiliki Panti...56
BAB IV ANALISIS KEPUASAN ANAK ASUH TERHADAP PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK YATIM DAN DHUA’FA A. Program Pelayanan Sosial Panti Asuhan Islam Ratna Jaya...57
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan...84
B.Saran...85
DAFTAR PUSTAKA...86
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1: Subjek Penelitian...12
Tabel 1.2: Pelayanan Pengasramaan...61
Tabel 1.3: Pelayanan Permakanan...64
Tabel 1.4: Pelayanan Pendidikan...66
Tabel 1.5: Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan...69
Tabel 1.6: Pelayanan Konsultasi...71
Tabel 1.7: Pelayanan Keagamaan...75
Tabel 1.8: Pelayanan Keterampilan...77
Tabel 1.9: Pelayanan Hiburan dan Rekreasi...80
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia, dampaknya mulai terasa
sejak awal tahun 1998; selain langsung pada kehidupan ekonomi bangsa,
juga berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat. Krisis
ekonomi juga menyebabkan turunnya pendapatan nyata penduduk akibat
hilangnya kesempatan kerja. Dampak lanjutan adalah kerawanan yang
menyangkut berbagai hal, salah satunya ialah bidang ekonomi dan sosial.1
Kemiskinan merupakan faktor utama munculnya anak terlantar
(yatim dan dhu’afa) yang keadaannya makin diperparah oleh krisis
ekonomi sejak tahun 1997 yang akibat berupa keterlantaran pada anak.
Sebagai catatan, pada tahun 2004, jumlah penduduk miskin mencapai
32.339.445 jiwa atau 17,42 persen dari 214.374.096 jiwa penduduk
Indonesia (Pusdatin 2004).2
Kemiskinan dan kemerosotan moral maupun spritual merupakan
petunjuk dan ketidakberdayaan anak-anak, termasuk anak yatim dan
dhua’fa beserta keluarganya akibat tidak terpenuhinya kebutuhan pokok
kehidupannya.3
Jumlah penduduk miskin yang berada dibawah garis kemiskinan
Indonesia pada bulan maret 2006 sebesar 39,05 juta (17,75 persen).
1
Kasnodiharjo, Rahmalina S. Prajoso SP Manalu, artikel tanggal 3 November 2008 Http://www.Kalbefarma. Com//files 17.151. Dinamika Pelacuran di Wilayah Jakarta dan Surabaya dan Faktor Sosio Demografi yang Melatarbelakanginya, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Republik Indonesia).
2
Pedoman Pelayanan Sosial Anak Terlantar Melalui Pengembangan Usaha Ekonomi Keluarga.
3
Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan februari 2005 yang
berjumlah 35,10 juta jiwa (15,97 persen), berarti jumlah penduduk miskin
meningkat sebesar 39,5 juta. Persentase penduduk miskin antara daerah
perkotaan dan pedesaan tidak banyak berubah. Pada bulan maret 2006
sebagian besar (63,41 persen) penduduk miskin berada daerah pedesaan.4
Dampak krisis yang dialami bangsa Indonesia sejak tahun 1997,
terus bertambah terasa dalam berbagai sektor kehidupan diantaranya yaitu:
harga-harga kebutuhan bahan pokok yang terus semakin mahal, biaya
pendidikan dasar yang juga bertambah tinggi, tenaga kerja produktif yang
harus berhenti dari pekerjaanya, secara umum pendapatan masyarakat
menurun.5
Beberapa contoh nyata adanya dampak krisis ekonomi adalah
bertambah lebarnya kesenjangan antara golongan kaya dan miskin, biaya
kesehatan yang sangat tinggi, murid sekolah wajib belajar 9 tahun yang
terpaksa harus putus sekolah karena mereka tidak mampu lagi membiayai
sekolahnya, bertambahnya jumlah PHK, pengangguran yang frustasi nekat
berbuat kriminal, kuantitas dan kualitas makanan keluarga menurun,
kepercayaan menurun, kepercayaan terhadap pemerintah menurun.6
Situasi ini mengakibatkan berkembangnya dampak buruk terhadap
anak, yaitu tidak terpenuhinya berbagai hak dan kebutuhan anak untuk
dapat berkembang secara wajar sehingga banyak anak yang terpaksa
menjadi yatim piatu, putus sekolah dan mencari nafkah sendiri di jalan.
4
Http://www. Tempo.co.id. Anton Sudjadi, Tolak Ukur dan Jumlah Orang Miskin, (Jakarta: Internet 3 November 2008).
5
Pelatihan Pengembangan Masyarakat-Strata Pemula Untuk Tenaga Pendamping Pemberdayaan Masyarakat Mandiri.
6
Akibatnya, dalam 10 tahun terakhir persoalan anak-anak dan remaja di
Indonesia tidak banyak yang dapat diselesaikan. Maka pada kenyataannya
anak-anaklah yang pertama menjadi korban dari masalah rumah tangga
dan kemiskinan yang mempengaruhi ekonomi keluarga.
Orang tua (keluarga) memegang peranan penting dalam pengasuhan
anak agar anak mendapat perhatian dan terpenuhinya hak-hak anak
sehingga terhindar dari keterlantaran. Keterlantaran pada anak bukan saja
berdampak pada keberadaan anak itu sendiri tetapi juga terkait dengan
masa depan bangsa dan dampak sosial yang ditimbulkannya.7
Keluarga sebagai unit terkecil dalam tatanan masyarakat merupakan
unsur penentu pertama dan utama keberhasilan pembinaan anak sebagai
generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa. Posisi strategis ini hanya
dapat diwujudkan apabila keluarga mampu melaksanakan fungsi dan
perannya secara serasi dalam kehidupan keluarga dan sebagai unsur yang
aktif partisipatif dalam usaha pembinaan lingkungan sosial yang tentram
dan sejahtera.
Seorang anak sangat mendambakan perhatian dan sentuhan kasih
sayang dari kedua orang tuanya dan mendapat kehidupan yang layak bagi
mereka. Akan tetapi, ketika salah satu dari mereka (orang tua) anak
terutama seorang ayah meninggal, maka si anak merasa ada sesuatu yang
kurang dan merasa kehilangan seorang sosok bapak yang menjadi figuran
dan teladan baginya. Apa lagi jika kedua orang tuanya meninggal, maka ia
akan merasa kesepian dan hidup sebatang kara tanpa adanya lagi perhatian
7
dan kasih sayang dari orang tuanya, serta mereka tidak akan lagi
mendapat kehidupan yang layak bagi mereka yang harus kita penuhi.
Maka disini anak mempunyai hak adalah mendapatkan nama yang bagus
dan baik mendapatkan pendidikan, pembiayaan serta pemenuhan
kebutuhan dan dinikahkannya.
Dengan demikian jelas bahwa letak persoalan bukan pada korban
yakni pada kaum dhuafa dan anak yatim melainkan sistem rilesasi sosial
dan budaya yang membawa akibat pada kemiskinan terjadi pada
kebijakan-kebijakan pemerintah tidak memihak pada kaum dhuafa.8
Anak-anak dhu’afa dan anak yatim yang ada di Indonesia merupakan
bagian dari komponen masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban
yang sama dengan komponen masyarakat yang lainnya yang tidak boleh
termarjinalkan, karena hal tersebut merupakan tindakan dokumentasi
masalah yang timbul seputar anak-anak kaum dhu’afa dan anak yatim
yang merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai sesama makhluk
sosial terlebih lagi negara sebagai institusi yang mengatur hubungan
manusia yang satu dengan yang lainnya dalam konteks hidup bernegara
dan bermasyarakat.
Anak yatim dan dhu’afa merupakan permasalahan yang terkait
dengan keberadaan masa depan anak secara umum sebagai penerus
generasi bangsa. Oleh karena itu penanganan anak yatim dan dhu’afa
(terlantar) menjadi tanggung jawab bersama agar di dapatkan upaya yang
8
lebih efektif dan optimal. Anak yatim dan dhu’afa merupakan masalah
sosial yang banyak ditemukan di masyarakat.9
Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan
sosial, material maupun spritual yang diliputi rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi
setiap warga negara untuk mengadakan suatu pemenuhan kebutuhan
jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri,
keluarga serta masyarakat dengan menjujung tinggi hak-hak asasi serta
kewajiban manusia sesuai dengan falsafah kita, yaitu pancasila.10.
Hakikat pembangunan kesejahteraan sosial sebagai bagian tak
terpisahkan dari pembangunan nasional, bertujuan untuk meningkatkan
taraf kesejahteraan sosial baik individu, maupun kelompok dalam
masyarakat.11
Sistem pelayanan kesejahteraan sosial melalui sistem panti maupun
sistem non panti atau berbasiskan pada keluarga atau masyarakat tidak
dapat memenuhi kebutuhan anggotanya. Pelaksanaan pelayanan
kesejahteraan sosial menuntut profesionalisme dan akuntabilitas, sehingga
memerlukan standar pelayanan.12
Pelayanan sosial pada prinsipnya mempunyai 3 unsur utama, yaitu:
13
1). Pelayanan sosial merupakan akitivitas profesi pekerjaan sosial
9
Modul Pelayanan Sosial Anak Terlantar Dalam Panti (PSBR). 10
Syarif Muhidin. Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, 1997).Cet.Ke-VII.h.5.
11
Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (BPPKS), Standarisasi Panti Sosial, (Jakarta: 2005),h.3.
12
Ibid,h.3-4. 13
bersama dengan profesi lain (bukan monopoli pekerja sosial ), 2).
Pelayanan sosial ditujukan untuk membantu orang agar seseorang dapat
mengembangkan diri, tidak bergantung, memperkuat relasi keluarga dan
juga memperbaiki individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, 3).
Pelayanan sosial diberikan agar penerima pelayanan dapat berfungsi sosial
dengan baik.
Peraturan pemerintah yang mengatur tentang Perekonomian
Nasional dan Kesejahteraan Sosial yaitu:
a) Yang tercantum dalam Amandemen Undang-undang Dasar 1945 yaitu
pasal 34 Ayat (1) yang berbunyi, fakir miskin dan anak-anak terlantar
di pelihara oleh Negara.
b) Amandemen Undang-undang Dasar 1945 yaitu pasal 33 Ayat (2) yang
berbunyi, negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan.
c) Rancangan Undang-undang Dasar 1945 tentang kemiskinan, yang
disusun oleh Tim Pokja Setditjen Bantuan dan Jaminan Sosial
Departemen Sosial Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial.14
Oleh karena itu salah satu sarana yang dilakukan dalam
memberikan kesejahteraan sosial kepada anak yatim, piatu dan dhuafa
adalah melalui sistem panti ini adalah merupakan salah satu bentuk usaha
kesejahteran sosial dalam hal ini yatim, piatu dan dhuafa, dimana mengacu
pada program pelayanan dan berbagai kegiatan yang secara konkrit
14
(nyata) berusaha menjawab kebutuhan atau masalah yang dihadapi
anggota masyarakat.15
Panti Asuhan Islam Ratna Jaya merupakan salah satu lembaga sosial
masyarakat yang ada di wilayah tambun bekasi yang peduli terhadap nasib
anak-anak kurang mampu, seperti: yatim, piatu dan dhuafa. Panti ini juga
memiliki ciri-ciri panti pada umumnya yaitu: adanya visi, misi lembaga,
program pengurus, serta anak asuh yang ditangani, kemudian sarana dan
prasarana yang mendukung pelayanan sosial dipanti ini dirasakan cukup.
Dalam ajaran Agama Islam aturan dan kewajiban untuk memberi
perhatian, pengawasan dan santunan terhadap anak yatim merupakan satu
perintah yang terdapat dalam Al-qur’an Surat Al-Maa’un ayat 1-7
sebagaimana Firman Allah SWT yang berbunyi:
⌧
☺ ☺
⌧
☺ ☺
Artinya: ”Tahukah kamu orang mendustakan agama, itulah orang yang menolak anak yatim, dan tidak menganjurkan (manusia) untuk memberi makan orang miskin, maka kecelakaanlah bagi orang yang shalat, (yaitu) mereka yang melalaikan shalat mereka, yang berbuat riya (pamer), dan enggan memberikan pertolongan (kepada orang lain)”. (Q.S. Al-Maa’un: 1-7)
Secara konseptual dapat dikatakan bahwa Panti Asuhan adalah suatu
lembaga yang memberikan pelayanan sosial kepada anak-anak terlantar
15
(yatim dan dhu’afa), memberikan pelayanan pengganti perwakilan
anak-anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak-anak asuh,
sehingga anak asuh mendapat kesempatan yang luas dan memadai bagi
perkembangan kepribadian sesuai dengan yang diharapkan sebagian dari
penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang aktif dalam pembangunan
sosialnya.16
Panti asuhan adalah sebagai salah satu sarana yang sangat efektif
dalam menjawab permasalahan yang terjadi dalam proses program
pelayanan sosial, karena melalui pelayanan sosial yang ada di panti asuhan
juga dapat mengetahui bagaimana proeses pelayanan sosial yang dapat
berguna buat anak-anak yang ada dipanti.
Panti asuhan sebagai tempat tinggal bagi anak-anak kurang mampu
dan terlantar serta yatim piatu sebagai tempat bimbingan. Panti asuhan
juga bergerak dalam pembinaan dan melahirkan sumber daya manusia
yang baik dan berkualitas dengan sifat-sifat pelayanan yang ada di Panti
Asuhan.
Maka dengan adanya Panti Asuhan disini sangat membantu mereka
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi di dalam
kehidupan ini sehingga mereka dapat menjalani hidup yang tidak
dibedakan dengan anak-anak yang taraf ekonominya lebih baik dan yang
masih punya orang tua.
Disini peneliti berusaha mempelajari sejauh mana Kepuasan anak
asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhuafa di Panti
16
Asuhan Islam Ratna Jaya yang berada di daerah Tambun-Bekasi bagi
anak-anak Indonesia khususnya anak-anak kurang mampu atau anak yatim
dan dhuafa. Penulis menganggap bahwa mereka pun layak mendapatkan
pelayanan sosial yang bai seperti: terpenuhinya kebutuhan mereka
sehari-hari, mendapatkan pendidikan yang layak anak-anak yang lain pada
umumnya.
Oleh sebab itu peneliti, tertarik untuk memperdalam pembahasan
skiripsi ini yang berjudul: ”Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan
Sosial Bagi Anak Yatim dan Dhu’afa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Desa Mangun Jaya Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi”.
Dengan menempatkan Panti Asuhan Islam Ratna Jaya, yang
beralamat di Jl. Pendidikan 2 No. 30 Kp. Siluman Mangun Jaya
Tambun-Bekasi sebagai lembaga sosial yang membantu anak-anak fakir miskin,
yatim piatu, sarana dan prasarana yang dimilikinya panti sangat
menunjang dalam masalah yang diteliti, tempatnya tidak terlalu jauh,
keterbatasan waktu, biaya dan tenaga.
B. PEMBATASAN dan PERUMUSAN MASALAH 1. Pembatasan masalah
Dengan mengetahui program-program apa saja dan kepuasan anak
asuh terhadap pelayanan-pelayanan sosial yang ada di Panti Asuhan Islam
Ratna Jaya dan untuk mempermudah dan memperjelas permasalahan yang
akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membatasi
masalah pada “Program-program pelayanan apa saja dan kepuasan anak
2. Perumusan Masalah
Adapun masalah yang perlu dirumuskan dalam pembahasan skripsi
ini adalah:
a) Program apa saja yang dilakukan oleh Panti Asuhan Islam Ratna Jaya?
b) Bagaimana kepuasan anak asuh terhadap program pelaksanaan
pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhuafa di Panti Asuhan Islam
Ratna Jaya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian.
a) Untuk mengetahui program-program pelayanan sosial apa saja
yang ada di Panti.
b) Untuk mengetahui bagaimana kepuasan anak asuh terhadap
pelayanan-pelayanan sosial yang ada di Panti.
2. Manfaat Penelitian.
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan
kontribusi bagi pengembangan ilmu sosial kemasyarakatan yang
bersifat praktis dan jelas.
b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu Panti Asuhan Islam
Ratna Jaya dalam melaksanakan program-programnya.
c. Penelitian ini dapat memberi pengetahuan yang berguna bagi
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah alat uji dan analisa yang digunakan
untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid, reliable dan objektif. 17
1. Pendekatan Penelitian.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya, prilaku, motivasi, tindakan, secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagi metode alamiah.18
Pendekatan kualitatif dapat digunakan untuk mempelajari dan mengerti
apa yang telah terjadi di belakang setiap fenomena atau kenyataan yang
baru sedikit dimengerti.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif untuk
mendapatkan gambaran yang konkrit tentang pelayanan sosial bagi anak
yatim da dhuafa yang dilakukan di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.
Menurut Bogdan dan Taylor mengenai definisi metodologi
penelitian kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.19
17
Dra. Hj. Ipah Fatimah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h.34.
18
Moleong, lexy J. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya),h.6.
19
Dengan demikian data pada penelitian ini adalah mengenai
Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Bagi Anak Yatim dan
Dhua’fa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.
2. Teknik Pemilihan Subjek dan Informan Penelitian.
Teknik yang digunakan untuk penentuan subjek dalam penelitian ini
adalah teknik purpose (bertujuan) dimana informan dipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang tepat dalam
memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.20
Menurut Neuman konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan erat
dengan bagaimana memilih informan atau situasi sosial tertentu yang
dapat memberikan informasi yang mantap dan terpercaya mengenai
elemen-elemen yang ada. Tidak ada ketentuan baku tentnag jumlah
informan minimal yang harus dipenuhi pada suatu penelitian kualitatif.
Bila data yang dikumpulkan telah dianggap mendalam dan memenuhi
tujuan penelitian, maka dapat diambil jumlah sampel kecil.21
Penelitian ini akan menggali data seluas-luasnya dari pihak-pihak
yang terlibat dalam kepuasan anak anak asuh terhadap pelayanan sosial di
Panti Asuhan Islam Ratna Jaya. Pihak-pihak tersebut antara lain adalah
Ketua atau pengurus pengasuh dan anak-anak asuh yang ada di panti
asuhan ini.
20
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2004),h.63.
21
Sedangkan informan yang digunakan adalah anak-anak asuh yang
memberikan informasi tentang kegiatan pelayanan sosial yang ada di Panti
Asuhan Islam Ratna Jaya.
Tabel 1: Sumber Penelitian
No. Informan Informasi yang Dicari Jumlah Peneliti 1. Ketua atau pengurus
atau pengasuh
Gambaran lembaga, anak asuh dan pelayanan sosial yang ada di panti ini
1
2 Anak asuh Perihal pelayanan sosial yang diterima
20
3. Sumber Data
Sumber data penelitian dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Sumber Data Primer, merupakan data yang belum tersedia sehingga
untuk menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari
sumber aslinya.22
Data primer dibagi menjadi 2 sumber data yaitu:
1. Data Utama data yang diperoleh secara langsung dari partisipan
atau sasaran penelitian, yaitu kepala atau pengurus atau pengasuh
Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Bapak Zuhri.
2. Data Umum yaitu data yang diperoleh dari anak yatim dan
dhuafa yang bertemu langsung dipanti dan yang menjadi sampel
berjumlah 20 anak panti.
b. Sumber Data Sekunder, merupakan data-data yang diperoleh dari
catatan-catatan dan dokumen yang berhubungan dengan penelitian
ini. Catatan dan dokumen tersebut berupa internet tentang gambaran
22
umum Panti Asuhan Islam Ratna Jaya berupa buku panduan dan
proposal.
4. Lokasi Penelitian.
Penelitian dilaksanakan di lokasi Panti Asuhan Islam Ratna Jaya
yang beralamat di Jl. Pendidikan, No.30. Kp. Siluman Mangunjaya
Tambun-Bekasi.
5. Waktu Penelitian.
Penelitian ini berlangsung sejak bulan november 2008, namun
efektif waktu pelaksanaanya pada bulan april sampai juli 2009.
6. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
a. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya
jawab yang sistematis tatap muka.23
Penelitian ini menggunakan wawancara langsung dengan
narasumber kepala atau pengurus atau pengasuh panti asuhan Bapak
Zuhri dan anak-anak asuh yang ada di panti asuhan islam ratna jaya
dengan cara mengajukan pertanyaan yang tidak terikat dan
berdasarkan pedoman pertanyaan dari penulis untuk memperoleh
data, dengan demikian dapat memperluas informasi yang
dibutuhkan. Pertanyaan pokok bagi narasumber adalah bagaimana
pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhuafa yang ada di panti
asuhan islam ratna jaya.
23
Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 4 Juni 2009 pada
jam 11.00 WIB, dengan kepala atau pengurus atau pengasuh panti
asuhan islam ratna jaya Bapak Zuhri, kemudian dilanjutkan dengan
anak-anak asuh yang ada di panti asuhan ini . Penelitian wawancara
ini dilakukan hanya untuk pelengkap data yang dibutuhkan,
sedangkan wawancara untuk anak asuh menggunakan angket atau
selebaran kertas yang diisi satu persatu oleh anak-anak asuh dengan
10 pertanyaan yang berisi tentang bagaimana kepuasan anak asuh
terhadap pelayanan sosial dan pelayanan-pelayanan apa saja yang di
panti asuhan islam ratna jaya ini.
b. Dokumentasi yaitu mencari data yang tertulis baik berupa buku,
jurnal, ataupun lainnya.24 Teknik ini dilakukan dengan cara
mengklasifilasikan dan mempelajari bahan-bahan yang tertulis yang
berkaitan dengan penelitian, dan mengambil data atau informasi
yang dibutuhkan pada sumber berupa dokumen, buku, majalah,
koran, dll.
Penelitian ini selain menggunakan observasi dan wawancara
langsung ke tempat sasaran atau tujuan, penelitian ini juga perlu
menggunakan data-data dokumentasi tertulis dari panti asuhan islam ratna
jaya yang berupa buku-buku atau catatan-catatan dokumentasi panti agar
untuk melengkapi semua data-data yang diambil oleh penulis disini.
7. Teknik Pencatatan Data.
24
Pencatatan data dilakukan dengan cara pencatatan lapangan yang
berisi hasil wawancara dan pengamatan atau observasi. Pengamatan secara
cermat terhadap kegiatan pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhu’afa
secara langsung di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.
Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan keterangan
tentang Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Bagi Anak
Yatim dan Dhu’afa dalam hal ini, penulis mengajukan beberapa
pertanyaan yang telah peneliti siapkan kepada responden, lalu di jawab
oleh pemberi data dengan bebas terbuka. Penelilitian ini menggunakan
wawancara langsung dengan narasumber kepala atau pengurus atau
pengasuh Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Bapak Zuhri dan anak-anak asuh
panti dengan cara mengajukan pertanyaan yang tidak terikat dan
berdasarkan pedoman pertanyaan dari penulis untuk memperoleh data,
dengan demikian dapat memperluas informasi yang dibutuhkan peryataan
pokok bagi narasumber adalah pelayanan-pelayanan sosial apa saja dan
bagaimana kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim
dan dhuafa yang ada di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.
8. Teknik Analisis Data.
Setelah data yang diperlukan terkumpul, selanjutnya disusun secara
sistematis dan diklasifikasikan dengan melakukan analis sesuai dengan
perumusan masalah dan tujuan penelitian.
Analisis data adalah suatu proses pengumpulan data agar bisa
ditafsirkan, dan memberikan makna pada analisis. Hal ini di dasarkan atas
meliputi kegiatan reduksi data. Menganalisis secara keseluruhan kepada
bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan
sebelumnya yang sederhana.25
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku ”Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan disertasi, UIN Syarief Hidayatullah Jakarta
2002” yang diterbitkan UIN Pers, cet.ke-2, tahun 2002.
9. Keabsahan Data
Kredibilitas (Derajat Kepercayaan) dengan menggunakan tehnik
triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,
misalnya untuk mengetahui program pelayanan-pelayanan sosial apa
saja dan bagaimana kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial
bagi anak yatim dan dhu’afa yang dilakukan Panti Asuhan Islam Ratna
Jaya.
b. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini peneliti
membandingkan jawaban yang diberikan oleh Panti Asuhan Islam
Ratna Jaya dengan jawaban yang diberikan oleh Kepala Panti Asuhan
Islam Ratna Jaya yaitu Bapak. Zuhri, S. Ag, MM
c. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang
berkaitan dengan masalah yang diajukan. Peneliti memanfaatkan
dokumen atau data
25
E. Tinjauan Pustaka
Untuk membandingkan maka peneliti memaparkan skirpsi peneliti
dengan skripsi yang berjudul ”Pelayanan Sosial Bagi Anak Yatim dan
Dhuafa di Panti Asuhan Anak An-najah, Pertukangan Selatan, Jakarta
Selatan”.
Disusun Oleh: Aan Saputra
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi / Kesejahteraan Sosial
Lulusan : 2008 / 1429 H
Skripsi ini jelas berbeda dengan skripsi yang saya buat ada letak
perbedaannya antara lain pada:
a. Subjek: Yatim, Piatu dan dhuafa di panti non pemerintah
b. Adapun masalah yang dibahas oleh skripsi adalah jenis pelayanan.
Dengan melihat beberapa skripsi terdahulu, maka skripsi walau
hampir sama dengan skripsi diatas namun berbeda materi yang dibahas,
yaitu: tentang ”Kepuasan Anak Asuh terhadap Pelayanan Sosial Bagi
AnakYatim dan Dhuafa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Desa Mangun
Jaya Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi”.
Adapun masalah yang penulis bahas adalah:
a. Program apa saja ynag dilakukan oleh Panti Asuhan Islam Ratna Jaya
Desa Mangun Jaya Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi?
b. Bagaimana kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak
yatim dan dhuafa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Desa Mangun
F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari 5 bab, yaitu tentang pendahuluan, kerangka
pemikiran, profil lembaga, analisa kasus dan penutup. Secara garis besar
isi dari tiap bab adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN yang meliputi: Latar belakang masalah,
Perumusan dan Pembatasan masalah, Tujuan dan Manfaat
penelitian, Metodologi penelitian, Tinjauan pustaka dan
Sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI yang meliputi: Teori Kepuasan, Anak
Yatim dan Dhua’fa (Definisi anak dan Definisi anak yatim),
Dhu’afa (Pengertian dhu’afa, Ruang lingkup dhu’afa dan
langkah-langkah pengembangan kaum dhu’afa). Pelayanan
Sosial dan Panti Asuhan (Definisi pelayanan sosial,
Penyelenggara pelayanan sosial, Prinsip-prinsip pelayanan
sosial). Panti Asuhan (Pengertian panti asuhan, Sifat-sifat
pelayanan panti asuhan dan Fungsi dan tujuan panti asuhan,
serta Pelayanan Sosial di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya).
BAB III: GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN yang meliputi:
Latar belakang berdirinya panti asuhan, Visi dan misi,
Tujuan dan program kerja panti asuhan, Struktur organisasi
kepengurusan panti asuhan serta Sarana dan prasarana
BAB IV: ANALISIS KEPUASAN ANAK ASUH TERHADAP
PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK YATIM & DHUAFA
Program pelayanan-pelayanan dan kepuasan anak asuh
terhadap pelayanan sosial yaitu: (Pelayanan Sosial
Pengasramaan, Pelayanan Sosial Permakanan, Pelayanan
Sosial Pendidikan, Pelayanan Sosial Pemeriksaan Kesehatan,
Pelayanan Sosial Konsultasi, Pelayanan Keagamaan,
Pelayanan Sosial Keterampilan, Pelayanan Sosial Hiburan &
Rekreasi serta Pelayanan Sosial Transportasi).
BAB V: PENUTUP yang meliputi: Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI A. Teori Kepuasan
1. Pengertian Teori Kepuasan
Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan pada awalnya muncul
ditahun 1940 dan mengalami kemunculan kembali dan penguatan di tahun
1970an dan 1980an. Para teoritis pendukung Teori Penggunaan dan
Pemenuhan Kepuasan berargumentasi bahwa kebutuhan manusialah yang
mempengaruhi bagaimana mereka menggunakan dan merespon saluran
media. Zillman sebagaimana dikutip Mc Quail telah menunjukkan
pengaruh mood seseorang saat memilih media yang akan ia gunakan, pada
saat seseorang merasa bosan maka ia akan memilih isi yang lebih menarik
dan menegangkan dan pada saat seseorang merasa tertekan ia akan
memilih isi yang lebih menenangkan dan ringan. Kepuasan adalah
persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi.26
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja (atau hasil) yang dirasakan dia bandingkan dengan harapannya.27
Kepuasan bisa bersifat infinite dan definite. Selama kepuasan itu belum
tercapai, maka manusia akan terus-menerus mengejarnya, bahkan ketika
manusia tersebut sudah mendapat kepuasan tersebut, ia akan berusaha
untuk meraih kepuasan yang lebih tinggi lagi.
26
Richard F. Gerson. Mengukur Kepuasan Pelanggan. (Jakarta: Penerbit PPM, 2002), cet,ke-2,hal.11.
27
Jadi kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang
dirasakan dengan harapan.
B. Anak Yatim dan Dhu’afa 1. Anak Yatim
a. Definisi Anak
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esayang
diberikan pada setiap manusi ynag senantiasa harus kita pelihara dengan
baik, karena dalam dirinya terdapat harkat, martabat serta kedudukan
sebagai hak untuk hidup layak seperti anak-anak lainnya.
Anak adalah manusia biasa yang berbentuk kecil, tetapi anak adalah
makhluk yang masih lemah dalam seluruh jiwa dan jasmaninya maupun
kehidupan fisik dan psikis anak berbeda dengan orang dewasa karena ia
sedang masa pertumbuhan yang mengikuti hukum genesa, secara
individual berbeda dengan yang lain.28
Anak juga sebagai potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan
bangsa dan agama, yang memiliki potensi sangat strategis dalam
menjamin kelangsungan eksistensi dimasa depan. Dengan demikian
seharusnya anak-anak harus terpenuhi segala kebutuhannya baik
kebutuhan fisik, sosial maupun mental rohaniahnya, maka mereka akan
tumbuh menjadi generasi penerus yang berkualitas dimasa depan. 29
Anak juga berhak atas peluang dan dukungan untuk mewujudkan
dan mengembangkan potensi diri dan kemampuan, namun tidak semua
28
Agus Sujanto, Psikologis Perkembangan, (Jakarta: Aksara Baru, 1996), Cet-Ke-7, h.35.
29
keluarga dapat memneuhi seluruh hak dan kebutuhan anak. Anak adalah
belahan jiwa yang sangat didambakan kehadirannya oleh orang tua dan
anak merupakan titipan ilahi yang harus dijaga kesucian (fitrah)nya serta
anak pun merupakan sebagai pelengkap perhiasan dunia serta harta benda,
sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-Kahfi ayat 46 yang berbunyi:
☺
⌧
Seperti dalam bukunya Hasan Langgulung, menurut pandangan
AL_Ghazali mengatakan bahwa anak merupakan amanant dan tanggung
jawab ditangan orang tua, jiwanya yang suci dan murni merupakan
permata mahal dan bersahaja yang bebas dari ukiran siapa saja yang ia
cenderungkan kepadanya.30
Setelah kita mengetahui pengertian anak diatas maka penulis sedikit
menyimpulkan anak adalah makhluk yang diamanatkan oleh Allah SWT
kepada manusia atau orang tua untuk dapat dibimbing menjadi manusia
seutuhnya sebab jiwa dan jasmani anak belum penuh berdiri dengan
kokoh, karena ia masih dalam perkembangan dan pertumbuhan.
b. Definisi Yatim
Secara umum yatim terbagi menjadi dua yaitu:
a. Yatim adalah anak yang ditinggal wafat bapaknya, sedangkan ia
belum berusia baligh.
30
b. Piatu adalah anak yang ditinggal ibunya sedangkan ia belum
berusia baligh.31
Untuk lebih jelasnya kata yatim berasal dari bahasa Arab, yaitu dari
kata:
ْﻢﺘ Dimana artinya: telah menyendiri, sedang
menyendiri, menyendiri.
Sedangkan pada kamus Al-Munjib yatim adalah:
ْﻦ
Artinya: adalah ” Anak yang kehilangan ayahnya sedangkan ia
belum sampai pada batas orang dewasa ”.32
Adapun pengertian yatim menurut istilah adalah tidak berbapak atau
tidak beribu, atau tidak beribu bapak, tetapi sebagian orang memakai kata
yatim untuk anak yang bapaknya meninggal dunia.33 Kemudian dipertegas
lagi oleh Hasan Shadaly bahwa yatim adalah anak yang belum dewasa dan
yang tidak berbapak lagi. 34
Sedangkan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, makna yatim
adalah anak yang tidak beribu atau tidak berbapak, sebagian orang
memakai kata yatim untuk anak yang bapaknya meninggal. Sedangkan
piatu adalah anak yang tidak yatim saja, juga tidak ada yang
memeliharanya.35
31
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985), 1153.
32
Luis al_Ma’luf, Al-Munjid Fill Lughat Wal-A’lam, (Jakarta: Moderen English, 1991), h.1727.
33
Petersalin dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Moderen English, 1991),h.1727.
34
Hasan Shadaly, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ikhtisar Baru Van Hoeve, 1984), Jilid 7,h. 3977.
35
Para ahli dan ulama berbeda pendapat tentang pengertian yatim piatu
diantaranya sebagai berikut:
a) Hasan Ayub mengatakan bahwa: ”anak yatim adalah anak yang telah
ditinggalkan ayah dan ibunya sebelum mencapai kedewasaanya, dan
jika sudah dewasa maka tidak disebut yatim piatu”.36
b) Sri Suhadjadi mengatakan bahwa: ”yatim piatu adalah anak yang
ditinggal mati ayah dan ibunya”.37
c) H. Ahmad Zurzani Djunaedi mengatakan bahwa: ”anak yatim adalah
seorang anak yang masih kecil, lemah dan belum mampu berdiri
sendiri yang ditinggalkan oleh orang tua mereka yang menanggung
biaya penghidupannya”.38
d) Rudi Setiadi mengatakan bahwa: ”anak yatim adalah anak yang
ditinggal mati ayah dan ibunya selagi belum mencapai umur baligh”.
39
e) Drs. Moh. Ngajean berpendapat bahwa: ”yatim adalah yang ayahnya
sudah meninggal ketika ia masih kecil. Piatu adalah anak yang tidak
beribu”.40
f) Syeikh Othman Bin Syeikh Salim, B.A. mengemukakan bahwa:
”yatim adalah anak yang kematian kedua orang tuanya, sedang piatu
adalah tidak beribu tidak berbapak, atau tiada sanak saudara”.41
36
Hasan Ayub, Etika Islam: Menurut Islam yang Hakiki, (Bandung: Trigenda Karya, 1994). Cet-Ke-1,h.362.
37
Sri Sudjadi Sukri, “ Menyantuni Anak Yatim Psikologis” Dalam Suara Merdeka, 21 November 2003,h.1.
38
Ahmad Zurzani Djunaedi dan Ismail Maulan Syarif, Sepuluh Inti Perintah Allah, (Jakarta: PT. Fikhati Aneska, 1991), Cet-Ke-3,h.19.
39
Rudi Setiadi, “Menyantuni Anak Yatim“, Dalam Renungan Jum’at, 10 Desember 2004,h.1992), Cet-Ke-3,h.1.
40
Dengan demikian, anak yatim adalah anak yang ditinggal wafat
ayahnya sedangkan ia masih berada dalam usia baligh dan belum dapat
mengurus dirinya dengan baik. Dalam ajaran islam, baligh adalah batas
usia dari masa anak-anak kepada masa dewasa. Untuk dapat mengetahui
tanda baligh dan batas umur seorang anak yang disebut yatim adalah
sebagai berikut:
1) Telah berumur 15 tahun
2) Telah keluar mani
3) Telah haid bagi anak perempuan 42
Pandangan Islam Tentang Anak Yatim
Anak yatim adalah anak yang patut diperhatikan dan disayangi,
terutama mereka yang keluarganya kurang mampu, sebab mereka telah
kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya yang telah
meninggal. Selain itu, mereka membutuhkan bimbingan dan pengawasan
untuk kemajuan bagi masa depannya. Karena kedudukan anak yatim
mendapatkan tempat yang sangat istimewa di dalam ajaran agama Islam,
ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits-hadits Nabi Muhammad SAW.
Banyak yang menyinggung dan mencontohkan tentang bagaimana cara
memperlakukan dan menyantuni anak yatim. Memperlakukan dan
menyantuninya akan mendapatkan pahala yang sangat besar.
Menurut Prof. Dr. Mutawali As-Sya’rowi dalam bukunya yang
berjudul “Dosa-Dosa Besar” mengemukakan bahwa anak yatim adalah
41
Md. Nor. Bin Hj. Ab. Ghani, B.A., Kamus Dewan Edisi Baru, (Slangor Darul Ehsan: Dewan Bahasa dan pustaka Lot 1037, 1991), Cet. Ke-1. 1469.
42
individu yang kehilangan keluarganya dan oleh karena itu dikatakan
sebagai “Durratun Yatiimah”, yang artinya seseorang yang sendirian.
Dengan demikian, anak yatim merupakan simbol dari kelemahan dalam
kehidupan manusia yang perlu mendapatkan pertolongan. Maka dari itu,
kita harus menyayangi mereka, harus memperhatikan dan menyayangi
anak yatim karena mereka merupakan titipan kepada umat yang harus
diberikan santunan, diurus, dan dididik dengan baik, sehingga mereka
dapat merasakan yang sama sewaktu orang tua mereka masih ada.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :
“Orang yang paling baik kepada anak yatim laki-laki atau
perempuan, maka saya dengan orang itu dikemudian hari dalam syurga
seperti ini (seperti jari telunjuk dan jari tengah)”. (H.R. Hakim dari
Anas)43
Dari hadits di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa agama Islam
begitu besar perhatiannya terhadap anak-anak yatim, sehingga Nabi
Muhammad SAW sendiri menyatakan bahwa orang yang menyantuni dan
melindungi anak-anak yatim mereka akan masuk syurga bersama beliau,
dan kedekatannya bagaikan jari telunjuk dan jari tengah. Artinya tidak
akan terpisahkan. Jadi, demikian besar penghargaan Nabi terhadap mereka
yang menyantuninya.
Permasalahan ekonomi adalah salah satu faktor yang akan
mempengaruhi kehidupan bagi anak-anak yatim di dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari di samping faktor-faktor yang lain yang
43
dapat mempengaruhinya. Oleh karena itu, Al-Qur’an sangat mengecam
keras orang yang berusaha untuk menghabiskan harta anak yatim.
Sebagaimana dijelaskan dalam surat An-Nisaa ayat 2 :
☺
⌧
⌧
Artinya : “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka, jangan kamu, menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar” (Q.S. An-Nisaa : 2)44
Kutipan ayat di atas menunjukkan betapa besar perhatian Allah SWT
kepada anak yatim dan tentunya merupakan tuntunan yang harus dipatuhi
oleh umat manusia. Betapa pun beratnya menyantuni dan menyayangi
anak yatim, tetapi lebih berat lagi bahaya yang ditimbulkan akibat
membiarkannya hidup terlantar tanpa ada seorang pun yang
mempedulikannya. Maka dari itu kita harus bertanggung jawab untuk
menyantuni, menyayangi, mengasihi, dan lebih tepatnya lagi sebagai
pengganti orang tua mereka yang telah tiada. Karena menyantuni anak
yatim identik dengan membangun masa depan bangsa secara nyata, yaitu
dengan menanamkan harapan pada anak yatim di masa kini agar dapat
menuai masa depan mereka yang cerah. Selain itu, pemerintah pun harus
bertanggung jawab terhadap nasib-nasib mereka karena bagaimanapun
pemerintah adalah bagian yang tak dapat dipisahkan dari anggota
44
masyarakat di suatu Negara. Sebagaimana yang tertera dalam UUD 1945
yang berbunyi : “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
Negara”.45
a. Pola Pemeliharaan Anak Yatim
Adapun beberapa hal yang pokok dalam memelihara anak yatim
yang penulis dapat kemukakan di antaranya adalah: Menjamin makan dan
minum
Makan dan minum adalah kebutuhan pokok bagi kehidupan
manusia. Dalam hadits Nabi Muhammad SAW dijelaskan mengenai
balasan bagi orang yang memberi makan dan minum bagi anak yatim,
yaitu :
“Apakah engkau menyukai supaya hatimu lunak dan engkau memperoleh keinginan. Kalau begitu, kasihilah anak-anak yatim dan usaplah kepalanya dan beri makanlah daripada makananmu, nanti hatimu akan lunak dan engkau akan mencapai kehendakmu.” (H.R. Thabrani dari Abi Darada).46
Hadits di atas menjelaskan bahwa orang yang berbuat baik kepada
anak-anak yatim, dikasihinya, diusap kepalanya dengan maksud disantuni,
diberi makan danminum, pakaian, nanti hati orang tersebut menjadi lunak,
mau menerima nasehat, dan apa-apa yang dicita-citakannya Insya Allah
tercapai. Demikian janji Allah terhadap orang yang mengasihi anak yatim.
1. Memelihara Hartanya
Adakalanya anak yatim yang ditinggal wafat bapaknya
meninggalkan harta warisan untuk anak tersebut, baik harta itu banyak
atau sedikit, haruslah dijaga dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
45
UUD 1945, Pasal 34 ayat 2 46
hidupnya. Hal ini, bila anak yatim tersebut masih kecil atau dewasa tapi
belum dapat mengurus hartanya sendiri sedangkan orang yang mengurus
hartanya bias mempergunakannya dengan maksud yang baik atau wajar.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an :
Artinya : “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan maksud yang baik”.(Al-An’Aam: 152)47
2. Memberi Kasih Sayang
Sebagaimana kita ketahui, anak yatim adalah anak yang
kehilangan kasih sayang dari orang tuanya karena meninggal dunia. Oleh
karena itu patutlah kita sayangi seperti anak kita sendiri, sebagai pengganti
orang tua mereka yang telah tiada. Hal ini diperlukan agar mereka tidak
merasa rendah diri dan putus asa dalam hidupnya.
3. Memberikan Pendidikan
Selain memberikan kasih sayang dan memberikan nafkah kepada
anak yatim, kita juga wajib memberikan pendidikan kepada mereka yang
berorientasi pada agama dan akhlak, di antaranya adalah mengajarkan tata
cara shalat kepada mereka, dan lain-lain. Ini merupakan salah satu
program utama yang dilaksanakan Yayasan Yatim Piatu / Pondok
Pesantren Al-Mukhlishin.
Melihat sekarang ini, pola pemberdayaan anak yatim terbagi dua,
yaitu :
47
(1) Model Panti
Pemeliharaan anak yatim model panti adalah anak yatim yang
dipelihara di tempat yang khusus seperti yayasan panti asuhan
yang menjamin kebutuhan anak yatim secara menyeluruh, mulai
dari tempat tinggalnya, makan dan minumnya, pakaian sampai
pendidikannya.
(2) Model Non panti
Pemeliharaan anak yatim model non panti ini hanya sekedar
membantu anak yatim dan tidak menyediakan sarana khusus atau
tempat tinggal, seperti santunan berupa uang, beasiswa, pakaian,
makanan pada peringatan hari-hari besar Islam atau mengajak
mereka ke tempat rekreasi dan tempat-tempat bersejarah.
Dalam hal ini pemberdayaan anak yatim piatu yang dilaksanakan
Yayasan Yatim Piatu / Pondok Pesantren Al-Mukhlishin sebagian
menggunakan model panti yaitu bagi anak yatim piatu yang
mukim/mondok. Dan sebagian lagi menggunakan model non panti bagi
mereka yang tidak mukim/tidak mondok di Yayasan Yatim Piatu / Pondok
Pesantren Al-Mukhlishin.
2. Dhua’fa
a. Definisi Dhua’fa
Dhua’fa merupakan bentuk jamak dari kata “dhaif” dari akar kata
“dha’ufa-yadh’ufu-dha’fan”. Dalam kamus bahasa Arab kata dhaif sering
Dari segi kata dha’if mempunyai dua arti pertama berarti lemah
kedua berarti berlipat ganda seperti contoh ayat yang mengandung arti
bertambah atau berlipat ganda yaitu dalam surat An-Nisaa ayat 28, yaitu :
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah”.
Surat Al-Ahzab ayat 30 :
⌧
⌧
⌧
⌧
“Hai isteri-isteri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah”.
Bentuk jamak dari kata dhua’fa adalah dhiafun yang digunakan
dalam Al’Quran, seperti dalam surat An-Nisaa ayat 9 :
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Berdasarkan beberapa ayat di atas dan makna yang tersirat di
adalah orang yang lemah atau tertindas baik lemah sebab dirinya sendiri
atau dari luar.
b. Ruang Lingkupan Kaum Dhu’afa
Timbulnya komunitas dhu’afa bukan timbul sendirinya dengan fenomena ini merupakn pengejawaan dari sunnatullah, layaknya
sunatullah seperti adanya siang dan malam seperti dalam firman Allah
SWT dalam surat Al-Baqoroh ayat :164 :
☺
☺
⌧
☺
⌧
☺
☺
“Sesungguhnya dalam openciptaan lagit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di bawah laut membawa apa yang berguna bagi manusia,dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air. Lalu dengan air itu dia hidupkan bumi yang sudah mati (kering)-Nya dan Dia sebarkan itu di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang di kendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.
Kondisinya ini yang kerap mendapatkan perlakukan tak layak di
kalang masyarakat bukanlah suatu yang hina dan ajang berputus asa
Al-Qur’an ketika menyinggung masalah ini menyebutkan beberapa
kelompok yang tergolong orang-orang yang lemah atau dhu’afa, yaitu :
a. Orang Kafir ( Surat Al-Qoshas ayat 24, surat Al-Baqoroh ayat 273 )
b. Orang Miskin ( Surat Al-Baqoroh ayat 83 )
c. Anak Yatim ( Surat An-Nisaa ayat 2 )
d. Ibnu Sabil ( Surat At-Taubah ayat 60 )
e. Kaum Manula ( Surat Ar-Rum ayat 54 )
f. Tawanan perang ( Surat An-Nisaa ayat 61 )
g. Kaum Cacat ( Surat An-Nur ayat 61 )
h. Al-Gharim/orang-orang yang berhutang ( Surat Al-Baqoroh ayat 61 )
i. Al-Abdu wa Al-Riqad hamba sahaya dan budak ( Surat An-Nisaa ayat
92 )
Pada dasarnya setiap individu yang lahir ke dunia tidak ingin tidak
mau di lahirkan dalam keadaan miskin atau lemah maupun keduanya akan
melalui seretan sebab musabab.
Secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kemiskinan dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
a. Faktor internal manusia, yaitu faktor yang muncul dari manusia itu
sendiri, seperti : sifat malas, kurang disiplin, lemah etos kerja dan
lain-lain.
b. Faktor non-individu, yaitu kemiskinan dari faktor luar individu seperti
penyelenggaraan pemerintah yang korup dan sejenisnya atau sistem
ekonomi yang otoriter yang hanya menguntungkan pemilik modal
c. Faktor visi teologi atau refresif, faktor ini terlihat berkembang luas di
tengah masyarakat yang beragama yaitu adanya kecenderungan umat
beragama memperlakukan kemiskinan sebagai suratan takdir dari
Tuhan48.
Harus dipahami bahwa kaum Dhu’afa bukanlah orang-orang
diciptakan untuk menderita. Tetapi Allah SWT menciptakan manusia
untuk menjadi khalifah dimuka bumi ini untuk mewujudkan
kesejahteraan. Derita kaum dhu’afa beraneka ragam bentuk dan coraknya
mulai yang ringan sampai yang berat. Namun sekurang-kurangnya
penderitaan mereka menyangkut beberapa hal, yaitu :
1. Kelaparan akibat tingkat ekonomi yang lemah
2. Kekurangan akibat berbagai kesulitan dan kurang pangan
3. Kebodohan karena tidak mendapat pendidikan yang cukup
4. Keterbelakangan karena lemahnya posisi mereka di masyarakat 49
c.Langkah-Langkah Membantu Pengembangan Kaum Dhu’afa
Kaum dhu’afa adalah orang yang benar-benar dalam keadaan lemah,
menderita sengsara tak berdaya bahkan tertindas, mereka yang lemah
dalam ekonomi, sosial, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan bahkan
agama. Akibatnya mereka mudah didzolimi, diperdaya, dieksploitasi dan
diperlakukan sewenang-wenang.
Mereka membutuhkan bantuan, perhatian, pertolongan, perlindungan
dan pembelaan. Prinsip-prinsip yang diperlukan dalam mencegah dalam
masalah dan membantu kaum dhu’afa agar kehidupan mereka tidak lemah,
48
Syahri Harahap, Islam: Konsep dan Implementasi Pemberdayaan (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1999, h 86
sengsara dan menderita. Secara global Islam mengajarkan cara
memberikan bantuan antara lain: memberikan pendidikan, bantuan sosial,
memberikan perlindungan pemberdayaan dan jaminan sosial.
a. Memberikan Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi manusia demikian
juga bagi kaum dhu’afa untuk menanggulangi kebodohan dan
keterbelakangan mereka. Mengenai kewajiban menuntut ilmu yaitu dalam
Surat At-Taubah ayat 122 :
⌧
☺
⌧
⌧
⌧
⌧
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka ke beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepada-Nya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.
Al-Qur’an telah menjelaskan kewajiban orang-orang yang memiliki
kelebihan dan kelapangan harta untuk memberikan pendidikan termasuk
kepada kaum dhu’afa.
b. Bantuan Sosial
Bantuan sosial ini merupakan salah satu aktifitas yang kongkrit dan riil
dalam masyarakat, bangsa dan Negara. Bantuan sosial ini dapat dilakukan
perorangan, kelompok atau Negara untuk membantu meringankan beban
pemberian harta, makanan, obat-obatan, pakaian dan lain-lain sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Ma’arij ayat 24-25 :
☺
“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)”.
c. Jaminan Sosial
Jaminan sosial merupakan salah satu cara mengurangi kemiskinan
kaum dhu’afa yang telah direalisasikan sejak zaman Rasulullah yaitu
ketika seorang janda datang kepada beliau mengadukan keyatiman
anak-anaknya memberikan jaminan sosial, sebagaimana pernyataan beliau
berikut “Tanggungan keluarga yang engkau takutkan atas diri mereka itu,
padahal akulah penanggung jawab mereka di dunia dan akhirat”.50
Ahmad Zaki Yamani mantan menteri keminyakan Kerajaan Arab
Saudi mengemukakan pendapat mengenai jaminan sosial dalam Islam, ia
menyatakan bahwa langkah pertama yang mengarah kepada jaminan
sosial dalam Islam tertitik tolak dari atas wajib dan larangan atas
pengangguran meminta-minta, kecuali bagi kaum lemah, orang yang
membutuhkan dan tidak memiliki jalan untuk berusaha.51
Adapun dana yang digunakan untuk memberikan jaminan sosial
berasal dari sumber-sumber yang digariskan dari Allah SWT dan
Rasululloh SAW, serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang diambil dan
50
Yamani, Ahmad Zaki, Syariat Islam Kekal Dan Persoalan Masa Kini (Jakarta: Lembaga Studi Ilmu-ilmu Kemasyarakatan, 1978) h. 77
51
tidak memberatkan seperti: zakat, infak, shadaqah, ritaz, washiyah dan
lain-lain.
d. Perlindungan
Bantuan perlindungan yang diperlukan oleh kaum dhu’afa adalah
bantuan dalam bentuk perlindungan jiwa, harta, harga diri, hal-hal dan
masa depan. Jiwa mereka perlu mendapat perlindungan adalah tidak ada
orang lain yang melakukan tindakan-tindakan yang mengakibatkan diri
mereka terganggu dan menjadi korban. Seperti dalam firman Allah SWT
dalam Surat Adh-Dhuha ayat 9-10 :
⌧
⌧
“Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta maka janganlah kamu menghardiknya”.
Hak-hak kaum dhu’afa juga perlu mendapat perlindungan. Jika
hak-hak mereka tidak mendapat perlindungan maka dikhawatirkan akan
dirampas oleh orang lain yang bukan haknya, padahal Allah SWT telah
mengingatkan dalam surat Ar-Ruum ayat 38 :
☺
☺
“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah dan mereka itulah orang-orang beruntung”.
Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris
yaitu: empowerment, yang berasal dari kata “power” yang berarti
kemampuan berbuat, mencapai melakukan atau memungkinkan. Awalan
“em” berasal dari bahasa latin yunani yang berarti di dalamnya. Karena itu
pemberdayaan berarti kekuatan dalam diri manusia.52
Bantuan pemberdayaan perlu diberikan bagi kaum dhu’afa agar
mereka dapat keluar dari masalah kehidupan yang mereka hadapi. Ada
beberapa manfaat yang akan mereka peroleh, yaitu :
1) Menjadikan mereka hidup mandiri, sehingga tidak tergantung
kepada orang lain dan belas kasih orang lain. Dengan kemandirian
mereka dapat mengatasi masalahnya sendiri.
2) Mengurangi bahkan jika menghilangkan kelemahan, penderitaan,
kesengsaraan, ketidakberdayaan dan keterbatasan mereka.
3) Agar mereka menjadi orang yang berguna dan manfaat bagi orang
lain bahkan mereka dapat memberikan bantuan kepada yang
membutuhkan.53
Oleh karena itu, pemberdayaan kaum dhu’afa perlu dilakukan dalam
bentuk kegiatan-kegiatan yang riil dan kongkrit sehingga dapat dirasakan
secara langsung. Bentuk-bentuk kegiatan yang kongkrit dan riil antara lain
sebagai berikut :
1) Membangkitkan harga diri mereka (Dhu’afa) yaitu dengan
mendekatkan diri dan pergaulan dengan mereka seperti
52
Lili Bariadi, et all, Zakat Dan Wirausaha (Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005) h. 53
53
memberikan perhatian, pujian, kegembiraan, do’a, kasih sayang
dan lain-lain.
2) Memberikan motivasi. Motivasi diberikan kepada kaum dhu’afa
untuk memancing dan memacu untuk berusaha dan bekerja seperti
mereka yang kelaparan, sengsara, kesulitan, sakit agar diberikan
motivasi agar meminta pertolongan dengan sabar dan shalat serta
do’a kepada Allah SWT.
3) Memberikan pekerjaan agar kaum dhu’afa keluar dari masalah
yang dihadapi terutama kemiskinan, kesulitan dan kelaparan tidak
cukup dengan memberikan motivasi tetapi juga memberikan
pekerjaan sesuai dengan kemampuan mereka dan pengetahuan
yang mereka miliki.
C. Pelayanan Sosial dan Panti Asuhan 1. Pelayanan Sosial
a) Definisi Pelayanan Sosial
Pelayanan adalah ”Usaha pemberian bantuan / pertolongan kepada
orang lain, baik berupa materi maupun non-materi agar orang itu dapat
mengatasi masalahnya sendiri.54
The Social Work Dictionary, (1999), kamus tersebut menyebutkan
sebagai berikut: ”Pelayanan Sosial merupakan aktivitas pekerja sosial dan
profesi lain dalam rangka membantu orang agar berkecukupan, mencegah
54
ketergantungan, memperkuat relasi keluarga, memperbaiki keberfungsian
sosial individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.55
Sedangkan Alfred J. Kahn dala bukunya memberikan pengertian
Pelayanan sosial sebagai berikut: ”Pelayanan sosial terdiri dari
program-program yang diadakan tanpa mempertimbangkan kriteria pasar untuk
menjamin suatu tingkatan dasar dalam penyedian fasilitas pemenuhan
kebutuhan akan kesehatan pendidikan, dan kesejahteraan, untuk
melaksanakan
b) Jenis-jenis Pelayanan Sosial
Secara empirtik lembaga pelayanan sosial sebagai salah satu wujud
organisasi pelayanan manusia (Human Service Organization), mempunyai
berbagai jenis pelayanan sosial yang diberikan kepada anak asuh.
Jenis-jenis pelayanan sosial tersebut antara lain adalah:
1) Pelayanan Pengasramaan yaitu: pelayanan pemberian tempat tinggal
sementara anak asuh. Dengan pelayanan ini anak asuh sudah dapat
menginap, tidur dan menyimpan miliknya.
2) Pelayanan Permakanan yaitu: pelayanan pemberian makan dan
minum berdasarkan menu yang telah ditetapkan agar tingkat gizi
anak asuh terjamin kualitasnya.
3) Pelayanan Konsultasi yaitu: pelayanan bimbingan untuk
meningkatkan kemauan dan kemampuan berinteraksi dengan orang
lain, menjalankan peranan sosial, memenuhi kebutuhan dan
memecahkan masalah.
55
4) Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan yaitu: pelayanan pengontrolan
dan pengecekan kesahatan anak asuh tenaga medis, agar diketahui
tingkat kesehatan anak asuh.
5) Pelayanan Pendidikan yaitu: pelayanan pemberian kesempatan
kepada anak asuh untuk mengikuti pendidikan formal.
6) Pelayanan Keterampilan yaitu: pelayanan bimbingan keterampilan
kerja, seperti: pertukangan, perbengkelan, sablon, menjahit kerajinan
tangan, perbaikan jam, TV, computer, dan sebagainya.
7) Pelayanan Keagamaan yaitu: pelayanan bimbingan mental, spritual
dengan menjalankan aktivitas agama masing-masing anak asuh dan
mengikuti ceramah-ceramah keagamaan.
8) Pelayanan Hiburan & rekreasi yaitu: pelayanan yang ditujukan untuk
memberikan rasa gembira, dan senang melauli permainan, musik,
media, entertaiment, dan kunjugan ke suatu tempat.
9) Pelayanan Transportasi yaitu: pelayanan untuk mempercepat daya
jangkau anak asuh baik ke keluarga, pusat-pusat pelayaan atau lokasi
rekreasi.56
Tidak semua lembaga pelayanan sosial memberikan semua jenis
pelayanan diatas kepada anak asuhnya. Kesadaran dan keterbatasan
sumber daya yang dimiliki hasrat untuk memberikan pelayanan yang
optimal, maka banyak lembaga-lembaga sosial melakukan kemitraan
sebagai pelibatan dua lembaga atau lebih dalam suatu pekerjaan untuk
mencapai minat dan tujuan bersama (Involes Two or More Parties
56