• Tidak ada hasil yang ditemukan

Multiple Abses Paru yang Disebabkan Corpus Alineum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Multiple Abses Paru yang Disebabkan Corpus Alineum"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS – 1

MULTIPLE ABSES PARU YANG DISEBABKAN

CORPUS ALINEUM (PELURU LOGAM)

dr. Syamsul Bihar

Narasumber

: dr. H. Zainuddin Amir, Sp. P (K)

Pembimbing

: dr. Noni N. Soeroso, Sp. P

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

DEPARTEMEN PULMONOLOGI & ILMU KEDOKTERAN

RESPIRASI

FAKULTAS KEDOKTERAN USU

MEDAN

(2)

Lembaran pengesahan

LEMBARAN PENGESAHAN

Laporan Kasus yang berjudul

MULTIPEL ABSES PARU YANG DISEBABKAN

CORPUS ALIENUM (PELURU LOGAM)

Dibacakan oleh dr. Syamsul Bihar

Telah dilakukan koreksi dan perbaikan sesuai dengan hasil koreksi dari

pembimbing

Diketahui Medan, 12 Maret 2009

SPS Departemen Pulmonologi dan Pembimbing

Ilmu Kedokteran Respirasi

Dr. Pantas Hasibuan, Sp. P

NIP : 140 160 382 NIP : 132 306 864

(3)

DAFTAR ISI

III.3 Karakteristik Mikrobiolobi ... 24

III.4 Diagnosis ... 25

III.5.6 Tuberkulosis paru, infeksi jamur dan actinomicosis ... 29

(4)

I. Pendahuluan

Abses paru merupakan kerusakan lokal pada parenkim paru yang disebabkan

bakteri anaerob yang akhirnya dapat mengakibatkan kerusakan dan supurasi

daripada jaringan paru yang terkena. Kerusakan jaringan paru akan membentuk

rongga atau kavitas sebanyak satu atau beberapa yang berisikan air-fluid level.

Apabila kavitas yang terbentuk sejumlah beberapa dengan diameter kecil (< 2

cm), biasanya marupakan bentuk dari nekrosis/supuratif pneumonia.

Abses paru secara garis besar dapat terjadi disebabkan oleh karena aspirasi

pneumonia, nekrosis/supuratif pneumonia, dan infeksi dari infark paru.

Secara mikrobiologis, abses paru disebabkan oleh infeksi bakteri anaerob (±

89%) dari seluruh kasus, seperti Fusobacterium nucleatum, atau

Peptostreptococcus sp. Selain infeksi bakteri anaerob, abses paru dapat disebabkan

oleh campuran infeksi bakteri anaerob dengan bakteri aerob pula. Pada

necrotizing/suppuratif pneumonia, abses paru disebabkan oleh bakteri

Staphylococcus. aureus, Streptococcus pyogenes, Ktebsiella pneumoniae dan

Pseudomonas aeruginosa. Bakteri gram negatif lainnya, seperti Euschereria. coll,

Haemophilus influenza type 6, juga dapat mengakibatkan abses paru. Selain

disebabkan oleh infeksi bakteri anaerob dan aerob pada umumnya, abses paru juga

dapat dijumpai pada penderita tuberkulosis. Abses paru juga dapat disebabkan oleh

organisme selain bakteri, seperti jamur (Mucoraceae, Aspergillus sp.) atau pun

protozoa.

Secara radiologis, pada gambaran foto toraks, abses paru dapat berupa

kavitas yang berisi air flud level tunggal maupun beberapa, dimana dinding kavitas

licin (88%) dan dinding kavitas yang kasar (12%). Sementara dari ketebalan dinding

kavitas, kurang dari 4 mm (4%), diantara 5-15 mm (82%), dan lebih dari 15 mm

(14%) dari kasus abses paru. Dilihat dari gambaran radiologis, tumor paru ataupun

kista paru dapat memberikan gambaran yang sama seperti gambaran radiologis

abses paru. Apabila kavitas dengan dinding yang kasar dan, maka terlebih dahulu

kita curigai sebagai cavitated lung carcinoma.

(5)

II. Laporan Kasus

II. 1. Riwayat penyakit

Seorang pria, SG, umur 48 tahun, karo, kristen, masuk ke R.S.U.P.H. Adam

Medan pada tanggal 24/10/2008 dengan keluhan sesak nafas sejak 2 minggu talu

dan memberat dalam 3 hari terakhir, sesak nafas tidak berhubungan degan maupun

cuaca, riwayat nafas berbunyi (-). Batuk (+) dialami os sejak 2 minggu talu, batuk

disertai dengan dahak kental berwarna hijau, sulit dikeluarkan, bau (+). darah

maupun riwayat batuk darah tidak dialami os. Nyeri dada (+) dialami os 2 minggu

yang lalu, terutama dirasakan pada dada kanan, nyeri dirasakan bila os seperti

mencucuk. Penjalaran nyeri tidak dialami os. Demam (+) dialami os sejak 2 minggu

yang lalu, demam tinggi, riwayat menggigil (+) dan demam turun bila os obat

penurun panas. Riwayat keringat malam (-). Riwayat penurunan berat (+), sebanyak

± 3 kg dalam 1 bulan terakhir ini. Riwayat merokok (+), selama ± 30 tahun, sebanyak

±12 batang/hari, jenis kretek, hisapan dalam. Riwayat minum afcohol (+), selama ±

20 tahun, namun os telah berhenti 1 tahun yang lalu. Riwayat Obat Anti Tuberkulosis

(OAT) tidak dijumpai, riwayat alergi obat (-). Riwayat rjaan os sebagai tukang

bengkel las mobil. Riwayat keluarga menderita penyakit paru (-). Riwayat kontak

dengan penderita TB paru (-). Riwayat tersedak peluru an angin (+), dialami os ± 2

bulan yang lalu, peluru senapan angin terbuat dari kxjam. Sebelumnya os pernah

dirawat di RS Swasta di kota Medan selama 3 ri, lalu os berobat jalan ke praktek Dr

Sp.P, lalu pasien di rujuk ke RSHAM untuk penanganan lebih lanjut.

RPT: fraktur kaki kiri (1998), Appendicitis akut (2002).

(6)

II. 2 Pemeriksaan Fisik

Status Praesen

Sens : C Anemia : (-) BB : 65 kg

TD : 130/90mmHg Ikterus : (-) T : 165 cm

Pols : 124/I Oedem : (-) Keadaan umum : sedang

RR : 30 x/I Cyanosis : (-) Keadaan Penyakit : sedang

T : 39,3 0

Clubbing finger : (-)

c Dipsnoe : (+) Keadaan gizi : cukup

Status Lokalisata

Kepada : Mata : anemia (-), ikterus (-), ptosis (-)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Toraks depan :

• Inspeksi : Simetris

• Palpasi : SF kanan > kiri, kesan kanan mengeras

• Perkusi : Sonor memendek lapangan tengah danbawah paru kanan

• Auskultasi : SP : Vesikuler mengeras pada lapangan tengah dan bawah paru kanan

• ST : ronki basah pada lapangan tengah dan bawah paru kanan, amforik pada lapangan tengah paru kanan

Toraks Belakang :

• Inspeksi : Simetris

• Palpasi : SF kanan > kiri, kesan kanan mengeras

• Perkusi : Sonor memendek lapangan tengah danbawah paru kanan

• Auskultasi : SP : Vesikuler mengeras pada lapangan tengah dan bawah paru kanan

• ST : ronki basah pada lapangan tengah dan bawah paru kanan, amforik pada lapangan tengah paru kanan

Abdomen : Soepel, peristaltic (+) normal, hepar/limfa/renal : tidak teraba

(7)

II. 3 Pemeriksaan Penunjang

II. 3.1 Radioiogi

Tanggal 16 Oktober 2008 di RS. Swasta di kota Medan

Foto toraks P. A

Tanggal 24 Oktober 2008 di RSU. H. Adam Malik (saat masuk)

Foto toraks P.A

Kesan :

• Tampak gambaran konsolidasi homogeny dengan masih tampak air brochogram pada paru kanan.

• Tampak adanya benda asing (peluru) di lapangan bawah paru kanan (panah)

Kesan :

• Tampak gambar beberapa

kavitas berisi dengan air flud level pada lapangan tengah dan bawah paru kanan (panah hitam)

• Tampak adanya atelektase (panah merah).

(8)

Foto toraks Lateral Kanan

II. 3.2. Foto toraks Lateral Kanan

Darah rutin

Hb : 11,2 g/Dl

Leukosit : 9.900/mm3

Trombosit : 185.000/mm3

KGD ad random : 137 mg/dl

Fungsi hati

SGOT : 48 U/L

SGPT : 65 U/L

Fungsi ginjal

Ureum : 22 mg/dl

Creatinin : 0,6 mg/dl

Elektrolit

Natrium : 120 mEq/L

Kalium : 4,2 mEq/L

Chloride : 89 mEq/L

Kesan :

• Tampak gambaran beberapa kavitas berisi dengan air flud level pada lapangan tengah dan bawah paru kanan (panah hitam)

(9)

AGDA

pH : 7.504

pCO2 : 32,2 mmHg

pO2 : 65,0 mmHg

HCO3 : 31,7

Total CO2 : 32,9

BE : + 1

Saturasi : 95,6%

Kesan : Alkalosis respiratorik

EKG

Kesan : Sinus Takhikardia

Toleransi Bronkoskopi : Low risk

II.4 Diagnosis Banding

1. Abses paru kanan

2. TB paru kanan.

3. Jamur paru kanan

4. Tumor paru kanan

II.5 Diagnosa Sementara

Abses paru kanan

II. 6 Penatalaksanaan

1. Bed rest

Non medikamentosa

(10)

1. O22-3I/J Medikamentosa

2. IVFD NaCl 0,9% 24gtt/i (2 fls) + IVFD NaCI 3% 8 gtt/i (1 fls)

3. Irq, Cefotaxime 1 amp/12 jam

4. lnj. Tramadol 1 amp/8 jam

5. fnj. Ranitidin 1 amp/12 jam

6. Syr. Ambroxoi 3xC1

7. Tab. Paracetamol 3x500 mg

8. Tab. Vitamin B Kompleks 3x1

Rencana Penjajakan

1. Analisa sputum : direct smear BTA 3x, pewarnaan gram bakteri, jamur Kultur

sputum : BTA/resistensi OAT, bakteri aerob/anaerob/ST,

jamur

2. Sitologi sputum

3. Darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, KGD adrandom, AGDA/elektolit

ulangan.

4. Foto toraks P.A (evaluasi)

5. CT Scan toraks

(11)

II. 8 Follow Up Pasien

TGL Keluhan/Status Presens

TD : 120-130/80-90 mmHg Infeksi : Simetris Palpasi : SF kanan > kiri, kesan kanan mengeras. Perkusi : Sonor memendek lapangan tengah dan bawah paru kanan

Auskultasi : SP : Vesikuler mengeras pada lapangan tengah dan bawah paru kanan.

ST : ronki basah pada lapangan tengah dan bawah paru kanan, amforik pada lapangan tengah paru kanan.

Dx : Abses paru

Paracetamol 3 x 500 mg

8. Tab. Vitamin B Kompleks 3 x 1

(12)

TGL Keluhan/Status

TD : 110-130/80-90 mmHg Infeksi : Simetris Palpasi : SF kanan > kiri, kesan kanan mengeras. Perkusi : Sonor memendek lapangan tengah dan bawah paru kanan

Auskultasi : SP : Vesikuler mengeras pada lapangan tengah dan bawah paru kanan.

ST : ronki basah pada lapangan tengah dan bawah paru kanan, amforik pada lapangan tengah paru kanan.

(13)

TGL Keluhan/Status

TD : 110-120/60-70 mmHg Infeksi : Simetris Palpasi : SF kanan > kiri, kesan kanan mengeras. Perkusi : Sonor memendek lapangan tengah dan bawah paru kanan

Auskultasi : SP : Vesikuler mengeras pada lapangan bawah paru kanan. ST : ronki basah pada lapangan tengah dan bawah paru kanan, amforik pada lapangan tengah paru kanan.

(14)

TGL Keluhan/Status

KU : batuk berdahak (+) ↓↓, warna putih kekuningan

KT : nyeri dada (+) ↓↓, demam (-)

Sens : CM

TD : 120-130/70-80 mmHg Infeksi : Simetris Palpasi : SF kanan > kiri, kesan kanan mengeras. Perkusi : Sonor memendek lapangan bawah paru kanan Auskultasi : SP : Vesikuler mengeras pada lapangan tengah dan bawah paru kanan.

ST : ronki basah pada lapangan bawah paru kanan, amforik pada

(15)

II.9 HasilPenjajakan

II.9.1 Analisa sputum (26 Oktober 2008)

Direct smear BTA 3x

Negatif/negatif/negatif

Pewarnaan gram

Tidak dijumpai adanya pertumbuhan bakteri.

Pewarnaan jamur dijumpai adanya pertumbuhan jamur.

II.9.2Sttoiogi sputum (27 Oktober 2008)

Makroskopis

Diterima cairan sputum sebanyak 3 cc, warna hijau, agak kental

Mikroskopis

• Sediaan smear dari sputum tampak sel-sel epitel tatah dalam batas normal.

• Latar belakang smear terdiri dari sel-sel radang limfosit dan pmn serta massa mukous.

• Tidak dijumpai tanda-tanda keganasan.

Kesimpulan

C2Benign smear.

(16)

II.9.3 CT Scan toraks (28 Oktober 2008)

NCCT : Tampak sebuah corpus alienum dengan densitas logam pada paru

kanan segment 10 disertai beberapa buah rongga disekitarnya dan

tampak rongga paling besar pada segment 6.

Didalam rongga-rongga tersebut dijumpai adanya cairan.

Jantung ukurannya normal. Trachea dan bronkus utama kanan/kiri

terbuka normal.

Tidak tampak pembesaran kelenjar lymphe mediastinum dan hilus kiri

dan kanan.

Kesan : Corpus alienum di paru kanan (segment 10) kesan peluru dengan

(17)

II.9.4 Laboratorium (30 Oktober 2008)

Darah rutin

Hb : 11,9 g/dL

Leukosit : 8.700/mm3

Trombosit : 225.000/mm3

KGD ad random : 123 mg/dL

Fungsi hati

SCOT : 38 U/L

SGPT : 40U/L

Fungsi ginjal

Ureurn : 35 mg/dl

Creatinin : 1,2 mg/dl

Elektrolit

Natrium :138 mEq/L

Kalium : 4,2 mEq/L

Chlorida : 101 mEq/L

AAGDA

pH : 7,405

Pco2 : 37,8 mmHg

PO2 : 82,8 mmHg

HCO3 : 28,7

Total co2 : 20,9

BE : + 1,0

(18)

II.9.5 Foto roentgen toraks (31 Oktober 2008)

Foto toraks P.A

Kesan :

Berkurangnya konsolidasi homogen pada lapangan bawah paru kanan, dan

berkurangnya air flud level dalam kavitas. Hal ini menujukkan adanya perbaikan

pasien dilihat secara radiologis setelah pemberian antibiotika yang sensrtif dan

adekuat. Hamun masih adanya corpus aiienum di lapangan bawah paru kanan.

Kesan :

• Tampak gambaran beberapa kavitas dengan air flud level yang sudah berkurang

(19)

II.9.6 Bronkoskopi (31 Oktober 2008)

Keterangan gambar:

Gambar 1 : Lobus superior dan trunkus intermedius paru kanan Tampak orificium

terbuka, mukosa hiperemis, karina 1 tajam.

Gambar 2 : Lobus medius, inferior dan segmen superior lobus inferior paru kanan:

Tampak orificium terbuka, mukosa hiperernis.

Gambar 3 : Lobus medius paru kanan :

Tampak orificium terbuka, permukaan mukosa kasar dan

hiperemis.

Gambar4 : Segmen posterior basalis lobus inferior paru kanan :

Tampak orificium terbuka, mukosa edema dan hiperemis, adanya

(20)

Kesan Bronkoskopi:

• Mukosa oedema dan hiperemis

• Tidak tampak adanya kospus alienum pada segmen - segmen paru.

• Tampak adanya cairan pus yang keluar dari segmen posterior basalis lobus inferior paru kanan dan dilakukan bilasan cairan bronkus.

Hasil kultur bilasan cairan bronkus

Rakteri aerob

Bilakan : dijumpai Pseudomonas aeruginosa

Antibiotika yang sensitif : amikacin, cefotaxime, ceftazidim, cefepime,

cefoperazone/sulbactam, chloramphenicol, ciprofloxacin, cotrimoxazole,

ofloxacin, pceracillin

Jamur

(21)

II.9.7 Follow Pasien

Pada hari selasa, tanggal 10 Maret 2009 pasien berobat kontrol ke poliklinik

jalan paru RSUP. H. Adam Malik medan, dari pemeriksaan ditemukan :

Pasien merasa baik dan dapat melakukan aktifltas sehari - harinya tanpa ada

sesak nafas, batuk ataupun nyeri dada lagi.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

Sens : CM BB : 73 kg

TD : 120/90 mmHg T : 165 cm

Pols :98x/l

RR : 24 x/i

T : 36,8 ° C

Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

Kepala : Mata : anemia (-), ikterus (-), ptosis (-)

Leher: Pembesaran KGB (-)

Toraks depan/belakang:

• Inspeksi : Simetris.

• Palpasi : SF kanan = kin, kesan normal

• Perkusi : Sonor ke 2 lapangan paru

• Auskultasi : SP : Vesikuler ke 2 lapangan paru. ST:-

Abdomen : Soepel, peristaltik (+) normal, hepar/limpa/renal: tidak teraba.

Ekstremitas : superior inferior : edema (-/-), clubbing finger (-/-)

(22)

Dari pemeriksaan darah rutin, didapatkan hasil:

Hb :12,4g/dL

Leukosit : 9800/mm3

Trombosit : 247.000 /mm3

KGD ad random : 109 mg/dl

Kesimpulan:

Dari pemeriksaan pada pasien, disimpulkan bahwa secara klinis dan

ponericsaan fisik dan darah tidak ada kelainan.

Pada pemeriksaan foto toraks evaluasi, disimpulkan bahwasanya tidak

terdapat lap gambaran kavitas dengan air flud level, namun masih terdapat

gambaran konsolidasi non homogen pada sudut costo frenikus kanan dan gambaran

fibrosis yang imeupakan gejala sisa dari abses paru yang diderita pasien.

Tampak adanya corpus alienum (peluru) pada lapangan bawah paru kanan,

panefi kembali dianjurkan untuk melakukan torakotomi yang bertujuan untuk

mengeluarkan peluru, namun pasien tidak bersedia. Kesan :

• Tampak gambaran konsolida si non homogen pada sudut costofrenikus kanan

• Permukaan diafragma kanan yang tidak cembung.

• Tampak adanya peluru pada lapangan bawah paru kanan (dalam lingkaran).

• Tidak tampak lagi adanya kavitas yang berisi air flud level.

(23)

III. Diskusi

III. 1 Defenisi

Abses paru merupakan kerusakan lokal pada parenkim paru yang disebabkan

Infeksi bakteri anaerob yang akhirnya dapat mengakibatkan kerusakan dan supurasi

daripada jaringan paru yang terkena. Kerusakan jaringan paru akan membentuk

rongga atau kavitas sebanyak satu atau beberapa yang berisikan air-fluid level.

Abses paru dibagi atas 2, yakni abses paru primer, yaitu abses paru yang

diakibatkan oleh Scarena aspirasi pneumonia, nekrosis/supurasi pneumonia

ataupun infeksi dari pringan paru yang infark (rusak). Sementara abses paru

sekunder merupakan penyebaran infeksi dari tempat lain, baik secara hematogen,

limfogen ataupun perkontinuitatum.

III.2 Patogenesis

Abses paru dapat terbentuk bila terjadi:

III/2.1 Aspirasi pneumonia

Aspirasi pneumonia mengakibatkan abses paru bila seseorang terhirup

ataupun sertefannya bahan-bahan iritan dari saluran nafas atas ataupun bronkus k

jaringan paru-pani yang dapat menimbulkan infeksi maupun iritasi pada jaringan

paru yang terkena.

Abses paru yang terjadi akibat aspirasi pneumonia dipengaruhi oleh jumlah

tohan - bahan iritan yang teraspirasi, jumlah bakteri anaerpb yang terkandung dalam

tahan - bahan iritan, serta pH dari bahan - bahan iritan. Selain itu ha! yang

irrtempengaruht adaiah mekanisme pembersihan saluran nafas dan kekebalan

tubuh seseorang.

Aspirasi pneumonia dapat terjadi bila :

1. Adanya bahan-bahan iritan yang terhirup ataupun tertelan.

Tertelannya cairan lambung pada GERD, infeksi yang terjadi pada nasal dan

sinus, kebersihan mulut yang buruk, infeksi bronkus, seperti pada bronkitis

kronis, ataupun bronkiektasis.

Kebersihan rongga mulut harus dijaga, dikarenakan saliva sangat banyak

mengandung bakteri anaerob, dengan konsentrasi 108/ml pada orang sehat,

jumlah ini akan meningkat pada orang yang mengalami gangguan hiegenitas

pada rongga mulut. Melalui teknik radioaktif, diketahui bahwa sebagian kecil

(24)

sehat, dan meningkat sebesar 75% pada orang-orang yang mengalami

gangguan kesadaran.

2. Adanya gangguan mekanisme pertahanan saluran nafas, sepertj batuk,

Terganggunyamekanisme batuk yang merupakan salah satu mekanisme

pertahanan saluran nafas dapat mengakibatkan mudahnya terhirup ataupun

tertelannya bahan - bahan iritan dan infeksi pada jaringan paru. Terganggunya

mekanisme batuk ini dapat disebabkan penderita yang tidak sadar, penderita

pharyngeal falsy, dan lainnya.

3. Adanya gangguan pembjersihan dan\ mukosiliaris trachea - bronchial.

Mukosiliaris dari trachea - bronchial juga merupakan salah satu

mekanisme pembersihan bahan-bahan iritan ataupun infeksi dari saluran nafas.

Gangguan mukosiliaris ini disebabkan oleh karena pengaruh obat anestesi lokai

maupun urnum. Penderita bronkitis kronis, adanya obstruksi pada bronkus oleh

sekret dahak yang kental, gumpalan darah, benda asing ataupun tumor.

Aspirasi pneumonia merupakan penyebab yang paling sering terjadinya

abses paru

III.2.2 Supuratif pneumonia

Aspirasi dari bahan - bahan orofaring yang menyebabkan supuratif

pneumonia yang pada akhirnya akan rnembentuk abses paru, sekitar 75% terdapat

pada segmen posterior lobus atas paru kanan atau terdapat di segmen apikal.

Abses in! juga dapat tert>entuk pada fobus bawah paru, dimana bahan-bahan iritan

akan mengikuti gaya gravitasi. Abses paru yang disebabkan oleh supuratif

(25)

III.2.3 Infeksi dari jaringan paru yang infark

Jaringan paru yang infark yang dikarenakan emboli dapat juga menyebabkan

tefjadinya abses paru, walaupun hal ini jarang terjadi. Dengan adanya jaringan paru

yang infark, merupakan tempat yang baik bagi bakteri anaerob, yang menyebabkan

tefjadinya supurasi dan nekrosis jaringan paru yang terkena.

Tabel I. Faktor predisposisi terjadinya abses paru

Aspirasi bakteri orofaring

2

• Sepsis dental/periodontal

• Infeksi sinus paranasal

• Penurunan tingkat kesadaran

• Alkohol/obat-obatan penenang

• Anestesi

• Epilepsy

• Cedera kepala

• Penyakit cerebrovaskular

• Koma diabetikum

• Pemasangan endotracheal tube

• Pemasangan tracheostomy tube

• Recurrent laryngeal nerve palsy

• Gangguan menelan

• Oesophageal stricture

• Gangguan motilitas esophagus

• Gangguan neuromuskuler

• Achalasia

• Pembedahan leher

• Gastro-oesophageal reflux Supuratif pneumonia • Staphylococcus aureus

• Streptococcus milleri/intermedius

• Klebsiella pneumonia

(26)

Penyebaran hematogen • Infeksi traktus urinaria

• Sepsis abdomen

• Sepsis pelvis

• Infeksi endokarditis

• Penggunaan obat-obatan IV

• Infeksi kanul IV

• Sepsis thrombophlebitis Riwayat penyakit paru

terdahulu

• Bronhiectasis

• Cystis fibrosis

• Obstruksi bronkus

• Tumor

• Corpus alienum

• Kelainan congenital Infeksi dari jaringan paru

yang infark

Trauma

Imunodefisiensi • Primer

(27)

Pada pasien ini, abses paru yang terbentuk merupakan akibat aspirasi benda

asing atau corpus alienum yang masuk ke dalam paru kanan. Corpus alienum ini

mengakibatkan infeksi lokal pada jaringan paru sekitarnya, yang kemudian

mengalami nekrosis dan supuratif.

III.3 Karakteristik mikrobiologi

Bakteri anaerob merupakan penyebab terbanyak pada abses paru. Pada

sebuah studi di AS, ditemukan 89% dari kasus abses paru disebabkan oleh bakteri

anaerob, dan sekitar 43% kasus abses paru disebabkan oleh bakteri aerob. Abses

paru yang disebabkan campuran bakteri anaerob dan aerob sekitar 54% dari kasus.

Bakteri aerob sering berasal orofaring.

Ada 3 jenis keJompok bakteri anaerob, yaitu :

1. Basil gram negatif, seperti Bacteroides fragltis, Prevotella dan Porphyromonas.

2. Coccus gram positif, seperti bakteri Peptostreptococcus sp.

3. Batang gram negatif, seperti Fusobacterium sp.

Bakteri aerob menyebabkan abses paru yang bersifat supuratif. Bakteri yang

termasuk golongan ini seperti Streptococcus intermedius, Streptococcus

constellates, dan Streptococcus anginosus.

Bakteri aerob gram positif yang paling sering menyebabkan abses paru

adalah Slaphilococcus aureus. Infeksi bakteri ini sering terjadi pada anak - anak, dan

jarang menginfeksi orang dewasa. Bakteri aerob gram positif lainnya adaiah

Streptococcus pyogenes.

Bakteri aerob gram negatif yang sering menyebabkan abses paru adalah

We6s/e//a pneumonia. Infeksi ini sering terjadi pada pasien - pasien yang menerima

faemoterapi sitotoksik atau obat - obat kortikosteroid. Bakteri yang lainnya adalah

Pseudomonas aeruginosa, dengan ciri khas abses paru yang terbentuk biasanya

dan kecil, yang terbentuk dari supuratif pneumonia.

Sesuai dengan studi di A.S, dimana pada abses paru, ditemukan 89% dari

kasus abses paru disebabkan oleh bakteri anaerob, dan sekitar 43% kasus abses

paru disebabkan oleh bakteri aerob. Abses paru yang disebabkan campuran bakteri

anaerob dan aerob sekitar 54% dari kasus. Namun pada pasien ini, sesuai dengan

hasil kultur bilasan cairan bronkus, ditemukan bakteri Pseudomonas aeruginosa,

(28)

III.4. Diagnosis

III.4.1 Gejala Klinis

Gejala klinis yang sering timbut pada penderita abses paru adalah batuk yang

disertai dengan dahak yang purulen, diikuti dengan sesak nafas dan nyeri dada yang

bersifat pleuritik. Pasien juga sering mengaiami demam tinggi yang dapat disertai

dengan rnenggigil bahkan kejang.

Apabila telah terjadi nekrosis pada jaringan paru yang mempunyai hubungan

langsung dengan bronkus, maka batuk pada penderita abses paru disertai dengan

dahak purulen semakin banyak dan adanya bau yang khas merupakan gejaia klinis

yang spesiftk untuk penderita abses paru. Batuk yang disertai dengan darah dapat

teijadi walaupun jarang, dan bila terjadi batuk darah, maka hai ini akan menjadf

faktor pemberat bagi penderita, bahkan dapat mengancam jiwa penderita itu sendiri.

Pada pasien ini dijumpai gejala klinis berupa sesak nafas yang diikuti adanya

batuk berdahak kental berwarna hijau dengan disertai bau yang khas.

III.4.2 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dada, tidak ada tanda - tanda yang spesifik untuk

penderita abses paru. Pada perkusi, akan didapati sonor memendek bahkan beda,

dan pada auskultasi kita akan menjumpai adanya suara pemafasan yang melemah

bahkan menghilang biia abses paru besar dan terletak dekat dengan permukaan

paru. Pada suara pemafasan ktta dapat mendengarkan adanya suara tambahan

berupa suara.

Jari tabuh akan kita jumpai pada penderita abses paru, yang telah menga!ami

supurasi jaringan paru dalam waktu 2 minggu, dengan pengobatan yang tidak

adekuaT.

III.4.3 Radiologis

Secara radiologis, penderita abses paru akan memberikan gambaran

abnormalitas, muiai dari infiltrat pneumonia, yang diikuti kemudian dengan

(29)

Foto roentgen toraks lateral akan membantu kita dalam menentukan letak lesi

di paru. Hal ini akan mempermudah kita saat melakukan pemeriksaan fisik dada dan

dapat membantu dalam pemeriksaan penunjang yang akan kita lakukan berikutnya,

seperti CT Scan toraks dan bronkoskopi.

Segmen posterior Iobus atas paru kanan merupakan tempat yang paling

sering terjadinya abses paru, diikuti dengan segmen apikal dan Iobus bawah sesuai

dengan gerakan gravitasi. Selain gambaran radiologis diatas, kita juga dapat melihat

adanya abnormalitas seperti adanya konsofidasi homogen dengan meniskus sign,

bila telah terjadi elusi pteum, Kita juga dapat temukan adanya pleura! line pada

penderita yang teteh mengalami pneumotoraks.

Pada penderita abses paru, setelah kita obati antibiotika yang adekuat, maka

kita terus melakukan foto toraks ulangan untuk evaluasi pengobatan setelah 1

minggu kemudian. Apabila abses paru telah mengalami perbaikan, seiain dari gejaia

klinis pasten yang semakin mernbaik, kita dapat melihat pula perbaikan secara

radiologis.

Secara radiologis, yang dapat kita iihat adalah adaoya pengurangan ioffet

pneumonia yang terjadi, diikuti dengan semakin meniptsnya dinding kavitas yang

ada, bahkan kavitas yang terjadi akan hilang dan tidak terdeteksi lagi. Pada sebuah

studi di AS, dari 71 orang penderita abses paru, 13% kavitas menghilang dalam

waktu 2 mtnggu, 44% menghilang dalam 4 minggu, 59% menghilang dalam 6

minggu, dan 70% menghilang dalam 3 bulan setelah pengobatan yang adekuat

Adanya gambaran fibrosis yang merupakan gambaran sisa.

lIl.4.4 Sputum

Pemeriksaan sputum sangat memegang peranan penting dalam mengetahui

jenis bakteri yang msnyebabkan terjadinya abses paru. Pada infeksi yang

disebabkan oteh bakteri anaerob, akan dijumpai sputum mukopurulen yang

mengandung banyak neutrofil yang merupakan eampuran dengan bakteri coccus

(30)

III.4.5 Bronkoskopi

Bronkoskopi digunakan sebagai atat diagnostik yang paling membantu pada

penderita abses paru. Hal ini dikarenakan dengan pemeriksaan bronkoskopi kita

dapat langsung melihat kelainan dan lokasi sumber infeksi pada bronkus. Dengan

bronkoskopi, kita dapat langsung mengambil sampel sputum dari biiasan bronkus,

dan menemukan bakteri penyebab terjadinya abses paru. Hal ini sangat membantu

kita dalam pemberian pengobatan antibiotika yang sesuai dan sensitif terhadap

bakteri yang kita temukan. Selain sebagai atat penegakan diagnostik, bronkoskopi

juga dapat kita tekukan dalam mengambil bahan - bahan iritan, seperti jarum, peiuru

ataupun corpus alienum lainnya yang menyebabkan terjadinya infeksi dan

terbentuknya abses.

III.5 Diagnosa banding

Ada beberapa diagnosa banding abses paru yang kita nilai dari gejala kiinis,

pemeriksaan fisik, terutama gambaran radioiogis dari foto toraks dengan penyakit

lain, yaitu :

III.5.1 Empiema teriokalfsir

Sangat suiit kita membedakan empiema teriokalisir dengan abses paru

secara gejala kiinis dan radioiogis. Secara kiinis keduanya dapat menghasilkan

gejala yang hampir sama. Secara radioiogis empiema teriokalisir maupun abses

paru dapat menghasilkan gambaran kavitas dengan air flud level, namun empiema

teriokalisir dapat kita lihat seperti huruf O, atau dikenal dengan D shape. CT Scan

merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat membantu kita daiam

membedakan kedua penyakit ini.

III.5.2. Bula

Secara radiologis bula dengan abses panj dapat dibedakan, dimana kavitas

yang kita curigai sebagai bula mempunyai dinding yang tipis, dan licin. Foto toraks

(31)

III.5.3 Hematoma paru

Yang dapat membedakan abses paru dengan hematoma paru adalah dengan

mengetahui adanya riwayat trauma dada. Btla pasten mengalamt keluhan batuk

teerdahak, maka sputum tidak puruten dan biasanya mengandung hematom yang

timbul daiam beberapa minggu kemudian.

III. 5.4 Pneumokoniosis

Pneumokoniosis merupakan penyakit paru kerja yang biasanya dialami

pekerja tambang batu bara. Penderita pneumokoniosis dapat menghasilkan

gambaran radiotogis kavitas yang besar dan bulat. Penderita pneumokoniosis

ditegakkan dengan bantuan adanya riwayat kerja yang terpapar dengan bahan iritan

dengan jurnlah yang banyak dan daiam waktu yang lama.

III.5.5 Gavitary lung carcinoma

Secara radioiogis, Cavitary lung carcinoma akan memberikan gambaran

kavitas yang hampir sama dengan abses paru. Cavitary lung carcinoma ser ing

diakibatkan oieh squamous carcinoma. Kavitas pada cavitary lung carcinoma

mernptinyai dinding dengan ketebaian lebih dari 15 mm dan tepi yang irregular.

Secara klinis, pada cavitary lung carcinoma berbeda dengan abses paru, dimana

jarang ditemukannya sputum purulen, dengan tanda demam, peningkatan nilai

lekosrt daiam darah, yang merupakan tanda infeksi baktefi.

Pada cavitary lung carcinoma, pemeriksaan bronkoskopi sangatlah

memegang peranan penting. Melalui bronkoskopi, kita dapat mdakukan

pemeriksaan sitotogi bilasan cairan bronkus, menemukan histopatoiogt dengan

sikatan jaringan bronkus. Apabila kita menduga pasien menderita abses paru, maka

kita dapat melakukan kultur bakteri dari bilasan cairan bronkus pula.

Sebagian penderita dewasa, tumor paru dapat terjadi bersamaan dengan

abses paru. Ha! ini disebabkan, bila jaringan paru yang nekrosis akibat tumor paru

mengafami jnfeksi oleli bakteri. Hal ini dapat pula disebabkan bila tumor

menghalangi sekresi sputum di bagian distal, sehingga terjadi infeksi o!eh bakteri.

Selain cavitary lung carcinoma, malignansi intratorakal, termasuk tumor paru

(32)

III.5.6. Tuberkulosis Paru, infeksi jamur dan actinomicosis

Pada penderita tuberkulosis paru (T8C paru), gambaran radiologis berapa

kavitas menunjukkan bahwasanya tuberkulosis paru yang terjadi aktif. Tefah

dikafeakan sebelumnya, bahwasanya abses paru selain disebabkan oteh bakteri

anaerob, juga dapat disebabkan bakteri aerob, bakteri tahan asam, serta jamur.

Oalam menegakkan diagnosa tersebut, maka kita harus melakukan perneriksaan

bakteri lengkap, sehingga kita dapat menentukan Jenis bakterinya.

III. 6. Pengobatan

III.6.1 Fisioterapi dada

Fisioterapi dada ditujukan sebagai postural drainage, yang sangat membantu

dalam mengeUiarkan bahan - bahan iritan, sekret kentai yang menyebabkan

obstruksi bronkus, dan tentunya membantu untuk mengeluarkan pus yang

diakibatkan oleh abses paru. Fisioterapi dada sebaiknya diiakukan pada awal ~ awal

terjadinya abses paru.

III.6.2. Pengobatan antibiotika

Pengobatan antibiotika, adalah pengobatan yang utama pada penderita

abses paru. Namun pemberian antibiotika harusiah adekuat, ha! ini ditentukan dari

pemberian anfibtotika yang sesuai dengan jenis bakteri yang menyebabkan abses

paru, serta obat antibiotika tersebut harus masih sensitif terhadap bakteri yang

bersangkutan.

Pemberian antibiotika yang adekuat haruslah diberikan dalam waktu 1-3

bulan, sehingga pasien abses paru dapat mengalami perbaikan, baik dari Minis,

radiologis dan tidak mengalami komplikasi dari abses paru tersebut.

III. 6.3 Bronkoskopi

Seperti yang teteh dikemukan sebelumnya, bahwasanya bronkoskopi bukan

hanya sangat mernbantu daJam penegakan diagnosa abses paru, namun juga

(33)

III.7 Prognosis

Mayoritas abses paru, yanga tidak berhubungan dengan bronkial karsinoma,

mempunyai respon yang baik terhadap pengobatan yang adekuat. Namun

kerusakan jaringan paru yang permanen tidak dapat dihindari.

IV. Kesimpulan

Telah dilaporkan satu kasus muttipel abses paru yang disebabkan terteiafmya

corpus alienum, yakni peluru logam senapan angin. Dari gejala kHnts dijumpai

adanya batuk berdahak puruten dfeertai dengan bau. Fasten juga mengaJami

demam tinggi dan sesak nafas. Dari gambaran foto toraks dijumpai beberapa buah

kavitas yang berisi air $ud teve/ serta adanya gambaran corpus alienum pada

lapangan bawah paru kanan. Pada pemeriksaan CT Scan toraks dijumpai corpus

afenum di paru kanan (segment 10) kesan peluiu dengan beberapa abses paru

disekitarnya.

Pada pemeriksaan bronkoskopi dijumpai mukosa oedema dan hiperemts,

tidak tampak adanya corpus alienum pada segmen - segmen paru, tetapi tampak

adanya cairan pus yang keiuar dari segmen posterior basalts lobus inferior paru

kanan dan d4Jakukan bilasan cairan bronkus dan evakuasi cairan pus. Dari kultur

bilasan cairan bronkus dijumpai Psewdomonas aervginosa. Antibiotika yang sensitif :

amikacin, cefotaxime, ceftazidim, cefepirne, cefoperazone/suibactam,

chioramphenicof, ciprofloxacin, cotrimoxazole, ofloxacin, piperacillin.

Setelah dijumpai bakteri penyebab abses parunya, maka pasien diberikan

antibiotika yang sensitif, lalu dievaluasi setelah 1 minggu pemberian.dengan

perbaikan secara klinis dan gambaran foto toraks. Pasien dianjurkan diiakukan

torakotomi untuk mengeluarkan peluru yang masih terdapat dilapangan bawah paru

kanan.

Pada kunjungan uiang pada bulan Maret 2009, setelah pasien mendapattkan

terapi antibiotika selama 1 bulan, keadaan pasien semakin membaik, dengan tidak

adanya lagi keiuhan klinis yang dirasakan pasien. Dari pemeriksaan fisik pasien

tidak dijumpai adanya kelainan pada toraks. Pada foto toraks evaluasi mengalami

perbaikan dengan tidak dijumpai adanya kavltas yang berisi air flud level, drjumpai

adanya garis -garis frbrosis yang merupakan sisa dari abses paru, namun masih

(34)

dianjurkan untuk diiakukan torakotomi, namun pasien belum bersedia. Setelah

diiakukan follow up, pasien menunjukkan adanya perbaikan secara klinis dan

(35)

V. Daftar pustaka

1. Fishman A.J. Aspiration, Empyema, Lung abscess, and Anaerobic ifections in

: Fishman AP, Eiias A, Fishman JA, Grippi MA et al. Fishman's Pulmonary

Diseases and Disorders. 5th

2. Seaton D. Lung Abscess in : Seaton A, Seaton D, Ward JJ. Crofton and

Douglas's Respiratory Diseases. 5

ed. Me Graw-Hill, Philadelphia. 2008:2141-2160.

th

3. Fraser R. Pulmonary infection. In : Fraser S.R, Caiman Neil, Multer L, Nestor,

Pare D.P . 4

ed. Blackwefl science Hd. 2000: 469

-484.

th

4. Bartlett JG. Anaerobic bacteria (aspiration pneumonitis and lung abscess). In :

Bone Re, ed. Pulmonary ad Critical Care Medicine. St Louis : Mosby, 1993. ed, volume II Diagnosis of Disease of the Chest Philadelphia :

WB Saunders, 1999 : 703 - 704.

5. Griffiths JK, Snydma OR. Anaerobic pleuropulmonary infections. In :

Niederman MS, Sarosi GA, GSassroth J. eds Respiratory Infections.

Philadelphia : WB Saunders, 1994.

6. Finegofd SM. Lung abscess. In: Mandell GL Bennett JE, Dolin R, eds.

Principles and Practice of Infectious Diseases. New York : Churchill

Livingstone, 1995:641.

7. Sanford JP. Pseudomonas species (including meHoidosis and glanders). In:

Mandell GL, Bennett JE, Dolin R, eds. Principles and Practice of infectious

Diseases. New YorkrChurchifl Uvtngstone, 1995.

8. Hadiarto, Penyakit Paru di Indonesia dan Penanggulangannya dalam

Pulmonologi Klinik. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1992 ha! 34-35.

9. Abses paru, available from :

February 18* 2009.

10. Ramadhaniati, Mikroorganisme Penyebab Infeksi Paru Non Tubefkuiosis Dan

Kepekaannya Terhadap Beberapa Antibiotika di Laboratorium Mikrobiologi

RS DR. M. Djamil Padang Pada Tahun 2006, available from :

Gambar

gambar beberapa
gambaran beberapa
Gambar 1 :  Lobus superior dan trunkus intermedius paru kanan Tampak orificium
gambaran konsolidasi non homogen pada sudut costo frenikus kanan dan gambaran
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengidentifikasikan kekuatan tiap individu, menempatkannya pada posisi yang tepat dan mendukungnya dengan kejelasan tugas dan tujuan serta suasana kerja

Hipotesis nol: Pemberian tugas rumah tidak efektif dalam mendorong peserta didik di kelas PGMI A dan B Semester 3 Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Bentuk Kerancang di Usaha Sulaman Ambun Suri Kota Bukittinggi Berdasarkan hasil penelitian penulis dapat diketahui bahwa bentuk kerancang di usaha sulaman Ambun Suri

Berdasarkan pengujian hipotesis 1 dan 2 telah terbukti bahwa pada periode awal masa jabatan CEO baru, terjadi praktik manajemen laba menurunkan laba (income decreasing), akan

menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada kurun waktu tersebut terutama terjadi atau bersumber dari sektor-sektor yang cenderung padat modal..  Kurangnya

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari masing-masing variabel dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas (p-value) dengan tingkat signifikasi yang digunakan

bagi Penyelenggara Sertifikasi Elektronik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a memiliki asuransi sebagai jaminan kerugian bagi Pemilik

poznati učenjak Abdul-kadir el-Bagdadi (umro 429. hidžretske) napisao je svoje poznato djelo El-ferku bejnel-firek gdje je nabrojao sedamdeset i tri skupine. Od vremena kada je