• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL DAN FORMULASI PENCEGAHAN, PEMERIKSAAN DAN PENANGANAN KERUSAKAN BANGUNAN BETON BERTULANG DAN BAJA AKIBAT KOROSI AIR LAUT DAN BIOTA LAUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL DAN FORMULASI PENCEGAHAN, PEMERIKSAAN DAN PENANGANAN KERUSAKAN BANGUNAN BETON BERTULANG DAN BAJA AKIBAT KOROSI AIR LAUT DAN BIOTA LAUT"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Garis pantai tersebut merupakan terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, (Dahuri et al., 1995; Dahuri, 1998). Sejumlah besar (lebih dari 10.000 buah) dari pulau-pulau tersebut merupakan pulau-pulau berukuran kecil yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.

Untuk memperlancar roda perekonomian, maka antara satu pulau dengan pulau lainnya, banyak dibangun prasarana transportasi berupa jembatan beton atau jembatan komposit antara bahan beton dan baja, serta banyak pula dibangun pelabuhan laut maupun dermaga yang saat ini banyak mengalami kerusakan, sehingga memerlukan suatu perbaikan dan perawatan yang rutin.

Sampai saat ini beton dan baja digunakan di hampir semua tempat selain kayu seperti di atas tanah (gedung dan jembatan), di bawah tanah (pondasi dan terowongan), di dasar laut (pipa minyak, anjungan lepas pantai), di pantai (dermaga dan pemecah gelombang).

(2)

2

Budiono, et al. (2000) telah mempelajari pengaruh korosi pada tulangan pada kekuatan balok beton bertulang. Hasil penelitian menunjukkan proses korosi dipercepat dengan merendam balok uji yang telah berusia minimal 28 hari ke dalam bak rendam yang telah berisi larutan 3,5 % NaCl. Penurunan kekuatan mencapai 54,28 % pada balok dengan menggunakan mutu beton 30 MPa. Beton yang terendam pada larutan klorida 1,5 % menyebabkan penurunan kekuatan sebesar 6,00%.

Selain pengaruh fisik kandungan air pantai dan laut, biota laut juga berpotensi menyebabkan korosi pada beton bertulang. Penelitian De (1999) di pantai Nhatrang yang berhubungan dengan proses korosi karbon di air laut menunjukkan bahwa adanya organisme yang tumbuh dengan cepat pada permukaan sampel yang menunjukkan adanya perubahan bentuk korosi karbon baja. Biota laut (bakteri pereduksi sulfat) berpotensi menyebabkan kerusakan pada konstruksi dan mengganggu proses produksi karena menggerogoti filter dan menyebabkan karat.

Gambar 1. Biota laut menyerang konstruksi pondasi tiang pancang jembatan (mengakibatkan kerusakan pada struktur beton bertulang)

(3)

3

Di dermaga daerah Jepara (sumber : Kunjungan lapangan pada dermaga Jepara 2005) dan jembatan Suramadu antara pulau Madura dan pulau Jawa (Kota Surabaya 2005, seperti Gambar 1) banyak biota laut yang hidup melekat dan tumbuh pada dinding struktur beton bertulang dan baja (pada pondasi tiang pancang jembatan Suramadu).

Jika biota laut tersebut hidup subur di dalam sistem air laut, terutama di dermaga, jembatan dan pemecah ombak, maka akan merusak bangunan-bangunan di tepi pantai. Untuk pencegahannya perlu dipikirkan cara menciptakan suasana yang tidak nyaman bagi bibit-bibit makhluk tersebut untuk melekat dan tumbuh pada dinding struktur beton bertulang pada bangunan-bangunan di air laut (Widharto, 2001).

B. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme proses terjadinya kerusakan bangunan beton bertulang dan baja oleh air laut dan biota laut ?

2. Jenis bahan apakah yang dapat dipakai untuk pencegahan terjadinya kerusakan bangunan beton bertulang dan baja?

3. Bagaimana menangani kerusakan bangunan beton bertulang dan baja akibat korosi air laut dan biota laut?

(4)

4

C. Keaslian Penelitian

Penelitian semacam pernah dilakukan oleh Budiono et all (2000) tentang pengaruh korosi terhadap tulangan baja pada kekuatan balok beton bertulang. Hasil penelitiannya menunjukan proses korosi dipercepat dengan merendam balok uji yang berumur 28 hari kedalam bak rendam berisi larutan NaCl 3,5%. Penurunan kekuatan mencapai 54,28% pada balok beton bertulang dengan mutu beton fc‘ = 30 MPa.

Penelitian yang akan dilakukan ini tinjauan analisis pada beton tidak hanya kekuatan beton, tetapi kuat tarik, kuat tekan dan modulus elastisitas. Penelitian ini juga dilaksanakan pada pipa baja dan potongan-potongan beton prestressed dari tiang pancang Ø 30 cm dengan h = 150 cm. Penelitian ini juga berfokus pada pengaruh biota laut terhadap bangunan beton bertulang dan baja.

D. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih detail dan terfokus, perlu adanya batasan masalah sebagai berikut :

1. Benda uji berupa silinder beton Ø 15 cm, h = 30 cm.

2. Benda uji beton bertulang tanpa coating berupa balok ukuran 10 cm x 15 cm x 100 cm.

3. Benda uji beton bertulang dengan coating berupa balok ukuran 10 cm x 15 cm x 100 cm.

4. Benda uji baja untuk pengujian tarik baja lebar 3 cm, panjang 30 cm, tebal 5 mm.

(5)

5

6. Penelitian di laut, dilaksanakan di lingkungan dermaga Jepara. 7. Pengaruh gerakan ombak tidak diperhitungkan.

8. Laboratorium yang digunakan : Lab. Bahan Bangunan FT UMS, dan Lab. Kelautan UNDIP di Jepara.

(6)

57

DAFTAR PUSTAKA

___________, 2005. Barnacles Reproduction and Life Cycles. http://www.mesa.edu. Akses ; 1 Februari 2005.

...,2006, Site dedicate to corrosion of all form, http://www.corrosion-doctors.org/. Akses; 27 Desember 2006.

Budiono, B.; Sugiri, S.; Munaf , D.R. dan Henry, H., 2000. Pengaruh Baja Korosi Baja Tulangan Pada Kekuatan Balok Beton Bertulang. Jurnal Teknik Sipil Vol 7 No. 1 Januari. pp: 21-28

ColeI.S., Ganther W.D., Furman S.A., 1999. Factors Affecting Atmospheric Corrosion in Tropical Australia. Proceedings of the 11th Asian – Pacific Corrosion Control Conference Volume 2. 1 – 5 November 1999. Ho Chi Minh City, Vietnam. pp: 590 -597.

Dahuri, R., 1998. Pendekatan Ekonomi-Ekologis Pembangunan Pulau-Pulau Kecil Berkelanjutan. Dalam Edyanto, CB.H., Ridlo, R., Naryanto, H.S. dan Setiadi, B. (Eds.). Prosiding Seminar dan Lokakarya Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia. Kerjasama Depdagri, Dir. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Kawasan, TPSA, BPPT dan Coastal Resources Management Project, USAID. hal. B32 – B42

Dahuri, R., Rais, J.M., Ginting S.P. dan Sitepu, M.J., 1995. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Daily, Steven F. dan Kendal, K. 1998. Cathodic Protection for New Reinforced Concete Structures in Aggressive Environment. Material Performance, Vol. 38, No. 1., January, An official NACE International Publication, USA, pp 19-26

De, V., 1999. Corrosion of Carbon Steel in Natural Seawater in Nhatrang Bay. Proceedings of the 11th Asian – Pacific Corrosion Control Conference Volume 2. 1 – 5 November 1999. Ho Chi Minh City, Vietnam. pp: 961 - 965.

Faber, John, Mead, dan Frank, 1965. Reinforcement Concrete. ELBS ed., The English Language Book Society and E &F.N. Spon LTD., pp: 1-6

(7)

58

Engineering, Vol. 55, No 9, September, NACE International – The Corrosion Society. pp: 883-891

Fontana, Mars G., 1986. Corrosion Ebgineering. 3rd Ed. McGraw Hill Book Company. pp: 372-373, 499-502.

Hausmann, D.A., 1998. A Probability Model of Steel Corrosion in Concrete. Material Performance, Vol 37, No. 10, October. An Official NACE International Publication, USA. pp: 64-68

Hidayat, A. R., 2004. Prinsip Dasar Terjadinya Korosi. Jakarta: Peneliti Puslit KIM –LIPI. pp: 1

http://www.instrumentasi.org/modules.php?name=News&file=article&sid

Irawati N., Subarkah A., Sujoko S.U, dan Asvaliantina V., 2000. Simulasi Numerik Kawasan Pantai Dengan Adanya Struktur Bangunan Pantai. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, V2. n7, Oktober 2000, pp: 53-56

Kajiama, F dan Okamura, 1999, Evaluating Cathodic Protection Reliabilty on Steell Pipe in Microbially Active Soils. Japan : Tokyo Gas Co. Ltd. Pp. 74-79. Kennet, R.T.; dan Chamberlain, J., 1991. Korosi: untuk Mahasiswa Sains dan

Rekayasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Levenspiel, O. 1999. Chemical Reaction Engineering, John Wiley and Son, New York.

Metha, P. Kumar, 1991. Concrete in Marine Environment. Elsevier Applied Science, London and New York, pp: 77-85

Priatmono, 2000. Kajian Kekuatan Tekan Dan Tarik Bahan Beton. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, V2. N6, September 2000, hal. 48-60

Romimohtarto, K. dan Juwana, S., 1999. Biologi Laut: Ilmu pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi - LIPI Suhendro, B. 2001. Metode Pelaksanaan Proyek Gedung Bertingkat (High Rise

Building), Procedings Kursus Singkat “Perancangan Campuran, Evaluasi dan Rehabilitasi Struktur Beton”, 3 – 4 September 2001, Yogyakarta.

Taheri, A., Breugel, K.V., 1999a. Numerical Simulation of Chloride Penetration in Concrete Subjected to Hars Marine Environment. Proceedings of the 11th Asian – Pacific Corrosion Control Conference Volume 2. 1 – 5 November 1999. Ho Chi Minh City, Vietnam. pp: 629 – 638.

(8)

59

Corrosion Control Conference Volume 2. 1 – 5 November 1999. Ho Chi Minh City, Vietnam. pp: 619 – 627.

Tjokrodimuljo, K. 1996. Bahan Bangunan, Teknik Sipil, FT. UGM, Yoyakarta

Triwiyono, A. 2006. Korosi Beton Bertulang AkibatAir Laut, Program Studi Teknik Sipil, Sekolah Pascasarjana UGM, Yoyakarta.

(9)

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

TAHUN KEDUA

MODEL DAN FORMULASI PENCEGAHAN, PEMERIKSAAN

DAN PENANGANAN KERUSAKAN BANGUNAN BETON

BERTULANG DAN BAJA AKIBAT KOROSI AIR LAUT

DAN BIOTA LAUT

Oleh :

Ir. Henry Hartono, M.T. Ir. Endang Mastuti W. Dra. Tuti Rahayu, M.Pd.

DIAJUKAN KEPADA

DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL RI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

OKTOBER 2010

(10)
(11)

iii

RINGKASAN PENELITIAN

Negara Indonesia yang merupakan suatu negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, banyak dibangun prasarana transportasi berupa jembatan beton atau jembatan komposit antara bahan beton dan baja, serta banyak pula dibangun pelabuan laut maupun dermaga yang saat ini banyak mengalami kerusakan, sehingga memerlukan suatu perbaikan dan perawatan yang rutin. Untuk menunjang kegiatan perbaikan dan perawatan bangunan prasarana transportasi yang berupa jembatan maupun suatu pelabuhan laut atau dermaga diperlukan suatu penelitian yang akurat, agar dapat ditentukan langkah-langkah pencegahan supaya tidak terjadi kerusakan dan sekaligus juga dapat ditentukan tindakan perbaikan yang harus dilaksanakan untuk mengatasi kerusakan yang terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui dengan tepat penyebab terjadinya kerusakan suatu bangunan prasarana, 2. Mengetahui mekanisme proses terjadinya kerusakan bangunan beton bertulang dan baja oleh air laut dan biota laut, 3. Mendapatkan jenis bahan tertentu untuk pencegahan kerusakan, 4. Mendapatkan metode yang efektif untuk penanganan kerusakan bangunan beton bertulang dan baja. Mendapatkan model dan formulasi yang terkait dengan pencegahan, pemeriksaan dan penanganan kerusakan dan biota laut. Penelitain sejenis pernah dilakukan oleh Budiono et all (2000) tentang pengaruh korosi terhadap tulangan baja pada kekuatan balok beton bertulang, hasil penelitiannya menunjukkan penurunan kekuatan mencapai 54,28% pada balok beton bertulang dengan mutu beton fc1 = 30 MPa, cara pelaksanaan penelitian ini terendam dalam air laut dan air bisa/normal. Hasil penelitan yang diperoleh adalah:

(12)

iv

2. Mengingat waktu pelaksanaan penelitian hanya 5 (lima) bulan, kerusakan bahan beton belum nampak, tetapi, jika jenis biota laut yang menempel pada beton terkupas, maka permukaan bahan beton tersebut menjadi rusak, sehingga jika nantinya tertempeli oleh biota laut yang dapat merusak bangunan beton, pada bagian-bagian tersebut pasti mengalami keropos beton seperti halnya yang terjadi pada tiang pancang di Jembatan Suramadu. (Bahan beton tertempeli plankton, tertempeli pula biota laut yang dapat merusak bahan beton, dan dengan mengeluarkan enzym tertentu beton dapat diperlunak sehingga mengalami keropos beton)

3. Metode yang efektif untuk pencegahan terjadinya kerusakan pada bahan beton bertulang, yaitu dengan mengadakan pelapisan (coating dengan bahan kimia jenis tertentu) sehingga benar-benar bahan beton dapat terlindungi dalam waktu tertentu pula.

4. Kualitas beton terutama kuat tekan beton yang terendam air laut, ternyata lebih rendah dari kualitas beton yang tidak terendam air laut, karena air laut lebih jelek dari air biasa dalam mempersatukan bahan-bahan yang terkandung dalam Portland Cement/beton.

5. Kualitas beton maupun bahan yang berlapis bahan coating tertentu, ternyata lebih baik dari pada kualitas beton maupun bahan yang tidak berlapis coating, hal ini dikarenakan bahan coating mengandung bahan kimia tertentu yang dapat memperkeras bahan beton maupun baja.

(13)

v

7. Formulasi / model pencegahan, pemeriksaan dan penanganan kerusakan bangunan beton bertulang.

a. Formulasi pencegahan :

Semua bangunan di lingkungan laut, sebaiknya menggunakan bahan coating jenis Epoxy.

b. Formulasi pemeriksaan :

Menentukan kwalitas beton yang baik, cukup memeriksa kuat tekan beton tersebut, karena jika kuat tekan betonnya tinggi, maka sifat – sifat beton lainnya baik. Walaupun demikian, persyaratan kandungan lumpur dan gradasi harus memenuhi syarat teknik.

c. Formulasi penanganan perbaikan pekerjaan :

(14)

vi SUMMARY

Indonesia is the biggest archipelago country in the world, consisting 17,508 islands, have built transportation tools such as concrete bridge or composite bridge of concrete and steel. It is also built harbor and quay which have been damaged recently, so it needs routine repair and treatment. To support repair and maintenance of transportation building like bridge or harbor, it needs an accurate research. It aims to determine the steps of prevention to avoid damage and to determine repair activity which must be performed to address the occurring damage. The objectives of the study are: 1. to know the cause of damage of building properly, 2. to know mechanism process of building damage of concrete steel by water and biota of sea, 3. to get certain agent to prevent damage, 4. to get effective method of handling damage of concrete steel building, getting model and formulation related to the prevention, examination, and handle of damage and sea biota. The previous study conducted by Budiono et al (2000) of the effect of corrosion toward steel building of concrete pressure power shows that there is decrease of power by 54.28% on concrete pressure with concrete quality '

c

f = 30 MPa. The study is conducted by submerging the concrete into the sea water and normal water. The result of the study shows that: 1. Test-item seems to be adhered by sea biota like plankton, food of sea biota,

which can damage the concrete building.

(15)

vii

corrosion like the case of stake in Suramadu Bridge. (The concrete is adhered by planktons and sea biota, which may damage the concrete. Besides, by secreting certain enzyme, the concrete can be benign and corrosion).

3. The effective method to prevent damage on concrete building is performed by having coating (with certain chemicals) in order that the concrete can be protected in certain periods.

4. The concrete quality of concrete pressure submerging in the water, obviously lower than the quality of concrete which is not submerged, because sea water is worse than the other water in unifying agents contained in concrete/Portland Cement.

5. Either concrete quality or agents layering certain coating, obviously better than the quality of concrete or agent which has no coating layer. It is caused by the coating has certain chemicals which can tighten concrete or steel agents.

6. By using SEM method, concrete which has coating seems to have surface protection, so that it can endure the sea water and biota.

(16)

viii PRAKATA

Assalamu’alaikumWr.Wb.

Puja dan puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga laporan penelitian dapat terselesaikan dengan baik.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dengan tepat penyebab terjadinya kerusakan secara rinci

2. Mengetahui mekanisme proses terjadinya kerusakan bangunan beton bertulang dan baja oleh air laut dan biota laut.

3. Mendapatkan jenis bahan tertentu untuk pencegahan kerusakan dan metode yang efektif untuk penanganan terjadinya kerusakan bangunan beton bertulang dan baja.

4. Mendapatkan model dan formulasi yang terkait dengan pencegahan, pemeriksaan dan penanganan kerusakan bangunan beton bertulang dan baja akibat korosi air laut dan biota laut.

5. Mendapatkan hasil perbaikan kerusakan bangunan beton bertulang dan baja akibat korosi air laut dan biota laut.

Cara pelaksanaan penelitian ini adalah dengan membuat benda uji berupa beton silinder, balok beton bertulang dan plat baja. Benda uji tersebut dibiarkan terendam dalam air laut, kemudian dilakukan pengujian di laboratorium.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

(17)

ix

2. KepalaLembagaPenelitiandan Pengabdian Masyarakat UMS beserta semua staf. 3. Semua pihak yang membantu pelaksanaan penelitian dan pembuatan laporan ini

Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan, agar diperoleh hasil yang maksimal.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Surakarta, Oktober 2010

(18)
(19)

xi

C. Jumlah Benda Uji ... 23

D. Cara Kerja ... 23

E. Tempat Uji Penelitian ... 26

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran-Saran ... 56

(20)

Tabel V.11. Hasil uji lentur balon beton bertulang ukuran 10cm x 15cm x

100cm umur 28 hari ... 44 Tabel V.12. Hasil uji lentur balon beton bertulang ukuran 10cm x 15cm x

100cm umur 2 bulan ... 44 Tabel V.13. Hasil uji lentur balon beton bertulang ukuran 10cm x 15cm x

100cm umur 3 bulan ... 44 Tabel V.14. Hasil uji lentur balon beton bertulang ukuran 10cm x 15cm x

100cm umur 4 bulan ... 45 Tabel V.15. Hasil uji lentur balon beton bertulang ukuran 10cm x 15cm x

(21)

xiii

Tabel V.22. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar ……….. 49

Tabel V.23. Pemeriksaan Gradasi Butiran Agregat Halus………... 50

Tabel V.24. Pemeriksaan Gradasi Butiran Agregat Kasar……… 51

Tabel V.25. Pemeriksaan Kandungan Lumpur Agregat Halus………. 52

Tabel V.26. Pemeriksaan Kandungan Lumpur Agregat Kasar………. 52

Tabel V.27. Uji desak beton (diameter 15 cm dan tinggi 30 cm) ……… 53

Tabel V.28. Uji tarik belah beton (diameter 15 cm dan tinggi 30 cm) ……… 53

(22)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Biota laut menyerang konstruksi pondasi tiang pancang jembatan (mengakibatkan kerusakan pada struktur beton

bertulang) ... 2

Gambar 2. Teredo sedang mengebor kayu (mengakibatkan kerusakan yang parah pada dermaga dan hewan ini sanggup menancapkan tubuhnya di batu karang atau bangunan dari beton hingga dalam) ... 12

Gambar 3. Bagian- bagian Goose Barnacle dan Acorn Bernacle ... 13

Gambar 4. Anatomi Barnacle dan kemampuannya masuk ke dalam batu karang (mengakibatkan batu menjadi retak) ... 13

Gambar 5. Bagan Alir Penanganan Kerusakan Bangunan Beton dan Baja Penelitian Tahun Kedua ... 22

Gambar 6. Benda uji silinder normal ... 24

Gambar 7. Benda uji tarik ... 24

(23)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengujian Benda Uji Lampiran 2. Benda uji penelitian

Lampiran 3. Peralatan Pengujian Benda Uji Penelitian

(24)

RINGKASAN

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

TAHUN KEDUA

MODEL DAN FORMULASI PENCEGAHAN, PEMERIKSAAN

DAN PENANGANAN KERUSAKAN BANGUNAN BETON

BERTULANG DAN BAJA AKIBAT KOROSI AIR LAUT

DAN BIOTA LAUT

Oleh :

Ir. Henry Hartono, M.T. Ir. Endang Mastuti W. Dra. Tuti Rahayu, M.Pd.

DIAJUKAN KEPADA

DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL RI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

OKTOBER 2010

(25)

RINGKASAN PENELITIAN

Negara Indonesia yang merupakan suatu negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, banyak dibangun prasarana transportasi berupa jembatan beton atau jembatan komposit antara bahan beton dan baja, serta banyak pula dibangun pelabuan laut maupun dermaga yang saat ini banyak mengalami kerusakan, sehingga memerlukan suatu perbaikan dan perawatan yang rutin. Untuk menunjang kegiatan perbaikan dan perawatan bangunan prasarana transportasi yang berupa jembatan maupun suatu pelabuhan laut atau dermaga diperlukan suatu penelitian yang akurat, agar dapat ditentukan langkah-langkah pencegahan supaya tidak terjadi kerusakan dan sekaligus juga dapat ditentukan tindakan perbaikan yang harus dilaksanakan untuk mengatasi kerusakan yang terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui dengan tepat penyebab terjadinya kerusakan suatu bangunan prasarana, 2. Mengetahui mekanisme proses terjadinya kerusakan bangunan beton bertulang dan baja oleh air laut dan biota laut, 3. Mendapatkan jenis bahan tertentu untuk pencegahan kerusakan, 4. Mendapatkan metode yang efektif untuk penanganan kerusakan bangunan beton bertulang dan baja. Mendapatkan model dan formulasi yang terkait dengan pencegahan, pemeriksaan dan penanganan kerusakan dan biota laut. Penelitain sejenis pernah dilakukan oleh Budiono et all (2000) tentang pengaruh korosi terhadap tulangan baja pada kekuatan balok beton bertulang, hasil penelitiannya menunjukkan penurunan kekuatan mencapai 54,28% pada balok beton bertulang dengan mutu beton fc1 = 30 MPa, cara pelaksanaan penelitian ini terendam dalam air laut dan air bisa/normal. Hasil penelitan yang diperoleh adalah:

1. Benda uji nampak tertempeli oleh biota laut jenis plankton yang merupakan makanan bagi biota laut yang dapat merusak bahan bangunan beton.

(26)

dapat merusak bangunan beton, pada bagian-bagian tersebut pasti mengalami keropos beton seperti halnya yang terjadi pada tiang pancang di Jembatan Suramadu. (Bahan beton tertempeli plankton, tertempeli pula biota laut yang dapat merusak bahan beton, dan dengan mengeluarkan enzym tertentu beton dapat diperlunak sehingga mengalami keropos beton) 3. Metode yang efektif untuk pencegahan terjadinya kerusakan pada bahan beton bertulang,

yaitu dengan mengadakan pelapisan (coating dengan bahan kimia jenis tertentu) sehingga benar-benar bahan beton dapat terlindungi dalam waktu tertentu pula.

4. Kualitas beton terutama kuat tekan beton yang terendam air laut, ternyata lebih rendah dari kualitas beton yang tidak terendam air laut, karena air laut lebih jelek dari air biasa dalam mempersatukan bahan-bahan yang terkandung dalam Portland Cement/beton.

5. Kualitas beton maupun bahan yang berlapis bahan coating tertentu, ternyata lebih baik dari pada kualitas beton maupun bahan yang tidak berlapis coating, hal ini dikarenakan bahan coating mengandung bahan kimia tertentu yang dapat memperkeras bahan beton maupun baja.

6. Dengan menggunakan metode SEM, bahan beton yang permukaannya bercoating, nampak suatu lapisan yang melindungi permukaan bahan beton tersebut, sehingga lebih tahan terhadap serangan air laut maupun biota laut.

7. Formulasi / model pencegahan, pemeriksaan dan penanganan kerusakan bangunan beton bertulang.

a. Formulasi pencegahan :

Semua bangunan di lingkungan laut, sebaiknya menggunakan bahan coating jenis Epoxy. b. Formulasi pemeriksaan :

(27)

c. Formulasi penanganan perbaikan pekerjaan :

(28)

Mulai

Persiapan

Perancangan material yang akan digunakan untuk perbaikan bangunan

Tahap I--- Pengujian

kwalitas bahan .

Pelaksanaan penanganan Kerusakan benda uji dan bangunan

Tahap II --- Pengujian kwalitas

hasil pekerjaan

Tahap III --- Finishing pekerjaan

Selesai

Tahap IV ---

Gambar Bagan Alir

(29)

DAFTAR PUSTAKA

___________, 2005. Barnacles Reproduction and Life Cycles. http://www.mesa.edu. Akses ; 1 Februari 2005.

...,2006, Site dedicate to corrosion of all form, http://www.corrosion-doctors.org/. Akses; 27 Desember 2006.

Budiono, B.; Sugiri, S.; Munaf , D.R. dan Henry, H., 2000. Pengaruh Baja Korosi Baja Tulangan Pada Kekuatan Balok Beton Bertulang. Jurnal Teknik Sipil Vol 7 No. 1 Januari. pp: 21-28

ColeI.S., Ganther W.D., Furman S.A., 1999. Factors Affecting Atmospheric Corrosion in Tropical Australia. Proceedings of the 11th Asian – Pacific Corrosion Control Conference Volume 2. 1 – 5 November 1999. Ho Chi Minh City, Vietnam. pp: 590 -597.

Dahuri, R., 1998. Pendekatan Ekonomi-Ekologis Pembangunan Pulau-Pulau Kecil Berkelanjutan. Dalam Edyanto, CB.H., Ridlo, R., Naryanto, H.S. dan Setiadi, B. (Eds.). Prosiding Seminar dan Lokakarya Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia. Kerjasama Depdagri, Dir. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Kawasan, TPSA, BPPT dan Coastal Resources Management Project, USAID. hal. B32 – B42

Dahuri, R., Rais, J.M., Ginting S.P. dan Sitepu, M.J., 1995. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Daily, Steven F. dan Kendal, K. 1998. Cathodic Protection for New Reinforced Concete Structures in Aggressive Environment. Material Performance, Vol. 38, No. 1., January, An official NACE International Publication, USA, pp 19-26

De, V., 1999. Corrosion of Carbon Steel in Natural Seawater in Nhatrang Bay. Proceedings of the 11th Asian – Pacific Corrosion Control Conference Volume 2. 1 – 5 November 1999. Ho Chi Minh City, Vietnam. pp: 961 - 965.

Faber, John, Mead, dan Frank, 1965. Reinforcement Concrete. ELBS ed., The English Language Book Society and E &F.N. Spon LTD., pp: 1-6

Felui, S. Morcillo, M. dan Chico, B., 1999. Effect of Distance from Sea on Atmospheric Corrosion Rate. Corrosion – The Journal of Science and Engineering, Vol. 55, No 9, September, NACE International – The Corrosion Society. pp: 883-891

(30)

Hausmann, D.A., 1998. A Probability Model of Steel Corrosion in Concrete. Material Performance, Vol 37, No. 10, October. An Official NACE International Publication, USA. pp: 64-68

Hidayat, A. R., 2004. Prinsip Dasar Terjadinya Korosi. Jakarta: Peneliti Puslit KIM –LIPI. pp: 1

http://www.instrumentasi.org/modules.php?name=News&file=article&sid

Irawati N., Subarkah A., Sujoko S.U, dan Asvaliantina V., 2000. Simulasi Numerik Kawasan Pantai Dengan Adanya Struktur Bangunan Pantai. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, V2. n7, Oktober 2000, pp: 53-56

Kajiama, F dan Okamura, 1999, Evaluating Cathodic Protection Reliabilty on Steell Pipe in Microbially Active Soils. Japan : Tokyo Gas Co. Ltd. Pp. 74-79.

Kennet, R.T.; dan Chamberlain, J., 1991. Korosi: untuk Mahasiswa Sains dan Rekayasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Levenspiel, O. 1999. Chemical Reaction Engineering, John Wiley and Son, New York.

Metha, P. Kumar, 1991. Concrete in Marine Environment. Elsevier Applied Science, London and New York, pp: 77-85

Priatmono, 2000. Kajian Kekuatan Tekan Dan Tarik Bahan Beton. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, V2. N6, September 2000, hal. 48-60

Romimohtarto, K. dan Juwana, S., 1999. Biologi Laut: Ilmu pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi - LIPI

Suhendro, B. 2001. Metode Pelaksanaan Proyek Gedung Bertingkat (High Rise Building), Procedings Kursus Singkat “Perancangan Campuran, Evaluasi dan Rehabilitasi Struktur Beton”, 3 – 4 September 2001, Yogyakarta.

Taheri, A., Breugel, K.V., 1999a. Numerical Simulation of Chloride Penetration in Concrete Subjected to Hars Marine Environment. Proceedings of the 11th Asian – Pacific Corrosion Control Conference Volume 2. 1 – 5 November 1999. Ho Chi Minh City, Vietnam. pp: 629 – 638.

Taheri, A., Breugel, K.V., 1999b. Effect of Tropical Environment on Corrosion on steel in Marine Concrete Structures. Proceedings of the 11th Asian – Pacific Corrosion Control Conference Volume 2. 1 – 5 November 1999. Ho Chi Minh City, Vietnam. pp: 619 – 627.

(31)

Triwiyono, A. 2006. Korosi Beton Bertulang AkibatAir Laut, Program Studi Teknik Sipil, Sekolah Pascasarjana UGM, Yoyakarta.

Gambar

Gambar 1.  Biota laut menyerang konstruksi pondasi tiang pancang jembatan (mengakibatkan kerusakan pada struktur beton bertulang) Sumber : http : //www.mesa.edu
Gambar  Bagan Alir

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembelajaran khususnya pembelajaran ekonomi dengan materi konsep manajemen dengan menggunakan media pembelajaran yaitu media gambar dalam proses pembelajaran,

pembelajaran bahasa Bali, (3) mendorong pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap terhadap bahasa, aksara, dan sastra Bali, (4) pemilihan bahan ajar sesuai dengan

ﺪﲪﻷ ﺩﺍﺆﻓ ﺪﻨﻓﺃ ،ﻱ ﺎﻫﲑﻏﻭ. ﺓﺭﺆﺑ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﰲ ﺚﺤﺒﻟﺍ ،ﻲﻋﻮﻨﻟﺍ ﺩﺪﳛ ﺚﺣﺎﺒﻟﺍ ﺚﺤﺒﻟﺍ. ﻰﻤﺴﻳﻭ ﺪﻳﺪﲢ ﺔﻟﺄﺴﳌﺍ ،ﺓﺭﺆﺒﻟﺍ ﻞﻤﺘﺸﺗ ﻩﺬﻫ ﺓﺭﺆﺒﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﻞﺋﺎﺴﳌﺍ ﺔﻣﺎﻌﻟﺍ. ﰲﻭ ﺍﺬﻫ ،ﺚﺤﺒﻟﺍ

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik nanopartikel dari ekstrak etanol temu kunci (Boesenbergia pandurata) dan rasio optimal variasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan kombucha daun jambu biji, tingkat keasaman (pH), dan daya terima masyarakat pada kombucha daun

Suspensi mobil tersebut dirancang memiliki nilai Suspensi mobil tersebut dirancang memiliki nilai redaman sebesar koefisie. redaman sebesar koefisien reda n

Peraturan pelaksanaan UUPR yang telah ditetapkan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran

Berdasarkan hasil pengujian mekanik dan struktur mikro hasil proses FSW aluminium 5083 – H112 dapat disimpulkan bahwa proses FSW aluminium 5083 - H112 telah berhasil