• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Rancang Bangun Sistem Analisis Kesehatan Finansial Bank Umum Syari'ah yang Akan Go Public dengan Metode CAEL (Studi Kasus pada Bank Syari'ah Mandiri Jakarta).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Rancang Bangun Sistem Analisis Kesehatan Finansial Bank Umum Syari'ah yang Akan Go Public dengan Metode CAEL (Studi Kasus pada Bank Syari'ah Mandiri Jakarta)."

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN METODE CAEL

(Studi Kasus Pada Bank Syari’ah Mandiri Jakarta)

Nama : Nur Ahlina Febriyati

NIM : 09.41011.0029

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Komputerisasi Akuntansi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

DENGAN METODE CAEL

(Studi Kasus Pada Bank Syari’ah Mandiri Jakarta)

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana

Oleh :

Nama : Nur Ahlina Febriyati

NIM : 09.41011.0029

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Komputerisasi Akuntansi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(3)

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia dalam beberapa tahun ini sangat pesat. Hal ini terlihat dari data yang dipublikasikan Bank Indonesia pada Desember 2006 terdapat 3 Bank Umum Syariah dan 20 Unit Usaha Syariah dengan total aktiva sebesar 26 Milyar, belum termasuk BPRS. Sedangkan pada Desember 2010 terdapat 11 Bank Umum Syariah dan 23 Unit Usaha Syariah dengan total aktiva sebesar 96 Milyar, belum termasuk BPRS. Dari data tersebut terlihat dari tahun ke tahun semakin banyak berdirinya bank syariah, hal ini akan memungkinkan dalam waktu dekat bank syariah untuk go public dan menimbulkan potensi meningkatnya investasi oleh para investor. Permasalahan yang dihadapi majority

investor adalah bagaimana melakukan analisis kesehatan finansial bank syariah yang

berbeda pada bank konvensional pada umumnya.

Untuk mengatasi masalah diatas, dibangunlah sebuah rancang bangun yang menghasilkan sebuah analisis kesehatan finansial untuk bank syariah go public

dengan metode Capital, Asset Quality, Earning dan Liquidity. Dari hasil analisis, akan dihasilkan sebuah informasi apakah bank syariah mandiri tersebut sehat atau tidak, ini berguna bagi majority investor dalam pengambilan keputusan investasi.

Dari hasil analisis dan evaluasi, telah dihasilkan sebuah analisis kesehatan finansial pada bank syariah mandiri tahun 2006-2010 yang menunjukkan predikat sehat selama kurun waktu 5 tahun dan kondisi keuangan dalam keadaan baik.

Kata Kunci : Analisis kesehatan finansial, bank syariah, go public, investor, metode

Capital, Asset Quality, Earning dan Liquidity.

(4)

ABSTRAKSI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Manfaat ... 6

1.6 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Penelitian Terkait ... 8

2.2 Bank Syariah... 10

2.2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ... 11

2.2.2 Prinsip dasar perbankan syariah ... 12

2.2.3 Laporan keuangan Bank Syariah ... 17

2.2.3.1 Tujuan laporan keuangan ... 17

2.2.3.2 Komponen laporan keuangan ... 18

2.2.4 Sistem Operasional Bank Syariah ... 18

2.3 Investor ... 21

(5)

2.4.1 Capital ( Penilaian Permodalan) ... 22

2.4.2 Assets Quality (Penilaian Kualitas Aktiva) ... 24

2.4.3 Earning (Penilaian Rentabilitas) ... 27

2.4.4 Liquidity (Penilaian Likuiditas) ... 29

2.4.5 Nilai kredit dan Nilai Bobot dalam penilaian kesehatan finansial ... 29

2.4.5.1 Nilai kredit rasio kewajiban penyediaan modal minimum .... 32

2.4.5.1 Nilai kredit rasio kualitas aktiva produktif ... 32

2.4.5.1 Nilai kredit rasio Net Operating Margin ... 32

2.4.5.1 Nilai kredit rasio Short Term Mismatch ... 33

2.5. Interaksi Manusia dan Komputer ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Model Pengembangan ... 38

3.1.1 Input ... 39

3.1.2 Proses Analisis Kesehatan Finansial ... 39

3.1.3 Output ... 41

3.2 Analisis dan Perancangan Sistem ... 42

3.2.1 Proses Perhitungan dan Analisis Dengan Metode Penilaian Capital, Asset Quality, Earning dan Liquidity ... 42

3.2.2 Proses Perhitungan dan Analisis Kesehatan Finansial Dengan Metode Capital, Asset Quality, Earning dan Liquidity ... 45

3.3 Hasil Perancangan Sistem ... 47

(6)

3.3.2. Data Flow Diagram (DFD) ... 48

3.3.2.1 Context Diagram ... 48

3.3.2.2 Hirarchy Input Process Output ... 50

3.3.2.3Data Flow Diagram Level 0 ... 51

3.3.2.4DFD Level 1 Proses Manajemen Data ... 52

3.3.2.5DFD Level 1 Proses Perhitungan dan Analisis Kesehatan Finansial ... 53

3.3.2.6DFD Level 1 Cetak Laporan ... 54

3.3.2.7 DFD Level 2 Proses Perhitungan dan Analisis Dengan Metode CAEL ... ... 55

3.3.2.8 DFD Level 2 Proses Perhitungan dan Analisis Kesehatan Finansial ... ... 57

3.3.3 Entity Relationship Diagram (ERD) ... ... 58

3.3.3.1 Conceptual Data Model(CDM) ... 59

3.3.3.2 Physical Data Model(PDM) ... 60

3.3.4 Struktur Tabel ... 60

3.4. Desain Input Output (I/O) ... 65

3.4.1 Form Menu Utama ... 65

3.4.2 Form Login ... 65

3.4.3 Form Master Pengguna ... 66

3.4.4 Form Master Bank ... 66

3.4.5 Form Master COA ... 67

3.4.6 Form Master Laporan Keuangan ... 68

(7)

3.4.8 Form Perhitungan Rasio ... 69

3.4.9 Form Perhitungan Kesehatan Finansial ... 69

3.4.10 Form Analisis Perbandingan Kesehatan Finansial ... 70

3.4.11 Form Laporan Perhitungan dan Analisis Rasio Metode CAEL ... 71

3.4.12 Form Laporan Perhitungan dan Analisis Kesehatan Finansial ... 71

3.4.13 Form Laporan Grafik Rasio Metode CAEL ... 72

3.4.14 Form Laporan Grafik Kesehatan Finansial 2006-2010 ... 73

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 74

4.1 Kebutuhan Sitem ... 74

4.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras ... 74

4.1.2 Kebutuhan Perangkat Lunak ... 75

4.2 Implementasi Sistem... 75

4.2.1 Form Login dan Tampilan Awal ... 75

4.2.2 Form Input Master Bank ... 77

4.2.3 Form Input Master Perkiraan ... 78

4.2.4 Form Input Master Kriteria Penilaian ... 79

4.2.5 Form Input Master Laporan Keuangan ... 80

4.2.6 Form Input Master Pengguna ... 81

4.2.7 Form Transaksi Perhitungan Rasio Metode CAEL ... 83

4.2.8 Form Transaksi Perhitungan Kesehatan Finansial ... 84

4.2.9 Form Transaksi Analisis Perbandingan Kesehatan Finansial.... 84

(8)

CAEL ... 85

4.2.11 Form Laporan Perhitungan dan Analisis Kesehatan Finansial ... 88

4.2.12 Form Laporan Grafik Rasio Metode CAEL ... 88

4.2.13 Form Laporan Grafik Kesehatan Finansial ... 91

4.3 Uji Coba dan Evaluasi Sistem ... 91

4.3.1 Lingkungan Uji Coba ... 91

4.3.2 Pengujian Keakuratan Hasil Output Program ... 92

4.3.2.1 .Hasil Uji Coba Perhitungan Rasio Metode Capital (Permodalan) ... 92

4.3.2.2 Hasil Uji Coba Perhitungan Rasio Metode Asset Quality (Kualitas Aktiva) ... 94

4.3.2.3 Hasil Uji Coba Perhitungan Rasio Metode Earning (Rentabilitas) ... 96

4.3.2.4 Hasil Uji Coba Perhitungan Rasio Metode Liquidity (Likuiditas) ... 98

4.3.2.5 Hasil Uji Coba Perhitungan Nilai kredit ... 100

4.3.2.6 Hasil Uji Coba Perhitungan Nilai Kesehatan Finansial ... 104

4.3.3. Pengujian Hasil Output Program ... 109

BAB V PENUTUP ... 110

5.1 Kesimpulan ... 110

5.2 Saran ... 110

(9)
(10)

Gambar 3.1 Blok Diagram Model Rancang Bangun Analisis Kesehatan

Finansial ... 38

Gambar 3.2 Alur Proses Perhitungan Kesehatan Finansial ... 40

Gambar 3.3 Cara Perhitungan dan Analisis Rasio dengan Metode CAEL ... 44

Gambar 3.4 Cara Perhitungan dan Analisis Kesehatan Finansial dengan

Metode CAEL ... 46

Gambar 3.5 System Flow Rancang Bangun Analisis Kesehatan Finansial

Bank Syariah dengan Metode CAEL ... 47

Gambar 3.6 Context Diagram ... 48

Gambar 3.7 Hierarki Input Proses Output ... 50

Gambar 3.8 DFD Level 0 Rancang Bangun Analisis Kesehatan

Finansial ... 51

Gambar 3.9 DFD Level 1 Proses Manajemen Data ... 52

Gambar 3.10 DFD Level 1 Proses Perhitungan dan Analisis Kesehatan

Finansial ... 53

Gambar 3.11 DFD Level 1 Proses Cetak Laporan ... 54

Gambar 3.12 DFD Level 2 Proses Menghitung Dengan Metode Penilaian

CAEL ... 55

Gambar 3.13 DFD Level 2 Proses Perhitungan dan Analisis Kesehatan

Finansial ... 57

Gambar 3.14 Conceptual Data Model Rancang Bangun Analisis Kesehatan

Finansial ... 58

(11)

Finansial ... 60

Gambar 3.16 Desain Form Menu Utama ... 65

Gambar 3.17 Desain Form Login ... 65

Gambar 3.18 Desain Form Master Pengguna ... 66

Gambar 3.19 Desain Form Master Bank ... 67

Gambar 3.20 Desain Form Master Chart Of Account ... 67

Gambar 3. 20 Desain Form Master Laporan Keuangan ... 68

Gambar 3.21 Desain Form Input Kriteria Penilaian ... 68

Gambar 3.22 Desain Form Transaksi Perhitungan Rasio ... 69

Gambar 3.23 Desain Form Transaksi Perhitungan Kesehatan Finansial ... 70

Gambar 3.24 Desain Form Transaksi Analisis Perbandingan Rasio ... 70

Gambar 3.25 Desain Form Laporan Perhitungan dan Analisis Rasio Metode CAEL ... 71

Gambar 3.25 Desain Form Laporan Perhitungan dan Analisis Kesehatan Finansial ... 72

Gambar 3.26 Desain Form Laporan Grafik Rasio Metode CAEL ... 72

Gambar 3.27 Desain Form Laporan Grafik Kesehatan Finansial 2006-2010 ... 73

Gambar 4.1 Form Login serta Menu Utama ... 76

Gambar 4.2 Menu Yang Tersedia Bagi Admin ... 76

Gambar 4.3 Menu Yang Tersedia Bagi Investor ... 77

(12)

Gambar 4.5 Form Input Master Perkiraan ... 78

Gambar 4.6 Form Input Master Kriteria Penilaian ... 79

Gambar 4.7 Form Input Master Laporan Keuangan ... 80

Gambar 4.8 Form Master Pengguna ... 82

Gambar 4.9 Form Transaksi Perhitungan Rasio Metode CAEL ... 83

Gambar 4.10 Form Transaksi Perhitungan Kesehatan Finansial ... 84

Gambar 4.11 Form Transaksi Analisis Perbandingan Kesehatan Finansial ... 85

Gambar 4.12 Form Laporan Perhitungan dan Analisis Rasio Metode Capital ... 86

Gambar 4.13 Form Laporan Perhitungan dan Analisis Rasio Metode Asset Quality ... 86

Gambar 4.14 Form Laporan Perhitungan dan Analisis Rasio Metode Earning ... 87

Gambar 4.15 Form Laporan Perhitungan dan Analisis Rasio Metode Liquidity ... 87

Gambar 4.16 Form Laporan Perhitungan dan Analisis Kesehatan Finansial ... 88

Gambar 4.17 Form Laporan Grafik Rasio Metode Capital(Permodalan) ... 89

Gambar 4.18 Form Laporan Grafik Rasio Metode Asset Quality (Kualitas Aktiva) ... 89

Gambar 4.19 Form Laporan Grafik Rasio Metode Earning(Rentabilitas) ... 90

Gambar 4.20 Form Laporan Grafik Rasio Metode Liquidity(Likuiditas) ... 90

(13)
(14)

Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 11

Tabel 2.2 Tabel Bobot penilaian faktor keuangan ... 31

Tabel 2.3 Penyesuaian Bobot penilaian faktor keuangan ... 32

Tabel 2.4 Predikat Kesehatan Finansial Bank ... 33

Tabel 3.1 Penjelasan Perhitungan dan Analisis Dengan Metode CAEL ... 43

Tabel 3.2 Penjelasan Perhitungan dan Analisis Kesehatan Finansial Dengan Metode CAEL ... 45

Tabel 3.3 Tabel Keterangan dari Entity ... 49

Tabel 3.4 Tabel Keterangan dari Entity yang Berhubungan dengan Sistem ... 49

Tabel 3.5 Struktur Tabel COA ... 60

Tabel 3.6 Struktur Tabel Laporan Keuangan ... 61

Tabel 3.7 Struktur Tabel Detil Laporan Keuangan ... 61

Tabel 3.8 Struktur Tabel Kriteria Penilaian ... 62

Tabel 3.9 Struktur Tabel Bank ... 62

Tabel 3.10 Struktur Tabel Rasio Permodalan ... 63

Tabel 3.11 Struktur Tabel Rasio Aktiva ... 63

Tabel 3.12 Struktur Tabel Rentabilitas ... 63

Tabel 3.13 Struktur Tabel Likuiditas ... 64

Tabel 3.14 Struktur Tabel Kesehatan Finansial ... 64

Tabel 4.1 Hasil Output Pehitungan rasio Menggunakan Program ... 92

Tabel 4.2 Hasil Output Pehitungan rasio Menggunakan Microsoft Excel ... 93

Tabel 4.3 Hasil Output Pehitungan rasio Menggunakan Program ... 94

(15)

Tabel 4.5 Hasil Output Pehitungan rasio Menggunakan Program ... 96

Tabel 4.6 Hasil Output Pehitungan rasio Menggunakan Microsoft Excel ... 97

Tabel 4.7 Hasil Output Pehitungan rasio Menggunakan Program ... 98

Tabel 4.8 Hasil Output Pehitungan rasio Menggunakan Microsoft Excel ... 99

Tabel 4.9 Hasil Output Pehitungan Nilai Kredit dengan Program Tahun 2006 ... 101

Tabel 4.10 Hasil Output Pehitungan Nilai Kredit dengan Program Tahun 2007 ... 101

Tabel 4.11 Hasil Output Pehitungan Nilai Kredit dengan Program Tahun 2008 ... 101

Tabel 4.12 Hasil Output Pehitungan Nilai Kredit dengan Program Tahun 2009 ... 101

Tabel 4.13 Hasil Output Pehitungan Nilai Kredit dengan Program Tahun 2010 ... 102

Tabel 4.14 Hasil Output Pehitungan Nilai Kredit dengan Microsoft Excel Tahun 2006 ... 102

Tabel 4.15 Hasil Output Pehitungan Nilai Kredit dengan Microsoft Excel Tahun 2007 ... 102

Tabel 4.16 Hasil Output Pehitungan Nilai Kredit dengan Microsoft Excel Tahun 2008 ... 103

(16)

Microsoft Excel Tahun 2009 ... 103

Tabel 4.18 Hasil Output Pehitungan Nilai Kredit dengan

Microsoft Excel Tahun 2010 ... 104

Tabel 4.19 Hasil Output Pehitungan Nilai Kesehatan dengan

Program Tahun 2006 ... 105

Tabel 4.20 Hasil Output Pehitungan Nilai Kesehatan dengan

Program Tahun 2007 ... 105

Tabel 4.21 Hasil Output Pehitungan Nilai Kesehatan dengan

Program Tahun 2008 ... 106

Tabel 4.22 Hasil Output Pehitungan Nilai Kesehatan dengan

Program Tahun 2009 ... 106

Tabel 4.23 Hasil Output Pehitungan Nilai Kesehatan dengan

Program Tahun 2010 ... 106

Tabel 4.24 Hasil Output Pehitungan Nilai Kesehatan dengan

Microsoft Excel Tahun 2006 ... 107

Tabel 4.25 Hasil Output Pehitungan Nilai Kesehatan dengan

Microsoft Excel Tahun 2007 ... 107

Tabel 4.26 Hasil Output Pehitungan Nilai Kesehatan dengan

Microsoft Excel Tahun 2008 ... 108

Tabel 4.27 Hasil Output Pehitungan Nilai Kesehatan dengan

Microsoft Excel Tahun 2009 ... 108

(17)

Microsoft Excel Tahun 2010 ... 109

Tabel 4.29 Perhitungan Nilai Kesehatan Finansial tahun 2006 -2010 ... 109

(18)

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia dalam beberapa tahun

ini sangat pesat. Hal ini terlihat dari data yang dipublikasikan Bank Indonesia

pada Desember 2006 terdapat 3 Bank Umum Syariah dan 20 Unit Usaha Syariah

dengan total aktiva sebesar 26 Milyar, belum termasuk BPRS (Statistik

Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2006 : 2 - 3). Sedangkan pada Desember

2010 terdapat 11 Bank Umum Syariah dan 23 Unit Usaha Syariah dengan total

aktiva sebesar 96 Milyar, belum termasuk BPRS (Statistik Perbankan Syariah

Bank Indonesia, 2010 : 2 - 6). Hal ini merupakan pencapaian prestasi yang

membanggakan bagi perbankan syariah indonesia dalam kurun waktu lima

tahun.

Dengan semakin banyak berdirinya bank umum syariah,

memungkinkan dalam waktu dekat bank umum syariah yang telah ada akan go

public dan menimbulkan potensi meningkatnya investasi oleh para investor.

Dalam proses pengambilan keputusan investasi, investor melakukan analisis

kesehatan finansial terlebih dahulu, untuk dapat meminimumkan resiko kerugian

investasi yang akan terjadi.

Menurut penelitian sebelumnya (Kusumo : 2008) melakukan penelitian

tentang Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002 – 2007

(dengan Pendekatan PBI No. 9/1/PBI/2007). Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menentukan efisiensi kinerja dari manajer perusahaan yang diwujudkan

(19)

dalam catatan keuangan dan laporan keuangan. Faktor-faktor yang diuji dalam

penelitian ini adalah metode CAELS sesuai dengan ketentuan Bank

Indonesia,yaitu Capital(Permodalan), Asset Quality(Kualitas Aktiva),

Earning(Rentabilitas), Liquidity(Likuiditas) dan Sensitivity To Market Risk

(Sensitivitas Terhadap Resiko Pasar). Sampel penelitian ini adalah Bank Syariah

Mandiri. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Untuk mendapatkan

kinerja keuangan dengan peringkat yang bagus, kelima rasio keuangan tersebut

harus memiliki peringkat yang bagus juga. Oleh karena itu, pihak manajemen

Bank Syariah Mandiri harus selalu memperbaiki dan meningkatkan kinerja

keuangannya, terutama untuk rasio KAP serta MR yang kinerjanya masih perlu

ditingkatkan lagi. Menurut penelitian sebelumnya (Setiawan : 2009) melakukan

penelitian tentang Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah

di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kesehatan finansial

dan kinerja sosial Bank Umum Syariah. Faktor-faktor yang diuji dalam

penelitian ini, Untuk menilai kesehatan finansial meneliti tiga variabel penting

dalam komponen kesehatan finansial yaitu: Kualitas Aset (Asset Quality);

Rentabilitas (Earning); dan likuiditas (Liquidity). Sedangkan untuk menilai kinerja

sosial berfokus mengevaluasi aspek Kontribusi Pembangunan Ekonomi (KPE),

Kontribusi Kepada Masyarakat (KKM), Kontribusi Untuk Stakeholder (KUS),

Peningkatan Kapasitas SDI dan Riset (PKSR) serta Distribusi Pembangunan

Ekonomi (DPE). Sampel dari penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri dan Bank

Muamalat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa untuk mempertahankan

atau meningkatkan kinerja bisnis, baik bagi BMI maupun BSM, aspek penting

(20)

pembiayaan non-performing (NPF). Secara umum, kedua bank syariah tersebut

perlu meningkatkan kinerja sosialnya. Kontribusi sosial BMI dan BSM dalam

pembangunan jangka panjang (KPP) dan juga peran untuk mendorong

redistribusi pembangunan ekonomi (DPE) nasionalperlu diperhatikan.

Sedangkan penelitian yang penulis lakukan adalah pembuatan sebuah

rancang bangun yang menghasilkan sebuah analisis kesehatan finansial pada

Bank Syariah yang ditujukan kepada investor untuk memberikan informasi yang

diperlukan dalam pengambilan keputusan investasi. Metode yang digunakan

merupakan standar peraturan penilaian kesehatan yang telah diterbitkan bank

indonesia dan telah banyak dipakai oleh penelitian-penelitian sebelumnya yaitu

Metode Capital (Permodalan), Asset Quality (Kualitas Aktiva), Earning

(Rentabilitas) dan Liquidity (Likuiditas). Dalam penelitian ini penulis

mengambil studi kasus Bank Syariah Mandiri. Data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu laporan keuangan yang telah dipublikasikan dalam website

resmi Bank Syariah Mandiri tahun 2006-2010.

Selanjutnya ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai

tingkat kesehatan finansial bank syariah dan salah satunya adalah Peraturan

Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 yang dalam penilaiannya menggunakan

pendekatan CAMELS (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity dan

Sensitivity to market risk). Ini merupakan alat ukur resmi yang telah ditetapkan

oleh Bank Indonesia untuk menghitung kesehatan bank syariah di Indonesia.

Namun dalam penelitian ini penulis hanya menganalisis kesehatan dari aspek

(21)

Oleh karena itu, dari permasalahan diatas dibutuhkan sebuah rancang

bangun yang bisa menghasilkan analisis kesehatan finansial terhadap laporan

keuangan bank syariah mandiri dengan metode Capital, Asset, Earning dan

Liquidity. Hasil penilaian ini akan diperlihatkan kepada para investor tentang

kesehatan bank syariah tersebut, sehingga dapat memberikan informasi pada

investor untuk pengambilan keputusan investasi atas dananya. Dari latar

belakang masalah tersebut, maka penulis mengambil judul “Rancang Bangun Analisis Kesehatan Finansial Bank Syari’ah Go Public Dengan Metode CAEL”.

1.2.Perumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang permasalahan diatas maka dirumuskanlah

permasalahan dalam Tugas Akhir ini, yaitu :

“Bagaimana membuat suatu Rancang Bangun yang mampu menghasilkan

Sistem Analisis Kesehatan Finansial untuk Bank Umum Syari’ah yang akan Go

(22)

1.3.Pembatasan Masalah

Dalam pembuatan Tugas Akhir ini ruang lingkup permasalahan hanya

akan dibatasi pada :

1. Studi kasus yang dipakai dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah Bank

Syariah Mandiri.

2. Data yang diolah adalah laporan keuangan Bank Umum Syariah yang telah

dipublikasikan berupa laporan neraca dan laba rugi. Laporan tersebut

terdapat pada situs resmi dari masing-masing Bank Umum Syariah.

3. Hasil penilaian kesehatan finansial pada bank umum syariah ini ditujukan

kepada pihak investor untuk memberikan informasi dan dibutuhkan dalam

pengambilan keputusan investasi.

4. Komponen rasio yang di pakai dalam perhitungan penilaian kesehatan ini

adalah rasio utama, tidak memakai rasio penunjang karena keterbatasaan

data yang dimiliki. Komponen rasio yang dipakai telah tercantum dalam

lampiran surat edaran dari Bank Indonesia.

1.4.Tujuan

Mengacu pada perumusan masalah maka tujuan yang hendak dicapai

dalam Tugas Akhir ini adalah untuk menghasilkan sebuah rancang bangun

sistem yang mampu menghasilkan analisis kesehatan finansial untuk bank umum

syariah yang akan go public studi kasus pada Bank Syariah Mandiri tahun 2006

– 2010 menggunakan Metode Capital (Permodalan), Asset Quality(Kualitas

Aktiva), Earning (Rentabilitas), dan Liquidity (Likuiditas) yang berguna untuk

(23)

1.5.Manfaat

Dengan adanya Rancang Bangun Sistem Analisis Kesehatan Finansial

Bank Umum Syari’ah yang akan Go Public Dengan Metode CAEL, maka beberapa manfaat yang diharapkan dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

Untuk memberikan informasi kepada investor agar mempunyai dasar yang

kuat dalam pengambilan keputusan investasi.

2. Manfaat Teoritis

Untuk menerapkan teori-teori keuangan, sehingga kedepannya dapat dikaji

lebih dalam lagi teori-teori keuangan yang lebih komprehensif.

1.6.Sistematika Tulisan

Untuk memudahkan di dalam memahami permasalahan dan

pembahasannya, maka penulisan Laporan Tugas Akhir ini dibuat dengan

sistematika sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini di bahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,

pembatasan masalah, tujuan dari sistem, yang akan di buat dan sistematika

penulisan.

BAB II Landasan Teori

Dalam bab ini di bahas tentang teori-teori yang berkaitan dalam penyelesaian

masalah serta teori yang mendukung dalam pembuatan sistem. Teori-teori

(24)

Tingkat Kesehatan Finansial Bank Syariah dan Interaksi Manusia dan

Komputer.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini dibahas mengenai metode-metode penelitian yang digunakan dalam

membangun sistem dan bagaimana perancangan sistem dibuat, dalam bentuk

sistem flow, data flow diagram, diagram berjenjang, entity relationship diagram,

struktur tabel, dan rancangan input dan output.

BAB IV Implementasi Dan Uji Coba Sistem

Dalam bab ini di bahas tentang kebutuhan hardware dan software, instalasi

program, penggunaan program, dan evaluasi dari implementasi program yang

telah di buat.

BAB V Penutup

Dalam bab ini berisi kesimpulan mengenai sistem baru dan saran yang diperoleh

(25)

Landasan Teori Tentang Permasalahan

Pada bab ini akan dijelaskan dasar-dasar teori yang berhubungan

dengan permasalahan yang dibahas dan juga menjelaskan metode yang

digunakan pada tugas akhir ini. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut

digunakan sebagai landasan pemikiran dalam tugas akhir ini, adapun teori-teori

yang digunakan adalah sebagai berikut:

2.1. Penelitian Terkait

Sebelumnya telah ada beberapa penelitian yang menggunakan teori

kesehatan finansial sebagai alat analisisnya. Teori kesehatan finansial memiliki

banyak variasi indeks untuk mengukur kinerja keuangan bank syariah salah

satunya adalah rasio keuangan.

Berikut ini beberapa penelitian tentang kinerja bank yang telah

dilakukan oleh beberapa orang peneliti, antara lain:

Yunanto Adi Kusumo melakukan penelitian tentang Analisis Kinerja

Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002 – 2007 (dengan Pendekatan

PBINo. 9/1/PBI/2007). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan

efisiensi kinerja dari manajer perusahaan yang diwujudkan dalam catatan

keuangan dan laporan keuangan. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini

adalah metode CAELS sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, yaitu

Capital(Permodalan), Asset Quality(Kualitas Aktiva), Earning(Rentabilitas),

(26)

Liquidity(Likuiditas) dan Sensitivity To Market Risk (Sensitivitas Terhadap

Resiko Pasar). Sampel penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa Untuk mendapatkan kinerja keuangan dengan

peringkat yang bagus, kelima rasio keuangan tersebut harus memiliki peringkat

yang bagus juga. Oleh karena itu, pihak manajemen Bank Syariah Mandiri harus

selalu memperbaiki dan meningkatkan kinerja keuangannya, terutama untuk

rasio KAP serta MR yang kinerjanya masih perlu ditingkatkan lagi.

Azis Budi Setiawan melakukan penelitian tentang Kesehatan Finansial

dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini

untuk mengetahui kesehatan finansial dan kinerja sosial Bank Umum Syariah.

Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini, Untuk menilai kesehatan finansial

meneliti tiga variabel penting dalam komponen kesehatan finansial yaitu: Kualitas

Aset (Asset Quality); Rentabilitas (Earning); dan likuiditas (Liquidity). Sedangkan

untuk menilai kinerja sosial berfokus mengevaluasi aspek Kontribusi Pembangunan

Ekonomi (KPE), Kontribusi Kepada Masyarakat (KKM), Kontribusi Untuk

Stakeholder (KUS), Peningkatan Kapasitas SDI dan Riset (PKSR) serta Distribusi

Pembangunan Ekonomi (DPE). Sampel dari penelitian ini adalah Bank Syariah

Mandiri dan Bank Muamalat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa untuk

mempertahankan atau meningkatkan kinerja bisnis, baik bagi BMI maupun

BSM, aspek penting yang dominan dan perlu diperhatikan adalah kualitas aktiva

produktif (KAP) dan pembiayaan non-performing (NPF). Secara umum, kedua

bank syariah tersebut perlu meningkatkan kinerja sosialnya. Kontribusi sosial

BMI dan BSM dalam pembangunan jangka panjang (KPP) danjuga peran untuk

(27)

diperhatikan. Hal ini penting mengingat kehadiran bank syariah diharapkanakan

mendorong realokasi dan redistribusi pembangunan ekonomi yang selama ini

terkonsentrasi kepada kelompok atau wilayah tertentu baik melalui sebaran aset,

investasi maupun aktivitasnya.

Sedangkan penelitian yang penulis lakukan adalah pembuatan sebuah

rancang bangun yang menghasilkan sebuah analisis kesehatan finansial pada

Bank Syariah yang ditujukan kepada investor untuk memberikan informasi yang

diperlukan dalam pengambilan keputusan investasi. Metode yang digunakan

merupakan standar peraturan penilaian kesehatan yang telah diterbitkan bank

indonesia dan telah banyak dipakai oleh penelitian-penelitian sebelumnya yaitu

Metode Capital (Permodalan), Asset Quality (Kualitas Aktiva), Earning

(Rentabilitas) dan Liquidity (Likuiditas). Dalam penelitian ini penulis

mengambil studi kasus Bank Syariah Mandiri. Data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu laporan keuangan yang telah dipublikasikan dalam website

resmi Bank Syariah Mandiri tahun 2006-2010.

2.2. Bank Syariah

Perbankan syariah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai

Islamic Banking atau juga disebut dengan Interest – Free Banking. Bank

Syariah pada awalnya dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok

ekonom dan praktisi perbankan muslim yang berupaya mengakomodasikan

desakan berbagai pihak yang menginginkan tersedianya jasa transaksi keuangan

yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip – prinsip syariah

(28)

Pengertian umum Bank Syariah adalah Bank yang dalam menjalankan

usahanya berdasarkan pada prinsip-prinsip hukum atau syariah islam dengan

mengacu kepada Al-Qur’an dan Alhadist (Siamat,2004 : 183). Sedangkan

Menurut Muhamad (2002;13), menjelaskan bahwa bank islam (syariah) adalah

Bank Islam ( Syari’ah) adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan pembiayaan dan jasa – jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran

serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat

Islam. cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan

Hadits.

2.2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional disajikan dalam

tabel berikut :

Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

1 Melakukan investasi - investasi yang halal saja Investasi yang halal dan haram

2 Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-beli atau sewa Memakai perangkat bunga

3 Profit dan Falah (Mencari kemakmuran didunia dan

kebahagiaan diakhirat) oriented Profit oriented

4 Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitor - kreditor

5 Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai

dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah Tidak terdapat dewan sejenis

BANK ISLAM BANK KONVENSIONAL

NO.

(29)

2.2.2. Prinsip Dasar Perbankan Syariah

Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya

berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan

prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut :

1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)

Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke

pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan

dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Antonio, 2009).

Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:

a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan

barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan

menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas

kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan

atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah

berupa produk safe deposit box.

b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad penitipan

barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik

barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung

jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua

manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang

titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk

(30)

2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil

usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana(Antonio, 2009).. Bentuk

produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:

A. Al-Mudharabah

Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana

pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal,

sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha

secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam

kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama

kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini

diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus

bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum

terbagi menjadi dua jenis:

a. Mudharabah Muthlaqah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang

cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu,

dan daerah bisnis.

b. Mudharabah Muqayyadah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana

mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara,

(31)

B. Al-Musyarakah

Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih

untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi

dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung

bersama sesuai dengan kesepakatan.

Dua jenis al-musyarakah:

a. Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya

yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.

b. Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau

lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.

3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,

dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau

mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama

bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga

sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin) (Antonio, 2009).

Implikasinya berupa:

a. Al-Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan

dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

b. Salam

Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman

(32)

pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat tertentu. Bank dapat bertindak

sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank

bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk

menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam

paralel.

c. Istishna’

Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga

bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran

dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang

pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis,

spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Bank dapat bertindak sebagai

pembeli atau penjual. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian

memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara

istishna maka hal ini disebut istishna paralel.

4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,

melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak

kepemilikan atas barang itu sendiri. (Antonio, 2009). Al-ijarah terbagi kepada

dua jenis:

a. Ijarah, sewa murni.

b. ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli,

dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa

(33)

5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan

bank(Antonio, 2009). Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:

a. Al-Wakalah

Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan

pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.

b. Al-Kafalah

Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk

memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

c. Al-Hawalah

Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang

wajib menanggungnya. Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya

diterapkan pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check, dimana bank

bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.

d. Ar-Rahn

Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas

pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai

ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan

untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara

sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau

gadai.

e. Al-Qardh

Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau

(34)

imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan

sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah.

2.2.3 Laporan Keuangan Perbankan Syariah A.Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu

entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah pengguna dalam pengambilan

keputusan ekonomi. Disamping itu, tujuan lainnya :

a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan

kegiatan usaha;

b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah; serta informasi

aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip

syariah;

c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas

syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,menginvestasikan pada

tingkat keuntungan yang layak; dan

d. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam

modal dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai

pemenuhan kewajiban(obligation) fungsi sosial entitas syariah, termasuk

(35)

B.Komponen laporan keuangan Bank Syariah

Laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen

berikut ini :

a. Neraca

b. Laporan Laba Rugi

c. Laporan arus kas

d. Laporan perubahan ekuitas

e. Laporan perubahan dana investasi terikat

f. Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil

g. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, Infaq dan Shadaqah

h. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan

i. Catatan atas laporan keuangan (PAPSI, 2003)

2.2.4. Sistem Operasional Bank Syariah

Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya

di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan

keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada

mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian

pembagian keuntungan sesuai kesepakatan(Antonio, 2009). Sistem operasional

tersebut meliputi:

A.Sistem Penghimpunan Dana

Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional

didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang

(36)

investasi. Teori tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan

dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito.

Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan

pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi

nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri

atas:

a. Modal

Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Dana modal

dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan, dan

sebagainya yang secara tidak langsung menghasilkan (fixed asset/non earning

asset). Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif,

yaitu disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal,

hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana

lainnya.

b. Titipan (Wadi’ah)

Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana

adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai dengan prinsip

ini ialah al-wadi’ah.

Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung

jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk

mengambil setiap saat, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Investasi (Mudharabah)

Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang

(37)

pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana sebagai

deposan di bank syariah berperan sebagai investor murni yang menanggung

aspek sharing risk dan return dari bank. Deposan, dengan demikian bukanlah

lender atau kreditor bagi bank seperti halnya pada bank konvensional.

B.Sistem Penyaluran Dana (Financing)

Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan

tiga model, yaitu:

a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan

dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk

pembiayaan pembiayaan murabahah, salam dan istishna’.

b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan

dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan

manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli,

namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli

obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.

c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan

guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.

Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah dioperasionalkan

dengan pola-pola musyarakah dan mudharabah.

d. Jasa Layanan Perbankan, yang dioperasionalkan dengan pola hiwalah, rahn,

(38)

2.3 Investor

Seorang investor adalah seseorang yang membeli sesuatu dengan

harapan bahwa sesuatu yang ia beli kelak di kemudian hari akan mengalami

kenaikan nilai, sehingga terdapat selisih lebih yang merupakan bentuk

keuntungan yang bakal ia raih.

Periode waktu di dalam masa investasi ini dapat dalam rentang waktu

minggu, bulan, atau bahkan beberapa tahun. Beberapa investor memilih

sekuritas (segala perangkat investasi yang bisa diperdagangkan) untuk rentang

waktu yang cukup lama dari mereka percaya bahwa beberapa tahun ke depan

apa yang mereka beli atau apa yang mereka miliki akan mengalami kenaikan

nilai.

Investor dapat melakukan investasi baik dalam sektor riil maupun

sektor keuangan. Apa yang dimaksud sektor riil adalah sektor yang pendiriannya

bersifat nyata dalam bentuk fisik seperti bidang manufaktur,properti,

perbankan,perkebunan,pertambangan dll. Investasi dalam sektor keuangan

adalah investasi dalam bentuk instrumen keuangan seperti saham,obligasi dan

surat berharga pasar uang yang diterbitkan oleh perusahaan maupun

negara(Samsul : 2006).

Biasanya seorang investor akan melakukan riset yang cukup mendalam

sebelum ia memutuskan untuk melakukan investasi. Jika dia ingin melakukan

investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, besar kemungkinan dia akan

mempelajari laporan keuangan perusahaan tersebut, track record atau portofolio

(39)

2.4 Penilaian Kesehatan Finansial Bank Syariah

Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi. Ini

bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi Sehat, Cukup

Sehat, Kurang Sehat atau Tidak Sehat. Bagi Bank yang sehat agar tetap

mempertahankan kesehatannya, sedangkan bank yang sakit untuk segera

mengobati penyakitnya(Kashmir,2011 : 41).

Penilaian kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan

keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank

Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tanggal 24 Januari

2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan

Prinsip Syariah yang meliputi faktor-faktor sebagai berikut :

2.4.1 Capital ( Penilaian Permodalan)

Merupakan metode penilaian yang digunakan untuk mengukur

kewajiban penyediaan modal minimum bank maupun dalam memenuhi

kewajiban jangka panjang atau kemampuan bank untuk memenuhi

kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi. Dalam perhitungannya, metode penilaian ini

memakai Rasio KPMM(Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) yang

digunakan untuk mengukur kecukupan modal bank dalam menyerap kerugian

dan pemenuhan ketentuan kewajiban penyediaan modal minimum yang sesuai

dengan peraturan bank indonesia. Berikut adalah rumus yang dipakai dalam

(40)

Dimana:

M tier1 : Modal inti

M tier2 : Modal pelengkap

M tier3 : Modal pelengkap tambahan

Penyertaan : Penanaman dana Bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang

bergerak di bidang keuangan syariah atau jenis transaksi tertentu berdasarkan

prinsip syariah yang berakibat Bank memiliki atau akan memiliki saham pada

perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah.

ATMR : Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

Kriteria penilaian peringkat:

Peringkat 1 = KPMM ≥ 12%

Peringkat 2 = 9% ≤ KPMM < 12%

Peringkat 3 = 8% ≤ KPMM < 9%

Peringkat 4 = 6% < KPMM < 8%

Peringkat 5 = KPMM ≤ 6%

Kriteria penetapan peringkat faktor permodalan beserta analisis:

Peringkat 1, Mencerminkan tingkat modal secara signifikan berada lebih tinggi

dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini

untuk 12 (dua belas) bulan mendatang.

Peringkat 2, mencerminkan tingkat modal berada lebih tinggi dari ketentuan

KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini serta membaik

(41)

Peringkat 3, mencerminkan tingkat modal berada sedikit diatas atau sesuai

dengan ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada pada

tingkat ini selama 12 (dua belas) bulan mendatang.

Peringkat 4, mencerminkan tingkat modal sedikit dibawah ketentuan KPMM

yang berlaku dan diperkirakan mengalami perbaikan dalam 6 (enam) bulan

mendatang.

Peringkat 5, mencerminkan tingkat modal berada lebih rendah dari ketentuan

KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini atau menurun

dalam 6 (enam) bulan mendatang.

Sumber: Lampiran Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.

2.4.2 Assets Quality (Penilaian Kualitas Aktiva)

Merupakan metode penilaian yang digunakan untuk menilai jenis-jenis

aset yang dimiliki oleh bank, agar sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia dengan membandingkan antara aktiva yang diklasifikasikan

terhadap total aktiva produktif sehingga dapat diketahui tingkat kemungkinan

diterimanya kembali dana yang telah ditanamkan pada suatu investasi atau

pembiayaaan. Dalam perhitungannya metode ini memakai rasio KAP(Kualitas

Aktiva Produktif) yang digunakan untuk mengukur kualitas aktiva produktif

bank. Berikut adalah rumus yang dipakai dalam metode ini :

Dimana:

(42)

- 25% dari aktiva produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus.

- 50% dari aktiva produktif yang digolongkan Kurang Lancar.

- 75% dari aktiva produktif yang digolongkan Diragukan.

- 100% dari aktiva produktif yang digolongkan Macet.

2. Aktiva Produktif : Penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun

dalam bentuk pembiayaan, piutang, ijarah,qardh, surat berharga syariah,

penempatan, penyertaan,komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening

administratif serta Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.

Kriteria penilaian peringkat:

Peringkat 1 = KAP > 0,99

Peringkat 2 = 0,96 < KAP ≤ 0,99

Peringkat 3 = 0,93 < KAP ≤ 0,96

Peringkat 4 = 0,90 < KAP ≤ 0,93

Peringkat 5 = KAP ≤ 0,90

Kriteria penetapan peringkat faktor kualitas aset produktif beserta analisis:

Peringkat 1, Mencerminkan kualitas aset sangat baik dengan risiko portofolio

yang sangat minimal. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan

pengelolaan resiko dari pembiayaan telah dilaksanakan dengan sangat baik dan

sesuai dengan skala usaha bank, serta sangat mendukung kegiatan operasional

yang aman dan sehat dan didokumentasikan dan diadministrasi kan dengan

sangat baik.

Peringkat 2, Mencerminkan kualitas aset baik namun terdapat kelemahan yang

tidak signifikan. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan

(43)

dengan skala usaha bank, serta mendukung kegiatan operasional yang aman dan

sehat dan didokumentasikan dan diadministrasikan dengan baik.

Peringkat 3, Mencerminkan kualitas aset cukup baik namun diperkirakan akan

mengalami penurunan apabila tidak dilakukan perbaikan. Kebijakan dan

prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan resiko dari pembiayaan telah

dilaksanakan dengan cukup baik dan sesuai dengan skala usaha.

bank, namun masih terdapat kelemahan yang tidak signifikan dan atau

didokumentasikan dan diadministrasikan dengan cukup baik.

Peringkat 4, Mencerminkan kualitas aset kurang baik dan diperkirakan akan

mengancam kelangsungan hidup bank apabila tidak dilakukan perbaikan secara

mendasar. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan

resiko dari pembiayaan dilaksanakan dengan kurang baik dan atau belum sesuai

dengan skala usaha bank, serta terdapat kelemahan yang signifikan apabila tidak

segera dilakukan tindakan korektif dapat membahayakan kelangsungan usaha

bank dan atau didokumentasikan dan diadministrasikan dengan tidak baik.

Peringkat 5, Mencerminkan kualitas aset tidak baik dan diperkirakan

kelangsungan hidup bank sulit untuk dapat diselamatkan. Kebijakan dan

prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan resiko dari pembiayaan

dilaksanakan dengan tidak baik dan atau tidak sesuai dengan skala usaha bank,

serta terdapat kelemahan yang sangat signifikan dan kelangsungan usaha bank

sulit untuk dapat diselamatkan dan atau didokumentasikan dan diadministrasikan

dengan tidak baik.

Sumber: Lampiran Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

(44)

2.4.3 Earning (Penilaian Rentabilitas)

Merupakan metode penilaian yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam meningkatkan labanya melalui semua kemampuan dan

sumber yang sehingga diketahui tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang

dicapai oleh bank tersebut. Dalam metode ini, rasio yang digunakan adalah

NOM(Net Operating Margin) yang menggambarkan pendapatan operasional

bersih sehingga diketahui kemampuan rata-rata aktiva produktif dalam

menghasilkan laba. Berikut adalah rumus yang dipakai dalam metode ini :

Dimana:

- PO: Pendapatan Operasional

- DBH: Distribusi Bagi Hasil

- BO: Biaya Operasional

- Rata-rata Aktiva Produktif: merupakan rata-rata aktiva produktif 12 bulan

terakhir.

Kriteria penilaian peringkat:

Peringkat 1 = NOM > 3%

Peringkat 2 = 2% < NOM ≤ 3%

Peringkat 3 = 1,5% < NOM ≤ 2%

Peringkat 4 = 1% < NOM ≤ 1,5%

(45)

Kriteria penetapan peringkat faktor rentabilitas beserta analisis:

Peringkat 1, Mencerminkan kemampuan rentabilitas sangat tinggi untuk

mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip

akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan

(profit distribution) telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Peringkat 2, Mencerminkan kemampuan rentabilitas tinggi untuk mengantisipasi

potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi,

pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit

distribution) telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Peringkat 3, Mencerminkan kemampuan rentabilitas cukup tinggi untuk

mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip

akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan

(profit distribution) belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Peringkat 4, Mencerminkan kemampuan rentabilitas rendah untuk

mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip

akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan

(profit distribution) belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Peringkat 5, Mencerminkan kemampuan rentabilitas sangat rendah untuk

mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip

akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan

(profit distribution) tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Sumber: Lampiran Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

(46)

2.4.4 Liquidity (Penilaian Likuiditas)

Merupakan metode penilaian yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam memelihara dan memenuhi kebutuhan likuiditas yang

memadai dan kecukupan manajemen resiko likuiditas. Dalam metode ini, rasio

yang digunakan adalah STM(Short Term Mismatch) yang digunakan untuk

menghitung besarnya aset jangka pendek dibandingkan dengan kewajiban

jangka pendek sehingga diketahui kemampuan bank dalam memenuhi

kebutuhan likuditas jangka pendek. Berikut adalah rumus yang dipakai dalam

metode ini :

Dimana:

- Aktiva Jangka Pendek: aktiva likuid kurang dari 3 bulan selain kas, SWBI dan

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

- Kewajiban Jangka Pendek: kewajiban likuid kurang dari 3 bulan

Kriteria penilaian peringkat:

Peringkat 1 = STM > 25%

Peringkat 2 = 20% < STM ≤ 25%

Peringkat 3 = 15% < STM ≤ 20%

Peringkat 4 = 10% < STM ≤ 15%

Peringkat 5 = STM ≤ 10%

Kriteria penetapan peringkat faktor likuiditas beserta analisis:

Peringkat 1, Mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi

(47)

Peringkat 2, Mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi

kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas kuat.

Peringkat 3, Mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi

kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas memadai.

Peringkat 4, Mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi

kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas lemah.

Peringkat 5, Mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi

kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas sangat lemah.

Sumber: Lampiran Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.

2.4.5 Nilai Kredit dan Nilai Bobot Dalam Penilaian Kesehatan Finansial

Untuk menghitung nilai kumulatif tingkat kesehatan bank umum

syariah perlu dibuat pembobotan untuk masing-masing faktor keuangan.

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia (2007) pembobotan tersebut adalah

(48)

Tabel 2.2 Tabel Bobot penilaian faktor keuangan

Keterangan Bobot

Peringkat Faktor Permodalan 25%

Peringkat Faktor Kualitas Aktiva Produktif 50%

Peringkat Faktor Rentabilitas 10%

Peringkat Faktor Likuiditas 10%

Peringkat Faktor Sensitivitas Terhadap Resiko Pasar 5%

Sumber: Lampiran Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihal Sistem Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.

Berikutnya karena terbatasnya data yang didapat oleh penulis selama

proses pengerjaan tugas akhir ini sebagai penunjang proses penilaian kesehatan,

makan penulis hanya menggunakan 4 metode, yaitu : Permodalan(Capital),

Kualitas Aktiva(Asset Quality), Rentabilitas(Earning), Likuiditas(Liquidity).

Oleh karena itu diperlukan penyesuaian kembali pada standar pembobotan Bank

Indonesia.

Tabel 2.3 Penyesuaian Bobot penilaian faktor keuangan

Keterangan Bobot

Peringkat Faktor Permodalan 25%

Peringkat Faktor Kualitas Aktiva Produktif 50%

Peringkat Faktor Rentabilitas 10%

Peringkat Faktor Likuiditas 15%

Sumber: Penyesuaian dengan mengacu pada Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihal Sistem

(49)

Selanjutnya berkaitan dengan rumus penentuan nilai kredit yang

diperlukan dalam menghasilkan nilai kesehatan finansial adalah sebagai berikut:

2.4.5.1Nilai kredit Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum

Nilai Kredit = 1 + {

Nilai Rasio

} x 1 0.1%

Penilaian :

Untuk melakukan penilaian dilakukan dengan cara sebagai berikut :  Jika Rasio Modal 0% atau Negatif dinilai 1

 Untuk setiap kenaikan rasio 0,1% dari 0%, nilai kredit ditambah 1 dengan

maksimum nilai 100.

2.4.5.2Nilai Kredit Rasio Kualitas Aktiva Produktif

Nilai Kredit = 1 + {

15.5% – Nilai Rasio } 0.15

Penilaian :

Untuk melakukan penilaian dilakukan dengan cara sebagai berikut :  Jika Rasio Modal 15,5% atau lebih dinilai 0

 Untuk setiap penurunan rasio 0,15% dari 15,5%, nilai kredit ditambah 1

dengan maksimum nilai 100.

2.4.5.3Nilai Kredit Rasio Net Operating Margin

Nilai Kredit =

Nilai Rasio

x 1 0.015

Penilaian :

(50)

 Untuk setiap kenaikan rasio 0,015% dari 0%, nilai kredit ditambah 1

dengan maksimum nilai 100.

2.4.5.4Nilai Kredit Rasio Short Term Mismatch

Nilai Kredit =

100% – Nilai Rasio x 1 1%

Penilaian :

Untuk melakukan penilaian dilakukan dengan cara sebagai berikut :  Jika Rasionya 100% atau lebih dinilai 0

 Untuk setiap penurunan 1% dari 100%, nilai kredit ditambah 1 dengan

maksimum nilai 100.

Sumber : Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Mengacu Ketentuan BI, Riyadi (2006 : 177 – 182)

Sedangkan predikat kesehatan finansial berdasarkan nilai bobot adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.4 Predikat Kesehatan Finansial Bank

Keterangan Tabel Predikat Kesehatan Finansial Bank :

- Nilai bobot yang terdapat didalam tabel tersebut dihasilkan dari penjumlahan

(51)

- Untuk mendapatkan nilai bobot komponen rasio, nilai kredit dari

per-komponen dikalikan dengan bobot(%) yang sudah ditentukan per-per-komponen.

Setelah itu akan menghasilkan nilai bobot.

2.5. Interakasi Manusia dan Komputer

Menurut Rizky (2007), Interaksi Manusia dan Komputer (IMK)

dideskripsikan sebagai sebuah disiplin ilmu yang mempelajari desain, evaluasi,

implementasi dan sistem komputer interaktif untuk dipakai oleh manusia,

beserta studi tentang faktor- faktor utama dalam lingkungan interaksinya.

Menurut Rizky (2007:6), komponen-komponen penting dalam IMK

yaitu interaksi, manusia, dan komputer. Interaksi adalah komunikasi yang terjadi

antara manusia dan komputer. Jenis-jenis komunikasi tersebut antara lain

command entry, menus and navigation, forms and spreadsheets, question and

answer dialogue, natural language dialogue, windows icon menu pointer, dan

direct manipulation. Komponen selanjutnya yaitu manusia yang dalam hal ini

adalah pengguna yaneg dapat berupa seorang atau sekelompok pengguna yang

bekerja dalam sebuah tim atau organisasi dan saling berkaitan dalam

mengerjakan tugas tertentu. Manusia dalam konteks IMK yang juga harus

diperhatikan adalah komputer. Komputer diartikan sebagai perangkat keras

ataupun perangkat lunak dari berbagai macam jenis yang nantinya berinteraksi

dengan unsur manusia.

Galitz (2002) dalam Rizky (2007:26) menjelaskan bahwa sebelum

memulai sebuah proses desain interface, terdapat beberapa tip desain yang harus

(52)

1. Memenuhi kaidah estetika.

Sebuah desain dapat disebut baik secara estetika jika (1) di dalamnya

terdapat perbedaan yang jelas dan kontras antar elemen dalam sebuah

tampilan. Misalnya tampilan tombol yang berbeda warna dengan tampilan

textbox, (2) terdiri dari beberapa kelompok yang jelas antara inpitan dan

tombol proses, (3) antar elemen dan kelompok tampilan dipisah dengan

alignment yang rapi, (4) sederhana dan tidak terlalu banyak aksesoris yang

terkesan sia-sia.

2. Dapat dimengerti.

Sebuah desain harus dapat dimengerti dengan cepat dari segi tampilan

secara visual, fungsi yang akan ditonjolkan, penggunaan kata-kata yang

singkat dan jelas baik dalam tampilan maupun dalam perintah. Penggunaan

metafora atau pemisalan yang berlebihan dalam sebuah fungsi harus

dihindari.

3. Kompatibilitas.

Sebuah desain interface harus dapat memenuhi kompatibilitas dari berbagai

segi antara lain (1) kompatibilitas pengguna yaitu dapat digunakan oleh

pengguna dari kalangan yang lebih luas, baik berdasarkan strata pendidikan

maupun berdasarkan usia, (2) kompatibilitas penggunaan yaitu dapat

memenuhi fungsi dan tujuan yang ingin dicapai dari perancangan sebuah

perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan, (3) kompatibilitas

produk yaitu agar perangkat lunak dapat berjalan dengan baik di berbagai

perangkat keras yang ada dan sistem operasi yang menjadi target aplikasi.

(53)

Sebuah sistem yang baik akan membimbing penggunanya agar dapat dan

lebih mudah memahami apa yang harus diperhatikan, bagaimana cara

melakukan sesuatu, kapan dan di mana melakukan sesuatu, dan mengapa

harus melakukan sesuatu.

5. Konfigurabilitas.

Sebuah sistem harus dapat dikonfiguarasi ulang jika penggunanya

menginginkan sesuatu berdasarkan fungsi tertentu.

6. Konsistensi.

Memiliki konsistensi dalam penempatan dan pemilihan gaya komponen

visual misalnya tombol atau icon yang seragam.

7. Kontrol pengguna.

Pengguna dapat melakukan kontrol jika suatu saat terjadi kesalahan dalam

proses serta pemilihan fungsi tambahan dari sebuah sistem. Hindari desain

yang nantinya akan membatasi pengguna dalam memilih tampilan tertentu.

8. Efisein.

Desain dibuat seefisien mungkin, terutama dalam penempatan komponen,

misalnya penenmpatan tombol dalam sebuah panel yang dapat menarik

perhatian pengguna.

9. Mudah dikenali.

Gunakan antar muka yang sudah dikenal oleh penggunanya, misalnya

penempatan icon cut, copy, paste secara standar dalam toolbar.

10. Toleransi.

Tidak ada sebuah sistem yang sempurna, karenanya terdapat beberapa

(54)

pesan yang dapat membimbing pengguna untuk keluar dari kesalahan yang

terjadi.

11. Sederhana.

Lima cara untuk membuat desain sederhana dan tetap sesuai dengan

keinginan pengguna, yaitu (1) sembunyikan komponen visual jika tidak

diperlukan, (2) sediakan pilihan standar, (3) minimalkan penggunaan

berbagai macam alignment, (4) usahakan agar fungsi yang sering digunakan

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh model sistem yang diharapkan maka perlu dibuat suatu

metode penelitian dalam membuat Rancang Bangun Sistem Analisis Kesehatan

Finansial pada Bank Umum Syariah. Metode penelitian ini merupakan

langkah-langkah yang dilalui untuk menyelesaikan tujuan dari tugas akhir ini.

3.1. Model Pengembangan

Sistem yang akan dibuat berdasarkan pada Agar lebih memahami konsep yang

dimaksud dalam pembuatan aplikasi yang dibuat, berikut Gambar 3.1 Mengenai blok

diagram Analisis kesehatan finansial :

Gambar 3.1 Blok Diagram Model Rancang Bangun Analisis Kesehatan Finansial

Perhitungan Rasio dan Analisis dengan Metode :

1. Capital (Permodalan)

2. Asset Quality (Kualitas Aktiva Produktif) 3. Earning (Rentabilitas)

4. Likuiditas (Liquidity) Data Laporan Keuangan

Bank Umum Syariah

Data Kriteria Penilaian Metode CAEL

Laporan perhitungan dan analisis metode

CAEL

Laporan Perhitungan dan Analisis Kesehatan

Finansial

Melakukan Perhitungan dan Analisis Kesehatan Finansial

Laporan Grafik Kesehatan Finansial Chart Of Account

(56)

3.1.1 Input

Adapun inputan yang digunakan berupa variabel-variabel yang dibutuhkan

dalam proses analisis penilaian tingkat kesehatan yaitu :

1. Chart Of Account

Chart Of Account adalah kode atau daftar perkiraan. Perkiraan yang akan

digunakan yaitu perkiraan untuk perbankan syariah yang telah tertulis dalam

Pernyataan Standar Akuntasi keuangan No.59.

2. Data Laporan Keuangan Bank Umum Syariah.

Data laporan keuangan yang digunakan dalam inputan diambil dari laporan

keuangan tahunan yang telah dipublikasikan di situs resmi masing-masing bank umum

syariah. Laporan keuangan tahunan yang digunakan adalah laporan keuangan yang

telah diaudit, mencakup Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi.

3. Data Kriteria Penilaian.

Data kriteria penilaian yang dipakai adalah Peraturan Bank Indonesia untuk

menilai kesehatan Bank Umum Syariah. Didalam peraturan tersebut terdapat

komponen penilaian yang mencakup: Permodalan(Capital), Kualitas Aset(Asset

Quality), Rentabilitas(Earning) dan Likuiditas(Liquidity).

3.1.2 Proses Analisis Kesehatan Finansial

Sebelum menentukan sehat atau tidak suatu Bank Umum Syariah, diperlukan

sebuah perhitungan dengan rasio terlebih dahulu. Data yang diperlukan berupa kriteria

penilaian, laporan keuangan dan perkiraan. Data-data tersebut akan diproses oleh

sistem yang menggunakan perhitungan rasio CAEL (Capital, Asset Quality, Earning,

dan Liquidity). Langkah-langkah perhitungannya dituangkan berupa alur yang

(57)

Mulai

Melakukan perhitungan Rasio dengan Satu periode Laporan keuangan dengan Metode CAEL

Menghitung nilai rasio dengan rumus nilai kredit

Melakukan perhitungan kesehatan finansial dengan mengalikan nilai

kredit dengan bobot rasio

Selesai Cetak Laporan Hasil Perhitungan dan Analisis Rasio

dengan Metode CAEL

Mencetak Laporan Perhitungan dan Analisis

Rasio Ya

Laporan Hasil Perhitungan dan Analisis

per-Rasio CAEL Tidak

Cetak Laporan Analisis kesehatan finansial dan

laporan grafik

Tidak Laporan Grafil Kesehatan Finansial Input Perkiraan, Laporan

Keuangan dan Kriteria Penilaian.

Hasil Perhitungan Berupa Nilai Rasio (%) dan Peringkat

Hasil Perhitungan Berupa Nilai kredit Melakukan Analisis dari hasil

perhitungan rasio

Hasil Analisis Perhitungan Rasio

Hasil Perhitungan Kesehatan Finansial

Melakukan klasifikasi nilai kesehatan finansial sesuai dengan predikat dan

analisis

Hasil klasifikasi nilai kesehatan finansial dan analisis

Gambar

Gambar 3.4 Cara Perhitungan dan Analisis Kesehatan Finansial dengan Metode CAEL
Grafik Rasio
Gambar 3.6  Context Diagram
Gambar 3.8  DFD Level 0 Rancang Bangun Analisis Kesehatan Finansial
+7

Referensi

Dokumen terkait

9 Oleh karna itu dalam setiap kegiatan apalagi dalam sebuah penelitian ilmiah harus di haruskan untuk menarik kesimpulan dari seluruh data yang telah di kumpulkan

Perkembangan Pesantren Al-Khairiyah Perkembangan Pesantren Al- Khairiyah Citangkil sejak berdirinya pada tahun 1916 sampai dengan tahun 1925 sistem belajarnya belum

Ilustrasi dari adanya informasi yang tidak benar dikalangan remaja terdiri dari pengetahuan tentang fungsi hubungan seksual (mitos yang berkembang adalah hubungan

Kariadi Semarang dengan uji validitas dalam rentang 0,652 – 0,821 artinya kuesioner keyakinan tersebut valid karena nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,632).. 4)

Secara keseluruhan, perubahan output yang terjadi pada SiAMEL melalui penelitian ini adalah bahwa data yang terdapat pada aplikasi SiAMEL dapat diakses oleh mahasiswa

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru matematika pada saat dilaksanakan pengabdian pada masyarakat tahun 2014, diperoleh informasi bahwa guru umumnya hanya menggunakan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti menermukan tiga tema induk yang menjadi fokus dari pengalaman terinfeksi HIV para subjek dan satu tema khusus

Pada tabel 3 tampak bahwa jumlah konidia yang menempel pada imago hama terinfeksi dengan jumlah terbanyak , diperoleh dari perlakuan, WB + Alkilarilpoliglikol 400 g/l dan