JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS KABUPATEN
KULON PROGO
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Disusun oleh Pepi Sukma Marindra
NIM 20120340080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN HAMBATAN DOKTER GIGI SEBAGAI PROVIDER DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ERA
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS KABUPATEN
KULON PROGO
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Disusun oleh Pepi Sukma Marindra
NIM 20120340080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
iii
Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya tulis ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, Maret 2016
Yang membuat pernyataan,
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Gambaran Hambatan Dokter Gigi sebagai Provider dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di
Puskesmas Kabupaten Kulon Progo”.
Selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, tak lepas dari bimbingan, dukungan, dan kerjasama dari berbahai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, anugerah, serta karunia-Nya yang tidak terbatas.
2. Nabi Muhammad SAW sebagai panutan dan suri tauladan bagi umatnya.
3. drg. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes., selaku Dekan Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadaiyah Yogyakarta.
4. drg. Hastoro Pintadi, Sp.Pros., selaku Ketua Prodi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
5. drg. Iwan Dewanto, MMR., selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah sabar dan bersedia membimbing, memberikan pengetahuan, saran, dan motivasi bagi penulis menyelesaikan Karya Tulis Imiah ini.
6. drg. Sri Utami, MPH., dan drg. Afina selaku penguji yang telah memberikan saran dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
7. drg. Dwi Aji Nugroho, MDSc., selaku penanggung jawab blok Metodologi Penelitian yang telah memberikan pengarahan.
8. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dosen-dosen pakar atas saran dan pebgetahuan yang telahdiberikan.
9. Dinas Perijinan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
10.Seluruh responden yaitu dokter gigi puskesmas Kabupaten Kulon progo yang bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam peneltaian ini.
v
penelitian dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
14.Teman-teman Kedokteran Gigi angkatan 2012 yang selalu member dukungan dan semangat.
Semoga kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada pebulis mendapat balasan dan berkah dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran gigi dan pembaca.
Yogyakarta, Maret 2016 Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii
KATA PENGANTAR ……….. iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
Abstrak ………... x
Intisari ………... xi
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 6
E. Keaslian Penelitian... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 10
A. Telaah Pustaka... 10
1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)... 10
2. Peran Puskesmas dalam Pekayanan Sistem JKN... 14
3. Puskesmas Kabupaten Kulon Progo ………. 16
4. Hambatan Dokter Gigi dalam Pelayanan JKN ... 16
B. Landasan Teori... 19
C. Kerangka Konsep... 22
D. pertanyaan Penelitian ..., 23
BAB III. METODE PENELITIAN... 24
A. Jenis dan Desain Penelitian... 24
B. Waktu dan Tempat…………... 24
C. Populasi dan Subjek Penelitian... 24
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi... 25
E. Variabel Penelitian... 25
F. Definisi Operasional... 26
G. Instrumen Penelitian... 27
H. Cara Pengumpulan Data ... 31
vii
3. Gambaran Tingkat Pengetahuan……… 51
4. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden terhadap JKN……. 54
5. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Usia… 55 B.Pembahasan……… 56
1. Gambaran Hambatan Dokter Gigi dalam Memberikan Pelayanan Era JKN di Puskesmas Kabupaten Kulon Progo……. 56
2. Hambatan Dengan Nilai Tertinggi yang Dialami Dokter Gigi Dalam Memberikan Pelayanan Era JKN di Puskesmas Kabupaten Kulon Progo………. 61
3. Gambaran Kesesuaian Persepsi Dengan Pengetahuan Dokter Gigi di Puskesmas Kabupaten Kulon Progo Tentang Sistem JKN ………... 63
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………... 66
A. Kesimpulan ………... 66
B. Saran ………. 66
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penilaian Kuisioner Persepsi ……….. 28
Tabel 2. Penilaian Kategori Menghambat Kuisioner Persepsi ………. 29
Tabel 3. Penilaian Uji Validitas Kuisioner Persepsi ……… 35
Tabel 4. Penilaian Uji Validitas Kuisioner Pengetahuan ………. 36
Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner Persepsi ………... 37
Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner Pengetahuan ……… 37
Tabel 7 Gambaran Persepsi Hambatan Dokter Gigi Era JKN ……… 42
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Variabel Kapitasi (Favorable) ……….. 44
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Variabel Sarana Kesehatan Gigi (Favorable)…... Tabel 10. Distribusi Frekuensi Variabel Sarana Kesehatan Gigi (Unfavorable)… 45 45 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Variabel Paket Manfaat (Favorable)……… Tabel 12. Distribusi Frekuensi Variabel Paket Manfaat (Unfavorable) ………… 46 47 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Variabel Beban Kerja (Favorable)……… Tabel 14. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Manage Care ……. 48 49 Tabel 15. Gambaran Distribusi Frekuensi Komponen Paradigma Sehat ……….. 50
Tabel 16 Gambaran Distribusi Frekuensi Komponen Manajemen ………... 51 Tabel 17. Gambaran Distribusi Frekuensi Komponen Paket Manfaat …………... Tabel 18. Gambaran Distribusi Frekuensi Komponen Sistem Rujukan …………
Tabel 19. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden ……….
Tabel 20. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Usia ………
ix
Gambar 3. Karakteristik Respinden Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 39
Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ……….. 40
x
challenges become an obstacle by dentists to provide oral health services, obstacle include capitation, dental health services, benefit packages, workload, and knowledge of dentists about JKN. This research aims to describe the dentist to provide oral health service of JKN era at the health center of Kulon Progo.
Methode : Descriptive observational with cross sectional design. Subject in this study are dentists of central health in Kulon Progo (n=18 people). Data was collected in Juli-September 2015. Research used questionnaire, consisted of perception and knowledge. Perception questionnaire contains questions about the perception of dentists to capitation, dental health facilities, benefits packages, and workload, assessed with Likert scale. Knowledge questionnaire contains questions about knowledge of health paradigm, management, benefit packages, and referral system, assessed with Guttmann with interval scale. Data where analyzed used descriptive statistic method with frequency and mean distribution.
Result : Characteristic of responden are : the most responden are woman (77,78%), age group of 44-55 years old (44,44%), most respondent work in non hospitalization (72,22%). Obstacles of variable capitation (88,89%), dental helath facilities (11,11%), benefit package (38,89%), and workloud (16,67%). Level of knowlwdge are : good (61,11%), moderate (33,33%), and bad (5,56%.)
Conclusion : The obstacles with the highest value is capitation and the level of knowledge of dentist about JKN are good (61,11%).
xi
INTISARI
Latar belakang : Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mulai dijalankan pada 1 Januari 2014 di Indonesia masih belum optimal. Beberapa tantangan dialami oleh tenaga kesehatan, terutama dokter gigi. Tantangan tersebut dapat menjadi hambatan. Hambatan dinilai dari kapitasi, sarana kesehatan gigi, paket manfaat, beban kerja, dan pengetahuan dokter gigi tentang JKN. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran dokter gigi sebagai provider dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut era JKN di puskesmas Kabupaten Kulon Progo.
Metode : Penelitian menggunakan metode observasional deskriptif dengan desain
cross sectional. Subjek penelitian adalah dokter gigi puskesmas Kabupaten Kulon Progo sebanyak 18 orang. Penelitian dilaksanakan pada Juli–September 2015. Instrumen penelitian adalah kuisioner, yang terdiri dari kuisioner persepsi dan pengetahuan. Kuisioner persepsi terdiri dari persepsi dokter gigi terhadap kapitasi, sarana kesehatan gigi, paket manfaat, dan beban kerja. Kuisioner pengetahuan terdiri dari paradigma sehat, manajemen, paket manfaat, dan sistem rujukan. Penilaian untuk kuisioner persepsi menggunakan skala Likert sedangkan kuisioner pengetahuan dinilai menggunakan skala Guttmann. Data dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif frekuensi dan distrbusi rata-rata.
Hasil : Karakteristik responden antara lain: responden terbanyak adalah perempuan (77,78%), responden terbanyak usia 44-55 tahun (44,44%), dan sebagian besar responden bekerja di puskesmas non rawat inap (72,22%). Hambatan pada variabel kapitasi (88,89%), sarana kesehatan gigi (11,11%), paket manfaat (38,89%), dan beban kerja (16,67%). Gambaran tingkat pengetahuan dokter gigi puskesmas kabupaten Kulon Progo adalah baik (61,11%), cukup (33,33%), dan kurang (5,56%)
Kesimpulan :. Hambatan dokter gigi era JKN dengan nilai tertinggi adalah kapitasi dan rata-rata tingkat pengetahuan responden adalah baik (61,11%).
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kesehatan di Indonesia diatur dalam Undang–Undang Republik
Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Kesehatan merupakan
suatu hal yang penting bagi setiap individu karena kesehatan merupakan
kebutuhan dasar manusia, sehingga harus dipenuhi sebagai upaya mencapai
pembangunan negara di segala bidang (Saputra, 2013). Hadits Rasulullah SAW
yang menunjukkan bahwa pemimpin wajib memenuhi kesehatan warganya
adalah hadits riwayat Muslim 7/22, “Rasulullah SAW telah mengutus seorang dokter (thabib) kepada Ubai bin Ka’ab. Dokter itu memotong satu urat dari tubuhnya, lalu membakar (mencos) bekas urat itu dengan besi bakar”. Hadits tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah SAW telah memberikan jaminan
kesehatan kepada umatnya dengan mendatangkan seorang thabib untuk
membantu seorang umatnya yang sedang sakit.
Upaya pemerintah Indonesia dalam menjamin kebutuhan kesehatan
adalah dengan membentuk program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
mulai dijalankan di seluruh Indonesia pada tanggal 1 Januari 2014. Program ini
dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial (BPJS).
Penyelenggaraan JKN berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 24 tahun
2011 tentang BPJS, Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2013 tentang jaminan
2
puskesmas, praktik dokter dan dokter gigi, klinik pratama, dan rumah sakit
kelas D atau setara.
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan salah satu upaya pemerintah
dalam melaksanakan Program Indonesia Sehat. Program Indonesia Sehat
terdiri atas Paradigma Sehat, Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer, dan JKN
(Depkes RI, 2015). Tujuan Kementrian Kesehatan menyelenggarakan Program
Jaminan Indonesia Sehat adalah sebagai upaya mewujudkan masyarakat
Indonesia berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan sehat, serta mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi– tingginya. Paradigma sehat merupakan konsep yang
harus dijalankan oleh pemberi layanan kesehatan tingkat primer untuk
menyelengarakan kebijakan yang bersifat promotif dan preventif.
Sistem pembiayaan program JKN untuk fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik
Indonesia (RI) Nomor 19 tahun 2014 adalah sistem kapitasi Dana kapitasi ini
menurut Permenkes tersebut merupakan dana yang diberikan kepada fasilitas
kesehatan tingkat pertama setiap bulannya tanpa memperhitungkan jenis dan
jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan, dengan tarif per kapita yang sudah
ditentukan. Tarif kapitasi menurut Permenkes Nomor 59 RI tahun 2014 untuk
puskesmas adalah sebesar Rp 3.000,00–Rp 6.000,00, klinik pratama dan
praktik dokter tanpa dokter gigi Rp 8.000,00–Rp 10.000,00 , dan praktik dokter
gigi mandiri Rp 2.000,00.
Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) menetapkan bahwa pelayanan
sistem pembiayaan pada strata primer adalah kapitasi dan srata sekunder adalah
DRG (Diagnosis Related Group) atau disebut dengan Indonesia Case Based Group (INA CBG’s) (Dewanto dan lestari, 2014). Peran dokter gigi di era JKN ini adalah meningkatkan upaya promotif dan preventif pada masyarakat,
sehingga apabila masyarakat sudah melakukan pencegahan terhadap penyakit
gigi dan mulut diharapkan dapat menurunkan tingginya tingkat penyakit gigi
dan mulut di Indonesia. Peran tersebut dapat dilakukan oleh dokter gigi yang
bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama milik daerah yaitu
puskesmas, karena kecenderungan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan puskesmas ketika sakit. Hingga kini sebagian besar masyarakat
masih memiliki kecenderungan pergi ke fasilitas kesehatan saat sudah
mengalami sakit yang cenderung parah, hal tersebut dipengaruhi oleh tingginya
biaya kesehatan terutama kesehatan gigi (Hamdani, 2013).
Pelaksanaan JKN di Indonesia dianggap masih belum optimal,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2014 mengungkapkan
bahwa saat ini upaya penguatan fasilitas serta sarana dan prasarana di
pelayanan kesehatan tingkat pertama masih dilakukan. Ketersediaan sarana dan
prasarana menjadi tantangan strategis pelayanan kesehatan primer dalam
pelaksanaan program JKN karena sarana dan prasarana merupakan syarat
untuk mendukung pelaksanaan program (Taher, 2013). Ketersediaan sarana
dan prasarana tersebut dapat menjadi hambatan bagi dokter gigi sebagai
pelayan kesehatan di fasilitas kesehatan pertama terutama puskesmas apabila
sarana dan prasarana tidak mendukung. Kesiapan stakeholder atau
4
berperan dalam mendukung keberhasilan terselenggaranya program JKN
terutama pada tersedianya sarana dan prasarana (Geswar dkk., 2014).
Kesiapan dari tenaga kesehatan juga merupakan faktor penting dalam
terselengganya JKN terutama dalam mengelola dana kapitasi dan pemahaman
tentang paket manfaat JKN. Terdapat beberapa masalah yang dihadapi dokter
gigi sebagai tenaga kesehatan pada paket manfaat, antara lain ketidakjelasan
tindakan scalling 1 tahun sekali yang terdapat dalam paket manfaat BPJS, obat pasca ekstraksi, dan jenis tindakan yang dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan
sekunder (Dewanto dan Lestari, 2014). Masalah lain yang dapat menjadi
hambatan adalah beban kerja yang meningkat seiring dengan peningkatan dan
tugas administratif yang dibebankan kepada sebagian tenaga kesehatan.
Berdasarkan masalah tersebut, perlu adanya penelitian tentang
gambaran hambatan dokter gigi sebagai provider puskesmas dalam pelayanan
JKN di daerah rural yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah rural
adalah daerah di mana sebagian besar penduduknya hidup bergantung pada
sektor pertanian dan tinggal di pedesaan. Sebesar 70% penduduk Indonesia
tinggal di daerah pedesaan dengan angka kemiskinan yang masih tinggi.
Perbedaan daerah perkotaan atau urban dengan daerah pedesaan atau rural
adalah adanya kesenjangan sosioekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan,
dan pendapatan, sehingga berdampak pada akses masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Masyarakat pedesaan
memiliki akses ke pelayanan kesehatan lebih rendah dibandingkan masyarakat
perkotaan karena terbatasnya fasilitas kesehatan, rendahnya pengetahuan, dan
pedesaan umumnya berbeda dengan daerah urban atau perkotaan, di daerah
rural banyak menemui kendala karena tidak meratanya persebaran tenaga
kesehatan di mana banyak tenaga kesehatan yang memilih untuk ditempatkan
di daerah kota (Lestari, 2013). Kondisi tersebut akan mempengaruhi pelayanan
kesehatan di daerah rural karena tenaga kesehatan berperan penting dalam
mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Salah satu daerah rural yang berada di provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah Kabupaten Kulon Progo, dalam penelitian ini akan
dilakukan penelitian di daerah tersebut karena Kabupaten Kulon Progo dapat
mewakili daerah rural di Indonesia. Daerah Kabupaten Kulon Progo meliputi
daerah perbukitan, dataran tinggi, dan dataran rendah. Kondisi daerah tersebut
kemungkinan menjadi kendala masyarakat dalam mengakses fasilitas
kesehatan seperti puskesmas, dan menjadi hambatan pula dalam pelayanan
kesehatan pada program JKN di wilayah tersebut karena puskesmas merupakan
ujung tombak dari pelayanan kesehatan masyarakat. Jumlah puskesmas di
Kabupaten Kulon Progo sebanyak 21 unit yang terdiri dari 5 puskesmas
dengan rawat inap, 16 puskesmas non rawat inap 2 diantaranya dilengkapi
dengan rumah bersalin, dan jumlah puskesmas pembantu sebanyak 68 unit
(Dinkes Kabupaten Kulon Progo, 2014).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Dinas Kabupaten Kulon Progo
pada tahun 2013 dalam hasil review Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga sebesar 30,51% yang telah melaksanakan PHBS.
Program PHBS merupakan salah satu program dari puskesmas untuk
6
paradigma sehat pada program Jaminan Kesehatan Nasional. Bidang kesehatan
gigi, prevalensi kesakitan gigi di Kabupaten Kulon Progo masih sangat tinggi
yaitu sebesar 90% serta kesadaran masyarakat dalam berobat masing sangat
rendah yaitu sebesar 1%, hal tersebut dituturkan oleh drg Hendro Suwarno
selaku ketua unit Pendidikan dan Pelatihan Profesional Kedokteran
Berkelanjutan (PPPKB) Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) kepada Radar
Jogja pada Mei 2014. Berdasarkan masalah–masalah tersebut maka perlu
dilakukan penelitian terhadap hambatan dokter gigi dalam pelayanan JKN di
puskesmas Kabupaten Kulon Progo.
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah yaitu
bagaimanakah gambaran hambatan dokter gigi sebagai provider dalam
memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut era JKN di puskesmas
Kabupaten Kulon Progo ?
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui gambaran tentang hambatan dokter gigi
sebagai provider dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut era
JKN di Kabupaten Kulon Progo.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui nilai tertinggi hambatan dokter gigi dalam memberikan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut era JKN.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi instansi terkait dalam penelitian ini adalah puskesmas di
Kabupaten Kulon Progo sebagai informasi tentang gambaran terhadap
hambatan yang dialami dokter gigi dalam memberikan pelayanan JKN
bidang kedokteran gigi.
2. Bagi dokter gigi sebagai evaluasi terhadap hambatan yang telah
dialami dalam pelayanan JKN pada bidang kedokteran gigi.
3. Bagi ilmu pengetahuan sebagai pengetahuan tentang gambaran
terhadap hambatan pelayanan JKN bidang kedokteran gigi di
Kabupaten Kulon Progo.
4. Bagi penulis sebagai pengetahuan tentang gambaran dokter gigi
terhadap hambatan dalam pelayanan JKN di bidang kedokteran gigi
di Kabupaten Kulon Progo.
E. Keaslian Penelitian
1. Judul : Kesiapan Stakeholder dalam Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Gowa (Geswar dkk., 2014)
Penelitian ini meneliti tentang kesiapan fasilitas kesehatan, regulasi,
dan sosialisasi stakeholder (pelaksana program) kepada masyarakat dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Gowa.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan
peneliti adalah pertama sampel penelitian, sampel penelitian tersebut
8
sebagai pelayanan kesehatan. Kedua cara pengumpulan data yang
digunakan, pengumpulan data penelitian tersebut adalah indepth interview sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan kuesioner dengan skala Likert.
2. Judul : Studi tentang Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Daerah
(Jamkesda) di puskesmas Sidomulyo Kecamatan Samarinda Ilir Kota
Samarinda (Saputra, 2013). Penelitian tersebut menggambarkan
pelaksanaan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Persamaan
penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti
adalah jenis penelitian yaitu penelitian deskriptif. Penelitian tersebut
memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu cara
pengumpulan data, pada penelitian tersebut cara pengumpulan data
dengan melakukan wawancara, sedangkan pada penelitian ini
menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data.
3. Judul : Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Berdasarkan Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 (Hamdani, 2013). Penelitian
tersebut membahas tentang implementasi program pelayanan
Jamkesmas yang terjadi ketidaksesuaian pada pembagian kartu
Jamkesmas di kecamatan Sawahan kabupaten Nganjuk dan hambatan
yang ditemui pada implementasi Jamkesmas. Persamaan pada
penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah variabel penelitian
yaitu hambatan dari pelaksanaan program jaminan kesehatan.
penelitian tersebut menggunakan metode yuridis sosiologis sedangkan
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A.Telaah Pustaka
1. Jaminan Kesehatan Nasional
a. Definisi dan Dasar Hukum
Jaminan Kesehatan Nasional menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2013 pasal 1 ayat (1) adalah jaminan
berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran
dan iurannya dibayar oleh pemerintah. Dasar hukum pelaksanaan JKN
adalah :
1) Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2013 tentang perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan.
2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 tahun 2013 tentang standar tarif
pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan tingkat
lanjutan dalam penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan.
3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 tahun 2013 tentang pelayanan
kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional.
4) Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK/MENKES/31/I/2014 tanggal
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan dalam penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan.
5) Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK/MENKES/32/I/2014 tanggal
16 Januari 2013 tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi peserta
BPJS Kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan dalam penyelenggaraan program Jaminan
Keehatan.
b. Prosedur pelayanan JKN
Peserta JKN diharuskan untuk berobat di fasilitas kesehatan tingkat
pertama seperti puskesmas, klinik swasta, dokter praktik, klinik TNI atau
POLRI yang bekerjasama dengan BPJS kesehatan sesuai dengan tempat
peserta mendaftar. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang tidak
dapat ditangani, maka FKTP tersebut dapat merujuk ke fasilitas kesehatan
tingkat lanjut yang bekerjasama dengan BPJS (BPJS, 2013)
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama salah satunya adalah puskesmas.
Berdasarkan Peraturan Presiden No 32 tahun 2014, pemanfaatan dana
kapitasi JKN pada FKTP digunakan untuk jasa pelayanan kesehatan dan
biaya operasional pelayanan kesehatan. Jasa pelayanan ditetapkan minimal
sebesar 60% dari jumlah kapitasi yang diperoleh oleh FKTP dan sisanya
digunakan sebagai biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya. Standar
tarif kapitasi di FKTP diatur pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
12
3.000,00 sampai dengan Rp 6.000,00 untuk rumah sakit kelas D, klinik
pratama, praktik dokter sebesar Rp 8.000,00 sampai dengan Rp 10.000,00,
dan untuk praktik dokter gigi perorangan sebesar Rp 2.000,00. Tarif kapitasi
untuk puskesmas yang memiliki dokter gigi berdasarkan Surat Edaran
Menteri Kesehatan No. HK/MENKES/32/I/2014 adalah sebesar Rp 6.000,00
dan Rp 10.000,00 untuk RS kelas D pratama, klinik pratama atau fasilitas
kesehatan setara.
Alokasi dana kapitasi berdasarkan Permenkes Nomor 19 tahun 2014
tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional untuk Jasa
Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah pasal 4, alokasi dana
kapitasi dimanfaatkan untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan bagi
tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang melakukan pelayanan di
fasilitas kesehtan tingkat pertama.
c. Jaminan Kesehatan Nasional di Bidang Kedokteran Gigi
Pelayanan JKN di bidang kedokteran gigi dibagi menjadi 2 yaitu
pelayanan primer dan sekunder (Dewanto dan lestari, 2014). Pelayanan
primer pada bidang kedokteran gigi dilakukan oleh dokter gigi umum
(general practitioner) di pusat pelayanan primer yaitu puskesmas maupun praktik dokter gigi mandiri, sedangkan pelayanan sekunder dilakukan oleh
dokter gigi spesialis di rumah sakit. Sistem pembiayaan pada pelayanan
pelayanan sekunder menggunakan sistem DRG (Diagnosis Related Group)
atau INA – CBG’s (Indonesia Case Based Group). Sistem kapitasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2014
pasal 1 (3) adalah sistem pembayaran dengan memberikan besaran
pembayaran dana per bulan yang dibayarkan di muka kepada FKTP
berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan
jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama yang dimaksud yaitu fasilitas yang melakukan pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik untuk keperluan observasi,
diagnosis, perawatan, pengobatan, maupun pelayanan kesehatan lainnya
seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2014 pasal 1 (2).
Paket pelayanan JKN yang telah ditentukan pada pelayanan
kedokteran gigi antara lain :
1) Administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta
untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke fasilitas
kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di fasilitas
kesehatan tingkat pertama.
2) Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis.
3) Premedikasi
4) Kegawatdaruratan oro – dental.
14
6) Obat pasca ekstraksi
7) Tumpatan komposit atau glass ionomer cement (GIC). 8) Pencabutan gigi permanen tanpa pemyulit.
9) Scalling (1 kali dalam setahun) (BPJS, 2013). 2. Peran Puskesmas pada Sistem JKN
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 tahun 2014 pasal 1 tentang pusat kesehatan masyarakat, pengertian
puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan masyarkat yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi- tingginya di
wilayah kerjanya. Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan, dalam
satu kecamatan minimal terdapat 1 unit puskesmas dengan jumlah penduduk
30.000–50.000 jiwa. Sesuai peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5/74,
secara administratif berada di bawah administrasi Daerah Kabupaten atau Kota,
tetapi secara administrasi medis teknis mendapat pembinaan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Kota dan Propinsi. Wewenang untuk menetapkan
wilayah kerja puskesmas dilaksanakan oleh Bupati atau Walikota berdasarkan
saran kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota (Muninjaya, 2004).
Nomor 128 tahun 2008 bab IV tentang upaya dan azas penyelenggaraan
puskesmas antara lain :
1) Upaya promosi kesehatan
2) Upaya kesehatan lingkungan
3) Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
4) Upaya perbaikan gizi
5) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6) Upaya pengobatan
Peran puskesmas dalam pelayanan JKN berdasarkan prinsip dari
puskesmas adalah melakukan upaya promotif dan preventif yang sejalan
dengan konsep JKN yaitu prinsip paradigma sehat yang berarti mendorong
pelayanan kesehatan untuk melakukan upaya promotif dan preventif.
Puskesmas juga merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
wilayahnya berada di kecamatan sehingga lebih mudah diakses oleh masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sehingga dalam pelayanan JKN ini
puskesmas menjadi gate keeper atau ujung tombak dalam pelayanan kesehatan (Muninjaya, 2004)
Era JKN ini prosedur pelayanan kesehatan dirubah, di mana
masyarakat sebagai peserta JKN yang ingin berobat harus terlebih dahulu
mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas sebagai fasilitas tingkat
pertama. Peserta JKN tidak diperkenankan langsung datang ke rumah sakit
16
berwenang merujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan apabila tidak dapat
menanggulangi masalah kesehatan yang dialami peserta (BPJS 2013).
3. Puskesmas Kabupaten Kulon Progo
Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki
puskesmas sebanyak 21 unit yang terdiri dari 5 puskesmas dengan tempat tidur
yaitu Puskesmas Sentolo I, Temon I, Galur II, Samigaluh II, dan Girimulyo II,
dan 16 puskesmas non tempat tidur 2 diantaranya dilengkapi dengan rumah
bersalin yaitu puskesmas Lendah I dan Panjatan I. jumlah puskesmas pembantu
sebanyak 68 unit yang tersebar di kabupaten Kulon Progo (Dinkes Kabupaten
Kulon Progo, 2014). Jumlah dokter gigi yang bekerja di puskesmas sebanyak
21 orang.
4. Hambatan Dokter Gigi dalam pelayanan JKN
Hambatan dokter gigi pada penelitian ini merupakan halangan atau
kendala yang mengakibatkan pelayanan JKN dalam bidang kedokteran gigi
berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hambatan dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan menurut Muninjaya (2004), dibagi menjadi 2 faktor, yaitu
hambatan berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang
menghambat pelayanan kesehatan berasal dari sumber daya manusia,
ketersediaan dana, sarana prasarana, dan sosialisasi pelaksanaan dan peraturan
program JKN. Hambatan internal dokter gigi era JKN antara lain kurangnya
pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia, sarana dan prasarana
pelaksanaan dalam prosedur program JKN, dan peningkatan beban kerja
(Muninjaya, 2004).
Hambatan internal yang dialami dokter gigi pada pelayanan JKN
antara lain :
a. Kapitasi
Konsep dokter gigi keluarga dalam pelayanan kesehatan adalah
melakukan upaya pelayanan dengan sistem pembiayaan yang bersifat
prospektif (kapitasi) untuk mewujudkan kendali mutu dan biaya (Dewanto,
2013). Konsep tersebut mendorong pelayanan dokter gigi di era JKN untuk
melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut seoptimal mungkin, yang
berarti dokter gigi tidak hanya melakukan upaya kuratif dan rehabilitatif saja
kepada peserta JKN tetapi harus melakukan upaya promotif dan preventif.
Kelemahan dokter gigi yang terjadi saat ini adalah tidak dilakukannya
administrasi dan sistem manajerial yang baik dalam praktik, kebanyakan
dokter gigi hanya melakukan upaya pelayanan saja (Dewanto, 2013).
b. Sarana dan prasarana fasilitas kesehatan belum mencukupi
Sarana kesehatan merupakan salah satu hal yang penting untuk
dipenuhi. Tantangan strategis pelayanan kesehatan primer dalam
pelaksanaan program JKN pada ketersediaan sarana dan prasarana adalah
keterbatasan pemenuhan sarana dan prasarana untuk mendukung
pelaksanaan pelayanan akibat dari kurangnya pemahaman dan perencanaan
18
c. Paket manfaat
Permasalahan yang timbul di fasilitas pelayanan kesehatan primer
pada pelaksanaan JKN adalah belum ada penjelasan yang lengkap mengenai
paket manfaat yang disediakan, antara lain tindakan, obat yang diberikan,
dan rujukan (Dewanto dan Lestari, 2014). Hal tersebut membingungkan
dokter dalam melakukan perawatan.
d. Beban kerja
Beban kerja yang ditanggung oleh tenaga kesehatan di pusat
pelayanan primer atau puskesmas beragam, ada puskesmas yang memiliki
beban kerja yang berat namun ada juga yang memiliki beban kerja yang
ringan. Tugas tenaga medis di puskesmas tidak hanya melayani masyarakat
di bidang kesehatan saja, ada sebagian tenaga kesehatan yang juga bertugas
mengurus administratif, sehingga menyebabkan beban tenaga kesehatan
bertambah. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 tahun 2014 mengatur
tentang penggunaan dana kapitasi JKN dan dukungan biaya operasional pada
fasilitas kesehatan tingkat pertama milik pemerintah daerah, pada pasal 4
mengatur pola poin penilaian terhadap variabel jenis tenaga yang ada di
puskesmas. Peraturan tersebut variabel yang disebutkan hanya variabel jenis
tenaga kerja dan tingkat pendidikan sebagai pedoman pemberian jasa
pelayanan, tidak diatur mengenai beban kerja dan kinerja tenaga kesehatan.
sedangkan jasa pelayanan tidak diperhitungkan menyebabkan pekerjaan
yang dilakukan tidak optimal.
e. Pengetahuan dokter gigi tentang paradigma sehat dan sistem kapitasi
Tingkat pengetahuan dokter gigi tentang paradigma sehat dan sistem
kapitasi sangat mempengaruhi pelayanan yang akan dilakukan.
Ketidakpahaman dokter gigi tentang konsep paradigma sehat akan membuat
dokter gigi lebih banyak melakukan tindakan kuratif dan rehabilitatif, yang
akan berakibat pada meruginya dokter gigi karena besaran kapitasi yang
diperoleh tidak mencukupi (Dewanto dan Lestari, 2014). Hal tersebut dapat
menjadi hambatan karena konsep dari program JKN adalah paradigma sehat
yang mengharuskan dokter gigi untuk lebih banyak melakukan tindakan
promotif dan preventif dengan sistem kapitasi.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pelayanan JKN adalah
pengetahuan masyarakat tentang program JKN dan keadaan geografis yang
dapat mempengaruhi minimnya akses masyarakat untuk datang ke tempat
pelayanan kesehatan (Muninjaya, 2004).
B.Landasan Teori
JKN yang mulai dioperasionalkan pada tanggal 1 Januari 2014
merupakan salah satu cara pemerintah dalam memberikan hak kesehatan yang
20
Program JKN ini bertujuan untuk mengubah pola pikir pelayanan kesehatan di
Indonesia dari paradigma sakit ke paradigma sehat. Paradigma sakit adalah
kecenderungan pelayanan kesehatan untuk melakukan tindakan kuratif dan
rehabilitatif. Era JKN ini, pelayanan kesehatan didorong untuk merubah pola pikir
tersebut menjadi paradigma sehat yaitu upaya pelayanan kesehatan yang
mengedepankan untuk melakukan tindakan preventif dan promotif. Pola pikir
tersebut diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan dengan melakukan
tindakan promotif kepada masyarakat untuk mencegah terjadinya suatu penyakit.
Puskesmas merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan
masyarakat. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama bertugas
membina masyarakat untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat. Fungsi
puskesmas adalah melakukan tindakan promotif, preventif, dan kuratif. Puskesmas
sangat berperan dalam upaya mengubah pola pikir paradigma sakit menuju
paradigma sehat karena sebagian besar masyarakat Indonesia lebih memilih datang
ke puskesmas untuk berobat dari pada ke praktik – praktik dokter maupun klinik
karena lebih terjangkau, sehingga puskesmas akan lebih mudah menjalankan tugas
promotif dan preventif tersebut.
Kesehatan gigi dan mulut hingga saat ini belum menjadi prioritas utama
masyarakat untuk diperhatikan. Masyarakat umumnya datang ke fasilitas
kesehatan apabila sudah merasakan adanya keluhan. Masyarakat masih belum
memahami pentingnya kesehatan gigi dan mulut sehingga kunjungan masyarakat
Tingginya biaya perawatan di bidang kedokteran gigi menjadi salah satu alasan
masyarakat untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan gigi. Masalah tersebut
hendaknya menjadi tugas utama dokter gigi khususnya di puskesmas untuk
melakukan upaya promotif dan preventif.
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan sampai saat ini belum berjalan dengan
lancar. Adanya hambatan–hambatan menurut persepsi dan pengetahuan tenaga
kesehatan masih menjadi kendala dalam pelaksanaan JKN. Hambatan-hambatan
tersebut terdiri dari hambatan internal yang bersumber dari program dan pelaksana
program dan hambatan eksternal yang bersumber dari masyarakat dan kondisi
geografis yang dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan. Hambatan internal yang
dapat terjadi menurut persepsi dari tenaga kesehatan pada dokter gigi khususnya
dalam hal ini dibagi menjadi 4 komponen yaitu kapitasi, sarana kesehatan gigi,
paket manfaat, dan beban kerja. Kondisi geografis merupakan salah satu hambatan
eksternal yang dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan, letak pusat pelayanan
kesehatan yang jauh sehingga meyebabkan akses masyarakat ke pelayanan
kesehatan rendah. Hambatan-hambatan tersebut dapat menyebabkan program JKN
tidak memenuhi target yang ingin dicapai. Penelitian ini meneliti tentang
hambatan JKN yang bersifat internal pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut
22
C.Kerangka Konsep
Keterangan : : Diteliti
[image:34.612.181.508.120.697.2]: Tidak diteliti Gambar 1.Kerangka konsep
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Provider Peserta
Pelayanan Kesehatan
Hambatan dalam pelaksanaan JKN
Eksternal : 1. Tingkat
pengetahuan masyarakat 2. Demografi 3. Letak geografis Internal
1. Kecukupan besaran kapitasi
2. Sarana dan
prasarana 3. Paket manfaat 4. Beban kerja 5. Pengetahuan
dokter gigi tentang JKN
D. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penenelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah gambaran hambatan dokter gigi dalam memberikan pelayanan
era JKN di puskesmas Kabupaten Kulon Progo?
2. Apakah hambatan yang memiliki nilai tertinggi yang dialami dokter gigi
dalam memberikan pelayanan era JKN di puskesmas Kabupaten Kulon
Progo?
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif, dengan jenis data kuantitatif. Observasional deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu peristiwa. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional (Susilo dan Suyanto, 2014).
B.Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - September 2015, di Puskesmas
kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
C.Populasi dan Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah dokter gigi fungsional yang
bekerja di 21 puskesmas wilayah Kabupaten Kulon Progo.
2. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah dokter gigi fungsional yang bekerja
di puskesmas Kabupaten Kulo Progo sebanyak 21 orang. Teknik sampling yang
25
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
a. Dokter gigi fungsional yang bekerja di Balai Pengobatan (BP) gigi di
puskesmas Kabupaten Kulon Progo.
b. Dokter gigi yang bekerja di puskesmas Kabupaten Kulon Progo yang
bekerja sama dengan BPJS.
c. Dokter gigi piskesmas yang memiliki lama kerja minimal satu.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah
a. Dokter gigi puskesmas yang menolak menjadi responden.
b. Dokter gigi puskesmas yang sedang cuti saat penelitian berlangsung.
Responden penelitian ini sebanyak 19 orang, namun 1 orang termasuk
dalam kriteria eksklusi karena sedang cuti, sehingga total responden dalam
penelitian ini adala 18 orang dokter gigi.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah faktor – faktor hambatan dokter
gigi sebagai provider dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
a) Persepsi hambatan dokter gigi
b) Tingkat pengetahuan dokter gigi
2. Variabel Terkendali
a) Dokter gigi yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) dan Surat Tanda
Registrasi (STR).
b) Melakukan pelayanan kesehatan untuk peserta JKN di puskesmas
Kabupaten Kulon Progo.
3. Variabel tidak terkendali
a) Jenis kelamin
b) Usia
F. Definisi Operasional
1. Persepsi
Kuisioner persepsi terdiri dari komponen :
a) Kapitasi
Kapitasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah kecukupan besaran
kapitasi untuk menjalankan praktik, sistem kapitasi, serta perlunya
peningkatan besaran kapitasi.
b) Sarana kesehatan gigi
Sarana kesehatan gigi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dental
27
praktik kedokteran gigi.
c) Paket manfaat bidang kedokteran gigi
Paket manfaat yang dimaksud pada penelitian adalah jenis-jenis tindakan
yang dijamin JKN dan sistem rujukan.
d) Beban kerja
Beban kerja yang dimaksud pada penelitian ini adalah beban kerja yang
ditanggung oleh dokter gigi selama menjalankan praktik si era JKN.
e) Kontrol
kontrol yang dimaksud pada penelitian ini adalah variabel yang digunakan
untuk mengetahui pemahaman dokter gigi terhadap konsep manage care. 2. Tingkat Pengetahuan Dokter Gigi
Pengetahuan dokter gigi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pengetahuan dokter gigi tentang paradigma sehat, manajemen, paket manfaat,
dan sistem rujukan pada JKN. Tingkat pengetahuan dokter gigi pada
penelitian ini diukur menggunakan skala Gutmann dengan skala data interval.
G.Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat ukur yang digunakan pada saat penelitian (Arikunto,
2006). Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner dibuat oleh peneliti digunakan dibuat berdasarkan variabel hambatan
beban kerja, dan pengetahuan dokter gigi teehadap JKN. Penelitian ini
menggunakan 2 macam kuesioner, kuesiner pertama digunakan untuk
mengetahui persepsi dokter gigi terhadap hambatan dalam pelayanan JKN
dengan menggunakan penilaian skala Likert 1-4 dengan pernyataan favorable
[image:41.612.130.532.305.417.2]dan unfavorable . Penilaian penyataan favorable dan unfavorable adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Penilaian Kuisioner Persepsi
Pernyataan jawaban kuisioner persepsi
Jenis Petanyaan
Favorable Unfavorable
Sangat tidak setuju Tidak setuju Setuju Sangat setuju
1 2 3 4
4 3 2 1
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval yang berisi 18
butir pernyataan, kuisioner kedua digunakan untuk mengetahui pengetahuan
JKN dengan penilaian menggunakan skala Guttman dengan skala data interval,
dengan penilaian salah dinilai 0 dan benar dinilai 1, dengan skala pengukuran
yang digunakan adalah skala ratio. Kuesioner pengetahuan terdiri dari 18
pernyataan.
Kuisioner persepsi setelah dinilai menggunakan skala Likert
selanjutnya digolongkan menjadi 2 kategori yaitu kategori menghambat dan tidak
menghambat. Penggolongan data tersebut dihitung menggunakan rumus interval
29
I = NT – NR K
Keterangan : I = Interval
NT = Nilai tertinggi
NR = Nilai terendah
K = Kategori (terdapat 2 kategori yaitu menghambat dan tidak
menghambat) (Hadi, 1981)
[image:42.612.136.516.374.446.2]Penilaian kategori menghambat pada kuisioner persepsi adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Penilaian Kategori Menghambat Kuisioner Persepsi
Variabel Menghambat Tidak menghambat
Kapitasi 11-16 4-10
Sarana kesehatan gigi 11-16 4-10
Paket manfaat 13-20 5-12
Beban kerja 6-8 2-5
Penggolongan kategori menghambat dan tidak menghambat dinilai
dengan cara menghitung nilai interval di setiap variabel. Nilai tertinggi diperoleh
dari jumlah pertanyaan dalam setiap variabel dikalikan nilai maksimal pada
setiap pertanyaan yaitu 4, sedangkan nilai terendah diperoleh dari jumlah
pertanyaan setiap variabel dikalikan nilai minimal yaitu 1. Selanjutnya untuk
menentukan kategori tidak menghambat, nilai terendah dari setiap variabel
ditambahkan dengan nilai interval, dan untuk mengetahui kategori menghambat
nilai tertinggi setiap variabel dikurangi nilai interval.
1. Kapitasi
Jumlah pertanyaan dari variabel kapitasi adalah 4, sehingga didapatkan
nilai terendahnya 4 dan nilai tertinggi adalah 16 karena setiap pertanyaan nilai
tertingginya adalah 4. Rentang nilai setiap kategori ditentukan dengan rumus
interval. Hasil dari perhitungan nilai interval pada variabel kapitasi adalah 6.
Perhitungan untuk rentang nilai kategori tidak menghambat 4+6= 10,
sehingga diketahui rentang nilai kategori tidak menghambat adalah 4-10 dan
kategori menghambat adalah 11-16.
2. Sarana kesehatan gigi
Jumlah pertanyaan dari variabel sarana kesehatan gigi adalah 4,
sehingga didapatkan nilai terendahnya 4 dan nilai tertinggi adalah 16 karena
setiap pertanyaan nilai tertingginya adalah 4. Rentang nilai setiap kategori
ditentukan dengan rumus interval. Hasil dari perhitungan nilai interval pada
variabel sarana kesehatan gigi adalah 6. Perhitungan untuk rentang nilai
kategori tidak menghambat 4+6= 10, sehingga diketahui rentang nilai kategori
tidak menghambat adalah 4-10 dan kategori menghambat adalah 11-16.
3. Paket manfaat
Jumlah pertanyaan variabel paket manfaat 5, sehingga diperoleh nilai
terendahnya 5 dan nilai tertinggi adalah 20 karena setiap pertanyaan nilai
tertingginya adalah 4. Rentang nilai setiap kategori ditentukan dengan rumus
interval. Hasil dari perhitungan nilai interval pada variabel paket manfaat
31
menghambat 5+7= 12, sehingga diketahui rentang nilai kategori tidak
menghambat adalah 5-12 dan kategori menghambat adalah 13-20.
4. Beban kerja
Jumlah pertanyaan dari variabel beban kerja adalah 2, sehingga
didapatkan nilai terendahnya 2 dan nilai tertinggi adalah 8 karena setiap
pertanyaan nilai tertingginya adalah 4. Rentang nilai setiap kategori
ditentukan dengan rumus interval. Hasil dari perhitungan nilai interval pada
variabel adalah 3. Perhitungan untuk rentang nilai kategori tidak menghambat
2+3= 5, sehingga diketahui rentang nilai kategori tidak menghambat adalah
2-5 dan kategori menghambat adalah 6-8.
Penilaian kuisioner pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu baik,
cukup, dan kurang. Responden dinilai memiliki kategori baik apabila persentase
jawaban benar adalah ≥75%, cukup apabila presentase jawaban benar 56-74%,
dan kurang apabila presentase jawaban benar ≤55% (Arikunto, 2006).
H.Cara Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap yang dilakukan peneliti sebelum
melakukan penelitian. Tahap persiapan ini dilakukan dengan cara :
a) Melakukan penelitian pendahuluan.
c) Mengurus perijinan di Dinas Kesehatan kabupaten / kota terkait untuk
melakukan penelitian.
d) Melakukan perijinan dengan puskesmas terkait untuk melakukan penelitian.
e) Melakukan uji validitas dan realibitas.
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan kepada 43 responden sebanyak 43
orang di Puskesmas kabupaten Bantul dan Sleman.
2. Tahap Penelitian
a) Memberikan persetujuan penelitian dan memberikan kuisioner kepada 21
dokter gigi puskesmas Kabupaten Kulon Progo.
b) Melakukan analisis data hasil penelitian.
33
[image:46.612.194.408.142.587.2]I. Alur Penelitian
Gambar 2. Alur penelitian
Tahap persiapan
(Penelitian pendahuluan, mempersiapkan alat ukur, perijinan)
Uji validitas dan reliabilitas
Tahap penelitian
(Memberikan persetujuan dan memberikan kuisioner kepada 21 dokter gigi puskesmas Kabupaten
Kulon Progo)
Melakukan uji analisis data menggunakan software
J. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menguji ketepatan data dengan hasil
yang dilaporkan oleh peneliti, dalam penelitian ini menggunakan rumus
product moment untuk menguji ketepatan kuisioner menggunakan program SPSS 15.0. Uji validitas dilakukan dengan memberikan 22 butir pernyataan
persepsi dan 18 pernyataan pengetahuan pada 43 responden yang memiliki
kriteria yang sama dengan subjek penelitian. Hasil uji validitas diperoleh
dengan membandingkan nilai rtabel dengan nilai rhitung pada setiap butir
pernyataan. Nilai rtabel dengan interval kepercayaan 95% dapat diperoleh
melalui tabel r product moment pearson dengan df (degree of freedom) = n–2 sehingga df = 43-2 = 41, maka r tabel = 0,3008. Suatu butir pernyataan
dianggap valid jika nilai rhitung > rtabel.
a. Kuisioner persepsi
Berdasarkan hasil uji validitas instrument sebanyak 22 butir
pernyataan pada 43 responden diperoleh nilai rtabel dengan interval
kepercayaan sebesar 95% adalah 0,3008 Nilai tersebut dibandingkan
35
Tabel 3.Penilaian Uji Validitas Kuisioner Persepsi
Variabel Pernyataan Hasil uji validitas Nilai signifikan Kapitasi Butir 1
Butir 2 Butir 3 Butir 4 0,505 0,750 0,367 0,331 0,001 0,130 0,290 0,003 Sarana kesehatan gigi Butir 1 Butir 2 Butir 3 Butir 4 Butir 5 Butir 6 0,449 0,443 0,193 0,435 0,462 -0,189 0,003 0,003 0,215 0,004 0,002 0,228 Paket manfaat Butir 1
Butir 2 Butir 3 Butir 4 Butir 5 0,578 0,495 0,502 0,560 0,497 0,000 0,001 0,001 0,000 0,001
Beban kerja Butir 1 0,173 0,240
Butir 2 Butir 3 0,234 0,515 0,131 0,000 Butir 4 Butir 5 0,368 -0,060 0,014 0,971 Kontrol Butir 1
Butir 2
0,546 0,382
0,000 0,012
Pernyataan dalam kuisioner dianggap valid apabila nilai hasil
validitas lebih dari 0.3008. Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat 5
butir pernyataan yang tidak valid yaitu pada variabel sarana kesehatan gigi
butir 3 dan 6, variabel beban kerja butir 1,2, dan 5. Pernyataan-pernyataan
tdak valid tersebut kemudian dihapus atau dihilangkan dari kuisioner
karena masih terwakili oleh pernytaan lain pada setiap variabel.
b. Kuisioner pengetahuan
pada 43 responden diperoleh nilai rtabel dengan interval kepercayaan 95%
[image:49.612.198.500.194.466.2]adalah 0.3008 yang kemudian dibandingkan dengan nilai rxy total.
Tabel 4.Penilaian Uji Validitas Kuisioner Pengetahuan
Pertanyaann Hasil uji validitas Nilai signifikan Butir 1
Butir 2 Butir 3 Butir 4 Butir 5 Butir 6
0,606 0,453 0,442 0,330 0,23 0,375
0,000 0,002 0,003 0,031 0,023 0,013
Butir 7 0,287 0,062
Butir 8 0,672 0.000
Butir 9 0,271 0,078
Butir 10 0,672 0,000
Butir 11 0,377 0,013
Butir 12 0,452 0,002
Butir 13 0,675 0,000
Butir 14 0,522 0,000
Butir 15 0,602 0,000
Butir 16 0,672 0,000
Butir 17 0,673 0,000
Butir 18 0.590 0,000
Berdasarkan tabel tersebut terdapat 3 butir pernyataan yang tidak
valid yaitu butir 5, 7, dan 9. Pernyataan-pernyataan yang tidak valid antara
lain tentang endodontik yang diperlukan untuk di era JKN, biaya kapitasi
dialokasikan pada tindakan promotif dan preventif, dan pendataan
terstruktur untuk revisi biaya kapitasi. Pernyataan-pernyataan tersebut tidak
valid dapat disebabkan karena dokter gigi di daerah rural sudah memahami
37
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui instrument yang
digunakan dapat dipercaya sebagai alat ukur. Nilai reliabilitas dilihat dari
koefisien Cronbach’S Alpha. Nilai Cronbach’S Alpha yang diharapkan
adalah 0,6-0,8 pada setiap instrumen yang digunakan.
[image:50.612.206.476.306.363.2]a. Kuisioner persepsi
Tabel 5. Hasil uji reliabilitas kuisioner persepsi
Cronbach's Alpha N of Items
0,752 22
Hasil uji reliabilitas dengan jumlah keseluruhan pernyataan
adalah 0.752. Berdasarkan tabel hasil uji reliabilitas pada kuisioner
adalah baik.
b. Kuisioner pengetahuan
Tabel 6. Hasil uji reliabilitas kuisioner pngetahuan
Cronbach's Alpha N of Items
0.723 18
Hasil reliabilitas keseluruhan pernyataan (N) adalah 0,732,
berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa nilai
reliabiltas tersebut baik.
[image:50.612.204.466.528.582.2]K. Analisis Data
Analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini berupa distribusi
frekuensi. Analisis deskriptif merupakan analisis yang bertujuan untuk membuat
gambaran sistematis mengenai kejadian yang diteliti.
L. Etika Penelitian
Penelitian ini telah dinyatakan layak etik oleh komisi etik Fakultas
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
1. Gambaran Karakteristik Responden
a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Gambaran karakteristik dokter gigi puskesmas Kabupaten
[image:52.612.208.505.301.484.2]Kulon Progo ditunjukkan pada Gambar 3 berikut :
Gambar 3.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 3 menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah
perempuan yaitu 14 orang (77,78%).
b. Karakteristik responden berdasarkan usia
Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia ditunjukkan
pada Gambar 4 berikut ini :
22.22%
77.78%
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00%
Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Pembagian kategori usia mengacu pada Dekpes tahun 2009, yaitu usia
dewasa awal (26-35 tahun), dewasa akhir (36-45 tahun), lansia awal
(45-55) tahun, dan lansia akhir (56-65 tahun). Gambar 4 menunjukkan
jumlah usia terbanyak adalah kategori lansia awal (44-55 tahun) yaitu
8 orang (44,44%).
c. Karakteristik responden berdasarkan tipe puskesmas
Karakteristik responden dibagi berdasarkan tipe puskesmas
yaitu tipe rawat inap dan non rawat inap. Gambaran karakteristik
responden berdasarkan tipe puskesmas digambarkan pada Gambar 6
berikut ini :
11.11%
38.89%
44.44%
5.56% 0.00%
5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% 40.00% 45.00% 50.00%
41
[image:54.612.240.471.111.281.2]
Gambar 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tipe Puskesmas
Gambar 5 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tipe
puskesmas, responden paling banyak bekerja di puskesmas rawat non
inap yaitu 13 responden (71%).
2. Gambaran Kuisioner Persepsi
a. Gambaran hambatan persepsi dokter gigi sebagai provider dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas
Kabupaten Kulon Progo
Penilaian menghambat dan tidak menghambat pada kuisioner
persepsi dilakukan dengan menilai jawaban dengan skala Likert
kemudian, setiap variabel dihitung nilai intervalnya. Nilai interval
ditambahkan dengan nilai terendah untuk mengetahui penilaian tidak
menghambat kemudian dari nilai tidak menghambat tersebut sampai
nilai tertinggi diketahui nilai menghambat. Gambaran hambatan
persepsi dokter gigi sebagai provider dalam memberikan pelayanan
28%
71%
Rawat inap
kesehatan gigi dan mulut di puskesmas Kabupaten Kulon Progo,
[image:55.612.161.540.195.382.2]ditunjukkan pada Tabel 7 berikut :
Tabel 7. Gambaran Persepsi Hambatan Dokter Gigi Era JKN
Variabel Kategori Penilaian Kuisioner Persepsi Hambatan
Hasil Kategori Penilaian Kuisioner Persepsi Hambatan
Menghambat Tidak
Menghambat
Menghambat Tidak
Menghambat
n (%) n (%)
Kapitasi 11-16 4-10 16 (88,89) 2 (11,11)
Sarana kesehatan gigi
11-16 4-10 2 (11,11) 16 (88,89)
Paket manfaat
13-20 5-12 7 (38,89) 11 (61,11)
Beban kerja
6-8 2-5 4 (22,22) 14 (77,78)
Tabel 7 menunjukkan gambaran persepsi hambatan dokter gigi
era JKN, variabel kapitasi, hasil perhitungan nilai interval adalah 6,
sehingga responden dapat dikategorikan memilki persepsi
menghambat apabila nilai total antara 11-16 dan tidak menghambat
4-10. Berdasarkan tabel 7, diketahui sebanyak 88,89% merasa terhambat
kapitasi. Variabel sarana kesehatan gigi, hasil perhitungan nilai
interval adalah 6, sehingga responden dapat dikategorikan memiliki
persepsi menghambat apabila nilai total antara 11-16 dan tidak
menghambat 4-10. Berdasarkan tabel 7 diketahui sebanyak 11,11%
43
Variabel paket manfaat, hasil perhitungan nilai interval adalah 7,
sehingga responden dapat dikategorikan memiliki persepsi
menghambat apabila nilai total antara 13-20 dan tidak menghambat
5-12. Berdasarkan tabel 7, diketahui sebanyak 38,89% merasa terhambat
pada sarana kesehatan gigi. Variabel beban kerja, hasil perhitungan
nilai interval adalah 3, sehingga responden dapat dikategorikan
memiliki persepsi menghambat apabila nilai total antara 2-5 dan tidak
menghambat 6-8. Berdasarkan Tabel 7, diketahui sebanyak 22,22%
merasa terhambat pada sarana kesehatan gigi.
b. Gambaran distribusi frekuensi persepsi dokter gigi terhadap pelayanan
kesehatan gigi dan mulut era JKN di puskesmas Kabupaten Kulon
Progo
Pertanyaan pada kuisioner persepsi terdiri dari 2 jenis yaitu
pertanyaan favorable dan unfavorable. Jenis pertanyaan favorable
merupakan pertanyaan yang mendukung variabel sebagai penghambat,
pada pertanyaan ini jawaban sangat setuju dinilai 4, setuju 3, tidak
setuju 2, dan sangat tidak setuju 1. Pertanyaan dengan jenis
unfavorable jawaban sangat setuju dinilai 1, setuju 2, tidak setuju 3, dan sangat tidak setuju 4 yang menunjukkan bahwa pertanyaan tidak
menjadi penghambat. Distribusi frekuensi digunakan untuk
Gambaran distribusi frekuensi persepsi dokter gigi variabel kapitasi
[image:57.612.149.553.195.434.2]ditunjukkan pada Tabel 8 berikut :
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Variabel Kapitasi (Favorable)
Pernyataan Jawaban
STS TS S SS
n (%) n (%) n (%) n (%)
Menurut saya besaran kapitasi tidak
mencukupi untuk menjalankan praktik.
0 (0) 2 (11,11) 6 (33,33) 10 (55,56)
Saya merasa sistem kapitasi membebani saya dalam bekerja.
1 (5,56) 10 (55,56) 4 (22,22) 3 (16,67)
Menurut saya diperlukan adanya peningkatan besaran kapitasi.
0 (0) 2 (11,11) 2 (11,11) 14 (77,78)
Biaya kapitasi membatasi pelayanan kesehatan yang saya berikan.
0 (0) 6 (33,33) 5 (27,78) 7 (38,89)
Berdasarkan tabel 8 pada pernyataan besaran kapitasi tidak
mencukupi untuk menjalankan praktik, sebanyak 88,86% responden
menyatakan setuju. Sebanyak 61,12% menyatakan tidak setuju pada
pernyataan sistem kapitasi membebani dokter gigi dalam bekerja.
Sebanyak 88,89% responden menyatakan bahwa diperlukan adanya
peningkatan besaran kapitasi, dan pada pernyataan biaya kapitasi
membatasi pelayanan kesehatan yang diberikan sebanyak 66,67%
45
Distribusi frekuensi variabel sarana kesehatan gigi dengan
[image:58.612.150.533.196.329.2]jenis pernyataan Favorable ditunjukkan pada Tabel 9 berikut :
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Variabel Sarana Kesehatan (Favorable)
Pernyataan Jawaban
STS TS S SS
n (%) n (%) n (%) n (%) Menurut saya alat– alat scalling
yang ada, kurang mendukung dalam mengurangi beban pekerjaan saya.
0 (0) 12 (66,67) 4 (22,22) 2 (11,11)
Menurut saya dental unit yang ada tidak dapat berfungsi dengan baik.
1 (5,56) 11 (61,11) 5 (27,78) 1 (5,56)
Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa sebanyak 66,67%
responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan alat-alat scalling
yang ada kurang mendukung dalam mengurangi beban pekerjaan
dokter gigi dan sebanyak 66,67% menyatakan tidak setuju pada
pernyataan dental unit yang ada tidak berfungsi dengan baik.
Distribusi frekuensi variabel sarana kesehatan gigi dengan
jenis pernyataan unfavorable ditunjukkan pada Tabel 10 berikut :
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Variabel Sarana Kesehatan Gigi (Unfavorable)
Pernyataan Jawaban
STS TS S SS
n (%) n (%) n (%) n (%) Menurut saya ketersediaan obat–
obatan dan bahan habis pakai sudah memadai.
0 (0) 7 (38,89) 8 (44,44) 3 (16,67)
Menurut saya ketersediaan peralatan untuk melakukan tindakan tumpatan sudah memadai.
[image:58.612.149.533.574.704.2]
Tabel 10 menunjukkan bahwa variabel sarana kesehatan gigi, pada
pernyataan ketersediaan obat-obatan dan bahan habis pakai sudah
memadai sebanyak 61,11% menyatakan setuju dan pada pernyataan
ketersediaan peralatan untuk melakukan tindakan tumpatan sudah
memadai sebanyak 77,78% menyatakan setuju.
Distribusi frekuensi variabel paket manfaat dengan jenis
[image:59.612.150.517.361.621.2]pernyataan favorable ditunjukkan pada Tabel 11 berikut :
Tabel 11.Distribusi Frekuensi Variabel Paket Manfaat (Favorable)
Pernyataan Jawaban
STS TS S SS
n (%) n (%) n (%) n (%) Menurut saya jenis –
jenis tindakan yang dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dan dijamin oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) belum jelas.
1 (5,56) 6 (33,33) 5 (27,78) 6 (33,33)
Saya merasa jenis – jenis tindakan yang dijamin oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada fasilitas kesehatan tingkat pertama belum memenuhi kebutuhan masyarakat.
0 (0) 14 (77,78) 3 (16,67) 1 (5,56)
Tabel 11 menunjukkan bahwa sebanyak 61,11% responden
47
dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dan dijamin oleh JKN
belum jelas dan sebanyak 77,78% responden menyatakan tidak setuju
pada pernyataan jenis – jenis tindakan yang dijamin oleh JKN pada
fasilitas kesehatan tingkat pertama belum memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Distribusi frekuensi varibel paket manfaat dengan jenis
[image:60.612.152.519.334.626.2]pernyataan unfavorable ditunjukkan pada Tabel 12 berikut :
Tabel 12.Distribusi Frekuensi Variabel Paket Manfaat (Unfavorable)
Pernyataan Jawaban
STS TS S SS
n (%) n (%) n (%) n (%)
Menurut saya jenis– jenis tindakan yang masuk paket manfaat sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
0 (0) 1 (5,56) 13 (72,22) 4 (22,22)
Saya merasa peraturan tentang jenis – jenis tindakan yang dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang dijamin Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah jelas.
1 (5,56) 10 (55,56) 7 (38,89) 0 (0)
Menurut saya jenis-jenis tindakan kedokteran gigi yang dijamin oleh JKN pada fasilitas kesehatan tingkat pertama sudah jelas
1 (5,56) 5 (27,78) 12 (66,67) 0 (0)
Tabel 12 menunjukkan bahwa sebanyak 94,44% menyatakan setuju
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan sebanyak 61,12% responden
menyatakan tidak setuju pada pernyataan peraturan tentang jenis–jenis
tindakan yang dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
yang dijamin JKN sudah jelas.
Distribusi frekuensi variabel beban kerja dengan jenis
[image:61.612.148.520.306.451.2]pernyataan favorable ditunjukkan pada Tabel 13 berikut :
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Variabel Beban Kerja (Favorable)
Pernyataan Jawaban
STS TS S SS
n (%) n (%) n (%) n (%)
Saya merasa terbebani dengan jumlah pasien yang ada setiap harinya
0 (0) 7 (38,89) 8 (44,44) 3 (16,67)
Waktu bekerja saya lebih lama semenjak era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
1 (5,56) 9 (50) 4 (22,22) 4 (22,22)
Tabel 13 menunjukkan bahwa sebanyak 88,89% responden
menyatakan tidak setuju pada pernyataan dokter gigi merasa terbebani
dengan jumlah pasien yang ada setiap harinya dan sebanyak 55,56%
responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan waktu bekerja
49
c. Gambaran distribusi frekuensi variabel kontrol untuk mengetahui
pemahaman dokter gigi terhadap manage care
Distribusi frekuensi variabel