• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kadar Kadmium, Tembaga, dan Seng dalam Air Sumgai Deli di Kelurahan Pekan Labuhan secara Spektrofotometri Serapan Atom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kadar Kadmium, Tembaga, dan Seng dalam Air Sumgai Deli di Kelurahan Pekan Labuhan secara Spektrofotometri Serapan Atom"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KADAR KADMIUN, TEMBAGA, DAN SENG DALAM

AIR SUNGAI DELI DI KELURAHAN PEKAN LABUHAN SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

KARYA ILMIAH

MUFLY ANANDA 092401034

PROGRAM DIPLOMA III KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS KADAR KADMIUN, TEMBAGA, DAN SENG DALAM

AIR SUNGAI DELI DI KELURAHAN PEKAN LABUHAN SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat mencapai gelar ahlimadya Oleh :

MUFLY ANANDA 092401034

PROGRAM DIPLOMA III KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS KADAR KADMIUN, TEMBAGA,

DAN SENG DALAM AIR SUNGAI DELI DI KELURAHAN PEKAN LABUHAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : MUFLY ANANDA

Nomor Induk Mahasiswa : 092401034 Program Studi : D3 KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Disetujui di Medan, Juni 2012

Diketahui oleh :

Ketua Departemen Kimia Dosen Pembimbing

(4)

PERNYATAAN

ANALISIS KADAR KADMIUN, TEMBAGA, DAN SENG DALAM

AIR SUNGAI DELI DI KELURAHAN PEKAN LABUHAN SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya

Medan, Juni 2012

(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan dan kemampuan pengetahuan, sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materil. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang kepada :

1. Ayahanda dan alm. Ibunda tercinta yang telah banyak bersusah payah dan tanpa pamrih berbuat yang terbaik demi kemajuan anak-anaknya.

2. Para Om dan Tante saya yang telah memberikan dukungan moril maupun bantuan materil serta fasilitas yang saya butuhkan.

3. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU

4. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Jurusan Departemen Kimia FMIPA USU.

5. Ibu Dra. Tirena B. Siregar M.Eng selaku Dosen Pembimbing saya yang telah mendidik dan membimbing saya.

6. Seluruh dosen dan staf pegawai jurusan kimia di FMIPA USU.

7. Para sahabat saya Ryan, Lala, Satria, Rizkamaya, Supiya dan Andreas yang telah sama – sama berjuang dan saling menyemangati.

8. Rekan – rekan angkatan 2009 serta Kakak / Abang Alumni Jurusan Kimia Analis D-III FMIPA USU yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan dan doa dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Saya menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi para pembaca umumnya, dan bagi penulis khususnya.

Saya berharap apa yang saya sajikan sekarang ini tidak hanya menjadi sebuah persyaratan saja, tetapi juga bisa menjadi referensi untuk rekan – rekan mahasiswa.

Medan, Juni 2012

(6)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisis kadar kadmium (Cd), tembaga (Cu), dan seng (Zn) pada air sungai Deli di kelurahan Pekan Labuhan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang (λ) secara berurutan 228,8 nm, 324,7 nm dan 213,9 nm.Hasil analisis menunjukkan kadar logam yang terkandung pada air sungai tersebut yaitu ± 0,0133 mg/L, ±0,0419 mg/L, dan ±0,0980 mg/L. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, maka sungai Deli di kelurahan Pekan Labuhan tidak layak digunakan untuk mandi, mencuci dan sarana rekreasi air untuk masyarakat sekitar.

(7)

ANALYSIS OF CADMIUN , COPPER, AND ZINC IN DELI’S RIVER IN PEKAN LABUHAN WITH ATOMIC ABSORPTION SPECTROFOTOMETRY

METODH

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

1.3. Pembatasan Masalah

1.4. Tujuan

1.5. Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

2.2. Ion Renik (Trace) di Perairan 2.3. Spektrofotometri Serapan Atom BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1. Desain analisis

3.2. Alat – alat 3.3. Bahan – bahan 3.4. Prosedur Percobaan 3.5. Perhitungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 : Jenis – jenis gas pembakar pada SSA

Tabel 3.1 : Bahan – bahan yang diperlukan untuk analisi

Tabel 3.2 : Data perhitungan persamaan garis regresi untuk analisis Cd dengan Spektrofotometri Serapan Atom

Tabel 3.3 : Data perhitungan persamaan garis regresi untuk analisis Cu dengan Spektrofotometri Serapan Atom

Tabel 3.4 : Data perhitungan persamaan garis regresi untuk analisis Zn dengan Spektrofotometri Serapan Atom

Tabel 4.1 : Data hasil pengukuran absorbansi sampel air sungai Deli di kelurahan Pekan Labuhan untuk analisis logam Cd

Tabel 4.2 : Data hasil pengukuran absorbansi sampel air sungai Deli di kelurahan Pekan Labuhan untuk analisis logam Cu

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 : Skema komponen – komponen Spektrofotometri Serapan

Atom

Gambar 3.1: Kurva Kalibrari Larutan Standar Kadmiun (Cd) Gambar 3.2 : Kurva Kalibrari Larutan Standar Tembaga (Cu) Gambar 3.3 : Kurva Kalibrari Larutan Standar Seng (Zn)

(11)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisis kadar kadmium (Cd), tembaga (Cu), dan seng (Zn) pada air sungai Deli di kelurahan Pekan Labuhan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang (λ) secara berurutan 228,8 nm, 324,7 nm dan 213,9 nm.Hasil analisis menunjukkan kadar logam yang terkandung pada air sungai tersebut yaitu ± 0,0133 mg/L, ±0,0419 mg/L, dan ±0,0980 mg/L. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, maka sungai Deli di kelurahan Pekan Labuhan tidak layak digunakan untuk mandi, mencuci dan sarana rekreasi air untuk masyarakat sekitar.

(12)

ANALYSIS OF CADMIUN , COPPER, AND ZINC IN DELI’S RIVER IN PEKAN LABUHAN WITH ATOMIC ABSORPTION SPECTROFOTOMETRY

METODH

ABSTRACT

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkatkan dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).

(14)

Ditambah lagi dengan banyaknya industri seperti pabrik karet, pabrik baja, pabrik semen, pabrik kaca, pabrik kelapa sawit, dan pabrik es (cold storage) menambah daftar penyebab tercemarnya air sungai tersebut.

Tidak saja berasal dari buangan limbah industri domestik seperti yang berada dan limbah pertanian yang ada disepanjang daerah aliran sungai, tetapi juga kurangnya kesadaran sebagian masyarakat yang membuang sampah dan kotoran ke dalam sungai. Sehingga kehadiran unsur Cd, Cu, Zn, Pb, Hg, Ni, Fe, dan Cr merupakan sekian dari sejumlah logam berat yang umum berada mungkin telah mencemari sungai tersebut. Logam – logam tersebut merupakan toksik bagi tubuh dan dapat mengganggu kesehatan apabila terkonsumsi.

Pemilihan lokasi pengambilan sampel di kawasan air sungai Deli di kelurahan Pekan Labuhan berdasakan pengamatan secara ornagoleptis. Air sungai tersebut berbau tidak sedap, warna air keruh dan kotor serta dekat dengan kawasan industri, tetapi air tersebut masih digunakan masyarakat sekitar untuk berbagai kegiatan sehari – hari seperti mencuci dan mandi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap tingkat pencemaran yang terjadi berdasarkan peraturan pemerintah tentang klasifikasi mutu air.

1.2. Permasalahan

(15)

1.3. Pembatasan Masalah

Dalam hal ini penulis membatasi permasalahan dari penulisan karya ilmiah ini hanya pemeriksaan logam kadmium, tembaga dan seng di dalam analisisnya dengan spektrofotometer serapan atom.

1.4. Tujuan

Adapun tujuan dari karya ilmiah ini antara lain :

a. Untuk mengetahui kadar logam kadmium (Cd), tembaga (Cu), dan seng (Zn) pada sungai Deli di kelurahan Pekan Labuhan.

b. Untuk mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi di sungai Deli di kelurahan Pekan Labuhan berdasarkan kadar logam kadmium (Cd), tembaga (Cu), dan seng (Zn) yang terkandung di dalamnya.

1.5. Manfaaat

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Semua makhluk hidup ini memerlukan air, karena air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Khususnya manusia, air diperlukan untuk berbagai keperluan, antara lain rumah tangga, industri, pertanian, dan sebagainya. Dalam memenuhi kebutuhan air, manusia selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas air. Kualitas yang cukup diperoleh dengan mudah karena adanya siklus hidrologi, yakni siklus ilmiah yang mengatur dan memungkinkan tersedianya air permukaan dan air tanah. Namun demikian, pertambahan penduduk dan kegiatan manusia menyebabkan pencemaran sehingga kualitas air yang baik dan memenuhi persyaratan tertentu sulit diperoleh.

(17)

diidentifikasi masalah secara kasar yang menjadi titik tolaknya melakukan penelitian (Sutrisno, 2006).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air, maka klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas sebagai berikut :

a. Kelas satu, air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk air bakti air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

b. Kelas dua, air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk prasarana / sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukann lain yang mempersyratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

c. Kelas tiga, air yang diperuntukannya dapat digunakan pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukann lain yang mempersyratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

d. Kelas empat, air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk mengairi peternakan, pertanaman, dan atau peruntukann lain yang mempersyratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

(18)

sebagai hujan. Air hujan ini sebagian mengalir ke dalam tanah, jika menjumpai lapisan rapat air akan berkurang, dan sebagian air akan mengalir di atas lapisan rapat ini. Jika air ini ke luar pada permukaan bumi, maka air ini disebut mata air. Air permukaan yang mengalir di permukaan bumi, umumnya bebentuk sungai – sungai dan jika melalui suatu tempat rendah (cekung) maka air akan berkumpul, membentuk suatu danau atau telaga. Tetapi banyak di antaranya yang mengalir ke laut kembali dan kemudian akan mengikuti siklus hidrologi ini (Sutrisno, 2006).

A. Air Permukaan (Surface Water)

Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water) dan air tanah

(ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa, dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah yang mengalir ke suatu badan air disebut water heads atau drainage basins. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan (surface run off); dan air yang mengalir di sungai menuju laut disebut aliran air sungai (river run off). Sekitar 69% air yang masuk ke sungai berasal dari hujan, pencairan es / salju (terutama untuk wilayah ugahari), dan sisanya berasal dari air tanah.

Peraiarn permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu badan air tergenang (standing waters atau lentik) dan badan air mengalir (flowing waters atau lotik).

1. Perairan Tergenang (Lentik)

(19)

stratifikasi secara vertikal akibat perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan suhu pada kolom air yang terjadi secara vertikal.

Danau dicirikan dengan arus yang sangat lambat ( 0,001 – 0,01 m/detik ) atau tidak ada arus sama sekali. Oleh karena itu , waktu tinggal air dapat berlangsung lama. Arus air danau dapat bergerak ke berbagai arah. Perairan danau biasanya memiliki stratifikasi kualitas air secara vertikal. Stratifikasi ini tergantung pada kedalaman dan musim.

2. Perairan Mengalir (Lotik)

Salah satu contoh perairan mengalir adalah sungai. Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0 m/detik, serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim dan pola drainase. Pada perairan sungai, biasanya terjadi pencampuran massa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada peraiaran lentik. Kecepatan arus, erosi, dan sedimentasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sungai sehingga kehidupan flora dan fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut.

Klasifikasi perairan lentik sangat dipengaruhi oleh intetensitas cahaya dan perbedaan suhu air; sedangkan klasifikasi perairan lotik justru dipengaruhi oleh kecepatan arus atau pergerakan air, jenis sedimen dasar, erosi, dan sedimentasi. Kecepatan arus dan pergerakan air sangat dipengaruhi oleh jenis bentang alam, jenis batuan dasar dan curah hujan. Semakin rumit bentang alam, semakin besar ukuran batuan dasar, dan semakin banyak curah hujan, pergerakan air semakin kuat dan kecepatan arus semakin cepat (Effendi, 2003).

(20)

buangan manusia selama beberapa tahun. Dengan bertambahnya aktivitas manusia, maka faktor X tersebut dalam air akan bertambah dan merupkan masalah.

Faktor X merupakan zat – zat kimia yang mudah larut dalam air dan dapat menimbulkan masalah sebagai berikut :

a. Toksisitas

b. Reaksi – reaksi kimia yang menyebabkan : 1. Pengendapan yang berlebihan.

2. Timbulnya busa yang menetap, yang sulit untuk dihilangkan. 3. Timbulnya respon fisiologis yang tidak diharapkan terhadap rasa 4. Perubahan perwujudan fisik air.

Air dapat juga menimbulkan berbagai akibat gangguan kesehatan terhadap si-pemakai. Ini disebabkan karena :

a. Adanya kemampuan dari air untuk melarutkan bahan – bahan padat, mengabsorpsikan gas – gas dan bahan cair lainnya, sehingga semua air alam mengandung mineral dan zat – zat lain dalam larutan yang diperolehnya dari udara, tanah dan bukit – bukit yang dilaluinya. Kandungan bahan atau zat – zat ini dalam air dalam konsentrasi tertentu dapat menimbulkan efek gangguan kesehatan pada si pemkai.

b. Air sebagai faktor yang utama dalam penularan berbagai penyakit infeksi bakteri – bakteri usus tertentu seperti typus, paratypus, dysentri, baccilair, dam kolera. Dalam hubungannnya dengan kebutuhan manusia akan air minum, dan dengan memperhatikan adanya efek gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan karena pemakaian air tersebut, maka ditetapkanlah kualitas air minum.

(21)

2.2. Ion Renik (Trace) Di Perairan

Ion renik (trace) adalah ion yang terdapat di perairan dalam jumlah yang sangat sedikit, biasanya dinyatakan dalam satuan nanogram/liter – mikrogram/liter. Beberapa unsur meskipun dapat bersifat racun, masih dapat ditolerir kehaadirannya dalam air asalkan bahan tersebut tidak melebihi konsentrasi yang ditetapkan. Unsur tersebut antara lain kadmium, tembaga dan seng.

Adapun tinjauan secara terperinci terhadap setiap unsur yang tercantum dalam standar persyaratan kualitas kimia air, di bawah ini akan memberikan gambaran yang sedikit lebih jelas tentang sifat pengaruh unsur – unsur tersebut dalam air, sumber dari unsur – unsur dan akibat yang dapat ditimbulkan apabila konsentrasi adanya unsur – unsur tersebut dalam air melebihi standar yang telah ditetapkan.

2.2.1. Kadmium (Cd)

Kadmium adalah logam putih keperakan, yang dapat ditempa dan liat. Melebur pada suhu 3210C. Larut dengan lambat dalam asam encer dengan melepaskan hidrogen (diebabkan potensial elektrodanya yang negatif) :

Cd + 2H+ Cd2+ ` + H2

(22)

Beberapa reaksi ion kadmium (II) : reaksi ini dapat dipelajari paling mudah dengan larutan kadmium sulfat 0,25 M.

1. Hidrogen sulfida (gas atau larutan air jenuh) : endapan kuning kadmium sulfida :

Cd2+ + H2S CdS + 2H+

2. Larutan amonia bila ditambahkan tetes demi tetes : endapan putih kadmium (II) hidroksida :

Cd2+ + 2NH3 + 2H2O Cd(OH)2 + 2NH4+

Regensia yang berlebihan melarutkan endapan, membentuk kompleks yang tak berwarna

Cd(OH)2 + 4NH3 [Cd(NH3)4]2+ + 2OH-

(Vogel, 1985)

Kadmium (Cd) merupakan logam yang hingga kini belum diketahui dengan jelas peranannya bagi tumbuhan dan makhluk hidup lain. Di dalam air, kadmium (Cd) terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit (renik) dan bersifat tidak larut dalam air. Kadar kadmium pada kerak bumi sekitar 0,2 mg/kg. Sumber alami kadmium adalah

greenocsite (CdS), hawleyite, sphalerite, dan otavite.

Kadmiun banyak digunakan dalam industri metalurgi, pelapisan logam, pigmen, baterai, peralatan elektronik, pelumas, peralatan fotografi, gelas, keramik, tekstil dan plastik.

(23)

Kadar kadmium pada perairan tawar alami sekitar 0,0001 – 0,01 mg/L, sedangkan pada perairan laut sekitar 0,0001 mg/L. Menurut WHO, kadar kadmium maksimal pada air yang diperuntukkan bagi kepentingan pertanian dan peternakan, kadar kadmium sebaiknya tidak melebihi 0,05 mg/L. Untuk melindungi kehidupan pada ekosistem akuatik, perairan sebaiknya memiliki kadar kadmium sekitar 0,0002 mg/L.

Kadmium bersifat kumulatif dan sangat toksik bagi manusia karena dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal dan paru – paru, menigkatkan tekanan darah, dan mengakibatkan kemandulan pada pria dewasa. Kasus keracunan kadmium yang terkenal adalah timbulnya penyakit Itai – itai di Jepang, ditandai dengan rasa sakit pada tulang dan terjadi pengeroposan tulang. Kadmium juga bersifat sangat toksik dan bioakumulasi terhadap organisme (Effendi, 2003).

Kadmium dapat menyebabkan keracunan yang akut pada manusia yang mendapat unsur tersebut dari makanan. Konsentrasi ini dalam ginjal dan hati tikus akan meningkatkan pada keadaan di mana kepada tikus tersebut, diberikan air dengan konsentrasi Cd 0,1 – 10 mg/L. Secara individual, pemberian air dengan konsentrasi Cd rata – rata 0,047 mg/L tidak memberikan gejala. Unsur ini tidak penting dan tidak menguntungkan.

(24)

2.2.2. Tembaga (Cu)

Tembaga adalah logam merah muda,yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur pada suhu 10380C. Karena elektroda potensial standarnya positif, (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+), tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga.

Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa – senyawa tembaga (I) diturunkan dari tembaga (I) oksida Cu2O yang merah, dan mengandung ion tembaga (I) Cu+. Senyawa – senyawa ini tidak berwarna, kebanyakan garam tembaga (I) tak larut dalam air, perilakunya mirip senyawa perak (I). Mereka mudah dioksidasi menjadi senyawa tembaga (II), yang dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO, hitam. Garam – garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air; warna ini benar – benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat (II) [Cu(H2O)4]2+ saja. Batas terlihatnya warna ion kompleks tersebut adalah 500 µg dalam batas konsentrasi 1 dalam 104. Garam – garam tembaga (II) anhidrat, seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam larutan air selalu terdapat ion kompleks tetraakuo; demi kesederhanaan biasa disebut sebagai ion tembaga (II) Cu2+ saja (Vogel, 1985).

(25)

tidak mudah larut dalam air. Apabila masuk ke dalam perairan alami yang alkalis, ion tembaga akan mengalami presipitasi dan mengendap sebagai tembaga hidroksida dan tembaga karbonat.

Kadar tembaga pada kerak bumi sekitar 50 mg/kg. Sumber alami tembaga adalah chalcopyrite (CuFeS2), copper sulfida (CuS), malachite [Cu2(CO3)(OH)2], dan

azurite [Cu3(CO3)2(OH)2]. Tembaga banyak digunakan dalam industri metalurgi, tektil, elektronika, dan sebagai cat anti karat (anti fouling). Tembaga (CuSO4.5H2O) juga digunakan sebagai algasida untuk membasmi algae yang tumbuh secara berlebihan di perairan. Sebagai algasida, tembaga menghambat penyerapan silika oleh diatom sehingga menggangu proses pembentukan frustule. Tembaga karbonat digunakan sebagai molusida yang berfungsi untuk membunuh Moluska.

Pada perairan alami, kadar tembaga biasanya < 0,02 mg/L. Air tanah dapat mengandung tembaga sekitar 12 mg/L. Pada perairan laut , kadar tembaga berkisar antara 0,001 –m0,025 mg/L. Kadar tembaga maksimum pada air minum adalah 0,1 mg/L. Defisiensi tembaga dapat mengakibatkan anemia; namun, kadar tembaga yang berlebihan dapat mengakibatkan air menjadi berasa jika diminum dapat mengakibatkan kerusakan pada hati. Kadar tembaga yang tinggi juga dapat mengakibatkan korosi pada besi dan aluminium (Effendi, 2003).

Tembaga merupakan satu unsur yang paling penting dan berguna untuk metabolisme. Konsentrasi batas dari unsur ini dapat menimbulkan rasa pada air bervariasi 1 – 5 mg/L. Konsentrasi 1 mg/L merupakan batas konsentrasi tertinggi untuk mencegah timbulnya rasa yang tidak menyenangkan.

(26)

Konsentrasi standar maksimum yang ditetapkan oleh Dep. Kes R.I. untuk Cu ini adalah sebesar 0,05 mg/L sebagai batas maksimal yang diperbolehkan. (Sutrisno, 2006).

2.2.3. Seng (Zn)

Seng adalah logam yang putih kebiruan; logam ini cukup mudah ditempa dan liat pada suhu 110 - 1500C. Seng melebur pada 4100C dan mendidih pada 9060C.

Logamnya yang murni, melarut lambat sekali dalam asam dan alkali; adanya zat – zat penceemar atau kontak dengan platinum atau tembaga, yang dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes larutan garam dari logam – logam ini, mempercepat reaksi. Ini menjelaskan larutnya seng – seng komersial. Yang terakhir ini dengan mudah larut dalam asam klorida encer dan asam sulfat encer dengan mengeluarkan hidrogen :

Zn + 2H+ Zn2+ + H2

Pelarutan akan terjadi dalam asam nitrat yang encer sekali, pada mana tak ada gas yang dilepaskan :

4Zn + 10H+ + NO3- 4Zn2+ + NH4+ + 3 H2O Dengan bertambah pekatnya konsentrasi asam nitrat, akan terbentuk dinitrogen oksida (N2O), nitrogen oksida (NO).

Asam nitrat pekat mempunyai pengaruh yang kecil terhadapa seng, karena rendahnya kelarutannya seng nitrat dalam suasana demikian. Dengan asam sulfat pekat, panas, dilepaskan belerang dioksida :

(27)

Seng membentuk hanya satu seri garam; garam – garam ini mengandung kation seng (II), yang diturunkan dari seng oksida, ZnO (Vogel, 1985)

Seng (zinc) termasuk unsur yang terdapat dalam jumlah yang berlimpah di alam. Kadar seng pada kerak bumi sekitar 70 mg/kg. Kelarutan unsur seng dan oksida seng dalam air relatif rendah. Seng yang berikatan dengan klorida dan sulfat mudah terlarut, sehingga kadar seng dalam air sangat dipengaruhi oleh bentuk senyawanya. Ion seng mudah terserap dalam sedimen dan tanah. Silika terlarut dapat meningkatkan kadar seng, karena silika mengikat seng. Jika perairan bersifat asam, kelarutan seng meningkat. Kadar seng pada perairan alami < 0,05 mg/L; pada perairan asam mencapai 50 mg/L; dan pada perairan laut 0,01 mg/L.

Sumber alami utama seng adalah calamine (ZnCO3), sphalerite (ZnS), smithsonite (ZnCO3), dan wilewmite (Zn2SiO4). Seng digunakan dalam industri besi baja, cat, karet, tekstil, kertas, dan bubur kertas.

Seng termasuk unsur yang esensial bagi makhluk hidup, yakni berfungsi untuk menbantu kerja enzim. Seng juga diperlukan dalam proses fotosintesis sebagai agen bagi transfer hidrogen dan berperan dalam pembentukan protein. Davis dan Cornwell (1991) mengemukakan bahwa seng tidak bersifat toksik bagi manusia, akan tetapi pada kadar yang tinggi dapat menimbulkan rasa pada air (Effendi, 2003)

(28)

Dalam jumlah kecil merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zn dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak. Dalam jumlah besar unsur ini dapat menimbulkan rasa pahit dan sepat pada air minum.

Konsentrasi standar maksimum yang ditetapkan oleh Dep. Kes. R.I untuk Zn ini adalah 0,1 mg/L untuk batas maksimum yang dianjurkan, dan sebesar 0,5 mg/L sebagai batas maksimal yang diperbolehkan (Sutrisno, 2006)

2.3. Spektrofotometri Serapan Atom

(29)

metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan ini dan tidak bergantung pada temperatur. Metode serapan sangatlah spesifik. Logam – logam yang membentuk campuran kompleks dapat dianalisis dan selain itu tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar (Khopkar, 2008)

2.3.1 Teori Spektrofotometri Serapan Atom

(30)

2.3.2 Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom

Skema komponen – komponen pada sebuah spektrofotometri serapan atom secara umum dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.1 : Skema komponen – komponen Spektrofotometri Serapan Atom

A. Lampu katoda berongga

Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam dari suatu unsur spesifik tertentu dikenal dengan sebagai lampu pijar hollow katoda. Lampu ini memiliki dua elektroda, satu diantaranya berbentuk silinder dan terbuat dari unsur dan terbuat dari unsur yang sama dengan unsur yang dianalisis. Lampu ini diisi dengan gas mulia bertekanan rendah. Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar, dan atom – atom logam katodanya akan teruapkan dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang – panjang gelombang tertentu. (Khopkar, 2008).

B. Nyala

(31)

pengoksida (oksidan) seperi misalnya udara dan nitrogen oksida (N2O). Suhu maksimum yang dihasilkan pada pembakaran berbagai campuran gas pembakar dengan gas pengoksida adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 : Jenis – jenis gas pembakar pada SSA

Gas pembakar Gas oksidan Temperatur (K)

Asitilena Udara 2400 – 2700

Asitilena Dinitrogen oksida 2900 – 3100

Asitilena Oksigen 3300 – 3400

Hidrogen Udara 2300 – 2400

Hidrogen Oksigen 2800 – 3000

Sianoen Oksigen 4800

C. Monokromator

Dalam spektroskopi serapan atom fungsi monokromator adalah untuk memencilkan garis resonansi dari semua garis tak diserap yang dipancarkan oleh sumber radiasi. Dalam kebanyakan instrumen komersial digunakan kisi difraksi karena sebaran yang dilakukan oleh kisi lebih seragam dari pada yang dilakukan prisma, dan akibatnya instrumen kisi difraksi dapat memelihara daya pisah yang lebih tinggi sepanjang jangka panjang gelombang yang lebih lebar.

D. Detektor

(32)

telah diseleksi tetapi dapat juga timbul dari emisi dalam nyala. Emisi ini dapat disebabkan oleh emisi atom yang timbul dari atom – atom yang sedang diselidiki, dan dapat juga dari emisi pita molekul.

E. Amplifier

Amplifier berfungsi untuk memperkuat sinyal yang diterima dari detektor sebelum sampai ke rekorder.

F. Rekorder

Rekorder pada instrumen SSA berfungsi untuk mengubah sinyal yang diterima menjadi bentuk digital, yaitu dengan satuan absorbansi. Isyarat dari detektor dalam bentuk tenaga listrik akan diubah oleh rekorder dalam bentuk nilai bacaan serapan atom.

(Maria, 2009)

2.3.2 Pengukuran Kuantitatif

(33)

sedekat mungkin dengan komposisi kasar untuk sampel – sampel ini. Presisi yang relatif dari sebuah pengukuran serapan atom adalah baik, dalam banyak kasus 0,5 -2 % dapat dicapai tanpa kesulitan dimana digunakan nyala atomisasi. Presisi untuk metode tanpa nyala walau bagaimana pun sering jauh lebih buruk sebagai hasil beberapa gangguan yang akan dibahas di bawah. Kurva kalibrasi selalu menunjukkan lengkungan menuju sumbu konsentrasi ketika melewati sumbu satu. Ini tidak linier disebabkan tidak terserapnya radiasi yang mencapai detektor atau ketika setengah lebar dari garis emisi dari lampu yang semestinya atau melampaui garis absorbansi. Radiasi yang tidak terserap dapat dijangkau detektor banyaknya sumber, termasuk garis emisi dari unsur katoda mendekati garis resonansi yang terpilih atau gas pengisi, sebaran radiasi dalam monokromator dan radiasi yang melewati nyala atau penguapan sampel. (Fifield, 1987)

2.3.1 Interferensi

Yang dimaksud dengan gangguan – gangguan (interference) pada SSA adalah peristiwa – peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atai lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel. Gangguan – gangguan yang dapat terjadi dalam SSA adalah sebagai berikut :

(34)

jumlah atom yang mencapai nyala menjadi lebih sedikit dari konsentrasi yang seharusnya terdapat dalam sampel.

2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah / banyaknya atom yang terjadi di dalam nyala. Terbentuknya atom – atom netral yang masih dalam keadaan azas di dalam nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia yaitu :

a. Disosiasi senyawa – senyawa yang tidak sempurna b. Ionisasi atom – atom di dalam nyala

3. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom yang dianalisis; yakni absorbansi oleh molekul – molekul yang tidak terdisosiasi di dalam nyala. Gangguan ini dapat diatasi dengan cara sebagai berikut :

a. Penggunaan nyala / suhu atomisasi yang lebih tinggi b. Penambahan senyawa penyangga

c. Pengekstrasian unsur yang akan dianalisis d. Pengekstrasian ion atau gugus pengganggu

4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik (non atomic absorption). Gangguan ini berarti terjadinya penyerapan cahaya dari sumber sinar yang bukan berasal dari atom – atom yang akan dianalisis. Penyerapan non-atomik dapat disebabkan adanya penyerapan cahaya oleh partikel – partikel padat yang berada di dalam nyala. Cara mengatasinya adalah dengan bekerja pada panjang gelombang yang lebih besar atau pada suhu yang lebih tinggi.

(35)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Desain Analisis

Sampel diambil dengan metode purpose composite sampling pada pagi hari ketika debit air tidak begitu besar berkisar 5 – 150 m3/detik. Sampel diambil pada dua titik, masing – masing pada jarak dan lebar sungai pada kedalaman ½ x kedalam sungai kemudian kedua sampel itu dicampurkan menjadi satu. Sampel kemudian dimasukan ke dalam botol kaca berwarna gelap tanpa gelembung. Sampel diambil di kawasan penduduk berpemukiman di sekitar sungai dimana masih banyak warga sekitar yang memanfaatkan air tersebut untuk keperluan sehari – hari. Sampel kemudian di bawa pada hari itu juga ke laboratorium untuk di destruksi dan kemudian dianalisis dengan spektrofotometer serapan atom. (Effendi, 2003)

3.2. Alat – alat

(36)

wavelength). Hot plate Cimarex dengan kisaran suhu 10 0C – 380 0C tanpa stirer. Kertas saring whatman nomor 42 dan alat – alat gelas lainnya.

3.3. Bahan – bahan

Adapun bahan – bahan yang dibutuhkan dalam analisis antara lain dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1. Bahan – bahan yang diperlukan untuk analisis

No Bahan Kemurnian Merek

1 HNO3 65 % p.a E. Merck

2 NH4OH 10 % p.a E. Merck

3 CdSO4.8H2O Kristal p.a E. Merck

4 CuSO4.2H2O Kristal p.a E. Merck

5 Zn(NO3)2.4H2O Kristal p.a E. Merck

3.4. Prosedur Percobaan 3.4.1. Pembuatan Larutan Standar

I. Larutan Standar Cd

a. Pembuatan larutan induk Cd 1000 mg/L

(37)

b. Pembuatan larutan standar Cd 100 mg/L

Dipipet 10 ml larutan induk Cd 1000 mg/L kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan

c. Pembuatan larutan standar Cd 10 mg/L

Dipipet 10 ml larutan standar Cd 100 mg/L kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan

d. Pembuatan larutan standar Cd 1 mg/L

Dipipet 10 ml larutan standar Cd 10 mg/L kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan aquades hingga garis tanda dan dihomogenkan

e. Pembuatan larutan standar Cd 0,1 mg/L

Dipipet 10 ml larutan standar Cd 1 mg/L kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan aquades yang telah diasamkan hingga garis tanda dan dihomogenkan

(38)

II. Larutan Standar Cu

a. Pembuatan larutan induk Cu 1000 mg/L

Ditimbang dengan teliti 0,7696 g kristal CuSO4.2H2O p.a lalu masukkan ke dalam labu takar 250 mL dan larutkan dengan lebih kurang 5 mL HNO3, kemudian diencerkan dengan akuades hingga garis tanda lalu homogenkan.

b. Pembuatan larutan standar Cu 100 mg/L

Dipipet 10 ml larutan induk Cu 1000 mg/L kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan

c. Pembuatan larutan standar Cu 10 mg/L

Dipipet 10 ml larutan standar Cu 100 mg/L kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan

d. Pembuatan larutan standar Cu 1 mg/L

Dipipet 10 ml larutan standar Cu 10 mg/L kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan

e. Pembuatan larutan seri standar Cu 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 mg/L

(39)

III. Larutan Standar Zn

a. Pembuatan larutan induk Zn 1000 mg/L

Ditimbang dengan teliti 1,0038 g kristal Zn(NO3)2.4H2O p.a lalu dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL lalu dilarutkan dengan kurang lebih 5 mL HNO3 pekat dan ditamabahkan akuades hingga garis tanda kemudian dihomogenkan.

b. Pembuatan larutan standar Zn 100 mg/L

Dipipet 10 ml larutan induk Zn 1000 mg/L kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan

c. Pembuatan larutan standar Zn 10 mg/L

Dipipet 10 ml larutan standar Zn 100 mg/L kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan

d. Pembuatan larutan standar Zn 1 mg/L

Dipipet 10 ml larutan standar Zn 10 mg/L kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan

e. Pembuatan larutan seri standar Zn 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 mg/L

(40)

3.4.2. Pembuatan Kurva Standar

a. Kurva standar Cd

Diukur masing – masing absorbansi larutan seri standar Cd 0,01 ; 0,02 ; 0,03 ; 0,04 dan 0,05 mg/L dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang (λ) = 228,8 nm.

b. Kurva standar Cu

Diukur masing – masing absorbansi larutan seri standar Cu 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 dan 0,5 mg/L dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang (λ) = 324,7 nm.

c. Kurva standar Zn

Diukur masing – masing absorbansi larutan seri standar Zn 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 dan 0,5 mg/L dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang (λ) = 213,9 nm.

3.4.3. Preparasi Sampel

a. Dipipet 100 mL sampel ke dalam erlenmeyer b. Dikeringkan di atas hot plate

c. Dilarutkan dengan HNO3 pekat ± 10 mL

d. Dipanaskan hingga ± ½ volum awal di atas hot plate

e. Dibiarkan hingga suhu kamar f. Ditambahkan akuades secukupnya g. Diatur pH 3 – 4 dengan NH4OH

(41)

3.4.5. Pengukuran Absorbansi Sampel

Hasil preparasi sampel diukur nilai absorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang (λ) = 228,8 nm untuk analisis kadar logam Cd, panjang gelombang (λ) = 324,8 nm untuk analisis kadar logam Cu, dan panjang gelombang (λ) = 213,8 nm untuk analisis kadar logam Zn.

3.5. Perhitungan

Untuk menentukan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi dapat ditetntukan dengan metode Least Square sebagai berikut :

3.5.1. Konsentrasi Cd pada sampel

Tabel 3.2. Data perhitungan persamaan garis regresi untuk analisis Cd dengan Spektrofotometri Serapan Atom

No x Y Xy x2

1 0,01 0,0002 0,000002 0,0001

2 0,02 0,0047 0,000094 0,0004

3 0,03 0,0083 0,000249 0,0009

4 0,04 0,0151 0,000604 0,0016

5 0,05 0,0196 0,000980 0,0025

n = 5 Ʃx = 0,15 Ʃy = 0,0479 Ʃxy = 0,001929 Ʃx2 = 0,0055

Keterangan : x = konsentrasi larutan seri standar

(42)

persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi adalah

… … … …

Keterangan : a = kemiringan ; b = garis potong

̅ ∑ , ,

∑ ,

,

Ʃ Ʃ Ʃ

Ʃ Ʃ

, , , , ,

, , ,, ,

̅

(43)

Gambar 3.1. Kurva Kalibrari Standar Larutan Kadmiun (Cd)

Konsentrasi sampel dapat dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresi yaitu :

… … … …

Keterangan : x = konsentrasi sampel

y = absorbansi

a = kemiringan

b = garis potong

Berdasarkan persamaan (2), maka konsentrasi Cd pada sampel adalah Air Sungai perulangan I

, ,

, , /

Air Sungai perulangan II

(44)

3.5.2. Konsentrasi Cu pada sampel

Tabel 3.3. Data perhitungan persamaan garis regresi untuk analisis Cu dengan Spektrofotometri Serapan Atom

No x y xy x2

1 0,1 0,0107 0,00107 0,01

2 0,2 0,0277 0,00554 0,04

3 0,3 0,0450 0,01350 0,09

4 0,4 0,0620 0,02480 0,16

5 0,5 0,0790 0,03950 0,25

n = 5 Ʃx = 1,5 Ʃy = 0,2244 Ʃxy = 0,08441 Ʃx2 = 0,55

Keterangan : x = konsentrasi larutan seri standar

y = absorbansi

̅ ∑ , ,

∑ ,

,

Ʃ Ʃ Ʃ

Ʃ Ʃ

, , , , ,

(45)

̅

, , , ,

Gambar 3.2. Kurva Kalibrari Larutan Standar Tembaga (Cu)

Berdasarkan persamaan (2), maka konsentrasi Cu pada sampel adalah Air Sungai perulangan I

, ,

, , /

Air Sungai perulangan II

(46)

3.5.3. Konsentrasi Zn pada sampel

Tabel 3.4. Data perhitungan persamaan garis regresi untuk analisis Zn dengan Spektrofotometri Serapan Atom

No x Y xy x2

1 0,2 0,0371 0,00371 0,01

2 0,4 0,0660 0,01320 0,04

3 0,6 0,0934 0,02802 0,09

4 0,8 0,1198 0,04792 0,16

5 1,0 0,1517 0,07585 0,25

n =5 Ʃx = 0,15 Ʃy = 0,4480 Ʃxy = 0,1687 Ʃx2 = 0,55

Keterangan : x = konsentrasi larutan seri standar

y = absorbansi

̅ ∑ , ,

∑ ,

,

Ʃ Ʃ Ʃ

Ʃ Ʃ

, , , , ,

(47)

̅

, , , ,

Gambar 3.3. Kurva Kalibrari Standar Larutan Kadmiun (Zn)

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Analisis 4.1.1. Logam Kadmiun (Cd)

Dari percobaan yang telah dilakukan untuk logam kadmium (Cd) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1. Data hasil pengukuran absorbansi sampel air sungai Deli di kelurahan Pekan Labuhan untuk analisis logam Cd

No Air Sungai Konsentrasi Cd (mg/L) Absorbansi

1 U1 0,0129 0,0012

2 U2 0,0137 0,0016

(49)

4.1.2. Logam Tembaga (Cu)

Untuk analisis logam tembaga (Cu) diperoleh hasil yang tersaji dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.2. Data hasil pengukuran absorbansi sampel air sungai Deli di kelurahan Pekan Labuhan untuk analisis logam Cu

No Sampel Konsentrasi Cu (mg/L) Absorbansi

1 U1 0,0404 0,0008

2 U2 0,0434 0,0013

Keterangan : U1 : perulangan I U2 : perulangan II

4.1.3. Logam Seng (Zn)

Tabel di bawah ini menunjukkan hasil dari analisis logam Zn yang terdapat dalam sampel air sungai :

Tabel 4.3. Data hasil pengukuran absorbansi sampel air sungai Deli di kelurahan Pekan Labuhan untuk analisis logam Zn

No Air Sungai Konsentrasi Cd (mg/L) Absorbansi

1 U1 0,0972 0,0367

(50)

Keterangan : U1 : perulangan I U2 : perulangan II

4.2. Pembahasan

Pada hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa kandungan kadmium (Cd) pada air sungai Deli di kelurahan Pekan Labuhan berkisar antara 0,0129 mg/L – 0,0137 mg/L sedangkan untuk tembaga (Cu) berkisar antara 0,0404 mg/L – 0,0434 mg/L dan untuk kadar seng (Zn) yaitu antara 0,0972 mg/L – 0,0989 mg/L.

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpilkan beberapa hal antara lain adalah :

1. Kadar logam kadmiun (Cd) yang terkandung pada air sungai Deli di kelurahan Pekan Labuhan yaitu antara 0,0129 mg/L - 0,0137 mg/L, sedangkan kadar logam tembaga (Cu) adalah 0,0404 mg/L - 0,0434 mg/L dan kadar logam seng (Zn) sebesar 0,0972 mg/L - 0,0989 mg/L.

(52)

5.2. Saran

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tanggal 14 Desember 200 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

(http://www.jakartawater.org/images/stories/undang/PP1182.pdf). Diakses pada tanggal 23 April 2012.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Fifield, F.W. 1987. Principle And Practice Of Analytical Chemistry. Second edtion. New

York : Intenational Textbook Company Limited.

Gandjar, I.G. dan Abdul Rohman. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan ketiga. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Penerbit UI-PRESS Maria, S. 2009. Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) Dalam Tepung Gandum Dengan

Cara Destruksi Basah Dan Kering Dengan Spektrofotometri Serapan Atom Sesuai

Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3751-2006.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13915/1/10E00321.pdf). Diakses

pada tanggal 4 Mei 2012.

Panduan Tatacara Penulisan Tugas Akhir. 2010. Dokumen Nomor Akad/05/2005. Medan : Fakultaas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Sutrisno, C.T 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan Keenam. Jakarta : PT Rineka Cipta.

(54)

LAMPIRAN :

Gambar

Gambar 2.1 : Skema komponen – komponen Spektrofotometri Serapan Atom
Tabel 2.1 : Jenis – jenis gas pembakar pada SSA
Tabel 3.1. Bahan – bahan yang diperlukan untuk analisis
Tabel 3.2. Data perhitungan persamaan garis regresi untuk analisis Cd
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan cara mencegah unsur fosfor yang memancarkan cahaya secara terus menerus karena fosfor merupakan syarat utama yang diperlukan oleh sebuah monitor untuk dapat menghasilkan

[r]

Setiap warga negara asing yang akan masuk ke Indonesia harus memiliki..... Perpindahan penduduk dari desa ke

Office yang dapat digunakan untuk Menghitung angka-angka adalah ………..... Hardisk, Flashdisk,

Sebagai generasi penerus, tugas kita sebagai seorang pelajar adalah seperti dibawah ini,.. kecuali

Dengan hormat, kami sampaikan sesuai dengan jadwal pengadaan Renovasi Gedung dan Bangunan Kampus STIA LAN Makassar Tahun 2017 yang akan dilaksanakan di STIA LAN Makassar

[r]

 Membaca informasi dari teks bacaan tentang keanekaragaman ekonomi dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika di lingkungan masyarakat Menanya:  Mengidentifikasi pertanyaan tentang